Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Kisah Rumah Empat

Kisah Rumah Empat

Published by gwenphedra, 2022-05-17 15:18:24

Description: "Kisah Rumah Empat" merupakan kompilasi biografi karya siswa-siswi kelas X IPA 4. Kompilasi biografi ini disusun dengan tema "rumah" karena narasumber-narasumber pada biografi ini merupakan orang-orang terdekat siswa/i X IPA 4. Dengan adanya kompilasi biografi ini, diharapkan pembaca bisa semakin terinspirasi untuk menjadi orang hebat. Selamat membaca!

Salam Hangat,
Masyarakat X IPA 4

Search

Read the Text Version

Ani Wijaya, Nol Menjadi Satu Ani Wijaya merupakan salah satu Direktur yang bekerja di perusahaan PT Proline Finance Indonesia yang dahulu bernama PT Danpac Finance sejak tanggal 8 Mei 2008 sampai kini. Bekerja di perusahaan yang ternama, beliau bertugas untuk usaha dalam pembiayaan, meminjamkan orang-orang yang membutuhkan modal kerja usaha, melakukan investasi, dan juga multiguna. PT Danpac Finance menggantikan namanya menjadi PT Proline Finance Indonesia disebabkan oleh usaha perusahaan tersebut yang mengkonversi dirinya dari usaha offline menjadi usaha online. Dalam perjalanan hidup Ani Wijaya S.E. , beliau telah menjadi Direktur sejak tahun 2008, akan tetapi semua hal ini tidak akan semudah dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang awam. Ani Wijaya S.E. dilahirkan pada tanggal 29 April 1974 yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Beliau merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Kakak yang paling tua bernama Diah Widjaja S.Pd. , yang dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1968, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Tentang orang tuanya Ani Wijaya S.E., Ayahnya sudah meninggal sejak beliau berusia 10 tahun, dan Ibunya pun meninggal di

usia 54th di tahun 2001. Walaupun Ani Wijaya S.E. masih memiliki Ibu di usianya yang ke 10, beliau harus tinggal bersama kakek dan neneknya dimulai dari masa kecil sampai dewasa, yang bersiap untuk menjalankan kehidupan barunya dengan sendirinya. Masa kecilnya Ani Wijaya S.E. kebanyakan memiliki kemiripan dengan masa kecilnya Diah Widjaja S.Pd., yakni memulai bekerja sejak dini. Di SD sampai SMP, beliau membantu di toko besi untuk mendapatkan uang yang akan digunakan untuk sekolah. Seperti orang-orang yang lainnya, beliau kadang ingin bolos pergi ke toko. Saat ingin menunda pekerjaannya, beliau membuat alasannya dengan pergi ke Gereja. Berbeda dengan orang lain yang benar-benar berbohong dengan alasannya yang dibuat, Ani Wijaya S.E. benar-benar pergi ke Gereja untuk beribadah dan juga sekaligus menunda pekerjaannya. Sama seperti Diah Widjaja S.Pd., di SMA, beliau mulai melakukan turing kelas TK, SD, dan SMP demi mendapatkan penghasilan yang lebih banyak daripada sebelumnya. Walaupun masa kecilnya yang sangat memberatkan, Ani Wijaya S.E. pernah menjadi juara di TK. Beliau mendapatkan hadiah yang berupa uang tunai yang dapat digunakan untuk membeli. Akan tetapi beliau memutuskan untuk menabung uang yang beliau telah hasilkan dari perlombaan tersebut. Beliau menabung uang tunai tersebut di dalam buku tabungan yang bernama Tabanas. Berhubung membantu di toko besi, kadang sering diminta untuk menukarkan cek sehingga mengetahui apa itu cek, Sehingga pada saat melakukan transaksi pentransferan uang yang akan digunakan di saat beliau menginjak waktu kuliah sendiri, beliau mengetahuinya.

Ani Wijaya S.E. memilih SMA di jurusan IPS disebabkan oleh beliau yang ingin langsung bekerja lebih cepat dan kini tidak mengetahui apa yang harus beliau lakukan. Secara tiba-tiba, kakak sepupunya datang dan membayarkan beliau untuk masuk ke kuliah. Kakak sepupunya melakukan seluruhnya dikarenakan oleh beliau yang sering sekali membantu mereka di rumahnya. Ani Wijaya S.E. sangatlah bersyukur dan akhirnya mencoba untuk masuk ke kuliah di Universitas Tarumanegara jurusan Accounting tahun 1996 sampai tahun 1998. Seperti orang-orang lain, Beliau pun berkuliah di Jakarta dan tinggal di sebuah kos sambil bekerja dengan cara menjadi pengajar yang melakukan turing kepada murid-murid TK, SD, dan SMP. Setelah lulus dari kuliah, Ani Wijaya S.E. langsung bekerja di perusahaan PT Bina Karya Trijasa sebagai Staff Accounting pada tahun 1996. Ani Wijaya S.E. ingin sekali maju untuk mendapat penghasilan yang lebih tinggi demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik, oleh karena itu beliau pindah perusahaan ke PT Manufaktur Yasunaga sebagai Staff Accounting. Beliau pindah lagi ke perusahaan PT Czarre Lembayung Lestari sebagai Manager. Lalu pindah lagi ke perusahaan PT Bostinco sebagai Assistant Manager. Sekali lagi, beliau pindah lagi ke PT Benteng Teguh Perkasa sebagai dan akhirnya untuk ke terakhir kalinya, beliau pindah ke perusahaan PT Danpac Indonesia sebagai Direktur pada tanggal 8 Mei 2008. Perusahaan dimana Ani Wijaya S.E. bekerja, PT Danpac Indonesia, merupakan perusahaan yang melakukan pembiayaan, pemberian pinjaman kepada orang-orang yang

membutuhkan modal kerja usaha, melakukan investasi, dan multiguna. Di tahun 2017, PT Danpac Finance menggantikan namanya menjadi PT Proline Finance Indonesia dikarenakan usahanya yang telah dikonversi dari offline ke online. Sampai sekarang, Ani Wijaya S.E. masih bekerja di PT Proline Finance Indonesia sebagai seorang Direktur di perusahaan PT Proline Finance Indonesia. 27/Serafino Kyrios Gunawan

Seorang Pemalu Menjadi Pemberani Pricilla Andrea Bangun, lahir di Jakarta, 22 Agustus 2006. Merupakan anak dari Ferdinan I.P Bangun dan Luciana Ginting. Mempunyai kakak laki-laki bernama Antonio Kevin Bangun, dan adik perempuan bernama Alexandra Dominique Bangun. Ia mempunyai hobi membaca buku, dan mendengarkan lagu. Pendidikannya diawali dengan masuk TK Pangudi Luhur di Jakarta Selatan, dan berlanjut hingga Sekolah Menengah Pertama. Setelah lulus SMP, ia melanjutkan pendidikannya ke SMA Kolese Gonzaga. Sepanjang masa kecilnya, ia menjalani hidupnya layak seperti anak kecil pada umumnya. Dahulu, bermain bersama kakaknya, merupakan salah satu hal yang membuat Andrea senang, tetapi kini, bermain bersama kakaknya merupakan hal yang sangat ia rindukan. Walaupun masa kecilnya terdengar sempurna, ia memiliki ketakutan yang besar, yaitu sulit bersosialisasi dan sulit mengekspresikan diri. Semenjak Sekolah Dasar, ia memiliki konflik yang membuat dirinya semakin tidak percaya diri. Namun, terlepas dari semua konflik yang pernah ia alami, Andrea tetap menjadi siswi yang hebat dan memiliki banyak prestasi, salah satu

pengalaman yang sangat membekas baginya adalah, ia menjadi ketua PL Mart, dan ia tercatat menjadi ketua pertama dalam organisasi itu. Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama, tujuan Andrea selanjutnya adalah Sekolah Menengah Atas, dan sebelum memasuki SMA, ketakutan terbesarnya selalu berputar-putar di kepalanya, tetapi, ia terus mencoba untuk merubah dirinya, dan menjadi versi yang lebih baik lagi. Sampai pada akhirnya, ia berani untuk membuka pembicaraan dengan teman baru. Sehingga sekarang, Andrea memiliki banyak sekali teman dari berbagai kelas, dan baginya, Sekolah Menengah Atas merupakan zona nyamannya. Walaupun Andrea sudah menemukan zona nyamannya, ia tetap memiliki goals atau hal yang ingin dia capai, salah satunya adalah, ia ingin lebih aktif di dalam organisasi atau kepanitiaan. Selama memasuki SMA ini, Andrea juga sudah mengikuti beberapa organisasi, salah satunya adalah GENRE atau Gonzaga Enlightening Reads, ia merupakan anggota di bidang media sosial. Meskipun beberapa goals-nya sudah tercapai, ia akan tetap selalu berusaha untuk memenuhi hal-hal yang ingin dia capai. 28/Theresia Audrey Leonora

Rita Magdalena Purba, Peduli dan Bersyukur Bersyukur merupakan hal yang dapat datang dari dalam hati dan pikiran kita. Dengan bersyukur, kita dapat menjalani hari – hari yang akan datang lebih positif. Inilah cerita Rita Magdalena tentang pengalaman hidupnya Rita Magdalena Purba adalah ibu berumur 45 tahun dan juga seorang wanita karir. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1976, dan dibesarkan di Surabaya dan merupakan bungsu dari lima bersaudara. Ia terlahir dikeluarga yang sederhana dan cukup. Walau begitu, ia tetap menjalani masa kecilnya dengan bahagia. Dalam studinya, dari SD sampai SMA ia merupakan siswi dari sekolah negeri. Sejak SD, beliau bisa dikatakan cukup berprestasi dengan nilai yang masuk ke kategori sangat baik. Ia menjalani masa SDnya di Sekolah Dasar Negeri 7 di daerah Ngagel Rejo. Dengan nilainya yang cukup baik, ia berhasil melanjutkan studi ke tingkat SMP di SMP Negeri 12 Surabaya. Dapat dikatakan SMP tersebut merupakan salah satu sekolah favorit sampai

sekarang. Setelah 3 tahun di SMP, tiba saat masuk ke tingkatan yang lebih tinggi yaitu SMA. Ia bersekolah di SMA Negeri 5 Surabaya, yang sampai sekarang juga merupakan SMA terbaik di Surabaya. Pada masa SMAnya, ia aktif dalam kepanitiaan rohani sekolah, dan berhasil sampai menjadi pengurus kerohanian SMA untuk satu Surabaya. Setelah SMA, ia tidak langsung melanjutkan studinya ke jenjang kuliah. Ia memutuskan untuk mengikuti tes dan berhasil diterima menjadi pramugari Garuda, namun orang tuanya tidak memberikan izin untuk melanjutkan profesi tersebut. Orang tuanya memutuskan agar Rita melanjutkan studinya. Maka karena tidak mengikuti UMPTN pada tahun itu, ia harus melanjutkan ke universitas swasta yaitu STIESIA ( Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya), jurusan akuntansi. Selama awal kuliah, ia sudah mendapatkan banyak pekerjaan freelance yaitu menjaga berbagai pameran-pameran. Sebelum tamat kuliah, ia diterima bekerja di sebuah di Surabaya. Dari sini ia memulai karirnya sebagai Bankers. Sampai tiba saatnya, ia mendapat tawaran pekerjaan di Jakarta, dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Selama di Jakarta, ia tetap bekerja di bank, dari yang awalnya bank lokal ke bank asing. Sampai akhirnya ia beralih profesi dan bekerja di bidang Human Resources Company. Pada profesi ini, ia membantu banyak orang yang membutuhkan pekerjaan. Dari sini muncul bibit perasaan akan peduli kepada sesama. Waktu terus berjalan, dan akhirnya ia berpartisipasi dalam komunitas-komunitas yang melakukan kegiatan sosial. Yang menggalang dana untuk disumbangkan ke panti asuhan, panti jompo, dll. Pada kurun waktu ini, ia sudah menikah dan memiliki satu anak laki - laki.

Suatu hari, ia mempunyai jadwal untuk datang ke sebuah panti untung kegiatan sosial. Sampailah di halaman panti rehabilitasi tempat anak-anak cacat itu dirawat. Namun karena covid, ia hanya bisa menyapa mereka dari jauh. Betapa kaget dan terhentak hati dia, ketika mereka datang satu persatu dengan kursi roda untuk bertegur sapa denganya. Dengan segala keterbatasan komunikasi, mereka berusaha menyampaikan betapa bahagianya menyambut kedatangannya , dengan oleh – oleh yang tidak terlalu banyak ia bawa. Tanpa sadar ia meneteskan air matanya, bukan hanya karena tidak tega melihat mereka, tapi terbayang di benaknya. Mereka dilahirkan tidak sempurna dan tidak diinginkan orang tuanya. Ada yang ditemukan di bak sampah, ada juga yang ditemukan dengan mata dikerubungi semut, dan banyak dari mereka yang ditinggal di RS karena orang tuanya malu atau tidak ada biaya untuk merawat. Jantung ini rasanya berdebar, perasaannya campur aduk antara haru dengan perjuangan mereka untuk hidup dan merasakan kasih setia Tuhan untuk mereka. Tiba- tiba ia merasa bahwa semua beban penderitaan yang selama ini ia rasakan tidak sebanding dengan hal – hal yang telah mereka lalui. Terlintas di benaknya wajah anaknya, anaknya yang lahir sempurna dari rahimnya. Ia mendapatkan jawaban, bahwa hal yang paling indah dan ajaib dalam hidup ia adalah memiliki, membesarkan dan mencintai anaknya. Dalam kisah ini, kita dapat belajar bahwa dalam hidup ini tidak semua sama. Tidak semua memiliki keberuntungan yang sama dalam mendapatkan keluarga. Namun ada satu hal yang penting dalam kehidupan ini yang akan membantu kita terus maju.

Bersyukurlah akan hal – hal yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Lakukanlah sebaik mungkin untuk menerima dan menghargai semua anugerah dari Tuhan. 29/Timothy Farrel Isnali


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook