Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore buku kerja keuangan ukm kreatif

buku kerja keuangan ukm kreatif

Published by psyahrul, 2021-03-23 03:09:56

Description: buku kerja keuangan ukm kreatif

Search

Read the Text Version

50 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Tabel 7. Target Omzet SEBELUM OMZET Rp100.000.000 BIAYA VARIABEL Rp30.000.000 30% 30% MARGIN Rp70.000.000 BIAYA TETAP Rp60.000.000 LABA Rp10.000.000 SESUDAH OMZET Rp165.714.286 BIAYAVARIABEL Rp49.714.286 MARGIN Rp116.000.000 BIAYA TETAP Rp66.000.000 LABA Rp50.000.000 Menentukan Gaji Pemilik Bisnis Punya bisnis tetapi tidak punya penghasilan yang jelas. Tentu ini menja­di probl­­em klasik para pemilik bisnis. Bagaimana caranya menentukan besaran gaji bagi pemilik bisnis? Tentu kembali pada kebutuhan masing-masing rumah tangga. Namun ternyata, yang menarik, untuk menerapkan besaran gaj­i, kit­­ a per­l­u juga menyusun strategi keuangan usaha kita sendiri. Misalnya, selama ini Anda tidak pernah menerima gaji rutin, sekarang ingin menerima gaji sebesar Rp20.000.000. Laba sebelum Anda menerima gaji ada­lah Rp20.000.000 atau 20% dari omzet. Tentu bisa dibayangkan, bisnis Anda akan tersungkur dan kehilangan seluruh laba untuk menanggung beban besar gaji sang pemilik bisnis. Oleh karena itu, perlu sebuah target baru. Apabila laba ingin dipertahankan sebesar 20% dari omzet, seiring dengan pemilik bisnis menerima gaji tetap sebesar Rp20.000.000, maka perkiraan kenaikan target omzet menjadi Rp139.880.153. Sekarang, tinggal duduk bersama semua tim untuk membahas bagaimana meningkatkan omzet hingga mencapai Rp139.880.153.

LIGWINA HANANTO | 51 Tabel 8. Kenaikan Omzet untuk Gaji Pemilik Bisnis SEBELUM OMZET Rp100.000.000 BIAYA VARIABEL Rp30.000.000 30% 20% MARGIN Rp70.000.000 BIAYA TETAP Rp50.000.000 LABA Rp20.000.000 SESUDAH OMZET Rp139.880.153 BIAYAVARIABEL Rp41.964.046 30% 20% MARGIN Rp97.916.107 BIAYA TETAP Rp70.000.000 LABA Rp27.916.107 Masih banyak lagi skenario yang bisa kita lakukan dengan mengubah besaran persentase biaya variabel dan/atau besaran nominal biaya tetap. Semuanya tergantung pada target yang Anda inginkan. Yang pasti, menentukan besaran omzet ini ternyata bukan seperti tebak kancing. Ada target utama yang menyebabkan omzet perlu ditentukan di angka tertentu. Semoga dengan pemaparan ini, Anda semakin sadar bahwa strategi bisnis selalu dimulai dengan menganalisis laporan keuangan. Selamat bekerja! ***





Pisahkan Uang Bisnis dan Uang Pribadi Uang itu seperti air. Jika kita mencampur air minum dengan air mandi, pada akhirnya kita tidak tahu mana air yang layak untuk diminum. Demikian juga dengan uang. Jika uang bisnis dicampur dengan uang pribadi, kita akan kesulitan membedakan peruntukan keduanya. Salah satu masalah yang sering menjadi kendala bagi pemilik bisnis untuk mengembangkan bisnisnya adalah masih bercampurnya antara keuangan bisnis dan keuangan pribadi. Beberapa tahun yang lalu, saya punya klien seorang pedagang pakaian yang berbelanja di Tanah Abang dan menjualnya lagi di kios miliknya. Setelah memb­­ ayar sewa kios, listrik, dan gaji tiga orang karyawannya, dia berasumsi sisa uang di laci adalah keuntungan yang boleh dibawa pulang sebagai uang belan­ja dan tabungan pribadi. Saya pun bertanya, “Kalau belanja barang dagangan, dari mana uangnya?”

AHMAD GOZALI | 55 “Ambil dari tabungan pribadi, Pak,” jawabnya. “Kan tabungan itu juga isinya dari keuntungan setiap hari.” Memang benar, tabungan itu diisi dari keuntungan usaha, maka wajar kalau dip­­ ak­ ai lagi untuk beli barang dagangan. Tapi, itu uang belanja dapur, kok amb­­ il dari situ juga, ya? Wawancara berikutnya dengan karyawan mengenai kesulitan mereka da­lam membuat laporan keuangan. Curhat dimulai dengan, “Saya bingung, Pak, bagaimana cara menghitung keuntungan usaha?” Saya pun menjelaskan cara menghitung keuntungan kotor, yaitu penjualan dikurangi dengan biaya po­ kok atau harga beli pakaian tersebut. “Tapi, Pak. Ibu itu kalau belanja ke Tanah Abang sering tidak cocok antara kui­t­­ansi dan isi barangnya. Tiap model beli beberapa buah, tapi kalau ada barang yang bagus, biasanya ada yang dibawa pulang untuk Ibu sendiri.” Saya pun menahan senyum mendengar curhatan karyawan itu. Antara senyum senang karena si Ibu bisa beli baju bagus dengan harga grosir, atau se­n­ yum miris karena tokonya ternyata digerogoti sendiri oleh pemiliknya. Dalam kasus lain, ada pasangan suami istri yang berbagi tugas. Suami bekerja sebagai karyawan dan mendapat gaji tetap, sedangkan istrinya berdagang di rumah dengan membuka warung. Uang warung dan uang dapur bercampur, tanpa catatan apa pun. Usaha warung berjalan dengan lancar, walaupun tampak sepi. Mereka merasa baik-baik saja karena usaha masih mampu berjalan. Padahal, setiap kali belanja untuk mengisi warung, uang belanja dari suami juga ikut dibelikan barang dagangan. “Bisnisnya kan punya saya, ngapain juga dipisah?” Pernyataan ini sering kali jadi alasan utama, kenapa banyak pemilik bisnis ti­d­ak mau memisahkan uang bisnis dan pribadi. Padahal, ada banyak keuntungan jika memisahkannya. Berikut tiga keuntungan pemilik bisnis saat keu­ angan bisnis dan pribadinya dipisah.

56 | PERENCANAAN KEUANGAN 1. Mempunyai data untuk mengevaluasi bisnis Tidak adanya pemisahan uang pribadi dan usaha, ditambah dengan absennya pencatatan, maka kita tidak pernah betul-betul tahu, apakah usaha yang dijalankan itu untung atau rugi. Dengan keuangan yang terpisah dan disertai pencatatan yang baik, kita akan memiliki data yang cukup untuk mengevaluasi performa usaha. Jika usaha untung, kita bisa mengatur strategi untuk meningkatkan omzet dan laba. Misalnya dengan penambahan modal untuk ekspansi ke daerah lain. Sebaliknya, jika usaha itu ternyata rugi, kita perlu menyusun langkah untuk memperbaiki keadaan agar tidak semakin parah. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan omzet, menurunkan biaya, atau kombinasi keduanya. 2. Mengetahui kesehatan keuangan pribadi Keuangan usaha dan pribadi yang tercampur bisa mengakibatkan satu kantong digerogoti oleh kantong lainnya. Yang kantongnya sakit disubsidi oleh yang kantongnya sehat. Tapi kita tidak tahu, mana kantong sakit yang perlu diobati agar kembali sehat. Dengan keuangan pribadi yang terpisah, kita akan mudah menilai, apakah keuangan pribadi kita sudah sehat. Sehat tidakn­ ya keuangan pribadi bisa diukur dari beberapa rasio, seperti rasio cicilan utang, rasio menabung/investasi, dan rasio likuiditas. 3. Mampu bertanggung jawab terhadap stakeholder Keuangan pribadi mempunyai stakeholder yang berbeda dengan keuangan bisnis. Keuangan pribadi dipertanggungjawabkan kepada pasangan, keluarga, dan anak-anak. Keuangan bisnis mempunyai tanggung jawab kepada kons­­­­umen untuk menyediakan produk atau jasa dengan kualitas yang baik dan harga yang wajar. Usaha juga mempunyai tanggung jawab kepada pe­mi­l­ik dalam bentuk dividen atau pembagian keuntungan, serta pada kary­a­wan untuk gaji dan keberlangsungan penghasilannya. Jangan lupa, ada juga kewajiban membayar pajak. Jika omzet tidak diketahui dengan past­i, tentu pe­milik bisnis akan kesulitan menghitung pajak yang harus dibayarkan.Untuk menjalankan tanggung jawab tersebut, keuangan pribadi dan keuangan usaha membutuhkan perhitungan yang terpisah.

AHMAD GOZALI | 57 Logika vs Perasaan Keuangan bisnis dikelola secara logis, sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mencari keuntungan. Sedangkan keuangan pribadi, sering kali lebih banyak dikelola menggunakan perasaan. Misalnya, Anda perlu membeli mesin untuk bisnis. Dengan kapasitas dan spesifikasi yang setara, ada dua mesin yang bisa dipilih. Mesin A dengan harga Rp10.000.000, atau mesin B dengan harga Rp9.000.000. Mesin mana yang akan dipilih? Tentu saja mesin B dengan harga lebih murah, tapi kapasitas dan spesifikasinya sama dengan mesin A. Dengan membeli mesin yang lebih murah, keuntungan bisnis akan lebih besar. Nah, sekarang saya tanya, sabun apa yang Anda pakai untuk mandi setiap hari? Pasti ada berbagai macam jawaban dari pertanyaan seperti ini. Kalau saya tanya lagi, apa alasan Anda membeli sabun tersebut, jawabannya juga be­ragam. Ada yang bilang “membunuh lebih banyak kuman”, ada yang karena “membuat kulit lebih putih seperti artis Korea”, atau karena “25%- nya adalah moisturizing cream”. Sebagian besar keputusan keuangan pribadi dibuat berdasarkan perasaan, bu­k­ an logika. Keputusan pemilihan suatu produk dipengaruhi oleh beberapa fakt­ or seperti merek yang sudah dipercaya sejak dulu oleh keluarga, iklannya me­ngena di hati, atau cerita di balik produk yang membuat kita merasa nyaman men­jadi konsumennya. Dengan perbedaan dominasi pengambilan keputusan tersebut, pengelolaannya juga perlu dipisah. Jangan sampai pengelolaan keuangan bisnis masih meng­gunakan perasaan seperti mengelola keuangan pribadi. Misalnya, “Perasaan dijual dengan harga segini, sudah untung, deh.” Nah lo, untung rugi kok pakai perasaan, bukannya pakai perhitungan. Dalam hal piutang, penggunaan perasaan bisa berakibat fatal. Misalnya, “Perasaan dia be­lum bayar utang”. Jangan sampai hubungan dengan pihak ketiga rusak karena pengelolaan keuangan bisnis yang lebih banyak menggunakan perasaan dibanding logika.

“58 | PERENCANAAN KEUANGAN Solusi Dengan adanya pemisahan keuangan bisnis dan pribadi, bukan berarti pemilik tidak boleh mengambil keuntungan dari bisnisnya sendiri. Apalagi hasil bisnis usaha kecil dan menengah (UKM) tentu diandalkan sebagai sumber penghasilan utama keluarga. Pemilik boleh mengambil keuntungan bisnis. Namun, pengambilan keuntungan harus diatur dan terukur, bukan suka-suka ambil kapan saja dengan jum­lah berapa saja. Pemilik bisnis yang mengurus bisnisnya sendiri, tentu berhak menggaji diri sendiri. Tapi ingat, yang namanya karyawan, punya aturan gaji yang jelas jumlah dan frekuensinya. Kalau bisnis sudah berjalan dengan baik, sebaiknya pemilik bisnis mendapatkan gaji bulanan. Tapi kalau bisnis masih dalam tahap perjuangan, gaji bisa diambil mingguan atau harian dengan jumlah yang tetap. Bekerja di dalam bisnis sendiri atau hanya mengawasi, pemilik bisnis juga diperbolehkan mengambil dividen atau prive, asalkan terukur. Terukur artin­ ya pemilik bisnis tidak mengambil prive dengan jumlah seenaknya, tapi sejum­lah yang sudah disepakati di awal. Prioritas keuangan bisnis adalah untuk berbelanja barang dagangan, membayar sewa tahunan, dan mengembangkan bisnis ke depan. Yuk, buat komitmen! Besarkan bisnis dengan pengelolaan keuangan yang baik. Jangan sampai bisnis bangkrut karena digerogoti oleh pemiliknya sendiri. Jika perlu, buat aturan bahwa mengambil uang bisnis untuk kepentingan pribadi di luar kesepakatan, itu namanya K-O-R-U-P-S-I. *** “ Mengambil uang bisnis untuk kepentingan pribadi di luar kesepakatan, itu namanya K-O-R-U-P-S-I. ~ Ahmad Gozali ~

Mengelola Keuangan Pribadi Pemilik Bisnis Menjadi seorang pemilik bisnis membuat kita menjalankan dua peran sekaligus. Di satu sisi, kita adalah pemilik bisnis yang harus memikirkan bagai­m­ ana caranya agar bisnis berjalan dengan baik dan memberikan keunungan. Sebagian digunakan untuk pengembangan bisnis dan sebagian lagi un­tuk menggaji pemilik. Di sisi lain, pemilik bisnis berperan sebagai manaj­er ke­uangan yang harus mengelola keuangan rumah tangga untuk men­capai tu­jua­ n keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Dari pengamatan saya, salah satu penyebab bangkrutnya sebuah bisnis adalah saat laju kenaikan gaya hidup melebihi laju bisnis. Saat bisnis baru di­mu­lai, si pemilik mampu berhemat karena mengutamakan perkembangan bis­nisn­ ya. Tapi saat bisnis mulai maju, mobil pun berganti baru, rumah terasa le­bih gerah sehingga perlu direnovasi. Tentu tidak masalah, jika keuntungan bisnis terus naik. Sayangnya, hal ini su­lit dipastikan. Saat keuntungan bisnis naik, pengeluaran pribadi ikut

60 | PERENCANAAN KEUANGAN naik. Nam­ un, saat keuntungan bisnis turun, pengeluaran pribadi tidak bisa diturunkan lagi. Di titik inilah, sebuah bisnis menjadi sapi perah pemiliknya. Mak­­a, penting bagi pemilik bisnis untuk tidak hanya piawai mengelola bisnisnya, tapi juga piawai mengelola keuangan rumah tangga. Jangan sampai usah­ anya ngos-ngosan diajak berlari oleh nafsu keuangan pemiliknya. Jadi, bag­ ai­mana seorang pemilik bisnis mengelola keuangan pribadinya? Kendali Penuh pada Bujet Bulanan Hal pertama yang sebaiknya dilakukan untuk mengatur keuangan pribadi seorang pemilik bisnis adalah menyusun bujet bulanan. Prinsip umum yang bisa digunakan adalah aturan 30-10-60. Porsi untuk cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan bulanan, sedangkan porsi investasi minimal 10%. 60% sisanya digunakan untuk biaya hidup, termasuk di dalamnya 10% untuk hobi atau gaya hidup. Namun, mempunyai bujet bulanan saja tidak cukup. Diperlukan komitmen tinggi untuk menaati bujet yang sudah disusun dengan rapi di awal bulan. Jadi, kata kunci yang kedua setelah bujet adalah kendali. Pastikan kita memegang kendali atas uang. Kendali bisa berarti kita tahu persis, dalam satu bulan ini berapa uang yang masuk dan berapa uang yang keluar. Bagi karyawan, jumlah uang yang masuk bisa diketahui dengan pasti. Namun, bagi pemilik bisnis, uang yang masuk untuk pribadi harus dipisahkan dari uang usaha. Untuk mengetahui ke mana saja larinya uang yang kita hasilkan, diperlukan sebuah pencatatan. Awalnya, kita bisa mencatat semua pengeluaran dalam satu bulan. Dari sini kita akan tahu besaran pengeluaran di setiap pos. Dengan adanya bujet bulanan yang sudah disusun di awal bulan, kita tahu batasan uang yang bisa dibelanjakan untuk setiap pos. Jika bujet untuk satu pos sudah terpenuhi, kita tak bisa memaksakan diri untuk membelanjakan uangnya. Definisi kendali yang kedua adalah kita bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Misalnya dalam hal pemilihan sekolah anak. Jika

AHMAD GOZALI | 61 kemampuan keuangan kita adalah menyekolahkan anak di sekolah dengan uang bulanan Rp1.000.000, jangan memaksakan diri mendaftarkan anak di sekolah dengan uang bulanan Rp5.000.000. Mengatur Prioritas Sering kali, pemilik usaha mengeluhkan pendapatannya kurang. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah kurang tepat dalam pengaturan prioritas. Bukan uangnya yang kurang, tapi sudah telanjur terpakai untuk keperluan yang lain. Maka yang paling penting adalah mengatur prioritas, menentukan pos mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Kesalahan yang paling sering terjadi dalam mengelola keuangan yaitu, berusaha menyisakan uang agar bisa membay­ ar cicilan utang dan menabung atau berinvestasi. Dengan kata lain, belanja lebih diprioritaskan dibanding pembayaran utang dan investasi. Salah satu prinsip mengatur uang yang saya jelaskan pada buku Habiskan Saja Gajimu adalah “saving dulu, baru shopping”. Memprioritaskan saving, baru kemudian sisanya untuk shopping, bukan sebaliknya. Saving adalah semua pengeluaran yang dibayar sekarang, tapi dinikmati di masa depan. Termasuk di dalamnya mengisi pundi tabungan, berinvestasi untuk masa depan, membayar premi asuransi, dan pengeluaran lain yang sejenis. Sedangkan yang termasuk kategori shopping adalah semua pengeluaran yang dibayar sekarang dan dinikmati sekarang juga. Termasuk di dalamnya untuk konsumsi, transportasi, uang sekolah anak, uang jajan, dan biaya operasional lainnya. Besaran shopping kurang bisa dikendalikan dan cenderung mengikuti sebesar apa pun uang yang dimiliki. Maka, memprioritaskan shopping baru sisanya un­tuk saving, sering kali tidak berhasil karena hampir semua uangnya terpakai untuk shopping. Beda halnya kalau saving dulu baru shopping, jarang ada orang yang berlebihan dalam saving, kan?

“62 | PERENCANAAN KEUANGAN Jadi, dari pembagian tiga alokasi biaya bulanan, prioritas utama adalah untuk membayar cicilan utang, diikuti dengan tabungan atau investasi (saving), baru sisanya digunakan untuk biaya hidup bulanan (shopping). “ Prioritaskan saving, baru kemudian sisanya untuk shopping, bukan sebaliknya. ~ Ahmad Gozali ~ Menyiapkan Dana Darurat Risiko keuangan yang dihadapi seorang pemilik bisnis lebih besar dibanding seorang karyawan. Kasus yang sering terjadi adalah penghasilan bisnis yang tidak pasti, sehingga bisa berisiko pada gajian telat atau gajian sebagian dulu. Jika kondisi keuangan bisnis sedang tidak sehat, sudah lazim bagi seorang pe­milik bisnis untuk mendahulukan menggaji karyawannya. Oleh karena itu, agar keuangan rumah tangga bisa tetap aman tanpa menggerogoti keuangan bisnis, seorang pemilik bisnis perlu memiliki dana darurat yang lebih besar daripada seorang karyawan. Jika karyawan dianjurkan memiliki dana darurat sebesar 3 sampai 12 bulan pengeluaran, maka pemilik bisnis sebaiknya minimal mempunyai dana darurat sebesar 6 sampai 12 bulan dari pengeluaran bulanannya. Jadi, jika terjadi perlambatan pada bisnisnya yang menimbulkan gagal gajian, si pemilik masih bisa menggunakan dana daruratnya untuk bertahan. Mari, kelola keuangan pribadi dengan baik demi masa depan bisnis yang lebih cerah! ***

Putar Uang Lebih Cepat Di masa lalu, perusahaan yang modalnya besar mengalahkan perusahaan yang modalnya kecil. Dengan modal yang lebih besar, operasional perusahaan lebih efisien karena bisa membeli barang dagangan lebih banyak dengan harga le­bih murah atau alat terbaik. Namun di masa kini, dengan banyaknya disrupsi, bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil. Aturan yang berlaku adalah, yang cepat mengalahkan yang lambat. Perusahaan yang cepat berinovasi, berubah menyesuaikan dengan perkembangan zaman, dan bisa bergerak lebih lincah, dialah yang menang. Sedangkan peru­­ sahaan yang lamban, tak mau berubah, akan dilindas oleh persaingan dan perubahan zaman. Begitu juga dalam hal keuangan bisnis, bukan yang bermodal besar, tapi yang lebih cepat memutar modal dialah pemenang. Banyak pemilik bisnis ber­p­ i­kir bahwa dengan modal besar, usaha akan makin maju. Maka yang

“64 | PERENCANAAN KEUANGAN dic­a­ri adalah cara mendapatkan modal tambahan dengan utang. Padahal, men­ gembangkan bisnis tidak harus selalu dengan menambah modal. Kata kuncinya bu­kanl­ah memutar uang lebih BANYAK, tapi memutar uang lebih CEPAT. Contohnya. Ada dua bersaudara, yaitu A dan B yang sama-sama membuka tok­o pakaian. Masing-masing memulai usahanya dengan modal yang sama, yaitu Rp10.000.000. Dalam satu tahun, toko A mencatatkan omzet sebesar Rp120.000.000, sedangkan toko B berhasil mencatat omzet sebesar Rp180.000.000. Dengan modal Rp10.000.000, A mendapatkan omzet Rp120.000.000. Ini art­­­inya, si A memutar uang modalnya 12 kali dalam setahun. Kalau disederhanakan, anggap saja ia belanjakan seluruh modalnya untuk barang da­ga­ngan. Dalam satu bulan, barangnya laku semua dan keuntungannnya dih­ a­bisk­ an untuk biaya hidupnya sendiri. Bulan berikutnya, si A melakukan hal yang sama. Dia berbelanja sebanyak Rp10.000.000, dan habis terjual dalam satu bulan. Begitu terus yang terjadi, se­hingga dalam satu tahun, si A mendapatkan omzet Rp120.000.000. Modal Rp10.000.000 diputarnya sebanyak 12 kali dalam setahun. Sedangkan si B berhasil membukukan omzet sebanyak Rp180.000.000 dengan modal yang sama seperti A. Ini artinya, si B berhasil memutar modalnya 18 kali dalam satu tahun. Modalnya sama-sama Rp10.000.000, tapi si B berhasil memutar uang lebih cepat daripada si A. Dan tentu saja, keuntungan si B lebih besar daripada keuntungan si A. “ Kata kuncinya bukanlah memutar uang lebih BANYAK, tapi memutar uanglebih CEPAT. ~ Ahmad Gozali ~

AHMAD GOZALI | 65 Agar bisa memutar uang lebih cepat, yuk kita pelajari bagaimana aliran uang dalam bisnis. Aliran uang meliputi dari mana uang masuk, kapan dan berapa, serta ke mana uang keluar. Uang mulai berputar sejak modal uang tunai dibelikan bahan baku. Semakin cepat modal diubah menjadi bahan baku, semakin cepat proses produksi bisa dimulai. Setelah diterima, bahan baku lalu diolah menjadi barang jadi. Kita perlu mengh­ itung berapa lama bahan baku diproses menjadi barang jadi. Setelah ba­rang jadi, siap dijual, masuk proses distribusi, dan penjualan. Perlu dihitung waktu pengiriman sejak barang keluar dari pabrik atau dapur sampai ke tangan konsumen, dengan terlebih dahulu melewati distributor dan agen. Walaupun barang sudah terjual, modal belum disebut berputar jika pembayaran belum diterima. Maka proses terakhir adalah penagihan sampai uangnya diterima. Waktu ini dicatat sebagai waktu pelunasan. Misalnya, toko kue ABC memesan bahan baku senilai Rp10.000.000. Bahan baku diantar keesokan harinya. Artinya, waktu pembelian yang dibutuhkan 1 hari. Proses produksi dan pengemasan untuk menghasilkan barang siap jual senilai Rp15.000.000, memakan waktu 2 hari. Kemudian, distribusi ke agen- agen dilakukan dalam waktu 2 hari. Pembayaran dari agen dilunasi seminggu setelah barang diterima. Maka, uang berputar dalam waktu 1 + 2 + 2 + 7 = 12 hari. Nilai bahan baku yang awalnya Rp10.000.0000 bertambah menjadi Rp15.000.000. Gambar 1. Perputaran Uang Bisnis Persediaan 2 hari Produksi 2 hari 1 hari Penjualan 7 hari KAS Rp 10jt Pembelian Rp 15jt

66 | PERENCANAAN KEUANGAN Dengan kata lain, toko kue ABC perlu waktu 12 hari untuk mendapatkan keunt­ungan Rp5.000.000. Kalau dalam satu tahun ada 360 hari, maka ABC bisa memutar uang sebanyak 30 kali (360 hari dibagi 12 hari). Dengan asumsi ters­ebut, bisa kita simpulkan bahwa usaha ABC mendapatkan keuntungan se­b­ esar Rp150.000.000 (30 x Rp5.000.000). Bagaimana ABC bisa meningkatkan keuntungan usahanya? Cara pertama, mem­p­erbesar modal kerja. Yang tadinya Rp10.000.000 untuk setiap produksi, menjadi Rp15.000.000. Cara kedua, mempercepat proses bisnis. Dengan membeli bahan baku lebih de­kat, ABC bisa langsung mulai proses produksi di hari yang sama dengan hari pembelian. Walau produksi masih 2 hari, tapi distribusi dipercepat menjadi 1 hari. Proses penagihan tetap 7 hari sehingga totalnya menjadi 10 hari saja (0 + 2 + 1 + 7 hari). Gambar 2. Meningkatkan Keuntungan Usaha Persediaan 2 hari Produksi 1 hari 0 hari Penjualan 7 hari KAS Rp 10jt Pembelian Rp 15jt Dengan mempercepat proses pembelian dan pengantaran, usaha ABC bisa memutar modal kerja yang sebelumnya 30 kali putaran dalam setahun (360 hari dibagi 12 hari), menjadi 36 kali putaran dalam setahun (360 hari dibagi 10 hari). Maka, keuntungan pun bertambah menjadi 36 x Rp5.000.000 = Rp180.000.000.

AHMAD GOZALI | 67 Dengan mempercepat proses perputaran uang, maka efeknya akan sama dengan mendapatkan tambahan modal dari luar. Keuntungannya, toko kue ABC tak perlu berutang sehingga biaya lebih murah dan tanpa riba. Sekali lagi, bukan yang besar mengalahkan yang kecil, tapi yang cepat mengalahkan yang lambat. ***

Rasio Kesehatan Keuangan Kesehatan fisik seseorang bisa dinilai dari gejala-gejala yang dialami. Misalnya, ada seseorang yang merasa sakit kepala. Kira-kira penyakit apakah yang dideritanya? Sakit kepala bisa menjadi gejala dari berbagai macam penyakit, seperti kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, atau bahkan tekanan darah rendah. Diagnosis perlu dilakukan sebelum pemberian terapi, dengan mengukur teka­n­ an darah atau mengecek kadar kolesterol dalam darah. Jangan sampai terj­­adi, pasien yang mengalami sakit kepala karena tekanan darah rendah ma­l­ah diberi obat penurun tekanan darah. Akibatnya bisa fatal. Agar bisa memberikan diagnosis dengan baik, dokter perlu melakukan berba­gai macam tes untuk mengetahui jenis penyakitnya. Setelah itu, dokter akan memberi resep yang efektif untuk meredakan gejala dan mengatasi akar masalahnya.

AHMAD GOZALI | 69 Demikian halnya dengan kesehatan keuangan. Gejala-gejala seperti sering kehabisan uang di akhir bulan, tidak punya tabungan, dan merasa penghasilan habis untuk mencicil utang menandakan keuangan yang tidak sehat. Untuk dap­ at menemukan solusi yang tepat, kita harus mendalami apa yang menyebabkan keuangan seseorang tidak sehat. Jika untuk kesehatan fisik kita me­meriksakan diri pada dokter, kepada siapakah kita memeriksakan kesehatan keu­angan? Untuk jasa profesional, kita bisa membayar jasa seorang peren­cana keuangan independen. Namun, kita juga bisa menghitung sendiri beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan. Syaratnya hanya satu: jujur pada diri sendiri. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mem­ e­rik­ ­sa kesehatan keuangan secara mandiri. Langkah 1: Pisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi Keuangan bisnis dan pribadi harus dipisah untuk mendapatkan data yang jel­ as dan evaluasi yang tepat. Untuk perhitungan rasio keuangan ini, hanya da ta keuangan pribadi yang dipakai. Aset atas nama sendiri yang lebih banyak digunakan untuk operasional bisnis, sebaiknya dimasukkan sebagai aset bisnis. Demikian juga utang atas nama pribadi yang digunakan untuk mo­d­ al bisnis dihitung sebagai utang bisnis. Langkah 2: Buat Daftar Penghasilan dan Pengeluaran Selanjutnya, buat daftar penghasilan dan pengeluaran. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah gaji dari bisnis atau dari tempat kerja, hasil sewa atau investasi lainnya jika ada. Pengeluaran dibagi menjadi 4 bagian, yaitu pe­ngeluaran yang bersifat wajib seperti cicilan utang, investasi untuk masa de­pan (saving), biaya hidup (shopping), dan pengeluaran sosial. Setelah seluruh penghasilan dikurangi pengeluaran, coba cek sisanya: positif atau negatif? Jika hasilnya positif, kemungkinan besar keuangan kita dalam keadaan sehat. Jika negatif, berarti gaya hidup yang sedang kita jalani tidak se­banding dengan penghasilan.

70 | PERENCANAAN KEUANGAN Tabel 9. Menghitung Penghasilan dan Pengeluaran • Gaji PENGHASILAN • Hasil sewa Rp ……………….............................… • Hasil investasi Rp ……………….............................… • Total gaji Rp ……………….............................… Rp ……………….............................… • Sosial • Cicilan utang PENGELUARAN • Saving Rp ……………….............................… • Shopping Rp ……………….............................… Rp ……………….............................… SISA Rp ……………….............................… Positif atau Negatif? Langkah 3: Buat Daftar Harta dan Utang Langkah selanjutnya, penyusunan neraca keuangan pribadi yang terdiri dari daf­tar harta dan utang. Harta dibedakan menjadi harta produktif (tabungan, emas, reksa dana) dan harta konsumtif (rumah yang ditempati dan mobil yang dipakai). Untuk bagian utang, yang ditulis di sini adalah saldo utangnya saja, bukan besarnya cicilan yang dibayar tiap bulan.

AHMAD GOZALI | 71 Tabel 10. Daftar Harta dan Utang HARTA UTANG HARTA PRODUKTIF Tabungan Rp ………… Utang Personal Rp ………......… Deposito Rp ………… Emas Rp ………… Utang Koperasi Rp ………......… Reksa dana Rp ………… Obligasi Rp ………… Utang Bank Rp ………......… Saham Rp ………… Properti lain Rp ………… Utang KPR Rp ………......… Utang KPM Rp ………......… HARTA KONSUMTIF Rp ………… Rumah yang dipakai Rp ………… Kendaraan yang dipakai Langkah 4: Hitung Rasio Keuangan a. Dana darurat ������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������ = ������������������������������������������������������������������������������������������������ + ������������������������������������������������������������������������������������������������ + ������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������ Dana darurat menggambarkan kemampuan keuangan untuk menghadapi kon­­disi terburuk saat tidak ada penghasilan (kena PHK, usaha bangkrut, dan lain-lain) dan persiapan untuk pengeluaran yang tidak terduga. Idealnya, be­sar­an dana darurat yaitu 3 sampai 12 pengeluaran bulanan. Artinya, jika terjadi keadaan darurat, kita punya dana cadangan yang memadai untuk penge­luaran 3 sampai 12 bulan. Untuk pemilik bisnis, angka ini bisa ditingkatkan menjadi 6 sampai 12 kali. Ji­ka terjadi kebangkrutan, perlu waktu lebih lama bagi suatu bisnis untuk bangkit sampai bisa diandalkan sebagai sumber penghasilan.

72 | PERENCANAAN KEUANGAN Dana darurat ini memang terbilang besar. Untuk mencapai target tersebut, buatl­­­ah rekening khusus. Di awal bulan, sisihkan sejumlah tertentu untuk di­masukkan ke rekening khusus tersebut, hingga tercapai jumlah minimal. Ji ka angkanya sudah lebih dari batas maksimal, maka sebagian perlu di­inves­ tasikan agar memberikan imbal hasil yang lebih besar. b. Rasio cicilan utang Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar pengeluaran yang diguna­kan untuk membayar cicilan utang. Idealnya, rasio cicilan utang tidak boleh lebih dari 30% penghasilan bulanan. Jika cicilan utang lebih dari 30%, maka pengeluaran untuk keperluan lainnya akan terganggu. Solusinya, lakukan rest­ rukturisasi atau penjadwalan kembali utang. ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ = ������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������ c. Rasio utang ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ = ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ Berbeda dengan rasio sebelumnya, rasio ini mengukur besarnya utang, bukan cicilannya. Besarnya rasio utang maksimal 50%. Artinya total utang se­b­­ aik­nya tidak lebih dari setengah total harta. Bagi mereka yang baru saja me­ngam­bil kredit rumah (KPR), biasanya rasio utang tidak ideal. Jumlah utang KPR biasanya sangat besar, sedangkan rumah adalah harta paling dominan di usia produktif. Angka ini akan kembali ideal, jika cicilan KPR sudah berjalan lebih dari setengah periode. d. Rasio harta produktif Yang dimaksud dengan harta produktif adalah harta yang bisa bertumbuh atau memberikan penghasilan. Misalnya harta investasi seperti saham, reksa dana, sawah dengan padi yang bisa dipanen, dan lain sebagainya. Rumah

AHMAD GOZALI | 73 yang digunakan sendiri tidak disebut sebagai harta produktif. Walaupun hargan­ ya naik, rumah yang ditinggali tidak untuk dijual. ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������������������������������ = ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ − ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ Rasio ini idealnya berada di angka minimal 50%. Dengan harta produktif di atas 50%, maka sumber penghasilan utama bisa diperoleh dari harta produktif dan bukan dari pekerjaan aktif. Itulah kenapa rasio ini digunakan sebagai indikator siap pensiun. Di usia muda, angka ini mungkin akan sulit dikejar karena sebagian besar harta masih berupa harta konsumtif (rumah yang ditinggali dan kendaraan yang dipakai). Namun mendekati usia pensiun, sebaiknya rasio ini diusahakan sampai lebih dari 50%. Demikian tadi empat rasio yang digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan seseorang. Yuk, hitung sendiri rasionya untuk mengetahui kesehatan keuangan Anda! ***

Mengukur Skala Ekonomi Bisnis Seseorang yang baru memulai bisnis, sering kali bertanya-tanya, “Berapa banyak yang harus saya jual untuk mendapatkan keuntungan?” Sebuah bisnis yang baik harus memiliki target yang jelas. Di awal, perlu ditetapkan berapa target penjualan yang harus dicapai agar operasional perusahaan berjalan dengan lancar. Pertanyaan berikutnya yang biasanya ditanyakan oleh seorang pemilik usaha, “Berapa gaji yang bisa saya ambil tanpa membebani bisnis?” Untuk menjawab kedua pertanyaan di atas, kita perlu menghitung titik impas atau break-event point (BEP). Dengan mengetahui BEP, kita bisa mengukur skala ekonomi bisnis dan melihat bagaimana keuntungan akan berubah sesuai dengan peningkatan penjualan. Biaya Variabel dan Biaya Tetap Untuk menghitung skala ekonomi bisnis, kita perlu membedakan dua jenis biaya, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya

AHMAD GOZALI | 75 tetap adalah biaya yang tetap jumlahnya, tidak tergantung pada tingkat penjualan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada penjualan. Jika penjualan naik, maka biaya variabel naik, jika penjualan turun, maka biaya variabel juga turun. Kita ambil contoh Snick Snack, produsen makanan kering yang gurih dan enak sebagai teman minum kopi maupun teh. Yang termasuk dalam biaya variab­el Snick Snack adalah bahan baku seperti tepung, bumbu, telur, minyak, dan plastik kemasannya. Untuk setiap porsi Snick Snack, biaya variabelnya adalah sebagai berikut. • Tepung terigu Rp600 • Bumbu Rp50 • Telur Rp150 • Minyak Rp100 • Plastik kemasan Rp100 • Total Rp1.000 Sedangkan yang masuk ke dalam biaya tetap adalah sewa toko yang dibayar per bulan, gaji 2 orang karyawan, dan biaya listrik dengan perincian sebagai berikut. • Sewa Rp400.000 • Gaji Rp3.500.000 • Listrik Rp100.000 • Total Rp4.000.000 Setiap kemasan Snick Snack dijual dengan harga Rp3.000 per bungkus. Ini art­i­nya, margin keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp2.000 per bungk­ us. Margin Keuntungan = Harga Jual – Biaya Variabel = Rp3.000 – Rp1.000 = Rp2.000

76 | PERENCANAAN KEUANGAN Titik Impas/BEP Kalau mau impas saja, maka keuntungan dari Snick Snack yang terjual harus bisa menutup biaya tetap, yaitu sebesar Rp4.000.000 per bulan. BEP = Biaya Tetap / Margin Keuntungan = Rp4.000.000 / Rp2.000 = 2.000 bungkus Artinya, untuk mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi), maka Snick Snack harus terjual sebanyak 2.000 bungkus per bulannya atau 66,6 bungkus per hari. Jika terjual lebih dari 2.000 bungkus per bulan, maka Snick Snack mendapatkan keuntungan. Tapi jika penjualan di bawah 2.000 bungkus per bulan, maka Snick Snack merugi karena keuntungan dari penjualannya tidak mencukupi untuk membayar biaya tetap bulanan. Mau Untung Berapa? Ini enaknya jadi pemilik bisnis, bisa menentukan sendiri mau untung berapa. Ibu Susi pemilik Snick Snack berharap bisa mencatat keuntungan bu­lanan sebesar Rp5.000.000 per bulan. Bu Susi ingin mengambil keuntungan Rp3.000.000, Rp2.000.000 sisanya digunakan untuk pengembangan bisnis. Pertanyaannya, berapa bungkus Snick Snack yang harus terjual agar tercapai keuntungan Rp5.000.000 per bulan tersebut? Cara menghitungnya dengan menambahkan keuntungan Rp5.000.000 dengan Rp4.000.000 biaya tetap, lalu dibagi dengan margin keuntungan per bungkus. Target Penjualan = (Target Keuntungan + Biaya Tetap) / Margin Keuntungan = (Rp5.000.000 + Rp4.000.000) / Rp 2.000 = 4.500 bungkus. Perhitungan ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan sebesar Rp5.000.000, maka Ibu Susi harus menjual Snick Snack sebanyak

AHMAD GOZALI | 77 4.500 bungkus dalam satu bulan. Angka ini bisa menjadi target penjualan, sehingga strategi penjualan pun menjadi lebih terarah. Apakah target ini masih masuk akal? Ibu Susi bisa melihat catatan penjualan selama ini, apakah angka penjualan sebesar itu masih bisa dicapai dengan kary­­awan yang ada sekarang atau tidak. Dua karyawan Bu Susi masing- masing harus menjual 2.250 per bungkus dalam sebulan. Jika iya, maka targetnya masih bisa dimaksimalkan lagi, sehingga Bu Susi pun bisa menambah lagi keuntungannya yang dibawa pulang. Tapi jika tidak, Bu Susi perlu memperbesar skala bisnisnya dengan menambah karyawan atau menambah toko. Perbesar Skala Bisnis Jika Bu Susi ingin mendapatkan keuntungan Rp10.000.000 per bulan, bukan han­ya Rp5.000.000, berapa Snick Snack yang harus terjual tiap bulan? Gunak­ an rumus yang sama dengan angka yang baru sebagai berikut. Target Penjualan = (Target Keuntungan + Biaya Tetap) / Margin Keuntungan = (Rp10.000.000 + Rp4.000.000) / Rp 2.000 = 7.000 bungkus. Apakah target penjualan 7.000 bungkus bisa tercapai dengan 2 karyawan? Ini berarti rata-rata target penjualan 3.500 bungkus per karyawan. Cukup tinggi kenaikannya dibandingkan perhitungan sebelumnya 2.250 bungkus per karyawan. Jika target penjualan cukup berat untuk dicapai, coba kita hitung ulang dengan penambahan 1 orang karyawan lagi. Rumusnya sama, hanya biaya tetap bukan lagi Rp4.000.000, tapi ditambah gaji 1 orang karyawan lagi sebesar Rp1.750.000 menjadi Rp5.750.000. Yuk, kita hitung ulang target penjualannya.

78 | PERENCANAAN KEUANGAN Target Penjualan = (Target Keuntungan + Biaya Tetap) / Margin Keuntungan = (Rp10.000.000 + Rp 5.750.000) / Rp 2.000 = 7.875 bungkus. Setelah kita hitung ulang, dengan penambahan biaya 1 orang karyawan lagi, ma­k­­a target penjualan menjadi 7.875 bungkus untuk mendapatkan keuntungan yang sama, yaitu Rp10.000.000. Kalau dirata-rata, ini sama dengan 2.625 bungkus per karyawan. Berdasarkan pengalaman, hal ini akan mu­dah ter­capai. Maka sekarang, Ibu Susi punya 2 pilihan: a. Jika tetap menggunakan 2 orang karyawan, penjualan 7.000 bungkus mung­kin akan berat tercapai, sehingga target keuntungan Rp10.000.000 bisa meleset. b. Menambah karyawan menjadi 3 orang, penjualan 7.875 bungkus menjadi lebih mudah tercapai, target keuntungan Rp10.000.000 ju­-ga sangat mung­kin tercapai. Penting bagi pemilik bisnis untuk fokus pada target keuntungan yang ingin dic­apai. Dari kedua opsi di atas, target keuntungan lebih mudah dicapai dengan menambah karyawan. Bahkan, Ibu Susi bisa membawa lebih banyak man­faat bagi orang lain karena sudah bisa menggaji lebih banyak karyawan. Contoh di atas memperlihatkan keuntungan mempunyai hitungan yang rasion­ al dalam mengukur skala bisnis. Pemilik bisnis tidak perlu menebak- nebak, berapa angka penjualan yang bisa menguntungkan. Selain itu, bisa dibuat si­mulasi, jika ada penambahan biaya dan target penjualan. Yang lebih pen­ting, bisnis berjalan terarah karena mempunyai target yang jelas. ***



Pentingnya Laporan Keuangan dalam Bisnis Halo sobat UKM kreatif, siapa dari kita yang sudah rutin membuat laporan keuangan untuk bisnis? Mungkin beberapa dari kita sudah rutin membuat laporan keuangan, tapi banyak juga yang belum. Memangnya kenapa sih, membuat laporan keuangan itu penting? Kan ribet ya, harus berurusan dengan angka dan bahasa akuntansi yang njelimet. Ditambah lagi, ada yang ber­p­ endapat, “Saya sibuk ngurusin bisnis, jadi enggak sempat bikin laporan keu­ angan.” Mungkin banyak dari kita yang beranggapan bahwa mencatat keuangan tidakl­­a­ h penting. Daripada sibuk mencatat uang, mending sibuk mencari uang. Ter­l­ebih, jika uangnya saja tidak ada, apa yang hendak kita catat? Bahkan, ada anggapan bahwa laporan keuangan hanya diperlukan jika bisnis sudah mem­besar. Sebenarnya, menyusun laporan keuangan sangat penting bagi pemilik bisnis. Bahk­an, laporan keuangan dapat membantu pertumbuhan bisnis. Wah, bagai­mana caranya, ya?

ADJIE WICAKSANA | 81 Laporan Keuangan Sebagai Indikator Keberhasilan Bisnis Bagi para pemilik bisnis, tolok ukur yang sangat penting adalah total pendapatan atau omzet. Semakin besar omzet, berarti semakin bagus sebuah bisnis. Namun, di sisi lain, kita bisa saja keliru melihat keberhasilan dari sisi omzet. Misalnya, bisnis X memiliki omzet Rp50.000.000 per bulan. Sedangkan bisnis Y memiliki omzet Rp40.000.000 per bulan. Secara kasat mata, kita melihat bisnis X lebih bagus dibanding bisnis Y. Kita asumsikan margin bisnis X adalah 10% dari Rp50.000.000, sehingga laba bersihnya Rp5.000.000. Namun, bisnis Y mengelola keuangan dengan lebih baik dan efisien, sehingga mampu mendapatkan margin 15%. Ternyata, bisnis Y justru mendatangkan keuntu­ngan lebih besar, yaitu Rp 6.000.000. Bayangkan, jika bisnis X dapat menge­lola keuangan dengan lebih baik, sehingga mendapatkan margin 15%, mak­ a laba bisnis X akan tumbuh dari Rp5.000.000 menjadi Rp7.500.000, wa­laupun dengan omzet yang sama. Fungsi Penting Pencatatan Keuangan dalam Usaha Ilustrasi di atas memperlihatkan pentingnya pencatatan keuangan dalam bisnis. Berikut 3 hal yang harus diketahui oleh pemilik bisnis mengenai penting­nya pencatatan keuangan. 1. Laporan keuangan adalah alat untuk mengukur performa dan evaluasi bisnis Ada prinsip dasar yang harus kita ingat bahwa sesuatu yang tidak bisa diukur, tidak akan pernah bisa diatur. Oleh karena itu, mustahil kita dapat men­ gelola bisnis dengan baik, jika tidak pernah mengukur dan mengevaluasi perf­ ormanya. Dalam bisnis, kita tidak bisa mengukur pertumbuhan bisnis hanya dari perasaan atau penampakan fisik. Mungkin sebuah bisnis yang sebelumnya tidak mem­ iliki armada motor, kemudian memilikinya, secara kasat mata asetnya ber­tumbuh. Namun, kita harus hati-hati, karena bisa jadi masalah. Bisa saja motor tersebut sepenuhnya adalah motor kredit atau utang. Status aset seperti ini akan terlihat di laporan keuangan.

“82 | PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS “ Mustahil kita dapat mengelola bisnis dengan baik, jika tidak pernah mengukur dan mengevaluasi performanya. ~ Adjie Wicaksana ~ 2. Laporan keuangan adalah alat untuk pengambilan keputusan dalam bis­nis Apakah saat ini bisnis kita perlu tambahan modal? Apakah perlu menambah SDM? Apakah perlu menambah persediaan barang? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan lebih mudah dijawab, jika kita memiliki pencatatan keuangan yang baik. 3. Laporan keuangan adalah bahasa bisnis Kita membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan bisnis. Misalnya, Andi saat ini butuh suntikan modal, namun sulit bagi meyakinkan pihak bank agar memberikan pinjaman modal. Padahal, Andi yakin bahwa bisnisnya menguntungkan dan bertumbuh. Andi baru sadar bahwa dia tidak pernah mencatat keuangan secara rapi, sehingga pihak bank sulit percaya kepadanya. Tips Menyusun Laporan Keuangan Sekarang kita menyadari pentingnya membuat laporan keuangan, kan? Sebagai tambahan, ada 3 tips penting dalam membuat laporan keuangan. 1. Catat dari mulai transaksi yang kecil Biasakan mencatat keuangan bisnis secara menyeluruh, mulai dari transaksi yang kecil hingga yang besar. Jika mau dan mampu mencatat transaksi yang kecil, maka kita akan lebih mudah untuk mencatat keseluruhan transaksi keuangan, termasuk transaksi dengan nilai yang besar.

ADJIE WICAKSANA | 83 2. Disiplin dalam mencatat Konsistensi dan kedisiplinan adalah hal yang sangat penting dalam menyusun laporan keuangan. Pencatatan baru akan berhasil, jika seluruh data tepat dan berkesinambungan. Data yang tidak lengkap akan membuat hasil laporan keuangan menjadi tidak tepat dan berpotensi memberikan informasi yang keliru. 3. Pahami makna di balik angka Setelah mampu menyusun laporan keuangan, langkah berikutnya adalah memahami informasi di balik angka. Informasi tersebut menjadi dasar bagi evaluasi dan perencanaan bisnis di masa depan. Laporan Keuangan Sebagai Papan Skor dalam Bisnis, Seperti Dashboard pada Mobil Setiap harinya, kita sering melihat dan mengendarai motor atau mobil. Pernahk­ah kita bertanya, kenapa di motor dan mobil ada dashboard? Dashboard pa­da motor adalah indikator yang memberi tahu kita tentang kece­pat­an dan ke­ter­sediaan bahan bakar. Di dashboard mobil, lebih banyak inform­ asi yang di­berikan, mulai dari kecepatan, bahan bakar, dan suhu. Bahkan, kit­ a bis­ a ta­h­ u kalau ada pintu mobil yang belum tertutup rapat. Dashboard adalah analogi yang cocok untuk menggambarkan pentingnya laporan keuangan dalam sebuah bisnis. Semakin besar bisnis bertumbuh, maka semakin penting untuk kita membuat laporan keuangan yang lengkap agar menjadi dashboard atau papan skor bagi bisnis kita. Papan skor berupa laporan keuangan, setidaknya memberikan kita 3 manfaat utama, yaitu: 1. Alat ukur pertumbuhan Sebuah bisnis harus terus diukur dengan cara yang tepat, untuk memastikan bahwa bisnis tersebut bertumbuh. Misalnya, dari jumlah kekayaan dan utang, ba­nyaknya aset, atau besaran laba ruginya.

84 | PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS 2. Alat penilaian performa bisnis Bayangkan, kita adalah pemilik bisnis warung bakso. Selama ini, dari pendapatan 100%, kita mendapatkan keuntungan bersih sekitar 10%. Apakah 10% adalah nilai yang cukup baik? Untuk menjawabnya, kita perlu membandingkan dengan pemilik bisnis warung bakso sejenis. Jika mereka bisa men­dapatkan margin 20%, maka pengeluaran kita mungkin masih terlalu besar. 3. Alat dalam menilai evaluasi dari suatu bisnis Jika suatu saat nanti kita berniat untuk menjual bisnis kita ke orang lain, mak­ a papan skor keuangan adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki. Tanp­ a papan skor ini, akan sulit meyakinkan siapa pun untuk membeli bisnis de­ngan harga yang kita inginkan. Ayo, Buat Papan Skor dalam Bisnis Anda! Jadi, laporan keuangan adalah papan skor yang memberikan informasi menyeluruh tentang performa bisnis. Kita butuh papan skor yang terus membe­rikan informasi kunci dalam pengelolaan bisnis. Semakin besar bisnis, maka semakin kompleks informasi yang diberikan oleh papan skor. Seperti dashboard di mobil, maka kita akan tahu lebih dulu saat bensin akan habis, atau saat laju kendaraan terlalu kencang. Papan skor bisnis juga dapat membantu kita untuk menganalisis permasalahan dan risiko yang dapat terjadi. Jadi, sudah siapkah membuat papan skor berupa laporan keuangan? ***

Bisnis Untung tapi Gulung Tikar? Percayakah Anda bahwa ada sebuah bisnis yang untung tapi ternyata gulung tikar? Banyak yang tidak percaya karena bisnis yang menguntungkan pasti dapat bertahan dan bahkan bertumbuh. Betul, kan? Namun, apakah kita pernah ke suatu tempat makan yang selalu terlihat ramai oleh pengunjung, tapi beberapa bulan kemudian, bisnis tersebut tutup? Kira- kira, apa ya, penyebabnya? Perlu kita ingat bahwa keuntungan di atas kertas bukanlah satu-satunya syar­­­at agar bisnis bisa bertumbuh. Ada beberapa hal lain yang harus dipertimbangkan, salah satunya adalah ketersediaan kas. Indikator Hakiki dalam Bisnis Banyak pemilik bisnis yang menjalankan bisnisnya berdasarkan perasaan. “Gimana usahanya?”

86 | PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS “Kayaknya produksi naik, kayaknya reseller semakin banyak, kayaknya pengunjung semakin ramai.” Ada banyak “kayaknya, kayaknya”. Padahal, naiknya kapasitas produksi, ba­nyaknya reseller, dan ramainya pengunjung, belum tentu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi bisnis. Celakanya lagi, belum tentu itu semua mendatangkan kas yang cukup untuk operasional bisnis. Jika untung na­mun tidak punya kas, maka bisnis kita terancam gulung tikar. Pentingnya Kas dalam Bisnis Kas ibarat darah di dalam tubuh. Kita bisa saja memiliki organ tubuh yang sehat, yaitu, jantung, hati, paru-paru, dan seterusnya. Tapi, kalau darah di da­lam tubuh kita terhenti beberapa menit saja, apa yang akan terjadi? Ya, kita bisa meninggal dunia. Sebagai contoh, Indra dan teman-temannya merintis bisnis keripik pedas dengan modal bersama senilai Rp30.000.000. Berikut transaksi keuangan yang terjadi di bisnis Indra. • Pengeluaran bulanan untuk rumah produksi, SDM, dan operasional sebesar Rp5.000.000 per bulan. • Belanja bahan baku dan proses produksi sebesar Rp10.000.000 per bulan untuk menghasilkan 2000 pcs keripik (atau setara dengan biaya produksi sebesar Rp5.000 per pcs). • Harga jual sebesar Rp10.000 per pcs. Indra menerapkan strategi penjualan melalui reseller. Indra mendapatkan banyak pesanan dari reseller karena inovasi strategi pembayaran yang memudahkan, yaitu cukup DP 20% dengan pelunasan 80% di bulan ke- 5. Dari skema tersebut, reseller menjadi sangat tertarik, sehingga Indra mendapatkan penjualan rutin sebesar 2000 pcs atau setara dengan Rp20.000.000 per bulan. Maka, Indra akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp5.000.000 per bulan, karena:

ADJIE WICAKSANA | 87 • Pendapatan Rp20.000.000 per bulan (2000 pcs x Rp10.000) • Pengeluaran operasional Rp5.000.000 per bulan • Pengeluaran produksi Rp10.000.000 per bulan (2000 pcs x Rp5.000) • Keuntungan Rp5.000.000 per bulan Di atas kertas, Indra dan tim sangat optimis karena mengetahui perhitungan keuntungan tersebut. Pada bulan ke-4, Indra kaget karena tidak memiliki kas untuk melanjutkan produksi. Setelah diteliti, ternyata dia juga kekurangan kas untuk membiayai operasional bisnis. Walaupun bisnisnya menghasilkan keuntungan, tapi mayoritas uang hasil penjualan masih berbentuk piutang. Berikut gambaran keuangan yang terjadi di bisnis Indra. Tabel 11. Keuangan Bisnis Indra Saldo Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Pengeluaran– 30,000 19,000 8,000 (3,000) (14,000) (9,000) Toko & Ops Belanja 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 Inventori Penjualan 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 Tunai – 20% Piutang 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 Penjualan– 80% 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 Pelunasan Piutang - - - - 16,000 16,000 Akhirnya, mereka terpaksa harus menghentikan produksinya dan menunggu pencairan dana dari seluruh reseller-nya di bulan ke-5. Andai Indra lebih teliti dalam mengelola keuangan, pastinya kejadian ini tidak perlu terjadi. Sebenarnya, Indra mendapatkan keuntungan Rp5.000.000 per bulan. Sayangnya, keuntungan tersebut tidak dapat langsung dia gunakan karena ma­sih berbentuk piutang atau masih ada di pihak lain. Jika menghitung dari

88 | PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS tab­ el di atas, kira-kira apa yang akan kita sarankan kepada Indra? Setidaknya, ada dua hal yang bisa Indra lakukan untuk menjaga aliran kas tetap positif, yaitu: 1. Mengganti proporsi DP menjadi 50% Strategi ini secara signifikan akan meningkatkan aliran kas masuk, menjadi sebagai berikut. Tabel 12. Mengganti DP 50% Saldo Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Pengeluaran– 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 21,000 Toko & Ops 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 Belanja Inventori 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 Penjualan Tunai – 50% 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 Piutang Penjualan– 50% 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 Pelunasan Piutang - - - - 16,000 16,000 2. Mempercepat durasi pelunasan, dari bulan ke-5 menjadi bulan ke-3 Jika Indra hendak membangun kepercayaan reseller-nya dengan tetap mempertahankan DP 20%, strategi lain yang bisa dilakukan adalah mempercepat waktu pelunasan pada bulan ke-3. Maka, aliran kas Indra akan tetap positif sebagai berikut.

ADJIE WICAKSANA | 89 Tabel 13. Percepatan Durasi Pelunasan Saldo Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Pengeluaran– 30,000 19,000 8,000 13,000 18,000 23,000 Toko & Ops 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 Belanja Inventori 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 Penjualan Tunai – 20% 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 Piutang Penjualan– 80% 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 Pelunasan Piutang - - 16,000 16,000 16,000 16,000 Dari kasus ini, kita bisa memahami, bagaimana bisnis yang menguntungkan bi­sa gulung tikar karena tidak terampil dalam pengelolaan keuangan. Tidak se­dikit pemilik bisnis yang terjebak dengan skema seperti Indra, dan akhirnya harus pinjam sana sini untuk menutup modal kerja atau gali lubang tu­tup lubang. Itulah pentingnya kita harus terus mencatat dan mengelola keuangan. *** “ Bisnis yang menguntungkan bisa gulung“ tikar karena tidak terampil dalam pengelolaan keuangan. ~ Adjie Wicaksana ~

Mengelola Dana Kas dan Modal dalam Bisnis Kita telah membahas betapa pentingnya kas di dalam bisnis. Selanjutnya, kit­a akan belajar mendefinisikan perputaran kas atau siklus keuangan. Ada bebe­rapa bisnis yang alur kasnya harian, bulanan, bahkan tahunan. Sebagai contoh, seorang pemilik bisnis sayur segar dengan model bisnis memb­­ eli persediaan barang di pasar pada malam hari dan menjualnya di pag­ i hari, maka siklus bisnisnya adalah harian. Modal yang digunakan akan langs­­ung menghasilkan pendapatan di hari yang sama. Selanjutnya, modal di­g­ unakan kembali, masih di hari yang sama. Namun, coba bandingkan dengan bisnis produksi fesyen. Modal yang dimiliki akan dialokasikan mulai dari pembelian kain, penjahitan atau produksi, penitipan ke reseller, hingga akhirnya penjualan terjadi. Alur ini bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

ADJIE WICAKSANA | 91 Untuk bisnis dengan siklus kas yang panjang, umumnya modal yang dibutuhkan cukup besar. Kondisi ini memungkinkan pemilik bisnis untuk terus melakukan aktivitas produksi selagi menunggu produk terjual. Manfaat Laporan Arus Kas Setidaknya, ada 3 manfaat mencatat dan menyusun laporan arus kas, yaitu: 1. Menilai kemampuan bisnis dalam memperoleh arus kas di masa depan Kita dapat membuat analisis laporan arus kas yang menghasilkan prediksi men­ genai jumlah, waktu, dan kepastian arus kas di masa depan. 2. Mengukur kemampuan bisnis untuk membayar dan memenuhi kewajiban Kita dapat memastikan jumlah kas bisnis untuk membayar sejumlah kewajiban seperti gaji karyawan dan utang. 3. Memisahkan angka laba bersih dan kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas operasi Kita dapat melihat keberhasilan atau kegagalan bisnis dari laba bersih yang did­ apatkan. Profit vs Cash Cash is everything. Kas adalah hal yang paling penting dalam bisnis. Percuma kita untung besar, tapi mayoritas pembayaran berbentuk tempo atau kredit. Pada akhirnya, kita akan kekurangan modal untuk menjaga alur operasi bisnis. Apakah Modal Besar Dapat Memastikan Bisnis Kita Sukses? Sebagai pemilik bisnis, kita pasti berpikir tentang modal tambahan agar bisnis dapat berkembang. Mayoritas pelaku usaha pasti akan setuju dengan hal ini.

92 | PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS Akan tetapi, banyak pula pelaku usaha yang tidak tahu persis, bagaimana mengelola modal tambahan secara bijak. Ternyata, modal tambahan yang tidak tepat jumlah dan alokasinya, justru bi­sa membahayakan bisnis. Bukannya meningkatkan kapasitas produksi dan kekuatan kas, modal tambahan yang salah kelola justru menjadi beban tambahan. Pentingnya Pengelolaan Modal Usaha Mendapatkan modal memang penting untuk pengembangan bisnis. Namun, cara kita mengelola modal juga hal yang tidak kalah penting. Salah satu kesulitan dalam mengelola bisnis adalah mengelola penggunaan modal. Setelah me­rencanakan bisnis dan memperoleh modal, selanjutnya adalah mengelola ke­uangan selama proses usaha berjalan. Pada prinsipnya, dalam menjalankan bisnis, terdapat tiga jenis modal yang dibutuhkan, yaitu modal investasi awal, modal kerja, dan modal operasional. a. Modal investasi awal Modal investasi awal adalah modal yang diperlukan di awal bisnis, biasanya di­pakai untuk jangka panjang seperti mesin, pabrik, kantor, dan lain-lain. b. Modal kerja Modal kerja adalah modal yang harus kita keluarkan untuk membeli atau mem­buat barang dan jasa yang dihasilkan seperti bahan baku, inventori, dan upah kerja. c. Modal operasional Modal operasional adalah modal yang harus kita keluarkan untuk membayar biaya operasional bulanan seperti pembayaran karyawan tetap, listrik, air, sewa kantor, dan lain-lain.

ADJIE WICAKSANA | 93 Bagan 1. Modal Operasional Sumber dana Rencana dana Penggunaan dana Equity capital Jangka pendek Aktiva lancar (modal sendiri Jangka panjang 1. Kas yang diinvestasi) 2. Surat berharga Debt capital 3. Piutang (pinjaman) 4. Persediaan Venture capital Aktiva tetap (modal dari luar) 1. Tanah 2. Gedung 3. Pabrik 4. Mesin/peralatan Pada bagan di atas, kita bisa membedakan alokasi modal untuk kebutuhan jang­ka panjang dan jangka pendek. Kita harus menuliskan secara pasti semua opsi alokasi modal, kemudian membangun skala prioritas terhadap alok­ as­ i modal tersebut. “ Modal tambahan yang tidak tepat jumlah dan “ alokasinya, justru bisa membahayakan bisnis. ~ Adjie Wicaksana ~

94 | PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS Fondasi Pengelolaan Kas dan Modal Bisnis: Pemisahan Uang Bisnis dan Uang Pribadi Seperti dijelaskan di bagian sebelumnya, pemisahan keuangan bisnis dan keua­ngan pribadi sangat penting bagi pemilik binis. Berikut 3 manfaat utama pe­m­ i­sahan keuangan yang harus diketahui oleh pemilik bisnis. 1. Memantau performa bisnis Dengan memisahkan uang bisnis dan uang pribadi, kita lebih mudah menilai kekayaan bisnis dan memantau laba dan rugi. Jika bisnis untung, laba yang dihasilkan bisa dialokasikan untuk 3 pos, yaitu pengembangan bisnis, pengeluaran tak terduga, dan keuntungan pemilik. Jika rugi, pemilik bisnis harus segera memutar otak untuk membuat bisnisnya kembali mencetak laba. 2. Menjaga aset Pemisahan kekayaan bisnis dan pribadi akan menjaga aset pribadi yang kita miliki, saat risiko terburuk pada bisnis terjadi. Khususnya, jika bisnis yang kit­ a jalankan adalah bisnis bersama dengan pihak lain. 3. Memudahkan jika hendak mencari modal tambahan Bank hanya akan memberikan pinjaman kepada bisnis yang mempunyai laporan keuangan yang jelas. Dengan pemisahan keuangan bisnis dan pribadi, kita akan lebih mudah menyajikan data yang valid untuk bisa mendapatkan tambahan modal dari bank. ***

Alur Keuangan Bisnis Banyak pemilik bisnis yang masih belum mengetahui perbedaan omzet dan profit. Omzet adalah pendapatan yang dihasilkan oleh bisnis. Setelah dikurangi biaya variabel, kita akan mendapatkan margin. Margin kemudian dikurangi biaya tetap. Itulah yang dinamakan dengan profit. Pada akhirnya, profit atau keuntungan itulah yang benar-benar dapat kita manfaatkan. Maka, jangan sampai pendapatan dianggap sebagai keuntungan. Pemahaman itu bisa sangat membahayakan pengelolaan keuangan bisnis. Kita jadi merasa untung besar, padahal profitnya tidak sebesar itu. Alur Keuangan dalam Bisnis Masih banyak pemilik bisnis yang tidak memahami secara menyeluruh alur keuangan sebuah bisnis. Beberapa di antaranya tidak bisa membedakan yang mana omzet, laba kotor, dan laba bersih. Kali ini, kita akan berbicara

96 | PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS mengenai gambaran alur keuangan bisnis, sehingga kita lebih memahami, bagaimana proses profit terbentuk dan bagaimana profit dapat meningkatkan kapasitas modal bisnis kita. Bagan 2. Alur Keuangan dalam Bisnis Sebut saja Wulan. Ia menjual baju secara online. Di awal bisnis, Wulan mengalokasikan modal kerja sebesar Rp5.000.000. Modal tersebut digunakan untuk pembelian barang sebanyak 30pcs dengan harga total Rp3.000.000. Dari 30 barang yang sudah dibeli, sudah terjual 10pcs masing- masing sen­ i­lai Rp200.000. Saat itu, omzet atau pendapatan usaha Wulan adalah Rp2.000.000 per bulan. Omzet tersebut harus dikurangi harga beli dari produk yang terjual, yaitu 10 pcs dikalikan Rp100.000, yaitu Rp1.000.000. Omzet Rp2.000.000 dikurangi biaya produksi Rp1.000.000 menghasilkan keuntungan kotor atau marg­ in se­besar Rp1.000.000. Keuntungan kotor tersebut dikurangi lagi dengan biaya operasional seperti listrik, air, dan upah sebesar Rp500.000. Setelah dikurangi dengan biaya operasional, keuntungan bersih dari bisnis Wulan adalah Rp500.000.

ADJIE WICAKSANA | 97 Singkatnya, omzet usaha Wulan adalah Rp2.000.000 dan profitnya adalah Rp500.000. Di akhir siklus, Wulan memiliki sisa kas sebesar Rp3.500.000 (terdiri dari Rp2.000.000 sisa kas + Rp2.000.000 pendapatan – Rp500.000 pengeluaran operasional), serta 20 pcs baju senilai Rp2.000.000. Walaupun kas Wulan berkurang dari Rp5.000.000 menjadi Rp3.500.000, aset keseluruhan justru bertambah menjadi total Rp5.500.000. Kesimpulannya, jika siklus ini terus berulang, maka keuntungan Wulan akan terus meningkat dari waktu ke waktu dan menumbuhkan skala bisnisnya. Jadi, sobat UKM kreatif sekalian, kita harus mampu memahami alur keuangan bisnis untuk membangun fondasi keuangan bisnis yang kuat. Membangun bu­kan dari utang, tapi dari keuntungan bisnis. ***

Mengenal Jenis-Jenis Laporan Keuangan Pernahkah Anda mendengar istilah neraca keuangan? Atau makhluk lain dalam laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi dan laporan arus kas? Walau terkesan rumit, sebenarnya laporan keuangan bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipahami. Analogi Laporan Keuangan Sebagai Kotak Bisnis Laporan keuangan umumnya terdiri dari 3 jenis, yaitu neraca, laba rugi, dan arus kas. Untuk memudahkan pemahaman terhadap laporan-laporan tersebut, khususnya laporan neraca dan laba rugi, kita akan membuat sebuah analogi kotak bisnis. Bayangkan, kita punya sebuah kotak, yaitu kotak bisnis. Kotak ini memiliki timbangan di bawahnya, yang mengukur bobot kotak tersebut. Timbangan tersebut kita asumsikan sebagai neraca keuangan.

ADJIE WICAKSANA | 99 Gambar 3. Kotak Bisnis KOTAK BISNIS Modal Awal Pembelian Bahan Baku Pemasukan Pengeluaran Operasional Pinjaman Modal/ Utang Pengeluaran Pemasaran NERACA 1. Neraca keuangan Seperti halnya sebuah timbangan, dia akan mengukur bobot dari kotak yang ada di atasnya. Keunikan dari timbangan ini yaitu mendefinisikan bobot mana yang merupakan kekayaan bisnis dan mana yang utang. 2. Laba rugi Dalam analogi kotak bisnis, laporan laba rugi memberi kita informasi mengenai perputaran keluar masuk uang dan kekayaan dari dan ke kotak bisnis. Singk­ atnya, laporan laba rugi membantu untuk memahami proses dalam usah­­ a kita. Secara teoretis, laporan laba rugi adalah laporan untuk mengukur ke­b­ erhasilan operasional bisnis selama jangka waktu tertentu. Mengenal Lebih Dalam: Laporan Neraca Keuangan Laporan neraca keuangan sangat membantu pelaku bisnis untuk mengidentifikasi aset dan rasio utang. Neraca keuangan juga digunakan untuk menguk­ ur pertumbuhan bisnis. Dalam akuntansi keuangan, neraca juga disebut la­poran posisi keuangan (balance sheet), yaitu laporan keuangan suatu bisnis yang menunjukkan kondisi keuangan pada akhir periode.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook