hwa Mengidentifikasi peluang Memahami pentingnya Memahami pentingnya dapat dan tantangan yang melestarikan dan saling menghormati esempatan muncul dari keragaman merayakan tradisi dalam mempromosikan atkan budaya di Indonesia. budaya untuk pertukaran budaya dan an mengembangkan kolaborasi dalam dunia ang baru. identitas pribadi, sosial, yang saling terhubung dan bangsa Indonesia serta menunjukkannya serta mulai berupaya dalam perilaku. melestarikan budaya dalam kehidupan sehari- hari. si dan interaksi antar budaya an Memahami persamaan Mengeksplorasi Menganalisis hubungan ata, tulisan dan perbedaan cara pengaruh budaya antara bahasa, pikiran, buh yang komunikasi baik di dalam terhadap penggunaan dan konteks untuk a yang maupun antar kelompok bahasa serta dapat memahami dan gkungan budaya. mengenali risiko dalam meningkatkan dalam suatu berkomunikasi antar komunikasi antar budaya tu. budaya. yang berbeda-beda. 44
Mempertimbangkan Menjalin interaksi Mengekspresikan Mengekspresik dan menumbuhkan sosial yang positif pandangannya terhadap pandangannya berbagai perspektif dalam lingkungan topik yang umum dan topik yang umu keluarga dan mendengarkan sudut mengidentifika sekolah pandang orang lain yang pandang orang berbeda dari dirinya Mendengarkan dalam lingkungan membayangkan keluarga dan sekolah pandang orang berbeda dari di situasi di ranah keluarga, dan li sekitar. Elemen refleksi dan bertanggung Refleksi terhadap Menunjukkan Menyebutkan apa yang Menyebutkan a pengalaman kesadaran untuk telah dipelajari tentang telah dipelajari kebinekaan menerima teman orang lain dari orang lain dari yang berbeda interaksinya dengan dengan kemaje budaya dengan kemajemukan budaya di budaya di lingk bermain bersama. lingkungan sekolah dan sekitar. rumah Draf untuk bahan diskusi Tidak untuk disebarluaskan
kan Membandingkan Menjelaskan asumsi- Menyajikan pandangan terhadap beragam perspektif asumsi yang mendasari yang seimbang mengenai um dan dapat untuk memahami perspektif tertentu. permasalahan yang permasalahan sehari- Membayangkan dan dapat menimbulkan asi sudut hari. Membayangkan dan mendeskripsikan pertentangan pendapat. g lain. mendeskripsikan situasi perasaan serta motivasi Memperlakukan orang n dan komunitas yang berbeda komunitas yang berbeda lain dan budaya yang n sudut dengan dirinya ke dalam dengan dirinya yang berbeda darinya dalam g lain yang situasi dirinya dalam berada dalam situasi posisi setara dengan diri irinya pada konteks lokal dan yang sulit. dan budayanya, serta h sekolah, regional. bersedia memberikan ingkungan pertolongan ketika orang lain berada dalam situasi sulit. g jawab terhadap pengalaman kebinekaan apa yang Menjelaskan apa yang Merefleksikan secara Merefleksikan secara i tentang telah dipelajari dari kritis gambaran berbagai kritis dampak dari interaksinya interaksi dan kelompok budaya yang pengalaman hidup di emukan pengalaman dirinya ditemui dan cara lingkungan yang beragam kungan dalam lingkungan yang meresponnya. terkait dengan perilaku, beragam. kepercayaan serta tindakannya terhadap orang lain. 45
Menghilangkan Mengenali orang- mengenali perbedaan Mengkonfirma stereotip dan orang di sekitarnya tiap orang atau kelompok mengklarifikasi prasangka berdasarkan ciri-ciri dan menganggapnya dan prasangka atau atribut sebagai kewajaran dimilikinya tent tertentu atau kelompok untuk mendapa pemahaman ya Menyelaraskan Mengetahui adanya Mengidentifikasi Mengenali bah perbedaan budaya budaya-budaya perbedaan-perbedaan perbedaan bud yang berbeda di budaya yang konkrit di mempengaruh lingkungan sekitar. lingkungan sekitar antarindividu. Elemen Draf untuk bahan diskusi Tidak untuk disebarluaskan
asi dan Mengkonfirmasi dan Mengkonfirmasi, Mengkritik dan menolak i stereotip mengklarifikasi stereotip mengklarifikasi dan stereotip serta prasangka yang dan prasangka yang menunjukkan tentang gambaran tang orang dimilikinya tentang orang sikapmenolak stereotip identitas kelompok dan kdi sekitarnya atau kelompok di serta prasangka tentang suku bangsa serta atkan sekitarnya untuk gambaran identitas berinisiatif mengajak ang lebih baik mendapatkan kelompok dan suku orang lain untuk menolak pemahaman yang lebih bangsa. stereotip dan prasangka. hwa baik serta daya mengidentifikasi Mengidentifikasi dan Mengetahui tantangan hi pemahaman pengaruhnya terhadap menyampaikan isu-isu dan keuntungan hidup individu dan kelompok di tentang penghargaan dalam lingkungan dengan lingkungan sekitarnya terhadap keragaman dan budaya yang beragam, Mencari titik temu nilai kesetaraan budaya. serta memahami budaya yang beragam pentingnya kerukunan untuk menyelesaikan antar budaya dalam permasalahan bersama. kehidupan bersama yang harmonis. Berkeadilan Sosial 46
Aktif membangun Menjalin Menjalin pertemanan Mengidentifika masyarakat yang pertemanan tanpa tanpa memandang berkontribusi t inklusif, adil, dan memandang perbedaan agama, suku, lingkungan sek berkelanjutan perbedaan diri dan ras, jenis kelamin, dan dan lingkungan temannya perbedaan lainnya, dan yang inklusif, ad mengenal masalah- berkelanjutan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan di lingkungan sekitarnya Berpartisipasi dalam Mulai berpartisipasi Mengidentifikasi pilihan- Berpartisipasi m proses pengambilan menentukan pilihan berdasarkan beberapa piliha keputusan bersama beberapa pilihan kebutuhan dirinya dan keperluan bers untuk keperluan orang lain ketika berdasarkan kr bersama dalam membuat keputusan sederhana lingkungan kecil Draf untuk bahan diskusi Tidak untuk disebarluaskan
asi cara Membandingkan Mengidentifikasi masalah Berinisiatif melakukan terhadap beberapa tindakan dan yang ada di sekitarnya suatu tindakan olah, rumah praktik perbaikan sebagai akibat dari berdasarkan identifikasi n sekitarnya lingkungan sekolah yang pilihan yang dilakukan masalah untuk dil dan inklusif, adil, dan oleh manusia, serta mempromosikan berkelanjutan, dengan dampak masalah keadilan, keamanan menentukan mempertimbangkan tersebut terhadap sistem ekonomi, menopang an untuk dampaknya secara jangka ekonomi, sosial dan ekologi dan demokrasi sama panjang terhadap lingkungan, serta sambil menghindari riteria manusia, alam, dan mencari solusi yang kerugian jangka panjang masyarakat memperhatikan prinsip- terhadap manusia, alam prinsip keadilan terhadap ataupun masyarakat. Berpartisipasi dalam manusia, alam dan menentukan kriteria masyarakat Berpartisipasi yang disepakati bersama Berpartisipasi dalam menentukan pilihan dan untuk menentukan menentukan kriteria dan keputusan untuk pilihan dan keputusan metode yang disepakati kepentingan bersama untuk kepentingan bersama untuk melalui proses bertukar bersama menentukan pilihan dan pikiran secara cermat keputusan untuk dan terbuka secara kepentingan bersama mandiri melalui proses bertukar pikiran secara cermat dan terbuka dengan panduan pendidik 47
Memahami peran Mulai mengenali Mengidentifikasi peran, Memahami kon individu dalam keberadaan dan hak dan kewajiban warga kewajiban, sert demokrasi perannya dalam dalam masyarakat implikasinya te lingkungan keluarga demokratis perilakunya. dan sekolah Draf untuk bahan diskusi Tidak untuk disebarluaskan
nsep hak dan Memahami konsep hak Memahami konsep hak Memahami konsep hak ta dan kewajiban, serta dan kewajiban serta dan kewajiban, serta erhadap implikasinya terhadap implikasinya terhadap implikasinya terhadap perilakunya. ekspresi dan perilakunya. ekspresi dan perilakunya. Menggunakan konsep ini Mulai aktif mengambil Mulai mencari solusi untuk menjelaskan sikap dan langkah untuk untuk dilema terkait perilaku diri dan orang melindungi hak konsep hak dan sekitarnya orang/kelompok lain. kewajibannya. 48
BERGOTONG-ROYONG Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong, Elemen dan Sub-elemen Bergotong- yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara royong: bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah, dan ringan. Kolaborasi Kemampuan itu didasari oleh di antaranya sifat adil, - Kerja sama hormat kepada sesama manusia, bisa diandalkan, - Komunikasi untuk mencapai bertanggung jawab, peduli, welas asih, murah hati. tujuan bersama Kemampuan ini juga didasari oleh asas demokrasi - Saling-ketergantungan positif Pancasila. Kemampuan gotong royong pada Pelajar - Koordinasi sosial Indonesia membuatnya berkolaborasi dengan pelajar lainnya untuk memikirkan dan secara proaktif Kepedulian mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan - Tanggap terhadap lingkungan - Persepsi sosial Berbagi kebahagiaan orang-orang yang ada dalam masyarakatnya. Ia juga menyadari bahwa keberhasilan dirinya tidak dapat dicapai tanpa peran orang lain. Kemampuan gotong royong Pelajar Indonesia menunjukkan bahwa ia peduli terhadap lingkungannya dan ingin berbagi dengan anggota komunitasnya untuk saling meringankan beban dan menghasilkan mutu kehidupan yang lebih baik. Kemampuan bergotong royong membuat pelajar Indonesia mampu menjadi warga negara yang demokratis, terlibat aktif di masyarakat dalam memajukan demokrasi bangsa. Pelajar Indonesia memiliki kesadaran bahwa sebagai bagian dari kelompok ia perlu terlibat, bekerja sama, dan saling membantu dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mensejahterakan dan membahagiakan masyarakat. Ia sadar bahwa manusia tidak hidup sendiri dan hanya dapat hidup layak jika bersama dengan orang lain dalam lingkungan sosial, sehingga ia memahami bahwa tindak-tanduk dirinya akan berdampak pada orang lain. Ia mendahulukan kewajiban daripada hak dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi sambil tetap menjaga keseimbangan antara kewajiban dan hak. Lebih jauh lagi, ia sadar bahwa manusia dapat memiliki kehidupan yang baik hanya jika saling berbagi. Hal ini membuatnya menjaga hubungan baik dan menyesuaikan diri dengan orang lain dalam masyarakat. Pelajar Indonesia juga menyadari perannya dalam pembangunan berkelanjutan (sustainable development), mampu dan mau mengambil peran dalam pembangungan berkelanjutan demi tercapainya kebahagiaan (well-being) dan kesejahteraan (welfare) masyarakat Indonesia. Dengan kesadaran itu, perlajar Indonesia berusaha terus menerus memberikan kontribusi pada bangsa dan masyarakat. Didorong oleh kemauannya bergotong-royong, Pelajar Indonesia selalu berusaha melihat kekuatan- kekuatan yang dimiliki setiap orang di sekitarnya, yang dapat memberi manfaat bersama. Ia memiliki keterampilan interpersonal yang baik, selalu berupaya mencegah terjadinya konflik, dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Ia berusaha menemukan titik temu di antara pihak-pihak yang bertikai. Ia menghindari pembahasan atau pertentangan untuk hal-hal kecil, sebaliknya mencari hal-hal yang dapat dipertemukan dan dipadukan dari berbagai pihak guna memperoleh hasil yang lebih baik. Ia juga tidak berlebihan dan berusaha menempatkan segala sesuatu sesuai tempat dan porsinya. Pelajar Indonesia menghargai pencapaian dan kontribusi orang lain. Ia menghargai keputusan bersama dan berusaha untuk membuat keputusan melalui musyawarah untuk mufakat. Ia percaya ada maksud baik orang lain dan menghindarkan dirinya dari prasangka buruk. Ia juga menaati kesepakatan bersama, saling percaya, rela berkorban, mau melayani dan menerima pelayanan orang lain, serta berusaha Draf untuk bahan diskusi 49 Tidak untuk disebarluaskan
membangun atmosfer yang menyenangkan. Dengan itu semua, pelajar Indonesia ikut menjaga persatuan internal bangsa Indonesia. Elemen-elemen kunci dari bergotong-royong adalah: Kolaborasi. Pelajar Indonesia memiliki kemampuan kolaborasi, yaitu kemampuan untuk bekerja bersama dengan orang lain disertai perasaan senang ketika berada bersama dengan orang lain dan menunjukkan sikap positif terhadap orang lain. Ia terampil untuk bekerja sama dan melakukan koordinasi demi mencapai tujuan Kemampuan dan kemauan untuk bersama dengan mempertimbangkan keragaman bergotong-royong sangat erat latar belakang setiap anggota kelompok. Ia mampu kaitannya dengan dimensi-dimensi merumuskan tujuan bersama, menelaah kembali lainnya. Gotong-royong perlu tujuan yang telah dirumuskan, dan mengevaluasi dibangun atas dasar rasa kemanusiaan tujuan selama proses bekerja sama. Ia juga dan kepedulian terhadap sesama, memiliki kemampuan komunikasi, yaitu yang terbangun atas keimanan, kemampuan mendengar dan menyimak pesan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha gagasan orang lain, menyampaikan pesan dan Esa. Selain itu, sebagai pelajar yang gagasan secara efektif, mengajukan pertanyaan mampu bernalar kritis, pelajar untuk mengklarifikasi, dan memberikan umpan- Indonesia juga menyadari bahwa balik secara kritis dan positif. Pelajar Indonesia juga banyak tantangan di Abad 21 yang menyadari bahwa ada saling-ketergantungan yang membutuhkan peran aktif dirinya, positif antar-orang. Melalui kesadaran ini, ia berkolaborasi dalam suatu komunitas memberikan kontribusi optimal untuk meraih yang berupaya untuk mewujudkan tujuan bersama. Ia menyelesaikan tugas yang pembangunan yang lebih berkeadilan diberikan kepadanya semaksimal mungkin dan dan berkelanjutan. mengapresiasi upaya yang telah dilakukan anggota lain dalam kelompoknya. Kepedulian. Pelajar Indonesia memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi di lingkungan fisik dan sosial. Ia tanggap terhadap kondisi yang ada di lingkungan dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi yang lebih baik. Ia merasakan dan memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami perspektif mereka, dan menumbuhkan hubungan dengan orang dari beragam budaya yang menjadi bagian penting dari kebinekaan global. Ia memiliki persepsi sosial yang baik sehingga ia memahami mengapa orang lain bereaksi tertentu dan melakukan tindakan tertentu. Ia memahami dan menghargai lingkungan sosialnya, serta menghasilkan situasi sosial yang sejalan dengan pemenuhan kebutuhan berbagai pihak dan pencapaian tujuan. Berbagi. Pelajar Indonesia memiliki kemampuan berbagi, yaitu memberi dan menerima segala hal yang penting bagi kehidupan pribadi dan bersama, serta mau dan mampu menjalani kehidupan bersama yang mengedepankan penggunaan bersama sumber daya dan ruang yang ada di masyarakat secara sehat. Melalui kemampuan berbagi, ia mampu dan mau memberi serta menerima hal yang dianggap berharga kepada/dari teman sebaya, orang-orang di lingkungan sekitarnya, dan lingkungan yang lebih luas. Ia mengupayakan diri dan kelompoknya untuk memberi hal yang dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang membutuhkan baik di lingkungannya maupun di masyarakat yang lebih luas (negara dan dunia). Draf untuk bahan diskusi 50 Tidak untuk disebarluaskan
Tabel 4. Alur Perkembangan Dimensi Bergotong-Royong Sub-elemen Di Akhir Fase Di Akhir Fase A (Kelas Di Akhir Fase B ( PAUD, anak 1-2, usia 6-8 tahun) 4, usia 8-10 ta pelajar pelajar Kerja sama Terbiasa bekerja Menerima dan Elem bersama dalam melaksanakan tugas melakukah kegiatan serta peran yang Menampilkan tin dengan kelompok diberikan kelompok yang sesuai deng (melibatkan dua dalam sebuah kegiatan harapan dan tuju atau lebih orang). bersama. kelompok. Komunikasi Menyimak Memahami informasi Memahami infor untuk mencapai informasi sederhana dari orang yang disampaikan tujuan bersama sederhana dan lain dan menyampaikan (ungkapan pikiran mengungkapkannya informasi sederhana perasaan, dan dalam bahasa lisan kepada orang lain keprihatinan) ora menggunakan kata- dan menyampaik katanya sendiri. informasi secara menggunakan be simbol dan media Draf untuk bahan diskusi Tidak untuk disebarluaskan
(Kelas 3- Di Akhir Fase C (Kelas 5-6, Di Akhir Fase D (Jenjang Di Akhir Fase E (Jenjang ahun), usia 10-12 tahun), pelajar SMP, usia 13-15 tahun), SMA/SMK, usia 16-18 pelajar tahun) pelajar men kolaborasi ndakan Menunjukkan ekspektasi Menyelaraskan tindakan Membangun tim dan gan (harapan) positif kepada sendiri dengan tindakan mengelola kerjasama uan orang lain dalam rangka orang lain untuk untuk mencapai tujuan mencapai tujuan kelompok melaksanakan kegiatan bersama sesuai dengan di lingkungan sekitar dan mencapai tujuan target yang sudah (sekolah dan rumah). kelompok di lingkungan ditentukan. sekitar, serta memberi semangat kepada orang lain untuk bekerja efektif dan mencapai tujuan bersama. rmasi Memahami informasi dari Memahami informasi, Aktif menyimak untuk n berbagai sumber dan gagasan, emosi, memahami dan n, menyampaikan pesan keterampilan dan menganalisis informasi, menggunakan berbagai keprihatinan yang gagasan, emosi, ang lain simbol dan media secara diungkapkan oleh orang keterampilan dan kan efektif kepada orang lain lain menggunakan keprihatinan yang akurat untuk mencapai tujuan berbagai simbol dan disampaikan oleh orang erbagai bersama media secara efektif, lain dan kelompok a serta memanfaatkannya menggunakan berbagai untuk meningkatkan simbol dan media secara kualitas hubungan efektif, serta interpersonal guna menggunakan berbagai strategi komunikasi 51
Saling- Mengenali dan Mengenali kebutuhan- Menyadari bahw ketergantungan menyampaikan kebutuhan diri sendiri orang membutuh positif kebutuhan- yang memerlukan orang lain dalam kebutuhan diri orang lain dalam memenuhi sendiri dan orang pemenuhannya. kebutuhannya da lain perlunya saling membantu Koordinasi Melaksanakan Melaksanakan aktivitas Menyadari bahw Sosial aktivitas bermain kelompok sesuai memiliki peran ya sesuai dengan dengan kesepakatan berbeda dengan kesepakatan bersama dengan lain/temannya, se bersama dan saling bimbingan, dan saling mengetahui kons mengingatkan mengingatkan adanya perannya terhada adanya kesepakatan tersebut. ketercapaian tuju kesepakatan tersebut. Draf untuk bahan diskusi Tidak untuk disebarluaskan
mencapai tujuan untuk menyelesaikan bersama. masalah guna mencapai berbagai tujuan bersama. wa setiap Menyadari bahwa Mendemonstrasikan Menyelaraskan kapasitas hkan meskipun setiap orang kegiatan kelompok yang kelompok agar para memiliki otonominya menunjukkan bahwa anggota kelompok dapat an masing-masing, setiap anggota kelompok saling membantu satu orang membutuhkan dengan kelebihan dan sama lain memenuhi orang lain dalam kekurangannya masing- kebutuhan mereka baik memenuhi kebutuhannya. masing perlu dan dapat secara individual maupun saling membantu kolektif. memenuhi kebutuhan. wa dirinya Menyelaraskan Membagi peran dan Menyelaraskan dan ang tindakannya sesuai dengan menyelaraskan tindakan menjaga tindakan diri orang perannya dan dalam kelompok serta dan anggota erta mempertimbangkan peran menjaga tindakan agar kelompok agar sesuai sekuensi orang lain untuk mencapai selaras untuk mencapai antara satu dengan ap tujuan bersama. tujuan bersama. lainnya serta menerima uan. konsekuensi tindakannya dalam rangka mencapai tujuan bersama. 52
Tanggap Mulai mengenali Peka dan Elem terhadap dan mengapresiasi mengapresiasi orang- lingkungan orang-orang di orang di lingkungan Peka dan mengap Sosial rumah dan sekolah, sekitar, kemudian orang-orang di untuk merespon melakukan tindakan lingkungan sekita kebutuhan di sederhana untuk kemudian melaku rumah dan sekolah. mengungkapkannya. tindakan untuk m keselarasan dalam berelasi dengan o lain. Persepsi sosial Mengenali berbagai Mengenali berbagai Memahami berb reaksi orang lain di reaksi orang lain di alasan orang lain lingkungan sekitar. lingkungan sekitar dan menampilkan res penyebabnya. tertentu Mulai membiasakan Memberi dan Elem untuk berbagi menerima hal yang kepada orangorang dianggap berharga dan Memberi dan me di sekitar. penting kepada/dari hal yang dianggap orang-orang di penting dan berh lingkungan sekitar. kepada/dari oran di lingkungan sek yang dikenal mau tidak dikenal. Draf untuk bahan diskusi Tidak untuk disebarluaskan
men kepedulian presiasi Tanggap terhadap Tanggap terhadap Tanggap terhadap lingkungan sosial sesuai lingkungan sosial sesuai lingkungan sosial sesuai ar, dengan tuntutan peran dengan tuntutan peran dengan tuntutan peran ukan sosialnya dan menjaga sosialnya dan sosialnya dan menjaga keselarasan dalam berelasi berkontribusi sesuai berkontribusi sesuai m dengan orang lain. dengan kebutuhan dengan kebutuhan orang masyarakat. masyarakat untuk menghasilkan keadaan yang lebih baik. agai Menerapkan pengetahuan Menggunakan Melakukan tindakan n mengenai berbagai reaksi pengetahuan tentang yang tepat agar orang spon orang lain dan sebab dan alasan orang lain merespon sesuai penyebabnya dalam lain menampilkan reaksi dengan yang diharapkan konteks keluarga, sekolah, tertentu untuk dalam rangka serta pertemanan dengan menentukan tindakan penyelesaian pekerjaan sebaya. yang tepat agar orang dan pencapaian tujuan. lain menampilkan respon yang diharapkan. men Berbagi enerima Memberi dan menerima Mengupayakan memberi Mengupayakan memberi p hal yang dianggap penting hal yang dianggap hal yang dianggap harga dan berharga kepada/dari penting dan berharga penting dan berharga ng-orang orang-orang di lingkungan kepada masyarakat yang kepada orang-orang yang kitar baik luas/masyarakat baik yang membutuhkan bantuan membutuhkan di upun dikenal maupun tidak di sekitar tempat tinggal masyarakat yang lebih dikenal. luas (negara, dunia). 53
MANDIRI Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu Elemen dan Sub-elemen Mandiri pelajar yang memiliki prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dengan didasari pada pengenalan akan Pemahaman diri dan situasi kekuatan maupun keterbatasan dirinya serta situasi yang - Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas proses dan dihadapi hasilnya. Pelajar Indonesia mampu menetapkan tujuan - Mengembangkan refleksi diri pengembangan diri dan prestasinya secara realistis, menyusun rencana strategis untuk mencapainya, gigih Regulasi diri dan giat dalam mewujudkan rencana tersebut, serta - Regulasi emosi bertindak atas kehendak dan prakarsa dirinya tanpa - Penetapan tujuan dan perasaan terpaksa karena adanya tuntutan atau desakan rencana strategis pengembangan diri dan prestasi dari orang lain. - Memiliki inisiatif dan bekerja secara mandiri Pelajar yang mandiri mampu mengelola pikiran, - Mengembangkan kendali dan perasaan, dan tindakannya agar tetap optimal untuk disiplin diri mencapai tujuan pengembangan diri dan prestasinya, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama-sama - Percaya diri, resilien dan adaptif dengan orang lain. Adanya tujuan untuk mengembangkan diri membuatnya mampu memilih hal-hal yang baik bagi dirinya seperti upaya untuk senantiasa mengolah raganya dan hidup dengan sehat, meregulasi emosi dan menanamkan nilai moral dalam dirinya, serta memiliki kehendak untuk terus meningkatkan kualitas dirinya secara seimbang. Pelajar mandiri senantiasa melakukan evaluasi dan berkomitmen untuk terus mengembangkan dirinya agar dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai tantangan yang dihadapinya sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada lingkup lokal maupun global. Hal ini secara otomatis membuat dirinya termotivasi untuk berprestasi dan melakukan yang terbaik yang dimampunya dalam segala hal. Pelajar mandiri memiliki dorongan belajar yang berasal dari dalam dirinya sehingga akan merasakan beberapa keuntungan, seperti performa yang baik, terlibat secara penuh dalam aktivitas pengembangan diri dan pencapaian prestasi, merasakan emosi positif, mempersepsikan dirinya kompeten, dan berorientasi pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan serta prestasi. Pelajar mandiri proaktif membuat pilihan berdasarkan realita menurut pandangan mereka dengan mempertimbangkan dan mengelola resikonya, bukan hanya sebagai penerima yang pasif. Pelajar mandiri juga mampu menetapkan tujuan, memilih metode yang efektif dan efisien untuk mencapainya, mengendalikan diri untuk mencapainya, serta memantau dan mengevaluasi kemajuan yang dicapai. Ketika mengalami hambatan, ia akan berusaha mengatasi hambatan yang ditemui secara adaptif. Dengan demikian ia terus berkembang dan memperoleh kemajuan yang berkelanjutan. Pelajar yang mandiri merasakan kebutuhan dan kemanfaatan menjadi pembelajar sepanjang hayat. 54
Elemen-elemen kunci dari mandiri adalah: Pemahaman diri dan situasi yang dihadapi. Pelajar mandiri menekankan pada prakarsa Pelajar Indonesia yang mandiri senantiasa dan tanggung jawab atas pembelajaran dan melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya pengembangan dirinya dengan dan situasi yang dihadapi mencakup mempertimbangkan potensi, minat, situasi dan refleksi terhadap kondisi diri, baik tuntutan perkembangan. kelebihan maupun keterbatasan dirinya, Pelajar yang mandiri mampu mengelola serta situasi dan tuntutan perkembangan pikiran, perasaan, dan tindakannya agar tetap yang dihadapi. Hal ini akan membuat ia efektif dan efisien untuk mencapai tujuan mengenali dan menyadari kebutuhan pengembangan diri dan prestasinya, baik yang pengembangan dirinya yang sesuai dengan dilakukan sendiri maupun bersama-sama perubahan dan perkembangan yang dengan orang lain. terjadi. Kesadaran tersebut akan Pelajar yang mandiri mampu menetapkan membantunya untuk dapat menetapkan pengembangan diri dan prestasinya, tujuan pengembangan diri yang sesuai merencanakan langkah-langkah strategis untuk dengan kondisi diri dan situasi yang mencapainya, serta senantiasa memantau dan dihadapi, memilih strategi yang sesuai, mengevaluasi proses dan hasil belajarnya. serta mengantisipasi tantangan dan Ketika menemui hambatan, pelajar mandiri hambatan yang mungkin terjadi. tidak mudah menyerah dan akan berusaha Regulasi diri. Pelajar Indonesia yang mencari atau memodifikasi strategi/metode mandiri mampu mengatur pikiran, belajar yang lebih sesuai, serta perasaan, dan perilaku dirinya untuk mengidentifikasi sumber-sumber bantuan yang diperlukan. mencapai tujuan belajar dan pengembangan dirinya baik di bidang akademik maupun non akademik. Ia mampu menetapkan tujuan pengembangan dirinya serta merencanakan strategi untuk mencapainya dengan didasari penilaian atas kemampuan dirinya dan tuntutan situasi yang dihadapinya. Pelaksanaan aktivitas pengembangan diri dapat dikendalikan olehnya sekaligus menjaga perilaku dan semangat agar tetap optimal untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Ia senantiasa memantau dan mengevaluasi upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapainya. Ketika menemui permasalahan dalam belajar, ia tidak mudah menyerah dan akan berusaha mencari strategi atau metode yang lebih sesuai untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuannya. 55
Tabel 5. Alur Perkembangan Dimensi Mandiri Sub-elemen Di Akhir Fase Di Akhir Fase A Di Akhir Fase B D PAUD, anak (Kelas 1-2, usia (Kelas 3-4, usia 8- 5 Mengenali 10 tahun), pelajar kualitas dan Mengenali 6-8 tahun) minat diri serta kemampuan dan pelajar tantangan yang minat/kesukaan dihadapi diri serta Elemen Pemahaman diri d menerima keberadaaan dan Mengidentifikasi Mengidentifikasi M keunikan diri dan kemampuan, p sendiri menggambarkan prestasi, dan d kemampuan, ketertarikannya p prestasi, dan serta tantangan b ketertarikannya yang dihadapi m secara subjektif berdasarkan k kejadian-kejadian d yang dialaminya m dalam kehidupan ta sehari-hari. d u o
Di Akhir Fase C (Kelas Di Akhir Fase D Di Akhir Fase E (Jenjang 5-6, usia 10-12 tahun), (Jenjang SMP, usia 13- SMA/SMK, usia 16-18 tahun) pelajar 15 tahun), pelajar pelajar dan situasi yang dihadapi Menggambarkan Membuat penilaian Mengidentifikasi kekuatan dan pengaruh kualitas yang realistis terhadap tantangan-tantangan yang dirinya terhadap kemampuan dan minat , akan dihadapi pada konteks pelaksanaan dan hasil serta prioritas pembelajaran, sosial dan belajar; serta pengembangan diri pekerjaan yang akan dipilihnya mengidentifikasi berdasarkan di masa depan. kemampuan yang ingin pengalaman belajar dan dikembangkan dengan aktivitas lain yang mempertimbangkan dilakukannya. antangan yang dihadapinya dan umpan balik dari orang dewasa 56
Mengembangka Menceritakan Melakukan Melakukan refleksi M n refleksi diri pengalaman refleksi untuk untuk u belajarnya di mengidentifikasi mengidentifikasi fa rumah maupun di kekuatan dan kekuatan, m sekolah. kelemahan, kelemahan, dan y serta prestasi prestasi dirinya, m dirinya. serta situasi yang b dapat mendukung d dan menghambat d pembelajaran dan m pengembangan c dirinya k Elemen Re Regulasi emosi Mengenali emosi- Mengidentifikasi Mengetahui adanya M emosi yang perbedaan pengaruh orang e dirasakan dan emosi yang lain, situasi, dan d situasi yang dirasakannya peristiwa yang te menyebabkan- dan situasi- terjadi terhadap b nya, serta mulai situasi yang emosi yang in belajar menyebabkan- dirasakannya; serta o mengeskpresikan nya; serta berupaya untuk m emosi secara mengekspresi- mengekspresikan y wajar kan secara wajar emosi secara tepat m dengan d mempertimbangkan a perasaan dan in kebutuhan orang o lain disekitarnya
Melakukan refleksi Memonitor kemajuan Melakukan refleksi terhadap untuk mengidentifikasi belajar yang dicapai umpan balik dari teman, guru, aktor-faktor di dalam serta memprediksi dan orang dewasa lainnya, maupun di luar dirinya tantangan pribadi dan serta informasi-informasi karir yang dapat akademik yang akan yang akan dipilihnya untuk mendukung/mengham muncul berlandaskan menganalisis karakteristik dan batnya dalam belajar pada pengalamannya keterampilan yang dibutuhkan dan mengembangkan untuk dalam menunjang atau diri; serta mempertimbangkan menghambat karirnya di masa mengidentifikasi cara- strategi belajar yang depan. cara untuk mengatasi sesuai. kekurangannya. egulasi Diri Memahami dan Mengendalikan dan memprediksi menyesuaikan emosi yang Memahami perbedaan konsekuensi dari emosi dirasakannya secara tepat emosi yang dirasakan dan pengekspresiannya ketika menghadapi situasi yang dan dampaknya dan menyusun langkah- menantang dan menekan pada erhadap proses langkah untuk konteks belajar, relasi, dan belajar dan mengelola emosinya pekerjaan. nteraksinya dengan dalam pelaksanaan orang lain; serta belajar dan berinteraksi mencoba cara-cara dengan orang lain. yang sesuai untuk mengelola emosi agar dapat menunjang aktivitas belajar dan nteraksinya dengan orang lain. 57
Penetapan Menceritakan Menetapkan Menjelaskan M tujuan belajar, aktivitas yang target belajar pentingnya memiliki (k prestasi, dan akan dilakukan dan tujuan dan k pengembanga untuk merencanakan berkomitmen dalam p n diri serta menyelesaikan waktu dan mencapainya serta u rencana tugas yang tindakan belajar mengeksplorasi b strategis untuk diberikan yang akan langkah-langkah p mencapainya dilakukannya. yang sesuai untuk d mencapainya m s m Menunjukkan Mencoba Berinisiatif Mempertimbangka M inisiatif dan mengerjakan untuk n, memilih dan p bekerja secara berbagai tugas mengerjakan mengadopsi m mandiri sederhana tugas-tugas berbagai strategi u dengan rutin secara dan d pengawasan dan mandiri dibawah mengidentifikasi p dukungan orang pengawasan dan sumber bantuan p dewasa dukungan orang yang diperlukan dewasa serta berinisiatif menjalankannya untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan.
Menilai faktor-faktor Merancang strategi Mengevaluasi efektivitas kekuatan dan yang sesuai untuk strategi pembelajaran kelemahan) yang ada menunjang pencapaian digunakannya, serta pada dirinya dalam tujuan belajar, menetapkan tujuan belajar, upaya mencapai tujuan prestasi, dan prestasi, dan belajar, prestasi, dan pengembangan diri pengembangan diri secara pengembangan dengan spesifik dan merancang dirinya serta mempertimbangkan strategi yang sesuai untuk mencoba berbagai kekuatan dan menghadapi tantangan- strategi untuk kelemahan dirinya, tantangan yang akan dihadapi mencapainya. serta situasi yang pada konteks pembelajaran, dihadapi. sosial dan pekerjaan yang akan dipilihnya di masa depan. Memahami arti Mengkritisi efektivitas Menentukan prioritas pribadi, penting bekerja secara dirinya dalam bekerja berinisiatif mencari dan mandiri serta inisiatif secara mandiri dengan mengembangkan pengetahuan untuk melakukannya mengidentifikasi hal-hal dan keterampilan yang spesifik dalam menunjang yang menunjang sesuai tujuan di masa depan. pembelajaran dan maupun menghambat pengembangan dirinya dalam mencapai tujuan. 58
Mengembangka Mengatur diri Melaksanakan Menjelaskan M n pengendalian agar dapat kegiatan belajar pentingnya fa dan disiplin diri menyelesaikan di kelas dan mengatur diri d kegiatannya menyelesaikan secara mandiri dan k hingga tuntas. tugas-tugas mulai menjalankan m dalam waktu kegiatan dan tugas p yang telah yang telah sepakati b disepakati. secara mandiri p Percaya diri, Berani mencoba, Berani mencoba Tetap bertahan M tangguh adaptif dalam dan adaptif mengerjakan tugas m (resilient), dan situasi baru, dan menghadapi ketika dihadapkan m adaptif mencoba untuk situasi baru dengan tantangan b tidak mudah serta bertahan dan berusaha c menyerah saat mengerjakan menyesuaikan m mendapatkan tugas-tugas yang strateginya ketika d tantangan disepakati upaya sebelumnya tu hingga tuntas tidak berhasil.
Mengidentifikasi Berkomitmen dan Melakukan tindakan-tindakan aktor-faktor yang menjaga konsistensi secara konsisten guna dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang mencapai tujuan karir dan kemampuan dalam telah direncanakannya pengembangan dirinya di masa mengelola diri dalam untuk mencapai tujuan depan, serta berusaha pelaksanaan aktivitas belajar dan mencari dan melakukan belajar dan pengembangan diri yang alternatif tindakan lain yang pengembangan dirinya. diharapkannya dapat dilakukan ketika menemui hambatan. Menyusun, Membuat rencana baru Menyesuaikan dan mulai menyesuaikan, dan dengan mengadaptasi, menjalankan rencana dan mengujicobakan dan memodifikasi strategi pengembangan dirinya berbagai strategi dan strategi yang sudah dengan mempertimbangkan cara kerjanya untuk dibuat ketika upaya minat dan tuntutan pada membantu dirinya sebelumnya tidak konteks belajar maupun dalam penyelesaian berhasil, serta pekerjaan yang akan ugas yang menantang menjalankan kembali dijalaninya di masa depan, tugasnya dengan serta berusaha untuk keyakinan baru. mengatasi tantangan- tantangan yang ditemui. 59
BERNALAR KRITIS Pelajar Indonesia bernalar secara kritis dalam Elemen dan Sub elemen Bernalar Kritis upaya mengembangkan dirinya dan menghadapi tantangan, terutama tantangan di Memperoleh dan memproses abad 21. Pelajar Indonesia yang bernalar kritis informasi dan gagasan berpikir secara adil sehingga dapat membuat - Mengajukan pertanyaan keputusan yang tepat dengan - Mengidentifikasi, mempertimbangkan banyak hal berdasarkan mengklarifikasi, dan mengolah data dan fakta yang mendukung. Pelajar informasi dan gagasan Indonesia yang bernalar kritis mampu memproses informasi baik kualitatif maupun Menganalisis dan mengevaluasi kuantitatif secara objektif, membangun penalaran keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri. menyimpulkannya. Selanjutnya, ia mampu menyampaikannya secara jelas dan sistematis. Selain itu, pelajar yang bernalar kritis memiliki kemampuan literasi, numerasi, serta memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini membuat Pelajar Indonesia mampu mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan. Berbekal kemampuan nalar kritis, pelajar Indonoesia Rmeaflmekpsui mengambiltkeerhpaudtuaspan yang tepat untuk mengatasi pelbagai persoalan yang dihadapi, baik pdei lninggaklaumngaannkbeeblianjeakramanaupun di kehidupan nyata. o Menghilangkan stereotip dan prasangka Lebih jauh lagi, pelajar Indonesia yang bernalar kritis mampou mMeleihnaytelsauratsukahnal dpaerirbbeedrabaangai perspektif dan terbuka terhadap pembuktian baru, termasbuukdapyaembuktian yang dapat menggugurkan pendapat yang semula diyakini. KemamBpeurakneadiniliandaspoasitalmengarahkan pelajar Indonesia menjadi pribadi yang memiliki pemikiran terbuka sehionggaAikatimf mauemmbeamnpgeurnbamikaispyeanradkaaptat serta selalu menghargai orang lain. Selain itu, pelajar Indonesia yanyganbgernainlakrluksriift,is daadpial,t bedrapnikir secara sistematis dan saintifik, menarik kesimpulan dari fakta yang abdear,kedlaannjmuteamnecahkan masalah. Kemampuan ini mengarahkan pelajar Indonesia menjadi pribaodi yBaenrgpabretristiapnagsgi undgalajamwapbrpoesensuh terhadap keputusan yang diambil dengan tepat dan senantiasa beprkeonngtarmibubsiliaanktif dalkaempumtuesnacnari solusi suatu permasalahan. bersama Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar yang berilmu, yaituocintMaepmadahaaimlmiu ppeernagnetaihnudaivnidduan memperkuat pengetahuan dan kemampuannya di berbagai disidpalilnamilmdeum. oIakrmasei ngembangkan kebiasaan mencari tahu dan menyelidik secara etis untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya tersebut. Selanjutnya, ia menggunakan ilmu tersebut untuk menguatkan kemampuan bernalar kritis. Pada akhirnya, ia akan menjadi sosok yang menghargai ilmu pengetahuan. 60
Elemen-elemen kunci dari bernalar kritis adalah: Memperoleh dan memproses Pelajar Indonesia yang bernalar kritis mampu informasi dan gagasan. Pelajar berpikir secara adil dan terbuka sehingga dapat Indonesia memproses gagasan dan membuat keputusan yang tepat dengan informasi, baik dengan data kualitatif mempertimbangkan banyak hal berdasarkan maupun kuantitatif. Ia memiliki rasa data dan fakta yang mendukung. Ia mampu keingintahuan yang besar, melihat suatu hal dari berbagai perspektif dan mengajukan pertanyaan yang terbuka terhadap pembuktian baru. relevan, mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan dan Selain itu, pelajar yang bernalar kritis memiliki informasi yang diperoleh, serta kemampuan literasi, numerasi, serta mengolah informasi tersebut. Ia juga memanfaatkan teknologi informasi. Ia memiliki mampu membedakan antara isi rasa keingintahuan yang besar, informasi atau gagasan dari mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan penyampainya. Selain itu, ia memiliki dan informasi yang diperoleh, mengolah kemauan untuk mengumpulkan data informasi tersebut, serta menyampaikannya atau fakta yang berpotensi secara jelas dan sistematis. menggugurkan opini atau keyakinan pribadi. Berbekal kemampuan Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar yang tersebut, Pelajar Indonesia dapat berilmu, yaitu cinta pada ilmu pengetahuan mengambil keputusan dengan tepat dan memperkuat pengetahuan dan berdasarkan informasi dari berbagai kemampuannya di berbagai disiplin ilmu, sumber yang relevan dan akurat. seperti bahasa, ilmu alam, dan sosial. Menganalisis dan mengevaluasi penalaran. Pelajar Indonesia menggunakan nalarnya sesuai dengan kaidah sains dan logika dalam pengambilan keputusan dan tindakan dengan melakukan analisis serta evaluasi dari gagasan dan informasi yang ia dapatkan. Ia mampu menjelaskan alasan yang relevan dan akurat dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Akhirnya, ia dapat membuktikan penalarannya dengan berbagai argumen dalam mengambil suatu simpulan atau keputusan. Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri. Pelajar Indonesia melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pemikirannya sendiri (metakognisi) dan berpikir mengenai bagaimana jalannya proses berpikir tersebut sehingga ia sampai pada suatu simpulan. Ia menyadari proses berpikirnya beserta putusan yang pernah dihasilkannya, dan menyadari perkembangan serta keterbatasan daya pikirnya. Hal ini membuatnya menyadari bahwa ia dapat terus mengembangkan kapasitas dirinya melalui proses refleksi, usaha memperbaiki strategi, dan gigih dalam mengujicoba berbagai alternatif solusi. Selain itu, ia memiliki kemauan untuk mengubah opini atau keyakinan pribadi tersebut jika memang bertentangan dengan bukti yang ada. 61
Tabel 6. Alur Perkembangan Dimensi Bernalar Kritis Sub-elemen Di Akhir Fase Di Akhir Fase A Di Akhir Fase B Di A PAUD, anak (Kelas 1-2, usia (Kelas 3-4, usia 8- Mengajukan 10 tahun), pelajar pertanyaan 6-8 tahun) pelajar Elemen memperoleh dan mem Bertanya untuk Mengajukan Mengajukan Men memenuhi pertanyaan untuk pertanyaan untuk pert rasa ingin tahu menjawab mengidentifikasi mem terhadap diri keingintahuannya suatu berb dan dan untuk permasalahan dan dan lingkungannya. mengidentifikasi mengkonfirmasi pen suatu pemahaman permasalahan terhadap suatu mengenai dirinya permasalahan dan lingkungan mengenai dirinya sekitarnya. dan lingkungan sekitarnya. Mengidentifikasi, Mengidentifika Mengidentifikasi Mengumpulkan, Men mengklarifikasi, si dan dan mengolah mengklasifikasikan, men dan mengolah mengolah informasi dan membandingkan mem informasi dan informasi dan gagasan dan memilih mem gagasan gagasan informasi dan berb sederhana. gagasan dari sert berbagai sumber. info bim dew
Akhir Fase C (Kelas Di Akhir Fase D Di Akhir Fase E (Jenjang SMA/SMK, 5-6, usia 10-12 (Jenjang SMP, usia 13- usia 16-18 tahun) pelajar tahun), pelajar 15 tahun), pelajar mproses informasi dan gagasan ngajukan Mengajukan Mengajukan pertanyaan untuk tanyaan untuk pertanyaan untuk menganalisis secara kritis mbandingkan klarifikasi dan permasalahan yang kompleks dan bagai informasi interpretasi informasi, abstrak. n untuk menambah serta mencari tahu ngetahuannya. penyebab dan konsekuensi dari informasi tersebut. ngumpulkan, Mengidentifikasi, Secara kritis mengklarifikasi serta ngklasifikasikan, mengklarifikasi, dan menganalisis gagasan dan informasi mbandingkan, dan menganalisis informasi yang kompleks dan abstrak dari milih informasi dari yang relevan serta berbagai sumber. Memprioritaskan bagai sumber, memprioritaskan suatu gagasan yang paling relevan ta memperjelas beberapa gagasan dari hasil klarifikasi dan analisis. ormasi dengan tertentu. mbingan orang wasa. 62
Elemen menganalisis dan mengeva Menyebutkan Melakukan Menjelaskan Men alasan dari penalaran konkrit alasan yang yan pilihan atau dan memberikan relevan dalam aku keputusannya alasan dalam penyelesaian pen menyelesaikan masalah dan dan masalah dan pengambilan kep mengambil keputusan keputusan Elemen refleksi pemikir Merefleksi dan Menyampaika Menyampaikan Menyampaikan Mem mengevaluasi n apa yang apa yang sedang apa yang sedang dari pemikirannya dipikirkan dipikirkan secara dipikirkan dan dipi sendiri dengan singkat terperinci menjelaskan men alasan dari hal kem yang dipikirkan bias pem
aluasi penalaran dan prosedurnya njelaskan alasan Membuktikan Menganalisis dan mengevaluasi ng relevan dan penalaran dengan penalaran yang digunakannya dalam urat dalam berbagai argumen menemukan dan mencari solusi serta nyelesaian masalah dalam mengambil mengambil keputusan. n pengambilan suatu simpulan atau putusan keputusan. ran dan proses berpikir mberikan alasan Menjelaskan asumsi Menjelaskan alasan untuk i hal yang yang digunakan, mendukung pemikirannya dan ikirkan, serta menyadari memikirkan pandangan yang nyadari kecenderungan dan mungkin berlawanan dengan mungkinan adanya konsekuensi bias pada pemikirannya dan mengubah s pada pemikirannya, serta pemikirannya jika diperlukan. mikirannya sendiri berusaha mempertimbangkan perspektif yang berbeda. 63
KREATIF Pelajar Indonesia merupakan pelajar yang kreatif. Ia Elemen Kreatif memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, Menghasilkan gagasan yang bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Keorisinalan, orisinal kebermaknaan, kebermanfaatan, dan dampak ini dapat Menghasilkan karya dan tindakan berupa hal yang personal hanya untuk dirinya maupun yang orisinal lebih luas ke orang lain dan lingkungan. Sesuatu yang Memiliki keluwesan berpikir dihasilkan ini dapat berupa gagasan, tindakan, dan karya dalam mencari alternatif solusi nyata. Pelajar yang kreatif menggunakan imajinasi dan permasalahan pengalamannya secara bebas dalam berkreasi untuk mengembangkan diri, menemukan kebahagiaan, hingga memecahkan pelbagai persoalan. Ia mampu mengapresiasi keindahan dan menggunakan berbagai hal di lingkungannya seperti kekayaan alam dan keragaman kultural untuk mengubah atau menciptakan sesuatu. Ia juga selalu berupaya untuk mewujudkan gagasan atau idenya menjadi suatu tindakan atau karya nyata dan cenderung berani mengambil risiko dalam berkreasi dan membuat sesuatu menjadi lebih baik. Pelajar Indonesia mengembangkan kemampuan kreatifnya dengan memahami dan mengekspresikan emosi dan perasaan dirinya, melakukan refleksi, dan melakukan proses berpikir kreatif. Berpikir kreatif yang dimaksud adalah proses berpikir yang memunculkan gagasan baru dan pertanyaan-pertanyaan, mencoba berbagai alternatif pilihan, mengevaluasi gagasan dengan menggunakan imajinasinya, dan memiliki keluwesan berpikir. Keluarga, guru, dan sekolah memiliki peranan penting dalam mendorong pelajar Indonesia untuk memaksimalkan proses berpikir kreatifnya, sehingga ia dapat menjadi pribadi yang kreatif. Pelajar Indonesia yang kreatif memiliki sensitivitas dalam menghadapi suatu persoalan. Sensitivitas ini membuatnya mampu mengidentifikasi dan mencari solusi alternatif saat pendekatan yang diambilnya belum berhasil serta bereksperimen dengan berbagai pilihan secara kreatif ketika menghadapi perubahan situasi dan kondisi. Pengembangan kreativitas dilakukan Pelajar Indonesia untuk mengekspresikan diri, mengembangkan diri, dan menghadapi berbagai tantangan seperti perubahan dunia yang begitu cepat dan ketidakpastian masa depan. Berbekal kemampuan kreatif, Pelajar Indonesia mampu merespon dan menanggapi hal-hal baru, melakukan hal yang diminati dan membahagiakan dirinya, hingga sanggup memecahkan pelbagai persoalan. Pada akhirnya, ia tampil menjadi sosok yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi tinggi dalam menghadapi segala tantangan. Elemen-elemen kunci dari kreatif adalah: ● Menghasilkan gagasan yang orisinal. Pelajar yang kreatif menghasilkan gagasan atau ide yang orisinal. Gagasan ini terbentuk dari yang paling sederhana seperti ekspresi pikiran dan/atau perasaan sampai dengan gagasan yang kompleks. Perkembangan gagasan ini erat kaitannya 64
dengan perasaan dan emosi, serta Pelajar Indonesia yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu pengalaman dan pengetahuan yang yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Ia menggunakan imajinasi dan didapatkan oleh pelajar tersebut pengalamannya secara bebas dalam berkreasi untuk mengembangkan diri, sepanjang hidupnya. Pelajar yang kreatif menemukan kebahagiaan, hingga memecahkan pelbagai persoalan. Ia juga memiliki kemampuan berpikir kreatif, selalu berupaya untuk mewujudkan gagasan atau idenya menjadi suatu dengan mengklarifikasi dan tindakan atau karya nyata dan cenderung berani mengambil risiko dalam berkreasi. mempertanyakan banyak hal, melihat Pelajar Indonesia yang kreatif memiliki sesuatu dengan perspektif yang berbeda, menghubungkan gagasan-gagasan yang ada, mengaplikasikan ide baru sesuai dengan konteksnya untuk mengatasi persoalan, dan memunculkan berbagai alternatif penyelesaian. ● Menghasilkan karya dan tindakan yang sensitivitas tinggi dalam menghadapi suatu orisinal. Pelajar yang kreatif menghasilkan persoalan yang membuatnya mampu karya dan tindakan yang orisinal berupa mengidentifikasi dan mencari solusi representasi kompleks, gambar, desain, alternatif serta bereksperimen dengan penampilan, luaran digital, realitas virtual, berbagai pilihan secara kreatif ketika dan lain sebagainya. Ia menghasilkan karya menghadapi perubahan situasi dan kondisi. dan melakukan tindakan didorong oleh minat dan kesukaannya pada suatu hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, pelajar yang kreatif cenderung berani mengambil risiko dalam menghasilkan karya dan tindakan. ● Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan. Pelajar yang kreatif memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan yang ia hadapi. Ia mampu menentukan pilihan ketika dihadapkan pada beberapa alternatif kemungkinan untuk memecahkan permasalahan. Ia juga mampu mengidentifikasi, membandingkan gagasan- gagasan kreatifnya, serta mencari solusi alternatif saat pendekatan yang diambilnya tidak berhasil. Pada akhirnya, pelajar kreatif mampu bereksperimen dengan berbagai pilihan secara kreatif Ketika menghadapi perubahan situasi dan kondisi. 65
Tabel 7. Alur Perkembangan Dimensi Kreatif Sub- Di Akhir Fase PAUD, Di Akhir Fase A (Usia Di Akhir Fase B (Usia 7-8 tahun), pelajar 9-10 tahun), pelajar elemen anak Elemen menghasilkan gag Menggabungkan Menggabungkan Memunculkan beberapa gagasan beberapa gagasan gagasan imajinatif menjadi ide atau baru yang bermakna menjadi ide atau gagasan imajinatif yang dari beberapa gagasan sederhana bermakna untuk gagasan yang dan imajinatif yang mengekspresikan berbeda sebagai bermakna untuk pikiran dan/atau ekspresi pikiran mengekspresikan perasaannya. dan/atau pikiran dan/atau perasaannya. perasaannya. Elemen menghasilkan karya da Mengeksplorasi dan Mengeksplorasi dan Mengeksplorasi dan mengekspresikan mengekspresikan mengekspresikan pikiran dan/atau pikiran dan/atau pikiran dan/atau perasaannya dalam perasaannya dalam perasaannya sesuai bentuk karya dan/atau bentuk karya dan/atau dengan minat dan tindakan sederhana tindakan serta kesukaannya dalam serta mengapresiasi mengapresiasi karya bentuk karya dan/atau tindakan
Di Akhir Fase B (Usia Di Akhir Fase C (Usia Di Akhir Fase D (Usia 16- 11-12 tahun), pelajar 13-15 tahun), pelajar 18 tahun) pelajar gasan yang orisinal Mengembangkan Menghubungkan Menghasilkan gagasan gagasan yang ia miliki gagasan yang ia miliki yang beragam untuk untuk membuat dengan informasi mengekspresikan pikiran kombinasi hal yang atau gagasan baru dan/atau perasaannya, baru dan imajinatif untuk menghasilkan menilai gagasannya, untuk mengekspresikan kombinasi gagasan serta memikirkan segala pikiran dan/atau baru dan imajinatif risikonya dengan perasaannya. untuk mempertimbangkan mengekspresikan banyak perspektif seperti pikiran dan/atau etika dan nilai perasaannya. kemanusiaan ketika gagasannya direalisasikan. an tindakan yang orisinal Mengeksplorasi dan Mengeksplorasi dan mengekspresikan mengekspresikan pikiran Mengeksplorasi dan pikiran dan/atau dan/atau perasaannya mengekspresikan perasaannya dalam dalam bentuk karya pikiran dan/atau bentuk karya dan/atau tindakan, serta perasaannya sesuai dan/atau tindakan, mengevaluasinya dengan minat dan serta dan mempertimbangkan kesukaannya dalam mengevaluasinya dampak dan risikonya bentuk karya dan/atau tindakan serta 66
karya dan tindakan dan tindakan yang serta mengapresiasi yang dihasilkan dihasilkan karya dan tindakan yang dihasilkan Elemen memiliki keluwesan berpikir dalam m Menentukan pilihan Mengidentifikasi Membandingkan dari beberapa gagasan-gagasan gagasan-gagasan alternatif yang kreatif untuk kreatif untuk diberikan menghadapi situasi menghadapi situasi dan permasalahan. dan permasalahan.
mengapresiasi dan dan mempertimbang bagi diri dan mengkritik karya dan kan dampaknya bagi lingkungannya dengan tindakan yang orang lain menggunakan berbagai dihasilkan perspektif. mencari alternatif solusi permasalahan berupaya mencari Menghasilkan Bereksperimen dengan solusi alternatif saat solusi alternatif berbagai pilihan secara pendekatan yang dengan kreatif untuk diambil tidak berhasil mengadaptasi memodifikasi gagasan berdasarkan berbagai gagasan sesuai dengan identifikasi terhadap dan umpan balik perubahan situasi. situasi untuk menghadapi situasi dan permasalahan 67
BAB 3: PROFIL PELAJAR PANCASILA DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM Pendidikan merdeka itu ... berdaya upaya dengan sengaja utuk memajukan hidup – tumbuhnya budi- pekerti (rasa – fikiran, rokh) dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan jangan disertai perintah dan paksaan - Ki Hadjar Dewantara- Sebagaimana yang disampaikan dalam bab sebelumnya, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk kurikulum, pembelajaran, dan asesmen. Dari perspektif penyusunan kurikulum, Profil Pelajar Pancasila adalah tujuan besar (aim) atau aspirasi yang perlu dicapai, atau yang disebut juga dengan long-term outcomes (luaran jangka panjang). Posner (2004) membagi luaran kurikulum menjadi dua, luaran jangka pendek dan jangka panjang. Luaran jangka pendek biasanya berupa standar capaian pembelajaran yang diraih setelah siswa mengikuti kegiatan belajar atau mata pelajaran. Sementara luaran jangka panjang, menurut Posner, adalah (2004, p.250): what students remember and can do with their knowledge well after the details of the course are forgotten, students’ attitudes toward the subject matter, …. Obviously, it is long-term outcomes that ultimately matters most (apa yang siswa ingat dan dapat mereka lakukan dengan pengetahuan mereka setelah hal-hal spesifik dari mata pelajaran sudah mereka tidak ingat lagi, sikap mereka terhadap materi pelajaran, …. Tentu saja luaran jangka panjang ini lah yang paling berarti). Upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi dan teknologi adalah upaya penting dan selaras dengan kebutuhan siswa di Abad 21. Namun demikian, kemampuan tersebut masih merupakan luaran jangka pendek. Merujuk pada istilah yang digunakan Ki Hadjar Dewantara (2013), kemampuan tersebut adalah “bunga” dari pendidikan, namun belum menjadi “buah”. Perancangan kurikulum harus memperhatikan keduanya. Seperti halnya buah tidak akan terbentuk tanpa bunga, kompetensi lintas mata pelajaran dan disiplin ilmu tidak akan terbentuk tanpa luaran jangka pendek yang kuat. Di sisi lain, fokus pada jangka pendek saja membuat pendidikan tidak efektif dalam memainkan perannya dalam mewujudkan pembangunan bangsa dan dunia yang berkelanjutan. Analogi tanaman yang digunakan Ki Hadjar Dewantara tidak hanya berkaitan dengan hasil atau luaran pendidikan tetapi juga faktor input yang sangat mempengaruhi prosesnya. Kualitas luaran pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti halnya tanaman yang dipengaruhi oleh faktor kondisi tanah/media tanam, cuaca, air, dan sebagainya termasuk faktor kualitas benih itu sendiri. Seseorang dapat berupaya untuk mengontrol faktor-faktor tersebut, misalnya dengan menanam benih di media tanam yang sesuai dengan kebutuhannya, menyirami tanaman tersebut, memberi pupuk, namun tidak semua hal dapat dikendalikan oleh petani tadi. Demikian juga dengan pendidikan, ada faktor-faktor yang tidak sepenuhnya dapat dikontrol oleh pengajaran dan pendidikan. Ki Hadjar Dewantara menuliskan hal ini dan menyatakan bahwa pendidikan di sekolah hanya bagian dari kualitas tumbuh kembang anak, 68
namun yang sebagian ini harus dirancang dan dikelola dengan sangat baik agar hasilnya menjadi optimal. Ki Hadjar Dewantara juga menekankan bahwa mempelajari Mempelajari pengetahuan pengetahuan saja tidak cukup, pelajar perlu menggunakan saja tidak cukup, pelajar pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata, di mana mereka dapat perlu menggunakan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pengetahuan tersebut perancangan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian Profil Pelajar Pancasila tidak cukup hanya mengandalkan proses belajar- dalam kehidupan nyata, di mengajar dalam program intrakurikuler. Standar capaian dalam setiap mana mereka dapat mata pelajaran penting untuk dirancang, namun fokus pada berinteraksi dengan penguasaan materi pelajaran yang merupakan luaran jangka pendek lingkungan sekitarnya. (immediate output) saja tidak cukup. Kemampuan-kemampuan yang merupakan luaran jangka panjang tersebut perlu dibangun melalui berbagai pengalaman belajar, baik melalui mata pelajaran (program intrakurikuler), kegiatan pendukung kurikulum (ko-kurikuler), maupun kegiatan ekstrakurikuler. PEMBELAJARAN MENUJU KETERCAPAIAN PROFIL PELAJAR PANCASILA Sebagai kelanjutan upaya yang telah diinisiasi dalam kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter, pendidikan terkait nilai-nilai Pancasila perlu terintegrasi dalam kegiatan dan lingkungan belajar yang kondusif, dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila juga dirancang secara holistik dan komprehensif melalui pembiasaan dan keteladanan. Dimensi-dimensi ini tidak saja menjadi tujuan jangka panjang, tetapi juga diintegrasikan dalam pembelajaran melalui sekurang-kurangnya tiga cara, yaitu 1) sebagai materi pelajaran dalam kegiatan intrakurikuler, 2) sebagai pengalaman pembelajaran atau strategi pengajaran yang digunakan guru, dan 3) sebagai projek kegiatan kokurikuler. Ketiga cara tersebut bukan merupakan pilihan untuk sekolah atau pendidik, melainkan kesemuanya perlu dipenuhi agar Profil Pelajar Pancasila dapat dibangun dan dikembangkan dalam diri setiap individu pelajar secara efektif. Sebagai bagian dari intrakurikuler, dimensi ataupun elemen dimensi terintegrasi dalam Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan atau materi/topik pembelajaran. Salah satu contoh bagaimana Profil Pelajar Pancasila termanifestasi dalam materi pelajaran Dimensi-dimensi Profil Pelajar adalah dengan adanya penguatan kemampuan bernalar kritis Pancasila tidak terbatas pada dalam capaian pembelajaran semua mata pelajaran. Pendekatan mata pelajaran tertentu, inkuiri diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran sehingga melainkan terintegrasi dengan kemampuan ini dapat terbangun dengan lebih matang. Dengan muatan pembelajaran. kata lain, dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila tidak terbatas pada mata pelajaran tertentu, melainkan terintegrasi dengan muatan pembelajaran. Akan tetapi, tidak semua dimensi secara alami dapat dimasukkan dalam setiap mata pelajaran. Sebagai contoh, dimensi “beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia” tidak dipaksakan untuk menjadi tujuan atau standar capaian mata pelajaran matematika. Secara keilmuan, mata pelajaran matematika lebih menguatkan dimensi bernalar kritis dan dimensi kreatif, bukan mengarah pada dimensi yang berkaitan dengan akhlak. Namun demikian, dimensi ini dapat dipelajari melalui partisipasi pelajar dalam proses atau kegiatan belajar matematika di kelas, misalnya 69
ketika guru mengingatkan siswa untuk tidak menyontek karena perilaku tersebut bertentangan dengan akhlak mulia. Profil Pelajar Pancasila juga menjadi rujukan untuk penyusunan prinsip-prinsip pembelajaran dan asesmen yang perlu dipenuhi pendidik. Jika standar capaian pembelajaran diartikan sebagai apa yang perlu dipelajari siswa, maka prinsip pembelajaran merupakan panduan tentang bagaimana proses pembelajaran dilakukan, atau pengalaman belajar seperti apa yang perlu dilalui oleh para pelajar. Prinsip ini dikembangkan dengan merujuk pada Profil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, salah satu prinsip pembelajaran yang dianjurkan adalah pendekatan pembelajaran yang menyiapkan setiap individu untuk menjadi pelajar sepanjang hayat, pengalaman belajar yang membangun kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mendorong kesadaran dan kepedulian pada isu-isu global. Dengan dicanangkannya prinsip pembelajaran dan asesmen ini, maka Profil Pelajar Pancasila dapat diajarkan melalui strategi pedagogi yang digunakan sehari-hari – atau apa yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara sebagai proses pembiasaan. Fase-fase yang dijelaskan untuk setiap dimensi dan elemen Profil Pelajar Pancasila berguna sebagai referensi pengembang kurikulum dan juga satuan pendidikan untuk merancang pembelajaran dan juga pengembangan budaya sekolah yang mendukung. Setiap fase tersebut diharapkan dapat membantu pendidik – guru, orangtua, dan masyarakat – memahami kemampuan apa yang perlu dikembangkan ketika anak berada dalam fase tertentu. Namun demikian, fase-fase tersebut dirancang berdasarkan perkembangan anak pada umumnya, tidak berarti setiap atau semua anak di usia kronologis yang sama, akan mencapai fase yang sama. Oleh karena itu ketika menggunakan fase-fase Profil Pelajar Pancasila, sekolah juga perlu memperhatikan keunikan setiap anak. PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK UNTUK PENGEMBANGAN PROFIL PELAJAR PANCASILA Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pembelajaran yang Ki hadjar Dewantara dilakukan di luar kelas, selain pembelajaran secara reguler melalui menekankan pentingnya mata pelajaran di dalam kelas atau program intrakurikuler yang pembelajaran yang dilakukan dipandu guru. Pembelajaran yang dilakukan melalui interaksi melalui interaksi dengan dengan lingkungan sekitar juga disarankan agar pelajar lebih peka, peduli, dan belajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang lingkungan sekitar agar kontekstual di sekitar mereka. Pandangan Ki Hadjar Dewantara ini pelajar lebih peka, peduli, dan sejalan dengan rekomendasi UNESCO-MGIEP (2019) tentang pentingnya pembelajaran kontekstual yang bernuansa lokal. belajar untuk menyelesaikan Menurut kajian UNESCO-MGIEP tersebut, pembelajaran yang masalah-masalah yang kontekstual di sekitar mereka. kontekstual akan membangun kepekaan pelajar akan kondisi lingkungan dan masyarakat, yang akhirnya membangun kompetensi global yang dibutuhkan di Abad 21 termasuk untuk menguatkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Program intrakurikuler yang sudah biasa dilakukan guru-guru di Indonesia adalah pembelajaran yang berbasis mata pelajaran (dan tematik di jenjang sekolah dasar) berdasarkan jadwal pelajaran rutin yang sudah ditetapkan untuk satu semester atau bahkan satu tahun ajaran. Padahal pembelajaran di luar kelas membutuhkan proses yang fleksibel, suasana yang tidak terlalu formal, serta tidak melakukan kegiatan yang bersifat rutinitas. Lebih dari itu, pembelajaran di luar kelas yang diharapkan Ki Hadjar 70
Dewantara membutuhkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid, di mana proses serta langkah-langkah pembelajaran tidak dapat dikendalikan penuh oleh guru. Melakukan perubahan terhadap program intrakurikuler yang telah membudaya di kebanyakan sekolah- sekolah di Indonesia bukanlah strategi yang mudah untuk dilakukan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa berharap guru melakukan perubahan drastis dalam waktu yang singkat adalah alasan utama kegagalan implementasi inovasi pendidikan di sekolah. Guru atau pendidik perlu proses belajar dan bimbingan untuk dapat mengubah tradisi panjang pembelajaran di kelas yang berpusat pada guru, menjadi pembelajaran yang sangat kontekstual di mana murid mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Menyadari hal tersebut, maka selain peningkatan kompetensi guru dilakukan, implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam kurikulum juga perlu menggunakan pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, sembari guru belajar untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid di dalam kelas, kegiatan kokurikuler juga dijalankan. Program kokurikuler yang biasanya dirancang untuk mendukung program intrakurikuler, sangat berpotensi untuk menguatkan karakter dan kompetensi yang termuat dalam Profil Pelajar pancasila. Program kokurikuler biasanya tidak seformal kegiatan intrakurikuler dan tidak ada jadwal kegiatan yang terstruktur ketat. Dalam mendukung program intrakurikuler, kegiatan kokurikuler tidak perlu berbasis pada atau terkotak-kotak menurut mata pelajaran, sehingga program kokurikuler dapat dirancang sebagai pembelajaran berbasis projek lintas mata pelajaran yang mengacu pada pengembangan karakter dan kompetensi umum seperti kolaborasi, penyelesaian masalah (problem solving), kepekaan lingkungan, dan kemandirian dalam menjalani proses pembelajaran, yang kesemuanya relevan dengan Profil Pelajar Pancasila. Pendekatan pembelajaran Program kokurikuler yang tidak dirancang berbasis mata pelajaran lintas mata pelajaran berbasis membuka peluang untuk pelaksanaan pembelajaran berbasis projek tidak saja memberikan projek. Pendekatan pembelajaran ini tidak saja memberikan kesempatan pelajar untuk kesempatan pelajar untuk mengasah berbagai kompetensi umum mengasah berbagai dan karakter, tetapi juga untuk membangun kepedulian dan kompetensi umum dan kepekaan pada lingkungan sekitarnya. Namun demikian, karakter yang termuat dalam perancangan pembelajaran berbasis projek bukanlah hal yang Profil Pelajar Pancasila, tetapi sederhana. Oleh karena itu pemerintah perlu membantu satuan juga untuk membangun pendidikan melalui pelatihan, pendampingan, dan penyediaan kepedulian dan kepekaan berbagai perangkat (toolkit) yang dapat digunakan guru untuk pada lingkungan sekitarnya. memfasilitasi pembelajaran berbasis projek. Projek yang dikerjakan tentu harus kontekstual dan relevan, dirancang dengan memperhatikan dan memanfaatkan kondisi lingkungan dan budaya lokal. Projek yang dilakukan di suatu sekolah bisa jadi sangat berbeda dengan projek di sekolah lainnya karena minat siswa ataupun konteks lingkungan yang berbeda. Namun demikian, untuk memastikan bahwa projek-projek tersebut sejalan dengan tujuan untuk membangun Profil Pelajar Pancasila, Kemendikbud menetapkan tema-tema projek yang perlu diterapkan di satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Tema-tema ini sangat umum, sehingga dapat diturunkan menjadi tujuan pembelajaran yang lebih konkrit dan kontekstual di tingkat satuan pendidikan. Di bawah ini adalah contoh salah satu tema projek Profil Pelajar Pancasila serta contoh perumusan tujuan pembelajaran di tingkat satuan pendidikan berdasarkan tema tersebut. 71
Contoh Pembelajaran Projek Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar Kemendikbud menetapkan tema-tema yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan, dan salah satu tema tersebut adalah “Perubahan Iklim Global”. Tujuan umum dan ruang lingkup dari tema ini ditetapkan oleh Kemendikbud, yaitu: “Siswa memahami dampak dari pemanasan global terhadap kehidupan baik jangka pendek maupun panjang, terhadap dunia maupun lingkungan sekitarnya. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir sistem untuk memahami keterkaitan berbagai faktor penyebab pemanasan global. Siswa dapat dan membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan serta mencari jalan keluar untuk masalah lingkungan serta mempromosikan gaya hidup serta praktik kerja yang lebih berkelanjutan. Siswa juga mempelajari gejala-gejala alam termasuk bencana alam serta kesiapan untuk menghadapinya dan memitigasinya.” Merujuk pada tema tersebut, satuan pendidikan perlu menrancang rencana pembelajaran untuk projek ini, yang diawali dengan penentuan elemen-elemen Profil Pelajar Pancasila yang ditargetkan serta tujuan pembelajaran sesuai dengan fase perkembangan anak. Suatu SD, misalnya, menetapkan tujuan pembelajaran projek sebagai berikut: Elemen Profil Pelajar Pancasila yang ditargetkan: • Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: Akhlak kepada alam • Berkebinekaan global: Berkeadilan sosial • Bergotong-royong: kepedulian • Mandiri: regulasi diri • Bernalar kritis: menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya • Kreatif: Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinil Tujuan Pembelajaran Projek: Fase A (Kelas 1 dan 2): Gerakan membangun kebun sekolah (edukasi tentang tanaman produktif atau permakultur). Tujuan: membangun keterampilan kolaborasi dan mendorong anak untuk berinteraksi dengan alam. Fase B: Membuat buku cerita dengan tema “Mencintai Alam dengan Lebih Baik”. Tujuan: mendorong siswa untuk berorientasi pada aksi dan membangun kemampuan berekspresi melalui tulisan. Fase C: Kampanye sederhana untuk memecahkan isu lingkungan, misal cara pencegahan kebakaran hutan atau banjir. Tujuan: berorientasi pada aksi dan melatih keterampilan komunikasi dengan menggunakan media visual dan verbal Tujuan pembelajaran di atas disusun di tingkat satuan pendidikan dan disesuaikan dengan konteks lokal. Selanjutnya, guru-guru di SD tersebut secara kolaboratif mengembangkan kegiatan projek yang lebih terperinci sebagaimana guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Agar lebih bermakna dan mendalam, komunitas dan organisasi yang bergerak di bidang lingkungan hidup 72
dilibatkan dalam merancang kegiatan projek. Organisasi ini juga berperan dalam sebagai fasilitator, mendampingi guru, dalam memandu kegiatan pembelajaran projek. Hasil belajar siswa dilaporkan dalam bentuk portofolio dan dinilai menggunakan rubrik penilaian. Dalam buku rapor semester, capaian siswa dalam projek juga disampaikan dalam format yang sesuai untuk mengidentifikasi tahap perkembangan Profil setiap siswa. Sebagaimana yang dicontohkan di atas, pembelajaran projek Profil Pelajar Pancasila ini dapat membutuhkan kemitraan antara sekolah dengan masyarakat. Agar relevan dengan kondisi lingkungan dan juga menjadi pembelajaran yang bermakna, projek yang dilakukan perlu memberikan manfaat untuk masyarakat lingkungan sekitar. Sebagai contoh, berdasarkan salah satu tema terkait isu lingkungan, pelajar akan berupaya untuk mencari jalan keluar untuk masalah sampah dan banjir di lingkungan sekitar sekolah. Dalam melakukan kegiatan ini, sekolah sebaiknya bekerjasama dengan masyrakat termasuk organisasi yang bergerak di upaya perlindungan alam. Untuk itu,kurikulum atau rencana pembelajaran dan juga pelaksanaan projek-projek tersebut dapat dikembangkan bersama organisasi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih mumpuni dalam bidang yang berkaitan dengan tema projek. Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa Profil Pelajar Pancasila merupakan langkah awal dalam pengembangan kurikulum. Peranan Profil Pelajar Pancasila sangat penting karena menjadi pemandu bagi pengembang kurikulum untuk menentukan arah tujuan kurikulum nasional serta untuk melihat keterpaduan komponen-komponennya, yaitu diantaranya mata pelajaran, kegiatan kokurikuler, ekstrakurikuler, dan asesmen. Keseluruhan komponen tersebut mengarah pada tujuan yang sama, yaitu tercapainya Profil Pelajar Pancasila. Gambar 3 di bawah ini merangkum penjelasan Bab 3 bahwa di setiap satuan pendidikan, Profil Pelajar Pancasila perlu dicapai melalui lingkungan belajar yang mendukung dan menguatkan tumbuh kembangnya karakter dan kompetensi serta program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler yang dirancang untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila. Gambar 3. Integrasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran 73
KESIMPULAN Untuk mencapai cita-cita bangsa sekaligus menghadapi berbagai tantangan pencapaian cita-cita tersebut, manusia Indonesia perlu memiliki karakter yang kreatif-inovatif, “dengan alam kejiwaan yang memancarkan fajar budi” (Latif 2020, p.2). Oleh karena itu, proses pendidikan yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan budi pekerti yang meliputi kompetensi dan karakter yang tidak hanya membangun profil individu yang produktif dan demokratis, tetapi juga memiliki kapabilitas untuk membangun kekuatan kolektif untuk membangun bangsanya. Profil Pelajar Pancasila merupakan rumusan dari cita-cita pendidikan nasional serta sintesis dari berbagai referensi termasuk hasil kajian di Indonesia dan juga di tingkat internasional. Undang-Undang serta dokumen kebijakan nasional yang secara strategis memberi arahan pada tujuan pendidikan merupakan rujukan utama, demikian pula visi besar Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Selain itu, sesuai dengan kodrat alam Abad 21, berbagai rekomendasi berbasis penelitian terkait kompetensi Abad 21 juga menjadi referensi dalam penyusunan Profil Pelajar Pancasila, terutama dimensi-dimensinya. Profil Pelajar Pancasila adalah jawaban untuk pertanyaan, “seperti apa karakteristik pelajar Indonesia?”, dan jawabannya terangkum dalam satu kalimat: “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” Pelajar Indonesia yang demikian itu adalah pelajar yang memiliki 6 dimensi yang terbangun secara optimal dan seimbang. Keenam dimensi tersebut adalah: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global, 3) bergotong-royong, 4) mandiri, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Dalam naskah akademik ini, dijelaskan definisi dan alur perkembangan setiap dimensi, sejak usia PAUD hingga jenjang SMA. Dengan adanya penjelasan tersebut, diharapkan pendidik memiliki pemahaman tentang makna dari setiap dimensi dan juga kemampuan apa yang sewajarnya dimiliki pelajar menurut tahap perkembangannya. Kesalahpahaman dapat terjadi ketika pendidik kurang memahami atau salah paham tentang makna suatu dimensi. Sebagai contoh, “mandiri” dapat dianggap sebagai mengerjakan segala sesuatunya sendiri, tanpa perlu bekerja sama dengan orang lain. Pemahaman seperti ini akan membuat dimensi “mandiri” seolah-olah bertentangan dengan “bergotong-royong”. Padahal, sebagaimana yang dijelaskan dalam Bab 3, mandiri tidak berarti menyendiri, tidak bekerja sama; sebaliknya, mandiri meliputi antara lain kemampuan untuk meregulasi diri dan menyadari kebutuhan diri, termasuk kebutuhan akan bantuan orang lain. Contoh lainnya adalah pelajar yang berpikir kritis akan menjadi kreatif untuk berinovasi menciptakan produk-produk untuk menjawab tantangan zaman. Pelajar yang berpikir kritis tidak akan bingung dan menyerah terhadap perubahan dunia, tidak akan takut melainkan justru akan senantiasa terdorong untuk merespon hadirnya teknologi karena rasa ingin tahu yang besar. Sikapnya tersebut menjadikan ia pelajar yang mandiri, dimensi lain dari Profil Pelajar Pancasila. Keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila saling berkaitan dan saling menopang, sehingga harus dibangun secara seimbang. Apabila salah satu dimensi diabaikan, maka bukan saja profil pelajar tidak dapat dicapai, namun dimensi yang lain juga akan sulit untuk terbangun. Sebagai upaya untuk menguatkan pengembangan Profil Pelajar Pancasila di sekolah, pengaturan struktur kurikulum perlu diperluas, tidak 74
hanya mengatur program intrakurikuler tetapi juga program kokurikuler dan ekstrakurikuler. Program kokurikuler yang dilakukan di luar kelas dan tidak seformal kegiatan intrakurikuler sangat berpotensi untuk pembentukan karakter dan kompetensi umum atau kompetensi global yang termuat dalam Profil Pelajar Pancasila. Oleh karena itu, penyederhanaan kurikulum yang tengah diupayakan Kemendikbud perlu mempertimbangkan struktur kurikulum yang lebih komprehensif tersebut. 75
DAFTAR PUSTAKA Adams, Cindy. (2018). Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Yayasan Bung Karno. Asfina, Risda & Ovilia, Ririn. (2017). Be Proud Of Indonesian Cultural Heritage Richness and be Alert of Its Preservation Efforts In The Global World. Humanus. 15. Cowen, T. (2002). Creative Destruction: How Globalization is Changing the World’s Cultures. Princeton University Press. Dewantara, Ki Hadjar. (2013). Ki Hadjar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Dunga, Hannah. (2019). The impact of technological revolution on poverty: A case of South Africa. Proceedings of International Academic Conferences 9010709, International Institute of Social and Economic Sciences Habacon, A.E. (2014). The Intercultural Promise: Intercultural understanding mid-level strategic plan. The University of British Columbia Vancouver Campus. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (n.d). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Latif, Yudi. (2020). Pendidikan yang Berkebudayaan: HIstori, Konsepsi, dan Aktualisasi Pendidikan Transformatif. Gramedia. Latif, Yudi. (2018). Wawasan Pancasila: Bintang Penuntun Untuk Pembudayaan. Mizan. Latif, Yudi. (2015). Revolusi Pancasila. Mizan. Latif, Yudi. (2014). Mata Air Keteladanan: Pancasila Dalam Perbuatan. Mizan. Miles, M.B.; Huberman, A.M.; dan Saldaña, J. 2014. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. 3rd Ed. Sage. Muñoz, Thomas R. (2019). Promote Local Culture and Products. In: Leal Filho W., Azul A., Brandli L., Özuyar P., Wall T. (eds) Responsible Consumption and Production: Encyclopaedia of the UN Sustainable Development Goals. Springer. New York State Office of Children and Family Services & Center for Development of Human Services State University of New York College at Buffalo. (2015). Child Development Guide. New York State Office of Children and Family Services OECD. 2019. OECD Future of Education and Skills 2030: Conceptual Learning Framework – Transformative Competencies for 2030. OECD. OECD. 2018. Preparing Our Youth for an Inclusive and Sustainable World: The OECD PISA Global Competence Framework. OECD. 76
Ojo, Ayodeji. (n.a.). Redesigning the education system for global citizenship, https://mgiep.unesco.org/article/redesigning-the-education-system-for-global-citizenship Ologunorisa, Temi Emmanuel (2011) In search of climate justice and equity. Osun State University Park, N. & Peterson, C. (2006). Moral competence and character strengths among adolescents Piaget, J. (1983). \"Piaget's Theory\". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley. Posner, George J. 2004. Analyzing the Curriculum. 3rd Ed. McGraw Hill. Santrock, John W. (2008). Educational Psychology. 3rd edition. New York: McGraw-Hill. Santrock, John W. (2011). Lifespan Development. 13th edition. New York: McGraw-Hill. Shaffer, David R., et.al. (2013). Developmental Psychology: Childhood and Adolescence. 4th Canadian edition. Toronto: Nelson Education Ltd. Sindhunata (2000). Membuka Masa Depan Anak Kita, Mencari Kurikulum Pendidikan Abad XXI. Kanisius Slavin, Robert E. (2008). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Edisi kedelapan, Jilid 1. Diterjemahkan oleh Drs. Marianto Samosir, S.H. Indonesia: PT Indeks. The Pennsylvania Child Welfare Resource Center. (2005). Child and Adolescent Development Resource Book. Mechaniscsburg: University of Pittsburg. Uchrowi, Zaim. (2013). Karakter Pancasila: Membangun Pribadi dan Bangsa Bermartabat. Balai Pustaka. UNESCO MGIEP. (2017). Rethinking Schooling For The 21st Century: The State of Education for Peace, Sustainable Development and Global Citizenship in Asia. UNESCO MGIEP Wiggins, G. & McTighe, J. 2011. The Understanding by Design: Guide to Creating High-Quality Units. ASCD. 77
LAMPIRAN 1: TAHAP PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA Aspek 5-6 Tahun 6-8 Tahun 8-10 Ta Perkembangan Usia Kemampuan motorik Berlanjutnya pertambahan Berlanjutnya Fisik dan Motorik kasar meningkat tinggi badan secara pertambahan dalam kecepatan dan perlahan. badan secara ketahanan. Penggantian gigi menjadi Penggantian Contohnya dalam gigi permanen secara gigi permane kemampuan berkala. berkala. berayun, memanjat, Perkembangan motorik Mendapatka dan jumpalitan. halus: pencapaian/k Dapat berdiri dan Tulisan menjadi lebih n yang berfo melompat dengan kecil dan mudah kekuatan fisik satu kaki. dibaca. berkembang Kemampuan motorik Gambar menjadi lebih Perkembang halus meningkat terorganisir dan detail halus: 1 Disampaikan dalam Lokakarya Penyusunan Capaian Pembelajaran di Jakarta, 27 Febru
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148