Pasa AtEh Bukittinggi PASAR MASYARAKAT AGAM TUO
Pasa ateh Bukittinggi PASAR MASYARAKAT AGAM TUO
Kata Pengantar DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA Pasa Ateh Bukittinggi Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Menindaklanjuti Instruksi Presiden Joko Widodo melalui Perpres No. 64 Tahun 2018, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Bina Penataan Bangunan (BPB) Direktorat Jenderal Cipta Karya merealisasikan gagasan revitalisasi Pasa Ateh Bukittinggi. Gagasan revitalisasi Pasa Ateh Bukittinggi disampaikan Wakil Presiden (2014—2019) Jusuf Kalla kepada Presiden Joko Widodo dalam laporan hasil tinjauan pascakebakaran yang melanda Pasa Ateh Bukittinggi pada November 2017 lalu. Inisiasi gagasan dilatarbelakangi, utamanya, oleh kondisi bangunan Pasa Ateh yang tidak layak akibat peristiwa kebakaran. Dalam dua dekade terakhir, Pasa Ateh mengalami beberapa kali bencana kebakaran (1995, 1997, 2017) yang mengakibatkan struktur bangunan mengalami penurunan kekuatan secara signifikan. Struktur bangunan pun tak lagi memenuhi standar SNI dan sistem proteksi kebakaran yang tidak lagi berfungsi dengan baik. Berangkat dari kondisi tersebut, gagasan revitalisasi pun direalisasikan untuk mengembalikan sekaligus meningkatkan fungsi pasar pascakebakaran sebagai sarana perdagangan rakyat. Guna menyediakan sarana prasarana pasar yang terjangkau masyarakat, Pemerintah 4 Pasa Ateh Bukittinggi (Pasa Ateh)
melalui Kementerian PUPR mengalokasikan Dengan mengusung kearifan dana sebesar Rp292 miliar dari APBN TA lokal dan konsep green building, 2018—2019. kegiatan revitalisasi mulai dilaksanakan pada 20 Agustus Sebagai wujud komitmen daerah, Pemerintah 2018. Di atas lahan seluas Kota Bukittinggi juga mengalokasikan dana 39.270 m2, bangunan Pasa Ateh untuk revitalisasi Pasa Ateh dalam APBD TA berlantai 4 dan satu basement ini 2018. Sebelumnya di tahun 2017, sesuai arahan menyediakan 835 kios bagi para dan kesepakatan bersama dengan Kementerian pedagang. PUPR, Pemkot Bukittinggi menyiapkan dokumen perencanaan yang menjadi acuan pelaksanaan mampu menciptakan sentra pariwisata Kota revitalisasi Pasa Ateh. Bukittinggi yang menjadi magnet utama bagi wisatawan. Dengan mengusung kearifan lokal dan konsep green building, kegiatan revitalisasi Wassalamualaikum Warahmatullahi mulai dilaksanakan pada 20 Agustus 2018. wabarakatuh Di atas lahan seluas 39.270 m2, bangunan Pasa Ateh berlantai 4 dan satu basement ini Diana Kusumastuti menyediakan 835 kios bagi para pedagang yang dilengkapi sejumlah fasilitas penunjang Direktur Jenderal Cipta Karya lainnya, seperti Ruang Terbuka Hijau, toilet, toilet bagi penyandang disabilitas, ruang laktasi, mushola, lift, dan eskalator. Revitalisasi Pasa Ateh diharapkan tak hanya menyediakan sarana prasarana yang layak, memadai, aman, nyaman, bersih, tertata, dan estetik. Melainkan, juga menjadi upaya Pemerintah dalam memulihkan perekonomian daerah. Di sisi lain, keselarasan konsep revitalisasi Pasa Ateh dengan Jam Gadang diharapkan mampu menghadirkan ikon kota yang merepresentasikan kekhasan budaya dan karakteristik masyarakat Sumatra Barat. Dengan demikian, sinergi Pasa Ateh dan Jam Gadang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 5
Daftar isi Sambutan 01 Direktur Jenderal Cipta Karya • Sekilas Bukittinggi • Hari Jadi Kota Bukittinggi • Sejarah Pasa Ateh 02 Gagasan Revitalisasi Pasa Ateh 6 Pasa Ateh Bukittinggi (Pasa Ateh)
03 05 • Proses Pembangunan • Geliat Pengelolaan Pasa Ateh • Anggaran Revitalisasi • Peresmian • Apresiasi • Tanpa Biaya Sewa • Antisipasi Pandemi Covid-19 04 06 • Spesifikasi Pasa Ateh Komentar • Konsep Green Building INBOX • Peranan dalam Fakta Singkat Pasa Ateh Perekonomian 07 Penutup Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 7
01 Sekilas Bukittinggi
01 Sekilas Bukittinggi Kota Bukittinggi, Pusat Perdagangan di Dataran Tinggi Minangkabau Gunung Singgalang merupakan gunung api yang sudah tidak aktif dengan puncak setinggi 2877 meter dari permukaan laut (dpl), dengan jalur pendakian yang curam. Sementara, Gunung Marapi tergolong sebagai gunung paling aktif di Pulau Sumatra. 12 Pasa Ateh Bukittinggi (Pasa Ateh)
Secara geografis, Kota Bukittinggi terletak budidaya, sedangkan sisanya merupakan pada deretan kawasan perbukitan, yaitu hutan lindung. Bukit Barisan, yang membujur dari selatan hingga utara Pulau Sumatra. Kawasan Kota Bukittinggi pada awalnya merupakan ini dikelilingi dua gunung berapi yaitu Gunung pasar (“pakan” dalam Bahasa Minang) Singgalang dan Gunung Marapi. Gunung bagi masyarakat Agam Tuo di Sumatra Singgalang terletak di wilayah Kabupaten Barat. Pakan adalah konsep pasar yang Agam, sebelah selatan Bukittinggi dan sebelah dikenal di Minangkabau. Kegiatan pakan timur Danau Maninjau. Gunung Singgalang berlangsung sekali dalam seminggu dan merupakan gunung api yang sudah tidak aktif menggunakan nama yang sesuai dengan hari dengan puncak setinggi 2.877 meter dari pelaksanaannya, seperti Pakan Sinayan untuk permukaan laut (dpl), dengan jalur pendakian pakan yang dilaksanakan pada hari Senin, yang curam. Sementara, Gunung Marapi Pakan Salasa (Selasa), Pakan Rabaa (Rabu), tergolong sebagai gunung paling aktif di Pulau Pakan Kamih (Kamis), Pakan Jumat (Jumat), Sumatra. Gunung dengan ketinggian puncak Pakan Sabtu (Sabtu) dan Pakan Akaik (Minggu). 2.891 meter dpl ini telah meletus/erupsi lebih dari 50 kali sejak akhir abad ke-18. Kedatangan Belanda ke wilayah Sumatra Barat menjadikan Bukittinggi sebagai benteng Kota Bukittinggi memiliki topografi berbukit- pertahanan selama berperang menghadapi bukit dan berlembah. Beberapa bukit Kaum Padri. Salah satu pemimpin Kaum Padri tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, yang terkenal adalah Pahlawan Nasional di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Indonesia Tuanku Iman Bonjol. Belanda Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, membangun benteng bernama Benteng Fort Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan de Kock pada 1825 yang berlokasi di salah Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan, satu kawasan perbukitan di Bukittinggi. Selain dan sebagainya. Selain itu, di kawasan Kota menjadi kubu pertahanan, benteng ini juga Bukittinggi terdapat lembah yang dikenal berfungsi sebagai tempat peristirahatan bagi dengan nama Ngarai Sianok. Ngarai ini opsir-opsir Belanda. memiliki kedalaman bervariasi, yaitu antara 75–110 meter. Pada dasar Ngarai Sianok Perkembangan wilayah Bukittinggi terus melaju mengalir sebuah sungai yang disebut Batang dengan pesat. Pada masa Pemerintahan Hindia Masang. Belanda, kawasan ini ditingkatkan perannya pada aspek ketatanegaraan. Dalam kurun Kota Bukittinggi berada pada ketinggian waktu singkat wilayah Bukittinggi berkembang 909–941 meter dpl, dan memiliki hawa menjadi stadsgemeente (kota). Selain itu, Kota sejuk dengan suhu rata-rata berkisar antara Bukittinggi juga berfungsi sebagai Ibukota 16,1–24,9 °C. Cakupan wilayah Kota Bukittinggi Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan tercatat seluas 25,24 km². Saat ini 82,8 persen Onderafdeeling Oud Agam. diantaranya telah diperuntukkan sebagai lahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 13
Sekilas Bukittinggi Peran Kota Bukittinggi mengalami perubahan Dalam kurun waktu yang sama, Kota cukup krusial pada masa penjajahan Negeri Bukittinggi berganti nama dari Stadsgemeente Matahari Terbit, Jepang, di Indonesia pada Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho. 1942-1945. Pada masa itu, Kota Bukittinggi Adapun cakupan wilayahnya diperluas dengan dijadikan sebagai pusat pengendalian memasukkan nagari-nagari yang berada di pemerintahan militer Jepang, khususnya untuk sekitarnya, seperti Sianok Anam Suku, Gadut, kawasan Sumatra dan sekitarnya, termasuk Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Singapura dan Thailand. Selama Pemerintahan Batabuah. Sekarang nagari-nagari tersebut Jepang, Kota Bukittinggi menjadi tempat masuk dalam wilayah Kabupaten Agam. Nagari kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, adalah penyebutan untuk pembagian wilayah di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano administratif sesudah tingkat kecamatan di Toyoji. Provinsi Sumatra, Indonesia. Istilah nagari 14 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Di Kota Bukittinggi ini pula pemerintah bala tentara Jepang mendirikan pemancar radio terbesar di Pulau Sumatra dalam rangka mengobarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan perang Asia Timur Raya versi Jepang. menggantikan istilah desa atau kelurahan, Agustus 1945, Kota Bukittinggi ditetapkan yang digunakan di provinsi lain di Indonesia sebagai Ibukota Provinsi Sumatra, dengan Mr. Teuku Muhammad Hasan sebagai Di Kota Bukittinggi ini pula pemerintah bala Gubernur. Kemudian Kota Bukittinggi juga tentara Jepang mendirikan pemancar radio ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan kota terbesar di Pulau Sumatra dalam rangka berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi mengobarkan semangat rakyat untuk Sumatra Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947. menunjang kepentingan perang Asia Timur Raya versi Jepang. Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukittinggi Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan berperan sebagai “Kota Perjuangan”. Hal ini Bung Karno dan Bung Hatta pada 17 terjadi pada 19 Desember 1948, yaitu ketika Ibukota Negara Republik Indonesia pada masa itu, yaitu Yogyakarta, dikuasai Belanda. Sebagai langkah darurat, Ibukota Negara Republik Indonesia pun dipindahkan ke Kota Bukittinggi. Administrasi pemerintahan di Kota Bukittinggi dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Status sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia ini berlangsung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 15
Sekilas Bukittinggi hingga Juni 1949. Di kemudian hari, peristiwa ini (19 Desember 1948) ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia pada 18 Desember 2006. Kota Bukittinggi bertumbuh menjadi Kota Besar berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatra Tengah pada masa itu, yaitu meliputi wilayah Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau sekarang. Kemudian dalam peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 4 tahun 1959, Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibukota Sumatra Tengah yang meliputi keresidenan- keresidenan Sumatra Barat, Jambi dan Riau yang sekarang masing-masing keresidenan itu telah menjadi provinsi-provinsi sendiri. Setelah Keresidenan Sumatra Barat dikembangkan menjadi Provinsi Sumatra Barat, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibukota provinsinya. Semenjak 1958 secara de facto Ibukota provinsi telah pindah ke Padang. Namun pada 1978 secara de jure barulah Bukittinggi tidak lagi menjadi Ibukota Provinsi Sumatra Barat dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1979 yang memindahkan Ibukota Provinsi Sumatra Barat ke Padang. Sekarang ini Bukittinggi berstatus sebagai kotamadya daerah tingkat II sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 menjadi Kota Bukittinggi 16 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Dalam rangka perluasan wilayah kota, pada 1999 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999. Peraturan ini menggabungkan nagari-nagari di sekitar Kota Bukittinggi ke dalam wilayah kota. Nagari-nagari tersebut antara lain Cingkariang, Gaduik, Sianok Anam Suku, Guguak Tabek Sarojo, Ampang Gadang, Ladang Laweh, Pakan Sinayan, Kubang Putiah, Pasia, Kapau, Batu Taba, dan Koto Gadang. Perkembangan penduduk Bukittinggi tidak terlepas dari perubahannya sebagai pusat perdagangan di dataran tinggi Minangkabau. Perubahan positif ini ditandai dengan dibangunnya pasar oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 1890 dengan nama loods. Masyarakat setempat mengejanya dengan loih, dengan atap melengkung. Bangunan pasar ini kemudian dikenal dengan nama Loih Galuang. Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota terpadat di Provinsi Sumatra Barat, dengan tingkat kepadatan mencapai hingga 4.400 jiwa/km². Kota ini didominasi etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Melayu, Tionghoa, Jawa, Tamil, dan Batak. Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di Bukittinggi. Mereka diizinkan Pemerintah Hindia Belanda membangun toko/kios pada kaki bukit Benteng Fort de Kock, yang terletak di bagian barat kota, membujur dari selatan ke utara, dan saat ini dikenal dengan nama Kampung Cino. Sementara pedagang India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan sekarang disebut juga Kampung Keling. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 17
Sekilas Bukittinggi 18 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 19
Sekilas Bukittinggi Dilihat dari segi sosial kemasyarakatan, Berdasarkan hal-hal tersebut, Pemerintah Kota Bukittinggi memiliki peranan yang Daerah Kota Bukittinggi mengadakan sangat penting, baik dalam skala nasional, pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, regional, maupun internasional. Di kota baik yang berada di daerah maupun di ini sering diadakan rapat-rapat kerja perantauan. Selanjutnya Pemerintah Kota pemerintah, pertemuan-pertemuan ilmiah, Bukittinggi dan meminta pendapat Dewan maupun kongres-kongres oleh organisasi Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk kemasyarakatan dan lain sebagainya. memberikan alternatif tanggal yang dapat ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bukittinggi. Hari Jadi Kota Bukittinggi Setelah meminta pendapat beberapa tokoh Bagi Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi, masyarakat, baik yang berada di Kerapatan penetapan arti hari jadi Kota Bukittinggi Adat Nagari (KAN) maupun Kerapatan bertujuan untuk: Adat Kurai (KAK), maka Pemerintah Daerah • Mengetahui landasan historis kehidupan Kota Bukittinggi, dalam rangka penetapan tanggal hari jadi Kota Bukittinggi, menunjuk Kota Bukittinggi untuk memahami nilai-nilai suatu Badan atau Lembaga profesional di ideal yang terkandung dalam pengalaman bidangnya untuk membuat sebuah seminar. sejarahnya. Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Daerah Kota • Memperoleh identitas kehadiran Kota Bukittinggi, bekerjasama dengan Universitas Bukittinggi di pentas sejarah perkembangan Andalas dan beberapa pakar sejarah, baik bangsa secara keseluruhan. di daerah maupun di tingkat nasional, • Memperoleh landasan ideal dalam merintis melaksanakan seminar guna menentukan hari perkembangan kota selanjutnya. jadi Kota Bukittinggi. Berdasarkan persetujuan Hasil seminar tersebut mendapat persetujuan tersebut, Pemerintah Daerah DPRD Kota Bukittinggi dengan menerbitkan Kota Bukittinggi dengan Surat Surat Keputusan No.10/SK-II/DPRD/1988 Keputusan Wali Kota Kepala tanggal 15 Desember 1988. Berdasarkan Daerah Kota Bukittinggi No. persetujuan tersebut, Pemerintah Daerah Kota 188.45-177-1988 tanggal 17 Bukittinggi dengan Surat Keputusan Wali Kota Desember 1988 menetapkan Kepala Daerah Kota Bukittinggi No. 188.45-177- Hari Jadi Kota Bukittinggi pada 1988 tanggal 17 Desember 1988 menetapkan Hari Jadi Kota Bukittinggi pada 22 Desember 22 Desember 1784. 1784. 20 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Sejarah Pasa Ateh yaitu berdampingan langsung dengan situs Jam Gadang yang juga merupakan ikon Kota Bukittinggi memiliki sejumlah catatan pariwisata Kota Bukittinggi. Hal ini tentunya yang menjadikannya sebagai bagian penting menjadikan Pasa Ateh bertumbuh menjadi urat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, nadi perkembangan perekonomian masyarakat baik dari sisi ketatanegaraan, sejarah maupun Kota Bukittinggi yang patut diperhitungkan. perekonomian nasional. Berkenaan dengan Seiring berjalan waktu, dipengaruhi oleh aspek perekonomian, Kota Bukittinggi memiliki pertumbuhan ekonomi dan dinamika ikon tersendiri yang sangat populer, yaitu Pasa perkembangan kota, semakin hari kondisi Ateh Bukittinggi atau yang kerap disebut pula kawasan Pasa Ateh semakin bertambah padat. Pasa Ateh oleh masyarakat Kota Bukittinggi. Tak dapat dipungkiri, perjalanan waktu Pasa Pasa Ateh berada di lokasi sangat strategis, Ateh mengaliri sejarah Bukittinggi yang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 21
Sekilas Bukittinggi melintasi tiga zaman berbeda; yaitu era Berdasarkan catatan sejarah, Pasa Ateh kolonial Belanda, masa Jepang, dan masa Bukittinggi diawali dengan didirikannya Pasa kemerdekaan. Lebih dari sekedar menjadi lini Kurai oleh Pangulu Nagari Kurai Limo Jorong perekonomian Bukittinggi, Pasa Ateh adalah Kurai pada Bukik Kandang Kabau sekitar 1885. “harga diri” masyarakat Agam Tuo, bukan Zulqayyim dalam buku Boekit Tinggi Tempo masyarakat Kurai semata. Doeloe, terbitan tahun 2006, menerangkan bahwa pembangunan Pasa Ateh dilakukan Cikal bakal Pasa Ateh ditengarai sudah berdiri setelah adanya perjanjian antara Penghulu sejak sebelum era kolonial, yaitu sebelum Nagari Kurai dan Pemerintah Hindia Belanda penjajah Belanda hadir di Bukittinggi dan kota- pada 1858. Perjanjian tersebut mengenai kota strategis lainnya di Sumatra Barat pada peminjaman tanah pasar dan sekitarnya. 1818. Pada masa itu tempat berjual beli berupa lapak-lapak dari kayu beratap daun rumbia. Pendirian Pasa Ateh dipicu karena Pakan Kurai Pasar ini diramaikan setiap Rabu dan Sabtu, tidak bisa lagi menampung aktivitas ‘pasar’ mulai dari pagi hingga tengah hari. (perekonomian) yang semakin luas. Namun, 22 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Pasa Ateh Bukittinggi Tempo Dulu menjadi kelengkapan untuk berdirinya Nagari Kurai. Setelah Pakan Bukittinggi berdiri dan menurut Zulqayyim, kondisi ini bukan berarti berkembang, hal ini menyebabkan Pakan Kurai Pakan Kurai berperan sebagai cikal bakal menepi dan semakin sepi. Pasar Bukittinggi. Sebaliknya, Pasa Ateh lah yang menjadi ihwal Pakan Bukittinggi (Pasa Bersamaan dengan pembangunan Pasa Ateh, Ateh Bukittinggi). Pakan Kurai lebih awal Belanda juga membangun jalan dan tangga berdiri daripada Pakan Bukittinggi, karena yang menghubungkan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Kemudian, pada 1890 dibangun loods (los = bangunan panjang untuk tempat berjualan), yang berada di tengah-tengah pasar. Los yang dibangun tersebut dinamakan Loih Galuang (los melengkung), hal ini disebabkan karena bentuk atap yang menyerupai setengah lingkaran. Perkembangan selanjutnya, pada 1896 dibangun los di bagian timur, untuk pedagang kain dan toko kelontong. Sedangkan pada 1900, untuk penjual daging dan ikan segar dibangun satu los (sekarang Los Lambuang, tempat jual nasi kapau). Los ini dibangun di sisi bukit sebelah timur, agar limbah air dapat dialirkan ke selokan di bawah bukit. Dikarenakan lokasi los terletak di kemiringan, maka warga Bukittinggi menyebutnya sebagai Pasar Teleng (miring). Rumah potong sapi terletak di sisi Selatan (Jl. Pemuda), di pinggir anak sungai, sementara pasar ternak berada 500 meter ke arah Barat. Dengan menyebut Pasar Bukittinggi sebagai Pasar Fort de Kock, pada 1900, Belanda membangun pasar secara permanen. Pasar itu disebut juga dengan nama Loih Galuang, karena bentuk atap yang melengkung, sekarang disebut Pasa Ateh. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 23
Sekilas Bukittinggi Belanda membangun akses menuju Pasa Ateh dari berbagai sudut, berupa tangga (janjang), yaitu Janjang Ampek Puluah, Janjang Gudang dan jalan Pasar Lereng. Lahan yang terbatas menyebabkan Belanda membuat beberapa pasar berdasarkan jenis barang yang dijual. Dalam kurun waktu 1901-1909, pada masa pemerintahan Controleur Oud Agam, L.C. Westenenk, dibangun 3 los, bersebelahan dengan Loih Galuang. Satu los di timur laut yang posisinya lebih rendah, untuk penjual ikan kering (Loih Maco). Sedangkan dua los lagi terletak di kaki bukit dengan lokasi agak datar dan terletak lebih rendah, dinamakan Los Pasar Bawah. Los Pasar Bawah membujur dari Utara ke Selatan dan diperuntukkan bagi penjual kelapa, beras, buah-buahan dan sayur- sayuran. Selain itu, dekat stasiun kereta api, dibangun Pasar Aua Tajungkang. Pada lokasi ini, penjual diizinkan mendirikan toko. Pada 1923 dibangun 8 blok rumah toko, setelah kios pedagang sisi barat dan timur Loih Galuang dirobohkan. Sebelah barat, ada 4 blok sejajar (Muka Pasar), sedangkan di sebelah timur ada 4 blok, berjajar dua (Belakang Pasar). 24 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Pasa Ateh Bukittinggi setelah di Belanda memberikan izin pada penjual Cina dan renovasi Keling (India) untuk mendirikan toko. Penjual Cina berada sebelah barat (sekarang Jl. A. Yani atau Kampung Cina). Penjual dari India berada di sebelah utara, dikenal dengan nama Kaliang (Kampung Keling). Belanda membangun akses menuju Pasa Ateh dari berbagai sudut, berupa tangga (janjang), yaitu Janjang Ampek Puluah, Janjang Gudang dan jalan Pasar Lereng. Lahan yang terbatas menyebabkan Belanda membuat beberapa pasar berdasarkan jenis barang yang dijual. Seperti daging dan ikan basah di Pasar Lereng; sementara sayur, buah, dan kelapa di Pasar Bawah. Pada 1949, berdasarkan UU No. 22 tahun 1948 pasal 1 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah dan ketetapan Gubernur Militer Sumatra Tengah No. 167/GM/Stg/Ket-1949, penguasaan pasar berada sepenuhnya pada Pemerintah Kota Bukittinggi. Semenjak diterbitkannya pasal 1 tersebut, penghasilan atau pendapatan Pasar Bukittinggi tidak lagi “dibagi-bagikan” kepada seluruh wilayah Nagari Agam Tuo. Akan tetapi, digunakan sebagai kas dan untuk perbaikan pasar. Pedagang yang berjualan di Pasa Ateh bukan hanya warga Bukittinggi, melainkan juga berasal dari Agam Tuo seperti dari Banuhampu, Kamang, Guguak Tinggi, Guguak Randah, dan sekitarnya. Adapun pembeli di Pasa Ateh sangat beragam, mulai dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah sampai kepada masyarakat yang memiliki ekonomi berlimpah. Selain itu pembeli juga berasal dari berbagai daerah, mulai dari masyarakat setempat sampai wisatawan yang berasal dari luar Kota Bukittinggi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 25
02 Gagasan Revitalisasi Pasa Ateh
02 Gagasan Revitalisasi Pasa Ateh Sinergi Pulihkan Ekonomi Daerah Pada 30 Oktober 2017, Pasa Ateh Bukittinggi kembali mengalami bencana kebakaran besar yang berdampak pada ketidaklayakan bangunan untuk menampung beban bencana. 28 Pasa Ateh Bukittinggi (Pasa Ateh)
Modernisasi Pasa Ateh dibangun pada 1972- Rapat Koordinasi dengan 1974 di atas lahan seluas 1,03 Ha. Bangunan pelaksana pembangunan renovasi Pasa Ateh terdiri dari sedikitnya 771 unit kios/ Pasa Ateh petak toko dan dilengkapi sejumlah fasilitas penunjang, seperti lahan parkir, eskalator dan disebabkan faktor usia konstruksi bangunan juga lift. Sebelumnya, pasar ini penataannya maupun beberapa kondisi/peristiwa yang kurang kurang baik, dan tidak ada pengelompokkan bersahabat, seperti bencana alam maupun jenis jualan secara spesifik pada setiap sisi kebakaran. Bangunan Pasa Ateh telah mengalami bangunan/lantai. Misalnya, pada lantai 1 diisi beberapa kali gempa serta bencana kebakaran oleh pedagang yang jual sepatu, pakaian besar. Kebakaran pertama terjadi pada 1995 dan dan bordir. Dengan demikian, beberapa dua tahun berikutnya, yaitu pada 15 Agustus jenis barang dagangan bercampur tempat 1997. penjualannya. Di sisi lain, kondisi pasar ini lambat laun mengalami penurunan kualitas, baik yang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 29
gagasan revitalisasi pasa Ateh Proses renovasi Pasa Ateh Bukittinggi 30 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Pembangunan dititikberatkan didemolisi (dihancurkan) dan dibangun baru. untuk memulihkan Kebakaran yang melanda Pasa Ateh tersebut mendapat perhatian langsung dari Wakil perekonomian dengan Presiden Jusuf Kalla (2014-2019) saat mengembalikan fungsi pasar melakukan peninjauan pada November 2017. Kunjungan Jusuf Kalla didampingi Menteri tersebut seperti sediakala. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Seluruh pekerjaan revitalisasi Basuki Hadimuljono. Pasa Ateh ditegaskan Wakil Presiden (2014-2019) Jusuf Kalla harus menggunakan dana dalam kunjungan pascakebakaran di Pasa Pemerintah Daerah yang juga Ateh tersebut menegaskan perlu adanya akan dibantu Pemerintah penanganan bersama antara Pemerintah Pusat dan Provinsi serta Pemerintah Kota Bukittinggi, Pusat. yaitu dalam upaya pembangunan kembali Pasa Ateh. Pembangunan dititikberatkan Pada 30 Oktober 2017, Pasa Ateh Bukittinggi untuk memulihkan perekonomian dengan kembali mengalami bencana kebakaran besar mengembalikan fungsi pasar tersebut seperti yang berdampak pada ketidaklayakan bangunan sediakala. Seluruh pekerjaan revitalisasi Pasa untuk menampung beban bencana. Kebakaran Ateh ditegaskan harus menggunakan dana hebat pada 30 Oktober 2017 ini menyebabkan Pemerintah Daerah yang juga akan dibantu hilangnya lebih dari 1.000 kios pedagang di Pemerintah Pusat tanpa menggunakan dana gedung berlantai tiga tersebut. Total kerugian investor. materiil ditaksir mencapai Rp1,5 triliun. “Meskipun kewenangan berada pada tangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi. Namun semua pihak (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum harus turun tangan membantu, termasuk dan Perumahan Rakyat melakukan audit Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan terhadap bangunan Pasa Ateh Bukittinggi Rakyat,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan pascakebakaran. Hasil audit menunjukkan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. bahwa sistem proteksi kebakaran tidak dapat berfungsi kembali dengan baik, beberapa Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur Bina elemen struktur beton tidak memenuhi standar Penataan Bangunan Direktorat Jenderal SNI dan mengalami penurunan kekuatan yang Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum signifikan. Rekomendasi berdasarkan hasil dan Perumahan Rakyat, Diana Kusumastuti, audit mengakibatkan bangunan ini harus mengimbau kepada Pemerintah Daerah agar dapat mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk pembangunan kembali Pasa Ateh Bukittinggi dengan waktu yang tidak terlalu lama. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 31
Iwan menegaskan Kementerian Pekerjaan kelengkapan administrasi yang dibutuhkan. Umum dan Perumahan Rakyat mendukung Paralel dengan hal tersebut, Pemerintah Kota percepatan pembangunan kembali Pasa Ateh Bukittinggi memberikan perhatian besar Bukittinggi. Selain itu, Iwan mengarahkan terhadap bangunan yang telah mengalami agar pembangunan kembali Pasa Ateh dapat sejumlah bencana kebakaran ini. memperhatikan keselarasan lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal. Pemerintah Kota Bukittinggi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2018 Hal ini disambut baik oleh Pemerintah Kota menganggarkan kegiatan revitalisasi Pasa Ateh. Bukittinggi dengan segera memenuhi semua Hal ini merupakan tindak lanjut dari komitmen 32 Pasa Ateh Bukittinggi (Pasa Ateh)
Proses renovasi Pasa Ateh Bukittinggi Pemerintah Kota Bukittinggi pada 2017 untuk luas lahan eksisting 1,03 Ha. Selain itu, tapak segera menyusun dokumen perencanaan perencanaan direncanakan akan mengalami yang akan menjadi acuan pelaksanaan fisik pergeseran ± 10 meter ke belakang untuk lebih revitalisasi Pasa Ateh Bukittinggi pada 2018, memperluas areal pedestrian kawasan wisata yaitu sesuai arahan dan kesepakatan bersama Jam Gadang. Lantai yang semula dirancang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan sebagian untuk basement dan sebagian untuk Rakyat pada 30 Oktober 2017. kios/lapangan harian ukuran 1,5x2 meter, keseluruhan direncanakan untuk basement/ Pengembangan luas lahan perencanaan parkir. menjadi lebih kurang 1,4 Ha dibandingkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 33
03 Proses Pembangunan
03 PROSES PEMBANGUNAN Wujud Kearifan Lokal Ranah Minang Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Diana Kusumastuti, menyebutkan pembangunan Pasa Ateh Kota Bukittinggi dilaksanakan berdasarkan Perpres No. 64 Tahun 2018. 36 Pasa Ateh Bukittinggi (Pasa Ateh)
Proses renovasi Pasa Ateh Bukittinggi Menindaklanjuti gagasan revitalisasi Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Pasa Ateh Bukittinggi, sebagaimana Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan hasil laporan yang disampaikan Wakil Umum dan Perumahan Rakyat, Diana Presiden (2014-2019) Jusuf Kalla, Presiden Kusumastuti, menyebutkan pembangunan Joko Widodo segera menginstruksikan Pasa Ateh Kota Bukittinggi dilaksanakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan berdasarkan Perpres No. 64 Tahun 2018. Hal ini Rakyat untuk segera merekonstruksi/ selaras dengan Peraturan Presiden (Perpres) revitalisasi Pasa Ateh Bukittinggi. Instruksi No.43 Tahun 2019 tentang Pembangunan, ini secara tegas disampaikan Presiden Joko Rehabilitasi, atau Renovasi Pasar Rakyat, Widodo pada pelaksanaan Sidang Kabinet Prasarana Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Paripurna yang berlangsung pada 18 Juli 2018. Keagamaan Islam, dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 37
proses pembangunan 38 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Rekonstruksi/revitalisasi ini dilakukan dengan meningkatkan fungsi pasar sebagai sarana perdagangan rakyat sehingga menjadi bangunan yang aman, nyaman, bersih, tertata, dan lebih estetis (tidak kumuh). Hal ini tentunya dilakukan dengan tetap mengedepankan kearifan lokal yang berperan penting sebagai upaya mempertahankan ciri khas dan budaya setempat. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, revitalisasi dan pembangunan pasar tradisional oleh pemerintah kepada para pedagang agar nantinya harga sewa kios pasar yang baru tetap terjangkau. “Konsep revitalisasi pasar disesuaikan dengan keselarasan lingkungan yang mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal. Seluruh kegiatan mulai dari tahap perencanaan hingga pembangunan melibatkan Pemerintah Daerah (Pemda),” kata Basuki. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sri Hartoyo mengatakan revitalisasi Pasa Ateh dilaksanakan pada pertengahan 2018. “Pembangunan diperkirakan memakan waktu 17 bulan dengan kontrak tahun jamak 2018-2019,” kata Sri. Tahap rekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi dikerjakan sejak 20 Agustus 2018 hingga 31 Desember 2019. Rekonstruksi dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya yang merupakan Kerja Sama Operasional (KSO) PT Penta Rekayasa dan manajemen konstruksi oleh PT Deta Decon dengan kontrak tahun jamak 2018-2019. Proses renovasi Pasa Ateh 39 Bukittinggi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
proses pembangunan Anggaran Revitalisasi “Kami sangat bersyukur, dari Pemerintah Kota Bukittinggi, atas bantuan dari Pemerintah Revitalisasi Pasa Ateh Bukittinggi dilaksanakan Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dengan menggunakan dana yang bersumber dan Perumahan Rakyat yang membangun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pasar ini. Kalau misalnya Pemerintah Kota (APBN) 2018-2019 sebesar Rp292 miliar. Di sisi Bukittinggi membangun dari Anggaran lain, pascarevitalisasi, Pemerintah Daerah Kota Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang Bukittinggi telah menyediakan dana sebesar Rp6 biaya pembangunannya mencapai Rp292 miliar, miliar per tahun dari Anggaran Pendapatan dan kami yakin Pemerintah Kota Bukittinggi pasti Belanja Daerah (APBD) untuk pemeliharaan Pasa tidak akan mampu. Bisa-bisa kita menyediakan Ateh Bukittinggi. dana untuk 5 atau 6 tahun, baru pasar ini bisa selesai,” tandas Kepala Dinas Koperasi UKM & Pada 2018, Kementerian Pekerjaan Umum Perdagangan Kota Bukittinggi Muhammad Idris. dan Perumahan Rakyat telah menyiapkan anggaran sebesar Rp59 miliar untuk memulai Karena target Wali Kota, lanjut Muhammad pembangunan fisik, dan selanjutnya untuk Idris, pasar ini tidak mau dibangun oleh tahun 2019 dianggarkan sebesar Rp295 miliar. pihak ketiga. Menurut Wali Kota Bukittinggi, “Hampir Rp355 miliar untuk renovasi (total) sebagaimana disampaikan Muhammad Idris, pasar (Pasa Ateh. red) dari APBN sesuai perintah apabila pembangunan Pasa Ateh dilakukan Pak Presiden. Tapi desainnya sebagian dari oleh pihak ketiga, maka akan ada beban Pemerintah Kota Bukittinggi,” tegas Menteri kepada pedagang. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. “Tapi kalau pemerintah yang membangun tidak ada beban pengembalian biaya bangunan dan Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno segala macam dipersiapkan pemerintah. Jadi menyebutkan, “Kami sudah hitung dengan saya pribadi, juga atas nama dinas, atas nama Pak Wali (Wali Kota Bukittinggi). Kalau pakai Pemerintah Kota Bukittinggi sangat berterima dana APBD Provinsi Sumatra Barat dan Kota kasih kepada Pemerintah Pusat melalui Bukittinggi, itu mungkin 10 tahun baru selesai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan dibangun. Uang kami tidak cukup”. Rakyat yang telah membangun Pasa Ateh ini. Mudah-mudahan pasar yang dibangun ini Hal senada juga disampaikan Wali Kota bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat Bukittinggi Ramlan Nurmatias yang Kota Bukittinggi yang bergerak di sektor menyebutkan, “Pemerintah Kota Bukittinggi perdagangan dan bisa meningkatkan ekonomi takkan mampu mewujudkan pembangunan masyarakat Kota Bukittinggi,” demikian Pasa Ateh, tanpa adanya kucuran dana dari penjelasan yang disampaikan Muhammad Pemerintah Pusat yang hampir mencapai Rp Idris. 300 miliar.” Kalau mengandalkan APBD, lanjut Ramlan, kami tidak tahu kapan Pasa Ateh akan dibangun kembali. 40 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Proses renovasi Pasa Ateh Bukittinggi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 41
proses pembangunan Proses renovasi Pasa Ateh Bukittinggi 42 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 43
04 Spesifikasi Pasa Ateh
04 Spesifikasi Pasa Ateh Harmonisasi Magnet Wisata Bukittinggi “Gedung ini terdiri dari empat lantai dan satu buah basement. Fasilitas lantai basement memiliki parkir lot untuk 202 mobil dan 20 parkir sepeda”. 46 Pasa Ateh Bukittinggi (Pasa Ateh)
Suasana Malam di sekitaran Pasa Ateh Revitalisasi Pasa Ateh dilakukan diatas toko sebanyak 810, khusus untuk foodcourt lahan seluas sekitar 39.270 m2. Pada lahan sejumlah 24 petak. Jadi jumlah pertokoan tersebut dibangun sedikitnya 835-837 unit ditambah foodcourt secara total menjadi 835 kios bagi para pedagang. Direktur Bina Penataan petak,” kata Kepala Dinas Koperasi UKM & Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Perdagangan Kota Bukittinggi Muhammad Idris Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Diana Kusumastuti, menyebutkan, “Penataannya sudah dilakukan dengan baik. “Gedung ini terdiri dari empat lantai dan satu Jualan sudah berjenis, sesuai jenis, tidak ada lagi buah basement. Fasilitas lantai basement dicampur-campur. Lantai 1 misalnya, di bagian memiliki parkir lot untuk 202 mobil dan 20 parkir depannya khusus untuk suvenir, bagian ke sepeda.” belakangnya untuk sepatu dan sandal. Di lantai 2-nya khusus untuk pakaian jadi. Lantai 3 kita Total jumlah kios di pasar ini, menurut Diana tempatkan untuk bordiran. Lantai 4-nya khusus sejumlah 835 unit. Dengan rincian, lantai untuk foodcourt,” jelas Muhammad Idris dasar sejumlah 257 kios. Kemudian lantai satu terdapat 287 kios, lantai dua memiliki 276 kios. Adapun fasilitas penunjang yang melengkapi Sedangkan lantai tiga terdiri dari 24 kios, serta Pasa Ateh antara lain ruang terbuka hijau, area foodcourt. toilet umum serta toilet bagi para penyandang disabilitas, ruang laktasi, mushala, lift, hingga “Kios di Pasa Ateh ini dibangun dengan eskalator. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 47
Spesifikasi Pasar Atas Suasana pagi di sekitaran Pasa Ateh Konsep Green Building melibatkan Pemerintah Daerah (Pemda),” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Pelaksanaan revitalisasi Pasa Ateh Bukittinggi Rakyat Basuki Hadimuljono. dilakukan dengan tetap memperhatikan berbagai aspek penting. Diantaranya Dari sisi estetika dan fungsi, revitalisasi Pasa memperhatikan kearifan lokal yang menjadi Ateh juga diharmonisasikan dengan ikon Jam ciri khas dan karakteristik budaya masyarakat Gadang yang menjadi sentra pariwisata Kota Sumatra Barat, khususnya Minangkabau Bukittinggi. Kolaborasi dan sinergi antara Jam Gadang dan Pasa Ateh, telah menjadi magnet “Konsep revitalisasi pasar disesuaikan dengan yang sangat kuat bagi banyak pihak untuk keselarasan lingkungan yang mempertahankan menyambangi kawasan ini saat bertandang ke nilai-nilai kearifan lokal. Seluruh kegiatan mulai Kota Bukittinggi. dari tahap perencanaan hingga pembangunan 48 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina “Konsep akan disesuaikan dengan fungsi kota mengatakan Pasa Ateh Bukittinggi, memiliki sebagai kota tujuan wisata dengan keselarasan desain modern untuk menarik pengunjung lingkungan dan mempertahankan kearifan datang ke daerah itu. Selain ramah lingkungan, lokal, mulai dari tahap perencanaan hingga pembangunan pasar ini sengaja didesain pembangunan, dengan melibatkan pemerintah secara modern untuk dijadikan ikon wisata daerah,” jelas Direktur Jenderal Cipta Karya yang bisa terhubung dengan Jam Gadang. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan “Selain belanja, mereka yang datang ke Pasa Rakyat Sri Hartoyo. Menurutnya luas lahan Pasa Ateh juga bisa berwisata menikmati keindahan Ateh akan dikembangkan dari 1 Ha menjadi Jam Gadang,” katanya. 1,4 Ha. Selain itu akan dilakukan pergeseran tapak sejauh 10 meter ke belakang untuk lebih memperluas area pedestrian Jam Gadang. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 49
Spesifikasi Pasar Atas Di sisi lain, aspek keamanan, keselamatan, dan tenaga surya dan pemakaian atap yang kenyamanan bagi penjual maupun pembeli tembus cahaya, juga mendukung upaya hemat menjadi hal yang turut dipertimbangkan energi.” dengan cermat dalam proses revitalisasi Pasa Ateh. Hal ini diwujudkan dengan menghadirkan Konsep green building juga diterapkan dalam bangunan yang tertata baik, penyediaan pelaksanaan konstruksi Pasa Ateh yang fasilitas keselamatan yang memadai, dan mengacu pada Peraturan Menteri PUPR Nomor mempersiapkan ragam fasilitas pendukung 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung yang selaras dengan perkembangan Hijau. Dalam masa pembangunan, kontraktor kebutuhan para penjual maupun pembeli. melaksanakan perilaku ramah lingkungan, diantaranya pemilihan material ramah Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan, pengelolaan limbah konstruksi mengimplementasikan konsep green building yang baik, serta konservasi air dan energi. dalam proses revitalisasi Pasa Ateh. Desain Diana menegaskan bahwa kontraktor gedung Pasa Ateh menerapkan prinsip pelaksana revitalisasi Pasa Ateh juga bangunan gedung hijau, yaitu hemat energi melakukan pembangunan dengan menerapkan sehingga mengurangi emisi karbon. Hal ini prinsip ramah lingkungan tersebut. Hal ini, berperan penting agar keberadaan Pasa Ateh menurut Diana, diimplementasikan dalam dapat memberikan kontribusi yang cukup pemilihan material, pembuangan limbah signifikan dalam memelihara kelestarian konstruksi, dan penerapan manajemen lingkungan hidup di kawasan sekitarnya. kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu realisasi konsep green building yang Penerapan konsep green building pada diimplementasikan pada Pasa Ateh Bukittinggi revitalisasi Pasa Ateh telah mendapatkan adalah meminimalkan penggunaan pendingin penilaian kinerja untuk bangunan gedung hijau udara (air conditioning/AC). Selain menghemat dan mampu mencapai level madya dengan penggunaan energi listrik, pengaturan ini skor 142 poin dari 167 poin yang tersedia. juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses pembangunan dan pemeliharaan Pasa Konsep green building juga Ateh dalam jangka panjang. diterapkan dalam pelaksanaan Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat konstruksi Pasa Ateh yang Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan mengacu pada Peraturan Menteri Umum dan Perumahan Rakyat, Diana Kusumastuti, menyebutkan, “Kita tidak akan PUPR Nomor 02/PRT/M/2015 menemukan pendingin ruangan di bangunan tentang Bangunan Gedung Hijau. ini, karena sirkulasi udaranya telah diatur sedemikian rupa, bangunan Pasa Ateh Bukittinggi ini telah terbukti dapat menghemat energi dengan menambah pembangkit listrik 50 Pasar Atas Bukittinggi (Pasa Ateh)
Search