39 akar toleransi indonesia dalam membangun keindonesiaan Dalam hal ini, “diskusi” adalah buah setidaknya dibahas dalam 2 karya pencermatan dan pikiran. Di Indonesia, penting. Inteligensia Muslim dan Mohammad Hatta selalu menekankan Kuasa: Genealogi Inteligensia Muslim proses yang menjadi ciri penting Indonesia Abad ke-20 karya Yudi inteligensia ini. Salah satu contoh yang Latif (2003) memberikan gambaran bisa dirujuk tentang betapa Hatta pembentukan lapisan intelegensia di menempatkan intelegensia di posisi Indonesia. Meskipun karya ini secara sangat penting dalam hidupnya adalah khusus dimaksudkan untuk membahas ketika dia memberikan buku Alam intelegensia muslim, tetapi dibahas pula Pikiran Yunani yang ditulisnya kepada persoalan intelegensia Indonesia secara istrinya Rachmi sebagai mas kawin. umum beserta kelahiran dan liku-liku berbagai jenis gerakannya. Gambaran ini merupakan wujud penting dari Keindonesiaan, bahwa Berikutnya adalah karya penting yang menjadi seseorang atau suatu Menjadi Indonesia tulisan Parakitri T. peristiwa di dalam “Indonesia” Simbolon (1995). Di sini dibahas secara adalah wujud “bangsawan pikiran”. pendek mengenai beberapa aspek Penyebutan ini untuk membedakannya penting dari peran intelegensia ini dengan “bangsawan usul”, suatu dalam membentuk Indonesia. pencirian kebangsaan yang didasarkan pada akar primordial. Dalam Secara umum, peranan intelegensia Inteligensia Muslim dan Kuasa (Yudi di Indonesia tidaklah unik karena Latif 2003), hal ini juga dibahas merupakan gejala umum yang terdapat secara mencolok. Penggambarannya dalam gerakan-gerakan kebangsaan sendiri juga didukung oleh generasi dan peradaban di dunia sepanjang abad kontemporer, semisal Rosihan Anwar, XVIII–XIX. Dunia melihat peran yang sebagai berikut: amat kuat dari gerakan parlementer di Eropa yang digalang oleh kalangan Dokter Abdul Rivai intelegensia dan akar rumput. yang juga wartawan pada awal abad ke-20 Mohammad Hatta, salah satu pendiri memperkenalkan istilah bangsa, mengenyam pendidikan “bangsawan pikiran”. di Belanda dan melihat peran yang Istilah ini dibedakannya konstruktif dari parlemen. Dalam dengan “bangsawan usul”. parlemen bukan hanya terjadi proses Pada edisi perdana (1902) pengawasan dan perimbangan (checks majalah Bintang Hindia, and balances) pada kekuasaan eksekutif, Abdul Rivai menulis, tetapi juga terjadi proses berdiskusi (parler) atau diskursus (discourse) menyangkut gagasan kebangsaan dan perbaikan taraf hidup masyarakat.
40 indonesia zamrud toleransi “Tak ada gunanya lagi merupakan takdir. Jika membicarakan “bangsawan nenek moyang kita usul”, sebab kehadirannya keturunan bangsawan, maka kita pun disebut bangsawan, meskipun pengetahuan dan capaian kita bagaikan katak dalam tempurung. Saat ini, pengetahuan dan pencapaianlah yang menentukan kehormatan seseorang. Situasi inilah yang melahirkan “bangsawan pikiran”…. Para “bangsawan pikiran” telah mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan, memimpin perjuangan menegakkan proklamasi kemerdekaan memperoleh pengakuan internasional atas keberadaan RI dan selanjutnya selalu ada di tengah perkembangan negeri ini (Rosihan Anwar 2007). Dr. Abdul Rivai (1876-1932), seorang dokter Pada saat yang sama inteligensia sekaligus wartawan yang memperkenalkan di negara dunia ketiga dibentuk oleh istilah “bangsawan pikiran” yang membedakan dilema mereka. Di sini, pikiran-pikiran dengan “bangsawan usul”. Soedjatmoko dalam membangun Sumber: Parakitri T. Simbolon, Menjadi gambaran mengenai interelasi di atas Indonesia Buku I: Akar-akar Kebangsaan perlu dikutip. Kutipan ini menyorot Indonesia (Jakarta: Kompas, 1995), h. u.
41 akar toleransi indonesia konteks Indonesia pasca-merdeka, di Sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha- mana klaim “bangsa yang baru lahir” usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) harus dikonfrontasi dengan persoalan- pada 1945 dihadiri beragam kelompok dan persoalan kekuasaan, pranata, sosial- golongan untuk merumuskan dasar negara ekonomi, dan keterbatasan sebuah Republik Indonesia. kekuasaan pemerintah. Sumber: Istimewa. … Satu hal yang berubah dalam konteks pengalaman pasca- dapat diterapkan pada semua kemerdekaan adalah kesadaran persoalan dan semua pekerjaan… kaum cendekia akan kekuasaan, (Soedjatmoko 1994: 5). pengaruh, batas-batasnya, serta Sekarang, peran untuk memahami sifat-sifatnya. Kini di antara kaum dan menjawab dilema masyarakat cendekia terdapat kesadaran yang ini dilakukan secara lebih luas oleh lebih besar terhadap kebutuhan bentuk-bentuk inteligensia yang ada. akan pemerintah pusat yang Memahami adanya dilema ini tidak kuat, yang mampu mengejar berarti para inteligensia hanya diam tujuan pembinaan-bangsa (nation- dan meratapi situasi, melainkan secara building) dan pembangunan aktif membangun simpul-simpul di ekonomi, di hadapan rintangan- tingkat lokal maupun nasional sehingga rintangan besar yang ditimbulkan komunikasi dan tindakan sosial-politik oleh tradisi, kebodohan, dan yang perlu bisa terlaksana. keterbelakangan. Terdapat juga kesadaran yang lebih besar akan D. Pancasila dan kebutuhan untuk membangun Keindonesiaan dan menumbuhkembangkan kekuatan-kekuatan tandingan di “Kita hendak mendirikan suatu dalam masyarakat untuk membatasi negara ‘semua buat semua.’ Bukan penyalahgunaan kekuasaan dan buat satu orang, bukan buat satu menjamin inisiatif, organisasi golongan, baik golongan bangsawan maupun partisipasi rakyat secara maupun golongan yang kaya, sukarela. Kaum cendekia di negara tetapi semua buat semua.” Sukarno berkembang menempatkan dirinya pada kedua sisi pandang di atas…. Kesulitan untuk menggerakkan pembangunan ekonomi, khususnya di negara berkembang, telah membuat kaum cendekia sadar bahwa kekuasaan bukan merupakan komoditas yang netral yang
42 indonesia zamrud toleransi tentu tidak menggantang asap saat Indonesia. menyampaikan hal tersebut di hadapan Peristiwa Proklamasi 17 Agustus Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 1945 tidaklah berarti bahwa mimpi pada 1 Juni 1945. Sebagai bagian dari untuk mencapai kemerdekaan upaya untuk menemukan dasar negara, Indonesia telah sepenuhnya tercapai; Sukarno bersama para pendiri negara mimpi kemerdekaan masih terus lainnya menyampaikan visi mereka diperjuangkan dalam kehidupan tentang Indonesia Merdeka. bernegara hingga kini. Bergulat dengan berbagai tantangan, Indonesia Indonesia sebagai suatu negara mesti meniti perjuangan yang tidak untuk semua golongan bukanlah mudah untuk semakin mendekat pada suatu visi tanpa landasan. Bahkan perwujudan mimpi tersebut. Dinamika sejak mimpi tentang Indonesia sebagai pergulatan ini dapat digambarkan, suatu nasion itu mulai mekar pada sebagai berikut. awal abad XX, ia telah bertolak dari kekayaan pandangan. Indonesia yang Ketuhanan Yang Maha Esa sama dibentuk pertama kali oleh para pelopor yang memiliki latar berlainan; Meskipun ide tentang negara ras dan suku, agama, juga ideologi berbasis keyakinan agama ditolak dalam politik mereka berbeda. Perbedaan perdebatan di antara para pendiri tersebut, sedemikian rupa, memberi negara, suatu kesepahaman kemudian sumbangan luar biasa pada orientasi dicapai dan melahirkan Indonesia yang mereka untuk membangun suatu berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. struktur yang melindungi keberagaman Dengan itu, Indonesia tidak dilandaskan tersebut. Gereja Hati Kudus Yesus di Ganjuran, Pancasila, yang ditetapkan sebagai Yogyakarta (selesai dibangun pada 1924) dasar negara, sesungguhnya memberi memiliki arsitektur unik bergaya Jawa. landasan kukuh bagi beroperasinya Sumber: www.klikhotel.com. suatu negara demokrasi modern yang melindung kebebasan sekaligus mengupayakan kesejahteraan warga negaranya. Pancasila adalah lima prinsip yang terdiri atas: 1] Ketuhanan Yang Maha Esa, 2] kemanusiaan yang adil dan beradab, 3] persatuan Indonesia, 4] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan 5] keadilan sosial bagi seluruh rakyat
43 akar toleransi indonesia pada keyakinan agama tertentu, sebagai salah satu pusat penyebaran melainkan menghormati dan melindungi Islam di Jawa. kebebasan warga negaranya untuk menjalankan keyakinan agama masing- Demikian pula Gereja Hati Kudus masing. Yesus di Ganjuran, Yogyakarta yang selesai dibangun pada 1924 atas Menilik sejarah Indonesia, peradaban- prakarsa keluarga Schmutzer dari peradaban besar dengan muatan Belanda. Selain altar gereja, terdapat keyakinan agama yang berlainan dua relief yang dibangun dengan telah memberi pengaruh yang tidak corak Jawa. Relief Hati Kudus Yesus kecil pada berkembangnya budaya digambarkan sebagai raja Jawa yang Nusantara. Dialiri pengaruh yang bertakhta di singgasana, sedangkan begitu kaya, Indonesia tidaklah tumbuh relief Bunda Maria digambarkan sebagai dalam suatu monokultur. Perbedaan ratu Jawa yang sedang menggendong tersebut menghadirkan suatu khazanah Yesus kecil. pandangan dan keyakinan, yang mestinya dapat semakin kaya oleh dialog Lebih dari bangunan fisik, semangat di antara mereka. dialog mestinya juga mewujud dalam kehidupan bersama antarumat Semangat dialog tersebut secara beragama. Sukarno mengandaikan fisik tampak pada bentuk bangunan- bahwa rakyat Indonesia dapat ber- bangunan tempat ibadah yang Tuhan secara berkebudayaan, menerima secara asimilasionis beragama dalam keadaban. Dalam pengaruh eksternal. Kemampuan untuk kebebasan untuk menjalankan mengadopsi pengaruh dapat disebut keyakinan masing-masing, para sebagai suatu modal bagi diterimanya pemeluk agama hendaknya saling agama-agama dan bersenyawanya menghormati dan bukan saling rumah-rumah ibadah dengan tradisi yang lebih dulu hidup dalam Delegasi Indonesia dipimpin Perdana Menteri masyarakat. Mohamad Hatta (1949) tiba di Amsterdam untuk merundingkan penyerahan kedaulatan. Kita dapat mengambil contoh Masjid Sumber: www.dw.com. Agung Demak, yang merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Selesai dibangun pada 1479, antara lain berkat prakarsa Raden Patah dan Sunan Kalijaga, masjid ini menggabungkan gaya arsitektural Jawa-Melayu. Atapnya bersusun tiga, berbentuk segitiga sama kaki, serupa karakter bangunan pura tempat pemujaan bagi umat Hindu. Masjid ini juga memiliki nilai historis
44 indonesia zamrud toleransi membenci. Dalam ketundukan untuk penderitaan rakyat, yang hendak mengagungkan Tuhan, manusia- dilawan lewat pergerakan nasional manusia beragama ini menempatkan berbasis kemanusiaan. Dari teks sesamanya sebagai yang harus diterima. “Indonesia Merdeka,” pembelaan Hatta di hadapan pengadilan Den Haag pada Para pendiri negara sendiri 1928, kita mengerti bahwa pemenuhan mempraktikkan secara langsung hak-hak dasar adalah bagian dari konsep Ketuhanan yang Berkebudayaan perjuangan politik Indonesia merdeka. tersebut dalam merumuskan sila pertama Pancasila. Sementara Seperti yang dituturkan oleh “golongan Islam” berpandangan bahwa Mahatma Gandhi, kebangsaan kita pun, negara tidak mungkin dipisahkan sudah semestinya, adalah kemanusiaan. dari agama, “golongan nasionalis” Pada situasi setara, setiap manusia melihat bahwa pendasaran kehidupan adalah makhluk yang padanya lekat bernegara pada syarat Islam dapat hak berikut kebebasan yang harus berdampak pada persatuan nasional. dihormati dan dilindungi. Bukan Suatu kompromi tercipta manakala saja manusia yang satu berkewajiban mereka bersama-sama memahami menghargai manusia lainnya dan bahwa negara nasional yang bersatu memperlakukan yang lain secara adil; tidaklah harus areligious. Kesepahaman melainkan bahwa negara dilimpahi yang tercapai lewat rumusan sila tugas untuk memberi perlindungan pertama Pancasila “Ketuhanan Yang terhadap segenap hak asasi manusia. Maha Esa” menunjukkan suatu jalan tengah antara konsep penyatuan dan Kendati demikian, pelanggaran konsep pemisahan antara negara hak asasi manusia kerap dilakukan dan agama. Orang Indonesia dapat oleh kekuasaan negara atas nama beragama sekaligus bernegara secara pembaruan atau pemeliharaan tatanan. beradab. Pada masa 1950-an, pemenjaraan lawan politik, penutupan surat kabar, dan Kemanusiaan yang Adil pelarangan organisasi politik dilakukan dan Beradab untuk meredam oposisi. Lebih daripada itu, pendekatan militer dalam Berabad-abad terbelenggu memberangus pemberontakan masa imperialisme, Indonesia menyadari itu juga banyak diwarnai pelanggaran bahwa prinsip kemanusiaan mestilah hak asasi manusia. Bahkan, pergantian melandasi bagaimana negara kekuasaan dari Sukarno ke tangan dijalankan. Dari teks “Indonesia Soeharto diikuti oleh pergolakan paling Menggugat”, pembelaan Sukarno di berdarah dalam sejarah Indonesia sejak hadapan pengadilan kolonial Bandung 1945. 1930, kita paham bahwa penjajahan dan penundukan telah menghasilkan Selama masa Soeharto, represi berlangsung secara sistematis, dengan
45 akar toleransi indonesia skala lebih brutal dibandingkan ekonomi dapat beriringan. Selanjutnya, sebelumnya. Tidak hanya membatasi keadaban publik akan terus-menerus aktivitas politik, rezim pembangunan diuji lewat gesekan kepentingan di antara ini juga melarang ekspresi budaya dan kelompok-kelompok yang berlainan keyakinan yang dipandang berlawanan dalam masyarakat. Suntikan gagasan dengan pandangan dominan. Jalan Bhinneka Tunggal Ika dalam demokrasi menuju jatuhnya kekuasaan Soeharto Indonesia berpeluang membuat sistem dibuka oleh kerusuhan-kerusuhan, sosial kita mampu menghadirkan yang sebagian di antaranya berlanjut stabilitas tanpa harus mengorbankan menjadi konflik berskala luas, yang kemajemukan. terutama berakar dari buruknya kondisi demokrasi sosial. Setelah Persatuan Indonesia sejumlah penculikan dan penembakan mahasiswa, kerusuhan melanda Jakarta Sejak pergerakan nasional pada Mei 1998 yang kemudian disusul mulai bersemi pada awal abad XX, pernyataan berhenti Soeharto sebagai isu persatuan Indonesia menjadi Presiden Indonesia. perhatian khalayak. Bukan perkara mudah untuk menyatukan wilayah Keadaban sosial kembali jatuh yang begitu luas dengan masyarakat pada titik nadir selama masa transisi yang begitu beragam, berikut afiliasi pasca-Soeharto manakala kerusuhan primordial mereka yang begitu dan konflik masih berlanjut di kuat. Faktanya, wilayah ini mulai sejumlah tempat, seperti di Maluku menyatu secara administratif di bawah dan Kalimantan. Di tengah lemahnya kendali pemerintah kolonial Belanda kemampuan negara untuk menegakkan setelah perlawanan bersenjata dalam tertib sosial, ledakan partisipasi Perang Aceh berakhir pada 1904. sosial kerap bermuara pada konflik Dibangun di atas wilayah bekas Hindia antarkelompok. Di tengah buruknya Belanda, Indonesia dipersatukan kondisi ekonomi pasca-krisis, antara lain lewat perasaan senasib ketimpangan sosial menjadi bara yang sepenanggungan sebagai jajahan menyalakan kebencian terhadap yang Belanda. dipandang berbeda. Zaman baru penjajahan pada Kini, negara dihadapkan permulaan abad XX ditandai oleh pada tantangan untuk menjaga Politik Etis, yang mewujud dalam keberlangsungan tatanan sosial, tanpa kebijakan perbaikan di bidang edukasi, menggerus kebebasan asasi. Selain irigasi, dan migrasi. Inilah kebijakan pemenuhan hak-hak sipil, negara juga yang muncul sebagai reaksi terhadap mesti memberi prioritas pada upaya pandangan van Deventer tentang perwujudan keadilan sosial sehingga “utang kehormatan” Belanda kepada demokrasi politik dan demokrasi Hindia Belanda, yang harus dibayar
46 indonesia zamrud toleransi Sumatranen Bond, dan Jong Islamieten Bond berupaya menemukan suatu platform bagi gerakan bersama. Lewat Sumpah Pemuda, mereka mendeklarasikan: Parade rakyat menyambut HUT Kami poetra dan poetri Indonesia/ Kemerdekaan Republik Indonesia di kawasan mengakoe bertoempah darah jang alun-alun Kota Yogyakarta. satoe, tanah air Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia/ Sumber: KHOMAINI. mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. dengan memprioritaskan kepentingan Kami poetra dan poetri Indonesia/ rakyat jajahan dalam kebijakan menjoenjoeng bahasa persatoean, pemerintah kolonial. Meskipun bahasa Indonesia. demikian, “dalam kebijakan Politik Etis terdapat lebih banyak janji daripada Suntikan gagasan nasionalisme dan pelaksanaan, dan fakta-fakta penting imajinasi bersama tentang Indonesia tentang eksploitasi dan penaklukan merdeka membuhulkan solidaritas sesungguhnya tidak berubah” (Ricklefs di antara kelompok-kelompok yang 2005: 319). memiliki pertalian erat dengan suku maupun agama mereka. Dengan Akses lebih luas di bidang itu, kebangsaan Indonesia bukanlah pendidikan, kemudian, bukan hanya suatu kebangsaan yang menelan menghasilkan tenaga-tenaga terampil habis identitas-identitas yang lebih yang mengisi kebutuhan birokrasi primordial. Kebangsaan Indonesia publik dan perusahaan di Hindia adalah suatu bhinneka tunggal ika Belanda. Proses yang sama telah yang menghargai dan melindungi melahirkan suatu kesadaran baru keberagaman, namun tetap terikat tentang kesetaraan dan identitas dalam solidaritas sebagai suatu nasion. kebangsaan. Kebangkitan nasional tersebut menggerakkan perlawanan Solidaritas inilah yang tercabik terhadap penjajahan sekaligus selama pemberontakan pada kurun membangunkan identitas nasional, 1950-an, terutama disebabkan oleh melampaui identitas-identitas sentralisasi kekuasaan. Pembangunan primordial. kebangsaan mengalami kemunduran di akhir kekuasaan Sukarno, dan tidak Saat Kongres Pemuda II pada lebih baik di era Soeharto. Pendekatan 1928, berbagai organisasi pemuda, keamanan nan militeristik tidak seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong pernah menjadi jawaban atas masalah
47 akar toleransi indonesia Musyawarah merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan yang telah hidup dalam masyarakat Nusantara sejak berabad silam. Sumber: www.masoedabidin.wordpress.com. ketidakadilan, yang merupakan ternyata diikuti oleh sempitnya wawasan akar disintegrasi. Demikian pula kebangsaan. Akibatnya, berbagai penjuru pemberangusan keberagaman tak negeri ini terbenam dalam kebencian, pernah menjadi solusi atas perbedaan yang berakhir hanya setelah terusirnya pandangan. Lebih buruk, stabilitas mereka yang dipandang berbeda. semu yang dihasilkan oleh represi membuka selubung konflik dalam Upaya tak kenal lelah untuk skala luas begitu negara kehilangan menghadirkan resolusi konflik cengkeraman represifnya. serta optimisme pada masa depan kebebasan yang kemudian berhasil Akhir masa kekuasaan Soeharto menyelamatkan Indonesia dari hingga beberapa tahun setelahnya perpecahan yang lebih parah. Rajutan menjadi salah satu episode terburuk persaudaraan yang sempat renggang dalam sejarah negeri ini. Kontestasi perlahan pulih dan menerbitkan kepentingan berbalut primordialisme harapan bahwa persatuan Indonesia sempit sempat menggangsir solidaritas dapat terus terjaga. yang telah diupayakan sejak lebih seabad sebelumnya. Di tengah kuatnya gejala Kerakyatan yang Dipimpin oleh ketidakadilan, mekarnya kebebasan Hikmat Kebijaksanaan dalam
48 indonesia zamrud toleransi Warga Sindangbarang berembuk agar acara menyangkut problem-problem Seren Taun berlangsung lancar. bersama. Sumber: KHOMAINI. Dalam musyawarah semacam itu, gotong royong telah mendorong Permusyawaratan/Perwakilan keterlibatan anggota masyarakat sekaligus menjaga agar putusan yang Pada 1932, Hatta menulis bahwa diambil tidak menafikan aspek keadilan. dasar-dasar demokrasi telah ada dalam Melampaui sekadar ada bersama, gotong pergaulan hidup asli di Indonesia, royong mengandung semangat saling dan kita gunakan sebagai sendi politik menolong; di dalamnya, solidaritas kita. Hatta mengidentifikasi “anasir terbangun di antara anggota komunitas demokrasi” itu: rapat, mufakat, tolong- dalam rasa senasib sepenanggungan. menolong atau gotong royong, hak Solidaritas semacam itu hidup dalam mengadakan protes bersama, dan hak berbagai tradisi masyarakat, sebagai menyingkir dari kekuasaan raja. Dalam suatu mekanisme pengaman sosial, yang pembangunan demokrasi, anasir-anasir menjaga keberlangsungan organisasi tersebut diadaptasi sesuai dengan sosial. struktur negara modern. Pada sisi lain, tradisi oposisi tidak Musyawarah atau deliberasi adalah mengambil bentuk perlawanan yang bagian dari proses pengambilan frontal. Dalam masyarakat Jawa, keputusan yang telah hidup dalam misalnya, terdapat tradisi mepe, ketika masyarakat Nusantara selama berabad rakyat berjemur di luar keraton di silam. Tradisi berbagai suku di bawah terik matahari sebagai bentuk Nusantara yang tumbuh dari kebiasaan ketidakpuasan terhadap putusan turun-temurun menunjukkan bahwa penguasa. Selain bentuk-bentuk musyawarah untuk menemukan protes terbuka, tradisi Nusantara permufakatan merupakan mekanisme juga mengenal penarikan diri dari penting dalam proses sosial. Tidak kehidupan formal politik sebagai hanya untuk memilih pemimpin, ekspresi penentangan terhadap mekanisme serupa dimanfaatkan putusan yang dipandang tidak adil. untuk menentukan langkah bersama Bentuk-bentuk penentangan itu tidak dimaksudkan sebagai suatu destruksi, melainkan bagian dari mekanisme kontrol kekuasaan. Raja bijak, raja disembah; raja lalim, raja disanggah. Demikian tradisi Melayu mengajarkan bahwa kekuasaan mesti menghasilkan kebijakan dan kebajikan, sebagai suatu syarat mendasar bagi
49 akar toleransi indonesia legitimasinya. Sebaliknya, rakyat dihadapi justru dengan ancaman dan memiliki hak untuk mengingkari penindasan. Kelaliman, pada akhirnya, kekuasaan yang sewenang-wenang, terjungkal terutama oleh kekuatan termasuk di antaranya dengan rakyat yang menghendaki perbaikan menyanggah atau protes terhadap dalam penyelenggaraan kekuasaan. putusan raja. Jelas bahwa akar- akar demokrasi hidup dalam tradisi Sejak 1998, Indonesia memasuki masyarakat Nusantara. suatu era baru demokratisasi. Tertatih, Indonesia harus bergulat di antara Namun, dalam sejarah Indonesia, tarikan yang menghendaki kembalinya pemusatan kekuasaan terutama masa gelap kekuasaan dan yang di era Sukarno dan Soeharto telah menginginkan terkonsolidasinya mengakumulasi berbagai bentuk tatanan bersendi kedaulatan rakyat. ketidakadilan. Kekecewaan masyarakat Perlu energi besar untuk memastikan terhadap penguasa yang diekspresikan agar demokrasi menjadi the only game melalui berbagai bentuk protes in town. Dua perempuan pembuat penganan tradisional di pesisir pantai Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pemerataan ekonomi dan kesejahteraan sosial masih menjadi mimpi masyarakat di wilayah timur Indonesia. Sumber: KHOMAINI.
50 indonesia zamrud toleransi Keadilan Sosial bagi Seluruh 3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang Rakyat Indonesia terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk Tidak mungkin ada demokrasi politik sebesar-besar kemakmuran rakyat. tanpa demokrasi ekonomi; inilah salah satu titik temu antara pandangan 4. P erekonomian nasional Sukarno dan pandangan Hatta diselenggarakan berdasar atas tentang keadilan sosial. Bagi Sukarno, demokrasi ekonomi dengan prinsip demokrasi adalah permusyawaratan kebersamaan, efisiensi berkeadilan, yang memberi hidup; karena itu, berkelanjutan, berwawasan demokrasi politik-ekonomi harus lingkungan, kemandirian, serta mampu mendatangkan kesejahteraan dengan menjaga keseimbangan sosial. Bagi Hatta, demokrasi sosial kemajuan dan kesatuan ekonomi adalah suatu penghubung antara nasional. demokrasi politik dan demokrasi ekonomi; di sebelah demokrasi politik, 5. K etentuan lebih lanjut mengenai berlakulah demokrasi ekonomi. pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. Prinsip keadilan sosial tidak semata Tidaklah mengherankan bahwa bagi memberi kebebasan bagi pengejaran tujuan-tujuan individual. Pada sisi Hatta pasal 33 UUD 1945 itu merupakan lain, kegotong-royongan memberi sendi utama politik perekonomian suatu jaring pengaman yang idealnya dan politik sosial Republik Indonesia. tidak membiarkan mereka yang Pasal tersebut menyiratkan bahwa berkekurangan lantas tercecer dalam negara mengemban tugas mewujudkan suatu kompetisi sosial. Di sini negara keadilan sosial, yang dengan itu negara terbebani kewajiban untuk memastikan menemukan basis keabsahan bagi bahwa warga negara terpenuhi hak-hak kekuasaan yang dimilikinya untuk dasarnya, melalui distribusi berkeadilan menguasai sumber-sumber daya atas sumber-sumber daya. Karena itu, terpenting bagi kehidupan. Negara negara diberi kewenangan besar untuk perlu menjamin bahwa warga negara mengelola sumber-sumber ekonomi mendapatkan akses setara untuk dapat yang menguasai hajat hidup orang mewujudkan hidup berkualitas. banyak. Sayangnya, ketimpangan sosial Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan: terus-menerus direproduksi oleh rezim 1. Perekonomian disusun sebagai ekonomi yang memusat sekaligus eksploitatif. Pada 1950-an, di antara usaha bersama berdasar atas azas pendorong utama pemberontakan kekeluargaan. daerah ialah relasi yang tidak 2. C abang produksi yang penting bagi berimbang dalam pemerintahan negara dan yang menguasai hajat dan distribusi yang timpang dalam hidup orang banyak dikuasai negara. perekonomian. Meski pemberontakan
51 akar toleransi indonesia Seorang petani tengah memotong batang padi yang sudah siap untuk dipanen. Sumber: Istimewa. mereda, oleh represi militer, pada masa banyak tempat sebagai suatu tegangan sesudahnya, pemerintahan Soeharto antara meningkatnya partisipasi dan memperburuk kondisi demokrasi sosial memburuknya distribusi. lewat kebijakan pembangunan yang tidak mengindahkan aspek keadilan Distribusi kekuasaan, melalui tersebut. Buruknya demokrasi sosial, otonomi daerah, menjadi suatu resep sedemikian rupa, telah melemahkan yang dipandang mampu menampung kapabilitas warga negara untuk melimpahnya gairah partisipasi dan melakukan partisipasi sosial. tumbuhnya kesadaran baru identitas (di sini identitas politik berkelindan Menguatnya konflik sosial selama dengan identitas lain yang lebih periode transisi adalah ekses yang primordial, seperti identitas kesukuan harus diterima Indonesia sebagai atau keagamaan). Dengan kekuasaan konsekuensi kebijakan yang lebih besar, warga berhak memilih mengabaikan keadilan sosial. Era secara langsung pemimpin-pemimpin kebebasan ditandai oleh menguatnya pada level lokal; dengan kekuasaan partisipasi dan kesadaran baru lebih besar, para pemimpin lokal identitas, namun hal itu tidak dibarengi membutuhkan sumber daya lebih besar kepemilikan sumber daya maupun untuk mengongkosi keberlangsungan kapabilitas memadai. Konflik atas pemerintahan mereka. Pendekatan penguasaan sumber daya—terutama ekonomi ekstraktif atas sumber-sumber politik dan ekonomi—menggejala di alam semakin menggila dan distribusi
52 indonesia zamrud toleransi sumber daya justru tidak menjadi lebih penjelajahan mengingat konteks baik. Perbaikan distribusi sumber daya kepulauan yang amat menonjol. di daerah-daerah kaya sumber daya Adanya pencirian “Proto-Melayu” dan alam justru termasuk yang terburuk “Deutero-Melayu” perlu dilihat bukan di antara daerah-daerah lainnya. sebagai pemisahan antarkelompok Demokrasi politik sekaligus demokrasi masyarakat saat itu, seolah-olah ekonomi masih jauh dari harapan, “Proto-Melayu” lebih tua atau terpisah keduanya bahkan terus-menerus rentan dengan “Deutero-Melayu”. Pencirian terhadap ancaman. ini lebih dalam konteks gelombang pengetahuan yang menonjol, yang E. Karakter Nusantara didukung oleh pergerakan masyarakat. Gelombang pengetahuan ini muncul Indonesia dikenal sebagai negara dalam teknologi penjelajahan dan kepulauan yang dikelilingi perairan laut pemukiman terutama dalam, misalnya, (archipelagic state). Dalam hubungan cadik, fleksibilitas pemukiman, model antarbangsa, Indonesia menyatakan terasering (dan punden berundak), Deklarasi Juanda yang menjadi tonggak rumah panggung. Hal ini amat kuat penting pengakuan Indonesia sebagai terutama di bagian barat dan tengah Negara Kepulauan. Deklarasi ini juga “Indo-Malaysia”. diakui dunia dalam memahami bangun alam dan kebangsaan Indonesia Bentuk paling nyata dari karakter sebagai Nusantara. Meskipun diakui Nusantara ini adalah peradaban tidak mudah mengelola masyarakat yang berada di sekitar padi. Budi Nusantara, klaim Nusantara ini bukan daya padi diperkirakan berasal tanpa dasar. dari kawasan Tiongkok Selatan dan kawasan Jepang-Korea. Melihat Di kawasan Nusantara yang bagaimana budi daya padi menjadi mencakup “Indo-Malaysia”, satuan amat ekstensif dan intensif di Asia, masyarakat serta teknologi dasar, maka dapat dilacak bagaimana organisasi pemukiman, serta peradaban Nusantara ini pada awalnya penjelajahan sudah muncul sekitar tumbuh. Sejarah kemudian mencatat 10.000 tahun yang lalu. Kawasan ini bagaimana “peradaban sekitar menjadi ranah yang subur terhadap padi” ini memberikan pendalaman tumbuh-kembangnya suatu peradaban. yang luar biasa kuat, bahkan jika Satuan masyarakat ini dapat dilacak hal itu dibandingkan dengan model dari alat-alat berburu dan pertanian penjelajahan dan perdagangan yang mereka, serta sistem kepercayaan sudah lebih dulu kuat dan tumbuh. mereka. Denys Lombard, satu di antara para sejarawan penting mengenai Untuk kawasan “Indo-Malaysia”, Nusantara, memberikan penilaian ada upaya melacak bagaimana satuan masyarakat ini sudah melakukan
53 akar toleransi indonesia bahwa peradaban sekitar padi ini peradaban mereka. memberikan kontribusi integrasi Dalam landasan sosio-historis Nusantara yang amat kuat. Dengan segala kekurangannya, termasuk Nusantara, situasi sejenis ini juga tendensi membuat masyarakat memberikan kejutan yang menarik. Kita menjadi bertingkat serta munculnya menemukan adanya tokoh yang pada gentry (lapisan sosial yang mempunyai dasarnya mewujudkan kenusantaraan aset dan kontrol sosial), “peradaban dengan mengolah pengetahuan- sekitar padi” ini secara progresif pengetahuan penting dunia. Karaeng memunculkan pusat-pusat peradaban, Patinggaloang, misalnya, yang termasuk ekonomi. menguasai know-how sekaligus memahami sejarah masyarakatnya, Dalam sejarah, karakter mempunyai pemahaman mengenai Nusantara—dalam hal intuisi asal- kosmologi (serta intuisi mengenai asal muasal, penciptaan pengetahuan muasal) dan kemampuan menciptakan dan paradigma—berkembang seiring pengetahuan beserta paradigmanya. interaksi berbagai kelompok yang Karaeng Patinggaloang adalah seorang hidup di kawasan Nusantara. Ketika polymath dan poliglot, sekaligus melakukan konsolidasi pengetahuan menjadi perdana menteri. dan pendalaman sejarah, “peradaban sekitar padi” mempunyai peran besar. Jika kita melihat peralihan sejarah Kemudian tumbuh interaksi antara pra-republik, maka kita menemukan kelompok-kelompok pendatang dengan bagaimana sekolah-sekolah menjadi masyarakat yang sebelumnya. pendukung utama kehidupan sosial ekonomi sebuah peradaban. Sekolah- Dalam hal ini, peradaban sekolah di masa Sriwijaya, dan Sriwijaya menjadi penanda pertama kemudian Majapahit, menghasilkan bagaimana interaksi ini dibangun. ragam jenis aparat dan inteligensia Melalui sekolah, armada laut, yang berperan dalam siklus peradaban pergudangan, dan jalur komunikasi keduanya. Sekolah-sekolah jenis ini yang dibangunnya, Sriwijaya membuka juga yang menjalin hubungan dengan ruang interaksi antarperadaban. Hal sekolah di Asia Selatan, yaitu Nalanda, ini sekaligus menjadi katalisator bagi dan di Tiongkok. I-Tsing/Yi-Jing adalah perkembangan kebudayaan. Begitu sarjana yang terhubung erat antara menonjolnya peradaban Sriwijaya ketiganya. Perannya sebagai inteligensia ini sehingga peradaban-peradaban mencakup transformasi pengetahuan Asia lainnya belajar dan mengambil ke dalam peradaban, dan juga bentuk-bentuk terbaik dari Sriwijaya. memproyeksikan pandangan topografis Peradaban Khmer, misalnya, juga terhadap peradaban Hindu-Buddha. membangun sekolah-sekolah dan Amartya Sen mencatat dengan amat armada laut sebagai katalisator menarik:
54 indonesia zamrud toleransi …Memang, interaksi itu telah disemai kembali dalam interaksi sosial- memperkaya dan juga berhasil politik Indonesia. Karakter ini dapat menyebarkan bahasa Sanskerta dilihat dalam hal: melewati batas-batas India selama beberapa abad. Pada abad ke-7, 1. Siklus dunia atau siklus sejarah seorang sarjana dari Tiongkok belajar bahasa Sanskerta di Jawa (di sebuah Dalam lintasan waktu, masyarakat kota Sriwijaya) dalam perjalanannya Nusantara telah mengalami beberapa dari Tiongkok ke India. Pengaruh kali guncangan (upheaval) yang interaksi itu terefleksi di dalam mengakibatkan terjadinya perubahan bahasa dan kosakata di sepanjang besar, termasuk yang disebabkan oleh Asia, dari Thailand dan Malaysia bencana alam. Menanggapi perubahan- hingga Indochina, Indonesia, perubahan besar tersebut, masyarakat Filipina, Korea, dan Jepang. Hal ini Nusantara melakukan upaya untuk juga terjadi di Tiongkok, di mana mencermati dampaknya terhadap kesarjanaan dalam bahasa Sanskerta peradaban yang sudah dibangun, berkembang dengan sangat baik di awal millennium, di samping juga ada pengaruh yang datang dari negara-negara lain di kawasan tersebut. Cukup sering diakui bahwa bahkan kata “Mandarin”, kata yang menjadi konsep sentral dalam kebudayaan Tiongkok itu diderivasi dari kata Sanskerta, yakni Mantri, yang datang dari India ke Tiongkok lewat Malaysia. (Amartya Sen 2005: 85) Karakter Nusantara adalah Pelabuhan sejak dulu telah menjadi pusat kemampuan membangun rekaman perdagangan dan transaksi keuangan sejarah yang menjadi sumber pelajaran masyarakat Nusantara. mengenai era kontemporer dan masa Sumber: KHOMAINI. depan. Mereka mendirikan sejenis ingatan kelembagaan (institutional memory) sekaligus membangun visi peradaban secara terus-menerus. Karakter ini mewarnai model interaksi yang sekarang mulai dipelajari lagi dan
55 akar toleransi indonesia termasuk yang berpengaruh pada perspektif jangka panjang kekuasaan, sumber daya, dan pranata sosial-ekonomi. Pencermatan tersebut Kehidupan keseharian sering menghasilkan sebuah pemahaman diwarnai perhitungan biaya-manfaat. bahwa “kekuasaan” dituntut untuk Namun, masyarakat Nusantara memiliki mampu mengelola siklus tersebut. karakter untuk lebih mengutamakan Dalam tataran tertentu, hal ini perspektif jangka panjang ketimbang menghasilkan peran orakel—ramalan perhitungan jangka pendek tersebut. sekaligus kebijaksanaan untuk Dalam lintasan sejarah, karakter menghadapi turbulensi zaman—pada Nusantara mewujud dalam bentuk karakter Nusantara, sebagaimana nilai, bahasa, geodesi, tata kelola, yang muncul dalam “Jangka dan sebagainya, yang terus-menerus Jayabaya” dan Ilmu Begja (Ki Ageng berkembang tanpa henti, apa pun Suryomentaraman). rezim kekuasaan dan rezim globalisasi- nya. Kekuasaan yang paling tiran 2. Long-term perspective/ pun biasanya tidak dapat mengatasi superioritas perspektif ini. 3. Interaksi Karena perhatiannya pada soal siklus dan perspektif jangka panjang, maka menjadi bisa dimengerti bahwa karakter Nusantara muncul dalam penghargaan atas “pertukaran gagasan”. Ada ribuan informasi dan pengetahuan yang muncul namun belum diolah. Dalam hal ini, kesediaan untuk belajar dan selalu mengolah ditumbuhkan. Misalnya, pengetahuan mengenai kondisi alam Nusantara dibentuk dari pertukaran gagasan dari beragam kebudayaan yang ada di Nusantara, yaitu tradisi lokal, Hindu, Buddha, Islam, dan kebudayaan Barat. 4. Perdagangan dan lapangan Nusantara Dalam pertumbuhan peradaban Nusantara, perdagangan membawa barang dan jasa sekaligus ilmu dan
56 indonesia zamrud toleransi sekolah dari penjuru dunia ke tanah pengetahuan (teknik sipil, geodesi, Nusantara. Sebaliknya, ilmu Nusantara arsitektur, dan lainnya) berkembang dan sekolah-sekolah dikembangkan di bersama perdagangan dalam kurun seluruh sudut dunia. Dalam konteks waktu yang cukup lama. Dalam lintasan Sriwijaya, peradaban Nusantara waktu 4 abad, perdagangan dipakai berinteraksi dengan peradaban India, sebagai alat, lintasan (trajectory), dan Tiongkok, dan Khmer. Sebaliknya, sumber daya bagi peradaban yang penjelajahan pedagang Bugis amat ditumbuhkan di pedalaman. berkontribusi dengan perkembangan komoditi rempah-rempah di berbagai Kesadaran hidup dengan daerah di dunia, sekaligus peradaban masyarakat global muncul dari rempah- Islam yang dikembangkan dalam rempah dan perdagangan yang tumbuh kebijaksanaan Nusantara. darinya. Perdagangan sekitar rempah- rempah terus berkembang tanpa henti Dunia kolonialisme bukan sejak masa Sriwijaya. Namun, perlu satu-satunya penjelasan mengenai dicermati bahwa perdagangan adalah bagaimana Nusantara tumbuh. suatu bentuk hubungan internasional Lintas sejarah dalam peradaban ini yang “non-hegemonik” atau “non- menunjukkan bahwa globalisasi penaklukan”. Dalam sejarah wilayah juga menjadi cara hidup masyarakat Nusantara, hal ini menjadi lebih nyata. Nusantara. Cara pandang terbuka dan Setiap kekuatan dagang yang mau optimis ini dicerminkan oleh modus membangun ragam kekuatan menjadi penjelajahan kelompok-kelompok monolitik akan menemui kegagalan. dagang Nusantara. Pramoedya Ananta VOC sendiri gagal di Nusantara. Begitu Toer, misalnya, dalam Arus Balik, pun, kerajaan-kerajaan Nusantara yang mengambil konteks dampak serangan monolitik, juga dalam perdagangan, Demak ke Malaka (1511) terhadap tidak mempunyai siklus hidup (lifecyle) elan peradaban di Nusantara. Cara yang panjang. pandang ini dianggap amat umum di kalangan kerajaan dan pedagang di Berada di antara kekuatan besar wilayah pesisir Nusantara, bahkan di dunia, seperti India, Khmer, Thai, masa kolonialisme (dilihat mulai dari Tiongkok, Vietnam, kekuatan-kekuatan masuknya VOC). dagang (guild) Nusantara selalu melihat perdagangan sebagai trajectory Konteks lain, kita melihat jenis yang operasional. Perebutan Laut pengetahuan Prambanan (abad ke-9) Tiongkok Selatan tidak terjadi karena diproyeksikan dalam kompleks candi perdagangan membuat kelompok- Angkor Wat (abad ke-11). Konteks kelompok tersebut menghargai ini menarik karena, meski Mataram kawasan Laut Tiongkok Selatan Hindu dan Khmer mempunyai sifat sebagai platform bagi “kemakmuran “pedalaman” yang kuat, proyeksi pedalaman”. Dalam perjalanan sejarah,
57 akar toleransi indonesia ilmu dan sekolah turut berkembang bahkan kolonialisme, maka reaksi dalam perdagangan ini. kelompok-kelompok Nusantara menjadi keras (harsh) dan berkelanjutan Perlu juga dilihat konteks (sustained). Episode Cultuurstelsel perdagangan dan nilai yang dibawa. semakin memberikan penegasan Misalnya, ilmuwan Tiongkok dan India mengenai akibat adanya dominasi amat menghargai matematika, susastra, tunggal. Episode ini sekaligus dan arsitektur. Perdagangan membawa mematahkan anggapan bahwa ketiganya. Misal lain, pedagang Gujarat “pedalaman dan pesisir” tidaklah membawa peradaban Islam dari berhubungan. Cultuurstelsel adalah berbagai sekolah di Timur Tengah dan pemaksaan keras pertanian untuk Asia Tengah. Tidaklah mengherankan, kepentingan sempit perdagangan, lapangan Nusantara menjadi amat diikuti militerisasi. diperkaya. Termasuk dalam hal ini adalah kemampuan peradaban Islam Perspektif “anti-kolonialisme” memindahkan perhatian peradaban memperkuat intuisi “anti-hegemoni” dari kekuasaan konsentrik menjadi atau “anti-penaklukan” yang relasi konfederatif. Bagi Nusantara, berkembang dalam sifat perdagangan sumbangan ini tidak dapat dibilang kelompok-kelompok Nusantara. Sisi- kecil. Berulang kali monolitisme gagal, sisi laut Nusantara yang terbuka dan dan kemudian pedagang Gujarat memungkinkan bagi banyaknya jalur dan peradaban Islam melaluinya perdagangan semakin memperkuat mengembangkan ide-ide konfederatif. karakter Nusantara yang anti terhadap berbagai bentuk pemaksaan. 5. P erdagangan pembentukan ideal “commonwealth” “Commonwealth” berarti “makmur bersama” atau persemakmuran. Dalam arti ini, perdagangan memainkan peranan besar seturut kondisi kepulauan Nusantara. Peradaban yang dihasilkan dari perdagangan ini menumbuhkan sentimen rileks terhadap banyaknya pusat-pusat pertumbuhan, suatu perspektif konfederatif. Dengan pengetahuan yang tersebar luas, justru pertukaran barang- jasa dan pertukaran ide menjadi subur. Ketika VOC masuk dan mendesakkan kekuatan dominan,
58 indonesia zamrud toleransi Keelokan pantai Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur mampu menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke kawasan ini. Sumber: KHOMAINI.
59
60 indonesia zamrud toleransi PENGALAMAN HIDUP BERSAMA P erjalanan hidup bangsa Sebagaimana sudah dikatakan Indonesia bukan tanpa di awal buku ini, bangsa Indonesia masalah. Konflik antaretnis terdiri atas banyak bangsa, suku, etnis, dan kekerasan yang agama, dan bahasa. Bukan sesuatu mengatasnamakan agama yang mudah bagi bangsa semacam ini baik dalam skala kecil maupun yang untuk bisa hidup bersama. Bab ini akan besar terjadi di negeri ini. Kita bisa mengisahkan berbagai pengalaman menunjuk banyak tempat di Indonesia masyarakat kita hidup bersama dalam di mana konflik-konflik semacam perbedaan berikut berbagai persoalan itu pernah terjadi. Namun, yang yang menyertainya. Berbagai konflik menarik dan menjadi salah satu alasan pernah terjadi: di Maluku antara umat penulisan buku ini adalah kemampuan Islam dan Kristiani; di Kalimantan masyarakat Indonesia untuk tetap mau antara etnis Dayak dan Madura, dan hidup bersama sebagai satu bangsa dan juga antara etnis Madura dan Melayu; bagaimana mereka membangun budaya di Sumatra Utara antara umat Muslim- hidup bersama di dalam keragaman Melayu dengan etnis Tionghoa; di Bali dan perbedaan. Bagi kami, apa yang terjadi dua kali serangan bom (Bom mereka lakukan adalah sesuatu yang Bali I dan II) oleh kelompok ekstremis; luar biasa. Sangat sedikit bangsa di dan masih ada banyak konflik lain yang dunia yang bisa melakukannya. pernah terjadi di Indonesia.
61 pengalaman hidup bersama Masjid Agung Al-Ghuraba Baiturrahman indah. Sudah sejak lama, kehidupan Bajawa (sebelum direnovasi) dan Gereja masyarakat Maluku menjadi simbol GMIT Ebenhaezer. Lokasinya berdampingan toleransi keragaman agama di di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Kisanata, Indonesia. Ada dua agama besar di menunjukkan kerukunan antarumat Maluku, yakni Islam dan Kristen. Orang beragama berlangsung baik di tanah Bajawa, Maluku menyebut Salam untuk Islam Flores. dan Sarane untuk Nasrani atau Kristen. Sumber: KHOMAINI. Secara sosial-budaya, kehidupan masyarakat Maluku masih terikat dalam Dalam konflik-konflik tersebut, garis kesukuan dan marga. Beberapa kita melihat upaya-upaya berbagai marga identik dengan agama tertentu, pihak, baik yang dilakukan di level tetapi beberapa marga yang lain justru kultural maupun struktural, untuk berbagi, sebagian menjadi Islam dan memperjuangkan sebuah rumusan sebagian yang lain menjadi Kristen. bagaimana bisa hidup bersama di Untuk menghindari terjadinya konflik dalam keragaman, tanpa ada niat untuk karena alasan agama, masyarakat mengeksklusi pihak yang lain. Apa Maluku memiliki sistem budaya yang yang lahir dari upaya itu, pada tingkat dianggap dan diharapkan mampu tertentu, barangkali masih belum ideal. meredam kemungkinan terjadinya Namun, secara praktis telah berhasil konflik. Mereka memiliki beberapa membuat kita bisa bertahan sebagai tradisi yang bisa merekatkan perbedaan sebuah bangsa yang majemuk hingga melalui kerja sama dan ikatan saat ini. Bagi kami capaian ini sudah persaudaraan. Beberapa tradisi itu luar biasa. Ini yang hendak kami bagi misalnya adalah pela gandong, masohi, kepada sidang pembaca. badati, dan maano. A. Inspirasi Perdamaian Pasawari Adat “Panas Pela” Amahai Ihamahu dari Maluku mengenang dan memperkuat kekerabatan dan hubungan sosial di Pulau Seram, Maluku Maluku, sebuah daerah kepulauan Tengah (20/9/2016). di Indonesia timur yang sangat Sumber: https://ipji.org/2016/09/30/panas- pela-amahai-satu-darah-satu-gandong/.
62 indonesia zamrud toleransi Tarian Dansa Tali diperagakan pada sebenarnya masih terjadi konflik, hanya acara “Panas Pela” (mempererat ikatan saja sudah dalam skala yang lebih kecil. kekerabatan) antara empat negeri (desa) Dalam melihat konflik Maluku, tidak yaitu Waai, Soya, Kaibobu dan Morella, di ada orang yang mengira bahwa Maluku pelataran Masjid Negeri Hausihu Morella, dan Ambon menjadi battle ground Pulau Ambon, Maluku, Selasa (5/8/2014). antara muslim dan Kristen dalam skala yang luas dan mengerikan. Sumber: http://beritadaerah. co.id/2014/08/05/panas-pela-di-pulau- Pada zaman kolonial, Maluku dan ambon-maluku/. kota Ambon adalah daerah penting sebagai salah satu pusat perdagangan. Namun, sistem budaya yang Pemerintah kolonial di masa itu diharapkan mampu meredam segala cenderung membuat kebijakan perbedaan itu tidak mampu menahan diskriminatif yang memberikan banyak konflik sosial yang pecah pada 19 keuntungan bagi penduduk Ambon Januari 1999 silam. Konflik yang dimulai yang beragama Kristen. Pemerintah oleh sebuah pertengkaran kecil antara Belanda banyak memperkerjakan orang pemuda Batu Merah yang muslim Kristen Ambon untuk administrasi dan Mardika yang Kristen kemudian dan juga kemiliteran. Sementara berkembang menjadi konflik saling orang Ambon yang muslim, lebih bunuh dan saling menghancurkan terpinggirkan. Mereka tinggal di dalam skala yang sulit dibayangkan desa-desa dan dari segi pendidikan sebelumnya. Konflik besar ini terjadi ada di bawah orang Ambon yang dalam beberapa fase dengan skala Kristen (Bertrand 2012: 186). Pada yang cukup luas. Ketegangan antara zaman Orde Baru, gerak sebaliknya dua kelompok agama ini terus terjadi terjadi. Pemerintah memberikan akses hingga ada kesepakatan Malino 2 yang kekuasaan kepada banyak kelompok ditandatangani pada 2002. Setelah muslim. kesepakatan itu, di beberapa tempat Hal itu diakui oleh tokoh perdamaian, baik dari kelompok muslim maupun Kristen. Pendeta Jack Manuputty dan Abidin Wakano menilai pemerintah kolonial di masa lalu telah membangun segregasi berdasarkan agama di Maluku. Segregasi itu terus bertahan hingga Indonesia merdeka. Pengelompokan itu terjadi tidak hanya di kampung-kampung yang identik dengan agama tertentu, tetapi juga di institusi pendidikan
63 pengalaman hidup bersama dan kantor-kantor pemerintahan. konflik karena perbedaan agama. Pecahnya konflik 1999, salah satunya Kemampuan masyarakat Maluku dipicu oleh pengelompokan semacam itu. Pemerintah dianggap gagal untuk mau hidup bersama dalam membangun sistem inklusi sosial keragaman ditopang oleh para tokoh yang berkeadilan bagia kedua belah masyarakat yang aktif memberikan pihak. Kebijakan yang dibangun teladan pendidikan toleransi. Berbagai justru menimbulkan permusuhan dan kekuatan sosial yang mereka miliki dianggap meminggirkan satu kelompok kembali dihidupkan dan diaktifkan. tertentu. Misalnya, tradisi pela gandong yang cukup terkenal di Maluku. Pela Ketika konflik meletus di Maluku Gandong merupakan kesepakatan yang banyak orang kaget dan tidak mengira dilakukan oleh dua negeri (kampung) bahwa skalanya menjadi sangat luas. atau lebih. Melalui Pela, mereka saling Bagi banyak pihak, khususnya di mengikat persaudaraan. Pela Gandong level nasional, konflik itu merupakan sendiri merupakan intisari dari kata perang antara Muslim dan Kristen. “Pela” dan “Gandong”. Pela adalah Para tokoh agama yang ada di Ambon suatu ikatan persatuan sedangkan pada awalnya terjebak dalam kondisi gandong mempunyai arti saudara. Jadi itu karena masyarakat betul-betul pela gandong merupakan suatu ikatan terpecah dalam kelompok Muslim persatuan dengan saling mengangkat dan Kristen. Namun, para aktivis saudara. setempat kemudian mencoba menjaga jarak sehingga mereka berpandangan Pela Gandong bahwa sejatinya konflik itu bukan masalah agama. Tokoh-tokoh lintas Tradisi Pela gandong adalah agama dari seluruh kawasan Maluku tradisi yang ada dalam masyarakat saling berkoordinasi untuk merajut Maluku. Biasanya pela gandong perdamaian yang tengah koyak. dilakukan oleh dua negeri yang Bekerja sama dengan pemerintah pusat berlainan agama (umumnya Islam mereka meniti perdamaian. Hasilnya, dan Kristen). Misalnya ikatan kini Maluku benar-benar menjadi persaudaraan yang dilakukan oleh simbol toleransi yang amat penting negeri Kailolo dan Tihulale yang bukan hanya bagi Indonesia tetapi berada di Kabupaten Maluku Tengah juga bagi dunia. Duta besar Vatikan yang pada tanggal 2 Oktober 2009 untuk Indonesia, Antonio Guido di hadapan Gubernur Maluku. Mereka Filipazzi mengakui itu. Keragaman tidak saling mengangkat pela sebagai ikat membuat mereka saling memusuhi. saudara. Pengalaman itu tentu sangat inspiratif bagi masyarakat dunia yang dirundung Hubungan antara Tihulale dan Kailolo bisa ditelusuri jauh ke masa lalu. Dalam perang Alaka kedua, ketika Belanda menyerang kerajaan
64 indonesia zamrud toleransi Hatuhaha (Hulaliu, Kabau, Kailolo, yang cukup terkenal. Selain itu, mereka Pelau, dan Rumoni), Kapitan Tihulale juga memiliki ikatan marga (famili) yang membantu kerajaan Hatuhaha hingga juga cukup mengakar. membawa kemenangan dengan memukul mundur Belanda. Tradisi pela sebenarnya ada beberapa jenis, yakni pela darah, pela Peperangan inilah yang akhirnya sirih, dan pela gandong. Pela darah mengikat Negeri Tihulale dengan adalah jenis pela paling keras. Di Kelima negeri Hatuhaha, yaitu dalamnya ada larangan dan kewajiban Hulaliu, Kabau, Kailolo, Pelau, dan yang sangat mengikat. Perjanjian Rumoni dalam satu hubungan Pela. dalam pela ini dilakukan dengan Keakraban antara Kailolo dan Tihulale meminum darah yang diambil dari jari ini diperlihatkan pada saat negeri tangan para pemimpin kelompok yang Kailolo membangun masjid Nan Datu, dimasukkan ke dalam gelas. Mereka mereka mengundang masyarakat kemudian meminum air itu. Melalui negeri Tihulale untuk membantu. pela ini mereka kemudian menjadi Undangan ini disambut dengan saudara selama-lamanya dan di antara bantuan yang betul-betul konkret. mereka tidak boleh terikat dalam Masyarakat negeri Tihulale datang perkawinan. Sebagai saudara mereka dengan membawa sejumlah kayu wajib saling melindungi dan saling dan papan yang dapat digunakan membantu. Sementara pela sirih lebih untuk membangun masjid. Sebaliknya lunak daripada pela darah. Pela ini ketika negeri Tihulale membangun ditetapkan melalui sumpah untuk saling Gereja Beth Eden, warga negeri membantu dan melindungi. Berbeda Kailolo pun menyumbang banyak dengan dua pela sebelumnya, gandong keramik. lebih menyiratkan persahabatan yang terbentuk karena adanya kesadaran Budaya Masyarakat Maluku garis turunan. Gandong sendiri berasal dari kata kandung. Sebagai pusat perdagangan dunia di masa lalu, masyarakat Maluku sudah Dalam tradisi bergandong dan juga menerima kedatangan bangsa-bangsa pela lainnya, sesuatu yang memalukan besar sejak lama, seperti Arab, Portugis, jika saudara dalam ikatan pela itu dan Belanda. Bahkan kini orang Jawa, tidak turut membantu saudaranya Buton, Bugis, dan Makassar juga turut yang membutuhkan bantuan. Mereka mewarnai komposisi masyarakat memandang kelalaian itu sebagai aib. Maluku. Agama Islam, Kristen, dan Karenanya ketika satu desa sedang Katolik telah menjadi bagian yang tidak membutuhkan bantuan seperti bisa dipisahkan masyarakat Maluku pembangunan rumah ibadah, saudara baik yang di utara, tengah, selatan, dan dalam ikatan pela ini akan turut serta tenggara. Sudah sejak lama masyarakat membantu. Maluku memiliki tradisi kekeluargaan yang sangat kuat. Tradisi pela adalah
65 pengalaman hidup bersama perbedaan keyakinan, seperti masohi, badati, dan maano. Tradisi-tradisi ini mengikat dan menyadarkan masyarakat untuk selalu saling membantu setiap kali ada salah satu anggotanya yang membutuhkan bantuan. Tradisi pela dan gandong merupakan bentuk Aktor Perdamaian di Maluku kearifan lokal masyarakat Maluku untuk memelihara kekerabatan dan persaudaraan. Konflik yang mengatasnamakan agama di Maluku justru melahirkan Sumber: https://disbudparkabmtb.files. banyak tokoh yang menginspirasi wordpress.com/2008/11/13112008502. perdamaian. Mereka tidak hanya berhasil mengakhiri konflik tetapi Selain ikatan pela, masyarakat juga semakin menegaskan bahwa Maluku juga memiliki famili atau agama yang dianut masyarakat Maluku marga. Mereka yang menjadi bagian sejatinya tidak mengajarkan kekerasan, dari marga tertentu dianggap sebagai apalagi tindakan membunuh. bagian dari keluarga inti. Satu marga Pengalaman konflik yang pahit semakin bisa saja tersebar ke beberapa desa dan meneguhkan ikatan persaudaraan juga bisa memiliki agama yang berbeda. mereka. Misalnya marga Pelupessy tidak hanya ada di negeri Siri Sori yang muslim Abidin Wakano dan Jack Manuputty tetapi juga ada di negeri Ouw (Kristen), Abidin Wakano dan Jack Manuputty negeri Paperu (Kristen) dan negeri Siri Sori Serani (Kristen). Begitu juga marga adalah sebagian dari tokoh penting Tanamal di Nusalau, Saparua yang yang menggagas upaya damai di kebetulan Kristen namun di Werinama, Ambon. Mereka menggagas sebuah Seram justru beragama Islam. Mereka gerakan yang disebut Gerakan yang terikat dalam satu marga menjaga Provokator Damai. Sebelumnya hubungan dengan saling kunjung ketika mereka juga sudah terlibat aktif dalam ada perayaan hari besar masing-masing. pendirian Lembaga Antar-Iman Maluku (LAIM). Latar belakang Abidin Wakano Masih ada beberapa tradisi adalah seorang pengajar di IAIN Ambon masyarakat Maluku yang memiliki dan juga Universitas Kristen Indonesia semangat kebersamaan sebagai sebuah Maluku. Sementara Jack Manuputty masyarakat, meski mereka memiliki adalah seorang pendeta yang aktif menyebarkan pesan perdamaian. Dalam melihat keragaman di Maluku, mereka berpikir perlu ada upaya inklusi sosial yang aktif dari
66 indonesia zamrud toleransi Abidin Wakano. pemahaman ini mereka kemudian bergerak dan mengajak masyarakat Sumber: www.malukupost.com. untuk berpartisipasi menciptakan perdamaian. seluruh komponen masyarakat. Menurut mereka, sejak zaman kolonial, Mereka sengaja menggunakan masyarakat Maluku sudah tersegregasi kata “provokator” bagi gerakan menurut agama, antara negeri Islam mereka untuk membalik logika yang dan negeri Kristen. Di beberapa tempat berkembang selama ini. Seakan-akan memang terjadi percampuran, namun kata itu memiliki makna negatif. Dalam di banyak tempat, sebuah kampung pandangan mereka kata provokator identik dengan agama tertentu. sebenarnya netral. Karenanya kata Segregasi juga terjadi di lembaga itu juga bisa dipakai untuk mengajak pendidikan dan pemerintahan yang orang membangun situasi damai. Itulah hanya diisi oleh satu agama tertentu. yang mereka lakukan melalui gerakan Kondisi ini tentu turut menyuburkan Provokator Damai ini. benih-benih perselisihan dan stereotip terhadap pihak lain. Kerusuhan 1999, Dalam pandangan mereka, antara lain dipicu oleh kondisi itu. perdamaian harus didorong dan diprovokasi. Gerakan ini tentu Ketika konflik antara muslim dan mengandaikan bahwa sebenarnya Kristen pecah, mereka memahami selalu ada benih perdamaian dalam bahwa perdamaian tidak bisa lahir setiap orang, sebagaimana juga ada begitu saja secara natural. Perlu ada benih kekerasan dalam diri setiap upaya dari para aktor yang memiliki orang. Hanya saja, benih apa yang kepedulian untuk melakukan dirangsang untuk berkembang tindakan yang mencegah rasa bergantung pada “provokasi” apa permusuhan semakin melebar. Dengan yang terus dilakukan. Jika provokasi damai terus dilakukan, maka nilai-nilai perdamaian yang akan berkembang. Dalam memprovokasi dan menumbuhkan benih perdamaian mereka aktif “melawan” media arus utama yang cenderung memprovokasi pada permusuhan. Bahasa-bahasa yang dipilih seharusnya tidak semakin menumbuhkan rasa permusuhan antar-kelompok. Melalui Gerakan Provokator Damai, mereka juga aktif dalam penulisan cerita tentang perjumpaan antar-iman, sanggar tari
67 pengalaman hidup bersama Pendeta Jack Manuputty. Reconciliation and Mediation Center- Sumber: www.satuharapan.com/Sabar Subekti. ARMC. Ia mengajak kelompok- kelompok yang pernah terlibat dalam konflik untuk merajut kembali perdamaian dengan saling “live in” di tempat pihak yang pernah saling berlawanan. Seorang muslim diminta untuk tinggal beberapa hari di rumah keluarga yang beragama Kristiani dan juga sebaliknya. Meski awalnya menimbulkan kekhawatiran dari pihak yang akan live in, namun setelah tinggal beberapa hari mereka merasakan sendiri kehangatan persaudaraan itu. Proses ini berhasil mengobati luka lama yang pernah ada. antar-iman, dan lain-lain. Intinya Josep Matheus Rudolf Fofid mereka ingin menebalkan kesadaran Tokoh yang juga penting dalam bahwa perdamaian harus diciptakan oleh mereka sendiri. Karenanya mereka proses bina damai di Maluku adalah berusaha aktif membangun kesadaran Josep Matheus Rudolf Fofid. Dalam ini di semua sisi. konflik 1999, ia kehilangan orang-orang yang dicintai. Ayah dan dua kakaknya Pendeta Jacky Manuputty kini juga meninggal dalam peristiwa itu. Namun, aktif membangun kembali tradisi Pela. ia mencoba memahami semua itu. Ia mengikatkan tali persaudaraan antar- Baginya yang membunuh dan yang negeri di Maluku, khususnya antara dibunuh sejatinya adalah korban. negeri muslim dan negeri Kristen. Karenanya ia belajar untuk tidak Ia berharap kerusuhan yang terjadi menyimpan dendam. di penghujung abad 20 adalah yang terakhir. Ia ingin agar Maluku tetap Pada saat peristiwa itu terjadi, bertahan dalam perdamaian meski masyarakat terbelah berdasarkan mereka memiliki agama yang berbeda- agama, Muslim dan Kristen. Tidak beda. hanya itu, bantuan kemanusiaan dan media juga terbelah sehingga semakin Abidin Wakano, selain di memanaskan situasi. Butuh waktu bagi Gerakan Provokator Damai, di IAIN siapa pun untuk memahami situasi saat ia juga mengembangkan program itu agar tidak terjebak dalam sentimen pendidikan dan pelatihan rekonsiliasi kelompok. dan perdamaian dalam Ambon Ia yang kebetulan saat itu berprofesi
68 indonesia zamrud toleransi Josep Matheus Rudolf Fofid. kasih kepada semua. Setelah konflik berakhir, ia masih Sumber: www.katoliknews.com. tetap aktif menjaga perdamaian di sebagai wartawan Suara Maluku Maluku. Dalam pandangannya, konflik mengajak rekan-rekan lain lintas bisa terjadi setiap saat dan bisa bermula agama untuk tidak terjebak dalam dari hal yang remeh-temeh. Melalui sentimen kelompok dan mencoba upayanya ini ia ingin agar masyarakat merumuskan kode jurnalistik yang Maluku lebih siap mengelola keragaman tidak partisan. Bahasa yang digunakan dan tidak lagi bisa diprovokasi untuk dipilih agar tidak membuat pihak-pihak membenci kelompok lain. Karena tertentu semakin terbakar kebencian komitmennya yang terus berkelanjutan dan permusuhan. Ia juga mencoba dalam menyebarkan perdamaian ia merangkul semua pihak untuk terlibat pernah diberi penghargaan Maarif dalam menyebarkan benih-benih Award, penghargaan yang diberikan perdamaian di kelompoknya masing- oleh Maarif Institute—sebuah, masing. lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan dalam konteks keislaman, Dalam melakukan itu, ia harus kemanusiaan, dan keindonesiaan yang menghadapi ancaman dari pihak-pihak didirikan oleh mantan Ketua Umum yang berseteru. Bukan hal mudah untuk Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif. membangun kepercayaan di tengah masyarakat yang saling konflik. Namun Suster Brigitta karena kerja keras dan kepercayaan Suster M. Brigitta Renyaan adalah bahwa masih ada yang bisa diajak untuk membina perdamaian, perjuangannya salah seorang yang terlibat aktif dalam membuahkan hasil. Jaringan komunitas proses rekonsiliasi ketika terjadi konflik lintas imannya menyebar dan setiap yang mengatasnamakan agama (Islam jaringan terus mengabarkan pesan vs. Kristen) di Ambon. Ia bersama jaringan lintas iman, dari Protestan dan Muslim, membentuk sebuah kelompok bernama Gerakan Perempuan Peduli (The Concerned Women Movement Group). Suster Brigitta sendiri adalah koordinator Gerakan Perempuan Peduli dari agama Katolik. Kehadiran Gerakan Perempuan Peduli (GPP) sangat membantu mengurangi tingkat konflik dan permusuhan yang terjadi di Maluku sejak 1999. Mereka sangat
69 pengalaman hidup bersama Suster Brigitta. rentan. Ia merasa perlu menghentikan ini. Melalui Gerakan Perempuan Peduli Sumber: Istimewa. (GPP) ia membangun komunikasi lintas iman untuk menghentikan kekerasan gigih memperjuangkan perdamaian. serta memperjuangkan hak-hak Gerakan mereka dipelopori oleh para perempuan dan anak. perempuan. Sebagian dari mereka adalah para ibu. Perempuan dan para Mengumpulkan para ibu dalam ibu adalah kelompok yang menderita suasana situasi konflik tentu bukan dalam konflik di Maluku dan di mana hal mudah. Apalagi didasarkan pada pun. jaringan lintas iman, karena konflik itu sendiri memakai atas nama agama. Sejak konflik di Maluku pada 1999 Karenanya, sebelum berkumpul berlangsung, Suster Brigitta dan kawan- mereka biasanya saling berjanji untuk kawan dari komunitas lintas iman bertemu secara diam-diam supaya tidak bergerak menyuarakan pentingnya diketahui orang lain yang terlanjur menghentikan kekerasan. Tindakan memiliki rasa permusuhan pada agama mereka tentu bukan tanpa risiko. yang dianggap lawan (Islam atau Mereka harus menghadapi ancaman Kristen). teror akan dibunuh oleh pihak-pihak tertentu. Namun, ia tidak gentar Semua kesulitan yang ia hadapi dengan ancaman itu. Ia terus bergerak tidak meluruhkan semangatnya. Untuk menyampaikan dan memperjuangkan melancarkan misi perdamaiannya, ia perdamaian. aktif mendatangi berbagai pihak yang dianggap potensial dalam mengurangi Ia bercerita, ketika konflik di Maluku konflik. Mereka membangun pecah, ada begitu banyak perempuan komunikasi dengan gubernur, tentara, dan anak-anak yang menjadi korban. polisi, DPRD (baik provinsi atau kota- Mereka adalah kelompok yang paling kabupaten) untuk menghentikan konflik dan pertikaian. Lahir di Langgur, Maluku Tengah, Suster Brigitta menjadi biarawati di Biara Puti Bunda Hati Kudus, Kota Ambon sejak 1975. Ia memilih hidup untuk berbagi kasih kepada sesama dengan menjadi biarawati. Di biara itu, ia menempa iman dalam bentuk cinta kasih kepada semua umat manusia. Maka, ketika terjadi konflik yang mengatasnamakan agama, ia merasa hal itu bertentangan dengan iman yang
70 indonesia zamrud toleransi diyakininya. Ia kemudian membangun di daerah pesisir pantai. Agama Islam komunitas lintas iman yang memiliki pada umumnya dibawa oleh para visi perdamaian antarsesama umat pedagang dari Bugis dan Ternate. manusia. Sementara agama Kristen terfokus di daerah perbukitan. Dalam kehidupan Setelah konflik berakhir, ia tetap ekonomi, kelompok muslim biasanya aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia bekerja sebagai nelayan dan penjual mendampingi perempuan dan anak- ikan sementara kelompok Kristen anak yang menjadi korban konflik dan menanam sayur dan menjualnya. juga bencana. Dalam upaya itu, ia aktif dalam tiga yayasan sosial, yakni Konflik 1998 di Poso bermula dari Yayasan Kasih Mandiri Ambon, Yayasan kompetisi elite lokal yang kebetulan Astidharma yang memperjuangkan berasal dari dua agama yang berbeda. nasib anak dan pendidikan, serta Pada Desember 1998, ketika kekuasaan Gerakan Peduli Perempuan. Tempat Bupati Arif Patanga akan berakhir, tinggalnya di kawasan Batumeja tak muncul dua tokoh yang menginginkan pernah sepi. Hingga larut malam, pintu jabatan itu. Dua tokoh itu adalah selalu terbuka untuk siapa saja yang Damsyik Ladjalani dan Yahya Patiro. membutuhkan uluran tangan. Keduanya sebenarnya sama-sama kader Golkar. Hanya saja, Damsyik B. Merajut Damai di Poso yang kebetulan muslim didukung oleh PPP yang merupakan partai Islam Dalam catatan hubungan antarumat sementara Patiro yang kebetulan beragama di Poso sebenarnya cukup Protestan didukung PDI-P dan tokoh- sedikit didapati sejarah konflik tokoh Kristen. Perebutan kursi Bupati antaragama. Meski masyarakat Poso oleh dua tokoh yang berasal dari agama berbeda agama, sebelum 1998 tidak yang berbeda menyeret pendukungnya pernah terdengar konflik besar karena dengan melakukan memobilisasi perbedaan agama. Karenanya cukup sentimen agama. Sejak itu, perseteruan mengherankan ketika 1998 terjadi kemudian didasarkan pada agama. konflik besar yang mengatasnamakan agama. Kehidupan masyarakat Poso, Meski akhirnya mereka berdua baik Muslim maupun Kristen diikat gagal, karena DPRD memilih calon dalam kehidupan mosintuwu (si=sama, yang lain, yakni Muin Pusadan tuwu=hidup, sehidup semati dalam yang kebetulan juga kader Golkar, kehidupan). Dalam kehidupan bersama perseteruan antara dua tokoh tadi tetap itu, cukup umum terjadi kegiatan saling tidak berakhir. Perseteruan itu terjadi membantu ketika masing-masing agama kembali ketika Gubernur harus memilih merayakan hari besarnya. seorang Sekwilda, orang berkuasa nomor dua di sebuah daerah. Keduanya Secara demografis, penyebaran menginginkan jabatan strategis itu. agama Islam di Poso terkonsentrasi
71 pengalaman hidup bersama Karena potensi konflik sangat besar, secara diam-diam menyeleksi siapa saja Gubernur akhirnya tidak memilih tokoh agama yang pantas diundang. keduanya. Namun situasi sudah Akhirnya ditemukan 10 orang dari sulit dikendalikan. Tindakan saling muslim dan 10 orang dari kelompok provokasi mengakibatkan konflik antara Kristen. Sebuah tempat pertemuan kelompok muslim dan Kristen tidak rahasia kemudian disiapkan untuk bisa dihindari. masing-masing kelompok. Setelah beberapa kali melakukan pertemuan, Untuk menghentikan konflik masing-masing pihak bersepakat antarpihak yang bertikai, pemerintah mengakhiri konflik. daerah dan pusat mengambil inisiatif mengumpulkan para tokoh adat di Meski kesepakatan ini dikritik oleh Poso. Mereka menyelenggarakan sebagian pihak karena tidak melibatkan pertemuan bertajuk Rujuk Sintuwu kelompok yang menjadi korban, Maroso. Melalui pertemuan itu kesepakatan Malino I ini dianggap mereka mengingatkan pentingnya berhasil mentransformasi konflik ke hidup bersama dan bersepakat situasi yang lebih kondusif. Pertikaian- untuk mengakhiri konflik. Secara pertikaian kecil memang beberapa simbolis, dalam pertemuan adat kali terjadi, tetapi sudah berkurang itu, mereka melakukan motambu signifikan. Salah satu kemajuan penting tana, yakni penyembelihan seekor dari deklarasi ini adalah penyerahan kerbau dan menguburkan kepalanya senjata rakitan oleh pihak-pihak yang di dalam tanah. Penguburan kepala kerbau dianggap sebagai penguburan H. Sofyan Faried (Tokoh Muslim Poso) berjabat perselisihan di masa lalu. Setelah tangan dengan Pdt. R. Damanik (Tokoh Kristen prosesi penguburan itu, pihak-pihak Poso), sebelum penandatanganan Deklarasi yang bertikai juga diminta untuk tidak Malino di Malino, 20 Desember 2001. mengungkit apa yang terjadi di masa Sumber: Istimewa. lalu. Oleh sebagian pihak, pertemuan adat ini dianggap kurang representatif karena tidak melibatkan tokoh-tokoh agama dan pendatang yang memiliki peran penting dalam konflik di Poso. Kemajuan yang cukup berarti dalam upaya meniti perdamaian baru terlihat ketika tokoh-tokoh agama yang bertikai membuat Deklarasi Malino I. Sebelum mengundang para tokoh agama, seorang staf Menkokesra Jusuf Kalla
72 indonesia zamrud toleransi berseteru. dengan pendidikan sekolah. Karenanya Bahkan oleh sebagian kalangan, tingkat pendidikan umat Kristen di Poso pada umumnya lebih baik dibanding kesepakatan Malino I dianggap lebih umat Islam yang sudah lebih dulu ada efektif jika dibandingkan dengan di Poso. kesepakatan Malino II untuk konflik Ambon. Salah satu penjelasannya Para Perajut Damai di Poso adalah karena pihak-pihak yang bertikai di Poso cukup aktif menjaga Sebagaimana di Ambon, konflik implementasi butir-butir kesepakatan yang pernah dialami masyarakat yang ditandatangani di Malino I. Poso juga menggugah kelompok yang merindukan perdamaian. Mereka lelah Kedatangan Islam dan Kristen ada di dalam konflik dan saling curiga di Poso kepada sesama. Ada dua tokoh yang diangkat di sini tanpa mengurangi Menurut catatan sejarah, Islam peran para tokoh yang lain. Keduanya masuk ke Maluku lewat orang Bugis adalah Budiman Maliki dan Lian Gogali. yang berprofesi sebagai pedagang dan pelaut. Wilayah yang mereka Budiman Maliki tinggali pada umumnya adalah pesisir. Ketika konflik Poso pecah, Budiman Karenanya hingga kini umat Islam di Poso pada umumnya tinggal di wilayah adalah mahasiswa di Universitas Pesisir. Selain orang Bugis, kesultanan Tadulako, Palu. Kampung halamannya Ternate juga berkontribusi besar pada masuk dalam daerah konflik sehingga penyebaran Islam di Poso. Itu terjadi keluarganya diungsikan ke daerah yang kurang lebih pada abad 17. Penyebaran lebih aman. Di Palu, ia menjumpai Islam dilakukan dengan lewat beberapa pengungsi yang sangat banyak. Melihat cara, di antaranya adalah pendekatan kondisi itu ia tergerak untuk melakukan politik, dakwah secara damai, sesuatu. Ia kemudian bergabung pendidikan dan perkawinan. dalam jaringan Relawan Penanganan Pengungsi Poso. Para relawan Sementara penyebaran agama bertanggung jawab untuk mengurusi Kristen di Poso tidak lepas dari seorang kebutuhan makanan, kesehatan, penginjil bernama Albert Cristian Kruyt pendidikan dan penyembuhan trauma yang dirintis pada 1892 dan didukung pascakonflik. oleh pengabar Injil di Belanda. Ia juga dibantu oleh N Adriani, juga seorang Bantuan ini tidak terbatas hanya penginjil, dan Papa I. Woente, kepala untuk kelompok muslim, mereka juga suku di Poso. Karena kegigihan mereka, membantu pengungsi dari kelompok agama Kristen akhirnya diterima dan Kristen. Aksi kemanusiaan jaringan ini banyak dianut oleh masyarakat suku di tidak ingin tercederai dalam sentimen Poso. Dakwah Kruyt banyak dilakukan keagamaan. Semua pengungsi mereka
73 pengalaman hidup bersama Budiman Maliki. kemudian mendirikan Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS). Sumber: www.metrosulawesi.com. Melalui LPMS ia mencoba membina perdamaian dan membangun rasa bantu, tanpa melihat latar belakang saling percaya antarkelompok muslim agamanya. Konflik yang berlangsung dan Kristen. sejak 1998 baru mulai mereda ketika telah disepakati Perjanjian Malino I Mereka mengajak masyarakat pada 2001. untuk turut serta dalam pekerjaan pascakonflik itu. Mereka melakukan Meski sudah ada kesepakatan pelatihan manajemen pascakonflik, damai, konflik sebenarnya masih terjadi diskusi dan juga melakukan hanya saja sudah dalam skala yang pemberdayaan ekonomi masyarakat jauh lebih kecil. Persoalan-persoalan yang sempat terpuruk. Target yang pascakonflik mulai bermunculan. mereka fokuskan adalah masyarakat Ekonomi yang lumpuh, bangunan yang akar rumput, bukan para elite. Dalam hancur, pendidikan untuk anak-anak upaya membangkitkan kondisi ekonomi korban konflik hingga pemulihan akibat masyarakat, mereka membantu petani trauma. lewat program percepatan tumbuhan kakao. Hal yang juga penting untuk diperbaiki adalah hubungan Lian Gogali antarkelompok yang pernah Pada saat konflik Poso meletus, bertikai, muslim dan Kristen. Setelah berakhirnya konflik, kecurigaan Lian Gogali sebenarnya tidak berada terhadap masing-masing kelompok di lokasi. Saat itu ia masih kuliah ini tidak bisa hilang. Ia bersama- di Yogyakarta. Namun, konflik itu sama dengan beberapa kawan aktivis membuat kehidupan keluarganya di kampung menjadi tidak menentu, rumahnya dibakar dan isinya dijarah. Karena kondisi itu, biaya hidup yang biasa ia terima kini tidak lagi bisa dikirim. Setelah konflik mereda, pada 2003-2004, ia merasa tertarik untuk meneliti akar-akar konflik Poso. Ia mewawancarai banyak orang yang berasal dari daerah konflik dan pengungsian. Dari wawancara itu melihat bahwa sebenarnya kaum perempuan punya andil besar dalam
74 indonesia zamrud toleransi Lian Gogali. nama Sekolah Perempuan Mosintuwu. Baginya perempuan punya peran Sumber: YouTube. penting sebagai agen perdamaian. Sekolah ini merupakan jawaban atas merajut perdamaian di Poso. pertanyaan seorang ibu yang pernah Ia pernah mendengar cerita seorang bertanya kepadanya, apakah penelitian yang ia lakukan itu memiliki manfaat ibu yang harus berjalan puluhan untuk mereka. kilometer menjual ikan kepada semua masyarakat tanpa melihat Di sekolah itu ia mendidik agama yang dianut. Padahal apa yang semua perempuan baik dari Kristen dilakukannya pada saat itu sebenarnya maupun muslim. Ia meluruskan sangat berisiko. Karena konflik, orang kesalahpahaman yang selama ini muslim yang pada umumnya menjual diyakini tentang pihak lain. Agar ikan hasil laut dan orang Kristen yang semakin cair, ia kadang mengajak menjual sayur mayur tidak bisa saling perempuan muslim berkunjung berinteraksi. Mereka saling curiga jika ke gereja dan sebaliknya. Interaksi jualannya itu sudah diracun. Namun, semacam ini berhasil mencairkan niat tulus perempuan itu akhirnya ketegangan antarkelompok yang berbuah kepercayaan. Ia benar-benar pernah berkonflik ini. Selain ingin berjualan demi menghidupi pendidikan toleransi, sekolah ini juga keluarga. Bagi Lian, tindakan ini adalah mengajarkan ibu-ibu membuat kue dan sebuah terobosan dalam mencairkan mengembangkan pertanian organik. hubungan antarkelompok yang masih saling curiga. Dalam upaya memulihkan trauma, Lian juga memiliki program Dari pengalaman itu, ia kemudian perpustakaan keliling yang ia namakan mendirikan sebuah sekolah yang diberi Project Sophia. Perpustakaan ini berkeliling ke 24 desa dengan mengajak anak-anak membaca buku yang digemari. Ia berharap trauma akibat konflik bisa pulih dan tidak lagi dendam terhadap kelompok lain. C. M engelola Keragaman di Kalimantan Di Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat, ada dua kelompok besar yang mendiami daerah itu, yakni Dayak dan Melayu. Selain dua kelompok itu, juga ada kelompok
75 pengalaman hidup bersama Tionghoa dan Madura yang memainkan terjadi. Konflik terbesar antara Dayak peran sosial yang cukup menentukan. dan Madura terjadi pada Desember Juga ada beberapa kelompok kecil lain 1996 yang bermula di Sanggau Ledo. yang berasal dari Jawa, Batak, Sunda, Sementara konflik antara Melayu dan dan Sulawesi. Hanya jumlah dan Madura terjadi pada 1999 yang bermula pengaruh kelompok-kelompok terakhir di Parit Setia. itu masih relatif kecil. Hubungan antarkelompok atau antarsuku di Pada umumnya, konflik antaretnis Kalimantan Barat termasuk cukup bermula dari masalah pidana biasa. rawan konflik. Hal ini terbukti dari Masalah itu kemudian berkembang beberapa konflik antarsuku yang menjadi konflik antarkelompok pernah terjadi di wilayah itu. karena identifikasi masalah kelompok semakin mendominasi. Tentu saja Pada masa kolonial hingga awal hal ini dimungkinkan karena sudah kemerdekaan, kelompok Melayu ada prasangka yang telah terbangun berada pada lapisan teratas stratifikasi sebelumnya. Dalam kasus hubungan sosial masyarakat Kalimantan antaretnis di Kalimantan Barat, masing- Barat. Melayu memiliki perkerjaan masing kelompok sudah memiliki terhormat, kekuasaan yang besar, prasangka satu sama lain. Prasangka dan kemakmuran yang melimpah. ini semakin mengeras ketika konflik Sementara suku Dayak selama beberapa antarkelompok pecah. waktu mereka menjadi kelompok yang terpinggirkan. Di akhir tahun Selain proses akulturasi yang gagal, 1950-an, representasi mereka mulai konflik antarkelompok di Kalimantan terakomodasi dengan dibentuknya Barat juga dipengaruhi oleh kebijakan Kalimantan Tengah dan tokoh Dayak, sumber daya alam yang kurang adil. Tjilik Riwut menjadi gubernur pertama. Ada tiga sektor ekonomi sumber daya Namun sayang, akomodasi itu semakin alam yang menjadi sumbu keributan, sempit ketika rezim berganti ke Orde yakni sektor perkebunan sawit dan Baru. Dengan ideologi pembangunan, hutan tanaman industri, pertambangan orang Dayak semakin terdesak di (khususnya emas) dan hasil hutan daerahnya sendiri. (kayu). Dalam sejarah hubungan Dalam pandangan masyarakat antarkelompok di Kalimantan Barat Dayak, tanah dan hutan adalah milik sudah terjadi beberapa konflik, mulai mereka karena tanah itu sudah lama dari skala yang kecil hingga luas dan mereka kuasai, bahkan sebelum mengerikan. Misalnya, konflik antara Indonesia ada. Hal yang lebih suku Dayak dan suku Madura atau menentukan adalah karena tanah antara suku Melayu dan suku Madura dan hutan serta isinya merupakan adalah konflik yang paling sering basis bagi kehidupan masyarakat Dayak, baik secara budaya dan juga
76 indonesia zamrud toleransi Pemerintah pusat beberapa kali membuat kebijakan yang kurang memperhatikan relasi antarkelompok dalam masyarakat. Pada taraf tertentu, hal itu melahirkan kekesalan yang berujung pada konflik sosial. Dua orang warga Dayak Kenyah tengah Orang Madura di Sambas berburu. Hutan beserta isinya merupakan basis bagi kehidupan masyarakat Dayak. Menurut penelitian Suparlan, orang Madura sudah datang dan tinggal di Sumber: www.beritagar.id. Kalimantan Barat sejak tahun 1920-an (Suparlan 2005: 191). Sebelum perang kehidupan ekonomi. Pola pemanfaatan dunia kedua, keberadaan mereka hutan yang mereka lakukan selama secara sosial dan ekonomi di wilayah ini biasanya didasarkan pada kearifan itu tidak terlalu signifikan. Hal itu kultural mereka. Orang Dayak percaya dikarenakan jumlah mereka yang bahwa segala sesuatu itu memiliki kecil dan karena posisi sosial mereka roh sehingga penggunaannya harus yang rendah. Umumnya, mereka dilakukan dengan ritual-ritual yang berprofesi sebagai buruh kasar. Dalam tidak boleh dilanggar begitu saja. Jika perkembangannya hingga sebelum aturan itu dilanggar maka hubungan kerusuhan 1999, orang-orang Madura antara manusia dan alam akan sudah hidup di hampir seluruh pelosok terganggu. Sementara bagi masyarakat wilayah kabupaten Sambas, di desa, luar Dayak, keyakinan semacam itu dusun dan juga perkotaan. Mereka dianggap sebagai penghalang bagi hidup mengelompok dengan sesama aktivitas ekonomi dan percepatan orang Madura. Meski mengelompok, pembangunan yang tengah digalakkan mereka hidup dalam ketetanggaan saat itu. bersama kelompok lain, khususnya Melayu dan Dayak. Selain kebijakan sumber daya alam dan ekonomi yang kurang adil Pusat kegiatan orang Madura adalah dan kurang memberdayakan para tempat ibadah mereka. Jika jumlah penduduk lokal, persoalan distribusi mereka sedikit maka tempat ibadah itu posisi politik juga kerap menjadi masih berupa langgar atau mushola. pemicu keributan antarkelompok. Namun bila jumlahnya banyak maka pusat kegiatan itu ada di masjid dan juga pesantren. Di pusat-pusat kegiatan itu mereka kurang inklusif terhadap kelompok lain. Tempat ibadah itu hanya diisi oleh orang Madura saja.
77 pengalaman hidup bersama Bahasa komunikasi yang digunakan yang pernah mengemuka dalam juga bahasa Madura. Kyai dan imam membaca konflik tersebut. Yang yang ada di masjid dan pesantren pertama adalah penjelasan budaya. juga orang Madura. Bahkan, orang- Dua suku ini dianggap sebagai suku orang Madura di Sambas memiliki yang memiliki tradisi kekerasan kecenderungan untuk bersembahyang sehingga potensi konfliknya cukup berjamaah di masjid milik orang tinggi. Suku Dayak memiliki tradisi Madura, yang khotbahnya dilakukan kayau (headhunting), jika merasa dalam bahasa Madura. kehormatannya dilangkahi. Meski tradisi ini sudah lama ditinggalkan, Kerusuhan Sambas dan Pemicunya namun dalam konflik 1996–1997, tradisi itu mereka hidupkan kembali. Dalam memahami konflik antara Sedangkan suku Madura memiliki Madura dan Dayak, pendekatan tradisi Carok. Tindakan ini juga kultural melihat ada masalah serius di dilakukan ketika kehormatan mereka tingkat relasi antarkelompok itu. Secara merasa dilecehkan (Bertrand 2012: 77). budaya, kedua suku memiliki budaya kekerasan sehingga memiliki potensi Dalam pandangan suku Dayak, besar terlibat dalam konflik. Dari data suku Madura adalah satu suku yang yang ada, antara 1962 hingga 1999 tidak memberikan hormat pada nilai- sudah terjadi kerusuhan antara Dayak nilai Dayak dan adat istiadat setempat. dan Madura sebanyak 11 kali. Kerusuhan Menurut Bertrand, alasan ini paling paling besar dan luas terjadi pada 1996– sering dikutip untuk menjelaskan 1997 yang dimulai di Sanggau Ledo. mengapa Dayak dan Madura kerap terlibat dalam konflik terbuka di Berbeda dengan konflik antara Kalimantan Barat dibanding dengan Dayak dan Madura yang sudah sering suku-suku lain (Bertrand 2012: 78). terjadi, konflik antara Melayu dan Madura justru lebih sedikit jumlah Penjelasan kedua yang juga kejadiannya. Peristiwa Parit Setia dianggap mungkin adalah karena merupakan peristiwa yang relatif adanya tindakan provokasi. Tahun jarang. Kericuhan itu terjadi karena 1996–1997 adalah periode menjelang perselisihan antara dua kelompok itu dilakukannya pemilu terakhir tidak lagi bisa dibendung. Hingga kini, Orde Baru. Ada pihak-pihak yang orang-orang Madura yang mengungsi berkepentingan untuk melakukan dari Sambas belum bisa kembali karena penghasutan antardua suku yang kendala resolusi yang belum usai. memiliki potensi konflik. Tindakan provokasi barangkali memang ada, Khusus tentang konflik antara tetapi penjelasan ini dianggap sulit Madura dan Dayak, Jacques Bertrand untuk dipertahankan, karena ia tidak memiliki analisis yang cukup tajam. menjelaskan mengapa konflik itu sangat Menurutnya, ada beberapa penjelasan
78 indonesia zamrud toleransi mudah terjadi. Sementara penjelasan yang selama ini mereka hidupi. Ketika ketiga adalah penjelasan sosio-ekonomi. proses peminggiran secara sistematis Penjelasan ini pun dianggap kurang terhadap suku Dayak terjadi, mereka relevan karena di antara pendatang di menyaksikan proses migrasi masif Kalimantan Barat, suku Madura bukan suku Madura ke Kalimantan Barat. suku yang kaya. Pada umumnya mereka Sebagaimana sudah dikatakan di atas, miskin, kurang lebih sama dengan suku secara ekonomi, sebenarnya suku Dayak. Kebanyakan mereka adalah Madura bukan kelompok atas, sehingga tukang becak, kuli, sopir, buruh dan alasan sosio-ekonomi dianggap kurang pedagang kecil (Bertrand 2012: 79). relevan untuk menjelaskan konflik antara Dayak dan Madura. Jacques Bertrand mencoba menganalisis lebih jauh soal konflik Dari uraian itu kita melihat itu dengan menunjukkan nasib bahwa ada proses peminggiran yang orang Dayak yang mengalami proses dialami suku Dayak dengan hilangnya peminggiran, khususnya sejak representasi politik yang baru saja Indonesia merdeka. Puncak dari mereka peroleh di masa sebelumnya. proses peminggiran itu berlangsung Hal ini tentu saja menimbulkan di masa Orde Baru lewat kebijakan kekecewaan dan kekesalan kolektif. pembangunannya. Dengan ideologi Namun sebagai sebuah kelompok pembangunannya, rezim Orde mereka tidak mampu melawan Baru melihat suku Dayak sebagai kekuatan negara yang sangat dominan terbelakang. Paling tidak ada dua dan represif saat itu. Di tengah kebijakan yang membuat mereka kekesalan itu, mereka melihat suku semakin asing di rumah sendiri. Madura yang jumlahnya tidak terlalu Pertama standardisasi konsep desa banyak yang secara kebetulan kerap bagi suku Dayak. Karena kebijakan ini, terlibat perselisihan dengan mereka. konsep rumah Betang milik suku Dayak Situasi ini memberikan alasan bagi suku dianggap tidak layak dan kemudian Dayak untuk melampiaskan kekesalan ditata ulang agar sesuai dengan format terhadap orang-orang Madura. desa pada umumnya. Perubahan ini mencabut struktur dasar budaya suku Merajut Damai di Kalimantan Dayak yang ada dalam format rumah Betang. Pola berladang yang berpindah- Upaya untuk membina perdamaian pindah juga dianggap tidak efisien. dan kondisi harmonis antarkelompok masyarakat di Kalimantan Barat Kedua, kebijakan izin pengelolaan dilakukan dengan memperbaiki dua hal hutan yang diberikan pemerintah penting. Pertama, melibatkan kelompok Orde Baru kepada para pengusaha dan masyarakat dalam perumusan kroni semakin membuat suku Dayak kebijakan yang akan diambil. Kedua, tidak bisa bertahan dalam ekosistem mengikis prasangka dan stereotip yang
79 pengalaman hidup bersama ada dalam masyarakat. Ritual Singer Manetes Hinting Bunu di Kota Pada level pertama, kita barangkali Banjarmasin. Ritual ini diselenggarakan untuk menjalin perdamaian di antara pihak yang bisa melihat adanya sedikit perbaikan bertikai.. perumusan kebijakan yang berbasis pada kepentingan masyarakat itu Sumber: Istimewa. sendiri. Sementara pada level kedua, pemerintah jelas sangat menginginkan selalu saja ada masyarakat yang agar hubungan antarkelompok dalam memiliki pandangan bahwa kekerasan masyarakat bisa berlangsung harmonis. dan konflik adalah sesuatu yang Berbagai upaya dilakukan, salah sepatutnya dihindari. Orang seperti satunya dengan merevitalisasi nilai-nilai Paleng, yang membantu orang Dayak lokal pada masing-masing kelompok. dari penyerangan, memang melihat Upaya ini didorong oleh pemerintah ada perbedaan budaya yang perlu dan juga lembaga-lembaga non diperbaiki. Namun, perbaikan itu pemerintah. seharusnya tidak dengan konflik. Selain Paleng tentu saja masih ada beberapa Patut dicatat bahwa ketika terjadi orang atau aktor yang aktif merajut konflik antara Dayak dan Madura, tidak perdamaian di Kalimantan. semua orang Dayak memerangi warga Madura. Sebagian orang Dayak bahkan Setelah konflik memakan korban ada yang rela mengambil risiko dengan cukup banyak dan perhatian yang melindungi orang Madura yang sedang begitu luas, masing-masing pihak dikejar. Pengalaman itu bisa kita lihat merasa harus mengakhiri situasi dari tokoh perempuan Dayak Bakate’ itu. Bersama pemerintah mereka Sanggau Ledo yang bernama Paleng. berkonsolidasi membina perdamaian. Katanya: Dalam upaya itu, ada semangat yang cukup luas dari segala lapisan mengenai Waktu itu rumah ini dipenuhi pentingnya mengakhiri konflik. Baik oleh masyarakat Madura yang konflik antara Dayak dan Madura atau mengungsi. Siangnya kita antara Melayu dan Madura, mereka disibukkan memberi makan mereka semua betul-betul berkeinginan walau kami makan apa adanya. Malam hari kita juga mengantar mereka (para pengungsi) pergi ke hutan mengambil harta benda mereka yang ditinggal di sana, walau kami juga takut menjadi korban dibunuh oleh kawan Dayak. (Rosdiawan 2007: 67) Pengalaman semacam ini sangat penting untuk menunjukkan bahwa
80 indonesia zamrud toleransi mengakhiri semua perseteruan sosial antarkelompok di Kalimantan. itu. Masing-masing pihak melakukan Salah satu kisah penting itu ada di introspeksi diri dalam memandang kelompok lain. Mereka berusaha untuk sebuah desa yang bernama Retok. Kisah adil dalam melihat kelompok lain di desa ini menggambarkan hubungan dengan tidak melakukan generalisasi. saling pengertian antara suku Madura dan Dayak. Urat nadi desa itu adalah Harmoni Dayak-Madura Sungai Retok yang menghubungkan di Desa Retok satu daerah ke daerah lain. Karenanya di daerah itu ada beberapa usaha Sejauh ini, setelah lebih dari transportasi yang dikelola baik oleh 15 tahun, kita memang tidak lagi orang Madura, Dayak, dan juga mendengar konflik besar terjadi Tionghoa. di Kalimantan. Pemerintah dan masyarakat telah belajar dari Mayoritas penduduk Retok adalah pengalaman masa lalu. Namun, bila suku Madura. Mayoritas kedua adalah kita bicara mengenai potensi konflik di suku Dayak. Sisa sebagian kecil lain Kalimantan, hal itu sebenarnya masih adalah Tionghoa. Desa ini terdiri dari cukup besar mengingat beberapa empat dusun, dusun Retok Kuala, persoalan mendasar tidak terpecahkan Babante, Acin, dan Memperigang. secara menyeluruh. Hal ini tidak Kehidupan ekonomi warga dusun berarti bahwa perdamaian menjadi banyak bergantung pada hasil alam dan sulit. Kita bisa melihat beberapa upaya budi daya lokal seperti karet, jagung, yang dilakukan oleh masyarakat dalam nanas, dan lain-lain. Pola pemukiman merajut perdamaian antarkelompok masyarakat desa Retok masih dan suku di Kalimantan. didasarkan pada kelompok etnis. Hal yang perlu dicatat dalam melihat Dari penelusuran para orang tua di konflik antarkelompok di mana pun, desa Retok diketahui bahwa komunitas sejatinya kita tidak melihat konflik yang pertama kali menempati desa itu antarkelompok itu dalam arti total adalah suku Dayak di akhir abad 19 dan bahwa semua suku A pasti bermusuhan disusul oleh orang Madura yang baru dengan suku B. Karenanya kita juga tiba pada 1920-an. Namun, karena ada tidak memahami bahwa semua orang migrasi yang cukup masif, jumlah orang Dayak pasti bermusuhan dengan orang Madura bertambah secara signifikan Madura. Selalu saja ada bagian dari hingga menjadi mayoritas. Kehidupan kelompok yang “keluar” dari relasi bersama antara dua etnis yang pernah permusuhan itu. Mereka ini justru aktif dan kerap mengalami konflik ini relatif pada upaya sebaliknya, yakni merajut terjaga karena ada komitmen kuat perdamaian. Kisah-kisah itu tentu untuk saling mengerti dan memahami sangat penting untuk memahami relasi budaya masing-masing. Bagi orang Dayak, adat memainkan
81 pengalaman hidup bersama peranan yang sangat penting. Inti di Retok bisa berbahasa Dayak dan juga dari adat yang mereka yakini adalah sebaliknya. Kemampuan ini membantu keseimbangan hubungan antarsesama mereka untuk melakukan inklusi sosial manusia, hubungan antara manusia secara baik. Selain pertukaran bahasa, dan alam, dan hubungan antara mereka juga mampu mendistribusikan manusia dan Sang Pencipta ( Jubata). kekuasaan politik secara arif. Misalnya, Adat menuntut agar manusia menjaga meski orang Madura menjadi mayoritas, keseimbangan ini. Karenanya jika ada mereka selalu menyerahkan kekuasaan pelanggaran terhadap keseimbangan kepala desa kepada orang Dayak. Paling tersebut, mereka menuntut ganti-rugi tidak, hal ini telah berlangsung sejak lewat ritual adat. tahun 1972. Dalam upaya menghindari konflik, mereka juga aktif menyeleksi Tindakan yang melanggar orang dari masing-masing suku ketika keseimbangan itu dianggap hendak tinggal di desa Retok. Mereka sebagai tindakan yang “mengotori” tidak akan menerima orang yang sehingga mereka perlu melakukan dianggap sulit untuk dikendalikan “pembersihan”. Proses pembersihan karena berpotensi mengganggu kohesi dilakukan melalui ritual yang yang sudah dibangun (Atok). dipimpin oleh para tokoh adat Dayak. Mereka yang dianggap D. Harmoni di Sumatera melanggar keseimbangan juga diminta Utara bertanggungjawab dengan melakukan penebusan sebagai “sanksi adat”. Kerusuhan Tanjung Balai yang terjadi pada Jumat 29 Juli sekitar pukul Adat yang diyakini masyarakat 23.30 WIB hingga Sabtu 30 Juli 2016 Dayak ini bisa diterima oleh masyarakat dini hari diawali permintaan seorang Madura. Orang Madura mau mengikuti ibu etnis Tionghoa, Meliana, agar sistem sanksi adat yang berlaku dalam masjid di dekat rumahnya mengecilkan masyarakat Dayak. Hal itu bisa dilihat volume pengeras suaranya. Ternyata, dalam beberapa kasus. Orang yang tindakan ini menimbulkan kemarahan dianggap bertanggung jawab, baik sejumlah orang yang tidak terima atas dari suku Dayak ataupun Madura protes ibu tadi. Awalnya, kemarahan diharuskan membayar sanksi atau ini bisa diredakan oleh pimpinan tebusan atas tindakan yang dianggap lingkungan dan polisi setempat. mengotori. Dalam ritual adat, mereka Namun, beberapa jam kemudian melakukan doa bersama, berharap agar muncul massa beringas yang membakar mereka selalu terhindar dari kejahatan. dan merusak sejumlah bangunan wihara, kelenteng, dan kendaraan Proses penting yang turut pribadi. Peristiwa ini menyebabkan menopang kohesi ini adalah 15 bangunan yang terdiri atas wihara, kemampuan mereka untuk saling mengerti. Kebanyakan orang Madura
82 indonesia zamrud toleransi Vihara Tri Ratna Tanjung Balai (sebelum wujud nyata dari sikap arogansi warga patung Buddha diturunkan pada Oktober pendatang. 2016) di Asahan, Tanjung Balai Sumatera Utara. Namun, pihak Komnas HAM mengambil kesimpulan lain. Dalam Sumber: www.jadagram.com. siaran persnya, Komnas HAM berpendapat bahwa permintaan kelenteng, dan rumah pribadi dibakar Meliana untuk mengecilkan volume dan dirusak massa, tujuh di antaranya pengeras suara disampaikan dengan rusak berat. cara yang wajar. Permintaan tersebut diutarakan ke pihak pengurus masjid Banyak yang mengatakan, juga dan sudah ada mediasi dengan pihak penduduk Tanjung Balai sendiri, kelurahan. Pihak Meliana pun sudah kerusuhan ini sebenarnya bukan konflik meminta maaf atas permintaannya. agama. Kesenjangan ekonomilah yang Komnas HAM menilai bahwa menjadi penyebab utama. Unsur agama sebenarnya peristiwa ini tidak akan hanya menjadi pemantik saja. Beberapa terjadi jika tidak ada distorsi informasi pihak menyebutkan sikap etnis yang disampaikan beberapa oknum. Tionghoa di Tanjung Balai selama ini Informasi yang menyebar adalah ada arogan dan tidak menghormati etnis- warga etnis Tionghoa yang melarang etnis lainnya yang beragama Islam. azan dan memprotes pengeras suara Warga yang telah lama memendam masjid. Tulisan-tulisan provokasi kemarahan lalu melampiaskannya melalui media sosial yang menyebar ketika ada seorang warga etnis di masyarakat untuk menyulut Tionghoa memprotes pengeras suara kebencian etnis dan agama kemudian masjid. Mereka menganggap protes menyulut kemarahan warga hingga yang disampaikan Meliana merupakan mereka melakukan perusakan dan pembakaran. Sebelumnya, warga Buddha etnis Tinghoa dan warga muslim Tanjung Balai juga pernah berkonflik. Pada 30 Mei 2010 dan 29 Juni 2010, beberapa ormas yang mengatasnamakan “Gerakan Islam Bersatu” melakukan demonstrasi ke kantor DPRD dan Walikota Tanjung Balai. Mereka mendesak pemerintah menurunkan patung Buddha Amithaba di wihara Tri Ratna dengan alasan bahwa keberadaan patung tersebut tidak mencerminkan
83 pengalaman hidup bersama kesan islami di Kota Tanjung Balai Seorang warga keturunan Tionghoa tengah dan dapat mengganggu keharmonisan bersembahyang di Kelenteng Sam Poo Kong, masyarakat. Simongan, Semarang. Lagi-lagi, alasan utama di baliknya Sumber: KHOMAINI. disinyalir bukanlah agama, persaingan sosio-ekonomi yang menjadi mengalami kekerasan di Indonesia, penyebabnya. Masyarakat Tanjung baik sebelum dan setelah Indonesia Balai merasakan dominasi orang-orang merdeka. Dalam abad ke-20, tercatat Tionghoa pada bidang sosial dan peristiwa kekerasan terjadi pada 1916, ekonomi. Saat umat Buddha Tionghoa 1946–47, 1966, 1980, 1996, dan 1998. membangun patung Buddha yang tingginya menjulang mengalahkan Persaingan sosio-ekonomi sering tinggi bangunan Balai yang dibangun dijadikan penyebab utama terjadinya pemerintah sebagai monumen kekerasan terhadap etnis Tionghoa. Tanjungbalai, mereka anggap sebagai Mereka minoritas, tapi secara ekonomi sikap arogan etnis Tionghoa untuk lebih mampu daripada mayoritas menunjukkan dominasinya. Sebab itu, pribumi. Namun, alasan adanya warga menuntut agar patung tersebut persaingan sosio-ekonomi saja tidak diturunkan. cukup untuk menjelaskan terjadinya kekerasan. Faktanya, tidak semua orang Tuntutan masyarakat akhirnya Tionghoa kaya, dan kekerasan yang menerbitkan kesepakatan untuk menyasar pada etnis ini tidak terbatas menurunkan patung tersebut. pada kalangan kaya saja. Namun, kesepakatan ini tak kunjung direalisasikan. Setelah kerusuhan Adanya pelembagaan baik formal Tanjung Balai pada Juli 2016—Vihara Tri maupun informal yang terus-menerus Ratna merupakan salah satu bangunan terjadi pada kalangan etnis Tionghoa yang dirusak massa—demi terciptanya merupakan alasan yang lebih bisa suasana kondusif dan hubungan menjelaskan terjadinya kekerasan. Etnis harmonis di antara umat beragama di Tionghoa dianggap bukan penduduk Kota Tanjung Balai dibuat keputusan bersama yang melibatkan juga pemerintah kota untuk memindahkan patung Buddha setinggi 6 meter itu ke lokasi yang telah ditentukan. Patung ini akhirnya diturunkan pada Oktober 2016. Kekerasan pada Etnis Tionghoa Etnis Tionghoa berkali-kali
84 indonesia zamrud toleransi asli. Terlepas dari asal-usul mereka peminggiran terhadap etnis Tionghoa. yang beragam, bahasa yang digunakan, Berbagai peraturan dan kebijakan yang jumlah generasi sejak kedatangan dibuat menyulitkan pergerakan etnis mereka di Indonesia, ataupun Tionghoa. Etnis ini diberi kode khusus percampuran dengan yang bukan dalam KTP mereka, yang dengan jelas Tionghoa, mereka tetap dianggap mengidentifikasikan mereka sebagai dengan kategori tunggal: Cina. Istilah orang Tionghoa. Orang-orang Indonesia ini selalu berkonotasi nonpribumi, atau keturunan Tionghoa benar-benar warga pendatang. terhalang untuk menjadi PNS dan militer khususnya untuk posisi-posisi Pelembagaan orang-orang Tionghoa puncak. Diskriminasi juga terjadi pada sebagai kelompok terpisah inilah yang bidang pendidikan. Meski tidak tertulis, tampaknya memainkan peran utama. akses pelajar Tionghoa untuk masuk ke Mulai dari masa kolonial sampai perguruan tinggi negeri sangat dibatasi. berbagai periode bangsa Indonesia Kebijakan yang dibuat Orde Baru ini merdeka, terdapat bermacam-macam meski berbeda secara penerapan, peraturan, perundang-undangan, dan memiliki ciri yang sama dengan lembaga-lembaga representasi yang kebijakan pemerintah kolonial Belanda, dimaksudkan untuk membedakan yaitu bersifat memecah belah. orang-orang Tionghoa dari kelompok- kelompok lain. Bahkan kelahiran Pembedaan itu kian diperparah oleh nasionalisme Indonesia sendiri terkait cara Orde Baru memelihara sekelompok erat dengan pembedaan dengan kecil minoritas pengusaha Tionghoa orang Tionghoa yang disokong oleh yang sangat kaya. Berbagai pembatasan pelembagaan pemerintah kolonial. Saat pada etnis Tionghoa, kebijakan Orde itu, berbagai organisasi, seperti Sarekat Baru dalam mobilisasi modal asing Dagang Islam, dibentuk sebagai sarana dalam negeri untuk pembangunan, memperjuangkan pedagang pribumi serta hubungan patron klien yang ada dari dominasi pedagang-pedagang dengan segelintir pengusaha Tionghoa besar Tionghoa. telah menciptakan suatu kelas pemilik konglomerat bisnis raksasa yang kaya Pembedaan ini kemudian raya. Para cukong ini tumbuh besar di melahirkan berbagai macam stigma bawah lindungan penguasa. Timbullah negatif kepada etnis Tionghoa, seperti persepsi umum bahwa orang-orang rasa kesetiaan mereka yang mendua Indonesia keturunan Tionghoa telah dan bisnis mereka yang bersifat mendominasi perekonomian Indonesia. memeras sehingga memiskinkan Anggapan inilah yang kemudian masyarakat setempat. meningkatkan sentimen anti-Cina dan menyulut kekesalan di kalangan orang Stigmatisasi ini kemudian Indonesia. diperburuk pada zaman Orde Baru. Di satu sisi, Orde Baru melanggengkan
85 pengalaman hidup bersama Krisis keuangan pada 1997-an diskriminatif. memperparah keadaan ini. Puncaknya Pemerintahan era reformasi terjadi kerusuhan Mei 1998, di mana banyak etnis Tionghoa menjadi mengakomodasi tuntutan ini. korbannya. Betapa pun provokasi Pemerintah melakukan langkah- memainkan peran besar dalam langkah untuk menghilangkan membuat sentimen anti-Cina menjadi diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. kekerasan, peristiwa ini merupakan Penggunaan istilah pribumi dan akibat dari kebijakan diskriminatif nonpribumi dihapuskan. Praktik Orde Baru. Orang-orang Tionghoa agama dan perayaan yang sebelumnya tetap diperlakukan sebagai orang luar, dilarang bisa kembali dirayakan di nonpribumi. Ketika rezim menciptakan ruang publik. Tahun Baru Tionghoa ketidakadilan ekonomi yang lebih kuat (Imlek) bahkan dinyatakan sebagai dan mencolok dengan cara memelihara hari libur nasional. Yang paling para cukong, kemarahan terhadap penting adalah amandemen UUD yang rezim itu ditransformasikan menjadi dilakukan MPR pada November 2001 kekerasan terhadap etnis Tionghoa. yang mengganti persyaratan agar presiden harus “orang asli” dengan Pada masa Reformasi, keadaan persyaratan kewarganegaraan. Juga menjadi lebih baik. Kejatuhan rezim ketetapan yang dibuat pemerintah Orde Baru dan kerusuhan anti-Cina untuk kembali menggunakan istilah yang mengikutinya menyadarkan “Republik Rakyat Tiongkok” dan orang banyak pihak bahayanya segregasi “Tionghoa” menggantikan istilah bagi keutuhan bangsa. Di samping itu, “Republik Rakyat Cina” dan orang ketegangan terhadap etnis Tionghoa “Cina” yang berkonotasi negatif. mulai mengendur dengan diprosesnya para konglomerat Tionghoa di pusaran Langkah-langkah formal yang penguasa Orde Baru karena terlibat dilakukan pemerintah masa korupsi. Setidaknya langkah ini Reformasi memang tidak sepenuhnya menghilangkan salah satu kekesalan menghilangkan praktik diskriminasi utama terhadap etnis Tionghoa. terhadap etnis Tionghoa. Namun, banyak yang telah berubah. Ruang Runtuhnya Orde Baru kemudian sosial dan politik saat ini terbuka lebar menjadi langkah untuk memperbaiki bagi etnis Tionghoa. Kekerasan rasial berbagai aturan yang lazim. Untuk terhadap etnis Tionghoa pasca-Mei pertama kalinya, sejak 1950, etnis 1998 hampir tidak terjadi. Kalau pun Tionghoa memiliki kesempatan untuk terjadi, seperti pada kasus Tanjung terlibat dalam kegiatan-kegiatan Balai, akan segera menjadi keprihatinan politik guna membela hak-hak nasional dan langsung ditangani oleh mereka. Secara terbuka, mereka pemerintah. menuntut penghapusan praktik-praktik
86 indonesia zamrud toleransi Wakil Gubernur Sumatera Utara H. T. Erry Kampai. Nuradi saat melantik Pengurus Daerah Baru pada pertengahan abad ke-19, Generasi Muda Indonesia Tionghoa Sumatera Utara (GEMA INTI SUMUT). terjadi imigrasi etnis Tionghoa dalam jumlah besar. Saat itu, kolonial Belanda Sumber: Istimewa. mengembangkan perkebunan di wilayah ini. Pada awalnya, masyarakat Etnis Tionghoa di Sumatra Utara setempat tidak bersedia bekerja di perkebunan itu. Sebab itu, Belanda Wilayah Sumatra Utara merupakan kemudian mendatangkan pekerja dari satu wilayah di mana persentase etnis luar daerah, terutama dari Tiongkok Tionghoanya paling besar di Indonesia. bagian selatan dan Pulau Jawa. Kawasan Sejak zaman Hindia Belanda, sudah Sumatra Timur kemudian dihuni oleh terdapat banyak pemukiman permanen etnis yang beragam. etnis Tionghoa, misalnya di Bengkalis, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Binjai, Sejak itu, wilayah Sumatra Timur dan Tebing Tinggi. Saat itu, Sumatra berciri sistem ekonomi perkebunan. Utara dikenal sebagai Sumatra Timur Ciri utama ekonomi perkebunan adalah Tanah Kekuasaan Raja-Raja Melayu. daerah yang kaya raya, sekaligus ketergantungan pada daerah lain untuk Sampai abad ke-19, mayoritas memenuhi kebutuhan pokoknya. penduduk Sumatra Timur terdiri atas Meningkatnya jumlah penduduk dan kelompok etnis Batak Karo, Batak kurangnya lahan pertanian menjadi Simalungun, dan Melayu. Mereka inilah penyebabnya. Dalam hal ini, para yang dikenal sebagai penduduk asli pedagang etnis Tionghoa memainkan Sumatra Timur. Sudah ada pendatang peran besar. dari Tiongkok karena pada awal abad ke-7 Masehi, di beberapa pelabuhan Sementara itu, para buruh Tionghoa di Sumatra Timur sudah terdapat yang telah menyelesaikan kontrak pedagang-pedagang Tionghoa terutama kerja dari kolonial Hindia Belanda di wilayah Aru, Kota China, dan pulau mulai berupaya untuk menetap di kota-kota, dan lambat laun mereka bekerja sebagai pedagang, pemilik toko, petani kecil, nelayan, dan penjual barang bekas. Pada 1920, pemukiman pedagang Tionghoa sudah tampak di beberapa kota besar, antara lain Siantar dan Medan. Sebagian besar toko dan perdagangan di kota itu didominasi oleh orang Tionghoa. Pengelompokan yang dilakukan pemerintah kolonial dan Indonesia
87 pengalaman hidup bersama pascamerdeka sedikit banyak membuat tetap terjadi. Penentangan masyarakat etnis Tionghoa terasing dari penduduk terhadap patung Buddha Amithaba di setempat. Mereka tinggal dalam Wihara Tri Ratna dan protes seorang kantong-kantong pemukiman sesama warga terhadap pengeras suara etnis mereka, terutama di kawasan masjid yang berujung pembakaran perniagaan di wilayah perkotaan. sejumlah tempat ibadah di Tanjung Mereka masih kental memelihara Balai menunjukkan bahwa ketegangan budaya Tionghoa dan menggunakan antaretnis masih ada. bahasa Tionghoa atau dialek asal kampungnya di daratan Tiongkok. Hal Seperti yang ditunjukkan dalam ini membuat integrasi etnis ini dengan sebuah penelitian mengenai relasi masyarakat setempat tidak berjalan etnik dan identitas kewargaan di kota lancar. Binjai, Sumatra Utara (Budiman ed. 2012), sebagian masyarakat perkotaan Interaksi Antar-Etnis di Sumatra Utara masih melihat di Sumatra Utara etnis Tionghoa sebagai kelompok yang eksklusif. Mereka lebih suka Pada umumnya, situasi di Sumatra bercengkerama dengan sesama mereka. Utara yang dihuni oleh beragam etnis Mereka masih menggunakan bahasa ini kondusif dan tenang. Jarang sekali ibu dalam berkomunikasi sesama terjadi kekerasan antaretnis, terutama mereka, bahkan saat mereka berada sejak masa Reformasi. Pematang di tempat publik. Hal ini membuat Siantar, misalnya, dinobatkan sebagai etnis lain merasa risi. Dalam kegiatan kota paling toleran di Indonesia pada sosial, etnis Tionghoa cenderung 2015 oleh Setara Institute. Kota lain menghindari kegiatan yang dinilai tidak di Sumut yang dikenal toleran adalah menguntungkan etnis mereka. Kalau Sibolga. Dua kota di Sumatra Utara pun terlibat, keterlibatannya biasanya ini dianggap berhasil membangun hanya dalam bentuk menyumbang kebersamaan dalam masyarakat yang dana. multikultur. Seperti diungkapkan di atas, sejarah Namun, bagaimana dengan kota- panjang kebijakan segregasi baik kota lain di Sumatra Utara? Apakah oleh pemerintah kolonial maupun minimnya konflik antaretnis dan agama pemerintah pasca-kolonial menjadi bisa dijadikan acuan bahwa wilayah penyebab terasingnya etnis Tionghoa Sumatra Utara, khususnya di bagian dari etnis-etnis lainnya. Segregasi timur, bisa dikatakan sebagai daerah menyebabkan sikap saling curiga yang menjunjung nilai keberagaman? sehingga masing-masing etnis saling Sebab, meskipun tidak menjadi konflik menjaga jarak dengan yang lainnya. yang terbuka, pengalaman-pengalaman Etnis Tionghoa, kelompok yang konfliktual dalam relasi antaretnis toh selalu dipersepsi sebagai nonpribumi,
88 indonesia zamrud toleransi kemudian membangun “benteng”. lalu, Kota Medan memiliki tokoh Mereka fokus pada bidang ekonomi— Tjong A Fie, seorang pengusaha satu-satunya area di mana mereka Tionghoa nonmuslim yang sukses masih relatif bebas—dan mempererat karena kepiawaiannya berelasi dengan ikatan di antara mereka sendiri. orang-orang dari berbagai kalangan. Inilah yang membuat mereka tampak Ia dikenal sangat dermawan terhadap eksklusif. siapa saja. Ia dekat dengan Kesultanan Deli dan banyak membantu dalam Perubahan kebijakan pembangunan masjid. Salah satu pascaruntuhnya Orde Baru tidak serta masjid yang ia bangun adalah Masjid merta menghilangkan ketegangan Lama Gang Bengkok yang sampai saat antaretnis ini. Etnis Tionghoa sudah ini masih menjadi simbol pembauran terlanjur kuat dalam bidang ekonomi. antara etnis Melayu dan etnis Tionghoa. Dominasi mereka dalam bidang perdagangan sulit untuk ditandingi Saat ini, ada sosok dokter bernama etnis lainnya, apalagi oleh orang-orang Sofyan Tan. Ia adalah contoh betapa yang baru masuk. sulitnya hidup sebagai orang Tionghoa yang tidak kaya. Berangkat dari getirnya Beberapa penelitian mengenai kota mendapatkan perlakuan diskriminasi, Medan, misalnya, menunjukkan bahwa ia terinspirasi untuk membangun keharmonisan relasi antaretnis dalam kesadaran pluralisme melalui kota ini lebih dikarenakan populasi pendidikan. Menurutnya, pendidikan yang relatif imbang. Posisi ini membuat adalah kunci jika kita ingin membangun para pihak memilih untuk menjaga sebuah masyarakat yang tidak takut suasana damai karena konflik akan akan keberagaman. merugikan semua pihak. Masjid Lama Gang Bengkok Namun, bukan berarti tidak ada upaya dari beberapa pihak untuk Masjid Lama Gang Bengkok melakukan pembauran antaretnis, merupakan salah satu dari tiga masjid untuk mengupayakan sebuah paling bersejarah di kota Medan. Masjid masyarakat yang lebih inklusif. yang atapnya mirip bangunan kelenteng Pengalaman pahit kerusuhan anti-Cina ini dibangun oleh seorang Tionghoa pada 1998 menyadarkan banyak pihak nonmuslim. Sampai saat ini, bangunan betapa destruktifnya kekerasan yang ini masih menjadi simbol pembauran diakibatkan oleh kebencian etnis. Sebab antara etnis Tionghoa dengan etnis itu, upaya-upaya pembauran banyak Melayu. dilakukan baik di tingkat pemerintah maupun masyarakat. Masjid Lama Gang Bengkok terletak di Kampung Kesawan, sebuah Sumatra Utara sendiri telah kampung di kota Medan yang memiliki memiliki sejarah panjang dalam banyak bangunan tua sebagai sejarah pembauran antaretnis. Seabad yang
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138