Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! 65 tulisan refleksi mengajar selama masa pandemi Dadan - Rani Nurhayati - Marjenny - Ria Triana - Rina Agustina - Endang Sugiharyanti - Widi Rahayu – Ridha Herdiani - Asep Gunawan - Sari Puji Susanty - Nurjanah - R.R Purnomowulan - Lilisuryani – Amalia Rahisa Dewi - Tuti Suryati - Sry Daniyati - Astri Supriatin - Isry Laila Syathroh - Achdi Merdianto - Eva Siti Safaah - Roslina Sawitri - Puji Rahayu - Yuyun Yuliani - Dati Ambar Palupi - Yeni Irpaniati – Atin Tresna Septina - Putu Ayu Mustiari - Afiani Astuti - Jazzy Eka - Hero Roja’ul Khoir - Mahdi - Desak Made Dewi Prabayanthi - Elsya Simamora - Sri Suryanti - Esti Purwaningsih - Devi Saeful Nurul Ulum - Aria Septi Anggaira - Dwi Nurcahyo - Susi Widyaningsih - Wiwin Winarni – Dwi Endah Herdijanti - Ni Kadek Citrawati - Epong Titin Rohaetin - Mimin Aminah - Leni Lesnawati – Yuliati Ningrat - Iis Syamsiah - Yuni Ifayati - Pipit Prihartanti Suharto - Tutik Rachmawati – Asep Dedeh Permana - Anis Widjiyanti - Nia Kurnia - Yeyet Nurhayati - Lesi Leo Puspitasari - Ivan Sofyan - Ratih Sundari - Kuni Adiniyah - Heni Maryani - Diah Trisnamayanti -Iis Sabiah - Susie Kusumayanthi - Fika Tresnawati - Yani Srisusanti - Nonny Irayanti ISBN Digital: 978-623-95355-2-0 ISBN: 978-623-95355-3-7
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Karya Guru dan Dosen di Komunitas Pendidik Kelas Kreatif Indonesia Dadan - Rani Nurhayati - Marjenny - Ria Triana - Rina Agustina - Endang Sugiharyanti - Widi Rahayu - Ridha Herdiani - Asep Gunawan - Sari Puji Susanty - Nurjanah - R.R Purnomowulan - Lilisuryani - Amalia Rahisa Dewi - Tuti Suryati - Sry Daniyati - Astri Supriatin - Isry Laila Syathroh - Achdi Merdianto - Eva Siti Safaah - Roslina Sawitri - Puji Rahayu - Yuyun Yuliani - Dati Ambar Palupi - Yeni Irpaniati - Atin Tresna Septina - Putu Ayu Mustiari - Afiani Astuti - Jazzy Eka - Hero Roja’ul Khoir - Mahdi - Desak Made Dewi Prabayanthi - Elsya Simamora - Sri Suryanti - Esti Purwaningsih - Devi Saeful Nurul Ulum - Aria Septi Anggaira - Dwi Nurcahyo - Susi Widyaningsih - Wiwin Winarni - Dwi Endah Herdijanti - Ni Kadek Citrawati - Epong Titin Rohaetin - Mimin Aminah - Leni Lesnawati - Yuliati Ningrat - Iis Syamsiah - Yuni Ifayati - Pipit Prihartanti Suharto - Tutik Rachmawati - Asep Dedeh Permana - Anis Widjiyanti - Nia Kurnia - Yeyet Nurhayati - Lesi Leo Puspitasari - Ivan Sofyan - Ratih Sundari - Kuni Adiniyah - Heni Maryani - Diah Trisnamayanti -Iis Sabiah - Susie Kusumayanthi - Fika Tresnawati - Yani Srisusanti - Nonny Irayanti Penerbit Kelas Kreatif Indonesia Bandung, November 2020 i
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Judul Buku: Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Penulis: Guru dan Dosen di Komunitas Pendidik Kelas Kreatif Indonesia Desain Sampul: Dadan Sumber gambar/ ilustrasi: gitaset.com Penyunting Akhir: Nonny Irayanti, Risma Farhanah Penerbit: Kelas Kreatif Indonesia, CV Nata Endah A38 Kab. Bandung- Jawa Barat 022-27615026 E-mail: [email protected] IG: kelaskreatif_id ISBN Digital: 978-623-95355-2-0 ISBN: 978-623-95355-3-7 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apa pun, baik secara mekanis maupun elektronik, termasuk memfotokopi, merekam dan lain-lain tanpa izin tertulis dari Kelas Kreatif. Orisinalitas karya merupakan tanggung jawab penulis masing-masing. ©Nov2020, Kelas Kreatif, Bandung ii
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Tentang Kelas Kreatif Komunitas Pendidik Kelas Kreatif Indonesia adalah sebuah Personal Learning Community (PLC), terdiri dari guru-guru, dosen, dan pemerhati pendidikan. Visi dari komunitas ini salah satunya adalah menyediakan sebuah sarana pengembangan profesional secara informal berbasis kolaborasi untuk edukator saling berbagi, berdiskusi, belajar dan berkembang bersama. Diharapkan individu yang terlibat bisa menjadi lifelong learner yang melakukan refleksi terhadap praktik mengajar masing-masing kemudian melakukan ‘riset’ terhadap teori, strategi, dan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif juga interaktif- mengimplementasikannya di kelas- dan tujuan akhirnya adalah menghasilkan sebuah kelas yang menginspirasi bagi siswa-siswinya. Dadan [email protected] @kelaskreatif_id Connect-Learn-Share-Collaborate-Inspire-Empower Cara bergabung dengan Komunitas Pendidik Kelas Kreatif Indonesia adalah dengan mengisi form pendataan di salah satu tautan berikut: https://forms.gle/pL37gdMAuHWdALjq7 atau https://bit.ly/2VwygX0 Atau scan QR Code iii
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Daftar Isi 01 10 Kegiatan Interaktif dengan Permainan dan Kreatif Membuat Greeting Card [Sari Puji Kerja Kelompok [Dadan, M.Pd. - SMA Susanty - SMPN 1 Cisalak, Kab. Subang, Jawa Bandung Independent School, Jawa Barat] Barat] 02 11 Kombinasi Cantik, Seru Buat Semua [Rani Nurhayati, M.Pd. - SMAN 2 Majalaya, Jawa Kelas Interaktif Melalui Pembelajaran Virtual Barat] [Nurjanah, M.Pd. - SMAN 7 Padang, Sumatera Barat] 03 12 Pembelajaran Greget dengan Alternatif Teknik PBM Daring [Marjenny, M.Pd. - SMA Tantangan di Masa Pandemi: Kreativitas Guru Negeri 1 Batang Anai, Sumatera Barat] [R.R Purnomowulan - SMPN 19 Bandung, Jawa Barat] 04 13 Membuat Komik Makin Asyik [Ria Triana - SMPN 1 Cisalak, Subang, Jawa Barat] Warna Baru Pembelajaran di Masa Pandemi [Lilisuryani - SMAN 1 Batang Anai, Sumatera 05 Barat] PJJ 5 in 1 [Rina Agustina, S.Pd. - SMAN 6 Kota 14 Bogor, Jawa Barat] Semoga Lelahku Menjadi Lillah [Amalia Rahisa 06 Dewi - SMPN 45 Bandung, Jawa Barat] Manfaat Handphone dalam Pembelajaran 15 Bahasa Inggris [Endang Sugiharyanti, S.Pd. - SMK Negeri 1 Ponjong, Gunungkidul, Semangat Berkreasi dan Berinovasi dengan Yogyakarta] Digital Technology [Tuti Suryati, S.Pd dari 07 SMPN 2 Subang, Jawa Barat] Lebih Dekat dengan Siswa Melalui Video 16 Conference [Widi Rahayu - SMA Albidayah, Batujajar, Jawa Barat] Aplikasi Vs Tutorial [Sry Daniyati – SMAN 22 Kab. Tangerang, Banten] 08 17 PJJ Terpadu dengan LUDADU [Ridha Herdiani, SMAN Tanjungsari, Jawa Barat] Belajar di Rumah Tetap Asyik [Astri Supriatin- SMK Pariwisata Telkom 09 Bandung, Jawa Barat] Flipped Learning: Yes, It Works! [Asep Gunawan, 18 Al Irsyad Satya Islamic School, Jawa Barat] Tantangan dan Peluang PPJ di Perguruan Tinggi [Isry Laila Syathroh - IKIP Siliwangi, Jawa Barat] iv
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! 19 29 Bermain Peran: Wawancara Pekerjaan [Achdi Menyambut Pelangi Selepas Badai [Jazzy Eka Merdianto, S.Pd - SMAS Dwiwarna Bogor, - MTs PERSIS Sumedang, Jawa Barat] Jawa Barat] 30 20 Tempel, Tempel, Tempel, Media Presentasi Kuota Chat? Tak Masalah… [Eva Siti Safaah – Pemikat Peserta Didik [Hero Roja’ul Khoir, S.S. MTs Negeri 1 Sumedang, Jawa Barat] – SMP Salman Al Farisi Bandung, Jawa Barat ] 21 31 Mendadak Daring, Siapa Takut? [Roslina Hikmah di Balik Covid-19 [Mahdi – Mts Persis Sawitri - Pengembangan Sumber Daya Sumedang, Jawa Barat] Manusia Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat] 32 22 Pembelajaran Kreatif dan Inovatif di Masa Pandemi [Desak Made Dewi Prabayanthi - Pembelajaran Aktif dan Asyik selama Bali Island School, Bali] Pandemi [Puji Rahayu, S.Pd – SMP Telkom Bandung, Jawa Barat] 33 23 Kuis Rasa Chatting [Elsya Simamora – SMP BINUS SCHOOL Simprug, DKI Jakarta] Semangat PJJ di Tengah Corona [Yuyun Yuliani,S.Pd SMAN Tanjungsari, Jawa Barat] 34 24 Belajar dari Masalah [Sri Suryanti SMP Negeri 22 Bandung, Jawa Barat] Belajar dari Rumah: Belajar dari Ketidakberdayaan [Dati Ambar Palupi 35 SMA Negeri 2 Ketapang, Kalimantan Barat] Menjadi Super dengan Kegiatan Peta Konsep 25 [Esti Purwaningsih, S. Pd. – SMA Negeri 1 Dlingo, Yogyakarta] Guru Miskin Inovasi, No Way!! [Yeni Irpaniati, S.Pd- SDIT Insantama Bandung, Jawa Barat] 36 26 Sederhana, Menarik, Tuntas [Devi Saeful Nurul Ulum, S.Pd – MTsN 1 Tasikmalaya, Jawa Apersepsi Menyenangkan pada PBM Daring Barat] [Atin Tresna Septina - SMPN 1 Baleendah, Kab. Bandung, Jawa Barat] 37 27 “Mendadak Digital”: Tantangan di Era Baru [Aria Septi Anggaira, IAIN Metro, Lampung] Tak Perlu “Tools” Wow, Pakai yang “Simple” Saja [Putu Ayu Mustiari - Bali Island School, 38 Bali] Jangan Biarkan Suasana Kelas Seperti 28 Kuburan, Ramaikan! [Dwi Nurcahyo, M.Pd. – Mentari Intercultural School Jakarta] Akal Tak Sekali Tiba [Afiani Astuti - Bandung Independent School, Jawa Barat] v
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! 39 49 Mengubah Pandemi Menjadi Akademi [Susi ‘Si’ Empat Mantra di Masa PJJ: Diskusi, Widyaningsih - Bimbel Tridaya, Jawa Barat] Interaksi, Kolaborasi, Refleksi [Pipit Prihartanti Suharto, M.A. – Universitas 40 Perjuangan Tasikmalaya, Jawa Barat] Paket Lengkap Belajar [Wiwin Winarni, SMPN 50 1 Cisalak-Kab.Subang, Jawa Barat] Dua Cara Mudah Mencapai Keberhasilan 41 Belajar Daring [Tutik Rachmawati, PhD - UNIKA Parahyangan Bandung, Jawa Barat] Bunga Rampai Pembelajaran Daring [Dwi Endah Herdijanti-SMAN 15 Bandung, Jawa 51 Barat] Aplikasi Lumrah untuk Pembelajaran yang 42 Wah! [Asep Dedeh Permana,S.Pd. – SMKN 7 Bandung, Jawa Barat] Jangan Takut Belajar di Mall Selama Pandemi [Ni Kadek Citrawati, S. Pd. - SMPN 2 52 Semarapura, Klungkung, Bali] PJJ: Saatnya Bapak Ibu Guru (juga) Belajar 43 [Anis Widjiyanti -SMKN 1 Kota Sukabumi, Jawa Barat] Strategi Cantik Membuat Siswa Tertarik [Epong Titin Rohaetin, S.Pd. – SMPN 1 Cisalak, 53 Kabupaten Subang, Jawa Barat] Proyek Seru, BDR Lebih Menyenangkan [Nia 44 Kurnia – SMP Negeri 1 Tanjungsari, Jawa Barat] Inovasi Pembelajaran PJJ [Mimin Aminah, S.Pdl. - MTs Zakaria, Bandung, Jawa Barat] 54 45 Ketika Rekaman Bertemu Mr. M [Yeyet Nurhayati, S. Pd., M. Pd. – SMAN 1 Parung, Daya Picu Aplikasi Digital [Leni Lesnawati, Jawa Barat] M.Pd. - SMP Negeri 1 Ciasem, Jawa Barat] 55 46 Refleksi para “Artis” Film Dokumenter Asyiknya Belajar Daring [Yuliati Ningrat, S.Pd. berjudul: Halusinasi Menjadi Penyiar Radio – SMAN 9 Garut, Jawa Barat] Terkenal [Lesi Leo Puspitasari, S.Pd., Gr. – SMA Negeri 1 Cisarua, Kabupaten Bogor Jawa 47 Barat] Berdamai dengan Teknologi [Iis Syamsiah - 56 MTs Negeri 1 Tasikmalaya Jawa Barat] Home Visit di Masa Pembelajaran Daring 48 [Ivan Sofyan - SMAN 1 Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat] The Voice of the Voiceless [Yuni Ifayati – SMP Islam Fitrah Al Fikri Depok, Jawa Barat] vi
57 Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Membangun Karakter Siswa Melalui Storytelling [Ratih Sundari - Bandung vii Independent School, Jawa Barat] 58 Bangkitkan Keseruan Literasi Selama Pandemi [Kuni Adiniyah, S.Pd. - SMPN 2 Kandat, Jawa Timur] 59 Model Pembelajaran Kolaboratif di Masa Pandemi [Dr. Heni Maryani, M.Pd. - SDN Cingambul II, Kab. Majalengka, Jawa Barat] 60 Insya Allah Barakah [Diah Trisnamayanti - SMK MedikaCom Bandung, Jawa Barat] 61 Irama dan Nada Pembelajaran Jarak Jauh [Iis Sabiah - SMA Mekar Arum Bandung, Jawa Barat] 62 Memilih untuk Memberikan Pilihan [Susie Kusumayanthi - STKIP Pasundan, Jawa Barat] 63 Demi Pengajaran Terbaik di Masa Pandemi [Fika Tresnawati - Bandung Independent School, Jawa Barat] 64 Desain Pembelajaran TPACK, Solusi Pembelajaran di Masa Pandemi [Yani Srisusanti, S.Pd- SMP Negeri 5 Kota Sukabumi, Jawa Barat] 65 Belajar Mandiri Tetap Menyenangkan [Nonny Irayanti - Ummun wal Madrasatul Ula - Bandung, Jawa Barat]
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Kegiatan Interaktif dengan Permainan dan Kerja Kelompok Oleh: Dadan, M.Pd. - SMA Bandung Independent School, Jawa Barat Ketika mendengar berita kasus Corona yang terus merebak di negara Tirai Bambu sekitar bulan Februari, kami masih melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya, ekstrakurikuler tetap berjalan, siswa-siswi melakukan studi wisata ke luar pulau, guru dan siswa masih berada di sekolah. Selang beberapa minggu kemudian, sebuah keputusan besar diambil, sekolah kami menghentikan KBM tatap muka, semua siswa dan guru berada di rumah, dan pembelajaran jarak jauh dimulai. Penyesuaian terus dilakukan agar sekolah tetap memberikan layanan pendidikan yang maksimal. Sebenarnya, tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan, karena sejak awal, siswa dan guru sudah terbiasa menggunakan teknologi untuk proses belajar mengajar. Yang membedakan adalah pertemuan tatap muka menjadi pertemuan maya. Pada saat itu tidak ada keluhan yang berarti dari siswa, namun beberapa waktu kemudian ketika berdiskusi di kelas, ada siswa menyampaikan bahwa kejenuhan mulai datang karena mereka tidak bisa berinteraksi dengan teman sebayanya dan kegiatan belajar mayoritas dilakukan melalui komputer. Sebagai guru, hal ini menjadi bahan masukan untuk memodifikasi strategi mengajar yang digunakan. Beberapa hal dilakukan untuk membuat siswa bisa merasakan pembelajaran yang menyenangkan layaknya KBM tatap muka, di antaranya dengan memberikan permainan-permainan yang melibatkan siswa secara aktif, dan sejenak melupakan bahwa mereka berada di kelas maya, kemudian memfasilitasi kegiatan berkelompok melalui breakout rooms zoom dan melakukan kegiatan asynchronous/ offscreen sehingga mereka bisa terlepas dari menatap layar komputer terus-menerus. Untuk mengukur efektivitas strategi pengajaran yang diberikan, guru melakukan kegiatan refleksi bersama dengan siswa terkait permainan interaktif dan kegiatan berkelompok. Mereka memberikan respon yang positif dan bahkan meminta guru untuk memberikan kegiatan permainan secara rutin di setiap pertemuan. Begitu pula dengan kegiatan berkelompok melalui breakout rooms zoom, mereka mengatakan bahwa itu adalah salah satu kegiatan belajar yang disukai karena mereka bisa berdiskusi dengan teman layaknya kelas tatap muka. Secara umum dapat terlihat melalui strategi yang dilakukan, siswa memberikan respon yang positif, ditunjukkan pula melalui tingkat keterlibatan pada KBM yang lebih baik Pandemi Covid-19 memberikan tantangan bagi guru untuk terus belajar menjadi guru terbaik bagi siswa di kelasnya, yang tetap memfasilitasi KBM yang menarik, interaktif serta menginspirasi. Tentu saja walaupun nanti suatu saat pandemi usai, kita sebagai guru akan tetap belajar dan terus meningkatkan kemampuan profesional kita. *Artikel dimodifikasi dari Tugas Praktik Baik Program Guru Belajar ‘...kita sebagai guru akan tetap belajar dan terus meningkatkan kemampuan profesional kita.’ 01
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Kombinasi Cantik, Seru Buat Semua Oleh: Rani Nurhayati, M.Pd. - SMAN 2 Majalaya, Jawa Barat Kegiatan “Belajar Dari Rumah” (BDR) menjadi salah satu pendorong guru agar lebih akrab lagi dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, begitupun dengan saya. Mau tidak mau saya harus menggunakan teknologi untuk memfasilitasi pembelajaran daring. Saya memanfaatkan aplikasi WhatsApp untuk menyampaikan materi (baik dalam bentuk tulisan, gambar, voice note dan audio) dan melakukan proses asesmen dengan memberikan latihan soal di grup WhatsApp. Siswa mengumpulkan jawabannya melalui WhatsApp pribadi (untuk menghindari adanya praktik mencontek antar siswa jika di post di grup kelas). Namun saya menghadapi kesulitan dalam memeriksa hasil jawaban siswa yang tidak sedikit. Saya mengajar 12 kelas yang terdiri dari 36 siswa per kelasnya. Saya mencoba menerapkan aplikasi Google form untuk proses asesmen. Hasilnya langsung didapat dan sangat memudahkan dalam pemeriksaan. Kemudian saya membaca informasi tentang aplikasi Quizizz di grup WhatsApp Kelas Kreatif. Quizizz lebih interaktif, berwarna dan tidak terlihat kaku seperti Google form. Penggunaan Quizizz ini cukup mudah penerapannya bagi guru dan siswa. Quizizz tidak mengharuskan pemakainya (users) untuk mengunduh aplikasi di gawai, cukup dengan mengklik link yang dibagikan guru. Siswa dengan mudah secara langsung bergabung ke dalam tes atau kuis yang diberikan guru. Hal ini sangat penting dipertimbangkan karena siswa sering merasa keberatan jika mereka harus mengunduh suatu aplikasi tambahan untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan kurangnya memori gawai yang dimiliki siswa dan alasan lainnya. Saya mempelajari tutorialnya kemudian mencoba menyusun tes sejumlah sepuluh soal pilihan ganda. Waktu pelaksanaan tes disesuaikan dengan jadwal pembelajaran perkelasnya. Saya menginformasikan tentang kegiatan tes di Quizizz ini di grup WhatsApp kelas. Supaya proses pergerakan perolehan nilai dan perubahan posisi dapat terpantau siswa secara langsung, maka saya menyiarkannya melalui Instagram saya secara live, sehingga siswa kelas lain atau siswa yang telah selesai mengerjakan tes nya dapat melihat posisi yang mereka capai di antara teman sekelasnya yang lain. Setelah tes berakhir, guru langsung membagikan hasil perolehan siswa di grup WhatsApp. Proses asesmen melalui Quizizz ini sangat memudahkan guru dalam hal pemeriksaan hasil tes siswa. Karenanya peta hasil belajar yang didapat siswa bisa dengan cepat ditindaklanjuti guru. Jika hasil tesnya cukup memuaskan, dengan rentang rata-rata nilai siswa 60 ke atas, guru dapat melanjutkan ke Kompetensi Dasar selanjutnya. Namun jika nilai tesnya belum memuaskan atau rata-rata nilai siswa dibawah 60, guru akan memberikan pengulangan tentang Kompetensi Dasar tersebut. Pada akhir pembelajaran, saya menanyakan pengalaman dan tanggapan siswa menggunakan Quizizz. Hampir seluruh siswa merespon dengan baik. Mereka sangat suka dengan tampilan Quizizz yang menarik, penuh warna, jenis huruf atau latar belakang layar yang tidak membosankan dan yang lebih serunya di setiap soal Quizizz ada hitungan batasan waktu mengerjakannya. Hal ini menambah keseruan siswa dalam mengerjakan tes, walaupun sedikit panik dan deg-degan khawatir waktunya keburu habis. Walaupun semua berada di rumah, semua merasakan keseruannya. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran membutuhkan kombinasi-kombinasi yang cantik. Guru senantiasa kreatif menggabungkan aplikasi dalam gawai yang sesuai dengan tren sehingga siswa merasakan keseruan kesenangan dalam pembelajaran dari rumah. Tentunya, situasi pembelajaran dari rumah yang seru dan menyenangkan akan meningkatkan hasil belajar yang hendak dicapai bersama. 02
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Pembelajaran Greget dengan Alternatif Teknik PBM Daring Oleh: Marjenny, M.Pd. - SMA Negeri 1 Batang Anai, Sumatera Barat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tiba-tiba menjadi keseharian para guru di seluruh dunia termasuk di Indonesia khususnya di SMA Negeri Batang Anai di tempat saya mengabdikan diri sebagai guru. Guru harus mencoba menyamakan langkah dengan para siswa yang notabene digital native karena mereka terlahir di zaman ketika teknologi komunikasi serta internet of things berkembang pesat. Berbagai upaya dicoba untuk menghadirkan ruang kelas konvensional di rumah. Proses pencarian teknik pembelajaran kreatif, inovatif dan interaktif membuat saya berkenalan dengan suatu aplikasi bernama padlet yang akhirnya membuat saya jatuh cinta sungguhan dengan media yang satu ini. Padlet ini tidak hanya mampu mengakomodir PBM daring di masa pandemi terhadap siswa, namun telah membawa berkah luar biasa dalam keberhasilan menyampaikan pembelajaran khususnya mapel Bahasa Inggris yang saya ampu. Padlet ibaratnya secarik kertas atau papan tulis virtual. Siswa dan guru bisa mulai menulis di halaman kosong lalu meletakkan apapun yang kita suka, seperti mengunggah video, gambar, merekam wawancara, menulis teks sendiri, mengunggah teks, dan melakukan swafoto yang amat diminati oleh para siswa usia remaja. Bahkan jika kita belum pernah menggunakan software apapun sebelumnya, padlet cukup user-friendly dan menyenangkan. Perkenalan saya sebagai guru dengan padlet ini dimulai ketika salah seorang instruktur saya di pelatihan online P4TK Bahasa Jakarta menyebut tentang aplikasi ini. Saya mencoba berselancar di internet untuk mencari tahu. Setelah saya temukan bahwa aplikasi ini cukup menarik, saya mulai bereksplorasi mempelajari sendiri dan mencoba mempraktekkannya pada PBM daring di sekolah. Saya mencoba mengoptimalkan penggunaannya dan menyesuaikannya dengan materi pembelajaran yang cocok. Saya mengajarkan materi introduction atau memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris dengan membuka padlet kelas. Lalu saya memberikan link-nya kepada siswa. Siswa mulai menuliskan ungkapan perkenalannya dengan teman-temannya, mengomentari tulisan dan melengkapi dengan foto unggahannya. Eksperimen pertama saya berhasil memancing rasa keingintahuan siswa tentang padlet. Hal ini saya ketahui dari refleksi tulisan mereka yang menyatakan mereka tertarik, puas, dan menikmati PBM daringnya. Mereka menyatakan bahwa sekarang mereka bisa mengenal guru dan teman-teman barunya secara virtual melalui aplikasi ini. Pembelajaran selanjutnya saya pakai di tingkatan kelas lainnya dengan materi giving suggestion. Eksplorasi saya berlanjut kepada materi caption. Siswa sangat senang ketika saya meminta mereka memposting padletnya di media sosial seperti instagram dengan mentagnya kepada guru dan temannya. Hasil eksplorasi saya menggunakan padlet ini telah saya diseminasikan kepada rekan sejawat di sekolah dalam bentuk In House Training penggunaan aplikasi daring menyambut tahun pelajaran baru yang lalu. Para guru merasa antusias karena mereka mendapatkan alternatif teknik PBM daring yang bisa disesuaikan dengan berbagai mapel dan kebutuhan materi masing-masing. Saya juga sudah membaginya di MGMP Kabupaten Padang Pariaman. Pendidikan karakter pun bisa disisipi melalui aplikasi ini yakni ketika kita mengaktifkan tombol membatasi profanity words saat siswa harus bisa memilih diksi yang sopan dan tidak menyinggung ketika memberikan komentar terhadap tulisan temannya. Namun, karena berbasis web tetap ada versi berbayarnya, sementara versi gratisnya bisa dipakai untuk membuat tiga padlet untuk satu e-mail. Saya berharap padlet ini nanti bisa masuk juga daftar aplikasi yang direkomendasikan oleh kemdikbud. 03
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Membuat Komik Makin Asyik Oleh: Ria Triana - SMPN 1 Cisalak, Subang, Jawa Barat Layaknya tahun-tahun sebelumnya, tahun pelajaran ini pun saya berkesempatan untuk mengajar di kelas 7 mata pelajaran bahasa Inggris. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak, mengajar di kelas 7 memerlukan pendekatan lebih kepada anak didik. Peralihan dari masa belajar di Sekolah Dasar dengan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama tentu memerlukan waktu yang cukup agar dapat beradaptasi dengan baik. Terlebih dalam mata pelajaran yang saya ampu. Tidak sedikit Sekolah Dasar di lingkungan tempat tinggal saya yang tidak menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris di sekolahnya. Selain karena background guru-gurunya yang tidak linier, juga yang menjadi salah satu alasannya karena dalam Kurikulum Nasional sekarang, mata pelajaran bahasa Inggris hanya dijadikan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Berbeda pada kurikulum sebelumnya; bahasa Inggris masuk sebagai mata pelajaran muatan lokal. Dengan kondisi demikian, di masa awal pembelajaran biasanya saya akan lebih banyak mendorong peserta didik akan pentingnya mempelajari bahasa Inggris. Selain itu saya pun menggali potensi awal mereka melalui game-game yang menarik. Dengan demikian saya berharap agar para siswa berasumsi bahwa belajar bahasa Inggris itu sangatlah menyenangkan. Sehingga timbul motivasi pada diri mereka. Namun hal tersebut tentu tidak mudah dilaksanakan di masa PJJ di tengah pandemi covid 19 seperti sekarang ini. Sebagai pendidik, saya harus menempa diri agar lebih piawai dalam hal teknologi. Tidak hanya itu, saya pun harus kreatif dan inovatif dalam melaksanakan PJJ agar menghadirkan pembelajaran yang inspiratif bagi para siswa. Tujuan pembelajaran pada bab 1 tentang materi kelas 7 ini yaitu siswa diharapkan dapat mengungkapkan salam, permohonan diri, ucapan terima kasih, dan permintaan maaf. Sebagai bentuk latihan agar lebih memahami ungkapan yang dipelajari, saya memberikan tugas dengan membuat dialog. Agar dialog yang dibuat lebih menarik minat siswa dalam belajar, maka saya menugaskan mereka dengan membuat dialog dalam bentuk komik menggunakan aplikasi membuat komik offline yaitu Comic Creator. Di aplikasi tersebut siswa dapat berkreasi membuat komik dengan banyak gambar kartun meme yang dapat dipilih sebagai objek dasar. Mereka pun dapat memilih tokoh yang disukai dan memodifikasi background sesuai dengan ungkapan yang dipelajari. Selain itu mereka dapat menggunakan foto yang ada di galeri ponsel untuk digunakan dalam komik yang dibuat. Di luar dugaan, komik yang mereka buat ternyata lebih bagus dari apa yang diharapkan. Mereka membuat percakapan dan narasi cerita dalam “speech bubble” dengan sangat apik dan menarik meskipun diantaranya masih terdapat beberapa kesalahan dalam tanda baca. Mereka asyik berlomba mengkreasikan tokoh dan latar tempat yang tentunya sesuai dengan ungkapan yang dipelajari. Bahkan banyak diantaranya yang mengirimkan tugas melebihi dari apa yang telah ditugaskan. Hal ini semakin meyakinkan saya bahwa anak-anak generasi saat ini sangat kreatif dalam menggunakan teknologi. Kita sebagai pendidik hanya tinggal mengarahkan potensi yang ada dalam diri mereka ke arah yang lebih positif. Tentunya kita harus terus mempelajari teknik yang kreatif dan inovatif agar menghadirkan pembelajaran yang menarik minat para siswa dengan memanfaatkan teknologi dan informasi yang semakin akrab di tengah pandemi seperti sekarang ini. 04
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! PJJ 5 in 1 Oleh: Rina Agustina, S.Pd. - SMAN 6 Kota Bogor, Jawa Barat Saat PJJ, siswa tidak antusias? Tidak On Camera ketika Gmeet? Sungkan menjawab pertanyaan guru? Mengajar satu arah ? Pertanyaan-pertanyaan dalam hati guru selama PJJ ini akan terjawab dan tidak akan terjadi bila guru menggunakan PJJ 5 in 1. Inilah kisah penerapan PJJ 5 in 1 yang saya terapkan saat sesi pembelajaran di Kelas X SMA, mata pelajaran Bahasa Inggris. Pembelajaran diawali dengan pembiasaan baik, seperti berdo’a bersama, mengajak siswa kembali mengingat karunia sehat yang dimiliki sampai saat ini. Sampaikan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan pada sesi ini dengan singkat dan jelas pada siswa. Sebagai aktivitas pendahuluan, keluarkan koleksi Riddles/ teka teki yang sudah kita siapkan. Beri siswa kesempatan berkompetisi dengan teman temannya dalam satu room Gmeet dengan cara menuliskan jawaban dari Riddle tersebut di kolom chat Gmeet, pemenang dalam pertempuran ini adalah siswa pertama yang menulis dengan jawaban benar. Fantastis, siswa berebut menjawab, kita sangat paham karena mereka ingin menjadi nomor 1 di antara sesamanya. Senjata 1 kita berhasil. Lanjutkan pembelajaran dengan memberi video pembelajaran berdurasi singkat (upayakan yang ada kaitan dengan materi). Dari video ini, ajak siswa diskusi singkat dengan beberapa WH questions yang dimulai dari hal sederhana sampai agak kompleks. Tantang siswa yang mampu menjawab pertama kali dan bicara di Gmeet room menjadi pemenangnya. Semakin menggebu ternyata. Senjata 2 berfungsi dengan baik. Sebelum kegiatan inti, masih ada foreplay nih untuk mereka karena target pembelajaran yang akan diberikan adalah siswa dapat menganalisis perbedaan fungsi sosial dari teks Descriptive of Place, maka saya berikan foreplay berupa gamification, kosakata yang akan didapatkan dalam teks yang nanti akan dianalisis, dilatihkan dalam gamification dengan bantuan Educandy. Amazing, siswa siswa saya dapat mengingat semua kosa kata yang mereka praktikan hanya dalam waktu 5 menit. Senjata 3 keren abizz. Tiba di kegiatan inti, Karena siswa sudah On belajar, maka ketika guru menampilkan 2 teks descriptive dan meminta mereka menganalisis perbedaan fungsi sosial kedua teks tersebut maka dengan lancar siswa merespon berbagai pertanyaan di slide via Peardeck Tool. Senjata 4, mantap. Tentunya guru ingin mengetahui ketercapaian yang diperoleh siswa setelah melakukan rangkaian pembelajaran. Keluarkan senjata terakhir yaitu Quizizz (soal seputar evaluasi ketercapaian pemahaman materi yang disampaikan). Fitur menarik dari quizizz membuat siswa antusias menjawab dan selalu berusaha memberi yang terbaik. Hasilnya? tidak diragukan lagi, ketika saya men-download hasil quiz ini di Report Quizizz, hasil yang diperoleh 85 % ketercapaian. Senjata 5, sudah yakin deh bahwa guru adalah designer pembelajaran. Mari terus meningkatkan kemampuan untuk menjadi designer yang baik bagi siswa. SEMANGAT…….. ‘Fitur menarik dari quizizz membuat siswa antusias menjawab dan selalu berusaha memberi yang terbaik...Hasil yang diperoleh 85 % ketercapaian.’ 05
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Manfaat Handphone dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Oleh: Endang Sugiharyanti, S.Pd. - SMK Negeri 1 Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta Keberhasilan tujuan pendidikan di tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut. Mereka adalah kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha, dan tenaga kependidikan lainnya. Seperti yang tercantum di dalam UU sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada abad 21 ini, teknologi informasi dan komunikasi bisa dikatakan sebagai kebutuhan primer. Salah satu alat yang biasa digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh adalah telepon genggam atau handphone. Menurut Thomas J dan Misty E, “Handphone merupakan telepon yang menyediakan fungsi asisten personal serta fasilitas internet connecting yang bisa menghubungkan pengguna dengan dunia maya seperti media sosial dan lain-lain. Handphone memiliki fitur-fitur berupa media komunikasi, media sosial, browser, game online, video, youtube, line, whatsapp messenger, facebook, instagram dll. Handphone dapat digunakan sebagai sarana pendidikan jarak jauh dan untuk mendukung pembelajaran E-learning. Dengan memanfaatkan handphone sebagai media pembelajaran, siswa dapat mengakses materi atau bahkan mencari segala bentuk informasi mengenai pendidikan. Serta manfaat handphone dapat dirasakan lebih praktis lagi dengan adanya fitur Short Message Service sebagai media untuk saling bertukar informasi. Belajar dengan sistem mobile learning bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun tanpa harus terikat jarak dan waktu. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, guru bisa mengendalikan pemanfaatan handphone melalui beberapa tahapan: Pertama guru membuat video pembelajaran untuk menjelaskan materi yang diajarkan kepada siswa. Melalui video tersebut, siswa mendengarkan penjelasan guru tanpa dibatasi oleh waktu dan ruang, kapan dan dimanapun siswa menghendakinya. Kedua guru membagikan video pembelajaran kepada siswa melalui link/channel youtube yang bisa di-access siswa, sehingga siswa bisa belajar dengan menggunakan video tersebut kapan dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan siswa. Ketiga guru meminta siswa mengerjakan tugas secara berkelompok, di mana saja dengan asumsi yang menyenangkan bagi siswa. Tugas siswa bisa dikirimkan melalui grup kelas atau youtube channel kemudian siswa lainnya untuk memberikan komentar setelah menyimak video tersebut. Hal ini membuat pembelajaran semakin menyenangkan. Keempat pengambilan nilai siswa dilakukan guru secara online. Guru membuat soal dengan menggunakan google form, serta membagikan link yang bisa diakses oleh siswa, sehingga siswa bisa mengerjakan soal di mana saja sesuai dengan kenyamanan siswa. Sehingga hal ini akan memicu siswa belajar lebih semangat untuk mendapatkan nilai yang bagus sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan. Dengan memanfaatkan handphone sebagai media belajar dapat membuat siswa belajar bahasa Inggris dengan lebih senang dan semangat. Hal ini juga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. ‘Handphone dapat digunakan sebagai sarana pendidikan jarak jauh dan untuk mendukung pembelajaran E-learning.’ 06
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Lebih Dekat dengan Siswa Melalui Video Conference Oleh: Widi Rahayu - SMA Albidayah, Batujajar, Jawa Barat Pembelajaran Jarak Jauh atau biasa disingkat menjadi PJJ menjadi “hantu” bagi para murid dan guru di seluruh dunia. Semua ini karena wabah COVID-19 yang membuat segala sektor mulai dari perekonomian hingga dunia pendidikan terkena imbasnya. Dengan munculnya wabah tersebut, menjadikan para guru dipaksa lebih kreatif untuk menyampaikan materi agar poin penting dari proses belajar mengajar tersampaikan. Dari yang biasanya bertemu secara tatap muka di ruang kelas, kini mereka tidak bisa melihat senyum ceria saat bertemu dengan para guru, bersalaman dengan penuh hormat, atau bertanya ini itu setelah pembelajaran berakhir. Semuanya kini terhalang oleh adanya PSBB, tetapi dari kejadian tersebut menjadikan pihak sekolah lebih inovatif dalam melakukan pelatihan pengajaran selama wabah COVID-19 ini. Disekolah saya mengajar dibentuklah sebuah Tim IT yang bertugas mempermudah bapak/ibu guru untuk melangsungkan pembelajaran jarak jauh, sebelum dimulainya tahun ajaran baru, Tim IT mengadakan “In House Training”, yaitu semacam kegiatan pelatihan untuk para guru yang tentunya mematuhi protokol kesehatan. Kegiatan dilakukan selama tiga hari, dibagi menjadi tiga rombel, yaitu rombel IPA, IPS, dan BAHASA. Dalam pelatihan tersebut kami para guru diberikan materi pelatihan mulai dari Google Classroom, pembuatan video pembelajaran dari smartphone, hingga pelatihan mengoperasikan video conference, yaitu Zoom Meet. Saya paling tertarik dengan menggunakan video pembelajaran, karena saya menyadari generasi milenial sekarang yang duduk di bangku sekolah menengah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton video di YouTube, selain hal tersebut, juga karena saat itu kebetulan kuota bantuan internet dari pemerintah belum di dapatkan, baik oleh para murid maupun guru. Proses pembuatan video pembelajaran ternyata membutuhkan waktu yang lumayan terbilang lama menurut saya, sedangkan materi setiap minggu harus berlanjut, tetapi saya terus pantang menyerah mencoba menerapkan media pembelajaran menggunakan video yang saya buat sendiri. Para murid sangat antusias dengan video pembelajaran yang saya buat, sehingga dari mereka banyak yang lebih mudah memahami. Setelah berlangsung beberapa pertemuan, akhirnya keluhan mulai bermunculan, yaitu para murid memiliki kuota internet terbatas yang mengakibatkan mereka tidak bisa menonton video pembelajaran sampai beres. Saya pun menyadari, yang ditakutkan akhirnya terjadi juga. Kini otak saya sebagai seorang guru mulai bekerja ekstra lebih keras untuk memecahkan masalah tersebut. Akhirnya kabar baik menghampiri juga, yaitu para siswa mendapatkan kuota internet yang berjumlah puluhan gigabyte. Saya bersama Tim IT di sekolah bekerja sama melaksanakan pembelajaran melalui aplikasi Zoom Meet, dengan berpedoman pembelajaran dilaksanakan maksimal 15 menit untuk pemberian materi di awal, kemudian para siswa mengerjakan latihan yang saya upload ke Google Classroom, lalu 10 menit diakhir pembelajaran melakukan Zoom Meet. Pembelajaran melalui aplikasi Zoom Meet lebih interaktif, siswa lebih bahagia dengan penggunaan aplikasi Zoom Meet, mereka berpendapat bisa menangkap pembelajaran lebih baik dibandingkan menggunakan video, karena mereka bisa bertanya langsung kepada saya. Selain itu, Zoom Meet juga termasuk aplikasi yang diberikan kuota lebih besar daripada kuota utama, namun pihak sekolah tetap melakukan pembatasan untuk pembelajaran melalui aplikasi tersebut hanya dilaksanakan satu minggu sekali untuk setiap guru. 07
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! PJJ Terpadu dengan LUDADU Oleh: Ridha Herdiani, SMAN Tanjungsari, Jawa Barat Sejak wabah Corona menyebar ke seluruh Indonesia bahkan dunia, hidup terasa terhenti. Semua aktivitas dialihkan ke rumah, mulai anak sekolah PAUD hingga para pegawai. Masih teringat jelas waktu itu Jumat tanggal 13 Maret 2020: hari terakhir sekolah. Kami sudah mempersiapkan Ujian Sekolah, namun tiba-tiba hari Minggu 15 Maret 2020 diumumkan bahwa pembelajaran sejak tanggal 16 dan selanjutnya dilaksanakan di rumah dan pemerintah mengharuskan kita untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Beruntunglah bagi siswa di kota besar yang sudah terbiasa dengan internet, sedangkan kami yang siswanya ada di balik gunung, jangankan sinyal internet, sinyal telepon pun susah. Minggu pertama memang asyik dengan PJJ. Minggu kedua, ketiga, siswa sudah terlihat bosan dengan PJJ. Begitu pun dengan para guru. Metode apa yang akan digunakan agar PJJ menarik, ya? Setiap ada webinar dan workshop tentang PJJ kami ikuti. Alhamdulillah di balik pandemi ini ternyata banyak manfaat yang bisa diambil. Kami para guru banyak belajar dari masa-masa sulit ini, sehingga ilmu yang didapatkan dari webinar dan workshop segera diaplikasikan di dalam PJJ. Strategi pembelajaran pun diubah, sekolah kami menyebutnya “LUDADU” alias Luring Daring Terpadu atau bahasa kerennya blended learning. Yang semula guru hanya mengirimkan tugas melalui WhatsApp grup atau telegram, kini dengan LUDADU kami para guru bersama siswa membuat PJJ terpadu. Kami sadar bahwa tidak semua siswa mempunyai gawai, kalaupun ada tidak jarang mereka masih harus berbagi dengan anggota keluarga lainnya. Dengan LUDADU beberapa siswa berinisiatif untuk melaksanakan PJJ bersama untuk mereka yang rumahnya berdekatan, tentunya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sehingga bagi siswa yang tidak mempunyai gawai tetap dapat mengikuti dan menikmati PJJ terpadu. Pada tahap persiapan pembuatan LUDADU, kami para guru dan beberapa siswa membuat rencana pembelajaran. Ternyata asyik bisa bekerja sama dengan para siswa walaupun harus cermat mematuhi jarak aman. Mereka cepat tanggap dalam penggunaan aplikasi dan aneka tools yang terdapat dalam buku yang diterbitkan oleh Kelas Kreatif. Video Kolaborasi Sebagai permulaan kami membuat video kolaborasi rumpun mata pelajaran bahasa (bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan bahasa Inggris). Lucu memang melihat para guru yang menjadi artisnya, sedangkan siswa menjadi kru. Hasil syutingnya di luar dugaan: keren abis!! Games Dari pembuatan video berlanjut dengan pembuatan materi yang dibungkus ke dalam bentuk games, sehingga siswa ketika PJJ tidak merasa sedang belajar. Antusiasme siswa pun meningkat. Setiap minggu mereka bertanya apakah ada games baru. Tidak puas dengan hanya menyampaikan materi lewat video yang kami unggah ke YouTube, kami para guru juga ingin bertatap muka dengan siswa. Kami mencoba memakai Google Meet untuk jumpa virtual dengan siswa. Yang semula rencananya dua minggu sekali bertemu secara virtual karena ada beberapa rumah siswa yang susah mendapatkan sinyal, akhirnya kami sepakat untuk bertemu secara virtual satu bulan sekali. Rasa rindu siswa kepada guru bisa terobati, begitu pula sebaliknya. Walaupun pertemuan dalam Google Meet terjadi hanya sebentar, tapi kami menggunakannya semaksimal mungkin sehingga menjadi pertemuan yang berkualitas. Selain mengajarkan materi, kami juga mencari informasi tentang keadaan fisik dan psikis para siswa selama PJJ. Kami banyak mendengarkan curhatan para siswa. Selama masa pandemi ini kami mengingatkan mereka untuk menjaga imun tubuh agar terhindar dari Covid-19. Selain memperhatikan protokol kesehatan, yang paling utama dalam PJJ adalah bahwa kita semua harus senang, jangan stress, agar imunitas tubuh meningkat sehingga terhindar dari Covid-19. Dengan demikian selama PJJ siswa dan guru menjadi produktif, kreatif, dan inovatif walaupun berada di tengah Corona. 08
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Flipped Learning: Yes, It Works! Oleh: Asep Gunawan, Al Irsyad Satya Islamic School, Jawa Barat Ada sesuatu yang hilang selama masa pandemi ini. Sebelumnya, kita terbiasa disambut senyuman hangat dan cerita ceria anak-anak di setiap harinya. Namun, sekarang kita harus ikhlas dengan cukup bertemu via layar. Tidak mudah memang. Anak-anak kehilangan interaksi sosial yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun. Peran serta orang tua pun tidak dapat terpisahkan. Selain itu, para guru pun bergulat dengan hebatnya untuk mengupayakan kompetensi dapat terkuasai oleh siswa dengan segala keterbatasan yang ada. Awalnya, saya pun merasa cukup kesulitan dengan keterbatasan ini. Keinginan agar siswa dapat menerima materi secara utuh tampak sulit terwujud. Jam belajar yang harus mengalami penyesuaian – biasanya setiap hari dapat berinteraksi, sekarang hanya dapat bertemu via online seminggu sekali. Lalu, apakah anak-anak saya hanya akan belajar hanya seminggu sekali pula untuk menguasai tuntutan kompetensi? Tentu tidak, kan ada Flipped Learning! Hal ini baru saya lakukan beberapa minggu terakhir ini. Konsep sederhananya, kita harus mempersiapkan secara lebih terstruktur, apa yang harus dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pembelajaran. Tidak asing terdengar, ya? Saya yakin betul sebagian besar dari kita sudah melakukannya. Namun, bisa jadi kita tidak “melabelinya” atau belum menyusunnya secara terstruktur. Secara bahasa, flipped artinya terbalik. Dalam konteks ini, kita coba balikan fungsi guru yang awalnya menjadi satu-satunya sumber informasi menjadi guru yang ‘cukup’ memainkan peran sebagai fasilitator dan membiarkan siswa belajar secara aktif. Lagi-lagi, konsep ini sering kita dengar ya? Saya merasakan perubahan luar biasa. Sebelumnya, saya harus berebut akun premium sekolah karena ingin bisa bertemu siswa ‘lebih lama’ agar materi pembelajaran dapat tersampaikan secara utuh. Sekarang, saya dapat dengan lebih tenang memulai pembelajaran. Semua tidak lepas dari keyakinan dan kelegaan yang saya rasakan karena anak-anak sudah belajar dan memahami konsep dasar sebelum bertemu dengan saya ������. Di dalam konsep flipped learning, pembelajaran terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian “sebelum pembelajaran”, anak-anak akan fokus pada tahap “mengingat” dan “memahami”. Di sini, saya coba sajikan video penjelasan singkat tentang materi yang akan saya bahas ketika live teaching di hari kemudian. Selain video, saya pun siapkan beberapa pertanyaan sederhana dalam bentuk online quiz agar pemahaman siswa terkait video yang saya berikan lebih utuh. Bagian kedua adalah “selama pembelajaran”. Pada bagian ini, kita dapat fokus pada tahapan “menerapkan” dan “menganalisis”. Di sini, live on action, saya berikan penguatan terkait materi yang sedang dipelajari. Bagian terakhir adalah “setelah pembelajaran”, yaitu pada proses “menilai” dan “menciptakan”. Setelah live teaching, saya meminta anak-anak untuk menghubungkan apa yang mereka sudah pelajari dengan konsep nyata, riil, dan dekat dengan dunia mereka. Saya minta mereka untuk dapat menemukan contoh lain yang lebih kontekstual, dekat dengan kehidupan mereka, dan pastinya lebih mudah dipahami. Dengan flipped learning ini, saya merasa tugas saya menjadi jauh lebih ringan. Hal ini dikarenakan siswa akan “lebih siap” sebelum bertemu saya. Setelah itu pun, konsep pembelajaran pun dapat melekat lebih lama ketika siswa memikirkan contoh riil yang dekat dengan kehidupan mereka. Kita coba yuk. 09
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Kreatif Membuat Greeting Card Oleh: Sari Puji Susanty - SMPN 1 Cisalak, Kab. Subang, Jawa Barat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) membutuhkan kepekaan guru terhadap kondisi siswa di lapangan. Untuk di daerah seperti saya, masalah yang sering muncul adalah fasilitas dan atau tipe smartphone siswa yang tidak mumpuni dalam menerapkan berbagai aplikasi. Belum lagi masalah kuota dan sinyal. Peran guru sebagai fasilitator haruslah fleksibel, sehingga sebelum memulai PJJ, guru melakukan survei sebagai diagnosis awal kesiapan siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran, guru sudah tahu langkah dan solusi apa saja yang harus dilakukan. Pada survei awal, sebagian besar siswa memilih penggunaan Whatsapp karena mereka sudah memiliki aplikasi tersebut. Meskipun demikian, guru tetap memfasilitasi pemakaian Google Classroom untuk siswa yang berpendapat ingin mencoba aplikasi lain. Salah satu pengalaman saya dalam proses PJJ yang terasa signifikan adalah saat penugasan membuat Greeting Card (kartu ucapan). Di awal pembelajaran, saya membagikan sebuah video motivasi yang berhubungan dengan Greeting Card. Pada video tersebut, diceritakan bagaimana sebuah kartu yang bertuliskan “You’re awesome” yang diberikan secara berantai mampu menyemangati setiap orang yang menerimanya. Ketika saya meminta komentar siswa setelah menyimak tayangan video tersebut, ada siswa yang berkomentar : “That’s all I need. Thanks, Ma’am for the inspiring video.” Lalu pada tahap penugasan, guru memberikan beberapa contoh kartu ucapan, siswa diminta untuk membuat produk berupa Greeting Card untuk teman-teman sekelasnya. Siswa memilih salah satu tema : International Teenager’s Day, Independent Day, Scout’s Day dan Eid Adha. Isinya harus ada kalimat saling menyemangati di masa pandemi seperti saat ini dengan menerapkan ekspresi Hope/Wish yang sudah dipelajari sebelumnya. Peran guru sebagai fasilitator memberikan berbagai alternatif pilihan sekaligus solusinya. Siswa dapat berkreasi dengan menggunakan berbagai aplikasi seperti Canva, Kinemaster, GIF creator, dll. Kartu ucapan dapat berbentuk image/JPEG/JPG, gif atau video. Yang tidak bisa menggunakan aplikasi, bisa membuat kartu menggunakan bahan-bahan bekas. Pengumpulan tugas menjadi hal yang agak riskan dengan tingkatan kemampuan siswa yang bervariasi dan fasilitas yang dimiliki siswa. Saya memberikan beberapa alternatif. Yang pertama, siswa mengumpulkan di Google Drive. Kedua, dikumpulkan via Whatsapp. Terakhir, dikumpulkan langsung ke sekolah bagi siswa yang membuat kartu ucapan menggunakan bahan bekas. Di luar dugaan, siswa sangat antusias mengerjakan tugas ini. Mereka dapat menyesuaikan dengan fasilitas dan kemampuannya masing-masing. Hasilnya pun sesuai ekspektasi! Yang menggunakan aplikasi cukup kreatif dan bervariasi. Dalam bentuk image, gif maupun video, semua terwakili. Tak kalah menarik juga hasil siswa yang memanfaatkan bahan-bahan bekas. Mereka menggunakan dus bekas atau kalender bekas, kertas warna-warni, disertai tulisan yang berwarna pula. Pada pertemuan selanjutnya, saya dapat menggunakan kartu tersebut sebagai bahan diskusi. Saya memberikan dua kartu ucapan hasil siswa sebagai contoh. Siswa diminta untuk menganalisis kartu tersebut. Kelebihan dan kekurangannya, kesalahan tulisan, dll. Di akhir pembelajaran, siswa diberikan tautan survei untuk merefleksi kegiatan pada bab tersebut. Sebagian besar siswa merasa senang bisa mengeksplorasi penggunaan aplikasi, sedangkan yang menggunakan bahan bekas pun tidak merasa minder karena keterbatasan fasilitas. Saya menggarisbawahi bahwa banyak cara untuk belajar, keterbatasan fasilitas tidak menghalangi dalam berpikir kreatif. Mereka dapat bertahan hidup kelak jika memiliki mental seperti ini. 10
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Kelas Interaktif Melalui Pembelajaran Virtual Oleh: Nurjanah, M.Pd. - SMAN 7 Padang, Sumatera Barat Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan belajar jarak jauh membuat guru tertantang dan termotivasi untuk mencari, mempelajari, dan menggunakan aplikasi-aplikasi yang efektif untuk pembelajaran selama pandemi covid. Sehubungan dengan itu, guru tidak kenal lelah menambah wawasan dan pengetahuannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan IT yang diprogramkan oleh sekolah dengan mengoptimalkan tenaga-tenaga IT yang ada di sekolah dan dengan mendatangkan narasumber dari luar. Dengan memfasilitasi para guru di laboratorium komputer sekolah yang sudah dilengkapi dengan jaringan internet yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kecakapan IT guru- guru demi kelancaran proses pembelajaran. Pelatihan-pelatihan tersebut dilakukan dengan tetap mematuhi protokol covid. Disamping itu, guru-guru juga aktif mengikuti webinar-webinar tentang pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh praktisi-praktisi pendidikan seperti guru, dosen, dan ahli IT dari lokal, nasional, maupun internasional. Melalui webinar-webinar tersebut guru diperkenalkan bermacam-macam aplikasi dan alat-alat pengajaran digital seperti Zoom, Google Meet, Padlet, Quizziz, Kahoot, Google Classroom, Google Form, dan lainnya yang bisa digunakan oleh guru untuk mengajar jarak jauh selama pandemi Covid. Salah satu dari aplikasi yang sangat menarik perhatian saya adalah Google Meet karena aplikasi ini ternyata efektif dan efisien digunakan untuk pembelajaran virtual. Dimana saya bisa langsung melihat wajah peserta didik saya dan mendengarkan suara mereka dengan jelas. Disamping itu, saya bisa menilai keaktifan dan partisipasi mereka selama pembelajaran berlangsung. Melalui google meet saya meminta peserta didik membaca teks atau percakapan bahasa Inggris dan memperbaiki pengucapan (pronunciation) yang kurang tepat. Saya sering memberikan latihan-latihan, kuis, dan tes dengan Google Meet yang disajikan dalam bentuk PowerPoint. Siswa menjawabnya secara individu dan mengirimkan jawabannya ke Google Classroom dalam batasan waktu yang ditetapkan, sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan menyontek jawaban temannya. Untuk keterampilan berbicara (speaking) saya meminta peserta didik mempraktikkan percakapan yang telah mereka buat dengan pasangannya. Dengan cara ini saya bisa menciptakan pembelajaran kolaboratif di kelas virtual. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan pengalaman saya dalam pembelajaran virtual, saya merasakan manfaat yang luar biasa dari Google Meet sebagai aplikasi pengajaran digital yang canggih dan menarik sebagai solusi cerdas untuk mengatasi tantangan pembelajaran selama pandemi. Saya bisa menilai sikap dan karakter peserta didik saya dengan mewajibkan mereka mengaktifkan kameranya selama proses pembelajaran berlangsung. Di sisi lain peserta didik juga senang dan mudah memahami materi pelajaran karena mereka bisa bertanya dan berdiskusi langsung dengan saya tentang materi yang kurang mereka pahami. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dibalik musibah Corona yang sangat memprihatinkan sebagaimana yang kita rasakan sejauh ini, ternyata saya sebagai guru bahasa Inggris juga mendapatkan perubahan besar dan kenikmatan yaitu peningkatan kecakapan melaksanakan pembelajaran digital diantaranya aplikasi Google Meet ini. Ternyata, Corona membawa nikmat seperti halnya dengan sebuah novel yang berlatar belakang adat Minangkabau yang berjudul “ Sengsara Membawa Nikmat” karangan Sutan Sati yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1929. Semoga kita selalu meyakini bahwa dibalik musibah pasti ada hikmah. Mari kita tetap berkarya, berani mencoba, dan gemar berbagi demi kemajuan dunia pendidikan di masa datang yang lebih baik. 11
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Tantangan di Masa Pandemi: Kreativitas Guru Oleh: R.R Purnomowulan - SMPN 19 Bandung, Jawa Barat Teknologi informatika memegang peranan penting dalam suasana pembelajaran tanpa tatap muka. Guru selama ini telah terbiasa dengan teknologi dan tidak merasa asing dengan penggunaannya. Dengan dilengkapi peralatan teknologi seperti gawai dan komputer, pelaksanaan pembelajaran tanpa tatap muka (daring) akan dapat berlangsung lancar bila tidak mempertimbangkan hambatan-hambatan yang dihadapi guru. Setelah sekian lama berlangsung, sekitar 4 sampai 6 bulan berlangsungnya pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berarti masa pengenalan telah usai akan muncul hambatan baru. Kurikulum yang telah biasa digunakan atau disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang disusun oleh guru mata pelajaran akan disesuaikan dengan kurikulum yang telah dijadikan standar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, pola ini terkadang tidak dapat diterapkan di Pola Pembelajaran jarak jauh (PJJ. Hambatan-hambatan itu dapat berupa hambatan dari siswa atau orangtua, teknologi dalam pembelajaran jarak jauh, dan materi pelajaran. Hambatan utama tentu dari siswa sendiri. Perasaan jenuh, bosan, dan tidak bersemangat tentu hadir ketika PJJ dilaksanakan setelah beberapa waktu berlangsung. Tidak adanya pendampingan dari orang tua dikarenakan sibuk, sibuk bekerja, atau ada kegiatan yang bersamaan membuat kegiatan PJJ juga tidak dapat terkontrol. Gawai pintar dan komputer merupakan alat penting bagi guru untuk dikuasai. Untuk siswa, kapasitas alat teknologi belajar yang dibutuhkan minimal adalah sebuah gawai pintar. Dengan alat ini, siswa dapat belajar secara daring (online). Beberapa alat teknologi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di luar jaringan (luring/offline) dapat berupa televisi, radio, telepon, dll. Hambatan dalam penggunaan teknologi ini berupa tidak adanya kuota data, tidak adanya sinyal, ataupun tidak adanya biaya untuk membeli telepon genggam. Materi yang disampaikan secara tatap muka pasti akan berbeda dengan materi yang disampaikan pada waktu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi dan kemampuan siswa menerima materi pelajaran pada aktivitas belajar mengajar, guru terkadang menyederhanakan materi pelajaran. Pola pembelajaran inklusi mendorong guru untuk mendidik siswa dengan kemampuan yang dimiliki siswa itu sendiri, menyebabkan materi yang disampaikan akan bervariasi meskipun dalam tingkatan yang sama. Siswa dengan pencapaian atau kemampuan untuk belajar yang tinggi akan lebih tepat bila materi lebih banyak dan sulit. Siswa dengan pencapaian sedang akan lebih tepat didorong untuk mendalami materi yang biasa dan tidak terlalu sulit. Sedangkan siswa dengan kemampuan rendah akan lebih tepat disajikan materi yang mudah dan ringan. Penggunaan buku paket yang terus menerus sebagai materi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tentu akan membuat siswa merasa bosan dan jenuh. Guru dapat bereksplorasi dengan berbagai metode pengajaran diantaranya penggunaan materi interaktif. Guru dapat menyediakan beberapa video, lagu, gambar, atau media lain yang sesuai dengan buku paket yang digunakan, mendukung tema yang telah ditetapkan. Aktivitas disarankan sesuai dengan kesepakatan antar guru dan sekolah, penyediaan perangkat lunak (software), misalkan Ruang Guru, Zoom, Google Classroom. Disini interaksi antara guru-siswa sangat dianjurkan. Setelah disajikan beberapa media seperti perangkat video, musik, atau perangkat lunak seperti padlet, Youtube, Microsoft Teams. dan berbagai alat digital lainnya, siswa dapat mengeksplorasikan kemampuan diri dengan mengimitasi, meniru, atau mengembangkan ide lebih lanjut. 12
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Warna Baru Pembelajaran di Masa Pandemi Oleh: Lilisuryani - SMAN 1 Batang Anai, Sumatera Barat Pada awal masa pandemi sekitar bulan Maret 2020, hampir semua guru, siswa, dan sekolah merasa terkejut dengan perubahan yang sangat mendadak. Masuknya covid 19 disease ke Indonesia telah mengubah banyak hal. Sekolah yang tadinya sangat nyaman dengan pembelajaran tatap muka harus beralih ke pembelajaran jarak jauh. Peserta didik yang tadinya nyaman dengan hadirnya guru di hadapan mereka pada saat pembelajaran harus menerima kenyataan bahwa mereka sekarang hanya bisa berhadapan dengan smartphone atau komputer. Guru yang tadinya merasa bahagia bisa menyapa peserta didiknya dan menyentuh hati mereka dengan berada langsung di hadapan mereka harus ikhlas hanya berkomunikasi jarak jauh. Semua menjadi seolah hari kelabu yang tak jelas entah kapan akan berakhir. Ketidaksiapan menghadapi perubahan yang begitu tiba-tiba menimbulkan kesulitan tersendiri yang solusinya pun terkadang tak begitu berarti. Whatsapp menjadi pilihan utama yang digunakan dalam pembelajaran. Tidak jarang guru hanya menggunakan Whatsapp untuk mengirim pesan, mengecek kehadiran, memberi tugas, dan menagih kembali tugas tersebut walaupun sebenarnya banyak fitur lain yang disediakan Whatsapp. Guru dan peserta didik hampir tidak pernah saling bertatap wajah atau mendengar suara. Komunikasi terjadi secara tertulis dengan pesan-pesan yang dikirim melalui grup Whatsapp. Ketika ditanya kepada peserta didik tentang pembelajaran yang dilakukan seperti ini, mereka menjawab sudah mulai bosan, pembelajarannya tidak menarik, dan capek hanya berhadapan dengan Whatsapp. Haruskah hal ini dibiarkan terjadi begitu saja tanpa berbuat apa-apa? Tentu tidak. Pada awal semester saya mulai membuat video. Aplikasi pertama yang saya gunakan untuk membuat video adalah Easy Sketch. Sebenarnya ini sangat baru untuk saya. Selama masa pembelajaran tatap muka saya belum pernah menggunakan aplikasi ini sama sekali. Saya belajar aplikasi ini dari seorang teman guru yang ada di sekolah saya. Video pertama saya menyajikan materi tentang “Offering Help”. Saya upload ke Youtube. Saya posting linknya ke portal rumah belajar. Peserta didik mulai belajar dengan video tersebut. Pembelajaran peserta didik saya mulai beralih dari hanya sekedar menulis pesan di grup Whatsapp menjadi pembelajaran menggunakan video. Peserta didik mulai kembali mendengar suara saya sebagai gurunya. Peserta didik juga mulai kembali mendengar/menonton dialog native speaker yang saya satukan dengan video Easy Sketch saya. Saya juga mulai menggunakan media lain yaitu Microsoft Sway dan Google Form. Pembelajaran menjadi semakin bervariasi. Berikut beberapa komentar peserta didik dengan perubahan kecil yang saya lakukan tersebut. “Saya suka belajar dengan video karena dari video ada penjelasannya sehingga saya lebih mudah memahami materi pelajaran”. “Saya suka belajar dengan video, karena hampir sama seperti belajar tatap muka”. “Saya suka video karena menyenangkan dan menarik”. “Saya suka belajar dengan Microsoft Sway karena kita bisa membaca dan memahami materinya”. “Saya suka belajar dengan Microsoft Sway karena di sana ada materi pelajaran, video dan link tugas Google Form jadi saya lebih memahami materi yang diberikan dan langsung bisa mengukur kemampuan sendiri dengan mengerjakan tugas yang diberikan melalui link tugas tersebut. Alhamdulillah, Easy Sketch, Microsoft Sway dan Google Form telah memberi Warna Baru Pembelajaran di Masa Pandemi. 13
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Semoga Lelahku Menjadi Lillah Oleh: Amalia Rahisa Dewi - SMPN 45 Bandung, Jawa Barat Tidak ada hari tanpa gadget dan laptop. Dua perangkat yang nyaris tidak terpisahkan dalam kehidupan di era digital. Terlebih di masa pandemi yang melanda dunia saat ini. Anak-anak sekolah ‘dipaksa’ untuk belajar dari rumahnya masing-masing dengan gadget sebagai sarana utama agar mereka bisa mengakses pelajaran. Guru pun demikian, suka atau tidak suka harus mengubah cara mengajarnya dari tatap muka di kelas menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Mungkin untuk sebagian guru yang jarang menggunakan media pembelajaran berbasis IT (Informasi dan Teknologi) awalnya akan sedikit bingung. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar Dari Rumah (BDR) menjadi solusi agar belajar mengajar tetap berjalan di masa pandemi. Semua komponen berupaya agar pendidikan tetap berjalan dengan segala keterbatasan yang dimiliki daerah masing-masing. Keterbatasan yang berkaitan dengan letak geografis, sosial, dan ekonomi menjadi warna tersendiri dalam pelaksanaan PJJ. Hal itu pula yang menggiring saya sebagai guru untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki agar tetap bisa memberikan pembelajaran kepada siswa dengan berbasis IT. Saya selalu yakin dengan ungkapan ‘ada hikmah dibalik musibah’. Bagaimana tidak? dulu saya hanya mengenal sedikit saja teknik pembelajaran yang berbasis IT. Tetapi di masa pandemi ini saya mendapat banyak sekali teknik pembelajaran yang berbasis IT. Saya pun berusaha untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam membuat pembelajaran yang berbasis IT agar tetap memberikan pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Menurut saya membuat siswa senang saat belajar itu merupakan hal yang sangat penting. Rasa senang akan mendorong siswa mau belajar tanpa disuruh ataupun tanpa terpaksa. Salah satu cara agar pembelajaran menarik bagi siswa adalah dengan menggunakan video pembelajaran. Saya pun tidak ingin ketinggalan untuk bisa membuatnya. Selain mengikuti beberapa pelatihan online atau webinar tentang cara membuat media pembelajaran, saya juga sering berselancar di dunia peryoutubean mencari teknik mudah membuat video pembelajaran. Banyak software menarik yang bisa dipilih untuk membuat video pembelajaran diantaranya dengan menggunakan animasi. Saking banyaknya software saya jadi bingung harus pakai yang mana karena semua menarik dengan tingkat kesulitan yang beragam. Saya mencoba salah satu teknik animasi yaitu Animiz Animation Maker. Setelah dicoba ternyata tidak semudah seperti yang ada di tutorialnya. Butuh kesabaran tingkat tinggi dan investasi waktu yang tidak sedikit juga terutama bagi saya yang kemampuan IT-nya masih sangat terbatas. Jadi membuat video pembelajaran itu merupakan tantangan tersendiri untuk saya. Waah! bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop untuk mencoba membuatnya sampai berhasil. Hal paling menyenangkan dan memberikan kepuasaan tersendiri yaitu saat mengetahui respon siswa-siswi yang merasa senang terhadap sajian pembelajaran melalui video dengan teknik animasi tersebut. Siswa-siswi pun terlihat lebih aktif dalam pembelajaran. Bahkan ada salah seorang siswa yang membuat ringkasan materi dan membagikan ke grup WhatsApp (WA) setelah pembelajaran berakhir. Itulah sedikit pengalaman dalam menyiapkan pembelajaran di masa pandemi. Dengan semangat untuk selalu memberikan yang terbaik untuk siswa-siswi saya khususnya, dan untuk siswa-siswi di seluruh Indonesia umumnya, saya berharap ini menjadi bagian dari amal jariyah yang akan menjadi bekal di kehidupan yang abadi kelak. Semoga lelahku menjadi lillah. Wallohu’alam Bisshowab. 14
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Semangat Berkreasi dan Berinovasi dengan Digital Technology oleh: Tuti Suryati, S.Pd dari SMPN 2 Subang, Jawa Barat Rabu pagi, 4 November 2020 adalah pertemuan daring ke-7 untuk kelas IX A dan B. Seperti biasa, saya menyiapkan rencana pembelajaran sehari sebelumnya. Materi pelajaran Bahasa Inggris yang akan saya berikan kepada siswa adalah tentang Label Text. Dengan penuh semangat saya mencoba mendesain strategi pembelajaran online yang diharapkan akan diterima dan dipahami dengan mudah oleh siswa. Kali ini, teknologi digital yang saya pilih adalah Whatsapp Group (WAG), Google Formulir, Google Meet, Padlet, dan LearningApps. Whatsapp digunakan untuk menyampaikan pengumuman kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan berbagai informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. Google Formulir untuk mengisi daftar hadir siswa. Google Meet berperan sebagai virtual video conference, tempat kami berinteraksi langsung secara online. Sedangkan Padlet saya gunakan untuk menyusun tahap kegiatan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa, juga sebagai tempat siswa menuliskan jawaban pertanyaan tentang fungsi sosial dan struktur teks label. Digital tool (mengambil istilah dari Kelas Kreatif) yang terakhir adalah LearningApps. Aplikasi yang satu ini saya gunakan untuk latihan soal berbentuk matching pairs, di mana soal yang digunakan adalah buatan saya sendiri. Berbagai format soal sudah tersedia dalam aplikasi ini, tinggal kita ubah isi soalnya saja. Beruntung sekali saya sering mengikuti webinar Kelas Kreatif asuhan Pak Dadan yang sangat baik hati dan penuh semangat dalam memotivasi kami, para guru yang ingin selalu kreatif dan inovatif dalam mendesain strategi pembelajaran. Tepat jam 8.00, pembelajaran dimulai. Siswa berebut untuk masuk ke dalam ruang meet setelah saya membagikan tautannya. Tak terkira rasa bahagia ketika melihat wajah-wajah mereka yang selalu saya rindukan semenjak Covid-19 merenggut kebersamaan dan kemesraan kami di dalam kelas nyata. Saya menyapa mereka satu persatu. Dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 70 orang, hari ini hanya diikuti oleh hampir setengahnya saja yaitu 31 orang. Tak jadi masalah, yang penting masih ada siswa yang terus bersemangat mengikuti pembelajaran. Sisanya, biarlah menjadi tugas saya untuk mengetahui alasannya. Untuk kegiatan apersepsi (tahap pertama) saya tampilkan sebuah gambar label lalu memberikan beberapa pertanyaan tentang informasi yang terdapat pada gambar, misalnya “Have you read the word Ibuprofen? Where do you read it?”, atau “Do you know the meaning of Chewable?” dan sebagainya. Tahap kedua, saya berikan materi dalam bentuk video pembelajaran yang telah saya ciptakan sendiri, lalu saya upload ke youtube, sehingga siswa dapat menyimaknya berulang-ulang. Setelah itu, sebagai tahap ketiga, saya memberikan pertanyaan tentang fungsi sosial dan struktur teks dari teks label seperti yang telah disimak dalam video pembelajaran. Siswa menjawabnya dalam ruang Padlet dengan membuka tautan yang telah dibagikan. Senang sekali membaca jawaban siswa, seperti ketika saya menjawab pertanyaan pada sebuah workshop dalam Kelas Kreatif. Rasanya seperti menjadi seorang keynote speaker dalam sebuah workshop. Tahap terakhir atau tahap keempat, saya gunakan aplikasi LearningApps untuk latihan soal matching pairs tentang struktur teks dan statement yang tepat. Sangat mudah dikerjakan oleh siswa. Tak heran hampir sebagian besar dari mereka mampu mengerjakannya dengan sangat baik. Meskipun begitu, masih ada beberapa siswa yang belum menjawab dengan benar. Karena waktu kegiatan pembelajaran hanya 45 menit, maka saya persilakan siswa mengirim hasilnya ke WA pribadi saya. Tak berapa lama, bunyi notifikasi pada WA pribadi saya bersahutan seperti suara kicauan burung yang merdu dan sangat menghibur hati. What a beautiful day for me, and I hope for my students too. 15
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Aplikasi Vs Tutorial Oleh: Sry Daniyati – SMAN 22 Kab. Tangerang, Banten “Kling”… Bunyi pesan masuk di WA ku. Siswa A : “Miss, ngerjainnya gimana?” “Klin, kling”… Kembali pesan di WA ku masuk. Siswa B : “Miss, ini buat apaan?” Siswa C : “Miss, ini abis diklik diapain lagi?” Siswa D : “Miss, saya belum install aplikasinya, bisa gak miss?” Seperti itulah respon beberapa siswa saat saya memberikan PJJ melalui aplikasi yang belum mereka kenal bahkan asing. Memang setelah masuk tahun ajaran baru masa pandemi, saya mencoba menggunakan aplikasi baru di kelas daring yaitu aplikasi Padlet. Namun kesalahannya, saya memberikan tautan Padlet pada siswa tanpa menjelaskan terlebih dahulu cara menggunakannya, saya hanya menginfokan agar mereka mengklik tautan yang saya bagikan di WAG. Alhasil, hari pertama saya menggunakan aplikasi tersebut, kelas kacau balau dan materi tidak tersampaikan, huhuuhuu…sedihnya… Dari pengalaman hari pertama dengan dua kelas yang menjadi korban, saya pun membuat tutorial penggunaan Padlet untuk siswa. Benar saja setelah saya bagikan tutorial penggunaan Padlet, kelas berikutnya tidak lagi “galau” justru mereka menikmati buku virtualnya itu. Senangnya… Aplikasi Padlet ini memungkinkan untuk pembelajaran synchronous atau pembelajaran yang dilakukan secara real time sehingga semua siswa dapat berinteraksi dengan teman yang lain di ruang dan waktu yang sama layaknya pembelajaran luring. Selain synchronous, saya juga melakukan pembelajaran asynchronous dengan meminta siswa meng-upload tugas-tugasnya melalui Padlet. Namun permintaan saya ditolak, hahaha… Menurut para siswa meng upload tugas di Padlet lebih sulit dibanding melalui Google Classroom, sebagai guru yang tidak egois (ciee…) saya mengamini permintaan mereka. Saat kelas synchronous saya menggunakan Padlet, namun untuk asynchronous saya menggunakan Google Classroom. Selain Padlet dan GCR, saya juga menggunakan aplikasi lainnya yang menunjang pembelajaran jarak jauh yang interaktif. Seperti Edpuzzle, Word Wall, dan Educandy. Ketiga aplikasi ini memberikan fitur yang menyenangkan dalam bentuk gamification, terlebih lagi untuk mata pelajaran bahasa Inggris yang saya ampu. Sedangkan untuk asesmen formatif, saya mulai menambahkan aplikasi Quizziz, sebelumnya saya menggunakan Google Form dan Google Drive. Dari beberapa aplikasi yang saya gunakan dalam pembelajaran, ternyata siswa lebih menyukai aplikasi dengan fitur gamification saat asesmen formatif, untuk buku tulis virtual mereka memilih padlet yang memiliki fitur menarik. Sedangkan, mereka menggunakan GCR sebagai perpustakaan pribadi. Berdasarkan feedback dari siswa, aplikasi – aplikasi tersebut terasa lebih mudah digunakan setelah saya memberikan tutorialnya, mereka juga mengharapkan jika semua guru dapat memberikan tutorialnya sebelum menerapkan aplikasi pembelajaran baru dikelas. Dan untuk membantu saya membuat tutorial, saya menggunakan Super Screen Recorder (SSR) yang saya install di gawai milik saya. Dapat disimpulkan, tutorial sama pentingnya dengan aplikasi yang digunakan, karena seberapapun inovatif dan interaktifnya aplikasi jika siswa tidak paham cara menggunakannya, alih – alih belajar menyenangkan, justru akan jadi petaka baik bagi siswa maupun guru. Selain itu, pilihlah aplikasi yang membuat semua anak terlibat, user friendly, juga ramah kuota agar pembelajaran bermakna dapat dialami seluruh siswa. Jadi… Antara Aplikasi Vs Tutorial, siapakah pemenangnya? 16
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Belajar di Rumah Tetap Asyik Oleh: Astri Supriatin- SMK Pariwisata Telkom Bandung, Jawa Barat Delapan bulan sudah sekolah melakukan pembelajaran daring. Bukan mustahil kalau siswa dan guru sudah merasa bosan. Hampir semua siswa mengaku ingin bersekolah seperti biasa. Mereka rindu dengan teman, guru, dan aktivitas di sekolah. Belum lagi orang tua yang juga sudah bingung karena beban kerja di rumah bertambah. Merdeka belajar, guru sejatinya pemelajar. Mengajar dan belajar adalah aktivitas kolaborasi yang tidak bisa dihindari, malah seharusnya dijiwai. Bagaimana mungkin kita meminta murid belajar terus, sementara guru hanya mengajar saja. Dalam mengajar, tentu guru pun belajar, bukan? Jadi mari kita sama-sama belajar, berinovasi, dan berkreativitas. Sejak semester ganjil 2020 Kepala Sekolah mengajak kami berkreativitas tinggi selain bekerja lebih keras, seperti misalnya menyederhanakan pembelajaran atau membuat kelas studio tematik yang nyaman. Menerapkan blended learning merupakan salah satu upaya efisiensi yang dipilih untuk mempermudah proses kegiatan belajar mengajar daring. Inisiatif dan kreativitas yang menarik sangat diperlukan, terutama selama masa pandemik. Kami melakukan berbagai cara dan usaha, serta beragam inovasi belajar yang menggunakan gamification dalam penilaian dan pemberian tugas. Siswa mengaku senang dengan berbagai aplikasi yang kami pelajari dari buku-buku hasil karya Kelas Kreatif. Guru- guru wajib mengikuti webinar atau workshop guna menambah keterampilan mengajar. Kami juga mempelajari digitals tools dan metode belajar menyenangkan lainnya. Selain itu, sekolah mengadakan kelas parenting, sehingga keluhan orang tua di rumah bisa lebih mudah ditemukan solusinya. Kolaborasi pembelajaran bersinergi antara guru dan siswa sehingga dapat mengurangi beban keduanya dengan tetap mengutamakan kualitas. Liason Officer (LO) adalah semacam tutor sebaya yang merupakan kolaborasi antara siswa dan guru. Kami melatih mereka untuk menjadi host, moderator atau pembawa acara saat belajar daring. Bisa juga sebaliknya, guru yang menjadi host atau moderator, dan murid yang melakukan sesi sharing saat belajar. Selain secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan tambahan, para LO juga jadi melek teknologi sehingga guru dan siswa bisa saling mengisi. Setelah dirasa cukup latihan, guru memanggil siswa secara bergiliran untuk melakukan presentasi dan diskusi di studio sekolah. Saat datang ke sekolah protokol kesehatan tetap diberlakukan, demikian juga dilakukan pengecekan saat meninggalkan sekolah. Bahkan para LO melakukan rapid test yang tentunya dibiayai oleh pihak sekolah. Pembelajaran karakter dirasa kurang efektif selama masa pandemik ini. Dengan demikian sekolah mengundang para pembicara dari berbagai profesi dan usia untuk melakukan sharing dan diskusi untuk membahas hal-hal yang menarik. Dengan memanfaatkan networking yang baik, kami banyak menampilkan pembicara yang mumpuni dan sesuai dengan jurusan yang ditawarkan di sekolah kami. Beberapa dari mereka bahkan bersedia mengisi acara tanpa bayaran. Hal ini tentu saja sangat membantu pihak sekolah. Para pembicara tersebut berbagi kisah inspiratif dan memberikan banyak pencerahan, baik terhadap siswa maupun guru. Ketika mendapatkan kesempatan untuk berjumpa dengan tokoh-tokoh ahli, tidak hanya pengetahuan siswa yang menjadi semakin luas, antusiasme belajar mereka juga meningkat. Siswa mengaku senang mengikuti kelas ala webinar ini. Mereka tidak bosan saat belajar daring meski hanya bertemu teman-teman dan guru melalui Zoom. Selama masa darurat covid-19, guru-guru semakin kaya pengalaman karena senantiasa belajar. Kami merasa tertantang untuk menjadi pengajar yang lebih kreatif. Kemampuan menyampaikan materi pun semakin luwes karena sering berkolaborasi, sehingga gaya mengajarnya tidak lagi membosankan. 17
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Tantangan dan Peluang PPJ di Perguruan Tinggi Oleh: Isry Laila Syathroh - IKIP Siliwangi, Jawa Barat Untuk memutus rantai penyebaran virus corona di Indonesia, sejak Maret 2020 semua lembaga pendidikan diwajibkan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Di tingkat perguruan tinggi, PJJ memang bukanlah hal yang baru karena telah dilaksanakan dalam sebagian aspek pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No.24/ 2012 dan No. 109/2013. Begitu juga di kampus IKIP Siliwangi, platform Zoom digunakan sebagai media dalam melakukan pembelajaran online. Sedangkan untuk Learning Management System (LMS), setiap dosen diberikan pilihan untuk menggunakan LMS yang dianggap paling efektif. Ada yang menggunakan Google Classroom, Moodle, Schoology dan lainnya. Pada awalnya, mahasiswa terlihat begitu semangat untuk mengikuti pembelajaran online. Mereka hadir di Zoom Meeting tepat waktu, menyimak perkuliahan dengan baik serta terlibat aktif dalam diskusi online. Namun setelah kurang lebih 4 (empat) bulan perkuliahan berlangsung, saya mengamati ada penurunan motivasi belajar mahasiswa dalam belajar online. Mereka terlihat tidak seantusias dulu. Sepertinya mereka lelah dengan tugas kuliah atau mungkin mereka juga bosan dengan pola pembelajaran online. Dapat dibayangkan, apabila mereka ada 2-3 mata kuliah perhari, maka mereka harus mengikuti zoom meeting 2-3 kali sehari. Tentu saja membosankan. Oleh karena itu, ada beberapa strategi yang biasa saya lakukan agar pembelajaran online ini berjalan dengan efektif dan menyenangkan. Pertama, saya selalu menggunakan setidaknya dua platform dalam pembelajaran. Biasanya saya menggunakan platform yang bersifat synchronous dan asynchronous dalam satu tatap muka pembelajaran. Contohnya, apabila saya harus mengajar 1 (satu) mata kuliah yang bobotnya 2 (dua) SKS, maka saya wajib melakukan pembelajaran selama kurang lebih 100 menit. Namun saya tidak menggunakan 100 menit itu dengan Zoom Meeting karena khawatir membuat mahasiswa merasa bosan. Saya biasanya memberikan tugas atau latihan menggunakan tool lain yang bersifat asynchronous sebagai pendamping, misalnya: Google Classroom, Padlet, Speechnotes, LyricsTraining, Quizizz, Canva, dan lainnya yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain bertujuan agar mahasiswa tidak merasa bosan, penggunaan dua jenis tools ini diharap dapat memperkenalkan dan membekali mahasiswa kepada beberapa aplikasi yang bermanfaat dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Permasalahan kedua yang sering saya temui adalah mengenai kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan online. Untuk memastikan kehadiran setiap mahasiswa, saya selalu mem-back-up kehadiran mahasiswa melalui 3 (tiga) cara, yaitu mengisi kehadiran di Google Form, merekap kehadiran di Zoom Meeting dan juga melakukan Q & A (sesi tanya jawab) secara acak pada mahasiswa untuk memastikan mereka menyimak seluruh proses pembelajaran. Saya pun selalu meminta mahasiswa untuk menyalakan kamera selama Zoom Meeting. Apabila ketiga indikator kehadiran itu terpenuhi, maka mahasiswa dianggap hadir dalam pembelajaran. Terakhir, saya terbiasa memberikan tugas dengan deadline yang lebih panjang selama PJJ. Bila biasanya deadline tugas itu beberapa hari saja, maka selama PJJ saya memberikan deadline tugas hingga maksimal 1-2 minggu. Hal ini bertujuan agar tidak memberatkan mahasiswa dan membuat mereka tetap merasa bahagia selama PJJ ini. Sesuai kata pepatah bahwa: “Happy students learn better because happiness has the power to turn on all of the learning centers of the brain”. Semoga ☺ 18
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Bermain Peran: Wawancara Pekerjaan Oleh: Achdi Merdianto, S.Pd - SMAS Dwiwarna Bogor, Jawa Barat Untuk memaksimalkan potensi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di materi Surat Lamaran Pekerjaan (materi kelas 12 SMA), saya menciptakan sebuah kondisi yang semirip mungkin dengan keadaan di lapangan. Siswa dianggap sudah lulus dari kuliah, mencari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan latar belakang pendidikan, menulis surat lamaran pekerjaan dan resume (cv) secara digital, serta mendapatkan kesempatan untuk wawancara pekerjaan. Di pertemuan sebelumnya, saya meminta siswa mencari lowongan pekerjaan di internet dengan mengunjungi beberapa situs loker. Ada pula yang instan dengan mencari di google image, sehingga saya tolak karena tidak sesuai dengan kriteria yang diminta. Dalam hal ini, saya meminta siswa untuk mencari lowongan pekerjaan yang masih tersedia, tidak asal memilih. Bahasa pengantarnya pun harus berbahasa Inggris. Lalu mereka belajar tentang penulisan surat lamaran pekerjaan, menyusun CV dengan menggunakan media populer (seperti Canva), dan akhirnya wawancara pekerjaan. Dari beragam pertanyaan di dalam wawancara pekerjaan, akhirnya saya kerucutkan hanya menjadi 5-6 pertanyaan, mengingat waktu yang terbatas, di antaranya: (1) Introduction, (2) Why should we employ you? (3) Your greatest strength, (4) Past experience, (5) How to deal with a conflict, dan (6) Teamwork. Di sesi (minggu) pertama, siswa memasuki ruang Zoom untuk mendapatkan kembali informasi terkait pelaksanaan teknis wawancara dan meminta siswa yang tidak mendapatkan giliran untuk berlatih wawancara dengan teman-teman yang lainnya. Selain itu, saya memberikan mereka kesempatan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum terselesaikan, seperti menulis review di blog di beberapa pertemuan sebelumnya dan merevisi kembali surat lamaran serta cv yang sudah diperiksa oleh guru. Beberapa siswa meninggalkan ruang Zoom dan tersisa yang hanya mendapatkan giliran wawancara di minggu pertama. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan menggunakan breakout room. Umumnya satu kelompok terdiri dari dua siswa agar selagi mereka menunggu giliran, mereka dapat berlatih wawancara secara bergantian. Untuk masuk ke siswa yang pertama, saya memberikan waktu lima menit untuk persiapan. Selanjutnya saya pindahkan satu siswa yang berada di dalam kelompok ke ruangan lainnya agar dalam satu ruang hanya terdapat saya dan siswa. Ciptakanlah suasana wawancara yang bersahabat agar mereka dapat mengeluarkan semua kemampuan maksimalnya. Durasi waktu yang umumnya terjadi di setiap siswa cukup beragam, 4 hingga 8 menit. Hal tersebut terjadi karena karena percakapan yang terjadi begitu menyenangkan sehingga saya terbawa suasana untuk bertanya lebih banyak hal. Akan tetapi dengan kendali diri bahwa pertanyaan tersebut tidak di luar jalur wawancara dan pekerjaan yang dilamar atau bermaksud mengintimidasi siswa. Dari hasil wawancara dengan 3 kelas program IPA dan 2 program IPS, umumnya siswa mampu menjawab dengan baik. Saya senang bahwa siswa aktif untuk mencari informasi dan mempersiapkan wawancara secara mandiri. Dalam beberapa kesempatan, mereka pun bertanya melalui Grup Line (Kelompok belajar) atau pesan pribadi. Tidak hanya itu, mereka mampu mendapatkan informasi dengan baik tanpa harus dibimbing secara langsung. Beberapa wawancara yang, saya rekam dan unggah ke www.youtube.com/achdimerdianto agar dapat menjadi bahan ajar dan contoh wawancara di tahun berikutnya. 19
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Kuota Chat? Tak Masalah… Oleh: Eva Siti Safaah – MTs Negeri 1 Sumedang, Jawa Barat “Banyak jalan menuju Roma.” Pepatah tersebut tampaknya harus saya pegang teguh selama membersamai peserta didik dalam belajar, terutama pada masa pandemi seperti ini. Mengapa? karena pada kondisi normal saja, tuntutan untuk menggunakan berbagai media, metode, dan model pembelajaran begitu tinggi. Ditambah jarak yang jauh, tanpa tatap muka, proses pembelajaran menjadi begitu rumit di mata saya. “Seberat-berat badan, namun untung dilupakan jangan.” Pepatah lain yang saya pahami tentang selalu ada hikmah di balik cobaan. Bagaimana tidak? dengan kondisi pandemi, para pendidik harus berpikir luas, mencari kesana kemari, strategi apa yang sekiranya tepat digunakan untuk proses pembelajaran jarak jauh. Lain halnya jika pandemi ini tidak pernah terjadi, mungkin usaha yang dilakukan tidaklah terlalu ‘keras’. Kemudian muncullah ide-ide kreatif yang banyak menginspirasi para pendidik. Terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi. Mulai dari banyaknya platform belajar, games edukasi, aplikasi asesmen, dan banyak hal lain yang dengan mudah dapat diakses melalui internet. Namun, “padi ditanam tumbuh ilalang”. Saya berharap berbagai macam pemanfaatan teknologi tersebut dapat menumbuhkan motivasi belajar, alih-alih tak berguna untuk beberapa peserta didik. Terlebih ketika mereka berujar “Maaf bu, saya tidak bisa akses internet, kuota yang saya punya cuma untuk chat”. Rupanya sebagian peserta didik memilih paket internet chatting yang memberikan akses unlimited untuk berbagai aplikasi chatting (berbasis obrolan) dan tidak memiliki akses bebas untuk berselancar di internet, alasannya karena harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Mau tidak mau, saya pun harus bisa memanfaatkan media berbasis obrolan ini dengan maksimal. Seperti pengalaman saya pada suatu waktu. Saya telah menyiapkan bahan ajar dalam bentuk PowerPoint, peserta didik pun memiliki modul serta BSE sebagai sumber belajar utama, kemudian kami melakukan diskusi di aplikasi Whatsapp (WA). Pada saat penilaian, sebagian peserta didik dapat dengan mudah mengakses soal dalam bentuk Quiziz atau Google Form, tetapi sebagian lainnya tidak bisa melakukan hal yang sama karena terbatas kuota chat. Akhirnya saya memilih permainan Teka Teki Silang (TTS) sebagai salah satu alternatif solusinya. TTS yang dimaksud tidak dikerjakan langsung oleh siswa melalui aplikasi permainan seperti pada educandy.com, melainkan dengan mengedit gambar TTS yang saya kirim melalui WA. Mengapa mengedit gambar? karena dengan kuota chat, peserta didik masih bisa mengunduh dan mengunggah file dalam bentuk gambar di aplikasi WA. Pertama, saya membuat TTS secara online pada laman http://puzzlemaker.discoveryeducation.com/ pada fitur Criss-Cross. Pada fitur ini kita bisa menginput sejumlah kata jawaban dan kalimat petunjuknya, dan mengatur jumlah kotak yang diperlukan. Kedua, klik Create My Puzzle, maka format TTS berhasil dibuat. Selanjutnya, saya lakukan tangkap layar pada kotak TTS beserta kalimat petunjuknya. Sebelum dibagikan di WA, saya mengedit tampilan TTS dengan menggunakan aplikasi Paint atau Canva supaya terlihat lebih menarik untuk dikerjakan. Kemudian peserta didik mengedit gambar dengan menambahkan teks pada kotak-kotak TTS tersebut, dan mengirimkannya kembali melalui WA. Respon peserta didik sangat baik, terbukti dengan jumlah jawaban yang mereka kirimkan kepada saya semakin meningkat. Bahkan beberapa siswa berujar “Gara-gara TTS dari ibu, saya jadi harus beneran baca buku”. Hmm… hikmah lainnya, peserta didik semakin giat berliterasi. 20
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Mendadak Daring, Siapa Takut? Oleh: Roslina Sawitri - Pengembangan Sumber Daya Manusia Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat Ketika diminta mengajar kelas Bisnis Korespondensi di tengah pandemik covid-19, saya serta merta mengiyakan sambil berpikir keras bagaimana caranya mengajar tulis-menulis surat secara daring. Mengajar writing secara luring saja susah, ‘kan? Terus terang saya was-was. Sebagai seorang perfeksionis, saya khawatir gagal. Saya berusaha keras mempersiapkan kelas berteknologi kekinian dengan mengikuti beberapa sedaring dari pakar-pakar Teknologi Informasi dan Komunikasi serta menghadiri perkuliahan pascasarjana Management Strategic di Universitas Indonesia. Selain itu, saya juga berkonsultasi dengan seorang penulis Business English kawakan dari Benua Eropa. Sayangnya, beliau yang menyebut dirinya seorang tech dinosaur alias gaptek, tidak merasa dapat banyak membantu terkait pengajaran menulis secara daring ini. Pertemuan pertama di kelas Bisnis Korespondensi begitu menegangkan. Ada 70 partisipan di kelas ini, mereka adalah para pegawai yang bekerja di ITB. Saya memilih Google Classroom sebagai Learning Management System, sedangkan aplikasi yang saya gunakan untuk mempresentasikan materi selama 12 pertemuan, yakni genial.ly yang dapat menghubungkan tautan-tautan ke aplikasi lain yang saya gunakan untuk menunjang aktivitas pembelajaran. Pada kegiatan pemanasan atau ketika memberikan ulasan ulang, saya menggunakan Instagram, triviamaker.com, dan learningchocolate.com. Aplikasi yang saya andalkan secara bergantian untuk kegiatan apersepsi adalah Mentimeter, LearningApps, Baamboozle, Wordwall, YouTube, Online Bingo, dan Kahoot! Sementara itu, pada tahap produksi, partisipan menggunakan Padlet, Canva, Flipgrid, dan Google Mail untuk berkirim tugas. Kelas ini dirancang agar partisipan dapat belajar interaktif, baik mandiri maupun tatap muka lewat video conference. Hampir semua aplikasi yang saya pilih menawarkan kesempatan pembelajaran self-paced. Jumlah partisipan yang besar membuat saya memilih aplikasi-aplikasi tersebut supaya dapat memberikan feedback yang relatif instan. Contohnya lewat aplikasi Wordwall, saya dapat merancang beragam aktivitas interaktif dengan memanfaatkan fitur timer, speed, dan lives. Partisipan dapat mencoba mengerjakan latihan beberapa kali sampai “nyawa” mereka habis. Di akhir latihan, Wordwall dapat menunjukkan jawaban mereka yang salah, dan juga bisa menampilkan kunci jawaban dari latihan tersebut. Contoh lainnya, partisipan mengunggah video ketika mereka latihan mengungkapkan pendapat lewat Flipgrid. Saya meminta mereka untuk menonton video rekan-rekannya dan memberikan komentar. Hal ini baik untuk mengasah keterampilan bekerja kolaborasi. Selain itu, feedback tertulis yang saya berikan dapat partisipan terima langsung di e-mail masing-masing. Jika waktunya memungkinkan, saya juga dapat memberikan feedback dalam bentuk unggahan video lewat Flipgrid. Secara mengejutkan, respons dari partisipan kelas Bisnis Korespondensi sangatlah hangat dan tingkat kepuasan terhadap kegiatan belajar mengajar cukup tinggi. Di tengah kesibukan mereka bekerja, para peserta terkadang harus mampu mengikuti kelas saya secara bersamaan dengan menghadiri rapat daring atau mengerjakan tugas dari pimpinan masing-masing. Di akhir kelas, beberapa tanggapan yang diberikan partisipan adalah sebagai berikut, “This class made my day! Seru banget, Miss, no lie!” dan “How exciting!!! Thank you for your great effort so we can always enjoy joining the class.” Selain itu, rapport yang tercipta antarpartisipan maupun antara saya dan partisipan sangatlah baik. Bentuk dukungan antarpartisipan yang saya temukan, misalnya, “Don’t be scared, I’m sure everyone in our class is supportive. We are here to study, not to judge, right guys?” Hal senada juga tercermin dari tanggapan yang diberikan partisipan di akhir semester, seperti “Hope the next class will be offered soon, ya, Miss.” 21
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Pembelajaran Aktif dan Asyik selama Pandemi Oleh: Puji Rahayu, S.Pd – SMP Telkom Bandung, Jawa Barat Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) menjadi aktivitas baru bagi guru di masa pandemi. Guru diharapkan dapat berperan aktif membuat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa di masa pandemi ini. Guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu saja tetapi juga dapat membentuk karakter siswa. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan di SMP Telkom Bandung menggunakan aplikasi Google Classroom. Sebelum pandemi, Google Classroom sudah diterapkan tetapi hanya untuk mengirim dan membuat tugas kepada peserta didik. Dengan tujuan agar peserta didik lebih paham mengenai teknologi Informatika. Di masa pandemi ini penggunaan aplikasi Google Classroom lebih sering digunakan dalam pembelajaran. Dalam menggunakan aplikasi Google Classroom, guru terlebih dahulu membuat kelas dan mengundang siswa untuk join di kelas tersebut. Setelah itu guru bisa menggunakan dan memanfaatkan semua fitur yang ada di Google Classroom, diantaranya ada forum pengumuman ,diskusi, dan komunikasi. Selain forum ada fitur tugas. Fitur tugas dapat digunakan untuk membuat tugas dan mendistribusikan soal kepada siswa. Banyak keuntungan bila menggunakan Google Formulir karena kita bisa mengatur soal untuk satu kali atau beberapa kali pengerjaannya dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu peserta didik bisa melihat langsung score yang diperoleh. Soal yang dibuat bisa berupa pilihan ganda, betul salah atau isian singkat. Kelebihan lain dari Google Classroom adalah kita bisa mengundang pengajar lain, orang tua atau wali peserta didik. Tujuannya untuk memantau keaktifan peserta didik. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menggunakan Google Meet atau Zoom. Pelaksanaannya Senin sampai Jumat dengan durasi 80 menit mulai pukul 8.00 – 09.20 dengan pembagian KBM selama 40 menit dan sisa waktu digunakan untuk forum diskusi. Dengan KBM selama 40 menit guru menyampaikan materi melalui PPT dan peserta didik bisa bertanya langsung atau chat di Google Meet. Setelah KBM dilanjutkan dengan forum diskusi yang ada di Google Classroom dengan memberikan beberapa pertanyaan. Semua peserta didik harus berpartisipasi dalam forum diskusi dan bagi peserta didik yang berani mengemukakan pendapatnya akan diberi reward oleh guru. Setelah berdiskusi guru menyimpulkan materi pembelajaran. Sebelum KBM dimulai guru pengajar memberikan link kepada grup kelas melalui WA. Pada akhir pembelajaran peserta didik diberi tugas.Tugas yang diberikan bervariasi bisa berupa Google Formulir atau Quizizz. Dengan aplikasi ini siswa bisa langsung melihat score yang diperoleh. Bila score-nya kecil siswa bisa mengerjakan kembali tugas tersebut. Penggunaan Teknologi di masa pandemi ini diharapkan dapat memberikan strategi pembelajaran aktif dan asyik. Peserta didik akan mendapat pengalaman menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong keingintahuan yang lebih besar tentang materi pada khususnya dan penggunakan Teknologi Informatika pada umumnya. ‘Guru diharapkan dapat berperan aktif membuat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa di masa pandemi ini. Guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu saja tetapi juga dapat membentuk karakter siswa’. 22
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Semangat PJJ di Tengah Corona Oleh: Yuyun Yuliani,S.Pd SMAN Tanjungsari, Jawa Barat Pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan istilah baru dalam dunia pendidikan kita, sebagai akibat dari virus Corona yang melanda Indonesia. Dengan PJJ ini guru ditantang untuk memilih model pembelajaran yang tepat supaya proses pembelajaran tetap berjalan baik dan menyenangkan. Untuk pembelajaran daring/online, guru dihadapkan pada pemilihan aplikasi yang dapat digunakan untuk menunjang PJJ. Namun pada dasarnya tidak semua aplikasi bisa digunakan karena guru pun harus mempertimbangkan kondisi siswa. Secanggih apapun aplikasi yang digunakan, tetap saja guru harus menyesuaikan dengan kondisi siswa. Berdasarkan kondisi di lapangan ternyata tidak semua siswa memiliki gawai yang support untuk mengakses aplikasi yang kita gunakan, bahkan ada juga yang tidak memiliki gawai sendiri. Selain itu, kuota dan sinyal pun masih menjadi kendala karena letak sekolah kami yang berada di daerah pegunungan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka saya memilih aplikasi yang mudah dijangkau oleh semua siswa. Karena terkendala HP, kuota, dan sinyal maka kelas daring ini tidak sepenuhnya dapat dilakukan, akhirnya pembelajaran secara luring pun kadang saya lakukan,misalnya ketika pengumpulan tugas. Bagi saya yang terpenting dari Pjj ini adalah siswa harus mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan bagaimanapun kondisinya, baik melalui daring maupun luring. Sebagai seorang guru tentunya saya tidak henti-hentinya belajar untuk menjadi guru yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga saya pun mengikuti beberapa webinar dan workshop daring untuk bisa memenuhi target tersebut. Selama kelas online ini berlangsung, saya yang saat ini mengajar Bahasa Inggris di SMAN Tanjungsari, Sumedang menggunakan beberapa aplikasi yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi aplikasi yang sering saya gunakan yaitu Telegram, karena menurut saya semua siswa bisa mengaksesnya dan cenderung mudah. Telegram ini begitu multifungsi, selain digunakan untuk chat antara guru dan siswa, aplikasi ini juga bisa digunakan untuk mengabsen siswa bahkan untuk memberikan kuis kepada siswa. Dengan aplikasi ini, antara materi / tugas yang saya berikan kepada siswa dengan grup chat tidak akan tumpang tindih, karena saya membuat dua channel, pertama channel untuk materi beserta tugas-tugasnya sehingga semua siswa bisa mengaksesnya kapanpun secara berurutan tanpa takut terhapus. Sedangkan channel yang kedua yaitu grup chat siswa, di mana setiap kelas membuat grup chat masing-masing yang berfungsi untuk diskusi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Bahkan grup kelas ini berfungsi untuk mengumpulkan tugas-tugas siswa sehingga memudahkan saya ketika memeriksa tugas yang masuk. Saya pun menggunakan Google Meet ketika ingin menyapa para siswa secara langsung dan melepas rasa rindu dengan mereka. Dengan Google Meet saya bisa menyampaikan materi baru yang dikombinasikan dengan Peardeck yang saya dapat dari kelas kreatif. Melalui peardeck ini diharapkan siswa tidak bosan ketika menerima materi. Jadi siswa tidak hanya melihat penjelasan tetapi juga bisa ikut aktif belajar. Caranya sangat mudah, siswa hanya tinggal masuk ke Peardeck.com lalu memasukan kode yang diberikan oleh guru. Ternyata siswa tampak antusias mengikuti selama pembelajaran berlangsung. Voice note pun saya gunakan ketika tugas monolog, misalnya untuk materi Introducing Yourself. Satu per satu siswa memperkenalkan dirinya melalui voice note ini dan mengirimkan nya ke grup telegram. Sehingga saya dapat mengetahui kemampuan speaking para siswa baru melalui suaranya. Selain itu, untuk pengumpulan tugas berkelompok misalnya untuk perform dialog, siswa bisa membuatnya dalam bentuk video. Tidak lupa saya juga memberikan komentar /masukan serta reward pada tugas-tugas yang telah dikirimkan sebagai bentuk apresiasi atas usaha yang telah mereka lakukan. Membuat PJJ yang menyenangkan di masa pandemi ini memang merupakan tugas guru supaya siswa tidak jenuh atau bosan serta tetap menjaga psikis siswa supaya tetap sehat. Tetapi yang terpenting dari semua itu adalah adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa serta selalu memberikan semangat dan motivasi untuk terus belajar selama PJJ berlangsung. 23
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Belajar dari Rumah: Belajar dari Ketidakberdayaan Oleh: Dati Ambar Palupi - SMA Negeri 2 Ketapang, Kalimantan Barat Saya tak pernah mengira kalau virus yang semula menjangkit di Wuhan, Cina ternyata melanda negeri kita tercinta, Indonesia. Semua rencana pembelajaran yang saya rancang di awal tahun pelajaran 2019/2020 seketika buyar di akhir kegiatan USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional). Saat itu, pertengahan Maret 2020, siswa kelas X dan XI diminta belajar di rumah untuk persiapan ulangan harian selepas kakak kelas mereka menyelesaikan USBN. Akhir Maret hingga awal April 2020... Tepatnya 24 Maret 2020, sebuah surat edaran diterbitkan, ditandatangani oleh Mas Menteri terkait pembelajaran daring atau pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau BDR alias Belajar Dari Rumah. Apapun istilahnya, intinya siswa dan guru dilarang ke sekolah, dilarang berkumpul dalam jumlah besar dan diharuskan melakukan pembelajaran dari rumah. Hal pertama yang terbersit adalah rasa ‘bahagia’ karena ‘liburnya’ diperpanjang. Tidak terlintas sama sekali bahwa seminggu setelah surat edaran terbit, rasa bosan karena tidak kemana-mana melanda. Berbagai cara dilakukan walaupun ternyata menghabiskan kuota banyak karena aktivitas sebagian besar hanya rebahan. Info berbagai kegiatan webinar pun masuk ke ponsel. Dari daerah, dalam negeri, bahkan luar negeri. Dari gratis hingga berbayar. Sejak itu saya mulai akrab dengan Google, tidak hanya sebatas Gmail-nya tetapi juga mengenal Google Classroom, Google Form. Lalu ke platform lain seperti Zoom, Quizziz, Miro, Moodle, Edmodo, Trello, Seesaw, dan Schoology, bahkan cara mengelola Youtube channel. April – Mei 2020... Saya yang semula hanya mengandalkan Whatsapp dan E-mail sebagai sarana pembelajaran mulai memutuskan untuk menggunakan Google sebagai sarana pendukung untuk mengadakan ulangan dan kuis, serta berbagi materi kepada siswa. Sayangnya kecanggihan gawai yang dimiliki beberapa siswa tidak berbanding lurus dengan ketertarikan mereka akan teknologi pembelajaran. Belum lagi dengan beberapa siswa yang tinggal di pelosok kecamatan jauh dari Kota Ketapang yang akses internetnya terbatas. Dalam waktu yang sempit karena ‘desakan’ untuk mengadakan ulangan akhir semester genap di bulan Juni, kami para guru dan siswa seolah berkejaran dengan waktu agar dapat mencapai target kurikulum yang diharapkan. Namun sayangnya karena keterbatasan akses dan tidak adanya tatap muka membuat kami menyederhanakan materi dan memilih serta memilah materi dan sumber belajar yang lebih sederhana namun berkualitas. Tidak hanya siswa, kami pun belajar memaksimalkan gawai yang kami miliki dan belajar dari awal bagaimana membuat akun e-mail, mengelola Google Classroom sampai membuat Google Form untuk ulangan. Tak seorang pun menyangka kalau kegiatan “belajar di rumah” yang seharusnya hanya berjalan kurang lebih tiga minggu saja lalu berubah menjadi sebulan, dua bulan –sampai Hari Raya Idul Fitri– lalu menjadi 4 bulan dan awal tahun ajaran baru 2020/2021 pun dimulai juga dari rumah. November 2020... Ini adalah bulan kedelapan mas Menteri mengumumkan bahwa segala bentuk pembelajaran dilakukan dari rumah. Banyak desakan agar sekolah dibuka kembali. Siswa rindu belajar di sekolah, bertemu dengan teman-temannya, berbagi cerita, berbagi ilmu, berbagi tugas. Guru pun rindu mengajar, menatap langsung ke mata anak didiknya, membayangkan kesuksesan mereka kelak, rindu menyebarkan ilmu yang dimiliki. Kita belum punya daya untuk melawan pandemi ini, tapi bukan berarti kita menyerah. Harapan untuk belajar di sekolah adalah keniscayaan. Saling menjaga diri, kesehatan dan tetap di rumah adalah hal terbaik untuk saat ini. 24
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Guru Miskin Inovasi, No Way!! Oleh: Yeni Irpaniati, S.Pd- SDIT Insantama Bandung, Jawa Barat Ketika Pembelajaran Jarak Jauh ditetapkan (PJJ), bagi saya yang mengajar di sekolah Full Day, saya membayangkan akan memiliki banyak waktu luang dibandingkan ketika masih pembelajaran normal. Sempat terlintas untuk mencari aktivitas lain di luar mengajar dalam memanfaatkan waktu luang ini yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Ternyata tidak, setelah tiga bulan pertama di akhir tahun ajaran 2019-2020, tepatnya pada bulan Maret sampai bulan Juni, ternyata PJJ menuntut kreativitas lebih dari seorang pengajar. Artinya seorang guru memerlukan lebih banyak waktu mempelajari berbagai metode pembelajaran jarak jauh serta menyiapkan media pembelajarannya. Jika dulu ketika pembelajaran di kelas, tanpa media apapun hanya berbekal buku paket, kita bisa mulai action di depan murid menyampaikan materi pelajaran. Tapi kini, tanpa media dan metode yang menyenangkan, guru akan mati kutu di depan layar, menghadapi para murid yang mulai gelisah mendengarkan gurunya menerangkan. Maka mutlak, PJJ ini akhirnya menuntut saya khususnya, menjadi lebih kreatif dalam mencari media pembelajaran. Awalnya hanya men-download video dari youtube ditambah PPT sebagai alat bantu dalam menerangkan kepada para peserta didik. Karena terus terang, untuk menggali berbagai aplikasi atau membuat video pembelajaran sendiri, masih jauh dari kemampuan saya yang selama ini hanya penikmat video orang lain. Alhamdulillah, tawaran untuk bergabung di grup kelas kreatif datang dari seorang teman. Dari grup ini, aplikasi pertama yang dicoba untuk dipelajari adalah Quizziz, Alhamdulillah, berhasil!!! Dengan penampilan menarik, disertai musik, para murid antusias ketika diberikan quiz. Tidak sedikit siswa yang meminta kembali quiz, padahal belum waktunya diberikan. Tidak hanya murid, teman-teman guru pun mulai mencoba Quizziz ini setelah saya sharing kepada mereka. Inilah awal saya tertarik untuk mempelajari berbagai aplikasi yang di-share di grup. Tidak hanya Quizziz, Padlet pun menjadi salah satu media yang memberikan ruang kepada para siswa menyalurkan segala kreativitasnya. Menghadapi anak kelas 2 SD yang tidak bisa bertahan lama duduk di depan layar, jari-jari mereka tidak pernah bisa diam menekan tombol ini itu, termasuk corat coret ketika saya share screen. Bisa saja, saya menonaktifkan participant untuk corat coret whiteboard di Zoom. Tapi itu tidak saya lakukan, penggunaan padlet, menjadi solusi. Dalam pembelajaran calistung, menulis dikte, padlet ini sangat membantu. Selain target materi tersampaikan, potensi dasar anak pun tidak terbelenggu, pembelajaran lebih menyenangkan, karena semua murid terlibat aktif. Pikiran untuk memanfaatkan waktu, dengan mencari penghasilan tambahan di tengah longgarnya jam mengajar, kini tidak lagi menjadi tujuan utama. Banyaknya waktu, lebih dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan diri pada bidang utama yang saya geluti 13 tahun lamanya yaitu sebagai seorang pendidik. Saat ini, bagi saya menghasilkan produk pendidikan yang lebih bermanfaat bagi peserta didik khususnya, jauh lebih membanggakan dibandingkan tambahan penghasilan di bidang lain. Dan keluar dari comfort zone: guru kolot yang miskin inovasi. ‘...tanpa media dan metode yang menyenangkan, guru akan mati kutu di depan layar, menghadapi para murid yang mulai gelisah mendengarkan gurunya menerangkan. Maka mutlak, PJJ ini akhirnya menuntut saya khususnya, menjadi lebih kreatif dalam mencari media pembelajaran.’ 25
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Apersepsi Menyenangkan pada PBM Daring Oleh: Atin Tresna Septina - SMPN 1 Baleendah, Kab. Bandung, Jawa Barat Masa pandemi telah berlangsung hampir 9 bulan. Menjadi sebuah tantangan bagi saya, sebagai seorang guru untuk melaksanakan pembelajaran yang tidak membosankan bagi siswa. Dengan pembelajaran secara daring, banyak faktor yang menyebabkan siswa dan juga gurunya berada dalam kondisi jenuh. Alhamdulillah, sejak tahun 2019, saya telah ikut bergabung dalam sebuah komunitas pendidik yang bernama Kelas Kreatif. Walaupun kami berkomunikasi melalui WhatsApp group, dari komunitas ini, saya selalu mendapatkan hal-hal baru yang berkaitan dengan Pendidikan. Salah satunya adalah penggunaan aplikasi Bamboozle. Bamboozle adalah alat yang cepat dan mudah digunakan untuk bermain dan membuat game. Kita tidak perlu registrasi untuk bermain. Pilih link \"Mainkan game sekarang\" untuk menuju ke semua game yang disimpan di Bamboozle. Namun, jika kita ingin membuat game sendiri supaya bisa lebih sesuai dengan isi/konten game yang berkaitan dengan pembelajaran, kita diharuskan untuk mendaftar terlebih dahulu. Caranya mudah kok, tinggal ketik alamat e-mail kita yang aktif dan passwordnya, maka kita sudah bisa membuat game sendiri di Bamboozle ini dengan mudah. Kali ini saya mencoba menggunakan Bamboozle sebagai sarana untuk melaksanakan apersepsi. Seperti kita tahu, bahwa apersepsi adalah sebuah kegiatan dalam pembelajaran yang sangat penting di awal pembelajaran. Melalui apersepsi, kita bisa melihat sejauh mana pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Kita pun bisa mengetahui minat terhadap materi yang akan diberikan. Munif Chatib (Gurunya Manusia, 2011:77) menyatakan bahwa menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untuk satu jam pembelajaran selanjutnya. Pada menit-menit pertama itulah apersepsi bisa dilaksanakan. Penggunaan Bamboozle ini sebaiknya kita gabungkan dengan penggunaan Zoom meeting/Google meet. Kita gunakan “share screen” di Zoom/Google Meet sehingga semua siswa bisa melihat tampilan Bamboozlenya. Tampilan Bamboozle yang menarik dan juga adanya efek suara, menyebabkan siswa makin antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi saat mereka mendapatkan nilai yang tidak disangka-sangka, seperti nilai yang tiba-tiba berpindah pada tim lain, membuat suasana semakin ramai dan menyenangkan. Setelah semua pertanyaan diberikan, maka saya mendapatkan masukan dari siswa bahwa mereka merasa senang belajar dan yang terpenting mereka mendapatkan pemahaman awal tentang materi yang akan disampaikan melalui bamboozle ini. ‘Menjadi sebuah tantangan bagi saya, sebagai seorang guru untuk melaksanakan pembelajaran yang tidak membosankan bagi siswa.’ 26
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Tak Perlu “Tools” Wow, Pakai yang “Simple” Saja Oleh: Putu Ayu Mustiari - Bali Island School, Bali Kebijakan belajar dari rumah (BDR) menuntut guru, siswa dan orangtua untuk menyesuaikan diri, belajar hal baru, dan mencoba strategi-strategi efektif. Tak jarang tantangan jarak membuat para guru merasa perlu menggunakan tools baru yang didapat dari berbagai sumber maupun pelatihan yang diikutinya: sebelum maupun saat masa pandemi. Memang menggunakan tools baru memiliki manfaat dan kelebihan tersendiri, namun tidak semua bisa menghadirkan pembelajaran yang efektif. Saya termasuk salah seorang guru yang suka mencoba tools baru. Tentunya yang saya kenal dan kuasai. Baik dari referensi rekan sejawat maupun yang saya cari dan temukan sendiri. Semua tools baru tersebut sangat bermanfaat bagi kelancaran pembelajaran jarak jauh dan variasi kegiatan pembelajaran. Namun, terkadang saya merasa belum 100% yakin kalau siswa saya juga merasakan manfaat yang sama. Saya pertama kali mengenal Google Docs dan aplikasi Google Suites lainnya di tempat kerja sekarang pada tahun 2012. Saat itu koordinator kurikulum memperkenalkannya kepada seluruh staff karena Beliau merasa semua orang harus mencadangkan dokumennya dalam jaringan. Para siswa pun mulai menggunakan Google Docs sebagai media menulis dan menyimpan dokumen. Jadi, sejak itu hingga sekarang baik guru maupun siswa sudah terbiasa dan sangat nyaman menggunakan semua fitur yang disediakan Google Docs. Selama kebijakan belajar di rumah ditetapkan, kegiatan kolaboratif dan interaktif sedikit terbatas. Bahkan di beberapa kelas terjadi tren penurunan pencapaian siswa terutama dalam menulis. Kelas Bahasa Indonesia daring saat itu berlangsung seperti biasanya melalui video conference Google Meet. Materi yang kami bahas adalah menulis kolom opini di media massa. Kegiatan menulis memang merupakan penilaian individu tapi tidak seperti biasanya, kami memulainya dengan kegiatan kelompok kolaboratif melalui media Google Docs. Saya menyiapkan beberapa pertanyaan arahan untuk merangsang siswa berpikir logis dan kritis, kemudian menugaskan siswa menulis bersamaan dengan memberikan edit access pada satu Google Docs utama. Tak disangka respons siswa sangat antusias. Mereka menulis bersamaan dari tempat yang berbeda namun terasa ada di tempat yang sama: di ruang kelas. Mereka bahkan saling memberikan komentar terhadap jawaban teman lainnya. Mereka saling mengoreksi, menambahkan, dan memberikan saran untuk menyempurnakan tulisan masing-masing. Dengan diberikannya edit access pada semua, siswa bisa mengakses dokumen utama tersebut; menjadikannya inspirasi untuk menulis kolom opini versinya sendiri. Setelah kegiatan menulis kolaboratif tersebut, siswa bekerja mandiri menuliskan kolom opini berdasarkan teks perdagangan manusia yang mereka baca masing-masing. Saya sangat terkesan saat membaca tugas menulis yang mereka kumpulkan. Semua siswa di kelas tersebut menunjukkan peningkatan tulisan baik dari segi bahasa, organisasi ide, maupun format tulisan. Di hari berikutnya, saya pun bertanya apa yang membuat siswa di satu kelas itu seluruhnya mengalami peningkatan. Satu siswa memberikan jawaban bahwa latihan menulis kolaboratif dengan media Google Docs sangat membantu mereka saling melengkapi ide dan memahami topik yang akan mereka tulis. Yang lainnya pun merespons dengan mengatakan bahwa mereka ingin diberikan kesempatan berlatih bersama lagi di penugasan menulis selanjutnya. Sungguh, saya tidak mengharapkan dampak sebesar itu dari sebuah kegiatan sederhana dan menggunakan aplikasi dasar yang sudah biasa kami gunakan. Jadi, tak perlu terlalu pusing memilih aplikasi baru yang WOW karena tidak semua aplikasi baru bisa memberikan hasil yang diinginkan. Tak masalah menggunakan yang sederhana, yang penting bisa efektif menunjang pembelajaran interaktif walaupun terpisahkan jarak. 27
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Akal Tak Sekali Tiba Oleh: Afiani Astuti - Bandung Independent School, Jawa Barat Pada awal pandemi Covid-19, saya merasa penasaran dengan distance learning (PJJ). Bagaimana sih rasanya mengajar daring? Seru atau melelahkan? Mengajar anak SD dalam situasi PJJ, tantangannya lebih berat karena belum ada pembiasaan menggunakan teknologi sepenuhnya dan pasti harus melibatkan orang tua. Sekolah ‘Bandung Independent School’ tempat saya mengajar sudah memitigasi PJJ ini sekitar satu atau dua minggu sebelum PJJ dimulai, contohnya simulasi belajar daring dengan siswa. Guru-guru mulai diberikan tutorial Zoom, platform dan apps yang menunjang untuk mengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk penutur Asing). Dengan bekal dari sekolah yang masih dipelajari seadanya, saya mencoba berbagai apps dan hanya menggunakan Google Doc sebagai platform utama yang ditunjang oleh hyperlink-hyperlink yang berisi Wordwall, Kahoot, Quiziz, Quizlet, website berlangganan https://teachingindonesian.com.au. Dengan bekal apps yang masih minim, di satu pihak saya ingin memberikan variasi apps yang memfasilitasi pembelajaran yang pas dengan apps yang ada tapi di lain pihak, mengajarkan apps yang akan dipakai untuk anak SD pun sudah perjuangan sendiri. Kekhawatiran yang nyata sebagai guru SD tidak sedikit, salah satunya selalu merasa mengajar dalam pantauan CCTV nonstop sehingga saya harus membuat tampilan pembelajaran yang berkualitas dan menarik, salah satunya dengan Bitmoji. Bersyukur sekali bisa bergabung dengan Kelas Kreatif yang banyak memberi inspirasi dan puluhan apps yang bisa saya pilih untuk disesuaikan dengan tingkat pengetahuan IT dan kemampuan siswa SD. Memang anak-anak SD bisa dikategorikan digital native yang dikenalkan Marc Prensky (Heidelberg;2015) dibanding kita yang digital migran, tetapi tidak semua apps bisa dioperasikannya dengan mudah karena UX (User Experience) yang berbeda dari setiap produk apps. Masalah-masalah di atas muncul setelah adanya PJJ tapi ada masalah mendasar jauh sebelum ada PJJ, salah satunya adalah keterbatasan sumber belajar (Nuansa; 2018). Contohnya, terbatasnya bahan ajar dan buku bacaan anak-anak yang hanya menyajikan satu kalimat dalam satu lembar buku saja. Di balik itu semua, PJJ membangkitkan semangat webinar untuk guru-guru yang mendukung profesionalismenya. Salah satu yang sangat berdampak dan menjadi bagian dari solusi adalah webinar ‘Writing Children Story Books 101: Show, Don't Tell’. Webinar ini, mendorong saya untuk menulis buku anak-anak sebagai bahan ajar dan juga mendapat semangat dari kelompok menulis guru-guru kelas kreatif ‘Pomodoro Writing Club’. Satu buku sederhana, berjudul ‘Saya Rindu Nenek’ sudah dipakai pembelajaran BIPA kelas 1 SD meskipun masih tahap draft. Selain itu, webinar tersebut membuka jalan kepada laman-laman yang berhubungan dengan text bacaan anak-anak sampai pada titik saya mendapatkan sumber bahan bacaan yang cukup sesuai dengan harapan guru dan orang tua pada laman https://literacycloud.org/, meskipun saya harus menerjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Laman ini memuat buku-buku dengan konten kearifan lokal yang khas Indonesia dan bisa memberikan wawasan bagi pemelajar BIPA WNA. Orang tua juga pernah menyarankan untuk memberikan bacaan berbahasa Indonesia secara reguler karena dengan membaca bacaan berbahasa Indonesia, anak-anak mereka bisa lebih meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia. Dengan demikian, harapan saya dan orang tua, sudah mulai terwujud dan saya akan lebih fokus lagi untuk bisa berkontribusi dalam penulisan buku anak-anak khususnya untuk pemelajar BIPA. Refleksi pembelajaran semasa pandemi ini cukup diungkapkan dalam peribahasa “Akal tak sekali tiba”. 28
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Menyambut Pelangi Selepas Badai Oleh: Jazzy Eka - MTs PERSIS Sumedang, Jawa Barat Sembilan bulan sudah badai Corona menimpa Indonesia. Sembilan bulan pula Pembelajaran di sekolah berganti menjadi Pembelajaran Jarak Jauh dari rumah. Bagi saya yang menjadi seorang guru, ini adalah badai besar. Tak pernah saya bayangkan “terpisah” dari anak-anak didik saya. Bertahun-tahun saya nyaman dengan kondisi face-to-face di dalam kelas. Meskipun zaman telah maju, teknologi digital di bidang pendidikan sering digaungkan, saya nyaris tak pernah menyentuhnya. Namun, diterjang badai bukanlah alasan untuk terus terpuruk. Sedikit demi sedikit saya belajar menggunakan aplikasi-aplikasi pembelajaran digital. Rasa terima kasih saya sangat besar kepada teman-teman di grup WA Kelas Kreatif, yang selalu memberikan pencerahan tentang hal ini. Google Form, pertama kali saya pakai untuk mengevaluasi Ibadah Harian siswa. Form ini berisi poin-poin yang harus siswa isi dan ceklis sesuai dengan ibadah harian yang ia lakukan hari itu. Setiap minggu wali kelas harus merekap hasil isian siswa untuk bahan pelaporan. Begitupun saya sebagai wali kelas, setiap minggu merekap 22 siswa selama tujuh hari. Ada hal yang menarik dalam pengerjaan laporan ini. Setiap minggunya saya harus dibantu suami dalam merapikan laporan berbentuk Microsoft Excel tersebut. Ya, saya tidak begitu mahir mengoperasikan Ms. Excel. Sungguh saya menyesal tak pernah mengasah keterampilan saya dalam menggunakan Ms. excel. Penggunaan Google Form untuk evaluasi ibadah harian siswa masih berlanjut hingga saat ini. Sedikit demi sedikit saya sudah memperbaiki kemampuan Excel saya, hingga tak lagi merepotkan suami. Selanjutnya saya mulai mencari aplikasi untuk assessment siswa. Berkenalanlah saya dengan Quizziz. Sebenarnya, pertama berinteraksi dengan aplikasi ini melalui tugas online putra saya. Beberapa latihan diberikan gurunya di aplikasi Quizziz. Dia sangat senang dan tertantang. Hingga saya mencoba menggunakannya untuk murid-murid saya. Menakjubkan, mereka sangat bersemangat mengerjakan latihan-latihan yang diberikan. Ada satu hal lucu yang pernah saya alami dalam penggunaan aplikasi ini. Pernah suatu ketika saya terburu-buru membuat soal Quizziz dikarenakan kesibukan di pagi hari. Setelah selesai, langsung saya bagikan link tersebut kepada para siswa melalui Grup WA. Tiba-tiba, seorang siswa mengirim chat pribadi dan bertanya; Bu, ini untuk mainnya klik yang mana?. Saya sungguh bingung. Mereka sudah pernah mengerjakan soal Quizziz, pasti sudah familiar bagaimana cara mengerjakannya. “Seperti biasa klik join” jawab saya saat itu. Nggak bisa bu, katanya. Saya semakin bingung. Hingga siswa ini kembali mengirim chat. “Bu, kayaknya ibu kirim link admin. Soalnya saya bisa melihat jawaban benarnya.” Kaget lah saya. Antara malu karena masih gaptek dan ingin tertawa atas kebodohan sendiri. Untunglah saat itu baru beberapa siswa yang mengerjakan hingga saya bisa mengirimkan link yang benar. Petualangan saya mengulik aplikasi-aplikasi pembelajaran digital tidak akan sampai di situ. Saya bertekad untuk terus mengeksplorasinya. Mungkin saat ini hasil positif dalam ranah kognitif siswa belum terlalu signifikan. Namun, dengan antusiasme kami; saya dan murid-murid saya, mengeksplorasi dunia digital tersebut, bisa menjadi modal untuk menghadapi proses pendidikan di masa depan yang semakin modern. There’s always silver lining above the clouds. Selalu ada hikmah dibalik musibah. Semoga dunia pendidikan Indonesia semakin maju ditengah ujian ini. 29
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Tempel, Tempel, Tempel, Media Presentasi Pemikat Peserta Didik Oleh: Hero Roja’ul Khoir, S.S. – SMP Salman Al Farisi Bandung, Jawa Barat Tentu masih terngiang beberapa bulan ke belakang, ketika para pendidik masih bisa bersua dengan anak didiknya. Suara gaduh dari bocah-bocah di dalam kelas—tabuhan meja atau mungkin sekadar teriakan-teriakan tak jelas dari anak usia belia yang sedang mengekspresikan dirinya; suara derap kaki yang beriring bersamaan saat jam istirahat tiba. Begitu renyah di dalam ingatan. Namun suara-suara itu seketika hilang. Guru-guru, dengan segala latar belakang—kelebihan dan kekurangannya-- dipaksa untuk berlari sekencang-kencangnya mengenal dunia teknologi. Tujuh - delapan bulan semenjak pemberlakuan PJJ merupakan sebuah masa yang sejatinya sangat singkat namun menjelma begitu panjang, padat, dan melelahkan. Era PJJ datang tak ubahnya tahu bulat yang dijajakan memakai mobil yang berkeliling di sekitaran komplek, dadakan. Semua sektor mengalami shock. Tanpa terkecuali sektor pendidikan. Semua stakeholder dipaksa untuk beradaptasi dengan sangat cepat tanpa peringatan awal. Guru, orang tua, peserta didik, suka tidak suka dipaksa untuk berkolaborasi jarak jauh agar pendidikan tetap berjalan. Bagi guru, tambahan pekerjaan sudah jelas menanti, mempelajari dan beradaptasi dengan teknologi. Di era PJJ, penggunaan media presentasi digital menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan. Seorang guru kreatif tentu memahami bahwa media presentasi menjadikan pembelajaran tidak sekedar penyampaian materi atau tugas tapi juga menjadi upaya guru dalam memikat minat peserta didik. Tampilan elegan dan mewah menjadi standar wajib (walaupun tentu bersifat subjektif). Pemilihan media presentasi juga tentu menjadi penting, karena unsur kemudahan dalam pengelolaan dan tentunya fungsionalitas. Berawal dari pelatihan Trainer Microsoft 365 yang diikuti secara tidak sengaja, saya mendapatkan akun Microsoft 365, yang di dalamnya terdapat beberapa aplikasi berbasis cloud technology yang memungkinkan penggunanya bekerja lintas perangkat dengan moda real-time. Saya menaruh minat pada Microsoft Sway, sebuah aplikasi presentasi yang tampilannya memudahkan presenter dalam menyusun rangkaian pembelajaran tak ubahnya sebuah story telling (sebagaimana tagline Microsoft Sway). Bagi seorang guru, ini mutlak penting karena menyusun kegiatan pembelajaran sesuai urutan akan memudahkannya dalam melakukan presentasi. Tidak hanya itu, tampilan yang dihasilkannya juga sangat elegan dan mewah, serasa memiliki blog sendiri. Saat melihat tampilan presentasi Microsoft Sway, jangan terkecoh dengan dengan tampilannya yang begitu memukau, karena semua tampilan tersebut hanya memerlukan kelihaian memainkan tetikus. Sangat mudah. Pada kegiatan awal bisa ditempelkan beberapa buah gambar pada media Microsoft Sway guna memancing pengetahuan dasar peserta didik. Dalam hal ini, guru bisa mengatur tempo cepat lambatnya pengajaran. Pada materi inti, guru bisa menempelkan materi utama berupa PDF atau PowerPoint, bahkan bisa dikombinasikan pula dengan lembar kerja digital seperti Wordwall, Quizizz atau Edpuzzle. Cukup dengan menautkan link dari web-app tersebut. Pada bagian akhir, evaluasi atau feedback bisa dilaksanakan dengan menempelkan link berupa pertanyaan yang dibuat dengan media Sli.do. Dengan cara ini, peserta didik bisa diajak interaktif (walau tidak secara verbal dalam memberikan pandangan tentang materi yang telah dipelajarinya). Kelebihan lain dari media ini adalah peserta didik tidak perlu melakukan instalasi aplikasi di dalam perangkatnya. Cukup menerima tautan Microsoft Sway dari guru, mereka sudah bisa mengakses kegiatan pembelajaran yang tampilannya tak usah diragukan lagi sesuai dengan karakter peserta didik masa kini. 30
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Hikmah di Balik Covid-19 Oleh: Mahdi – Mts Persis Sumedang, Jawa Barat Sejak pertengahan bulan Maret 2020 dunia pendidikan dihentakan dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menimpa hampir di seluruh dunia termasuk di dalamnya negara Indonesia, yaitu merasuknya virus corona. Virus corona yang ditemukan itu, bermula dari kota Wuhan di Negara Cina. Virus yang menyebar begitu cepatnya ke seluruh dunia itu menjadi pandemi yang dikenal dengan sebutan covid-19 karena ditemukannya virus corana tersebut di penghujung akhir tahun 2019. Sebagai seorang guru hal tersebut menjadikan persoalan yang amat mengejutkan karena di saat akan melaksanakan Ujian Madrasah (MTs) di setiap madrasah dan sekolah diistirahatkan pembelajarannya. Begitu pula bagi para siswa yang akan mengawali hari pertama Ujian Madrasah dihentikan pelaksanaannya sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Berkaitan dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), bagi warga yang akan melaksanakan aktivitas, harus mengikuti aturan yang berlaku, seperti memenuhi protokol kesehatan dengan melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS), menggunakan masker, dan menjaga jarak atau social distancing. Dengan adanya kejadian luar biasa berupa pandemi covid-19 ini, selain berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di beberapa sektor kehidupan, seperti halnya di bidang ekonomi dengan banyaknya pekerja yang dirumahkan (PHK), maka mengakibatkan penghasilan berkurang, atau dengan adanya para pegawai kantor yang bekerja dari rumah (WFH), yang biasanya menggunakan kendaraan umum dan dampaknya bagi pemilik kendaraan atau sopir tidak mendapatkan penghasilan sehingga menimbulkan keretakan rumah tangga dari sudut ekonomi keluarga. Ternyata apabila kita ambil hikmah dari adanya peristiwa yang menggemparkan dunia yaitu pandemi covid-19 yang beritanya senantiasa terupdate di media-media massa baik media koran yang terbit harian atau mingguan, juga majalah yang terbit mingguan atau bulanan, begitu pun di jurnal-jurnal atau pun di media online senantiasa diberitakan, orang-orang yang terpapar virus yang jumlahnya tidak sedikit sampai ratusan ribu lebih jumlahnya selama kurun waktu delapan bulan ini. Tentunya dengan terjadinya penyebaran virus corona membuat kita senantiasa melakukan pola hidup bersih dengan selalu melakukan cuci tangan sebelum maupun setelah beraktivitas. Agama Islam mengajarkan kita agar hidup bersih, seperti yang disampaikan Nabi Muhammad \"Anna dhofatu minal iman\", yang artinya kebersihan itu sebagian dari iman. Kalau kita melakukan hidup bersih baik untuk diri sendiri, bagi keluarga atau tetangga bahkan juga untuk seluruh masyarakat, sehingga terciptalah tatanan kehidupan masyarakat yang aman tentram sehat lahir dan batinnya. Selain sebagai tuntunan kehidupan sehari-hari kebersihan harus menjadi tuntutan, sehingga dalam hidup ini dicari pola hidup yang sehat dan bersih. Begitu pula dengan adanya pandemi covid-19 ada beberapa pola hidup di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau new normal, diantaranya dengan senantiasa menerapkan kehidupan mengikuti protokol kesehatan dengan selalu mencuci tangan pakai sabun kapan dan dimanapun berada, memakai masker, juga tidak berkerumun atau jaga jarak. Dengan adanya pandemi khususnya di dunia pendidikan bagi seorang guru mendapatkan pengalaman yang sangat berharga yang patut disyukuri. Dengan adanya pandemi covid-19, membawa pengaruh baik bagi guru, karena dalam strategi pembelajaran dengan cara pembelajaran jarak jauh (PJJ), melalui sosial media, seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, Telegram, dan Youtube. Dengan fitur-fitur yang menarik dari konten-konten yang dibuat membuat pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa jenuh walau sedang dalam keadaan pandemi. Melalui PJJ, saya sebagai guru yang terbilang gaptek terhadap teknologi informatika terutama dalam penggunaan Android, tidak sungkan-sungkan untuk bertanya kepada teman terutama kepada guru sebagai teman sejawat, kepada murid alumni yang selalu bersama, dan juga murid-murid yang ternyata pemahaman teknologinya lebih handal. Adanya forum Kelas Kreatif sebagai efek positif dari pandemi, bisa mendapatkan ilmu dan sharing pengalaman. Maka saya \"bersyukur ada covid-19.\" 31
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Pembelajaran Kreatif dan Inovatif di Masa Pandemi Oleh: Desak Made Dewi Prabayanthi - Bali Island School, Bali Menjadi seorang Guru memang menjadi tantangan tersendiri, terlebih lagi di masa pandemi seperti saat ini. Guru diharuskan untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran agar siswa yang ada di rumah bisa memahami dengan baik walaupun dengan metode daring. Tantangan yang ada bukan sebatas di sana saja. Guru juga harus bisa menempatkan diri di posisi siswa. Siswa yang belajar sendiri dirumah, cenderung memiliki motivasi yang minim daripada siswa yang belajar di sekolah. Hal ini dikarenakan Interaksi yang terjadi saat pembelajaran daring sangatlah terbatas, baik interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan temannya. Terlebih lagi bila terdapat gangguan koneksi internet atau siswa tidak memungkinkan untuk mengikuti kelas daring saat itu. Banyak siswa yang cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik saat mendengar langsung penjelasan dari gurunya daripada hanya sebatas membaca instruksi atau suruhan tertulis. Maka dari itu saya akan menceritakan pengalaman saya dalam menggunakan beberapa aplikasi yang sedikit tidaknya mampu membantu siswa untuk lebih memahami materi dan tetap termotivasi di pembelajaran daring sekarang ini. Aplikasi yang menurut saya sangat bermanfaat adalah aplikasi Screencastify. Saya pertama kali mengenal aplikasi Screencastify ini di tempat kerja saya sekarang, sesaat setelah sistem daring diberlakukan. Rekan sesama guru memperkenalkan aplikasi ini untuk membantu terciptanya pembelajaran yang efektif. Screencastify adalah salah satu aplikasi Windows yang mampu merekam layar komputer kita. Tidak hanya itu, screencastify juga mampu merekam aktivitas desktop dengan pengaturan yang cukup lengkap. Kita bisa menjelaskan materi yang ingin kita sampaikan dengan cara merekam layar komputer kita. Yang lebih menarik lagi, wajah kita pun akan terlihat di pojok kanan bawah dalam rekaman video tersebut. Hasil rekamannya juga akan langsung muncul dan langsung terhubung dengan Google Drive. Waktu yang diperlukan untuk memproses video, sangatlah cepat. Kita juga dapat mengunduh videonya langsung jika diperlukan. Saya seringkali membagikan tautan video Screencastify saya melalui email atau melalui Google Classroom. Dengan screencastify ini, siswa mampu mendengarkan penjelasan guru di setiap saat, di setiap waktu dan dimanapun siswa berada sesuai dengan kenyamanan mereka. Siswa yang tidak dapat mengikuti kelas daring di hari tertentu bisa tetap mendapatkan penjelasan yang sama dengan menonton video Screencastify ini. Saya menggunakan Screencastify tidak hanya untuk menjelaskan materi, tetapi juga saat ingin mencontohkan sesuatu. Aplikasi ini juga sangat membantu saya dalam memberikan diferensiasi kepada siswa saya yang memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda-beda. Saya merasa seperti bisa berada di lebih dari satu tempat dalam waktu yang bersamaan. Setelah menggunakan aplikasi Screencastify ini, siswa saya merasa sangat nyaman, karena mereka bisa menonton video saya kapanpun mereka mau. Mereka bisa mengulang video, memberikan jeda dan bisa mendengar penjelasan dari saya walaupun mereka sedang berada dalam perjalanan ke suatu tempat. Saat latihan membaca, mereka juga merasa mendapatkan contoh pelafalan kata dan intonasi yang baik melalui video Screencastify ini. Mereka pun juga akhirnya menggunakan aplikasi Screencastify ini untuk mengumpulkan tugas mereka karena mereka merasa sangat nyaman saat menggunakannya. Saya berharap dengan tulisan saya ini dapat menginspirasi banyak orang terutama rekan sesama guru untuk menggunakan aplikasi yang sama atau serupa sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dan sekaligus mempermudah tugas guru dalam mengajar dengan metode daring sekarang ini. 32
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Kuis Rasa Chatting Oleh: Elsya Simamora – SMP BINUS SCHOOL Simprug, DKI Jakarta Dalam masa pandemi ini, pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi kunci utama aktivitas sekolah. Tak pelak, meningkatkan motivasi siswa yang menghabiskan waktu belajar di rumah, menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam mengasah keterampilan dan kreativitas mengolah strategi dan metode belajar yang menarik sekaligus menyenangkan. Banyak media yang dapat digunakan dan diterapkan sesuai kebutuhan siswa dan cakupan konten pelajaran itu sendiri. Situasi ini membuat saya untuk melek teknologi setidaknya mau berkreasi, bertanya, mempelajari keterampilan-keterampilan yang menunjang model belajar daring, dan berbagi dengan sesama kolega (guru lain) untuk membekali keterampilan tadi. Salah satu media yang saya gunakan ketika melakukan kuis adalah Google Form, namun untuk tampilan yang berbeda saya menggunakan bantuan aplikasi pihak ketiga yaitu Chat Form sehingga tampilan kuis akan muncul dalam bentuk “chatting”. Itulah mengapa saya menamakan strategi ini Kuis Rasa Chatting. Google Form tentunya tidak asing dan kerap dipakai untuk registrasi, evaluasi hingga soal ujian. Aplikasi Google Form menghemat pemakaian kertas (less paper) dan tidak membutuhkan kuota besar dibandingkan pertemuan online. Untuk mendesain kuis dengan Chat Form, kita perlu mengunduh eksistensinya terlebih dahulu di Google Form. Buka Google Form, kemudian tekan add on dan cari Chat Form. Silahkan registrasi jika belum memiliki aplikasi Chat Form kemudian di-install. Untuk mengetahui apakah aplikasi Chat Form sudah muncul kita lihat kembali di Google Form pada add on dan klik maka muncul Chat Form. Sebelum diubah menjadi Chat Form, soal terlebih dahulu disiapkan dalam bentuk google form kemudian akses dengan menggunakan Chat Form yang sudah di-install di Google Form. Pastikan setting menggunakan bahasa Indonesia, jika tidak maka tanggapan akan muncul dalam bahasa lain. Share Chat Form maka akan muncul tautan yang bisa dimasukkan langsung ke Google Classroom atau dibagikan tautannya ke murid. Di perangkat yang digunakan murid akan muncul tampilannya seperti chatting. Semua pertanyaan yang muncul adalah pertanyaan yang telah dibuat di Google Form namun tampilannya yang berbeda seperti sedang melakukan chatting. Siswa juga dapat mengerjakannya via handphone. Kita juga dapat langsung masuk ke website dengan mengetikkan chat-form.com. Di aplikasi Chat Form sendiri sudah diberikan kemudahan dengan tipe-tipe yang bervariasi untuk kita gunakan. Setelah kita buka chat-form.com, kita kembali ke Google Form lalu klik tautan yang ada dan salin ke Chat Form, tunggu hingga prosesnya selesai dan “done” Chat Form bisa digunakan. Hal lain yang menarik dari Chat Form selain mengerjakan soal kuis rasa chatting di bagian belakangnya mengikuti tampilan yang ada di Google Form. Nah, menarik bukan, murid seolah sedang chatting dengan guru walau yang dikirim adalah jawaban dari soal yang ditanyakan tetapi hal positifnya, murid menjadi terlibat dengan aktif menjawab. 33
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Belajar dari Masalah Oleh: Sri Suryanti - SMP Negeri 22 Bandung, Jawa Barat Kondisi saat ini mengingatkan saya pada kegiatan magang 43 guru Bahasa Inggris se-Jawa Barat yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat bagi RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) ke Adelaide, Australia Selatan, tahun 2010 selama 28 hari. Keterbatasan sumber daya alam menjadikan warga sekitarnya sangat peduli dengan penggunaan listrik, air, dan pengelolaan sampah rumah tangga. Di tataran masyarakat yang paling rendah yaitu keluarga, mereka saling bahu membahu melakukan aksi peduli lingkungan ini. Anak-anak pada usia dini sudah membiasakan diri dengan menghemat listrik bahkan di setiap rumah dipasang sensor agar lampu otomatis mati jika hari sudah mulai terang atau sebaliknya menyala saat sudah mulai gelap, menggunakan air dengan bijak baik untuk mandi, mencuci piring, maupun mencuci baju. Hal ini serupa saat pandemik Covid-19 merebak dengan sangat cepat dan banyak korban terpapar. Pemerintah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online, guru mengajar dari rumah atau Work from Home (WFH), dan siswa pun belajar dari rumah. Hal ini menjadi tantangan dan rintangan tersendiri karena tidak semua guru dan siswa melek IT. Sekolah mengadakan IHT (In House Training) sebelum PJJ dimulai dan memilih moda daring yang memudahkan guru dan siswa. Learning by doing & learning by teaching, guru membutuhkan waktu untuk memahami tools yang akan digunakan juga dibutuhkan daya juang yang tinggi saat dihadapkan pada masalah teknis atau jaringan yang tidak bersahabat. Proses mengajar menjadi upaya kerja keras untuk bisa memahamkan siswa, dan hal ini menjadikan guru harus mencari solusi alternatif termudah untuk bisa dipahami oleh mereka. Google Classroom menjadi salah satu pilihan moda daring pengelolaan kelas yang lebih efektif dan mudah diimplementasikan oleh semua guru dan siswa. Di awal pertemuan, PJJ dapat berjalan dengan baik walaupun guru akhirnya berjibaku memberikan arahan dan pemahaman kepada siswa dengan berbagai cara, baik melalui WAG, forum Google Classroom, maupun chat pribadi. Juga disertakan video tutorial agar lebih memudahkan terutama dalam penyerahan tugas-tugas melalui Classwork di wall penugasan. Untuk tahap awal, PJJ lebih ringan dengan mengerjakan quiz melalui link tantangan Quizizz atau Kahoot, namun karena kendala kuota internet akhirnya batas akhir pengerjaan seringkali diperpanjang. Akhirnya, untuk pertemuan berikutnya bersifat proyek yaitu tentang “English Song for Kids” dari Youtube yang memuat puluhan lagu. Siswa diminta memilih 5 lagu untuk dinyanyikan sendiri. Ada yang berhasil mengunggah videonya tepat waktu dan hasilnya sangat memuaskan di luar ekspektasi, ada juga yang mendapat masalah saat mengunggahnya karena filenya besar. Guru harus memberikan edukasi bagaimana memperkecil ukuran filenya. Hal ini menjadikan proses pembelajaran learning by doing & learning by teaching terasah dengan baik. Dengan adanya masalah, guru mencari solusi lain melalui aplikasi android untuk mempermudah proses editing. Tidak cukup dengan memberitahukan cara penggunaannya melalui rekam suara tetapi juga melalui rekam layar (screen recording). PJJ memberikan pembelajaran berharga bagi guru maupun siswa. Dari masalah kita bisa belajar hal-hal baru yang mungkin belum pernah kita pelajari sebelumnya. Sebatas mana suatu proyek berhasil diselesaikan tergantung dari motivasi dan daya juang untuk menyelesaikannya. Dan akhirnya berlaku hukum seleksi alam, siswa yang mudah menyerah saat mendapatkan kesulitan berdampak tidak menyelesaikan proyeknya. Tetapi siswa yang memiliki motivasi, semangat, dan kreativitas tinggi bisa menyelesaikan proyeknya dengan hasil di luar dugaan. 34
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Menjadi Super dengan Kegiatan Peta Konsep Oleh: Esti Purwaningsih, S. Pd. – SMA Negeri 1 Dlingo, Yogyakarta Bukan suatu hal baru lagi ketika kita mendengar seseorang berkata bahwa ada banyak hikmah yang dapat kita ambil dari adanya pandemi Covid-19 ini. Salah satu hikmahnya adalah adanya kegiatan belajar secara daring atau biasa disebut dengan BDR (Belajar dari Rumah). Dengan adanya BDR ini , terjadi perubahan 360 derajat pada kegiatan belajar mengajar dalam sistem pendidikan kita yang semula dilaksanakan secara tatap muka di kelas (luring) berubah menjadi tatap muka secara virtual atau daring. Tak pelak, perubahan ini secara tidak langsung membawa perubahan pada banyak hal yang lain, salah satunya adalah adanya perubahan sistem pembelajaran yang semua menjadi serba digital dengan internet sebagai koneksi utamanya. Berbagai macam aplikasi digital pun sekarang menjadi hal yang familiar dengan guru demi memudahkan kegiatan pembelajaran kepada para siswa dan sekaligus membuat mereka tidak jenuh dan bosan karena tidak bisa bertatap muka dengan teman-teman di sekolahnya. Dalam kegiatan BDR seperti saat ini, saya sebagai guru juga senantiasa berusaha untuk selalu kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran yang saya lakukan. Saya mencoba menggunakan berbagai macam aplikasi digital yang bisa diakses dengan gadget peserta didik saya. Salah satu aplikasi yang membuat saya terpesona adalah MindMeister. MindMeister adalah aplikasi mind mapping berbasis online yang bisa digunakan mengembangkan berbagi ide secara visual. Kita bisa menggunakannya dalam pembelajaran untuk membuat kerangka pemikiran tentang materi pelajaran, karangan ilmiah, penelitian, dan lain sebagainya. Keterpesonaan saya ini bermula ketika saya tahu bahwa aplikasi ini tidak perlu di download dan install software tapi bisa langsung digunakan. Tentu saja dengan mengetahui hal ini saya seperti mendapatkan angin segar untuk bisa segera mengaplikasikannya dalam pembelajaran bagi peserta didik saya. Dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam memberikan pemahaman materi pada siswa, saya sering sekali menggunakan sistem mind mapping, karena menurut saya dengan mind mapping, siswa akan lebih mudah paham akan materi yang saya ajarkan. Sebelum mengenal aplikasi ini dari Kelas Kreatif, saya biasa menugaskan para siswa untuk menggambarkan mind map mereka, memfotonya lalu mengirimkannya. Namun saya merasakan bahwa hasil mind mapping yang dibuat oleh siswa saya tidak begitu menarik. Mereka hanya menggunakan bolpoin dan tidak berkreasi dengan warna sama sekali. Suatu saat, setelah saya mengenal aplikasi MindMeister, saya mencoba untuk menugasi siswa saya untuk membuat mind map menggunakan aplikasi ini. Jujur saat itu saya sangsi apakah para siswa saya bisa menggunakannya, sehingga saat memberi tugas, saya tetap memberikan alternatif mengerjakannya boleh dengan menggambarnya saja. Namun, di luar dugaan saya ternyata hasilnya luar biasa. Hampir semua siswa menggunakan aplikasi MindMeister dalam membuat mind map materi yang saya berikan. Bahkan hasil ketepatan konsep yang para siswa buat dengan MindMeister juga luar biasa. Dengan berbagai permainan warna dan bentuk yang mereka gunakan dalam aplikasi ini, mereka bisa menggambarkan konsep dari materi yang mereka pelajari dengan benar. Sampai sekarang pun ketika saya memberi tugas untuk membuat mind map, tanpa saya suruh, mereka sudah memanfaatkan aplikasi MindMeister untuk mengerjakannya. Sebagai guru Bahasa Inggris, kebanyakan materi yang saya ajarkan adalah berhubungan dengan berbagai macam teks baik itu dari pengertiannya, struktur, maupun unsur kebahasaannya. Dengan adanya aplikasi MindMeister, saya sungguh saat terbantu dalam hal penanaman konsep pemahaman berbagai macam teks kepada siswa saya. Peningkatan motivasi dan hasil belajar juga terdampak baik dengan adanya aplikasi MindMeister. Para siswa menjadi lebih bersemangat saat mengerjakan tugas dengan aplikasi ini. Pemanfaatan teknologi juga secara tidak langsung terjadi dengan pemanfaatan aplikasi ini. Saya berharap semoga aplikasi MindMeister uga bisa diaplikasikan oleh semua guru dalam proses pembelajaran sehingga secara tidak langsung terjadi peningkatan pemanfaatan teknologi dan motivasi belajar siswa. 35
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Sederhana, Menarik, Tuntas Oleh: Devi Saeful Nurul Ulum, S.Pd – MTsN 1 Tasikmalaya, Jawa Barat Saat pemerintah mengeluarkan kebijakan Sistem “Social Distancing” sebagai salah satu cara untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19, banyak kantor yang WFH, tempat-tempat ibadah banyak yang ditutup, sekolah-sekolah dituntut untuk melaksanakan Home learning. Pada pertengahan semester genap tahun ajaran 2019/2020 adalah awal para pelaku pendidikan harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), Pihak sekolah dan Guru segera menyiapkan strategi yang akan digunakan ketika PJJ, termasuk di sekolah saya di MTsN 1 Tasikmalaya. Guru dituntut menggunakan teknologi untuk menciptakan pembelajaran secara daring yang menyenangkan. Saat PJJ saya menggunakan aplikasi WA dengan membuat grup WA setiap kelas untuk mendistribusikan materi dan tugas pembelajaran, untuk pengumpulan tugas siswa dapat mengirimkan foto, voice note atau video. Untuk asesmen, sekolah kami menggunakan sebuah sistem pembelajaran sekolah berbasis CMS (Content Management System) “E-learning”. Penggunaan E-learning cukup mudah penerapannya, guru dan siswa hanya mengklik alamat websitenya lalu masukan username dan password yang telah ditentukan oleh administrator sekolah. Dalam E-learning, administrator juga membuat pengkelasan online sehingga siswa yang mengakses E-learning bisa langsung masuk ke kelas onlinenya masing-masing, kemudian mengerjakan soal sesuai jadwal dan batas waktu yang telah ditentukan oleh setiap guru mata pelajaran. Dengan E-learning guru tidak perlu memeriksa pekerjaan siswa dan menganalisis soal, karena akan muncul secara otomatis ketika siswa selesai mengerjakan soal, siswa pun merasa senang menggunakan E-learning karena disamping mengerjakan soal-soal, mereka juga bisa berkomunikasi secara online dengan teman-teman sekelasnya, unggah foto, dan video. Pada tahun pelajaran 2020/2021 semester 1 sekolah kami melaksanakan pembelajaran tatap muka, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan yang sangat ketat, diantaranya siswa dan guru diwajibkan memakai masker, kelas dibagi dua shift dengan 16 orang setiap shiftnya, durasi pembelajaran pun dikurangi, fasilitas untuk mencuci tangan juga ada di setiap kelas. Di tahun pelajaran ini saya mengajar kelas VII, Strategi yang saya gunakan dalam pembelajaran tatap muka pada masa pandemi ini hanya materi esensial saja (sesuai edaran dari pemerintah) yang diberikan dengan dimodifikasi beberapa permainan sehingga siswa akan merasa senang mengikuti proses pembelajaran dan strategi ini menuntut saya untuk bisa membantu siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya karena siswa kami kurang lebih 90% tinggal di pesantren jauh dari orang tuanya. Untuk asesmennya pada pembelajaran tatap muka sekolah kami menggunakan aplikasi CBT (Computer Basic Test) secara mandiri dengan offline menggunakan server sekolah, CBT dilaksanakan di lab komputer satu siswa satu perangkat komputer. Penggunaan sistem CBT sangat mudah, siswa hanya memasukan username dan password yang telah dibuat oleh administrator sekolah, kemudian siswa mengerjakan soal sesuai jadwal dan batas waktu yang telah di tentukan oleh setiap guru mata pelajaran. Sama halnya dengan E-learning, pada CBT juga guru tidak perlu memeriksa pekerjaan siswa dan menganalisis soal, karena akan muncul secara otomatis ketika siswa selesai mengerjakan soal. Pada saat PJJ ataupun tatap muka, guru harus senantiasa kreatif dan inovatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang sederhana dan menarik, sehingga akan tercipta proses belajar mengajar yang menyenangkan dan tentunya akan meningkatkan hasil belajar siswa. 36
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! “Mendadak Digital”: Tantangan di Era Baru Oleh: Aria Septi Anggaira, IAIN Metro, Lampung Istilah “mendadak digital” menjadi tren baru di kalangan guru dan dosen sejak awal pandemi COVID 19. Keharusan melaksanakan pembelajaran dalam jaringan pada akhirnya memaksa guru dan dosen untuk mulai belajar menggunakan media digital dalam proses pembelajaran. Meskipun pada awalnya terkesan sebagai suatu paksaan, dengan berjalannya waktu, guru dan dosen sudah mulai terbiasa dengan penggunaan berbagai media digital pada proses pembelajarannya. Namun demikian, guru dan dosen dituntut untuk terus kreatif dalam memilih dan memilah “platform” yang sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran. Hal ini yang saya juga rasakan sebagai dosen pendidikan bahasa Inggris di IAIN Metro. Pada awal masa pandemi, saya pribadi masih terkendala dengan penggunaan media digital yang belum begitu saya pahami. Namun, saya terus berusaha untuk menggunakan beberapa platform dan aplikasi digital yang ada. Saya menggunakan Google Classroom, Whatsapp group, Google Meet, dan juga Zoom Meeting sebagai media dalam mengajarkan mata kuliah Curriculum Development. Saya merasa beberapa platform tersebut sangat membantu proses pembelajaran dalam jaringan yang saya lakukan, baik dalam penyampaian materi, maupun sampai tahap evaluasi. Pada semester ini saya mengampu mata kuliah “Teaching Media”, yang salah satu tugasnya mewajibkan mahasiswa untuk melakukan kegiatan simulasi mengajar menggunakan media pembelajaran yang mereka kembangkan sendiri. Pada pembelajaran di luar jaringan, menggunakan media pembelajaran secara langsung ketika mengajar bukanlah hal yang terlalu sulit untuk dilakukan oleh mahasiswa. Mereka bisa membuat sendiri media pembelajaran yang menarik dan bisa secara langsung dilihat oleh siswa. Namun ketika kegiatan tersebut dilakukan secara online, tentu saja akan sangat berbeda. Mahasiswa juga diminta untuk menggunakan media digital dalam melakukan simulasi mengajar. Dengan demikian, tugas dosen juga tidak hanya mampu untuk menggunakan media digital dalam proses pengajarannya saja tetapi juga dituntut untuk mentransfer pengetahuannya tentang penggunaan media digital kepada mahasiswa. Di awal perkuliahan, saya menampilkan berbagai media digital yang bisa digunakan oleh siswa untuk mengajar empat keterampilan berbahasa. Beragam platform media digital yang interaktif ketika digunakan saat pembelajaran, seperti untuk melakukan presentasi, menampilkan video, menggunakan animasi, memberikan kuis ataupun melakukan penilaian. Saya mengenalkan mereka Padlet, Quizziz, Story Bird, Quizlet, dan masih banyak yang lainnya. Setelah mahasiswa memahami berbagai platform ataupun aplikasi yang dapat mereka gunakan untuk mengajar secara online, kemudian mereka diminta untuk memilih satu dari media digital tersebut untuk digunakan saat mengajarkan salah satu keterampilan berbahasa. Kegiatan simulasi mengajar dilakukan secara online menggunakan Zoom Meeting. Mahasiswa menampilkan media digital yang telah mereka kembangkan untuk mengajar. Mahasiswa diberi pilihan untuk langsung mengajar seperti layaknya guru mengajar di dalam kelas atau melakukan demonstrasi tentang bagaimana menggunakan media digital tersebut dalam sebuah pembelajaran. Kegiatan simulasi mengajar menjadi sangat menarik karena setiap mahasiswa memiliki media digital yang berbeda-beda. Mereka bisa menyesuaikan media digital yang digunakan dengan materi yang diajarkan sesuai dengan keterampilan berbahasa dan level siswa yang diajar. Pembelajaran “Teaching Media” menjadi lebih menarik dilakukan secara online. Dosen dan mahasiswa sama-sama tertantang untuk menggunakan beragam media digital dalam proses pembelajaran. Penggunaan media digital dalam pembelajaran bukan lagi menjadi hal yang tidak menyenangkan, melainkan sebaliknya. Sebagai dosen, saya pribadi merasa semakin tertantang untuk menggunakan beragam media digital sehingga proses pembelajaran semakin menarik dan memotivasi mahasiswa untuk semakin semangat belajar. 37
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Jangan Biarkan Suasana Kelas Seperti Kuburan, Ramaikan! Oleh: Dwi Nurcahyo, M.Pd. – Mentari Intercultural School Jakarta Pandemi covid19 yang melanda dunia saat ini memang sangat berdampak pada pendidikan. Kegiatan tatap muka harus berhenti total dan memaksa seluruh guru mengubah rencana dan strategi mengajarnya. Namun masih ada harapan, karena kita telah mengenal internet dan teknologi. Hal ini yang membuat banyak guru menjadi pemburu berbagai aplikasi untuk menunjang pembelajaran jarak jauhnya. Ada hal yang menggelitik pikiran saya saat awal-awal pembelajaran jarak jauh dilakukan. Siswa seperti kehilangan gairah dan interaksinya, tidak seperti pembelajaran tatap muka. Saya menilai hal ini karena siswa kehilangan sentuhan, baik guru ke siswa maupun siswa ke siswa. Kelas seakan sunyi seperti di kuburan. Sejak saat itu, saya mencoba memaksimalkan PJJ dengan perangkat sederhana yang dapat mengakomodir permasalah tersebut. Betapa beruntungnya saya, sebelum pandemi covid19 ini melanda, saya telah belajar dan menggunakan aplikasi seperti Padlet, Kahoot, Socrative, Mindmup, Canva, dan beberapa aplikasi lain. Berbekal itu, saya menjadikannya modal untuk diimplementasikan di kelas selama PJJ. Aplikasi-aplikasi sederhana tersebut ternyata dapat menjawab beberapa permasalahan siswa yang kehilangan sentuhan belajarnya saat PJJ. Dalam PJJ saya menggunakan aplikasi Zoom yang digunakan untuk bertatap muka dengan siswa secara virtual. Kebetulan penggunaan aplikasi ini didukung pula oleh pihak sekolah sehingga guru dapat menggunakan berbagai menu secara maksimal. Hal yang menarik dalam Zoom, terdapat juga fitur breakout rooms yang memudahkan siswa untuk berinteraksi secara berkelompok. Dalam fitur ini ternyata siswa lebih bergairah karena antarsiswa dapat saling menyapa sekaligus berdiskusi. Setelah berdiskusi di Zoom, siswa diarahkan ke aplikasi lain seperti Padlet. Pertama mengenal padlet sekitar 1,5 tahun lalu, saya langsung kagum. Hal tersebut dikarenakan Padlet dapat menggantikan peran papan tulis konvensional. Padlet inilah yang saya gunakan agar siswa dapat menuliskan hasil diskusi kelompok mereka atau sekadar interaksi aktif dengan guru saat pembelajaran berlangsung. Jika materi yang saya paparkan memiliki subbab yang cukup banyak, saya ataupun siswa dapat membuat peta konsep (mind map). Aplikasi yang saya rekomendasikan ke siswa adalah Mindmup. Mindmup merupakan sebuah aplikasi pembuatan peta konsep secara daring dan penggunaannya sangat mudah (telah terintegrasi dengan Google). Hasilnya dapat dibuat dalam bentuk gambar seperti JPG/PNG dan juga format Pdf serta disimpan dalam Google drive. Hasil kerja kelompok terkadang perlu dipresentasikan oleh siswa. Saat ini siswa telah memiliki berbagai aplikasi yang mendukung presentasi yang menarik seperti Canva, Powtoon, Prezi, dll. Saya memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih aplikasi presentasi sesuai dengan kemampuan gawai yang dimilikinya. Untuk mengukur kompetensi pengetahuan dalam penguasaan materi, saya menggunakan Kahoot, Google Forms, ataupun Socrative. Saya memilih salah satu di antara aplikasi tersebut menyesuaikan bobot materi dan waktu yang tersedia. Dalam tahap ini, terlihat siswa sangat antusias karena aplikasi kuis atau ujian tersebut dapat menumbuhkan jiwa kompetitif di antara siswa. Keuntungan lainnya, guru mendapatkan pemetaan hasil setiap siswa yang disediakan aplikasi tersebut. Masa pandemi memang masih berlangsung. Semoga para guru dapat terus menjadi pembelajar seumur hidup untuk terus memperbaharui strategi mengajarnya. Semoga kami para pendidik dapat terus menyuguhkan sebuah pembelajaran yang berpusat di siswa dengan kreatif dan inovatif. Semua bisa, bisa semua! 38
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Mengubah Pandemi Menjadi Akademi Oleh: Susi Widyaningsih - Bimbel Tridaya, Jawa Barat Kebijakan untuk beraktivitas produktif dari rumah sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19 sungguh memberikan tantangan tersendiri. Betapa tidak, sebelum adanya pandemi sama sekali tidak terbayang untuk mengajar secara daring. Tapi begitulah hidup, tidak selamanya sesuai dengan apa yang disangkakan oleh manusia. Kegiatan belajar mengajar selama tiga bulan di penghujung tahun ajaran 2019-2020 serasa berjalan begitu saja walaupun pelayanan terbaik setiap harinya selalu diupayakan untuk memfasilitasi kebutuhan siswa yang beragam. Media dan teknik pembelajaran efektif yang telah dilakukan selama masa BDR (Belajar dari rumah) dirasa belum cukup. Juli 2020, tahun ajaran baru semangat baru. Tiga bulan penerapan PSBB ternyata tidak bisa menyurutkan laju penyebaran Covid-19. Hal ini menjadikan pertimbangan pemerintah untuk terus melanjutkan kebijakan belajar dari rumah. Bagi para pendidik, kebijakan ini menjadi sebuah tantangan baru pada tahun ajaran baru untuk terus berinovasi dan berkreasi menghadirkan pembelajaran yang kreatif, menarik, dan inovatif untuk menghadapi siswa baru yang sebelumnya belum pernah bertemu, belum mengenal karakter, serta kemampuannya. Ibarat pepatah mengatakan “tak akan ada pelangi jika hujan tak menghampiri”. Pada awal tahun ajaran baru tiba-tiba muncul banyak program virtual yang memfasilitasi para pendidik untuk meng-upgrade keahlian mengajar, memperkenalkan beragam media yang bisa diaplikasikan, serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan pendidikan yang bisa diterapkan dalam pembelajaran virtual. Pembelajaran yang pada awalnya hanya mengandalkan media PowerPoint dan Whatsapp saja, saat ini bisa dikombinasikan dengan platform lainnya. Misalnya, untuk kegiatan apersepsi di awal pembelajaran bisa divariasikan dengan penggunaan padlet dan mentimeter yang bisa dijadikan media untuk memfokuskan perhatian siswa. Ternyata hal ini membuat siswa sangat antusias. Pada saat penyampaian materi yang sebelumnya hanya menggunakan slide PowerPoint, sekarang bisa divariasikan dengan penggunaan slide-slide dari genial.ly dengan fitur-fiturnya yang terkesan hidup dengan animasinya sehingga sangat menarik dan tidak membosankan. Di samping itu, platform ini bisa dipakai secara kolaboratif sehingga menambah keseruan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan video dari youtube, tulis menulis dengan papan tulis virtual seperti Jamboard, Miro, Awappz, dan yang lainnya sangat membantu pada saat penyampaian materi secara virtual. Pada masa pandemi ini juga saya berkenalan dengan beberapa platform seperti Wordwall, Educandy, Baamboozle, dan yang lainnya yang bisa dijadikan sebagai media ice breaking untuk menghilangkan kejenuhan siswa selama pembelajaran daring. Bahkan dengan Baamboozle siswa bisa bermain secara tim sehingga permainannya terasa lebih seru. Dengan menggunakan game ini, guru bisa mengenali dan mempelajari karakter dan kemampuan siswa serta menjalin keakraban antara siswa satu dengan yang lainnya atau antara siswa dengan guru. Dan untuk mengevaluasi hasil belajar, ada Google Form, Liveworksheet, Quizalize, dan platform lainnya yang bisa digunakan dan diakses dengan mudah. Ternyata banyak hikmah yang bisa petik pada masa pandemi ini. Setidaknya banyak ilmu baru yang berkaitan dengan teknologi yang bisa kita pelajari. Terlepas dari kenyataan bahwa masih banyak siswa atau guru lain yang terkendala dengan internet sebagai salah satu media pembelajaran daring. Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan kita semua bersemangat kembali menjalani kehidupan dengan hal-hal baru. 39
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Paket Lengkap Belajar Oleh: Wiwin Winarni, SMPN 1 Cisalak-Kab.Subang, Jawa Barat Dalam masa pandemi ini, kegiatan pembelajaran dilakukan dari rumah. Kegiatan belajar dari rumah (BDR) lebih difokuskan pada teknologi. Dengan teknologi, jarak tidak menjadi persoalan untuk melakukan berbagai kegiatan, khususnya kegiatan pembelajaran. Sebagai guru, kita dituntut mampu mengikuti alur pendidikan era digital. Pendidikan era digital membuat kita sangat akrab dengan berbagai aplikasi pembelajaran. Pada awal pembelajaran semester ganjil, saya berkenalan dengan berbagai aplikasi pembelajaran. Saya pun memperkenalkan aplikasi pembelajaran itu kepada siswa. Seperti kebanyakan guru lainnya, saya pun membuat beberapa grup kelas daring bahasa Indonesia dengan menggunakan google classroom. Di Google Classroom saya mendapat banyak kemudahan. Begitu pun dengan para siswa. Saat saya melakukan survei sederhana ke beberapa siswa, mereka lebih tertarik menggunakan aplikasi Google Classroom. Pada aplikasi Google Classroom terdapat berbagai sarana penyampaian informasi. Karena terhubung secara langsung ke surel, sehingga informasi yang kita berikan akan langsung diterima oleh siswa melalui ponsel mereka. Google classroom sangat lengkap, memuat berbagai perangkat untuk pembelajaran, mulai dari presensi yang saya buat di google forms, lalu materi dengan menggunakan Google Docs, Google Slides, Google Sheet, dan Google Drawing. Di Google Classroom terdapat media untuk memberikan materi pelajaran baik berupa teks maupun video. Materi pelajaran yang disajikan dapat kita buat sendiri atau menggunakan link youtube. Pada pembelajaran “Teks Cerita Pendek” dengan tujuan pembelajaran; mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek. Saya awali dengan melakukan apersepsi yakni dengan menampilkan tayangan sebuah video singkat tentang orang-orang yang sukses menulis. Kemudian saya memberikan link Youtube agar siswa dapat menyimak materi melalui tayangan video. Setelah itu, saya gunakan Google Docs dengan menampilkan dua buah cerpen. Cerpen yang pertama sebagai contoh dilengkapi dengan strukturnya dan cerpen yang kedua hanya menampilkan bagian orientasi saja. Pada cerpen kedua ini, siswa dituntut mampu berimajinasi untuk melanjutkan cerita dengan konflik yang mereka buat sendiri. Tugas melanjutkan cerpen ini, ditulis secara langsung di Google Docs. Hasil karya mereka dapat dilihat oleh teman-temannya, sehingga mereka dapat saling mengoreksi hasil karya masing-masing. Setelah siswa mengerjakan tugas yang diberikan, saya pun memberi tanggapan tentang hasil karya mereka. Mereka antusias, hal itu terlihat dari respon siswa yang mengerjakan tugas tersebut. Mereka memiliki daya imajinasi yang tinggi, sehingga satu judul cerita dapat dikembangkan menjadi beragam alur cerita yang menarik. Di akhir pembelajaran saya melakukan refleksi terhadap pembelajaran hari itu. Kegiatan refleksi masih saya lakukan di Google Classroom, yakni dengan menggunakan Google Forms. Pada tahap asesmen, saya gunakan Google Forms dengan menyajikan lima pertanyaan. Kelima pertanyaan tersebut dapat dijawab setelah selesai mengerjakan tugas yang pertama, sehingga waktu pengerjaan saya atur lebih lama. Google Classroom memudahkan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Para siswa dapat mengerjakan tugas dan melihat langsung tanggapan serta skor setelah pengerjaan. Mereka pun mendapatkan informasi dengan lebih cepat. Penggunaan Google Classroom ini, sangat efektif, karena dapat digunakan untuk pembelajaran dalam jangka waktu yang panjang. Dan semua materi pembelajaran yang telah disampaikan dapat tersimpan rapi. Bahkan materi itu dapat kita muat ulang ataupun kita perbaharui. 40
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Bunga Rampai Pembelajaran Daring Oleh: Dwi Endah Herdijanti-SMAN 15 Bandung, Jawa Barat Tantangan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran daring berkaitan dengan model, strategi, metode dalam melaksanakannya. Ditambah keterbatasan sarana prasarana (smartphone/laptop), sinyal internet yang kurang stabil, akses internet yang terbatas, bahkan tidak ada internet. Guru harus berpikir solusi terbaik agar pembelajaran tetap dilaksanakan meski penuh dengan keterbatasan. Upaya meningkatkan kemampuan guru dengan mengikuti webinar, diklat daring, mencari informasi melalui platform Youtube atau sumber lainnya termasuk optimalisasi Teknologi dan Informasi. Pada awal Pandemi saya memanfaatkan aplikasi WhatsApp untuk menyampaikan materi (baik berbentuk tulisan, gambar, emoji, juga voice note) dan menjadikannya sebagai ruang diskusi. Untuk asesmen, saya memanfaatkan aplikasi Google Classroom dan Google Form untuk memudahkan saya dalam pemeriksaan dan pemerolehan hasilnya. Untuk asesmen speaking, saya memanfaatkan aplikasi Instagram untuk Personal Introduction di kelas X karena saya belum pernah mengenal ataupun bertemu dengan siswa tersebut. Perkenalan yang dibuat harus diunggah ke Instagram dan diikuti (follow) oleh siswa lain. Ada sesuatu yang mengejutkan saya, beberapa orang tua siswa menelepon saya mengabarkan bahwa beliau sangat senang dan bangga karena putra putrinya berani berbicara menggunakan Bahasa Inggris di Instagram. Selain Instagram, saya juga memfasilitasi siswa yang kurang berani berbicara didepan umum dengan menggunakan applikasi Vocaroo.com dan menyediakan Google Form untuk mengumpulkan tautan Vocaroo-nya. Aplikasi ini tidak berbayar, siswa tidak perlu mengunduhnya. Mereka hanya menekan tombol record, apabila sudah selesai merekam siswa tinggal menyalin tautannya dan diserahkan melalui Google Form yang sudah disediakan. Guru tinggal membuka tautan untuk menilainya. Proses pencarian teknik Pembelajaran Kreatif Inovatif dan Interaktif membuat saya berkenalan dengan suatu aplikasi bernama Pinup.com yang akhirnya membuat saya terpana karena mampu menyampaikan pembelajaran Bahasa Inggris yang saya ampu dengan interaktif tanpa berbayar. Pinup ibarat papan tulis virtual, siswa dan guru bisa menulis dan meletakkan di halaman kosong apapun yang kita mau, seperti mengunggah video, dokumen, berkas dari Dropbox, menggambar, menulis teks, dan mengunggah foto yang diminati oleh anak remaja. Perkenalan saya dengan Pinup ini terjadi saat secara tidak sengaja dari obrolan seorang anggota di WAG Kelas Kreatif yang menyebut tentang aplikasi ini. Saya dengan semangat mencoba mencari tahu dan mencoba mempraktikkannya. Setelah saya mengeksplorasi bahwa aplikasi ini cukup menarik, saya mencoba mengoptimalkan penggunaannya pada pembelajaran daring di hari berikutnya. Saya mengajarkan “Explanation Text”. Saya buka Pinup.com yang sudah saya unggah video tentang “Explanation Text”. Lalu, saya memberikan tautannya kepada siswa. Siswa mulai menulis apa yang mereka pahami setelah melihat video dan membaca teks. Eksperimen saya berhasil memancing keberanian peserta didik untuk menuliskan pemahamannya mengenai teks eksplanasi di Pinup. Hal ini saya lihat dari canvas yang penuh terisi menandakan mereka tertarik dengan hal yang baru dipelajarinya serta dari Voice Note yang mereka sampaikan di akhir pelajaran. Setelah jam pelajaran berakhir, siswa bisa mengunduh hasil tulisan semua siswa dalam satu berkas dan menyimpannya di portofolio. Hasil eksplorasi saya menggunakan Pinup telah saya diseminasikan kepada beberapa rekan di sekolah yang kebetulan melihat langsung pembelajaran daring saya. Guru-guru merasa antusias karena mereka mendapatkan alternatif pembelajaran daring yang bisa disesuaikan dengan berbagai mata pelajaran lain dan kebutuhan materi masing-masing. 41
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi! Jangan Takut Belajar di Mall Selama Pandemi Oleh: Ni Kadek Citrawati, S. Pd. - SMPN 2 Semarapura, Klungkung, Bali Pandemi CoVid 19 memberikan berbagai tantangan kepada guru maupun siswa. Belajar dari rumah (BDR), Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan berbagai istilah pembelajaran online learning memaksa semua kalangan harus melek terhadap teknologi. Namun, menjadi orang yang memiliki literasi teknologi (Digital Native) tidaklah segampang ucapan. Banyak hal yang harus dilakukan misalnya bersahabat 2 kali 24 jam dengan handphone. Bukan dramatis, tetapi hal yang harus dihadapi oleh seorang guru sebab BDR memberikan kewenangan mutlak kepada siswa mengatur waktu mereka untuk belajar kapanpun. Dari hasil diagnostic non-kognitif awal yang penulis lakukan, siswa mengalami stress saat belajar online. Dalam upaya memaksimalkan PJJ dan mengurangi tingkat stress pada diri siswa dan guru, mencari alternatif media teknologi untuk membantu pembelajaran berbasis mobile phone merupakan hal wajib yang harus dilakukan. Banyak webinar untuk guru yang memberikan pengetahuan pemanfaatan digital tools dalam pembelajarn berbasis mobile phone, utamanya dalam pembelajaran Bahasa yang dikenal dengan istilah MALL (Mobile Assisted Language Learning). Belajar di MALL bisa dilakukan dengan menyenangkan, mulai dari memanfaatkan aplikasi rendah bandwidth yaitu Telegram. Telegram adalah aplikasi sejenis WhatsApp dengan berbagai fitur unggulan yang mendukung pelaksanaan PJJ. Telegram memiliki fitur poll, quiz-bot, comment-bot yang bisa kita manfaatkan secara maksimal dalam pembelajaran selain kemudahan akses dan kirim file serta variasi tampilan emoji untuk memberikan response dan feedback pembelajaran kepada siswa. Pertama, Poll adalah sejenis alat survey, bisa dimanfaatkan untuk memberikan test diagnostic kepada siswa, sebelum dan sesudah pembelajaran. Kedua, Comment-bot, bisa digunakan untuk memulai diskusi bersama siswa. Kelebihannya adalah tanggapan siswa bisa tersimpan dalam satu focus. Ketiga, Quiz-bot adalah tool untuk assessment. Namun, sebelum melaksanakan pembelajaran, penulis yakin sebagai seorang guru, tentu sudah mempersiapkan materi, kegiatan dan assessment pembelajaran. Dalam hal pengembangan materi pembelajaran, selain menggunakan video authentic dari YouTube, penulis juga menggunakan Canva untuk men-design materi pembelajaran dengan berbagai template yang menarik untuk presentasi. Pada awalnya banyak siswa belum mengetahui Telegram, setelah dimotivasi guru, siswa akhirnya beralih ke Telegram sebab memberikan manfaat yang besar bagi mereka. Sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran, penulis memberikan sebuah guidelines tata cara menggunakan Telegram dan keharusan bagi mereka online pada jam pembelajaran. Penulis awali dengan memberikan salam dengan mengirimkan Bitmoji sticker (Bitmoji sebuah aplikasi avatar yang mencirikan penampilan dari pemiliknya), siswa hanya wajib merespons dengan emoji. “Perang Emoji” istilah yang penulis berikan dalam kegiatan ini. Kemudian, penulis mengirimkan poll yang berisi beberapa pertanyaan warming-up. Siswa pun dengan cepat merespon dengan polling yang diberikan. Untuk kegiatan diskusi, penulis membuat Comment-bot. Tentu diawal, beberapa siswa kurang paham dan memberikan tanggapan pada Chat-room, namun perlahan mereka bisa menggunakan Comment-bot untuk berdiskusi. Kita bisa memberikan bot yang berbeda untuk topik diskusi yang berbeda. Kegiatan generalisasi dilaksanakan melalui poll, yaitu menarik simpulan dari hal yang dibahas. Setelah diskusi berakhir, quiz-bot merupakan alternatif untuk mengukur sejauh mana siswa memahami pembelajaran yang diberikan. Reaksi siswa dengan penggunaan Telegram sebagai alat bantu belajar di MALL sangat positif. Sebagian besar dari mereka merasa seperti chat tetapi mereka belajar sesuatu. Sederhana bukan? Chat dan belajar. Sebab inti pembelajaran Jarak jauh adalah “students's meaningful engagement” keterlibatan siswa secara bermakna. Jadi, jangan takut belajar di MALL dengan Telegram. 42
Search