Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BUKU PEMENANG AWC KEMENTAN

BUKU PEMENANG AWC KEMENTAN

Published by PT Integra Cipta Kreasi, 2020-12-15 07:13:55

Description: 4.12.20__BUKU PEMENANG AWC KEMENTAN

Search

Read the Text Version

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Lebih lanjut, ia meminta pemerintah untuk memberikan insentif bagi petani pemilik lahan yang sawahnya masuk dalam wilayah baku sawah. Minimal, kata Winarno, petani dibebaskan dari kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan, meski jumlahnya kecil akan sangat membantu petani. Pembebasan itu dengan catatan lahan yang dimiliki tidak boleh dibangun rumah untuk keluarga. Insentif lain yakni kepastian mendapatkan pupuk bersubsidi dan kepastian pasar untuk menjual hasil panennya. Lebih lanjut, petani juga bisa mendapatkan asuransi. Lengkapnya insentif itu akan mendorong petani untuk menjaga betul area lahan yang dimilikinya. “Kalau sekarang hanya aturan di atas tapi petani tidak dilibatkan. Siapa yang ngasih tahu mereka? Tanah-tanah saya apa urusannya, kan, begitu kalau petani mikirnya,” kata dia. Pihaknya pun menyoroti wilayah Karawang, Jawa Barat yang saat ini menjadi lumbung padi nasional. Ia mengatakan, jika dilihat hingga ke perkampungan, pembangunan sangat masif terjadi dan mengambil area persawahan. Karawang, kata dia, lambat laun bisa hanya menjadi sejarah lumbung pangan nasional jika tak ada pengendalian yang kuat. Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menambahkan, pemerintah pusat dan daerah harus kompak mengacu pada konstitusi. Senada dengan Winarno, RTRW wajib ada dan digunakan sebagai landasan pemetaan pembangunan daerah. “Selama belum ditetapkan, ini semua akan menjadi abu-abu dan sangat terbuka untuk mengalih fungsikan lahan tanpa menggantinya,” kata dia. Khudori menilai kepala daerah yang belum menetapkan RTRW sama dengan sengaja membiarkan alih fungsi lahan terjadi. Karena itu, pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pertanian dan Kementerian ATR harus memaksa daerah menyelesaikan RTRW. RTRW, kata dia, menjadi amanat dari Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2009. “Masak sudah 10 tahun RTRW belum jadi juga? Ini sampai kapan?” kata dia. kementerian pertanian 101 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Mampukah Bisnis Pertanian Ambil Peluang di Era Pandemi? oleh : Syah Deva Ammurabi | Alinea.id Permintaan masih tinggi, namun distribusi dan logistik masih kacau selama pandemi. Sektor pertanian menjadi harapan baru bagi perekonomian yang kini terhempas di segala lini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih tumbuh 9,46% pada kuartal I 2020 dibandingkan kuartal sebelumnya (q to q). Namun, laju pertumbuhannya hanya 0,02% bila dibandingkan dengan kuartal I tahun 2019 (year on year). Sektor ini juga berkontribusi 12,84% terhadap PDB nasional sepanjang kuartal I 2020, terbesar ketiga setelah industri pengolahan dan perdagangan. 102 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan tersebut disebabkan adanya kenaikan permintaan domestik dan produksi hasil hortikultura (buah- buahan dan sayuran), perikanan tangkap dan budidaya, perkebunan, serta kayu tanaman. Sayangnya, pergeseran musim panen raya padi menyebabkan kontraksi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 10,31% (yoy). “Pada 2019, puncak panen raya jatuh pada bulan Maret dan tahun ini jatuhnya bulan April di kuartal kedua. Harapannya, sektor pertanian di kuartal dua berkontribusi positif untuk memperbaiki perekonomian Indonesia,” ungkapnya dalam konferensi pers, Selasa (5/5). Pelaku agribisnis pun mengakui adanya peningkatan penjualan seiring dengan pandemi Covid-19 yang terdeteksi ada di Indonesia sejak Maret lalu. Pendiri dan Chief Executive Officer Sayurbox Amanda Susanti Cole mengklaim penjualannya meningkat sejak Maret. Perusahaan e-commerce tersebut mencatat kenaikan pemesanan lima kali lipat dibandingkan sebelum adanya pandemi Covid-19. “Kita yang pasti setelah ada Covid dan imbauan dari rumah memang ada peningkatan. Peningkatan paling besar terjadi pada sayuran,” ungkapnya kepada Alinea.id, Sabtu (9/5). Selain sayuran, Sayurbox juga menjual berbagai bahan makanan lainnya seperti sembako, buah-buahan, daging, telur, ikan, dan bumbu dapur. Selain itu, pihaknya juga menyediakan menu makanan dan minuman sehat siap saji melalui label “Ijoijo”. Di tengah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB), pihaknya mengandalkan armadanya sendiri dalam mengirim produk-produknya kepada para konsumen. Langkah ini membuat distribusi barang tidak mengalami gangguan yang berarti. “Menurutku yang paling penting agar fokus masalah corona bisa lewat, ekonomi tetap membaik. Fokus kita adalah melihat perubahan perilaku konsumen nanti bagaimana. Bisnis harus bisa beradaptasi,” tuturnya. Di sisi lain, Sayurbox juga fokus pada kesehatan karyawan di tengah padatnya aktivitas pemesanan. “Kami lakukan pembersihan gudang setiap tiga kali sehari. Kemudian, temperatur check, pemberian vitamin, dan pemakaian sarung kementerian pertanian 103 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS tangan kepada para karyawan. Kita monitoring juga kesehatan mereka tiap pagi dan malam,” ungkapnya. Berbeda dengan Sayurbox yang mengandalkan distribusi secara mandiri, Sabila Farm justru terkendala dalam mengirim paket pesanan. Perkebunan buah yang berlokasi di Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini tersohor akan produk buah naganya. Sang pemilik, Muhammad Gunung Sutopo mengeluhkan sulitnya distribusi dan logistik selama pandemi Covid-19 karena adanya pembatasan transportasi. Padahal, permintaan dalam negeri saja masih cukup besar. Apalagi, pangsa pasar Sabila Farm adalah pasar premium di luar Yogyakarta. “Kami menggunakan bus malam dan kereta api. Untuk dua-duanya benar- benar enggak ada pengiriman sama sekali. Kami terkendala moda pengiriman. Kita tidak menggunakan JNE (jasa ekspedisi) atau segala macam karena mahal,” ungkap pria yang akrab disapa Pakde Gun tersebut, Sabtu (9/5). Mau tak mau, dia harus memutar otak untuk bertahan hidup yaitu dengan fokus menggarap pasar Yogyakarta. Dia pun terpaksa menurunkan harga jualnya agar kebunnya tetap dapat beroperasi dan mampu memberi upah kepada para karyawannya. “Dulu kita jual (buah naga merah dan buah naga putih) premium Rp40 ribu (per kilogram), sekarang saya jual Rp10 ribu, yang penting bisa terjual. Meskipun saya jual Rp10 ribu, saya masih untung,” katanya yang juga Ketua Asosiasi Buah Naga Indonesia (ABNI) tersebut. Selain buah naga, kebunnya juga memproduksi buah-buahan lainnya seperti lemon, sirsak, srikaya, alpukat, dan jambu kristal. Dari semua buah tersebut, permintaan terhadap buah lemon dan srikaya masih relatif stabil di masa pandemi. Sementara khusus buah naga telah melewati masa panen yang berlangsung pada November-April. Dia menyatakan 60% pendapatan Sabila Farm berasal dari kebun produksi. Kebun ini jugalah yang menjadi kawasan agrowisata yang memiliki unit edukasi dan rekreasi. “Dengan adanya corona, tidak ada orang edukasi dan rekreasi. Jadi produk kami 40% (dari agrowisata) hilang,” bebernya. 104 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Pakde Gun menyarankan dua hal agar pegiat agribisnis dan petani dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Pertama, ubah teknologi untuk menekan biaya produksi. Kedua, ubah sistem untuk menekan pengeluaran sekaligus mengatasi hambatan yang dialami, misalnya soal distribusi. Menurutnya, pelaku agribisnis jangan hanya mengharapkan bantuan pemerintah semata. “Jangan kira berhenti corona kita langsung main, enggak bisa. Kan pasar sudah ambyar. Pola-pola itu (kondisi pasar) harus diperbaiki,” ungkapnya. AGRIBISNIS PANGAN BERSINAR, PERKEBUNAN MEREDUP Wakil Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suharyo Husen berpendapat, faktor perubahan iklim lebih mempengaruhi produksi pertanian dibandingkan pandemi virus corona. “Kalau kita lihat masa corona ini konsumen perlu pangan, tetapi harganya harus terjangkau. Di sisi lain, naik-turunnya harga bergantung kepada supply dan demand ,” tuturnya kepada Alinea.id, Jumat (8/5). Husen melihat, agribisnis yang memproduksi bahan pangan seperti tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan berpotensi naik daun di tengah pandemi Covid-19. Belum lagi defisit bahan pangan masih terjadi di sejumlah daerah karena terganggunya distribusi barang. Di sisi lain, perkebunan yang menghasilkan komoditas berorientasi ekspor mengalami kelesuan. Hal ini terungkap ketika dia berbincang kepada atase perdagangan Indonesia di berbagai negara. “Ternyata produk perkebunan yang merupakan bahan baku dimana pabrik- pabrik tersebut ada mengalami penurunan demand,” ungkap Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia tersebut. Menurut laporan Bank Dunia, harga komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti karet alam RSS (karet lembaran asap), karet alam TSR (karet spesifikasi teknis), kakao, minyak kelapa sawit, teh, dan kopi robusta mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 17,39%, 17,16%, 16,54%, 16,46%, 6,81%, 6,00% selama Februari-April 2020. Sementara itu, kopi arabika masih mengalami kenaikan harga sebesar 14,05% selama periode yang sama. Penurunan permintaan industri juga terjadi di dalam negeri, sehingga hasil kementerian pertanian 105 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS panen petani, peternak, dan nelayan yang menjadi bahan baku industri tidak terserap. “Sangat diperlukan paket bantuan pangan dan tunai untuk petani dan nelayan golongan termiskin, sehingga tetap bekerja di lapangan,” ungkapnya. Di sisi lain, hambatan importasi karena adanya karantina wilayah sejumlah negara juga bisa menjadi peluang tersendiri. Menurutnya, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri karena memiliki bahan pangan lokal yang melimpah seperti singkong, ubi jalar, sorgum, dan kacang-kacangan. Dia menilai produksi sumber protein hewani seperti daging ayam, daging kerbau, telur, dan ikan juga mampu mensubstitusi kebutuhan daging sapi impor. “Sebetulnya kuncinya ada di pemerintah. Pemerintah menetapkan pajale (padi, jagung, dan kedelai) sebagai komoditas strategis nasional. Kalau sudah strategis nasional, bantuan ke petani pajale pasti memadai untuk produksi. Tetapi, sagu, singkong, dan sorgum belum ditetapkan sebagai komoditas pangan strategis,” terangnya. INSENTIF UNTUK PETANI Melihat dampak pandemi Covid-19 yang menimpa sektor pertanian, pemerintah berencana mengguyur insentif kepada petani miskin. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, insentif tersebut terdiri dari bantuan tunai sebesar Rp300 ribu dan sarana prasarana produksi pertanian (saprotan) sebesar Rp300 ribu. “Pemerintah juga melihat pada saat ini untuk memberikan insentif kepada petani. Jumlah kategori petani miskin sebesar 2,44 juta orang diberikan insentif agar bisa menanam di periode berikutnya,” tuturnya usai rapat terbatas, Selasa (28/4). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, petani yang masuk kategori miskin terdiri dari petani serabutan, petani penggarap, dan buruh tani. Pihaknya berbagi tugas dengan Kementerian Desa, Transmigrasi, dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes) dalam penyaluran insentif tersebut. Kemendes berwenang dalam penyaluran bantuan tunai dan Kementan berwenang dalam penyaluran saprotan. “Di dalamnya ada pupuk, bibit, dan obat-obatan. Tentu saja program ini adalah 106 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS program yang mudah dilakukan, realistis bisa diambil, dan cepat menghasilkan karena untuk membantu masyarakat,” katanya. Dia menambahkan validasi data dilakukan berjenjang mulai dari kelompok tani, Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostra Tani) di tingkat kecamatan, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Provinsi, hingga pemerintah pusat. “Kami rencananya melibatkan Babinsa (Bintara Pembina Desa TNI AD), Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat), dan Kepolisian untuk memvalidasi data,” lanjutnya. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (PPSDMP), Kementan Dedi Nursyamsi menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan calon penerima dan calon lokasi (CPCL) sasaran. Dana insentif akan langsung disalurkan ke rekening kelompok tani. Lalu, pencairannya melibatkan Kepala Dinas Pertanian setempat agar pemanfaatannya tepat guna. Namun, Kementan masih menyusun petunjuk teknis pelaksanaannya. “Akhir Mei target penyalurannya seperti itu, tapi kan semuanya sedang proses, sedang dikerjakan ini. Administrasi kan perlu tertib juga,” ujarnya melalui sambungan telepon, Sabtu (9/5). SIAPKAH HADAPI NORMAL BARU? Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bayu Krisnamurthi mengatakan, respon pemerintah dan masyarakat terhadap pandemi virus corona lebih besar dampaknya terhadap kegiatan usaha pertanian dibandingkan penyakit yang ditimbulkannya. “Yang turun (selama pandemi) adalah permintaan konsumen. Makanan di hotel hilang. Restoran tidak ada. Katering pesta, rapat, dan buruh pabrik tidak beroperasi. Warung dan toko-toko makanan tutup semua,” bebernya dalam telekonferensi, Jumat (8/5). Di sisi lain, beberapa produk agribisnis mengalami peningkatan pemintaan selama Covid-19 seperti buah-buahan, sayuran, dan apotik hidup (jamu dan obat- obatan herbal) seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk menjalankan gaya hidup bersih dan sehat. Permintaan tersebut berasal dari konsumsi rumahan dan pemesanan secara daring (online). kementerian pertanian 107 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS “Kalau ada yang menyebutnya krisis pangan saya bertanya-tanya. Yang jelas ini krisis perdagangan, logistik ,dan transportasi. Produksi masih ada, tapi perdagangan dan logistik ini belum efektif. Kalau krisis terjadi, mungkin krisis pangan impor,” terang Mantan Wakil Menteri Perdagangan Periode 2011-2014 tersebut. Bayu memprediksi, belanja daring dan digitalisasi akan menjadi kegiatan normal baru yang mempengaruhi sektor pertanian. Oleh sebab itu, penguasaan internet menjadi kunci bagi petani, peternak, nelayan, dan pelaku agribisnis untuk bertahan hidup. “Kalau memang benar internet menjadi penting, akankah terjadi diskriminasi internet? Bukan tidak punya produk atau daya saing, seketika produk mereka tidak dapat masuk pasar karena tidak ada internet. Terutama banyak desa kita belum punya akses internet,” ujarnya. Menteri Pertanian Kabinet Persatuan dan Gotong Royong (2000-2004) Bungaran Saragih berpendapat, pandemi Covid-19 merupakan kesempatan yang besar bagi pelaku agribisnis Indonesia. Meskipun indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan. “Konsumsi nasional bisa berkurang, namun konsumsi pangan tidak banyak berkurang, bahkan bisa meningkat karena ada usaha pemerintah membeli langsung pangan itu dan mendistribusikan orang yang barangkali menjadi korban (pandemi),” ungkapnya. Sementara itu, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin berpendapat, krisis pangan masih belum terjadi selama produksi pangan masih mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. “Dimulai dari daya beli yang terganggu, dari situ yang harus kita jaga dalam agribisnis pangan. Jangan sampai supply side (sisi penawaran atau produksi) terganggu,” ungkapnya. Oleh karena itu, Bustanul menyarankan adanya integrasi sistem produksi dan konsumen pangan, penguatan kelembagaan kelompok tani, serta adaptasi bisnis modern seperti strategi pemasaran, merek produk, dan segmentasi konsumen. “Jangan-jangan memang harus dipicu oleh (pandemi) Covid ini,” ujarnya. 108 kementerian pertanian republik indonesia



10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Untung Besar Jambu Kristal dan Mimpi Sang Petani Millenial oleh : Lalu Theo Ariawan Hidayat Kabul | Ngopi Bareng Pria di Kota Batu, Jawa Timur, Rakhmad Hardiyanto, usia 35 tahun, raup omzet ratusan juta rupiah dari budidaya jambu kristal. Memulai bisnis pada 2012, lalu, di usia muda. Ia yakin anak muda dapat membawa perubahan dalam dunia pertanian. Melalui Akademi Petani Millenial yang dibentuknya pada 2018, Rakhmad ingin mengubah mengubah wajah pertanian. Di lahan seluas 2 ribu meter persegi, sekitar 60 pohon jambu kristal setinggi tiga kali badan orang dewasa berjejer di kebun milik Rakhmad Hardiyanto, di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Sebanyak 60 pohon jambu kristal tersebut tergolong sebagai pohon induk. 110 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS “Di lahan ini adalah pohon induk semua. Mulai disertifikasikan pada 2013 di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB),“ tutur Rakhmad. Bibit dari pohon induk itu kemudian dibagikan kepada 17 petani mitra untuk dikembangbiakkan dengan cara dicangkok. Para petani mitra tersebut ia edukasi sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatan. Dengan menggandeng petani mitra, Rakhmad mampu menanam jambu kristal di lahan seluas 4 hektar. “Lahan saya tidak luas hanya 2 ribu meter. Namun, kami bisa menggerakkan sekitar 4 hektar lahan dari petani mitra,“ ujarnya. Satu pohon bisa menghasilkan sekitar 50 kilogram buah jambu kristal dalam sekali panen. Masa panen jambu kristal milik Rakhmad, selama 4 bulan sekali. Artinya, Rakhmad bisa memanen 3 kali jambu kristal dalam satu tahun. “Jika berbicara omzet bisa dihitung, misal, punya 100 pohon jambu kristal. Tinggal dikalikan 50 kilogram dikali 100 pohon. Itu bisa menghasilkan sekitar 50 ton jambu kristal,“ jelasnya. Satu kilogram buah jambu kristal milik Rakhmad dibanderol dengan harga sebesar Rp10 ribu sampai Rp15.500. Tergantung dari kualitas buah tersebut, mulai dari grade C sampai dengan yang terbaik grade A. Jika dikalkulasikan, Rakhmad bisa meraup omzet sekitar Rp 500 juta sampai Rp775 juta dalam masa sekali panen. “Pertanian ini punya aspek bisnis yang profitable,“ katanya. Rakhmad menjual jambu kristal miliknya ke beberapa daerah seperti kawasan Malang Raya (Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang), Jakarta, Bali hingga Kalimantan. “Kami jual ke supermarket, toko ritel ada juga usaha reseller,“ ucapnya. Di Kota Batu pertanian menjadi salah pembentuk struktur perekonomian daerah tersebut. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu periode 2015 hingga 2019, sektor pertanian masuk dalam tiga besar pembentukan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Batu 2019. kementerian pertanian 111 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Dalam tahun tersebut, nilai PDRB Kota Batu sebesar 16,39 triliun. Kontribusi dari kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB 2019 sebesar Rp2,4 triliun. Dari catatan tersebut, sektor pertanian masih menjadi salah satu item pembentukan struktur ekonomi di Kota Batu ,selain sektor perdagangan lalu sektor hiburan dan pariwisata. “Kalau di Kota Batu, Dinas Pertanian ini termasuk institusi (pembentuk PDRB) yang besar,“ ujar Kepala Seksi Metode dan Informasi Dinas Pertanian Kota Batu, Sri Wahyuni. RANGKUL USIA MUDA MELALUI AKADEMI PETANI MILLENIAL Rakhmad yang memulai bisnis jambu kristal di usia muda yaitu, 27 tahun. Berinisiatif untuk mengajak anak muda untuk bertani. Ia ingin mengubah pola pikir generasi millenial, bahwa bertani merupakan profesi yang menguntungkan. Sekitar April 2018, lalu, ia membentuk Komunitas Akademi Petani Millenial. Sebuah wadah untuk merangkul anak muda di rentang usia 25 hingga 35 tahun agar tertarik menggeluti dunia pertanian. Sampai saat ini anggota dari Akademi Petani Millenial sebanyak 30 orang, beberapa dari mereka adalah anak muda sekitar Kota Batu dan para Sarjana Pertanian. “Bagaimanapun juga kami ingin mengubah mindset mereka tidak hanya sekedar menjadi lulusan Pertanian atau jadi lulusan SMK Pertanian. Jadilah kamu entrepreneur. Pionir di daerahmu masing-masing,“ ujarnya. Rakhmad ingin menyadarkan anak muda bahwa melalui pertanian, mereka akan beroleh benefit. Dalam teori ekonomi, ia mengibaratkan pertanian sebagai sebuah supply dan pasar sebagai sebuah demand. Di Akademi Petani Millenial, para generasi muda diajarkan bagaimana menghubungkan antara supply dan demand tersebut. “Kami ajarkan terkait dengan pola-pola pasar. Semisal dunia pertanian juga bisa dibuat menjadi agrowisata. Maka metodenya mereka harus bekerjasama dengan travel agent juga dengan hotel-hotel. Lalu, untuk bisa menembus supermarket, kami ajarkan bagaimana cara mengemas hasil panen sampai dengan pendistribusian,“ tuturnya. 112 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Terbukti, Rakhmad bisa menjual jambu kristal miliknya sampai ke Bali, karena di Pulau Dewata tersebut sudah ada anggota Akademi Petani Millenial yang membantu mendistribusikan jambu kristal miliknya ke supermarket dan ritel- ritel modern. “Kami punya teman-teman yang pernah magang di sini (kebun jambu kristal milik Rakhmad) sekarang tinggal di Bali. Beberapa produk (jambu kristal) kami suplai ke sana. Dia bantu jualin di sana,“ ungkapnya. “Kami tetap terkoneksi, karena ada rumahnya yang di Malang, Jakarta, juga ada di Bali. Petani millenial memang ada beberapa yang fokus di pemasaran online,“ sambung Rakhmad. Kepala Seksi Metode dan Informasi Dinas Pertanian Kota Batu, Sri Wahyuni, mengatakan para petani-petani muda di Kota Batu sudah bisa memetakan target pasar mereka sendiri karena melek teknologi informasi. “Mereka (petani muda) sangat untung. Apalagi kalau sudah tahu pasarnya. Ini karena memanfaatkan teknologi informasi. Akhirnya mereka bisa berkembang,” tuturnya. BERTANI DENGAN TEKNOLOGI Akademi Petani Millenial yang berdiri pada 2018, lalu, juga berupaya mengubah cara budidaya pertanian, dengan mengaplikasikan teknologi di dalamnya. Rakhmad mengatakan di Akademi Petani Millenial, para anggotanya memiliki keahlian yang berbeda-beda. Ia sendiri merupakan sarjana lulusan Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. “Di Akademi Petani Millenial, itu ada juga yang anak IT, anak literasi bahkan ada juga yang anak media,” tuturnya. Rakhmad mencontohkan hal sederhana dalam dunia pertanian yang dapat diterapkan teknologi yaitu dalam kegiatan penyiraman. Jika pertanian konvensional memakai saluran irigasi ketika proses penyiraman. Maka di Akademi Petani Millenial diajarkan untuk memakai tandon, yang saluran airnya dialiri melalui pompa. “Contoh paling sederhana itu dalam hal penyiraman. Tandon air dikasi pompa. Terus, pompa dipasang instalasi pipa. Pompanya bisa dikasi timer. Diatur mau kementerian pertanian 113 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS nyiram dua hari sekali, misalnya. Ada juga yang berbasis web, waktu penyiraman diatur melalui aplikasi,” terangnya. Teknik-teknik seperti ini ujar Rakhmad sudah mulai ia uji coba di lahan miliknya. Untuk aplikasinya, masih dalam tahap pengembangan agar bisa dilaunching dan bisa digunakan secara massif. “Ini memang kreasinya teman-teman (Akademi Petani Millenial) namun untuk mempercepat pengembangannya kami menggandeng universitas,” terangnya. Selain proses penyiraman, Akademi Petani Millenial juga sedang mengembangkan alat untuk mengukur power of Hydrogen (pH) tanah. Pengukuran pH tanah, adalah salah satu kegiatan penting sebelum seseorang mulai menanam di lahan. Alat tersebut berfungsi untuk mengambil sampel tanah dengan cara ditancapkan. Setelah, sampel tanah diambil, lalu diukur seberapa besar pH-nya melalui aplikasi. “Jika kadar pH tanahnya di angka 6,5 itu bagus banget. Mau ditanami apa saja oke,” jelas Rakhmad. Dengan adanya alat tersebut, Rakhmad menuturkan, bahwa dalam bertani nantinya tidak hanya sekedar menggunakan feeling. Namun, sistem budidaya pertanian sudah terstruktur dan punya perencanaan yang matang. “Ini memudahkan petani dalam perawatan. Tanaman tidak mudah terkena penyakit. Jadi tidak ada permasalahan seperti hama. Jika pH tanah tidak cocok itu banyak penyakitnya. Tahu-tahu, nanti akarnya rusak, batangnya rusak,” terangnya. Selain itu, Rakhmad juga sedang mengembangkan aplikasi untuk mengukur tingkat kematangan buah. Caranya sederhana, buah tinggal di foto. Aplikasi lalu akan menganalisa tingkat kematangan buah tersebut berdasarkan warna kulit buahnya. 114 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS “Ini berfungsi sebagai quality check. Sementara hanya bisa dipakai pada Jambu Kristal saja. Jika green pixelnya menunjukkan angka di atas satu. Itu menunjukkan tingkat kematangannya pas,” tuturnya. Sekretaris Dinas Pertanian Kota Batu, Hendry Suseno, sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Akademi Petani Millenial yang bisa memasukkan teknologi ke dalam kerja-kerja pertanian. “Akademi Petani Millenial sangat bagus sekali, mereka sudah mengadopsi teknologi informasi dan diaplikasikan ke pertanian. Jika mereka berhasil ini akan pemuda-pemuda lain yang akan ikut. Karena bertani dengan teknologi ini sangat menarik,” tutupnya. kementerian pertanian 115 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Gairah Berkebun Masyarakat Urban oleh : Praga Utama | Tempo Gerakan berkebun di lahan sempit, perumahan, atau tanah kosong perkotaan sudah lama ada. Namun pandemi virus corona memicu gerakan ini bergerak lebih masif, merangkul semua golongan dengan berbagai latar belakang. Solidaritas dan inisiatif masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan. Ester Indahyani Jusuf tak menyangka niatnya membagi-bagikan bibit tanaman singkong jenis mentega akan disambut dengan antusiasme begitu tinggi. Dari sekadar ide kecil-kecilan untuk menanami lahan di perumahannya yang menganggur, Ester kemudian justru “dicari” ribuan orang dari berbagai daerah. Sejak April lalu sampai sekarang, perempuan peraih Penghargaan Hak Asasi Manusia Yap Thiam Hien 2002 ini sudah mengirim lebih dari 130 ribu batang bibit singkong ke sekitar Jabodetabek dan sejumlah kota di Pulau Jawa. “Semuanya saya kasih gratis,” kata Ester kepada Tempo, Kamis lalu. 116 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Semuanya dimulai ketika Ester galau menghadapi situasi di masa awal pandemi penyakit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Ia khawatir, jika kondisi ini terjadi berkepanjangan, perekonomian akan semakin terpukul. Dia juga mempelajari data soal perubahan iklim yang memprediksi akan terjadi kekeringan panjang tahun depan. Beberapa lembaga dunia memang memprediksi ancaman krisis pangan. Organisasi pangan PBB, FAO, dalam laporannya pada April lalu, misalnya, memperingatkan semua anggota PBB ihwal meningkatnya risiko krisis pangan akibat pandemi Covid-19. Menurut FAO, pandemi virus corona dapat menimbulkan kelangkaan dan kenaikan harga pangan. Akibatnya, jumlah orang yang tidak punya akses untuk mendapatkan bahan pangan meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 265 juta orang di seluruh dunia. Dengan kondisi itu, Ester khawatir, jika krisis pangan terjadi, jumlah orang kelaparan semakin banyak. “Kita perlu berbuat sesuatu, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.” Perempuan berusia 49 tahun itu lalu menghimpun beberapa sahabatnya untuk membuat gerakan tanam pangan. Ia mengusulkan ide membagi-bagikan bibit singkong mentega kepada siapa saja yang berminat. Singkong dipilih sebagai pengganti beras karena sama-sama mengandung karbohidrat dan mengenyangkan. Singkong juga dianggap lebih mudah ditanam ketimbang tanaman lain. “Tinggal tancap di mana saja juga tumbuh,” Ester berseloroh. Bibit-bibit itu dibagikan sekarang dengan asumsi, jika bisa ditanam oleh banyak orang, singkong-singkong itu bisa dipanen pada akhir 2020 atau awal 2021. “Lumayan untuk dijadikan stok bahan pangan kalau nanti benar ada krisis pangan.” Ia lalu membuat pesan berantai yang mulanya disebarkan kepada teman- temannya sendiri. Tapi tanpa disangka, pesan itu viral dan sampai ke mana-mana. Bahkan isi pesan itu terdistorsi, ada yang mengubah isi pesan dari bagi-bagi bibit singkong menjadi bagi-bagi bibit aneka tanaman. “Jadi, banyak yang minta benih sayuran dan cabai ke saya, padahal saya cuma sedia singkong,” ujarnya. Karena peminatnya membeludak, 55 ribu bibit singkong yang ia dapatkan dari sumbangan beberapa orang dan petani di Sukabumi dan Bogor ludes dalam tiga hari. Memenuhi permintaan yang masih banyak, Ester dan kawan-kawannya patungan membeli bibit dari pengepul di daerah Pati, Jawa Tengah, sebanyak satu truk atau sekitar 69 ribu batang. Biaya yang dihabiskan mencapai Rp 12 juta. kementerian pertanian 117 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Ester mengundang siapa saja untuk mengambil langsung bibit-bibit itu ke rumahnya di Pamulang, Tangerang Selatan. Akibatnya, puluhan orang berdatangan untuk mengangkut calon tanaman singkong itu dengan kendaraan masing-masing. Yang unik, sebagian menggunakan mobil pribadi untuk mengangkut batangan pohon, dari yang dimasukkan ke bagasi hingga diikat di atap. Untuk pengiriman di tempat yang jauh, ia memanfaatkan jasa ojek online. “Saya tidak pilih-pilih, siapa saja boleh ambil, tapi singkong ini wajib ditanam dan jika sudah panen harus dibagikan ke tetangga, jangan dimakan sendiri,” tutur dia. Cerita unik datang dari orang-orang yang baru belajar menanam singkong. Meski mudah, banyak yang keliru menanam: dibenamkan secara terbalik atau tidak dipotong lebih dulu. Akibatnya, yang tumbuh hanya daunnya. Ester pun dengan sabar membimbing mereka agar menanam dengan benar. Belakangan, untuk memenuhi tingginya permintaan, Ester mendatangkan bibit singkong putih dengan harga lebih murah dari Sukabumi, Jawa Barat. Gerakan tanam pangan pun mengilhami orang lain untuk melakukan hal serupa. Di Semarang, sebuah perusahaan pembuat minuman, Marimas Putera Kencana, meniru gerakan Ester dengan membagikan 60 ribu bibit singkong kepada tokoh masyarakat dan warga. Menurut Ester, sumbangan Marimas ini banyak menyasar pengurus pesantren, rumah ibadah, dan pemimpi komunitas dengan tujuan menciptakan lumbung pangan di komunitas masing-masing. “Kalau ditotal, gerakan tanam pangan yang dijalankan banyak pihak ini sudah berhasil menyebar sekitar 500 ribu batang singkong ke seluruh Indonesia.” Kegiatan membagi-bagikan bibit tanaman untuk ditanam orang lain juga dilakukan Anis Hidayah, pendiri lembaga peduli buruh migran Migrant Care. Mulanya, ia mempraktikkan perkebunan urban (urban farming) organik di pekarangan rumahnya di kompleks Studio Alam Indah, Depok, Jawa Barat. Meski lahannya tak luas, Anis yang mulai berkebun pada 2006 ini punya 16 jenis buah lokal dan puluhan jenis sayur, rempah-rempah, serta bunga-bungaan. “Baru dua tahun terakhir ini intensif menanam sayur, dan mulai tahun lalu sudah bisa panen hampir setiap hari,” ujarnya. Anis memulai berkebun secara organik setelah sejumlah tetangga di perumahannya meninggal dalam waktu berdekatan akibat kanker. Melalui berbagai literatur, ia menduga salah satu penyebab kanker adalah kandungan 118 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS pestisida pada buah dan sayur yang dikonsumsi. Anis dan suaminya, yang merupakan pengurus RT, berinisiatif membuat kebun organik di rumahnya dan lahan-lahan fasilitas umum di kompleks mereka. “Sekalian mengajak warga untuk ikut berkebun.” Awalnya warga lain tak mau mengikuti karena merasa tak punya waktu dan tidak berbakat mengurus tanaman. Tapi, dengan telaten dan memberi contoh, sekarang sudah ada 60 keluarga yang mengikuti jejak Anis. Sejak 2019, warga di komplek Anis pun sudah tak perlu lagi pergi ke pasar atau berbelanja ke tukang sayur. Mereka kompak saling melengkapi dan membantu memenuhi kebutuhan makanan harian. Setidaknya, Anis bercerita, setiap hari ia dan para warga bisa memanen kangkung, paprika, pakcoy, sawi, cabai, dan wortel. Untuk perawatan tanaman dan kebun pun, warga beramai-ramai membuat pupuk kompos. Dengan demikian, kompleks perumahan Anis sangat sedikit menyumbang sampah ke TPA. Karena hasil kebunnya berlimpah, Anis juga kerap membagi-bagikan hasil panen kepada teman-temannya. “Semenjak pandemi, bagi-bagi ini jadi lebih sering,” tutur Anis. Belakangan, Anis mulai melakukan pembenihan di rumahnya. Aneka benih itu ia berikan kepada siapa saja yang meminta. Anis biasanya mengumumkan stok benihnya di media sosialnya atau akun Instagram khusus kebunnya, @ kebun-oriswa. “Karena saya punya maksud terselubung: membangun gerakan berkebun secara luas.” Jika ditotal, sepanjang masa bekerja dari rumah tiga bulan terakhir ini, Anis sudah membagikan 400 paket benih secara gratis, yang terdiri atas aneka macam tanaman. Sama seperti Ester, pengumuman bagi-bagi benih oleh Anis pun jadi berantai dan sampai ke mana-mana. “Sampai kewalahan memenuhi permintaan. Tapi saya senang, banyak orang punya kesadaran baru, yakni menyayangi tubuh dengan mengkonsumsi makanan sehat dan organik,” ujarnya. Apa yang dilakukan Anis persis seperti aktivitas musikus sekaligus peneliti Rara Sekar Larasati dan suaminya, Ben Laksana. Di kediaman mereka di Bogor, Rara dan Ben juga memanfaatkan lahan pekarangan dan sepetak tanah kosong di depan rumah mereka untuk dijadikan “hutan makanan”. Meski hanya berukuran 4 x 4 meter, di sana ia menanam berbagai jenis sayur, seperti okra, kale, bayam hijau dan bayam merah, serta kemangi. Sejumlah rempah, seperti jahe, ginseng, kunyit, dan kecipir, sampai aneka buah, seperti jambu, lemon, dan jeruk nipis, serta cabai juga dicoba ditanam di “hutan mini” itu. Karena memanfaatkan lahan fasilitas umum di depan rumahnya, Rara membebaskan para tetangganya mengambil hasil panen dari kebun tersebut. kementerian pertanian 119 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Rara berhasil menularkan semangat berkebun itu kepada tetangga di sekitar rumahnya. Kini, ia mengatakan, komunitas warga di kompleks perumahannya juga sudah kompak membuat sistem kompos untuk dimanfaatkan sebagai pupuk di kebun masing-masing. Lalu, hasil panen masing-masing dibagikan atau dibarter dengan hasil kebun tetangga mereka yang lain. “Akhirnya jadi bisa akrab dan saling mengenal dengan tetangga,” kata Rara dalam diskusi daring yang digelar Auriga, Rabu lalu. Interaksi sosial itu pun akhirnya membangun kepercayaan di antara sesama warga. “Ini penting karena biasanya masyarakat perkotaan kan tidak saling mengenal dengan tetangganya, sehingga bisa saling peduli.” Hubungan antarwarga yang erat itu, menurut Rara, akhirnya menciptakan ketahanan di tengah kondisi pandemi. Masih dari Bogor, inisiatif gerakan menanam dan mengajak warga berkebun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari diinisiasi sejumlah anak muda yang mendirikan Bogor Rise Against Corona (Borac). Gerakan sosial ini dibentuk sebagai respons terhadap menurunnya pendapatan masyarakat akibat pandemi corona. Mulanya para anak muda yang berasal dari berbagai komunitas di Kota Hujan itu sekadar mengumpulkan donasi untuk membelikan kebutuhan pokok yang dibagikan kepada masyarakat. Namun belakangan gerakan ini meluas dan mengkampanyekan gerakan berkebun di lahan perkotaan. “Karena kami ingin ini jadi gerakan berkelanjutan,” kata Richard Nando, Ketua Borac. Anak-anak muda yang bergabung di Borac punya beragam latar belakang: komunitas papan luncur, komunitas sepeda BMX, komunitas fotograf i dan desain graf is, pencinta alam, dan media komunitas. Sejak dibentuk pada akhir Mei lalu, Borac menjalankan sejumlah program, seperti donasi paket bahan pokok, makanan untuk berbuka puasa, paket Lebaran, dan program menanam kembali. Lewat program menanam kembali, Borac melakukan pembenihan beberapa jenis sayur dan cabai untuk kemudian dibagikan kepada warga. Mereka memanfaatkan lahan milik salah satu anggota yang terletak di belakang kampus Universitas Pakuan Bogor untuk kebun percontohan dan lokasi pembenihan. Para anggota Borac merancang kebun dan lokasi pembenihan dengan desain menarik. Di bagian tengah, mereka membentuk pot tanaman sehingga menyerupai lambang “peace”. Menurut Richard, hal 120 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS ini disengaja agar menarik minat masyarakat terutama anak muda ikut berkebun. “Kita kasih contoh bahwa berkebun itu tidak harus monoton,” ujarnya. Richard menjelaskan, lewat program ini nantinya warga akan mendapat benih cabai dan pendampingan perkebunan secara organik. “Jadi, diajari cara menanam, merawat, dan membuat pupuknya.” Hasil panennya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di komunitas, atau dijual. Mereka juga sudah bekerja sama dengan industri saus sambal, industri itu mau menerima hasil panen warga. Dengan begitu, kata Richard, warga yang kehilangan pemasukan akibat pandemi bisa kembali bangkit dan berdaya. Pekan depan, Borac akan mulai membagikan benih cabai ke warga di 12 kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. Dari setiap komunitas warga, dipilih local heroes yang diharapkan bisa memberi contoh dan mengajak warga lain untuk terlibat dalam gerakan menanam kembali. Semuanya, kata dia, dijalankan oleh para anggota sambil belajar bersama. Sebab, di antara mayoritas anggota komunitas tidak ada yang berlatar belakang petani ataupun sarjana pertanian. “Ini kerja kolaborasi.”***  BERKEBUN DI LAHAN TERBATAS Perkebunan urban tak membutuhkan lahan luas, material banyak, ataupun modal besar. Dengan memanfaatkan wadah-wadah bekas, Anda bisa mulai bercocok tanam di rumah. Kesabaran dan ketekunan merawat tanaman menjadi kunci. MENENTUKAN LOKASI KEBUN Berkebun di Halaman Rumah Jika memiliki pekarangan cukup lega di depan atau belakang rumah, Anda dapat membuat kebun mini dengan cara membuat wadah media tanam. Buatlah kotak berukuran 61 x 122 cm dengan kedalaman 15 cm yang akan diisi tanah. Jika Anda hendak menanam aneka sayuran atau buah-buahan, pastikan lokasi wadah tersebut cukup terpapar sinar matahari sepanjang hari. Berkebun dalam Wadah Jika tidak punya lahan cukup luas atau material untuk membuat wadah/pot, manfaatkanlah barang-barang bekas, seperti ember rusak, kaleng bekas, botol bekas air mineral, ban bekas, ataupun aneka wadah yang bisa menampung tanah dan air. kementerian pertanian 121 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Berkebun Secara Vertikal Meski di lahan sempit, Anda tetap dapat bercocok tanam dengan memanfaatkan dinding kosong yang digunakan untuk menggantung pot tanaman. Dinding juga bisa dimanfaatkan untuk membantu pertumbuhan tanaman rambat, seperti tomat hingga stroberi. Bercocok tanam secara vertikal juga bisa diaplikasikan untuk menambah kesejukan dan keasrian rumah dengan memilih tanaman hias seperti bugenvil, Ficus pumila (tanaman dolar), atau sirih. Di Dalam Ruangan Meski tinggal di apartemen atau kamar kos yang sempit, Anda tetap bisa menumbuhkan aneka sayur konsumsi dalam wadah atau baki kecil. Tempatkan wadah-wadah tersebut di dekat jendela yang terpapar sinar matahari. Beberapa jenis tanaman yang cocok dibudidayakan di dalam ruangan antara lain rempah-rempah, kecambah, atau microgreen (tanaman sayuran berukuran mungil). Hidroponik Selain memanfaatkan media tanam berupa tanah, bercocok tanam bisa menggunakan wadah berisi air yang diberi nutrisi secara rutin, alias system hidroponik. Sistem ini cocok dilakukan pada area terbatas. Bisa menggunakan sistem pengairan otomatis yang mahal ataupun secara sederhana dan murah menggunakan wadah plastik bekas. Beberapa jenis sayur yang mudah ditanam dengan metode ini antara lain selada, tomat, timun, kale, bayam, kacang- kacangan, kemangi, wortel, hingga jagung. Kebun Komunitas Lahan kosong atau menganggur bisa dimanfaatkan sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan bersama-sama dengan anggota komunitas di sekitarnya. Hasil perkebunan bisa dimanfaatkan secara bersama-sama pula. JENIS-JENIS TANAMAN UNTUK PEMULA Biasanya mereka yang baru memulai berkebun urban memilih sejumlah tanaman yang dianggap “mudah” ditumbuhkan. Beberapa di antaranya: Kemangi, Kucai, Ketumbar, Mint, Kale, Oregano, Seledri, Cabai, Wortel, Tomat   122 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS TIP DAN TRIK Perhatikan Suhu Suhu udara terlalu panas bisa membuat tanaman layu dan mati. Rutin periksa tanah dalam pot, jaga agar tidak terlalu kering. Membuat Pupuk Sendiri Setelah mulai bercocok tanam, tidak ada salahnya mencoba membuat pupuk organik sendiri dengan cara membusukkan sisa-sisa makanan dan limbah dapur. Jangan Gunakan Pestisida Tanaman yang tumbuh subur mungkin akan mendatangkan hama. Usir hama menggunakan bahan-bahan alami, seperti biji cabai, kulit jeruk, atau buatlah kawat pelindung di sekitar tanaman agar tak diganggu tikus ataupun hewan domestik lainnya. Plus-Minus Material Pot - Wadah tanah liat mudah pecah dan kurang mampu menahan air. - Kayu mudah dibuat dan dibentuk tapi akan membusuk dalam waktu lama. - Plastik awet tapi memerlukan saluran drainase dan akan rusak setelah lama terpapar sinar matahari. - Salah satu wadah yang direkomendasikan adalah kantong khusus berkebun (grow bag/planter bag) berbahan kain yang ringan dan mudah dipindah- pindahkan. kementerian pertanian 123 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Produksi Pangan di Kota, Kenapa Tidak? oleh : Eko Santoso | Times Indonesia “Untuk Mengubah Hidup, Kita Perlu Mengubah Ruang”- Lefebvre BERTANI DI LAHAN TERLANTAR SEMARANG Pukul 3 sore, 8 Agustus 2020, Dayu Marantika bergegas menuju lahan yang terletak di sebelah kompleks Perumahan Mutiara Jaya yang berlokasi di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Sudah sejak awal bulan Mei lalu rutinitas mengisi waktu sore dengan berkunjung ke lahan tersebut ia jalani meski harus menempuh jarak sekitar 9 KM dari tempat tinggalnya di Gunungpati. terlaAndtaarseskeitluaar s252.o3r0a0ngmse2pedritisdeibrienlayah yang mengolah dan menanami lahan kompleks Perumahan Mutiara Jaya 124 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS yang berlokasi di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang tersebut. Para penggarap lahan ini tergabung dalam satu organisasi yang bernama Serikat Tani Kota Semarang (STKS). Berbagai jenis sayuran seperti sawi, kangkung, terong, cabai, mentimun, gambas dan tanaman pangan seperti singkong, pisang, ketela, sorgum, dan jagung ditanam di lahan tersebut. Orang-orang yang tergabung dalam STKS sejatinya bukanlah petani. Mereka berasal dari berbagai profesi seperti peneliti, pekerja sektor informal,satpam, tukang sablon, jurnalis, mahasiswa, hingga ibu rumah tangga. Uniknya, tempat tinggal mereka juga tersebar di berbagai kelurahan dan kecamatan, mulai dari Kelurahan Sekaran, Patemon, dan Sadeng yang terletak di Kecamatan Gunungpati, hingga yang berdomisili di Kecamatan Candisari dan Tembalang. Yang menyatukan mereka dalam aktivitas bercocok tanam adalah karena secara kebetulan sama-sama tinggal di Kota Semarang. Terlepas dari minimnya pengalaman bertani, kegigihan mereka dalam mengolah lahan-lahan terlantar dan kritis yang ada di sekitar perumahan- perumahan patut diacungi jempol. Hingga saat ini STKS telah mengolah lima plot lahan. Plot I, lahan kosong 80 m2 di sebelah musala kompleks Perumahan Mutiara Jaya-Meteseh, Kecamatan Tembalang. Plot II, lahan kosong pinggir kali (200 m2) di kompleks perumahan Grand Greenwood-Sadeng, Kecamatan Gunungpati. Plot III, lahan seluas 2.300 m2 milik perorangan di tepi kompleks Perumahan Mutiara Jaya, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang. Plot IV, lahan 400 m2 milik perorangan di Gebyok, Kecamatan Gunungpati. Plot V, lahan 1.000 m2 di dalam area wisata Lembah Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan. “STKS tidak memiliki lahan. Kami hanya mendayagunakan lahan-lahan terlantar dan kritis dengan meminta izin secara cuma-cuma dari perorangan pemilik lahan dan/atau warga setempat di mana lahan berada. Sebagian besar lahan-lahan tersebut semula terlantar atau menganggur serta ditumbuhi semak belukar yang lebat,” ungkap Dayu kepada Times Indonesia di Semarang, Sabtu (8/7/2020). Dayu menambahkan jika gerakan bertani yang dikerjakan oleh STKS di lahan- lahan terlantar di kota Semarang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, melainkan dimanfaatkan secara bersama-sama dengan warga yang berdomisili di tiap-tiap lahan. kementerian pertanian 125 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Sementara itu, upaya pemanfaatan lahan mangkrak untuk diubah menjadi lahan pertanian juga dilakukan oleh warga di RW 9, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara. Di RW 9 tersebut, pemanfaatan lahan terlantar ini dikelola oleh KWT (Kelompok Wanita Tani) dan dikerjakan oleh ibu-ibu PKK setempat bersama KWT. Mereka mengelola lahan yang tidak begitu luas, sepanjang 50 meter dengan lebar 5 meter di tepi selokan. Lahan tersebut persisnya berada di tepi jalan depan RT 2, berdekatan dengan RT 8, dan RT 3. Meski dari segi ukuran lahan tergolong kecil, berbagai macam tanaman telah tumbuh subur di atas lahan. Ada tanaman serai, terong, cabai, dan beberapa macam tanaman jenis sawi. Awalnya, Winarti yang merupakan salah satu anggota KWT menyebutkan, tanaman ini didapat dari swadaya warga dan bantuan sebuah perusahaan. Pengerjaan lahan pertanian ini belum begitu lama, baru sekitar setahun. Meski demikian, tanaman yang tumbuh tersebut telah berulang kali dipanen. “Hasilnya kita jual kepada masyarakat juga dan uang hasil penjualan nantinya kembali ke masyarakat. Jadi dari masyarakat untuk masyarakat. Prinsipnya dinikmati warga,” katanya. ANCAMAN KRISIS PANGAN Memulai gerakan bertani dan menanam sebagaimana yang dilakukan oleh STKS dan KWT nampaknya menjadi agenda yang relevan dan kontekstual di masa sekarang ini. Ancaman krisis pangansebagaimana yang diprediksi oleh Food and Agriculture Organization (FAO) sebagai dampak pandemi Covid-19 diperkirakan akan terjadi secara luas di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Terlebih, beberapa komoditas pangan kita mengandalkan sektor impor yang selama masa pandemi Covid-19 mengalami hambatan. Peringatan FAO tersebut langsung direspons oleh pemerintah, mulai dari Presiden, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Menteri PUPR Basuki Hadi Muljiono, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dengan merencanakan pembangunan lumbung pangan nasional (food estate) pertama yang berlokasi di Kalimantan Tengah. Sayangnya, program ini akan dijalankan di area gambut. Belajar dari pengalaman di masa 126 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS lalu, terutama di masa orde baru, resiko kegagalan dalam mengkonversi lahan gambut menjadi pertanian produktif terbilang besar. Di samping itu, upaya membangun food estate dengan membabat areal hutan justru akan berdampak signifikan terhadap kerusakan lingkungan. Berbagai persoalan terkait pangan agaknya sudah sangat berlapis, berlangsung lama, dan proses penyelesaiannya cenderung berlarut-larut. Contoh paling krusial yang ada di depan mata kita adalah hilangnya ratusan ribu petani setiap tahun dan terjadinya penyusutan area pertanian sampai 120 hektar/ tahun. Dua hal ini menjadi faktor penyebab menurunnya produktivitas pertanian dan rentannya kondisi ketahanan pangan kita. Artinya, tidak cukup hanya sekedar mengandalkan desa-desa yang sejauh ini menjadi tulang punggung dalam memproduksi hasil pertanian, melainkan harus pula melakukan ekstensifikasi pertanian di tempat selain desa, yakni kota yang selalu ditempatkan sebagai basis konsumsi. Apalagi jumlah penduduk kota di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan mereka yang tinggal di desa. Bahkan, pada tahun 2025 jumlah penduduk kota diprediksi mencapai 60%. Dengan demikian, bila warga di kota tidak berupaya memproduksi sumber pangannya sendiri sampai pada batas yang memungkinkan, maka kota menjadi ruang yang paling rentan terhadap ancaman krisis pangan, terlebih bila distribusi pangan dari desa ke kota mengalami hambatan seperti pandemi saat ini. PERTANIAN MASA DEPAN: TANTANGAN DAN HARAPAN Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan bahwa pertumbuhan GDP kita pada kwartal II tahun ini minus 5,32%. Kabar baik dari perilisan data BPS tersebut adalah tumbuh positifnya sektor pertanian (16%) justru ketika sebagian besar sektor lain rontok ke arah minus. Meski pun jumlah Rumah Tangga Pertanian (RTP) terus mengalami penurunan, sektor pertanian masih tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (35% angkatan kerja). Jika dibenahi secara sungguh- sungguh, sektor ini tidak hanya menjadi penyedia lapangan kerja ketika yang lain melempem di masa wabah serta melumasi mesin ekonomi di masa resesi seperti sekarang, tapi juga menjadi media yang ampuh untuk mengentaskan kemiskinan. kementerian pertanian 127 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Di tengah persoalan menyusutnya lahan pertanian yang semakin mencemaskan, sebenarnya masih ada lahan-lahan terlantar yang dibiarkan tidak produktif. Namun karena paradigma pemerintah dan petani sampai sekarang masih belum bergeser dari lahan baku sawah (LBS) atau lahan yang secara turun-temurun dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian, ruang alternative seperti lahan terlantar tidak pernah dilirik lahan produktif. Menurut catatan Kementerian Agraria dan tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) jumlah tanah yang terindikasi telantar sebanyak 4.042 bidang dengan luas mencapai 2.927.809 hektar. Bila diperbandingkan dengan luas lahan baku sawah (LBS) Indonesia yang sebesar 7.463.948 hektar, maka luas lahan-lahan terlantar tadi lebih dari sepertiga luasan lahan baku sawah. Bila berkaca pada Kuba yang menjadi salah satu negara dengan produktivitas urban farming terbaik saat ini, maka pengoptimalan lahan-lahan terlantar di perkotaan untuk kegiatan bertani bisa menjadi salah satu kunci dalam mengatasi ancaman krisis pangan. Melalui urban farming dengan memanfaatkan lahan- lahan kosong dan terlantar, Kuba yang semula di embargo Amerika Serikat dan bergantung impor untuk memenuhi 50% kebutuhan pangannya, kini telah membaik. Sekarang Kuba mengurangi ketergantungan impor sampai pada persentase tinggal 16%. Di Havana, misalnya, terdapat 35.000 hektar lahan untuk kegiatan bertani. Hal ini tentu berbeda dengan di Indonesia. Sebagai bahan perbandingan, di Semarang saja hanya terdapat sekitar 3.056 hektar luasan lahan pertanian di kota. Ini artinya luasan lahan pertanian di Kota Semarang hanya sekitar seper sepuluh dari lahan pertanian yang ada di Havana. Padahal, sebagaimana penuturan Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur, di area kota Semarang sendiri masih terdapat banyak lahan- lahan terlantar. Sayangnya ada beberapa faktor yang menjadi kendala dan membutuhkan perhatian lebih banyak dari pihaknya. “Kita akui ada beberapa hal yang kurang, seperti inventarisasi lahan-lahan terlantar oleh pihak pemerintah yang belum optimal, keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dari dinas pertanian untuk melakukan kampanye urban farming, hingga persoalan kesadaran di masyarakat yang masih rendah,” ungkapnya. 128 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Langkah-langkah konkrit sebagaimana yang dilakukan STKS dan KWT dengan memanfaatkan lahan terlantar di perkotaan untuk kegiatan bertani, dengan sistem pengelolaan yang kolektif bisa menjadi role model bagi urban farming. Upaya tersebut sekaligus menjadi langkah awal untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri dengan jalan mengubah ruang kota dari yang semula menjadi basis konsumsi pangan menjadi ruang produksi pangan. kementerian pertanian 129 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Pemanfaatan Lahan Kosong untuk Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi oleh : Rahadian Bagus Priambodo | Harian Surya MADIUN -Isu ketahananpangan menjadi sangat penting pada saat pandemi Covid-19. Sebab, ketahanan pangan sangat erat kaitannya terhadap kestabilan ekonomi, gejolak sosial dan politik. Ketahanan pangan mengindikasikan pada ketersediaan akses terhadap sumber makanan sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibanding dengan kebutuhan dapat menimbulkan ketidakstabilan ekonomi. 130 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Pemerintah pusat telah meminta masing-masing kepala daerah agar memperhatikan ketersediaan pangan di daerahnyaagar tidak terjadi kekurangan pangan. Hal itu merujuk peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), yang menyebut bahwa akan terjadi krisis pangan dunia, selama pandemi virus korona terus terjadi dan belum diketahui kapan akan berakhir. Menyadari hal tersebut, seorang petani di Kota Madiun, Muhammad Fajar, mencoba membuat inovasi dengan memanfaatkan lahan kosong di Kota Madiun. Ia memanfaatkan pekarangan kosong seluas dua hektar di Perumahan Dinas Korem 081/DSJ, Jalan Setia Budi, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Pekarangan yang sebelumnya dibiarkan kosong tidak dimanfaatkan, ia ubah menjadi perekebunan hortikultura dengan metode polybag. Bermodal awal sekitar RP 2,4 juta, ia meulai menanam 2000 berbagai jenis tanaman di polybag. “Saya ingin mengubah pola pikir masyarakat di perkotaan . Selama ini mereka berpikir, untuk bisa menjadi petani harus memiliki lahan pertanian yang cukup luas, sementara lahan di perkotaan sangat terbatas,” kata Fajar, Rabu (12/08/2020) siang. Ia menuturkan, dengan menggunakan polybag yang diisi degan media tanam serta unsur hara yang cukup, sudah dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman hortikultura. Menurutnya, metode perkebunan dengan menggunakan sistem polybag sangat cocok diterapkan di perkotaan, seperti di Kota Madiun. “Mengingat lahan di kota sangat terbatas atau sempit, sehingga memanfaatkan polybag untuk berbudidaya tanaman. Dengan pertimbangan, praktis, unsur hara terjaga, memudahkan perawatan,” katanya.   Fajar mulai menanam 2000 tanaman di polybag ukuran diameter 40 cm, pertengahan Juni 2020. Beberapa jenis tanaman yang ia tanam yakni, tomat, cabai, terong, dan brokoli sekitar Juni 2020. “Umur panen nanti tiga hingga empat bulan, saat ini sudah sekitar dua bulan berjalan, masih proses,” katanya. Fajar mengatakan, dari satu pohon cabai dapat menghasilkan 2 kilogram, sedangkan terong sekitar 2-3 kilogram, brokoli sekitar 0,5 kilogram, tomat sekitar kementerian pertanian 131 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS 5 kilogram. Tidak hanya menjual hasil panen, bibit yang sudah berusia sekitar dua minggu juga dapat dijual Rp 7500 per polybag. “Dari hasil panen 2000 polybag, kira-kira hasil atau omset untuk sekali panen sekita Rp 15 juta,”jelasnya. Dia berharap, metode perkebunan menggunakan polybag yang ia terapkan dapat menginsipirasi warga di Kota Madiun, agar mau menjadi petani di kota. Sedangkan hasil panen dari perkebunannnya dapat memenuhi kebutuhan sayuran bagi warga di Kota Madiun. LAHAN PERTANIAN PRODUKTIF DI KOTA MADIUN SETIAP TAHUN BERKURANG. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun Muntoro Danardono, mengatakan saat ini luas lahan pertanian produktif sekitar 898 hektar. Setiap tahun, kata Muntoro, lahan pertanian di Kota Madiun berkurang atau mengalami penurunan sekitar satu persen akibat alih fungsi lahan. “Saat ini lahan pertanian produktif di Kota Madiun hanya tinggal 898 hektar, akibat alih fungsi lahan untuk pemukiman,” kata Muntoro. Ia mengatakan, lahan pertanian produktif di Kota Madiun sebagian besar ditanami padi. Mayoritas lebih memilih menanam padi dibandingkan jenis tanaman hortikulutra. “Mungkin karena persoalan iklim,” katanya. Muntaro menambahkan, berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan dialami semua daerah perkotaan. Berbeda dengan daerah kabupaten yang bisa menambah luasan lahan pertanian dengan membuka hutan atau tegalan. Ia mengatakan, beberapa inovasi seperti metode penanaman menggunakan polybag sudah dicoba namun kurang mendapat respon yang baik dari para warga di Kota Madiun. “Sistem polybag itu memungkinkan sebenarnya. Tetapi persoalannya, misalnya ada dibantu (polybag) tidak diopeni, persoalannya warga kita tidak seperti petani yang sesungguhnya,” imbuhnya. HIDUPKAN KEMBALI LAHAN TIDUR DI KOTA MADIUN UNTUK PERKEBUNAN Tidak hanya padi, selama ini kebutuhan sayuran, buah, dan palawija warga Kota Madiun, dipenuhi kabupaten tetangga, seperti Magetan, Madiun, dan Ngawi. Padahal, petani yang bermukim di Kota Madiun bisa memenuhi kebutuhan- kebutuhan tersebut jika lahan yang ada dimaksimalkan. 132 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Untuk itu, Wali Kota Madiun Maidi, menghidupkan 30 hektar lahan tidur milik Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun untuk disulap menjadi lahan produktif perkebunan palawija, sayur, dan buah-buahan. Di antaranya, cabai, bawang merah, tomat, timun, terong, kacang dan panjang. Kini, 10 hektar lahan tidur yang ditanami enam bulan lalu sudah panen. Sedangkan 20 hektar sisanya baru akan masuk tahap penanaman. “Jadi nanti giliran sana panen, sini baru tanam. Sini panen, sana baru tanam,” kata Maidi. Maidi berharap, upaya tersebut dapat mendongkrak roda perekonomian, serta menciptakan ketahanan pangan masyarakat Madiun di era new normal dan musim kemarau. Terlebih, saat ini permintaan sayur, buah, dan palawija di Madiun melonjak tinggi karena masyarakat ingin memenuhi kebutuhan imunitas tubuh. Angka permintaan pun diprediksi ada terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Kota Madiun pada 2018 mencapai 176.697 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 0,39 persen. Kemudian, pemberian izin untuk menggelar hajatan di era new normal juga menjadi faktor yang memengaruhi peningkatan permintaan. Apalagi pada peringatan 1 Muharam atau malam 1 Suro, banyak warga yang menggelar pernikahan. “Saya khawatir tiga bulan ke depan inflasi, cari barang tidak ada. Maka semua lahan tidur harus dihidupkan,” kata Maidi. Ada sekitar 22.530o0ramng2 seperti dirinya yang mengolah dan menanami lahan terlantar seluas di sebelah kompleks Perumahan Mutiara Jaya kementerian pertanian 133 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS Mimpi Kedelai Lokal untuk Tempe Indonesia oleh : Ayu Prawitasari | Solo Pos Sanguladi tak ingat kapan kali terakhir membeli kedelai lokal di pasar tradisional. Sejak 1995 lalu, industri rumahan tempe miliknya yang dikelola secara turun-temurun, telah menggunakan kedelai impor. Orang tuanya yang mengelola usaha itu pun tak pernah menggunakan kedelai lokal. Pengrajin tempe dari Mojosongo, Jebres, Solo, yang mengelola Koperasi Sumber Agung Krajan tersebut, mengingat-ingat lagi. Mungkin pernah sekali-dua kali keluarganya menggunakan kedelai lokal, namun kenangannya tak tersimpan di memori Sanguladi. 134 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS “Apalagi sekarang,” kata Sanguladi, 49, Rabu (29/7). Makin sulit menemukan kedelai lokal di pasar tradisional. Sebaliknya, sangat mudah menemukan kedelai impor, terutama yang diimpor dari Amerika. Itulah sebabnya 30 anggota koperasi yang dia kelola menggunakan kedelai impor yang disediakan pengurus. Dalam sebulan, Koperasi Sumber Agung membeli 4-5 kali kedelai impor dari Amerika di sebuah distributor di Solo. Satu kali pembelian mencapai 9-10 ton sehingga total bahan mentah dari kedelai mencapai 50 ton/bulan. Kedelai itu diolah menjadi tempe, tahu, maupun tempe gembus (tempe dari ampas tahu) yang hasilnya disalurkan ke hampir semua pasar tradisional di Kota Bengawan. “Tak mungkin pakai kedelai lokal,” kata Sanguladi. Penyebabnya, selain sering tak tersedia di pasaran, kualitas dan harganya pun tidak sesuai dengan harapan petani. Harga per kilogram kedelai lokal sekarang sekitar Rp7.000, sementara yang impor Rp8.000 hingga Rp8.500. Kualitas kedelai lokal pun dinilai mengecewakan. Selain kecil, kedelai lokal, menurut pengrajin tempe, tidak bersih, dan proteinnya lebih rendah dibandingkan kedelai impor. Namun, pandangan negatif mengenai kedelai lokal tersebut dibantah peneliti teknologi pangan dari Universitas Katolik Widya Karya Malang (UKWK) yang menjadi narasumber dalam seminar daring bertema Tempe, Superfood Indonesia untuk Dunia yang digelar Sabtu (25/7). Dr. Kukuk Yudiono, M.S. dalam paparannya yang bertema Daya Saing Kedelai Lokal sebagai Bahan Baku Tempe menjelaskan banyak sekali anggapan petani tenteng kedelai lokal yang keliru. Sebagai contoh soal ukuran kedelai. Berdasarkan penelitian yang Kukuk lakukan, ukuran biji (bobot 100 biji) kedelai lokal jenis Argomulyo dan Grobogan adalah 18-19 gram, sementara kedelai impor hanya 14,80 sampai 15 gram. Untuk kandungan protein, hasil penelitian menunjukkan kedelai lokal jenis Grobogan sebesar 43,90%, sementara kedelai impor hanya 36,80%. Nilai lebih lain juga ditunjukkan pada kandungan vitamin B1, rendemen, kesegaran, dan masih masih banyak lagi lainnya. Penelitiannya itu menyasar pada petani di Kota Malang. Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. “Persepsi pengrajin tempe bahwa kualitas kedelai lokal inferior tidak benar. Berdasarkan uji sifat fisik dan kimia, varietas lokal secara umum lebih baik dibandingkan kedelai impor [merek Bola yang menjadi objek penelitian] sebagai bahan baku tempe,” jelas Kukuk. Yang menjadi persoalan, petani sampai saat ini enggan menanam kedelai lokal. Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus antara peneliti dari UKWK kementerian pertanian 135 republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI JurnalisKategori AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS dengan petani kedelai, keuntungan menanam kedelai yang lebih kecil dibandingkan jagung dan padi menjadi alasannya. Namun, menurut narasumber lain dalam seminar tersebut, CEO Tempe Hienak, Liem Sutono, ada pula faktor di luar keuntungan yang memengaruhi keenganan petani. Soal efisiensi, misalnya. Sutono kemudian menceritakan pengalamannya saat mengunjungi para petani kedelai di Amerika. “Di sana pertanian dikelola keluarga secara turun-menurun. Luasnya minimal 1.000 hektare sampai ribuan hektare. Nah, tidak mungkin kan dikelola secara manual. Semua pertanian di sana memakai mesin,” jelas dia. Pertanian yang termekanisasi sangat menguntungkan karena dari sisi produksi mampu memberikan hasil maksimal. Faktor inilah yang sulit dilawan petani kedelai Indonesia. Kedua, hasil pertanian juga terukur. Kedelai impor adalah kedelai bersertifikat yang semua kandungannya jelas. Sertifikat tersebut sangat memudahkan pengrajin tempe karena bahan bakunya terjamin. Sebaliknya saat menggunakan kedelai lokal sebagai bahan mentah, Sutono menjelaskan pengrajin hanya bisa menduga-duga kandungan kedelai. “Soal ukuran yang tidak seragam juga benar karena tindakan pascapanen di Indonesia belum pakai mesin. Kedelai dijemur lalu diambil setelah petani punya waktu. Kalau Anda makan tempe kemudian di tempe itu ada semacam kerikil, tempe itu pastilah berbahan baku kedelai lokal. Sebaliknya kalau tempenya bersih, ya itu kedelai impor,” jelas dia. Namun, bukan berarti petani Indonesia tak bisa bersaing dengan petani di luar negeri. Pengekspor tempe di sejumlah negara di Eropa, Korea, dan Jepang ini meyakinkan petani lokal punya keunggulan sendiri. Dia merekomendasikan penanaman kedelai yang berkualitas tinggi atau nonpestisida. “Kita bisa main di grade yang nonpestisida. Kalau yang kedelai biasa tidak mungkin, secara efisiensi kita kalah karena petani di sini lahannya kecil, bukan hektare, tapi hanya meter persegi. Kecuali, pemerintah ikut campur dengan membuka lahan kedelai di luar Jawa dan mengintensifkan mesin dalam pengelolaan,” jelas dia. Pasar kedelai, menurut Sutono, sangat besar karena tempe adalah ‘makanan pokok’ orang Indonesia sejak dulu. Tempe telah disebut dalam Serat Centhini yang disusun pada 1814 silam maupun The History of Java yang ditulis Thomas Raffles pada 1817. Menurut sebuah jurnal berjudul Ekonomi Kedelai di Indonesia, lebih dari 90% kedelai digunakan untuk bahan pangan dengan perincian 88% 136 kementerian pertanian republik indonesia

JurnalisKategori 10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS untuk tahu dan tempe sementara 10% untuk pangan olahan lain dan sekitar 2% untuk benih. Sementara itu, berdasarkan Outlook Kedelai 2018 yang diterbitkan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Analisis Perkembangan Harga Bahan Pokok di Pasar Domestik dan Internasional 2019 yang diterbitkan Kementerian Perdagangan (Kemendag), konsumsi kedelai masyarakat selalu meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi kedelai pada 2018 sebesar 2,26 juta ton sementara pada 2019 menjadi 2,42 juta ton. Sebaliknya, produksi dalam negeri sangat kecil, sejak 2014 hanya berkisar 900.000 ton, tepatnya 982.589 ton pada 2018. Data riil ini sesuai dengan prediksi yang disebut peneliti pangan Djoko Said Damardjati sepeti dikutip Roosganda Elizabeth dalam jurnal berjudul Penguatan dan Pemberdayaan Kelembagaan Petani Mendukung Pengembangan Agribisnis Kedelai. Sejak 2005, total konsumsi kedelai masyarakat di kisaran 2 juta ton dan diprediksi mencapai 3,3 juta ton pada 2025. Kebutuhan itu akhirnya disokong impor yang mencapai 2,5 juta ton pada 2018. Lokasi penyokong kedelai pun tidak banyak berubah. Pada 2005 lalu, menurut Damardjati, kedelai disokong Jawa, Sumatra, Bali dan NTB, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, serta Papua (urutan dimulai dari yang terbesar). Sementara berdasarkan SK Kementan No. 472/Kpts/Rc.040/6/2018, lokasinya - dimulai dari yang terbesar- adalah Jatim dan Jabar, NTB, Jateng, Sulawesi Selatan, Jambi, NTT, Sumatra Selatan, DIY, dan Sumatra Utara. Data tersebut menunjukkan peluang optimalisasi lahan kedelai di luar Jawa seperti yang disampaikan pengusaha tempe Hienak, Sutono. “Sangat mungkin untuk meningkatkan kualitas kedelai Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tempe nasional. Namun, tentu saja mekanisasi di tahap pra maupun pascapanen harus dilakukan. Negara-negara di Eropa itu, contohnya, yang diminta adalah tempe dari kedelai Indonesia. Jadi dari Indonesia bisa bersaing,” lanjut Sutono. Sebagai superfood atau makanan bergizi tinggi yang setara daging, tempe adalah makanan kebanggaan Indonesia yang seharusnya bisa dicukupi sendiri. Kukuk menambahkan, perhatian pemerintah pada langkah prapanen dapat diwujudkan melalui berbagai langkah, seperti subsidi output petani, mekanisasi pertanian, perluasan areal tanam, pembentukan sentra-sentra tanaman kedelai, hingga pengembangan kedelai organik. Sementara pada elemen pascapanen meliputan mekanisasi berstandar SNI 01-3922-1995 serta memperpendek rantai tata niaga dari 5-6 tahap menjadi 2-3 tahap. “Saatnya meningkatkan kedelai lokal agar tidak lagi inferior di negeri sendiri,” kata Kukuk. kementerian pertanian 137 republik indonesia

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

JüåråSang

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS 10 BESAR Ümümkategori PEMENANG Rizmy Otlani nOvastRia aRdi Wina saPutRa PNS Kementerian Keuangan Pengajar 5 November 1989 Malang, 17 Mei 1992 Perumahan Grand Cemara Residence Jl. Bandulan, 1 J/ 80 B, Malang No. D03 Kelurahan Jurangmangu 082142720727 Timur Pondok Aren Tangerang Selatan [email protected] 087878692134 [email protected] ROsyid amRullOh Freelance tOnO Sukoharjo, 04 Mei 1997 Guru Kabangan Rt 03 Rw 11 Mranggen, Alah Air, 15 Agustus 1991 Polokarto, Sukoharjo Jl. Perjuangan, Rt 003 / Rw 001, Kec. 085642407153 Tebing Tinggi, Kab. Kepulauan Meranti [email protected] 085272759620 [email protected] muhammad syaRifuddin Mahasiswa Universitas Brawijaya Reza Bangun mahaRdika Mojokerto, 7 Agustus 1998 Peneliti Dusun Karangasem RT.02, RW.09, Banjarnegara, 17 Agustus 1995 Desa Kedunggede Jalan Rajawali No 48, RT01/RW05, Kecamatan Dlanggu Kelurahan Semarang, Banjarnegara Kabupaten Mojokerto 08979843712 085706482932 [email protected] [email protected] zainal C. aiRlangga, S.HUM., M.I.P gigih PRanandi Pegawai Non-Organik DKom Bank Mahasiswa Indonesia Karang Endah, 25 Maret 1999 Brebes, 17 Juni 1982 RT/RW 30/05 des. Karang Endah Perumahan Sulambayang Residence kec. Terbanggi Besar kab. Lampung Blok B No. 12 A, Rt.002, Rw. 01 Kp Tengah prov. Lampung Ragamukti, Citayam, Tajur Halang, Bogor 0857717209349 08129627026 [email protected] [email protected] kRiselda dWi ghisela kadhung PRayOga Mahasiswa Dosen Jember, 5 Juni 1999 Tuban, 18 Oktober 1993 Dusun Krajan RT 01/RW 01 Desa Gayamsari Kedulan RT 04 RW 29 Rowotengah Kec. Sumberbaru Kab. Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Jember Jawa Timur Yogyakarta Telp:082330135726/081943303673 085731743929 WA: 082245090302 [email protected] [email protected] 140 kementerian pertanian republik indonesia

10 CATATAN PERTANIAN, KINI & NANTI AGRI WRITING COMPETITION 2020, KATEGORI UMUM & JURNALIS 10 BESAR JurnalisPEMENANG kategori haORRahman dWi s lalu theO aRiaWan Jurnalis Surya Co.Id (Kompas hidayat kaBul Gramedia Grup/Tribunnews Network) Bangkalan, 10 September 1984 Jurnalis Jalan Karang Menjangan II No 30 Rensing, 2 Agustus 1995 Surabaya, Jawa Timur Jl. Tlogo Indah no.66A, Kota Malang 082141547928 081931593777 [email protected] [email protected] PRaga utama syah deva ammuRaBi Jurnalis Reporter Bandung, 14 Desember 1986 Jakarta, 15 Juli 1995 Jl. Gg. H. Nusi No 116, RT 04/02, Batu Jl. Sampit IV/6, RT02/RW06, Kel. Ampar, Kramat Jati, Jakarta Timur Kramat Pela, Kec. Kebayoran Baru, 081804030517 Jakarta 12130 [email protected] 087872140162 ekO santOsO [email protected] Wartawan Grobogan, 28 September 1995 hendRi nOva Dusun Saren RT 12/03, Desa Wartawan Asemrudung, Kecamatan Geyer, 11 November 1977 Kabupaten Grobogan Telp: 08998775654 Komplek Karya Rei  Blok E, No. 5 WA: 082220689446 Perumnas Belimbing, Kuranji Padang [email protected] 251572 Rahadian Bagus PRiamBOdO 081374002357 Wartawan Koran Surya / Tribun Jatim [email protected] Yogyakarta 28 November 1984 Rejowinangun KG 1/ 428 dedy daRmaWan nasutiOn Yogyakarta 55171 Wartawan 082133757803 Jayapura, 30 Januari 1994 [email protected] Jalan Curug Kencana Nomor 1A. RT ayu PRaWitasaRi 01/07. Perumahan Duta Kencana I. Kel. Jurnalis Curug Mekar, Kec. Bogor Barat 16113 Jember, 3 Mei 1980 082310120074 Perumnas Wonorejo, [email protected] Karanganyar, Jateng 081329701572 syah deva ammuRaBi [email protected] Reporter Jakarta, 15 Juli 1995 Jl. Sampit IV/6, RT02/RW06, Kel. Kramat Pela, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta 12130 087872140162 [email protected] kementerian pertanian 141 republik indonesia



KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Harsono RM. No.3, Ragunan-Jakarta 12550, Indonesia Telp: 021-7806131, 021-7804116, Fax: 021-7806305 http: //www.per tanian.go.id


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook