Ibu Swanti, sebagai wanita yang mengambil dunia pendidikan sebagai jalan hidupnya, beliau pernah mengajar sebagai guru tata boga di SMPN Negeri 34 Jakarta. Jarak tempat beliau dengan rumahnya sangatlah jauh, namun apa arti jarak bila mencinta. Ya, ibu Swanti sangat menikmati pekerjaannya sebagai guru. Saat ini, beliau mengajar di SMP Pamardi Yuwana Bhakti sebagai guru prakarya. Kini, Ibu Swanti atau kerap biasa dipanggil ibu Arsi bertempat tinggal di Kranggan, Cibubur. Beliau bekerja sebagai guru prakarya di SMP Pamardi Yuwana Bhakti, Pondok Gede dan sampai sekarang, beliau masih aktif menerima pesanan kue-kue termasuk minuman jamu. Walaupun kini usianya telah tergolong lanjut usia, namun hobi beliau yang tidak pernah pudar adalah memasak. Ibu Swanti sangat suka membuat kue, melakukan percobaan dengan membuat masakan-masakan baru yang akan dihidangkan untuk keluarga tercinta. 99
Perjalanan Karir Flo Si Perempuan Hebat Natasha Angelique Kurnia Hudiana Florentine Fanny Gunawan, seorang ibu rumah tangga yang memiliki karir cukup panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk pensiun di tahun 2020. Beliau lahir di Malang, 4 Februari 1961. Ia menikah dan dikaruniai 3 orang anak yaitu Leonardus Kurniawan, Nicklaus Ryan Kurniawan, dan Natasha Angelique. Ibu Flo lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof Dr. Moestopo, Jakarta. Setelah lulus, beliau mengajukan diri untuk praktek di institusi pemerintah untuk menjadi dokter. Namun, setelah satu tahun menunggu tidak ada kabar lebih lanjut dari pemerintah sehingga beliau memutuskan untuk mencari pekerjaan lain. Di tahun 1986, beliau ditawarkan untuk menjadi sekretaris di PT. Angsa Dana. Bidang tersebut tidak berhubungan dengan pendidikan yang ia tempuh. Namun, ia tetap menerima tawarannya karena dia memiliki keluarga yang harus dihidupi. Setelah dua 100
tahun bekerja disana, ia memutuskan untuk pindah ke Indonesia Financial Association (IFEA) sebagai sekretaris. Lalu pada tahun 1991 ia pindah lagi ke Bank Sampoerna International. Kali ini ia menjabat sebagai marketing officer selama lima tahun dan pindah lagi ke Bank Tiga International selama empat tahun. Kemudian ia sempat berhenti bekerja pada tahun 2001-2002 karena hamil anak kedua. Setelah melahirkan, ia mulai aktif kembali dan bekerja di Bank OCBC NISP sebagai Funding Head Business. Di Bank ini beliau bekerja cukup lama yaitu selama hampir 15 tahun. Lalu beliau berhenti karena alasan pensiun. Namun, beliau masih mendapat kesempatan untuk bekerja lagi selama 5 tahun dan berakhir di tahun 2020 karena pandemi. Selama 34 tahun Ibu Flo telah mendedikasikan waktunya untuk bekerja di bidang yang berbeda dari pendidikan yang ia tempuh. Walaupun begitu beliau bisa menjabat posisi yang cukup tinggi dan berkarir cukup lama. Dari pengalamannya tersebut beliau belajar bahwa jika kita bekerja dengan tekun, rajin, dan berintegritas, maka karir kita akan cepat meningkat atau tumbuh. 101
Baik Hati dan Tidak Sombong Nathan Rephael Thomsmart Lumban Tobing Alexius Ryan Aldo Pardede atau biasa dipanggil Alexius lahir pada 14 Juli 2006. Alexius sekarang tinggal di Cijantung, Jakarta Timur. Alexius merupakan seorang pelajar kelas 1 SMA di SMA Kolese Gonzaga. Alek merupakan 2 bersaudara, ia memiliki adik laki-laki yang bernama Oktavianus Lintang Pardede yang sekarang sudah menempati kelas 1 SMP. Alexius mempunyai Ayah yang bernama Harapan Maju Pardede dan Ibu yang bernama Theresia Deni Susanti. Ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta dan Ibu sebagai ibu rumah tangga. Saat kecil, kedua orang tua Alexius sibuk bekerja dari pagi hingga malam. Selama orang tuanya bekerja, ia dijaga dan ditemani oleh bibi. Hari hari telah berlalu dan Alexius semakin bertumbuh badannya, tapi tidak dengan kesenangannya. Karena takut masa kecil Alexius kurang menyenangkan, orang tuanya memutuskan untuk menitipkannya ke rumah neneknya. Pada 102
umur 2 tahun Alexius di titipkan di rumah neneknya. Disana, kehidupan jauh lebih \"berwarna\". Udaranya sejuk, tetangganya saling menyapa, dan yang paling ia suka adalah bisa main ke sawah dan ke ladang. Disana Alexius sangat bahagia, tiap hari ia bisa meminum air kelapa yang ada di ladang pamannya. Kedua orang tua Alexius juga rutin mengunjunginya 2x setahun. Hingga pada saat beranjak 4 tahun, ia dijemput orang tuanya pulang ke tempat tinggal aslinya, di Jakarta, karena ia akan memasuki masa TK. Semasa SD, Alexius sangat menyukai bulu tangkis. Ia mengikuti ekskul bulu tangkis saat kelas 3 SD. Ia menyukai bulutangkis karena ayahnya yang suka bulu tangkis. Tiap malam minggu, ia ikut ayahnya ke lapangan bulu tangkis untuk bermain bersama tapi terkadang hanya menyaksikan. Alexius menjalani ekskul bulu tangkis sampai kelas 5 SD, saat kelas 6 SD ia memutuskan untuk mengakhiri ekskul bulutangkisnya, ia ingin fokus les untuk ujian nasional atau UN. Alexius bukan orang yang mudah bergaul dengan lingkungan baru dan teman-teman yang baru. Alexius termasuk orang yang suka menyendiri dan hanya bergaul dengan teman-teman yang sudah dianggap dekat. Ia belajar dengan tekun dan mendapat peringkat 10 besar. Setelah pembagian 103
rapor, tibalah libur sekolah. Saat libur sekolah, Alexius dan keluarga pergi ke rumah nenek dan kakek di Lampung. Saat itu Ia masih kelas 5 SD. Suatu hari alex diajak pamannya untuk pergi ke ladang. Sesampainya di ladang, Ia sangat senang karena disana bisa menghirup udara segar dan melihat banyak pepohonan dan tumbuhan yang tidak bisa dilihat langsung di perkotaan. Karena alex bosan, alex memutuskan untuk jalan jalan di sekeliling ladang. Lalu Ia melihat seseorang yang penampilannya terlihat kumuh dan mukanya kotor, raut mukanya seperti orang yang kelaparan. Ia berniat memberinya makanan, tapi Alex tidak tahu apa yang bisa saya beri kepada orang itu, lalu pamannya Alex datang dan memanjat pohon kelapa, ia memberikan kelapa kepada orang tersebut dan makan kelapa bersama di ladang. Orang tersebut sangat bahagia, Alex juga senang ketika melihat ekspresi orang tersebut. Setelah makan, orang itu berterimakasih dan bergegas pergi. Disitu hati Alex sangat tersentuh, dan juga bahagia karena bisa memberikan sedikit makanan kepada dia. Semasa SMP Alexius mulai suka bola dikarenakan faktor teman-temannya yang hobi bermain bola, ia pun ikut ekskul futsal dari kelas 2 SMP sampai kelas 3 SMP. Ia sangat menyukai ekskul futsal ini. Walaupun ayahnya hobi bulu tangkis dan 104
Alexius sudah bermain bulu tangkis dari kecil, namun Alexius lebih menyukai bola. Sepakbola merupakan olahraga favoritnya sampai saat ini. 105
Ado, Buah Pahit Menjadi Buah Manis Sabastian Mahameru Sukoraharjo Ananda Triharis Maroso, atau biasa dipanggil Ado. Adalah seorang pelajar SMA yang berusia 16 tahun. Beliau lahir di Jakarta tanggal 27 maret tahun 2006. Semenjak lahir hingga sekarang, Ado tinggal di Jalan Cilandak VI No.29, Jakarta Selatan. Semasa hidup, beliau mengalami banyak pengalaman yang unik baik itu menyenangkan atau menyedihkan. Ado memulai pendidikan pertamanya di TK Pangudi Luhur. Disana beliau merasa hidupnya masih ringan dan belum ada pekerjaan yang begitu berat. Ketika TK ia hanya bermain - main dengan teman dekatnya sampai memasuki sekolah dasar ia tetap melanjutkan kebahagiaannya bersama teman dekatnya. Tetapi ketika memasuki sekolah menengah pertama, disinilah masa - masa suram mulai terasa. Seperti kehilangan teman lamanya, nilai mata pelajaran yang turun secara drastis, serta pembulian. Lalu ia juga memiliki kekurangan contohnya ketika sedang melakukan sebuah kegiatan yang butuh konsentrasi, terkadang suka marah karena kegiatannya yang susah dan parahnya lagi amarahnya juga dipaparkan ke orang 106
- orang sekitar. Selain itu, terkadang kalau sedang marah menjadi semakin egois dan cari gara - gara seperti tidak mengikuti keinginan orang lain dan susah diajak berbicara. Nah tapi, meskipun ditimpa berbagai macam hal yang kurang mengenakan. Ado masih memiliki motivasi yang luar biasa baginya. Jika biasanya kita diberi motivasi dari seseorang, tapi Ado ini ia mendapatkan motivasinya dari kesalahan yang Ia buat sendiri. Dulu saat masih duduk di kelas 3 Ado yang sedang menghadapi ujian akhir semester atau UAS. Saat itu, ujian Matematika dan 1 pelajaran lagi menjadi mata pelajaran yang akan di uji dalam UAS. Setelah selesai mempelajari pelajaran yang lain, Ia tidak melanjutkan belajar matematika karena menganggap bahwa ujiannya akan gampang dan saya merasa bahwa saya sudah paham. Sialnya begitu pembagian nilai Ia hanya mendapatkan nilai yang pas pasan. Semenjak kejadian itu Ia belajar jika segala sesuatu yang diremehkan termasuk pelajaran. Akan memberikan dampak negatif di waktu yang akan datang. Tak hanya belajar dari kesalahan tapi juga memperbaiki dirinya. Dari yang awalnya bermalas–malasan atau meremehkan pelajaran, menjadi giat belajar dan hasil dari giat belajar itu perlahan menciptakan buah yang manis. Seiring berjalannya waktu ia berhasil meraih berbagai penghargaan dari sekolahnya seperti menjadi siswa yang paling cerdas ketika smp, lalu 107
mengharumkan nama smpnya lewat olimpiade, dan yang tidak kalah penting berhasil mendapat beasiswa SPP di SMA Kolese Gonzaga. 108
Ibu Aqnes Dhevie Anita Sang Wartawan Panutan Theresa Rezlya Rombe Ibu Aqnes Dhevie Anita adalah seorang wanita kelahiran Surabaya. Beliau dilahirkan oleh sang Ibunda pada April 1977. Suaminya yang penyabar dan anak perempuannya yang ceria menjadikan hidup Ibu Aqnes lebih berwarna. Beliau merupakan lulusan Sarjana Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Surabaya dan lulusan Pasca Sarjana Komunikasi Politik dan Media Universitas Mercu Buana, Jakarta. Memiliki kakak laki-laki yang terpaut dua tahun darinya, membuat Ibu Aqnes memiliki sifat yang tomboy. Ibu satu anak ini adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Sejak kecil beliau memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Hal itu membuat dirinya menggemari aktivitas crafting. Ibu Aqnes gemar mengumpulkan dedaunan dan biji saga dari lahan kosong dekat rumahnya untuk dibentuk menjadi hiasan dinding dan hiasan pohon 109
natal. Masa kecilnya dipenuhi kenangan-kenangan yang sangat indah. Sejak kecil, Ibu Aqnes memiliki hubungan yang dekat dengan Ayahnya. Segala pengalaman dan aktivitas keseharian selalu diceritakan kepada sang Ayah. Suatu hari, Ibu Aqnes mendapat tugas untuk membuat rangkaian listrik, namun dirinya tak dapat menyelesaikan tugas itu dan harus meminta bantuan Ayahnya. Nah, sembari mengerjakan bersama, sang Ayah berpesan kepada Ibu Aqnes, bahwa menjadi perempuan itu harus bisa mandiri, tidak harus bergantung pada orang lain, walaupun memerlukan bantuan orang lain, itu adalah pilihan terakhir. Nasehat itulah yang menjadi pegangan hidup Ibu Aqnes. Setelah lulus dari SDN Kutisari 4, Surabaya pada tahun 1989, Ibu Aqnes kemudian melanjutkan pendidikannya di SMPN 13, Surabaya. Saat masa-masa akhir SMP, Ibu Aqnes menemukan passion pertamanya, yaitu bermain basket. Sayangnya karena kurang dukungan dan arahan, beliau kurang dapat menekuni bakatnya itu. Ibu Aqnes kemudian lulus SMP pada tahun 1992. Hal-hal baru mulai dialami Ibu Aqnes ketika menduduki bangku SMAN 14, Surabaya. Suatu saat, belia menonton sebuah dokumentasi wartawan perang. Usai menonton, muncullah rasa ketertarikan akan dunia jurnalistik di dalam dirinya. Sejak saat itulah Ibu Aqnes bercita-cita untuk menjadi seorang wartawan. Cita-citanya itu 110
membuat semangat belajarnya menggebu-gebu. Beliau juga berperan aktif dalam majalah buletin sekolah. Hebatnya lagi, Ibu Aqnes termasuk salah satu orang yang cerdas di kelasnya. Di masa SMA nya, beliau sangat menikmati belajar, hingga dapat memasuki kelas unggulan fisika. Namun, ternyata memasuki kelas unggulan fisika bukan harapan seorang Ibu Aqnes. Beliau berharap dapat memasuki kelas sosial yang lebih sesuai dengan jurusan kuliah yang ingin dituju, ilmu komunikasi. Dikarenakan hal tersebut, Ibu Aqnes kehilangan semangat belajar dan mulai memberontak. Apalagi Ayah beliau mengharuskannya ikut kursus matematika-fisika seminggu tiga kali. Niat untuk bersekolah pun hilang dan Ibu Aqnes hanya menginginkan cepat lulus dari bangku SMA yang menurutnya adalah neraka. Namun, beliau tetap bertekad untuk menjadi wartawan. Ketika Ibu Aqnes mendaftar kuliah, muncullah sebuah konflik. Keinginan Ibu Aqnes untuk memasuki jurusan ilmu komunikasi tidak disetujui oleh Ayahnya, beliau dipaksa untuk masuk jurusan akuntansi. Padahal Ibu Aqnes sama sekali tidak tertarik akan bidang ilmu tersebut. Akhirnya beliau mendaftarkan diri untuk masuk di kedua jurusan. Karena keinginannya yang kuat, Ibu Aqnes membujuk dan memberi pertimbangan bahwa beliau tidak bisa lulus dengan hasil terbaik jika masuk jurusan pilihan Ayahnya. Beruntungnya setelah diskusi panjang dan bernegosiasi, Ibu 111
Aqnes akhirnya diperbolehkan memilih jurusan komunikasi. Memasuki dunia perkuliahan, banyak sekali suka dan duka yang dialami Ibu Aqnes. Beliau sangat senang dapat melakukan hobinya dengan mengikuti basket universitas dan aktif dalam majalah serta radio kampus. Karena dapat mempelajari bidang favoritnya, beliau mampu mendapatkan IP di atas tiga dan mengambil 24 SKS dengan target lulus dalam tujuh semester. Namun, tak semudah itu untuk menggapai semua harapan Ibu Aqnes, karena beliau harus beradaptasi dengan ilmu sosial yang dipelajarinya. Memang, lulusan SMA jurusan fisika akan sulit untuk menghadapi ilmu sosial. Salah satunya adalah menghafalkan banyaknya teori, di mana menghafal adalah kelemahan Ibu Aqnes dalam belajar. Tapi, dengan tekad yang kuat dan didukung hobi membacanya, beliau mampu lulus kuliah dengan penghargaan cumlaude. Setelah lulus sarjana, Ibu Aqnes mulai menyadari susahnya bertahan hidup dengan mencari nafkah sendiri. Cita-cita Ibu Aqnes tidak langsung tercapai setelah lulus kuliah, apalagi saat itu Indonesia dan seluruh negeri di belahan dunia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998. Beliau sempat bekerja menjadi marketing dan sekretaris. Namun, dirinya tidak betah dikarenakan satu dan lain hal. 112
Satu tahun kemudian, Ibu Aqnes mendapat kabar gembira dari Bapak Anton, kakaknya. Pak Anton mengatakan bahwa ada lowongan pekerjaan di Harian Jawa Pos, Surabaya, perusahaan surat kabar terbesar kedua di Indonesia kala itu. Perasaan gembira pun muncul di hati Ibu Aqnes. Beliau langsung mendaftarkan diri ke Jawa Pos untuk menjadi wartawan. Setelah melakukan wawancara sebanyak tiga kali, barulah Ibu Aqnes diterima. Ternyata bekerja sebagai wartawan tidak semudah yang dibayangkan Ibu Aqnes. Di awal masa beliau menjadi wartawan, banyak sekali rintangan yang dialami. Tapi, berkat bantuan Mas Fatoni P., Ibu Aqnes mampu mengerjakan berita pertamanya dengan baik. Mas Fat awalnya mengajak Ibu Aqnes untuk mencari berita di Pengadilan Negeri, setelah melihat jadwal sidang Ibu Aqnes kemudian memutuskan memilih sidang pembunuhan untuk menjadi berita pertamanya. Walau menikmati pekerjaannya, tentu Ibu Aqnes juga mengalami banyak tekanan. Setiap harinya beliau harus melaporkan empat berita dan menghadapi redaktur yang sangat galak. Pada awalnya Ibu Aqnes bekerja di pos lifestyle, dimana hal itu tidak mudah, karena lifestyle di Surabaya alurnya tidak cepat berganti dan jarang ada topik hangat. Sekitar beberapa bulan kemudian, Ibu Aqnes berpindah di pos rumah sakit yang meliputi bidang 113
kesehatan dan kriminal. Banyak pengalaman ekstrim yang dialami Ibu Aqnes, mulai dari memasuki kamar mayat, diikuti oleh arwah, kesehatan mental yang terganggu, hingga pura-pura hamil untuk memasuki rumah sakit tertutup. Walau begitu, Ibu Aqnes lebih menyukai pos ini dibandingkan pos lainnya, karena dapat membagikan ilmu ke khalayak mengenai ilmu kesehatan, menyalurkan jiwa sosial, dan banyak tantangan untuk mendapatkan berita eksklusif. Sayangnya beberapa saat kemudian, Ibu Aqnes harus dipindahkan dari pos favoritnya ke pos hiburan dan budaya yang penempatan tugasnya di Jakarta. Pindah ke Jakarta bukan hal yang mudah. Karena memerlukan banyak adaptasi dengan lingkungan, apalagi beliau tidak ingin merepotkan saudara-saudara yang ada di Jakarta. Karena diharuskan berpindah-pindah saat liputan, tentunya Ibu Aqnes dituntut untuk hafal jalan di Jakarta. Hal itu dilakukan setelah pekerjaan kantornya selesai. Selain itu, dikarenakan harus membuat berita gosip yang dapat merusak kehidupan artis, beliau memutuskan untuk resign dari Jawa Pos. Hal tersebut sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Setelah hengkang dari Jawa Pos, Ibu Aqnes kemudian memutuskan untuk berkarir sebagai video jurnalis pos olahraga di sebuah stasiun televisi terkenal, yaitu Trans TV. Saat itu, beliau ditugaskan untuk melakukan liputan PON di 114
Palembang. Ibu Aqnes tiba-tiba bertemu dengan takdir hidupnya, seorang pria bernama Bapak Yahya Tombang Rombe. Setelah satu tahun lamanya, mereka berdua kemudian menikah. Pernikahannya diselenggarakan dengan sederhana namun meriah. Biasanya orang akan menaiki mobil mewah untuk menuju tempat pernikah, namun Ibu Aqnes dan Pak Yahya lebih memilih menggunakan mobil kancil. Orang-orang sekitar di jalan pun heboh ketika melihat mobil pernikahan mereka berdua. Ada yang mengacungkan jempol, ada yang memuji, ada juga yang mengucapkan selamat. Begitulah pernikahan Ibu Aqnes dan Pak Yahya yang berakhir bahagia, hingga dikaruniai seorang anak perempuan yang rupawan. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Anak tunggal Ibu Aqnes ternyata terserang penyakit. Dengan kasih sayangnya yang besar, beliau bersama suaminya berusaha membuat anaknya sehat kembali. Walau membutuhkan waktu yang cukup panjang, puji Tuhan, kondisi kesehatan anaknya dapat membaik. Seiring berjalannya waktu, Ibu Aqnes sudah mulai tidak dapat menikmati lingkungan kerja di Trans TV. Hal itu, dikarenakan teman-teman dekatnya di Trans TV sudah mulai resign satu-persatu. Akhirnya beliau juga memutuskan untuk resign dan mencari pekerjaan baru. Beliau kemudian bekerja menjadi freelancer di sebuah lembaga sambil menekuni S2 jurusan Ilmu 115
Komunikasi Politik di Universitas Mercu Buana, Jakarta, dan lagi-lagi beliau dapat lulus pasca sarjana dengan penghargaan cumlaude. 116
Tantangan Hidup Immanuel Bimosetya Ginting Thierry Jaeden C Napitupulu Immanuel Bimosetya Ginting atau lebih dikenal sebagai Bimo, lahir di Jakarta pada tanggal 28 Agustus tahun 2006. Ia anak pertama dari 2 bersaudara dengan adik cowo. Sosok Bimo sedang menempuh pendidikan di sekolah SMA Kolese Gonzaga, jurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Lahir di keluarga yang kurang harmonis, Bimo tentunya mengalami beberapa fase-fase dalam hidupnya yang mungkin sulit. Peristiwa itu tentunya memiliki dampak negatif seperti membuat Bimo mudah overthinking, membandingkan dirinya dengan keluarga teman-temannya dan lainnya. Meskipun itu, Bimo tidak kalah mental. Peristiwa tersebut membuat ia lebih kuat secara mental dan ia pun mempelajari hal baru darinya. Selain itu, peristiwa kehilangan Kakek ia menjadi tragedi yang menusuk ia. Tragedi tersebut membuat Bimo mulai lepas dari jalan Tuhan dengan ia mengurangkan membaca Firman, mendengarkan Firman, dan lainnya. Namun 117
dengan kondisi-kondisi dan peristiwa-peristiwa tersebut, Bimo belajar menjadi pribadi yang teguh, belajar bahwa hidup tidak selalu mudah dan bahwa ia harus siap menerima kepahitan dan percobaan yang Tuhan memberi kepadanya. Berbicara tentang Tuhan dan kehidupan religius, menurut Bimo pribadi, Tuhan adalah faktor dalam hidup ia yang sangat penting. Namun, menurut Bimo, ia memiliki kehidupan yang baik tetapi tidak sempurna. Walau itu, Bimo tetap terus berusaha hidup dekat dengan Tuhan. Dengan Tuhan, ia dapat menenangkan dirinya terutama saat ia membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya karena Bimo adalah sosok yang sering overthink. Overthink tentunya saat melakukan berbagai hal, terutama saat berbicara cewe. Berbicara cewe, untuk Bimo, sosok cewek dalam hidupnya adalah berkat Tuhan dan ia bersyukur dapat merasakan cinta. Sejak dini, Bimo memiliki ketertarikan dalam bidang kimia afiasi atau pesawat. Bimo memiliki cita-cita masuk TNI menjadi tentara angkatan udara atau lebih spesifik menjadi pilot pesawat perang. Selain ketertarikan, Bimo juga dapat dorongan oleh sisi keluarga Ibunya yang menginginkan ia menjadi TNI AU dan selain itu, ia juga mendapatkan inspirasi dari Kakek ia yang kebetulan seorang TNI AU. Menurut Bimo, ia optimis dalam memilih jalan hidup tersebut, tetapi, tentunya ada beberapa tantangan yang ia menghadapkan seperti ia harus memilih jurusan 118
IPA yang sangat berat. Selain tantangan, Bimo memiliki beberapa kelebihan yang mendukung masa depan ia. Bimo adalah sosok yang memiliki kemampuan dalam membuat teman baru dan koneksi baru, dan menyukai public speaking. Namun, kekurangan-kekurangan ia menghambat ia seperti memilih waktu untuk kapan bercanda dan kapan serius. Bimo sejak kecil tidak memiliki gelar kecuali lolos seleksi untuk bermain di tim DBL mewakili almamater ia, SMA Kolese Gonzaga. Walau itu, Bimo terus berusaha mencari gelar-gelar tentunya saat SMA ini. Beberapa hal yang ia lakukan adalah menjadi ketua kelas, mencoba masuk organisasi, fokus dalam pelajaran, dan lain-lainnya. Namun, Bimo sedikit menyesal masuk SMA yang sekarang ia hadiri karena kurang mendukung masa depan ia, maka dari itu, ia memiliki rencana cadangan yaitu menjadi hubungan internasional untuk negara, ataupun arsitek. Saat ini, Bimo sedang memperkuat Iman ia dalam Tuhan, mencari cinta, mencari prestasi dan gelar-gelar untuk mengisi CV ia. Rencana ia, saat kelas 11 mulai, beliau akan lebih fokus pelajaran dan mengurangi komitmen ia dalam bermain hobi-hobi seperti basket, minimali bertemu dengan teman jika tidak penting, dan mencari waktu luang untuk belajar. 119
Jimmy Sang Pemberani Dalam Mengambil Keputusan Valencia Keira Rambing Jimmy Rizal Abed Rambing atau lebih dikenal sebagai Jimmy, seorang anak dan sosok ayah yang sangat luar biasa. Beliau lahir di Cirebon, 18 Juni 1976. Beliau merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, pasangan Jan Handri Rambing dan Cathrientje Sarah Pangemanan. Sejak kecil, beliau dididik menjadi pribadi yang mandiri dan disiplin. Pendidikan beliau dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas ditempuh di sekolah negeri. Beliau sangat ingin dan bercita-cita menjadi seorang tentara. Berbagai hal telah disiapkan dengan semaksimal mungkin semenjak masuk SMA, entah persiapan secara fisik (kesehatan), akademik, dan sebagainya. Meskipun hasil seleksi menunjukkan bahwa beliau berada di peringkat 5 besar se-JABODETABEK dan sempat dikirim ke Magelang untuk melanjutkan tes, berprofesi di bidang pertahanan dan keamanan negara bukanlah jalannya. Selepas lulus SMA, beliau melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas 120
Indonesia. Tidak hanya itu, beliau juga aktif berkegiatan sosial menjadi Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI) dan bergabung di Hockey Universitas Indonesia. Berkat kerja keras dan semangatnya dalam menyeimbangkan kegiatan akademik dan non akademik, beliau lulus dengan gelar sarjana dengan berkuliah selama 5 tahun dan gelar magister dengan berkuliah selama 2 tahun. Usai menyelesaikan pendidikan, beliau bekerja di salah satu perusahaan media besar yang ternama dan memiliki reputasi yang sangat baik, yang sudah berdiri sejak tahun 1964. Tidak terasa 11 tahun dilewati dengan berkarya sebagai pekerja tetap di perusahaan tersebut, mulai dari beliau belum menikah hingga akhirnya menikah pada 21 Januari 2006 dengan Mariline di Gereja Katolik Santo Stefanus. Di tahun 2011 yang lalu, beliau memutuskan untuk mengundurkan diri. Tentunya tidak mudah meninggalkan perusahaan yang sudah menjadi keluarga kedua, mulai dari rekan dan relasi yang sangat kekeluargaan serta suasana bekerja yang positif. Di tempat bekerja yang baru, perusahaan ini bidangnya sangat berbeda dari yang sebelumnya. Dengan begitu beliau melihat ada kesempatan yang lebih besar untuk berkembang, adanya tantangan yang bisa meningkatkan karya-karya sesuai dengan kompetensi dan potensi yang dimiliki. Namun, bukan berarti tidak ada ganjalan, beliau harus 121
memulainya kembali dari nol, menjadi pekerja kontrak terlebih dahulu. Hal tersebut justru membuat beliau terpacu, ingin membuktikan dan memberikan yang terbaik. Sampai sekarang ini, beliau fokus bekerja di bidang hubungan masyarakat (Public Relation). Dalam pengambilan keputusan untuk pindah tempat kerja, dilakukan diskusi bersama keluarga, terutama istri, karena akan berpengaruh besar untuk keluarga. Berdoa juga merupakan hal utama yang beliau lakukan. Dengan berdoa, beliau diberikan arahan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan yang tepat, untuk pengembangan diri dalam karya dan karier yang bisa menjadi berkat untuk banyak orang. Dari banyak pemikiran, pertimbangan, dan doa, keputusan untuk pindah tempat bekerja diambil. Hubungan dengan rekan kerja beliau di tempat bekerja sebelumnya hingga sekarang tetap berjalan dengan baik. Keputusan yang dipilih semakin membuka kesempatan-kesempatan yang lebih besar. Beliau merasa keputusan tersebut merupakan keputusan yang sangat tepat. 122
Victorio Caleb, Kekurangan Tidak Membatasi Valiant Joshua Pranata Victorio Caleb adalah anak biasa yang lahir dengan kondisi atau penyakit yang cukup membahayakan pada bayi. Penyakit tersebut adalah Toxoplasma yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang umumnya merupakan penyakit mematikan untuk bayi dari ibu hamil yang terinfeksi penyakit tersebut. Namun beliau bisa melewati masa-masa tersebut dan lahir dengan selamat walaupun ia mempunyai beberapa kekurangan. Victorio Caleb atau yang umum dipanggil dengan nama Caleb, lahir pada 29 November 2006 bersama dengan saudaranya di kota Surabaya, Jawa Timur. Dalam kekurangannya dari kecil, ada butuh perjuangan bagi seorang anak, untuk bisa menjalani hidup yang sama seperti anak lainnya, seperti umumnya di sekolah. Selama perjalanan hidupnya, banyak tantangan dan halangan yang dihadapinya, baik dari lingkungan sekolah keluarga, dan lainnya. Caleb, dengan nama lengkap Victorio Caleb Pranata, lahir pada 29 November 2006 di 123
Surabaya. Caleb lahir dari kedua orang tuanya dengan Ayahnya yang berprofesi sebagai pengusaha teh dan kopi dan Ibunya yang berprofesi sebagai guru bahasa di salah satu sekolah di Surabaya. Ia merupakan anak pertama atau anak tertua dari 4 bersaudara. Sejak kecil, ia dijaga dan dirawat oleh neneknya, dikarenakan kedua orangtuanya yang bekerja saat itu. Saat pertama kali ia duduk di bangku sekolah, Ia masih senang, dan berperilaku layaknya seperti anak biasanya. Ia bermain, belajar, dan bertumbuh bersama saudaranya dengan sukacita. Saat itu ia dikenal sebagai anak yang ceria dan menyenangkan serta mudah bergaul. Caleb juga memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga ia suka bereksplorasi dengan lingkungan sekitar rumahnya di Surabaya. Ia suka melihat hal-hal yang indah seperti lukisan, foto, ataupun gambar-gambar. Mulai dari hal tersebut, akhirnya ia mulai suka menggambar serta mewarnai. Beberapa tahun kemudian, Caleb dengan keluarganya harus pindah ke Jakarta, dikarenakan adanya kegiatan pekerjaan dari ayahnya. Lingkungan serta tempat tinggal yang baru, tentu saja tidak mudah bagi anak kecil seperti ia. Di Jakarta, Caleb sudah tidak bisa bertemu secara langsung dengan neneknya yang sudah menjaga dia sejak kecil, dan sejak itu ia mulai mendekatkan dirinya dengan kedua orangtuanya. Pada tahun 2010, Caleb dan saudaranya harus melanjutkan masa taman kanak-kanak nya di 124
sekolah baru yaitu di TKK Penabur Pondok Indah. Pengalaman pertamanya di sekolah barunya tidak begitu indah, ia masih suka teringat akan masa kecilnya bersama teman-teman TK nya di Surabaya, sehingga ia kurang bergaul dengan teman barunya di sekolahnya. Pada pengalaman pertamanya, Caleb pernah mengalami bully dikarenakan kondisi fisiknya. Hal itu meninggalkan luka bagi Caleb untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa bulan kemudian, pada tahun 2011 di lingkungan baru, Caleb sudah mulai terbiasa dan mudah bersosialisasi kembali seperti biasanya. Ibunya juga sudah berhenti mengajar, dan menjadi ibu rumah tangga. Seiring berjalannya waktu, Caleb dan saudaranya semakin dekat dengan Ibunya. Orangtua Caleb adalah orangtua yang penyayang, Ibunya yang sabar dan ayahnya yang tegas membuat Caleb menjadi anak yang disiplin. Caleb mulai mengembangkan kembali bakatnya di bidang menggambar. Caleb semakin bertanggung jawab, seiring membantu ibunya dirumah. Pada tahun itu juga tepatnya pada Juli 2011, kedua adiknya lahir. Kedatangan kedua adiknya membuat Caleb semakin mandiri, dikarenakan kedua adiknya membutuhkan perhatian lebih dari orangtuanya. Tahun 2012, Caleb masuk ke jenjang SD di Penabur Pondok Indah. Ia mulai lebih banyak beraktivitas di masa SD nya. Dengan kondisi fisiknya, ia tidak bisa melakukan banyak aktivitas 125
seperti olahraga, dan lainnya. Selama 4 tahun pertamanya di SD, Caleb semakin melatih kemampuan menggambarnya, dan pada tahun keempatnya di tahun 2016, Caleb bisa meraih prestasi menggambar, dan mendapat juara 2. Hal tersebut semakin memotivasinya untuk terus menggambar, walaupun ia sadar akan kekurangan yang dimilikinya. Pada Tahun 2018 di SMP, Caleb semakin sedih akan kondisi fisiknya. Dengan kondisi perutnya yang memiliki bekas luka, Caleb dilarang keras oleh kedua orangtuanya untuk tidak melakukan olahraga, selain yang sudah ditentukan. Caleb yang saat itu yang sudah semangat untuk bisa mengikuti ekstrakurikuler olahraga di sekolahnya, harus menerima kenyataan yang dihadapinya. Hal tersebut membuat Caleb semakin sedih akan kondisinya, dan mempengaruhi prestasinya. Akhirnya dengan keinginan yang tinggi, Caleb memaksakan dirinya untuk bisa mengikuti ekstrakurikuler floorball. Orang tua Caleb tidak mengijinkannya, dan menyarankan untuk melanjutkan hobinya di bidang menggambar. Namun dengan kemauannya, akhirnya Caleb memaksa walaupun ia memiliki kondisi fisik yang dibilang tidak memungkinkan. Pada tahun 2019, dengan latihannya selama ini di olahraga floorball, Caleb mengikuti lomba. Tanpa disangka, Caleb dan timnya mampu mendapat juara 1. Dari prestasinya, Caleb semakin 126
semangat dalam melakukan hal-hal yang ia suka, walaupun tanpa dukungan dari teman maupun orang lain. Dari pengalaman hidupnya, Caleb mengajarkan orang di sekitarnya seperti adik-adik dan teman-temannya untuk terus berjuang. Ia mampu menunjukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hal tersebut menjadi motivasi bagi orang-orang disekitarnya, Caleb percaya bahwa kekurangan tidak menghalangi kita akan keberhasilan, asalkan ada kemauan yang tinggi. 127
pesan Membuat biografi dari seseorang menunjukkan penulis sungguh kenal dengan orang yang ditulisnya. Pengalaman atau perjalanan hidup seseorang dengan sangat terbuka dibeberkan kepada penulis. Seseorang yang ditulis perjalanan hidupnya dapat orang tua, kakak adik atau teman baik. Tulisan yang telah dibuat tentu dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk penulis . Pelajaran tentang perjuangan perjalanan hidup maupun nilai-nilai kemanusian yang dialami oleh orang yang ditulis biografinya. Pelajaran selanjutnya adalah belajar untuk menuliskan perjalanan hidup seseorang sehingga orang lain yang membaca menjadi mengerti. Selamat karena telah mampu menuliskan biografi dengan baik. AMDG. - Pak Adi 10 IPA 5 Terdiri dari pribadi yang berkarisma Selalu ceria dan menonjolkan kerja sama Tetap semangat dan teruslah berjalan seiring seirama - Bu Ely
x ipa 5 Aaron Indradjaja | Agnes Chiara Amabel Trigina | Alexander Tristan Aryadanta | Alexius Ryan Aldo Pardede | Alysha Bashqaira Pekih | Ambrosius Keiola Lael Respati | Ananda Triharis Maroso (Ado) | Andrea Ashakirana Sulasmoro | Anindhya Sarasvati (Nindhi) | Ave Claudia Juliana Elisabeth Mongan | Benedict Fransisco Norberto Lengkong | Benedictus Kent | Bernadette Demetria Ardiyan (Detta) | Bioline Alexandri Hendra Santosa | Deviola Saulina Franka Sitorus | Dyandra Feodora Sibero | Emiliana Calista Lie (Emily) | Glenn Matthew Ckrisandi | Immanuel Reno Bagaskoro | Jeremy Mattathias Mboe | Kezia Novandra | Lucius Lanang Aryandaru | Maria Yasintha Ayuningtyas Sekarsari Wahyono | Natasha Angelique Kurnia Hudiana | Nathan Rephael Thomsmart Lumban Tobing | Sabastian Mahameru Sukoraharjo | Theresa Rezlya Rombe (Ressa) | Thierry Jaeden C Napitupulu | Valencia Keira Rambing | Valiant Joshua Pranata
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132