Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Si Pejuang Air

Si Pejuang Air

Published by Admin, 2021-10-07 01:28:35

Description: Si-Pejuang-Air_Bahasa-Indonesia

Search

Read the Text Version

Si Pejuang Air Ervina Hasibuan Clara Mengko

Nesa dan keluarganya belum lama tinggal di timur Sumba di desa Palindi Tanabara. Di sini, saat musim kering seperti ini, air susah didapatkan. 1

Hari itu, Mama tampak berbaring. “Apa Mama sakit?” Nesa cepat-cepat hendak memasak air. 2

Hah? Air tinggal sedikit. Bagaimana kami akan makan dan minum nanti? Biasanya Mama yang selalu mengambil air. 3

“Aku akan ambil air, Mama.” Sesaat Nesa ragu. Mereka belum lama tinggal di desa ini. Nesa belum tahu letak sumber air itu. Namun, kalau dia tidak pergi .... 4

“Ma, Ambu pergi ambil air,” terdengar suara Kak Ambu, tetangganya. Segera Nesa menghampiri Ambu. “Kakak, aku boleh ikut ambil air?” “Adik, kamu kuat jalan jauh ke bukit?” Ambu terdengar kurang yakin. “Mau! Aku mau, Kakak!” 5

Nesa cepat-cepat mengambil jeriken. Duh, di mana pula tutup jeriken ini? “Kamu yakin bisa pergi? Kamu tahu di mana tempatnya?” tanya Mama. “Aku ikut Kakak Ambu, Mama.” 6

Tak lama kemudian, Nesa dan teman- temannya berjalan bersama-sama. Mereka berharap bisa mengambil air bersih. 7

Tanah keras berbatu-batu. Jalan menanjak dan menurun. Mereka berjalan cukup lama di tengah terik matahari yang menyengat. Nesa sungguh kepanasan! Ah … di mana tempat air itu? 8

Nesa sudah lelah berjalan. Jauh sekali tempat air itu. “Aduh ... sandalku!” 9

“Eh... tunggu, Kakak!” Nesa tidak menduga, perjalanan ini begitu panjang. 10

“Kakak, masih jauhkah?” “Sudah dekat, adik.” “Dekat? Mengapa kita belum sampai dari tadi?” “Sabar, adik. Hujan sudah lama tidak turun. Tempat yang masih ada air tidak jauh lagi,” kata Kak Ambu. 11

Langkah Nesa mulai melambat. Tahu- tahu, Kak Ambu sudah jauh di depan. Nesa terpaksa berlari agar tidak ketinggalan. 12

Tak lama kemudian, terdengar teman-teman bersorak. “Horeee!” “Sumber air sudah dekat!” Sampai? Ternyata masih harus turun lagi lewat batu-batu yang tajam. Hampir saja Nesa terpeleset! Batu-batu ini juga membuat kakinya sakit. 13

Akhirnya sampai. Keringat dan panas kini berganti kesegaran. 14

“Ayo, kita isi jeriken,” seru Kak Ambu. Nah, jeriken sudah penuh. Ya, air ini cukup untuk esok. Uh … berat juga! 15

Saatnya pulang. Mereka kembali harus melewati jalan berbatu itu. Oh, mengapa sesusah ini untuk mengambil air? 16

Tiba-tiba …, “Aduhhhh!” Air tumpah. Nesa meringis kesakitan. 17

Air di jeriken Nesa tinggal sedikit. Bagaimana air ini bisa membantu Mama? “Adik, kamu mau airku?” tanya Ambu. 18

“Banyak orang tinggal di rumah kakak Ambu. Kak Ambu pasti perlu banyak air.” Nesa memandang teman-temannya. Kalau mereka bisa, Nesa pasti juga bisa. “Kakak, aku turun ambil air lagi.” 19

Aku mau berjuang mengambil air. Aku harus bantu Mama. Aku harus bisa! 20

Nesa agak tertinggal dari teman-temannya, tapi tak apa-apa. Nesa sudah mengenal jalan pulang. 21

Sebelum matahari terbenam, Nesa tiba di rumah. “Mama! Mama! Lihat! Aku sudah bisa ambil air ke bukit! Aku senang jadi pejuang air hari ini, Mama.” 22

Catatan: Cerita ini mengisahkan keadaan anak-anak di Pulau Sumba, yang biasa disebut “Negeri Seribu Bukit.” Kekurangan air bersih sering terjadi di Sumba. Pada musim kemarau panjang, tanah menjadi kering. Orang-orang, termasuk anak-anak, harus berjalan berkilo- kilometer untuk mencari air bersih. Nesa dan Ambu adalah sebagian dari anak-anak perempuan Sumba yang harus berjuang 23

untuk mendapatkan air. Jalan setapak, tanjakan dan turunan, tanah berbatu-batu, serta terik matahari adalah bagian dari perjalanan yang biasa mereka tempuh. Semua dilakukan demi mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. 24

©20 21 ,The Asia Foundation. Proyek pengembangan buku ini menampilkan para perempuan tangguh (the mighty girls and women) sebagai tokoh cerita dengan melibatkan penulis, ilustrator, editor, dan desainer yang hampir seluruhnya perempuan. Buku ini dikembangkan melalui workshop pengembangan buku yang diadakan atas kerja sama Yayasan Litara dan The Asia Foundation dengan dukungan Estee 25

Lauder. Pendampingan dan penyuntingan cerita, teks, ilustrasi dan desain dilakukan oleh Yayasan Litara. Yayasan Litara adalah lembaga nirlaba yang mengembangkan literasi anak melalui buku anak. 26

Brought to you by Let’s Read is an initiative of The Asia Foundation’s Books for Asia program that fosters young readers in Asia and the Pacific. booksforasia.org To read more books like this and get further information about this book, visit letsreadasia.org Original Story Si Pejuang Air, Author: Ervina Hasibuan. Illustrator: Clara Mengko. Published by The Asia Foundation - Let’s Read, © The Asia Foundation - Let’s Read. Released under CC-BY-NC-4.0. This work is a modified version of the original story. © The Asia Foundation, 2021. Some rights reserved. Released under CC-BY-NC-4.0.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook