Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bakti Kami di Pelosok Negeri

Bakti Kami di Pelosok Negeri

Published by Irvan Sidik, 2021-01-06 14:38:23

Description: Bakti Kami di Pelosok Negeri - Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM ITB

Search

Read the Text Version

NUNUKaN merupakan daerah perlintasan yang banyak dilalui orang, baik dari Indonesia maupun Malaysia. Sayangnya, selama ini mereka hanya transit untuk menuju ke destinasi utamanya. Memanfaatkan potensi masyarakat, LPPM ITB membantu merancang model pariwisata di Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan. Kelak orang tak hanya lewat, tetapi sengaja singgah dan mendapatkan pengalaman baru melancong di sana. Kepala Program Studi Magister Lanskap ITB Budi Faisal, MaUD, MLa, Ph.D. menilai, daerah perbatasan seperti Kabupaten Nunukan, termasuk Sei Menggaris dan sekitarnya, memiliki peluang besar untuk untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Kekayaan budaya dan alamnya tidak kalah dengan milik negara tetangga, Malaysia. “Kalau sekarang terjadi kebalikannya, teman- teman di Nunukan, di Sei Menggaris itu liburan ke Malaysia, orang-orang Malaysia lewat saja ke Nunukan karena mereka tujuannya ke Derawan terus lanjut lagi. Nah kalau bisa menangkap peluang itu, peluangnya besar,” kata Budi Faisal, Ph.D. Pemerintah sendiri telah menetapkan, pembangunan kepariwisataan di kawasan perbatasan ditujukan unuk mempercepat pembangunan di berbagai bidang di kawasan itu. Daerah perbatasan merupakan beranda depan negara berperan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan daerah tetangga. 49

EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT Budi Faisal, Ph.D. menjelaskan terdapat tiga jenis pengembangan pariwisata, yaitu culture based tourism (pariwisata berbasis kebudayaan), nature based tourism (pariwisata berbasis kekayaan alam), dan man made tourism (pariwisata buatan manusia). “Faktanya dalam beberapa tahun terakhir orang datang ke Indonesia 60% karena culture based tourism atau karena budaya kita yang luar biasa kaya. Kedua 30% karena alam atau nature based tourism. Sisanya 10% karena man made. Menurut saya, budaya kita tidak akan dikalahkan budaya mana pun saking kayanya, termasuk budaya di Sei Menggaris, Nunukan dan sekitarnya secara umum,” tutur Budi Faisal, Ph.D. Tren kenaikan kunjungan wisata ke Indonesia Budaya kita tidak akan dikalahkan membuat sektor ini diprediksi sebagai sumber budaya mana pun saking penerimaan negara tertinggi. Melampaui sektor kayanya, termasuk budaya di pertambangan seperti minyak bumi dan batu bara, Sei Menggaris, Nunukan dan juga sektor perkebunan yaitu kelapa sawit dan karet. sekitarnya secara umum. Budi menambahkan, pengembangan kepariwisataan bukan melulu soal menyiapkan destinasi yang indah- Budi Faisal, Ph.D. menawarkan konsep ecotourism indah belaka. Tetapi, juga menyiapkan infrastruktur, berbasis masyarakat untuk mengembangkan membangun masyarakat, menyiapkan tata kelola pariwisata di Nunukan. Ecotourism atau ekowisata dan regulasi, nilai-nilai atau local wisdom yang harus menitikberatkan pada kegiatan pariwisata yang dijaga, dan menjaga budaya setempat. apabila berwawasan lingkungan, mengutamakan konservasi hanya infrastruktur fisik yang disiapkan, biasanya alam, serta mengandung unsur pemberdayaan akan berujung pada kerusakan akibat tidak dikelola masyarakat lokal, baik dari sisi ekonomi maupun dengan baik, masyarakat setempat juga tidak akan sosial budaya, juga terdapat unsur pembelajaran dan merasakan manfaatnya. “Banyak contohnya di pendidikan. Indonesia, di tempatkan di wilayah yang sangat bagus, tetapi yang mengelolanya orang asing. Pulau-pulau dikuasai orang asing yang bagus-bagus dan kemudian, mohon maaf, orang Indonesia susah masuk ke situ,” kata Budi Faisal, Ph.D. Masyarakat menjadi komponen utama dari Sementara pengelolaannya, Budi Faisal, Ph.D. pembangunan pariwisata. Menurut Undang-Undang berpendapat, model kerja sama pentahelix bisa Kepariwisataan, tujuan pariwisata ialah kesejahteraan diterapkan. Model ini melibatkan kemitraan masyarakat. Maka, sudah seharusnya masyarakat antara akademisi, perusahaan swasta, masyarakat, setempatlah yang menikmati hasilnya, bukan hanya pemerintah, dan media. Kerja sama yang baik sudah dinikmati oleh pengembangnya. “Hampir dapat terjalin antara masyarakat dan pemerintah dengan dipastikan bahwa akan ada masalah. Begitu terjadi akademisi dan perusahaan swasta. Beberapa tahun sesuatu, biasanya ada social clash yang tinggi sekali belakangan, LPPM ITB turut terlibat mengembangkan di beberapa tempat karena ketidakadilan semakin Nunukan. Sementara dari sektor swasta, Medco melebar,” kata Budi Faisal, Ph.D. Mining telah terjun lebih dahulu. 50

Air Terjun Bangen Tawai 51

“Medianya selama ini kurang. Tentu niatnya baik, kita UPAYA menyosialisasikan kebaikan. Dengan media, menurut saya, dia akan menjadi lompatan yang besar, banyak MKEeMsPeEnRKjEaCnILgan kegiatan yang tidak direkam mungkin dengan niat tidak mau ketahuan, tetapi menurut saya niat baik IR. BUDI FAISAL MAUD, MLA, PH.D.: perlu ditularkan agar kebaikannya menular sehingga apa yang perlu dilakukan ini niatnya melengkapi,” tutur Menginjakkan kaki di Sei Menggaris, Budi Faisal, Ph.D. Kabupaten Nunukan meninggalkan kesan yang amat dalam bagi Ir. Kalimantan Utara punya banyak tujuan wisata yang Budi Faisal MaUD, MLa, Ph.D. potensial untuk dikembangkan dengan model “Perjalanannya saja luar biasa butuh ekowisata. Beberapa di antaranya adalah Desa Long waktu yang cukup panjang, berangkat Bawan di Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan, dinihari, menjelang magrib baru Hutan Lindung Sungai Sesayap di Kecamatan Sesayap sampai. Naik pesawat, naik boat, naik Kabupaten Tanah Tidung, Pantai Batu Lamampu di sampan kadang-kadang. Banyak ular, Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan, air Terjun buaya di sungai dan melihat kawasan Semolon di Kecamatan Mentarang Kabupaten transmigrasi,” kata Budi Faisal, Ph.D. Manilau, Persemaian Inhutani di Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tanah Tidung, Pantai Tanah Kuning di Begitu sampai di garis batas negeri, Kecamatan Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan, ia mengaku bertemu dengan orang- Konservasi Mangrove dan Bekantan di Kecamatan orang dengan daya tahan tinggi. Walau Tarakan Barat Kota Tarakan, dan masih banyak lagi. akses masih sulit dan kondisi yang serba terbatas, mereka mempunyai semangat Belum lagi wisata budaya seperti Desa Wisata Setulang yang sangat tinggi untuk membangun di Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau, daerahnya. “Kami ke sana banyak Museum Roemah Boendar di Kecamatan Tarakan belajar. Ternyata selama ini saudara Tengah Kota Tarakan, dan Museum Kesultanan saya di sana kesulitan. Mereka lebih Bulungan di Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten berketahanan, lebih resiliens terhadap Bulungan, dan masih banyak lagi. banyak hal. Jadi dengan begitu, ketika kami pulang mudah-mudahan tidak Soal keindahan, tujuan wisata tersebut tidak kalah menjadi orang yang mudah mengeluh,” bahkan lebih indah dari negara tetangga, tetapi tutur Budi Faisal, Ph.D. beberapa tujuan wisata masih perlu pembenahan. Misalnya ketersediaan infrastruktur di dalam area Lokasi yang sulit dijangkau membuat wisata, perbaikan pintu gerbang, juga penambahan waktu begitu berharga, dua hari aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan. khusus untuk perjalanan berangkat dan pulang, apalagi layanan Pengembangan pariwisata Nunukan bisa belajar dari telekomunikasi yang belum baik. apa yang dilakukan oleh Malaysia di Tawau, wilayah Kondisi-kondisi seperti itu yang yang berbatasan langsung dengan Nunukan. Beberapa membuat Budi merasa beruntung bisa tujuan wisata di Tawau ialah Tawau Waterfront, terlibat dalam kegiatan pengabdian Taman Muhibbah, Tawau Bell Tower Park, dan Tawau masyarakat. “Jadi saya sependapat Monument Park. Dari tempat-tempat wisata ini terlihat bagaimana pemerintahnya menangani ruang publik. Di sana dilengkapi dengan fasilitas umum yang memadai, desain jalanan dan lanskap yang ditata apik. Toilet umum, jalur pejalan kaki, dan tempat parkir kendaraan disiapkan demi kenyamanan pengunjung. 52

Mereka paham betul apa yang dihadapi masyarakat dan berupaya agar ilmu yang dikuasainya memberi jalan keluar. dengan orang yang mengatakan ilmu pengabdian masyarakat di banyak spektrum keragaman desa binaan ini itu akan bermanfaat kalau diamalkan tempat, tetapi tidak sampai tuntas. dan bisa untuk pengembangan model dan kemanfaatannya terasa oleh yang baik,” papar Budi Faisal, Ph.D. masyarakat, kira-kira itu pengalaman apalagi, saat ini model pengabdian batin di Sei Menggaris,” ujar Budi masyarakat yang fokus pada satu Dengan melihat bentuk pengabdian Faisal, Ph.D. tempat dalam waktu yang lebih lama yang membutuhkan waktu dan tenaga memungkinkan dilakukan perguruan yang tidak sedikit, Budi Faisal, Ph.D Turun langsung ke tengah masyarakat tinggi. “Misalnya dengan menjadikannya mengingatkan bahwa kegiatan dan mendarmakan kemampuan sebagai program merdeka belajar ini seyogianya dilandasi semangat bukan hal baru bagi Kepala Program atau merdeka kampus, bisa juga lewat persaudaraan. “Sebagai anak bangsa, Studi Magister Lanskap ITB Budi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang harusnya kita semakin memperkecil Faisal, Ph.D. Saat memimpin Pusat berkelanjutan. Daerah yang dibina akan gap yang sekarang ini besar. Mereka Perencanaan dan Kepariwisataan ‘dikeroyok’ mahasiswa dan dosen dari saudara kita. Kalau mereka maju, kita (P2PaR) ITB, Budi juga kerap turun ke berbagai bidang ilmu. Dengan begitu, juga maju karena kebahagiaan hakiki desa untuk mendampingi masyarakat program yang direncanakan bisa lebih adalah membahagiakan orang lain, mengembangkan destinasi wisata. komprehensif,” papar Budi Faisal, Ph.D. kesuksesan hakiki itu menyukseskan “Pariwisata apabila dikelola dengan orang lain,” ujar Budi Faisal, Ph.D. benar, biayanya murah, masyarakatnya Selain metode “mengeroyok”, Budi akan lebih langsung merasakan Faisal, Ph.D. yang tergabung dalam Ia juga meyakini, para dosen yang sudah dampaknya. Saya melihat di Sei kelompok keahlian Perencanaan terjun langsung ke daerah sulit seperti Menggaris dan Nunukan punya arsitektur Sekolah arsitektur, ini akan memililki pendekatan yang peluang besar untuk menjadi gerbang Perencaaan dan Pengembangan berbeda. Mereka tidak sekadar menjadi Indonesia,” kata Budi Faisal, Ph.D. Kebijakan (SaPPK) ITB, ini juga ahli terbaik di bidangnya, tetapi juga mendorong perluasan spektrum mengamalkannya kepada masyarakat Ilmuwan yang sekitar setahun yang karakteristik kawasan binaan. “Lebih yang membutuhkan. “Jadi kalau nanti lalu mendirikan research center baik fokus dan kita punya variasi model dia bicara di depan mahasiswa dan Urban Landscape Hub (ULH) dalam dan keragaman kategori. ada daerah kolega sejawatnya, akan berbeda. rangka membantu meningkatkan perbatasan misalnya daerah yang Mereka paham betul apa yang dihadapi kualitas pengembangan kawasan sangat terpencil di pulau, ada yang masyarakat dan berupaya agar ilmu yang perkotaan ini, mendorong agar di gunung, laut, sehingga kita punya dikuasainya memberi jalan keluar.”* proses pengabdian dilakukan secara berkala dan bahu membahu dengan pemangku kepentingan lain agar kawasan binaan makin mandiri. Pendekatan ini menurutnya ini lebih baik ketimbang melakukan 53

Air terjun ini berada tapal batas Indonesia dengan Malaysia, tepatnya di Kampung Dayak Sei Kalayan, Desa Sekaduyan Taka. perahu. Gerombolan bekantan yang ada di sana sudah dibuat. Kami juga bekerja sama dengan bisa menjadi hiburan tersendiri bagi wisatawan. pihak kehutanan supaya hutan untuk wisata ini lebih aman dan bisa dinikmati masyarakat Masyarakat adat yang ada di sana mendukung Nunukan,” tutur Kuin Surang. pengembangan pariwisata di Sei Menggaris. Sebagai masyarakat adat, setiap tahun terdapat beberapa acara budaya yang lagi-lagi potensial Saat ini masyarakat adat Dayak Sei Kalayan untuk pengembangan pariwisata. Misalnya saat panen dan hari raya. Setiap hari raya, yang tinggal di sana sekitar 300 jiwa. Setiap hari terjadi mobilitas penduduk yang cukup ramai ke kampung adat ini. Baik dari Tawau, Malaysia mereka membuat kerajinan tangan. Kegiatan maupun Nunukan. Mobilitas ini hendaknya segera dimanfaatkan untuk menghidupkan ini juga potensial mendatangkan wisatawan. usaha pariwisata. “Dengan kunjungan seperti ini, harus cepat membangun di perbatasan ini. Meski sudah lama menekuni pembuatan Supaya pemerintah mau campur tangan agar bisa membantu kami di situ,” ucap Kuin Surang. kerajinan tangan, masyarakat masih terkendala Menurut Kuin Surang, perlu peningkatan pemasaran. Wisatawan menjadi salah satu infrastruktur untuk menggenjot pariwisata di Sei Menggaris, terutama perbaikan akses alternatif untuk memasarkan hasil kerajinan untuk menuju destinasi wisata. Masyarakat sendiri sebelumnya selalu mengajukan kepada ini. “Harapan kami sebagai masyarakat adat, pemerintah agar perbaikan bisa segera dilaksanakan. Sayangnya permohonan itu belum tolonglah dengan pembangunan yang bisa sepenuhnya terwujud. Ia berharap, perbaikan ini bisa segera terlaksana pada masa mendatang memajukan Sei Menggaris. Kita ini cermin agar mampu menarik lebih banyak wisatawan. negara di perbatasan jadi tolong dibantu,” kata DAYAK SEI KALAYAN Kuin Surang yang tinggal di sana sejak 1998. SIAP MENYAMBUT Masyarakat adat tampaknya sudah WISATAWAN mempersiapkan diri untuk pengembangan wisatawan. Hal ini ditunjukkan dengan 12 Kuin Surang hektare hutan yang sudah diserahkan sebagai hutan wisata. Di dalamnya sudah terbentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang akan Sejak Maret 2020, Air Terjun Bangen Tawai resmi mengelola kegiatan pariwisata di hutan tersebut, menjadi destinasi wisata di Kabupaten Nunukan. termasuk air terjun Bangen Tawai. “Siapa pun Air terjun ini berada tapal batas Indonesia yang mengambil hasil (dari hutan ini) akan ada dengan Malaysia, tepatnya di Kampung Dayak sanksi adat sesuai dengan aturan adat yang Sei Kalayan, Desa Sekaduyan Taka, Kecamatan Sei Menggaris. Bangen Tawai artinya senang hati. Menurut tokoh adat Kampung Dayak Sei Kalayan Kuing, nama itu dipakai karena memang air terjun ini dijadikan tempat untuk melepas kepenatan. Bagi mereka yang hobi memancing, seperti dirinya, air terjun ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menghilangkan stres. Selain air terjun, Sungai Sekalayan juga potensial untuk menarik pengunjung. Selain memancing, pengunjung bisa menyusuri sungai, Hasil kerajinan Dayak melewati hutan bakau (mangrove) dengan 54

Tarian Suku Kenyah 55

Taman Mangrove Tarakan 56

Kegiatan pariwisata bisa menjadi cara untuk memulihkan kondisi lingkungan setelah kegiatan eksplorasi selesai. PARIWISATA DI KAWASAN Pariwisata yang dikembangkan di sana bahkan PASCATAMBANG berhasil menghidupkan kembali Sawahlunto yang sempat terpuruk setelah kegiatan pertambangan Kegiatan pariwisata bisa menjadi cara untuk selesai. aktivitas pariwisata juga telah terbukti di memulihkan kondisi lingkungan setelah kegiatan berbagai negara berhasil memberikan nilai tambah eksplorasi selesai. Sekaligus bisa menjadi alternatif pada kawasan pertambangan. sumber pendapatan masyarakat setelah kegiatan tambang berakhir. Lokasi bekas pertambangan juga Model-model seperti ini yang bisa diterapkan pula menjadi peninggalan sejarah yang bisa dimanfaatkan di lokasi bekas tambang yang ada di Nunukan. sebagai tujuan wisata. Usaha ini sudah dilakukan di Budi yang pernah menjabat sebagai Ketua Pusat banyak tempat. Misalnya saja Taman Danau Taiping Perencanaan dan Kepariwisataan (P2PaR) ITB, di Malaysia yang dibuat dari kolam bekas tambang beberapa model pengembangan yang bisa dilakukan timah. Lahan bekas tambang El Paso di Texas amerika misalnya membuat jalur wisata pertambangan seperti Serikat kini menjadi tempat hiking favorit. yang dikembangkan oleh P2PaR ITB di area bekas tambang timah di Pangkal Pinang. Di Indonesia sendiri, ada Taman Satwa Kandi yang dibuat di lahan bekas tambang di Sawahlunto. Selain itu, bisa juga dikembangkan eduwisata Tambang batu bara Ombilin Sawahlunto kini menjadi pertambangan seperti yang dilakukan di Great Orme geopark nasional. UNESCO telah menetapkan kawasan Wines, Wales. Di sini wisatawan bisa melihat langsung ini sebagai warisan dunia pada 2019. Sebagai tambang lokasi penambangan tembaga sejak zaman perunggu batu bara pertama di asia Tenggara sejak abad ke-19, (1800 SM). Wisatawan diajak belajar tentang lokasi tambang ini menyimpan sejarah yang menjadi bahan-bahan pertambangan dan menjelajahi jalur daya tarik bagi wisatawan. Satu-satunya tambang batu penambangan di bawah tanah. Tak hanya wisatawan, bara bawah tanah di Indonesia, lokasi ini menyimpan para ilmuwan juga bisa melakukan riset di lokasi ini. beberapa peninggalan yang menarik. Misalnya Terowongan Mbah Soero, perumahan pekerja tambang, pabrik kereta api, dan bangunan lain yang sarat sejarah dan desain arsitektur yang menarik. 57

EDUTOURISM DI SEI MENGGARIS Menurut pemaparan Budi Faisal, Ph.D., setidaknya ada empat lokasi di Sei Menggaris yang potensial dijadikan tempat wisata. Pertama, Sungai Blok 17. Lokasi ini potensial untuk dijadikan atraksi air dan viewscape di sekitar sungai. Pariwisata di sini juga bisa diintegrasikan dengan usaha konservasi pascapenambangan batu bara yang ada di kawasan ini. Dengan infrastruktur yang lebih baik dan lengkap, Budi Faisal, Ph.D. meyakini, lokasi ini bisa menarik wisatawan. Kedua, embung alami yang bisa dimanfaatkan sebagai Selain mempersiapkan destinasi kolam renang. agar fungsinya sebagai resapan air wisata, sangat penting untuk tak terganggu, lokasi ini perlu dibagi menjadi area menyiapkan masyarakatnya. konservasi dan area atraksi. area konservasi harus turut dipelihara agar penyerapan air ke tanah tetap Budi Faisal, Ph.D. mengingatkan, selain mempersiapkan maksimal. Budi Faisal, Ph.D. merekomendasikan agar destinasi wisata, sangat penting untuk menyiapkan dibuat bioswale untuk mencegah penurunan debit masyarakatnya. Masyarakat harus siap menjadi tuan air dan mencegah rambatan api kebakaran. Dengan rumah yang harus melayani para wisatawan yang perencanaan yang tepat, lokasi ini berpotensi menjadi datang. “Kalau sistemnya jalan, tapi masyarakatnya objek wisata seperti Bookenberg Park Pool di Belgia belum siap ada kekhawatiran karena budaya melayani atau Pasir Ris Fishing Pond di Singapura. perlu dilatih. Budaya setiap orang bisa berbeda, tetapi ada budaya universal untuk melayani tamu. Itu Ketiga, Islamic Centre Sei Menggaris. Lokasi ini bisa juga perlu dilakukan,” kata Budi Faisal, Ph.D. menjadi sarana penunjang wisata halal yang sedang naik daun. Hanya perlu pengaturan ruang publik Hal itu juga diamini oleh asisten Kepala Daerah dan privat sehingga aktivitas santri dan guru tidak Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten terganggu dengan kehadiran wisatawan. Selain itu, Nunukan Robby Nahak Serang. Ia meyakini, soal rekayasa teknologi bisa dilakukan untuk membuat infrastruktur jauh lebih mudah diatasi ketimbang penampungan air. Mengingat lokasi ini masih minim soal kesiapan sumber daya manusia ini. Masyarakat sumber air. Nunukan harus disiapkan untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi para wisatawan. Terakhir, SMKN 1 Sei Menggaris. Sekolah yang diprakarsai oleh masyarakat dan berhasil menjadi penggerak berbagai aktivitas ini menyimpan potensi agrowisata. Di sekolah ini terdapat taman pembibitan (nursery) yang menarik bagi wisatawan. 58

Sungai Blok 17 Before-After Gerbang Ticketing Sungai Blok 17 Before-After Entrance Area Kolam Pancing Sungai Blok 17 Before-After Viewing deck 59

Danau Maninjau, Foto: T. Bachtiar 60

4LINGKAR ZONA LUAR PULAU JAWA 61

EkosistemMENYELAMATKAN DANAU MANINJAU Jika adik memakan pinang, makanlah dengan sirih hijau, jika adik datang ke Minang, jangan lupa singgah ke Maninjau Pantun yang dibuat oleh Presiden RI Soekarno itu tergantung di Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka di Kampung Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, Maninjau. Soekarno tampaknya terpukau betul dengan keindahan Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten agam, Sumatera Barat. Kabupaten agam merupakan kawasan pegunungan dan pesisir yang didominasi oleh kawasan lindung. Kabupaten agam dihuni oleh 480.722 jiwa pada 2016. Selain sumber daya alam, sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi wilayah ini. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai kontribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten agam. Data BPS tahun 2017 menunjukkan, tingkat kemiskinan Kabupaten Agam (7,59%) berada di atas tingkat kemiskinan Sumatera Barat (6,87%). Menurut Sensus Ekonomi 2016, tantangan perekonomian Kabupaten agam berada pada kualitas sumber daya manusia yang rendah dan infrastruktur ekonomi yang terbatas. agam dilalui pegunungan Batang agam di bagian utara dan Batang antokan di selatan. Wilayah ini memiliki delapan aliran sungai yang menjadi sumber air masyarakat. Terdapat Danau Maninjau di Kecamatan Ranjung Raya seluas 94,5 km persegi yang merupakan hulu Sungai Batang Sri antokan. Danau Maninjau merupakan daya tarik wisata kebanggaan agam. Tidak hanya menyuguhkan panorama yang indah, tetapi juga memiliki tradisi budaya, keragaman kuliner, serta pertanian dan perkebunan yang menarik. Danau seluas 94,5 kilometer persegi itu terbentuk akibat letusan Gunung Sitinjau sekitar 700 tahun lalu. airnya berwarna biru, karena itu pula danau ini berjuluk Talaga Biru. Di sekitarnya terhampar sawah bersusun 62

Danau Maninjau, Foto: T. Bachtiar luas. Panoramanya tertangkap indah jika dilihat dari Kelok ampek Puluah ampek (44). Ini menjadi spot foto favorit wisatawan yang berkunjung ke sana. Haji abdul Malik Karim amarullah atau yang dikenal dengan Buya Hamka yang sudah berkeliling dunia mengaku tak ada satu tempat pun yang menandingi keindahan tempat kelahirannya itu. Sayangnya, kita tak seberuntung Buya Hamka atau Soekarno yang sempat mencicipi keindahan Maninjau yang paripurna. Keindahan itu terkikis perlahan. airnya yang jernih berubah keruh. aroma tak sedap kerap menyeruak bersama embusan angin. Penurunan kualitas air Danau Maninjau disebabkan sisa makanan ikan yang dibudidayakan dengan sistem keramba jaring apung. Masyarakat di sekitar Danau Maninjau sebagian besar menjadikan keramba jaring apung sebagai sumber penghasilan utama. Tidak heran jika setiap tahun jumlah keramba jaring apung terus meningkat hingga tak terkendali. Penambahan jaring apung ini meningkat tajam ketika Indonesia didera krisis moneter pada 1998. Para perantau di kota-kota besar memilih balik kampung atau berdiam diri di kota kecil. Itu sebabnya jaring apung juga dimiliki para pendatang juga. Jumlah jaring apung pada 2015 tercatat sebanyak 17.000 meski menurut informasi di lapangan jumlahnya sudah mencapai 30.000. Tingkat kerapatannya (densitas) penanaman ikan bervariasi antara 19.000-20.000 ikan per keramba. Padahal menurut hasil studi yang pernah dilakukan sebelumnya, daya dukung Danau Maninjau hanya sanggup untuk 6.000 keramba dengan densitas penanaman ikan 15.000/keramba. Pemanfaatan 63

Masyarakat perlu melihat alternatif lain di darat yang mampu menjadi jalan hidup baru yang berkesinambungan. Danau Maninjau yang melampaui daya dukungnya ini membuat kualitas lingkungan menurun. Sisa pakan ikan yang mengandung zat anorganik terakumulasi membentuk sedimen di dasar laut. Data Balai Besar Wilayah Danau dan Sungai Sumatera menunjukkan, tumpukan limbah pakan dan sedimen lainnya di dasar Maninjau mencapai 50 ton atau setinggi 267 meter. akibatnya, terjadi pendangkalan danau. Pada 2017, kedalaman danau mencapai 200 meter, tetapi kini tersisa 33 meter saja. Kualitas air danau pun ikut menurun. Saat pola arus meningkat, air danau menjadi keruh. Perputaran zat toksik sisa pakan menyebabkan kematian ikan secara massal. Menyebarkan bau tak sedap yang mengganggu. Peningkatan fenomena kematian ikan massal menjadi lebih dari tiga kali per tahun. Produktivitas keramba juga jadi menurun signifikan. Praktis, seluruh unsur lingkungan di sekitar Maninjau merosot. Beban yang dipikulnya terlalu berat. Masyarakat pula yang harus menanggung akibatnya. Pariwisata Maninjau menurun drastis. Sebagai objek wisata alam, kelestarian lingkungan menjadi tumpuan. Kondisi ini tak bisa dibiarkan terus- menerus. Pada akhirnya, masyarakat yang selama ini bergantung pada Maninjaulah yang akan menanggung kerugian terbesarnya. Pemerintah daerah berniat mengurangi jumlah jaring apung hingga tinggal 6.000 saja. Rencana ini mendapat penolakan dari masyarakat. Mereka khawatir kehilangan mata pencaharian. Jika tidak menjadi petani ikan, apa yang bisa mereka lakukan? Perlu ada upaya untuk menarik masyarakat agar tak hanya menggantungkan diri pada budi daya ikan keramba jaring apung. Masyarakat perlu melihat alternatif lain di darat yang mampu menjadi jalan hidup baru yang berkesinambungan. Dengan begitu, warga bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan dengan berkurangnya beban Danau Maninjau, lingkungan sekitarnya lambat laun akan pulih. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung bersama-sama dengan Pemda Kabupaten agam dan Ikatan alumni ITB mencoba mencari solusi alternatif bagi masyarakat. Kewirausahaan berbasis agroindustri dinilai menjadi solusi yang cocok dengan masalah yang dihadapi masyarakat setempat. Lewat kegiatan pelatihan dan pendampingan yang terintegrasi, ITB menawarkan budi daya jamur tiram dan pembuatan pupuk sedimen dari sumber daya alam lokal sebagai solusi menyelamatkan masyarakat dan lingkungan Maninjau. Tidak mudah meyakinkan masyarakat untuk mau menyelami keterampilan baru ini. Bertahun-tahun mereka telanjur hidup berkawan jaring apung. Bagi mereka, mata pencaharian baru belum memberi jaminan keberhasilan. Prof. Nyoman dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB sebagai komandan lapangan program ini cukup dibuat frustrasi dengan respons masyarakat. Pelatihan yang semula ditujukan kepada warga secara luas, termasuk pemagangan salah seorang pemuda lokal Maninjau selama 1 bulan di ITB untuk budi daya jamur dibayang-bayangi kegagalan. akhirnya sejak 2016, pelatihan difokuskan di SMa Negeri 1 Tanjung Raya. Sekolah ini menangkap niat baik ITB. “Alhamdulillah dengan bantuan Kepala SMa 1 dan alumni ITB juga, nah beliau punya penerimaan yang sangat baik. akhirnya kita jadikan SMa itu sebagai basisnya. Kita melatih SMa sehingga kegiatan kita menjadi kurikulum anak SMa,” kata Prof. Nyoman. 64

JAMUR UNTUK KETAHANAN PANGAN PROF. DR. I NYOMAN PUGEG ARYANTHA, Bergaul langsung dengan masyarakat membuatnya bertemu dengan teman- Prof. Dr. I Nyoman Pugeg aryantha teman baru. Teman yang bisa berdiskusi berkeliling Indonesia mengajak dari hati ke hati. “Di Blora saya menjadi masyarakat belajar budi daya jamur. seperti saudara dengan Supat. Begitu Nyoman meyakini, jamur ialah masa ke Jepara saya dekat dengan Kharis, depan pangan Indonesia. Budi daya jadi seperti saudara. Begitu ke Maninjau jamur bisa menjadi penyelamat jadi dekat dengan Pak Chandra, kepala lingkungan dan ekonomi sekaligus. sekolah di sana. Seolah-olah tidak ada jarak dengan kepala sekolah. Di Sei Tergabung dalam Kelompok Keilmuan Menggaris, saya sudah menjadi saudara Bioteknologi Mikroba Sekolah Ilmu dengan guru-gurunya, siswanya. Saya dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, Prof. jadi merasa memiliki banyak saudara,” Nyoman banyak meneliti tentang tutur Prof. Nyoman. pemanfaatan jamur lokal, baik untuk pertanian, industri pangan, Manfaat bertemu langsung dengan maupun kesehatan. Pada banyak masyarakat, berikut berbagai kesempatan, ia menyebut mikroba persoalannya, juga bermanfaat bagi sebagai “biogaib”. Makhluk yang tak mahasiswa. Oleh karena itu, Prof. kasat mata, tetapi mempunyai peran Nyoman selalu mengikutsertakan penting untuk kemaslahatan bersama. mahasiswa yang sedang dibimbingnya terlibat dalam kegiatan pengabdian Meski sudah puluhan tahun mendalami masyarakat. “Jadi melekat apa soal jamur – jasad renik yang yang saya ajarkan di kelas, melihat termasuk dalam kelompok mikroba implementasi di masyarakat, kemudian dan kategori eukariot – Prof. Nyoman dipraktikkan langsung di lapangan. Itu tetap menikmati setiap kali turun ke yang menurut saya sangat penting dan tengah masyarakat untuk menunaikan sangat besar maknanya bagi mahasiswa tugas pengabdian. Bersama Lembaga saya,” kata Prof. Nyoman. Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB, Prof. Nyoman membantu Di Maninjau, Prof. Nyoman dan tim masyarakat memulai budi daya jamur berusaha untuk mencari jalan keluar di setidaknya tiga lokasi, yaitu Danau dari masalah ekonomi juga lingkungan Maninjau, Blora, dan Sei Menggaris. yang dihadapi warga Maninjau. Dari sisi Prof. Nyoman mengaku, terjun ekonomi, jaring apung tak lagi berdaya langsung untuk memberi solusi atas seperti dulu. Jumlah keramba jaring persoalan masyarakat selalu membawa apung sudah terlalu padat sehingga kepuasan batin. berpengaruh pada produktivitasnya. Belum lagi ikan yang sering mengalami kematian massal, tetapi berganti profesi bukan perkara gampang. 65

Kerusakan lingkungan jelas terlihat. Maninjau. “Di Maninjau, kami sempat sudah di atas 2 kilogram per kapita. akibatnya, usaha pariwisata merosot frustrasi,” kata Prof. Nyoman. Sementara, di Indonesia tak sampai 100 tajam. Pendapatan masyarakat gram per kapita. Sejauh ini dikonsumsi setempat jadi terpuruk. Masyarakat Semula, upaya memperkenalkan budi sebagai bahan pangan dan obat. perlu mengalihkan sumber daya jamur dilakukan di masyarakat pendapatannya yang semula dari yang difasilitasi Bupati agam ketika Prof. Nyoman meyakini, jamur bisa air ke darat. “Salah satunya dengan itu. Ternyata respons masyarakat jauh menjadi solusi ketahanan pangan budi daya jamur,” kata pria kelahiran dari yang diharapkan. Sampai akhirnya Indonesia. Jamur memiliki kandungan Denpasar, 22 Mei 1965 ini. terjalin komunikasi yang baik antara protein yang tinggi dan rendah SMa Negeri 1 Tanjung Raya yang kolesterol, serta kandungan asam Prof. Nyoman mengatakan, usaha difasilitasi oleh alumni ITB. Sekolah itu amino yang hampir sama dengan masyarakat di darat, seperti pertanian, kemudian menjadi basis pelaksanaan telur. Kandungan lemaknya berupa perlu dukungan agar berkelanjutan dan program ini. lemak tak jenuh atau lemah sehat. berdampak baik bagi perekonomian dan lingkungan. Itu sebabnya, Rupanya pendekatan sosial seperti Dari penelitian-penelitiannya, sejumlah masyarakat tidak hanya diajak belajar ini lebih membuahkan hasil. Program paten telah ia kantongi, antara lain budi daya jamur, tetapi juga membuat sekolah itu diharapkan bisa menjadi teknologi mikroba probiotik indigenous pupuk hayati. contoh bagi masyarakat luas. Jika untuk aplikasi pertanian, perikanan, di sana berhasil, masyarakat akan dan bioremediasi; sel bahan bakar Hanya dengan lebih mudah diajak turut serta. Bagi menggunakan bakteri litotrof; produksi kemandirian, masyarakat siswanya, kegiatan ini diharapkan bisa senyawa antikolesterol lovastatin dari menjadi alternatif kegiatan wirausaha jamur tiram; dan proses produksi paket mampu meninggalkan selepas lulus SMa nanti. mikroba penghasil fitrohormon. cara hidup lama yang Inilah yang membuat Prof. Nyoman Ketekunan dan kegigihan Prof. Nyoman bergantung pada senantiasa bersedia membagi ilmu meneliti dan menyebarluaskan ilmu Danau Maninjau. jamurnya kepada masyarakat luas. budi daya jamur selama ini diganjar “Jamur ini sangat pas dijadikan objek sejumlah penghargaan. Ia pernah Pupuk hayati itu dibuat dari sedimen kegiatan kewirausahaan, banyak sekali menyabet penghargaan atas hasil Danau Maninjau. “Kalau rutin diambil masyarakat yang mengalami putus kerja lisensi karya Kekayaan Intelektual sedimennya, jangka panjangnya dan sebagainya mengambil penelitian ITB 2001, adikhara Rekayasa award Insya allah kualitas danaunya bisa kewirausahaan dengan topik jamur Persatuan Insinyur Indonesia (PII) membaik,” ujar pria yang mendapat ini jadi sangat terbantu, jadi sangat 2003, aFEO award asean Federation gelar master dan doktor dari The pas untuk dijadikan topik penelitian of Engineering Organization 2003, University of Melbourne, australia. masyarakat. Itu alasan saya memilih Satya Lencana Pemerintah RI 2004, budi daya jamur ini diaplikasikan ke Dosen Berprestasi ITB 2012 Bidang Petani jadi mempunyai kemampuan masyarakat,” kata Prof. Nyoman. Pengabdian kepada Masyarakat untuk memproduksi pupuk secara Kategori Penerapan Teknologi. mandiri menghemat biaya pupuk yang Peluang membudidayakan jamur sebelumnya harus beli. Hasilnya pun di Indonesia masih terbuka lebar. Ia berharap program pengabdian terbukti baik. Kemandirian menjadi hal Jamur tidak hanya sebagai sumber seperti ini bisa terus dilanjutkan, penting yang ditekankan Prof. Nyoman. protein masa depan, tetapi juga bahkan ditingkatkan sesuai dengan Hanya dengan kemandirian, masyarakat bisa mengangkat kesejahteraan kapasitas anggaran LPPM ITB. mampu meninggalkan cara hidup masyarakat. Di negara maju, seperti Koordinasi antara dosen, mahasiswa lama yang bergantung pada Danau Prancis, Jepang, australia, Kanada, dan menjadi kunci keberhasilan program.* amerika Serikat konsumsi jamurnya 66

Program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan diversifikasi lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar Danau Maninjau sehingga masyarakat tidak hanya terpaku pada kegiatan keramba jaring apung. BuDI DAYA JAMuR TIRAM Prof. Nyoman menjelaskan, jamur tiram merupakan bahan pangan dengan kandungan protein yang tinggi, mengandung zat antikolesterol, dan berbagai vitamin mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Mengonsumsi jamur tiram secara rutin akan berdampak baik bagi kesehatan. Dari sisi ekonomi, budi daya jamur tiram memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Permintaan jamur tiram selalu meningkat setiap tahunnya. Ditambah lagi kondisi lingkungan di sekitar Maninjau cocok untuk berbudi daya jamur tiram. Oleh karena itu, alternatif layak untuk dikembangkan. Masyarakat di sekitar Maninjau juga hidup dari pertanian. Mereka menanam padi, cokelat, pala, cengkeh, dan kacang-kacangan. Pembuatan pupuk diharapkan bisa menunjang pertanian masyarakat. Prof. Nyoman mengatakan, masyarakat diajak untuk belajar membuat pupuk hayati yang terbuat dari sedimen. “Bersifat alami, tidak merusak lingkungan dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi untuk tanaman,” kata Prof. Nyoman. Pembuatan pupuk ini juga bertujuan memanfaatkan sedimen sisa pakan ikan yang mengendap di dasar danau. Sedimen tersebut ditambahkan dengan mikroorganisme lokal. Pupuk hayati memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk kimia. Harganya lebih murah dan tidak merusak lingkungan. “Program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan diversifikasi lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar Danau Maninjau sehingga masyarakat tidak hanya terpaku pada kegiatan keramba jaring apung,” tutur Prof. Nyoman. Prof. Nyoman merancang pelatihan yang bersifat berkesinambungan dan terintegrasi. Dengan konsep ini, pelatihan yang dilaksanakan tidak sekadar selesai dalam satu kali pertemuan. Pelatihan dilakukan bertahap dengan pendampingan yang berkesinambungan. Tim ITB memulai program ini pada 2015 dengan mengumpulkan informasi, survei, dan membangun relasi dengan berbagai pihak. Program pelatihan terealisasi pada 2016 dan terus berlanjut sampai sekarang. Pelatihan tidak saja soal budi daya jamur tiram, tetapi juga pengolahan pascapanen. Selain memproduksi tubuh buah jamur, nilai tambah produk jamur tiram juga dapat ditingkatkan dengan pengolahan pascapanen. Masyarakat diajarkan tentang teknik pengawetan dengan prinsip yang sederhana, yaitu memanfaatkan panas matahari untuk mengurangi kadar air pada tubuh buah jamur sehingga produk dapat lebih tahan lama. Pengolahan pascapanen bioproduk selain dapat meningkatkan umur produk, juga meningkatkan kandungan gizi, cita rasa, juga nilai ekonomi. Tubuh buah jamur tiram hasil panen diolah menjadi produk-produk pangan inovatif dan menyehatkan seperti keripik jamur, nugget jamur, dan asinan jamur. Dengan begitu, masyarakat Maninjau bisa berkreasi menghasilkan produk-produk olahan jamur tiram. Langkah ini menjadi awal terciptanya industri budi daya jamur tiram oleh masyarakat Tanjung Raya, Maninjau. Masyarakat dibekali kemampuan menanam jamur tiram hingga memasarkan berbagai produk olahannya. Opsi yang dimiliki masyarakat jadi kian lebar. Mereka bisa memilih perannya dalam rantai budi daya jamur ini. 67

PuPuK HAYATI Tingginya sedimentasi merupakan persoalan terbesar yang dipikul Danau Maninjau. Menyelamatkan lingkungan Maninjau, mau tak mau, harus bisa mengatasi sedimentasi. LPPM ITB menawarkan solusinya menjadikan sedimen Maninjau yang memiliki kandungan organik tinggi di dasar danau sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair hayati. Proses ini dibantu oleh mikroorganisme yang mudah dibuat. Pupuk hayati merupakan istilah dari penggunaan agen-agen mikroba aktif seperti bakteri, jamur, dan mikroalga yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara di tanah bagi tanaman. Pupuk hayati mengandung mikroorganisme yang menghasilkan berbagai enzim sehingga dapat melakukan pengikatan nitrogen udara, dekomposisi materi organik menjadi unsur hara dan fitohormon, melarutkan unsur dari batuan mineral, juga meningkatkan kapasitas penyerapan akar terhadap unsur hara dalam tanah yang secara keseluruhan dapat menjaga kesuburan tanah. Sedimen Maninjau menjadi bahan baku pupuk cair yang berlimpah. Sedimen yang diambil bisa yang berada di pinggir danau, maupun yang berada di dasar. Pengambilan sedimen di pinggir danau lebih mudah karena bisa dilakukan dengan alat sederhana. Pengambilan sedimen di dasar danau mempunyai tantangan tersendiri. “Karena ini berbasis kemandirian masyarakat, masyarakat mengambil (sedimen) dengan cara yang masih tradisional seperti menggunakan pompa. akan tetapi, pakai pompa itu banyak yang terencerkan oleh air dan hilang di jalan, akhirnya menggunakan teknik menyelam,” kata Prof. Nyoman. ITB menawarkan Pupuk cair hayati ini dimanfaatkan langsung untuk lahan dan tanaman sayur. Setelah solusinya menjadikan beberapa kali pemakaian, hasil panen terong petani meningkat dengan kualitas yang baik. Selain pupuk cair, masyarakat juga diajak berinovasi dengan membuat pupuk sedimen di dasar padat hayati yang terbuat dari limbah baglog jamur tiram. Peningkatan budi daya danau Maninjau jamur tiram menghasilkan limbah baglog yang tidak digunakan. Baglog jamur tiram sebagai bahan baku mengandung nutrisi yang menunjang pertumbuhan tanaman. Pelatihan pembuatan pembuatan pupuk pupuk ini dirancang agar masyarakat bisa memanfaatkan alat dan bahan yang mudah didapat, murah, dan dapat disubstitusi dengan bahan lain yang tersedia. Pupuk padat cair hayati. hayati atau dikenal dengan istilah biofertilizer menggunakan agen mikroba aktif yang mampu menyediakan unsur hara di tanah bagi tanaman melalui proses metabolisme yang dilakukan oleh mikroba. Dalam hal ini, agen mikroba aktif yang digunakan adalah jamur Trichoderma sp. Prof. Nyoman mengatakan, penggunaan pupuk padat Trichoderma ini bisa mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia sintetis secara terus-menerus. Setelah mengikuti pelatihan ini, masyarakat diharapkan tak hanya bisa mengurangi kebergantungannya terhadap pupuk kimia, tetapi juga mampu memproduksi pupuk hayati Trichoderma ini secara mandiri. Siswa di SMaN 1 Tanjung Raya masih aktif memproduksi pupuk cair sedimen ini sampai sekarang. Bahkan keterampilan membudidayakan jamur tiram dan membuat pupuk hayati ini menjadi kurikulum pengembangan ilmu pengetahuan dan kewirausahaan. Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Sumatera Barat tertarik untuk menguji kandungan pupuk cair hayati yang dikembangkan oleh SMaN 1 Tanjung Raya untuk selanjutnya dikembangkan di koperasi petani. Pembuatan pupuk hayati ini membantu sebagian masyarakat Maninjau yang hidup dari bertani. Mereka bisa mendapatkan pupuk hayati yang lebih ramah lingkungan dengan harga yang lebih murah dari pupuk kimiawi. Tentu saja ini kabar baik bagi petani karena bisa menghemat ongkos produksi sekaligus mendapatkan hasil panen yang berkualitas. Budi daya jamur tiram dan pembuatan pupuk hayati akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap budi daya ikan keramba jaring apung. Masyarakat mempunyai banyak pilihan sumber ekonomi baru yang lebih ramah lingkungan. Prof. Nyoman mengatakan, berbagai pelatihan 68

yang diselenggarakan LPPM ITB untuk meyakinkan masyarakat, keramba jaring apung bukan satu-satunya mata pencaharian yang bisa dilakoni masyarakat. “Harapannya, tadinya sekian persen melihara ikan berbasis keramba jaring apung, sebagian bisa pindah sehingga jangka panjang harapan kami danau bisa pulih kembali,” tutur Prof. Nyoman. Mundur ke daratan bukan berarti kehilangan mata pencaharian Karena potensi usaha di darat berbasis komoditas lokal cukup banyak yang potensial seperti kelapa untuk VCO, coklat, dan kayu manis. Masyarakat kini justru memiliki keterampilan baru yang memberi banyak pilihan sumber ekonomi yang lebih ramah lingkungan.*** Historiografi PMROAGNRAINMJAU 2017 Pelatihan pascapanen jamur tiram Peserta pelatihan diajarkan teknik pengawetan menggunakan prinsip sederhana, yaitu memanfaatkan panas matahari 2016 Budi daya jamur tiram untuk mengurangi kadar air pada Produksi jamur tiram di SMA Negeri 1 tubuh buah jamur sehingga Tanjung Raya produk dapat lebih tahan lama. 2015 Budi daya jamur tiram Sekolah ini diharapkan bisa 2018 dan yoghurt menjadi contoh untuk masyarakat Di Nagari Bayur dan Maninjau dan sekitarnya. aktivitas Pelatihan pembuatan Maninjau dilanjutkan ini masih berlangsung sampai hari pupuk cair hayati dengan pemagangan ini bahkan menjadi program dan memanfaatkan sedimentasi seorang pumuda lokal komoditas unggulan dari SMaN Danau Maninjau belajar teknik bibit dan 1 Tanjung Raya. Budi daya jamur Pelatihan mulai mengarah pada budidaya jamur di ITB tiram dan pupuk hayati masuk perbaikan Danau Maninjau. selama 1 bulan. dalam kurikulum di sekolah. 2019 Pelatihan pembuatan pupuk padat hayati memanfaatkan limbah baglog jamur tiram dengan bantuan jamur Trichoderma sp. Masyarakat diharapkan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. 69

BUKAN SEMKAaDnAinRjau Kegiatan pertama LPPM ITB ke kawasan Danau Danau Maninjau. Ketika danau berulah, para petani Maninjau tidak langsung berjalan sebagaimana keramba mengalami kerugian sampai miliaran. diharapkan. Ketika LPPM bekerja sama dengan Nagari, belum ada tindak lanjut. “ada istilah, yang LPPM berusaha mencari jalan keluar bagaimana namanya Maninjau itu hanya meninjau-meninjau menyelesaikan permasalahan danau, sekaligus saja,” kata Surya Chandra, Wakil Kepala SMaN 1 persoalan mahalnya harga pupuk. Pada 2018, Tanjung Raya Maninjau. Ketika acara homecoming Prof. Nyoman menginisiasi pembuatan pupuk cair ITB 2015, Surya Chandra bertemu dengan teman dengan sedimen danau sebagai bahan dasar, selain seangkatannya di Fisika 1983 yang menjadi dosen limbah pasar, sayur, dan buah-buahan. Pengambilan di ITB, Prof. Dr. Eng. Khairurrijal, M.Si. Setelah itu, sedimen pertama kali dilakukan menggunakan mereka bertemu dengan Prof. Nyoman dan Prof. Budi pompa sedot. Namun, karena lebih banyak airnya, Sulistianto, kemudian membahas kegiatan LPPM di warga mengambil sedimen dengan teknik jaring atau Maninjau. Setelah dibahas Chandra menawarkan didawu. Masyarakat menaruh jaring di dasar danau sekolahnya dijadikan titik pusat aktivitas LPPM. Lalu untuk mengangkat sedimen. disepakati kegiatan pertamanya adalah budi daya jamur tiram yang dilaksanakan pada 2016. Selain Surya menceritakan, pada 2019, POC yang diajarkan siswa SMa, beberapa kelompok tani juga menjadi diterapkan untuk organisasi PPNSI (Perhimpunan peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan Petani Nelayan Seluruh Indonesia) Tanjung Raya. pengolahan pascapanen pada 2017. Saat kunjungan Pupuk tersebut digunakan salah satu kelompok LPPM pada 2017, diceritakan mengenai masalah petani cabai, dan ternyata hasilnya memang unggul limbah pakan ikan yang membentuk sedimen di dasar dan bagus. Jumlah daun jadi lebih banyak, tumbuh 70

Danau Maninjau, Foto: T. Bachtiar lebih cepat, dan buahnya bagus. Salah satu anggota nya rendah karena POC berfungsi membangkitkan kelompok tani tersebut bahkan membawa pupuk nutrisi dan bersifat organik,” kata Surya menirukan untuk diterapkan. “Kebetulan di kelompok itu ada jawaban Prof. Nyoman. Program ini berlanjut pada satu anak ITB. Begitu tahu kita bikin pupuk itu, dia 2019, LPPM memberikan pelatihan pembuatan membawa semuanya, hampir satu ton. Karena yang pupuk Trichoderma. Di sekolah, seluruh program lain cuek, saya mempersilakan dia membawanya. ini dimasukkan sebagai bagian dari mata pelajaran Ternyata semua cabai di lahannya, mungkin sekitar khusus. Sebelum kurikulum 2013, masih 2006, setengah hektare, yang dia tanam memakai pupuk dinamakan keterampilan pertanian. Pelajarannya POC berbuah dengan baik. Setelah itu, salah satu budi daya jamur dan pascapanen. Jadi, setelah kelompok tani menerapkan pupuk tersebut untuk panen jamur, mereka diberi pelatihan membuat tanaman terong. Terong yang biasanya dipanen jamur krispi, bakso, dan beberapa olahan jamur maksimal 15 kg, dengan menggunakan pupuk ini di kelas II. Pelatihan pembuatan pupuk POC dan bisa mencapai 40 kg. Begitu pula dengan tanaman Trichodema diberikan untuk kelas III. Kelompok buncis, yang panjangnya bisa mencapai dua siswa yang meneliti POC mendapatkan gelar kali dari yang biasa. “PPL petani di sana sampai juara kedua. Banyak keunggulan lain dari pupuk bingung,” kisah Surya. organik cair selain untuk pertanian. Bahkan, ketika disandingkan dengan POC versi pabrik, pupuk Sejauh ini pupuk organik cair hanya dimanfaatkan organik dari sedimen juga lebih unggul. “Orang petani karena dalam pengujian nilai NPK-nya di sana berkata, ‘Profesor dari ITB yang ngajarin, jadi bawah 1 sehingga tidak bisa dijual. “Tentu saja NPK- ya enggak main-main’,” kata Surya.* 71

CENDAWAN, BUKAN JAMUR! PROF. DR. ENG. KHAIRURRIJAL, M.SI. Berhadapan dengan masyarakat Maninjau Perlu usaha keras untuk menarik Tahun 2018 dan 2019, kegiatan menjadi tantangan terbesar saat LPPM masyarakat yang sudah telanjur hidup ITB memulai pengabdian masyarakat di di atas Danau Maninjau ke darat. pengabdian masyarakat di Maninjau sana. Perlu waktu membuat masyarakat Perlahan, masyarakat diberi pandangan- menerima ide yang ditawarkan oleh pandangan baru bahwasannya darat difokuskan pada perbaikan kualitas LPPM ITB. Dengan pendekatan dan juga menjanjikan hidup yang baik. pemahaman kultur yang tepat, akhirnya lingkungan. Caranya dengan sinergi pun tercipta. Ketika memulai Sebenarnya, LPPM ITB sudah program di Maninjau, LPPM ITB dipimpin menyusun grand design pemecahan memanfaatkan sedimentasi Danau oleh Prof Rijal. Keterlibatan LPPM ITB di masalah di Maninjau. Namun, Maninjau bisa berjalan berkat bantuan untuk melaksanakannya perlu dana Maninjau menjadi pupuk cair hayati. teman seangkatan Khairul yang pulang yang sangat besar. Setelah upaya kampung dan menjadi guru di SMa mendapatkan dana tak membuahkan Baglog sisa budi daya jamur tiram juga Negeri 1 Tanjungraya. hasil maksimal, akhirnya rencana tersebut dilaksanakan dengan dana dimanfaatkan menjadi pupuk padat. “Namanya Pak Surya Chandra. Dia jadi yang ada. “Misalnya pengambilan guru di SMaN 1 Tanjungraya, kemudian lumpur (sedimentasi) tidak memakai “ tahu saya di LPPM. Lalu dia bilang apa backhoe, tetapi ada nelayan yang kreatif. Oleh karena itu, yang bisa digandeng dengan LPPM Setelah berdiskusi, dia kreatif mengambil penting kemudian ITB, saya bilang sih banyak, tapi karena lumpur. Itu salah satu contoh biaya bisa melatih masyarakat dengan sumber dana di LPPM itu ditekan,” tutur Prof. Rijal. terbatas jadi kita perlu menggandeng sebagai agen pihak ketiga,” kata Prof. Rijal. akhirnya Prof. Rijal mengatakan, dana memang multiplikasi kita.” kegiatan LPPM ITB di Maninjau penting. Tapi, juga tidak boleh menjadi mendapat sokongan dari Ikatan alumni penghambat, hanya menunggu Semua kegiatan itu tak bergulir mulus. ITB. Kegiatan di Maninjau pun bergulir sampai ada dana baru bergerak. Prof. Rijal masih ingat, bagaimana sejak 2015 dan terus terlaksana sampai Perlu mencari alternatif agar program respons negatif masyarakat setempat tahun-tahun berikutnya. tetap bisa berjalan. LPPM ITB memilih dengan ajakan membudidayakan jamur satu fokus kegiatan setiap tahunnya. tiram. Keengganan masyarakat karena Misi utama LPPM ITB di Maninjau ialah Setelah pemetaan pemetaan masalah istilah jamur bagi masyarakat Sumatera memperbaiki ekosistem Danau Maninjau awal tahun kegiatan pertama sejak Barat mempunyai konotasi negatif. yang rusak akibat pertambahan keramba agustus 2015 di 2 Nagari Bayur dan Jamur dianggap sebagai penyakit. jaring apung yang tak terkendali. Maninjau. Sejak 2016 terpusat di SMa “Bikin panu,” ujar Prof. Rijal. Pendangkalan danau, ikan banyak N 1 Tanjungraya. Tahun berikutnya, yang mati dan meninggalkan bau tak masyarakat diajari mengolah jamur Rupanya, masyarakat setempat tidak sedap sehingga menurunkan kecantikan tiram menjadi produk lain yang menyebut tiram dan sebangsanya Maninjau. Wisatawan berkurang drastis. mempunyai nilai ekonomi. sebagai jamur, melainkan cendawan. akhirnya istilah jamur diganti dengan cendawan. Meskipun masyarakat tidak langsung menerima program 72

ini, ada satu keluarga yang mencoba bertani jamur. Keluarga ini mendapat dukungan dan perhatian penuh dari LPPM ITB. Keluarga ini pun akhirnya berhasil membudidayakan jamur tiram. Keberhasilan inilah yang kemudian mengubah pendirian warga. Setelah berhasil, justru masyarakat ini. Mencari pendanaan dari berbagai Dengan begitu, segala keterbatasan yang kemudian memberi masukan- sumber lalu dikumpulkan. Semua itu bisa diatasi tanpa mengurangi masukan untuk kegiatan berikutnya. dilakukan karena harapan masyarakat manfaatnya. akhirnya kegiatan ini terus bergulir terhadap ITB sangatlah besar. “Tapi, setiap tahun. LPPM ITB juga tak sekadar sekali lagi, LPPM ITB khususnya, ITB pada Prof. Rijal mengatakan, peran aktif menggandeng guru SMa Negeri 1 umumnya kan tenaganya terbatas. Oleh masyarakat justru menjadi kunci Tanjung Raya. Seluruh siswanya juga karena itu, penting kemudian melatih keberhasilan program pengabdian menjadi agen perubahan di daerahnya. masyarakat sebagai agen multiplikasi masyarakat ini. Ibaratnya, bukan ITB Mereka mendapat berbagai ilmu dan kita,” kata Prof. Rijal. yang ngotot, melainkan masyarakat keterampilan baru yang kemudian yang menyadari perlunya mencari solusi ditularkan kepada keluarganya dan Maksudnya, masyarakat juga harus atas persoalan yang dihadapi. Di sisi masyarakat di lingkungannya. Bahkan lain, para peneliti ITB juga membuka semua materi yang didapat dijadikan berperan aktif. Bukan sekadar diri sehingga bisa berbaur dengan baik materi pembelajaran di sekolah. “Jadi dengan masyarakat. itu juga yang penting, multiplikasinya menerima materi atau menjadi objek sangat-sangat banyak dan sangat Pengabdian masyarakat di Maninjau bisa positif,” ujar Prof. Rijal. program pengabdian masyarakat. menjadi salah satu contoh sukses. Meski pada awalnya tampak sulit. “Setelah lima Setelah lima tahun tanpa jeda, Ia mencontohkan, beberapa warga tahun, budi daya jamur itu sekarang sudah program pengabdian masyarakat jadi produk hilir. Mereka sudah membuat yang digawangi LPPM ITB di Maninjau dari daerah binaan datang ke ITB berbagai olahan pangan,” ujar Prof. Rijal.* mendapat apresiasi yang positif, baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk mendalami pengetahuan daerahnya. Kegiatan pemberdayaan memerlukan sumber daya yang besar. atau keterampilan tertentu. Selain tenaga, perlu pula dana yang memadai. Jika hanya mengandalkan Setelah menguasainya, ia kembali anggaran yang dimiliki LPPM ITB, barangkali pengabdian masyarakat ke daerahnya lalu menularkan di Maninjau – juga di daerah lainnya – tak akan tuntas. Manfaat yang diterima kemampuan itu kepada yang lain. masyarakat tidak akan optimal. Oleh karena itu, tidak segan tim peneliti jungkir balik memenuhi kebutuhan dana 73

LMIMENBGAUHBAH PupMEuNkJADHI ayati Sisa pakan ikan di keramba jaring apung di Danau Proses metabolisme menggunakan substrat akan Maninjau menyebabkan tingginya sedimentasi di menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan dasar danau. Tumpukan limbah pakan ditambah tanaman. Substrat yang digunakan ialah limbah sedimen lainnya mencapai 50 ton atau setinggi 267 sayuran dan buah-buahan. Bahan-bahan ini diambil meter. akibatnya, Danau Maninjau semakin dangkal. dari produk sampingan pertanian di Maninjau Data yang menunjukkan, kedalamannya tinggal 33 yang sebelumnya belum dimanfaatkan. Limbah ini meter saja. Padahal pada 2017, kedalamannya masih mengandung nutrisi, karbon, dan nitrogen yang sekitar 200 meter. Sedimen tersebut mengandung dibutuhkan mikroba untuk tumbuh. materi organik yang bisa dimanfaatkan, yaitu sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair hayati. Jika bisa Untuk membuat biang pupuk, limbah sayuran dimanfaatkan, timbunan sedimen di Danau Maninjau dan buah-buahan dihaluskan menjadi jus setelah bisa dikurangi. Pupuk hayati lebih ramah lingkungan sebelumnya dicuci bersih. Kemudian ditambahkan dibandingkan dengan pupuk kimia. substrat gula merah sebagai sumber karbon dan kecambah atau tauge sebagai sumber nitrogen dan Pupuk hayati merupakan pembuatan pupuk dengan asam amino. Campuran ini yang disebut dengan bantuan agen-agen mikroba, seperti bakteri, biang. Biang dibuat di bioreaktor sederhana yang jamur, dan mikroalga yang fungsinya menyediakan dibuat dari botol bekas dan aerator akuarium. unsur hara bagi tanaman. Enzim yang dihasilkan mikroorganisme itu mampu mengikat nitrogen di Untuk membuat pupuk cair hayati, sedimen diambil udara, mengurai materi organik menjadi unsur hara dari danau. Sedimen dan air ditampung dalam wadah. dan fitrohormon, melarutkan unsur batuan mineral. Wadah yang digunakan bisa berupa ember kemudian Pupuk hayati bermanfaat untuk meningkatkan disambungkan ke pompa. Bisa menggunakan pompa kapasitas akar menyerap unsur hara tanah dan akuarium. Jika membuat dalam jumlah besar, sedimen menjaga kesuburan tanah. bisa ditempatkan di tangki air kemudian disambungkan ke pompa yang lebih besar pula. Tambahkan aerator Pada intinya, sedimen danau ini menjadi media bakteri. ke dalam wadah. Fungsinya untuk proses pencampuran Sedimen itu oleh bakteri diolah menjadi unsur hara. dan sebagai suplai oksigen. Lalu tambahkan inokulum Pembuatan pupuk cair hayati ini terdiri atas dua proses yang sudah dibuat sebelumnya. Selanjutnya nyalakan utama. Pertama, pembuatan inokulum atau bibit pupuk bioreaktor. Pupuk akan melewati proses fermentasi sedimen. Kedua, pembuatan pupuk cair dengan sekitar satu minggu. Setelah itu pupuk dapat langsung menggunakan biang yang sudah disiapkan. Inokulum digunakan. Pupuk cair ini bersifat pekat. Untuk terbuat dari jus akar tanaman dari golongan Fabaceae, menggunakannya perlu diencerkan 10-100 kali. artinya, misalnya akar tanaman Arachis pintoi, tanaman kacang- jika pupuk cair yang digunakan sebanyak 1 liter, perlu kacangan seperti kedelai, mimosa, kacang tanah, dan diencerkan dengan 10 liter air. Untuk penggunaan yang kacang babi yang memiliki nodul (bintil akar). Bintil akar lebih efisien, pupuk cair ini bisa disemprotkan ke lahan itu berisi bakteri-bakteri yang mengikat nitrogen. pertanian atau perkebunan. 74

Nutrisi-nutrisi yang diperlukan tanaman akan terbuang jika limbah baglog tidak dimanfaatkan. PuPuK PADAT DARI lIMBAH BAGloG dan memperbanyak inokulum, serta pembuatan Jika pupuk cair hayati dibuat dari sedimen danau, biang pupuk. Baru setelah itu pembuatan pupuk pupuk padat hayati bisa dibuat dari limbah menggunakan baglog. Pembuatan media tumbuh baglog jamur tiram. Nutrisi-nutrisi yang diperlukan dimaksudkan untuk menghasilkan jamur Trichoderma. tanaman akan terbuang jika limbah baglog tidak Salah satunya bisa dibuat dari media dedak padi atau dimanfaatkan. Pupuk padat hayati atau biofertilizer bekatul yang diberikan kultur murni. Simpan dalam dibuat dengan bantuan agen mikroba aktif. Proses wadah tertutup yang steril kemudian diamkan selama metabolisme mikroba itu akan menyediakan unsur beberapa hari. Maka, akan tumbuh Trichoderma hara bagi tanaman. Dalam pembuatan pupuk padat berupa lapisan seperti kapas dengan permukaan ini, agen mikroba aktif yang digunakan adalah berwarna hijau. jamur Trichoderma sp. Jamur ini berperan sebagai dekomposer yang mengurai limbah organik menjadi Untuk memperbanyak inokulum, Trichoderma yang kompos. Jamur Trichoderma sp akan menyelimuti sudah dibiakkan dicampur dengan dedak, gula, dan akar tanaman sehingga luas permukaannya lebih air. Simpan di tempat yang terlindung dari panas dan besar. Dengan begitu, jumlah zat hara, air, dan hujan, diamkan selama beberapa hari. Setelah itu mineral yang diserap oleh akar bisa semakin banyak. campurkan bahan ini dengan baglog jamur. Baglog yang akan digunakan harus dipisahkan dulu dari Selain itu, Trichoderma juga berperan sebagai bahan anorganiknya, misalnya plastik pembungkus biofungisida yang mampu menghambat pertumbuhan dan pengikatnya. Baglog yang sudah mengeras juga jamur patogen penyebab penyakit pada tanaman. Tidak harus dihancurkan terlebih dahulu hingga ukurannya hanya mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, kecil-kecil. Pengecilan ini dilakukan agar baglog tetapi juga dapat melindungi tanaman dari hama dan lebih mudah dan cepat terurai. Setelah tercampur, infeksi mikroorganisme patogen maupun hama. tutupi semua bagian dan biarkan proses fermentasi mematangkan pupuk ini. Diperlukan waktu sekitar Pembuatan pupuk padat ini diawali dengan satu bulan hingga pupuk padat ini siap digunakan. pembuatan media tumbuh, kemudian menyiapkan 75

PENDEKATAN TRANSDISIPLINER UNTUK DESA DRS. BUDI ISDIANTO, M.SN. SUDaH sejak pertengahan ‘90-an, Drs. sederhana, di situ saja. Saya punya bukan ahli, melainkan saya mencoba Budi Isdianto, M.Sn. berkecimpung teman yang istrinya itu orang memfasilitasi dan ada orang hebat dalam program pemberdayaan Skandinavia dan dia ahli struktur. Saya di sini. Jadi, kalau kita membina, masyarakat. Sebelumnya, bersama undang dia datang ke Tasikmalaya seperti pengabdian masyarakat di dengan para seniman dan desainer, untuk melihat kerajinan mendong di desa dan sebagainya, bukan berarti ia berupaya menjembatani antara sana. apa yang terjadi? Dia melihat sesuatu yang harus hebat yang penawaran (supply) dan permintaan dan berkata, ‘Wah ini pekerjaan saya datang ke sana. Kita harus bisa (demand). Ia juga menemukan sehari-hari yang tidak pernah saya membantu menggaet, menemani bahwa desain adalah jembatan yang temukan di sini’. akhirnya, dia mencoba teman-teman di sana agar kalau ada menghubungkan antara penawaran membuat sesuatu yang lebih dari apa apa-apa, kita bantu menjaga, dan kebutuhan dan permintaan. Selama yang saya harapkan. Dia tidur di sana, bukan kita problem solver-nya. Kita kurang lebih 11 tahun ia bergabung mencoba bekerja bersama-sama perajin. berperan sebagai katalis yang bisa dengan lembaga pengabdian Banyak persoalan yang dulunya besar, mempertemukan antara persoalan masyarakat. Dosen yang bergabung dapat disederhanakan. ‘Oh beginikan dan ahlinya. Jangan jarak jauh. Kalau dalam Kelompok Keahlian Manusia saja’. Jadi, itu yang saya sebut gap. jarak jauh, kita tidak akan mendapatkan dan Ruang Interior Fakultas Seni Saat perajin frustrasi ketika menenun inti persoalannya. Problem dan solusi Rupa dan Desain ITB ini membagikan mendong karena mendongnya selalu itu bagai sahabat, tidak akan berpisah. pengalamannya. patah akibat ketajaman benang, dia Problem dan solusi itu sama. Kalau punya cara sederhana. Memasukkan dekat dengan masyarakat, kita akan Bagaimana perjalanan pengabdian benangnya jangan lurus, tetapi miring. tahu persis persoalannya seperti apa. masyarakat yang Bapak lihat? Semua dilakukan bertahap dengan Dengan demikian, kita bisa mencari Dahulu saya lihat gap antara kota berapa kali latihan jadinya tidak putus- siapa kira-kira orang yang akan bisa dan kampung itu jauh. artinya, kita putus, itu sederhana banget. Saya membantu mereka. harus masuk ke sana, menyebar ke mereka agar mereka bisa tumbuh. Nah tumbuhnya seperti apa? Karena saya di dunia seni dan desain, di tengah- tengahnya ada kerajinan. Kerajinan jadi sangat berpotensi karena terwarisi dari masa lalu. Hal itulah yang dicoba digali dan dikembangkan. awalnya, saya masuk ke Purba Ratu di Tasikmalaya yang memiliki produk kerajinan tikar mendong. Tikar mendong di sana punya masalah, ujungnya selalu lepas-lepas karena ikatannya tidak bagus. Perhatiannya 76

Apa yang paling menarik dari desa dari ujung Indonesia dikumpulkan “ yang dikunjungi? dalam wadah dan menugasi mereka Perubahan semakin Hampir semua punya keunikan-keunikan. untuk bisa mengeluarkan problem- cepat dan persoalan Jadi memberikan pengalaman yang problem yang ada di daerahnya semakin luas, tidak bisa berbeda. yang belajar itu bukan cuma masing-masing. Nanti setelah matriks mereka, saya juga langsung belajar dari mempertemukan dia dengan tools ini ditangani sendiri.” mereka bagaimana memaknai hidup. (dengan pusat-pusat) sehingga pusat- Saya cuma menyediakan mangkok pusat ini bisa bekerja dengan problem yang tidak bisa dipecahkan oleh kosong, terus tumpahin di situ dan yang real yang benar-benar dialami satu atau dua keilmuan. Pendekatan ngobrol-ngobrol, begitu ya. Setelah orang sana . Dengan menggunakan ini juga tidak kaku, perlu gabungan dia tumpahin, dia pulang agak gagah pola segitiga, bagian bawah adalah dari macam-macam orang, termasuk sedikit, padahal saya tidak melakukan masyarakat dengan pendidikan, di masyarakat, stakeholder untuk apa-apa. atasnya adalah penelitian duduk sama-sama merumuskan dan memecahkan persoalan yang Bagaimana peran kampus dalam Hubungan masyarakat dengan di bawah. Ini adalah budaya baru menemani masyarakat? penelitian ini menjadi R&D dengan karena ke depan akan sering kita Perguruan tinggi kan punya industri. Penelitian dengan pendidikan lakukan. Perubahan semakin cepat tridharma, pendidikan, penelitian, ini akan menjadi pendidikan melalui dan persoalan semakin luas, tidak bisa dan pengabdian. Sekolah itu harus riset. Segitiga kecil tadi akan menjadi ditangani sendiri. Jadi, ada persoalan membekas di masyarakat seperti pohon segitiga yang besar dan itu akan di mana pengetahuan tidak lagi dengan akar di tanah dan kita punya membuat sekolah menjadi earthly, menjamin untuk bisa menerobos masa langit sendiri, bukan langitnya negara Kenapa earthly? Karena dasarnya depan, ada pengetahuan lain yang maju yang kita terus mengacu menjadi itu menjadi besar, yang tadinya non-akademik yang barangkali harus followers. Kita menghasilkan buah dan pengabdian masyarakat hanya kita siapkan. Pengabdian masyarakat buah itu kita usahakan agar manis, enak, seperti titik, sekarang pengabdian menghadapi problem yang luas dan bermanfaat buat orang yang ada di situ. masyarakat ditemani penelitian variasinya banyak sekali. Menghadapi Oleh karena itu, risetnya harus baik, berkelanjutan dan ada R&D, itu semua hal tersebut perlu perubahan mindset, akarnya harus baik, beri pupuk yang buat masyarakat, hingga segitiga orang harus terus belajar dan harus baik sehingga pohonnya kokoh dan jadi utuh. Dari tengah ke bawah itu bisa survive di setiap kondisi yang buahnya bagus. akar itu memang pahit, cenderung transdisipliner, banyak cepat berubah. Kita harus terbiasa tetapi buahnya manis. Jadi mengurus orang yang terlibat di sana karena dengan itu. Pendekatan transdisipliner pendidikan itu memang pahit, tetapi problemnya luas. Kalau problemnya jadi sangat penting. dengan satu orientasi yang buahnya luas harus dibantu dengan integrasi. bermanfaat untuk orang. Itu yang harus Kalau segitiga kecil ke atas ini teoretis Apa tantangan pengabdian kita kejar. Sekolah juga harus seperti itu, sehingga pengalaman di bawah masyarakat ke depan? dia harus earthly dengan buminya dan menjadi sumber dari berkembangnya Ke depan kita harus berani melakukan dengan langitnya. Di situlah baru terasa keilmuan yang di atas. Saya pikir itu redefinisi, tidak lagi cuma sekadar bahwa sekolah itu benar-benar eksis. menjadi segitiga yang baik yang kita senggolan. Pengabdian masyarakat kembangkan. harus bisa memfasilitasi fondasi. Bagaimana menghubungkan Macam-macam persoalan di bawah kemajuan ilmu pengetahuan dan Bagaimana pendekatan kita angkat dan kita beri solusi, teknologi dengan pengabdian transdisipliner ini diterapkan pendekatannya harus transdisipliner.* masyarakat di desa? dalam pendidikan dan pengabdian Saya mengusulkan ada pusat kajian. masyarakat? Pusat kajian Indonesia barat, tengah, Pendekatan transdisipliner itu muncul timur. Kita akan mudah membuat karena melihat problem sebagai pusat kajian itu mahasiswa ITB berasal sesuatu yang luas dan kompleks 77

78

3LINGKAR ZONA PULAU JAWA (DI LUAR JAWA BARAT) 79

MPEeNmDObROaNnGgunan BERKELANJUTAN JIKa mendengar nama Blora, boleh jadi yang pertama kali terbayang adalah hutan jati dan minyak bumi. Maklum, meskipun harus diakui belum mampu mengangkat perekonomian warga setempat, dua komoditas itulah yang sudah sejak lama melambungkan nama Blora ke dunia luar. Kabupaten yang berada di sebelah timur Jawa Tengah, tepatnya 217 km dari Semarang, tercatat sebagai penghasil kayu jati terbesar di Indonesia. Bukan hanya kuantitas, kualitas kayu jati Blora dianggap yang terbaik di Indonesia hingga terkenal ke mancanegara. Wajar kalau kemudian Blora dijuluki sebagai Kota Kayu Jati. Selain kayu jati, Blora juga tersohor sebagai penghasil minyak bumi nomor wahid di tanah air. Desa Cepu merupakan area penambangan minyak bumi yang sudah dieksploitasi sejak zaman Hindia Belanda. Pada tahun 2006, eksploitasi di Blok Cepu semakin masif menyusul temuan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Namun, Blora bukan hanya kayu jati dan minyak bumi. Kabupaten yang terbagi menjadi 16 kecamatan ini memiliki potensi alam lain yang cukup besar, baik dari sektor pertanian, peternakan, dan perhutanan. Hanya, ada faktor penghambat dalam pengembangan potensi-potensi tersebut. Salah satunya masalah ketersediaan air dan pengelolaan sumber daya air (SDa). Bayangkan, wilayah yang sebagian besar terdiri atas lahan pertanian, perkebunan dan hutan (90%), 46.143.958 hektare di antaranya areal persawahan, hanya didukung oleh ketersediaan air dari irigasi teknis 7.449 hektare (16,14%), irigasi setengah teknis 967 hektare (2,10%), pengairan sederhana/PU 4.114 hektare (8,92%), pengairan irigasi desa/non-PU 1.640 hektare ((3,55%), tadah hujan 29.717,958 hektare (64,40%), dan pengairan dari program P2AT 2.256 hektare (4,89%). 80

OEmmbauhnSguKsueruk, Randu Blatung “Salah satu kelemahan Blora adalah sumber air. Kita enggak punya sumber air. Kita memang sudah mampu Djoko Nugroho mengambil air dari Bengawan Solo. Tapi, tetap masih banyak kecamatan yang sangat membutuhkan air, Bupati Blora 2016-2021 terutama di Blora bagian selatan,” kata Bupati Blora, Djoko Nugroho. Persoalan mendasar lain yang dihadapi Blora adalah menyangkut sumber daya manusia (SDM). Menurut Djoko, pola pikir masyarakatnya masih terkungkung dan belum berkembang baik. “Mindset masyarakat sangat berpengaruh. Ini yang membuat masyarakat saya sulit berkembang,” tambah Djoko Nugroho. Berangkat dari dua persoalan tersebut, LPPM ITB menginisiasi program pengabdian masyarakat pada tahun 2009. Tim pioner dipimpin Ir. Oemar Handojo, M.Sn. dengan anggota Dr. Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Prof. Dr. Edy, Prof. Syahril, dan Prof. Nyoman. Kegiatan perintis di Kecamatan Randublatung itu mengangkat tema “Dukungan ke arah Pemecahan Krisis air di Kabupaten Blora”. Lewat kegiatan ini, LPPM ITB mencoba menilik potensi kebutuhan air di Kecamatan Randublatung, menganalisis dan kemudian menghasilkan desain bangunan air yang menjadi solusi atas masalah ketersediaan air di kawasan tersebut. Selain itu, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan warga setempat, dilakukan survei lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui potensi masyarakat di Kabupaten Blora, khususnya di Kecamatan Randublatung. Kecamatan Randublatung dipilih karena di kawasan tersebut terdapat sebuah embung atau waduk buatan yang menjadi sumber air bagi warga sekitarnya. Fungsi utamanya adalah sandaran air untuk sekitar 22 hektare lahan pertanian di Kecamatan Randublatung dan sekitarnya, yang pada kenyataannya, keberadaan embung belum bisa dimaksimalkan karena berbagai faktor. Kegiatan pengabdian masyarakat rintisan LPPM ITB di 81

“ Saya juga tertarik dengan cara pendekatan ITB kepada masyarakat. Menurut saya, luar biasa karena bisa mendekati, mengajak, dan memengaruhi masyarakat ke arah yang lebih baik.” Kecamatan Randublatung ini dinilai berhasil oleh Bupati Blora. “Ketika kita kesulitan membangun embung keruk, ITB masuk dan mendesain ulang. Alhamdulillah berhasil dibangun dan sampai sekarang embung keruk itu bisa dimanfaatkan. Warga sekitar embung pun merasakan manfaat dari pembangunan embung keruk dan upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan LPPM ITB,” tutur Djoko. Dalam perkembangannya, berkaitan dengan krisis air, atas permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten Blora, tim LPPM ITB juga melakukan investigasi analisis kondisi terkini Waduk Tempuran yang badan utama bendungannya longsor pada tahun 2010. Waduk yang terletak di Kecamatan Kota Blora ini pertama kali dibangun pada 1916. Waduk ini memiliki beberapa fungsi penting yang menopang kehidupan warga di sekitarnya yaitu perikanan, pariwisata, pencegah banjir, penampung air, pemasok air warga melalui PDaM Kota Blora dan venue latihan dayung. Bendungan tersebut menampung air hujan dari anak Sungai Lusi yang merupakan wilayah pengelolaan TKPSDa WS Jratunseluna (Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juana). Kemudian, pada 2011, tim LPPM ITB melakukan survei awal untuk kegiatan penelitian formasi karst di Kabupaten Blora. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menilik ulang potensi air dan pengelolaan air serta wisata di kawasan Karst Blora. Penelitian difokuskan di Kecamatan Todanan karena kawasan ini merupakan sumber air bagi Kecamatan Kunduran, dan daerah hutan jati milik Perhutani. ”Waktu itu, kita memang meminta LPPM ITB untuk mendampingi, mencari sumber-sumber air yang sangat kami butuhkan. Dengan teknologi yang dimilikinya, saya yakin ITB bisa membantu. Saya sangat berharap peran serta LPPM ITB karena saya yakin dengan air, masyarakat Blora akan lebih sejahtera sebab air itu kebutuhan pokok kita,” ujar Djoko. Bukan cuma pencarian sumber air, Djoko juga berharap, kerja sama dan peran serta LPPM ITB dalam geliat pembangunan Blora di berbagai bidang terus berlanjut. Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dan warganya sudah merasakan manfaat besar dari program penelitian dan pengabdian masyarakat ITB di wilayahnya. ”Kami butuh ITB. Saya melihat, kehadiran ITB di sini sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kepercayaan diri dan cara berpikir masyarakat yang dipoles LPPM ITB sudah sangat berubah. Saya juga tertarik dengan cara pendekatan ITB kepada masyarakat. Menurut saya luar biasa karena bisa mendekati, mengajak, dan memengaruhi masyarakat ke arah yang lebih baik,” ungkap Djoko.*** 82

Karst Blora 83

EMBUNG BDREAaBnRdAIuKSbKRlaAItSuNInSgAIR SELaIN Waduk Greneng dan Tempuran, Kabupaten beberapa bagian tanggul tidak mampu menahan Blora memiliki penampungan air buatan bernama air dan menyebabkan keruntuhan. Bahkan, dinding Embung Keruk Randublatung. Sesuai dengan fondasi terangkat dan terseret hampir 25 meter. namanya, embung ini berada di Dukuh Keruk, Dampak luapan air dan banjir dirasakan warga di dua Kecamatan Randublatung. Fungsi utamanya adalah desa yang berada di radius 2 kilometer dari embung sandaran air untuk sekitar 22 hektare lahan pertanian sehingga menimbulkan kerugian material. di Kecamatan Randublatung dan sekitarnya. Berdasarkan hasil visit site pertama tim LPPM Pertama kali dibangun pada tahun 2005, embung yang ITB diketahui, runtuhnya tanggul embung karena hanya berjarak tiga kilometer dari kantor Kecamatan diabaikannya aspek hidrolis dalam perencanaan Randublatung ini memiliki luas 8 hektare. Dalam sehingga tidak memperhitungkan debit banjir yang perencanaan, penampungan air ini bakal diperluas akan terjadi. Jika ditinjau dari sisi kestabilan lereng hingga 22 hektare untuk mencukupi kebutuhan air 250 secara geoteknis, perencanaan tanggul ini sangat hektare lahan pertanian. Selain kebutuhan air pertanian, rawan. Tidak ada penyelidikan lapangan untuk pembangunan Embung Keruk Randublatung bertujuan memperkirakan jenis tanah yang akan dibebani sebagai tempat konservasi lingkungan, venue olahraga sehingga ketika menerima beban yang lebih besar, air seperti dayung dan salah satu objek wisata di Blora struktur tanggul roboh, dan mengalami keruntuhan. bagian selatan, termasuk memancing. Dari sisi strukturalnya, dinding tanggul terbuat dari Embung ini pertama kali dibangun warga Dukuh beton tanpa tulangan yang diplester seadanya Keruk menggunakan biaya dari Bank Dunia melalui dengan adukan semen, batu bata tanpa ada Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui perhitungan secara teknis. Fondasi pada dinding Inovasi (P4MI) yang dilakukan Komite Investasi Desa tanggul menggunakan pasangan batu kali yang (KID) pada 2005 dengan nilai Rp165 juta. Saat digali dan ditempatkan di dalam tanah. Lalu dinding itu, pembangunan hanya dilakukan dengan dibangun dengan hanya menyusun batu bata dan menggunakan peralatan sederhana dari masyarakat. memplesternya. Faktor ini yang sangat berpengaruh Sama sekali tidak ada perencanaan teknis ataupun terhadap keruntuhan tanggul. hidrolis yang memadai. “Ketika itu ada permohonan dari salah satu anggota Pada bulan Juli 2006, salah satu sisi tanggul embung tim kita untuk membantu renovasi embung,” kata runtuh karena tekanan hidrolis. Penyebabnya adalah Prof. Syahril, anggota tim LPPM ITB dari kelompok curah hujan yang sangat tinggi sehingga terjadi keahlian Teknik Sumber Daya air. peningkatan volume air. akibat tekanan hidrostatis, 84

Embung Keruk, Randublatung 85

Kecamatan Randublatung termasuk kawasan paling“ AIR UNTUK rawan krisis air. Bayangkan, hampir 65% areal KEMASLAHATAN persawahan merupakan tadah hujan lantaran tidak MASYARAKAT memiliki irigasi teknis. Pada 2009, tim LPPM ITB yang dipimpin Oemar Handojo, M.Sn. melakukan PROF. IR. MUHAMMAD SYAHRIL BADRI KUSUMA, PH.D. kegiatan pengabdian masyarakat di Kecamatan Randublatung. Salah satu fokus kegiatannya adalah BERBICaRa soal sumber daya air, renovasi Embung Keruk Randublatung. “Pada saat nama Prof. Syahril sudah tidak asing ke lapangan, kita juga mengidentifikasi besarnya lagi. Maklum, sebagian besar hidupnya harapan masyarakat terhadap manfaat embung itu. diabdikan dalam pengembangan Intinya, manfaatkan embung itu sangat dinantikan sumber daya air (PSDa) yang ditujukan masyarakat setempat,” tambah Prof. Syahril. untuk kemaslahatan umat manusia. “air itu kemaslahatan orang banyak. Dalam Analisis banjirnya kita agama saya pun dijelaskan bahwa tidak betulkan, jumlah potensi ada surga yang tanpa air,” ujar Prof. air yang bisa ditampung, Syahril dalam sebuah kesempatan. kita naikkan dan berapa kebutuhan masyarakatnya.” Saat ini, Prof. Syahril, demikian sapaan akrab kesehariannya, menjadi Prof. Syahril mengatakan, langkah pertama yang Guru Besar Fakultas Teknis Sipil dan dilakukan tim LPPM ITB adalah melakukan kajian Lingkungan Institut Teknologi Bandung desain awal embung keruk. Namun sebelumnya, tim (FTSL-ITB). Kelompok keahliannya sudah mengantongi sudah data-data primer berupa adalah Teknik Sumber Daya air dengan data hidrologi, geoteknik, dan topografi. Pada tahapan bidang dinamika fluida. ini, sudah didapatkan peta kontur daerah embung keruk, peta orientasi Kecamatan Randublatung di “Hanya, banyak beraplikasi pada provinsi Jawa tengah, peta topografi serta situasi banjir, sumber daya air, drainase, kecamatan. “Kemudian kita melakukan improvement struktur hidrolik, dan pengendalian dengan strukturnya dan metode konstruksinya. Lalu, daya rusaknya. Sekarang, saya analisisnya kita update, terutama yang kurang tepat. mengajar tentang hidrolika, Jadi, analisis banjirnya kita betulkan, jumlah potensi hidrologi, perencanaan bangunan air yang bisa ditampung, kita naikkan dan berapa pantai, pembangkit listrik tenaga air, kebutuhan masyarakatnya. Pokoknya, semua aspek pemodelan, dan juga alirannya,” tutur kita analisis lagi dari awal untuk kepentingan desain Prof. Syahril. embung,” beber Prof. Syahril. Lulus dari Teknik Sipil ITB pada 1984, Rancangan desain peningkatan kapasitas air embung Prof. Syahril melanjutkan pendidikan keruk sebagai solusi permasalahan ketersediaan air di master (S-2) dan doktornya (S-3) Kecamatan Randublatung itu kemudian divisualisasi di Universitas De Nantes-Ecole dalam bentuk maket dan diserahterimakan kepada Nationale Superieure De Mecanique, Pemerintah Kabupaten Blora pada November 2009.* Nantes, Prancis pada 1988. Setelah merampungkan studinya di Prancis 86

pada 1991, ia mengikuti program Bagi Masyarakat (2015), Implementasi New-S1 di bidang Teknik Kelautan Teknologi dan Penumbuhan yang dipelopori Prof. Dr. Ir. Hang Tuah, Kewirausahaan Berbasis agroindustri M.Oc.E. bagi Masyarakat di Sekitar Danau Maninjau (2016) dan Pengembangan Nama Prof. Syahril sangat identik Platform Tata Kelola Manajemen DaS dengan PSDa karena sudah banyak Ciliwung dari Perspektif ancaman proyek di bidang ini yang digarapnya. Hidrometeorologi (2020). Bersama Prof. Hang Tuah, ia terlibat dalam pengerjaan proyek transmigrasi Bagi Prof. Syahril, seabrek proyek yang dicanangkan pemerintah pada yang dijalaninya selama ini merupakan 1978-1979. Dalam proyek tersebut, ia wujud pengabdian masyarakat mengerjakan perencanaan drainase, yang dilakukannya. “Bagi saya rawa, sistem suplai air, dan irigasi. dan mahasiswa yang dilibatkan, Selain itu, ia juga terlibat dalam proyek pengabdian masyarakat juga bisa pemetaan wilayah kumuh kawasan menambah wawasan dan pendalaman Balubur, Kota Bandung, serta proteksi metodologi,” kata Prof. Syahril. jembatan akibat penggerusan banjir. Selain itu, Prof. Syahril mengaku Proyek besar Prof. Syahril lainnya adalah memiliki banyak pengalaman, baik pengerjaan Bandar Udara Banda Neira pahit maupun manis, selama melakukan di Pulau Banda, Pelabuhan Ikan Nasional pengabdian masyarakat. “ada macam- di Palabuhanratu, Dam Muara Rempang macam persoalan yang kita temui di di Batam, Studi Pengembangan masyarakat. Dari mulai kebutuhan Peta Risiko Banjir di Kelurahan Bukit hidup, kondisi lingkungan yang tidak Duri Jakarta (2009) dan Desa Telaga mendukung, hingga sumber daya Karawang (2011), Dukungan ke arah terbatas. Makanya, ketika teknologi Pemecahan Krisis air di Kabupaten yang diterapkan dirasakan manfaatnya Blora (2010), Pemodelan Eutrofikasi oleh masyarakat, kita merasa sangat Waduk Ir. H. Juanda Purwakarta (2011), puas,” ungkap Prof. Syahril. Pembuatan Rencana Pengembangan (Master Plan) Kayan Delta Farm Food Karena itu, dalam setiap kegiatan Estate (Kadefe) di Kabupaten Bulungan pengabdian masyarakat, Prof. Syahril Kalimantan Timur (2011), Konservasi selalu memprioritaskan kemanfaatan dan Revitalisasi Kawasan DaS Citarum dan kemaslahatan teknologi yang bakal sebagai Sumber Ketahanan Pangan, diterapkan. Menurut Syahril, setinggi Energi, dan Lingkungan Hidup (2012), apa pun tidak semua teknologi bisa Kajian Penerapan Model Estimasi cocok dan bermanfaat bagi masyarakat. angkutan Sedimen pada Sungai- sungai di Jawa Barat: Studi Kasus anak “Jadi, soal teknologi itu harus Sungai Cimanuk (Sungai Cikamiri dan dikembalikan kepada masyarakatnya. Sungai Cibuah) (2014), Dukungan bagi Kita harus cari tahu dahulu masyarakat Upaya Pengelolaan Sumber Daya air butuh apa dan solusi apa yang mau di Kabupaten Subang: Studi Kasus tercapai. Nah, kita harus benar-benar Cipunegara (2014), Kajian Potensi air melihat kondisi itu dalam masyarakat. Baku Bagi Kawasan Sekitar BIJB dan Kita yang harus menyesuaikan. Kertajati Aerocity (2015), Identifikasi Soalnya, enggak bisa semua teknologi Teknologi Pemanfaatan Danau Maninjau diterapkan,” pungkas Prof. Syahril.*** 87

Embung Keruk, Randu Blatung 88

SURVEI SOSIAL EKONOMI Selain kajian untuk kepentingan desain embung keruk, tim LPPM ITB juga melakukan survei sosial ekonomi. Tujuan survei untuk memperoleh gambaran mengenai potensi keterlibatan penduduk dalam mengelola dan memanfaatkan embung yang akan dibangun dan memperkirakan kondisi sosial ekonomi penduduk setelah pembangunan embung. Beberapa hal yang diidentifikasi dalam survei sosial Dengan adanya sarana jalan dan ekonomi ini adalah keadaan penduduk sebelum lahan parkir tersebut, wilayah adanya embung, besaran kebutuhan air yang Embung Keruk Randublatung telah harus disediakan/dihasilkan embung, karakteristik mulai dijadikan tempat wisata. mata pencaharian masyarakat setempat, rata- rata willingness penduduk untuk merawat dan Kendala lain yang dialami dalam proses pembangunan mengelola embung, bentuk “pembayaran” yang embung adalah akses jalan yang cukup sulit. Sebagai rela diberikan penduduk untuk memperoleh manfaat realisasi dukungan dalam kerja samanya dengan ITB, embung, sistem yang baik menurut penduduk dalam Pemda Kabupaten Blora telah mengalokasikan dana mengelola dan memanfaatkan embung, pengaruh sebesar Rp709 juta untuk pembangunan prasarana embung terhadap daerah di sekitarnya, serta pendukung berupa peningkatan kualitas jalan menuju tingkat kebergantungan masyarakat setempat pada kawasan embung keruk. keberadaan embung. Pada 2011, izin penggunaan lahan untuk perluasan Dari hasil survei sosial ekonomi tersebut disimpulkan, embung belum turun dari pemerintah pusat. Surat Taman Wisata Waduk “Ngudi Rahayu” dapat permohonan telah dikirimkan melalui Gubernur Jawa dikembangkan lagi untuk meningkatkan sosial Tengah yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri ekonomi masyarakat. Sebab, di wilayah taman wisata dan Menteri Kehutanan RI. Izin ini diperlukan karena tersebut masih terdapat lahan kosong yang cukup bila embung diperluas, ada sekitar 14 hektare lahan luas. Lahan kosong tersebut dapat dimanfaatkan untuk milik Perum Perhutani yang akan terendam. Salah pengembangan tempat pemancingan ikan, taman satu alternatif yang ditawarkan Pemerintah Daerah bermain, wisata alam dengan pemandangan, wisata Kabupaten Blora adalah tukar guling dengan lahan outbound, tempat penjualan kerajinan masyarakat lain dengan luas yang sama. (crafting), tempat penjualan industri pupuk cair, pemondokan, dan museum kehutanan jati. Pembangunan infrastruktur pariwisata di sekitar embung keruk telah dilakukan. Progresnya sudah Permasalahan lain yang cukup penting adalah sampai pada tahap pembangunan sarana dan perizinan lahan untuk pembangunan kawasan prasarana jalan dan lahan parkir. Biaya yang dikeluarkan embung yang semula hanya sekitar 3 hektare Pemerintah Daerah Kabupaten Blora untuk perbaikan menjadi 14 hektare. Sebab, lahan tersebut jalan tersebut kurang lebih Rp590.000.000. Dengan masih dikuasai Kementerian Kehutanan di adanya sarana jalan dan lahan parkir tersebut, wilayah bawah pengelolaan Perum Perhutani. Perizinan Embung Keruk Randublatung telah mulai dijadikan penggunaan lahan embung tersebut sempat tempat wisata oleh masyarakat. tertunda selama kurang lebih 6 bulan karena adanya pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Blora. Namun, secara prinsip penggunaan lahan pembangunan kawasan embung telah mendapatkan izin dari Menteri Kehutanan. 89

PEMANTAPAN STRUKTUR TANGGUL Jawa Tengah, Bibit Waluyo pada bulan Desember 2012. “Setelah perbaikan dilakukan dan embung Pada 2012, renovasi embung dilanjutkan dengan jadi, sawah yang bisa diairi menjadi lebih luas. Selain menggunakan anggaran sebesar Rp3,8 miliar itu, panen petani juga sudah ada yang bisa dua kali dari aPBN dan dana pendampingan Rp500 juta dalam setahun,” ujar Prof. Syahril. dari aPBD Kabupaten Blora. Namun, dalam perjalanannya terdapat ketidaksesuaian konstruksi. Meskipun terkadang mengalami kekeringan, dari sisi Hal itu ditemukan saat tim peneliti LPPM ITB infrastruktur, Embung Keruk Randublatung sudah melakukan kunjungan pada bulan Oktober 2012. bisa beroperasi dan masyarakat merasakan banyak Dalam kunjungan itu, tim LPPM ITB melakukan kajian manfaatnya seperti lapangan kerja dan penghasilan untuk memantapkan struktur tanggul. Kunjungan dan bertambah. Manfaat juga dirasakan oleh Perhutani peninjauan dilakukan ketika pembangunan konstruksi karena memiliki cadangan air tanah untuk hutan jatinya. embung keruk sedang berjalan. Kendati demikian, Prof. Syahril mengungkapkan, persoalan Embung Keruk Randublatung bukan Dalam kunjungan tersebut didapatkan sejumlah sekadar masalah teknis. Jadi, persoalan di lapangan catatan mengenai ketidaksesuaian pelaksanaan tidak selesai begitu saja pada saat rampungnya konstruksi dengan usulan tim LPPM ITB, risiko renovasi embung keruk. Sebab, ada masalah sosial atau dampak akibat ketidaksesuaian, dan upaya yang mengiringi sejak awal pembangunan hingga yang mungkin dilakukan. Dari petugas di lapangan masa yang akan datang. “Kalau secara teknis, kita didapatkan informasi lisan tentang kemungkinan tinggal melakukan rekayasa saja. Tapi, di sini ada adanya ketidaksesuaian tata letak bangunan air, masalah sosial. Itu yang membuat pembangunan terutama lokasi pintu intake untuk irigasi. Secara visual embung keruk menjadi tidak sederhana. Itulah yang juga teramati adanya ketidaksesuaian jenis, bentuk membuat kita harus melakukan monitoring yang geometri, dimensi, dan struktur dari bangunan air benar-benar intensif . yang tidak kalah pentingnya yang sedang dibangun. Identifikasi ketidaksesuaian ada juga masalah pendidikan dan budaya. Makanya, berdasarkan pengamatan selama kunjungan kita terus melakukan edukasi dan pendekatan terkonfirmasi melalui gambar dan Rencana Anggaran kepada masyarakat setempat yang fokus kepada dan Belanja (RaB). asas kemanfaatan,” beber Prof. Syahril. Selain itu, di lokasi tidak dijumpai pekerja atau Benar saja, setelah selesai direnovasi, konflik pengawas yang mampu dan mengerti tentang sosial muncul. Karena merasa pasokan air tidak aspek perencanaan dan konstruksi dari bangunan merata, sekelompok warga melakukan aksi dengan yang sedang dikonstruksi. Hal ini teridentifikasi mengganjal pintu air embung untuk mengairi areal dalam proses tanya jawab mengenai aspek teknis/ persawahan. akibatnya, pintu air rusak dan tak konstruksi dan pengamatan visual, baik pada proses bisa mengairi seluruh areal pertanian, baik yang atau pelaksanaan konstruksi maupun pada bangunan dekat maupun jauh dari embung. Konflik horizontal terkonstruksi di lokasi pekerjaan. Ketidaksesuaian antarwarga pun tak terhindarkan. “Sebenarnya pintu tersebut akan menimbulkan risiko perubahan fungsi airnya enggak mahal, tetapi karena ada masalah dan faktor keamanan embung keruk. sosial itu, enggak ada yang betulin. Mereka berpikir, biar sama-sama enggak kebagian air,” cerita Prof. Berdasarkan hasil visit site terakhir kepelaksanaan Syahril. konstruksi dan setelah selesainya pembangunan, diusulkan langkah pencegahan untuk mengurangi Untuk menyelesaikan konflik tersebut, tim LPPM ITB risiko atau dampak akibat ketidaksesuaian mencoba melakukan pendekatan melalui kepala pembangunan embung dengan Guideline Teknis & desa setempat dan memberikan pemahaman Desain LPPM ITB dan upaya yang mungkin dilakukan. kepada masyarakat terkait persoalan distribusi air Setelah proses renovasi dianggap rampung, Embung Keruk Randublatung diresmikan oleh Gubernur 90

Sutaat & Singgih Hartono Karena merasa pasokan air tidak merata, sekelompok warga melakukan aksi dengan mengganjal pintu air embung untuk mengairi areal persawahan. itu, “Setelah itu, pintu airnya kita betulin lagi,” tegas Prof. Syahril. Setelah itu, pada saat monitoring pada bulan Oktober 2013, ditemukan adanya penurunan permukaan air embung 80-100 cm. Menurut Kepala Desa Randublatung, Sutaat, penurunan muka air embung terjadi karena ketiadaan hujan sejak awal bulan agustus. Pada saat dibangun, Embung Keruk Randubaltung Dokumentasi musyawarah penyelesaian direncanakan dapat mengairi sawah seluas 100-150 konflik sosial Embung Keruk hektare. Namun, Sutaat menyebutkan, embung tersebut hanya bisa mengairi 10-20 hektare sawah di sekitarnya. Meskipun begitu, menurut Sutaat, embung bekerja lebih baik ketimbang di kecamatan lain yang mengering saat musim kemarau sehingga tidak berfungsi untuk mengairi pesawahan. “Karena embung belum dapat bekerja secara maksimal, penduduk yang memiliki sawah dan tidak mendapatkan pengairan, kebanyakan kembali beraktivitas menebang pohon Sutaat jati di sekitar embung untuk dijual.” 91

Dam lereng Hilir Tampak Depan Dam lereng udik arah Timur Barat Arah Selatan Utara Arah Timur Barat (uncompacted local material) (Unproper Side Wall and (Unproper Riprap over Riprap over uncompacted uncompacted local material) local material) Dam lereng udik Arah Barat-Timur (Unproper Riprap over uncompacted local material) Spilway Spilway Spilway Tampak Miring Tembok Sayap Udik Kanan Dam Riprap Udik Utara Timur Barat arah Timur-Barat 92 Spilway Tampak Depan Udik

Ilustrasi gambar kerja Embung Keruk Embung mampu meningkatkan produksi padi sehingga bisa tiga kali panen dalam setahun. Itu artinya, embung keruk sudah berhasil meningkatkan produktivitas padi. Meskipun demikian, menurut pengakuan Sutaat, Fakta lain yang ditemukan, pertanian di sekitar embung mampu meningkatkan produksi padi embung keruk masih terbatas pada komoditas sehingga bisa tiga kali panen dalam setahun. Itu padi. Petani sebenarnya sudah mencoba artinya, embung keruk sudah berhasil meningkatkan mengembangkan beberapa komoditas seperti produktivitas padi, tetapi masih belum mampu bawang merah dan cabai. apalagi, saat itu mengairi luas sawah sesuai rencana. Selain penurunan penyediaan bibit dan penjaminan biaya tanam muka air, ada juga potensi pengembangan ketela di sudah dilaksanakan oleh pemerintahan desa sekitar embung walaupun belum dilakukan secara setempat. Namun, masyarakat yang memiliki lahan masif. Kemudian, embung juga dimanfaatkan pertanian di sekitar embung tidak ingin berpindah sebagai area pemancingan dan objek wisata. Salah dari padi ke komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan satu jenis ikan yang dikembangkan adalah patin. biaya pertanian komoditas lainnya lebih mahal dari “Sejak embung ini digenangi air dengan luas rata- padi sawah. rata 10 hektare dan kedalaman rata-rata 80 cm, jumlah kunjungan per hari diperkirakan sebanyak 30- Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang 100 orang,” ujar Sutaat. diambil, tim LPPM ITB mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Salah satunya menyangkut Namun, pengembangan objek wisata ini belum pendampingan dan edukasi berkelanjutan. didukung peraturan dan akses yang baik. Contohnya “Perlu adanya pembinaan berkelanjutan seperti mengenai pengaturan sampah dan limbah yang community development untuk membina warga dibuang sembarangan oleh pengunjung serta dalam mengembangkan potensi ekonomi baru yang infrastruktur jalan yang masih kurang memadai. Karena mungkin dikembangkan dengan adanya potensi itu, untuk mendukung pengembangan kegiatan jasa air di embung keruk tersebut. Masyarakat harus pariwisata di daerah tersebut, perlu didukung suatu didampingi dan dibina dalam jangka waktu yang sistem kelembagaan dan pembangunan infrastruktur cukup lama agar memiliki wawasan yang luas dalam lain, terutama sarana dan prasarana yang berkaitan pemanfaatan air,” ujar Prof. Syahril. *** dengan peningkatan aksesibilitas. 93

2005 Pertama kali dibangun oleh warga Dukuh EHMistoBriUogrNafi G Keruk dengan menggunakan biaya dari Bank Dunia melalui Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) yang dilakukan KERUK Komite Investasi Desa (KID) dengan nilai Rp 165 juta. Selain kebutuhan air pertanian, pembangunan embung seluas 8 hektare ini bertujuan sebagai tempat konservasi lingkungan, venue olahraga air seperti dayung RANDUBLATUNG dan salah satu objek wisata di Blora bagian selatan, termasuk memancing. 2006 Salah satu sisi tanggul embung runtuh karena tekanan hidrolis. Akibat tekanan hidrostatis, beberapa bagian tanggul tidak mampu menahan air dan menyebabkan keruntuhan. Bahkan, dinding fondasi terangkat dan terseret hampir 25 meter. Dampak luapan air dan banjir dirasakan warga di dua desa yang berada di radius 2 kilometer dari embung sehingga menimbulkan kerugian material. 2009 Tim LPPM ITB yang dipimpin Oemar Handojo, 2011 M.Sn. melakukan kunjungan awal. Setelah melakukan survei, tim LPPM ITB membuat rancangan desain peningkatan kapasitas air embung sebagai solusi permasalahan ketersediaan air di Kecamatan Randublatung. Desain divisualkan dalam bentuk maket dan diserahterimakan kepada Pemerintah Kabupaten Blora. Tim LPPM ITB melakukan survei sosial Izin penggunaan lahan untuk perluasan embung keruk belum turun dari pemerintah pusat. Surat ekonomi untuk kepentingan pemberdayaan permohonan telah dikirimkan melalui Gubernur Jawa Tengah yang ditujukan kepada Menteri masyarakat di sekitar embung. Tujuan survei Dalam Negeri dan Menteri Kehutanan RI. Izin ini diperlukan karena bila embung diperluas, ada untuk memperoleh gambaran mengenai sekitar 14 hektare lahan milik Perum Perhutani yang akan terendam. Salah satu alternatif yang potensi keterlibatan penduduk dalam 2010 ditawarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Blora mengelola dan memanfaatkan embung adalah tukar guling dengan lahan lain dengan yang akan dibangun dan memperkirakan luas yang sama. Sedangkan untuk pembangunan kondisi sosial ekonomi penduduk setelah infrastruktur pariwisata di sekitar embung keruk telah dilakukan. Progresnya sudah sampai pada pembangunan embung. tahap pembangunan sarana dan prasarana jalan dan lahan parkir. Dengan adanya sarana jalan dan lahan parkir tersebut, wilayah Embung Keruk Randublatung telah mulai dijadikan tempat wisata oleh masyarakat. 94

2012 Renovasi embung keruk dilanjutkan dengan menggunakan anggaran sebesar Rp 3,8 miliar dari APBN dan dana pendampingan Rp 500 juta dari APBD Kabupaten Blora. Namun, dalam perjalanannya terdapat ketidaksesuaian konstruksi. Dalam kunjungannya, tim LPPM ITB melakukan kajian untuk memantapkan struktur tanggul embung. Kunjungan dan peninjauan dilakukan ketika pembangunan konstruksi embung keruk sedang berjalan. Setelah proses renovasi dianggap rampung, Embung Keruk Randublatung diresmikan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo pada bulan Desember 2012. 2014 2013 Tim LPPM ITB untuk melakukan kajian mengenai pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Kajian harus dilakukan karena esensi pembangunan perdesaan Tim LPPM ITB menemukan fakta embung keruk hanya bisa adalah pemberdayaan dan peningkatan mengairi 25-30 hektare sawah di sekitarnya. Padahal pada saat kesejahteraan masyarakatnya. Pada dibangun, direncanakan dapat mengairi sawah hingga 100- kunjungan 3 Oktober 2013, tim LPPM 150 hektare. Meskipun demikian, menurut pengakuan kepala ITB menemukan permukaan air embung desa, embung mampu meningkatkan produksi padi sehingga menurun sekitar 80-100 cm. Hal ini bisa tiga kali panen dalam setahun. Fakta lain yang ditemukan, disebabkan ketiadaan hujan sejak dua pertanian di sekitar embung masih terbatas pada komoditas bulan sebelumnya. padi. Petani sebenarnya sudah mencoba mengembangkan beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabai. Namun, masyarakat yang memiliki lahan pertanian di sekitar embung tidak ingin berpindah dari padi ke komoditas lainnya. Embung keruk sudah dimanfaatkan sebagai area pemancingan ikan yang dikembangkan kepala desa dengan menebar benih ikan patin. 2019 2015 Tim LPPM ITB mengeluarkan sejumlah rekomendasi sebagai Tim LPPM ITB menggelar kelompok diskusi berikut: a) Embung keruk “Ngudi Rahayu” perlu diperbaiki sesuai terpumpun (focus group discussion, FGD) dengan rencana awal, yaitu seluas 14 hektare sehingga persediaan membahas kemanfaatan dan progres kegiatan air mampu mengairi lebih banyak lahan pertanian terutama di penelitian dan pengabdian masyarakat yang beberapa dukuh yang dekat dengan lokasi embung keruk, yaitu sudah dilakukan di Kabupaten Blora. Dukuh Balongkare dan Dukuh Karanganyar di Desa Pilang serta seluruh Dukuh Keruk; b) Perbaikan embung keruk juga harus disertai pembangunan saluran irigasi, baik saluran irigasi primer maupun sekunder yang menyalurkan air dari embung menuju lahan pertanian penduduk; c) Pengelolaan embung keruk sebaiknya diserahkan kepada pihak Kecamatan Randublatung, terutama dalam pembukaan pintu air agar debit air di dalam embung tetap terjaga; d) Perlu adanya pembinaan berkelanjutan seperti community development untuk membina warga dalam mengembangkan potensi ekonomi baru yang mungkin dikembangkan dengan adanya potensi air di embung keruk tersebut. Masyarakat harus didampingi dan dibina dalam jangka waktu yang cukup lama agar memiliki wawasan yang luas dalam pemanfaatan air. 95

AMKIaERrNsDtIALBINKlPWorOaISTAETNASI Dr. Pindi Setiawan SEBaGIaN besar warga Blora hidup bertani, survei dan penelitian, tim LPPM ITB menyampaikan berkebun, dan memanfaatkan hasil hutan lainnya. sejumlah rekomendasi untuk Pemerintah Daerah Ironisnya, Blora merupakan kawasan yang rawan Kabupaten Blora. Rekomendasi itu meliputi krisis air. Bukan lantaran tidak memiliki sumber air, melainkan pengelolaan sumber daya airnya yang PENGELOLAAN SENDANG belum optimal. Salah satu potensi air yang belum teroptimalkan itu tersembunyi di balik Karst Blora. Sendang (sumber air) pada daerah penelitian Di Kabupaten Blora, karst yang merupakan bagian muncul ke permukaan di atas formasi batuan karst. sistem Pegunungan Kapur Utara ini membentang di Karena itu, penting memperhatikan struktur geologi Kecamatan Todanan, Begorejo, dan Kradenan. sebelum melakukan pengelolaaan sendang agar tidak menurunkan debit air alaminya. Pencucian atas permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten kendaraan berminyak dan air sabun juga perlu Blora, LPPM ITB menerjunkan timnya untuk dikelola dengan benar agar tidak mengganggu melakukan penelitian potensi air dan wisata Karst kualitas air di kemudian hari. Blora pada tahun 2011. Tim peneliti beranggotakan Dr. Pindi Setiawan, Dr. Budi Brahmantyo (LPPM ITB), PENGELOLAAN VEGETASI PADA Sunu Wijarko, Qoirunna’im (aSC) Johannes yuda, PUNGGUNGAN KARST dan yoga Sakyanto (KMPa Ganesa-ITB). Pengelolaan vegetasi secara tepat penting untuk Penelitian difokuskan di Kecamatan Todanan karena dilakukan. Punggungan karst di Kecamatan Todanan kawasan ini merupakan sumber air bagi Kecamatan nyaris seluruhnya berada di kawasan Perhutani yang Kunduran dan daerah hutan jati milik Perhutani. ditanami pohon jati. Tumbuhan lokal yang biasa Kecamatan Kunduran yang berada di hilir Todanan tumbuh di sendang dapat diteliti oleh ahli vegetasi. merupakan basis cadangan pangan Blora yang Tumbuhan tersebut, menurut penduduk dapat mengandalkan pertanian. Secara statistik (BPS 2009), memelihara ketersediaan air, tetapi hal ini perlu Kecamatan Todanan berpenduduk 60.629 jiwa dan ditelaah lebih lanjut. Kunduran 65.450 jiwa. Secara teoretis, hutan heterogen merupakan Daerah penelitian berada pada Zona Rembang-Madura. vegetasi terbaik yang dapat menyerap dan menahan Zona ini terutama dicirikan oleh struktur perlipatan gelontoran air. Sehingga air dapat maksimal masuk ke antiklinorium yang membentuk perbukitan terlipat di celahan-celahan karst, dan kemudian menghasilkan utara Grobogan, Blora hingga ke Cepu. antiklin-antiklin kuantitas yang optimal pula pada sendang-sendang. yang terbentuk pada zona ini dikenal sebagai jebakan- Penghutanan kembali setidaknya hanya mencakup jebakan minyak bumi yang potensial. Berdasarkan hasil daerah tangkapan air untuk sungai-sungai bawah tanah yang berujung pada sendang-sendang di Kecamatan Todanan. 96

Karst Blora 97

Pintu masuk Kompleks Goa Terawang Karst Blora 98


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook