Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore e-book SWB (KPP dan KPA 2020-2021)

e-book SWB (KPP dan KPA 2020-2021)

Published by elylusia, 2020-08-03 01:41:13

Description: e-book SWB (KPP dan KPA 2020-2021)

Search

Read the Text Version

LANDASAN YANG MEMBUAT WACANA BHAKTI TERBANG TINGGI -Franciscus Soegiho Pranoto- Pesawat terbang selalu membutuhkan landasan terbang untuk terbang tinggi mendekati angkasa. Landasan selalu menyesuaikan ukuran pesawat terbang tersebut. Semakin besar jenis pesawat terbangnya, maka membutuhkan landasan yang kuat dan panjang. Seminari Wacana Bhakti (SWB) memiliki empat landasan yang saling mendukung dan berkaitan yakni Sanctitas, Scientia, Sanitas, dan Societas. Empat landasan tersebut menjadi dasar penyelenggaraan dan semangat dalam menjalani kehidupan asrama. Berbeda dengan Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan yang hanya memiliki 3S yakni Sanctitas, Scientia, dan Sanitas. Berbeda halnya dengan SWB yang memiliki landasan tambahan berupa Societas. Kira-kira bagaimana keterkaitan antarlandasan tersebut? Bagaimana pula pelaksanaannya dalam hidup sehari-hari seminaris yang berada di kota metropolitan Jakarta dengan segala dinamika dan tuntutannya? Penulis yang notabene merasakan kehidupan seminaris yang penuh dinamika akan menjelaskan tentang 4S serta mengupas tuntas kehidupan seminaris dalam melaksanakan 4S. Pertama, penulis akan membahas landasan pertama yakni Sanctitas. Kehidupan seorang calon imam mengharuskan kami agar selalu dekat dengan Tuhan. 43 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Berdasarkan hal tersebut, kehidupan rohani menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seminaris. Sanctitas menjadi landasan bagi para seminaris untuk senantiasa beriman dan setia dalam panggilan. Penulis merasakan kehidupan rohani seminaris yang dimulai sejak pukul 05.15 dengan laudes (ibadat pagi) dan dilanjutkan misa harian. Sebelum terbiasa, penulis kadang datang terlambat 3 menit mengikuti laudes. Sejak saat itu, penulis memotivasi diri agar bangun lebih pagi. Setelah laudes, sebelum makan selalu diawali doa dan setelah makan selalu diakhiri dengan doa. Pada pukul 12.00 dan 18.00 tak lupa selalu berdoa malaikat Tuhan. Setiap malam juga diadakan doa bersama yang bervariasi. Doa malam dibuat bervariasi agar seminaris tidak suntuk dengan doa malam yang monoton. Doa malam untuk hari Minggu dan Senin adalah completorium (ibadat penutup). Doa malam untuk hari Selasa adalah doa angkatan dan doa malam untuk hari Rabu adalah puncta (renungan singkat). Sedangkan doa malam untuk hari Kamis adalah doa adorasi dan doa malam hari Jumat adalah doa kreatif. Pada hari Sabtu hanya doa singkat dikarenakan ada rekreasi setelahnya. Tidak hanya berdoa dalam bahasa Indonesia saja, pada hari Senin dan Selasa dipakai bahasa Latin untuk berdoa ‘Bapa Kami’ (Pater Noster) dan ‘Malaikat Tuhan’ (Angelus). Pada hari Kamis, setiap kegiatan komunitas selalu dilakukan dengan Bahasa Inggris. Penulis sudah mulai terbiasa dengan rutinitas ini dan tidak pernah datang terlambat lagi dalam mengikuti 44 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

ibadat. Selain ibadat dan doa-doa bersama komunitas, ada 1 kegiatan lagi yang merupakan bagian dari Sanctitas yakni bacaan rohani yang dimulai pukul 18.00- 18.45. Kegiatan ini mewajibkan kita membaca buku yang berhubungan dengan iman Katolik. Menarik bukan kehidupan doa seminaris di SWB? Selanjutnya, landasan kedua adalah Scientia. Selain aspek iman seminaris, aspek ilmu pengetahuan juga dibutuhkan seminaris agar menjadi imam yang pintar dan dapat diandalkam oleh umat dalam memberikan pengajaran. Penulis sangat merasakan keefektifan aspek studi di SWB. Menurut penulis, aspek studi sangat diprioritaskan di SWB. Hal ini terbukti dengan tersedianya jam khusus studi selama 2 jam. Jam studi dibagi 2 menjadi studi 1 (19.30-20.30) dan studi 2 (20.30-21.30), hal ini berlaku untuk hari Senin-Kamis. Serta untuk hari Jumat-Minggu jam studi 1 (18.00-19.15) dan studi 2 (20.00-21.30). Pembagian jam studi dimaksudkan untuk membagi antara studi pribadi dan studi berkelompok (atau bisa juga untuk mengerjakan tugas di laboratorium komputer). Kelas Persiapan Pertama atau KPP masih tergolong santai karena tidak banyak ulangan dan gaya belajar yang masih belum beraturan. Terkadang penulis membaca novel selama jam studi (penulis masih KPP saat menulis ini). Beda KPP, beda pula kelas 1, 2, dan 3 yang sudah bersekolah di Kolese Gonzaga yang berdiri tepat di samping SWB. Saat penulis tidak sengaja mendengar keluhan tentang 45 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

ulangan yang ada hampir setiap hari, penulis berusaha untuk serius sejak saat itu. Ulangan setiap hari menjadi selalu menjadi santapan sehari-hari siswa Kolese Gonzaga termasuk para seminaris. Setahu penulis, anak- anak seminari tergolong cukup pintar. Hal tersebut terbukti dengan raihan gelar Cum Laude, Magna Cum Laude, dan Summa Cum Laude. Para seminaris di kelas 1, 2, dan 3 terkadang merasa 2 jam tidak cukup untuk mengerjakan tugas dan belajar untuk keesokan harinya sehingga seringkali seminaris memakai jam tempus liberum (waktu bebas) untuk belajar dan memanfaatkan celah-celah waktu untuk mengerjakan tugas agar tidak menumpuk. Semua hal tersebut hanya bisa dilakukan seminaris dengan komitmen dan konsistensi tinggi dalam masa formasi sebagai calon imam di seminari menengah. Setelah Scientia, tak lengkap rasanya tanpa membahas landasan ketiga yakni Sanitas. Mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Penulis merasakan bagaimana hal tersebut menjadi pendukung agar seminaris bisa menjalankan aktivitas rutin komunitas. Sanitas melingkupi beberapa tipe yaitu pencegahan (dengan Opera) dan penanganan (dengan adanya valet atau UKS). Dalam kegiatan Opera, seminaris diminta membersihkan bagian-bagian seminari tertentu sesuai tugasnya seperti asem (aula seminari), taman, refter, dan lain-lain. Opera mengajarkan seminaris agar peka dan mempunyai sifat menjaga lingkungan seminari agar selalu bersih. Opera juga 46 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

secara tidak langsung menghindarkan para seminaris dari penyakit karena lingkungan yang bersih jarang menimbulkan penyakit. Penulis juga merasa kegiatan ini berguna bagi seminaris. Tetapi, penulis mempunyai hambatan dalam melaksanakannya yakni rasa malas. Karena opera hari Senin-Sabtu dilaksanakan setelah siesta (tidur siang), terkadang penulis dan beberapa teman sulit untuk bangun tidur. Setelah bangun pun ada rasa kantuk dan malas sehingga tidur lagi dan tidak opera. Dan untuk tindakan penanganan disediakan pula valet yang menyediakan obat-obatan bagi seminaris yang sakit. Jika sakitnya cukup parah, seminaris bisa tidur di valet dan ditangani oleh suster bagian valet agar sehat kembali. Hmm, yang terakhir Societas nih. Kira-kira apa itu ya? Membahas mengenai Societas tidak bisa lepas dari sifat manusia makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Landasan Societas ini tak lain bertujuan untuk meningkatkan keakraban dan menyolidkan 1 komunitas dan bisa saling mengerti satu sama lain. Penulis sangat merasakan kentalnya hal ini. Beberapa kegiatan yang menurut penulis bisa mengakrabkan 1 komunitas SWB adalah rekreasi, waktu ambulatio, dan waktu templ atau tempus liberum. Pada kegiatan rekreasi yang berlangsung hari Rabu dan Sabtu, penulis biasanya bermain karambol bersama teman- teman dan anggota komunitas lain ada yang bermain alat musik di studio, ada yang menonton televisi, dan ada 47 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

yang memakai komputer di Lab. Komputer. Khusus untuk hari Sabtu pada Minggu kedua dan keempat, bidel rekreasi mengadakan sesi nonton film yang wajib diikuti 1 komunitas. Selain kegiatan tersebut ada ambulatio. Pada waktu ambulatio, seminaris bisa melakukan kontak sosial dengan orang-orang di luar seminari kecuali orang tua tentunya karena kunjungan orang tua selalu dilakukan pada minggu pertama sedangkan waktu templi, seminaris dibebaskan melakukan apapun di dalam lingkungan seminari. Pada saat templi, para seminaris biasa melakukan kegiatan olahraga seperti tenis meja, voli, mini soccer, dan basket. Sepertinya semua landasan memang saling mendukung bukan? Ya, seminari yang dikelola oleh Diosesan Jakarta ini sudah mantap memijakkan tajinya untuk mencetak seminaris-seminaris berkualitas seperti Seminari Mertoyudan. Penulis selalu berharap agar SWB bisa mencetak pribadi yng dapat menjadi imam-imam yang berkualitas. Bravo, SWB! 48 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

BIDEL DI SEMINARI -Gerardus Gillmore Luther Elbracht- Apa itu bidel? Adakah yang tau apa itu bidel? Bidel adalah suatu keanggotaan yang setiap anggotanya memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing. Setiap perbidelan diketuai oleh koordinator bidel yang bertanggung jawab penuh atas setiap anggotanya. Menurut penulis, tugas dari bidel dalam seminari adalah memastikan setiap kegiatan seminari berjalan dengan lancar. Setiap bidel memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, namun ada satu kesamaan dalam setiap bidel yaitu setiap anggota bidel mengarahkan setiap seminaris khususnya pada angkatannya masing- masing untuk melaksanakan setiap jadwal komunitas yang telah ditentukan. Bukan hanya sebagai “pengatur” setiap bidel juga secara tidak langsung dituntut untuk saling melayani teman seminaris lainnya. Sesuai dengan 4 pilar hidup Seminari Wacana Bhakti yaitu Sanctitas, Scientia, Sanitas, dan Societas. Setiap perbidelan dibagi ke dalam 4 bagian tersebut. Bidang Sanctitas, bidang yang bertugas mengawasi jalannya kegiatan rohani dan semua yang berkaitan dengan rohani lalu memberi masukan serta saran bagi Bidel Koster dan Bidel Koor dan Rohani di Seminari Wacana Bhakti. Bidang ini mengoordinasikan 2 tugas bidel di bawahnya yaitu Bidel Koster dan Bidel Koor dan Rohani. 49 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Bidang Scientia, bidang yang bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan studi, kerapihan meja di Seminari Wacana Bhakti. Bidang ini mengoordinasikan 3 bidel di bawahnya yaitu Bidel Musik, Bidel Studi dan Bidel Komputer. Bidang Sanitas, bidang ini bertugas untuk mengawasi kebersihan dan kesehatan setiap seminaris beserta lingkungannya juga berinisiatif membantu menjaga kebersihan Seminari Wacana Bhakti. Bidang ini juga mengoordinasikan 4 Bidel di bawahnya, cukup banyak ya. Terdapat Bidel Olahraga, Bidel Unit, Bidel Lingkungan Hidup dan Bidel Valet Bidang terakhir adalah bidang Societas, bidang yang bertugas untuk mengawasi jalannya hidup berkomunitas di Seminari Wacana Bhakti. Bidang ini membawahi dan berkoordinasi dengan 5 Bidel di bawahnya, yaitu Bidel Rekreasi, Bidel Refter, Bidel Publikasi dan Dokumentasi, Bidel Sound dan Perlengkapan, serta Bidel Toko. Setiap hari Jumat ada yang namanya opera bidel. Opera bidel termasuk kegiatan yang menjalankan opera (bersih – bersih) pada tempat bidelnya bekerja. Pada saat opera bidel, koordinator bidel mengatur anggotanya untuk melakukan opera di tempat bidelnya bekerja. Setiap anggota bidel, tanpa mengenal angkatan, bekerja secara bersama – sama untuk membersihkan tempat bidel bekerja. Sebagai contoh, penulis yang menjadi anggota 50 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

bidel studi pada saat opera penulis akan melakukan bersih – bersih di ruang studi maupun di ruang kelas. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, seperti halnya juga perbidelan. Setiap tahunnya para anggota dari setiap bidel melakukan refleksi Perbidelan yang wajib diisi oleh setiap anggota bidel sesuai dengan bidangnya. Refleksi perbidelan ini ditujukan untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan setiap perbidelan, serta saran, masukan dan juga rencana atau program perbidelan selanjutnya. Seluruh hasil dari refleksi perbidelan kemudian dikumpulkan dan dirangkum dengan baik, hasil tersebut itu akan dipresentasikan pada Rapat Pleno yang dihadiri oleh semua anggota bidel dari semua bidang Perbidelan yang ada di seminari ini. Rapat Pleno tersebut juga dihadiri perwakilan Kepamongan seminari yang bertujuan untuk memimpin jalannya rapat dan juga Komunikator antar Perbidelan dengan Staf Kepamongan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbidelan sangatlah penting bagi kehidupan di seminari Wacana Bhakti tercinta ini. 51 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

REKREASI ANAK SEMINARI -Gilbert Steven- Rekreasi? Apa pentingnya rekreasi bagi seminaris? Pembaca pasti langsung beranggapan bahwa rekreasi adalah jalan-jalan bersama satu keluarga besar Seminari. Tapi, sebenarnya rekreasi yang dimaksud dalam cerita penulis adalah seluruh seminaris boleh menonton televisi, bermain alat musik, dan bermain komputer. Mungkin karena penulis masih KPP dan dikarantina. Jadi, penulis sama sekali belum bebas dalam melakukan hal yang diperbolehkan saat rekreasi, contohnya seperti bermain komputer. Penulis hanya di perbolehkan menonton televisi dan bermain alat musik. Penulis bersyukur karena kegiatan rekreasi ini dimeriahkan oleh bidel toko dengan menjual makanan dan minuman sehingga kegiatan rekreasi tidak terlihat begitu kaku. Rekreasi merupakan hal yang paling disukai anak seminari, karena saat jam inilah mereka bebas untuk melakukan apa saja. Banyak hal yang bisa dilakukan saat rekreasi, mulai dari bermain alat musik, bermain catur, dan menonton televisi. Kesulitan yang terjadi pada saat jam rekreasi adalah ketika hari rekreasi Sabtu ke 2 dan ke 4. Berbicara soal waktu rekreasi, rekreasi biasanya dilakukan saat hari Rabu dan Sabtu pada minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Bidel rekreasi 52 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

kesulitan pada saat studio sedang direnovasi dan proyektor terpaksa harus dicopot dan bidel rekreasi bingung untuk mencari tempat agar dapat menonton film bersama satu komunitas. Setelah itu bidel rekreasi langsung mengevaluasi dan berbincang kepada pamong supaya di carikan tempat untuk bisa menonton film bersama satu komunitas. Pamong justru hanya berkata supaya kita mengganti jam menonton film bersama menjadi jam menonton televisi. Setelah kejadian ini penulis langsung mengevaluasi bersama bidel rekreasi lainnya mengenai hal yang baru saja terjadi, sehingga bidel rekreasi memutuskan untuk tidak menonton film dulu selama studio masih di renovasi. Penulis mewawancarai 3 teman penulis yaitu Ito, Eka, dan Julio sebagai narasumber. Menurut narasumber yang bernama Ito, rekreasi itu sangat penting karena ia bisa menerima berita-berita baru dengan menonton televisi. Perasaan Ito sangat senang karena saat jam rekreasi ia bisa jajan tanpa harus pergi keluar dulu mencari warung. Ito juga merasa kalau rekreasi ini membantu ia untuk menambah wawasan mengenai dunia luar. Lalu setelah penulis mewawancarai Ito, penulis mewawancarai Eka. Menurut narasumber yang bernama Eka rekreasi ini tidak terlalu asik karena setiap harinya hanya itu-itu saja yang Eka temui. Menurut Eka rekreasi terlihat membosankan karena hanya menonton televisi dan bermain alat musik. Bermain alat musikpun bisa saat jam “Templi” kata Eka. 53 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Lalu penulis mewawancarai satu teman penulis lagi, namanya adalah David. Menurut narasumber yang bernama David rekreasi itu sangat menyenangkan. Menurut David rekreasi menyenangkan “Karena badan David yang besar, jadinya saat rekreasi David bisa jajan ke bidel toko sepuasnya.” kata David. Benar saja penulis juga sering melihat kalau David ini sering beli mi gelas langsung 3 bungkus. Terlihat betapa bahagianya seminaris dengan adanya jam rekreasi di Seminari ini. Jadi menurut penulis rekreasi itu sangat penting bagi seminaris karena menurut teman penulis yang diwawancarai melalui rekreasi pembaca bisa mendapat informasi baru melalui televisi, dan mencari hal baru melalui akses internet di komputer. Jadi, apakah pembaca tertarik untuk masuk seminari dan ingin merasakan, seperti apakah rekreasi yang ada di Seminari Wacana Bhakti ini? Saat jam rekreasi inilah pembaca bisa mencari informasi di luar dengan menonton televisi dan mengakses internet melalui komputer. Jangan takut untuk masuk seminari, meskipun tidak boleh pegang HP selama di seminari ada waktunya pembaca dapat mengakses internet dan menonton televisi untuk menggali informasi melalui berita dan Google. 54 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

THE WEBS PENDUKUNG SETIA ANAK SEMINARI -Ignatius Tegar Cakrabuana Pagasing- Kali ini penulis akan menulis artikel mengenai pendukung setia para seminaris atau biasa disebut juga The Webs. Sebagai anak seminari kami harus mengenal hal ini. The Webs menjadi lambang dan nama kami di depan sekolah lain pada saat perlombaan. Penulis akan memulai dengan ketua atau di sini biasanya disebut Jenderal. Jenderal saat ini adalah Gregi (kelas 2/ tingkat 3). Tugas dari Jenderal ini adalah untuk memimpin, mengkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap segala sesuatu mengenai suporter. Jenderal mempunyai bawahan yang disebut official. Official ini bertanggung jawab dalam hal-hal yang lebih spesifik. Biasanya official dipilih oleh Jenderal pada saat pengangkatan dirinya. Pada saat kami mendukung pasti ada suara atau lagu yang dinyanyikan agar membuat tim yang didukung lebih semangat dalam memberikan perlawanan. Menurut salah satu official yang penulis wawancarai mengenai The Webs ada 20 lagu kurang lebih yang sudah diciptakan oleh generasi sebelumnya dan ada satu yang sangat menarik perhatian penulis, yaitu lagu Lihat Gaya Kami. Lagu tersebut termasuk lagu yang menjadi ujung tombak dalam pertarungan di lapangan. Berikut ini merupakan lirik dari lagu tersebut: 55 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Lihatlah gaya kami WB mania Datang dari seminari Wacana Bhakti Pendukung setia anak seminari Satu komunitas semua laki-laki (oy!) Pididididip pidididip 2x Lagu tersebut termasuk lagu yang paling sering dinyanyikan oleh para seminaris dalam bersupporter. The Webs sangat bersemangat dalam bersupporter sampai mengorbankan suara dan tenaga untuk mendukung para seminaris yang berlomba. Hal tersebut dikarenakan rasa kekeluargaan yang begitu melekat pada seminaris dan tertanam begitu kuat. The Webs jika diibaratkan juga sebagai pemain ke-dua belas dalam permainan Sepak Bola. Kadang-kadang karena terlalu gembira dan bersemangat The Webs membuat ricuh di lapangan. Biasanya The Webs akan memancing emosi baik dari supporter lawannya maupun dari pemain lawan yang sedang bertanding. Kadang-kadang juga liar karena terbawa semangat dan biasanya para seminaris menjadi lebih bersemangat apabila didukung oleh The Webs. Dalam sepanjang sejarah The Webs berdiri, ada satu lawan yang sangat berat bagi The Webs, yaitu Laskar Gonz. Itu merupakan supporter dari SMA Kolese Gonzaga. Sama seperti The Webs yang mempunyai pemimpin, Laskar Gonz juga punya, yaitu Ketua Laskar. Dan membawahi banyak sekali official. Biasanya dalam hal supporter dia merupakan lawan terberat The Webs. Bayangkan saja 105 orang melawan seluruh siswa dan 56 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

siswi SMA Kolese Gonzaga. Sangatlah berat dan penuh dengan keringat jika melawan seluruh sekolah. Sangat ricuh dan penuh semangat baik dari The Webs maupun Laskar Gonz. Tetapi itu hanya terjadi ketika sedang melakukan supporter. Jika sudah selesai mensupporter, maka kami menjadi satu lagi, yaitu WBGC. Itu lah artikel yang penulis tulis dan intinya adalah The Webs akan selalu setia dalam memberi semangat kepada para seminaris yang sedang bertanding, sehingga mereka dapat memberikan yang terbaik bagi nama Seminari Wacana Bhakti. 57 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

DOA-DOA DAN SPRITUALITAS -Javier Soga Dema- Apakah pembaca tau arti doa? Apakah pembaca juga tau arti spritualitas? Doa adalah komunikasi antar manusia dan Allah untuk memanjatkan pujian dan syukur kepadanya. Spritualitas adalah suatu hal yang berhubungan dengan rohani dalam suatu kegiatan. Namun, apakah doa dan spritualitas sangat penting untuk para seminaris? Jawabannya adalah sangat penting, karena doa dan spritualitas tersebut akan meluruskan dan menguatkan jalan panggilan para seminaris. Di seminari ini banyak sekali kegiatan doa dan kehidupan spritualitasnya, tapi dalam mengikuti kegiatan tersebut kami senantiasa mengikuti dengan khidmat dan sampai-sampai kami para seminaris pada saat melakukan rutinitas banyak kejadian dan hal-hal mengesankan atau lucu yang baru pertama kali penulis lihat. Tujuan dari mengikuti kegiatan doa dan spiritualitas bukan hanya kewajiban atau tugas yang harus kami lakukan agar dinilai baik orang lain, namun untuk menambah pengetahuan rohani dan membuat kami lebih peka terhadap orang lain. Contoh dari kegiatan tersebut adalah doa yang dilakukan bersama dengan kelompok, yang bersifat pribadi dan kebiasaan doa para seminaris yang baru penulis temukan. Ingin tahu lebih 58 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

banyak tentang doa dan spritualitas? Mari kami simak bersama sama. Doa dalam kelompok adalah doa yang dilakukan oleh angakatan atau satu komunitas. Dalam angakatan yaitu doa angkatan. Doa angkatan adalah doa yang dilakukan oleh masing-masing angkatan dan saling berbagi masalah angkatan bersama, biasanya dalam doa angkatan kami mengingatkan untuk bersosialisasi menjadi lebih baik, membahas masalah yang harus diselesaikan, biasanya ada selingan berupa pengumuman singkat, dan menutupnya dengan doa untuk angkatan. Berrikutnya doa kreatif. Doa kreatif ini dilakukan oleh komunitas yang dipimpin oleh satu angkatan, dalam doa angkatan, doa yang biasa kami lakukan adalah rosario, karismatik, meditasi, renungan dalam video atau drama, dan banyak yang dapat kami lakukan. Ibadat adorasi adalah ibadat yang melakukan penyembahan kepada Sakramen Mahakudus, serta memanjatkan doa kepada Bunda Maria, dan biasanya yang memimpin adalah frater, diakon, atau pastor. Tapi dalam kegiatan ini banyak para seminaris yang tidur, jujur ini hal sangat memprihatinkan. Dari hal tersebut penulis teringat kutipan injil “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpan dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan”(Luk 8:15), kutipan ini memotivasi penulis untuk menegur mereka yang tidur dan bermain-main saat berdoa, dan mengingatkan mereka untuk tidur malam 59 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

jangan terlalu larut, agar kedepannya dapat tumbuh secara jasmani maupun rohani dan menjadi pribadi yang baik. Doa yang bersifat pribadi. Doa ini adalah doa yang dilakukan secara pribadi masing-masing. Pertama adalah bacaan rohani. Bacaan rohani adalah kegiatan membaca kamib suci, buku rohani, melakukan doa-doa, dan lain-lain yang dilakukan oleh pribadi kami masing- masing. Biasanya dalam bacaan rohani ada iringan musik musik klasik dan musik rohani, dan kegiatan ini dilakukan dengan ketenangan. Bacaan rohani ini dilakukan setiap hari. Visitasi adalah kesempatan untuk kami menyempatkan diri kepada Tuhan dalam bentuk doa, biasanya kami menggunakan puji syukur, madah bhakti, atau doa secara pribadi. Kejadian yang sering penulis lihat dalam kegiatan ini adalah banyak yang telat dan bahkan tidak mengikuti kegiatan tersebut, dan kegiatan ini sangat wajib untuk KPP dalam membentuk panggilan yang utuh. Salah satu cara untuk menyadarkan mereka adalah dengan menegurnya dan menasihatinya, agar iman yang tumbuh dalam dirinya tidak kosong melainkan bermakna bagi dirinya, dan menyadarkan mereka bahwa kegiatan yang mereka lakukan bukan kewajiban tapi rasa niat yang penuh dalam mengikuti. Dalam masa hidup KPP, banyak kebiasaan doa yang dilakukan para seminaris, yang bisa dibilang sebuat adat istiadat di seminari ini dan baru pertama kali penulis temui. Pertama adalah doa makan pagi hari Minggu. Doa 60 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

makan memang suatu hal yang biasa dilakukan oleh orang Katolik, namun para seminaris melakukan doa sebuah nyanyian singkat dan di doa penutupnya juga melakukan hal serupa. Pada saat menyanyi para seminaris ada yang pecah suara menjadi dua suara yaitu suara satu dan suara dua yang membuat nyanyian dan seruan tersebut menjadi lebih indah. Kedua adalah setiap hari Kamis, kami satu komunitas melakukan kegiatan- kegiatan doa dan ekaristi menggunakan Bahasa Inggris. Tujuannya selain agar berbeda dari yang lain, yaitu agar para seminaris dapat memahami dan mempelajari cara- cara doa menggunakan Bahasa Ingris serta dapat digunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir adalah bimbingan rohani. Bimbingan rohani adalah suatu kegiatan para anggota seminaris yang dibimbing jiwa rohani oleh para pembimbing rohani. Pembimbing ini akan membimbing kami selama satu tahun dalam seminari ini, jadi pertahun berbeda pembimbing. Bimbingan rohani yang kami lakukan ialah wawancara dan diberikan arahan atau nasihat oleh pembimbing rohani. Menurut penulis itu adalah hal-hal yang menarik di dalam seminari ini. Terakhir penulis ingin membagikan tips-tips agar tidak tidur dan bercanda atau tidak serius dalam berdoa dalam seminari. Pertama, hilangkanlah pikiran-pikiran yang lain pada saat berdoa. Pusatkan diri kepada Tuhan yaitu berkomunikasi dengannya, karena hal ini dapat membuat kami menjadi lebih fokus dan tidak tidur. 61 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Kedua, gunakan waktu tidur malam dan siang dengan sebaik-baiknya, agar pada saat misa kami dapat mengikutinya dengan baik dan tidak tidur. Ketiga, bila ada nyanyian, seruan, dan ajakan sebaik kami ikuti dan pada saat ada bacaan biasa atau Injil sebaiknya kami membuka kitab suci dan membacanya, daripada mendengarkan lalu tidur. Terakhir, bila ada teman yang mengajak bercanda atau bermain-main saat berdoa, jangan kami ladeni, dan sebaiknya ditegur bila ada teman yang berbuat salah. Maka dari itu kami harus berdoa dengan khusyuk dan hening, karena dengan kami mengabaikan hal tersebut iman yang selama ini kami kembangkan kosong. Sebaiknya kami harus melakukan hal tersebut agar iman yang kami kembangkan berbuah dan bermakna. Semoga tips-tips ini berguna bagi kalian, dan bila Anda tertarik, silakan bergabung bersama kami komunitas Seminari Wacana Bhakti untuk membimbing dan memantapkan jalan panggilanmu. Semoga dengan Anda meniru kebiasaan ini, Anda dapat menjadi orang yang beriman dan hidup secara rohani yang baik. Stay Courius and Be Smart. Terima kasih. “Mari, ikutlah Aku , dan kamu akan kujadikan penjala manusia”(Mat 4:19) 62 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

JATUH BANGUN SEMINARIS -Leonardus Aji Wibowo- Jatuh bangun? Hal yang biasa bagi seorang seminaris ataukah hanya perasaan sesaat? Mulai dari bangun pagi yang sangat malas, penulis harus mengantri untuk mendapat giliran mandi dan juga harus mandi dengan air yang dingin. Kemudian dilanjutkan dengan misa, dengan kondisi udara yang masih sejuk dan kondisi para seminaris yang masih setengah sadar maka dari itu tak jarang penulis melihat beberapa seminaris yang tertidur saat misa. Banyaknya tugas yang menumpuk menyebabkan penulis merasa terbebani dan malas. Belum lagi kurangnya tidur yang menyebabkan rasa lelah dan kantuk. Maka dari itu relasi dengan teman adalah salah satu penyemangat penulis dalam kehidupan sehari- harinya. Jadwal komunitas yang sangat padat menyebabkan penulis lelah dan bosan, tapi hal itu mengajarkan penulis untuk hidup lebih disiplin. Setelah beraktivitas sepanjang hari dan menguras pikiran saat jam pembelajaran, kami tak dapat langsung tidur. Penulis juga harus mengikuti doa yang beragam setiap harinya mulai dari completorium, doa angkatan, adorasi, dan juga doa kreatif. Pada kesempatan tersebut karena fisik yang lelah menyebabkan penulis merasa tak bersemangat pada saat mengikuti doa tersebut. Rasa ingin cepat tidur seringkali terlintas dalam pikiran penulis. Hal itu membuat penulis tidak fokus pada doa 63 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

yang ia jalani. Saat doa selesai adalah hal yang paling ditunggu para seminaris, mereka begitu antusias untuk keluar kapel dan menuju unit masing- masing untuk beristirahat. Hari demi hari kami lalui besama mulai dari tidak mengenal satu sama lain, namun karena kami tinggal di atap yang sama otomatis kami makin mengenal satu sama lain. Dengan banyaknya aktivitas sehari-hari yang kami lalui bersama, kami semakin dekat dan akrab, bahkan penulis menganggap seminaris lain sebagai keluarga. Setiap kali ada masalah baik itu masalah pribadi ataupun masalah dalam komunitas kami selalu menyelesaikannya bersama-sama dengan baik. Penulis merasa berada di rumah sendiri karena penulis dapat bermain musik sepanjang har. Hal tersebut menjadu semangat tersendiri karena penulis merupakan pribadi yang memiliki jiwa seni yang tinggi, banyaknya pilihan instrumen yang bisa dimainkan oleh penulis memberikan rasa kenyamanan di seminari. Masa karantina yang harus kami lalui dalam dua bulan ini membuat kehidupan di seminari semakin berat, ditambah lagi terputusnya hubungan penulis dengan dunia luar, menambah beban berat yang dipikul oleh penulis. Sebagai seorang laki-laki yang normal tentu saja melihat perempuan menjadi kerinduan penulis, namun penulis harus bisa menahan diri. Tugas-tugas yang menumpuk serta guru-guru yang menyebalkan rasanya menjadi beban tambahan penulis di seminari. Oleh karena itu, penulis kadang 64 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

merasa malas untuk sekolah, tapi dengan adanya teman, beban itu bisa sedikit teratasi karena kami semua saling membantu dan memperhatikan satu sama lain. Apalagi seorang seminaris yang terkenal hebat dalam suatu bidang tentunya akan membantu para seminaris lain yang kurang dalam bidang tersebut, sehingga para seminaris dapat memiliki kualitas yang sebanding. Dalam proses mengerjakan tugas para seminaris tak mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas ataupun belajar untuk ulangan karena saling membantu. Hal tersebut membuat para seminaris merasa semakin nyaman dan kerasan. Kedua hal tersebut sangat penting bagi panggilan para seminaris, dengan perasaan tersebut para seminaris pastinya akan semakin serius dan semakin semangat dalam menanggapi panggilannya. Lama tak bertemu dengan keluarga menjadi beban terberat para seminaris, rasa rindu akan keluarga dan rumah pasti akan selalu terbayang dalam pikiran para seminaris, apalagi bagi yang belum terbiasa hidup mandiri. Tak ada lagi suara lembut ibu yang membangunkan sang penulis melainkan suara bel yang membuat gendang telinga serasa ingin pecah. Tak ada lagi sosok ayah yang selalu mengajak penulis berlibur saat akhir pekan. Di seminari hidup penulis berubah 180°. Dari pribadi yang lama menjadi pribadi yang baru dan lebih baik. Di sini penulis harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, hidup bersama kawan- kawan yang baru bukanlah suatu hal yang mudah, 65 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

terlebih dari lagi menghilangkan rasa malas, dan rasa ingin selalu menjadi nomor satu. Di tempat ini penulis dituntut untuk lebih mandiri, peka, dan juga perhatian terhadap sesama. Sikap kekeluargaan ini diharapkan menjadi penghilang rasa jenuh, dan penat terhadap rasa rindu yang selama ini sang penulis pendam. Penulis berpendapat bahwa menjadi seorang seminaris bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan dan rintangan yang harus dilalui. Tetapi teman-teman satu komunitas selalu ada sisi penulis baik itu dikala senang maupun susah. Saat penulis jatuh para seminaris lain akan selalu ada untuk menopangnya. Dari pengalaman tersebut, penulis belajar segala peristiwa hidup yang kami alami, pasti Tuhan memiliki rencana yang indah. 66 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

COMPLETORIUM -Nicolaus Johansen Ruwano- Di Seminari Wacana Bhakti, para seminaris sudah tak asing lagi dengan kata completorium. Apakah pembaca mengetahui completorium? Completorium berasal dari Bahasa Latin yang berarti ibadat penutup. Completorium dilakukan setiap akan mengakhiri hari, di dalamnya terdapat doa, madah, mazmur, kidung simeon, bacaan singkat, dan antifon penutup. Completorium dapat dilakukan dengan dinyanyikan dan dapat juga dilakukan dengan didaraskan. Jika dilakukan bersama, biasanya completorium dilakukan dengan dinyanyikan. Jika dinyanyikan, biasanya menggunakan nada-nada Gregorian yang memiliki ciri khas halus dan mengalir. Jangan khawatir, di dalam buku completorium sudah disusun secara sederhana dan mudah dipahami. Completorium bisa dilakukan sendiri maupun bersama- sama. Di Seminari Wacana Bhakti, completorium dilakukan setiap hari Minggu malam dan hari Senin malam. Biasanya, completorium dilakukan pada jam 21.30-22.00. Ada juga beberapa kejadian menarik pada saat completorium, contohnya pada saat pemimpin completorium salah mengucapkan kata ataupun nada, kemudian penulis (notabene anak seminari) langsung “tsst...” untuk mengingatkan kepada pemimpin 67 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

completorium bahwa ada kesalahan. Pada saat completorium, ada juga yang mengantuk. Akibatnya mereka ketiduran, ada juga yang saat madah atau mazmur menyanyikannya dengan suara yang sangat keras. Pada saat completorium, suasana tidak seramai ibadat pagi karena beberapa anak seminari terkadang ada yang tidak mengikutinya, entah alasannya mengantuk ataupun masih banyak tugas sekolah yang harus dikerjakan. Memang, penulis memiliki banyak tuntutan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan, ada tugas yang berasal dari sekolah maupun tugas dari seminari. Tuntutan yang harus dilaksanakan juga banyak, terutama tuntutan untuk selalu mengikuti jadwal komunitas setiap harinya. Jika kami mengetahui manfaatnya, ibadat penutup atau completorium akan mudah dilakukan. Manfaat- manfaatnya antara lain, tentu untuk doa permohonan perlindungan pada saat tidur ataupun pada saat berjaga. Completorium jelas jauh lebih efektif dari pada hanya berdoa malam spontan biasa. Tidak hanya itu, completorium dengan nada-nada Gregoriannya bisa membuat hati lebih tenang dan tidur bisa lebih nyenyak. Bagi penulis, completorium sudah menjadi kebiasaan pada hari Minggu dan hari Senin, namun bukan sekadar kebiasaan dan kewajiban bagi penulis, completorium juga membantu penulis agar bisa bangun dengan segar di keesokan harinya, meski esok hari bangun jam 04.45. 68 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Sekarang, KPP dan KPA memiliki jadwal completorium sendiri. Hal ini merupakan usulan dari Pater Ari agar KPP dan KPA dapat melaksanakan completorium dengan lebih khusyuk dan juga untuk pengambilan nilai liturgi. Pada hari Minggu, KPP dan KPA tetap mengikuti completorium dengan komunitas. Namun pada hari Senin, KPP dan KPA melaksanakan completorium pribadi. KPP dan KPA menggunakan kapel untuk melaksanakan completorium agar tidak bertabrakan dengan jadwal komunitas. KPP dan KPA menggunakan jam studi 2 untuk melaksanakan completorium. Pater Ari juga menambahkan jadwal completorium tambahan guna untuk membuat KPP dan KPA lebih lancar dalam ibadat completorium. Hari yang digunakan adalah hari Selasa. Pada hari Selasa, jam kami melakukan completorium sama dengan hari Senin yaitu sebagian dari jam studi 2. Setelah kami melaksanakan completorium kami melanjutkan dengan doa angkatan. Pemimpin completorium yang biasanya dipimpin oleh kakak kelas, sekarang dipimpin oleh teman-teman dari KPP dan KPA guna melatih dan pengambilan nilai. Jadwal terus digilir tiap harinya sampai semua anggota KPP dan KPA mendapat jatah untuk memimpin completorium. Pada saat memimpin completorium inilah yang menjadi penilaian Pater Ari untuk pelajaran liturgi. Bagi pembaca yang ingin masuk ke seminari, cobalah untuk membiasakan diri setiap harinya untuk melakukan completorium/ibadat penutup, baik secara 69 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

pribadi maupun bersama keluarga. Itu akan sedikit membantu pembaca pada saat sudah masuk ke seminari. Luangkan waktu pembaca sekamir 30 menit sebelum berbaring di tempat tidur dan pembaca bisa menggunakan buku brevier ataupun buku completorium untuk melakukan completorium. Namun jika pembaca baru pertama kali melakukan completorium, penulis sarankan untuk menggunakan buku completorium yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga sangat mudah digunakan dan dipahami. 70 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

MOSB RASA RETRET -Rafael Advenando- Masa Orientasi Seminaris Baru seperti retret? Ataukah hanya penulis yang merasakannya? Setiap masuk di sekolah baru, pasti ada pengenalan lingkungan sekolah, atau yang biasa disebut masa orientasi. Di Seminari Menengah Wacana Bhakti (SMWB) juga ada masa orientasi. Kami menyebutnya dengan MOSB yang merupakan kepanjangan dari Masa Orientasi Seminaris Baru. Waktu yang digunakan saat masa orientasi tidak jauh beda dengan sekolah lainnya, kurang lebih 3 hari. Tetapi ada hal yang membedakan masa orientasi seminari dengan sekolah lainnya. Masa orientasi seperti retret? Ya. Menurut penulis, MOSB di seminari sangat mirip dengan retret. Malah tidak ada bedanya dengan retret. Di awal, seminaris baru harus memperkenalkan diri dan membentuk kelompok. Lalu, ada beberapa sesi yang wajib diikuti seminaris baru. Sesi yang diberikan wajib diikuti agar dapat mengenal diri sendiri, ajaran-ajaran agama Katolik dan lainnya untuk bekal di seminari nanti. Jika masa orientasi seperti retret, pasti tidak akan seru tanpa adanya permainan. Banyak permainan yang dimainkan saat masa orientasi. Ada I love you full, menara cita-cita, menara air, mouse trap, ember game, sehati sejiwa, telor mas, opposite, dan masih banyak lagi. Game tersebut dimainkan bersama kelompok masing- 71 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

masing. Menurut penulis, game yang paling seru adalah game yang dimainkan bersama angkatan, yaitu line foot. Di permainan ini semua kaki pemain diikat dengan pemain di sebelahnya dan harus berjalan lurus. Jika tidak lurus, semua pemain akan disiram dengan air oleh kakak kelas 1. Puncak MOSB adalah “Welcome Party”. Sehari sebelum “Welcome Party”, kami diajak untuk mempersiapkan penampilan. Kami juga membuat mars angkatan karena setiap angkatan harus memiliki mars sendiri. Kami menyelesaikan persiapan “Welcome Party” dalam waktu 1 jam. Kami juga mempersiapkan tampilan lainnya. Minggu, 14 Juli 2019 adalah hari terakhir angkatan 33 mengikuti MOSB. Malamnya, diadakan “Welcome Party” untuk menyambut angkatan 33. Kami menampilkan mars kami dan dilanjutkan dengan bernyanyi lagu Bento. Semua anggota komunitas ikut bernyanyi. Puncak acara welcome party adalah pemakaian blazer. Nama kami dipanggil satu persatu untuk dipakaikan blazer dan bersalaman dengan kakak kelas kami. Angkatan 33 pun resmi menjadi anggota komunitas Seminari Wacana Bhakti. 72 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

MENJADI BUNGLON DI SEMINARI -Stanislaus Andi Eka Prasetya- Apakah kami perlu berbaur dengan lingkungan seminari? Mengapa hal itu penting bagi seminaris baru? Seminari merupakan salah satu bentuk sekolah asrama bagi seorang laki-laki yang ingin menjadi seorang romo atau pastor. Salah satu contohnya adalah Seminari Menengah Wacana Bhakti, yang terletak di Jl. Pejaten Barat 10 A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Namun, jika kami tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan, maka sia-sia sajalah kami berada di seminari. Begitulah pentingnya adaptasi. Maka dari itu, kami perlu cara yang baik dan benar. Penulis sangat menyarankan pembaca untuk duduk tenang dan membaca tentang cara ampuh beradaptasi di Seminari. Tapi, jangan lupa dicoba tipsnya, sama sajalah nanti jika tidak dilakukan. Ya kan? Pertama, pembaca perlu mengenal satu komunitas. Mulai dari para seminaris tingkat KPP (Kelas Persiapan Pertama), KPA (Kelas Persiapan Akhir), hingga kelas 1, 2, 3, para romo, frater, suster, staff dan karyawan, serta orang-orang yang membantu proses berjalannya seminari. Berat? Susah? Ya, kalau boleh jujur penulis akui memang cukup sulit. Tapi, nantinya pembaca akan mulai mengenal anggota komunitas satu per satu seiring berjalannya waktu. Ya, setidaknya pembaca harus kenal dengan teman satu angkatan, karena hampir setiap waktu pembaca bersama dengan 73 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

mereka. Seperti saat studi, di unit, ruang belajar (terutama saat KPP atau KPA belajar bersama), berolahraga, mengerjakan suatu tugas bersama, bermain bersama, dan lain-lain. Baru setelah itu, pembaca mulai mengenal teman-teman satu komunitas. Tidak lain lagi kalau bukan para kakak kelas. Takut kenalan? Percaya diri saja, lihat saja efek atau dampaknya. Apalagi saat pembaca berjalan dan bertemu, kami perlu menyapanya dan kami tidak boleh menggunakan kata “kakak” atau “adik.” sehingga, kami perlu mengenal namanya. Tapi, jangan sampai kami memanggil romo atau frater, suster, staff dan karyawan serta para petugas di seminari langsung menyebut namanya. Kalau begitu sih, tidak sopan bro. Kedua, kenali tempat di seminari. Ya, kalau yang satu ini sih semua orang juga sudah tahu. Tapi, memang benar juga, kalau kami tidak tahu tempat di lingkungan sekamir nantinya akan tahu sendiri. Contohnya, seorang kakak kelas meminta pembaca untuk berdoa Malaikat Tuhan, tetapi pembaca tidak tahu di mana letak microphone tersebut. Suasana menjadi sulit kalau seperti itu. Paling tidak pembaca tahu dulu tempat penting yang ada di seminari beserta hal-hal yang ada. Jangan lupa untuk dihafalkan, nanti bisa jadi lupa lagi. Kemudian yang ketiga, kami perlu menjaga kebersihan lingkungan kamar. Coba bayangkan apa jadinya jika kamar pembaca penuh dengan sampah? Kasur penuh baju kotor, lemari berantakan, sprei dan 74 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

selimut tidak tertata dengan rapi serta pakaian kotor menumpuk. Siapa yang akan betah di seminari kalau seperti itu? Apalagi kalau kamar mandi kotor ditambah lagi ada kecoa karena parahnya kotoran yang ada di kamar mandi. Bagaimana? Menjijikkan bukan. Susah pasti kalau begitu. Maka, penulis menyarankan bagi pembaca untuk mulai membereskan kamar, baik itu kamar tidur maupun kamar mandi. Pasti nyaman dilihat dan akan betah tinggal di seminari. Penulis jamin kalian akan betah nanti. Tapi jangan lupa dibersihkan lagi, paling tidak setiap minggu atau setiap beberapa minggu sekali. Kalau malas dibersihkan, nanti sama saja. Kotor lagi nanti kamarnya jika seperti itu. Bisa jadi tidak betah nantinya pembaca. Keempat, pembaca perlu membiasakan diri. Memangnya, bagaimana cara yang tepat untuk membiasakan diri? Apalagi seminari adalah sekolah asrama, bukan sekolah biasa. Banyak hal yang dilarang kami lakukan di sini yang mungkin merupakan kebiasaan kami di rumah. Oh iya, di asramakan dilarang bawa handphone. Lalu, kami selama kurang lebih 3 bulan atau masa karantina juga dilarang bertemu keluarga dan tidak boleh saling menerima telepon dengan mereka. Susah pasti nanti, benar tidak? Haduh, bosen pasti di seminari nanti. Hati-hati loh bro di sana, katanya kakak kelasnya seram-seram dan banyak senioritas di sana. Memangnya kamu betah? Pasti tidak kan? Ya, semua itu adalah pertanyaan yang sering penulis hadapi saat bertemu 75 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

orang lain, setelah menerima kabar bahwa penulis diterima di Seminari Menengah Wacana Bhakti. Memang dari semua pernyataan tersebut ada yang benar, yaitu dilarang membawa handphone atau alat elektronik lainnya serta banyak kebiasaan yang mungkin sering kami lakukan di rumah namun di sini akan terjadi hal yang sebaliknya (misalnya mungkin kalau bangun tidur suka malas, bangunnya sedikit siang, setiap akhir pekan suka jalan-jalan ke luar, mau melakukan suatu hal yang disukai sebebas-bebasnya. Tapi, di sini hal itu akan dibuang dan pembaca akan melakukan yang sebaliknya dan tentunya lebih positif). Tetapi, ingatlah akan suatu kalimat yang berbunyi: Banyak jalan menuju Roma. Maka banyak juga hal-hal yang dapat kami lakukan di seminari. Memang tidak semudah kalian membalikkan tangan. Tapi, lakukanlah setiap langkah atau proses yang ada agar pembaca dapat hidup di seminari dengan baik. Setidaknya, ikutilah tips-tips yang penulis berikan kali ini dengan baik. Penulis yakin 100% pembaca mampu beradaptasi di seminari dengan baik. Jika pembaca merasa masih kurang mampu hidup di seminari dengan baik, penulis yakin masih ada cara atau metode yang diberikan kepada pembaca tetapi kurang diterapkan dalam keseharian. Kelima atau yang terakhir, penulis yakin pasti akan membuat pembaca betah berada di seminari, tidak lain dan tidak bukan, yaitu berkembanglah dalam hal apapun. Ingatlah setiap usaha yang baik tidak akan 76 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

mengecewakan hasilnya. Di dalam seminari, jika pembaca malas-malasan maka kalian akan tertinggal dengan teman-teman satu angkatan yang sudah ada di depanmu. Jika hal ini terjadi, penulis sangat menyarankan pembaca untuk berhati-hati dan jika pembaca sudah semakin jauh dan tertinggal dari teman- teman pembaca, maka waktumu untuk tetap berada di seminari tidak akan lama lagi. Seperti halnya sebuah es batu kecil yang masih berada di bawah kulkas atau lemari es yang panas menunggu waktu baginya untuk habis. Maka, janganlah lupa untuk mengembangkan diri dalam setiap hal yang ada di seminari. Terutama, Seminari Menengah Wacana Bhakti, seminari yang sangat disarankan untuk diplih bagi seorang calon imam atau pastor. Seperti bermain alat musik orchestra, dalam pelajaran sekolah, mengembangkan sikap, dan lain-lain. Penulis tidak memintamu untuk langsung menjadi pribadi yang sangat berkembang atau terbaik di atas seluruh teman-temanmu. Namun, berusahalah dengan baik dan hargai setiap proses yang ada dengan kesungguhan hati. Begitulah, tips-tips yang dapat penulis berikan untuk pembaca. Janganlah lupa untuk dicoba dengan segenap hati untuk mampu beradaptasi di seminari dengan baik. Tetaplah menjaga niat dan panggilanmu di seminari agar dapat mampu bertahan di seminari, hingga menjadi seorang imam. Juga ikuti setiap proses yang Pembaca lakukan dengan setulus hati. Ingat, proses 77 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

tetaplah sebuah proses, tidak peduli seberapa kecil usahamu. 78 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

PARARE DAN CUPIR -Vincensius Paris Sihaloho- Apakah itu parare? Apakah Cupir? Sejenis makanan atau barang? Kalau pembaca penasaran, akan penulis sampaikan sekarang. Parare adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Latin yang berarti menyiapkan. Kata ini memang sudah akrab kami dengar di Seminari Wacana Bhakti ini. Disini kami dilatih untuk berbahasa Latin sedikit-sedikit dan pengertian dari parare adalah kegiatan menyiapkan segala perlengkapan untuk makan malam yang beranggotakan 2 kelompok meja atau sekamir 16 orang. Pekerjaan apa yang biasa dilakukan oleh petugas parare? Pekerjaan parare adalah mengisi air dari teko, menyiapkan nasi di tenpatnya, menyendokkan sayur ke setiap piring secara merata, dan mengisi tempat nasi dengan nasi sesuai porsi yang ingin ditambahkan atau porsi yang diminta. Pekerjaan ini hanya dilakukan setiap 15 menit sebelum makan malam berlangsung. Terkadang, pekerjaan ini memang terasa membosankan. Tetapi ada saja yang senang mengerjakannya karena bagi orang yang memiliki sifat seperti bos pasti ia lebih suka dilayani bukan melayani, sedangkan bagi yang senang hati mengerjakannya ia pasti lebih suka melayani daripada dilayani. Tetapi bagi penulis, tugas parare tidak begitu membosankan dan melelahkan karena pekerjaan 79 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

ini dilakukan bersama-sama sehingga kami dapat saling membantu dan pekerjaan dapat cepat selesai. Pekerjaan refter yang kedua adalah cupir. Apa yang dimaksud dengan cupir? Cupir adalah pekerjaan refter atau yang biasa kami ketahui dengan nama ruang makan. Kata refter berasal dari Bahasa Latin, yang artinya ruang makan. Di refter, kami makan bersama satu komunitas Seminari Wacana Bhakti. Cupir (singkatan cuci piring) sendiri adalah kegiatan mencuci atau membersihkan peralatan makan yang kotor atau yang sudah dipakai. Pekerjaan ini dilakukan hanya pada saat selesai makan malam. Tetapi faktanya, banyak orang yang seharusnya mencuci malah banyak yang kabur entah ke kamar ataupun ruang studi. Bidel refter yang harusnya bekerja mengecek kerapihan dan kelengkapan anggota pada saat cuci piring, direpotkan untuk mencari anggota yang hilang. Jika bidel refter tidak menemukannya, bidel refter akan mencatat orang tersebut dan dia akan di berikan sanksi seperti:mencuci piring satu komunitas saat hari Mingggu pagi, atau mungkin jika fatal akan diberi hukuman membersihkan toilet yang ada di samping refter. Menurut penulis, toilet tersebut sangat jorok, sehingga membuat orang yang melakukan kesalahan tersebut menjadi kapok dan tidak akan mengulanginya lagi. Beberapa peraturan yang paling banyak dilanggar oleh seminaris saat kami mendapat jatah makan di refter diantaranya adalah: membawa potus (atau snack dalam 80 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Bahasa Latin) keluar dari daerah yang ditentukan, menghilangkan peralatan makan seperti gelas, sendok makan, dan garpu. Hal-hal tersebut sering dilakukan oleh seminaris dengan alasan lupa. Setelah ada saksi yang melihat pelanggaran tersebut, mereka akan melapor ke bidel refter yang bertugas agar pelanggaran tersebut dicatat di sebuah buku khusus untuk menulis suatu pelanggaran dan waktunya akan ditentukan oleh wakil kordinator bidel refter. Bagi seminaris yang baru masuk pastinya mereka akan berbuat kesalahan sehingga dari kesalahan tersebut mereka dapat belajar dari kesalahan yang mereka lakukan dan mereka juga dapat mengetahui dengan sendirinya mana yang benar dan mana yang salah. Pesan mutiara dari anggota bidel refter sendiri adalah bertanggungjawablah atas kesalahan yang telah diperbuat karena dengan hukuman yang diberikan akan membuat kami menjadi berubah dan mengetahui mana yang benar. 81 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

17-AN ALA SEMINARIS -Vincentius Arya Prasada- Pembaca pasti tau, kalau setiap tanggal 17 Agustus, seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Seperti biasa, di lingkungan seminari pasti ada banyak sekali lomba-lomba untuk memeringati kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Kegiatan tersebut pasti dimeriahkan oleh orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Apakah para seminaris turut memeringati hari kemerdekaan Indonesia? Apa saja yang dilakukan para seminaris dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Indonesia? Penulis yang juga seorang seminaris dari Seminari Menengah Wacana Bhakti ini akan membagikan pengalaman saat merayakan peringatan hari kemerdekaan Indonesia. 16 Agustus 2019, hari para seminaris memulai peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Peringatan ini jatuh tepat sehari sebelum tanggal kemerdekaan Indonesia diperingati pada umumnya. Hal ini merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dari biasanya, karena biasanya acara serta perlombaan peringatan hari kemerdekaan Indonesia akan dilangsungkan pada tanggal 17 Agustus. Acara ini bernama tirakatan. Apa sih tirakatan itu? Tirakatan adalah acara yang dibuat oleh para seminaris untuk menyambut peringatan hari 82 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada keesokan harinya. Acara ini telah menjadi agenda rutin seminari ini setiap tahunnya. Acara ini berlangsung dari siang hari dan baru berakhir pada malam hari. Selain para seminaris, tak jarang juga acara ini dimeriahkan oleh para staff serta para formator, para frater, bahkan oleh Culas─anjing peliharaan seminari ini. Mungkin muncul beberapa pertanyaan lagi di benak para pembaca, apa saja sih yang dilakukan pada saat tirakatan berlangsung? Mengapa acara ini berlangsung bukan pada saat hari kemerdekaan? Setelah bel pulang sekolah berbunyi, seluruh seminaris langsung bergegas menuju ke lapangan. Acara ini dimulai dengan doa bersama dan pemberian berkat dari Pater/Romo, kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok untuk mengikuti rangkaian lomba. Setelah kelompok terbentuk, kami saling beradu yel-yel satu sama lain dan tidak ada yang mau kalah satupun sehingga suara kami yang bergelorapun terdengar dengan nyaringnya. Hal ini bukan tanpa tujuan, adu yel-yel ini bertujuan membakar semangat para seminaris sebelum mengikuti serangkaian lomba lainnya. Kemudian permainan pun dimulai, para seminaris saling bertanding sebagai kelompok secara kompak dan sportif. Puncak dari acara ini adalah “Webs War”. Acara ini berlangsung dengan cukup beringas, tak jarang ada yang terluka karena acara ini. Namun, para seminaris tetap dengan antusias mengikutinya. Masing-masing tim harus 83 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

menjaga kardus yang bertuliskan nama kelompoknya dan kelompok lain akan berusaha dengan sekuat tenaga dan dengan segala cara untuk bisa merebut kardus milik tim lawan. Setelah acara yang cukup melelahkan ini selesai, kami pun mandi dan bersiap-siap untuk melakukan adorasi kemerdekaan di kapel. Adorasi kemerdekaan ini berlangsung di kapel seminari. Adorasi ini berlangsung selama kurang lebih satu jam. Adorasi ini bertujuan untuk memohon rahmat persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia terhindar dari segala bentuk perpecahan dan ancaman. Baik dari dalam negeri maupun dari bangsa lain. Setelah adorasi ini selesai, para seminaris melanjutkannya dengan makan bersama di lapangan mini soccer. Para seminaris dibekali dengan pemanggang dan bahan makanan dan secara bersama-sama akan melakukan barbeque outdoor. Situasi yang berbeda sangat terasa. Berbeda dari makan malam yang terkesan biasa saja, malam ini para seminaris akan makan malam ditemani oleh berjuta bintang yng berpijar di angkasa. Setelah selesai makan, para seminaris melaksanakan opera untuk membereskan segala hal yang telah para seminaris pergunakan selama seharian ini. Kegiatan ini mirip dengan operasi semut yang biasa dilakukan saat berkemah namun dalam skala yang lebih besar. Acara ini dilanjutkan dengan penampilan dari band “Dua Centang Biru” yang beranggotakan Rimbun, Indra, Blasius dan Yudis. Malam semakin larut, sebagai penutup dari acara 84 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

ini, para seminaris secara bersama-sama menyanyikan dengan bangga Mars Seminari Wacana Bhakti. Acara tirakatan kali ini diakhiri dengan doa penutup serta berkat penutup dari frater. Hari pun berganti, malam hari yang gelap mulai digantikan oleh terang yang dipancarkan oleh sang surya dari ufuk timur. Hari ini adalah peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang sebenarnya, Sabtu 17 Agustus 2019. Semangat patriotisme kami semakin bergelora saja dalam dada. Kami sebagai seminaris turut mengikuti upacara bendera bersama dengan siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga. Para seminaris yang tergabung dalam Wacana Bhakti Symphony Orchestra atau yang biasa disebut WBSO memainkan instrumennya pada upacara tersebut. Para seminaris yang tergabung dalam KPP-KPA-pun turut memeriahkan upacara bendera ini dengan menjadi paduan suara pada upacara tersebut. Upacara berlangsung dengan khidmat dan tertib hingga sang pemimpin upacara menyerahkan kembali komando kepada ketua pasukan barisan. Setelah upacara bendera tersebut usai, para seminaris yang telah menjadi siswa SMA Kolese Gonzaga mengikuti berbagai macam perlombaan yang diselenggarakan oleh Gonzaga. Itulah alasan dibalik pembuatan acara tirakatan tersebut oleh para seminaris sehari sebelum peringatan kemerdekaan Indonesia berlangsung, alasannya agar acara tirakatan tersebut tidak berbentrokkan dengan acara yang diadakan oleh Gonzaga. Kehidupan para seminaris 85 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

tak hanya melulu berkaitan dengan doa ataupun hal-hal yang suci saja. Berdoa memang penting namun para seminaris juga tak boleh menutup lingkup interaksi sosial dengan dunia luar, seperti pada salah satu pilar Seminari Wacana Bhakti yaitu Societas. Apalagi dalam kaitannya dengan negara kami yang tercinta ini, para seminaris tak boleh melupakan apa yang telah tanah air ini berikan untuk mereka, tempat dimana kami lahir dan berusaha menanggapi panggilan Tuhan. Kami semua tak boleh menjad pribadi yang setengah-setengah dalam memberikan diri dalam bentuk apapun. Sebagai umat Katolik yang beriman, hendaklah kami dapat menjadi pribadi yang 100% Katolik 100% Indonesia. Dengan ini para pembaca diajak untuk bisa memberikan sesuatu secara total, baik itu bagi Tuhan maupun juga bagi sesama. 86 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

MERELAKAN SEGALANYA DEMI PANGGILAN ILAHI -Yohanes Ervin Mulyana- Para imam sejak dahulu telah merelakan segalanya demi panggilan ilahi. Mulai dari harta, waktu, tenaga, dan bahkan hidupnya sendiri. Hal ini membuktikan, bahwa seorang imam mempunyai totalitas dalam hidupnya, yaitu panggilan itu sendiri. Panggilan ilahi di sini bukanlah panggilan kematian (meninggal), melainkan sebuah daya tarik dari sang Ilahi. Panggilan yang mempunyai daya tarik tersebut mengarah kepada suatu tujuan hidup. Suatu hal yang luar biasa mengingat di tengah banyaknya orang yang menemukan panggilan dalam hidupnya, masih ada diantara mereka yang tertarik pada panggilan hidup imamat. Panggilan hidup imamat merupakan suatu rahmat bahkan anugerah dari Allah sendiri kepada setiap orang yang dipilih oleh-Nya. Maka untuk menjawab panggilan ini, diperlukan hati yang siap sedia, penuh kerelaan pada kehendak Allah. Kerelaan pada kehendak Allah tentunya bukanlah hal yang mudah bagi setiap orang yang dipilih-Nya dalam menjawab panggilan suci ini. Diperlukan suatu kerelaan yang penuh. Diperlukan pula hati yang kuat dan utuh, untuk menjawab panggilan ini. Totalitas merupakan sumber dari kerelaan itu. Kerelaan apa yang sebenarnya ingin kami bahas di sini? Apakah sebuah kerelaan kecil atau besar? 87 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Tentunya sejak dari awal kami telah membahas bahwa kerelaan akan hidupnya. Kerelaan itu adalah kerelaan akan harta, harta yang dibicarakan di sini ialah dalam hidupnya ia mesti merelakan dirinya menjadi miskin. Miskin bukan berarti “hidup susah” sebagai seorang pengemis walau memang ada Ordo Mendikan yang pada abad pertengahan, mempraktikkan kemiskinan ekstrem. Tapi miskin disini berarti dalam hidupnya ia tidak mengejar harta/kekayaan. Dalam setiap pelayanan maupun pekerjaannya, ia tidak pamrih sebab dalam hidup mereka, harta/kekayaan seperti itu percuma saja. Mereka tidak mengasihi hal-hal seperti itu lagi. Seperti yang telah dikatakan dalam kamib suci: Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak dalam orang itu. (1Yoh 2:15) Sebab itulah mengapa mereka tidak mengejar hal- hal tersebut sebab percuma dan sia-sia serta tidak ada untungnya, hanya mendatangkan rugi saja seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus: Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya 88 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

sampah, supaya aku memperoleh Kristus. (Flp 3:7-8) Kerelaan waktu dan tenaga seorang imam ialah merelakan waktu dan tenaga di masa mudanya. Ia malah diharuskan menempuh pendidikan sebagai calon imam. Pendidikan sebagai calon imam diosesan, bisa menempuh waktu 9-10 tahun, sedangkan imam tarekat religius biasanya menempuh waktu 11-12 tahun. Mengapa imam tarekat religius lebih lama? Karena ada tambahan formasi khusus. Kembali di awal, bahwa kerelaan atau pengorbanan yang dilakukan tidak akan sia-sia, demi melayani Tuhan dan sesama. Sebagaimana kami tahu bahwa didalam Injil, Yesus menjanjikan upah yang lebih besar namun bukan di dunia ini melainkan di surga. Upahnya juga bukanlah berupa uang atau harta lainnya karena sekali lagi hal itu sia-sia sebab Yesus mengingatkan bahwa akan hal seperti itu yang percuma dan sia-sia. Hanya akan ngengat dan karat dapat merusaknya: Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkanya dan pencuri membongkarnya serta mencurinya, tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusaknya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.(Mat 6:19-20) 89 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Yesus berbicara pula dalam Injil kepada Petrus yang bertanya pada-Nya mengenai upah yang akan didapatkannya demikian: Kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikuti Engkau, kata Yesus kepada mereka: ... Aku berkata kepadamu: sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, isterinya atau anak- anaknya, akan menerima kembali lipat galian pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. (Luk 18:28-30). Selain itu pula, imam Katolik tidak boleh menikah, dalam arti selibat. Mengenai alasan mengapa imam Katolik tidak menikah, ada di dalam Injil : ‘…. Akan tetapi ia berkata kepada mereka: “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikarunia saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”’ (Mat 19:11-12) 90 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

Ini adalah jawaban, dari kitab suci untuk orang- orang yang mempertanyakan mengapa para imam Gereja Katolik tidak kawin. Para imam melakukan hal demikian karena kerelaannya dalam mengikuti kerajaaan surga. Kerelaan, sekali lagi menjadi bagian dari totalitas hidup seorang imam. Untuk itu marilah kami mewawancarai seorang imam yang berpengalaman dalam hidupnya. Yang telah mengabdi dalam panggilan ini hingga hampir setengah abad usianya dan kini menjabat sebagai Pamong Umum Seminari Wacana Bhakti ialah Rm. Benediktus Ari Darmawan Pr. Romo yang satu ini kerap kali disapa dengan sapaan Rm.Ari atau Pater Ari. Berikut wawancara penulis kepada Romo/Pater Ari. “Menurut Romo, apa itu kerelaan?” tanya penulis. “Kerelaan ialah dimana kami para imam, mengikhlaskan hidup kami sendiri demi panggilan ini.” jawab Rm.Ari. “Bagaimanakah awal kisah dari panggilan Romo sebagai seorang imam?” tanya penulis. “Awalnya penulis tidak terpikirkan menjadi seorang imam. Awalnya penulis ingin menjadi seorang bruder FIC di Pangudi Luhur. Penulis tidak ingin dikenal dan hanya bekerja di belakang altar, karena penulis merasa bahwa penulis tidak pandai bicara. Namun penulis sadari bahwa ketika penulis tidak mampu dalam hal tersebut, malahan Tuhan memampukan penulis untuk bicara. Suatu saat, ketika penulis merasa bahwa panggilan penulis bukanlah hidup membiara, penulis memilih untuk melayani 91 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A

khususnya pemerhati Keuskupan Agung Jakata. Itulah awal cerita dari panggilan penulis.” jawab Rm.Ari. “Apa saja sih yang harus Romo relakan dan ikhlaskan ketika menjawab panggilan ini ?” tanya penulis. “Pertama-tama pasti penulis merelakan hidup penulis sendiri pastinya. Meninggalkan keluarga penulis, yang penulis syukuri ialah bahwa, keluarga penulis yang sederhana membekali penulis dengan, nilai-nilai kebaikan dan moral.” jawab Rm. Ari. “Apa pesan Romo untuk, panggilan di zaman sekarang ini, khususnya anak muda zaman sekarang ini?” tanya penulis. “Penulis kira setiap orang punya tanggung jawab atas panggilan dalam hidupnya. Orang harus berani masuk dalam keheningan, mengolah diri, dan menemukan panggilannya. Namun, ada pula orang yang menemukan panggilan dalam hidupnya yang bersifat eksternal. Namun bagi penulis, hal itu adalah dunia batin. Silahkan saja setiap orang menemukan panggilannya masing-masing, tapi tetap harus bertanggung jawab dalam menemukan panggilan tersebut,“ jelas Rm.Ari. “Bagaimana Romo menghayati panggilan hingga sekarang ini?“ tanya penulis. “Penulis lebih menghayati panggilan suara Tuhan. Yang penulis anggap sebagai Suara Tuhan sendiri adalah bapak uskup. Penulis menaati dan menuruti ketika penulis diberikan berbagai tugas khususnya, juga untuk tugas sebagai pamong disini penulis taati dan turuti. Spritualitas Benediktus Abbas, nama pelindung babtis penulis dalam semangat monastik 92 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook