Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Kisah Rumah Empat

Kisah Rumah Empat

Published by gwenphedra, 2022-05-17 15:18:24

Description: "Kisah Rumah Empat" merupakan kompilasi biografi karya siswa-siswi kelas X IPA 4. Kompilasi biografi ini disusun dengan tema "rumah" karena narasumber-narasumber pada biografi ini merupakan orang-orang terdekat siswa/i X IPA 4. Dengan adanya kompilasi biografi ini, diharapkan pembaca bisa semakin terinspirasi untuk menjadi orang hebat. Selamat membaca!

Salam Hangat,
Masyarakat X IPA 4

Search

Read the Text Version

Tetap berlanjut dari bulan Mei sampai November 2021 Laura menghadiri banyak sekali studio untuk proses pemotretan dan berkolaborasi dengan sejumlah model lain. Karir modeling Laura semakin melesat saat beberapa merek besar menyewa Laura untuk pemotretan iklan pada bulan Februari 2022. Laura memberikan upaya sangat luar biasa pada pemotretan iklan Givenchy, yang kemudian akan ditampilkan pada poster Mall Plaza Indonesia. Tidak hanya Givenchy, Laura juga menunjukan performa yang menakjubkan pada pemotretan iklan Saint Laurent. Dalam kurun waktu yang singkat, Laura mendapatkan kesempatan pemotretan Uniqlo di Bali. Dari awal berkiprah menjadi model, Laura hanya melakukan pemotretan saja. Namun, pada bulan April 2022, Laura diundang untuk menjadi salah satu model runway dalam Indonesia Fashion Week. Selama 13-17 April, Laura ditemani oleh beberapa model lain dari Wynn Models. Indonesia Fashion Week menjadi pengalaman besar pertama Laura menjadi runway model untuk melangkah semakin jauh dalam dunia permodelan. 14/Godeliva Jemima Rudito

Joseph Ryan Raphael, 15 Penuh Cerita Joseph Ryan Raphael, itulah nama lengkapnya. Seseorang yang kerap dipanggil Ryan ini adalah seorang pelajar kelas satu SMA di SMA Kolese Gonzaga. Ia lahir pada tanggal 22 September 2006 di Jakarta. Ryan merupakan anak kedua dari dua bersaudara dengan ayahnya yang bernama Anthonius Deni Rusvian dan ibunya bernama Priscilla Baby Ingrid. Ia memiliki seorang kakak bernama Regina Jasmine. Ia memulai pendidikannya dari jenjang TK dan melanjutkan SD di Ichthus School. Kemudian ia menghabiskan masa SMP nya di SMP Pangudi Luhur. Sekarang, ia menduduki bangku SMA di SMA Kolese Gonzaga dan sedang berjuang untuk bisa menyelesaikannya dengan baik. Bermain basket dan mendengarkan musik adalah hal yang ia gemar lakukan di waktu luangnya, atau ia menyebutnya sebagai sebuah “pelarian” dari realita kehidupannya yang memiliki banyak sekali rintangan. Ia mengenal basket dan memutuskan untuk mulai menekuninya sejak ia menduduki bangku kelas 6 SD. Saat itu, ia melihat teman-temannya yang lain bermain basket dan mulai merasa tertarik. Di kelas 7 ia mulai memahami permainannya dan

memberanikan diri untuk bermain hingga sampai sekarang menjadi sesuatu yang memiliki peran besar dalam hidupnya. Ia merasa bahwa basket membawa pengaruh yang signifikan dalam kehidupannya serta memberinya sebuah alasan untuk senantiasa semangat menjalani kehidupannya. Tetapi tentu, dalam usahanya menekuni basket ia telah melewati keadaan yang naik dan turun. Sesuatu yang membuat dia selalu kuat dan memiliki kemauan untuk meneruskan perjalanannya dalam basket adalah dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat yang selalu memberi dorongan dan memberinya sebuah motivasi untuk melakukan dan memberikan lebih. Mendengarkan musik juga menjadi sesuatu yang selalu dicari ketika ia membutuhkan sebuah ruang dan waktu dengan dirinya sendiri. Lagu yang memiliki arti sendiri dalam hidupnya ialah lagu More Than Words - Extreme. Lagu ini memiliki sebuah kenangan tersendiri dalam hidupnya, karena waktu ia kecil ayahnya sangat sering memutarkan lagu ini. Ia merasa bahwa lagu ini memiliki arti yang sangat indah yang menyampaikan bahwa cinta itu lebih dari kata-kata. Pengaruh keluarga dalam hal yang ia gemari tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan yang sangat erat dengan keluarganya. Keluarga menjadi bagian yang paling besar dan paling penting serta berpengaruh dalam hidupnya. Ia merasa sangat terberkati karena dikaruniai keluarga yang sangat memahami dan menyayangi dirinya. 5 tahun pertama dalam hidupnya, ia tinggal bersama di rumah omanya. Hal ini membuat hubungan keluarganya sangatlah erat. Waktu kecil, ayahnya seringkali meninggalkannya untuk bekerja hingga larut malam atau bahkan harus pergi keluar daerah. Tetapi walaupun demikian, ia memiliki hubungan yang erat dengan sang ayah karena komunikasi

yang selalu terjalin dengan baik. Dengan sang ibu, la juga memiliki hubungan yang dekat. Ia merasa bahwa sang ibu selalu ada dalam setiap langkah di kehidupannya, ibunya memiliki peran besar dalam perkembangan dirinya menjadi manusia yang lebih baik. Ia juga merasa sangat amat bersyukur atas pengorbanan yang luar biasa yang telah dilakukan oleh ibunya. Berbeda dengan hubungannya dengan sang kakak, ia baru merasa dekat dengannya sejak awal SMP. Tetapi ia merasa bahwa pengaruh kakak dalam hidupnya sangatlah besar dalam segala aspek. Sang kakak secara tidak langsung mengajarkan bagaimana seharusnya ia melihat dunia. Ia belajar bahwa dunia harus selalu dilihat dari sisi yang positifnya. Seorang ayah yang pekerja keras, ibu yang penyayang, dan kakaknya yang tidak pernah menyerah untuk meraih mimpi-mimpikanlah yang membentuk Ryan menjadi seseorang yang seperti sekarang. Seseorang yang selalu menghargai orang lain, mampu berpikir dengan kritis, dan memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang lain. Sudah hampir 16 tahun ia menjalani kehidupan di dunia ini, banyak sekali pengalaman dan pembelajaran yang telah ia lalui. Saat SMP, ia memulai kehidupannya dalam bersosialisasi dan berorganisasi melalui menjadi panitia basket putra PL CUP, menjadi OSIS seksi keamanan, serta seksi dana PL CUP. Tidak berhenti disitu, ia selalu mau menambah pengalaman serta pembelajaran demi perkembangan dirinya di SMA dengan menjadi wakil ketua divisi 4 saat MIG, wakil ketua komunitas ZEST, wakorbid performing arts-producer GLF 2022. Pencapaian dan pengalaman bersosialisasi yang ia miliki menunjukkan bahwa Ryan merupakan seseorang yang selalu mau belajar dan suka melayani.

Bergabung dalam kepanitiaan bukanlah satu-satunya cara bagi Ryan untuk mengalami perkembangan diri. Pengalaman-pengalaman yang berkesan yang ia lalui sehari-hari di masa SD sampai dengan SMA juga menjadi sebuah pembelajaran bagi dirinya. Saat SD, ia pernah diberi surat peringatan karena memiliki sikap yang bisa dibilang rebel. Ryan merupakan anak yang sangat aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yang kadang membuat ia jatuh kedalam sebuah masalah. Saat SMP, menjelang kelulusan kelas 9 narasumber sering menghabiskan waktu dengan teman-teman terdekat secara spontan hingga larut malam. Hal tersebut memberi Ryan sebuah memori yang sangat indah dalam kehidupan pertemannya. Saat SMP, narasumber juga diberi pengalaman bertanding basket untuk pertama kali yang membuat ia menekuni basket hingga sekarang. Saat SMA. narasumber diberi kepercayaan untuk menjadi wakil ketua komunitas ZEST. Pengalaman-pengalaman tersebut yang mungkin terdengar sepele dan kecil bagi orang banyak ternyata membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan Ryan. Melalui hal-hal tersebut ia merasa diberi sebuah pengalaman yang sangat berharga karena mendapat kesempatan untuk terlibat aktif dan belajar mengenai arti tanggung jawab yang sesungguhnya. Diluar itu semua, Ryan tentu juga pernah mengalami masa yang menjadi titik balik kehidupannya. Saat kelas 9, ia menghadiri acara refleksi di sekolahnya dan ada bagian dimana ia membaca pemberian surat dari orang tuanya. Pemberian surat tersebut seharusnya dilakukan secara langsung, tetapi karena ada satu dan lain hal ayahnya tidak bisa menghadiri acara tersebut jadi surat untuknya dikirimkan via foto. Dalam surat, ayahnya menuliskan betapa kedua

orang tuanya sangat menyayangi dan bangga terhadapnya. Tulisan sederhana oleh ayahnya ini memberi sebuah pelajaran yang berharga bagi Ryan. Ryan menjadi sangat termotivasi untuk sungguh-sungguh menimba ilmu di sekolah demi masa depan yang sukses. Dalam surat, ia juga sangat tersentuh karena sang Ayah mengingatkannya untuk senantiasa mengandalkan dan mempercayakan rencana Tuhan dalam hidupnya. Sejak saat itu, ia merasa bahwa ia menjadi seseorang yang berbeda yang pastinya berkembang menjadi manusia yang lebih baik, yang tidak akan pernah menyerah, dan selalu melibatkan Tuhan dalam hidupnya. Menjadi seorang remaja di zaman modern yang terus berkembang membuat Ryan menjadi seseorang yang memiliki sebuah pegangan dan juga prinsip. Salah satu kalimat yang sangat ia percayai, yang menjadi pegangannya dalam menghidupi kehidupannya adalah “treat others the way you want to be treated” Ia merasa bahwa hal kecil seperti itu, yang merupakan hal sederhana sangat sering dilupakan oleh banyak orang. Ini juga menjadi alasan mengapa ia selalu memperlakukan orang lain dengan baik dan selalu berusaha untuk menghargai orang lain. Selain itu juga, sebuah ajaran yang diturunkan dari ayahnya kepadanya yang menjadi pegangan baginya adalah bahwa kesempatan tidak datang dua kali, jadi setiap ada kesempatan haruslah diambil. Kata-kata ini yang menjadi motivasi bagi Ryan untuk selalu mau terlibat aktif dalam kehidupan sosialnya. Untuk sekarang, Ryan memiliki sebuah target yang ingin dicapai dalam kehidupannya. Dalam jangka pendek, ia mau belajar untuk semakin bisa menerima diri dan menyadari bahwa hidup memang memiliki jalan yang tidak sempurna jadi yang terpenting bagaimana dia bisa berdamai dengan diri sendiri.

Sedangkan dalam jangka panjang, ia mau untuk tekun dalam bekerja dan ingin meraih lebih banyak pencapaian kedepannya agar bisa bermanfaat bagi orang lain. Dengan segala prinsip hidup yang ia miliki serta pembelajaran yang sudah ia alami, pesan yang sangat ingin disampaikan kepada orang banyak ialah untuk tidak terburu-buru dalam menjalani hidup, tangani semua yang dihadapi satu persatu. Mungkin memang hal-hal disekitar terasa berjalan jauh lebih cepat dari langkah kita masing-masing, tetapi sebenarnya yang harus kita lakukan adalah tetap berada dalam jalan kita tanpa pengaruh atau tekanan dari orang lain. 15/Gwen Phedra Carmelli TA

Keely Ladiana Riza, Si Sulung Penuh Ambisi Keely Ladiana Riza merupakan sosok yang sedang memperjuangkan sekolahnya sebagai murid Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Keely adalah putri pertama dari Muhammad Riza dan Shinta Wisjnu Puteri Marsis, selaku kakak dari kedua adiknya, Keizy Lavinia Riza serta Kaira Laticia Riza. Ia juga sering dipanggil ‘Keel’ dengan teman-temannya, dan ‘Teteh’ dengan keluarganya. Keely mengawali hidupnya sesaat tiba di dunia ini tanggal 25 Desember 2002, di Jakarta, Indonesia. Selama 20 tahun kebelakangan ini, ia tetap setia dengan tempat lahirnya, Jakarta dan besar di Tebet selama 6 tahun. Namun, sekarang Keely sudah menempati rumahnya di Kemang sejak 2008. Sejak tinggal di Tebet, Keely, sebagai saudara tertua rela menjadi seorang panutan kepada adiknya. Ia mampu dan berniat untuk menjaga serta menemani adiknya, Keizy, dan tidak menjadikannya sebagai saudara saja, tetapi sebagai sahabat. Selain adiknya, Keely juga sering memperhatikan dan menemani ibu kandungnya. Melanjutkan perjalanannya, ia pindah ke Kemang yang dulunya adalah tempat tinggal

ibunya di masa muda. Tumbuh besar, hubungan Keely dengan ayahnya dapat dikatakan tidak begitu erat dan sering asing. Ini dalam berbagai aspek telah mempengaruhi kehidupannya, terutama secara emosional. Maka, di rumah ia selalu mencari distraksi untuk menghindari segala macam keresahan yang melibatkan kekeluargaan. Ia sering menonton televisi maupun film yang kegemarannya dibawa hingga sekarang. Keely dan adiknya pun gemar meluangkan waktu untuk menonton berbagai series dan film, yang merupakan hal yang membuatnya lebih akrab. Selama 8 tahun, Keely juga menjalankan pendidikannya di TK dan SD Kembang. Oleh karena perjalanannya yang cukup lama, teman-teman SD Keely seolah menjadi keluarga kedua yang tumbuh bersama. Masa SMP-nya dilanjutkan di BINUS School Serpong dan dari situ ia mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan sahabat-sahabatnya yang telah menjadi orang-orang yang mendukungnya dan dekat hingga saat ini. Selama SMP, Keely telah menjumpai hobi dan minat baru di bidang olahraga yaitu futsal. Dari situ, ia senang berpartisipasi di latihan dan juga tanding. Di masa suka-sukanya futsal, ia mengidola pemain bola wanita, Alex Morgan, sebagai sosok inspirasinya. Menjelang masa SMA, Keely memutuskan untuk memilih jurusan IPA karena ketertarikannya untuk menjadi seorang dokter. Selain menelusuri jejak IPA, ia juga mendapat sebuah kesadaran untuk keluar dari zona nyamannya dan mulai terlibat pada kepanitiaan. Dengan niat tersebut, Keely mendapat kesempatan dan terpilih sebagai Ketua Bidang Acara pada pensi BINUS, yaitu BYNAMIC Fest tahun 2019. Dengan senang hati, ia mempelajari pasang surutnya menjadi sosok pemimpin dan menghadapi keberatannya memegang

suatu acara yang besar. Selain penuh dengan kepusingan, Keely juga menggenggam pengalaman dan kenang-kenangan yang sangat berkesan dengan hasil acaranya yang sukses dan lancar. Keely juga menyatakan bahwa acara tersebut adalah salah satu kebangaan terbesarnya dan ingatan utama yang dipegang selama SMA. Tentu di luar kesibukannya dengan sekolah, Keely tidak lupa untuk mencari kesenangan di masa remajanya juga. Ia tidak hanya menempelkan kepalanya di buku, namun ia senang bergaul dengan teman-temannya. Musik adalah salah satu faktor keseruan Keely juga. Maka dari itu, ia tidak ingin meninggalkan kesempatan jika penyanyi atau grup band favoritnya akan tampil. Ia gemar mencari acara musik mulai dari festival kecil hingga besar seperti ‘We The Fest’ atau konser besar lainnya. Selain itu, ia juga menambah kesenangannya dengan liburan dengan kawan-kawan terdekatnya, seperti ke Bandung ataupun Jogja. Pada tahun 2020, Keely dinyatakan lulus SMA yang kemudian menjadi angkatan yang lulus pertama pada masa pandemi. Sebelum ia menjalankan wisuda dan menerima hak ijazahnya, ia berjuang untuk memasuki kuliah yang diimpikan sejak dini, Universitas Indonesia. Keely pun mengeluarkan semua kerja keras dan potensinya kepada berbagai ujian dan pada akhirnya dapat mengatakan bahwa ia melanjutkan studinya di sekolah impian tersebut. Ia diterima melalui jalur SIMAK 2020 dan sampai sekarang meneruskan waktunya di bidang Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Keely tentu melihat hal ini sebagai suatu ketakjuban karena minatnya terhadap bidang kedokteran dan kegemarannya pada segala macam kegiatan praktek, terutama di bidang biologi. Tidak salah bahwa belajar di FKG telah memperluas keterampilan

prakteknya dan memberi kesempatan untuk mengikuti organisasi-organisasi baru seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan beberapa kepanitian lainnya. Di luar kedokteran, Keely juga senang menggunakan potensinya di bidang seni dengan berpartisipasi dan membawa pulang kemenangan di beberapa lomba poster. Sejauh 20 tahun ini, Keely hanya memiliki satu-dua impian yang sederhana namun menurutnya bermakna. Ia tentu ingin menjadi dokter gigi yang sukses. Setelah lulus menjadi dokter gigi, Keely ingin melanjutkan studinya di luar negeri mengambil magister kesehatan masyarakat. Dengan itu, ia ingin menjadi ahli kesehatan masyarakat sehingga dapat membangun sistem kesehatan di Indonesia lebih baik, menyamaratakan keadilan kesehatan, dan membantu mereka yang membutuhkan fasilitas kesehatan yang layak. Sekarang ia sedang menjalankan semester keempatnya di UI dengan harapan dapat meraih tujuannya dalam ilmu kesehatan dan terus menggenggam minat-minatnya, di dalam dan juga di luar FKG. 16 / Keizy Lavinia Riza

Lakukan Lebih Baik dari yang Terbaik yang Bisa Kamu Lakukan Rifai Taberi lahir di Jakarta, 25 Mei 1977. Beliau menikah dengan Inge Apriliani pada tahun 2005 dan memiliki anak kembar yaitu Karel Augustino Taberi dan Kimberly Augustin Taberi. Pada masa kecilnya, beliau tinggal bersama dengan keluarga yang sederhana terdiri dari ayah, ibu dan seorang kakak perempuan. Nama ayah Rifai adalah Tungku Taberi. Ibu dari Rifai bernama Liana Susanti dan kakak perempuannya bernama Rina Taberi. Zaman dahulu, teknologi tidak seperti saat ini dimana hiburan utama beliau adalah bermain bersama teman-teman. Banyak sekali permainan yang menuntut untuk berinteraksi secara fisik seperti bermain bola, petak umpet, galasin, bentengan, tidak seperti zaman sekarang dimana permainan berinteraksi bersama teman banyak dilakukan dengan teknologi. Pada masa remajanya, beliau selalu pergi ke sekolah dengan berjalan kaki karena kebetulan sekolah beliau lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal. Masa remajanya lebih banyak dihabiskan untuk bersosialisasi bersama teman sekedar berkumpul bersama di rumah teman atau bahkan ia

sering mendaki gunung pada masa-masa SMA dan paling sering ia pergi ke Gunung Gede di daerah Bogor. Kebetulan, kelompok beliau memang menyukai kegiatan-kegiatan yang sederhana dan berhubungan dengan alam. Untuk pendidikan, dari SD hingga SMA beliau bersekolah di negeri. Pendidikannya diawali dengan masuk SDN 04, lalu SMPN 36, SMAN 54 dan beliau melanjutkan kuliah di Universitas Swasta yaitu Universitas Kristen Indonesia. Pada saat itu, tidak banyak pilihan sekolah, selain dari faktor lokasi dimana saya cari sekolah yang tidak jauh dari rumah sehingga lebih mudah karena tidak memerlukan tambahan biaya untuk transportasi. Namun, bagi saya sekolah itu sama saja karena tujuannya adalah sebagai tempat belajar tergantung dari bagaimana kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk belajar sebaik-baiknya. Saat SMA, beliau sudah memutuskan untuk memilih jurusan teknik elektro. Pada saat itu, zaman dahulu SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) namanya adalah UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Beliau mendaftarkan diri di UMPTN untuk Universitas Indonesia dan ITB (Institut Teknologi Bandung) dengan jurusan yang sama yaitu teknik elektro. Namun, sayangnya beliau tidak lolos. Sebenarnya dari hati kecil, beliau memang ingin kuliah di Swasta karena beliau mendapatkan pengalaman tidak mengenakan selama 12 tahun saya bersekolah di negeri sebagai minoritas dari guru maupun teman-teman. Sehingga beliau memutuskan untuk mencari pengalaman bersekolah di Universitas Swasta. Masa kuliah Rifai adalah di masa reformasi yaitu tahun 1995. Dimana pada tahun 1998, mulai terjadi pergerakan dari mahasiswa. Beliau memang bukan aktivis, tetapi di masa-masa awal reformasi beliau lumayan

berpartisipasi ikut dalam kegiatan. Pada saat itu, perjuangannya masih cukup murni yang terjadi yaitu dukungan masyarakat cukup tinggi, dapat dilihat setiap kita melakukan demonstrasi, masyarakat bergantian datang untuk memberikan dukungan mulai dari dukungan moral seperti “selamat berjuang mahasiswa” sampai dukungan yang nyata yaitu memberikan makanan ataupun hanya sekedar minuman. Masa itu benar-benar masih murni seperti meng charter bus sendiri dengan biaya swadaya dari uang jajan mahasiswa. Itu berlangsung sampai puncaknya pada saat mahasiswa menduduki gedung MPR DPR yang setelah itu dilanjutkan dengan turunnya Presiden Soeharto. Setelah Presiden Soeharto sudah turun, beliau sudah tidak ikut serta lagi dan kelihatannya ada yang sudah berbeda karena dulu mereka merayu para supir bis untuk mendukung kita, tetapi sekarang bis-bisan sudah tersedia begitupun dengan makanan. Beliau kuliah cukup lama yaitu masuk pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Alasannya adalah karena beliau sempat cuti dua semester dengan tujuan mau memperbaiki nilai, tetapi yang terjadi adalah beliau bisnis jual beli handphone bekas. Ternyata, hasilnya lumayan. Jadi, hal itu sempat mengganggu motivasi beliau untuk menyelesaikan kuliah sampai akhirnya berada di persimpangan antara ingin melanjutkan bisnis atau menyelesaikan kuliah. Akhirnya, beliau memilih untuk menyelesaikan kuliah. Beliau lulus pada tahun 2001. Beliau pertama kali bekerja di Mechanical Electrical Contractor. Karena beliau punya latar belakang teknik elektro maka beliau berada di industri yang sesuai dengan jurusannya. Beliau bekerja sebagai proyek estimator yang bertugas untuk berhitung material serta biaya yang dibutuhkan untuk proyek

dalam rangka memberikan penawaran. Beliau bekerja disana sekitar enam bulan karena beliau ingin mendapatkan tantangan untuk bekerja langsung di lapangan sebagai engineer. Setelah itu, beliau pindah ke perusahaan security system dan beliau betul-betul bekerja sebagai engineer untuk mengerjakan instalasi cctv, alarm, tetapi beliau masih membutuhkan tantangan yang lebih kompleks karena beliau ingin mengerjakan proyek yang lebih sulit yang membutuhkan programing, desain dan eksekusi yang kompleks. Setelah itu, beliau pindah ke perusahaan engineering untuk mengerjakan proyek-proyek otomatisasi di pabrik-pabrik besar seperti di Toyota, Indah kiat(pabrik kertas) dan sebagainya. Namun, setelah itu beliau sadar bahwa beliau harus berada di industri yang berhubungan dengan teknologi dan sepertinya engineering bukanlah minat beliau. Pada awal tahun 2003, ia memiliki kesempatan untuk masuk ke industri telekomunikasi di mulai dari Nokia dan beberapa perusahaan lain sampai dengan akhir tahun 2012. Setelah itu, beliau punya kesempatan untuk berganti industri ke penerbangan dan pariwisata, sempat berada di Airlines dan juga konsultan pariwisata, sampai dengan awal tahun 2021. Saat ini, beliau sedang bekerja di perusahaan teknologi (Start up) yang menyediakan solusi pembayaran secara digital. Alasan mengapa beliau bisa bekerja di berbagai macam bidang walaupun kuliahnya cukup spesifik yaitu teknik elektro adalah karena bagi beliau yang paling terpenting dari kuliah adalah melatih wawasan dan juga logika berpikir. Karena pada dasarnya cara berpikir yang kita pelajari selama kuliah dapat diimplementasikan pada berbagai macam industri selama kita memiliki komitmen untuk belajar dan beradaptasi.

Ia bertemu dengan Inge Apriliani yaitu istrinya di Indoserako pada tahun 2002. Mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2005. Sebelumnya mereka memutuskan untuk menikmati masa-masa berdua terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memiliki anak. Namun, pada akhirnya mereka memutuskan untuk memiliki anak dan ternyata dikaruniai anak kembar dan sepasang. Pada tanggal 20 Agustus 2006, anak kembar mereka lahir secara normal. Sepasang suami istri ini memberi nama kepada anak kembarnya yaitu Karel Augustino Taberi dan Kimberly Augustin Taberi. Saat ini, mereka sudah berumur 15 tahun. Saat waktu luang beliau suka menonton film, berkumpul bersama keluarga, dan sebagainya. Penghargaan terbaik yang beliau dapatkan langsung dari Tuhan adalah mendapatkan anak kembar laki-laki dan perempuan. Selain itu, prinsip hidup beliau adalah jadilah orang jujur karena orang jujur akan dihargai dimanapun juga bahkan ketika kita menjadi mafia, kalau kita tidak jujur pasti kita akan mati dibunuh. Quotes beliau adalah do better from my best. 17/Kimberly Augustin Taberi

Anselmus Migi Aryanto dan Kerendahan Hatinya Anselmus Migi Aryanto, lahir di Pangkalpinang, 22 April 1973. Kini, beliau berusia 49 di tahun 2022. Sekarang, beliau bekerja di perusahaan swasta yang cukup besar di Indonesia. Namun, tentu saja ada perjalanan selama 49 tahun yang ada. Beliau adalah anak dari seorang ayah bernama Agustinus Bakir dan Caesilia Saginah. Kedua orangtuanya berlatar belakang sebagai seorang guru dan perekonomian yang bisa dibilang berkecukupan. Kedua orang tuanya pun harus membesarkan dan merawat empat orang anak secara bersamaan, tentu saja merawat keempatnya bukanlah hal yang mudah. Ia lahir dan besar di Pangkalpinang hingga tahun 1988 saat di masa SMP. Saat masa SMP, dia menjadi seorang wakil ketua OSIS, dia menjadi seorang ketua OSIS merupakan niat dari diri sendiri, sekaligus ada perintah dari orang tuanya. Sejak 1988, alias kenaikan menuju SMA, beliau merantau hingga keluar pulau Bangka. Kota Yogyakarta menjadi pilihannya untuk melanjutkan pendidikannya. Beliau

pindah ke Yogyakarta dengan alasan ingin bersekolah di sekolah yang lebih baik, dan ia suka dengan persaingan yang ada. Di Yogyakarta, beliau daftar di dua sekolah favorit hingga saat ini, yaitu SMA Negeri 1 Yogyakarta dan SMA Kolese de Britto. Singkat cerita, beliau diterima di SMA Negeri 1 Yogyakarta terlebih dahulu. Tibalah saatnya dia di wawancara di SMA Kolese de Britto. Orang yang mewawancarai beliau bertanya “kalau kamu diterima di SMA 1 Yogyakarta dan SMA Kolese de Britto, kamu pilih yang mana?”. Dengan jawaban yang tegas, dia memilih SMA Negeri 1 Yogyakarta. Karena beliau menjawab seperti itu, dia pun langsung tidak diterima di SMA Kolese de Britto. Saat merantau di Yogyakarta, dia memilih untuk tinggal di kos, dan masa merantau beliau dimulai sejak masa SMA ini. Di masa SMA, ia menjadi ketua Perwakilan kelas, semacam dengan senat. Jika diibaratkan di struktur kenegaraan, OSIS adalah presiden, sedangkan Perwakilan kelas sebagai MPR. Singkat cerita, dia bisa lulus dari SMA dengan nilai yang sangat baik. Sejak selesai SMA, dia memiliki target untuk kuliah di teknik kimia atau lingkungan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selain teknik kimia atau lingkungan, dia juga memiliki niat bersekolah akuntansi di Sekolah kedinasan di Sekolah Tinggi Akuntansi Nasional (STAN). Beliau mengikuti tes dari kedua sekolah, dan ia juga diterima di kedua perguruan tinggi tersebut. Tetapi pengumuman STAN lebih dulu dibandingkan ITB. Ketika sudah di hari terakhir pendaftaran ulang STAN, ITB baru pengumuman masuk.

Ada dua pilihan dari dua perguruan tinggi yang sangat baik. Dia tetap memilih STAN untuk melanjutkan pendidikannya. Beliau merasa pilihan yang dibuat bukanlah pilihan yang salah. Walaupun ITB merupakan sekolah favorit sampai sekarang, dia tetap tidak menyesal sama sekali. Singkat cerita, beliau lulus dari STAN dan langsung bekerja di KPP Madya sejak tahun 1996-2016. Mulai dari KPP Madya Kalibata, Ujung Pandan, Kebon Jeruk. Mulai tahun 2016, beliau pindah menuju KPP Madya Medan, Sumatera Utara. Selama saya SD (2010-2016), saya hanya bertemu beliau sekali setiap 2 minggu. Dan tentu, saya sangat rindu ketika tidak ada beliau dirumah. Saat tahun 2016, jabatan beliau cukup tinggi di KPP Madya Medan. Namun, dia memilih untuk pindah ke Jakarta dan menjadi seorang pegawai swasta. Setelah jabatan yang tinggi saat menjadi PNS, beliau harus memulai dari awal kembali karirnya. Hingga saat ini, beliau bisa bekerja dengan sangat-sangat baik di salah satu perusahaan swasta terbesar di Indonesia. Salah satu kekaguman saya terhadap beliau adalah beliau yang gemar sekali berbagi atau mendonasi kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, saat masa lebaran kemarin, beliau suka memberikan tip untuk pegawai yang bekerja melayaninya dengan nominal yang tidak seperti biasanya. Saya sering meragukan ketika ia memberikan uang yang tergolong besar jika diartikan sebagai “tip”. Dan juga, beliau sering mendonasikan dengan nominal yang cukup besar.

Hingga akhirnya, beliau pernah berkata kepada saya. “Gapapa menghabiskan banyak uang kalau memang tujuannya benar seperti donasi dan semacamnya, toh juga manfaat baiknya juga bakal ke kamu”. Perkataan itu membuat saya sadar pentingnya berbagi kepada sesama. Setelah melihat kembali sekilas kehidupan beliau, saya menjadi termotivasi atas masa mudanya dan kebaikannya saat ini. Beliau belajar dari masa kecilnya yang bisa dibilang cukup sulit, dan berbuat baik kepada mereka yang kesulitan ketika beliau sudah sukses. Dengan prinsip ”hidup itu pilihan”, beliau bisa memilih perguruan tinggi sesuai hati beliau sendiri dan memilih mengulang dari awal ketika pindah dari jabatan tinggi di PNS menjadi karyawan swasta. Semoga dengan cerita yang ada, bisa memotivasi saya yang saat ini menuju masa dewasa. 18/ Leonardus Magnus Dharma Danendra

Maria Joveta Nara Dewani, Remaja Penuh Prestasi Maria Joveta Nara Dewani atau yang biasa dipanggil Nara, merupakan seorang mahasiswi berusia 19 tahun yang sedang menempuh pendidikannya di Belanda, tepatnya di Groningen. Nara lahir di Jakarta, 24 Januari 2003. Nara merupakan anak pertama dari Bayu Santosa dan Rina Damayanti. Nara memiliki adik yang bernama Maria Diyanti Areta Kei, biasa dipanggil Kei. Saat TK, Nara bersekolah di Happy Holy Kids, lalu melanjutkan pendidikannya ke tingkat dasar di SD Pangudi Luhur. Setelah lulus SD Nara masuk ke SMP Pangudi Luhur. Selama di SMP, dia memiliki berbagai macam pengalaman dalam kepanitiaan, seperti PL CUP XVII sebagai panitia konsumsi, dan PL CUP XVIII sebagai panitia publikasi. Setelah lulus SMP, dia melanjutkan pendidikannya ke SMA Kolese Gonzaga. Selama dia sekolah di SMA Kolese Gonzaga dia sudah dua kali menjabat sebagai ketua, yaitu ketua GENRE vol. 3 dan ketua Sinezaga Film Festival 2019. Selain menjadi ketua di Sinezaga Film Festival 2019, dia juga ikut berpartisipasi dalam perlombaannya membuat film. Film yang pertama berjudul “Cinta Buta” dan memenangkan kategori best movie, dia sebagai produser film tersebut. Film kedua berjudul “Serapah” dan memenangkan kategori best cinematography, dia sebagai asisten sutradara. Memang pada dasarnya dia senang hal-hal yang berhubungan dengan film

dan dia sering kali bersama teman-temannya membuat film bersama. Dia dan teman-temannya membuat ruang kolektif tempat insan kreatif bertemu dan berkolaborasi untuk menghadirkan karya-karya inovatif bernama Tekap Collective. Tekap Collective berisikan anak-anak yang punya passion yang sama di ranah industri kreatif, untuk mengembangkan potensi dan belajar. Selain itu juga dia berpartisipasi menjadi panitia Gonzfest, sebagai wakil koordinator media sosial gonzfest dan sebagai OC media massa Gonzaga Festival 101 Saat ini Nara tercatat sebagai mahasiswa tahun pertama di Groningen University. Di sana dia mengambil jurusan Art Media and Culture, karena memang pada dasarnya dia senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan seni budaya. Selain senang membuat film, dia juga hobi bermain musik dan sudah ada beberapa lagu yang dia ciptakan sendiri. Dia menamainya MJ and The Carousel. Lagu pertama yang diciptakan berjudul Semester Akhir dan dirilis saat dia masih duduk di bangku kelas 9. Lagu Semester Akhir menceritakan tentang masa masa terakhir yang dia rasakan selama duduk di bangku SMP. Lagu tersebut menarik beberapa perhatian orang dan di youtube sudah mencapai 3,7 ribu penonton. Itulah awal dimana dia mulai terjun ke dunia seniman. Dan sekarang sudah ada sekitar 7 lagu yang dia ciptakan sendiri. Di antara 7 lagu tersebut ada 1 yang benar benar menarik perhatian orang orang, hingga mencapai 212 ribu penonton, lagu tersebut berjudul “Dearest Friend”. Lagu tersebut menceritakan tentang teman-temannya yang selalu mensupportnya. Dari situ dia mulai dikenal dikalangan anak muda yang lebih luas, dia sampai diundang ke youtube salah satu channel kumpulan musisi yang cukup terkenal, yaitu indomusikgram.

Selama dia berkuliah di Belanda tantangan terbesar yang dia hadapi adalah cara beradaptasi di lingkungan yang asing. Caranya dia mengatasi tantangan tersebut adalah dengan mencoba untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba untuk berteman dengan banyak orang dari berbagai macam negara. Dan karena keadaan yang mengharuskan dia untuk tinggal sendiri jauh dari orang tua, dia menjadi seorang yang mandiri dan tidak ketergantungan dengan orang lain. Saat ini kesibukan yang sedang dia jalani adalah PPPI (Panitia Perhimpunan Pelajar Indonesia), Art culture and media Music committee, dan sebagai Wakil koor tenis meja Groens Cup XXI. Sama seperti remaja pada umumnya dia juga memiliki cita-cita yang ingin dicapai, yaitu ingin menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. “Carilah pengalaman seluas-luasnya dan gunakan setiap kesempatan yang diberikan sebaik mungkin. Jangan lupa juga imbangi dengan bersosialisasi untuk membangun networking dari masa muda.” Pesan dari Nara yang ingin disampaikan kepada kaum muda untuk mau berani melangkah. 19 / Maria Diyanti Areta Kei

Kegigihan Andy Rahardja Tan dalam Meraih Cita-Cita Andy Rahardja merupakan seorang pengusaha kayu asal Bogor yang berkat kegigihannya beliau berhasil melewati jatuh bangun dalam usahanya. Andy lahir di Bogor pada 15 Oktober 1965. Beliau merupakan anak terakhir dari empat bersaudara. Orang tua beliau berasal dari Tiongkok dan bermigrasi ke Indonesia pada tahun 1954. Dari SD hingga SMA Andy bersekolah di sekolah Katolik Regina Pacis, Bogor. Andy mengaku selama bersekolah ia merupakan anak yang sering dibully karena selalu mendapatkan peringkat terakhir di kelas. Beliau harus menjual dagangan orang tuanya dari sore hingga malam hari hanya untuk membayar SPP. Hingga suatu saat beliau pernah menyerah karena tidak sanggup menanggung beban hidupnya. Setelah lulus SMA, Andy mendapatkan tawaran beasiswa di University of Washington jurusan Akuntansi. Awalnya Andy merasa tak mampu menjalaninya, tapi ini merupakan satu-satunya jalan untuk mengubah nasib keluarganya. Hingga akhirnya, setelah menempuh 16 quarter dan 148 SKS, beliau berhasil mendapatkan gelar sarjana berpredikat cumlaude pada Juli 1987.

Andy pertama kali bekerja pada 06 Oktober 1987. Ia bekerja sebagai auditor di PT. EY yang merupakan perusahaan consulting berskala internasional. Saat itu beliau merasa bangga sekaligus gugup. Ia merasakan bahwa tidak semua yang ada di dunia pendidikan sama dengan yang ada di dunia pekerjaan. Tahun 1998 menjadi tahun terberat bagi Andy. Setelah Indonesia mengalami krisis moneter, beliau dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja. Tabungan beliau juga semakin menipis hingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kejadian itu tidak mematikan semangat Andy untuk berjuang. Kemudian, pada tahun 2001, beliau dipertemukan dengan seorang gadis yang menjadi pasangan hidupnya sampai saat ini. Dari situlah Andy memulai kehidupan baru. Beliau dan istrinya merintis restoran seafood di Kelapa Gading. Akan tetapi, restoran tersebut terpaksa tutup akibat omset yang kecil. Pada tahun 2006, Andy mendapatkan tawaran untuk menjadi investor di perusahaan kayu. Setelah memperhitungkan resiko, beliau menerima tawaran itu. Tak disangka perusahaan itu berhasil meraih keuntungan yang sangat besar dan berhasil mengubah kehidupan Andy. Sekarang beliau menjalankan keseharian sebagai direktur utama di perusahaan kayu Pelita Jaya. Di samping itu, Andy memiliki penghasilan tambahan setiap bulannya setelah menjadi pemegang saham pada bank Jatim dan PT. Adaro Energi Indonesia pada tahun 2013. Beliau mendapatkan capital gain dan pembagian dividen setiap tahunnya. Akan tetapi, 50% dari penghasilan ini, beliau

berkomitmen untuk menyumbangkannya kepada orang yang lebih membutuhkan. Saat ini, di usia 57 tahun, Andy telah mencapai puncak kariernya. Meskipun begitu, beliau tetap ingat akan cita-cita awal untuk mengubah nasib keluarganya. Andy tidak hanya menjadi tulang punggung bagi anak dan istrinya, tetapi beliau juga menjadi penopang hidup bagi ketiga saudaranya. 20 / Mario Raharja

Vincentius Ayub Karundeng, Kekurangan Bukan Penghalang Vincentius Ayub Karundeng, lahir di Jakarta 5 Februari 2006. Vincent lahir dengan kondisi yang kurang sehat. Saat masih kecil, Vincent seringkali sakit. Hal itu sedikit mengganggunya untuk menjalani aktivitas hariannya. Tapi, terlepas dari situ, Vincent tetap tumbuh sebagai anak sehat. Orang tua Vincent sangat menyayangi dan menjaganya dengan baik Saat SMP Vincent memiliki ketertarikan sendiri terhadap dunia musik. Semuanya berawal dari perjalannya ke rumah saudara. Di sana, ia iseng memainkan alat musik piano. Vincent saat itu suka menonton kartun “We Bare Bears”. Salah satu episode kartun itu memperlihatkan ice bear dan chloe memainkan piano. Dari situlah Vincent mencoba lagu yang ia dengar di piano. Pada awalnya Vincent belajar piano dari aplikasi di HP dan ia menjadi ketagihan. Vincent pada awalnya iseng bermain keyboard di rumah saudaranya. Ternyata ia bisa memainkannya. Ini membuat Vincent termotivasi untuk belajar piano. Kemudian, Ia bertanya kepada orang tuanya apakah Ia dibolehkan untuk belajar piano. Orang tua Vincent memperbolehkannya. Namun, karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang

mendukung pada saat itu, Vincent akhirnya tidak jadi untuk belajar piano. Vincent memiliki pribadi yang selalu memiliki pengganti jika ada hal yang ingin ia capai tidak tercapai. Vincent kemudian mendapatkan gitar sebagai penggantinya. Vincent mempelajari gitar sebagian besar secara otodidak. Ia mengandalkan orang disekitarnya dan internet untuk membantunya dalam memainkan alat musik tersebut. Vincent memiliki seorang ayah yang mengajarkan dasar bermain gitar kepadanya. Vincent memiliki lingkungan pergaulan yang cukup bagus. Ia memiliki teman yang bersedia untuk membantunya dalam mengajarkan teknik lanjutan yang ada di gitar. Mereka saling bertukar ilmu dan mencari ilmu baru dan membuat Vincent menjadi seorang gitaris yang lebih baik. Selama belajar gitar secara otodidak Vincent mendapat dukungan yang bagus dari lingkungan keluarganya, sekolahnya, dan sekitarnya. Semua mendukungnya untuk maju, dan tidak ada yang menghalangi dia untuk mempelajari hal tersebut. Sekarang, Vincent bisa menjadi salah satu gitaris terbaik di sekolahnya. Vincent juga memiliki pengaruh di bidang musik yang besar di sekolahnya. 21/Michael Rayleigh A. R. T.

Ngurah Libra Utama, Mengejar Mimpi Ngurah Libra Utama lahir tanggal 25 September 1978 di sebuah desa kecil di Bali Utara. Pada saat itu kondisi perekonomian pedesaan cukup baik dengan penghasilan utama dari hasil pertanian dengan komoditas utama Jeruk Bali. Namun kondisi berubah 180 derajat pada awal tahun 1980-an Ketika secara tiba-tiba seluruh tanaman jeruk di serang penyakit bernama CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) mungkin mirip dengan covid-19 yang menyerang manusia saat ini. Pada saat itu pemerintah menyarankan memusnahkan seluruh pohon jeruk untuk menghentikan penyebaran penyakit. Hal ini mengakibatkan penurunan hampir 100% penghasilan penduduk desa termasuk keluarga beliau. Saat berumur 5 tahun, beliau diajak ayahnya ke Jakarta untuk menjual jeruk hasil panen terakhir, dan hal ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir untuk bisa ke Jakarta. Pada saat di Jakarta ketika itu, beliau sangat mengagumi Kota Jakarta yang sangat berbeda jauh dengan kondisi di Bali, dan ada perkataan dari bapak beliau yang sangat berkesan bahwa kalau berkeinginan untuk tinggal di Jakarta maka harus pintar, karena Kota Jakarta hanya menerima orang-orang pintar. Sejak saat itu beliau bertekad untuk menjadi orang pintar supaya suatu saat nanti bisa tinggal di Kota Jakarta.

Benar apa yang dikatakan ayahnya, sejak saat itu kehidupan beliau mulai sulit. Kebun-kebun yang tadinya hijau dengan dipenuhi pohon-pohon jeruk mendadak menjadi kering, tandus tanpa ada satu pohon pun, keluarganya harus mulai hidup dari nol, dengan pilihan yang terbatas. Dari kelas satu SD, beliau sudah dibiasakan untuk hidup mandiri. Namun, ditengah kesibukan beliau membantu orang tua, beliau tetap meluangkan waktu untuk belajar dengan keras. Walaupun dengan segala keterbatasan, beliau tetap menaruh asa bahwa suatu saat mimpinya pasti akan terwujud, suatu hari beliau akan datang ke Kota Jakarta. Sejak saat itu beliau bertekad untuk terus berusaha untuk sekolah dan berprestasi sambil membantu orang tua supaya kelak beliau bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Sampai akhirnya pada pada Tahun 1996 saat lulus SMA beliau bisa melanjutkan pendidikan di Kota Yogyakarta. Saat itu beliau merasa sudah mencapai setengah perjalanan menuju Kota Jakarta yang diimpikan. Namun kondisi tidak selalu mudah. Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 sempat membuatnya khawatir tidak bisa ke Jakarta. Bahkan untuk kuliah saja belum tentu bisa sampai lulus karena kondisi ekonomi saat itu sangatlah sulit. Namun pada akhirnya semua mimpinya bisa terwujud ketika di Tahun 1999 ada telpon dari Jakarta memintanya pergi ke Jakarta untuk mulai bekerja di sebuah perusahaan di Kota Jakarta. Perjalanannya di Jakarta dimulai dengan berkarir sebagai staff akuntansi di sebuah perusahaan distributor produk-produk Procter & Gamble (P&G), selanjutnya di akhir tahun 1999 beliau mulai berkarir di Pasar Modal sebagai Broker Saham. Selanjutnya sebagai Manajer Investasi dan

terakhir sebagai Direktur di sebuah perusahaan asset management. Itulah sebagian perjalanan hidup Ngurah Libra Utama, dan masih akan terus berjalan. Beliau selalu mengatakan bahwa dengan tekad, kerja keras, konsistensi dan kegigihan, maka mimpi-mimpi kita pasti akan tercapai. 22/ Natasha Keira Ayu

Isabella Hutahaean, Perempuan Dengan Sejuta Semangat Isabella Hutahaean merupakan salah satu barisan talenta muda Pertamina yang sekarang berada di posisi direksi subholding di Pertamina, dan kini sedang menjabat sebagai Direktur Human Capital & Corporate Services PT Pertamina Patra Niaga. Di Pertamina, wanita yang pernah mengikuti Pertamina Production Operation Management School di University of Tulsa, Oklahoma, dan Pertamina Global Executive Development Program di NUS, Singapura, ini meraih banyak prestasi. Namun, ia mengakui hampir semuanya dicapai dengan kerja keras dan juga secara teamwork. Adapun pencapaian secara pribadi, antara lain, tahun 2019, ia menjadi Best 10 Role Models dan Second Top influencer di Pertamina, juga mendapatkan sertifikat sebagai Coach dari LOOP International. Ia juga pernah masuk dalam Big 10 of Marketer Pertamina di tahun 2015. Bella, demikian ia akrab disapa, dibesarkan dari keluarga sederhana. Lahir dengan nama lengkap Isabella Hutahaean, di Bandung, pada 11 Juli 1975. Ayahnya, Washington Hutahaean, adalah seorang pekerja pada bagian administrasi Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan Sumihar

Napitupulu yang merupakan ibu dari Bella, hanyalah seorang ibu rumah tangga. Dia merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Saat kecil, ia memiliki perbedaan yang sangat unik di antara ketiga saudaranya, bahkan anak-anak pada umumnya. Bella merupakan anak yang sangat rajin, setelah pulang sekolah, teman-temannya akan bermain, sedangkan ia memilih untuk belajar. Hal tersebut dilakukannya dengan inisiatif sendiri, kedua orang tuanya tidak memaksakan anak-anaknya untuk belajar sepulang sekolah, bahkan saudara-saudaranya pun juga sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Sifat tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan yang hidup dalam diri Bella sejak kecil. Dari sifat itu, dia mampu meraih SMA terbaik di Bandung, hingga menamatkan kuliahnya di Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah menamatkan kuliahnya di ITB, kembali Bella berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Pada suatu hari, terdapat lowongan pekerjaan suatu perusahaan besar yaitu Pertamina salah satu BUMN terbesar di Indonesia, yang dibaca olehnya. Ia mencoba untuk mendaftarkan dirinya dengan mengirimkan lamaran pekerjaan kepada Pertamina, sesuai dengan pengumuman yang dia baca. Tentunya, hal itu tidaklah mudah bagi Bella, sebab ia akan berkompetisi dengan teman-temannya untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Bella memilih untuk tidak menyerah, dengan semangat yang tinggi dan penyerahan total kepada Tuhan, ia mengikuti seluruh proses ujian dalam penerimaan karyawan Pertamina. Setelah berjuang melewati berbagai ujian, Bella berhasil memenangkan kompetisi yang ada di antara teman-temannya, dikarenakan kerja keras dan motto hidupnya yaitu, “Do your best and God will do the rest.”

Pertama kali dalam hidupnya, ia harus meninggalkan rumah untuk bekerja di luar Jawa. Bella hidup sendiri di suatu rumah yang terletak di kota Prabumulih, Sumatera Selatan (sekitar 90 km ke arah barat daya dari kota Palembang). Dia bekerja dengan berbagai tantangan, salah satunya di tempat pemboran minyak, dimana mayoritas para pekerjanya adalah pria. Pengalaman tersebut membuat Bella menjadi tangguh saat menghadapi tantangan dalam pekerjaan. Disana, Bella menemukan teman hidupnya, yaitu Hendry, yang merupakan teman di kampusnya. Beberapa tahun kemudian, Bella mendapatkan penugasan di Jakarta dan disitulah Bella dikaruniakan tiga orang anak yang dinamakan Naveen, Kaleb, dan Nerya. Tidak berhenti disitu, ketekunan dan semangat yang tinggi yang diberikan Bella membuahkan hasil yang memuaskan, ia akhirnya naik tingkat mulai dari menjadi Manajer termuda dengan berbagai prestasi yang dicapai, lalu mendapatkan beberapa exposures di beberapa jabatan Manajer dalam berbagai Fungsi. Dengan pencapaian yang selalu memuaskan, Bella diberikan kepercayaan lebih lagi yaitu menjadi seorang Vice President, dan hingga menjadi seorang Direktur dengan umur yang muda di antara teman-teman seangkatannya pada saat itu. Bagi Bella, penunjukannya bukan sekedar mewakili generasi muda, namun juga menunjukkan bahwa wanita memiliki kemampuan yang tidak kalah dari pria. Terutama di sektor Commercial & Trading (C&T) yang mayoritas diisi oleh kaum pria. “Saya bersyukur dapat memberikan semangat kepada semua wanita untuk maju lebih lagi. Karena, wanita mempunyai sesuatu yang spesial yang tidak dimiliki pria dalam gaya leadership-nya dan dalam membangun relasi

dengan partners secara profesional, sehingga bisa membuat Pertamina lebih maju dan berkembang berskala dunia,” katanya. Isabella Hutahaean memiliki prinsip hidup, yaitu ingin selalu memberikan yang terbaik, dengan memulai dari dirinya sendiri. Hal ini sangat mempengaruhi karir dan kesuksesan dalam hidupnya, teruntuk dalam menjadi tim yang berhasil saat mencapai tujuan. Kunci keberhasilan diraih dari ketekunan dan semangat yang tidak pernah padam dalam mencapai setiap target yang ditetapkan oleh dirinya dan Perusahaan. 23/Nerya Nauli Pangaribuan

Ivanna Olivia, Wanita Yang Sabar Ivanna Olivia, seorang istri sekaligus ibu dari 3 anak, lahir pada tanggal 28 Oktober 1981 di Jakarta, Indonesia. Ivanna merupakan anak keempat dari 5 bersaudara, ayahnya, Effendi Kosasih dan ibunya, Lestari, Kelima anaknya semuanya berjenis kelamin perempuan. Ivanna lahir di keluarga yang secara finansial ekonomi menengah kebawah, dengan ayahnya yang sempat bekerja di sekolah milik ayahnya namun akhirnya bersama Istri membangun catering bersama. Masa-masa pendidikan Ivanna ia lakukan dengan sendiri, karena orangtua yang sibuk bekerja dari pagi, mengharuskan ia belajar sendiri secara mandiri. Ivanna menginjak bangku SD di sekolah yang pada saat itu bernama Jaya Sakti yang berada di Jalan Oto Iskandar I Yang dibangun dan didirikan oleh kakeknya, Tirtawinata Kosasih, dan saat ini sudah dijual dengan lokasi yang sama namun berganti nama menjadi Cahaya Sakti. Selama masa SD Ivanna merupakan anak yang berprestasi, selalu mendapatkan peringkat 1 sampai 3. Masa-masa SD Ivanna dapat dikatakan sebagai anak yang aktif, pernah sekali ia memanjat tiang sampai salah satu guru di sekolah memanggil saudara kakeknya yang merupakan guru di sekolah tersebut untuk membantu Ivanna supaya turun dari tiang yang ia panjat. Pada saat itu lokasi rumah dengan sekolah tidak jauh, sehingga terkadang jika ia lupa membawa

tugas atau buku, Ivanna mengambilnya terlebih dahulu ke rumah dan kembali ke sekolah Menginjak bangku SMP prestasi Ivanna menurun sedikit namun masih berada pada kategori bagus. Menginjak bangku SMA nilai Ivanna menurun, pada masa SMA Ivanna bertemu dengan laki-laki yang bernama Franklin Setiawan, yang pada akhirnya menjadi suaminya. Pada tanggal 18 Mei 2000, Ivanna dan Franklin dikaruniai seorang anak dan diberi nama Anthony. pada saat itu pihak orang tua Franklin masih tidak percaya bahwa Anthony adalah anak dari anak mereka, maka mereka sempat tidak mengakui Anthony, namun karena dari pihak orang tua Ivanna mendukung, maka mereka membuat kesepakatan, jika memang mereka tidak mengakui Anthony sebagai cucu mereka, setidaknya Franklin ikut Ivanna menjaga Anthony. Dari pihak orang tua Franklin menyetujui kesepakatan tersebut, namun akhirnya mereka menyetujui untuk bertemu dan berbincang kembali dan akhirnya mengakui bahwa Ivanna merupakan menantu mereka dan Anthony merupakan cucu mereka. Akhirnya Ivanna dan Franklin diajak oleh orang tua Franklin tinggal bersama mereka. Pada saat Ivanna tinggal bersama orang tua Franklin, Ivanna terkadang merasa tertekan karena belum terbiasa dengan kegiatan di rumah tersebut, dan terkadang disalahkan karena tidak masak untuk makan bersama. Pada suatu saat Ivanna tidak tahan akan kondisi di rumah, ia kembali ke rumah orang tuanya dan membawa Anthony bersamanya. Namun itu tidak berjalan lama, akhirnya orang tua Franklin minta maaf dan mengajak Ivanna kembali ke rumah. Saat itu, semua pekerjaan yang bisa dikerjakan Franklin, ia kerjakan, dari membantu toko pakaian dalam

milik saudara, sampai bekerja di bengkel. Dan sempat pada suatu saat mereka sempat ingin membuka restoran mereka sendiri, namun ide tersebut tidak terwujud dan ayah Franklin mengusulkan untuk membuka toko baru di Cikini pada tahun 2006 menggunakan toko yang merupakan milik kakek Franklin. Pada awalnya Franklin dan ayahnya yang membuka toko terlebih dahulu dan mengajarkan Franklin pada saat itu, dan akhirnya ketika ayahnya merasa bahwa Franklin sudah bisa ditinggal / dibiarkan sendiri di toko, ayahnya lepas tangan dan membiarkan Franklin dan Ivanna melanjutkannya, sedangkan ayahnya dan ibunya lanjut berdagang di pasar minggu. Pada tanggal 16 Maret 2007, ibu dari Ivanna meninggal dunia, pada saat itu ia merasa sangat sedih karena sosok ibu dan teman tempat ia bercerita atau curhat telah tiada. Membuka usaha tentu bukanlah hal yang mudah, banyak hal yang harus dihadapi, pernah satu kejadian barang di toko hilang seberat 15 gram yang membuat kebingungan pada awalnya, namun apa yang bisa dilakukan? Akhirnya Ivanna dan Franklin merelakannya dan membuat kejadian itu sebagai pelajaran mereka. Pada tahun 2012, Ivanna dan Franklin memutuskan untuk memindahkan lokasi toko ke gedung yang akan dibangun sebelah tempat usaha mereka, dan mereka sempat vakum dan membantu orang tua Franklin di toko mereka selama satu tahun. Pada tahun 2013 ketika bangunan baru sudah jadi, Franklin dan Ivanna memindahkan lokasi toko ke tempat yang lebih baru di gedung Pada waktu mereka pindah tempat, usaha terasa sangat lancar, setiap hari akan ada orang yang datang dan belanja, terutama di akhir minggu, kondisi toko akan berantakan karena toko sangat ramai sampai tidak sempat untuk duduk dan makan. Namun belakangan ini toko mereka mengalami penurunan karena

semakin banyaknya toko lain yang buka dan ada beberapa toko yang memainkan harga sehingga toko lain terkesan mahal. Namun Ivanna dan Franklin sabar menghadapinya dan selalu bersyukur akan yang mereka dapatkan selama ini, sampai akhirnya pada tanggal 20 Maret 2022, mereka diberi rezeki untuk merenovasi toko dan menggabungkan dua toko menjadi satu. Belakangan ini juga Ivanna dengan kakak dan adiknya mengalami sebuah masalah yang sulit untuk ditangani. Ayah dari Ivanna yaitu Effendi Kosasih, entah mengapa selalu memaksa anak-anaknya untuk mengembalikan sertifikat rumah yang sekarang menjadi tempat tinggal bagi anak mereka dan saudaranya. Mereka takut akan terulang kejadian yang mengharuskan mereka mengurus dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Pernah sekali ayah Ivanna menggadaikan sertifikat rumah untuk mendapatkan uang, namun ayahnya tidak sanggup membayar kembali pinjaman tersebut dengan bunga yang diberi. Alhasil anak-anaknya lah yang harus mengurus dan membayar semua biaya yang tertera, dan ini tidak mengeluarkan biaya yang sedikit. Sampai anak-anaknya terpaksa menjual semua harta yang diberi oleh peninggalan ibunya untuk membayar biaya untuk mengembalikan sertifikat rumah tersebut, dan ketika sudah kembali anak-anaknya memutuskan untuk tidak memberi kembali sertifikat rumah kepada ayahnya, namun disimpan oleh salah satu anak mereka untuk disimpan agar tidak digunakan untuk hal yang tidak semestinya oleh ayahnya. Belakangan ini, ayahnya marah karena sertifikat rumah tidak dikembalikan kepadanya, ia memujuk anak-anaknya untuk mengembalikan kepadanya dengan alasan “Hanya untuk pegangan saja, untuk disimpan.” namun

anak-anaknya sudah tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh ayahnya, karena sudah banyak hal yang membuat mereka harus membayar semua utang yang dimiliki oleh ayahnya, dan sepertinya itu belum semuanya terbayar. Masih ada beberapa pinjaman yang sepertinya belum diketahui oleh anak-anaknya. Mereka memutuskan untuk bertemu bersama teman dekat ayahnya untuk membicarakan hal tersebut. Dari perbincangan mereka kemarin, teman ayah Ivanna sudah pernah membincangkan hal tersebut dan memang ayah Ivanna bukanlah orang yang mau gampang untuk terbuka dalam hal apapun. Namun, sepertinya teman dari ayahnya tersebut menangkap bahwa memang ayah dari Ivanna ini sedang membutuhkan dana, namun berapa besar dana yang dibutuhkan karena sudah melibatkan sertifikat rumah. Sesuai kesepakatan yang mereka ambil kemarin, mereka memutuskan agar membicarakannya kembali bersama ayah mereka, jika memang rumahnya mau dijual, silahkan dijual saja, namun sertifikat tetap anak-anaknya yang memegang. Karena untuk mengetahui harga jual atau harga pasar rumah tidak membutuhkan sertifikat rumah asli, karena salah satu dari saudara kandung Ivanna bekerja di bidang properti, maka ia mengerti hal tersebut. Hal ini masih berlanjut dan entah masalah ini akan selesai kapan, namun anak-anaknya berdoa agar diberi jalan yang terbaik dalam masalah tersebut. 24 / Nicholas N.S.

Antonio Kevin Bangun, Si Bayun Andalan Keluarga Antonio Kevin Bangun adalah seorang remaja berumur 19 tahun yang sedang menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Lusiana Melani Ginting dan Ferdinan IP Bangun. Ia juga seorang abang dari kedua adiknya, yaitu Pricilla Andrea Bangun dan Alexandra Dominique Bangun. Si sulung yang kerap dipanggil Kevin ini lahir di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2002. Sejak lahir, Kevin tumbuh dan berkembang di kota kelahirannya, yaitu Jakarta. Pada awalnya ia tinggal di Kemang bersama nenek, hingga pada tahun 2005 keluarganya memutuskan untuk pindah ke Jagakarsa dan memulai keluarga kecilnya sendiri. Setahun setelah Kevin dan keluarganya pindah, adik pertamanya yaitu Andrea, lahir ke dunia. Mulai dari saat itulah, Kevin menjadi seorang abang sekaligus saudara tertua yang selalu menjadi panutan bagi adik-adiknya. Walaupun masih berada di usia yang sangat muda, Kevin mampu menjalani tanggung jawabnya yang terbilang cukup besar

sebagai anak tertua. Ia mau dan mampu menjaga kedua adiknya dengan sepenuh hati dan mengajari mereka berbagai macam hal. Selain menjadi saudara, ia juga menjadi sahabat bagi para adiknya dengan saling berbagi cerita dan memberi saran. Kevin bertumbuh di lingkungan yang hangat, dengan hubungan yang harmonis bersama keluarganya. Ia dan keluarganya selalu berkomunikasi, sering berbagi tawa bersama, dan mengetahui kondisi satu sama lain. Tidak hanya bersama keluarga inti, Kevin juga cukup dekat dengan keluarga besarnya. Dengan kedua orang tuanya, Kevin mendapat didikan yang cukup tegas namun tentunya tetap suportif dalam perkembangan dirinya. Dari ayahnya, Kevin belajar untuk bersikap pengertian dan sabar. Sedangkan dari ibunya, ia belajar untuk bersikap disiplin dan berani. Didikan orang tuanya ini memberikan banyak sekali pengaruh positif kepada dirinya. Diantaranya adalah Kevin menjadi pribadi yang dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan yang dimaksud tentu saja tidak hanya saat bersama keluarga, namun saat ia bersosialisasi di sekolah maupun sekitarnya. Saat TK Kevin bersekolah di Don Bosco, SD - SMP di SMP Pangudi Luhur, dilanjutkan di SMA Kolese Gonzaga, dan sekarang sedang berkuliah di Institut Teknologi Bandung. Saat TK Kevin merupakan seorang anak yang dapat dikatakan aktif dan suka membaur dengan lingkungan sekitarnya. Ia suka mengeksplorasi dan mencari hal baru. Perkembangan nilainya pun meningkat seiring berjalannya waktu. Semasa SD kelas 1-4, ia merupakan seorang murid yang memiliki peringkat standar. Namun ketika berada di kelas 5-6 SD, ia masuk ke dalam peringkat 5 besar di kelasnya. Begitu pula saat SMP, pencapaian akademiknya pun

meningkat. Ia mampu masuk ke dalam peringkat tiga besar bahkan sempat menduduki peringkat pertama. Selain akademik, saat SMP ia juga berperan cukup aktif dalam ekstrakurikuler yang ia ikuti, yaitu robotik. Saat menjalani ekstrakurikulernya, Kevin bersama kedua temannya sempat mengikuti kompetisi robotik kelompok dan berhasil meraih juara 3. Walaupun begitu, di SMP ia terbilang masih kurang aktif dalam mengikuti organisasi ataupun kegiatan sekolah. Semua itu berlalu hingga ia tiba di penghujung SMP yaitu kelas 9. Masa SMP nya berhasil ia akhiri dengan mendapatkan nilai Ujian Nasional diatas 9, bahkan pelajaran Matematika mendapat nilai sempurna, serta meraih peringkat 10 besar paralel di angkatan. Setelah lulus SMP, ia melanjutkan studinya di SMA Kolese Gonzaga tepatnya jurusan IPA. Memutuskan untuk memilih bersekolah di SMA Kolese Gonzaga adalah sebuah pilihan yang sangat dan selalu ia syukuri. Di SMA Kolese Gonzaga, ia mengalami berbagai pengalaman yang memberikan banyak sekali perubahan positif terhadap dirinya. Utamanya, karena sekolahnya ini sangat mewadahi pertumbuhan dan perkembangan dirinya menjadi seorang pribadi yang berintegritas. Tidak hanya kepada dirinya, SMA Gonzaga juga membawa transformasi baik pada lingkungan sekitar Kevin. Lingkungan yang dimaksud adalah kehidupan sosial yang sangat positif, seperti tidak ada senioritas bahkan saling akrab antar angkatan, para guru yang ramah, hingga menyediakan banyak kesempatan untuk terlibat aktif dalam kegiatan sekolah yang mendukung perkembangan diri. Selain itu karena lingkungan yang mendukung, pencapaian sosial Kevin pun ikut terdorong.

Semasa SMA, Kevin sangat mewadahi kegiatan sosial, organisasi, dan kepanitiaan. Mulanya ia aktif dalam kepanitiaan, lalu sering menjadi koordinasi divisi dalam suatu acara. Hingga puncaknya ketika menempati kelas 3 SMA, ia berkesempatan untuk menjadi ketua pelaksana acara tahunan festival musik di sekolahnya, yaitu Gonzaga Festival. Sebuah pengalaman yang sangat berkesan, karena saat itu adalah kali pertama ia memegang tanggung jawab yang sebesar itu. Dimulai dari mengikuti tes tertulis, wawancara, hingga terpilih menjadi ketua pelaksana. Sebuah kesempatan yang tidak ia duga akan menghampirinya. Namun tentunya, Kevin sangat bersyukur bisa merasakan pengalaman tersebut. Acara Gonzaga Festival ini membutuhkan berbulan-bulan persiapan, komunikasi dengan banyak orang, serta kerja sama dengan berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Pengalaman tersebut sangat melelahkan tapi disaat yang bersamaan juga sangat mengesankan bagi Kevin. Ia bisa merasakan berada di posisi ketika banyak orang yang mengandalkan dirinya. Secara keseluruhan pengalaman ini sangatlah berharga bagi dirinya dan banyak juga hal yang ia pelajari dari kegiatan tersebut. Lebih lagi, Gonzaga Festival 101 tahun 2019 yang dilaksanakan saat itu adalah Gonzaga Festival terakhir yang diselenggarakan secara offline. Sehingga semakin membuat perasaan mengesankan dan berharga bagi dirinya. Di saat yang bersamaan pula, akademis Kevin masih dikatakan dapat cukup bagus. Rata-ratanya di SMA bervariasi, pernah di atas 85 hingga 90. Namun yang pasti, selalu konsisten di atas 85. Hal ini membuat Kevin bisa mendapatkan beasiswa uang sekolah. Beasiswa yang ia dapat tidaklah besar harganya, tapi ia sudah sangat bangga karena itu adalah hasil kerja keras belajarnya. Selain itu, ia juga jadi

bisa merasakan bagaimana mempunyai rambut gondrong. Hal ini karena ketika SMA, SMA Gonzaga menganut budaya apresiasi dimana siswa laki-laki boleh mempunyai rambut gondrong ketika mendapat predikat cumlaude, yaitu nilai rata-rata semester di atas 85. Di akhir masa SMAnya, pandemi Covid-19 sedang merebak sehingga pembelajaran sampai kelulusan pun dilaksanakan secara online. Kevin merasa sedih karena kehilangan banyak momen kebersamaan terakhir sebelum lulus dan tidak bisa merayakan perpisahan bersama teman-temannya. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Di sisi lain, ia juga terus berjuang untuk mendapatkan universitas yang ditujukan. Dari menyelesaikan semua pendaftaran, tes SBMPTN, hingga hasilnya keluar pun semuanya telah ia lalui. Hasil pengumuman menunjukan bahwa semua jerih payahnya terbayarkan. Kevin diterima menjadi mahasiswa Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. Kala itu, semua orang bangga dan turut merasa senang terhadap dirinya. Namun ternyata perjuangan Kevin belum usai sampai disitu, bahkan saat itu barulah awal mula dari titik balik kehidupannya. Ketika awal masuk kuliah, Kevin merasa berada di tempat yang salah. Ia merasa tidak nyaman dan tidak dapat mengikuti alur perkuliahan. Juga merasa bahwa ia mengambil keputusan yang salah ketika memilih universitas ini. Perlu diketahui, bahwa ketika awal masuk kuliah ia diterima di 2 universitas, yaitu Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Keduanya merupakan universitas yang berkualitas dan Kevin diterima di jurusan yang sama pula. Saat itu ia memilih ITB karena institut tersebut merupakan pilihan pertamanya sejak dahulu. Namun setelah

menjalankan satu semester, ia merasa ITB bukanlah tempat yang tepat bagi dirinya. Kevin berniat untuk pindah ke Universitas Indonesia karena saat itu ia sudah daftar ulang dan masih diperbolehkan untuk pindah. Namun setelah berbagai perbincangan dan perdebatan dengan orang tua, pada akhirnya Kevin tidak diperbolehkan pindah. Saat itu adalah masa yang berat bagi Kevin karena ia sangat ragu terhadap pilihan dan situasi yang sedang dihadapinya. Ia merasa tidak cocok dengan lingkungannya tetapi di sisi lain, kedua orang tuanya tidak menyetujui niatnya untuk berpindah universitas. Walaupun saat itu ia kesal, sedih, dan bukanlah saat yang mudah baginya, akan tetapi setelah menjalankan hampir 2 tahun di universitas sekarang, ia sudah bisa mulai menjalani dan mengikutinya. Saat ini Kevin juga turut aktif dalam berbagai kepanitiaan dan organisasi yang ada di universitasnya. Layaknya seorang remaja pada umumnya, Kevin memiliki tujuan dan cita-cita. Dalam jangka pendek, ia memiliki target untuk dapat lulus tepat waktu dari perkuliahan dengan nilai yang cukup dengan berbagai pengalaman dan koneksi. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan usaha yang sedang dan akan terus ia upayakan. Diantaranya adalah berteman dengan banyak orang, mengikuti kegiatan organisasi atau kepanitiaan, dan pastinya mengutamakan tugasnya sebagai mahasiswa yaitu belajar. Sedangkan dalam jangka panjang, ia memiliki mimpi agar sukses dikemudian hari, stabil secara finansial, dapat membahagiakan kedua orangtua bahkan sekeluarga, dan nantinya juga bisa membagi berkat kepada orang-orang sekitar. Kevin memiliki sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada semua orang, yaitu Live at the moment. Banyak orang

sering berpikir terlalu jauh kedepan, merencanakan ini itu untuk hidupnya. Benar, hal ini merupakan hal yang sangat bagus. Kevin juga pasti merencanakan jalan hidupnya. Namun baginya janganlah berlarut-larut hanya memikir kedepannya seperti apa sampai kamu lupa bagaimana untuk menikmati momen-momen yang terjadi saat ini. Nikmatilah momen-momen kecil dalam hidup. Kesedihan, kesenangan, kegembiraan, nikmati semuanya. 25/Pricilla Andrea Bangun

Joice Reditya Dewi Wanita kelahiran 1979 ini , kerap dipanggil “Joice” oleh teman sebaya nya adalah seseorang yang saya panggil ibu. Ia lahir tahun 1979 pada tanggal 31 Juli. Lahir dari sebuah keluarga yang secukupnya karena Ia merupakan anak kolong dari sebuah perwira angkatan laut dan angkatan udara. Dari umurnya yang muda , Ia sudah dicirikan oleh anggota keluarga kami sebagai anak yang pendiam dan tidak mempunyai banyak mau. Semasa Ia masih berada di pangkuan ibunya dan belum bisa melakukan apa apa , ia juga cenderung tidak rewel dan banyak mau. Masa kecilnya, bisa dibilang unik dan menyenangkan, seperti apa yang saya punyai sekarang. Karena Ia dilahirkan kepada keluarga yang hanya sebatang kara maka banyak pelajaran yang Ia terima dari kesederhanaan. Saat saya kecil mainan yang saya sering memainkan mungkin adalah sebuah baby walker atau sebuah mainan yang dapat saya beli dari pusat perbelanjaan yang terdekat. Namun , Ibu saya hanya memainkan mainan mainan tradisional dari kayu yang mungkin dibuat sendiri dan dibeli dengan harga murah pada lingkungan tempat tinggal nya. Ia juga cenderung langka jajan karena kedua orangtuanya hanya mempunyai uang yang cukup untuk kebutuhan sehari hari.

Saat masih kecil , Ibu saya mempunyai ingatan bahwa Ia sering diajak oleh orangtuanya menaiki vespa. Pendidikan dikenang sebagai masa yang indah dari sudut pandang beliau. Saat saya mewawancarai banyak pemikiran yang disampaikan oleh beliau mengenai pendidikan yang ia tempuh. Masa SD dapat digambarkan sebagai masa yang unik menurut nya, Ibu saya senang menghadiri perlombaan yang bertema akuatik. Ia juga mempunyai beberapa penghargaan yang terkait dengan olahraga akuatik. Semasa SD Ia juga suka berteman dan jika ia diganggu oleh seseorang ia akan mengadu kepada kakak nya yang 3 tahun lebih tua. Masa SMP nya terkesan ‘biasa’ oleh Ibu saya. Ia menempuh masa SMP di sekolah Strada setempat yang merupakan sekolah unggulan di daerah tersebut. Semasa SMA beliau sangat menyegani masa masa SMA karena menurutnya masa itu merupakan masa terindah yang pernah dilalui karena menemui banyak teman baru , banyak acara kesini kesana dan seterusnya. Beliau mengikuti banyak acara seperti , MUDIKA (muda mudi katolik) dan banyak acara retret yang diadakan keuskupan. Dunia pekerjaan merupakan sebuah hal yang menarik dari beliau. Sebelum menjadi ibu rumah tangga dan sekarang sebagai wirausaha UMKM banyak yang sudah ditempuh oleh beliau. Banyak dari pengalaman yang Ia tempeh adalah menjadi sebuah sekretariat. Sekarang Ia mempunyai usaha sendiri yang adalah sebuah restoran bertema nusantara 2 Km jauhnya dari rumah beliau. Jenjang kerja dalam bidang administratif yang telah ditempuhnya juga sudah banyak. Sebagai sebuah sosok yang diteladani oleh anak anaknya , dan banyak temanya beliau pun tidak luput dari sosok sosok yang menjadi panutan dalam menjadi seseorang

yang bermartabat yaitu orangtuanya. Beliau sangat menghormati kedua orangtuanya. Sebagai panutan hidupnya beliau sangat menggemari. Menurutnya yang paling Ia jadikan panutan adalah Bapakya. Alm. Yos Sukandar , yang merupakan sebuah laksmana (purn) di TNI Angkatan Laut. Beliau memandang Ayahnya sebagai orang yang sangat rendah hati , sangat sabar , dan sebuah sosok yang tidak pernah tersulut emosi. Ia juga mengharap , mendiang Ayahnya dapat menjadi panutan untuk anak anaknya. 26 / Raphael Bagas Naibaho


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook