1 1 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
2 DAFTAR ISI 1.BAB 1 Sejarah Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang 2.BAB 2 Membangun RS Bhayangkara Lumajang dengan hati 3.BAB 3 Beragam inovasi RS Bhayangkara Lumajang 4.BAB 4 Lebih dekat dengan AKBP dr. Sri Handayani,M.M.R.S 5.BAB 5 Pesan dan Kesan Karyawan Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang 2 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
3 MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG Beragam Inovasi Pengembangan mulai tahun 2014 – 2018 Tim Penulis : AKBP. dr Sri Handayani,M.M.R.S (Pengarah) Sigiet Subiyantoro (Ketua) Brahmono Panji Pranata (Penulis) Rino Adi Putra (Designer) Achmad Shofuan (Pengumpul Data) Alamat : Jalan Kyai Ilyas Nomor 07 Tompokersan Lumajang Telp : 0334 – 881 646 3 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
4 KATA PENGANTAR Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang AKBP dr.Sri Handayani,MMRS Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa, Yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah,dan kemurahannya kepada kita. Berkat rahmat Tuhan pula, buku ini bisa selesai dan kini di tangan pembaca. Buku ini memaparkan sejarah perkembangan dan dinamika perjalanan Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang ,sejak berdiri tahun 1976 hingga di akhir 2018. Secara lebih detail, buku ini menguraikan inovasi-novasi yang di lakukan RS Bhayangkara Lumajang selama saya memimpin pada periode Januari 2014 hingga Desember 2018. Inovasi - inovasi itu antara lain mencakup aspek penataan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), pembangunan dan pemenuhan kelengkapan sarana prasarana, perbaikan kualitas pelayanan, peningkatan kerjasama dengan stakeholder, hingga perbaikan dalam sistem keuangan. 4 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
5 Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang yang kini tampak cukup megah dan menjadi primadona sekaligus kebanggaan masyarakat Lumajang maupun Anggota Polri. Tentu hal ini berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kombes Pol dr. Budi Heryadi,MM selaku Kabiddokkes Polda Jawa Timur, serta seluruh staf Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang. Secara khusus, kami mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada orangtua yang telah membimbing kami, dan kepada suami tercinta Kolonel CAJ Drs. Prawiknyo Hadi, MBA serta kedua putri kami. Tak ketinggalan pula, kami mengucapkan terima kasih kepada para senior dan sahabat- sahabat dilingkungan Polri maupun di instansi dan Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Lumajang. Kepada tim penulis, pengumpul data, dan editor buku ini, kami mengucapkan terima kasih karena berkat kerja keras semua akhirnya buku ini bisa terbit. Semoga buku ini bermanfaat dan sekaligus bisa menjadi inspirasi untuk pengembangan Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang pada masa yang akan datang. Man Jadda Wajada Lumajang, November 2018 AKBP dr.Sri Handayani,M.M.R.S 5 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
6 6 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
1BAB 1 SEJARAH RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG Tampak Depan tahun 1976 A. Berawal dari Balai Pengobatan Polri Mungkin masyarakat tak banyak yang tahu kalau Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang yang cukup megah dengan fasilitas dan peralatan modern ini berawal dari sebuah balai pengobatan (BP) Polri yang masih sederhana dengan tenaga terbatas. Balai pengobatan polri didirikan dengan semangat untuk melayani pasien anggota polri dan keluarganya serta masyarakat Lumajang - Jawa Timur ,agar tidak kesulitan dalam mendapatkan layanan pengobatan apabila sakit. 1 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
2 Awal berdiri tahun 1976. Balai Pengobatan yang dikepalai oleh Penata dr.Hadi Oetomo ini menempati bekas wisma Kapolres, diJalan Wahid Hasim. Karena itu, Balai Pengobatan ini secara struktural berada di bawah Polres Lumajang. Balai Pengobatan kemudian pindah ke lokasi strategis di Jalan Kyai Ilyas No.07 Tompokersan-Lumajang, menempati gedung baru dengan memanfaatkan tanah hibah dari Polri, yang kini menjadi lokasi RS Bhayangkara Lumajang. Lokasi ini memang strategis. Selain dekat dengan Polres Lumajang, kurang lebih hanya 500 meter, juga dekat dengan pusat pemerintah dan keramaian. Balai pengobatan Polri ini tentu tidak langsung berkembang begitu saja. Banyak cerita suka-duka dalam mengelola dan mengembangkan Balai Pengobatan ini, terutama di kaitkan dengan minimnya tenaga dokter. Kala itu BP Polri dengan 20 tenaga tetap (TT) ini hanya memiliki dua orang dokter, yaitu dr.Hadi Oetomo dan dr.Hendra Hartono. Maklumlah, pada tahun 1976 itu masyarakat kota Lumajang masih banyak yang belum berpendidikan tinggi, terlebih lagi pendidikan kesehatan dan kedokteran. Tenaga dokter masih terbilang langka. 2 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
3 Foto Bersama Toh ,Dengan tenaga yang masih minim ini. Kedua dokter tersebut menjalankan tugas dan profesinya dengan penuh semangat. Mereka tak segan bertugas rangkap. Selain menjadi pimpinan BP Polri dr.Hadi Oetomo selalu melaksanakan tugasnya sebagai dokter secara Profesional dan tidak mengenal lelah dalam merawat pasien di BP Polri ini. Begitu juga dengan dr.Hendra Hartono. Selain bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, dia selalu siap untuk merawat pasien di BP Polri. Pekerja Serabutan ,Mungkin istilah ini sangat lucu di dunia kesehatan. Tapi inilah yang terjadi saat Itu di BP Polri. Pasalnya di BP Polri ini karyawannya tidak hanya pekerja dalam satu tugas sesuai ijazah yang di miliki, akan tetapi harus merangkap tugas lain sesuai dengan kebutuhan. Bahasa kerennya, multifungsi kadang paramedis bisa menjadi tenaga medis (dokter) atau tenaga admin. Bahkan Satpam pun bisa menjadi paramedis ,sedih mendengarnya. Kadang pula paramedis bisa menjadi tukang masak bahkan menjadi peladen bangunan. Apabila 3 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
4 ada sarana dan prasarana yang rusak, ya harus memperbaiki sendiri. Melakukan Bhakti Sosial Gratis pada Pensiunan Warakawuri Pernah untuk memperbaiki lantai BP Polri, semua karyawan diwajibkan untuk membongkar ubin tersebut lalu membuang bongkarannya untuk diganti dengan tegel oleh tukang bangunan. Memang melelahkan, tetapi semua karyawan tanpa terkecuali melakukannya dengan penuh semangat demi meningkatkan sarana dan prasarana BP Polri. Minimnya sarana ambulan tidak jarang mendorong petugas BP Polri untuk mengarahkan agar pasien menggunakan mobil pribadi keluarga bila hendak dirujuk ke rumah sakit tertentu. Yang penting tugas utama terwujud yaitu BP Polri berjalan dan pasien sembuh. 4 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
5 B. Tidak Memiliki Dokter satupun Dulu awal TPS (Tempat Perawatan Sementara) berdiri seperti yang saya ulas sebelumnya, masih tidak dapat berfungsi dengan baik seperti layaknya TPS sebagaimana mestinya ,hanya berupa poliklinik dan setelah itu menjadi TPS (Tempat Perawatan Sementara). Yang hanya memiliki 1 orang dokter saja. Dengan izin operasional dari Dinas Kesehatan belum keluar hanya berandalkan Skep Kapolri saja. Dulu Kepala TPS sampai menjadi Rumah Sakit Bhayangkara pertama adalah dr. Hadi Oetomo sebagai dokter satu-satunya dan tenaga medis pertama di RS Bhayangkara Lumajang memulai perjuangan menjadikan RS Bhayangkara Lumajang menjadi Rumah Sakit seutuhnya. Dokter Hadi Oetomo resmi memimpin sejak 1968. Mula-mula beliau memikirkan kondisi rumah sakit dengan kondisi tenaga medis di Kabupaten Lumajang yang sangat minim dapat menjadikan RS Bhayangkara Lumajang layak menjadi rumah sakit seutuhnya. Akhirnya dokter- dokter mulai merasakan kemampuan dan keseriusan RS Bhayangkara Lumajang untuk membangun dan memberikan pelayanan bagi masyarakat. Satu demi satu dokter bergabung dengan RS Bhayangkara Lumajang seperti Dokter Hendra Hartono dan Dokter Hariwibowo(Alm) yang merupakan sesepuh berdirinya RS Bhayangkara Lumajang ini. Kenyataan lain yang membuat dokter Hadi Oetomo itu harus berjuang adalah pada tahun itu RS Bhayangkara Lumajang membutuhkan sarana dan prasarana penunjang untuk menciptakan rumah sakit sebagaimana mestinya. Dia yakin dan percaya kepada seluruh karyawan serta karyawati 5 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
6 bahwa RS yang dipimpinanya ini bisa memaksimalkan elemen yang ada untuk bersatu membangun. Akhirnya terbangunlah Ruang Laboratorium dan Ruang Radiologi. Yang terpenting adalah merubah budaya pada para tenaga dan karyawan yang ada dari TPS (Tempat Perawatan Sementara) menjadi Rumah Sakit. C. Atasi Wabah Muntaber Salah satu penyakit yang juga membuat RS Bhayangkara Lumajang kelabakan dan kerepotan adalah wabah muntaber tepat bulan Juli 2000 wabah muntaber di Kabupaten Lumajang sangat tinggi dan terbilang rutin menyerang masyarakat Lumajang. Puluhan orang di desa tersebut sampai-sampai berbondong-bondong ke Puskesmas terdekat karena sarana di Puskesmas dulu belum sebagus sekarang. Seluruh masyarakat di desa tersebut langsung menunju ke Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang. Pasien yang fanatik ke RS Bhayangkara Lumajang sampai mau ditempatkan di lorong-lorong demi kesembuhan anak dan keluarganya karena tempat tidur saat itu sudah penuh dengan wabah muntaber. Wabah Muntaber menjadi KLB saat itu 6 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
7 Tidak hanya wabah muntaber Penyakit lain yang sering melanda desa secara umum adalah Penyakit Cacar. Sampai- sampai perawat RS Bhayangkara Lumajang datang ke desa yang terkena dampak penyakit cacar untuk melakukan pengobatan serta pencegahan penularan. Serta dilakukan himbauan agar yang terkena tidak banyak melakukan kontak dengan orang lain untuk sementara waktu. D. Rujukan Kasus Pasien Tahanan Perintah biddokes mendirikan ruang tahanan adalah kewajiban bagi Rumah sakit Bhayangkara di seluruh jajaran dimana tujuannya adalah mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada pasien tahanan/napi. Ya walaupun kesannya ekstrim dan ngeri dari sebagaian orang tapi hal itu adalah biasa bagi karyawan RS Bhayangkara Lumajang. Dalam keadaan apapun pasien dengan kondisi luka tembak, pembacokan, penganiayaan dengan kondisi yang sangat ekstrim kami tetap melayani pasien tersebut dengan senang hati dan tidak lupa menonjolkan pelayanan prima. Kadang ada cerita lucu di saat merawat pasien tahanan, pada waktu ada pasien tahanan wajahnya kejam bertato seluruh tubuh kena luka tembak dikaki, saat itu saya sendiri mau melakukan tindakan kepasien tersebut akan tetapi pasien tersebut kalau melihat saya seperti mau membunuh, tapi ya mau bagaimana lagi, mau tidak mau harus berani, ujar Bu Khanifah Dengan adanya Ruang tahanan, hubungan kerja sama antara RS Bhayangkara Lumajang dengan Polres Lumajang terjalin baik. Karena sarana dan prasarana itu seadanya kita 7 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
8 terima. Sampai-sampai jika pasien tahanan menjerit-jerit semua keluarga pasien ramai-ramai berbondong-bondong melihat tahanan tersebut seperti pawai saja kadang ada beberapa masyarakat sampai bilang “memang rumah sakit e polisi”. E. Suka & Duka Masa Dulu Kurangnya SDM Perawat Dahulu Juru rawat lebih pandai dibandingkan perawatnya, Juru rawat kalau diibaratkan dengan tingkatan SD, SMP,dan SMA mereka bisa disebut perawat SMP, kalau perawat SMA itu disebut SPK. Bahkan petugas administrasi maupun petugas Cleaning service pun dulu melakukan tindakan perawatan maupun heating itupun mereka sanggup. Karena keterbatasan paramedic, mau tidak mau petugas Non medis pun wajib belajar saat itu. Walaupun dulu dokter Hadi Oetomo terkenal dengan perangai yang keras tapi beliau adalah orang yang disiplin. Menciptakan rasa kebersamaan diantara karyawan disaat dulu itu merupakan hal yang sangat menyenangkan, walaupun keluh kesah tetap ada teman-teman selalu mensupport. Ternyata berbagai perjuangan tersebut tidak sia-sia ujar Pak Bisri merupakan cleaning service atau IPS yang sudah lama di rumah sakit ini. Menurut Bisri hal seperti itu merupakan tantangan bagi nya karena hal tersebut membuat kita belajar disiplin dan belajar merawat orang. Walaupun itu bukan Job description nya beliau sangat antusias untuk belajar. 8 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
9 Menurutnya, ada kesulitan untuk membagi tenaga yang dapat meng-handle berbagai pelayanan, karena memang tidak memiliki tenaga yang cukup secara kualitas maupun kuantitas. Banyak sekali karyawan yang bertugas ganda, misalnya ada perawat yang mengurusi soal administrasi, pendaftaran sampai pembayaran pasien dan menjadi kasir. Namun demikian hal itu masih bisa dikendalikan sehingga dapat memberikan beberapa bentuk pelayanan lain kepada masyarakat seperti poli umum. Makan “Jaran Kencak” “Mangan Jaran Kencak” mungkin banyak yang tidak tahu apa sebutan yang unik di Rumah Sakit ini karena hal ini merupakan kisah yang sangat menyenangkan dimasa itu bagi kami, karena didalam itu terdapat unsur kebersamaan. Mengapa disebut “Mangan Jaran Kencak” karena dulu teman-teman RS Bhayangkara Lumajang sering mengumpulkan bungkus sisa botol vial Obat dan kardus Obat untuk dijual dan hasil uang tersebut dikumpulkan untuk makan-makan bersama di rumah sakit. Walau hanya makan biasa dengan lauk ikan asin tapi itu tidak masalah. Sampai-sampai Karumkit saat itu ikut-ikutan makan bersama. Beliau sangat merakyat dengan karyawannya. Walaupun gaji dulu hanya 75.000 itu cukup untuk makan dan membiayai rumah tangga saya. Dulu semua serba tidak transparan, tapi kerja ikhlas dan tanpa pamrih. 9 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
10 Tidak ada yang berani menolak dan ngomel “sabdo pandito ratu” sebutan dulu. Petugas Medis Sampai dipinjam Rumah Sakit Lain Diwaktu itu perawat masih jarang karena kebutuhan SDM diwilayah Lumajang masih kurang. Pada waktu itu rumah sakit di Lumajang hanya 2 rumah sakit : RSUD Haryoto dan RS Bhayangkara Lumajang, karena kebutuhan tenaga medis ada faskes (fasilitas kesehatan) yang mengalami kesulitan infus dalam hal itu pasien anak-anak yang venanya sampai tidak terlihat karena kebingunan dan dehidrasi serta perawat tidak memadai di faskes tersebut sampai- sampai ambulance tersebut datang ke Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang meminta tolong untuk membawa perawat ke faskes tersebut untuk membantu infus pasien anak tersebut serta belajar cara infus. Sejak itulah Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang dikenal dan diperbantukan, sampai-sampai diberi insentif Rp.30.000 dalam sekali tindakan padahal pasien yang dilayani 7 pasien uang segitu dimassa itu sudah sangat banyak karena harga emas per gram hanya 20.000. Insetif tersebut dibagi bersama untuk makan- makan bersama. Perawat menjadi Sopir Sebagai satu-satunya sopir Ambulance di Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang beliau harus kuat dan tegar mengapa ada kata harus karena dengan pasien yang relative banyak dan tenaga sopir cuma beliau saja maka 10 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
11 mau tidak mau beliau harus selalu prima karena menjadi sopir ambulan dituntut untuk selalu tampil waspada. Tapi sekuat-kuatnya beliau juga manusia dan pada waktu itu beliau jatuh sakit dan ada pasien yang harus di rujuk keluar kota. Pada waktu di Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang tidak ada yang bisa mengendarai Ambulance, hanya ada 1 perawat yang bisa mengendarai Ambulance. Akhirnya mau tidak mau perawat tersebut menjadi driver atau sopir yang mengantarkan sekaligus menjadi perawat pengantar ke faskes perujuk. Ketika itu setelah pulang dari merujuk pasien perawat ini datang dengan membawa mobil ambulance tepat turun didepan IGD rumah sakit. Saat itu bersamaan ada pasien gawat dan tidak ada yang bisa melakukan tindakan hanya driver/sopir yang itu yang bisa, sembari turun beliau bergegas menuju pasien tersebut untuk membantu tindakan. Tiba –tiba keluarga pasien histeris dan marah“ Jangan…. Jangan.. itu supir bukan perawat” tidak mau anaknya diinfus oleh supir tapi beliau menjelaskan bahwa dia adalah perawat dengan cekatan perawat tersebut melakukan tindakan. F. Berubah menjadi TPS (Tempat Pengobatan Sementara) berkembang menjadi Rumah Sakit Seiring berjalannya waktu, pada 1980 Balai Pengobatan Polri dalam perkembangannya berubah menjadi tempat perawatan sementara(TPS). Kemudian berdasarkan SKEP Kapolri No Pol : SKEP/1774/XI/1994 tanggal 30 Nopember 1994, TPS ini pun berubah menjadi Rumah Sakit Bhayangkara 11 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
12 Lumajang, yang kemudian diresmikan tanggal 1 Juli 1995 bertepatan dengan Hari Bhayangkara. G. Pergantian Kepemimpinan dari masa ke masa serta hasil yang dicapai Serah terima Jabatan ke dr. Agus Winarno Dari masa kepemimpinan Dokter Hadi Oetomo selama 20 tahun digantikan oleh Penata dr. Agus Winarno pada tahun 1995 dengan serah terima jabatan di Biddokes Polda Jatim ,dalam masa kepemimpinannya beliau sudah memikirkan untuk membangun sarana terutama ruang rawat inap pasien dan penambahan tempat tidur di Instalasi Gawat Darurat. Beliau pernah mendapatkan penghargaan dari Kedubes Amerika karena menolong warganya yang tersesat di Gunung Semeru beliau sampai mendapat penghargaan pertolongan internasional. Karena hanya dr. Agus Winarno,MARS dalam waktu itu sudah memiliki sertifikat ATLS Internasional dimasa itu. Dan Rumkit Bhayangkara Lumajang telah menjadi satker Biddokkes Polda Jatim di Lumajang karena dulunya dibawah 12 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
13 naungan Polres Lumajang. Dari sisi SDM juga dilakukan perbaikan dan peningkatan pada tahun 2001 Jumlah tenaga medis ditambah yang dulu hanya 25 personil medis dan non medis menjadi 58 orang. Bhakti Sosial pertama Hut ke 52 tahun 1999 Dokter Agus Winarno lah yang memperkenalkan Bhakti Sosial pertama kali di RS Bhayangkara Lumajang. Ditahun 1999, Bhakti sosial dilaksanakan mungkin kedengarannya biasa masa sekarang. Tapi di masa itu adalah hal yang sangat luar biasa. Pasalnya, di masa itu tidak ada rumah sakit yang melakukan Bhakti Sosial, baru Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang saja yang melakukan itu, dan hal tersebut merupakan inovasi bagi rumah sakit ini. Bhakti sosial ini dilaksanakan di hari ulang tahun rumah sakit di bulan Juli yang bertepatan dengan Hari Bhayangkara, serta Hari Besar Nasional. Bhakti sosial dilaksanakan di daerah-daerah kantong pelayanan pasien yang loyal ke rumah sakit berdasarkan data demografi di Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang. Pertama kali dilakukan di Desa Sawaran Kulon, Kecamatan Klakah, 13 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
14 Kabupaten Lumajang. Masyarakat sangat antusias dengan hal ini, sampai kunjungan Bhakti Sosial mencapai 1.000 pasien. Bhakti sosial yang dilakukan, baik berupa sunatan massal dan pengobatan gratis, bertujuan untuk mempromosikan kegiatan. Kesehatan ini dan membantu masyarakat sekitarnya. Setelah selesai acara, para perawat yang pulang dibawakan oleh-oleh oleh warga. Oleh-oleh ini yang biasa disebut sebagai “jaminan” kala itu, wujudnya berupa makanan seadanya seperti sayur kelor, ikan asin, dan nasi empog (nasi jagung). Karyawan RS Bhayangkara Lumajang tidak pernah minta imbalan apapun, tetapi wargalah yang berinisiatif memberi oleh-oleh tersebut. Pemberian ini sebagai ucapan terima kasih warga telah diberikan pengetahuan soal kesehatan, serta karena ada beberapa warga yang sudah diobati dan disuntik. Pemberian ini harus diterima. Jika ditolak, masyarakat akan merasa tersinggung karena dianggap tidak suka dengan pemberian warga. Jadi apapun yang disuguhkan dan diberikan harus dimakan dan diterima. Bhakti Sosial Hut ke 71 di Kedung Jajang 14 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
15 Selanjutnya pelaksanaan Bhakti sosial menjadi rutinitas RS Bhayangkara Lumajang setiap Hari Ulang tahun rumah sakit dibulan Juli dan Hari Besar Nasional, sampai sekarang. 15 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
16 Hal ini merupakan salah satu keunggulan bagi RS Bhayangkara Lumajang. Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang berusaha meningkatkan kualitas pelayanan utamanya kepada anggota Polri dan keluarganya. Untuk itu, manajemen rumah sakit menambah ruangan rawat inap agar para anggota tidak kesulitan dalam mengobati anaknya yang sakit. Agar pelayanan bertambah baik, pada tahun 2005 dimasa kepemimpinan Kompol Ruddy Suhartono, Apt., Sp., FRS., Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang berkoordinasi dengan Polres Lumajang memperluas lahan dan bangunan dengan membangun ruang rawat inap kelas 1(Mawar) yang letaknya di sebelah barat rumah sakit. Tasyakuran Pembangunan Rawat Inap Kelas 1 16 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
17 Pembangunan R.Rawat Inap Kelas 1 (Mawar) Beliau sangat tegas dan menerapkan gotong royong bersama kepada seluruh karyawan agar semua karyawan mengerti bahwa menciptakan rumah sakit yang diminati pasien serta berpelayanan prima adalah dimulai dari diri sendiri dan agar jika ada kesulitan antar sejawat di rumah sakit bisa saling bahu membahu membantu. Bahkan saat pembangunan lantai 2 Ruang Rawat Inap seluruh karyawan dikerahkan untuk membantu tukang bangunan. Seluruh Karyawan bahu membahu dalam Pembangunan 17 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
18 Serta selama masa kepemiminan beliau telah memprakarsai awal berkerja samanya PT. ASKES dan PT Jamsostek dengan RS Bhayangkara Lumajang dimana asuransi tersebut merupakan asuransi kesehatan milik BUMN dimana PT ASKES melayani peserta PNS & Pensiunan PNS sedangkan PT. Jamsostek melayani peserta dengan perlindungan resiko kecelakaan kerja yang berhubungan dengan pekerjaan, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Kematian. Dimana dengan bergabungnya PT. ASKES & PT. Jamsostek diharapkan dapat menarik pasien-pasien asuransi yang dapat menambah jumlah pasien serta pendapatan rumah sakit. Penanda Tanganan MOU dengan PT. Askes Selanjutnya guna memenuhi ketentuan akreditasi dan semakin bertambahnya pasien di rumah sakit, maka dalam masa kepemimpinan Kompol PP Hadi Wahyana, Apt., MARS., yang menggantikan kepemimpinan Kompol Ruddy 18 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
19 Suhartono, Apt., Sp., FRS., berkoordinasi dengan unit terkait untuk memindahkan Gedung TK Bhayangkara Lumajang ke Gedung Pakeri Jalan Jenderal Hariono Nomor 30 Lumajang. Setelah itu dibangunlah bekas TK Bhayangkari tersebut menjadi beberapa ruang yang dapat memenuhi standar kebutuhan akreditasi seperti : Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik, Poli Spesialis dan Poli KIA dan KB, dan Ruang Rawat Inap. Selain itu, pada masa kepemimpinan Kompol PP Hadi Wahyana, Apt., MARS. Izin-izin yang dibutuhkan rumah sakit mulai dilengkapi seperti izin operasional Rumah Sakit juga diturunkan oleh unit pelayanan terpadu perizinan Kabupaten Lumajang. Sejak itu RS Bhayangkara Lumajang betul-betul menjadu Rumah Sakit yang utuh dan mandiri sebagaimana rumah sakit pada umumnya. 19 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
20 Tasyakuran Pembangunan TK Bhayangkari TK Bhayangkara sebelum menjadi RS Bhayangkara Lumajang 20 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
21 Tampak Depan TK Bhayangkara menjadi IGD Gedung Pakri yang akan dijadikan TK Bhayangkara Walaupun dengan perangai yang keras beliau adalah sosok yang tegas dan displin terhadap karyawannya. Beliau menerapkan Apel Pagi & Sore serta Brifieng yang menjadi rutinitas di Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang. 21 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
22 Perkembangan selanjutnya sungguh menggembirakan Pada November 2010, Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang melaksanakan Akreditasi 5 (lima) Pelayanan Dasar. Dan sesuai Surat Keputusan Menkes Nomor: YM 01.10/III/7008/10 tanggal 22 November 2011, maka Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang dinyatakan memenuhi status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar. Sertifikat ini diberikan sebagai pengakuan bahwa Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang telah memenuhi syarat pelayanan rumah sakit meliputi : Pelayanan Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, dan Pelayanan Rekam Medik. Dalam masa kepemimpinan Kompol drg. Dwi Miyarsi, MARS., yang menggantikan kepemimpinan Kompol PP Hadi Wahyana, Apt., MARS., RS Bhayangkara Lumajang telah menjadi Satker tersendiri dilingkungan Polri sesuai dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/242/IV/2011 tanggal 29 April 2011. Perkembangan selanjutnya masa kepemimpinan Kompol drg. Dwi Miyarsi, MARS., beliau telah mengembangkan beberapa terobosan dan juga pembangunan yang tampak mata. Pembangunan fisik juga dilakukan, keindahan juga diperhatikan serta dari sisi SDM juga dilakukan perbaikan dan peningkatan mutu. 22 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
23 Ujian Kenaikan kelas C RS Bhayangkara Menurut beliau untuk mencapai kategori kelas C adalah hal yang tak mudah banyak perubahan dan hal yang harus diperbaiki dari segi SDM dan Infrastruktur. Termasuk terus melengkapi apa yang menjadi kekurangannya seperti fasilitas, tempat tidur pasien dan peralatan kesehatan. Dan alhamdulillah dengan perjuangan tersebut RS Bhayangkara Lumajang tepat tanggal 12 Desember 2013 status kelas rumah sakit dari kelas D menjadi kelas C. 23 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
24 Setelah Penetapan kelas C didapatkan beliau mendapatkan PR baru bahwa RS Bhayangkara Se-Jawa Timur harus menjadi Satker BLU (Badan Layanan Umum) yang menjadi suatu kewajiban bagi setiap rumah sakit pemerintah. Persiapan berkas yang harus dilengkapi sangatlah tidak sedikit mulai dari : Keuangan, Standar Pelayanan Minimum, Renstra dan Pola Tata Kelola serta Tarif Rumah Sakit. Dengan kerja keras tersebut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :206/KMK.05/2014 tanggal 09 Juni 2014 tentang penetapan Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai instansi pemerintah yang menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum. Setelah menjadi rumah sakit BLU ,maka Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang mempunyai tanggung jawab yang lebih besar, antara lain berkaitan dengan tarif rumah sakit. Selain harus memikirkan pelayanan kepada masyarakat, rumah sakit harus bertanggung jawab kepada Kementrian Keuangan terkait tarif yang telah di tetapkan demi mewujudkan hal itu, dengan segala daya dan upaya, berusaha memenuhi peraturan menteri keuangan tersebut. Akhirnya upaya tersebut membuahkan hasil Tarif Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang sudah disahkan oleh Kemenkeu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 175/PMK.05/2015 tanggal 12 September 2015. 24 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
25 dr. Hadi Oetomo dr. Agus Winarno Rudy Suhartono,S.Farm.Apt (1976-1995) (1995-2005) (2005-2007) Drs. PP Hadi Wahyana, Apt., MARS drg. Dwi Miyarsi, MARS dr. Sri Handayani, MMRS (2007-2011) (2011-2013) (2014- Sekarang) H. Kepala Rumah Sakit Dari Masa ke Masa Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang di resmikan pada 1 Juli 1995, bertepatan dengan Hari Bhayangkara. Berawal dari balai pengobatan Polri , kemudian menjadi tempat perawatan sementara (TPS), Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang terus berinovasi. Hingga kini tercatat Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang yang 25 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
26 berperan penting dalam mengelola dan mengembangkan rumah sakit tersebut dari masa-kemasa. Mereka adalah: 1. PENATA dr.Hadi Oetomo (1976-1995) 2. PENATA dr.Agus Winarno (1995-2005) 3. KOMPOL Rudi Suhartono S.Farm.,Apt (2005-2007) 4. KOMPOL PP Hadi Wahyana ,Apt .,MARS (2007-2011) 5. KOMPOL Drg. Dwi Miyarsi,MARS (2011-2013) 6. AKPB dr.Sri Handayani ,MMRS (2014-SEKARANG) 26 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
27 27 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
27 BAB 2. MEMBANGUN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG DENGAN HATI Sejak tahun 1995 RS Bhayangkara Lumajang berdiri, RS Bhayangkara Lumajang sudah berkembang cukup signifikan dan sejalan dengan perkembangan dibidang pelayanan kesehatan. Akan tetapi perkembangan ini tidak bisa dilakukan secara serta merta semua hal butuh perjuangan yang sangat panjang dan ditahun 2018 ini RS Bhayangkara Lumajang menjadi golden period yang sangat membanggakan dibawah kepemimpinan AKBP. dr. Sri Handayani, M.M.R.S banyak inovasi dan gagasan perubahan yang membuat RS Bhayangkara Lumajang menjadi berkembang. Melihat semua prestasi yang diraih, AKBP. dr. Sri Handayani, M.M.R.S beliau memilih merendah. Dia tidak ingin bangga diri dengan hasil itu semua, baginya apa yang dilakukan adalah sebagai pengabdian diri sebagai orang yang dipercaya oleh negara untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Beliau mengatakan, semua prestasi yang beliau raih bukan dari hasil jerih payah beliau sendiri melainkan dari semua lini baik dari manajemen serta semua karyawan yang beliau sayangi. Selain itu, dia sebenarnya memiliki kecenderungan fashion dan jalan-jalan, terbukti dengan penampilan beliau yang modis dan kekinian layaknya anak- anak zaman now. Secara tidak langsung beliau 27 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
28 mencontohkan bahwa dengan penampilan menarik bisa membuat pasien nyaman. Sementara pola kepemimpinan beliau yang diterapkan oleh Bunda Sri sapaan karyawannya terhadapnya, sangat luwes dan cenderung informal. Artinya kepemimpinan berdasarkan hubungan keeratan dan kekeluargaan serta persaudaraan dengan para karyawannya. Beliau menyadari bahwa dalam organisasi tidak semua orang seragam pasti ada sebagian yang tidak suka dan suka dengan cara beliau memimpin namun demikian dia tetap berupaya untuk mengakomodasi semua itu agar semua karyawan merasa nyaman. Bunda Sri menegaskan bahwa perkembangan RS Bhayangkara Lumajang yang paling besar adalah semangat dan keinginan hingga motto “Bersama kita berubah Menjadi Lebih baik” yang menjadi icon dan pegangan seluruh staf rumah sakit beliau terapkan serta dipegang teguh karena dengan kebersamaan kita bisa menjadi lebih baik dan esok hari harus lebih baik lagi. Untuk memacu semangat para karyawan beliau memberikan reward kepada karyawan sesuai dengan hasil yang mereka dapatkan selama mereka bekerja. Jika kinerja mereka professional dan menjadi karyawan yang teladan maka beliau tidak menutup mata, tentunya dengan pertimbangan serta saran dari seluruh karyawan. Penghargaan atau reward yang diberikan pada setiap prestasi yang diraih karyawannya. Capaian sejumlah perkembangan dalam kepemimpinannya, RS Bhayangkara Lumajang yang memang penuh prestasi dan perlu diberi apresiasi. Banyak 28 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
29 hal yang perlu ditilik dari sifat inspiratifnya seperti dibawah ini : A. Sumber Daya Manusia Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam organisasi Rumah Sakit baik merupakan salah satu proses pengembangan sumber daya manusia yang sangat penting dan wajib dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan produktifitas kerja rumah sakit. Dengan adanya perencanaan SDM atau manpower planning diharapkan bagian pengembangan sumber daya manusia rumah sakit mampu menganalisa dan mengevaluasi keberadaan sumber daya manusia di dalam organisasi rumah sakit dan mampu melihat kebutuhan serta bisa menentukan berbagai jenis tenaga kerja yang dibutuhkan termasuk juga kompetensi yang harus dimiliki. Dibawah kepemimpinan beliau sedikit demi sedikit SDM ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitas seperti pelatihan baik inhouse training dan pelatihan yang dapat meningkatkan skill dari para karyawan serta yang dibutuhkan untuk perkembangan rumah sakit, bimbingan rohani dan mental yang dilaksanakan setiap Jum’at Kliwon, rekreasi setiap 1 tahun sekali, outbound agar rasa kekeluargaan bisa selalu dipupuk dan juga kesejahteraan materi seperti Jasa pelayanan maupun gaji. Dan beliau juga memperhatikan beban kinerja para karyawannya dengan menambah personel baik dari medis maupun non medis, Dari sisi SDM perkembangan mulai beliau menjabat ditahun 2014 jumlah tenaga 144 orang untuk medis dan non medis, jumlah ini berasal dari 29 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
30 kalangan PNS dan Non PNS. Dan ditahun 2018 sudah mencapai 189 personel. Pada 2017 - 2018 semuanya meningkat, baik dari jumlah tenaga dan karyawan. Jumlah dokter spesialis juga banyak yang bekerja sama dengan RS Bhayangkara Lumajang dan semua spesialistik yang dibutuhkan akhirnya terpenuh seperti : Tumbuh kembang anak, Saraf, Jiwa, Rehab Medik, Mata dan Gigi Periodonti. Walaupun dokter spesialis tersebut bukan dokter milik RS Bhayangkara Lumajang sendiri, mereka kebanyakan adalah dokter mitra tapi dengan spesialistik yang terpenuhi, jumlah pasien dan kebutuhan pasien akan penyakit yang diderita dapat diakomodir. Terkait perkembangan ini, Bunda Sri menyatakan bahwa RS Bhayangkara Lumajang kini memiliki 19 dokter spesialis dan 11 layanan poli. Peningkatan SDM 30 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
31 Pelatihan Inhouse training Bimbingan Rohani dan Mental Tour ke Bali 31 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
32 Tour ke Bali Gathering RS Bhayangkara Lumajang 32 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
33 B. Sarana Prasarana Sebagaimana diulas sebelumnya pada Sejarah Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang bahwa tahun pertama RS Bhayangkara Lumajang berdiri masih tidak dapat berfungsi seperti rumah sakit pada mestinya banyak infrastruktur pembangunan yang masih belum sesuai dengan standar akreditasi. AKBP. dr. Sri Handayani, M.M.R.S resmi memimpin 14 Januari 2014 hingga kini beliau memikirkan agar RS Bhayangkara Lumajang menjadi rumah sakit rujukan di wilayah Lumajang, walau pesaing di sekitar sangat banyak beliau tidak gentar. Yang membuat dokter alumni Universitas Brawijaya, Malang itu harus berjuang adalah pada tahun itu surat ijin operasional rumah sakit akan habis, dan syarat untuk perpanjangan ijin operasional adalah akreditasi. Dia memiliki keyakinan kuat bahwa RS Bhayangkara Lumajang yang dipimpinnya bisa dimaksimalkan jika semua elemen didalamnya dapat bersatu. Langkah awal beliau memikirkan kondisi RS Bhayangkara Lumajang dari segi tempat tidur karena syarat kelas C harus memiliki tempat tidur sebanyak 100 buah. Namun demikian beliau dan manajemen terus berupaya untuk meningkatkan jumlah tempat tidur yang seharusnya dibutuhkan. Awal tahun 2014 dimulai pembangunan dengan Ruang VIP (Anggrek) dengan 8 tempat tidur karena kebutuhan kelas VIP sangat banyak. 33 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
34 R. VIP Sebelum R. VIP Sesudah Ditahun 2014 juga beliau memikirkan untuk membangun tampak depan rumah sakit agar kelihatan wah. Dan agar masyarakat merasa nyaman serta lebih mengenal RS Bhayangkara Lumajang. Tidak hanya itu, ruang staf, ruang pertemuan dan ruang Karumkit ditahun tersebut dibangun agar mobilitas karyawan dapat terpenuhi. 34 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
35 Tampak Depan sebelum Tampak Depan sesudah Ruang Staf Sebelum 35 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
36 Ruang Staf Sesudah Ruang Karumkit sebelum Ruang Karumkit sesudah 36 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
37 Ruang Staf Pertemuan PR beliau selanjutnya adalah diera BPJS Kesehatan dan BLU dimana ditahun 2014 BPJS Kesehatan merupakan hal baru dan juga peluang yang menjanjikan pada saat itu. Mengapa disebut peluang yang menjanjikan karena rawat jalan pasien BPJS Kesehatan sangat ramai pada saat itu dan hal ini merupakan peluang bisnis yang dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit. Karena RS Bhayangkara Lumajang sudah menjadi satker BLU maka Target pendapatan yang telah ditentukan harus direalisasikan dengan maksimal. Saat itu beliau memikirkan dua opsi yaitu Instalasi Hemodialisis dan Rawat Jalan, Walapun Instalasi Hemodialisis bukan satu-satunya di Kabupaten Lumajang, karena di RSUD Haryoto Instalasi tersebut juga sudah ada dan beroperasional. Ditahun 2015 instalasi Hemodialisis dan Poli Rawat Jalan dibangun dimana Poli yang dulu berada dibawah menjadi diatas dan ruang poli bawah akan menjadi Instalasi Hemodialisis. Mengapa ada perpindahan ruangan, karena hal ini juga diperhatikan beliau dari segi akses 37 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
38 pasien dan juga prasyarat untuk ijin operasional hemodialisis. Syarat yang dibutuhkan untuk Instalasi Hemodialisis sangat banyak dan sangat kompleks, “Sampai-sampai saya harus terjun langsung dengan Karumkit untuk mengurus ijin operasional, Limbah, Baku air dan paparan ke Pernefri serta Visitasi” ujar Bapak Sigiet selaku Kasubbagrenmin RS Bhayangkara Lumajang. Semua ini demi RS Bhayangkara Lumajang agar berkembang dan memiliki layanan unggulan. Karena sangat kompleksnya syarat-syarat yang dibutuhkan hampir 1/2 tahun bangunan tersebut mangkrak karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi terutama Limbah dan Air Baku. Dikarenakan beberapa hal ini Bunda Sri hampir bingung dan kalut kalau ruang tersebut tidak berhasil menjadi Instalasi Hemodialisis. Akan tetapi beliau tidak gentar, beliau berinisiatif untuk sementara waktu ruang tersebut digunakan untuk kelas rawat inap non kelas, sembari menunggu syarat-syarat yang dibutuhkan selesai Hemodialisis menjadi Rawat Inap Non Kelas sementara 38 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
39 serta staf HD tetap diberangkatkan pelatihan diantaranya Sugesti Bayu Asih ,Amd.Kep, Heru Firman Amd.Kep dan Erwan Fauzi, S.Kep.Ners agar setelah mereka datang Instalasi tersebut sudah siap dan bisa beroperasional. Dengan serangkaian kegiatan mulai visitasi dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan Lumajang, Pernefri dan terakhir Dinas Provinsi Jawa timur dibantu oleh dr. Benny Ghufron,Sp.Pd selaku penanggung jawab ruang Hemodialisis beliau juga sampai ikut andil dalam proses perijinan ke Pernefri. Bunda Sri, manajemen dan seluruh staf HD menghela nafas lega dan sujud syukur karena Ijin operasional dan syarat yang dibutuhkan telah terpenuhi. Tepat tanggal 21 Nopember 2017 Instalasi Hemodialisis dibuka dan siap melayani pasien Gagal Ginjal di Lumajang. Ruang Poli Sebelum menjadi Instalasi Hemodialisis 39 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
40 Instalasi Hemodialisis Sekarang Peresmian Instalasi Hemodialisis 40 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
41 Pembangunan Ruang Rawat Jalan Ruang Rawat Jalan sesudah pembangunan Tidak berhenti sampai disitu tahun 2017 berbagai perubahan mulai dibentuk, seperti renovasi Ruang Pendaftaran, Pusat Informasi, Kasir dan Ruang rawat Inap Kelas 2 (Bougenville), Instalasi Gizi dan Laboratorium semua ini untuk syarat dan kebutuhan Akreditasi Rumah Sakit serta untuk memperpanjang ijin operasional rumah sakit. Dengan mengusung seni modern bangunan tersebut disulap bagai rumah minimalis yang sekarang menjadi trend. Dalam proses pembangunan tersebut banyak sekali 41 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
42 komplain dan penurunan pasien karena kebanyakan pasien- pasien RS Bhayangkara Lumajang adalah pasien kelas 2, penurunan pasien pada proses pembangunan hingga 30 % dan selama 4 bulan pembangunan manajemen kebingungan dalam merumuskan untuk langkah selanjutnya. Karena pasien merupakan asset yang sangat penting bagi rumah sakit, kami juga tidak menampik hal tersebut dari sisi bisnis juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hal ini menjadi cambuk dan PR juga bagi pihak manajemen, ditambah lagi target BLU dan juga pengeluaran untuk kebutuhan Akreditasi sangat besar. Dengan bermodal sabar dan tekun kami tidak bosan – bosannya untuk selalu berusaha, jika pembangunan ini selesai maka hal tak terduga juga akan muncul, karena rejeki semua ada yang mengatur kata Bunda Sri. Ibu Siti Chanifah selaku Kauryanwat RS Bhayangkara Lumajang merupakan sesepuh di Rumah Sakit ini tidak bosan-bosan mengingatkan disetiap brifieng pagi untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien. Karena hanya layanan yang prima yang membuat pasien merasa nyaman terhadap rumah sakit tercinta ini ujar beliau. Pendaftaran, Kasir, dan Pusat Informasi Sebelum 42 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
43 Pendaftaran, Kasir, dan Pusat Informasi Sesudah Instalasi Gizi Sebelum Instalasi Gizi Sesudah 43 | Mewujudkan Pelayanan Prima di RS Bhayangkara Lumajang
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141