dengan hati nuraninya, karena memang hukum ini sifatnya amatuniversal dan alami. Arjuna yang khawatir akan nasib seseorang yangberiman tetapi tidak kenal kaidah-kaidah suci ini, sebenarnya tidakperlu khawatir, karena yang penting adalah penghayatan danpengamalan kaidah-kaidah itu sendiri secara tulus, dan bukandengan membaca atau mengetahuinya. Kaidah-kaidah itu sendirisecara tulus, dan bukan semua itu datang dari Satu Tuhan Yang MahaEsa dan Maha Pengasih dan Penyayang. Walau nampaknya kaidah-kaidah ini berlainan dalam berbagai ajaran agama, ajaran moral,kebatinan dan hukum tetapi intisarinya selalu Manunggal, yaituSatu, dan semua itu selalu berporos dan kembali kepadaNya juga. OmTat Sat.Bersabdalah Yang Maha Pengasih:2. Kepercayaan manusia (makhluk yang dapat binasa), yang lahir darisifat-sifat mereka terbagi dalam tiga bagian — sattvik, rajasik dantamasik. Dengarkanlah olehmu semua ini.3. Iman seseorang, oh Arjuna, adalah berdasarkan sifat seseorang itu.Manusia dibentuk oleh imannya: begitu imannya, begitu jugamanusianya.Shradda atau iman atau kepercayaan, adalah ekspressi dari setiap sifatsejati atau asli dari individu itu sendiri yang sudah diatur oleh karma-karmanya. Begitu sifatnya, begitu juga prilaku orang itu.Kepercayaannya akan Yang Maha Esa, otomatis terpancarkan sesuaidengan sifat-sifat asli setiap individu yang tentunya berbeda-bedadari setiap manusia ke manusia yang lainnya, dan faktor ini juga akanmembeda-bedakan prilaku manusia tersebut. Dan ada tiga golongankepercayaan pada setiap makhluk yang hidup, terutama yang disebutmanusia (makhluk yang juga dapat binasa), yaitu sattvik (dari sattva),rajasik (dari raja) dan tamasik (dari tama), yang hadir secara berbeda-beda dan dominan dalam bentuk dan kekuasaannya masing-masing. 301
4. Manusia-manusia yang bersih memuja para dewa, manusia-manusia yang bernafsu memuja para yaksha dan para rakshasa, danyang lainnya, yaitu manusia-manusia yang berada dalam kegelapan— memuja hantu-hantu dan roh-roh yang bergentayangan.Shradda (iman) yang bersifat Sattvik ini menunjukkan kemurnianatau kesucian orang-orang dengan sifat ini, yaitu memuja TuhanYang Maha Esa atau para dewa-dewa yang dianggapnya Tuhan ataupengganti Tuhan. Dan sewaktu ajal mereka tiba, mereka ini pergi ketujuan pemujaan mereka sesuai dengan imannya masing-masing.Mereka ini dapat saja mencapai penerangan atau nirvana pada akhirhayat mereka.Sifat-sifat rajasik adalah sifat-sifat yang penuh dengan energi. ImanRajasik adalah iman yang penuh energi, nafsu dan keinginan-keinginan bagi mereka yang menginginkan kekuasaan, harta-benda,sukses dan lain sebagainya. Mereka-mereka yang punya kepercayaanrajasik ini memuja para yaksha (dewa-dewa pemberi harta dankesejahteraan duniawi) dan para rakshasa (setan dan iblis).Sedangkan sifat-sifat Tamasik adalah sifat-sifat kegelapan total yangdimiliki oleh mereka-mereka yang kurang sekali pengetahuannyaakan kebesaran Yang Maha Esa, mereka amat serakah dan tidak suci,amat sensual, malas dan penuh akan sifat-sifat gelap lainnya. Demihasrat dan jalan pintas ke sukses dan pencapaian kesejahteraanduniawi ini mereka memuja roh-roh yang sesat, hantu, jin dankuasa-kuasa gelap yang cepat mendatangkan kenikmatan bagimereka.5. Manusia-manusia yang menjalankan disiplin-disiplin spiritualsecara negatif, yang tidak dianjurkan oleh skripsi-skripsi suci, yangtelah terbiasa dengan kemunafikan dan rasa egoisme dan telahterseret oleh kekuatan nafsu dan keinginan (duniawi).302
6. Manusia-manusia semacam ini tak memiliki akal-budi. Merekamerusak elemen-elemen raga mereka dan Aku yang bersemayam didalam raga ini. Ketahuilah bahwa orang-orang ini berpikiran iblis.Cara pemujaan juga merefleksikan iman atau shraddha ini. Danseandainya seseorang memuja sesuatu unsur alami atau yang lainnyadengan menyiksa tubuh mereka atau merusak tubuh ini dengansesuatu ritus-ritus tertentu, maka tapa, pemujaan atau usaha spiritualini tidaklah suci sifatnya, tidak sinkron dengan kaidah-kaidah suciyang tertera di kitab-kitab suci Hindu kita ini; mereka yang merusakraga mereka demi kepuasan duniawi ini sebenarnya merusak \"kuilyang suci,\" kuil Sang Kreshna yang dilahirkan sebenarnya dengantujuan yang suci, yaitu menyembah dan mengenal Yang Maha Esadan bukan menjadi budak dari nafsu mereka. Raga ini pantang untukdirusak karena sebenarnya bukan milik kita dan seharusnyadipergunakan untuk maksud-maksud yang positif, dan seandainyaorang-orang ini masih saja merasa lebih benar dari yang dianjurkanoleh skripsi-skripsi ini, maka manusia semacam ini adalah manusiayang egoistik dan hanya mementingkan diri mereka sendiri danmenghalalkan segala cara demi tercapainya maksud-maksud duniawimereka.7. Pangan yang diperlukan oleh semua makhluk terdiri dari tigajenis. Begitupun bentuk pengorbanan, tapa dan dana. Dengarlahperincian-perinciannya.8. Makanan yang memperpanjang hidup dan menunjang kesucian,tenaga, kesehatan, kebahagiaan, dan kegembiraan, yang manis,lembut, penuh dengan gizi dan sesuai, disukai oleh orang-orang yangbersifat sattvik.9. Makanan yang pahit, asam, bergaram, terlalu pedas, berbau, keringdan membakar, yang menimbulkan penderitaan, kesusahan danpenyakit disukai oleh mereka-mereka yang bersifat rajasik. 303
10. Makan yang tak segar, tak berasa, basi, cacat, tidak bersih adalahjenis makanan yang disukai oleh orang-orang yang bersifat tamasik.Makanan yang dimakan seseorang pun merefleksikan karakterseseorang itu sendiri, yang didasarkan pada iman orang itu sendirisesungguhnya. Seperti juga iman atau kepercayaan yang terbagi tiga,maka jenis makanan pun dibagi tiga:a. Makanan Sattvik, makanan jenis ini menambah kewibawaan, intelegensia, intelektualitas, kekuatan, kesegaran, kesehatan, kenikmatan lahir dan batin, kegembiraan, dan kebahagiaan hidup. Makanan jenis ini adalah yang mudah dimakan, beraroma, manis, mengandung cairan seperti sari-buah dan buah-buahan; menyehatkan dan sesuai dengan mereka-mereka yang bertemparamen sattvik. Contoh: gandum, beras, kacang- kacangan, mentega, susu, produk dari ternak (bukan daging ternak), buah-buahan dan sayur-sayuran segar dan matang.b. Makanan Rajasik adalah jenis makanan untuk mereka-mereka yang penuh dengan nafsu dan keinginan-keinginan duniawi, yaitu jenis-jenis makanan yang rasanya pahit, asam, bergaram, terlalu pedas, berbau, keras dan menyengat seperti opium, tembakau, tamarin, cabai, gandum yang dibentuk alkohol dan lain sebagainya. Makanan sejenis ini menimbulkan sakit, penderitaan dan kesusahan.c. Makanan Tamasik adalah jenis makanan yang disukai oleh mereka-mereka yang hidup dalam kegelapan dan berpikiran gelap dan iblis. Mereka ini menggemari makanan yang tidak dimasak dengan baik, yang kotor, yang tidak ada rasanya, cacat, basi, tidak dapat digolongkan suci atau bersih. Contoh: daging, ikan, bawang, telur, daging-mentah, buah-buahan dan sayur- sayuran yang diasamkan, alkohol dan sisa-sisa makanan orang lain. Juga makanan hasil korupsi dan kejahatan termasuk golongan ini.304
Makanan yang disantap kita seharusnya adalah makanan yangmenyehatkan dan membersihkan diri kita. Hasil kerja kita yang halaladalah sattvik, dan seandainya kita memakan sesuatu dari uang hasilkorupsi atau pekerjaan haram lainnya, dan seandainya kita menerimasesuatu pemberian atau makanan dari seseorang yang jelas-jelas kitaketahui uangnya berasal dari uang yang tidak jujur atau tidak halal,maka yang dimakan itu tidak sattvik. Sebuah pepatah Jermanmengatakan, \"Seorang manusia adalah apa yang ia makan!\" Dan inimemang benar adanya, karena berdasarkan makanan yang kitakonsumsikan kemudian timbul berbagai jenis pikiran di dalambenak. Pikiran, jiwa dan hati kita, dan semua pikiran ini, kemudianmenghasilkan berbagai aktivitas yang berhubungan dengankehidupan kita. Jadi berhati-hatilah akan apa yang kita makan ataukonsumsikan. Makanlah sesuatu dari orang-orang yang sifat dan rasamagnetismenya suci dan bersih. Seseorang yang pantas dimakanmakanannya adalah ibu kita sendiri, istri yang berbakti, putri,saudara perempuan dan guru kita sendiri. Dan secara mental selalumempersembahkan makanan ini sebagai Ahuti (Persembahan)kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan cara ini makanan yangdimakan ini akan memberikan kekuatan untuk pekerjaan kita danjuga untuk amal kita bagi semuanya. Dan sewaktu bersantap harapdiperhatikan bahwa suasana di sekitar tempat makan ini tenang dantidak berisik. Makanlah dengan diam-diam tanpa banyak berbicara,jauhkanlah pikiran dan pembicaraan yang tidak perlu. Ini pentingsekali baik untuk segi kejiwaan maupun kesehatan badani. Cobalah!11. Persembahan (atau pengorbanan) yang bersifat sattvik,seandainya dipersembahkan sesuai dengan kaidah-kaidah suci, olehorang-orang yang tidak menginginkan suatu imbalan, dan yangpercaya dengan teguh bahwa persembahan (atau pengorbanan) iniadalah wajib sifatnya.12. Persembahan (atau pengorbanan) yang dipersembahkan denganmaksud untuk mendapatkan suatu imbalan tertentu atau demi suatu 305
pertunjukkan belaka adalah persembahan (atau pengorbanan) yangbersifat rajasik (penuh nafsu), oh Arjuna.13. Persembahan (atau pengorbanan) yang tidak sesuai dengankaidah-kaidah suci, di mana tak ada makanan yang dibagikan, takada mantra-mantra yang diucapkan, dan tak ada dana atau hadiahyang diberikan, yang kosong akan iman, adalah bersifat tamasik(gelap).Pengorbanan atau persembahan pun berhubungan dengan karakterasli dari para pemuja, dan terdapat tiga kualifikasi dari persembahanatau pengorbanan ini:a. Persembahan yang bersifat sattvik dilakukan oleh seseorang karena merasakan adanya kewajiban berdasarkan kewajibannya terhadap Yang Maha Esa dan kaidah-kaidah suci. Persembahan atau pengorbanan ini dilakukan tanpa pamrih, tanpa mengharap- kan suatu keuntungan tertentu.b. Persembahan secara rajasik adalah persembahan atau pengor- banan yang tidak tulus karena dilakukan dengan mengharapkan pamrih atau untuk suatu tujuan tertentu. Persembahan atau pengorbanan ini dilakukan demi mendapatkan kemasyhuran dan ada juga yang demi memamerkan kekayaan dan kekuasaan seseorang.c. Persembahan secara tamasik adalah persembahan tanpa iman, yang dilandasi akan maksud-maksud gelap. Persembahan atau pengorbanan ini bertolak belakang dengan ajaran-ajaran suci.14. Pemujaan kepada para dewa, kepada yang lahir dua kali, kepadapara guru, dan kaum bijaksana; kemurnian, kejujuran (yang tidakditutup-tutupi), disiplin spiritual bagi diri, dan tidak menyakitisiapapun — inilah yang disebut sebagai tapa-tapa bagi raga ini.306
15. Kata-kata (wicara) yang tidak menyakiti seseorang, yang jujur,menyenangkan dan menguntungkan, dan mempelajari buku-bukusuci secara konstan - inilah yang disebut sebagai tapa-tapa wicara ini.16. Ketenangan pikiran, kelembutan, diam-diri, kendali-diri, berpikir(dan juga merasa) secara baik dan murni - inilah yang disebut tapa-tapa pikiran ini.Tapa atau disiplin spiritual bagi seseorang pun dibagi tiga. Tapayang benar adalah disiplin diri yang dilakukan pada raga, kata-kata(mulut dan pembicaraan) dan pikiran kita masing-masing sebagaiberikut:1. Tapa Raga atau disiplin pada raga itu adalah dengan menyembah dan memuja kepada Yang Maha Esa secara teratur dan konstan; menyembah dan bekerja untuk para guru dan orang-orang yang bijaksana yang menjadi tempat kita belajar, kepada para pendeta dan Brahmin yang kita hormati dan pada individu-individu yang agung dan suci ajaran-ajarannya. Dalam tapa untuk raga ini tercakup juga disiplin yang kuat dalam membersihkan tubuh kita dari berbagai kekotoran duniawi dan juga benda-benda lainnya yang dapat membuat kita sakit. Juga kendali pada semu; indra- indra sensual kita adalah salah satu dari tapa-raga ini. Menjaga kesehatan raga kita dari berbagai kemungkinan terkena penyakit kotor dan penyakit-penyakit lainnya, berolah-raga secara teratur, berekreasi ke alam bebas, bermeditasi adalah tapa atau disiplin bagi raga kita, yang amat vital dan penting efeknya pada kehidupan spiritual kita. Juga termasuk dalam tapa-raga ini, ialah kualitas-kualitas atau sifat-sifat seperti keterus-terangan atau kejujuran, tidak menyakiti sesama makhluk dan usaha-usaha bramacharya, yaitu mendisiplinkan diri dan raga kita agar jauh dari nafsu-nafsu badani. Jauhkanlah kemanjaan dalam hidup ini, hiduplah secara sederhana saja dai lebih alami. Jangan berpikir semasih ada pergunakan saja kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan 307
Tuhan kepada kita, kemudian dengan landasan pemikiran semacam ini, kita berfoya-foya atau hidup yang mewah dan penuh dengan kenikmatan duniawi. Tetapi berpikirlah selama diberi kesempatan dan fasilitas ini kita malahan menggunakan secara minim dan yang perlu saja, dan ingat Yang Maha Esa tidak pernah menciptakan uang, rumah, AC, mobil dan benda-benda mewah lainnya, yang menciptakan semua ini adalah manusia. Yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa adalah alam, jadi kembalilah ke alam yang tak ada habis-habisnya ini, di alam yang murni ini terletak kebahagiaan dan obat kita untuk mengatasi semua problem kita. Semua yang nampaknya mewah dan praktis ini sebaliknya malahan membuat raga kita sakit karena kurang gerak dan jadilah kita budak dari semua milik kita yang mewah- mewah ini dan timbullah efek dari semua ini yang biasanya membuat kehidupan kita makin tergantung kepadanya, dan bukan sebaliknya. Padahal tubuh dan pikiran kita diciptakan sedemikian rupa agar makin banyak gerak dan semakin alami hidup kita maka semakin sehatlah raga dan pikiran kita akhirnya. Jauhilah dan kurangilah pembantu rumah-tangga yang berlebihan jumlahnya, sebisa mungkin kita bekerja sendiri semua urusan rumah-tangga kita dan bergeraklah semaksimum mungkin sambil bekerja. Inilah salah satu tapa-raga kita yang sehat dan sattvik sifatnya.2. Tapa-wicara atau disiplin pada kata-kata atau pembicaraan kita adalah disiplin diri kita dalam bertutur-kata. Jauhilah bualan- bualan kosong maupun kata-kata yang penuh dengan nada kebanggaan, sombong dan egois. Selalu berkata sejujur mungkin, tulus dan mengutarakan kata-kata yang baik, lembut dan bermakna, yang menyejukkan hati yang mendengarkannya. Sebuah pepatah Jepang mengatakan, \"Satu kata yang lembut, menyejukkan tiga bulan musim panas.\" Kata-kata yang jauh dari nafsu dan kekotoran adalah kata-kata yang harus selalu melekat pada bibir dan pikiran kita. Gunakanlah selalu kata-kata yang dapat menolong seseorang yang memerlukannya, (nasehat-308
nasehat) dan Jauhilah argumen-argumen yang menunjukkan rasa egoisme yang pribadi, seperti \"ini punyaku, ini aku yang melakukannya, dan lain sebagainya.\" Jauhilah kata-kata kasar dan didorong rasa amarah. Dekatilah Ia selalu setiap saat, setiap waktu baik sedang bekerja maupun tidak, dan selalu mengucapkan doa-doa, mantra-mantra suci dan \"berdialoglah denganNya baik secara verbal maupun secara mental. Inilah tapa-wicara yang penting dilakukan kita semua, demi tercapainya disiplin spiritual kita yang lebih tinggi, yaitu disiplin kepada dan bagiNya.3. Tapa Jiwa (atau pikiran) adalah: (a) Selalu membuat pikiran kita gembira dan balans (stabil) dengan menenangkan diri dan mencari ketenangan baik di tengah-tengah kesibukan maupun ketika sedang seorang diri. (b) Kelembutan atau ramah-tamah, tetapi ini tidak berarti kelemahan atau rasa pengecut, tetapi bersikap ramah, baik dan terus-terang, tenang dan welas-asih terhadap semua makhluk, manusia dan benda-benda. (c) Diam-diri atau tenang-diri tidak berarti kita harus bermeditasi sepanjang hari, atau diam seperti patung, atau bagaikan orang-mati dan tidak bergerak sama-sekali, atau juga lari dari pekerjaan dan kewajiban kita sehari-hari, melainkan berarti mengusahakan setiap harinya untuk sejenak meluangkan waktu kira-kira 10 menit atau satu jam, dan duduk bermeditasi atau \"berdialog\" dengan Yang Maha Esa secara tenang dan tidak terganggu. Ini baik untuk menjauhkan stress dan berbagai problem, tetapi lebih baik secara spiritual karena akan makin mendekatkan kita kepadaNya secara lambat laun tapi pasti. Hal ini dapat dilakukan di kantor, rumah, di toko, atau sambil berolah-raga jalan kaki misalnya, sambil berdiri di suatu tempat secara tenang dan lain sebagainya. Yang Maha Esa dapat dihubungi 309
dengan cara apa saja dan di mana saja karena Ia Maha Hadir di alam semesta ini. Yang penting luangkan waktu sejenak pada waktu-waktu tertentu atau secara bebas, dan berusaha tenang dan menyatu denganNya. (d) Kendali pada pikiran, dan (e) Membersihkan perasaan kita. Kedua hal terakhir ini berarti janganlah berpikir yang tidak-tidak atau berspekulasi atau mencurigai sesuatu atau seseorang. Tetapi fokuskanlah diri padaNya selalu dan banyak berpikirlah mengenai hal-hal yang positif dan suci, dan yang tidak merusak jiwa dan mental kita. Seperti raga yang harus dibersihkan setiap hari dengan air bersih, maka jiwa dan pikiran kita pun harus dimandikan dan dibersihkan dengan selalu berpikir tentang Yang Maha Esa dan hal-hal yang positif, bersih, murni dan baik untuk semua yang di sekitar kita dan di seluruh alam semesta ini, dengan doa-doa dan mantra-mantra suci bagi semuanya (di alam semesta ini).17. Ketiga tapa (di atas) ini disebut Sattvik, seandainya dilaksanakandengan iman yang tinggi oleh mereka-mereka yang stabil pikirannyadan tanpa mengharapkan pamrih.18. Tapa-tapa yang dilakukan demi peragaan atau pertunjukan yangpenuh dengan rasa kesombongan agar mendapatkan rasa hormat,kemasyhuran dan agar dipuja orang, disebut sebagai tapa-rajasik, tapaini tidak stabil dan hanya sementara sifatnya.19. Tapa-tapa yang mengakibatkan penyiksaan pada diri-sendiri ataupada orang (dan makhluk lainnya), yang dilaksanakan oleh merekayang pikirannya telah tersesat disebut sebagai tapa tamasik.Tapa atau disiplin diri secara Sattvik adalah kendali-raga, wicara danpikiran dengan penuh iman dan tanpa keserakahan. Sedangkan tapayang bersifat rajasik mengarah pada rasa-hormat dan kemasyhurandan bermotifkan sesuatu, jadi tidak tulus dan selalu mengharapkan310
imbalan. Tapa tamasik bahkan merusak diri atau orang dan makhluklain. Disiplin yang amat keras dan fanatik, yang merusak diri sendiritidak dianjurkan karena sebenarnya secara spiritual malahan tidakspiritual sama sekali dan tidak mengarah kepada pembebasan (mukti)dan Yang Maha Esa. Memang disiplin semacam ini dapatmenghasilkan kekuatan-kekuatan gaib tertentu baik secara ragawimaupun secara batin, tetapi semua kekuatan-kekuatan ini sebenar-nya adalah hambatan-hambatan yang besar ke arah jalan spiritualyang sejati dan penerangan Ilahi tidak akan turun karenanya.Sebaliknya yang timbul akibat kesaktian-kesaktian ini adalah rasasombong dan ego yang baru sifatnya. Jadi supaya tidak sia-sia jalanspiritual kita, dianjurkan untuk secara sederhana saja memuja YangMaha Esa; dan kekuatan gaib yang datang sendiri karena karuniaNyasaja yang boleh dipergunakan untuk tujuan-tujuan manusiawi dandemi Yang Maha Esa tanpa pamrih.Puasa yang berkepanjangan dan menyiksa diri, kemudian praktek-praktek atau ritus-ritus yang merusak tubuh, yang menyiksa tubuh,tidak pernah dianjurkan oleh guru-guru maupun ajaran-ajaran sucidi dunia ini. Lebih baik melakukan suatu disiplin diri yang tidakterlalu keras dan bersifat kejam, tetapi tidak juga yang santai-santaisifatnya. Yang dianjurkan dengan disiplin ini adalah pengendaliandan nafsu-nafsu kita yang kalau tidak diajarkan yang baik akan selalubergentayangan ke arah obyek-obyek sensual. Semua disiplin ini jugasebenarnya mengajarkan kita untuk membersihkan dan menguatkandiri dan jiwa kita, guna menghadapi semua cobaan hidup sehari-hari,semua suka dan duka, semua kesenangan dan kesusahan, kenikmatandan penderitaan secara stabil. Bukankah hidup kita sehari-hari tidaklain dan tidak bukan ibarat ujian-ujian yang berat saja. Semua itu bisadihadapi secara stabil dan teguh, jika kita terbiasa akan disiplin diriini. Setiap tindakan disiplin diri yang sejati seharusnya menghasilkansuatu tekad yang kuat dalam berbagai tindakan dan pemikiran kita,menghasilkan suatu rasa kasih-sayang yang positif terhadap semuamakhluk dan sesama kita yang menderita, menjauhkan kita dari rasa 311
ego, rasa marah, dan keinginan-keinginan pribadi kita yang selalu takpernah kunjung habis.Suatu tapa yang baik dan sejati akan menghasilkan seseorang yangtegar imannya, yang aktif bekerja, berdoa, memuja Yang Maha Esatanpa pamrih, yang aktif menolong siapa saja tanpa pamrih, yangaktif berekreasi dan berolah-raga secara sehat, yang berkewajibanpenuh kepada semua kewajiban-kewajibannya di lingkungannya, dinegaranya dan tempat-tempat yang berhubungan dengan orang itusendiri, terutama kewajibannya kepada Yang Maha Esa. tapa yangsejati menghasilkan sesuatu yang amat besar nilainya secara spiritualdan kejiwaan bagi seseorang yang melakukannya secara sejati. Sukardilukiskan ketenangan orang semacam ini, sukar dikatakan akankekuatan jiwanya, karena ketegaran dan kepasrahannya pada YangMaha Esa akan menghapus semua rasa takutnya pada apapun juga didunia ini selain Yang Maha Esa. Kalau ada yang ingin anda salibkanatau kuburkan sebelum kita ini binasa, maka saliblah ataukuburkanlah pikiran dan jiwa anda yang penuh polusi, agar jauh darikekotoran-kekotoran duniawi. Dengan jiwa dan pikiran yangterkendali, bersih dan murni akan dihasilkan raga perbuatan yangbersih, suci, murni dan bebas dari polusi duniawi. Jauhilah unsur-unsur kenikmatan yang berlebihan dan juga unsur-unsur yangmemancing kenikmatan-kenikmatan ini, kendalikan diri,pergunakan semua fasilitas yang diberikan olehNya secukupnya sajasesuai kebutuhan kita, dan jangan sekali-kali menghamburkantenaga, pikiran dan fasilitas anda pada semua yang berbau duniawiini. Kibarkanlah panji-panji kebajikan mulai dari diri kita sendiri,dan bertapa atau berdisiplin dirilah secara sejati dan murni, inilahpenyaliban atau penguburan diri kita yang sejati.Kita pun harus belajar untuk menjadi miskin dalam hidup ini, bukanberarti lalu setiap orang mengubah dirinya menjadi peminta-minta,tetapi baik penampilan dan kehidupan sehari-hari diubah sederhana.Pola hidup sederhana jangan hanya dijadikan semboyan pemanisbibir saja, tetapi harus dilaksanakan secara lahir dan batin, dimulai312
sebaiknya semenjak dini. Dan ini adalah tanggung-jawab orang-orang tua sebenarnya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Seandainya anda seorang yang hartawan, mulailahberdisiplin diri dengan tinggal di sebuah rumah yang sederhana sajatetapi baik dan sehat lingkungannya, berpakaian dan makan secarasederhana saja tetapi sehat dan penuh gizi, dan bersifat makanansattvik, karena yang penting adalah berpikir dan bertindak sattvik.Seharusnya kita menyadari bahwa manusia ini sebenarnya amatmiskin, karena sewaktu lahir kita dikirim ke dunia ini dalam keadaantelanjang-bulat dan sewaktu mati nanti apa yang akan kita bawaserta? Semua ini hanya pinjaman dan ilusi saja, sebenarnya hanyapenunjang saja untuk kehidupan kita, lalu untuk apa serba mewahdan gemerlapan, kalau yang terpakai hanya sekedar saja dan sisanyadalam jumlah yang besar hanya sebagai dekor dan penghias belaka?Sewaktu berlebihan inilah kita belajar hidup sederhana, agar dikemudian hari sewaktu mengembalikan semua ini kita sudah siapsedia sama seperti kita datang ke dunia ini.Intisari dari semua tapa dan disiplin diri spiritual ini ialah: Disiplindan kendalikan diri anda sebegitu rupa agar anda jauh dari rasamemiliki, rasa ego, dan rasa pamrih. Hanya Yang Maha Esa saja yangseharusnya tampil sebagai tujuan kita bekerja, dan hanya Ia sajaterpikir senantiasa dalam jiwa sanubari kita, kosongkanlah,sekosong-kosongnya jiwa dan pikiran kita dari semuanya yangberbau duniawi. Kalau sudah kosong secara sejati, maka Yang MahaEsa akan mengisinya!20. Pemberian yang diberikan, terdorong oleh rasa kewajiban,kepada seseorang tanpa mengharapkan sesuatu kembali, dandiberikan di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat dankepada orang yang membutuhkannya --pemberian ini disebut sattvik(bersih).21. Bila suatu pemberian diberikan dengan itikad mendapatkansesuatu imbalan atau dengan harapan bahwa di kemudian hari akan 313
ada balasannya, atau diberikan secara tidak ikhlas - pemberian inidisebut rajasik (bersifat mementingkan diri sendiri).22. Pemberian yang diberikan pada tempat dan waktu yang salahatau kepada orang yang tak pantas menerimanya, atau diberikantanpa rasa hormat atau dengan diiringi caci-maki — pemberian inidisebut tamasik (gelap).Terdapat tiga jenis pemberian dana atau perbuatan amal yang jelasdiperinci di atas, yang masing-masing didasarkan pada sifat-sifatseseorang. Seperti kata Nabi Muhammad S.A.W., maka sebenarnyamemberikan dana atau perbuatan amal itu lebih ditegaskan padaitikadnya, contoh: memberikan air pada seorang musafir yangkehausan adalah dana, membersihkan batu atau benda-benda tajamdari jalan agar orang lain tidak tersandung dan tertusuk adalah dana,tersenyum memberi semangat pada seseorang yang kesukaran adalahdana. Menggali sumur, menyediakan tempat minum, membangunjalan, membangun tempat ibadah dan menanam pepohonan demikebutuhan masyarakat dan melestarikan alam adalah dana.Bukankah sebenarnya dengan kata lain pemberian dana atauperbuatan amal itu adalah kekayaan seorang manusia yangsebenarnya. Pemberian tidak selalu identik dengan uang, tanpauangpun seseorang dapat memberi tanpa habis-habisnya dan itulahkekayaan kita yang sejati. Sadarkah kita akan hal ini? NabiMuhammad S.A.W. pernah bersabda, \"Sewaktu seseorang meninggaldunia, orang-orang bertanya harta-benda apa saja yang telahditinggalkannya, tetapi para malaikat bertanya amal-perbuatan baikapa saja yang telah dilakukannya sebelum ia meninggal dunia?Pemberian yang ikhlas dan tanpa pamrih adalah kekayaan sejati,seperti kata sebuah pepatah: \"Hanya orang kaya yang dapatmemberikan tanpa merasakan kehabisan, yang miskin hanya dapatmenerima saja tanpa memberi kembali!\" Seseorang disebut miskinkalau sudah menerima apa adanya masih saja merasa kurang danmeminta terus, dan hal ini berlaku untuk orang-orang yang merasakaya-raya tetapi selalu haus akan harta-benda, kedudukan dan hal-314
hal duniawi lainnya. Sebaliknya seorang petani yang miskin secaraduniawi mungkin adalah orang yang amat kaya, karena setiapharinya ia bersyukur ke hadirat Yang Maha Esa untuk semua yangdidapatkannya hari itu. Kalau saja semua ini dapat dihayati olehsemua insan di dunia ini, damai sentosalah kita semuanya.Dana atau amal adalah perbuatan yang amat mulia sifatnya, yangdianjurkan oleh semua agama di dunia ini, karena dengan jalan inilahirlah rasa simpati yang dalam dari hati nurani kita kepadamakhluk-makhluk ciptaan Yang Maha Esa yang lainnya sepertisesama manusia, fauna, flora, makhluk-makhluk halus dan lainsebagainya. Dana atau amal yang sejati menciptakan kedamaian,kebahagiaan, membuat hidup ini berarti bagi sesamanya. Perbuatandana atau amal adalah salah satu kreasi Yang Amat Indah dan PenuhMakna, ciptaan Yang Maha Esa. Memberikan dana adalah ibaratmenanam pohon yang cabang-cabangnya menjulang tinggi langittanpa habis-habisnya. Memberikan tanpa pamrih adalah inti darikebahagiaan sejati atau berkah dari Yang Maha Esa sesungguhnya.Lihatlah Ibu Theresia, pemenang hadiah Nobel untuk perdamaiandari India, yang telah menolong jutaan manusia hina-papah di Indiadan di bagian-bagian lain di dunia tanpa mengharapkan suatuimbalan apapun juga. Memulai usahanya tanpa uang sepeserpun danhanya berbekal iman pada Tuhan Yang Maha Esa ia masih dapatmenolong ribuan manusia setiap harinya. Ibu Theresia inilahlambang dari Yang Maha Esa sesungguhnya dalam bentuk manusia dimuka bumi ini, yaitu memberi tanpa pernah merasa akan kehabisan,dan tetap saja Ibu yang suci ini berkata, \"Tuhan belum memberikanaku suatu kesuksesan, Ia hanya telah membuatku beriman.\"23. \"Om Tat Sat\" - inilah yang dikatakan sebagai ketiga faktorpenting dari Sang Brahman (Yang Maha Esa). Dengan ini terciptalahpara Brahmin di masa lalu, Veda-Veda dan persembahan-persembahan (pengorbanan). 315
24. Maka dengan itu semua tindakan pengorbanan, persembahan(pemberian) dan disiplin spiritual yang dianjurkan skripsi-skripsisuci, dimulai dengan ucapan kata Om oleh mereka-mereka yangmengetahui akan Sang Brahman.25. Mereka yang menginginkan pembebasan (penerangan) memulaitindakan pengorbanan, disiplin dan persembahan mereka denganucapan kata Tat (Itu), tanpa mengharapkan pamrih.26. Kata Sat dipergunakan dengan menyadari realitas dan kebenaran.Begitu juga, oh Arjuna, kata Sat dipergunakan untuk tindakan-tindakan terpuji.27. Keteguhan dalam pengorbanan, disiplin-disiplin spiritual danpemberian dana juga, disebut \"Sat,\" dan juga tindakan yang terpusatpada hal itu disebut Sat.28. Apapun yang dilakukan tanpa iman, apakah itu persembahan(dalam suatu pengorbanan), dana atau disiplin spiritual, atau apa sajayang lain daripada itu, disebut asat, oh Arjuna! Pekerjaan semacamitu tak ada nilainya (artinya) baik di sana maupun di sini.Om Tat Sat adalah tiga patah kata mistik yang disebut-sebut dipustaka-pustaka suci Hindu. Ada hubungannya yang amat dalamdan bersifat mistik, suci, sekaligus spiritual antara kata-kata inidengan semua tindakan yagna, tapa dan dana. Om Tat Sat adalah tigapatah kata yang menyatu artinya dan merupakan manifestasi dariYang Maha Esa, Sang Para Brahman dan semua tindakan-tindakanNya.Kata Om berarti supremasi Yang Maha Esa yang tanpa adatandingannya. Yang Maha Esa atau Sang Brahman begitu tinggi danagung bentuk dan sifatNya sehingga tidak ada suatu kata pun yangdapat menggambarkanNya atau melukiskanNya dengan pasti apa itusebenarnya Yang Maha Kuasa ini. Kata Om maka dari itu dijadikanlambang dari supremasi atau keagunganNya. Om kata filsuf shankaradapat berarti \"setiap kata tunduk di hadapan Yang Maha Esa.\" Begituagung makna simbol atau kata Om ini bagi orang-orang Hindu.316
Manusia hanya bisa menangkap apa arti Yang Maha Esa tetapi tidakbisa menggambarkan atau mengekspresikan Apa Itu Yang Maha Esasebenar-benarNya.\"Setiap agama berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan ataubahkan memberikan nama dan arti untuk Yang Maha Esa denganversinya masing-masing, tetapi sesungguhnya kita manusia begituterbatas kemampuannya sehingga tak akan pernah dapat dan tahuapa itu Yang Maha Esa sesungguhnya dengan segala manifestasi dankeagunganNya. Setiap agama dan ajaran suci memanggilNya dengannama dan sebutan suci masing-masing, begitu juga para Aryan yangmenjadi nenek-moyang dari orang-orang Hindu di IndiamemberikanNya suatu nama atau sebutan suci, yaitu Om.Dengarkanlah gema nama ini dalam alunan Sang Bayu, dangelegarnya suara ombak, dalam alunan aliran sungai yang mengalir,dan dalam cahaya bintang-bintang di langit, dalam kicauan dan lagu-lagu alam para burung di alam-bebas, dan dalam gegap-gempitanyasuara halilintar, dalam lagu-lagu pujaan seorang bhakta (pemuja)Nya,dalam suara lonceng-lonceng di gereja dan di kuil, dalam puja-pujidan kidung-kidung suci di stupa-stupa dan suara azan yang merdu dimesjid-mesjid. Semua ini menyebut nama Yang Maha Esa, yang TakAda TandinganNya: bagi orang Hindu semua itu suara Om yang takada taranya di alam semesta ini.Sebutkanlah kata sakti ini sekali, dua kali, tiga kali dan seterusnya,karena Om inilah lagu kehidupan, lagu Yang Maha Esa, lagupenciptaan Yang Maha Esa, dengan ini diciptakannya alam semestabeserta segala isinya. Sebutkanlah mantra Om ini tujuh kali atauseterusnya dan biasakanlah kita ini selalu merasa hadir di tengah-tengah kebesaran Yang Maha Esa, di tengah-tengah Yang Maha EsaItu Sendiri.Om adalah meditasi, Om adalah kesucian diri kita, Om adalah hidupkita sehari-hari, Om adalah aspirasi kita kepada Yang Maha Esa,kepada Sang Kreshna Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Omadalah setiap tindakan kita yang tanpa pamrih, tanpa keserakahan 317
dan motivasi apapun juga. Hadirkan diri kita secara suci-bersih dihadapan setiap hal, tindakan dan kewajiban kita dengan memulaikata Om selalulah menghayatiNya dengan tulus dan murni.Kata Tat mengekspresikan universalitas Sang Brahman, Yang MahaEsa. Ia adalah Sifat UniversalNya. Tuhan Yang Maha Esa ini menurutShankara adalah kesadaran Yang Maha Suci. Tat dengan kata laindapat dan baik diartikan sebagai Kesadaran Universal Yang Suci.\"Bermeditasilah,\" kata Shankara, \"di dalam kesadaranmu sendiri.\"Meditasi ini mengarah ke arah penerangan atau pembebasan.Kata Sat mengekspresikan Kebenaran dan Kebaikan Sang ParaBrahman. Sang Brahman ini adalah Yang Maha Baik, dan Ia hadirdalam setiap jiwa kita dan para makhluk-makhluk lainnya sebagaiYang Baik, Yang Suci, dan berbagai manifestasiNya seperti ItikadYang Suci, Itikad Yang Baik, semua unsur yang baik dan suci dalamdiri kita. Ia menuntun kita dan menyadarkan dan memberitahukankita apa itu yang baik dan apa itu yang buruk. Tuhan Yang Maha Esaadalah Itu. Ia juga berarti \"Apa,\" yaitu \"Kebaikan.\" Sat juga berartimemproduksi yang baik dan suci. Semua tindakan tanpa pamrih dandemi kewajiban kita kepada Yang Maha Esa adalah Sat. Semuatindakan yang bukan demi Yang Maha Esa adalah asat, tidak realis,tidak benar atau tidak nyata.Om Tat Sat adalah mantra suci Bhagavad Gita. Mengulang-ulangmantra ini adalah suatu tindakan sakramental, yang akanmembukakan pintu berkahNya bagi yang melakukannya. Orang-orang Kristen dan Buddhis, Muslim dan Yahudi pun masing-masingmempunyai ucapan-ucapan atau formula-formula suci, yang kalaudiucapkan menjadi semacam jembatan spiritual bagi yangmelakukannya dengan Yang Maha Esa, dan yang dapat memberikansemacam sakti atau kekuatan spiritual bagi yang telah menghayatikata-kata suci ini. Kata-kata suci ini juga menjauhkan kita dari segalaefek-efek dan pengaruh-pengaruh negatif yang gelap, buruk danyang bersifat iblis. Penghayatan akan mantra-mantra suci318
mempengaruhi jiwa kita sehingga lama-kelamaan menjadi suatukesatuan dan tenaga spiritual bagi jiwa-raga kita.Berbagai kata suci dalam berbagai agama dapat diterangkan secarasingkat seperti berikut ini: \"Sat Nam.\" \"Tuhan,\" \"kasih,\" \"Kreshna,\"\"Kristus,\" \"Hare Ram,\" \"Hari Bol,\" \"Haq Maujud,\" \"Rahman,\"\"Rahim,\" dan banyak lainnya. Kalau diucapkan berulang-ulang setiapsaat, hari dan pada setiap kesempatan yang tersedia, dengan dedikasidan kesetiaan kita yang tulus, dengan penghayatan dan maksudmembersihkan dan menyucikan diri dan pikiran kita, dan sambilmenjauhkan segala ego kita, maka semua itu akan mempertebal imankita kepadaNya. Seorang sufi pernah berkata, \"Pintu kata-kata iniakhirnya terbuka dan Sang Jiwa pun masuk kedalam Keadaan YangNyata.\" Mantra-mantra atau kata-kata suci yang diulang-ulangsepanjang hidup kita pasti suatu saat akan mengantar kita kealamNya yang penuh dengan cahaya dan penerangan Ilahi.Bagi seorang Hindu, setiap bentuk perbuatan, pekerjaan, yagna danlain sebagainya dimulai dengan kata-kata Om Tat Sat. Mulailahsemuanya dengan kata Om, lalu mulailah dengan puja atau mantrayang akan dibacakan. Tidak ada pekerjaan, mantra atau suatutindakan yang tidak dilakukan tanpa diawali kata Om. Inilah salahsatu kaidah atau hukum suci yang terdapat di kitab-kitab suci Hindukuno, yang kesemuanya juga adalah hasil kerjaNya semata, hasilkerja dari Om Tat Sat Itu Sendiri, begitu pun dengan semua ciptaandan kreasiNya, semua kasih dan berkahNya, semuanya adalah OmTat Sat, berawal dari Itu dan berakhir ke Itu juga. Demikianlah,seyogyanya kita memulai semua perbuatan kita, apa saja pekerjaanatau perbuatan itu dengan kata Om Tat Sat.Semua tindakan tanpa kata-kata suci adalah asat. Walaupun semuatindakan baik sifatnya, tetapi tanpa penghayatan akan kata-kata suciini secara sejati tidak akan menghasilkan apapun juga baik di duniaini maupun di loka-loka lainnya. Om Tat Sat adalah pencetusan imankita kepadaNya, dengan kata lain mengingatNya dan mendahulukan-Nya untuk dan dalam setiap tindakan atau perbuatan kita yang 319
berarti mengutamakanNya dan bekerja demi Ia semata secara tulus.Ialah semua ini sebenarnya, Ia juga Hidup dan Tujuan kehidupan inisebenarnya. Tanpa iman kepada Yang Maha Kuasa, semuanya jaditidak berarti. Om Tat Sat.Dalam Upanishad Bhagawad Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi,Karya Sastra Yoga, dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna, bab iniadalah bab ketujuh-belas yang disebut: Shraddha Traya VibhagaYoga atau Yoga Ketiga Bentuk Sifat Kepercayaan (Iman).320
BAB XVIII MOKSHA SANYASA (Ilmu Pengetahuan Mengenai Pembebasan Melalui Penyerahan Secara Total)Berkatalah Arjuna:1. Aku berhasrat, oh Kreshna, mengetahui kebenaran tentangSanyasa dan tentang Tyaga.Arjuna sebenarnya bertanya dan ingin mengetahui apakah perbedaanantara sanyasa dan tyaga. Sanyasa adalah meninggalkan setiaptindakan, perbuatan dan aksi (Kamya-Karma), yaitu tindakan danperbuatan yang diikuti oleh keinginan-keinginan tertentu. Tetapidalam hidup ini ada saja perbuatan atau tindakan-tindakan tertentuyang tidak bermotif egois seperti makan, tidur, mandi, jalan dan lainsebagainya yang tak dapat ditinggalkan atau diserahkan kepada YangMaha Esa dalam arti harfiah, baik oleh seorang yang teramat sucisekalipun. Sedangkan kalau seseorang sama sekali tak bekerja atauberbuat sesuatu, maka orang semacam ini pun tentunya tak dapatdisebut seorang sanyasin.Sedangkan Tyaga berarti penyerahan total hasil dari setiap tindakan,perbuatan dan aksi kita ini. Setiap buah atau hasil dari berbagaiperbuatan kita dipasrahkan atau dikembalikan kepadaNya lagi.Semua pekerjaan orang semacam ini (Sanyasin) adalah kewajibannyakepada Yang Maha Esa tanpa pamrih atau mengharapkan sesuatu.Pekerjaan dan perbuatannya penuh dengan dedikasi semata; dedikasiinilah sebenarnya motor penggerak dari individu-individu semacamini, dedikasi yang tanpa pamrih dan demi Ia semata. 321
Seorang Tyagi (Penganut Tyaga) tidak akan menjauhi ketigapekerjaan utamanya, yaitu: yagna, dana, dan tapa. Tindakan-tindakan ini baginya adalah kewajiban, disiplin bagi diri pribadinyadan untuk tujuan sosial bagi sesamanya, berdasarkan kewajiban dandedikasinya kepada Yang Maha Esa. Perbuatan dan pekerjaan inibukan merupakan ikatan-ikatan duniawi tetapi sebenarnya adalahjalan ke arah pembebasan atau penerangan baginya. Sanyasa atautyaga tidak berarti menjauhi pekerjaan atau hal-hal yang bersifatduniawi dan segala efek atau aktivitasnya, tetapi berarti tetap bekerjatetapi tanpa suatu motivasi, imbalan atau pamrih yang penuh denganego, keserakahan dan harapan. Semuanya seharusnya dilakukan dandipersembahkan kembali kepada Yang Maha Esa tanpa pamrih.Bersabdalah Yang Maha Pengasih:2. Para resi sadar bahwa sanyasa itu adalah penyerahan dari bentuk-bentuk pekerjaan yang diikuti oleh nafsu dan keinginan-keinginantertentu; sedangkan tyaga oleh mereka-mereka yang bijaksanadiartikan sebagai penyerahan total seluruh hasil atau buah sesuatuperbuatan yang dilakukan seseorang.3. \"Aksi harus dilepaskan karena ibarat iblis,\" kata sementarapemikir. \"Aksi-aksi seperti dana dan disiplin spiritual tidak bolehdilepaskan,\" kata yang lainnya.Banyak pemikir atau orang-orang pintar, para penganut ajaran Kapila(yang disebut ajaran Sankhya), mengutuk semua bentuk aksi,tindakan dan perbuatan karena bagaimanapun juga kata mereka takada pekerjaan, aksi atau sesuatu perbuatan yang tanpa maksud danmotif, sekecil apapun tindakan tersebut. Jadi menurut mereka setiappekerjaan ada motivasinya, dan itu berarti menyandang dosha, dandosha (dosa) inilah penyebab keterikatan kita pada dunia ini. Jadisemua bentuk aksi atau tindakan harus dilepaskan. Tetapi parapemikir golongan lainnya, yang disebut Mimansaka, berpendapattindakan atau perbuatan pengorbanan (yagna), tapa dan dana harus322
dilaksanakan karena tindakan-tindakan ini menyucikan diri danmembantu seseorang mendaki tahap-tahap evolusi spiritualnya.Apa yang dianjurkan oleh Bhagawad Gita sebenarnya adalahmelepaskan semua keterikatan-keterikatan akan hasil atau buah darisemua yang kita lakukan dan perbuat. Dengan kata lain terjadilahkehendakNya adalah arti dari ajaran Bhagawad Gita. Semuapekerjaan atau kewajiban sehari-hari kita harus dilakukan demikebenaran dan kebaikan (Dharma) dan dedikasi kita kepadaNya.Seseorang benar-benar bertindak seandainya ia bertindak ataubekerja tanpa pamrih, tanpa mengharapkan sesuatu dari hasilperbuatannya.4. Dengarkanlah sekarang, oh Arjuna, kesimpulanKu mengenaipenyerahan total akan buah atau hasil kerja seseorang. Penyerahantotal dari hasil kerja ini terbagi tiga sifatnya.5. Perbuatan (tindakan) pengorbanan, dana (amal) dan disiplin-spiritual tidak boleh diabaikan, tetapi wajib dikerjakan, karenapengorbanan, dana dan disiplin spiritual adalah unsur-unsur yangmenyucikan bagi mereka yang bijaksana.Yagna atau pemujaan atau pengorbanan/persembahan adalahkewajiban bagi setiap manusia terhadap Yang Maha Kuasa. Dana atauamal adalah kewajiban terhadap guru-guru spiritual dan terhadapmasyarakat atau yang membutuhkannya. Tapa atau disiplin spiritualadalah kewajiban kita terhadap diri sendiri sebenarnya. Mengabaikanketiga tindakan positif ini sama saja mengotori diri sendiri denganunsur-unsur duniawi yang negatif. Lakukanlah semua tindakan inisecara sattvik dan bersihkanlah raga, hati dan jiwa kita dari noda-noda duniawi ini.6. Tetapi tindakan-tindakan ini pun harus dilakukan denganmengesampingkan sesuatu pamrih. Inilah, oh Arjuna, keputusandan pandanganKu yang final. 323
Jadi walaupun ketiga faktor penting di atas harus dilakukan, tetapitetap saja menurut keputusan akhir (keputusan final) Sang Kreshna,perbuatan-perbuatan itu harus dikerjakan tanpa mengharapkansesuatu imbalan dalam bentuk apapun juga, baik secara spiritualmaupun duniawi. Ini sudah merupakan keputusan Yang Tegas, dariYang Maha Esa, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di pihak lain setiaptindakan sehari-hari apapun juga harus tetap dilaksanakan tanpapamrih tetapi demi kewajiban kita kepada semuanya dan terhadapYang Maha Esa dan Lokasangraha (kesejahteraaan demikemanusiaan). Yang penting adalah penyerahan total dari semuanafsu dan keinginan, semua bentuk ego yang mementingkan dirisendiri. Kalau kita tidak mau menyerahkan pikiran-pikiran negatifini secara total, maka timbullah kama (nafsu dan keinginan) yangsebenarnya sudah ada dan hadir dalam pikiran dan indra-indra kita.Sering timbul pertanyaan bagaimana caranya untuk menyingkirkankama ini? Menurut teori di Barat yang diilhami oleh Freud, makasebaiknya kama dijadikan teman saja dan semua keinginannyadipenuhi saja. Tetapi ajaran Hindu menolak mentah-mentah hal ini,karena kama ini ibarat api dan kalau dipenuhi terus menerus semuahasrat-hasratnya maka ibarat memberi minyak pada api ini, yangakibatnya adalah makin membara dan membesarnya api ini. Lalu adaajaran yang mengatakan tindaslah kama atau nafsu ini. Tidak,menindasnya tidak menolong sama-sekali, karena bentuk nafsu ataukama ini tidak dapat ditindas karena sifat-sifatnya yang tidak dapatdimengerti dan amat misterius, apalagi oleh mereka yang masih jauhdari jalan spiritual.Jalan yang benar untuk menjauhkan kama atau nafsu ini adalahdengan abhyasa atau meditasi, dengan usaha upaya atau praktek yangberketerusan. Dengan kata lain, seperti yang dianjurkan olehBhagawad Gita, yaitu dengan kendali diri yang disertai denganpenuh kesadaran atau mawas diri. Dengan kesadaran dan tekananpada pikiran kita bahwa sebenarnya indra-indra dan nafsu kita jugabisa diarahkan ke arah yang positif secara spiritual dan duniawi,324
yaitu ketenangan dan kekuatan, kesucian dan kebenaran. Langkahdemi langkah, secara perlahan tetapi pasti kita harus mengarahkanpikiran kita dan mengendalikannya (bukan menghentikannya samasekali, tetapi mengendalikannya!) secara positif. Secara perlahanpastikan diri kita bahwa pemuasan nafsu-nafsu indra-indra kitasecara tanpa kendali itu bukanlah cara dan jalan yang baik,begitupun menindas nafsu ini bukan juga jalan keluar. Jalan yangterbaik adalah yang terletak di tengah-tengah kedua metodetersebut, yaitu kendali-diri dengan mengendalikan nafsu-nafsu yangberaneka-ragam ini dan mempergunakannya seperlunya saja dansecara positif.Sadarlah akan suatu pengetahuan, yaitu tubuh kita ini dibentukibarat mata-pisau yang tajam dan peka; pisau itu dapat dipergunakanuntuk tujuan positif seperti memotong sayur-sayuran dan kayu, atauuntuk hal-hal negatif seperti membunuh atau merampok orang. Lalubagaimana seharusnya kita gunakan tubuh ini dan semua indra-indranya. Untuk tersesat di dunia ini tanpa kendali dan terikatselama-lamanya secara duniawi atau untuk mengabdi dan kembalimengenal Yang Maha Esa. Dalam melakukan kendali diri yangpenuh kesadaran ini, maka setahap demi setahap akan terbukahorizon baru dalam kehidupan kita dan akan nampak pergantianyang ajaib, misterius dan penuh dengan mukjizat yang sukardilukiskan dengan kata-kata karena merupakan suatu pengalamanyang misterius dan spiritual.Seseorang yang indra-indranya terkendali dan terpakai secara positifakan menemui pengalaman-pengalaman unik, karena jiwa danpikirannya yang bersih akan melakukan kontak-kontak ke obyek-obyek indranya dengan hasil yang berlainan sifatnya dari yangdialami selama ini. Kontak-kontak spiritual akan berlangsung secaraotomatis, ingat pisau yang bermata dua, begitu pun indra-indra kitadapat dipergunakan secara duniawi dan secara spiritual, suatu potensiyang tersembunyi tetapi amat dahsyat karena kita tidak tahu akanhal ini selama kita terjebak dengan yang duniawi. Setelah itu akan 325
timbul, secara perlahan tetapi pasti, sinar atau penerangan dalamhidup kita. Dan sekali ini tercapai maka seseorang yang telah hasilkerjanya secara total kepada Yang Maha Esa tanpa pamrih, akanmenjadi seseorang yang tetap bekerja di dunia ini sesuai dengankewajibannya, tetapi sama sekali tanpa nafsu atau keinginan duniawi,karena ia telah mendapatkan sesuatu yang lebih menarik lagi darisemua itu, sesuatu kekuatan yang misterius dan membahagiakannyasecara lahir dan batin, ia pun akan menjadi pusat dan inspirasi ataupenerangan bagi mereka-mereka yang masuk ke dalam radiuspengaruhnya.Jalan ke arah ini memang nampaknya sukar untuk manusia, tetapitidak ada yang tidak mungkin di dunia ini seandainya seseorang telahberitikad ke arah itu, karena memang setiap manusia diberikanpotensi yang amat besar untuk melakukannya. Jadi terserah kita lagi,jalannya memang sukar, dan banyak jatuh-bangunnya, banyakjurang dan jeram yang menghadang, tetapi Yang Maha Esa sendirisecara \"pribadi\" akan menuntun kita, akan membimbing kita danmengajarkan kita cara-cara mengatasi semua rintangan ini danindividu-individu yang kuat akhirnya akan sampai kepadaNya,karena itulah janji Yang Maha Esa kepada kita semua dan itulahtujuan yang dimaksud olehNya, yang telah ditentukan olehNya.Tanyakanlah kebenaran akan hal ini kepada mereka-mereka yangdianggap telah mencapai kesadaran ini, dan semua kebenaran akandijawab dengan kebenaran. Om Tat Sat.7. Sebenarnya mengesampingkan pekerjaan-pekerjaan yang sudahseharusnya itu, adalah tidak benar. Memasrahkan dengan caratersebut karena kebodohan, disebut bersifat Tamasik (gelap).Pekerjaan atau perbuatan yang sudah seharusnya menjadi kewajibanseseorang dan merupakan keharusan sehari-hari (tertera jelas dalampustaka-pustaka Hindu), tidak boleh dikesampingkan dengan alasanapapun juga. Berbuat demikian menandakan kebodohan yang amatdalam dari si pelaku tersebut. Begitupun tindakan seperti dana, tapa326
dan yagna, berulang-ulang ditekankan agar tidak diabaikan, karenamerupakan penyucian dari jiwa dan raga kita.Tyaga sendiri terbagi dalam tiga sifat, yaitu Tamasik, Rajasik danSattvik. Tyaga yang sejati adalah yang bersifat sattvik di mana lepassudah bahkan itikad akan hasil atau buah dari tyaga itu sendiri.Sedangkan dalam sifat tyaga yang tamasik terlihat jelas dominasi dariketerikatan (moha), ilusi, kebodohan, kegelapan dan hasrat untukmendapatkan imbalan-imbalan tertentu baik secara spiritual maupunduniawi. Tyaga semacam ini disebut gelap sifatnya. Misalnya:seorang pria meninggalkan semua pekerjaannya atau kewajibanrumah-tangganya demi seorang wanita atau demi menuntut suatukesaktian tertentu untuk tujuan duniawi, ini disebut cinta-duniawiyang menyesatkan dan bukan tyaga pemasrahan total.8. Seseorang yang tidak mau bertindak sesuatu karena merasatindakan itu menyusahkannya atau khawatir akan menjadi deritauntuk fisiknya, disebut melakukan tyaga bersifat rajasik. Dan tyagasemacam ini tidak akan menghasilkan keuntungan apapun juga.Tyaga bersifat rajasik tidak akan menghasilkan mukti (pembebasan)karena seorang yang melakukan tyaga ini hanya melakukannya demimenjauhi derita, tantangan hidup dan kesusahan atau kerja keras.9. Seseorang yang melakukan sesuatu tindakan seperti yang telahdiwajibkan, oh Arjuna, karena harus dilakukannya, tanpa keterikatandan pamrih — tyaga semacam itu dipandang sebagai bersifat sattvik(bersih).Tyaga yang sejati adalah yang bersifat Sattvik, yaitu tyaga yang tanpaketerikatan, hasil atau buah. Pekerjaan yang dilakukan ini sudahmenjadi kewajibannya sesuai dengan anjuran dan kaidah-kaidahyang tertulis di buku-buku suci. Dan semua kewajiban inidilaksanakan sebagai kewajiban semata tanpa mencari ataumengharapkan sesuatu keuntungan, imbalan dan rasa egoisme. 327
10. Seseorang bijaksana yang telah diliputi oleh sifat-sifat sattva(kesucian), yang keragu-raguannya telah terbuang jauh — seseorangyang pasrah semacam ini tidak membenci sesuatu tindakan yangtidak menyenangkan, juga tidak terikat pada suatu tindakan yangmenyenangkan.Seorang Tyagi (pelaksana tyaga) yang telah pasrah total kepada YangMaha Esa, yang telah menyerahkan diri dan semua tindakan-tindakannya sekecil apapun perbuatan atau tindakan tersebutkepadaNya dan telah mencari dan mendapatkan perlindunganNya,tak akan pernah ragu-ragu dalam bertindak apapun juga. Baik itutindakan nikmat dan memberikan kepuasan dan kesenangan ataukahtindakan itu memberikan rasa derita, kegagalan atau kedukaan,baginya sama saja sifatnya. Baginya yang wajib adalah bekerja, dansemua emosi, hasil atau efek dari pekerjaan itu tidak penting sifatnyakarena ia sadar bahwa ia tidak menghasilkan atau memberikan suatuefek kepada setiap tindakannya, melainkan semua itu sudah diaturoleh Yang Maha Kuasa, dan terjadilah kehendakNya sesuai dengankeinginanNya, ia hanya alat dan sebuah alat hanya berkewajibanuntuk bekerja sewaktu dipergunakanNya dan tidak berhak untukmemprotes majikan yang mempergunakannya ataupun menilai hasilkerja dari alat itu sendiri. Semuanya terserah kepadaNya. Baginyanikmat dan derita sama saja rasanya, saling mengisi malahan, dansemua itu diterimanya dengan sama rata dan tanpa banyakmengeluh. Jadi dengan kata lain, Sang Kreshna Yang Maha Pengasihsedang mengajarkan Arjuna dan kita semua agar menerima danmemainkan peranan kita masing-masing di dunia ini secara setia danpenuh semangat. Jangan berduka atau bersuka baik dalam kegagalanmaupun dalam kesuksesan. Pasrahkan semuanya kepada Yang MahaEsa!\" Karena hanya kehendakNya saja yang akan terlaksana,bukankah kita tidak tahu mengapa kita dilahirkan di dunia ini, dansekali kita lahir dan tumbuh, lalu mengapa harus kita yang mengaturhidup ini, mengapa tidak dikembalikan semua skenario kehidupanini kepada Sang Sutradaranya sendiri. Camkanlah pesan ini dan328
jadilah sebuah alat yang baik atau seorang pemain sandiwarakehidupan ini yang baik dan penuh dedikasi.Seseorang yang bekerja sesuai dengan kewajibannya sadar bahwasuatu kewajiban yang dilaksanakan tanpa pamrih akan menuntunnyake arah penerangan Ilahi, ke arah pembebasan dari ikatan dan deritaduniawi. Seseorang yang secara sejati bekerja tanpa pamrih tidakakan pernah mau mengkhayal mengharapkan sedikit pun akanpenerangan Ilahi, semua pekerjaan ia lakukan secara tulus dan penuhdengan tekad, yaitu dengan pemikiran terjadilah kehendakNyasemata, dan pekerjaan adalah hukum alam di dunia ini bagisemuanya, sebagai misi yang diembannya dari Yang Maha Esa. Itulahkaidah atau hukum spiritual ini — yakinlah akan Yang Maha Esa dansemua kehendakNya. Tyaga yang sejati berarti bekerja tanpa pamrih,bukan tidak bekerja sama sekali.11. Sebenarnya, tidak mungkin bagi seseorang makhluk yangmemiliki raga untuk tidak bekerja secara total. Sebenarnya, seseorangyang memasrahkan hasil dari setiap pekerjaan atau perbuatannya --disebut sebagai seorang tyagi.12. Tidak nikmat, nikmat dan perpaduan keduanya - ketiga sifat iniadalah hasil dari setiap perbuatan yang akan didapati setelahmeninggalkan dunia ini, bagi mereka-mereka yang tidakmenyerahkan perbuatannya. Tetapi bagi mereka-mereka yang telahmenyerahkan hasil perbuatannya, tak ada semua itu.Seorang Tyagi yang sejati adalah seseorang yang tidak mengabaikanpekerjaannnya, tetapi hasil atau buah dari pekerjaannya. Dan di slokadi atas ini Sang Kreshna menyinggung soal hasil atau buah perbuatanseorang sanyasin, yaitu sesorang yang telah memasrahkan secaratotal dan tanpa pamrih seluruh efek dari perbuatan-perbuatan dankewajibannya. Bagi orang semacam ini, menurut Sang Kreshna takakan menghasilkan suatu efek atau buah (karma), karena perbuatan-perbuatannya telah menyatu dengan kehendakNya. Di Bhagawad 329
Gita sering kita jumpai istilah-istilah seperti tyaga dan sanyasa, tyagidan sanyasin, yang kesemuanya ini sebenarnya adalah istilah-istilahalternatif yang dipergunakan oleh Sang Kreshna dalam mengajarBhagawad Gita. Sang Kreshna pada prinsipnya tidak menganjurkanseseorang agar melepaskan atau mengabaikan pekerjaannya. Ia hanyamenganjurkan agar terjadi peralihan dari semua Kamya-Karma(pekerjaan yang bermotivasi sesuatu) ke Nishkama (yaitu pekerjaantanpa pamrih). Seseorang yang tidak mempunyai motif-motifduniawi untuk setiap pekerjaannya adalah ibarat sebuah pohon yanglebat di tepi sebuah sungai (tempat yang subur). Buah pohon inipergi ke orang-orang yang membutuhkannya. Sedangkan orang inisendiri tidak perlu ke mana-mana lagi, karena ia sudah tegar dalamkewajibannya dan telah menyatu dengan Yang Maha Esa.13. Pelajarilah dariKu, oh Arjuna, lima unsur penyebab, penyelesaiansemua tindakan, seperti yang telah disabdakan dalam doktrinSankhya.14. Tempat bersemayam semua tindakan (raga ini), Sang Jiwa (Karta)berbagai organ tubuh (karanam), berbagai ragam usaha (cheshta) danyang kelima, yaitu takdir (daivam).Di sloka ini Sang Kreshna mulai menerangkan tentang limapenyebab atau unsur atau kondisi dari setiap tindakan sampai selesaiatau (akhir dari tindakan/perbuatan tersebut).Yang pertama adalah adhishthanam, yaitu raga atau badan kita yangmerupakan tempat bersemayam (rumah-tinggal) Sang Jiwa danberbagai keinginan kita. Yang pertama ini adalah raga duniawi ataujasad kasar kita.Yang kedua disebut karta atau sang agen. Siapakah Sang Agen? Tidaklain dan tidak bukan adalah sang jiwa kita, personalitas dalam ragaini, sang raja ego. Bergabung dengan Sang Prakriti, Sang Jiwa ini punlupa pada bentuknya yang Asal dan Asli, yaitu Atma-Svanipa, dandalam keangkuhan rasa egoisme ia pun lain berkata \"aku,\" \"akulah330
yang memiliki ini dan itu,\" \"akulah yang berbuat,\" dan lainsebagainya. Dalam mencapai kebebasan jiwa kita, maka rasa ego iniharus dilepaskan agar tersingkaplah yang asli ini.Yang ketiga disebut Karanam atau instrumen/alat. Alat-alat iniadalah kesepuluh indra-indra, pikiran, rasa intelek, dan ahankarakita.Yang keempat adalah cheshta, yaitu usaha, fungsi prana atau energi-vital atau nafas dalam raga kita.Yang kelima disebut daivam, takdir, sesuatu yang tak terjangkau olehmanusia itu sendiri, pada hal ini yang menentukan dan menjadi jalanhidup kita sebenarnya; yang menghasilkan setiap usaha dan efeknyayang berhubungan dengan usaha atau perbuatan tersebut masing-masing. Daivam atau takdir ini adalah yang mengatur semua tindak-tanduk kita.Kelima unsur penting ini adalah kelima instrumen yang menjadipenyebab dari semua tindakan kita baik yang positif maupun yangnegatif, baik atau buruk, dalam perjalanan hidup kita.15. Apapun tindakan yang diambil seseorang melalui raganya, kata-kata dan pikirannya, baik yang benar maupun yang salah - kelimaunsur inilah penyebabnya.16. Dengan begitu, seseorang yang salah pengertiannya, yang karenatidak terlatih kesadarannya, memandang dirinya sebagai satu-satunya pelaku (setiap perbuatannya) -- sebenarnya orang-orang initidak melihat!Seseorang yang berpikir sebagai pelaku tunggal dari setiaptindakannya adalah seorang yang egois, yang pandir dan terlalu butauntuk menyadari atau melihat suatu kenyataan Ilahi. Orangsemacam ini disebut sebagai seorang yang gagal melihat hal yangsebenarnya. 331
17. Seseorang yang bebas dari itikad, egoisme, yang pengertian(intelektualnya) tidak tertutup, walaupun ia membunuh orang-orangini, ia tidak membunuh, atau terikat (oleh perbuatan-perbuatannya).Arjuna boleh saja membantai para Kaurawa (bahasa Jawa = Kurawa),dan selama ia berbuat itu bukan karena ego pribadinya, tetapimelainkan karena kewajibannya untuk menegakkan keadilan dankebenaran, maka selama itu juga segala perbuatannya tidak akanmengikat dia dan di mata Sang Kreshna (Yang Maha Esa), ia bukanseorang pembunuh tetapi hanya sebuah alat dariNya belaka, tidaklebih dan tidak kurang.Seseorang yang telah berada di atas kesadaran bahwa \"akulah yangsebenarnya berbuat,\" dan telah sadar akan Sang Atman, Sang JatiDiri, dan yang telah dapat mengatasi pikiran-pikiran perbuatannya,maka orang ini tidak dapat dipuji atau dihukum untuk setiapperbuatan-perbuatannya. Tetapi jangan sekali-kali menyalahgunakan sloka ini, karena bagi yang rasa ego, atau fanatismenyamasih tinggi (fanatisme juga adalah suatu bentuk ego yang ekstrim!),atau yang masih kurang kesadarannya, maka penghayatan yang salahakan berakibat amat fatal bagi sesamanya.Lalu bagaimanakah cara yang terbaik untuk memahami sloka ini?Bhagawad Gita menekankan bahwa ada dua faktor penting yangharus diperhatikan dalam bertindak atau berbuat sesuatu, yaitukebebasan dari rasa egoisme dan kesadaran yang tidak ternoda!Camkanlah hal ini secara sejati dan dengan hati-nurani yang bersihdan murni berdasarkan ratio atau intelektual anda sebelum bertindaksesuatu seperti yang dianjurkan di sloka ini. Mereka yang telahsecara total berlindung di dalam Yang Maha Esa dan pasrah dengansegala kehendakNya, yang telah melewati rasa dualisme yangbertentangan, akan tahu secara sadar (sejati) akan makna danperbuatan yang tertulis di sloka ini!332
18. Pengetahuan, obyek pengetahuan (hal-hal yang diketahui),subyek yang mengetahui (yang mengetahui), adalah tiga unsurstimulus ke arah setiap tindakan. Sang alat, tindakan, dan sang jiwaadalah tiga unsur gabungan dari setiap tindakan.Setiap tindakan ada dua penyebabnya: subyektif dan obyektif. Yangsubyektif ini dimaksudkan dengan rangsangan-rangsangan awal darisetiap tindakan, yaitu suatu kondisi sebelum suatu tindakan diambil,yaitu konsep yang tergambar dahulu dalam benak pikiran, yang laluditransformasikan dalam bentuk tindakan ragawi. Keadaan inidisebut karmachodana, dan hal ini terdiri dari tiga unsur, yaitupengetahuan, yang diketahui dan yang mengetahui.Sedangkan yang obyektif disebut karmasangraha. Sewaktu sesuatutindakan dilakukan, maka ada tiga faktor yang menyertainya:Karana, yaitu alat, instrumen atau indra-indra kita; kemudian subyektindakan/aksi, yaitu Karta, Sang Jiwa; dan akhirnya, obyektindakan/aksi, yaitu Karma itu sendiri, yaitu akhir atau tujuan yangingin dicapai oleh tindakan yang dimaksud. Dengan kata lain,Karmachodana ini adalah perencanaan secara mental danKarmasangraha adalah perbuatan atau tindakan hasil dariperencanaan secara aktual.19. Pengetahuan, aksi (tindakan) dan sang pemeran dikatakan dalampengetahuan tentang sifat-sifat (guna-guna dalam filosofi Sankhya),ada tiga jenis saja, sesuai dengan perbedaan sifat-sifat (guna-guna)ini. Dengarkanlah juga dengan seksama mengenai hal ini.20. Sesuatu pengetahuan dengan mana seseorang melihat Yang MahaEsa dan Tak Terbinasakan di dalam semua makhluk — tak terpisah-pisah di dalam keterpisah-pisahan - ketahuilah pengetahuan tersebutbersifat sattvik (bersih).Dalam sesuatu kepercayaan yang bersifat sattvik, maka Yang MahaEsa dianggap Satu-Satu-Nya Inti Kehidupan yang hadir dalam setiapmakhluk dan benda di alam semesta ini. Yang Maha Esa ini juga 333
disebut sebagai Avyayam, yaitu Tak Terbinasakan, juga disebutsebagai Avibhaktam, yaitu Keseluruhan Yang Tak Terpisahkan. YangMaha Esa itu hadir secara sama rata dalam setiap makhluk, bendadan manusia. Baik dalam seorang kaya atau miskin, dalam seorangkriminal maupun dalam seorang pendeta, hadirlah Yang Maha Esasecara sama dalam setiap jiwa ini, tanpa diskriminasi atau perbedaansedikitpun. Walau di alam semesta ini terdapat jumlah jiwa-jiwayang tak terbatas dan terhitung jumlahnya, pada hakekatnya semuajiwa-jiwa ini ber Intisari atau berasal dari Satu, yaitu Yang Maha Esa.Jadi dengan kata lain, semua jiwa ini sifatnya Eka atau Satu danidentik dengan Yang Maha Esa. Pengetahuan atau kesadaransemacam ini disebut bersifat sattvik.21. Pengetahuan yang melihat berbagai-ragam kelainan dalamberbagai makhluk-mahuk, setiap makhluk lain dari yang lainnya,yang beraneka-ragam pengetahuan itu ketahuilah olehmu sebagairajasik.Seseorang yang berpengetahuan Rajasik memandang setiap makhlukatau benda di dunia ini sebagai terpisah-pisah atau berdiri sendiri-sendiri. Bagi orang semacam ini setiap individu makhluk, atau bendaadalah unsur yang berbeda-beda. Pengetahuan rajasik adalahpengetahuan tentang nama dan rupa seseorang belaka, bukanpengetahuan tentang Intisari yang sejati. Ibarat seseorang yang tahubahwa sesuatu benda disebut tempayan, tetapi tidak tahu bahwabenda tersebut dibuat dan berasal dari apa. Ibarat seseorangmengetahui apa itu lampu, tetapi tidak mengenal unsur cahaya didalamnya, atau ibarat mengenal yang namanya baju tetapi tidak tahuunsur apa yang menjadi bahan dasar dari baju tersebut.Bagi seorang yang berpengetahuan rajasik semuanya nampakberbeda-beda dan berlainan derajatnya. Bagi orang semacam inistatus seseorang dewa, brahmana atau seekor tikus itu lain, padahalsabda Sang Kreshna semua yang ada di alam semesta ini berintikansatu unsur yang sama, yaitu Yang Maha Esa.334
22. Pengetahuan yang tergantung pada suatu unsur atau obyek yangseakan-akan adalah segala-galanya, tanpa mau tahu akan asal-usulunsur tersebut, tanpa mau menyadari yang realitas, danberpandangan sempit - disebut sebagai pengetahuan yang tamasik.Pengetahuan yang bersifat Tamasik adalah pengetahuan yang palsudan tak berdasar sama sekali. Orang yang berpengetahuan ini amatsempit pandangannya. la melihat suatu obyek kecil sebagai sesuatuyang amat penting dan lalu bergantung kepada obyek tersebutseakan-akan tidak ada lagi yang lainnya di dunia ini. Misalnyaseseorang yang mencintai seorang wanita cantik dan menganggapwanita tersebut sebagai segala-galanya di dunia ini, atau seseorangberpikir bahwa keluarganya adalah di atas segala-galanya di duniaini, Tuhan lalu dinomorduakan. Hal semacam ini disebut moha(keterikatan) dan keterikatan ini disebut pengetahuan yang bersifattamasik atau gelap.Hal yang sama berlaku sekiranya seseorang hanya tergantung padapesta-pesta pora, makanan atau kenikmatan dan keterikatan duniawilainnya, yang memberikannya kenikmatan yang bersifat sementaradan merasa itulah arti kehidupan dunia. Pengetahuan semacam iniadalah hampa dan irasional. Pengetahuan tentang Sang Atmanadalah pengetahuan yang sejati. Pengetahuan tentang logika duniawiyang berdasarkan perbedaan atau diskriminasi adalah rajasik.Sedangkan pengetahuan yang tanpa dasar, tanpa pengorbanan ataupengertian pada Yang Maha Esa adalah sifat tamasik.23. Suatu tindakan yang berdasarkan moral, yang lepas dariketerikatan, yang dilakukan tanpa mengharapkan suatu pamrih danyang dilakukan bukan karena cinta atau benci — tindakan tersebutadalah sattvik (bersih).Suatu tindakan, aksi atau perbuatan yang bersih atau yang benar dansejati disebut sattvik, yaitu perbuatan yang berdasarkan nilai-nilaimoral, kewajiban dan prikemanusiaan. Pekerjaan seperti bekerja 335
sehari-hari, mencari nafkah secara jujur demi kehidupan keluargaadalah pekerjaan yang bersifat sattvik. Seorang ibu yang mengasuhanak-anaknya dengan baik adalah seorang yang sattvik dan bekerjasattvik. Pekerjaan-pekerjaan atau perbuatan yang dianjurkanpustaka-pustaka kuno seperti yagna, tapa dan dana adalah perbuatansattvik. Berbicara jujur, menolong yang harus ditolong, memuja YangMaha Esa adalah perbuatan sattvik yang harus dilakukan. Dan semuapekerjaan ini harus dilakukan tanpa mengharapkan kembali sesuatupamrih atau imbalan dalam bentuk apapun juga baik dari siapapunmaupun dari Yang Maha Esa atau para dewa-dewa.Semua pekerjaan ini harus lepas dari rasa ego dan keterikatan, secaratotal harus dihayati bahwa yang berbuat ini sebenarnya hanya alatdari Yang Maha Esa, tidak lebih dan tidak kurang. Setiap pekerjaanharus dikerjakan lepas dari hawa-nafsu dan dengan tanggung-jawabdan penuh kewajiban terhadap sesama makhluk dan terutamaterhadap Yang Maha Esa, karena Ialah sumber atau asal-mulakehidupan ini.24. Tetapi suatu tindakan yang dilakukan secara penuh denganketegangan (stres) oleh seseorang yang ingin memuaskan keinginan-keinginannya, dan yang berdasarkan kepentingan dirinya — disebutbersifat rajasik (mementingkan diri pribadi).Tindakan atau perbuatan rajasik selalu bercirikan kepentinganpribadi, dan tindakan ini sebenarnya tidak akan menghasilkan suatukeuntungan spiritual, melainkan akan menghasilkan duka ataupenderitaan. Tindakan-tindakan Rajasik ini memperlihatkan tanda-tanda khas seperti:a. Tindakan-tindakan ini selalu dilakukan secara bergegas secara menggebu-gebu, dan penuh semangat yang menderu-deru, tetapi diikuti oleh rasa tegang yang luar biasa atau stres berat dan penghamburan energi secara sia-sia.336
b. Pekerjaan ini dilakukan karena pengaruh karma (nafsu) atau keinginan-keinginan duniawi untuk mendapatkan kepuasan seksual, harta-benda, kedudukan, kekuasaan, wanita dan lain sebagainya.c. Tindakan-tindakan ini dilakukan berdasarkan kepentingan atau kepuasan pribadi ego, kesombongan pribadi, dan ini semua disebut ahankara.25. Tindakan yang dilakukan berdasarkan moha (cinta danketerikatan duniawi) tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya -yang merugikan dan melukai yang lain - yang tak memikirkankemampuan pribadinya - disebut sebagai tindakan atau perbuatanyang tamasik.Ciri-ciri perbuatan atau tindakan Tamasik adalah:a. Dikerjakan karena keterikatan akan hal-hal yang sifatnya duniawi dan gelap. Orang-orang yang mengerjakan perbuatan- perbuatan ini sudah jauh tenggelam dalam kegelapan duniawi.b. Dilakukan tanpa memikirkan akibat-akibatnya, yang bukan saja dapat menghancurkan dirinya, tetapi juga orang-orang atau makhluk-makhluk lainnya. Semua ini dilakukan tanpa pikir panjang karena mabuk kekuasaan, karena kenikmatan dunia dan lain sebagainya.c. Dan perbuatan-perbuatan ini dilakukan tanpa melihat atau sadar akan keterbatasan orang yang melakukan ini, karena jalan pikiran yang sudah gelap dan buntu. Dan kalau ia gagal, ia akan menempuh segala jalan baik yang bersifat kekerasan maupun yang gelap, walaupun itu harus dibayar mahal olehnya.26. Seseorang yang bertindak lepas dari keterikatan, yangpembicaraannya jauh dari rasa egois yang penuh dengan tekad yangteguh dan antusiasme yang tak tergoyahkan oleh sukses atau 337
kegagalan - orang ini disebut sattvik karta (orang yang benar ataubersih perbuatannya).Seorang Sattvik Karta ini benar-benar bertindak sesuai dengankewajibannya, menerima semua kehendakNya. Dalam menghadapisukses atau kegagalan ia tenang-tenang saja, dalam menghadapi yangjahat dan suci, yang busuk dan bersih, ia sama saja sikapnya. la majuterus dengan tekad yang amat teguh, yaitu selalu bertindak tanpapamrih, hanya demi kebenaran dan kewajibannya terhadap YangMaha Esa semata. Orang semacam ini memiliki beberapa tanda atauciri khas:a. Ia selalu bertindak tanpa pamrih dan keterikatan. la tidak membutuhkan pujian, jasa, sanjungan, keagungan dan kehormatan duniawi untuk apa saja yang dilakukannya.b. Ia tidak membual akan apa yang dilakukannya. Tak mau ia berkata bahwa tanpa dia sesuatu hal mustahil terjadi. Setiap patah katanya jauh dari rasa egoisme atau demi kepentingan diri sendiri.c. Ia penuh dengan kesabaran dan semangat yang tinggi. Dalam setiap halangan ia penuh dengan tekad, berjuang terus dan tidak patah semangat.d. Ia memiliki rasa sama, yaitu selalu bersikap sama baik dalam menghadapi keuntungan maupun kerugian, baik dalam kesenangan maupun penderitaan. Tak tersentuh ia oleh kemenangan dan tak terganggu oleh kekalahan, sama dalam sukses maupun kegagalan.27. Seseorang yang terombang-ambing oleh kepentingan nafsunya,yang mencari imbalan dari hasil perbuatannya, yang serakah,merugikan yang lainnya, yang tidak bersih (perbuatannya), yangterombang-ambing oleh kesenangan dan penderitaan -- orang inidisebut seorang rajasik karta.338
Seorang Rajasik Karta mempunyai beberapa tanda dan sifat-sifattertentu seperti:a. Ia tenggelam dalam nafsu duniawi beserta segala kenikmatannya. Ia terikat pada indra-indranya.b. Ia selalu memerlukan imbalan untuk setiap perbuatannya. Setiap tindakannya penuh dengan motivasi tertentu.c. Ia amat serakah.d. Ia bersifat brutal, sifatnya ini selalu merugikan, melukai dan menyakiti orang lain, atau pun makhluk-makhluk lain,e. Dalam setiap sukses dan kemenangan ia cepat gembira, dalam kegagalan dan keka-lahan ia cepat putus asa.28. Seorang yang tak stabil, kasar, keras-kepala, penuh kepalsuan,beritikad jahat, malas, tak punya harapan, mudah putus-asa, danselalu menunda-nunda sesuatu -- disebut seorang tamasik.Seorang Tamasik nampak aneh atau eksentrik dan tak berbudayadalam tingkah-lakunya. Hati atau pikirannya tidak tertuju padatindakan-tindakannya. la juga pandir dan keras kepala. la penuhtipu-daya dan licik atau penuh dengan kepalsuan. la gemarmenunda-nunda sesuatu dalam tindakan dan perbuatannya, dansering membatalkan sesuatu yang akan dikerjakan dengan alasan-alasan tertentu. la mudah putus asa dan orang dengan sifat-sifat inibekerja atau bertindak dengan motif-motif kejahatan danberdasarkan pengaruh jahat dan iblis. la bisa saja berwajahmeyakinkan dan hidup mewah dan necis, tetapi secara kejiwaan iatak berbudaya dan memiliki semua karakter tamasik di dalamdirinya.29. Dengarkanlah olehmu, oh Arjuna, diterangkan secara lengkapdan berulang-ulang, ketiga bagian, yang didasarkan pada ketiga guna(sifat-sifat) dari buddhi (intelektual) dan dhriti (kebulatan tekad). 339
Ada tiga macam atau jenis Buddhi (intelektualitas atau kesadaranmanusia). Dan juga ada tiga jenis sifat dari Dhriti, yaitu tekad atausuatu keputusan tetap yang diambil seseorang berdasarkan kadarintelektualitasnya, atau kadar kesadaran dan pengertiannya.Buddhi dan Dhriti ini sangat dekat dengan setiap tindakan yang kitaambil. Buddhi menganalisa apa yang harus dilaksanakan seseorangdalam setiap aksi, sedangkan Dhriti memutuskan dan menyelesaikansuatu aksi atau tindakan sehingga selesailah atau tuntaslah perbuatantersebut.Buddhi dengan kata lain adalah suatu kekuatan yang dapatmembedakan antara yang baik dan buruk, yang salah dengan yangbenar. Sering sekali kita manusia memohon kepada Yang MahaKuasa untuk ditunjukkan jalan yang benar dalam menghadapirintangan-rintangan di depan kita. Yang memohon ini sebenarnyaadalah suatu faktor pengertian atau kesadaran, dan ini disebutBuddhi (intelektualitas). Tindakan selanjutnya berdasarkanpengertian tersebut adalah yang didasarkan pada kebulatan tekadatau suatu keputusan yang tuntas, dan ini secara keseluruhan disebutDhriti.30. Buddhi yang menyadari akan pravritti (tindakan yang benar) dannivritti (tindakan yang tidak harus dilakukan) - apa yang harusdilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan, apa yang harusditakuti dan apa yang tidak harus ditakuti, perbuatan dan pekerjaanapa yang mengikat dan apa yang membebaskan — pengertian(buddhi) tersebut, oh Arjuna, adalah sattvik (suet dan bersih).Sloka di atas jelas sekali pengertiannya dan kita manusia seharusnyatahu akan apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus kita jauhidan cegah. Siapakah sebenarnya yang harus ditakuti dalam hidup inidan siapa pula yang harus kita lawan dan hadapi. Lebih dari itupengertian atau kesadaran yang bersih akan memberikanpengetahuan akan apa yang mengikat secara duniawi dan apa saja340
yang akan melepaskan kita dari lingkaran penderitaan dan karmakita.31. Sesuatu yang diketahui secara menyimpang, secara salah —tentang dharma dan adharma (yang betul dan salah), tentang apayang harus diperbuat dan yang tidak harus dilakukan - pengertiansemacam itu, oh Arjuna, bersifat rajasik.Sesuatu pengertian atau buddhi yang bersifat rajasik yangterpengaruh sifat-sifat raja ini adalah suatu pengertian berdasarkankonsep yang salah atau menyimpang karena berdasarkan semangategoisme. Pengertian semacam ini selalu mencampur-adukkan yangbaik dan yang buruk. Sedangkan pengertian sattvik akan tegas dalamkeputusan dan pengertiannya. Buddhi secara rajasik seringmelakukan perbuatan salah dan menyimpang karena keputusan yangdiambil selalu berdasarkan nilai-nilai yang salah persepsinya.Keputusan semacam ini mencampur-adukkan kewajiban dengankesenangan, benar dengan salah, dan lain sebagainya danmenganggap semua itu adalah tindakan yang benar. Bagi seorangyang bersifat rajasik, nilai-nilai kebenaran jadi kaburpenghayatannya.32. Buddhi yang terbungkus oleh kegelapan, yang berpikir bahwaadharma (kesalahan) sebagai dharma (benar), dan melihat semuanyasecara tidak benar - buddhi (atau pengertian) ini, oh Arjuna, adalahTamasik.Suatu pengertian yang bersifat Tamasik, malahan mengacaukansemuanya, semua nilai-nilai moral bisa saja jadi kacau-balau olehpola pemikiran semacam ini. Semua ini karena kegelapan yangmenyelimuti pengetahuan orang yang bersifat tamasik ini. Yangsalah malahan terasa benar baginya. Buddhi ini tidak sadar atau tahumana yang benar dan mana yang salah. Bagi seorang Tamasik,pemujaan kepada Yang Maha Esa itu salah, bersikap anti-Tuhan dan 341
anti-kebenaran malahan benar jadinya. Baginya kebenaran akanhidup dan dunia ini tidak ada hubungannya dengan Tuhan YangMaha Esa. Orang-orang semacam ini lebih condong ke arahkekuatan-kekuatan gelap.33. Suatu tekad atau keputusan (yang diambil seseorang) yang tidakterombang-ambing sifatnya, melalui yoga atau konsentrasipengendalian aktivitas-aktivitas pikiran, pernafasan dan indra-indranya — tekad tersebut, oh Arjuna, adalah tekad (atau keputusan)yang Sattvik sifatnya.Tekad atau keputusan ini disebut Dhriti. Tekad yang bersih dansattvik karena:• Bersifat tegas dan tidak mudah digoyahkan, alias stabil,• Diperkuat atau didasari oleh latihan-latihan dan konsentrasi yoga,• Mengendalikan secara benar aktivitas-aktivitas pikiran, pernafasan(meditasi) dan indra- indranya. Orang ini lalu mempunyai potensilahir-batin yang amat kuat, tegas, teguh pendirian dan raganya.Tekad yang bersifat sattvik ini, mengendalikan pikiran atau jiwa kitake arah pengetahuan akan tenaga-tenaga yang tersembunyi dan jugapotensi-potensi yang tak nampak tetapi sebenarnya banyak terdapatdalam diri kita. Juga akan terbuka potensi dan kekuatan yang ada dialam semesta ini yang dapat dikaruniakan kepada orang yang teguh,yang penuh dedikasi kepadaNya semata. Tekad sattvik kemudianmenimbulkan kendali pada pemikiran kita, yang kemudianmengendalikan setiap tindakan kita, sehingga kita pun berubahmenjadi sattvik, tanpa pamrih. Hanya bertindak karena harus dankarena kewajiban yang bersifat dedikasi semata.Tekad yang bersih ini mendisiplinkan pikiran, nafas, dan indra-indrakita, dan diarahkan semua ini ketujuan yang benar. Indra-indra kitaakan terkendali secara otomatis secara bertahap. Dan ini bukan ilusi,tetapi kenyataan yang telah dialami oleh mereka-mereka yang telahbersifat sattvik, walaupun dalam abad modern ini.342
34. Seseorang yang bertekad kuat pada dharma (kewajiban), padakama (kenikmatan), dan pada artha (harta) tetapi menginginkanimbalan untuk tekadnya ini — tekad semacam ini, oh Arjuna, adalahrajasik.Tekad yang bersifat rajasik adalah suatu tekad yang hanya dilakukanuntuk suatu imbalan tertentu.35. Sesuatu tekad yang diambil seseorang, yang berasal darikebodohan, terlalu banyak tidur, ketakutan, kesusahan, depresi dankepentingan diri sendiri — tekad tersebut, oh Arjuna, bersifattamasik (gelap).Seseorang yang bersifat Tamasik sangat keras sifatnya, tetapikekerasannya bersifat ngawur, karena berdasarkan kemalasan dankebodohan. Tindakan-tindakannya hanya berdasarkan opini sendiriyang didasarkan pada sifat-sifat pribadinya yang dominan dan serbagelap. Ia pun selalu dekat dengan rasa takut, depresi, penderitaan danselalu berada di dalam lingkaran gelap.36. Dan sekarang dengarlah dariKu, oh Arjuna, tiga bentukkebahagiaan. Kebahagiaan ini, bagi seseorang yang mempelajarinya(mempraktekkannya), akan menghasilkan kebahagiaan yangmengakhiri penderitaannya.37. Yang terasa bagaikan racun pada awalnya tetapi serasa air-surgawi pada akhirnya, dan yang terpancar dari pengertian yangmurni dari Sang Atman -kebahagiaan tersebut dikatakan bersifatsattvik (bersih).Kebahagiaan Sattvik yang sejati timbul dari kesadaran diri atau daripenampilan/wahyu atau wangsit dari Sang Atman pada diri kita.Tetapi kebahagiaan ini tidak mudah didapat karena harus dipelajaridan dipraktekkan untuk jangka waktu yang lama yang tidak dapatditentukan oleh seseorang, dan harus diikuti oleh kepasrahan total 343
kepada Yang Maha Esa. Ada tiga ciri khas Sattvik-Sukha(Kebahagiaan Sattvik) ini:1. Dicapai dengan abhyasa (praktek dan usaha spiritual seperti pemujaan dan meditasi pada Yang Maha Esa secara berkesinambungan).2. Sangat sukar dan pahit rasanya pada permulaan ini dilakukan, tetapi terasa nikmat dan manis pada akhirnya.3. Tidak didapatkan dari suatu unsur luar raga kita, tetapi terpancar keluar dari diri sendiri yang sudah bersih dari awan-awan gelap dan kebodohan, terpancar keluar dari lubuk jiwa kita yang paling dalam.Sang Atman, Sang Jati Diri kita Yang Sejati akan memancarkankenikmatan Ilahi ini secara langsung pada waktunya. Sattvik-Sukhaini bersifat ananda, yaitu bersifat amat menenangkan jiwa, suatukebijaksanaan atau kesadaran yang amat menentramkan danmembahagiakan jiwa kita.38. Sesuatu yang terjadi karena kontak-kontak indra dan obyek-obyeknya (vishaya), yang pada mulanya, terasa sebagai air-surgawi,tetapi pada akhirnya terasa sebagai racun - kebahagiaan atau sukhaini dikatakan sebagai Rajasik.Kenikmatan atau Kebahagiaan Rajasik itu terasa manis seperti Amrita(air-surgawi) pada mulanya, karena memang bersifat duniawi dantercipta akibat hubungan antara obyek-obyek sensual dan indra-indra kita. Tetapi sesudah itu berakibat penderitaan yang amatmenyakitkan. Semua kenikmatan duniawi baik itu secara seksual,maupun melalui pesta-pora dan hidup mewah terasa nikmat padamulanya tetapi selalu terasa pahit pada akhirnya, karena tidakdisertai oleh nilai-nilai moral yang sejati, yaitu demi dan untuk YangMaha Esa semata, tetapi demi kesenangan dan kenikmatan pribadi,dan ini disebut kebahagiaan rajasik, yaitu bersifat sementara saja.344
39. Kenikmatan yang pada mulanya dan kemudian selanjutnyamenyesatkan sang jiwa, dan yang timbul dari tidur, kemalasan dankekurangan perhatian --kenikmatan tersebut dikatakan Tamasik(gelap).Kenikmatan Tamasik sudah menyesatkan dan menderitakanseseorang dari awal-mula dan selanjutnya pada akhirnya tetapmendatangkan penderitaan. Seseorang yang terbius secara tamasikini tenggelam dalam kenikmatan yang diakibatkan oleh kebodohan,kekurang-pengetahuan, dan kekacauan jiwa-raganya.40. Tak ada satu makhluk pun, baik di bumi atau juga di antara paradisvarga-loka, yang bebas dari ketiga guna (sifat-sifat Prakriti) ini,yang lahir dari Prakriti (alam).41. Mengenai para Brahmin, Kshatrya, Vaishya dan para Sudra, ohArjuna, aktivitas-aktivitas mereka ini telah dijelaskan, sesuai denganguna-guna yang lahir dan sifat sejati mereka.Svabhava, atau sifat seseorang, adalah pembawaan karma seseorangatau sesuatu makhluk dari kehidupan masa lampaunya. Keempatvarna (sistim kasta) manusia pun terpengaruh oleh sifat atau guna-guna ini, dan semua itu mempengaruhi cara kerja atau sifatperbuatannya. Svabhava dengan begitu menentukan suatu kewajibanatau perbuatan seseorang berdasarkan guna-guna yang dominandalam orang tersebut. Kewajiban setiap varna dengan kata laindatang dari Prakriti itu sendiri.Sattva dominan dalam seseorang yang ditakdirkan menjadi Brahminsejati, raja dominan dalam seorang Kshatriya, dan kemudian setelahsifat raja ini menyusul dua sifat, yaitu sattva dan tama dalamKshatriya. Dalam Vaishya yang dominan adalah unsur atau sifat rajaplus tama, unsur sattva menyusul kemudian.Dalam Shudra, unsur yang dominan adalah Tama, kemudianmenyusul Raja dan terakhir Sattva. Tetapi ingat dalam naungan SangAtman, setiap makhluk dan manusia adalah sama, yaitu hanya satu 345
unsur, yaitu Sang Atman Sendiri. Dalam IntiNya yang sejati dansecara spiritual kita semua adalah berasal dari satu unsur yangtunggal. Satu dalam perjalanan, tujuan dan takdir kita. Tetapi didalam olahan sang Prakriti kita berbeda-beda, dan ingat sistim Varnaatau Kasta adalah produk dari sang Prakriti ini!Semua bentuk kasta-kasta ini adalah ibarat alat-alat atau anak-anakdari Yang Maha Esa. Kepandaian, ilmu pengetahuan, dan kekayaandunia lahir dan batin, dibagikan secara sama rata kepada masing-masing kasta ini sesuai dengan kewajiban-kewajibannya di dunia iniuntuk mencapai Yang Maha Esa kembali. Tetapi tidak adaperlombaan kekuasaan atau kedudukan atau diskriminasi yangdianjurkan di antara mereka-mereka ini. Yang ada hanya sifat-sifatdominan pada seseorang, dan sifat-sifat inilah yang menentukankewajibannya dan kastanya. Jadi kasta itu ditentukan oleh jenis sifat,pekerjaan dan perbuatan seseorang sehari-hari dan bukan karenastatus kelahiran seseorang. Seseorang dalam perjalanan hidupnya didunia ini bisa raja berubah dari seorang yang lahir secara (atau tidak)Vaishya menjadi seorang Brahmana sesuai dengan panggilan atauketentuan Ilahi, menurut takdirnya masing-masing, dan begitupunsebaliknya. Mukti atau Pembebasan Spiritual terbuka untuk siapasaja tanpa pandang bulu, yang penting seseorang itu mau bertindaktanpa pamrih, dan penuh dengan dedikasi yang luhur terhadap YangMaha Esa.Sekali lagi ditegaskan di sini, Svabhava adalah Sanskara (PenderitaanDuniawi) yang diakibatkan oleh perbuatan dari kelahiran yang silam.Sesuai dengan sanskara ini, maka dalam hidup ini terciptalah padaseseorang unsur-unsur sattva, raja dan tama. Dan sesuai atauberdasarkan guna ini timbullah keempat sistim varna (kasta) ataujenis-jenis profesi dan perbuatan masing-masing orang, bukandiskriminasi atau perbedaan kekayaan/ kedudukan/status sosialseseorang. Status seseorang, makhluk dan benda di mata Yang MahaEsa adalah sama saja, yaitu satu: sebagai alatNya belaka, tidak lebihdan benda tidak kurang. Om Tat Sat.346
42. Ketenangan, pengendalian diri, disiplin spiritual, kebersihanlahir-batin, kesabaran, menjunjung tinggi kebenaran, kebijaksanaan,pengetahuan dan iman -- adalah kewajiban seorang Brahmin, lahirdari sifatnya yang pribadi.Keempat sistim varna ini sebenarnya kalau ditinjau dengan kaca-mata yang benar, maka melambangkan suatu fungsi sehat dari suatutata-negara dalam satu negara yang baik dan bijaksanapemerintahannya. Negara yang sehat dan kuat, aman dan makmuradalah suatu negara di mana kaum brahmana, kshatriya, vaishya dansudra bersatu, bergabung, bahu-membahu bekerja demikesejahteraan yang lainnya, dan bukan saling mendepak,menjatuhkan atau merendahkan lainnya.Tetapi inti dari sistim varna atau kasta ini sebenarnya adalah kaumBrahmin. Bukan harta-benda atau jumlah tentara yang melimpah-ruah, bukan perencanaan ekonomi yang fantastis, atau pidato-pidatokosong yang muluk-muluk para politisi, tetapi kehidupan orang-orang awam yang berdedikasi, bermoral tinggi dan beragama secarasaleh, yang sebenarnya menjadi dasar atau sendi utama dari varnaatau kasta-kasta lainnya. Dan orang-orang yang sederhana tetapibermoral tinggi inilah yang sebenarnya yang disebut brahmin-brahmin dalam arti yang sebenarnya, yang orientasinya selalu dalammenegakkan dharma dan bhaktinya. tanpa pamrih demi Yang MahaEsa dan masyarakat banyak. Dan kalau masyarakat banyak bermoralbaik, maka negara itu akan baik, sehat dan kuat. Tetapi seandainyamasyarakat itu sakit, maka negara itupun akan sakit dan lemah.Semakin banyak yang bersifat brahmin dalam suatu masyarakat ataunegara makin jayalah negara itu, karena akan selalu jauh dari unsur-unsur yang merugikan. Seorang brahmin sejati adalah seorang gurubagi sesamanya.43. Keberanian, semangat, ketegaran, pandai berunding, tidakbersifat pengecut (tidak lari dari suatu peperangan), bermurah-hatidan berwibawa sebagai pemimpin (sifat asli seorang pemimpin) - 347
semua ini adalah kewajiban seorang kshatriya yang lahir dari sifat-sifat pembawaannya.Brahmin yang sejati adalah guru, dan Kshatriya yang sejati adalahpengayom masyarakat yang bersedia mati setiap saat ia dibutuhkandemi tegaknya kebenaran, kedamaian dan kemajuan ataukemakmuran suatu negara dan masyarakat. Orang-orang yangberjiwa kshatriya tidak mengenal takut, selalu bersemangat baja, dantak mudah dipengaruhi oleh uang dan harta-benda. Harapan bangsaterletak di pundak mereka, dan itulah dharma-bhakti mereka padaYang Maha Esa dan masyarakat.Salah satu contoh adalah Sang Bhishma, suatu waktu Yudhishthirapernah memohon kepada Sang Kreshna agar ia dijadikan muridnya.Oleh Sang Kreshna ia diminta berguru ke Bhisma, dan salah satuajaran Sang Bhishma pada Yudhishthira adalah, \"Di mana SangKreshna bekerja, di situ terdapat Dharma (Kebenaran), di manaDharma berfungsi, di situ terdapat kemenangan.\" Seorang kshatriyasejati adalah yang bekerja berdasarkan Dharma, dan tak merasa takutakan apapun juga selain Yang Maha Esa. Biasanya seorang pemimpinsemacam itu sudah lahir dengan wibawa dan kharisma semacam itu.Maka dikatakan, seorang Kshatriya adalah seorang pemimpin bangsa,sedangkan seorang Brahmin adalah guru dari masyarakat(semuanya).44. Berladang, menjaga ternak dan berdagang adalah kewajibanseorang vaishya, lahir dari sifat pribadinya. Tindakan atau perbuatanyang bersifat jasa atau pelayanan (masyarakat) adalah kewajibanseorang shudra, yang lahir dari sifat pribadinya.Seorang yang berkarakter atau hidup sebagai seorang vaishya bercirikhas seperti:(1) Petani dan yang berhubungan dengan pertanian,348
(2) Beternak dan menjaga agar ternak-ternak dipelihara dengan baik karena sapi, kerbau dan sejenisnya dianggap suci dan amat bermanfaat dalam agama Hindu,(3) Berdagang atau berwira swasta dalam berbagai bidang ekonomi adalah sifat-sifat dominan seorang vaishya.Sedangkan yang digolongkan sebagai shudra adalah orang-orangyang berkerja di bidang jasa atau pelayanan secara umum, jugasebagai buruh, karyawan, dan petugas dalam segala bidang pekerjaanmilik pemerintah maupun non pemerintah.Dengan demikian jelaslah sudah bahwa sistim varna atau kasta inisebenarnya adalah pembagian golongan kerja, dan bukan pembagianhak hidup seseorang yang dapat diatur semena-mena. Tidak bolehada orang yang merasa dilahirkan dalam kasta ini atau kasta itu. Yangbenar adalah sewaktu seseorang tersebut dewasa dan inginmenentukan pekerjaan dan jalan-hidupnya sendiri maka terseraholehnya pekerjaan apa yang akan dipilihnya. Jadi sistim kasta yangberlaku sekarang ini yang membeda-bedakan, hak, status, nama dansebutan, dan pekerjaan adalah salah besar.Yang benar itu, kasta ini hanyalah sekedar pembagian golongan,yang dalam abad modern ini bisa disebut sebagai berikut: pararohaniwan untuk sebutan modern para brahmana (tercakup didalamnya para guru dan ilmuwan dan lain sebagainya yangberhubungan), kemudian para ekonom adalah sebutan modern ataumasa kini untuk para pedagang, bankir dan lain sebagainya yangberhubungan dengan bidang ekonomi, para petani dan nelayantermasuk juga dalam golongan ini. Para politisi, pejabat negara,tentara dan pamong-praja dan lain sebagainya adalah istilah modernpara kshatriya; dan para buruh, pekerja, petugas dan lain sebagainyayang berstatus bekerja pada seseorang, negara, dan lainnya disebutshudra.Keempat golongan ini menjadi tiang-tiang utama dari sebuah negara,dan saling menunjang karena setiap tiang ini sama kekuatan dan 349
kedudukannya. Satu tiang patah maka patahlah juga tiang-tianglainnya, karena tidak akan mampu menyanggah negara yang ibaratsebuah gedung besar bertiang empat.Seandainya sesuatu bangsa dan negara tidak melakukan suatudiskriminasi dengan, golongan-golongan yang ada di dalamnya, danmenghargai setiap golongan ini, maka aman-sejahtera dan sentosalahnegara ini. Berbeda-beda tetapi eka, berbagai aspirasi tetapi satutujuan, yaitu kesejahteraan bagi sesama dan semuanya adalah misiyang dikandung di sloka-sloka di atas ini, dan ingat bukan perbedaankasta yang diskriminatif. Sebuah bangsa dan negara yang besar, majudan sejahtera adalah yang masyarakatnya harmonis, dan duduk samapenting di antara sesamanya.45. Seseorang mencapai kesempurnaan apabila ia berdedikasi kepadakewajibanya sendiri. Dengarkanlah olehmu bagaimana kesempurna-an ini didapatkan oleh seseorang yang setia kepada kewajibannyasendiri.Yang dimaksudkan dengan Kesempurnaan ini adalah penyadaranakan Ilahi. Seseorang dapat mencapainya dengan bekerja secara setiadan penuh dedikasi kepada kewajibannya sendiri, yaitu bekerjasesuai dengan sifat sejati yang dimilikinya. Sewaktu seseorangmenyerahkan semua pekerjaan dan perbuatannya kepada Yang MahaEsa tanpa pamrih sedikitpun, maka secara bertahap ia akan mencapaikesempurnaan ini atas karuniaNya. Tidak menjadi masalah kalaupekerjaan itu secara duniawi sifatnya amat sederhana atau kecil.Sekali perbuatan atau pekerjaan ini diserahkan secara totalkepadaNya maka terbukalah jalan ke arah Yang Maha Esa.Bekerjalah demi Yang Maha Esa sesuai dengan sifat-sifat kita yangsejati, janganlah iri atau berganti-ganti profesi karena harta duniawi,padahal belum tentu kita menghayati pekerjaan baru kita karenatidak berbakat ke arah itu. Pekerjaan, profesi atau perbuatanseharusnya dilakukan karena dedikasi kita kepada Yang Maha Esa,350
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375