Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Zamrud Indonesia

Zamrud Indonesia

Published by MA AR-RIDLO PEKUNCEN, 2021-12-29 03:54:42

Description: Zamrud Indonesia

Search

Read the Text Version

89 pengalaman hidup bersama Masjid Lama Gang Bengkok Kesawan. setengah meter yang menopang seluruh bangunan. Di bagian atas tiang Sumber: Istimewa. terdapat patung buah jeruk dan anggur, salah satu ciri khas dalam arsitektur pembauran multietnis. Jalan Ahmad Tiongkok. Juga ada yang berbentuk Yani yang menjadi lokasi masjid ini stupa seperti di candi-candi. disebut juga sebagai Jalan Kesawan. Dulu, pada abad ke-19, hampir seluruh Namun, semuanya akan berubah area ini milik Haji Mohammad Ali, yang ketika memasuki bagian dalamnya. dipanggil Datuk Kesawan. Terdapat mimbar terbuat dari kayu khas Timur Tengah. Mimbar ini Datuk Kesawan ini juga yang memiliki tangga undakan bertingkat memberikan tanah wakaf untuk 13, digunakan sebagai tempat Khotbah dibangun masjid. Sementara yang sebelum Salat Jumat. Budaya Timur membangun adalah seorang saudagar Tengah juga tampak pada gapura kaya nonmuslim, Tjong A Fie. Proses masjid. pembangunan yang dilaksanakan pada 1890 ini sempat menuai kontroversi. Budaya Melayu terlihat dari Namun, karena mendapat izin dari dominasi warna kuning dan hijau serta pihak Kesultanan Deli, pembangunan sejumlah ornamennya. Di plafon masjid diteruskan. Setelah selesai, terdapat umbai-umbai, yaitu ornamen kepengurusan masjid diserahkan ke yang disebut “lebah bergantung”. pihak Kesultanan Deli. Ukiran ini dibuat dari kayu, berbentuk semacam tirai berwarna kuning. Arsitektur Masjid Lama Gang Bengkok merupakan paduan antara Tidak seperti umumnya masjid arsitektur Tiongkok, Persia, Romawi, lain, Masjid Lama Gang Bengkok tidak Timur Tengah, dengan ornamen memiliki nama Arab. Dinamakan Melayu. Bentuk bangunannya, Gang Bengkok karena dulu masjid ini terutama bagian atasnya, mirip dengan berada di lokasi gang yang bentuknya kelenteng. Atapnya melengkung bengkok. Saat ini, gang tersebut sudah dan terdapat empat tiang setebal menjadi jalan besar yang ramai dilalui kendaraan. Disebut masjid lama karena memang sudah berdiri sejak dulu, ketika Sultan Deli, Sultan Makmun Al Rasyid, naik takhta. Masjid ini juga tidak memiliki ornamen kaligrafi Arab. Namun, hal tersebut tidak jadi masalah. Baik dari segi pembangunnya, nama yang dipakai, serta perpaduan budaya dalam arsitektur dan ornamennya justru

90 indonesia zamrud toleransi menjadi tanda adanya hubungan yang dr. Sofyan Tan. harmonis antaretnis di kota Medan, terutama antara etnis Melayu dan Sumber: www.tempo.co. Tionghoa. Perbedaan tidak menjadi halangan untuk hidup bersama dan nilai-nilai toleransi, cinta kasih, saling membantu. dan keberagaman. Dengan cara ini, diharapkan mereka dapat menghargai Pada saat kerusuhan Mei 1998, perbedaan yang ada. masjid ini pernah menjadi tempat berlindung warga etnis Tionghoa. Sekolah ini mengaktualisasikan Saat itu, kondisi Medan sudah semboyan Indonesia yang ber- mencekam. Ada isu penyerangan Bhinneka Tungkal Ika. Pihak sekolah terhadap etnis Tionghoa. Di kampung menyediakan 3 tempat ibadah (masjid, ini, etnis Melayulah bergerak untuk gereja, dan wihara) dan satu pendopo mengevakuasi etnis Tionghoa ke yang kerap dipakai oleh para murid Kesawan, berlindung di Mesjid Lama yang beragama Hindu. Murid-murid Gang Bengkok. difasilitasi dalam menjalankan ibadah dan perayaan keagamaan menurut Sampai saat ini, masjid bersejarah kepercayaannya masing-masing. ini terus mempertahankan maknanya Juga, pihak sekolah mengupayakan sebagai simbol persatuan dan interaksi dan pertukaran budaya untuk persaudaraan antaretnis. Warga etnis mendapatkan saling pengertian dan Tionghoa pun tak segan-segan ikut kesepahaman di antara para siswa merawat masjid ini. bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan perbedaan adalah sebuah Sekolah Pembauran kewajaran. Salah satu upaya untuk mencegah Pihak sekolah juga berupaya agar konflik dalam masyarakat multikultural masyarakat ekonomi rendah juga adalah melalui pendidikan. Hal ini dapat bersekolah. Sofyan Tan sebagai disadari oleh dr. Sofyan Tan. Sebab pendiri tampaknya sadar, kecemburuan itu, ia kemudian mendirikan “Sekolah sosial masih menjadi isu utama dalam Pembauran” sebagai sarana untuk membangun relasi yang harmonis membentuk kesadaran untuk hidup antaretnis. Melalui program Anak bersama dalam perbedaan pada peserta Asuh Silang, Subsidi Berantai, dan didiknya. Bantuan sosial dengan melibatkan Lembaga pendidikan tersebut ia namakan Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Sekolah yang berdiri pada 1987 di Medan ini menekankan pendidikan multikultural. Setiap peserta didik diajarkan mengenai

91 pengalaman hidup bersama masyarakat luas, sekolah ini berupaya X bidang pendidikan ini dianugerahi untuk memberikan kesempatan seluas- Maarif Award pada 2014. luasnya bagi masyarakat tidak mampu untuk sekolah. E. Toleransi Antar-Agama di Bali Yayasan Perguruan Iskandar Muda didirikan dr. Sofyan Tan berangkat Ledakan bom mengguncang Bali dari pengalaman pahitnya mengalami pada 2002 dan 2005. Dunia sontak diskriminasi. Karena mata sipitnya, ia terkejut. Bali yang dikenal sebagai harus mengulang ujian negara bidang surga dunia terakhir, Pulau Dewata kedokteran beberapa kali untuk satu yang sarat dengan kegiatan budaya mata kuliah. Padahal ia bukan orang dan keagamaan, dan salah satu pusat kaya. Sofyan Tan yang lahir di Medan pariwisata dunia mengalami peristiwa pada 25 September 1959 ini harus teror yang merenggut hingga ratusan bekerja sebagai guru untuk membiayai nyawa manusia. kuliahnya. Yang menarik dari kasus ini adalah Pengalaman hidup miskin dan respons masyarakat Bali terhadap diskriminasi yang diterimanya peristiwa tersebut. Masyarakat menginspirasi dr. Sofyan Tan untuk Bali memang frustrasi dengan bom memperjuangkan pembauran yang bukan hanya mengakibatkan antaretnis. Ia kemudian mendirikan korban manusia, tapi juga membuat sekolah dengan mengusung pendidikan perekonomian Bali yang banyak multikultur. Langkah ini tergolong bersandar pada sektor pariwisata berani. Ia sendiri tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolahnya. Masjid Agung Ibnu Batutah dan Gereja Dana untuk pendirian sekolah, ia Katolik Maria Segala Bangsa di Kompleks dapatkan dari utang bank. Padahal Puja Mandala, Nusa Dua, Bali menjadi saksi sekolah yang ia dirikan dimaksudkan kerukunan antarumat beragama di Bali. untuk menampung juga siswa-siswa Sumber: KHOMAINI. tidak mampu. Teman-temannya menganggap tindakannya gila. Bagaimana mungkin orang miskin bisa mengentaskan orang lain dari kemiskinan, ujar mereka. Nyatanya sekolah itu masih berdiri sampai sekarang, menampung ribuan murid dari beragam latar belakang. Atas kiprahnya dalam memperjuangkan pembauran ini, anggota DPR RI (2014–2019) Komisi

92 indonesia zamrud toleransi Monumen Ground Zero Bali atau tugu Bali adalah menggelar upacara suci peringatan para korban Bom Bali, Legian, untuk menghilangkan kekotoran Kuta. yang membuat jagat tidak seimbang, mengembalikan ke posisinya semula. Sumber: KHOMAINI. Sebenarnya, sejarah Bali bukannya melesu. Berlalu sudah masa-masa jaya tanpa kekerasan. Bali pernah pariwisata Bali yang mendatangkan mengalami ketegangan politik. Pasca- banyak sekali dolar. Indonesia merdeka, di Bali seperti juga di daerah lain, muncul beragam Keharmonisan dalam kehidupan partai politik yang kerap bertabrakan. masyarakat Bali yang multikultur Situasi ini kemudian memuncak pada juga sempat terganggu. Kecurigaan pertengahan 1960-an. Saat itu, terjadi mayoritas masyarakat Bali yang pembantaian massal atas ratusan beragama Hindu terhadap umat ribu tertuduh komunis tanpa melalui Muslim terjadi dikarenakan para pelaku pengadilan yang jelas. Bahkan, bagi bom memang membawa nama Islam orang Bali sendiri, peristiwa ini menjadi dalam aksinya. Namun, kekerasan tanda tanya besar. Mereka menikam tidak merembet ke mana-mana. Orang sesama orang Bali. Padahal, orang Bali tidak melakukan sesuatu sebagai Bali dikenal sangat religius, santun, balasan seperti banyak yang terjadi di bersahaja, dan begitu teguh memegang daerah lain di Indonesia. Bukannya ajaran mereka yang mengutamakan mencari-cari siapa yang salah, pertama- keharmonisan dan keselarasan. tama yang dilakukan masyarakat Namun, selama ratusan tahun, Bali membuktikan diri mampu mengelola perbedaan. Selain umat Hindu yang menjadi mayoritas, ada juga penganut Islam, Buddha, Kristen, Katolik, dan Konghucu. Sampai saat ini, hubungan antarumat agama terjadi dengan harmonis tanpa ada yang merasa terpinggirkan. Keragaman bukannya tidak menimbulkan masalah dan gesekan, terutama jika terjadi dua peribadatan dari agama yang berbeda saling berbenturan, misal hari raya Nyepi yang jatuh pada hari Jumat atau tepat pada hari Lebaran. Namun, masyarakat Bali mampu menyelesaikan persoalan ini dengan dialog sehingga

93 pengalaman hidup bersama dua peribadatan dapat tetap kearifan lokalnya terbukti mampu berlangsung dengan lancar. menyelesaikan setiap masalah dengan jalan damai. Kearifan lokal yang dimilikinya membuat Bali mampu merawat Bali sebagai Surga Dunia Terakhir keharmonisan dalam masyarakatnya yang multikultur. Ajaran Hindu Bali Bali mulai menjadi perhatian para menekankan keselarasan baik dalam wisatawan sejak seabad lalu, tepatnya hubungan dengan Sang Pencipta, ketika maskapai pelayaran Belanda dengan sesama manusia, maupun KPM (Koninklijk Paketvaart Maatschapij) dengan alam. Bali sendiri identik melalui promosinya tentang Bali dengan Hindu. Ajarannya meresapi berhasil menarik minat penumpang- segala aspek kehidupan dan menjadi penumpang Eropa untuk mengunjungi etos masyarakat Bali. Alhasil, pulau ini. Sejak itu, pulau yang mereka mampu mengintegrasikan ukurannya tidak besar ini (5.632,86 masyarakatnya yang berbeda latar km2) atau sekitar 0,29% dari total luas belakang budaya dan agama. Ini kepulauan Indonesia menjadi salah satu terjadi terutama dalam relasi antara destinasi wisata terfavorit di dunia. penganut Hindu dengan masyarakat Muslim. Kedua agama ini banyak Alamnya yang sangat menawan, memiliki ritual yang bertentangan yang budaya yang unik tiada duanya, dan sangat mungkin menyebabkan konflik. penduduknya yang ramah membuat Namun, masyarakat Bali dengan pulau ini sangat terkenal di dunia. Tidak heran, pada 2015, majalah Bangunan Masjid, Gereja Katolik, dan Vihara Travel and Leisure memberikan Bali berdiri berjajaran di Kompleks Puja Mandala, predikat sebagai pulau wisata terbaik Nusa Dua, Bali. kedua setelah Kepulauan Galapagos di Sumber: KHOMAINI. Ekuador, atau menjadi yang terbaik di Asia. Prestasi ini bukan yang pertama kali. Bali menjadi tiga besar pulau wisata terbaik dunia versi Travel and Leisure sejak 2009. Begitu terkenalnya Bali di mata dunia sehingga banyak orang mengira Bali merupakan negara tersendiri dan bukan merupakan bagian dari Indonesia. Beberapa orang yang datang ke Bali terkejut saat mereka tiba di bandara, mereka disambut oleh pihak imigrasi Indonesia dan bukan Bali. Fakta ini menunjukkan bahwa di mata

94 indonesia zamrud toleransi dunia, Bali lebih terkenal ketimbang sudah ada di Bali sejak ratusan tahun Indonesia. lalu. Di Bali juga banyak bermukim orang-orang Tionghoa. Sebagian dari Masyarakat Multikultur mereka, khususnya yang berada di pedesaan, telah menyatu dengan Mayoritas penduduk Bali beragama masyarakat dan kebudayaan Bali. Hindu menjadi anomali di Indonesia yang mayoritas muslim. Dalam agama Keragaman budaya di pulau Bali Hindu di Bali, unsur-unsur lokal lebih bertambah lagi dengan membanjirnya banyak menonjol. Antara agama turis-turis ke Bali dari berbagai negara dengan adat istiadat terjalin erat di dunia. Mereka membawa budaya dan sehingga sulit membedakan mana cara hidupnya masing-masing. Di antara agama dan mana budaya. mereka, ada yang akhirnya memilih menetap di Bali. Kedatangan mereka Menyangkut praktik keagamaan membuat tempat-tempat wisata, seperti Hindu, masing-masing daerah di Bali Kuta, tak ubahnya perkampungan memiliki variasi lokalnya sendiri. internasional. Berbagai bahasa dunia Adanya variasi lokal itu justru bercampur. Bali menjadi sebuah tempat memperkaya khasanah budaya dan yang benar-benar multikultur. justru menjadi corak masing-masing daerah di Bali. Budaya di Bali menjadi Yang menarik, di tengah gempuran lebih beragam. Namun, dalam berbagai budaya Barat yang dibawa keberagaman corak ini, masyarakat para turis itu, masyarakat Bali tetap Bali tetap memiliki kebersamaan dan mampu mempertahankan tradisi yang kesatuan pandangan terhadap nilai-nilai menjadi identitasnya. Di rumah-rumah, ajaran Hindu. Tugas untuk merangkai orang-orang tetap menggunakan bahasa kesatuan ini diemban oleh Majelis Bali. Upacara melasti di pantai tetap Agama Hindu, yang disebut Parisadha berlangsung dengan khusyuk, tak Hindu Dharma. terganggu oleh turis-turis berbikini nyaris telanjang sedang berjemur di sekitarnya. Selain umat Hindu, ada juga penganut agama lain yang tinggal di Memang, masyarakat Bali umumnya pulau ini, seperti penganut Islam, tidak menganggap keragaman agama Kristen, Katolik, Buddha, dan dan budaya sebagai ancaman terhadap Konghucu. Sebagian masyarakat identitas kebalian mereka. Mereka non-Hindu adalah para pendatang. punya masalah lain. Turisme membawa Sebagian lain, merupakan penduduk banyak perubahan. Di satu sisi, turisme Bali asli, terutama pada perkampungan- menjadi andalan Bali untuk meraih perkampungan Islam di Bali, seperti kemakmuran. Namun, turisme pula Pegayaman di Buleleng, Loloan di yang membuat seni Bali yang sakral Jembrana, serta Kepaon dan Gelgel di menjadi barang tontonan, tanah- Denpasar. Kampung-kampung Islam ini tanah adat menjadi tempat pelesir,

95 pengalaman hidup bersama sehingga orang Bali tidak lagi leluasa Dalam konsep Tri Hita Karana, melaksanakan ritualnya. Merangseknya nilai keselarasan diperluas, bukan bisnis turisme ke wilayah-wilayah hanya dengan sesama manusia, tapi sakral yang menjadi sendi-sendi utama juga dalam hubungannya dengan peradaban mereka inilah yang menjadi Tuhan dan alam. Filosofi khas keprihatinan sebagian masyarakat Bali. Hindu Bali ini mengajarkan bahwa kebahagiaan manusia akan dapat Meski demikian, tidak sedikit juga dicapai bila manusia mampu menjaga pandangan optimis bahwa masyarakat keharmonisan hubungan dalam 3 hal, Bali mampu bertahan menghadapi yaitu dalam hubungannya dengan perubahan yang diakibatkan turisme. Parhyangan (unsur Ketuhanan), Menurut mereka, komersialisasi seni Pawongan (manusia), maupun dan produksi cenderamata tidak Palemahan (unsur alam). mengakibatkan pendangkalan nilai. Sebaliknya, justru memacu para Dengan kata lain, manusia dapat seniman untuk terus berkreasi. Mereka mencapai kebahagiaan jika ia mengabdi percaya bahwa masyarakat Bali mampu pada Tuhannya, mengasihi sesama mempertahankan yang sakral sambil manusia, dan turut serta dalam terus menciptakan produk-produk baru menjaga kelestarian alamnya. Konsep untuk ditawarkan ke wisatawan. inilah yang menjadi modal utama masyarakat Bali dalam menjamin Nilai Toleransi dalam Ajaran kehidupan yang toleran dalam Hindu Bali keberagaman. Ajaran Hindu begitu mewarnai Konsep Tri Hita Karana kemudian masyarakat Bali. Ajaran ini pula yang melahirkan konsep nyama braya, menjadi landasan bagi masyarakat yaitu hidup rukun dan damai dalam untuk membangun sebuah kehidupan persaudaraan. Sikap menyama braya yang harmonis dalam keberagaman. orang Bali itu merupakan pengamalan Salah satunya terdapat dalam Kitab ajaran Hindu tat twam asi (kamu Rg Weda X. 191, 2–4 yang secara bebas adalah aku), pegangan hidup yang diartikan “Hendaklah bersatu padu, mengajarkan agar manusia senantiasa bermusyawarah dan mufakat guna mencintai sesama. Nilai ini kemudian mencapai tujuan dan maksud yang menjadi dasar dalam membangun sama, seperti para Dewa pada zaman sikap toleransi dan kerukunan dalam dahulu telah bersatu padu. Begitu juga, masyarakat yang multikultural. bersembahyanglah menurut caramu masing-masing, tetapi tujuan dan Konsep lain yang berkaitan dengan hatimu tetap sama, serta pikiranmu nilai toleransi adalah konsep Desa Kala satu, agar dikau dapat hidup bersama Patra yang menggambarkan fleksibilitas dengan bahagia.” yang dimiliki orang Bali. Konsep ini pula yang menyebabkan bentuk luar

96 indonesia zamrud toleransi agama Hindu yang dalam pelaksanaan Tradisi Ngejot di Bali. kegiatan agama di masing-masing daerah Bali memiliki ciri sendiri- Sumber: Istimewa. sendiri. Kitab suci boleh sama, tetapi cara pengamalan bervariasi karena masyarakat mayoritas Hindu dengan disesuaikan dengan desa (tempat), kala umat Islam di Bali. Sejarah masuknya (waktu), dan patra (keadaan). Inilah Islam ke pulau Bali sudah terjadi sejak yang menyebabkan—meski bersumber ratusan tahun lalu. Pada abad XVI, pada Hindu yang sama—masing- kerajaan-kerajaan Hindu di Bali, seperti masing daerah di Bali memiliki praktik kerajaan Gelgel di Klungkung, Kerajaan keagamaan berbeda. Pamecutan (Badung), dan Kerajaan Buleleng memiliki banyak pengiring Juga ada konsep karmaphala yang dan prajurit yang direkrut dari orang- menyangkut hukum sebab akibat. orang Islam. Prajurit yang direkrut dari Dengan falsafah ini, masyarakat Bali orang-orang Islam ini bekerja sama dibimbing untuk berpikir lurus, karena dengan prajurit yang beragama Hindu apa yang mereka alami sekarang, dan mereka setia mengabdi kepada sesungguhnya tidak terlepas dari apa raja-raja Hindu di kerajaan-kerajaan yang diperbuat sebelumnya, sedang tersebut. apa yang akan mereka alami kelak sangat tergantung dari apa yang mereka Sebagai bentuk penghargaan kerjakan sekarang. atas pengabdian para pengiring dan prajurit yang direkrut dari orang-orang Demikian orang Bali dengan konsep Islam itu, kerajaan Hindu tersebut karmaphala selalu memandang setiap mengizinkan dan memberikan suatu musibah yang mereka alami sebagai area khusus pemukiman untuk peringatan bagi diri mereka sendiri ditempati oleh orang-orang Islam. bahwa ada yang tidak benar, ada Gelgel dan Kepaon, misalnya, adalah yang menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan keseimbangan alam terganggu. Menghadapi musibah yang terjadi, yang mereka lakukan bukanlah mencari siapa yang salah atau yang bisa disalahkan. Tetapi, mengadakan upacara sebagai bentuk penyerahan diri agar keseimbangan kembali terjadi. Integrasi pada Ranah Sosial- Budaya Integrasi pada ranah sosial-budaya terasa sekali dalam relasi antara

97 pengalaman hidup bersama tanah pemberian raja-raja Hindu untuk Galungan, Kuningan, atau hari raya ditempati oleh orang-orang Islam. lainnya, mereka juga ngejot, yaitu Sampai sekarang di kedua kampung ini memberikan makanan, buah-buahan banyak ditemui orang-orang Islam yang atau jajanan kepada masyarakat muslim secara turun-temurun tinggal di sana tetangganya. dan berinteraksi dengan masyarakat Hindu. Ngejot tidak hanya berfungsi untuk membagi makanan, tetapi Penganut Hindu yang mayoritas juga untuk membagi kebahagiaan. juga sering kali “melibatkan” atau Saat mengantarkan ngejot, orang mengundang umat Islam untuk akan memberikan selamat pada yang terlibat dalam kegiatan mereka, baik merayakan hari raya. Dalam hal ini, kegiatan keagamaan atau kegiatan ngejot merupakan tradisi lokal dalam lainnya. Hal ini dilakukan sebagai merayakan keberagaman di Bali. tanda penghormatan dan penerimaan Perbedaan tidak dianggap sebagai terhadap umat Islam. batasan, tetapi sebagai sarana untuk saling mengisi. Relasi antarumat melahirkan berbagai tradisi sebagai jalan untuk Jika terjadi masalah karena mempererat hubungan. Di antaranya bentroknya pelaksanaan ibadah tradisi ngejot. Istilah ngejot dalam kedua agama, masalah tersebut akan bahasa Bali berarti memberi. Ngejot diselesaikan dengan dialog dan diambil merupakan tradisi memberikan keputusan yang tidak merugikan kedua makanan menjelang hari raya kepada belah pihak. Misalnya, perayaan Hari tetangga yang berbeda agama. Raya Nyepi yang jatuh pada hari Jumat. Penganut agama yang akan merayakan Maka, dibuatlah sistem agar umat Islam hari rayanya mengantar aneka rupa tetap bisa melaksanakan salat Jumat menu khas Bali baik berupa camilan tanpa mengganggu umat Hindu dalam ataupun makanan berat, yang disebut melaksanakan ibadah Nyepinya, yaitu dengan jotan. Isinya aneka rupa menu (1) ibadah Jumat di masjid dilaksanakan khas Bali, seperti nasi campur, ayam tanpa pengeras suara, (2) bagi umat betutu, dan jukut ares (sayur dari muslim yang terpaksa harus melewati batang pisang). Selain makanan, ada desa adat untuk menunaikan ibadah juga kue dan camilan, seperti jaja salat Jumat, maka pecalang akan kukus, jaja uli, begina, dan tape ketan. mengantarkannya. Saat hari raya Lebaran, orang- Pernah juga Hari Raya Nyepi dan orang Islam di beberapa daerah Hari Raya Idul Fitri terjadi secara Buleleng melakukan tradisi ngejot bersamaan, tepatnya pada 1994 dan kepada tetangganya yang beragama 1995. Kedua perayaan tersebut tetap Hindu. Begitu pula masyarakat berlangsung dengan lancar karena Hindu di Buleleng, saat hari raya masing-masing mau berkorban. Umat

98 indonesia zamrud toleransi Islam dengan sukarela tak melakukan Organisasi sosial masyarakat Bali pawai takbir dan menggunakan pun, meski sangat terkait dengan pengeras suara. Sementara umat Hindu kehinduan, memberi tempat pada merelakan umat Islam melakukan umat Islam. Banjar Adat memiliki takbir di musala dengan menggunakan tradisi sima karma, yaitu upaya lampu. untuk menyerap aspirasi masyarakat baik dalam bentuk saran, masukan Masyarakat Bali juga peduli dan hingga kritik, yang diadakan turut membantu perayaan Islam. sebulan sekali dengan tidak melihat Misalnya, umat Islam dipersilakan latar belakangnya. Mereka yang menggunakan Lapangan Badung datang dalam forum sima karma yang terletak di kota Denpasar untuk bisa berdialog dengan bebas tanpa melaksanakan salat Idul Fitri dan Idul memandang perbedaan agama. Adha. Secara tradisional, Lapangan Badung ini biasanya dipakai oleh umat Koeksistensi juga terjadi dalam Hindu saat mereka menyelenggarakan organisasi subak yang beranggotakan upacara hari-hari besar keagamaan dan petani Hindu dan Islam sebagaimana upacara persembahyangan bersama. yang terjadi pada subak Pancoran, Upacara Melasti sebagai rangkaian Hari Raya Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi. Sumber: www.balimediainfo.com.

99 pengalaman hidup bersama Tegalinggah, Pemogan, dan Banyubiru. Upacara Melasti di Bali, salah satu tradisi Tradisi Subak merupakan organisasi keagamaan umat Hindu yang dilangsungkan pengairan tradisional masyarakat di pinggir pantai. Bali. Tradisi ini erat dengan ritual Hindu. Tentu saja, saat umat muslim Sumber: Ida Bagus Putra Adnyana, Bali: menjadi anggota subak, terjadi Ancient Rites in the Digital Age (Indonesia: berbagai penyesuaian sehingga mereka BAB Publishing, 2016), h. 1. menjalankan ritual menurut agama yang mereka anut. ketiga, dan seterusnya. Dalam budaya Bali dikenal adanya emat nama sebagai Pada ranah budaya, peminjaman penanda urutan kelahiran. Di samping budaya merupakan hal yang umum. itu juga dikenal nama Wayan/Gede/ Pada bidang kesenian misalnya, ada Putu, Nengah, Made, Nyoman dan geguritan Ahmad Muhammad. Kidung Ketut. Masyarakat Islam di Pegayaman ini tidak hanya penting bagi umat Islam, menggunakan tradisi penamaan Bali ini tetapi juga bagi umat Hindu. Khususnya pada nama-nama yang mereka berikan. di Desa Pamogan, Kidung Ahmad Muhammad merupakan perlengkapan Kemudian ada tradisi Nyapar yang penting pada saat berlangsung dilakukan oleh masyarakat muslim upacara melasti sebagai rangkaian di Kabupaten Buleleng, contohnya di Hari Raya Tahun Baru Saka atau Hari desa Pegayaman. Safar atau Nyapar Raya Nyepi. Umat Hindu di Desa dilaksanakan setiap tahun hari Rabu Pamogan membuat sesajen khusus minggu terakhir di bulan Safar (bulan terbuat dari jajan. Pada saat sesajen kedua dalam penanggalan Hijriah) dipersembahkan, dinyanyikanlah pada sore hari. Mereka pergi ke pantai Kidung Ahmad Muhammad. Setelah itu, untuk mengaji, berzikir, dan berdoa. sesajen ditutupi dengan kain putih yang Kemudian mereka makan bersama. dibentuk menyerupai kubah. Kubah Tradisi ini merupakan ungkapan rasa mengingatkan pada kubah dalam syukur kepada Allah atas semua rizki Masjid. Dalam konteks kehinduan, kubah bisa pula bermakna sebagai alam semesta. Peminjaman budaya juga terjadi dalam tradisi pemberian nama. Masyarakat Hindu Bali memiliki penanda yang khas dalam hubungannya dengan pemberian nama berdasarkan urutan kelahiran seseorang. Dari namanya dapat diketahui orang tersebut adalah anak pertama, kedua,

100 indonesia zamrud toleransi dan berdoa memohon keselamatan, Bom Bali, Tantangan bagi juga sebagai kegiatan untuk menolak Kedamaian bala. Umat muslim di Bali, tidak hanya di Pegayaman, masih meyakini bahwa Peristiwa peledakan bom bali terjadi bulan Safar adalah bulan sial atau bulan pada 12 Oktober 2002 (Bom Bali I) di bencana. Dalam tradisi Hindu, kegiatan Sari Club, Paddy’s Pub, dan Kantor keagamaan yang dilakukan di pinggir Konsulat Amerika Serikat. Korban pantai adalah upacara melasti. meninggal tercatat sebanyak 202 orang dan melukai sekitar 209 orang. Di Pengaruh budaya Hindu pada samping itu, 4 buah bangunan roboh, tradisi Maulud Nabi. Saat memperingati 20 bangunan rusak berat, 27 mobil hari kelahiran Nabi Muhammad saw., rusak berat, dan 7 motor rusak berat. umat Islam di Kabupaten Buleleng Bali membuat bale suji yang kemudian diarak Kasus peledakan bom kembali terlebih dahulu sebelum diletakkan di terjadi pada 1 Oktober 2005 (Bom Bali dalam masjid. Bale suji ini mengingatkan II) di tiga tempat, yaitu Rajas’s Cafe Kuta kita pada ogoh-ogoh yang diarak umat Square, Menega Café, dan Cafe Nyoman Hindu menjelang Hari Raya Nyepi. Jimbaran. Kejadian ini menyebabkan 23 orang meninggal dan 196 orang luka. Masih banyak lagi tradisi masyarakat Bali yang menggambarkan Peristiwa bom Bali membawa keharmonisan umat Hindu dan Muslim, akibat langsung pada Pulau Bali. di antaranya tradisi megibung di Karang Kunjungan wisata menurun hampir Asem, adanya banten Selam (sesajen 80% beberapa hari pascaperistiwa Islam) dalam upacara Sugihan Jawa, dan tersebut. Penurunan terjadi karena upacara Ngusaba Dangsil di Bungaya beberapa negara, seperti Jepang, yang melibatkan Nyama Selam (Islam) Inggris, Amerika, Singapura, Taiwan, pada puncak acaranya. dan Australia menerapkan larangan berkunjung ke Indonesia, khususnya Tradisi Megibung, sebuah potret Pulau Bali bagi warga negara mereka. keharmonisan antarumat beragama di Bali. Hingga muncul istilah “sebelum bom” Sumber: www.menara-fm.com. yang merujuk pada masa kejayaan pariwisata Bali. Dalam bidang sosial, muncul keretakan antara kelompok masyarakat dan kelompok lain karena adanya sikap saling curiga. Hal ini terlihat dari pemberitaan mengenai penyelidikan ke beberapa pesantren dan tempat yang dicurigai. Harmoni sosial yang tercipta sebelumnya terganggu.

101 pengalaman hidup bersama Barong dan Randa dimainkan dalam ritual Dan, Kejahatan hanya bisa dilawan drama Calonarang. Keduanya dimainkan oleh dengan kekuatan senjata. Nilai-nilai penari yang mengenakan topeng dan kostum. kemanusiaan hanya bisa dipertahankan melalui “perang suci” melawan para Sumber: Ida Bagus Putra Adnyana, Bali: ekstremis. Ancient Rites in the Digital Age (Indonesia: BAB Publishing, 2016), h. 119. Pandangan ini berangkat dari pemahaman monoteisme yang Respons atas Bom Bali memahami Tuhan Pencipta hanya menciptakan kebaikan saja. Segala Orang Bali pun mengerti, bahwa sesuatu yang buruk berasal dari tindakan terorisme ini pun mengarah Kejahatan (Evil) yang merupakan lawan ke mereka karena banyak orang Bali dari Kebaikan. Pemahaman teodisi yang turut menjadi korban. Namun, ini menjadi basis tindakan “perang meski orang Bali mengutuk tindakan suci” melawan kejahatan, termasuk di kekerasan ini, seperti yang diungkapkan dalamnya terorisme. oleh Annette Hornbacher, respons orang Bali berbeda dengan tanggapan Namun, orang Hindu Bali memiliki masyarakat Barat (Hornbacher 2009: pemahaman yang berbeda. Masyarakat 34–53). Hindu Bali tidak mengenal konsep Tuhan sebagai pencipta segala Menanggapi teror yang terjadi kebaikan, juga Kejahatan absolut dan pada 2001, Presiden Bush menegaskan peperangan sebagai penyelamatan bahwa tindakan kekerasan tersebut akhir. Perbuatan buruk yang dilakukan bukan hanya menyerang Amerika leak misalnya, tidak dipahami sebagai Serikat, tetapi nilai-nilai peradaban Kejahatan transenden yang telah dan meminta masyarakat dunia untuk mengendalikan pikiran manusia, tetapi bersatu membasmi kejahatan ini. sebagai sikap banal manusia, seperti sikap iri hati. Kekuatan yang dimiliki Masyarakat Barat memahami leak, yang ia gunakan untuk melakukan perang melawan terorisme sebagai kejahatan, secara moral bernilai netral. perang Kebaikan melawan Kejahatan. Pemahaman ini terkandung dalam ritual drama Calonarang. Pada drama ini, Rangda yang membawa bencana wabah penyakit dan kehancuran pada masyarakat harus diseimbangkan melalui pertarungan dengan Barong. Keduanya dimainkan oleh penari yang mengenakan topeng dan kostum. Poin penting dalam pertarungan sakral ini adalah bahwa pertarungan ini tidak

102 indonesia zamrud toleransi ditujukan untuk menghancurkan Barong dan Rangda. Rangda sebagai perwujudan dari Kejahatan atau sebagai penyelamatan Sumber: www.anacaraka.co.id. selamanya dari bencana yang terjadi, tetapi sebagai keseimbangan sementara bertanggung jawab untuk menjaga pada dua kekuatan yang bertentangan keseimbangan alam semesta. demi keberlangsungan kehidupan manusia. Alih-alih mengadakan serangan balasan, masyarakat Bali mengadakan Artinya, Rangda dan Barong adalah ritual penyucian, dan deklarasi dua kekuatan yang dimiliki dunia yang perdamaian berlangsung hampir di meski saling berlawanan, keduanya semua wilayah pulau, terutama di diperlukan demi keseimbangan dunia. Kuta yang menjadi lokasi peledakan. Dari sudut pandang Hindu Bali, Bagi orang Bali, langkah pertama yang Rangda sama sucinya dengan Barong, harus diambil adalah mengembalikan karena itu tidak bisa dikatakan sebagai keseimbangan melalui berbagai Kejahatan dalam pandangan monoteis. macam upacara keagamaan. Intinya, Keduanya bersifat sakral dan menjadi ketika kekuatan “jahat” mengguncang objek pemujaan. keseimbangan, solusinya bukanlah menghancurkan kekuatan jahat itu Pandangan ini menjadi dasar dengan kekerasan yang hanya akan bagaimana sikap masyarakat Bali menambah masalah. Yang mereka terhadap teror Bom Bali. Hornbacher lakukan adalah memperkuat kekuatan menyebut sikap hidup (etos) orang Bali “baik” melalui berbagai ritual sehingga bersifat kosmosentris. Berbeda dengan keseimbangan terjadi. etika antroposentris orang Barat yang menekankan manusia sebagai subjek Hal ini membuat Bali tidak seperti dan agen tindakan, etos orang Bali daerah lain. Di Jawa, Maluku, Sumatra, menempatkan tanggung jawab manusia dan Sulawesi, kekerasan atas nama dalam lingkup alam semesta secara agama akan memprovokasi tindakan keseluruhan di mana tindakan manusia balas dendam. Mayoritas masyarakat menjadi bagian darinya. Implikasinya Bali tidak melakukannya. Memang pada kasus bom Bali adalah bahwa ada percikan-percikan tindakan balas penyelesaian terhadap kasus tersebut dendam, tapi hanya dilakukan oleh tidak terbatas pada tindakan subjektif manusia untuk memaafkan atau menghukum pelaku teror semata, tapi meluas pada hubungan manusia dengan alam semesta. Manusia memiliki tanggung jawab tidak sebatas hanya pada sesama manusia, tetapi

103 pengalaman hidup bersama kelompok kecil yang langsung bisa Banten Selam (sesajen Islam) menjadi sajian ditangani karena tidak mendapat yang harus dibawa dalam upacara Sugihan dukungan dari masyarakat luas. Sikap Jawa menggambarkan keharmonisan umat masyarakat Bali ini cukup mengejutkan, Hindu dan Islam di Bali. mengingat besarnya dampak yang diderita oleh masyarakat Bali akibat Sumber: Ida Bagus Putra Adnyana, Bali: serangan bom yang terjadi dua kali. Ancient Rites in the Digital Age (Indonesia: BAB Publishing, 2016), h. 8. Memperkuat kekuatan “baik” juga berarti introspeksi terhadap diri mereka sejak awal sudah terjalin hubungan sendiri. Orang Bali sering menanggapi yang harmonis antara mereka dengan musibah sebagai tanda bahwa mereka masyarakat Hindu Bali. telah keluar dari dharma sehingga ketidakbaikan menjadi dominan dan Mereka pun banyak menyerap hidup menjadi tidak lagi seimbang. budaya Hindu Bali. Akulturasi budaya Musibah-musibah tersebut menjadi terjadi begitu baiknya. Seperti dalam tanda bagi mereka untuk kembali penggunaan bahasa, tata sosial pada dharma. Ritual-ritual dilakukan masyarakat, dan tradisi pemberian untuk meluruskan kembali setiap nama, masyarakat Pegayaman tak penyimpangan sehingga hidup kembali ubahnya seperti masyarakat Bali pada seimbang. Dengan ini, kedamaian akan umumnya. kembali terjadi. Akulturasi budaya juga tampak Desa Muslim Pegayaman jelas pada bidang kesenian keagamaan yang mereka kembangkan. Pada bulan Desa Pegayaman adalah sebuah Maulud, ada pertunjukan kesenian khas perkampungan Islam di Pulau Bali Pegayaman dalam rangka memperingati yang masyarakatnya mayoritas Hindu. hari lahir Nabi Muhammad saw., Terletak di Kecamatan Sukasada, yakni burda. Dalam pertunjukan ini Buleleng, tepatnya sembilan kilometer dilantunkanlah selawat dengan iringan sebelah selatan Kota Singaraja, musik tetabuhan. Alat tabuh yang Bali bagian utara. Oleh masyarakat digunakan semacam rebana, cuma Bali, mereka disebut Nyama Selam. lebih besar karena tubuhnya dibuat dari Masyarakat Bali pedesaan menyebut batang pohon kelapa. Islam itu Selam, mereka tak biasa mengucapkan kata awal Is. Sekeaa burda ini memakai pakaian tradisional Bali, sama dengan pakaian Warga muslim Pegayaman ini bukanlah warga pendatang baru, mereka warga Bali asli. Agama Islam sudah berkembang di daerah ini setidaknya sejak abad ke-18 M. Dan,

104 indonesia zamrud toleransi Masjid Jamik Safinatussalam merupakan Bali yang terkenal itu. Lengkap dengan masjid tertua di Desa Pegayaman, Sukasada, upacara religiusnya. Di luar Pegayaman, Buleleng. Umat Muslim di desa ini banyak organisasi subak lekat benar dengan menyerap budaya Hindu Bali. upacara Hindu. Di Pegayaman, tentu dengan cara yang sesuai dengan Sumber: www.pagayamanvillage.blogspot. keyakinan mereka. com. Orang Pegayaman juga punya sekeaa orang di luar Pegayaman. Memakai manyi (perkumpulan menuai padi) destar, berkain yang ujungnya dan sekeaa malapan (perkumpulan meruncing di tengah, atau istilah Bali, memetik kopi). Semangat gotong- mekancut. royong mereka dalam membangun rumah, apalagi masjid, begitu kuat, Meski dinyanyikan dalam bahasa tak kalah dengan masyarakat Hindu di Arab, nada lagu selawatan dalam sekitarnya. Hanya pakaian keseharian pertunjukan ini mirip Kidung Wargasari yang mereka kenakan saja yang yang dikenal di kalangan umat Hindu membedakan mereka dari orang Bali Bali. Di tengah-tengah sholawatan, di luar Pegayaman, yaitu kopiah untuk ada juga pertunjukan tari, dengan lelaki dan kerudung untuk perempuan. pakaian dan gerak yang seirama dengan kesenian tradisional khas Bali. Namanya Satu lagi yang unik, sama seperti tari Selendang, Tari Tampan, Tari masyarakat Hindu, masyarakat muslim Perkawinan, dan Tari Pukul Dua. Pegayaman juga memiliki tradisi Nyepi. Jika Nyepi dirayakan oleh umat Hindu Pekerjaan pokok penduduk Bali setiap tahun baru Saka, umat Islam Pegayaman bertani dan berkebun. Pegayaman melaksanakan Nyepi untuk Kalau panen kopi, penduduk sekitar menyambut bulan Ramadan. Nyepi itu Pegayaman—yang Hindu—ramai-ramai bertujuan untuk membersihkan hati. ikut berburuh memetik ke Pegayaman. Tata cara pelaksanaannya mirip dengan Tak ada masalah. Mereka bekerja tirakat yang biasa dilaksanakan warga bersama tanpa mempersoalkan Muslim di Jawa. Keunikannya terletak perbedaan keyakinan. pada pembacaan selawat dengan tembang umat Hindu. Di sini tampak Warga Pegayaman pun mengenal bersinerginya agama dan budaya. subak, tata organisasi pengairan khas Ibu Gedong Bagoes Oka Ibu Gedong Bagoes Oka dikenang sebagai tokoh cendekiawan dan spiritual Hindu yang memperjuangkan nilai kemanusiaan melalui gerakan antikekerasan. Ia adalah seorang aktivis

105 pengalaman hidup bersama Tari Janger. Sumber: KHOMAINI. Tari Kecak Bali. Sumber: KHOMAINI.

106 indonesia zamrud toleransi lintas agama yang percaya bahwa sistem kasta. Beliau ingin memperbaiki perbedaan agama tidak bisa dijadikan hal ini. Oleh sebab itu, Ibu Gedong alasan untuk tidak menghormati melakukan pembaruan dengan kemanusiaan. mengajarkan Hindu yang reformatif, demokratis, dan toleran. Pada 1976, Ibu Gedong mendirikan Ashram Gandhi di Desa Candidasa, di Hindu, menurut Ibu Gedong, pantai timur Bali, dan menghabiskan adalah agama yang abadi dan universal sebagian besar waktunya untuk (sananta dharma), terutama karena mengelola ashram itu. berdasarkan pada kitab Weda dan Vedanta. Juga, karena nilai-nilai Ashram yang dikelola Ibu Gedong kehinduan sebenarnya juga terdapat menyediakan pendidikan untuk dalam kitab Injil atau Al-Qur’an. anak yatim dan anak dari keluarga tak mampu. Selain masyarakat lokal, Ibu Gedong dengan tak kenal ashram juga menjadi tempat bagi lelah meyakinkan masyarakat orang asing dari segala umur dan latar untuk mengamalkan Hindu yang belakang agama guna memperdalam lebih menekankan nilai religius dan keyakinan religiusnya dalam suasana spiritual, dan jangan terlalu terbelit meditatif. oleh persoalan ritual yang njelimet. Ia mengganti simbol-simbol yang berupa Kegiatan sehari-hari di ashram di sesajen dengan puja yang panjang. antaranya doa bersama, yoga, meditasi, Meski demikian, beliau tidak pernah dan bentuk yang lebih sederhana mengecam tradisi Hindu Bali, seperti dari ritual api suci dalam kitab suci yang dilakukan banyak pemikir muda Weda, Agnihotra. Murid-murid di Hindu lainnya. ashram juga mendapat kesempatan untuk mempelajari literatur suci di Selain mengelola Ashram Gandhi perpustakaan ashram itu. Candidasa, Ibu Gedong masih meluangkan waktunya untuk sesekali Tak hanya itu, juga terdapat kegiatan mengajar Bahasa Inggris di Universitas pertukangan, menganyam, mengobati, Udayana. Ia juga memberi kuliah menjahit, pertanian, dan kebudayaan di mengenai spiritual Hindu dalam ashram ini. Dengan semangat svadeshi, berbagai forum, baik di dalam negeri Ibu Gedong juga terlibat dalam berbagai maupun luar negeri. Secara reguler, ia proyek kerja yang bertujuan untuk datang ke India atas undangan Gandhi membangkitkan pertanian bersama Peace Foundation. masyarakat setempat. Pada 1994, dia menerima Dari hasil perenungannya, Ibu penghargaan ‘International Bajaj Gedong sampai pada kesimpulan bahwa Award’ dari the Bajaj Foundation di agama Hindu di Bali sangat terpengaruh Bombay atas usahanya yang tak kenal oleh budaya Bali yang penuh dengan lelah menyebarkan ajaran Mahatma kompleksitas sistem ritual dan ketatnya

107 pengalaman hidup bersama Gandhi. Pada 1996, Ibu Gedong Parade rakyat menyambut HUT RI ke-62 mendirikan Ashram Bali Gandhi di Plengkung Gading Alun-alun Keraton Vidyapith di Denpasar, sebuah ashram Yogyakarta. yang khusus mendidik mahasiswa di universitas lokal tentang pemikiran Sumber: KHOMAINI. Gandhi. jiwa itu sejak lama telah ditinggali Belakangan, Ibu Gedong juga warga dengan latar agama, keyakinan mendirikan ashram serupa di dan etnis beragam. Berbagai situs Yogyakarta. Tidak hanya orang Hindu peninggalan dari masa lalu pun menjadi yang datang ke ashram tersebut, tapi saksi bisu betapa kayanya warisan masa juga umat Muslim dan Kristen. silam, baik dari sisi budaya, kebiasaan, agama dan keyakinan. Ibu Gedong dikenal selalu memperjuangkan harmoni dan Meski demikian, Yogyakarta kerukunan antarumat beragama. bukanlah daerah yang benar-benar Dia berhasil membangun hubungan bebas dari gangguan konflik dan konstruktif berdasarkan pikiran terbuka ancaman perpecahan. Aneka konflik dengan berbagai tokoh dari berbagai berlatar belakang isu keagamaan agama, di antaranya Gus Dur, Romo memang sempat muncul hingga sempat Mangunwijaya, Dr. Th. Sumartana, dan mengganggu keharmonisan hidup Dr. Eka Darmaputera. di wilayah itu. Namun, pengalaman panjang hidup berdampingan segera Bersama mereka, ia dapat mengatasi berbagai persoalan memperjuangkan nilai-nilai perdamaian yang mengusik tersebut. Bahkan, dan kemanusiaan. Baginya, perbedaan kepiawaian warga dan aparat agama seharusnya tidak menjadi Pemerintah Kota Yogyakarta—salah satu sumber konflik karena inti dari setiap daerah dalam DIY Yogyakarta—dalam agama yang sebenarnya adalah berbuat menjaga kerukunan dan keharmonisan baik. Maka, jika orang benar-benar kehidupan sehari-hari membuat Kota meyakini dan menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh, ia akan menjadi pejuang kemanusiaan yang sebenarnya. F. Toleransi Umat Beragama di Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki catatan panjang dalam mengelola kerukunan dan keharmonisan antarumat beragama. Provinsi berpenghuni sekitar 3,5 juta

108 indonesia zamrud toleransi Gudeg itu dijuluki sebagai Kota Toleran Fattah di Dusun Celenan, Desa Jagalan, (City of Tolerance). Kecamatan Banguntapan. Tindakan intoleran yang terjadi sejak 2011 terus Penyematan City of Tolerance oleh berlangsung hingga pertengahan Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai (Aji 2016 dengan angka peningkatan Damai) pada Maret 2011 itu bukan tanpa yang cukup mengkhawatirkan. Pada alasan. Yogyakarta dianggap sebagai 2015 lalu, ANBTI mencatat sekitar jantung kebudayaan Jawa yang dikenal 13 kasus intoleransi terjadi di DIY. sebagai kota yang setia menjaga nilai Berbagai kalangan mengkhawatirkan dan tradisi budaya Jawa. Salah satu nilai meningkatnya angka kekerasan pokok yang menjadi pegangan hidup lantaran tidak ada tindakan tegas dari dan etika masyarakat Yogyakarta adalah aparat pemerintah daerah. hidup rukun, saling menghormati dan penuh tenggang rasa atau toleran. Penelitian lain datang dari The Rukun berarti berada dalam keadaan Wahid Institute. Dari data yang selaras, tenang dan tenteram, tanpa dirilis pada tahun 2014, Yogyakarta perselisihan dan pertentangan. Inilah menempati urutan kedua sebagai yang menjadi alasannya. kota paling tidak toleran di Indonesia. Dari total 154 kasus intoleransi serta Namun, berbagai catatan kelam pelanggaran kebebasan beragama terus-menerus menggerus kerukunan dan berkeyakinan yang dicatat Wahid dan keharmonisan yang berlangsung Foundation sepanjang tahun 2014, 21 di daerah ini. Merujuk catatan Aliansi peristiwa terjadi di Yogyakarta. Setahun Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), kemudian, 2015, peringkat Yogyakarta sepanjang tahun 2015 hingga Maret sebagai kota intoleran turun ke nomor 2016, aneka kasus intoleransi muncul empat. Dari 190 pelanggaran yang bergantian. Misalnya, penutupan Gereja dicatat Wahid Institute, 10 terjadi di Pantekosta di Indonesia (GpdI) Semanu kota pelajar itu. dan Gereja Pantekosta di Indonesia (GpdI) Playen padahal kedua rumah Dua riset memang tidak serta merta ibadah tersebut telah memiliki Izin mengubur predikat Kota Toleran Mendirikan Bangunan (IMB), penolakan yang dimiliki Yogyakarta, namun acara perayaan Paskah Adiyuswo Gereja menjadi ujian serta pekerjaan rumah Kristen Jawa (GKJ) Gunugkidul yang yang perlu dijawab secara serius oleh disertai penganiayaan terhadap aktivis aparat pemerintahan dan segenap lintas iman, intimidasi dan kekerasan warga Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap kegiatan diskusi tentang melalui tindakan nyata. Gubernur Syiah, intimidasi terhadap LGBT, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan pembubaran diskusi lintas agama. Hamengku Buwono X, menyebut sifat terbuka (inklusif ) yang dimiliki segenap Contoh lain yang bisa disebut yakni warga sebagaimana tersirat dalam penutupan pondok pesantren Waria Al-

109 pengalaman hidup bersama budaya Jawa merupakan modal utama agama DIY tetap menjadi acuan meski yang dimiliki masyarakat Yogyakarta akhir-akhir ini sempat dirongrong untuk memperkuat demokratisasi oleh berbagai tindakan intoleran. dalam kehidupan bermasyarakat. Sri Pengalaman warga DIY dalam hidup Sultan mendorong warganya untuk berdampingan dengan kelompok- terus berupaya membangun Yogyakarta kelompok lain dengan latar belakang sebagai pelaku utama yang membentuk berbeda menjadi penopang utama toleransi dengan dipayungi filosofi Jawa keharmonisan dan kerukunan di DIY. “hamemayu hayuning bawana” atau menjaga keseimbangan kehidupan dan Pada era revolusi kemerdekaan di keselarasan dunia. Yogyakarta, wilayah tersebut begitu terbuka sebagai wadah perjumpaan Dalam arti lebih luas, Sultan berbagai etnis dan agama, sipil dan mengajak seluruh komponen militer. Di Kota Perjuangan itu tokoh- masyarakat untuk senantiasa merawat tokoh bangsa dari berbagai latar keseimbangan antara jagad kecil, agama, etnis, dan pandangan politik mikrokosmos (manusia) dengan jagad berbeda berkumpul dalam suasana besar/alam semesta. Keseimbangan ini kekeluargaan dan kekerabatan. Ada diwujudkan dalam perilaku manusia Sukarno, Ali Sadikin, Mohammad Hatta, yang senantiasa menjunjung tinggi etika A.A. Maramis, Muhammad Yusuf, Mr. dan kebenaran. Atas dasar itu, menjadi Assat, dan A.R. Baswedan yang berasal penting untuk terus menanamkan nilai- dari etnis dan agama berbeda-beda. nilai keragaman sejak dini, terutama Ada juga K.H. Wahid Hasjim (Nahdlatul terhadap generasi muda yang melek Ulama), Ki Bagoes Hadikoesoemo teknologi agar nilai keberagaman dapat (Muhammadiyah), Mohammad didalami secara arif dan bijaksana. Selain itu, perlindungan terhadap kelompok-kelompok minoritas pun perlu dilakukan agar setiap warga negara memiliki rasa aman dan nyaman dalam menjalani hidup sehari-hari. Pengalaman Toleransi di Daerah Candi Palgading di Desa Sinduharjo, Istimewa Yogyakarta Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Sumber: Istimewa. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, DIY merupakan daerah yang sejak lama dikenal sebagai wilayah yang sangat baik dalam menjaga nilai-nilai keragaman dan toleransi di Indonesia. Keberagaman budaya dan

110 indonesia zamrud toleransi Natsir (Persatuan Islam), Sayyid Shah lokasi itu terdapat Candi Kimpulan, Muhammad Al-Jaeni (Ahmadiyah), dekat kampus Universitas Islam dan I.J. Kasimo (Katolik). Merujuk Indonesia, yang bercorak Hindu. Candi pada pengalaman itu, agaknya para Kimpulan ini berhasil ditemukan secara tokoh lintas iman dan etnis itu lebih tidak sengaja pada 11 Desember 2009. mementingkan persatuan ketimbang perpecahan. Mereka lebih bersemangat Situs Palgading berasal dari masa bekerja bersama dan bahu membahu kejayaan agama Hindu dan Buddha di mewujudkan keindahan-keindahan Nusantara, tepatnya sejak abad ke-9 daripada menciptakan keburukan. hingga 10 Masehi. Hal itu tampak dari Mereka mengerti dengan seksama struktur bebatuan yang membentuk peribahasa Jawa holopis kuntul baris stupa berukuran kecil. Lalu diperkuat yang secara luas bermakna bekerja pula dengan keberadaan arca bergotong royong dengan meredam Awalokiteshwara yang merupakan ego dan kepentingan individual untuk simbol penyembahan Boddhisatwa kepentingan bersama yang lebih luas dalam agama Buddha serta dikenal pula (Latif 2014: 307). sebagai dewa kasih sayang, dewa asih serta dewa penjaga dalam pantheon Contoh lainnya yaitu penemuan Buddha Mahayana. Candi Palgading di Sleman. Penemuan situs bersejarah di Desa Sinduharjo Begitulah keharmonisan yang pada 2006 silam itu membuktikan berlangsung di Daerah Istimewa fakta bahwa Nusantara di masa silam Yogyakarta. Meski sempat diterpa pernah mengalami masa kejayaan di berbagai aksi intoleran beberapa waktu mana umat beragama dapat hidup silam, hingga kini DIY masih dijadikan berdampingan dalam suasana yang barometer bagi daerah-daerah rukun dan harmonis tanpa perasaan lain di Indonesia dalam mengelola takut dan ancaman intimidasi dari keharmonisan dan kerukunan pihak lain. antarumat beragama. Label inilah yang harus terus dipertahankan agar Secara administratif, Candi muncul optimisme dalam masyarakat Palgading ini terletak di Dusun Yogyakarta—dan di Indonesia secara Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan luas—bahwa kita mampu hidup Ngaglik, Kabupaten Sleman. Tepatnya berdampingan secara damai dalam sekitar dua kilometer arah timur Kantor situasi dan kondisi apa pun. Kecamatan Ngaglik. Kompleks Candi Palgading bercorak Buddha itu berada Tentu saja, hidup rukun dan di tengah pemukiman penduduk harmonis bukan dalam arti adanya dengan luas situs kira-kira 1 hektare. penyeragaman pikiran, tindakan dan kebiasaan sebagaimana yang kerap kali Keharmonisan hubungan antarumat dipaksakan sekelompok kecil dalam beragama terendus karena tak jauh dari masyarakat. Sebab, penyeragaman

111 pengalaman hidup bersama berpotensi melahirkan konflik dan mengiringinya. Sebelum tahun 1969, gesekan sosial di tengah-tengah wilayah di timur Indonesia itu dikenal masyarakat. Tetapi hidup rukun dan dengan nama New Guinea Barat (West harmonis dalam makna saling mengerti New Guinea). Indonesia mengenal dan saling menghargai antara teman daerah itu dengan nama Irian Barat dan tetangga, antara kampung dan kemudian berubah menjadi Irian kawasan serta antarsuku bangsa Jaya sejak pembukaan pertambangan yang berbeda paham keagamaan Freeport pada tahun 1973. Pada era dan keyakinan. Kesemuanya sangat pemerintahan Abdurrahman Wahid mungkin dilakukan karena telah wilayah itu secara informal disebut membudaya menjadi kearifan lokal Papua, dan secara formal pada 2001 selama ratusan tahun. menjadi Papua. Namun, para nasionalis Papua hingga kini tetap menggunakan G. M engelola Keragaman istilah Papua Barat untuk berbagai di Tanah Papua alasan perjuangan mereka (Bertrand 2012: 233). Pembicaraan mengenai Papua kerap kali dibarengi dengan pembahasan Perihal konflik yang selalu perihal berbagai konflik yang disandingkan ketika membincangkan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Papua Lipiyus Binilek (tengah), tokoh masyarakat serta pimpinan Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) memaparkan hasil pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo di Kantor Kepresidenan, Jakarta. Sumber: www.beritadaerah.co.id.

112 indonesia zamrud toleransi Papua biasanya seputar soal-soal Para perempuan mengelola bahan makanan ekonomi dan politik. Dua sektor itulah menjadi kue yang siap disantap anggota yang menjadi alasan para nasionalis keluarga. berjuang untuk memperbaiki nasib mereka. Selain itu, ada juga konflik Sumber: KHOMAINI. antarsuku dan kekerasan yang mengatasnamakan alasan-alasan berbeda, mempunyai nilai atau memori keagamaan. Fenomena-fenomena bersama yang menjadi semangat tersebut menggoda orang untuk dan kekuatan untuk memelihara mengimajinasikan wajah Bumi situasi damai. Karena itu, interaksi Cenderawasih sebagai wilayah yang masyarakatnya berlangsung dalam “murung” dan “menyeramkan”. Meski upaya untuk mencapai keharmonisan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa hidup bersama. Interaksi antaretnis terdapat berbagai pengalaman dan yang terjadi di Wonorejo juga terwujud cerita kedamaian di Tanah Papua. dalam proses transfer pengetahuan. Misalnya, interaksi para perempuan Pengalaman hidup bersama transmigran dari Jawa dan para warga Kampung Wonorejo, Papua, perempuan Papua dalam mengolah merupakan salah satu contoh yang bahan makanan, seperti pengolahan dapat diungkap untuk menunjukkan singkong menjadi kue yang dipelajari bagaimana Papua piawai mengelola perempuan Papua dari perempuan keragaman di wilayahnya. Fakta ini Jawa, dan pengolahan sayur pohon terungkap dalam penelitian Center for pisang yang dipelajari oleh perempuan Religious and Cross-cultural Studies, Jawa dari perempuan Papua (Ahnaf Yogyakarta di wilayah tersebut (Ahnaf dkk. 2016: 25–26). dkk. 2016). Masyarakat Wonorejo memberi Kampung Wonorejo adalah sebuah contoh pentingnya ruang-ruang desa yang terletak di daerah tapal batas perjumpaan yang bisa menjembatani antara Papua dan Papua New Guinea. Warga desa ini berasal dari Pulau Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang datang sebagai transmigran yang hidup dengan latar belakang kebudayaan, adat-istiadat, dan agama berbeda. Situasi itulah yang menjadi dasar masyarakat Wonorejo membangun kehidupan yang toleran dengan orang-orang di sekitar mereka. Masyarakat Wonorejo dengan latar belakang kultur dan keyakinan

113 pengalaman hidup bersama Proses pematangan penganan hasil olahan lokal memiliki peran penting dalam kaum perempuan. proses pengelolaan keragaman dan menjaga perdamaian. Mereka berperan Sumber: KHOMAINI. menebar nilai-nilai keragaman, toleransi kepada masing-masing umat, relasi lintas-etnik dan antaragama menghindari materi penyiaran agama dalam kehidupan sehari-hari agar yang menyinggung, dan memperkokoh mewujud dalam bentuk kedamaian. jalinan antarumat beragama. Praktik pengelolaan keragaman dilakukan melalui adaptasi dan Meski terbilang berhasil dan transformasi kegiatan kesenian yang menjadi contoh pengelolaan keragaman tidak menjadi tradisi eksklusif salah di Tanah Papua, ketegangan dan satu kelompok etnis, tapi melibatkan konflik tidak serta merta hilang dari dan merangkul seluruh masyarakat. wilayah ini. Ketegangan dan konflik biasanya dipicu oleh kecemburuan Cairnya relasi antaretnis nampak sosial yang tersimpan dalam relasi dalam kegiatan kesenian Kuda Lumping antarwarga lantaran para pendatang dari Jawa Timur dan Bakar Batu menguasai sebagian besar sektor- dari Papua yang dirayakan dengan sektor perdagangan kebutuhan rumah melibatkan semua warga. Praktik tangga dan pertanian. Ketika persoalan lainnya seperti semangat gotong royong tersebut mencuat, para pemuka agama, dalam membangun rumah ibadah, yang pemangku adat dan aparat pemerintah melibatkan seluruh warga, terlepas dari segera meredam agar konflik tidak latar belakang dan identitas keagamaan meluas. yang dianut. Seperti konflik yang terjadi di Relasi serupa juga bisa dilihat dalam Tolikara pada 2015 silam. Sebelum acara-acara keagamaan seperti Idul insiden pembakaran masjid di Fitri dan Natal yang dirayakan secara Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, bersama-sama disusul dengan tradisi berdasarkan penelitian Kementerian saling mengunjungi dan menyampaikan Agama Republik Indonesia di lapangan, ucapan selamat. Di sini, para tokoh masyarakat setempat memiliki tradisi agama, pemangku adat dan pemerintah saling mengunjungi pada hari besar keagamaan khususnya di hari Idul Fitri dan Natal. Namun, eksklusivisme yang ditunjukkan jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) berakibat pada larangan umat Islam menyelenggarakan salat Idul Fitri di lapangan Makoramil Karubaga menggunakan pengeras suara. Pelaksanaan salat di lapangan

114 indonesia zamrud toleransi karena umat Islam di Tolikara oleh hadapi dan mencari titik temu seluruh GIDI dilarang membangun masjid, warga untuk mendiskusikan banyak hanya diperbolehkan membangun hal. Seperti membentuk Balai Kampung musala tanpa pengeras suara. Karena yang berfungsi sebagai ruang dialog umat Islam tetap melaksanakan salat, warga dan mempererat komunikasi perpecahan pun terjadi. antarwarga. Menurut pengalaman warga, cara ini berhasil mengurangi Selain persoalan eksklusivisme ketegangan yang belakangan dalam beragama, kesenjangan diketahui dilatari oleh motif-motif ekonomi antara masyarakat asli dengan politis. Dengan begitu, setiap warga pendatang juga menjadi pemicu dapat terlibat dan melihat langsung mencuatnya konflik. Berdasarkan proses tersebut, sehingga menjadi demografi wilayah, umat Islam di pembelajaran bagi mereka. Mekanisme Tolikara umumnya berasal dari penyelesaian konflik lainnya misalnya, Sulawesi Selatan, terutama dari dengan membuat perjanjian dan Kabupaten Bone. Mereka berprofesi penetapan sanksi terhadap mereka sebagai pedagang. Dari temuan yang melakukan suatu kegiatan yang penelitian, sebagian besar (sekitar 80%) menimbulkan konflik (Ahnaf dkk. 2016: pemilik kios adalah umat Islam seperti 53). penjual sembako dan kebutuhan pokok lainnya. Dengan profesi tersebut, Begitulah cara warga mengelola masyarakat pendatang mampu keragaman dengan mengedepankan menguasai sumber-sumber ekonomi nilai-nilai kebersamaan dan warga. Hal ini jika susupi motif-motif kekeluargaan sehingga harmoni dan politik akan cepat berubah menjadi kerukunan tetap berlangsung di wilayah konflik. Menengok pada pengalaman mereka dan dapat dinikmati oleh di daerah lain, mestinya aparat generasi mendatang. pemerintah bersama dengan warga masyarakat bekerja sama membangun Filsafat “Satu Tungku Tiga Batu” wilayah dan memberdayakan ekonomi warga agar tidak mudah Peristiwa konflik dan kekerasan yang tersulut masalah-masalah identitas. terjadi di Tanah Papua menjadi ironi Sebab problem kemiskinan dan tersendiri sebab masyarakat adat Papua kesenjangan ekonomi dapat menjadi memiliki mekanisme penyelesaian pemicu berbagai konflik sosial dan masalah, konflik, atau perang di antara ketidakharmonisan di masyarakat. mereka yang disebut dengan “Satu Tungku Tiga Batu”. Filsafat hidup ini Dalam relasi dan perjumpaan bermula dari Fakfak, Papua Barat, lalu sehari-hari, warga desa Wonorejo diadaptasi wilayah lain di Papua karena menemukan pola-pola sederhana dalam memiliki semangat sama. Semboyan ini menyelesaikan persoalan yang mereka menggambarkan prinsip hidup warga

115 pengalaman hidup bersama Remaja Mesjid Kampung Pasir Putih, antara tiga elemen masyarakat dalam mengiringi Pastor dalam prosesi Misa pembangunan, yaitu Adat, Agama, dan Pembukaan Temu OMK Se-TPW Fakfak 2015, Pemerintah. Sinergi artinya mengelola di Gereja St. Yosep Brongkendik. perbedaan agar tidak menimbulkan perpecahan. Sumber: Jeje Hindom. Kecerdasan para pemuka adat dan Papua dalam menjaga keseimbangan agama di Fakfak sejak tiga abad lalu dan kebersamaan hidup, antara lain telah memungkinkan harmoni dan melalui penghormatan yang tinggi kerukunan agama dan adat berlangsung terhadap pentingnya kerukunan hidup baik di Tanah Papua. Dalam kehidupan antarumat beragama yang ada di sehari-hari, mempraktikkan tenggang daerah itu, yakni Islam, Kristen, dan rasa dalam bangunan masjid yang Katolik. didirikan persis di bibir pantai Kampung Patimburak (100 kilometer Semboyan “Satu Tungku Tiga dari Kota Fakfak). Gagasan monumental Batu” diambil dari kebiasaan dari bangunan ini adalah memadukan memasak masyarakat setempat yang bentuk Masjid dan Gereja. Bangunan menggunakan tungku dengan batu dan ornamen masjid menjadi simbol sebagai penopangnya. ‘Tungku’ toleransi penuh makna sejak masjid adalah kebersamaan hidup. ‘Tiga Batu’ berdiri pada 1700-an. adalah simbol dari tiga agama besar— Kristen, Katolik dan Islam—yang hidup Dari semboyan sederhana itu, kita di sana. Masyarakat meyakini, jika berharap kerukunan yang terjalin di keseimbangan terjaga stabil, semua Fakfak dapat menyebar ke seluruh persoalan hidup dapat diatasi dengan wilayah lain di Papua dan mampu baik. Semboyan “Satu Tungku Tiga menginspirasi anak-anak bangsa untuk Batu” juga berarti sinergi harmonis menjaga kerukunan umat beragama di Tanah Air. Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu. H. Gus Dur (Abdurrahman Wahid) Sebenarnya, dirasakan agak kurang pas jika karya ini hanya membahas 1 tokoh ini tanpa tokoh-tokoh yang lain. Secara umum, sudah dibahas beberapa tokoh dalam pembahasan di bab dan sub-bab yang sudah disajikan. Juga, karya Mata Air Keteladanan (Yudi Latif 2014) memberikan rincian dan lintasan

116 indonesia zamrud toleransi yang luas mengenai manusia-manusia Abdurrahman Wahid (1940-2009) alias Gus Indonesia. Namun, agaknya, Gus Dur Dur adalah Presiden Republik Indonesia ke- terlalu penting untuk tidak dibicarakan 4, menjadi yang terdepan dalam membela secara khusus. Ada alasan sederhana, kelompok-kelompok minoritas. Gus Dur adalah tokoh kebangsaan, disebut sebagai tokoh pejuang Sumber: www.rmol.co. keragaman Indonesia (pluralis), tokoh perdamaian dunia, dan Presiden Secara terus menerus Gus Dur Republik Indonesia. memilih untuk menggaungkan keindonesiaan dengan risiko dianggap Gus Dur sudah memberikan wajah plin-plan. Sebagian karena kecerdasan, optimis Indonesia dengan kemampuan sebagian karena relasinya yang amat mengelola segala keragaman Indonesia, luas, pilihan-pilihan yang tidak populer sekaligus memberikan penghargaan namun menggaungkan keindonesiaan yang tinggi terhadap agama dan ini tetap mendapatkan dukungan yang kepercayaan. Selain itu, Gus Dur juga cukup penting. Bahkan, ketika Gerakan turut hadir di beberapa simpangan Reformasi menuntut Suharto turun penting sejarah Indonesia, yaitu awal dari jabatan Presiden, Gus Dur bersama ’70-an, ’80-an, dan transisi di masa beberapa tokoh lain menyediakan diri reformasi. untuk “pasang badan” dalam peralihan sejarah itu. Ada suatu pemahaman Gus Dur, atau Abdurrahman Wahid, di kala itu bahwa peralihan sejarah sudah menunjukkan tanda-tanda kuat ini tidak boleh menjadi peristiwa ketokohannya dengan kemampuannya kekerasan. mengolah pengetahuan yang dalam mengenai ilmu dan dunia, juga kepekaannya atas peralihan sejarah. Gus Dur membawa nilai-nilai keindonesiaan sebagai penanda dari kemanusiaan yang diperjuangkan oleh kelompok-kelompok masyarakat. Tulisan maupun tindakannya ketika memimpin Dewan Tanfidz Nahdlatul Ulama—menjadi Ketua PBNU, setelah Muktamar Situbondo 1984— membangun ruang Indonesia yang saat itu diwarnai tekanan kuat dari rezim Order Baru dan tumbuhnya aspirasi-aspirasi akar rumput (misalnya tercermin dalam Muktamar Cipasung 1994).

117 pengalaman hidup bersama Ketika Gus Dur menjadi Gus Dur bukanlah sosok yang presiden, langkah-langkahnya untuk gemar menyampaikan pemikirannya “merangkul” pihak-pihak yang agar diterapkan orang lain, tetapi pernah direpresi di masa Orde Baru berupaya mempraktikkan sendiri mendapatkan reaksi yang berbeda. dalam kehidupan sehari-hari. Tentu Namun, karena Gus Dur sendiri saja jalan yang ia tempuh tidak selalu mengalami situasi yang cukup sulit mulus. Kritik dan cemooh datang silih semasa menjadi Ketua PBNU, maka berganti, namun Gus Dur bergeming langkah ini dirasa masuk akal. tetap menyosialisasikan pemikirannya ke berbagai forum seminar dan diskusi. Lebih dari itu, kepeduliannya Inilah bentuk konsistensi Gus Dur. terhadap kelompok Tionghoa Meskipun banyak yang mengecapnya juga menjadi amat kuat dengan sebagai orang yang abaik pada penegasannya mengenai kenyataan mayoritas, tetapi membela minoritas bahwa etnis Tionghoa adalah bagian dengan gigih. dari “Rumah Indonesia”. Konon, Gus Dur bahkan menerima penganut Belakangan, banyak kalangan baru Parmalim (kepercayaan tradisional mengerti bahwa tingkah putra K.H. sebagian etnis Batak Toba). Peristiwa Wahid Hasyim itu bertujuan mengajak penerimaan Gus Dur sebagai Presiden kelompok mayoritas untuk menghargai RI pada kelompok kepercayaan ini hak-hak kelompok minoritas, sekaligus menjadi penanda penting dalam menghadirkan rasa aman bagi mereka. sejarah kebebasan beragama dan Sebab dalam demokrasi, setiap orang berkeyakinan di Indonesia. Tindakan harus berdiri setara. Semua pihak Gus Dur ini juga berdampak positif juga memiliki hak yang sama untuk pada relasi inter-etnis Batak, baik yang hidup dengan aman dan nyaman tanpa beragama “resmi” maupun penganut tekanan dan intimidasi kelompok lain. aliran kepercayaan. Jika semua itu berjalan, kerukunan dan harmoni yang menjadi cita-cita bersama Persamaan hak, penghargaan bukanlah hal sulit untuk diraih. Itulah terhadap kemajemukan, penegakkan optimisme yang terus disuarakan anak hukum yang adil tanpa memandang bangsa yang mencintai negerinya posisi dan kedudukan seseorang, serta dengan sepenuh hati seperti Gus Dur. kebebasan, merupakan isu-isu utama yang selalu ia sampaikan di berbagai forum dan kesempatan berbeda. Juga tidak harus dalam situasi formal saja, terkadang ia menyampaikan gagasan- gagasannya itu dalam bentuk ilustrasi atau lewat guyon dan gaya jenaka sekaligus, tetapi sarat makna.

118 indonesia zamrud toleransi Catatan Penutup H idup dengan ketika membangun konsensus keanekaragaman yang kebangsaan dalam sidang BPUPK Mei– luar biasa berarti Juni 1945, memahami bahwa kekayaan hidup dengan tarikan- Indonesia itu harus sanggup hidup tarikan yang juga luar dan saling mengisi. Begitu juga dengan biasa banyak dan kuat. Ada godaan para penggiat perdamaian dalam popularitas, ada juga godaan untuk konflik Aceh, Papua, Maluku, dan Poso. mengurung diri. Tingginya intensitas Mereka sadar bahwa setiap korban yang hubungan-hubungan sosial berskala jatuh atau setiap orang yang disiksa global membuat bangsa multikultural adalah sebuah pertanyaan terhadap bukan hanya menghadapi potensi kemanusiaan. Setiap perbedaan ledakan pluralisme dari dalam semata, yang dijadikan bahan konflik dan melainkan juga tekanan keragaman penundukan adalah sebuah gugatan dari luar. Terjadi tarikan global ke terhadap sikap kebangsaan. Setiap arah perdamaian yang disertai oposisi kelemahan yang dieksploitasi menjadi dan antagonisme. Di seluruh dunia, bahan cemooh dan kampanye politik ”politik identitas” (identity politics) yang adalah perendahan pada kekuatan jiwa mengukuhkan perbedaan identitas merdeka Indonesia. kolektif berbasis etnis, bahasa, dan agama mengalami gelombang pasang. Baiklah kita merujuk pada pesan Tidak ada satu pun tokoh Indonesia moral risalah Nurcholish Madjid yang tidak paham mengenai tantangan (Cak Nur), salah satu di antara sekian di atas. Sukarno, Sang Proklamator, pejuang kemanusiaan Indonesia yang memandang perbedaan sebagai

119 catatan penutup rahmat, sejauh didasarkan pada berhadapan dengan apa yang komitmen etis kebangsaan dalam dikatakan Bung Hatta sebagai kerangka demokrasi konstitusional. jiwa-jiwa kerdil sebagian Dalam Indonesia Kita, Cak Nur pemimpin kita (Madjid 2004: mengungkapkan bahwa perbedaan 115–116). yang tidak terolah, atau malah mewujud menjadi pertarungan zero- Soal Indonesia adalah soal sum-game dapat dimengerti sebagai mencintai. Mencintai berarti “kekerdilan” dari kepemimpinan di berkembang bersama. Hal ini secara dalam masyarakat. jelas dinyatakan dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Para tokoh pendiri negara telah 1945. Tidak tanpa alasan jika dalam merintis usaha penggalian alinea itu dinyatakan, “… melindungi ide-ide terbaik untuk negara segenap bangsa Indonesia dan seluruh dan bangsa Indonesia. Tetapi, tumpah darah Indonesia….” sebagaimana dikemukakan di atas, ide-ide itu belum Melindungi dapat diumpamakan semuanya terlaksana dengan seperti merawat dan mendidik anak. baik. Bagian-bagian yang telah Sepanjang pertumbuhan anak tersebut, terlaksana, khususnya wujud perlindungan mutlak diperlukan. negara Republik Indonesia Seturut pertumbuhan umur, cara itu sendiri, merupakan modal melindunginya juga berkembang. utama bagi kita, sebagai peninggalan baik para patriot Dalam tahap berikutnya, nasionalis pendiri negara itu. kita mendapati “…memajukan Tetapi, bagian-bagian yang kesejahteraan umum…” yang menjadi belum terlaksana, seperti upaya luas untuk membangun pembangunan nasional demi kehidupan bangsa yang adil dan maslahat umum dengan sejahtera. keadilan dan kejujuran, merupakan sumber berbagai Berikutnya, “…mencerdaskan krisis yang melanda kita kehidupan bangsa…” menjadi upaya sekarang ini. Disebabkan oleh mencintai yang penting, karena faktor kemudaan yang juga kehidupan terus berkembang, berarti kekurangmatangan dan generasi akan berganti. Amat kita semua sebagai bangsa menarik bahwa para pendiri bangsa baru, ide-ide terbaik para tidak memilih “pintar”, “pandai”, pendiri negara itu, dalam “cerdik”, “cendekia”, tetapi memilih pelaksanannya sering kata “cerdas”. Cerdas mengandaikan kemampuan kategoris manusia, yaitu menangkap pengetahuan dan mengolahnya, apa pun dan dari mana

120 indonesia zamrud toleransi pun asalnya. Cerdas juga mengandaikan karakteristik lingkungan alamnya, interaksi timbal balik. Jika “pandai” sebagai negeri lautan yang ditaburi amat bertumpu pada ukuran numerik, pulau-pulau, karakter keindonesiaan ada dalam kerangka pengajaran, juga merefleksikan sifat lautan. dan bersifat individu, maka “cerdas” Sifat lautan adalah menyerap dan selalu bersifat kebersamaan. Anak membersihkan; menyerap tanpa yang “pandai” sudah jelas mempunyai mengotori lingkungannya. Sifat lautan keunggulan kognitif individual, tetapi juga dalam keluasannya mampu secara kebersamaan atau sosial, ia menampung segala keragaman jenis dapat menjadi orang yang eksklusif atau dan ukuran. tidak tahu banyak. Inilah yang menjadi dasar utama mengapa pendiri bangsa Karakter keindonesiaan juga mendirikan pondasi “cerdas” dalam merefleksikan sifat tanahnya yang keindonesiaan. subur, terutama akibat debu muntahan deretan pegunungan vulkanik. Tanah Karena bangsa Indonesia hidup yang subur, memudahkan segala hal dengan bangsa lain, dan juga terikat yang ditanam, sejauh sesuai dengan kewajiban sebagai manusia untuk selalu sifat tanahnya, untuk tumbuh. Seturut memperhatikan situasi kemanusiaan, dengan itu, karakter keindonesiaan fondasi solidaritas dinyatakan dengan adalah kesanggupannya untuk kalimat “… ikut melaksanakan menerima dan menumbuhkan. Di sini, ketertiban dunia yang berdasarkan apa pun budaya dan ideologi yang kemerdekaan, perdamaian abadi dan masuk, sejauh dapat dicerna oleh keadilan sosial…” Hal ini mencerminkan sistem sosial dan tata nilai setempat, pengalaman pendiri bangsa bahwa dapat berkembang. perjuangan kemerdekaan Indonesia juga disertai solidaritas bangsa lain. Dengan karakter seperti ini, Bangsa-bangsa seperti India, Mesir, mencintai Indonesia adalah masalah Australia, Syria, Ukraina, dan juga yang yang amat besar, luas, dan bersifat lain, mempunyai peran penting dalam antargenerasi. Tongkat estafet upaya mengangkat upaya kermerdekaan mencintai ini dilakukan secara baik dari di tingkat internasional. Sebaliknya, pendiri terus sampai generasi ratusan Indonesia berperan penting berjuang tahun ke depan. Mohammad Hatta, untuk emansipasi bangsa-bangsa pendiri bangsa dan wakil presiden seperti Aljazair, Tunisia, Sri Lanka Indonesia pertama, terkenal dengan yang terjadi dan mengemuka ketika ujarannya bahwa mencintai Indonesia Konferensi Asia Afrika 1955. perlu cinta yang amat besar dan luas, karena Indonesia juga amat bhineka, Karakter keindonesiaan (Nusantara) besar, dan luas. itu pertama-tama tercetak karena pengaruh ekosistemnya. Sesuai dengan

121 catatan penutup Tradisi-tradisi yang hingga kini masih berlangsung di tengah kehidupan berkomunitas merupakan cara masyarakat Nusantara untuk membangun harmoni, persaudaraan, kerja sama, dan nilai positif lainnya.

122 indonesia zamrud toleransi daftar pustaka Ahnaf, M. Iqbal, dkk. ed. 2016. Papua Mengelola dan Pengembangan Arkeologi Keragaman: Pengalaman Warga Nasional, dan Yayasan Pustaka Obor Kampung Wonorejo, Kabupaten Indonesia. Keerom, Papua. Yogyakarta: Center for Religious and Cross-Cultural Davidson, Jamie S., David Henley, dan Sandra Studies. Moniaga. 2010. Adat dalam Politik Indonesia. Jakarta: KITLV-Jakarta dan Ali Ahmad, Haidlor ed. 2013. Survei Nasional Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang E.S. Agustanty dkk. 2007. “Bersatu Kita dan Diklat Puslitbang Kehidupan Teguh di Tana Poso” dalam Alpha Keagamaan Kementerian Agama Amirrachman. 2007. Revitalisasi Republik Indonesia. Kearifan Lokal. Jakarta : International Center for Islam and Plularism (ICIP). Bertrand, Jacques. 2012. Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia. Fauzi, Arifatul Choiri. 2007. Kabar-kabar Yogyakarta: Ombak. Kekerasan dari Bali, Yogyakarta: LKiS. Bräuchler, Birgit ed. 2009. Reconciling Gilbert, Jeremy 2013. Common Ground: Indonesia: Grassroots Agency for Democracy and Collectivity in an Age Peace. London dan New York: of Individualism. London: Pluto Press. Routledge. Hefner, Robert W. 2001. The Politics of Bräuchler, Birgit. 2015. The Cultural Dimension Multiculturalism Pluralism and of Peace: Decentralization and Citizenship in Malaysia, Singapore, Reconciliation in Indonesia. New York: and Indonesia. Honolulu: University Palgrave Macmillan. oh Hawai’i Press. Budiman, Hikmat ed. 2012. Kota- Hitchcock, Michael dan I Nyoman Darma kota di Sumatra: Enam Kisah Putra. 2007. Tourism, Development Kewarganegaraan dan Demokrasi. and Terrorism in Bali. Hampshire: Jakarta: The Interseksi Foundation. Ashgate Publishing. Chambert-Loir, Henri dan Hasan Muarif Hornbacher, Annette. 2009. “Global conflict in Ambary. 2011. Panggung Sejarah: cosmocentric perspective: A Balinese Persembahan Kepada Prof. Dr. Denys approach to reconciliation,” dalam Lombard. Jakarta: Ecole française Birgit Bräuchler ed. 2009. Reconciling d’Extrême-Orient, Pusat Penelitian

123 daftar pustaka Indonesia: Grassroots Agency for Membangun Kembali Indonesia. Peace, New York: Routledge. Nata, Abuddin dkk. 2016. Permata dari Surga: Howe, Leo. 2005. The Changing World of Bali: Potret Kehidupan Beragama di Religion, Society and Tourism. London Indonesia. Jakarta: Kementerian dan New York: Routledge. Republik Indonesia bekerja sama dengan UIN Syarif Hidayatullah Klinken, Gerry van. 2007. Communal Violence Jakarta. and Democratization in Indonesia: Small town wars. London dan New Robinson, Geoffrey. 2005. Sisi Gelap Pulau York: Routledge. Dewata: Sejarah Kekerasan Politik, Yogyakarta: LKiS. Koentjaraningrat. 1964. Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Rosdiawan, Ridwan, dkk. 2007. “Merajut Universitas Indonesia. Perdamaian di Kalimantan Barat” dalam Revitalisasi Kearifan Lokal, Koentjaraningrat. 1987. Pengantar Ilmu Alpha Amirrachman, International Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Center for Islam and Plularism (ICIP): Jakarta. Lombard, Denys. 1996a. Nusa Jawa: Silang Budaya: 1. Batas-batas Pembaratan. Pendit, Nyoman S. 2001. Nyepi: Kebangkitan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Toleransi dan Kerukunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lombard, Denys. 1996b. Nusa Jawa: Silang Budaya: 2. Jaringan Asia. Jakarta: Pringle, Robert. 2004. A Short History of Bali: Gramedia Pustaka Utama. Indonesia’s Hindu Realm. Crows Nest: Allen & Unwin. Lombard, Denys. 1996c. Nusa Jawa: Silang Budaya: 3. Warisan Kerajaan-kerajaan Ricklefs, M.C. 2001. A History of Modern Konsentris. Jakarta: Gramedia Indonesia since c.1200: Third Edition. Pustaka Utama. Hampshire: Palgrave. Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna: Historisitas, Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. 1200–2004. Jakarta: Penerbit Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Serambi. Utama. Sen, Amartya. 2005. The Argumentative Indian: Latif, Yudi. 2014. Mata Air Keteladanan: Writings on Indian Culture, History, Pancasila dalam Perbuatan. and Identity. London: Penguin Books Bandung: Mizan. Setia, Putu. 2014. Bali Menggugat. Jakarta: Latif, Yudi. 2015. Revolusi Pancasila. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Mizan. Simbolon, Parakitri T. 1995. Menjadi Indonesia: Madjid, Nurcholish. 2004. Indonesia Kita. Buku I. Jakarta: Kompas-Grasindo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Universitas Soedjatmoko. 1994. Menjelejah Cakrawala: Paramadina dan Perkumpulan Kumpulan Karya Visioner. Jakarta:

124 indonesia zamrud toleransi Gramedia Pustaka Utama. Sedana Artha, http://ejournal. undiksha.ac.id/index.php/JISH/ Soethama, Gde Aryantha. 2011. Jangan Mati article/view/2178/1894 di Bali: Tingkah Polah Negeri Turis, Jakarta: Penerbit Buku Kompas. “Apakah Agama Hindu Bali Modern Lahir dari Tantangan Pancasila dan Suparlan, Parsudi. 2005. Sukubangsa dan Islam?” oleh Nyoman Wijaya, http:// download.portalgaruda.org/ Hubungan antar-Sukubangsa. article.php?article=366850&val=5 809&title=Apakah%20Agama%20 Jakarta: Penerbit YPKIK Press Hindu%20Bali%20Modern%20 Lahir%20dari%20Tantangan%20 (Yayasan Pengembangan Kajian Pancasila%20dan%20Islam Ilmu Kepolisian). “Bangsawan Pikiran,” oleh Rosihan Anwar , http://koloms.blogspot. Susan, Novri. 2012. Negara Gagal Mengelola co.id/2007/09/bangsawan-pikiran. Konflik: Demokrasi dan Tata Kelola html Konflik di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. “Begini Lian Gogali Meredam Konflik Agama di Poso,” https://m.tempo.co/read/ Toer, Pramoedya Ananta. 1995. Arus Balik. news/2013/08/20/058505862/ Jakarta: Hasta Mitra. begini-lian-gogali-meredam- konflik-agama-di-poso Toisuta, Hasbollah, dkk. 2007. “Damai… Damai di Maluku!” dalam Alpha “Bhinneka Tunggal Ika: Keanekaragaman Amirrachman. 2007. Revitalisasi Sukubangsa atau Kebudayaan?” Kearifan Lokal. Jakarta : International oleh Parsudi Suparlan dalam https:// Center for Islam and Plularism (ICIP). etnobudaya.net/2014/09/11/ bhinneka-tunggal-ika- Tomagola, Tamrin Amal. 2007. “Anatomi keanekaragaman-sukubangsa-atau- Konflik Komunal di Indonesia: Kasus kebudayaan/ Maluku, Poso dan Kalimantan 1998– 2002,” dalam Alpha Amirrachman. “Dewi Dja, Duta Kebudayaan Indonesia,” 2007. Revitalisasi Kearifan Lokal. http://1001indonesia.net/dewi-dja/ Jakarta : International Center for Islam and Plularism (ICIP). “Gedong Bagoes Oka, Tokoh Perdamaian dan Kerukunan Antaragama,” Vlekke, Bernard H.M. 2016. Nusantara. Jakarta: http://1001indonesia.net/ibu- Kepustakaan Populer Gramedia. gedong-bagoes-oka/ Walzer, Michael 1997. On Toleration. London: “Gus Dur: Pembela Kaum Minoritas dan Yale University Press Kelompok yang Terpinggirkan,” http://1001indonesia.net/gus-dur/ Artikel online “Analisis Faktor Integratif Nyama Bali-Nyama Selam, Untuk Menyusun Baku Panduan Kerukunan Masyarakat di Era Otonomi Daerah,” oleh I Made Pageh, Wayan Sugiartha, dan Ketut

125 daftar pustaka “Hubungan Pela & Gandong Antara TIHULALE wahid%20institute.pdf – KAILOLO,” http://www.tihulale. com/2015/06/Hubungan-Pela- “Lian Gogali, Perempuan Agen Perdamaian Gandong-Antara-TIHULALE-KAILOLO. Poso,” http://sorot.news.viva.co.id/ html news/read/615289-lian-gogali- perempuan-agen-perdamaian-poso “Interaksi Sosial Antarumat Beragama di Perumahan Bumi Dalung Permai “Medan sebagai Kota Pembauran Sosio Desa Dalung, Kuta Utara, Badung,” oleh Aliffiati, http://ojs.unud. Kultur di Sumatera Utara pada ac.id/index.php/kajianbali/article/ view/15715/10492 Masa Kolonial Belanda,” oleh “Interaksi Sosial Masyarakat Etnik Cina Suprayitno, http://repository. dengan Pribumi di Kota Medan Sumatera Utara,” oleh Erika usu.ac.id/xmlui/bitstream/ Revida, http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/15293/1/har- handle/123456789/15303/ sep2006-%20(4).pdf his-agu2005-%20%281%29. “Intoleransi di kota Toleran Yogyakarta,” http:// crcs.ugm.ac.id/id/berita/8264/ pdf?sequence=1 intoleransi-di-kota-toleran- yogyakarta.html “Social Entrepreneur Terbaik 2011 Sofyan Tan: Melawan Diskriminasi dengan “Keterangan Pers : Peristiwa Penyerangan Pembauran,” http://poty.sindonews. dan Pembakaran Rumah Ibadah com/dokumen/poty-2011-Sofyan- di Kota Tanjung Balai Provinsi Tan.pdf Sumatera Utara,” oleh Komnas HAM https://www.komnasham.go.id/ “Soedjatmoko: Tokoh Intelektual Terkemuka files/20160811-keterangan-pers- peristiwa-penyerangan-$N8M.pdf yang Dimiliki Indonesia,” “Kuli Cina di Perkebunan Tembakau Sumatera http://1001indonesia.net/ Timur Abad 18,” oleh Guntur Arie Wibowo, http://journal.um.ac.id/ soedjatmoko/ index.php/sejarah-dan-budaya/ article/view/4786/2192 “Mendalami Filosofi ‘Satu Tungku Tiga Batu’ Sebagai Warisan Kearifan Lokal,” “Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama/ http://www.fak-fak.com/2014/11/ Berkeyakinan dan Intoleransi 2014,” mendalami-filosofi-satu-tungku- oleh The Wahid Institute, http:// tiga.html wahidinstitute.org/wi-id/images/ upload/dokumen/laporan%20 “Model Pendidikan Multikultural di ‘Sekolah kbb%202014%20-%20the%20 Pembauran’ Medan,” oleh Saliman, Taat Wulandari, dan Mukminan, http://journal.uny.ac.id/index.php/ cp/article/view/2383/pdf “Pengertian Pela dan Gandong Sebagai Budaya Maluku,” http://pelagandong. blogspot.co.id/2013/05/pengertian- pela-dan-gandong-sebagai.html “Pesantren Desa Pegayaman, Meleburnya Jagat Bali dalam Kearifan Islam,” oleh

126 indonesia zamrud toleransi Moh. Mashur Abadi, http://ejournal. pelopor-perdamaian stainpamekasan.ac.id/index.php/ karsa/article/view/59/57 “Suster Brigitta Renyaan, Berjuang untuk Kemanusiaan,” http://news. “Prasangka terhadap Etnis Tionghoa di Kota liputan6.com/read/114775/suster- Medan: Peran Identitas Nasional dan Persepsi Ancaman,”oleh Omar Khalifa brigitta-renyaan-berjuang-untuk- Burhan dan Jefri Sani, dalam http:// download.portalgaruda.org/article. kemanusiaan php?article=152464&val=4107&titl e=PRASANGKA%20TERHADAP%20 “Toleransi Beragama dalam Praktik : Studi ETNIS%20TIONGHOA%20DI%20 Kasus Hubungan Mayoritas dan KOTA%20MEDAN:%20PERAN%20 Minoritas Agama di Kabupaten I D E N T I TA S % 2 0 N A S I O N A L % 2 0 Buleleng,” oleh Cahyo Pamungkas, DAN%20PERSEPSI%20ANCAMAN https://www.researchgate. net/publication/304213284_ “Proses Interaksi Salam-Sarane Pascakonflik TOLERANSI_BERAGAMA_DALAM_ di Maluku,” oleh Hadi Basalamah, PRAKTIK_SOSIAL_Studi_Kasus_ dipublikasi pada 9 April 2014 Hubungan_Mayoritas_dan_ oleh Jurnal Tahkim dalam https:// Minoritas_Agama_di_Kabupaten_ tahkimjurnalsyariah.wordpress.com/ Buleleng category/vol-iv-nomor-1/8-hadi- basalamah/ “Unsur Pembangunan Karakter Bangsa dalam Kearifan Lokal Bali,” oleh “Realitas Pembauran Etnis Cina Di Suci Budiwaty, http://repository. Kota Medan,” oleh Rina gunadarma.ac.id/490/1/Unsur%20 Manurung dan Lina Sudarwati, Pembangunan%20Karakter%20 http://repository.usu.ac.id/ Bangsa%20Dalam%20Kearifan%20 bitstream/123456789/15444/1/kph- Lokal%20Bali_UG.pdf jun2005-%20%284%29.pdf “Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, “Relasi Dayak – Madura di Retok,” http:// Kiprah Sekolah Pembauran di kristianusatok.blogspot. Medan,” http://1001indonesia.net/ co.id/2008/05/relasi-dayak-madura- yayasan-perguruan-sultan-iskandar- di-retok.html muda/ “Resolusi Konflik Berbasis Kearifan Lokal,” http://www.lontarmadura.com/ resolusi-konflik-berbasis-kearifan- lokal/#ixzz4GGC2ujQ6 “Suster Brigitta: Perempuan adalah Pelopor Perdamaian,” http://www. jurnalperempuan.org/tokoh/ suster-brigitta-perempuan-adalah-


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook