Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore ESTHER

ESTHER

Published by YHS Leadership, 2021-12-24 02:43:42

Description: ESTHER

Search

Read the Text Version

ESTHER Ratu yang Cantik dan Berani

ESTHER Esther adalah anak yatim piatu. Orang tuanya menamai dia Hadasa, kata Ibrani untuk ”mirtel”, tanaman semak yang bunganya putih dan cantik. Sewaktu orang tua Esther meninggal, salah seorang kerabatnya, pria baik hati yang bernama Mordekhai, merasa kasihan terhadapnya. Mordekhai adalah sepupunya, tetapi usianya jauh lebih tua. Ia membawa Esther pulang dan mengasuhnya seperti putrinya sendiri. Suatu hari Esther terpilih menjadi seorang permaisuri menggantikan ratu Wasti yang dipecat dari jabatan ratu karena berani membantah perintah dan mempermalukan raja Ahasyweros di hadapan tamu-tamunya. Esther kemudian menjadi permaisuri di kerajaan Persia.

Kisah ini terjadi pada zaman Ahashweros, raja yang memerintah lebih dari seratus dua puluh tujuh provinsi, dari India sampai ke Etiopia. Pada tahun ketiga dalam pemerintahannya, ia mengadakan pesta di atas takhta kerajaannya di dalam istana Susan untuk seluruh pembesar dan pelayan-pelayannya, penguasa Persia dan Media, kaum bangsawan, dan pembesar provinsi hadir di hadapannya.

Raja memperlihatkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan kehormatan serta keagungannya yang luar biasa selama berhari-hari, bahkan sampai seratus delapan puluh hari. Setelah genap hari-hari itu, raja mengadakan pesta bagi seluruh rakyat yang terdapat di dalam istana Susan, baik para pembesar maupun rakyat kecil, selama tujuh hari di halaman taman istana raja.

Pada hari yang ketujuh, ketika hati raja sedang riang gembira oleh karena minum anggur, ia hendak menunjukkan istrinya yang cantik kepada semua orang. Diperintakannya para sida-sida untuk membawa ratu Wasti ke hadapan raja, lengkap dengan memakai mahkota kerajaan untuk memperlihatkan kecantikannya kepada seluruh rakyat dan para pembesar, sebab ia sangat elok rupanya.

Saat itu ratu Wasti, juga mengadakan pesta untuk para wanita di dalam istana kerajaan milik raja Ahashweros. Ratu Wasti tidak suka jika dirinya menjadi tontonan di seluruh istana. Sebab itu ia menolak untuk datang ke istana raja Ahashweros. Raja menjadi sangat marah atas penolakan itu, murkanya menyala-nyala di dalam dirinya. Lalu ia bertanya kepada para hakim dan penasehat- penasehatnya, \"Apakah yang harus diperbuat atas ratu Wasti menurut hukum, karena ia tidak melakukan perintah raja Ahashweros melalui perantaraan sida-sida?\"

Memukan, salah seorang pembesarnya berkata, \"Ratu Wasti, harus dihukum berat. Karena perbuatan ratu itu akan menyebar kepada semua wanita, sehingga mereka dapat memandang rendah para suaminya. Jika raja berkenan, biarlah raja menyerahkan kedudukan ratu kepada orang lain yang lebih baik daripadanya.”

Perkataan itu menyenangkan raja dan para pembesar. Lalu raja mengumumkan keputusannya ini bagi seluruh kerajaannya, semua istri akan memberi hormat kepada suami-suami mereka, dari pembesar sampai kepada rakyat kecil. Setelah peristiwa itu, para pelayan raja yang melayaninya berkata, \"Hendaklah orang mencari gadis- gadis yang cantik bagi raja. Biarlah gadis yang menyenangkan raja dapat menggantikan Wasti.”

Di kota Susan ada seorang Yahudi yang sudah tua, namanya adalah Mordekhai. Bersama dengan dia tinggal seorang gadis yang sangat cantik rupaya, bernama Hadasa. Mordekhai membesarkan Hadasa. Orang tua Hadasa, paman Mordekhai meninggal ketika ia masih sangat kecil.

Ketika para pelayan raja mencari gadis-gadis cantik sebagai calon pengganti ratu Wasti, mereka bertemu pula dengan Hadasa. Mereka membawa Hadasa ke istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para wanita. Mordekhai merasa sangat khawatir dengan keselamatan Hadasa. Mordekhai berjalan mondar-mandir setiap hari di depan pelataran balai para wanita untuk mengetahui keselamatan Hadasa, juga apa yang terjadi dengannya.

Sementara itu di dalam istana, Hadasa telah menjadi kesayangan Hegai. Gadis itu baik menurut pandangannya, bahkan Hadasa menimbulkan belas kasihan di hadapannya, sehingga Hegai mempercepat perawatannya. Tujuh orang dayang istana raja dipilih untuk melayaninya di luar istana raja, dan Hegai memindahkan dia dan dayang- dayangnya ke tempat yang terbaik di dalam balai para wanita.

Setelah selesai masa perawatan selama dua belas bulan, tibalah giliran bagi setiap gadis untuk masuk menghadap raja Ahashweros. Ketika tiba gilirannya, Hadasa dibawa masuk menghadap raja Ahashweros di istana kerajaannya.

Raja mengasihi Hadasa lebih daripada semua wanita yang lain, bahkan ia juga telah menimbulkan belas kasihan dan perkenanan dalam pandangan raja melebihi semua gadis lainnya, sehingga raja mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepala Hadasa serta mengangkatnya menjadi ratu, menggantikan Wasti. Dan namanya juga telah dirubah, sekarang namanya bukan lagi Hadasa melainkan Esther.

Esther tidak pernah mengungkapkan kebangsaan dan asal usulnya, karena Mordekhai melarangnya. Esther tetap mematuhi segala apa yang pernah dikatakan Mordekhai, sama seperti ketika ia masih dalam asuhannya. Seperti biasa, Mordekhai yang bekerja sebagai pejabat istana di Susan, duduk di gerbang bersama hamba-hamba raja lainnya.

Suatu hari dua orang sida-sida raja yaitu Bigtan dan Teresh, yang adalah para penjaga pintu, sedang berbisik- bisik dan merencanakan sesuatu yang jahat, mereka hendak membunuh raja. Mordekhai mendengar segala percakapan mereka dan segera melaporkannya kepada Esther. Kemudian Esther menyampaikannya kepada raja atas nama Mordekhai.

Ketika perkara itu diselidiki, ternyata ditemukan bahwa perkara itu memang benar adanya. Sebab itulah keduanya digantung pada sebatang pohon. Peristiwa itu tertulis di dalam kitab sejarah di hadapan raja. Tidak berapa lama setelah peristiwa itu raja Ahashweros menaikkan pangkat Haman. Raja mengangkat dan menetapkannya pada kedudukan yang tinggi di atas semua pembesar yang bersamanya.

Bahkan semua hamba raja yang berada di gerbang raja berlutut dan sujud kepada Haman, karena raja telah memerintahkan demikian. Tetapi Mordekhai tidak berlutut ataupun sujud kepadanya. Ketika Haman melihat bahwa Mordekhai tidak berlutut ataupun sujud kepadanya, ia dipenuhi kemarahan.

Mudah sekali bagi Haman untuk membunuh Mordekhai, namun ia merasa kematian Mordekhai tidaklah cukup. Seseorang memberitahu kepadanya kalau Mordekhai adalah orang Yahudi. Mendengar hal tersebut, makin kuatlah keinginannya untuk menghancurkan Mordekhai dan semua orang Yahudi yang berada di seluruh kerajaan Ahashweros.

Haman kemudian merencanakan sesuatu yang sangat jahat. Ia berdusta di depan raja mengenai orang-orang Yahudi. “Mereka adalah orang-orang jahat yang tidak mau mentaati hukum-hukum tuanku. Mereka patut dihukum mati,” kata Haman dengan liciknya. Lalu raja mencabut cincin meterai dari jarinya, dan menyerahkannya kepada Haman. “Perlakukanlah bangsa itu menurut apa yang engkau pandang baik.\"

Tidak lama kemudian Haman mengeluarkan surat perintah atas nama raja, bahwa pada hari yang ketiga belas dalam bulan yang pertama, seluruh orang Yahudi dari yang muda sampai yang tua, anak- anak kecil, dan wanita-wanita harus dibunuh dan dibinasakan. Dan segala yang mereka miliki harus dirampas. Surat itu dimateraikannya dengan cincin raja, sehingga dengan demikian peraturan itu tidak dapat dicabut lagi.

Para kurir yang membawa surat itu berangkat dengan cepat. Sementara Haman dan raja duduk- duduk minum anggur di istana, orang-orang Yahudi di Susan menjadi gempar. Mordekhai mengetahui kabar itu, ia mengoyakkan pakaiannya lalu mengenakan kain kabung dan abu, ia pergi ke tengah kota, kemudian menangis dengan nyaring dan pedih hati.

Ketika Hatah, sida-sida raja yang diperintahkan Esther untuk menemuinya datang di hadapannya, harapan Mordekhai kembali muncul. Dikirimkannya sebuah pesan kepada Esther melalui Hatah. Mordekhai meminta Esther supaya pergi menghadap raja, meminta kemurahan dari padanya dan memohon di hadapannya demi bangsanya.

Namun perbuatan itu sangatlah berbahaya karena siapa pun juga tidak diperbolehkan menghadap raja kalau tidak dipanggil. Hanya berlaku satu hukum, yakni hukuman mati jika ada orang yang berani melakukannya, kecuali raja mengulurkan tongkat emas kepadanya, maka ia akan tetap hidup.

Esther tahu jika ia tidak melakukan sesuatu, maka bukan saja bangsanya yang akan binasa melainkan hidupnya juga akan terancam. Karenanya Esther memerintahkan kepada Mordekhai untuk mengumpulkan semua orang Yahudi yang ada di Susan. Mereka harus berpuasa untuk Esther, dan jangan seorangpun makan ataupun minum tiga hari lamanya, baik malam maupun siang.

Setelah menyampaikan perintah itu, Esther dan dayang-dayangnya juga ikut berpuasa dengan cara yang sama. Pada hari yang ketiga, Esther mengenakan pakaian kebesaran ratu dan berdiri di pelataran dalam, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaannya di dalam istana, menghadap pintu istana.

Hari itu Esther sudah menetapkan hatinya, bahwa ia akan masuk menghadap raja, walaupun berlawanan dengan hukum. “Kalau aku mati, biarlah aku mati bersama-sama dengan bangsaku,” kata Esther. Saat raja melihat ratu Esther berdiri di pelataran, bangkitlah belas kasihan raja kepadanya. Kemudian raja mengulurkan tongkat emas yang ada di tangannya kepada Esther. Maka Esther mendekat dan menyentuh ujung tongkat itu.

Lalu raja bertanya kepadanya, \"Apakah yang harus dilakukan untukmu, ya ratu Esther? Dan apakah permintaanmu? Hal itu akan diberikan kepadamu, bahkan setengah dari kerajaan ini.\" Esther menjawab, \"Jika raja berkenan, kiranya raja dan Haman dapat datang pada hari ini ke pesta yang telah aku siapkan di istanaku.\"

Undangan itu diterima dengan baik oleh raja. Bersama dengan Haman, raja berangkat ke pesta yang telah disiapkan oleh Esther. Pada saat pesta minum anggur, berkatalah raja kepada Esther, \"Apakah permintaanmu, pasti akan dikabulkan. Dan apa pun permohonanmu pasti akan terlaksana, bahkan setengah dari kerajaan sekalipun.\"

Esther belum berani mengatakan maksudnya, ia hanya meminta raja dan Haman datang lagi keesokan harinya. Hari itu Haman keluar dengan hati gembira dan senang. Tetapi ketika Haman melihat Mordekhai di pintu gerbang istana raja, yang tidak bangkit dan tidak bergerak menghormatinya, maka Haman dipenuhi kemarahan kepada Mordekhai. Dengan perasaan kesal, Haman sampai ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Haman menceriterakan segala kemewahan, kekayaan, dan banyaknya anak laki- laki yang ia miliki serta segala hal yang raja berikan kepadanya juga bagaimana raja menaikkan pangkatnya di atas para pembesar dan hamba- hamba raja.

Haman berkata, \"Ratu Esther tidak memperkenankan seorang pun masuk bersama dengan raja kecuali aku, untuk datang bersama-sama dengan raja ke pesta yang ia persiapkan. Dan besok pun aku diundang ke pesta bersama dengan raja. Namun semuanya ini tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat Mordekhai, orang Yahudi itu, duduk di gerbang raja.\"

Lalu Zeresh, istrinya dan semua sahabatnya berkata kepadanya, \"Buatlah tiang gantungan dari kayu setinggi lima puluh hasta. Besok berbicaralah kepada raja supaya mereka menggantung Mordekhai pada tiang itu, dan pergilah dengan gembira bersama raja ke pesta itu.\" Itu usul yang sangat baik pikir Haman. Segera ia menyuruh orang untuk membuat tiang gantungan kayu itu.

Pada malam itu raja tidak bisa tidur dan ia memerintahkan untuk membawa kitab catatan sejarah. Dalam catatan itu, ditemukan bahwa Mordekhai telah memberitahukan tentang Bigtan dan Teresh, yaitu dua orang sida-sida raja penjaga pintu, yang pernah mengadakan upaya pembunuhan atas raja Ahashweros.

Maka raja berkata, \"Kehormatan dan martabat apakah yang sudah dilakukan untuk Mordekhai atas perkara ini?\" Lalu hamba-hamba raja yang melayaninya berkata, \"Tidak ada suatu apa pun yang telah dilakukan untuknya.\" Pada waktu itu fajar telah menyingsing, dan raja melihat seseorang yang sedang berdiri di pelataran. \"Siapakah yang ada di pelataran?\"

Ternyata itu adalah Haman, ia baru saja tiba. Ia ingin berbicara kepada raja perihal rencananya untuk menggantung Mordekhai pada tiang gantungan kayu yang telah ia buat. Raja kemudian memerintahkan untuk menyuruh Haman masuk. Lalu Haman masuk, dan raja berkata kepadanya, \"Apa yang akan dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya?\"

Haman berpikir dalam hatinya, \"Kepada siapakah raja berkenan menganugerahkan kehormatan jika bukan kepada aku?\" Ia kemudian memikirkan kehormatan yang setinggi-tingginya dan menjawab, “Hendaklah mereka mengambil pakaian kebesaran yang biasa dipakai oleh raja, dan kuda yang biasa ditunggangi oleh raja, dan di atas kepalanya dikenakan mahkota kerajaan. Araklah ia dengan menunggangi kuda itu melalui seluruh jalan kota dan serukanlah di hadapannya: Beginilah diperlakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya.\"

Lalu raja berkata kepada Haman, \"Ambillah segera pakaian dan kuda itu, sebagaimana engkau telah mengatakannya, dan lakukanlah sedemikian rupa kepada Mordekhai orang Yahudi, yang duduk di gerbang raja. Jangan ada satu pun yang terlewatkan dari semua perkataan yang telah engkau ucapkan itu.\"

Haman tidak percaya pada apa yang barusan di dengarnya, tetapi ia harus menuruti perintah raja. Dijemputnya Mordekhai dan dikenakannya pakaian raja kepadanya. Ia menaikkan Mordekhai ke atas kuda dan ia berjalan di depan Mordekhai sambil menyeru-nyerukan, \"Beginilah diperlakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya.\" Mordekhai kembali ke gerbang raja, tetapi Haman bergegas pulang ke rumahnya dengan dukacita dan menutupi wajahnya.

Haman menceritakan kepada Zeresh, istrinya, dan kepada para sahabatnya, segala yang menimpanya. Maka orang-orangnya yang bijaksana dan Zeresh istrinya berkata bahwa suatu tanda celaka lagi akan segera menimpanya setelah kejadian itu. Sementara mereka masih bercakap- cakap dengannya, tibalah sida-sida raja yang bergegas membawa Haman ke pesta yang telah Esther persiapkan. Haman merasa senang karena ia masih menjadi orang yang disukai raja. Dalam hati ia berkata, akan tiba saatnya ia dapat membalaskan dendamnya terhadap Mordekhai.

Dan pada hari kedua di pesta anggur itu, raja berkata lagi kepada Esther, \"Apakah permintaanmu hai ratu Esther, maka akan diberikan kepadamu! Apakah permohonanmu, maka akan dilaksanakan, bahkan sampai setengah kerajaan sekalipun?\" Hari itu Esther tidak dapat diam lebih lama lagi. “Ya, Tuanku Raja. Biarkanlah aku hidup, aku dan bangsaku, karena kami telah terjual, aku dan bangsaku, untuk dihancurkan, dibunuh, dan dibinasakan.” Esther memohon meminta belas kasihan raja.

Raja terperanjat mendengar perkataan Esther. \"Siapa gerangan orang itu? Di manakah orang yang penuh dengan kesombongan dalam hatinya, untuk berbuat demikian?\" kata raja dengan marah. Esther menunjuk kepada Haman. \"Orang yang merupakan musuh dan yang membenci itu adalah Haman, orang jahat ini.\" Haman menjadi ketakutan di hadapan raja dan ratu Esther. Kemudian raja dengan murkanya segera bangkit dari pesta anggur itu ke taman istana. Baru sekarang ia tahu niat buruk Haman.

Dan ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruang pesta anggur itu, ia melihat Haman sedang berada di bawah kaki Esther, sedang memegang ujung gaun sang ratu. Sebenarnya Haman sedang memohon pengampunan kepada Esther, tetapi terlihat seolah- oleh ia sedang menyerang sang ratu. Situasi semakin memburuk ketika Harbona, salah seorang sida-sida yang ada di hadapan raja berkata, \"Lihatlah juga, di rumah Haman telah berdiri tiang gantungan dari kayu setinggi lima puluh hasta yang telah Haman buat untuk Mordekhai, orang yang telah mengatakan hal baik bagi raja.\"

Akhirnya raja memerintahkan untuk menghukum Haman pada tiang gantungan yang telah ia persiapkan untuk Mordekhai. Pada hari itu juga raja Ahashweros memberikan rumah milik Haman, yang memusuhi orang Yahudi, kepada ratu Esther. Dan Mordekhai datang menghadap raja, karena Esther telah memberitahukan hubungan Mordekhai dengannya. Raja mencabut cincin meterai yang diambilnya dari Haman dan memberikannya kepada Mordekhai.

Esther menempatkan Mordekhai menjadi penguasa atas rumah Haman. Setelah itu dibuat sebuah perintah baru bahwa orang-orang Yahudi diberi izin untuk membela diri jika mereka diserang. Demikianlah Esther yang cantik dan berani itu telah menyelamatkan bangsanya. Ester 1-8

Apa yang dapat kita pelajari dari pribadi Esther ? Esther memperoleh perkenanan di mata setiap orang yang melihatnya. Esther adalah pribadi yang bijak dan taat. Iman Esther lebih kuat daripada rasa takut dan ancaman kematian.

The HEROES of FAITH Kumpulan kisah Firman Tuhan yang ditujukan untuk anak-anak. Berisi kisah kidup para pahlawan iman. Diceritakan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak, tanpa mengubah arti yang sebenarnya. Membantu anak-anak untuk mengetahui peristiwa yang ada di dalam Firman Tuhan. Mengajarkan mereka untuk meneladani iman dari tokoh-tokoh yang ada di dalam Firman Tuhan.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook