5. Selanjutnya siswa menebak, kesempatan satu kelompok menebak adalah 3 kali tebakan untuk satu tebakan yang dibacakan kelompok yang tampil, bila berhasil mendapat nilai 100 point bila salah bernilai 0 namun kelompok yang menjawab salah lebih dari tiga kali dan salah akan mendapat pengurangan nilai 50 point. 6. Setelah seluruh kelompok tampil, maka kita akan mendapat 3 pemenang. Jangan lupa untuk memberi reward permen atau snack bagi pemenang, hal itu dilakukan untuk menambah semangat siswa. Demikian urutan dari pelaksanaan Guessing Games yang dilakukan penulis di kelas penulis. Tebakan ini bisa menambah kosa kata terutama adjective. Guessing Games yang penulis laksanakan membuat siswa antusias dalam bertanya karena mereka tahu ada penilaian terhadap keaktifan mereka, pertanyaan yang merela produksi bisa diulang pada tebakan selanjutnya. Memang Guessing Games ini menurut penulis menarik untuk diterapkan namun penulis masih mengalami kesulitan terkait dengan waktu karena waktu yang dibutuhkan lebih dari 1 x 2 JP sementara jam pelajaran bahasa Inggris hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu pada kurikulum 13. Selanjutnya guru harus tegas dan member arahan yang jelas bagi siswa untuk menghinfari salah persepsi dan kacaunya permainan. 94
21 Teaching to Stimulate Students’ Critical Thinking through Video Sulistiyani Dyah P Penulis Independen Pendahuluan Berfikir kritis atau dikenal sebagai Critical Thinking adalah salah satu ketrampilan atau skill penting yang harus dimiliki dan dikembangkan pada peserta didik mengingat ketrampilan ini sangat mendasar dan berguna di segala aspek kehidupan. Secara keilmuan, berfikir kritis merupakan proses aktif yang memerlukan skill yang terasah untuk mengkonsep, menerapkan, menganalisa, mensintesa dan atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, pengalaman, komunikasi dan sebagainya. Dalam mengajar berfikir kritis, guru tidak memerlukan banyak waktu untuk menyusun perencanaan pembelajaran. Pembelajaran ini tidak mengharuskan adanya peralatan khusus ataupun nara sumber tertentu mrlaainkan guru harus memiliki dan mampu menumbuhkan semangat keingintahuan yang tinggi pada siswa. Berpikir kritis adalah aktivitas terampil yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan, koherensi, dan lain-lain (Fisher, 2009:13). Berpikir secara umum dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan. Penekanan dalam ketrampilan berpikir menegaskan penalaran (reasoning) sebagai fokus utama kognitif. Berpikir kritis adalah cara berpikir seseorang mengenai suatu masalah dimana pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standard intelektual padanya (Nitko, A.J & Brookhart, 2007) Video menjadi salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk menstimulasi critical thinking. Mengapa demikian? Menonton video secara aktif memerlukan panca indera penglihatan dan pendengaran yang dimaksimalkan untuk memahami 95
serta menyerap informasi tentang apa yang dilihatnya. Penonton video adalah kegiatan menarik dan bagus untuk pembelajaran. Namun demikian, peenggunaan video janganlah berhenti sampai di situ. Respon setelah menonton video sangat membantu mengembangkan cara perpikir dan menganalisa suatu masalah. Latihan yang rutin dan intens akan meningkatkan kemampuan berfifkir dari waktu ke waktu. Di sinilah peran guru dalam menstimulasi apa yang ada dalam benak fikiran anak didiknya untuk diungkapkan, dianalisa ataupun dibahas secara bersama dalam satu sesi pembelajaran sangat dibutuhkan. Strategi -strategi sederhana dapat dimanfaatkan untuk menstimulasi pikiran anak untuk berfikir lebih jauh, lebih dalam dan analitis. Menurut Lee Waranabee, tetdapat beberapa strategi sederhana yang dapat diterapkan salam pengajaran critical thinking, diantaranya adalah : 1. Awali dengan pertanyaan atau kalimat; 2. Berikan informasi dasar tentang materi yang akan dibahas; 3. Mandaatkan peer group. Strategi tersebut dibenarkan dan diperkuat oleh teori yang mengatakan bahwa critical thinking melibatkan adanya refleksi dan analisa ide. Indikator keterampilan berpiki kritis menurut Ennis (1985) yang dikembangkan meliputi: 1. Memfokuskan Pertanyaan 2. Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 3. Mengidentifikasi Asumsi – asumsi 4. Menganalisis Argumen 5. Mendefinisikan Istilah dan Mempertimbangkan Suatu Definissi 6. Mempertimbangkan Sumber Apakah Dapat Dipercaya atau Tidak 7. Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan 8. Mengobservasi dan Mempertimbangkan Laporan Observasi 9. Menentukan Suatu Tindakan 10. Menginduksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi 11. Berinteraksi dengan Orang Lain Indikator atau aspek yang dinilai pada keterampilan berpikir kritis siswa yang digunakan dalam pengamatan lembar aktivitas siswa yaitu sebagai berikut: 1. Merumuskan pertanyaan 96
2. Mengidentifikasi kriteria untuk mempertimbangkan jawaban 3. Berpendapat sesuai dengan sumber yang tepat 4. Mampu memberikan alasan yang tepat dalam menyanggah 5. Menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang 6. Menyimpulkan materi yang dibahas 7. Mendefinisikan masalah 8. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan 9. Mampu berstrategi logika 10. Mampu bekerja sama dengan siswa lain Kriteria-kriteria penilaian di atas dapat dibuat dalam suatu kolom sesuai kebutuhan pada tingkat pembelajaran. Guru memiliki peran yang sangat penting untuk mengevaluasi tingkat perkembangan berfikir kritis peserta didiknya melalui checklist ataupun uraian yang dibuatnya. Implementasi di Kelas Untuk menstimulasi siswa bekerja secara maksimal dalam mengikuti materi melalui video, guru dapat melakukan strategi berikut ini : Langkah 1. Pembagian Kelompok. Guru membagi kelass dalam grup diskusi antara 4 sampai 5 siswa. Grup dapat disesuaikan dengan jumlah keseluruhan siswa dalam kelas. Setiap kelompok fiberikan pengetahuan dasaar tentang tema yang berkaitan dengan video yang akan diputar. Tugas atau informasi ini dapat diberikan beeberapa hari sebelumnya dengan tujuan siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi dasar tersebut melalui internet atau buku- buku. Langkah 2. Pemutaran Video. Pemutaran video dapat dilakukan di lab khusus bahasa ataupun di dalam kelas. Semua siswa bertanggungjawab untuk memahami isi yang ada dalam video tersebut baik secara individu maupun kelompok. Paparan, alur cerita, madalah, pesan moral yang ditampilkan dapat menjadi bahan diskusi dan pencarian problem solving. Sebagai alternatif diskusi, guru sengaja membagi beberaoa kelompok menjadi yang pro dan beberapa kelompok kontra terhadap isi video. Langkah 3. Berikan pertanyaan sehubungan dengan tema. Setelah selesai menyaksikan pemutaran video bersama-dama, guru dapat memancing siswa dengan satu pertanyaan ataupun kalimat yang memberikan open 97
ended discussion. Siswa dapat bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan pertanyaan pancingan yang diberikan oleh guru. Langkah 4. Memonitor Kegiatan Siswa Dalam memonitor siswa, guru dapat melihat aktivitas masing-masing kelompok. Di sini, guru perlu memiliki catatan khusus dari masing-masing kelompok tentang cara kerja mereka dan ide-ide yang diberikan. Langkah 5. Diskusikan dalam kelas Kelas menjadi tempat untuk siswa mengungkapkan ide atau gagasannya secara lebih luas. Keberanian mengungkapkan ide atau gagasan menjadi satu latihan tersendiri untuk melatih mental siswa. Saat diskusi berlangsung, guru juga dapat memberikan catatan-catatan penting mengenai kelompok maupun personal siswa. Apakah komentar, kritikan, ide atau gagadannya mrmenuhi ktiteria-kriteria penilaian berfikir kritis yang sudah dibahas pada bagian kajian teoti di atas. Masing-masing poin penilaian ini tidak harus diambil semuanya, bergantung pada tingkat pendidikan dan kemampuan siswa. Pada tahap awal diskusi, penilaian sederhana yang mrngacu pada kritetia-kriteria tersebut diambil secukupnya, krmuafian dapat ditingkatkan pada proses belajar mengajar berikutnya secara bertahap. Langkah 6. Guru Mengajak Siswa Menyimpulkan Hasil Diskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi bagi siswa untuk membuat kesimpulan, dan membandingkan hasil diskusi dengan kelompok lain. Strategi ini bertujuan untuk memberikan wawasan atau sudut pandang lain dari kelompok yang berbeda. Langkah 7. Guru Memberikan Masukan Kritikan, saran serta penilaian guru sangat membantu siswa baik secara kelompok maupun individu untuk mengadakan perbaikan selanjutnya. Catatan-catatan penting dari guru dapat dijadikan sebagai acuan perbaikan pada diskusi materi berikutnya. Variasi Stategi Pengajaran Critical Thinking pada anak usia dini dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Beri anak kesempatan untuk bermain. Selama bermain, anak-anak akan belajar banyak hal seperti trntang sebab akibat. Misalnya saja apa yang terjadi ketika anak menuangkan air ke dalam botol lalu memindahkannya ke dalam gelas. Mengapa bola bisa mengapung dan sebagainya. Biarlah anak-anak mengamatinya melalui saat-saat bermainnya. Permainan semacam ini tentunya sudah dipersiapkan guru sesuai materi pembelajarannya. Di sinilah 98
guru memiliki peran penting serta kreatif agar anak-anak tetap tertarik mengikuti proses belajar mereka melalui kegiatan bermain. 2. Berhenti dan tunggu. Berilah waktu jeda untuk anak-anak berfikir atas apa yang mereka amati. Pancinglah bila anak kesulitan mengungkapkan. 3. Jangan mencampuri atau membantu mereka cepat-cepat. Menghadapi anak memerlukan kesabaran yang lebih tinggi dibandingkan mengajar anak usia SMP, SMA ataupun Mahasiswa. Melihat anak yang tidak sabar mengerjakan tugasnya ataupun tidak segera selesai melakukan aktifitasnya adalah tantangan tersrndiri. Biarkanlah anak-anak menyelesaikan tugasnya secara mandiri meskipun pendidik sebenarnya bisa membantunya. Dengan demikian, anak-anak belajar bertanggung jawab, mandiri, mengembangkan berfikir kritis, menguji kesabaran dan kedisiplinan anak. Pemanfaatan video pada tahap menstimulasi berfikir kritis pada anak dapat diintegrasikan dengan proses bermain. Sebelum menonton video, anak-anak diperkenalkan juga dengan pemahaman materi yang akan disampaikan. Sebagai contoh mengenalkan anak pada makanan sehat, anak-anak berhadapan langsung untuk melihat dan merasakan makanan sehat yang dibawa dari rumah. Tahapan selanjutnya, anak diajak bereksplorasi pada makanan – makanan lain yang mungkin belum mereka lihat ataupun mengeksplore manfaat makanan sehat dalam tayangan video yang diputar dan disaksikan bersama-sama. Dari penjelasan di atas, dapat diambil satu poin penting berkaitan dengan pengajaran berfikir kritis. Critical thinking ini dapat dirintis dan diajarkan di jenjang usia dini hingga pendidikan tinggi. Penerapan strategi harus disesuaikan pada tingkat umur dan tingkat kebutuhan. Kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat berfikir lebih jeli, tertata, mendalam, logis dan analitis. 99
DAFTAR PUSTAKA Artikel 1 Castoniova, J. (2002). Discovery learning for the 21st century: Article manuscript. Action Research Exchange, 1(1). Chapelle, C. A. (2003). English Language Learning and Technology. Amsterdam: John Benjamin Publishing Company. Dodge, B. (1997). Some Toughts about Webquest. (Online). Tersedia: https://edweb.sdsu.edu/courses/edtecs96/about-webquests-html. Erben, T., Ban, R., & Castaneda, M. (2009). Teaching English Language Learners through Technology. New York: Routledge. Lara, S., & Repáraz, C. (2005). Effectiveness of cooperative learning: WebQuest as a tool to produce scientific videos. Tersedia: http://www.formatex.org/micte2005/294.pdf Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016. (2016). Standar Proses pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta. Smith-D’Arezzo, W. (2002). Integrating literacy methods with technology assignments in a preservice teacher education course. Reading Online, 6(2). Retrieved from http://www.readingOnline.org/articles/art_index. asp?HRE F=smith/index.html Tahang, L. (2008). Kerangka Teoritis Pembelajaran Berbasis Web. Tersedia: https://www.slideshare.net/tahangpette/strategi-pembelajaran-iv Artikel 2 Anonym. Johann Friedrich Herbart. Diunduh pada 19 Mei 2018. [Online]. Tersedia:http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Johann_Friedrich_Herbart. DePorter, B., Reardon, M., and Nourie, S. S. (2000). Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Mizan . Mansur, H.R. (2015). Menciptakan Pembelajaran Efektif Melalui Apersepsi. Diunduh pada 19 Mei 2018. [Online]. Tersedia: http://www.lpmpsulsel.net /v2/attachments/327_Menciptakan%20pembelajaran%20efektif%20melalu i%20apersepsi.pdf Sousa, D. A. (2001). How the Brain Learns: A Classroom Teacher’s Guide. California: Corwin Press, Inc. 100
Artikel 3 Brown, H. D. dan H. Lee. (2015). Teaching by Principles. Edisi keempat. Englewood Cliffts, N. J. Prentice hall. Nurmukminatien, dkk. (2016). Language Teaching Methods. -: Universitas Terbuka Palalas, A. & Ally, M. (2016). The International Handbook of Mobile-Assisted Language Learning. China Central Radio & TV University Press, Co. Ltd. ISBN 978-7-304-07464-7. Rahimi, M. & Soleymani, E. (2015). The Impact of Mobile Learning on Listening Anxiety and Listening Comprehension. English Language Teaching; Vol. 8, No. 10; 2015 ISSN 1916-4742 E-ISSN 1916-4750. Sayan, H. (2016). Affecting Higher Students Learning Activity by Using Whatsapp. European Journal of Research and Reflection in Educational Sciences Vol. 4 No. 3, 2016 ISSN 2056-5852. Artikel 4 Chaer, A. (1999). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Contingency - definition of contingency by The Free Dictionary Dirjen GTK. (2016). Kumpulan Materi Instruktur Nasional Guru Pembelajar. Dirjen GTK.. (2017). Pedoman Umum Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Kemdikbud. Merriam-Webster Dictionary Widiatmoko, dkk. (2016). Modul Kompetensi Guru Bahasa Inggris Kelompok F. Dirjen GTK Kemdikbud. http://www.thefreedictionary.com/contingency Diunduh 18 Mei 2018. Tersedia. http://www.kompasiana.com/ianmursito/profesionalisme-guru-sebagai-indikator-keberhasilan- dalam-peningkatan-prestasi-belajar-siswa_576207d964afbdf5038b457e Diunduh 18 Mei 2018. Tersedia. https://www.google.co.id/search?q=self+awareness&oq=self+awareness&so urceid=chrome&ie=UTF-8 101
Artikel 5 Brown, H. D. (2001). Teaching by Principles. New York: Longman. Faisal, M. (2017). Pengaruh Penerapan Metode Reading Aloud terhadap Keterampilan Membaca Peserta Didik Kelas II MI Madani Alauddin Paopao. Skripsi. Makassar: UIN Alaudin. Kemendikbud. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diunduh pada 20 Mei 2018. [Online]. Tersedia di https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lafal. Novianti, R. R. (2015). Developing Students’ Speaking Ability through Genre- Based Teaching. Saarbrucken: Lambert. Artikel 6 (Kahoot, cara lain Menikmati Pembelajaran) https://.smkn2kuripan.sch.id >artikel (Menggapai Impian Belajar sambil Bermain di “Kahoot!”). Tersedia: silvirachman17.blogspot.com>2017/01 (Tekno Guru : Yuk Buat Kuis, Survey, dan Diskusi Menarikdi Kahoot!). Tersedia. www.ahza.net>2016/09>tekno –guru Solis, A. (2009). Pedagogical content knowledge. Diunduh pada 30 Agustus 2013. [Online]. Tersedia: www.indra.org/IDRSNewsletter. Artikel 7 Mukminatien, N. dan Febrianti, Y. (2016). LanguageTeaching Methods: The Teaching of Speaking. Universitas Terbuka. Johana, M. dan Wijayanti, A. Komik Sebagai Media Pengajaran Bahasa Yang Komunikatif Bagi Siswa SMP. Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 36, No. 1, Juni 2007. Diunduh pada 11 Juni 2018. [Online]. Tersdia: https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK/article/ viewFile/523/480. Damayanti, T. Using Comic Strips in Speaking Class. Diunduh pada 11 Juni 2018. [Online. ] Tersedia: https://learnenglishwithdemi.wordpress.com/ 2015/02/27/. Artikel 8 Hastuti, S.D. http://eprints.ums.ac.id/19998/2/BAB_I.pdf. Diunduh tanggal 14 Juni 2018. Fajrin, R.M. https://www.rifanfajrin.com/2016/02/membaca-pemahaman.html Diunduh tanggal 14 Juni 2018. 102
Artikel 9 Chaney, A.L., dan T.L.B. (1998). Teaching Oral Communication in Grades K-8. Boston: Allyn&Bacon. Nunan, D. (2003). Practical English Language Teaching. NY:McGraw-Hill. https://www.teachingenglish.org.uk/article/hot-seat-0, Callum Robertson http://iteslj.org/Techniques/Kayi-TeachingSpeaking.html Artikel 10 ___ (2017). 7 REVIEW GAMES THAT WON’T WASTE YOUR TIME. Diunduh pada 25 Juni 2018. [Online]. Tersedia:https://teach4theheart.com/7- review-games- that-wont-waste-your-time/. Briggs, S. (2014). 21 Ways to Check for Student Understanding. Diunduh pada 25 Juni 2018. [Online]. Tersedia: https://www.opencolleges.edu.au /informed/features/21-ways-to-check-for- student-understanding/. Cox, J. ( --- ). Fun Review Activities, Classroom Games to Do Now. Diunduh pada 25 Juni 2018. [Online]. Di http://www.teachhub.com/fun-review-activities- classroom- games-do-now Wrobleski, S. ( --- ). Top 12 Ways to Rev Up Classroom Review Strategies. Diunduh pada 25 Juni 2018 [Online]. Di http://www.teachhub.com/top-12- ways- rev-classroom-review-strategies Derrell, T. (2015). Formative vs. Summative Assessment: What's the Difference?. Diunduh pada 7 Juli 2018. [Online]. Di https://www.aiuniv.edu/blog/2015/ june/formative-vs-summative Finley, T. (2014). Dipsticks: Efficient Ways to Check for Understanding. Diunduh pada 5 Juli 2018. [Online]. Di https://www.edutopia.org/blog/dipsticks-to- check-for- understanding-todd-finley The Writers at Teacher Pop. (2016). 8 Ways to Check for Student Understanding. Diunduh pada 5 Juli 2018 [Online]. Di https://www.teachforamerica.org/ teacherpop/8-ways-check-student- understanding Artikel 11 Ahmadi, A., (2001), Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta: Jakarta. Hamzah, (2008). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara. Hermawanto, I. (2017). 3 Cara Mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik. Diunduh pada 28 Juni 2018 [Online] di www.irvanhermanto.blogspot.com. Nuniek. (2013), Pengaruh Gaya Belajar Siswa terahad Prestasi Belajar Matematika Siswa. Jurmal Psikologi Universitas Ahmad Dahlan 2 (1) Juli. Santrock, J. (2007), Psikologi Pendidikan, Kencana: Jakarta. Susilo, M., (2006). Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, Yogyakarta: Pinus. 103
Artikel 12 Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Lampiran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sanjaya, Wina 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sudjana, Nana. 2009. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Pengertian Media Pembelajaran. Diunduh 15 Juli 2018. (Online) di www. Belajarpsikologi.com Artikel 13 9 ways to check student understanding. Diunduh 1 juli 2018. Tersedia: http://achievenowpd.com/tips-checking-student-understanding/. Achyar. (1998). Pembelajaran Kooperative Sebagai Salah Satu Strategi Pengajaran IPA. Buletin P3G. Briggs, Saga, 21 ways to check student understanding. Tersedia: https://www. opencolleges.edu.au/informed/features/21-ways-to-check-for-student- understanding/. Collie, J. & Slater, S. (1987). Literature in the Language Classroom: A Resource Book of Ideas and Activities. New York: Cambridge University Press. Destafney, M. (1995). Cooperative Learning. http://edtech.kennesa.edu/intech/cooperativelearning.htm. Johnson, R. (1995). Cooperative Learning. http://www.leee.org/organizations /eab/precollege/cleansummit/presentation/CLHKs.pdf . Kagan, S. (1992). Cooperative Learning. San Juan Capistrano: Kagan Cooperative Learning. Moody, H.L.B. (1971). The Teaching of Literature. London: Longman Group, Ltd. Musthafa, B. (1994). ‘Literature Response: A Way of Integrating Reading Writing Activities. Reading Improvement’ A journal Devoted to the Teaching of Reading. Vol. 31/1 (spring, 1994). Nita, I. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru: Tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Mempelajari Teks Naratif Melalui Model – Model Pembelajaran Cooperative Learning. Roger and David, W. J. (1997). Two Heads Learn Better Than One. Minnesota: Context Institute. 104
Artikel 14 Branston, G & Stafford, R. (2003). the Media Student’s Book, 3rd edition. London: Routledge. Michigan: Gebhart, J. G. (2009). Teaching English as a foreign and second language. The University of Michigan Press. Joyce, H. S. & Feez, S. (2012). Text-based language literacy education: Programming and methodology. Australia: Phoenix Education Pty Ltd. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). When English Rings a Bell. Jakarta: Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. (2017). Permendikbud No. 59 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud. Nation, I.S.P & Macalister, J. (2010). Language Curriculum Design. London: Routledge Oxford, R. L. (1989). Language learning strategies: What every teacher should know. USA: Heinle and Heinle Publisher. Parangkuan, V. (2018). Misteri Surat Perpisahan. Tersedia: http://bobo.grid.id/ read/08677200/misteri-surat-perpisahan. 8 Mei 2018 pukul 13.00. Richards, J. C. (2002). Curriculum development in language teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Suherdi, D. (2012). Towards the 21st century English teacher education: an Indonesian perspective. Bandung: Celtics Press. Tomlinson, B. (1998). Materials Development in Language Teaching. Cambridge:Cambridge University Press. Ur, P .(2009). A Course in language teaching. Practice and theory. Great Britain: Cambridge University Press. Artikel 15 Educational Regier, N. (2012). Book Two: 60 Formative Assessment Strategies. __: Regier Resources. Artikel 16 https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-pembelajaran-kontekstual-contextual- teaching-and-learning-ctl/10749 http://nrdndini.blogspot.com/2015/12/piramida-pembelajaran-edgar-dale-1946.html https://www.jamieoliver.com/recipes/eggs-recipes/easy-pancakes/ https://www.youtube.com/watch?v=idMwGlFxy3w 105
Artikel 17 Ashana, C. K. (2007). Contextual Teaching and Learning. Diunduh pada tanggal 14 Juli 2018. [Online]. Tersedia: http://www.dictio.co.id. 2018. Pemuda, D. (2004). Hakikat Pembelajaran Efektif. Diunduh pada tanggal 15 Juli Tersedia: www.proprofs.com. [Online]. Jacobs, H.H. (1989). Interdisciplinary curriculum : Design and implementation. ASCD. Alexandria,Va. Diunduh pada tanggal 14 Juli 2018. Tersedia: https://en.wikipedia.org Artikel 18 Harsanto, R. (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Jogjakarta: Kanisius. Hines, C. dan Kennedy. (1985). Teacher Clarity and Its Relationship to Student Achievement and Satisfaction. American Educational Research Journal 22: 87- 99. Seivert, K. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan (Manajemen Mutu Psikologi Pendidikan Para Pendidik), judul asli Educational Psikology, terj Yunus Anas, Jogjakarta: IRCiSoD, 2010. Artikel 19 Cotton, K. (1988). Clasroom Quetioning. Diunduh pada tanggal 13 Juli 2018. Tersedia: http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/session6/-6. ClassroomQuestioning.pdf. Darn, S. (2007). Teacher Talking Time. Diunduh pada tanggal 13 Juli 2018. Tersedia: https://www.teachingenglish.org.uk/article/teacher-talking-time. Paula, D. (2013). Power of Our Words, Massachusets, Center for Responsive Schools Inc. Willen, W.W. (1991). Questioning Skills for Teachers. National Education Assotiation of USA, 3rd edition. http://changingminds.org/techniques/questioning/open_closed_questions.htm Artikel 20 Hadfield, J. (1999). Beginners Communication Games. Addison Wesley Longman Ltd. Harlow. England. Harmer, J. (1983). The Practice of English Language Teaching (1st Edition). New York. Longman Inc. Herpratiwi. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Setiyadi, A. B. (2006). Teaching English as a Foreign Language. Yogyakarta: Graha Ilmu. 106
Artikel 21 Atkinson, D. (1997). A Critical Approach to Critical Thinking. TESOL Quarterly, 31 (1) to 71-94. Brookfield, S. (1987). Developing Critical Thinking: Challenging Adults to Eksplore Altetnative Ways of Thinking and Acting. San Fransisco:Jossey- Basts. Brown, H.D. and Lee, H. (2015). Teaching by Principles – An Interactive Approach Language Pedagogy White Plains. NY: Pearson Longman. Carmichael, M. et all. Assessing the Impact of Video on Students Engangement, Critical Thinking and Learning. Video Sage Publishing. Martinelli, M. (2018). 10 Tips for Teaching Kids to be Awesome Critical Thinkers. Diunduh pada tanggal 10 Juli 2018. Tersedia: iteslj.org. 107
BIODATA PENULIS Erna Hamidah adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 51 Kota Bandung. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN SGD Bandung. Penulis berkesempatan menjadi salah satu penulis buku berjudul Kelas Kreatif jilid 1 (2018). Hubungi penulis di [email protected] Dadan adalah seorang pengajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Penulis tertarik mendalami konsep motivasi belajar dan strategi pengajaran kreatif. Salah satu tulisan mengenai konsep ini masuk dalam buku kumpulan artikel Kelas Kreatif (ISBN: 9786022894063) yang diterbitkan pada tahun 2018. Alamat korespondensi [email protected] Rani Nurhayati adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMAN 2 Majalaya. Penulis merupakan lulusan sarjana Pendidikan Bahasa Inggris UPI. Pada saat ini, penulis sedang menempuh studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Terbuka. Selain sebagai seorang guru, penulis juga adalah seorang Instruktur Kabupaten untuk Kurikulum 13 dan Instruktur Nasional Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Penulis pernah menyusun modul pembelajaran untuk digunakan sendiri secara lokal di tempat penulis mengajar seperti: English-zone-for- x.com for class X, Let’s Have a Fun English! For class XI and Compact English for class XII. Penulis sangat suka hiking dan travelling bersama keluarga tercinta yaitu Yanyan, S. T. (suami) dan ketiga anaknya: Naufal Makin Tawakkal, Kafa Billahi Syahida, dan Archimedes Insan Langit. Penulis bisa dihubungi melalui email [email protected]. Penulis yang merupakan lulusan Sarjana Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Saguling, Kabupaten Bandung Barat, sejak tahun 2009 sampai sekarang. Sebelum mengajar di SMPN 1 Saguling, penulis bekerja di salah satu bimbingan belajar terkemuka di Kota Bandung. Di bimbingan belajar tersebut, penulis menjadi penyusun kurikulum dan soal untuk mata pelajaran Bahasa Inggris sampai tahun 2009. Penulis memiliki hobi bermain basket. Penulis juga tergabung dalam tim basket Pemda Kabupaten Bandung Barat. Bersama tim basket Pemda Kabupaten Bandung Barat, penulis mendapatkan medali perunggu pada ajang Porpemda Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017. Penulis dapat dihubungi melalui alamat surel: [email protected]. 108
Ivan Sofyan, adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMAN 1 Sukatani, Purwakarta yang menggemari tulis menulis sejak di bangku sekolah dasar. Namun, mulai serius menulis dalam setahun terakhir. Artikel tentang pendidikan karya penulis pernah beberapa kali dimuat di surat kabar Jawa Barat. Ia pun pernah menulis buku antologi artikel dan puisi bersama rekan- rekannya di komunitas penggiat literasi. Ia menamatkan sarjananya di UPI Bandung Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Magister di Unindra Jakarta di jurusan yang sama. Selain menulis, Ia gemar berenang dan bernyanyi. Ia saat ini berdomisili di Purwakarta. Email [email protected]. Amalia Rahisa Dewi adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 45 Bandung pendidikan S1 jurusan pendidikan Bahasa Inggris IKIP Bandung. Hobi penulis adalah menyanyi dan membaca novel. Alamat korespondensi ([email protected]). Cicin Kuraesin adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMAN 27 Bandung. Sebelumnya pernah mengajar di SMAN Tanjungsari Sumedang dan beberapa lembaga pendidikan lainnya. Penulis menyelesaikan pendidikannya di UPI pada tahun 2003. Penulis pernah terlibat dalam ETW (Workshop Guru Bahasa Inggris SMP, SMA dan SMK di Tanjungsari dan sekitarnya), iGLOW Camp for Girls, dan REF 1.0 sebagai EO. Tulisannya pernah dimuat di prosiding dan diterbitkan di jurnal SYNTAX STBA Sebelas April Sumedang serta dalam buku Kelas Kreatif 1. Travelling adalah hobi penulis. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: [email protected]. 109
Tintin Sri Suprihatin adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 9 Bandung. Tahun 2005, (Miss Tina) panggilan akrab wanita berzodiak Sagitarius ini, mulai mengabdikan dirinya sebagai guru di SMP Al Azhar YPWKS Cilegon, yang kemudian pindah tugas ke SMP Negeri 51 Bandung sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2016. Aktif sebagai penulis di ‘Kelas Kreatif’, wanita ini senang bertukar pikiran dan berbagi pengalaman tentang pembelajaran, destinasi wisata ataupun resep makanan melalui surel di alamat [email protected] Kartika Arum adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Padalarang, pernah ditempatkan di SMPN 2 Kertasari. Pendidikan terakhir di STKIP Pasundan Cimahi, Jurusan Bahasa Inggris. Pernah menjadi kontributor pada buku antologi Kelas Kreatif. Mempunyai hobi yang tidak spesifik. Silakan berkorespondensi di [email protected] Hendra Sanjaya adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 4 Lembang, penulis menempuh pendidikannya di STBA Akademi Bahasa Asing Bandung. Karya yang pernah diterbitkan adalah climate change yang di terbitkan oleh QITEP dan ASN, serta Education Development Project. Hobi penulis adalah traveling, kuliner, dan menonton bersama keluarga. Email: [email protected] 110
Penulis merupakan pengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 19 Bandung, lulus dari dua pendidikan magister, yaitu Universitas Indonesia (UI) program studi Ilmu Komunikasi dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), program studi pendidikan Bahasa Inggris). Tulisan terbarunya terdapat di “Kelas Kreatif: Indonesia-English Compatibility in Writing Descriptive Text for Early Grade’ dan “The content analysis of the English textbooks for young learners: My First Vocabeelary” diterbitkan oleh Atma Jaya Catholic University of Indonesia 2013, dalam the tenth International Conference on English Studies (CONEST 10). Hobi membaca dan melakukan perjalanan. E-mail: [email protected] Nonny Irayanti adalah seorang pengamat dunia pendidikan. Penulis adalah lulusan sastra Inggris UPI dan pernah mengajar di beberapa sekolah di Kota Bandung. Penulis tergabung dalam komunitas revowriter. Penulis masih mengasah kemampuan menulisnya dan menjadi penulis independen. Penulis adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMAN 1 Parongpong sejak tahun 2009. S1 lulusan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Selain sebagai guru mata pelajaran, penulis juga mempunyai tugas tambahan di sekolahnya sebagai Tim Pengembang Sekolah bidang EDP dan Staf Bimbingan Karir. Tulisan terbarunya dapat dilihat di antalogi Kelas Kreatif: Upaya Meningkatkan Minat Siswa dalam Memahami Struktur Generik Teks Naratif melalui Permainan Memburu Harta Karun (Permainan yang Diadopsi dari “Pokemon Go“. Alamat email : [email protected] Trisna Kristiana menyelesaikan studi S1-nya di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UPI pada tahun 2004. Setelah sebelumnya mengajar di SMA Al-Azhar Syifa Budi Jakarta dan SD Al-Azhar Syifa Budi Cilegon, sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang, penulis bertugas di SMP Negeri 2 Cipatat, Kabupaten Bandung Barat dan diberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Email: [email protected] 111
Penulis adalah guru Bahasa Inggris di SMKN 1 Kota Sukabumi. Ia adalah lulusan Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan saat ini sedang menempuh pendidikan Postgraduate Diploma bidang Applied Linguistics di Singapura. Selain sebagai guru, ia menjabat sebagai Kepala Perpustakaan di sekolahnya. Karya yang pernah diterbitkan adalah: Kelas Kreatif Raising Awareness Of Bullying Through Game “Crumpling Ijah” Atin Supartini adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMAN 2 Majalaya dari 2008-sekarang. Penulis lulus dari STKIP Bale Bandung di tahun 2002. Penulis pernah ikut dalam TPDP (Teacher Professional Developing Program) ke Adelaide South Australia di tahun 2015. Penulis menulis di buku Kelas Kreatif. Sulistiyani Dyah Purwaningsih memiliki passion dalam dunia pendidikan. Pengalaman mengajar sejak tahun 2001 dari tingkat jenjang pendidikan yang berbeda serta pada tempat mengajar yang berbeda pula di wilayah Nusantara. Kini penulis aktif di Yayasan Kartika Jaya Cab.XVIII Jayakarta yang bergerak dalam bidang pendidikan pada anak usia dini hingga Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Buku yang pernah terbit antara lain Mari Berolahraga Lari, Lancar Berbahasa Inggris (2007), Antologi dalam Kelas Kreatif (2018). Penulis merupakan alumni dari Program Magister Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Masukan serta kritikan sangat diharapkan bagi pengembangan tulisan. Jangan ragu untuk mengirimkannya di [email protected]. 112
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119