Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Fiksi KPA

Fiksi KPA

Published by angkatan 35, 2022-05-30 06:27:48

Description: Fiksi KPA

Search

Read the Text Version

Kata Pengantar Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan cerita fiksi dengan judul utama “Masa Depan Belajar Dari Masa Lalu”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Lusia Ely Rahmawati selaku guru pembimbing kami dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan cerita fiksi ini. Tujuan kami membuat kumpulan cerita fiksi berjudul “Masa Depan Belajar Dari Masa Lalu” adalah untuk memenuhi tugas sebagai Ujian Akhir Semester II. Selain itu, kami ingin mengembangkan imajinasi dan kreativitas dalam membuat cerita dengan penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Kami sadar bahwa kumpulan cerita fiksi berjudul “Masa Depan Belajar Dari Masa Lalu” jauh dari kata sempurna. Maka, kami mohon maaf atas segala kekurangan dari kumpulan cerita ini. Kami juga meminta tanggapan dari pembaca berupa kritik dan saran yang membangun agar di kesempatan selanjutnya kami bisa semakin baik lagi dalam membuat cerita fiksi. Jakarta, 23 Mei 2022 Penulis Masa Depan Belajar dari masa lalu I

Daftar Isi Kata Pengantar................................................................ I Daftar Isi........................................................................ II Panggilanku Kekasihku..................................................1 Hati-Hati Di Jalan.......................................................... 24 Mengejar Mimpi.............................................................44 Payback........................................................................... 63 Malu-Malu Tapi Mau...................................................... 91 Engkau Memanggilku..................................................... 114 Biodata Penulis...............................................................139 II Masa Depan Belajar dari masa lalu

Panggilanku, Kekasihku -Abraham Christian- Masa Depan Belajar dari masa lalu 1

“Ferry, bangun hayukk, sudah jam 6 ini, nanti kamu terlambat sekolah loh.” seru mama sambil membuka pintu kamar Ferry. “Iya mah, iya.” jawab Ferry sembari membuka mata dan segera beranjak dari tempat tidurnya. Inilah rutinitas setiap pagi yang dijalani seorang anak SMP bernama Ferry. Nama lengkapnya adalah Yohanes Ferry Kurniawan, akrab dipanggil Ferry. Saat ini Ferry sudah duduk di bangku kelas 3 SMP, itu artinya Ferry akan segera lulus SMP dan siap melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ferry anak yang baik, pandai, dan cukup banyak teman, tak lupa juga ia adalah anak yang rajin berdoa dan sangat beriman. Ferry rajin ke Gereja dan aktif dalam kegiatan di Parokinya yang terletak di bilangan utara ibu kota. Ferry bersekolah di sebuah SMP terkenal di bilangan Ibu Kota, SMP Favorit yang sangat digandrungi banyak anak-anak karena terkenal kualitasnya yang baik. maklum, sekolah ini adalah sekolah Katolik, yang terkenal dengan kedisiplinan dan berkualitas dalam mendidik. Di sekolah, prestasi Ferry tak perlu dipertanyakan lagi, dia selalu ranking 1 dan juara umum di angkatannya. Sejak dulu entah mengapa dia ingin menjadi seorang Imam, karena terinspirasi dari romo paroki. Keinginannya itu menjadi suatu pertentangan, bagi papanya sebab papanya sangat berharap dia dapat menjadi seorang pebisnis sukses kelak. suatu kali, Ferry ngobrol sembari makan bersama dengan keluarganya. mamanya memulai percakapan yang akhirnya mengarahkan topik ini tentang masa depan Ferry. 2 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Fer, kamu kan udah kelas 3 SMP, udah waktunya kamu memikirkan loh mau lanjut ke SMA mana. kamu ada kepikiran gak mau lanjut kemana?” tiba-tiba papanya berkata, “Mah udahlah Ferry masuk ke SMA favorit di Ibu Kota yang di daerah Menteng itu aja, kan itu sudah terkenal kualitasnya. SMP mu sekarang aja sudah sebagus itu, apalagi SMAnya, yang sama-sama dikelola Yayasan Katolik, pasti kualitasnya bagus, papa sih mau sekolahin kamu disitu,” “Pah, Ferry kan udah gede, biarin aja lah dia milih sendiri.” “iya nih papa, aku kan udah gede, biar aku yang pilih sendiri aja” “Iya iya, oke, kalo gitu kamu pilih sendiri deh. jadi mau masuk mana?” “Pah, aku mau jujur, aku tuh pengen masuk Seminari Santo Aloysius Gonzaga yang ada di Pasar Senen itu, karna aku merasa terpanggil untuk jadi Romo” Saat itu juga papanya terdiam, tapi mamanya berusaha meyakinkan pilihan Ferry. “Pah, niat Ferry itu mulia banget loh. dia mau jadi Romo, luar biasa banget. gak semua orang mau loh. Papa tau gak sih kalo jumlah Romo sekarang ini tuh dikit banget, padahal masih banyak umat yang membutuhkan pelayanan loh.” Masa Depan Belajar dari masa lalu 3

“Fer, maaf tapi papa masih gak setuju sama pilihan kamu dengan masuk ke Seminari. Papa punya banyak hal yang harus diwariskan ke kamu.” “Tapi pah, aku tuh pengen banget jadi Romo, hatiku disitu” “Tidak bisa Fer,” “Kenapa gak bisa pah?, aku kan-” “POKOKNYA KALO PAPA BILANG ENGGAK YA ENGGAK”. “Papa JAHAT, gak peduli aku pokonya aku tetep ngotot mau jadi romo.” Dengan kesal Ferry segera meninggalkan meja makan dan bergegas pergi ke kamar. Perlahan, Mama dan Papanya juga meninggalkan Meja Makan. suasana langsung hening. Di kamar yang cukup luas itu, Ferry termenung. pikirannya pontang-panting memikirkan keputusan papanya. Bagi Ferry, keputusan papanya sangatlah mengacaukan pikirannya, layaknya bom yang juga mengacaukan kota Nagasaki. Ferry termenung sejenak, kemudian ia mengarahkan pandangannya ke arah meja yang ada di pojok kamarnya, yang di atasnya terletak sebuah patung Maria, dan terdapat sebuah lilin dan salib. Kemudian perlahan Ferry menghampiri meja itu, duduk di depannya, menyalakan lilin, lalu ia mulai membuat tanda kemenangan umat Kristen itu, ya apa lagi kalau bukan tanda Salib. 4 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Kemudian Ia mulai memanjatkan doa kepada Tuhan dan Bunda. Ferry adalah anak yang tekun berdoa. dalam kondisi yang sesulit apapun ia tak pernah putus berdoa kepada Tuhan. Ferry sungguh yakin, panggilan ini adalah jalan yang Tuhan kehendaki baginya di suatu hari nanti. Maka dari itu ia mantap menjawab panggilan itu dengan niatnya untuk masuk Seminari. Hari-harinya ia lewati dengan semangat, sekalipun keputusan papanya masih lampu merah, tapi ia tetap yakin dengan panggilannya dan ia tetap tekun menjalani panggilannya itu. Tibalah hari dimana pendaftaran masuk Seminari di buka. Ferry senang sekali. Ia sangat bersemangat dan segera memprint semua formulir dan kuisioner yang diperlukan untuk mendaftar masuk, tak ketinggalan ia juga memprint sebuah kertas yang menjadi kunci utama bagi dia untuk masuk ke Seminari, ya apalagi kalau bukan surat izin orang tua. Saat hendak meminta tanda tangan surat perizinan itu, Ferry sempat khawatir, dia takut lagi-lagi papanya masih memberinya lampu merah. Tapi ternyata fillingnya itu salah. entah bagaimana tiba-tiba papanya segera mengambil kertas itu dan mencoretkan coretan penting itu diatasnya. Ferry sempat syok awalnya, tapi akhirnya ia memeluk papanya. “Fer, maafin papa ya gak ngijinin kamu, sekarang papa ijinin. papa udah gak berhak lagi ngatur kamu. karena gimanapun kamu adalah anak yang Tuhan titipkan ke papa, dan papa hanya berhak mendidik kamu, tapi tujuan mu kedepannya hanya Tuhan yang berkehendak.” “Makasih pah, maafin aku juga ya karna sempet kesel sama papa.” Masa Depan Belajar dari masa lalu 5

Keduanya saling berpelukan dan menangis haru. melihat itu mamanya senang sekali. kini Ferry hanya tinggal menyiapkan diri untuk tes dan persiapanmasuk.TernyataadasatuhalyangmembuatpapanyaFerryberubah pikiran hingga akhirnya mengijinkan Ferry masuk seminari, yakni karena papanya Ferry mendapat sebuah mimpi pada suatu malam. Dalam mimpi itu papanya Ferry diingatkan oleh Langit akan nazarnya ketika Ferry lahir. Papanya pernah bernazar bahwa akan mempersembahkan Ferry bagi Sang Pencipta apabila Ferry lahir dalam keadaan sehat. Dan kini Langit menagih nazar itu. Hari tes pun tiba. Ferry segera melaksanakan tes itu. Tes itu berlangsung sekitar dua hari satu malam. Selang dua minggu setelah tes, ternyata hasilnya memuaskan, Ferry resmi diterima sebagai Seminaris Seminari Menengah Santo Aloysius Jakarta. Ferry akan menjalani formasi selama 4 tahun mulai dari KPP hingga kelas 3, dan itu akan dimulai pada tanggal 17 Juli 2018. *** 6 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Tibalah hari dimana menjadi hari pertama para seminaris baru masuk ke Seminari. Ferry telah menyiapkan semuanya dengan sebaik mungkin. Ia berangkat ke seminari, ditemani oleh mama dan papanya, pergi meninggalkan rumah nya yang super mewah. Setibanya di Seminari, ia dihantar masuk oleh mama dan papanya ke dalam sebuah aula besar. di pintu aula sudah berjejer panitia penerimaan seminaris baru, lengkap dengan name tag yang menggantung di leher mereka. Panitia- panitia ini menyambut hangat kedatangan Ferry dan mama papanya. “Selamat datang di Seminari Menengah Aloysius Jakarta. boleh tau namamu siapa.?” “Halo Kak nama saya Yohanes Ferry Setiawan, biasa dipanggil Ferry.” “Ohhh halo Ferry, kamu dari Paroki mana ya?.” “Saya dari Paroki Gading , kak.” “Ohhh baik, berarti kamu Dekenat Utara ya?, kalo gitu kamu cari namamu yang di sebelah sini, setelah ketemu kamu tanda tangani ya di kolom sebelahnya. Oiya setelah tanda tangan sudah boleh masuk ke aula dan menunggu instruksi selanjutnya ya.” Selesai melakukan registrasi singkat di depan aula, Ferry bersama mama dan papanya masuk ke aula. Di aula itu ternyata sudah penuh orang. Pantas saja saat mereka melakukan registrasi sudah tidak banyak antrian, ini karena teman-temannya yang lain sudah sampai lebih dulu. Masa Depan Belajar dari masa lalu 7

Padahal di jadwal masuk pukul 10, tapi sejak pukul 8 pagi sudah banyakcalonseminarisyangtibalebihdulu.Ferrydanmamapapanyaduduk di bangku yang agak di belakang. maklum, bangku di barisan depan sudah penuh. baru saja duduk, tiba-tiba di sebelah mereka duduk juga seorang calon seminaris baru. seminaris itu hanya ditemani oleh salah satu dari orang tuanya saja. Ferry langsung mengajaknya ngobrol dan berkenalan. “Hai boleh kenalan?, aku Ferry, salam kenal?” “Ehh halo Ferry, boleh banget. kenalin nama ku Budi.” Dan akhirnya mereka saling berkenalan satu sama lain hingga akhirnya keluarga Ferry dan Budi saling bercengkrama dan ngobrol dengan akrab sampai tiba waktunya bagi para orang tua meninggalkan para seminaris.Kinitibasaatnyaparapanitiamemulaiacarawelcomepartykecil- kecilan di aula sekaligus memberi instruksi dan penjelasan untuk kegiatan Masa Orientasi seminaris baru yang akan berlangsung selama satu minggu. Puji Tuhan kegiatan orientasi itu berjalan baik, dan kini para seminaris baru itu resmi menjalani formasi tahap awal selama satu tahun. Ferry berformasi bersama dengan ke 30 orang temannya, termasuk Budi, dan mereka kebetulan masuk sebagai angkatan 35. Teman-temannya berasal dari berbagai macam Paroki di Jakarta, bahkan yang dari luar Jakarta pun juga ada. 3 bulan pertama adalah masa-masa sulit bagi Ferry untuk menyesuaikan diri. maklum, adaptasi memang tidak mudah, tapi akhirnya Ferry mampu melewati 3 bulan itu dengan baik. 8 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Beruntung ada Budi, teman Ferry yang selalu menyemangati Ferry dikala ia jatuh. Budi juga selalu menolong Ferry ketika ia kesulitan. Tak ketinggalan juga Romo Kim, pamong umum seminari yang selalu membimbing Ferry dan teman-temannya. Tiga bulan berlalu, kini tibalah Hari Orang Tua Seminaris. sudah menjadi tradisi di Seminari setelah menjalaniformasi3bulan,paraseminaristingkatawalsudahdiperkenankan untuk bertemu orang tua. acara hari orang tua ini dilangsungkan di aula seminari. para seminaris tingkat awal ini jugalah yang menyiapkan acara ini. Selesai acara, para seminaris diperkenankan mengunjungi orang tua masing-masing. Ferry bersama Budi mengunjungi kedua orang tua mereka. ternyata ke 2 orang tua mereka lagi-lagi duduk bersebelahan, persis seperti 3 bulan lalu ketika awal masuk. tapi kali ini lagi-lagi, mamanya Budi tidak datang bersama papanya. mungkin sibuk dengan pekerjaan di luar ibu kota. Hari orang tua selesai, dan para seminaris itu melanjutkan formasi mereka hingga satu tahun lamanya. selama berformasi di tahun pertama ini, Ferry dipandang sebagai sosok yang baik dan bijaksana, begitu pula dengan Budi. Akhirnya Ferry diangkat menjadi bidel angkatan, karna kebijaksanaanya, dan Budi diangkat menjadi ketua kelas. Ferry masih sama seperti dulu, ia mudah akrab dengan teman-teman sekomunitas, bahkan ia cepat sekali akrab dengan kakak kelas, padahal menurut tradisinya, anak-anak tahun pertama sangat sulit akrab dengan adik kelas, yang ada justru adik kelaslah yang ditindas dan di bully, tapi tidak dengan angkatan 35. Masa Depan Belajar dari masa lalu 9

Berkat Ferry dan Budi, angkatan ini menjadi menyatu dengan angkatan lain. hari demi hari mereka lewati. Tekanan dan kesedihan juga tak luput dilalui oleh angkatan 35. Beberapa dari teman-teman Ferry ada juga yang nakal karena terpengaruh oleh pengaruh buruk dari kakak kelas. Sulit awalnya bagi Ferry sebagai Bidel Angkatan untuk membimbing teman-temannya. Pernah suatu waktu Romo Kim marah besar pada angkatan 35 karna pernah ada yang ketahuan memasak indomie pada jam tidur malam, akibatnya Ferry dan seluruh teman- teman angkatannya dihukum membersihkan lorong di seluruh Seminari. Sehari, seminggu, sebulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan satu tahun tanpa terasa akhirnya formasi di tahun pertama bagi para seminaris awal telah usai. Bagi Ferry dan Budi, rasanya mereka baru saja masuk seminari, tiba-tiba tanpa terasa sudah satu tahun saja, dan kini mereka siap untuk menjalani pendidikan SMA di sekolah yang juga tak kalah keren dengan SMA di pusat kota, yakni SMA Santa Angela. Sekolah ini terletak persis di samping SeminariAloysius Gonzaga. Sekolah ini adalah sekolah heterogen, jadi Siswanya campuran, ada laki-laki dan ada juga perempuan, Sekolah ini dikelola oleh para Suster Ursulin, jadi kualitasnya tidak dapat diragukan lagi. terbukti bahwa SMA Santa Ursula yang berada persis di belakang Katedral Ibu Kota sangatlah baik, bahkan mendapat peringkat ke 2 sebagai sekolah dengan siswi-siswi berprestasi di tingkat nasional. bagi para seminaris, bersekolah di SMA Angela adalah sebuah tantangan. ya, bagaimana bukan tantangan?, sekolah ini heterogen, jadi perlu berhati-hati dalam menjaga hati dan perasaan. *** 10 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Kini Para seminaris Aloysius Gonzaga angkatan 35 siap memulai pembelajaran di SMA St. Angela, namun dengan jumlah seminaris yang hanya 27 orang saja. ya, kini angkatan 35 sudah tak lengkap. ketika keluar hasil pembelajaran tahun pertama, ternyata ada 3 Seminaris yang dikeluarkan karena alasan akademik. Padahal selama satu tahun itu, Ferry berperan besar dalam angkatannya. Dialah orang yang membantu mengajari teman-temannya ketika ada pelajaran yang kurang dimengerti. Budi juga cukup berperan besar. Yang pasti mereka ber dua punya peranan besar dalam membantu teman-temannya, maklum, Ferry dan Budi sama-sama pintar dan berprestasi. Tapi sayang perjuangan mereka dalam membantu teman angkatannya gagal karena 3 orang dikeluarkan dengan alasan akademis. Dengan jumlah angkatan yang demikian, mereka tetap berusaha menjaga kekompakan sebagai satu angkatan. Di SMA Angela inilah tantangan bagi angkatan 35, yakni menjaga hati dan perasaan. Bagi Ferry, ini hal yang tidak sulit, karena sejak SMP Ferry cukup punya banyak relasi dengan teman putri, jadi kalau soal berpacaran bagi Ferry bukanlah masalah yang harus terlalu dipikirkan, karena sudah biasa berteman dengan putri sehingga Ferry cukup tau harus menjaga diri sampai dimana. Di SMA Angela, Ferry mendapat peringkat 1, tak heran jika wali kelasnya menyarankan dia masuk ke kelas IPA. Budi pun juga tak ketinggalan, dia mendapat juara 3, sehingga akhirnya di angkatan 35, hanya Ferry dan Budi yang masuk ke kelas IPA, teman-teman mereka yang lain masuk ke kelas IPS. Masa Depan Belajar dari masa lalu 11

Begitu pengunguman kelas keluar, teman-teman seangkatannya bertepuk tangan dan memberi selamat kepada Ferry dan Budi karena masuk dalam kelas IPA. Dari dulu jika seseorang masuk ke kelas IPA, stigmanya adalah “iyalah cocok masuk kelas IPA, karena emang pinter sih. kita-kita yang biasa aja mah IPS ajalah udah cukup. Namun meski demikian, Ferry dan Budi tidak sombong, apalagi Ferry sebagai Bidel Angkatan, ia tetap rendah hati membimbing teman-teman angkatan nya. 6 bulan kegiatan belajar mengajar bagi siswa dan siswi serta seminaris di SMA Angela berjalan dengan baik. mereka adalah siswa dan siswi yang masuk dalam angkatan 36 di SMA Angela. bisa dibilang prestasi para siswa dan siswi serta para seminaris ini sangat baik dan memuaskan. Hampir semua kelas baik IPA maupun IPS rata-rata mereka mendapatkan nilai yang cukup tinggi rata-ratanya. mungkin di kisaran 88,8 sampai 98,5. Ferry dan Budi termasuk dalam golongan anak dengan nilai rata-rata sekitar 90 keatas. Padahal baru 6 bulan kegiatan pembelajaran berjalan, tapi Ferry dan Budi sudah mulai menunjukan prestasinya. Hal ini membuat Romo Kim bangga. Pernah suatu waktu, Romo Kim memberi keuntungan dengan membelikan mereka pizza ukuran 1 meter. Akhirnya mereka bagikan kepada teman-teman angkatan. Kegiatan pembelajaran terus berjalan. Di masa SMA memang sedang masa-masanya jatuh cinta dan saling suka antar lawan jenis. Tapi seperti disebutkan sebelumnya, bagi seminaris, inilah godaannya dan tantangannya. hanya akan ada dua kemungkinan, antara seminarisnya yang menyukai duluan, atau lawan jenisnya duluan yang menyukai si seminaris. Ferry memang bisa menjaga diri. 12 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Dia tau harus membangun relasi lawan jenis hanya sampai mana. tetapi penampilan Ferry yang bisa dibilang cukup good looking justru juga menjadi daya tarik bagi para siswi-siswi Angela. Ternyata selama ini, bahkan sejak pertama kali masuk sekolah, ada seorang siswi yang diam-diam menyimpan perasaan kepada Ferry. nama siswi itu Laurensia Ita Damayanti, biasanya di panggil Ita. Penampilannya sangat good looking. Di sekolah, Ita menjadi primadona. Banyak laki-laki yang menaksirnya, Selain itu Ita juga tergabung dalam organisasi sekolah. Prestasi Ita sangat gemilang, hampir semua nilainya bagus. Sejak melihat Ferry pertama kali, sebetulnya Ita suka padanya, namun sayang Ita harus memendam perasaan itu sampai satu tahun lamanya karna Ita tau siapa Ferry sebenarnya. Tapi perasaan tidak pernah bisa bohong, dan justru semakin dipendam semakin menimbulkan perasaan yang semakin menjadi-jadi. *** Masa Depan Belajar dari masa lalu 13

Kini Ferry masuk dalam tahun yang ketiga sebagai seorang Seminaris. Itu artinya Ferry sudah duduk di bangku kelas dua SMA. Di tahun ketiga ini biasanya ada semacam acara retret yang diadakan seminari. Retret yang diadakan adalah peneguhan akan panggilan dan di akhir retret ini para seminaris akan menyatakan, lanjut atau tidak. Jika lanjut, tentu saja posisinya akan aman dan bisa tetap tenang, tetapi jika tidak lanjut, maka konsekuensinya adalah harus keluar dan mencari sekolah baru. Tahun kedua ini bisanya menjadi ajang bagi para seminaris untuk coba- coba. Coba-coba pamer, coba-coba tebar pesona kepada siswi-siswi Angela, coba-coba nakal (kabur,beli makanan dari luar secara ilegal, memanjat tower air seminari) atau bahkan coba-coba pacaran secara diam-diam dengan siswi-siswi Angela. Banyak teman Ferry yang sudah mulai coba-coba, bahkan Budi pun ikutan coba-coba. Ferry sebagai anak yang dari dulu jarang melakukan hal-hal yang bandel, selalu berusaha mengingatkan temannya supaya jangan melakukan hal yang demikian. Tapi apa daya, satu banding seribu, tentu yang paling banyak yang akan menang. Ferry kalah telak, dan akhirnya Ferry juga jatuh kedalam pencobaan ini. Ita, si siswi yang suka pada Ferry itu akhirnya berusaha mencoba menyatakan perasaan itu ke Ferry. Kita tau, seharusnya laki- laki lah yang menyatakan perasaannya lebih dulu, tapi kali ini situasinya terbalik, hal ini terjadi karena Ferry tidak peka, atau lebih tepatnya Ferry berusaha tidak menganggap adanya perasaan suka itu. Sebelumnya Ferry pernah satu kelas dengan Ita, bahkan pernah satu kelompok lebih dari 1 kali. 14 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Sejauh ini relasi mereka biasa saja, hanya sekedar teman dalam kerja kelompok. Tapi entah mengapa Langit seperti mengijinkan segala sesuatunya terjadi. Kini Ferry masuk dalam tahun yang ketiga sebagai seorang Seminaris. Itu artinya Ferry sudah duduk di bangku kelas dua SMA. Tahun kedua ini bisanya menjadi ajang bagi para seminaris untuk coba-coba. Coba-coba pamer, coba-coba tebar pesona kepada siswi-siswi Angela, coba-coba nakal (kabur,beli makanan dari luar secara ilegal, memanjat tower air seminari) atau bahkan coba-coba pacaran secara diam-diam dengan siswi-siswi Angela. Banyak teman Ferry yang sudah mulai coba-coba, bahkan Budi pun ikutan coba-coba. Ferry sebagai anak yang dari dulu jarang melakukan hal-hal yangbandel,selaluberusahamengingatkanteman-temannyasupayajangan melakukan hal yang demikian. Tapi apa daya, satu banding seribu, tentu yang paling banyak yang akan menang. Ferry kalah telak, dan akhirnya Ferry juga jatuh kedalam pencobaan ini. Ita, si siswi yang suka pada Ferry itu akhirnya berusaha mencoba menyatakan perasaan itu ke Ferry. Kita tau, seharusnya laki-laki lah yang menyatakan perasaannya lebih dulu, tapi kali ini situasinya terbalik, hal ini terjadi karena Ferry tidak peka, atau lebih tepatnya Ferry berusaha tidak menganggap adanya perasaan suka itu. Sebelumnya Ferry pernah satu kelas dengan Ita, bahkan pernah satu kelompok lebih dari 1 kali. Sejauh ini relasi mereka biasa saja, hanya sekedar teman dalam kerja kelompok. Tapi entah mengapa Langit seperti mengijinkan segala sesuatunya terjadi. Masa Depan Belajar dari masa lalu 15

“ehhh Budi, mo ngobrol sebentar donk, boleh gak.?” “ngomongin apa Ta?, kan tugasnya udah dibahas tadi, pokonya lo kerjain yang slide 2 sama 3 aja, nanti sisanya Eva, Deva, gw, sama Ferry. Makalah juga udah mau beres kok, jadi gak usah khawatir.” “shuttt bukan itu Bud, gw mau nanya soal Ferry.” “hah?, gimana?, nanya soal Ferry?, kenapa Ta?, ada masalah sama Ferry?, atau ada perlu?.” “emmm bukan, cuma mau tanya aja sih Ferry tuh suka apa aja sih?, makanan favoritnya gitu?, solanya-.” “tunggu Ta, kenapa tiba-tiba nanya gini?, jangan jangan lo suka sama Ferry ya? wkwkwkw.” Wajah Ita seketika memerah. ketahuan sudah kini perasaan yang ia pendam selama setahun ini kepada Ferry. Tapi meski begitu Budi justru membantu Ita untuk menyatakan perasaannya. di akhir percakapan itu, Ita menitipkan sepucuk surat, ya apalagi kalau bukan surat cinta. Kemudian meletakkan surat itu di antara selipan buku-buku Ferry. Beberapa saat kemudian Ferry tak sengaja menemukan surat itu. kemudian Ferry membuka dan membacanya. siapa yang tak senang mendapat surat semacam ini?, pasti senang bukan?. 16 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Ferry senang, bahkan senyum-senyum sendiri saat membaca surat itu, tapi lagi-lagi ia berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak menerima perasaan Ita. sehari, dua hari, tiga hari, dan seminggu, pasca membaca surat itu, perasaan Ferry tak karuan. Meski sudah meyakinkan diri, tapi tetap saja ada hal yang mengganjal hatinya. Ditambah Budi yang meyakinkan Ferry. “gak napa kali Fer pacaran kali-kali. hidup tuh jan lempeng-lempeng aja. Ehh mending tuh ya nyobain pacaran sekarang daripada nanti pas udah jadi Romo malah kepincut cewek gimana?. ya semuanya balik lagi ke lo sih, tapi kalo nyoba kali-kali keknya gak napa dah” “ahh bisa ae lo Bud, jan ngadi ngadi deh” “yeuhhh, liat aja Fer, gw yakin lo suka juga kan sama Ita sebenernya kan?, cuma lo sok-sokan aja gak nganggep perasaan itu kan?.” “apaan sih Bud udah ahh ganggu aja lo gw mau kerjain tugas nih” “Dah lah Fer, jujur aja, jan pura-pura gak ngerasa deh.” “Udah ahh shutt pergi lo setan.” Tapi apa yang Budi katakan itu benar adanya. semakin Ferry menangkis perasaan itu, Ferry semakin memiliki rasa suka dengan Ita. Di sekolah, Ferry menjadi menjaga jarak dengan Ita. Masa Depan Belajar dari masa lalu 17

Ia takut sendiri dengan perasaannya. tapi justru itu yang menjadi penghambat bagi Ferry, karna sering sekali guru mereka memberi tugas kelompok dan entah mengapa Ferry dan Ita bisa selalu satu kelompok. Sepertinya Langit mengijinkan hal ini terjadi. Satu bulan Ferry dalam kondisi begini, dan jujur ia tak tenang. Bahkan meskipun Ferry sudah berdoa, hatinya masih mengganjal. Sampai ada satu titik dimana akhirnya Ferry berkata “Ta, gw juga suka sama lo”, dan akhirnya mereka berpacaran. Ferry kini tak bisa mengendalikan dirinya, tapi mau bagaimanapun juga Ferry juga manusia yang tak luput dari noda dosa, sekalipun ia bisa memposisikan diri pasti tetap bisa terbawa perasaan itu jika dipancing. “toh hanya pacaran, sekali-kali boleh lah dicoba”, pikir nya. Hari-hari Ita dan Ferry menjadi sangat berwarna. Ferry tau betul tindakannya sangat salah, apalagi kalau ketahuan Romo Kim, pasti Ferry bisa kena omel, tapi ia tak peduli, saat ini yang ia rasakan adalah bersemangat dan kini hatinya sudah tak mengganjal lagi. Tahun ketiga di seminari dan tahun kedua di SMA Santa Angela telah Ferry lewati, dan kali ini ia lewati bersama-sama dengan Ita. Dalam Retret, Ferry menyatakan lanjut, karena ia berjanji pada dirinya sendiri “cukup menjalin hubungan ini sampai kelas tiga saja”. *** 18 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Kini Ferry dan teman-temannya di angkatan 35 memasuki tahun keempat di seminari dan tahun ketiga di SMA. tak terasa perjuangan mereka akan segera selesai dalam waktu satu tahun ini. Kini angkatan 35 tersisa 20 orang, 7 orang lainnya menyatakan tidak lanjut saat retreat peneguhan panggilan di tahun ketiga. Bagaimana dengan hubungan Ferry dan Ita?, masih berlanjut?, yuppp tentu saja masih. Kini hubungan mereka bahkan sudah diketahui oleh teman-teman seangkatan Ferry dan angkatan adik kelasnya. Bagaimana dengan Romo Kim? apa beliau tau hubungan Ferry dengan Ita?, sejauh ini belum, karna Ferry dan Ita selalu duduk berduaan di area yang memang jarang dijangkau oleh Romo Kim. Adik kelas dan teman- teman seangkatannya pun juga tak ada yang membocorkan soal ini, sehingga hubungan mereka bisa dikatakan nyaris sempurna. “Tiada hal yang abadi di dunia ini”, begitulah pepatah mengatakan. Demikianlah yang terjadi pada hubungan Ita dan Ferry. Seiring berjalannya waktu hubungan mereka mulai renggang, apalagi menjelang akhir-akhir perjalanan mereka di SMA. Ada satu titik yang tiba-tiba membuat Ferry sadar bahwa hubungan ini sudah cukup dan sudah saatnya Ferry fokus kembali pada tujuannya, yakni menanggapi panggilan Tuhan menjadi Imam. Hari Jumat, 20 Maret 2022, Ferry mengajak Ita bertemu di tempat biasa mereka bertemu, dimana lagi kalau bukan kantin belakang sekolah. Masa Depan Belajar dari masa lalu 19

“Ta, thank you banget ya udah mau temenin aku selama 2 tahun ini. Makasih banget udah mau menerima perasaan ku dan makasih karna udah mau mewarnai hidup aku selama ini. Tapi maaf sekarang ini aku dah gak bisa lanjutin hubungan ini, aku mau balik fokus sama panggilanku lagi” “Tapi Fer, kenapa?, bukannya kamu dah janji mau tetep menjalani hubungan ini?, aku sayang banget sama kamu. tau kah kamu kalo kamu adalah pewarna dalam hidupku yang selama ini kosong?” “iya Ta, aku tau, tapi maaf aku gak bisa. aku harus melanjutkan panggilanku” “gak bisa Fer, kamu udah janji pokonya, aku gak mau tau.” Sambil menangis Ita bergegas meninggalkan Ferry sendirian di tempat itu. Ferry tak bisa berucap banyak, ia pun juga menangis, hatinya menjadi galau, merasa bersalah, masih tetap ada perasaan suka, tetapi ia juga ingat akan panggilannya. Kemudian Ferry kembali ke seminari dan berniat untuk bertemu Romo Kim untuk bimbingan rohani dan curhat mengenai isi hatinya saat itu. “Romo Kim, boleh saya bicara?.” “Ehh Ferry ada perlu apa ya?, sini duduk dulu!.” 20 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Jadi gini Romo, saya mau jujur maafkan saya, selama ini saya telah berdosa terhadap Romo dan terhadap Tuhan. selama ini saya diam-diam menjalin hubungan dengan seorang gadis di SMA Angela. Tapi sekarang hubungan kami sudah berakhir, tetapi saya galau Romo. Antara kasihan pada gadis itu dan merasa bersalah, tapi saya sadar akan panggilan saya. Lantas apa yang harus saya lakukan Romo?.” “Ferry, pertama-tama saya mau berterima kasih dan saya mengapresiasi karena kamu sudah mau terbuka dan jujur kepada saya sebagai pembimbing kamu. Buat saya hal yang kamu lakukan itu memang salah, tapi saya masih bisa memaklumi itu karena dulu saya juga pernah nakal seperti kamu kok hehe. Karena kita tau toh bahwa kita semua ini adalah pendosa dan manusia yang tak sempurna. Justru sebetulnya kalau boleh jujur saya tidak terlalu kaget kalau kamu berhubungan dengan gadis itu, karena itu artinya kamu normal sebagai laki-laki, dan itu manusiawi dalam dunia anak remaja seumuran mu. Langkah yang sudah kamu lakukan sekarang ini sudah benar, mengakhiri hubungan ini dan kembali fokus dengan panggilan. Tapi saya harap kamu sebisa mungkin berbicara baik-baik dengannya dan meminta maaf kepadanya. Setidaknya jangan membuat pertemuan kalian di akhir tahun ajaran ini menjadi terkesan tidak baik, jadi lulus sekolah nanti jadi tak meninggalkan kesan buruk dan tidak ada hutang diantara kalian.” Masa Depan Belajar dari masa lalu 21

“Tapi jujur saya khawatir Romo, takut ia tak mau menemui saya.” “Satu hal Ferry, intinya kamu berani. bicaralah baik-baik, saya percaya kamu bisa melakukannya.” Segera Ferry keluar dari ruangan Romo Kim. Pasca ngobrol dengan Romo Kim, Ferry berusaha melakukan apa yang dikatakan Romo Kim, namun sayang ia selalu kalah dengan perasaannya sendiri, ditambah lagi Ferry selalu tidak dianggap ada oleh Ita. Hal itu terjadi sampai mereka lulus. akhirnya mereka lulus dalam kondisi yang demikian, masih ada hutang yang belum lunas. *** 22 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Ferry lulus dengan nilai yang baik. Kali ini ia tak meraih nilai yang terbaik, hanya baik saja. Tidak jelek, tetapi peringkatnya agak turun dari peringkat satu kini turun menjadi peringkat delapan, mungkin Ferry agak stress apalagi dengan tugas dan ujian akhir dan ditambah lagi masalah itu. Kini Ferry selesai menjalani pendidikan di SMA Santa Angela dan tentunya juga menyelesaikan Formasi di Seminari dengan baik. 30 April 2022, Ferry pulang ke rumah. Ferry berpisah dengan Budi dan teman-teman seangkatan lainnya yang tersisa 20 orang. 20 orang akhirnya memutuskan untuk lanjut. Ferry dan Budi sama sama melanjutkan formasi sebagai calon Imam Diosesan Ibu Kota. Hari-hari Ferry dan Budi serta 12 orang lainnya menjadi Frater Diosesan dijalani dengan penuh sukacita selama hampir 9 tahun hingga akhirnya 8 orang termasuk Ferry dan Budi sama-sama ditahbiskan menjadi Imam Diosesan di Gereja yang terletak di pusat kota. Lalu bagaimana kabar Ita?, siapa sangka ternyata Ita datang ke acara pentahbisan Ferry dan 8 orang temannya itu. Ita ternyata sudah menikah dengan seorang laki-laki yang bekerja di perusahaan tambang terkenal. Setelah sekian lama tak bertemu, kini Ita dan Ferry bertemu lagi, dan kini Ita sadar bahwa Ferry adalah milik Tuhan. Ita pun sudah memaafkan Ferry sejak lama. Ferry pun merasa lega dan berterimakasih kepada Ita karena pernah menjadi pengisi hatinya dan pernah menjadi teman akrab satu sekolah. Ferry semakin mencintai panggilannya, dan baginya, kekasih abadinya adalah Yesus, sang empunya panggilan itu. -Tamat- Masa Depan Belajar dari masa lalu 23

Hati-Hati di Jalan -Dionisius Oktavian Jehasdi- 24 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Tiga orang pria tampak tergesa datang ke sekolah menggunakan sepeda motor, mereka semua tampak panik lantaran jam sudah menunjukkan pukul 06:58 sedangkan mereka masih di parkiran motor. Mereka bertiga tampak berlari sekuat tenaga agar sampai di gerbang sekolah dengan tepat waktu. Di depan pintu gerbang sekolah tampak seorang lelaki dengan kumis yang lebat dan dengan tatapan tajam menunggu kehadiran ketiga anak itu. Nama guru itu adalah Pak Agus, ia merupakan guru ekonomi kelas 12. Guru itu tampak sedang piket dan berjaga di depan gerbang pintu sekolah. Dengan wajah yang sinis Pak Agus menunggu kedatangan ketiga anak tersebut yang hendak masuk ke sekolah secara terburu-buru, lalu ketika mereka hendak masuk ke dalam sekolah mereka ditahan dan diberikan hukuman berupa tidak boleh mengikuti pelajaran pada jam pertama. Galang pun mencoba meminta belas kasihan dari Pak Agus tetapi ia tidak mengabulkan permohonan tersebut. Sebagai gantinya mereka pun menunggu di luar pintu gerbang hingga pembelajaran pertama selesai. Bel pun akhirnya berdering,Galang bersama kedua temannya pun akhirnya diijinkan untuk masuk ke dalam sekolah dan mengikuti pembelajaran. Ketika hendak berjalan menuju kelas, mereka pun disambut oleh Laras, yang kemudian bertanya: “Kalian bertiga dari tadi kemana aja sih ?” tanya Laras dengan wajah kebingungan. Masa Depan Belajar dari masa lalu 25

Dengan raut wajah yang pasrah Galang pun menjawab, “Biasa tadi kita bertiga telat gara-gara nyari tukang tambal ban buat benerin ban motor si Hugo yang bocor.” “Hehehe ya mana gw tau, waktu gue lagi jalan kok tiba kok rasanya berat banget, pas gua lihat ternyata ban nya ketusuk paku.” Jawab Hugo sambil tertawa. “Seharusnya lo periksa dulu kendaraan yang bakal lo pake sebelum pergi !” ucap Kenzo dengan sedikit kesal “Hahahaha maafin gue ya Zo, jangan marah gitu donk”. Jawab Hugo sambil merayu. “Gini aja sebagai hukumannya, mending ntar sore lo traktir kita di kovesop sekalian kita persiapan bareng buat ujian sekolah, nanti juga gua ajak Devina sama Monic. Ucap Laras dengan semangat Dengan raut wajah pasrah Hugo pun menjawab “yaudah deh” Waktu telah menunjukkan pukul 3 sore, Galang, Hugo, Kenzo, Monic, Devina dan Laras akhirnya mereka pun berkumpul bersama di kovesop. 26 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Belajar bersama, bercanda tawa, serta menceritakan pengalaman kejadian tadi pagi, hingga tak terasa semua itu dilakukan hingga mentari kian terbenam dan hari pun mulai gelap, setelah cukup lama belajar bersama, lalu di tengah perbincangan… “Weh kalian udah pada nentuin tujuan buat setelah lulus SMA belum? kalo gw sih keknya lebih memilih perguruan tinggi negeri sih, gua sih pinginya kalo gak Brawijaya di Malang ya Udayana di Bali. kalau lo gimana Mon ?” Tanya Laras Lalu Hugo pun memotong pembicaraan tersebut dan berseru “Hah, lu mau ke Brawijaya juga? wah berarti kita samaan donk, gw juga mau ngambil jurusan ilmu pembangunan” “Kalau gua sih kayaknya lebih memilih perguruan tinggi swasta aja sih, tapi sebenernya pengen kuliah di luar negeri. Kalo ngga di Australia ya Singapore paling” Jawab Monic dengan sedikit ragu-ragu Dengan wajah kaget Hugo sontak menjawab “hah, lu mau kuliah di luar negeri ?” “Gila juga, tapi emang Bahasa Inggris lu bagus sih, sayang juga kalo ngga dipake” Jawab Kenzo dengan wajah yang terkagum-kagum. “Kalo gua sih paling milih univ negeri, ya hitung-hitung buat meringankan beban orang tua” Masa Depan Belajar dari masa lalu 27

“Kalo gua sih mau coba PTN dulu, gua mau ngincer UI atau gak ITB kalo amit-amit gak diterima, ya paling ngambil Univ swasta sih” Seru Devina Dengan wajah yang penuh kebingungan Galang pun coba menjawab “Kalo gue masih rada bingung antara univ negeri atau swasta” Kelima teman-teman Galang menatap-nya dengan penuh kebingungan, karena hanya dia saja yang masih bimbang dalam memutuskan masa depan setelah lulus SMA, setelah lama berbincang- bincang akhirnya mereka pun memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing dikarenakan hari yang sudah kian larut malam, sedangkan di esok hari mereka harus kembali bersekolah. Ketika Galang telah tiba di rumah, Galang langsung disambut oleh kedua orang tuanya yang sudah menunggu di meja makan. “Kamu dari mana aja Lang, mama kira kamu kenapa-kenapa di jalan” Ucap Mama dengan sedikit khawatir “Hehehe, gak kenapa-napa kok ma, biasa tadi aku habis belajar bareng sama temen-temen” Jawab Galang “Kamu belum makan malam kan? ayo kita makan bareng sama papa, tapi kamu mandi dulu” Seru mama 28 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Oke deh ma” Jawab Galang Setelah Galang selesai mandi dan hendak keluar, mama segera memanggilnya ke meja makan untuk makan bersama, dan ternyata papa sudah menunggu kehadirannya di meja makan dan terdengar seruan: “Galang sini, papa mau ngomong sama kamu” Seru papa dengan nada yang cukup tegas Galang pun segera duduk di kursi dan menjawab “Iya, pah” “Kamu kan sebentar lagi udah mau lulus SMA, nah kamu habis ini mau lanjut ke perguruan tinggi mana?” Tanya papa dengan cukup serius Dengan nada yang sedikit gugup Galang pun menjawab “ehh, keknya aku mau ke perguruan tinggi swasta aja deh pa” “Hmm baiklah, tapi kamu gak mau coba ke perguruan tinggi negeri dulu? UGM atau UI gitu..!” Seru papa “Keknya engga sih pa, aku lebih milih di swasta aja paling di Binus atau Prasetiya Mulya aja soalnya aku mau ngambil jurusan Business Management” Jawab Galang dengan ragu-ragu Masa Depan Belajar dari masa lalu 29

“Baiklah papa sama mama akan mendukung semua keputusan kamu kedepannya, yang penting kamu belajar yang benar dari sekarang, jangan keseringan main bola sama ngumpul-ngumpul gak jelas sama teman- teman kamu itu” Ujar papa dengan wajah yang cukup serius Setelah perbincangan di meja makan, Galang pun memutuskan untuk kembali ke kamar, dengan wajah yang bimbang dan galau Galang sebenarnya ingin mengungkapkan sesuatu kepada orang tuanya bahwa ia tidak ingin mendaftar ke Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, ia ingin berbicara kepada orang tuanya bahwa Di tengah keheningan malam Galang pun coba menuliskan perasaan yang ia rasakan saat ini di dalam sebuah buku. Di dalam buku tersebut ia menulis semua pengalaman baik menyenangkan maupun menyedihkan selama ini. Galang mempunya hobi menulis karena ia ingin mengungkapkan keluh kesah-nya saat ini, namun karena ia merasa takut dan belum siap menceritakan nya kepada semua orang maka ia lebih memilih untuk meluapkan-nya kedalam sebuah tulisan. Kebimbangan yang ia rasakan saat ini ketika dihadapkan untuk memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi swasta atau negeri, dan ia merasa belum siap untuk berpisah dengan teman-temanya. 30 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Dering bel sekolah berbunyi di pagi ini, menandakan kegiatan pembelajaran sebentar lagi akan dimulai. Galang pun berjalan sendirian menuju ke kedalam kelas bersiap untuk mengikuti pembelajaran. Pembelajaran di pagi ini adalah Bimbingan Konseling dimana Pak Bima mengingatkan anak-anak untuk segera mempersiapkan diri menghadapi ujian sekolah Di siang harinya ketika jam istirahat, Galang bersama teman-temannya menuju ke kantin sekolah untuk istirahat. Disana teman-temannya berkumpul dan membahas mengenai tugas BK yang telah diberikan Pak Bima, Kenzo yang melihat Galang merasa murung pun coba bertanya. “Lang lu kenapa murung gitu ?” “Hah, nggak kenapa-napa kok” Jawab Galang dengan kaget “Ciaelah gak usah bohong gitu apa, muka lu udah keliatan jelas banget kalo ada sesuatu yang lagi lo pikirin” Seru Kenzo Laras pun sontak berseru “Iya cerita aja apa, siapa tau kalo lu cerita bisa kita bantu” Sontak wajah Galang pun berubah tersenyum dan berseru. “Hehehe gak ada apa-apa. Udah yuk balik ke kelas sebentar lagi udah mau bel pelajaran” Masa Depan Belajar dari masa lalu 31

Akhirnya mereka pun kembali ke kelas masing-masing dan kembali melakukan pembelajaran hingga pukul 15:00 menandakan waktu pembelajaran pun akhirnya berakhir. Galang pun bergegas pulang ke rumah untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian sekolah. Dimalam harinya ketika Galang sedang belajar tiba-tiba terdengar suara dari hp-nya kring-kringgg-kringggg kring-kringgg-kringggg Galang pun bergegas mengambil dan melihat hp-nya dan ternyata yang menelpon adalah Monic. Ketika Galang mengangkat telepon tersebut Monic pun berbicara: “Lang gua diajak ama Kenzo nih pas udah selesai ujian sekolah diajak liburan ke Bali lu bisa gak?” “Engga tau deh, emang kenapa ?” Balas Galang “Udah ayolah daripada lu gabut, mending lu ikut kita ke Bogor” Seru Monic “Emang mau nginep dimana?” Tanya Hugo 32 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Ada Villa punya keluarga gue, kata papa gue boleh dipake” Jawab Monic “Hmmm menarik sih,” Seru Galang dengan ragu-ragu “Udah tenang aja Kenzo sama Hugo siap kok mobilnya dipakai. Oh iya itung-itung liburan setelah penat ujian sekolah sama liburan bareng kita yang terakhir” Seru Monic “Ya udah deh gue ikut” Jawab Galang “Nah Mantap Lang, oke gue kabarin ke yang lain ya, tanggalnya ntar gw kabarin lagi.” Ujar Monic dengan semangat “Iya dah lu atur aja” Jawab Galang dengan pasrah “Oke deh, ya udah sih gitu aja” Seru Monic “Udah kan gitu aja, gua matiin ya?” Tanya Galang “Eh sabar dulu, buru-buru amat nih” Seru Monic “Ada apa lagi ?” Tanya Galang “Gak papa, kangen doank” Seru Monic dengan merayu Masa Depan Belajar dari masa lalu 33

“Apaan sih, udah ah gue mau lanjut belajar. BYE” Seru Galang dengan nada sedikit kesal, lalu mematikan telepon tersebut Setelah selesai berbincang dengan Monic. Di tengah kesunyian malam Hugo pun coba merebahkan diri ke kasur, menutup mata dan coba membayangkan ternyata waktu berjalan sangat cepat. Sudah tak terasa mereka berteman selama 3 tahun lebih dan sebentar lagi akan berpisah untuk melanjutkan pilihan hidup masing-masing. Di pagi hari ini Galang tidak menggunakan motor ketika hendak ke sekolah dikarenakan, cuaca di pagi ini hujan lebat sehingga tidak memungkinkan bagi-nya untuk menggunakan motor. Setelah selesai memarkirkan mobilnya Galang pun berjalan menyusuri koridor menuju ke dalam sekolah dan menuju ke kelas XII IPS 1. Bel sekolah pun berdering dan pembelajaran pun dimulai. Di pagi ini ternyata Pak Agus mengadakan ulangan ekonomi secara mendadak dan berkata: “Ya, anak-anak pagi ini bapak mau mengadakan ulangan, masukkan semua buku kalian ke dalam tas masing-masing” Sontak semua siswa-siswi di kelas XII IPS 1 mendadak kaget, dan saling bertatap mata satu sama lain. Sontak Galang yang duduk bersebelahan dengan Devina berkata: “Weh Dev lu belajar gak?” Tanya Galang dengan panik 34 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Ya enggak lah,dari kemarin aja gue abis pergi sama mami ke Bandung” Jawab Devina “Matilah kita, mana masuk nilai raport lagi” Seru Galang dengan pasrah “Gue udah pasrah aja, semoga Pak Agus berbelas kasih memberikan remedial” Jawab Devina Lalu kertas dan soal ulangan dibagikan oleh Pak Agus kepada semua siswa, dan dimulailah kegiatan ulangan dan suasana kelas yang awalnya riuh berubah menjadi hening. Selama kurang lebih satu setengah jam pun berlalu dan bel sekolah berbunyi menandakan pertanda pembelajaran pertama sudah selesai. PakAgus pun segera meminta anak-anak untuk segera mengumpulkan soal dan jawaban mereka. Dengan wajah pasrah pun Galang mengumpulkan jawabanya ke meja guru. Setelah semua siswa mengumpulkan soal dan jawaban Pak Agus pun dengan tersenyum berkata: “Anak-anak semoga hasil nilai ulangan ini memuaskan ya, soalnya nanti mau saya masukkan ke dalam nilai raport” Setelah itu Pak Agus pun berjalan keluar kelas. Setelah pembelajaran ekonomi berakhir anak-anak kelas XII IPS 1 bisa bernafas lega, lalu di tengah kebisingan kelas Devina pun coba berbincang dengan Galang dan berkata: Masa Depan Belajar dari masa lalu 35

“Lang, lu juga diajak Monic pergi kan pas kita udah selesai ujian sekolah?” “Iya gue diajak, lu ikut juga kan?” Jawab Galang “Ikut sih tapi gue takutnya papi-mami gue gak ngizinin deh” Ucap Devina dengan ragu-ragu “Udah tenang aja, ntar gue suruh Monic ngomong ke mami lu deh. Atau mau gue aja yang minta ijin ke mami lu? Jawab Galang sambil menggoda “Eh gak usah deh ntar gue ngomong sendiri aja. Soalnya gue males kalo lu ntar ketemu mami ngomongin yang lain juga” Seru Devina “Nah tuh tau, makanya lu ngomong sendiri aja” Seru Galang “Iya nanti gue ijin sendiri deh ke mami” Jawab Devina Setelah melakukan perbincangan tersebut, Galang dan Devina kembali melanjutkan pembelajaran. Lalu di siang harinya mereka berdua memutuskan untuk pergi ke kantin. Di sana sudah menunggu keempat teman-nya dan Kenzo pun memanggil : “Ada apaan nih, kenapa wajah kalian melas begitu?” “Pak Agus ngadain ulangan ekonomi mendadak” Seru Devina 36 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Lah, kan gak masuk nilai raport” Seru Laras “Lah kok lu tau gak masuk nilai?” Tanya Galang “Hahaha, sebenarnya kelas kita berempat udah ulangan duluan, terus dia bilang ini cuma tes buat pemantapan menghadapi ujian sekolah” Seru Laras “Wah parah lu Ras, kenapa lu gak kasih tau ke gue?” Tanya Galang “Maaf ya, jadi kelas kita tuh disuruh sama Pak Agus buat jangan kasih tau ke kelas lain” Seru Laras “Yaudah deh, yang penting tes tadi gak masuk nilai raport, soalnya gue cuma bisa ngerjain beberapa soal doank” Seru Devina dengan lega “Nah gue mau nanya, jadi kalian pada bisa ikut liburan kan setelah ujian sekolah nanti?” Tanya Monic kepada kelima teman-nya “Tenang semuanya pada bisa, tinggal tunggu kepastian dari Devina aja nih” “Urusan itu nanti gue bisa ngomong ke mami. Intinya yang penting kita semua harus belajar persiapan menghadapi ujian sekolah nanti” Masa Depan Belajar dari masa lalu 37

“Oh iya, mana seminggu lagi donk” Seru Hugo “Bisa lah, lu tuh kurangi main basket-nya” Ucap Kenzo “Tenang aja Zo, gini-gini gue tiap malem juga belajar kali” Jawab Hugo sambil menyombongkan diri Setelah berbincang-bincang cukup lama akhirnya bel sekolah pun berbunyi menandakan jam istirahat berakhir. Hari demi hari terus berganti, tak terasa hari esok merupakan hari dimana akan diadakan ujian sekolah. Galang dan teman-temanya pun belajar dengan tekun untuk mempersiapkan ujian ini demi mendapatkan hasil yang terbaik. Keesokan paginya Galang berjanjian dengan Hugo dan Kenzo untuk pergi ke sekolah bersama. Galang pun menjemput Kenzo dan Hugo menggunakan mobilnya ke rumah mereka masing-masing. Lalu ketika mereka sudah berada di dalam mobil dan ketika ditengah perjalanan maka Kenzo berkata: “Kalian semua udah pada belajar kan?” “Udah donk, gue sampe begadang ngerjain soal-soal yang dikasih kemarin” Seru Hugo Sambil menyetir Galang pun berkata “Iya sama gue juga, gila capek juga ya mana baru hari pertama lagi.” 38 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Emang capek sih, tapi kita harus tetap semangat. Lima lagi penderitaan ini akan berakhir” Seru Kenzo sambil menyemangati teman-temannya. Tak terasa mereka pun akhirnya tiba di sekolah. Galang pun lalu memarkirkan mobilnya di parkiran dan berjalan menyusuri koridor untuk masuk kedalam sekolah. Di dalam sekolah telah berkumpul anak-anak kelas 12 yang sedang berkumpul di luar kelas belajar dan mempersiapkan diri sebelum ujian dimulai. Disana pun mereka melihat Laras dan menghampirinya “Ras sendirian aja?” Tanya Kenzo “Iya, Monic sama Devina belum datang” Seru Laras “Tumben amat, bukanya biasanya mereka yang datang paling pagi?” Tanya Hugo “Keknya mereka berdua semalem begadang, makanya sekarang datangnya agak sedikit siang. Kalian sendiri gimana udah pada siap belum?” Seru Laras “Gue sih siap, gue sih berharapnya semoga apa yang gue pelajari keluar di ujian nanti” Seru Galang Masa Depan Belajar dari masa lalu 39

Ketika mereka sedang berbincang, datanglah Devina dan Monic lalu menghampiri mereka yang sudah menunggu di depan kelas. Disana akhirnya mereka pun belajar dan bercanda tawa sejenak. Lalu bel sekolah pun berbunyi mereka semua bersegera masuk ke ruang ujian. Ujian pun dilaksanakan selama kurang lebih dua jam lamanya. Lalu diberikan waktu istirahat selama dua puluh lima menit dan dilanjutkan kembali ujian kedua. Suasana hening menyelimuti sekolah lalu ketika bel sekolah berbunyi suara gemuruh pun terjadi. Siswa-siswi kelas 12 pun bisa bernafas lega setelah menyelesaikan hari pertama ujian sekolah. Kegiatan ini berlangsung selama seminggu dan di hari terakhir setelah mengerjakan ujian sekolah semua siswa-siswi SMA Bhakti Luhur pun bersorak kegembiraan, tak terkecuali Galang dan teman-temannya “Akhirnya ujian sekolah udah selesai guys” Seru Hugo “Wah gak sia-sia gue belajar sampe begadang” Seru Monic “Akhirnya gue bisa rehat sejenak dari belajar” Ucap Devina “Akhirnya malam ini gue bisa kembali begadang main PS, ada yang mau ikut?” Tanya Hugo kepada teman-temannya “Nah, ujian sekolah udah selesai nih. Jangan lupa malam ini kalian minta ijin ke nyokap-bokap kalian buat liburan ke Bali nanti” 40 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Nah, ujian sekolah udah selesai nih. Jangan lupa malam ini kalian minta ijin ke nyokap-bokap kalian buat liburan ke Bali nanti” “Tanggal 5 Juni kan kita berangkatnya? Tanya Laras “Iya, untuk urusan tiket pesawat gue udah booking” Ucap Kenzo “Semua udah aman tinggal Devina aja nih yang masih belum ngomong ke nyokapnya” Ucap Hugo “Udah kalo lu takut gue aja yang entar ijin ke mami” Seru Galang “Gak usah repot-repot bestie, gue udah minta ijin ke mami kok seminggu yang lalu dan ternyata di bolehin” Ucap Devina Setelah itu mereka pun akhirnya kembali ke rumah masing- masing dan mempersiapkan barang-barang untuk kepergian mereka ke Bali. Lalu seminggu kemudian tibalah hari dimana mereka berangkat liburan ke Bali. Mereka semua berkumpul di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Perjalanan pun ditempuh selama 3 jam 20 menit menggunakan pesawat. Lalu ketika tiba di Bali telah menunggu supir travel yang langsung membawa mereka ke Villa milik keluarga Monic. Masa Depan Belajar dari masa lalu 41

Ketika tiba di Villa milik keluarga Monic mereka pun sedikit tercengang karena ternyata pemandangan di sekitar villa yang langsung menghadap Pantai Kuta. Selama 3 hari 2 malam mereka berjalan-jalan menyusuri berbagai tempat wisata di Bali. Lalu dihari terakhir mereka di Bali mereka mengadakan pesta barbeque dipinggir pantai pada malam harinya, suasana terasa menyenangkan dan meriah, lalu ketika hari kian larut malam mereka berenam pun duduk di pinggir pantai, lalu Galang pun coba berbicara dengan mereka katanya: “Guys, gila ya gak terasa udah 3 tahun kita bareng-bareng. Tapi sebentar lagi kita bakal pisah, ada yang ke luar negeri sama ada pula yang pindah ke luar kota buat kuliah” “Waktu terasa cepat banget, gue padahal selama ini ngerasanya cuma main-main terus sama kalian tapi tiba-tiba udah lulus aja” Seru Hugo “Yeh, emang kerjaan lu main dari dulu Go” Seru Kenzo “Padahal gue udah ngerasa nyaman banget sama kalian, tapi ternyata kita udah mau berpisah aja” Ucap Laras “Jujur, thankyou banget sih buat kalian semua yang udah mau temenan sama gue selama ini. Tiga tahun tapi terasa kek bentar banget ya” Seru Devina sambil berkaca-kaca 42 Masa Depan Belajar dari masa lalu

“Gue juga ngerasa sedih sih tapi ini udah pilihan kita masing-masing. Gue berharap banget semoga di lain hari kita bisa kayak gini lagi” Ucap Monic “See you on the top guys….” Seru Galang dalam hati Mereka pun akhirnya saling berpelukan satu sama lain. Saling mengucapkan kalimat perpisahan untuk yang terakhir kali. Mereka pun membuat perjanjian untuk tetap berhubungan satu sama lain lewat media sosial walaupun terkendala jarak sekalipun. Suasana malam itu begitu mengharukan namun ini menjadi sebuah kenangan yang tak akan pernah mereka lupakan bagi mereka. “Perpisahan itu pasti adanya, cukup kita kenang yang selama ini kita lewati bersama. Semoga kita bahagia dengan pilihan kita masing- masing.” SELESAI Masa Depan Belajar dari masa lalu 43

Mengejar Mimpi -Gabriel Bagas Wicaksono- 44 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Apa yang Lumiere usahakan untuk menggapai mimpinya? Bagaimana pendapat orang tuanya akan mimpinya itu? Bagaimana perjalanannya menggapai mimpi tersebut? Ini cerita tentang seorang muda yang mengejar ambisi dalam industri musik. Teriakan penonton dari tempat duduk begitu meriah. Sang vokalis begitu asik bernyanyi pula memuaskan dahaga penonton akan encore terakhir yang dibawakan oleh band. “Kau buat remuk seluruh hatiku. Sluruh… hatiku…” dan dilanjutkan dengan solo gitar yang Lumiere mainkan persis seperti yang Andra Dewa 19 mainkan. Teriakan penonton dan tepuk tangan meriah tepat meriuhkan setelah solo gitar selesai. Tiba- tiba ada salah satu penonton yang melempar bouquet bunga dan Lumiere terbangun dari mimpinya. Lemparan bunga tersebut membangunkan Lumiere dari mimpi yang indah baginya itu. Saat ini Lumiere sedang menjalani masa SMAnya di tahun yang terakhir. Lumiere adalah seorang gitaris dari band sekolahnya. Perawakannya yang cukup tampan membuat banyak cewek-cewek di sekolahnya ngefans. Selain itu dia juga memiliki tinggi badan yang ideal yaitu 175 cm dan berat badan 70 Kg. Setelan rambutnya belah tengah dengan kumis tipis anak SMA di atas bibirnya. Selain anak band, Lumiere juga masuk tim inti futsal sekolahnya. Ketika di lapangan posisinya adalah sebagai seorang striker dan nomor punggungnya 16. Angka favorit yang ia miliki dengan segala kenangannya. Masa Depan Belajar dari masa lalu 45

Namun, saat ini bukan olahraga yang menjadi fokusnya, tapi musik. Lumiere saat ini sedang menginginkan sebuah gitar yang sangat cocok dengan karakternya bermain gitar. Ya gitar pabrikan Korea Paul Reed Smith atau PRS dengan model SE Custom 24. Gitar elektrik yang ia miliki sekarang adalah Squier Classic Vibe Stratocaster. Namun, baginya kurang cocok untuk masuk ke segala genre yang ingin ia mainkan. Saat ini orang tuanya tidak mengizinkannya untuk membeli gitar baru dan fokus dalam dunia musik. Bagi orang tuanya musik hanya hobi dan bukanlah tujuan utamanya. Orang tuanya meminta Lumiere menjadi seorang arsitek. Namun bukan itu cita-cita Lumiere. Lumiere sangat ingin menjadi seorang session player guitarist. Menurutnya sangat keren bisa mendalami musik khususnya skill dalam bermain gitar. Masa-masa yang kata orang adalah masa paling indah dan tidak bisa terlupakan telah Lumiere lewati dengan kelulusannya. Lumiere tetap menuruti keinginan orang tuanya. Ia tetap kuliah mengambil jurusan Psikologi. Ia pergi ke Jakarta dan tinggal di sebuah kos-kosan. Kuliah sambil mengadu nasib di tengah kerasnya kota metropolitan dan pusingnya mempelajari manusia, Lumiere mencari pekerjaan di cafe cafe. Tergabunglah ia pada sebuah band cafe. Dia bermain seminggu 3 kali pada night live music. Cafe tempatnya ia manggung merupakan cafe yang anak muda banget. Hiasan hiasan serba aesthetic dan ala anak indie. Intinya Instagramable sekali tempat itu. 46 Masa Depan Belajar dari masa lalu

Tempat dimana orang orang yang lelah mampir sebentar untuk menikmati hasil bumi pertiwi petani-petani lokal yang disajikan dalam cangkir penuh kenikmatan. Tempat dimana 2 orang kekasih membayar minuman bukan untuk minumannya melainkan untuk momentnya. Tempat dimana 2 orang kekasih merasakan dunia hanya milik berdua. Tempat dimana memori tercipta dengan candaan dan obrolan-obrolan ringan hingga berat. Suatu ketika datang beberapa anak muda di cafe itu. Anak muda itu merupakan sebuah band yang sedang merintis karir di dunia musik. Mereka mencari 1 orang personil lagi untuk melengkapkan mereka. Nama band itu adalah Nitilive. Mereka melihat seorang gitaris yang adalah Lumiere bermain gitar dengan sangat indah dengan band cafe. Seusai manggung, Lumiere ternyata telah ditunggu diluar oleh Nitilive. Kemudian Lumiere dihampiri oleh para personil nitilive. “Halo Bro, kenalin nama gue Dika”, sapa Dika salah seorang personil Nitilive. “Oit, halo juga bro, kenalin juga nama gua Lumiere. Ada yang bisa gua bantu?”, sapa Lumiere kembali. Masa Depan Belajar dari masa lalu 47


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook