Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Artikel penanggulangan narkoba

Artikel penanggulangan narkoba

Published by nafisah.noorin, 2019-06-23 10:53:28

Description: artikel erna

Search

Read the Text Version

“UPAYA MENANGGULANGI PEREDARAN NARKOBA MELALUI GESEK BERSINAR” Oleh Nama : Erna Listyaningsih, S.Pd.I Instansi : SMK N 1 GANTIWARNO KLATEN Email : [email protected] SMK N 1 GANTIWARNO KLATEN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH 2019

“UPAYA MENANGGULANGI PEREDARAN NARKOBA MELALUI GESEK BERSINAR” ARTIKEL Diajukan dalam rangka lomba penulisan artikel penanggulangan narkoba di sekolah Yang diselenggarakan oleh Kesharlindungdikmen Nama Oleh Instansi : Erna Listyaningsih, S.Pd.I Email : SMK N 1 GANTIWARNO KLATEN : [email protected] SMK N 1 GANTIWARNO KLATEN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2019

ABSTRAK Narkoba adalah sebuah tindak kejahatan yang paling berat. Karena dampaknya dapat menghancurkan masa depan generasi bangsa bahkan menghancurkan hidupnya. Upaya penanggulangan narkoba di sekolah terlihat masih kurang maksimal. Oleh karena itu perlu sebuah program sekolah yang fokus pada penanggulangan narkoba pada siswa. Karena korban usia rawan penyalahgunaan narkoba terjadi pada usia anak sekolah, yaitu antara usia SMP-SMA. Banyak metode penanggulangan penyalahgunaan narkoba yang telah dilakukan. Baik secara medis, psikologi maupun spiritual. Ketiganya harus proporsional diberikan kepada siswa. Gerakan sekolah bebas dan bersih dari narkoba perlu diwujudkan secara jelas dan diterapkan secara berkesinambungan. Perlu kerjasama yang kuat diantara seluruh anggota masyarakat sekolah. Selain itu yang sangat mempengaruhi siswa, terpengaruh narkoba atau tidak adalah dari dirinya sendiri. Sehingga perlu membekali siswa dengan mental yang kuat agar penanggulangan itu bersifat alami. Kata kunci: narkoba, remaja, penanggulangan narkoba di sekolah, gerakan sekolah bebas dan bersih dari narkoba.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Telah kita ketahui, bahwa narkoba merupakan kejahatan yang luar biasa (ekstra ordinary crime). Narkoba telah melanda di berbagai negara dan tak kurang-kurang ancaman hukuman yang diterapkan agar dapat memberikan efek jera pada pelakunya. Pidana mati akan diberikan bagi setiap Bandar atau pengedar narkoba sebagaimana telah diatur dalam UU No 35 Th. 2009 tentang narkoba. Namun faktanya setiap tahun semakin meningkat saja jumlah peredaran narkoba. Aparat Negara dengan ancaman hukumannya tidak membuat para pengedar jera. Sulitnya penanggulangan penjualan dan peredaran narkoba dikarenakan Narkoba dijalankan oleh sebuah kejahatan yang diorganisir (organized crime). Kejahatan yang terorganisir ini sudah mencapai taraf kejahatan antar Negara (transnational crime). Kondisi pelajar di Indonesia saat ini pada tahap darurat narkoba. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Sitti Hikmawatty, Komisioner Bidang Kesehatan KPAI, bahwasanya total 87 juta anak, maksimal usia 18 tahun, tercatat sebanyak 5,9 juta sebagai pecandu.1 Melihat realita demikian, seharusnya BNN melakukan kerjasama dengan pihak di bidang pendidikan. Pendidikan harus sejalan dengan program penanggulangan narkoba. Bahkan jika perlu sekolah melayani rehabilitasi para korban penyalahguna narkoba. Karena Sekolah adalah rumah kedua bagi para siswa. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan bagi para guru yang bertugas dalam program penanggulangan narkoba di sekolah. Tidak semua penyalahguna narkoba di masukkan dalam tahanan, namun diupayakan dengan rehabilitasi.2 Jika penyalahguna di masukkan tahanan semua, maka penghuni tahanan dari korban penyalahguna narkoba akan meluap. Tidak sebanding antara penghuni tahanan dengan penyediaan tempat tahanan. Dikarenakan, korban penyalahgunaan narkoba bersifat ice berg (gunung es). Apabila 1 Annisa Ulva Damayanti. “5,9 Juta anak Indonesia Jadi pecandu narkoba.” https://news.okezone.com/ 6 Maret 2018. Diakses pada tanggal 24 Mei 2019. 2 “Pelajar Pengguna Narkoba di Indonesia tercatat 24 persen dari Total pengguna sebanyak 3,37 orang” https://jabar.tribunnews.com 26 Februari 2019. Diakses pada tanggal 24 Mei 2019.

penyalahguna yang tercatat sebanyak 10% maka, penyalahguna yang tidak tercatat lebih banyak daripada yang tercatat, bisa hingga 80%. Maka dari itu, upaya penanggulangan barang haram ini sangat memerlukan kerjasama yang kuat dalam berbagai aspek. Bidang pendidikan adalah sebuah cara yang sangat efektif dalam menanggulangi terutama korban usia remaja, usia sekolah, dari jenjang SMP-SMA, bahkan sangat rawan sekali korban usia SD. Peraturan yang tercantum dalam UU NO 35 Th. 2009 Pasal 4 mengatur tentang posisi pencandu.3 Pemerintah menyebut bahwa pecandu disebut sebagai korban, sehingga berhak mendapatkan rehabilitasi secara medis maupun social. Berbagai pusat rehabilitasi bagi pecandu narkoba melakukan pendekatan secara medis, psikologi maupun spiritual. Ketiganya harus dilakukan secara seimbang, agar proses rehabilitasi menjadi efektif. Pemerintah dirasa perlu bekerja sama untuk menambah jumlah pusat-pusat rehabilitasi dengan para relawan. Sehingga penanganan para korban penyalahguna narkoba, disesuaikan dengan tingkat keparahannya, dan jangka waktu mengkonsumsi narkoba. Pada realitanya, pendidikan belum maksimal dalam menanggulangi narkoba. Sedangkan generasi usia sekolah yang terkena kasus narkoba semakin bertambah, baik jumlahnya, maupun jangkauan usianya. Salah satu provinsi yang perlu dicontoh adalah Provinsi Jawa Barat, yang memiliki sebuah program penanggulangan narkoba bagi generasi muda, melalui pendidikan karakter yaitu, Jabar Masagi. Jabar Masagi merupakan pendidikan karakter yang berlandaskan pada nilai- nilai budaya Jawa Barat yaitu: surti, harti, bukti, bakti. Empat nilai budaya tersebut artinya adalah cinta agama, bela Negara, jaga budaya, dan cinta lingkungan.4 Melalui penguatan pendidikan karakter, maka harapannya anak akan memiliki benteng mental yang kuat, sehingga mampu menghadapi tantangan di era millennial, salah satunya narkoba. Banyaknya jumlah pecandu narkoba yang terungkap, memiliki perbandingan yang kecil dibandingkan dengan jumlah pecandu narkoba yang tidak terungkap. Hal ini merupakan masalah gunung es (ice berg) yang terjadi di berbagai nergara. Oleh karena itu penanggulangan 3 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.” Hlm 6. 4 “Ridwan kamil akan Luncurkan Konsep pendidikan karakter Jabar Masagi” https://regional.kompas.com 4 Desember 2018. Diakses pada tanggal 24 Mei 2019.

narkoba membutuhkan kerja sama di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah yang ektra kuat. Sekolah menjadi sasaran lingkungan yang paling mudah untuk mengedarkan narkoba. Karena kalangan remaja saat ini merupakan generasi millennial. Generasi muda millennial jika tidak memiliki landasan spiritual yang kokoh, maka akan sangat mudah sekali terjerumus dalam gaya hidup yang berlebihan. Seperti gaya hidup konsumtif dan mengabaikan produktivitas, gaya hidup yang menyukai zona kenyamanan dan mengabaikan zona perjuangan. Generasi yang menyukai kenikmatan duniawi (hedonis). Banyak faktor yang mempengaruhinya dari lingkungan keluarga remaja yang orang tuanya sibuk bekerja, lingkungan sekolah yang kurang maksimal melakukan penanggulangan narkoba, lingkungan teman bergaul yang mengajak melakukan perbuatan negatif, serta lingkungan masyarakat yang tidak memberikan teladan yang baik. Faktor ketangguhan mental individu dalam menolak ajakan, ataupun keinginan untuk mencoba narkoba inilah yang paling menentukan terjerumus atau tidak kedalam jeratan narkoba. B. PERUMUSAN MASALAH  Bagaimanakah upaya penanggulangan narkoba dengan “Gesek Bersinar?”  Bagaimana teknis program penanggulangan narkoba dengan “Gesek Bersinar”? C. TUJUAN Program penanggulangan narkoba “Gesek Bersinar” di sekolah bertujuan sebagai upaya pencegahan serta pelacakan korban narkoba pada anak usia remaja. Pencegahan berarti sekolah memberikan penguatan karakter pada siswa agar terhindar dari bahaya nerkoba,

sehingga remaja memiliki karakter yang kuat dan berani berkata “Tidak!” untuk narkoba. Pelacakan berarti sekolah melakukan komunikasi kepada siswa dalam bentuk layanan konsultasi, maupun berupa angket tertulis untuk mengidentifikasi dan melakukan analisis apakah siswa tergolong rawan menjadi korban narkoba. Oleh karena itu, peran guru Bimbingan Konseling dan tim Pembina Gerakan sekolah bebas dan bersih dari narkoba ini sangat penting. Maka perlu untuk dilakukan pelatihan bagi guru yang terlibat dalam gerakan ini. D. MANFAAT Manfaat penanggulangan narkoba “Gesek Bersinar” ini ada dua yaitu manfaat umum dan khusus. Adapun manfaat umum: 1. Membantu pemerintah dalam menanggulangi narkoba 2. Sebagai upaya untuk mencegah adanya korban narkoba dalam bidang pendidikan 3. Melacak adanya korban narkoba di kalangan remaja sejak dini Sedangkan manfaat secara khusus adalah: 1. Menjadikan remaja yang kuat mental sehingga mampu menolak narkoba. 2. Remaja mendapatkan penanganan sejak dini jika telah menjadi korban penyalahgunaan narkoba. 3. Memberikan kebutuhan siswa secara mental, sosial, dan spiritual.

II. KAJIAN A. Kajian Teori 1. Faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan narkoba Korban penyalahgunaan narkoba mayoritas adalah remaja. Hal tersebut tentu ada faktor yang mempengaruhinya. Ada interaksi tiga faktor utama penyebab penyalahgunaan narkoba, yaitu: narkoba, individu, dan lingkungan. Harus ada tiga factor tersebut baru terjadi penyalahgunaan.5 NARKOBA INDIVIDU LINGKUNGAN Bagan 1: Faktor penyalahgunaan narkoba Dari ketiga factor tersebut, yang paling menentukan adalah factor individu. Jika individu memiliki benteng pertahanan mental yang kuat, memiliki jiwa yang sehat, maka sedikit kemungkinan akan terjadi penyalahgunaan narkoba. Selain ketiga factor utama tersebut diatas, ada beberapa factor yang lebih spesifik yang menimbulkan terjadinya penyalahgunaan narkoba, yaitu: 1. Keyakinan adiktif 5 Lydia Harlina Martono, dan Satya Joewana. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan keluarganya. (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), 26.

Keyakinan bahwa diri sendiri harus terlihat sempurna. Keyakinan yang salah ini menyebabkan timbulnya anggapan perfect dalam gaya hidupnya sehari-hari. Dan keyakinan itu umumnya tidak diakui, dan dia tidak akan mengatakan pada orang lain atau pada diri sendiri. 2. Kepribadian adiktif Adapun ciri dari kepribadian adiktif adalah: terobsesi pada diri sendiri, kurangnya jati diri, hidup tanpa makna dan tujuan, mencari persetujuan orang lain, tidak mampu mengendalikan marah, tidak mampu mengatasi masalah, dan kebutuhan pemuasan keinginan segera. 3. Ketidakmampuan menghadapi masalah Ketidakmampuan menghadapi masalah ini karena di lingkungan telah terjadi krisis teladan sosok yang tangguh dalam menghadapi masalah, kuat dan tabah mengahdapi kesulitan, jujur mengakui kesalahan, dll. Generasi saat ini tidak terlatih dengan hal-hal demikian. Oleh karena itu mental anak menjadi lemah dalam menghadapi masalah. 4. Tidak terpenuhinya kebutuhan Emosional, Sosial, dan spiritual Kebutuhan untuk mendapatkan kebahagiaan, penerimaan, ketenangan, dan kedamaian dari lingkungan masih kurang di kalangan remaja. Sehingga remaja mencari jalan lain (melampiaskan) yang mereka anggap lebih bisa membuat mereka bahagia sejenak, dan merasakan kenyamanan pada narkoba. 5. Kurangnya dukungan sosial6 Lingkungan baik dari keluarga, sekolah, masyarakat dan teman bergaul yang kurang memberikan dukungan yang positif pada remaja, dapat menjadikan remaja lari pada narkoba. 2. Faktor risiko tinggi dan pelindung penyalahguna narkoba Faktor risiko tinggi adalah factor pada induvidu dan lingkungan yang memudahkan penyalahgunaan narkoba.7 Sedangkan factor pelindung adalah faktor yang dapat mencegah seseorang menyalahgunakan narkoba. Oleh karena itu upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba harus memperhatikan factor risiko tinggi dan factor pelindung.8 6 Ibid., 26-27. 7 Ibid., 27. 8 Ibid., 30.

a. Faktor risiko tinggi pada remaja:presepsi diri negatif, tidak taat beribadah, tidak suka kegiatan ektrakurikuler, suka melanggar, suka melakukan perbuatan yang berbahaya, suka berontak, dll. b. Faktor risiko tinggi pada keluarga: orang tua otoriter, keluarga yang tidak harmonis, tidak ada aturan yang adil dan konsisten, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, dll. c. Faktor risiko tinggi pada sekolah: disiplin sekolah yang rendah, kurikulum pembelajaran yang kurang merangsang kreativitas siswa, kurang menekan pendidikan karakter, perhatian terhadap bimbingan dan konseling rendah, layanan bimbingan dan konseling kurang maksimal, dll. d. Faktor pelindung: berani mengahdapi tantangan, penilaian diri positif, memiliki iman yang kuat, taat beribadah, suka mengikuti kegiatan positif, hubungan keluarga yang harmonis, dll.9 3. Akibat penyalahgunaan narkoba bagi sekolah Akibat dari siswa yang menyalahgunakan narkoba akan Nampak ketika di lingkungan sekolah: rusaknya disiplin sekolah, menurunnya prestasi dan motivasi belajar siswa, meningkatnya jumlah angka membolos, akan mengganggu ketenangan dan ketertiban di lingkungan sekolah, mengakibatkan kerusakan barang-barang sekolah, dan pencurian inventaris sekolah, dll. 4. Penanggulangan narkoba di sekolah melalui pendekatan; medis, psikologi, dan spiritual Dari B. HIPOTESIS Dengan dijalankan program “gesek Bersinar” maka diperoleh generasi muda bangsa yang kuat dan terhindar dari narkoba. 9 Ibid., 28-29.

III. PEMBAHASAN MASALAH A. Langkah-langkah “Gesek Bersinar” Sekolah adalah komunitas yang sangat efektif untuk menanggulangi bahaya narkoba pada remaja. Mengingat bahwa angka penyalahgunaan narkoba sangat besar terjadi di usia remaja. Maka perlu diupayakan sebuah gerakan yang focus dan konsentrasi dalam hal penanggulangan narkoba di sekolah. Gerakan sekolah bebas dan bersih dari narkoba (Gesek Bersinar) diharapkan akan mampu mengurangi jumlah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja pada lingkungan sekolah. Sebagaimana telah disebutkan diatas banyak factor yang mempengaruhi seorang remaja menyalahgunakan narkoba. Titik temu permasalahan penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah lemahnya kejiwaan remaja. Jiwa yang sehat akan mampu mengendalikan perasaan yang dialaminya, baik dengan diri sendiri maupun perasaan terhadap orang lain. Jiwa yang sehat juga bisa merasakan kebahagiaan dari dalam dirinya, karena dia selalu berfikir positif, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian, remaja dengan jiwa yang sehat akan mampu menghadapi masalah dalam hidupnya, tanpa ada rasa sedih, dan melakukan perilaku yang menyimpang. Seperti yang telah disebut dan dijelaskan di atas. Maka upaya sekolah dalam penanggulangan narkoba di sekolah, adalah mewujudkan jiwa-jiwa siswa yang sehat dan kuat, agar bebas dan bersih dari narkoba. Jiwa dapat menjadi sehat dan kuat dapat terwujud jika kebutuhan kejiwaannya terpenuhi, kebutuhan jiwa seseorang meliputi: kebutuhan emosional, kebutuhan social, dan kebutuhan spiritual. Sehingga program “Gesek Bersinar” ini menjadi salah satu solusi dalam meuwjudkan jiwa remaja usia sekolah yang sehat dan kuat. Adapun langkah-langkah “Gesek Bersinar” yaitu sebagai berikut: 1. Sekolah membentuk sebuah tim yang bertugas dan bertanggungjawab atas berjalannya program “Gesek Bersinar” 2. Tim beranggotakan seorang guru sebagai pembimbing, dan siswa sebagai pengurusnya.

3. Tim tersebut menyusun program dalam satu tahun sebagai upaya penguatan kejiwaan siswa untuk menanggulangi narkoba. 4. Program kegiatannya menyentuh aspek: Emosional, Sosial, dan Spiritual siswa. 5. Program dilaksanakan dalam skala tahunan, bulanan, mingguan, dan harian. 6. Program sekolah juga melibatkan orang tua dan masyarakat. 7. Sebaiknya pembiasaan Gesek Bersinar ini ada salah satu yang disisipkan dalam setiap RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Adapun contoh program “Gesek Bersinar dalam kurun waktu 1 tahun di sekolah adalah:  Program Tahunan: a) Lomba - Tim mengadakan kegiatan lomba yang mengangkat tema penolakan narkoba. - Teknis lomba sesuai kreativitas, setiap tahun bisa diganti jenis lombanya. Contoh: lomba membuat poster anti narkoba, lomba pembuatan kue karakter anti narkoba, lomba masak dengan memberi nama inovatif seputar anti narkoba, lomba jingle anti narkoba, lomba desain kaos anti narkoba, lomba quotes anti narkoba, lomba puisi anti narkoba, lomba artikel anti narkoba, dll b) Kunjungan ke panti rehabilitasi: - Kunjungan ke tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba ditujukan agar siswa mengetahui bagaimana kondisi para pemakai narkoba - Agar siswa mengetahui secara nyata bahwa begitu tersiksanya merasakan kecanduan narkoba - Agar siswa mengetahui, butuh biaya yang besar untuk mendapatkan kesembuhan dari narkoba. - Agar siswa mampu menolak dengan tegas jika ada tekanan dari orang lain yang menawarkan narkoba. c) Kampanye Anti Narkoba: - Kegiatan tahunan ini bisa disisipkan pada event-event besar di sekolah. Misal, ketika PPDB, atau pada saat pentas seni ulang tahun sekolah, perpisahan kelas XII, dll. - Kampanye dilakukan dengan: - Tim mendirikan stand yang memajang poster-poster anti narkoba yang dibuat oleh para siswa dalam kegiatan lomba poster.

- Tim membuat marchendise yang bertuliskan motivasi anti narkoba, kemudian menjualnya, atau bisa juga untuk dibagikan secara gratis, atau sebagai doorprize. Tergantung jenis dan harga marchendise. - Tim menyediakan sebuah kain sebagai media bagi para siswa untuk menyatakan penolakan terhadap narkoba, bisa dengan tanda tangan dan kalimat penolakan narkoba, atau bisa dengan mengecap telapak tangan dengan cat kemudian di tempel pada kain. Kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan intelektual siswa dalam mengasah kreatifitas siswa.  Program Semesteran: a) Tamu Inspirasi: Kegiatan ini merupakan program promosi anti narkoba. Kegiatan ini sebagai motivasi nyata, penolakan tegas terhadap narkoba. Bahwa ketergantungan itu sangat menyiksa. Contoh Kegiatan: - Sekolah mendatangkan tamu dari luar, dimana tamu itu merupakan seorang yang telah sembuh dari ketergantungan narkoba (bersih). Tamu bisa seorang artis, atau tokoh terkenal, atau tokoh masyarakat, atau masyarakat umum. - Video conference dengan tokoh. Kegiatan ini dilakukan jika tamu yang telah sembuh dari narkoba itu tidak memungkinkan untuk didatangkan ke sekolah, karena kendala jarak atau kesibukannya. Kegiatan dilakukan live (langsung) dengan media video converence. Misal: Webex Meet. Dengan peralatan internet dan layar proyektor, siswa bisa bergantian melakukan Tanya jawab dengan tamu secara live. Hal tersebut sangat memungkinkan untuk dilakukan, karena majunya teknologi saat ini. Sesekali tamu yang diundang melalui vicon adalah tamu dari luar negeri, sehingga siswa menjadi semangat, dan terinspirasi dari pengalaman para tamu. Dan ini sangat nyata. b) Nonton film bareng: Nonton film yang mengisahkan tentang perjuangan para korban penyalahgunaan narkoba, dan sejenisnya. Kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan social dan spiritual siswa.  Program mingguan a) Sejarah Tokoh Berpengaruh Dalam satu minggu sekali siswa di bacakan perjalanan tokoh sukses. Kegiatan bisa dilaksanakan pada setiap hari jum’at, dimasukkan sebagai program kegiatan pembiasaan jum’at pagi. Jika

memungkinkan, siswa dikumpulkan di sebuah aula. Kemudian salah satu guru membacakan dan jika memungkinkan mempresentasikan dengan fasilitas layar proyektor agar lebih menarik. Tokoh yang dibacakan adalah yang memiliki sejarah kesuksesan yang diawali dengan perjuangan. Kegiatan ini memotivasi siswa untuk selalu berjuang demi cita-citanya. Kegiatan ini untuk memenui kebutuhan emosional siswa.  Program Harian: a) Salam pagi - Setiap awal pembelajaran, guru membimbing siswa untuk melakukan do’a. (10-15 menit) - Guru yang bertugas adalah guru yang mengampu mata jam pelajaran pada jam pertama. - Setiap siswa urut dari absen paling awal, berdiri dari tempat duduknya, dan mengangkat tangannya ke atas, sambil mengucapkan salam. - Ucapan salam berbunyi: “Selamat pagi, (kalimat toyyibah, missal: Alhamdulillah….) saya hari ini sudah solat subuh, saya sehat, dan saya bahagia. Bersinar! Saya siap belajar!” - Kalimat toyibah diganti dengan kalimat pujian untuk Tuhan jika beragama selain Islam. Kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan spiritual siswa. b) Doaku hari ini - Kegiatan harian doa bersama dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. (10-15 menit). - Guru yang bertugas adalah guru yang mengampu pada jam terakhir. - Guru memimpin melakukan doa bersama, dan diakhiri dengan mengucapkan do’a masing-masing diawali dari guru, kemudian siswa urut satu persatu dari absen paling atas. - Kegiatan bisa dilakukan dengan duduk rileks di lantai, atau duduk melingkar berkelompok di meja, dll, agar suasana tercipta tenang, santai, dan siswa dapat fokus dalam berdo’a. - Kegiatan ini bertujuan memenuhi kebutuhan spiritual siswa.

B. Dampak Dampak dari Gerakan Sekolah Bebas dan Bersih dari Narkoba ini antara lain: 1. Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. 2. Meningkatkan kerja sama antar warga sekolah. 3. Mengurangi resiko penyalahgunaan narkoba pada siswa di sekolah. 4. Mendeteksi remaja yang termasuk rawan terkena narkoba. C. Resiko Dengan diadakannya Gerakan Sekolah Bebas dan Bersih dari Narkoba ini, ada beberapa resiko yang akan muncul. Beberapa resiko tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Sekolah mengalokasikan waktu untuk beberapa program harian Gerakan Sekolah Bebas dan Bersih dari Narkoba, pada jam pelajaran awal dan akhir. 2. Menganggarkan dana operasional demi terwujud dan terlaksananya seluruh program Gerakan Sekolah Bebas dan Bersih dari Narkoba. 3. Mengadakan pelatihan bagi guru pendamping gerakan sekolah bebas dan nersih dari narkoba. 4. Selalu memotivasi tim dan seluruh guru dan seluruh warga sekolah untuk menyukseskan Gerakan Sekolah Bebas dan Bersih dari Narkoba. 5. Sekolah harus bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam melaksanakan beberapa program, yang memerlukan kontribusi masyarakat.

IV. PENUTUP A. KESIMPULAN Sekolah sebagai sebuah komunitas remaja untuk bergaul dengan temannya, selayaknya dapat menciptakan suasana yang nyaman, dan membuat siswa betah di lingkungan sekolah. Selain itu, sekolah juga selayaknya memberikan semua kebutuhan siswa, selain kebutuhan intelektual, yaitu ada kebutuhan spiritual, emosional, dan kebutuhan moral. Upaya penanggulangan narkoba dapat di awali dengan memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan spiritual, emosional, dan moral, pada dasarnya adalah kebutuhan kejiwaan setiap orang. Jika kejiwaan seseorang kuat dan sehat, pasti orang itu dapat menghadapi segala kesulitan hidupnya. Dan harapannya, remaja yang memiliki jiwa yang sehat dan kuat, tidak akan mudah menyerah kepada narkoba ketika sedang mengalami kesempitan dan kesusuahan. Posisi guru adalah sebagai orang tua ke dua selama siswa di sekolah. Oleh karena itu, kejiwaan guru juga harus sehat dan kuat sebelum membentuk karakter siswa dengan jiwa yang sehat dan kuat pula. B. SARAN Bagi kementrian pendidikan lebih memperhatikan secara lebih khusus pada upaya penanggulangan narkoba di sekolah dengan cara: 1. Mengadakan gerakan sekolah bebas dan bersih dari narkoba tingkat nasional. 2. Menyisipkan aktivitas/pembiasaan yang bertujuan menanggulangi narkoba di sekolah, pada bagian dari RPP (Rencana Proses Pembelajaran). 3. Mengalokasikan anggaran sekolah untuk gerakan sekolah bebas dan bersih dari narkoba agar tujuan penanggulangan narkoba pada remaja tercapai. 4. Mengadakan pelatihan bagi guru Pembina gerakan Bebas dan bersih dari narkoba.

DAFTAR PUSTAKA Referensi Cetak Widharto. Stop Mirasantika! Jakarta: PT. Sunda Kelapa Pustaka. 2007. Martono, Lydia Harlina & Joewana, Satya. Membantu Pemulihan Pecand Narkoba dan keluarganya. Jakarta: Balai Pustaka. 2006. Martono, Lydia Harlina & Joewana, Satya. Modul Latihan Pemulihan pecandu Narkoba Berbasis masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. Hawi, Akmal. “REMAJA PECANDU NARKOBA: Studi tentang Rehabilitasi Integratif di Panti Rehabilitasi Narkoba Pondok Pesantren Ar- Rahman Palembang.” Jurnal Tadrib, Vol. IV, No.1, bulan Juni 2018. Hasibuan, Abd. Aziz. “Narkoba dan Penanggulangannya.” STUDIA DIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Bidang Pendidikan Vol. 11, No. 1, bulan Juni 2017. Eleanora Fransiska Novita. “BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA SERTA USAHA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA (Suatu Tinjauan Teoritis)” Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, bulan April 2011. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Referensi Elektronik Damayanti, Annisa Ulva. “5,9 Juta anak Indonesia Jadi pecandu narkoba.” https://news.okezone.com/ 6 maret 2018. Permana, Cipta. “Pelajar Pengguna Narkoba di Indonesia tercatat 24 persen dari Total pengguna sebanyak 3,37 orang” https://jabar.tribunnews.com 26 Februari 2019.

LAMPIRAN 1. Biodata

Lampiran 2. Surat keterangan masih mengajar

Lampiran 3. Surat Pernyataan keaslian

Lampiran 4. Screen shoot data dapodik


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook