Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BAB I PERJALAN SEJARAH SASTRA INDONESIA

BAB I PERJALAN SEJARAH SASTRA INDONESIA

Published by Agustina Anie, 2021-07-11 11:18:34

Description: BAB I PERJALAN SEJARAH SASTRA INDONESIA

Search

Read the Text Version

MODUL PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA KELAS XI MAHIR SASTRA INDONESIA AGUSTINA ANIE PUSPITASARI, S.S.

BAB I MENGIKUTI PERJALANAN SEJARAH SASTRA INDONESIA 1

Apersepsi Apabila sering membaca karya sastra, kita akan merasakan perbedaan-perbedaannya, baik dalam hal bentuk atau cara penyajian, maupun isi yang diungkapkannya. Perbedaan- perbedaan tersebut di antaranya dipengaruhi oleh zaman ataupun faktor waktu penciptaannya. Sebagai contoh, karya-karya yang terbit pada tahun 1980-an berbeda dengan karya-karya yang terbit pada zaman sekarang. Perbedaan-perbedaan tersebut semakin terasa jika kita membandingkannya dengan karya-karya yang terbit pada tahun-tahun sebelumnya, apalagi dengan sastra zaman klasik. Bagaimanakah karakteristik karya sastra dari setiap zaman. Bagaimana pula pembabakan sejarah sastra Indonesia menurut para ahli sastra? Mari kita telusuri bersama. A.Periodisasi Sastra Indonesia Sastra modern Indonesia terus berkembang seiring dengan perjalanan waktu dan dinamika kehidupan masyarakatnya. Sejak rentang waktu zaman klasik, sebelum masa penjajahan hingga sekarang, para ahli menggolongkannya ke dalam beberapa angkatan. Penggolongan atau pembabakan zaman-zaman perkembangan sastra itulah yang kemudian disebut dengan periodisasi sastra, yakni pembabakan waktu tentang perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. 2

Selain itu, dikenal pula istilah angkatan sastra, yakni penamaan untuk sekelompok sastrawan berdasarkan zamannya. Di negeri kita, memang tumbuh para anak bangsa yang memiliki kreativitas di bidang kesusastraan. Kemunculannya pun dibatasi oleh periode-periode tertentu meskipun ada pula sastrawan yang kreativitasnya terus berkembang lebih dari satu zaman. Setiap angkatan dalam suatu periodisasi sastra pasti memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakan dengan ciri-ciri atau karakteristik dari angkatan yang lainnya, baik itu dalam hal genre, isi, maupun aspek-aspek lainnya. Secara berurutan, periodisasi sastra Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa angkatan, yakni sebagai berikut : 1.Angkatan Pujangga Lama 2.Angkatan Sastra Melayu Lama 3.Angkatan Balai Pustaka 4.Angkatan Pujangga Baru 5.Angkatan 1945 6.Angkatan 1950 7.Angkatan 1966 8.Angkatan 1980 9.Angkatan Reformasi 10.Angkatan 2000-an 3

Unjuk Pemahaman 1 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Apa yang dimaksud dengan periodisasi sastra ? 2.Apa pentingnya dilakukan periodisasi sastra ? 3.Bagaimana tepatnya periodisasi sastra Indonesia menurut Anda ? Unjuk Kegiatan 1 Bentuklah kelompok beranggotakan 2-3 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1. Pola pembagian angkatan-angkatan sastra memiliki beberapa perbedaan antara satu ahli dan ahli lainnya. Oleh karena itu, kenalilah perbedaan- perbedaan yang ada dengan membaca sumber-sumber lain tentang masalah tersebut. 2.Laporkanlah hasil kegiatan membaca kelompok Anda dengan menggunakan bentuk penyajian seperti berikut : 4

A.Angkatan Pujangga Lama Sastra Angkatan Pujangga Lama dapat pula disebut dengan sastra klasik atau sastra tradisional, yakni karya sastra yang tercipta dan berkembang sebelum masyarakatnya mengenal budaya tulis-menulis. Oleh karena itu, salah satu ciri penyebaran karya sastranya dilakukan secara lisan (oral), yaitu dari mulut ke mulut. Nama pencipta sastra klasik biasanya sudah tidak diketahui lagi (anonymous) sehingga karyanya dapat dikatakan sebagai karya bersama dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Genre sastra Angkatan Pujangga Lama ada yang berupa ungkapan, peribahasa, mantra, pantun, teka-teki, cerita binatang, cerita asal-usul, cerita jenaka dan cerita pelipur lara. Berikut beberapa bentuk folklor yang dikenal dalam khazanah sastra Melayu klasik. 1.Mantra Mantra dianggap sebagai permulaan bentuk sastra lama. Mantra adalah bentuk puisi yang berupa gubahan bahasa dan diresapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Dalam mantra, irama bahasa sangatlah dipentingkan dengan maksud untuk menciptakan nuansa magis. Mantra tersebut timbul dari suatu hasil imajinasi atas dasar kepercayaan animisme. Sewaktu panen, menangkap ikan, pada waktu berburu, ataupun mengumpulkan hasil-hasil hutan, mereka harus membujuk hantu-hantu yang baik dan mengusir hantu-hantu yang jahat dengan menggunakan mantra tersebut. 5

Salah satu contohnya adalah ketika akan berburu rusa, mereka mengucapkan mantra terlebih dahulu agar bisa menangkap buruannya dengan mudah tanpa adanya bahaya. Sirih lontar pinang lontar Terletak di atas penjuru Hantu buta, jembalang buta Aku mengangkatkan jembalang rusa Ketika berburu rusa,tentunya mereka akan berhadapan pula dengan binatang buas, penghuni hutan rimba, seperti harimau ataupun ular. Untuk itu, ada pula mantra yang harus mereka ucapkan. Berikut ini adalah contoh mantra untuk melindungi diri dari serangan binatang buas. Hai, si gempar alam Gegap gempita Jarum besi akan rumahku Jarum tembaga akan rumahku Ular bisa akan janggutku Buaya akan tongkat mulutku Harimau mendekam di eriku Gajah mendering bunyi suaraku Suaraku seperti bunyi halilintar Bibir terkatup, gigi terkunci Jikalau bergerak bumi dengan langit Bergeraklah hati engkau Hendak marah atau hendak membinasakan aku Mereka beranggapan bahwa dengan membacakan mantra tersebut, harimau, ular dan binatang buas lainnya akan lari menjauh dan menghindarkan diri sehingga mereka akan selamat dari ancamannya. 6

2. Pantun Pada umumnya, pantun merupakan sajak percintaan yang lebih sering dinyatakan pada waktu perayaan, misalnya pernikahan. Bentuknya, terdiri dari empat baris. Kedua baris pertama memuat perumpamaan, ibarat atau ucapan yang tidak bermakna yang fungsinya hanya sebagai penyelaras rima. Bagian ini sering pula disebut sampiran. Sebaliknya, kedua baris terakhir merupakan isi atau pesan yang dapat berupa nasehat, berisi kerinduan, sindiran, teka teki ataupun guyonan. Syarat-syarat pantun yang lebih terperinci adalah sebagai berikut : a.Terdiri atas 4 baris. b.Tiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata. c.2 baris pertama disebut sampiran dan 2 baris berikutnya merupakan isi pantun. d.Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima berbunyi /abab/, maksudnya adalah bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat. Contoh : Sikap sonohong (a) (b) Gelama ikan duri (a) (b) Bercakap bohong Lama-lama mencuri Gunung daik timang-timangan (a) Tempat kera berulang ali (b) Budi yang baik kenang-kenangan (a) Budi yang jahat buang sekali (b) 7

Di samping itu, dikenal pula jenis pantun lainnya, yakni yang disebut pantun berkait (seloka), talibun dan pantun kilat. Pantun berkait atau disebut juga pantun berantai atau ada pula yang menamakannya seloka adalah pantun yang penyusunannya tidak hanya satu bait. Pantun berkait terdiri atas beberapa bait yang sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikianlah pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya. Contoh : Sarang garuda di pohon beringin Buah kemuning di dalam puan Sepucuk surat dilayangkan angin Putih kuning sambutlah Tuan Buah kemuning di dalam puan Dibawa dari Indragiri Putih kuning sambutlah tuan Sambutlah dengan si tangan kiri Dibawa dari Indragiri Kabu-kabu dalam perahu Sambutlah dengan si tangan kiri Seorang makhluk janganlah tahu 8

Sementara itu, yang dimaksud dengan talibun adalah sejenis pantun, tetapi susunannya terdiri atasenam, delapan atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni jika talibun itu enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi pantun. Jika terdiri atas delapan baris, pembagiannya adalah empat-empat baris dan seterusnya. Contoh : Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak beli Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari Induk semang cari dahulu Pantun kilat atau disebut karmina adalah pantun yang hanya terdiri atas dua baris, yaitu baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi. Sebenarnya, pantun tersebut berasal dari empat baris yang tiap barisnya bersuku kata empat atau lima, lalu kedua baris yang pendek itu diucapkan sekaligus, seolah-olah menjadi sebuah kalimat dan biasanya dituliskan dalam satu baris. 9

Contoh : Gendang gendut, tali kecapi Kenyang perut, senanglah hati Pinggan tak retak, nasi tak ingin Tuan tak hendak, kami tak ingin Sudah gaharu, cendana pula Sudah tahu bertanya pula 1.Gurindam Ada pula yang menyebut gurindam sebagai sajak peribahasa, yakni bentuk sastra klasik terdiri dari dua baris yang saling berirama. Baris pertama umumnya berupa sebab (hukum, pendirian), sedangkan baris kedua merupakan jawaban atau dugaan sebagai akibat dari isi pada baris pertama. Gurindam yang terkenal adalah kumpulan gurindam karangan pujangga Melayu klasik Raja Ali Haji. Namanya, “Gurindam Dua Belas” karena terdiri atas dua belas pasal dan berisi kurang lebih 64 buah gurindam. Sebenarnya, gurindam bukanlah betul-betul murni kreasi rakyat Melayu. Bentuk puisi ini diperkirakan berasal dari India (Tamil). Puisi ini masuk ke daerah Melayu karena pengaruh kesusastraan Hindu. Contoh : Barang siapa meninggalkan zakat Tiadalah artinya boleh berkat Barang siapa berbuat fitnah Ibarat dirinya menentang panah Tampak pada dua contoh di atas bahwa gurindam memiliki susunan berikut : a. Terdiri atas 2 baris b. Rumus rima akhirnya /aa/ c. Baris pertama merupakan sebab dan baris kedua berisi akibat dari yang disebutkan pada baris pertama d. Berisikan ajaran, budi pekerti atau nasihat keagamaan 10

4. CERITA BINATANG CERITA BINATANG DALAM HAL INI SERING PULA DISEBUT FABEL, YAKNI KISAH YANG TOKOHNYA DIPERANKAN OLEH BINATANG. NAMUN, PERANNYA SEPERTI MANUSIA. IA DAPAT BERBICARA, MAKAN, MINUM DAN BERKELUARGA SEBAGAIMANA MANUSIA. KEBERADAAN FABEL DAPAT DIPAHAMI TIDAK SEMATA- MATA SEBAGAI CERITA BINATANG, TETAPI JUGA SEBAGAI METAMORFOSIS DARI KEHIDUPAN MANUSIA. ADAPUN MAKSUD DARI PENGGAMBARAN MELALUI BINATANG ADALAH AGAR KISAH TERSEBUT TIDAK SAMPAI MENYINGGUNG ORANG YANG MENDENGARNYA. FABEL MERUPAKAN CARA HALUS UNTUK MENASEHATI MANUSIA KARENA DI DALAM KISAH-KISAHNYA PENUH DENGAN SINDIRAN, NASIHAT, ATAUPUN PESAN MORAL. FABEL ADALAH JENIS SASTRA KLASIK YANG SIFATNYA UNIVERSAL. IA TIDAK HANYA DIKENAL DI MASYARAKAT MELAYU, TETAPI JUGA HAMPIR DIKENAL DI SELURUH DUNIA. SETIAP NEGARA MEMILIKI KARAKTER PENOKOHAN FABEL YANG BERBEDA-BEDA. SEBAGAI CONTOH, PELAKU POPULER FABEL PADA MASYARAKAT MELAYU ADALAH KANCIL, DI JAWA BARAT ADALAH KERA, DI EROPA ADALAH SERIGALA DAN DI KAMBOJA ADALAH KELINCI. KANCIL SEBAGAI TOKOH UTAMA FABEL MELAYU, ANTARA LAIN DAPAT BERPERAN SEBAGAI BERIKUT : 1.BERPERAN SEBAGAI HAKIM YANG MENGADILI PERKARA, PERSENGKETAAN DI ANTARA BINATANG LAIN. 2.BERPERAN SEBAGAI PENIPU YANG LICIK DAN JAHAT. 3.BERPERAN SEBAGAI BINATANG YANG SOMBONG. 4.BERPERAN SEBAGAI PENGUASA SELURUH BINATANG DAN MENYEBUT DIRINYA SEBAGAI SYAH ALAM DI RIMBA RAYA. 11

5. CERITA ASAL USUL (LEGENDA) SECARA GARIS BESAR, CERITA ASAL-USUL DIBAGI KE DALAM TIGA JENIS, YAKNI SEBAGAI BERIKUT : A. CERITA ASAL-USUL DUNIA TUMBUH-TUMBUHAN CONTOH : 1.PADI BERMULA DARI KUBURAN DEWI SRI 2.GADUNG ITU BERACUN KARENA DIPANAH OLEH POHON JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ANAK PANAH YANG BERACUN 3.TANDAN JAGUNG ITU BERLUBANG KARENA DITOMBAK OLEH POHON GADUNG 4.POHON MATA LEMBU SEPERTI RUSAK KULITNYA KONON KARENA MELIHAT PERTARUNGAN ANTARA POHON JAGUNG DAN POHON GADUNG TERLALU DEKAT B. CERITA ASAL-USUL DUNIA BINATANG CONTOH : 1.SAPI ITU BERGELAMBIR KARENA SEWAKTU MANDI BAJUNYA TERTUKAR DENGAN BAJU KERBAU YANG LEBIH BESAR 2.KUDA ITU MULANYA BERTANDUK, TETAPI KEMUDIAN DIPINJAMKAN KEPADA RUSA. OLEH KARENA ITU, SAMPAI SEKARANG KUDA TIDAK LAGI BERTANDUK 3.DARAH IKAN MAS ITU MEMILIKI WARNA DARAH SEPERTI DARAH MANUSIA KARENA ASAL MULA IKAN MAS ADALAH MANUSIA 4.KUCING DAN ANJING PADA AWALNYA MERUPAKAN HEWAN YANG AKUR. NAMUN, PADA SUATU KETIKA ANJING MERASA DIKHIANATI KUCING, AKHIRNYA KEDUA BINATANG ITU SELALU BERTENGKAR. C. CERITA ASAL-USUL TERJADINYA SUATU TEMPAT CONTOH : 1.NAMA GUNUNG TENGGER DI JAWA TIMUR KONON DIAMBIL DARI SEPASANG SUAMI ISTRI YANG BERNAMA RARA ANTENG DAN JOKO SEGER 2.NAMA SUNGAI PERAK DI MALAYSIA KARENA SUATU KETIKA DI SUNGAI TERSEBUT MENGALIR SUSU SEEKOR IKAN HARUAN YANG TENGAH MENYUSUI ANAKNYA. RUPA SUSU IKAN TERSEBUT BERWARNA PUTIH SEPERTI PERAK. 3.GUNUNG TANGKUBAN PERAHU DI JAWA BARAT MIRIP PERAHU TERTELUNGKUP KARENA GUNUNG TERSEBUT MULANYA ADALAH SEBUAH PERAHU MILIK SANGKURIANG. DALAM KEADAAN MARAH, PERAHUNYA ITU DITENDANG HINGGA TERTELUNGKUP. LAMA- KELAMAAN JADILAH GUNUNG, YAKNI GUNUNG TANGKUBAN PERAHU SEBAGAIMANA YANG DIKENAL SEKARANG. 12

6. Cerita Pelipur Lara Cerita jenis ini disebut pelipur lara karena berfungsi untuk menghibur hati seseorang. Dalam cerita ini, dikisahkan tentang hal-hal yang indah serta penuh fantasi dan daya impian yang menawan, misalnya tentang kehidupan istana, keajaiban, senjata yang penuh keramat, putri yang cantik, ataupun hal-hal lainnya yang menggambarkan keindahan dan keceriaan. Contoh cerita yang fenomenal pada saat itu adalah Malim Deman, yakni cerita yang mengisahkan perkawinan tokoh yang bernama Malin Deman dengan seorang putri cantik dari kayangan. 7. CERITA JENAKA Contoh sastra lama yang tergolong ke dalam genre ini adalah cerita Pak Belalang, Lebai Malang, dan Pak Kodok. Pak Belalang mengisahkan orang yang selalu mujur, tetapi tidak disengaja. Lebai Malang menggambarkan orang yang karena keserakahannya justru selalu tidak memperoleh apa-apa. Sebaliknya, Pak Kodok mengisahkan orang yang mendapat kesempatan, tetapi tidak dapat mempergunakannya sehingga ia selalu terkena celaka. Di samping itu, ada pula kisah tentang Pak Pandir dan Mat Janin yang masing-masing menampilkan tokoh bodoh dengan aneka nasib yang dialaminya. 13

UNJUK PEMAHAMAN 2 JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN MENGASOSIASIKAN INFORMASI YANG TELAH DIPEROLEH. 1.TULISKAN CIRI UTAMA SASTRA ANGKATAN PUJANGGA LAMA. 2.BERFUNGSI SEBAGAI APAKAH KARYA-KARYA SASTRA LAMA PADA ZAMANNYA ITU ? 3.SECARA GARIS BESAR, GENRE SASTRA LAMA DAPAT DIKELOMPOKKAN KE DALAM DUA MACAM : PUISI DAN PROSA. OLEH KERENA ITU, KELOMPOKKANLAH SEMUA JENIS KARYA SASTRA LAMA TERSEBUT KE DALAM BENTUK BAGAN (DIAGRAM) POHON. 14

4. Jenis sastra lama apa saja yang masih berkembang pada masa sekarang. Jelaskanlah fungsi dan penyebab masih berkembangnya dari masing-masing sastra lama tersebut. 15

5. Tuliskanlah masing-masing sebuah contoh karya sastra yang berbentuk puisi dan prosa. Sampaikanlah karya tersebut di depan teman-teman Anda untuk ditanggapi berdasarkan daya tarik dan kebermanfaatannya. Unjuk Kegiatan 2 Bentuklah kelompok beranggotakan 3-4 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Secara berkelompok, lakukanlah penyelidikan terhadap jenis-jenis karya sastra lama yang berkembang di daerah Anda. Untuk itu, Anda dapat mengumpulkan datanya melalui naskah-naskah kuno ataupun melalui kegiatan wawancara terhadap tokoh-tokoh di daerah Anda. 2.Laporkanlah hasil kegiatan kelompok Anda dalam bentuk makalah dengan memperhatikan kelengkapan struktur, kejelasan dan keakuratan isi/paparan, serta kebakuan penggunaan bahasanya. C. Angkatan Sastra Melayu Lama Berbeda dengan sastra Angkatan Pujangga lama, Angkatan Sastra Melayu Lama berkembang setelah masyarakatnya mengenal peradaban tulis- menulis, terutama karena pengaruh agama Hindu dan Islam. Oleh karena itu, karya-karyanya tidak sedikit pula yang berbentuk tulisan. Nama-nama pujangga (sastrawan) juga mulai dikenal pada masa ini. Dengan demikian, karya sastranya tidak lagi tercipta sebagai karya masyarakat, tapi sudah berkembang pada karya-karya yang lahir dari kreativitas individual. Hanya saja jumlahnya sedikit. Para pengarang yang terkenal pada waktu itu adalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani,Nuruddin al-Raniri, abdul rauf Singkel dan Tun Sri Lanang. Nama pengarang yang disebut paling akhir ini terkenal dengan karangan-karangannya yang bergaya populer pada masa itu. Karya-karyanya antara lain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Syair Ken Tambunan, Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Undakan Panurat. Selain itu, dikenal pula penulis seperti Abdullah bin Abdul Karim Munsyi dan Raja Ali Haji. Selebihnya masih bersifat anonim. 16

Karya sastra Melayu lama ditandai oleh penggunaan ungkapan-ungkapan klise (formula zired), misalnya, dalam menggambarkan kecantikan seorang putri selalu dipakai kata- kata “seperti bulan empat belas”, “tiada sebagainya pada masa itu”. Untuk menggambarkan kemarahan seseorang, dinyatakan dengan ungkapan “seperti ular berbelit-belit”. Mengenai medan pertempuran dikatakan “mayat tertimbun seperti bukit” atau “darah mengalir seperti sungai”. Kalimat pembuka dan penutup pada hampir setiap naskah dinyatakan dengan “Bismillahirrahmaanirrahiim, Alkisah tersebutlah perkataan ...” dan “Wallahu a’lam bishawab wa ilahil marji’ walma’ab.” Dalam karya sastra Melayu lama, jumlah kosakata asing masih terbatas. Gejala adanya pengaruh bahasa asing baru dapat diamati sejak abad VII Masehi. Kosakata asing yang paling banyak berpengaruh adalah bahasa Arab kemudian diikuti oleh bahasa Sansekerta. Aksara Arab dengan berbagai modifikasi dan adaptasi, pada suatu kurun waktu, telah memperoleh tempat yang mantap sebagai cara untuk merekam berbagai bahasa di Nusantara. Dengan nama Jawa atau Pegon, aksara tersebut digunakan untuk bahasa Melayu, Aceh, Minang, Jawa, Sunda, dan bahasa-bahasa lainnya. Dominannya unsur bahasa Arab dalam sastra Melayu dapatlah dimklumi karena karya-karya sastra yang tersebar di kalangan masyarakat Melayu banyak yang merupakan hasil terjemahan dari bahasa Arab. Orang yang menerjemahkan karya sastra Melayu lama terbagi ke dalam kedua kelompok. Kelompok pertama adalah orang Melayu yang berlatar bahasa Arab. Kelompok kedua adalah para pedagang asing itu sendiri yang sudah belajar bahasa Melayu. Hasil karya kelompok pertama umumnya berupa kitab yang berunsur keagamaan, sedangkan hasil karya kelompok kedua berupa hikayat- hikayat yang bersifat hiburan. Dalam karya-karya yang bersifat keagamaan, tentu saja banyak dijumpai kosakata atau istilah-istilah teknis di bidang keagamaan (keislaman) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Melayu. Para penerjemah tetap mempertahankan istilah-istilah tersebut.Dalam karya-karya yang bersifat keagamaan, banyak dijumpai istilah-istilah serapan yang merupakan kosakata baru bagi perkembangan bahasa Melayu. Berdasarkan isinya, sastra Melayu lama dapat dikelompokkan ke dalam enam jenis, yakni (a) kisah tentang para nabi, (b) hikayat tentang Nabi Muhammad beserta keluarganya, pahlawan Islam, (c) hikayat pahlawan-pahlawan Islam, (d) cerita tentang ajaran dan kepercayaan Islam, (e) cerita fiktif, dan (f) cerita mistik atau tasawuf. Kisah atau hikayat tentang nabi-nabi terdapat dalam naskah yang berjudul Kisasul Anbiya, Surat Al Anbiya, dan Hikayat Anbiya. Gerth van Wijk dalam karyanya De Koranische Verhalen in het Maleische (Cerita-cerita Melayu yang bersumber dari Al Quran), tidak lain merupakan koleksi kisah-kisah para nabi, antara lain kisah Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Yaqub, dan Nabi Yusuf. Nabi Muhammad SAW dan keluarganya diuraikan ke dalam beberapa hikayat. Ada yang berupa kisah hidupnya sejak beliau lahir sampai wafat, ada yang berupa cerita tentang kisah atau peristiwa penting yang dialaminya, serta ada pula cerita nabi dan keluarganya. Dalam golongan ini dikenal Hikayat Nabi Muhammad, Hikayat Nabi Bercukur, Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Nabi Mikraj, Hikayat Nabi Mengajar Anaknya Fatimah, Hikayat Iblis dan Nabi, Hikayat Nabi Mengajar Ali, dan Nabi Wafat. 17

Di samping itu, beberapa hikayat tentang pahlawan Islam yang gagah perkasa. Dalam golongan ini dikenal Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Iskandar Zulkarnain, dan Hikayat Muhammad Hanafiah. Selanjutnya, ada pula cerita yang berisi ajaran agama serta hukum Islam serta kepercayaan menurut ajaran Islam, misalnya, tentang iblis, malaikat, hari kiamat, dan surga neraka. Dalam golongan ini termasuk Hikayat Seribu Masalah, Shiratal Mustaqim, Hikayat Iblis dan Nabi, Hikayat Fartana Islam, dan Sakaratul Maut. Suatu jenis sastra yang mendapat pengaruh Islam mempunyai ciri khusus yang membedakannya dengan jenis cerita lain, yakni sifat fiktif yang sangat menonjol. Dalam jenis ini kita jumpai Hikayat Tamim Ad Dari, Hikayat Abu Samah, Hikayat Samaun, Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Pendeta raghib, dan Hikayat Raja Handak. Terakhir, kita akan mengenal suatu jenis sastra berupa cerita mistik atau tasawuf. Pengarang mistik yang terkenal yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani, Abdul rauf Singkel, dan Nuruddin ar-Raniri. Karangan Hamzah Fansuri yang terkenal yaitu Syair Perahu, Syair si Burung Pingai, Syair Dagang, Syarab al-Asyiqin, dan Asral al Arifin fi Bayan Iim as Suluki Wa Tauhid. Samsuddin as-Sumatrani dengan karangannya Mir’atul al Mukmin dan Mineral al Muhaqqiqin. Abdul rauf Singkel, karangannya antara lain Asral al Insan fi Ma’rifat al Ruh wa Ar rahman, Tibyan fi Ma’rifat Addun, Hujjat as Siddiq li Daf Al zindiq, dan Hil azdZim. Unjuk Kegiatan 3 Bentuklah kelompok beranggotakan 3-4 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Tuliskanlah kembali secara terperinci, ciri-ciri dari sastra Melayu lama dan perbedaannya dengan Angkatan Pujangga Lama. 2.Kelompokkanlah genre-genre sastra Melayu lam (dalam pemaparan di atas terdapat enam macam). Kemukakanlah pula contoh-contoh dari setiap genrenya termasuk pengarangnya jika ada. 18

D. Sastra Indonesia Modern 1.Angkatan Balai Pustaka Karya sastra yang lahir pada periode tahun 1920-an sering disebut sebagai karya sastra Angkatan Dua Puluhan atau Angkatan Balai Pustaka. Disebut Angkatan Dua Puluhan karena novel yang pertama kali terbit adalah pada tahun 1920, yakni novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar. Karya-karya yang lahir pada periode itu disebut pula Angkatan Balai Pustaka karena karya- karyanya banyak yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Peran Balai Pustaka dalam menghidupkan dan memajukan perkembangan sastra Indonesia memang sangat besar. Penerbitan pertamanya adalah Azab dan Sengsara dan kemudian berpuluh-puluh novel lain diterbitkan pula, termasuk buku-buku sastra daerah. Selain disebut Angkatan Balai Pustaka, Angkatan 20-an disebut pula Angkatan Siti Nurbaya karena novel yang paling laris dan digemari masyarakat pada masa itu adalah novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli. Berdasarkan ciri-cirinya, jelaslah bahwa karya-karya sastra yang lahir pada periode ini berbeda dengan karya-karya sastra pada periode sebelumnya. Alasannya adalah sebagai berikut : Temanya tentang kehidupan masyarakat sehari-hari (masyarakat sentris), misalnya, tentang adat, pekerjaan, dan persoalan rumah tangga Telah mendapat pengaruh dari kesusastraan Barat. Hal ini tampak pada tema dan tokoh- tokohnya, misalnya, pada novel Siti Nurbaya yang bertokohkan samsul Bahri atau Letnan Mas sebagai serdadu Belanda. Pada novel Salah Asuhan, tokoh Hanafi ingin hidup bergaya Belanda. Semua novel pada periode ini pengarangnya dinyatakan dengan jelas, misalnya, sebagai berikut : 19

Tampak pada daftar di atas bahwa karya-karya sastra yang muncul pada periode ini sudah jelas pengarangnya. Temanya pun pada umumnya tentang kemasyarakatan; tidak lagi berkisah soal kerajaan maupun dunia gaib. Di samping itu, karya-karya sastra pada masa ini sudah lebih dinamis, baik dari segi bentuk, tema, maupun gaya penyampaiannya. Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan masa sekarang (abad XXI), karya-karya tersebut masih memiliki banyak perbedaan. Hal ini tampak pada bahasa serta adat istiadat para tokohnya yang pada umumnya mencerminkan kehidupan masyarakat ketika karya itu tercipta. Sebagai contoh, adat dalam novel salah Asuhan atau Siti Nurbaya tentang kawin paksa. Apakah adat tersebut masih berlaku pada zaman sekarang ? Dalam Salah Asuhan, adat kebiasaan membawa koper kulit nila ketika seseorang bepergian, seperti yang dilakukan tokoh Hanafi. Apakah pada masa sekarang kebiasaan tersebut sudah ditinggalkan atau masih berlaku ? Perhatikan cuplikan cerita berikut. Ratna! ketahuilah olehmu! Kemegahan tentang turunan itulah salah satu daripada rem yang banyak yang menahan kemajuan bangsa kita. Asal tersebut bangsawan usul, meskipun berperangai buruk, diperebutkan orang buat menjadi menantu atau menjadi suami. Lihatlah banyak aom dan raden yang hidup mengganti-ganti istri saja, dengan tidak mementingkan barang sesuai yang lain. Orang kampung yang “beruntung” dapat menyerahkan anak gadisnya kepada bangsawan usul itu, berasa mendapat gunung emas meskipun anak gadisnya dijadikan bini nomor empat dan tidak dibelanjai pula. Yang dipentingkan oleh si orangtua hanyalah bibit baik yang nanti akan diperolehnya di kampung. (Sumber : Novel Pertemuan Jodoh, Abdul Muis). Cuplikan di atas menggambarkan kehidupan para bangsawan masa lalu yang senang berganti-ganti istri. Perilaku masyarakat kampung yang gila hormat tampak juga di dalamnya. Mereka mengejar status kebangsawanan bagi keturunannya dengan mengawinkan anak-anak gadisnya kepada bangsawan. Hal menarik lainnya dari cuplikan tersebut adalah kata-kata mendapat gunung emas. Kata-kata itu merupakan contoh ungkapan yang artinya “ mendapat kebahagiaan atau untung besar’. Ungkapan memang banyak digunakan dalam karya-karya sastra lama, khususnya pada periode ’20-30- an. Kata-kata itu berfungsi sebagai pemanis yang menyebabkan rangkaian cerita menjadi lebih menarik dan enak dibaca. 20

Unjuk Kegiatan 4 Bentuklah kelompok beranggotakan 3-4 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Identifikasi kembali secara terperinci karakteristik dari karya- karya sastra Angkatan Balai Pustaka berdasarkan jenis, tema, kepengarangan, dan aspek-aspek lainnya. 2. Bacalah sebuah novel Angkatan Balai Pustaka, misalnya, Siti Nurbaya atau Azab dan Sengsara. Secara berdiskusi, temukanlah tema umum dari novel tersebut. Sesuaikah tema novel itu dengan ciri-ciri yang telah dipelajari pada pemaparan sebelumnya. Judul novel : ............................................ Pengarang : ............................................ Tema : ............................................ Tanggapan : ............................................ 2. Angkatan Pujangga Baru Istilah Angkatan Pujangga Baru lahir sekitar tahun’30-40-an. Nama tersebut diambil dari majalah sastra yang terbit pada tahun 1933. Majalah itu bernama Pujangga Baroe. Majalah ini dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Sanusi pane, serta Armijn Pane. Angkatan Pujangga Baru disebut juga Angkatan Tiga Puluh karena angkatan ini lahir pada tahun ’30-an. Karya sastra yang lahir pada angkatan ini berbeda dengan karya sastra pada angkatan sebelumnya. Karya-karya pada periode ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak mempersoalkan lagi tradisi sebagai tema sentralnya. Hal semacam ini timbul karena para pengarang, khususnya, sudah memiliki pandangan yang jauh lebih maju dan sudah mengenal budaya-budaya yang lebih modern. Di samping itu, semangat nasionalisme mereka sudah semakin tinggi sehingga isu-isu yang diangkat dalam karya mereka tidak lagi kental dengan warna kedaerahan. 21

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistis, dan elitis. Berikut beberapa sastrawan Angkatan Pujangga Baru beserta karya- karyanya : 22

UNJUK PEMAHAMAN 3 Dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh, jawablah pertanyaan di bawah ini. 1.Dari manakah asal penyebutan Pujangga baru untuk nama angkatan sastra pada tahun ’30-40-an? 2.Siapakah Amir Hamzah itu? 3.Bagaimana kiprah Sutan Takdir Alisjahbana pada zaman Angkatan Pujangga Baru? 4.Bagaimana karakteristik utama Angkatan Pujangga Baru dan perbedaannya dengan Angkatan Balai Pustaka? 5.Genre apa saja yang muncul pada zaman Angkatan Pujangga Baru? Jelaskan contoh karya beserta nama pujangga. 23

UNJUK KEGIATAN 5 BENTUKLAH KELOMPOK BERANGGOTAKAN 3-4 ORANG, LALU SELESAIKAN KEGIATAN BERIKUT DENGAN MENGASOSIASIKAN INFORMASI YANG TELAH DIPEROLEH. 1. BACALAH SALAH SATU NOVEL KARYA ANGKATAN PUJANGGA BARU. 2.CATATLAH IDENTITAS NOVEL ITU SECARA LENGKAP. 3.SUSUN PULA SINOPSIS TENTANG NOVEL TERSEBUT. 4.DISKUSIKANLAH UNSUR-UNSUR PEMBENTUK NOVEL TERSEBUT SECARA LENGKAP DAN JELAS YANG MELIPUTI TEMA, AMANAT, ALUR, PENOKOHAN, DAN LAINNYA. 5.SAJIKANLAH HASIL ANALISIS KELOMPOK ANDA DALAM FORMAT LAPORAN SEPERTI BERIKUT. JUDUL NOVEL : ....... PENGARANG : ....... PENERBIT : ....... KETEBALAN : ....... SINOPSIS : ....... 24

3. Angkatan ‘45 Periode ’45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar karena perjuangan Chairil Anwar sangat besar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Dia pula yang dianggap sebagai pelopor Angkatan ’45. Angkatan ’45 disebut juga Angkatan Kemerdekaan karena dilahirkan saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Karya-karya yang lahir pada masa Angkatan ’45 sangat berbeda dari karya sastra masa sebelumnya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : a. bebas, b. individualistis, c.universalitas, dan d. realistis Sikap hidup dan sikap dalam berkarya para pengarang dan sastrawan Angkatan ‘45 sangat tegas. Mereka mengumumkan sikap hidup tersebut melalui majalah Siasat dalam rubrik “Gelanggang”. Sikap tersebut mereka beri nama Surat Kepercayaan Gelanggang yang diumumkan tahun 1950 dalam majalah Siasat. Keberadaan angkatan ini memang erat hubungannya dengan Surat Kepercayaan Gelanggang. Konsep humanisme universal menjadi acuan Perkumpulan Gelanggang karena mereka menganggap bahwa karya- karya yang dibuat oleh Angkatan Pujangga Baru kurang realistis. Angkatan Pujangga Baru yang beraliran romantis dinilai hanya mementingkan estetika. Berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru, Angkatan ’45 beraliran ekspresionisme-realistis. Karya-karya yang dihasilkan bergaya ekspresif (menggambarkan identitas si seniman) dan juga realistis. Dalam hal ini, realistis berarti fungsional atau berguna untuk masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Angkatan ’45 menganut pendapat seni untuk masyarakat. Sementara itu, Angkatan Pujangga Baru menganut pendapat seni untuk seni. Tema yang banyak diangkat dalam karya-karya sastra Angkatan ’45 adalah tema tentang perjuangan kemerdekaan. Dari karya-karya bermakna perjuangan itulah, lahir amanat yang menyatakan bahwa perjuangan mencapai kemerdekaan tidak hanya dilakukan melalui politik atau angkat senjata, tetapi juga dapat dilakukan melalui karya-karya seni. 25

Angkatan ‘45 mulai melemah ketika sang pelopor, Chairil Anwar, meninggal dunia. Selain itu, Asrul Sani, yang juga merupakan salah satu pelopornya, mulai menyibukkan diri membuat skenario film. Kehilangan akan kedua orang tersebut membuat Angkatan ‘45 seolah-olah kehilangan kemudinya. Akhirnya, masa Angkatan ‘45 berakhir dan digantikan oleh Angkatan ‘50. Angkatan ‘45 memiliki gaya yang berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru. Gaya ini dipengaruhi oleh kandidat politik masing-masing angkatan. Angkatan Pujangga Baru memiliki gaya romantis-idealis karena pada saat itu perjuangan kemerdekaan belum sekeras yang dialami Angkatan ‘45. Sementara itu, Angkatan ‘45 yang terbentuk pada saat gencarnya perjuangan kemerdekaan memilih gaya ekspresionisme-realistis agar dapat berguna dan diterima oleh masyarakat. Ciri umum lainnya adalah baik bentuk prosa, maupun puisi pada Angkatan ’45 lebih bebas. Sementara itu, ciri khusus Angkatan ’45, yakni prosanya bercorak realisme; puisinya bercorak ekspresionisme. Tema dan latar yang menonjol adalah revolusi. Dalam hal penyajiannya, lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa dan jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya. ●Berikut tokoh-tokoh beserta karya-karya dalam Angkatan ’45. Chairil Anwar -Kerikil Tajam (1949) ●-Deru Campur Debu (1949) Asrul Sani, bersama Rivai Apin, dan Chairil Anwar ●-Tiga Menguak Takdir (1950) Idrus -Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948) 26

-Aki (1949) ●-Perempuan dan Kebangsaan Achdiat K. Mihardja ●-Atheis (1949) Trisno Sumardjo ●-Katahati dan Perbuatan (1952) Utuy Tatang Sontani -Suling (drama) (1948) -Tambera (1949) ●-Awal dan Mira – drama satu babak (1962) Suman Hs -Kasih Ta’ Terlarai (1961) -Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957) -Pertjobaan Setia (1940) Unjuk Pemahaman 4 Dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh, jawablah pertanyaan di bawah ini. 1.Mengapa Angkatan ’45 sering pula disebut sebagai Angkatan Chairil Anwar ? 2.Bagaimana ciri-ciri dari karya-karya sastra Angkatan ’45 ? 3.Bagaimana perbedaan gaya sastra Angkatan ’45 dengan Angkatan Pujangga Baru? 4.Apa yang dimaksud dengan “kebebasan” pada Angkatan ‘45 ? 5.Apa penyebab melemahnya Angkatan ’45 ? Unjuk Kegiatan 6 Bentuklah kelompok beranggotakan 3-4 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Lakukanlah penelusuran terhadap kiprah 1-2 orang sastrawan Angkatan ‘45. 2.Bacalah berbagai referensi lainnya mengenai tokoh tersebut. Kenali pula karya-karyanya secara langsung. 3.Sajikanlah hasilnya dalam sebuah bentuk biografi singkat tentang sastrawan tersebut sepanjang 4-5 halaman. 27

4. Angkatan ‘50 Angkatan ini dikenal sebagai periode krisis sastra Indonesia. Sejak Chairil Anwar meninggal, lingkungan kebudayaan “Gelanggang Seniman Merdeka” seolah-olah kehilangan semangatnya. Pada saat itu, jumlah buku yang terbit sangat jauh berkurang. Sejak tahun 1953, Penerbit Balai Pustaka yang sebelumnya berperan sebagai penerbit utama buku-buku sastra, perannya tidak lagi menentu. Pada saat itu, aktivitas sastra Indonesia hanya ada pada majalah-majalah, seperti Gelanggang Siasat, Mimbar Indonesia, Zenith, Poedjangga Baroe. Oleh karena itu, genre sastra yang mendapat ruang dan mengalami perkembangan hanyalah karya-karya semacam kumpulan puisi, cerpen, dan karya-karya pendek lainnya. Adapun karya-karya semacam novel tidak mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Tak mengherankan apabila pad masa itu dikenal sebagai zamannya sastra majalah. Pada masa ini, dunia sastra juga mengalami masa-masa suram, yakni dengan kuatnya pengaruh-pengaruh partai politik ke dalamnya. Tema- tema sastra banyak disusupi ideologi-ideologi tertentu.Perebutan pengaruh ideologi nasionalis-religius dengan sastrawan yang berpaham komunis sangat kuat di dalamnya. Oleh karena itulah, pada masa ini, muncul pula istilah sastra kiri, yakni sastra yang beraliran komunis dan aliran sastra kanan yang berhaluan nasionalis-religius (universal). H.B. Jassin-lah yang menjadi pelopor Angkatan ’50 karena angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah yang dipimpinnya. Sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya bahwa pada angkatan ini lebih banyak berkembang adalah karya-karya sastra majalah, seperti cerpen dan puisi-puisi balada. Puisi-puisi balada yang terkenal adalah karya-karya W.S. Rendra, seperti “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo” atau “Nyanyian Angsa”. Puisi- puisi tersebut bertema gambaran kemuraman hidup dan kritik sosial. Sastrawan lainnya dan beberapa karyanya yang dikenal pada masa ini, antara lain, sebagai berikut. 28

29

Unjuk Pemahaman 5 Dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh, jawablah pertanyaan di bawah ini. 1.Secara lebih terperinci, identifikasilah sekurang-kurangnya lima buah ciri dari Angkatan ’50. 2.Sajikanlah hasilnya dalam tabel berikut. 30

3. Kelompokkanlah pula karya-karya sastra Angkatan ’50 tersebut berdasarkan genrenya dengan menyebutkan judul beserta nama pengarangnya. 5. Angkatan ‘66 Nama Angkatan ’66 dicetuskan H.B. Jasin melalui bukunya yang berjudul Angkatan ’66. Angkatan ini lahir bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yang tengah mengalami kekacauan akibat teror dan merajalelanya paham dan ideologi yang mengancam Pancasila. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir pada periode itu lebih banyak berwarna protes terhadap keadaan sosial dan politik pemerintah pada masa itu. Pengarang yang produktif pada masa itu antara lain, Taufik Ismail, Mansur Samin, Bur Rasuanto. Karya-karya yang terbit di antaranya Pagar Kawat Berduri karya Toha Mohtar dan Tirani (kumpulan puisi) karya Taufik Ismail. Berikut gambaran lebih lengkap mengenai para sastrawan dan karya- karyanya pada angkatan ’66. 31

32

Unjuk Kegiatan 7 A.Bentuklah kelompok beranggotakan 3-4 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Diskusikanlah hal-hal menarik dari karya-karya sastra Angkatan ‘66. Untuk itu, terlebih dahulu Anda harus membaca beberapa karya yang menandai angkatan tersebut. 2.Sajikanlah temuan-temuan kelompok Anda tersebut dalam rubrik seperti berikut B. Presentasikanlah laporan tersebut di depan kelompok lainnya untuk mereka tanggapi. Gunakanlah rubrik berikut. 6. Angkatan ’70-an Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari karya sebelumnya. Kebanyakan karya-karya itu tidak menekankan pada makna kata. Para kritikus sastra menggolongkan karya-karya tersebut ke dalam jenis sastra kontemporer. Kemunculan sastra semacam ini dipelopori oleh Sutardji Calzoum Bachri. Ciri umum dari puisi Sutardji adalah dikesampingkannya unsur makna. Puisi Sutardji lebih menekankan permainan bunyi dan bentuk grafis. Sifat kontemporer pada puisi-puisi Sutardji itu terkumpul dalam sebuah buku yang berjudul O Anak Kapak yang diterbitkan pada tahun 1981. Sifat kontemporer tampak pula pada puisi-puisi Leon Agusta dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul Hukla (1979). Hamid Jabbar dalam Wajah Kita (1981), E. Rahardi dalam Catatan Sang Koruptor (1985), rahim Qahhar dalam Blong, dan Ibrahim Sattah dalam Dan dandik (1975). Perhatikan puisi berikut. 33

34

Oleh para kritikus sastra, Sutardji digolongkan ke dalam penyair yang melahirkan puisi-puisi kontemporer. Selain Sutardji, penyair-penyair yang melahirkan puisi kontemporer adalah Yudhistira Ardinugraha, Linus Suryadi A.G., Leon Agusta, Hamid Jabbar, F. Rahardi, Rahim Qahhar, Husni Djamaluddin, dan Ibrahim Sattah. Berikut puisi kontemporer lainnya karya Husni Djamaluddin. 35

Beberapa sastrawan lainnya pada angkatan ini adalah Umar Kayam, Ikranegara, Arifin C. Noer, Akhadiat, darmanto Jarman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, Motinggo Busye, Sapardi Djoko Damono, Satyagraha Hoerip Soeprobo, dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin. Semangat avant-garde dalam puisi-puisi pada angkatan ini sangat menonjol. Selain itu, aliran sastra pada angkatan ini pun beragam, yakni dengan munculnya karya sastra beraliran surealis, arus kesadaran, arketip, absurd, dan sebagainya. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa angkatan ini. Sementara itu, genre prosanya banyak yang menyuarakan sastra daerah meskipun tema pokok yang dibahas belum menunjukkan pergeseran. Novel-novel yang terbit pada paruh pertama hingga pertengahan 1970-an menampilkan serentetan gejala lokal yang melukiskan tatanan sehari-hari, seperti keluarga, kepercayaan, ritual, dan kebiasaan sebuah komunitas. Hal ini bisa ditelusuri dalam novel Upacara (1978) karya Korrie Layun Rampan, Khotbah di Atas Bukit (1976), cerpen “Suluk Awang-Uwung” (1975), Makrifat Daun, Daun Makrifat (1977) karya Kuntowijoyo. 36

Unjuk Pemahaman 6 A.Jelaskan kembali ciri-ciri dari Angkatan ’70 yang membedakan dengan angkatan-angkatan sastra lainnya. Selesaikan dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Secara lebih terperinci, identifikasilah sekurang-kurangnya lima buah ciri dari Angkatan ’70. 2.Sajikanlah hasilnya dalam tabel berikut. B. Dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh, jawablah pertanyaan di bawah ini. 1.Daftarkanlah sekurang-kurangnya lima judul prosa yang tergolong ke dalam Angkatan ’70. 2.Tuliskan pula nama pengarang dan karya-karya tersebut. 3.Jelaskan pula tema-temanya. 37

Unjuk Kegiatan 8 Bentuklah kelompok beranggotakan 3-4 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Bacalah kembali puisi “Pada Sepi Mulanya”. 2.Secara berdiskusi, jelaskan maksud puisi tersebut. 3.Presentasikanlah pendapat kelompok Anda tersebut untuk mendapat tanggapan dari kelompok lainnya. 4.Gunakanlah rubrik berikut. 7. Angkatan ’80-an Memasuki dasawarsa pertama 1980-an, suara lokal dalam sastra Indonesia masih berkutat pada persoalan nilai tradisional dan modern. Novel tetralogi Pulau Buru (1980) karya Pramoedya Ananta Toer, Burung-burung Manyar (1981), dan Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (1983) karya Y.B. Mangunwijaya, Bako (1983) karya Darman Moenir, trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (1982) karya Ahmad Tohari, untuk menyebut beberapa contoh, masih berkutat pada persoalan ritual, agama dan kekerabatan. Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980 ditandai pula dengan banyaknya roman percintaan dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut, yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum. Mira W. Dan marga T. adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis(percintaan) dan menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad XIX yang tokoh utamanya selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme. Karya-karya pada era 80-an pun pada umumnya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun, yang tak boleh dilupakan, pada era 80- an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop remaja, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan serial Lupus-nya. 38

Unjuk Pemahaman 7 A.Dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh, jawablah! 1.Apa saja ciri utama dari karya-karya Angkatan ’80-an? 2.Bagaimana perbedaan karya-karya Angkatan 80-an dengan Angkatan Balai Pustaka ? 3.Bagaimana karakteristik dan karya-karya Mira W ? 4.Siapakah Marga. T itu ? 5.Apa saja yang Anda ketahui tentang serial Lupus ? B.1. Telusurilah lebih mendalam tentang kiprah kepengarangan dari salah seorang sastrawan Angkatan ’80. 2. Daftarkanlah karya-karya serta karakteristik kepengarangan dari sastrawan tersebut Nama sastrawan ...................... 8. Angkatan Reformasi Seiring jatuhnya kekuasaan pemerintah Orde Baru, muncullah wacana tentang sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya genre sastra, seperti puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika, misalnya selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun ’90-an seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra – puisi, cerpen dan novel – pada saat itu. Bahkan penyair- penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Acep Zamzam Noor, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial politik mereka. 39

Unjuk Pemahaman 8 Dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh, jawablah pertanyaan- pertanyaan di bawah ini. A. 1. Peristiwa apakah yang mendorong lahirnya Angkatan Reformasi ? 2. Bagaimana ciri-ciri dari karya sastra Angkatan Reformasi ? 3. Apa peran harian Republika berkaitan dengan angkatan tersebut ? 4. Siapakah sajakah sastrawan yang termasuk Angkatan Reformasi ? 5. Bagaimana ciri-ciri kepengarangan dari Sutardji Calzoum Bachri ? B. 1. Apa saja yang Anda ketahui tentang peristiwa reformasi ? 2. Bacalah berbagai literatur tentang peristiwa itu secara berimbang! 3. Tulislah informasi-informasi yang anda temukan ke dalam teks baru yang berbentuk artikel! 9. Angkatan 2000 Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan 2000. Angkatan ini ditandai oleh karya-karya cenderung berani dan vulgar. Hal tersebut tampak pada karya-karya Ayu Utami dengan karyanya yang berjudul Saman. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita Saman. Sebagai perlawanan atas maraknya karya-karya yang vulgar dan novel-novel teenlit yang mengadopsi begitu saja moral pergaulan yang serba bebas ala remaja Amerika, pada angkatan ini bermunculan juga fiksi-fiksi islami. Fiksi islami hadir menyusul berkembangnya “fiksi sekuler” ataupun “fiksi seksual” Saman atau novel semacam Ode untuk Leopold Von Sacher Masoch karya Dinar Rahayu, dan cerpen-cerpen Djenar Maesa Ayu. Seakan-akan gerakan fiksi islami sengaja memberikan wacana alternatif agar dunia fiksi Indonesia tidak hanya didominasi oleh fiksi-fiksi seksual. Oleh karena itu, fiksi islami kemudian didefinisikan sebagai karya sastra berbentuk fiksi yang ditulis dengan pendekatan islami, baik dalam mengeksplorasi tema (persoalan yang diangkat) maupun pengemasannya ke dalam karya. Pada umumnya, bahasa dalam fiksi islami bersifat santun dan bersih dari citraan-citraan yang erotis dan vulgar. Menariknya lagi, aktivitas gerakan fiksi islami didominasi oleh para perempuan penulis, seperti halnya fiksi sekuler yang juga didominasi oleh para perempuan penulis. Dua kelompok mainstream sastra yang berbeda “ideologi” itu seakan saling berebut pembaca dan pengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia kontemporer. Kehadiran sastra Islam sebenarnya tidak spontan. Sejak paruh terakhir dasawarsa 1990-an, khazanah sastra Indonesia sebenarnya sudah disemaraki oleh kehadiran fiksi islami. Fiksi bernafaskan Islam ini menawarkan semacam “wacana baru” sebagai wacana sastra alternatif bagi masyarakat pecinta fiksi Indonesia kontemporer. 40

Tradisi penulisan fiksi islami tersebut kemudian berkembang sangat pesat, terutama sejak awal dasawarsa 2000-an. Banyak penulis ternama lahir dari fenomena fiksi islami itu, seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Fahri Aziza, Pipiet Senja, dan Habiburrahman El Shirazy. Berikut beberapa nama sastrawan Angkatan 2000 beserta karya-karyanya. ●Ahmad Fuadi -Negeri 5 Menara (2009) -Ranah 3 Warna (2011) -Rantau 1 Muara (2013) ●Andrea Hirata -Laskar Pelangi (2005) -Sang Pemimpi (2006) -Edensor (2007) -Maryamah Karpov (2008) -Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010) ●Ayu Utami -Saman (1998) -Larung (2001) ●Dewi Lestari -Supernova 1 : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001) -Supernova 2 : Akar (2002) -Supernova 3 : Petir (2004) -Supernova 4 : Partikel (2012) -Supernova 5 : Gelombang (2014) ●Habiburrahman El Shirazy -Ayat-Ayat Cinta (2004) -Di Atas Sajadah Cinta (2004) -Ketika Cinta Berbuah Surga (2005) -Pudarnya Pesona Cleopatra (2005) -Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007) -Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007) -Dalam Mihrab Cinta (2007) ●Herlinatiens -Garis Tepi Seorang Lesbian (2003) -DeJavu sayap yang Pecah (2004) -Jilbab Britney Spears (2004) -Sajak Cinta yang Pertama (2005) -Malam Untuk Soe Hok Gie (2005) -Rebonding (2005) -Broken Heart, Psikopat Teen Guide (2005) -Koella, Bersamamu dan Terluka (2006) -Sebuah Cinta yang Menangis (2006) 41

●Raudal Tanjung Banua -Pulau Cinta di Peta Buta (2003) -Ziarah bagi yang Hidup (2004) -Parang Tak Berulu (2005) -Gugusan Mata Ibu (2005) ●Seno Gumira Ajidarma -Atas Nama Malam -Sepotong Senja untuk Pacarku -Biola Tak Berdawai 42

Unjuk Kegiatan 9 Bentuklah kelompok beranggotakan 5-6 orang, lalu selesaikan kegiatan berikut dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh. 1.Pilihlah sebuah novel yang termasuk Angkatan 2000. Bacalah novel itu dengan baik. Kemudian cermatilah kekhasan yang menonjol pada novel tersebut, baik itu pada tema, penokohan, alur ataupun lainnya. 2.Presentasikanlah pendapat kelompok Anda untuk mendapat tanggapan dari kelompok lainnya, terutama dalam perbandingan dengan persamaan/perbedaan dari kekhasan dari novel yang telah dibaca. 3.Rumuskanlah kesepakatan bersama tentang kekhasan umum dari novel-novel Angkatan 2000. Unjuk Pemahaman 9 Dengan mengasosiasikan informasi yang telah diperoleh, susunlah intisari dari ciri-ciri setiap angkatan sastra Indonesia, mulai dari Angkatan ’20 – Angkatan 2000. Tuliskan-lah karya-karya penting dari setiap angkatan itu beserta nama pengarangnya. Sajikanlah kegiatan Anda dengan menggunakan format berikut. 43

RANGKUMAN 1.Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu tentang perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Selain itu, dikenal pula istilah angkatan sastra, yakni penamaan untuk sekelompok sastrawan berdasarkan zamannya. Setiap angkatan dalam suatu periodisasi sastra pasti memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakan dengan ciri-ciri atau karakteristik dari angkatan yang lainnya, baik itu dalam genre, isi, maupun aspek-aspek lainnya. 2.Pujangga Lama disebut pula dengan sastra klasik atau sastra tradisional, yakni karya sastra yang tercipta dan berkembang sebelum masyarakatnya mengenal budaya tulis-menulis. Oleh karena itu, salah satu cirinya adalah penyebaran karya sastranya dilakukan secara lisan. Nama pencipta sastra klasik biasanya sudah tidak diketahui. Genre sastra Angkatan Pujangga Lama ada yang berupa ungkapan, mantra, peribahasa, pantun, teka-teki, cerita binatang, cerita asal- usul, cerita jenaka, dan cerita pelipur lara. 3.Angkatan Sastra Melayu Lama berkembang setelah masyarakatnya mengenal peradaban tulis-menulis, terutama karena pengaruh agama Hindu dan Islam. Karya-karyanya tidak sedikit pula yang berbentuk tulisan. Nama-nama pujangga (sastrawan) juga mulai dikenal pada masa ini. Karya sastra Melayu lama ditandai oleh ungkapan-ungkapan klise. 4.1.Berdasarkan isinya, sastra Melayu lam dapat dikelompokkan ke dalam enam jenis, yakni (a) kisah tentang para nabi, (b) hikayat tentang Nabi Muhammad beserta keluarganya, (c) hikayat pahlawan-pahlawan Islam, (d) cerita tentang ajaran dan kepercayaan Islam, (e) cerita fiktif, dan (f) cerita mistik atau tasawuf. 5.Karya sastra Angkatan Balai Pustaka lahir pada periode tahun 1920-an. Karya- karya yang lahir pada periode itu disebut juga Angkatan Balai Pustaka karena karya-karyanya banyak yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Peran Balai Pustaka dalam menghidupkan dan memajukan perkembangan sastra Indonesia memang sangat besar. Berdasarkan ciri-cirinya, karya-karya sastra yang lahir pada periode ini berbeda dengan karya-karya pada periode sebelumnya. Temanya tentang kehidupan masyarakat sehari-hari (masyarakat sentris) dan telah mendapat pengaruh dari kesusastraan Barat. 6.Angkatan Pujangga Baru lahir sekitar tahun ’30-40-an. Nama tersebut diambil dari nama majalah sastra yang terbit pada tahun 1933. Majalah itu bernama Pujangga Baroe. Majalah ini dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane, serta Armijn Pane. Karya-karya pada periode ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak mempersoalkan lagi tradisi sebagai tema sentralnya. 7.Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45. Karya sastra angkatan ini lebih realistis dibandingkan dengan karya Angkatan Pujangga Baru yang romantis-idealistis. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan, seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan Angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. 8.Angkatan ’50 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jasin. Ciri Angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Pada angkatan ini, muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan yang bergabung dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. 44

9. Munculnya Angkatan ’66 dilatarbelakangi oleh maraknya penyelewengan kekuasaan oleh para pemimpin, korupsi merajalela, serta penangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan. Oleh karena itu, karya-karya sastranya banyak yang berisi protes terhadap pemimpin dan penderitaan rakyat. 10. Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari karya sebelumnya. Kebanyakan karya tersebut tidak menekankan pada makna kata. Para kritikus sastra menggolongkan karya-karya tersebut ke dalam jenis sastra kontemporer. Kemunculan sastra semacam ini dipelopori oleh Sutardji Calzoum Bachri. Ciri umum dari puisi Sutardji adalah dikesampingkannya unsur makna. Puisi Sutardji lebih menekankan permainan bunyi dan bentuk grafis. Sifat kontemporer dalam puisi-puisi Sutardji tersebut terkumpul dalam sebuah buku yang berjudul O Anak kapak yang diterbitkan pada tahun 1981. 11. Angkatan ’80-an masih berkutat pada persoalan ritual, agama, dan kekerabatan. Selain itu, karya sastra di Indonesia pada periode ini ditandai pula dengan banyaknya roman percintaan. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum. 12. Angkatan reformasi muncul bersamaan dengan peristiwa reformasi tahun 1998. Angkatan ini ditandai dengan maraknya karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra-puisi, cerpen, dan novel. 13. Angkatan 2000 ditandai oleh karya-karya yang cenderung berani dan vulgar. Sebagai perlawanan atas maraknya karya-karya yang vulgar dan novel-novel teenlit yang mengadopsi begitu saja moral pergaulan yang serba bebas ala remaja Amerika, pada angkatan ini bermunculan juga fiksi-fiksi islami yang ditulis dengan pendekatan islami, baik dalam mengeksplorasi tema (persoalan yang diangkat) maupun dalam pengemasannya ke dalam karya. Pada umumnya, bahasa yang digunakan bersifat santun dan bersih dari citraan-citraan yang erotis dan vulgar. Aktivis gerakan fiksi islami didominasi oleh para perempuan penulis, seperti halnya fiksi sekuler yang juga didominasi oleh para perempuan penulis. Dua kelompok mainstream sastra yang berbeda “ideologi” itu seakan saling berebut pembaca dan pengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia kontemporer. 45

Tes Formatif Pilihlah satu jawaban yang benar. 1.Puisi lama (pantun) Bapak itu pergi ke pasar Pulangnya membeli roti Anak itu rajin belajar Sayangnya lupa mengaji Puisi baru (bebas) Habis bulan terima gaji Debet kredit dihitung ulang Sekali ini harta sendiri Membuat pusing kepala pening Masuk kiri keluar kanan Perbedaan puisi lama (pantun) dengan puisi baru (bebas) di atas adalah ... A.Puisi lama mementingkan isi, puisi baru mementingkan bahasa B.Puisi lama mudah dimengerti, puisi baru sulit dipahami. C.Puisi lama terikat persajakan, puisi baru tidak terikat jumlah baru D.Puisi lama terikat berisi nasihat, puisi baru kisahan E.Puisi lama tidak jelas pengarangnya, puisi baru jelas pengarangnya 2. Puisi berikut ini yang termasuk pantun adalah ... A. Oh Tuhan D. Baik ditanam batang padi Biar aku menjadi embunmu Jauhkan tampang anak pusing memancarkan terangmu Halau sapi dalam rimba sampai aku lenyap olehnya Adakah penyayang orang lain B. Anak nelayan menangkap pari E. Jauh-jauh pergi ke negeri orang sampan karang melanggar karang Di negeri orang tak beranak saudara Amatlah malang nasibku ini Pergi ke mana-mana berjalan tak sama-sama ayah tiada ibu pun berpulang Hanya meratap dan tidak berguna C. Perteguh jua alat perahumu hasilkan bekal air dan kayu dayung pengayuh taruh disitu supaya laju perahumu itu 46

3. Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu Rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Tema puisi Amir Hamzah tersebut adalah ... A. Percintaan D. Kefanaan B. Kerinduan E. Penasaran C. Kemanusiaan 4. Karya Chairil Anwar yang mengandung unsur patriotisme pada sajaknya yang berjudul ... A. Aku D. Kepada Peminta-minta B. Sorga E. Senja di Pelabuhan Kecil C. Karawang-Bekasi 5. Tokoh Angkatan ’45 yang sangat revolusioner ialah ... A. Taufik Ismail B. W.S. Rendra C. Mochtar Lubis D. Chairil Anwar E. Sutan Takdir Alisjahbana 6. Tokoh pelopor puisi dan prosa Angkatan ’45 adalah ... A. Amir hamzah dan Usmar Ismail B. Chairil Anwar dan Idrus C. Asrul Sani dan Rosihan Anwar D. Ramadhan K.H. dan Mochtar Lubis E. Asrul Sani dan Chairil Anwar 47

Isi puisi di atas berupa ... A. Propaganda B. Permohonan C. Perjuangan D. Pengabdian E. Penyesalan 48

Pasangan nama pengarang Pujangga Baru dan karyanya dalam tabel di atas yang paling tepat adalah nomor ... A. 1 D. 4 B. 2 E. 5 C. 3 Informasi yang bukan merupakan tema novel Angkatan ’45 dan Angkatan ’66 adalah tabel nomor .... A. 1 D. 4 B. 2 E. 5 C. 3 10. Novel ini mengingatkan bahwa orang yang memeluk suatu agama hanya secara dogmatis akan terombang-ambing dalam hidupnya karena pandangan-pandangan lain di sekitarnya. Akibatnya, orang itu akan mengalami penderitaan batin. Buku novel tersebut berjudul ... A. Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis B. Falsafah Hidup oleh Hamka C. Atheis oleh Achdiat Karta Mihardja D. Kemelut Hidup oleh Ramadhan K.H. E. Jalan Tak Ada Ujung oleh Mochtar Lubis 49


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook