Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore MULAI DARI DIRI MODUL 1.2

MULAI DARI DIRI MODUL 1.2

Published by Samsul Arifin, 2022-11-07 16:21:06

Description: MULAI DARI DIRI MODUL 1.2

Search

Read the Text Version

Kegiatan 1 : Trapesium usia NAMA CGP : SAMSUL ARIFIN, S.Pd KELAS : 213 S1 PGSD SMK USIA SAAT USIA 19 TAHUN 14 TAHUN INI PENSIUN SMP 34 TAHUN 12 TAHUN SD 6 TAHUN PAUD/TK 5 TAHUN

PENGALAMAN NEGATIF (usia 12 – 16 tahun) Ketika SMP sampai pertengahan SMK, saya tidak menyukai belajar, tidak tahu kebermaknaan belajar, tidak ada guru yang menjelaskan maknanya belajar dalam bentuk konkrit, yang saya tahu hanya nilai tinggi dan rendah. Budaya menyontek sangat tinggi. Merasa samar kemana arah setelah sekolah. PENGALAMAN POSITIF (usia 17 tahun - sekarang) Di akhir masa SMK, menjelang ujian nasional banyak motivasi, inspirasi dari guru dan kepala sekolah yang saya dapatkan. Hamparan kebermaknaan hidup yang digambarkan oleh para Beliau adalah relevansi antara kesungguhan belajar dan sebaliknya dengan hidup mendatang, membuat saya takut menyesal seumur hidup. Akhirnya saya memutuskan untuk benar-benar belajar dan akan meneruskan kuliah sebagai pelunasan utang belajar. Saya tidak pernah menyangka bahwa lulusan SMK mesin otomotif sekarang seorang guru SD yang akan selalu membuat hati siswa cinta dengan belajar dan tahu apa arti dan fungsi belajar sejak awal.

Tugas 1 : Refleksi

1. Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana? Jawab : PENGALAMAN NEGATIF (usia 12 – 16 tahun) Ketika SMP sampai pertengahan SMK, saya tidak menyukai belajar, tidak tahu kebermaknaan belajar, tidak ada guru yang menjelaskan maknanya belajar dalam bentuk konkrit, yang saya tahu hanya nilai tinggi dan rendah. Budaya menyontek sangat tinggi. Merasa samar kemana arah setelah sekolah. PENGALAMAN POSITIF (usia 17 tahun - sekarang) Di akhir masa SMK, menjelang ujian nasional banyak motivasi, inspirasi dari guru dan kepala sekolah yang saya dapatkan. Hamparan kebermaknaan hidup yang digambarkan oleh para Beliau adalah relevansi antara kesungguhan belajar dan sebaliknya dengan hidup mendatang, membuat saya takut menyesal seumur hidup. Akhirnya saya memutuskan untuk benar-benar belajar dan akan meneruskan kuliah sebagai pelunasan utang belajar. Saya tidak pernah menyangka bahwa lulusan SMK mesin otomotif sekarang seorang guru SD yang akan selalu membuat hati siswa cinta dengan belajar dan tahu apa arti dan fungsi belajar sejak awal. 2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut? Jawab : - Orangtua - Para dewan guru dan kepala SMK KD 1 Trenggalek - Teman dan sahabat

3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu) Jawab : - Optimis dan yakin mampu - Bahagia dan percaya diri Dampaknya, sampai sekarang saya senang sekali mengembangkan diri sebagai perwujudan rasa keingintahuan yang lebih luas sehingga mampu menjadikan diri sendiri bermanfaat bagi sesama utamanya dalam bidang pendidikan. 4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang? Jawab : Menurut saya sesuatu yang bermakna akan tersimpan pada memori otak jangka panjang sehingga mampu diingat selamnya.

5. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya? Jawab : Bahwa melakukan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan pada peserta didik mampu diingat sampai mereka besar nanti. 6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata- kata: \"guru\", \"murid\", \"belajar\", \"makna\", \"peran\"? Jawab : Guru merupakan peran/ tokoh terbaik dalam pembentukan karakter nurid. Hal ini sejalan dengan makna “menuntun” yang telah disampaikan melalui pemikiran KHD. Belajar akan menyenangkan apabila pembelajaran dilakukan dengan perencanaan yang matang dan baik sehinga menghasilkan kebermaknaan dalam belajar. Belajar bermakna tidak harus berprestasi dan mengharumkan nama sekolah. Tapi belajar bermakna akan membuat jati diri murid terbangun, memunculkan motivasi kuat yang menghasilkan anak bangsa yang luar biasa. Seperti itulah sebenarnya peran guru yang profesional. Mampu menempatkan diri, mampu dan cepat beradaptasi dengan jaman, mampu berkolaborasi dengan murid sehingga akan melahirkan generasi penerus yang hebat, baik dan bijaksana.

Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya 1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Jawab : Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk konkret, manifestasi, pelaksanaan, pengaktualan, pengejawantahan, penjelmaan bentuk ideal dari pelajar Indonesia. Rule model sebagai long life learning, yang nantinya diharapkan memiliki kompetensi menyeluruh, eksis di ranah global tanpa meninggalkan ciri budaya serta kearifan lokal. Ia memiliki karakter terpuji, berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Guru Penggerak harus mampu membentuk siswa yang memiliki keinginan belajar sepanjang hayat. Dari Guru Penggerak itu juga nantinya diharapkan lahir pelajar yang memiliki jiwa pemimpin. Untuk itu guru penggerak harus dapat memberikan pendidikan yang holistic, mampu mendorong tumbuh kembang anak, orientasi Guru Penggerak harus berpihak kepada murid. Diharapkan juga mampu membuat guru menjadi mentor. Agar guru penggerak sendiri dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seprofesinya yang bukan guru penggerak, membuat ekosistem yang berdaya, selalu belajar berbagi. Untuk bisa melakukan amanah besar tersebut seorang guru terlebih dahulu harus paham benar beragam kompentensi utama dari guru penggerak, yakni memimpin pembelajaran, mengembangkan diri dan orang lain, memimpin manajemen sekolah, memimpin pengembangan sekolah. Ia harus mahfum pula tentang nilai- nilai yang mutlak melekat pada sosok guru penggerak yakni, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya? Jawab : Peran yang sering saya lakukan adalah “Mewujudkan Kepemimpinan” , yaitu mendorong munculnya peningkatan keberanian, percaya diri, kemandirian, dan memicu keluarnya jiwa sebagai pemimpin untuk semua murid di sekolah. Saya melakukannya agar siswa berani tampil, memiliki kepercayaan diri yang bagus, lihai berkolaborasi serta mandiri dalam belajar. Contoh yang pernah saya lakukan adalah mewajibkan siswa melakukan presentasi di depan kelas. Saya melatih siswa untuk terbiasa tampil di depan banyak orang, berbicara, menyampaikan gagasan dan pemikirannya tentang suatu topik. Siswa juga saya biasakan bisa memimpin diskusi di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Saya awali hal ini dengan melatih siswa memimpin doa dan memberikan tanggung jawab kecil di dalam kelas untuk dilaksanakan setiap hari. Saya sering mengajak siswa melakukan diskusi secara berkelompok di dalam kelas, baik daring maupun luring, untuk membahas penyelesaian suatu masalah dalam pembelajaran, Setelah itu saya meminta siswa untuk memaparkan hasil diskusi kelompok mereka ke dalam forum diskusi kelas. Di forum itu saya melatih siswa menjadi bagian utama dalam berlangsungnya diskusi seperti ada yang bertindak sebagai moderator, penyaji ( presenter ), pemberi tanggapan, pembuat simpulan, dan notulis. Nilai berikutnya adalah “Mandiri”, menurut saya mandiri adalah kesiapan dan kemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan mengambil inisiatif. Selain itu mencoba mengatasi masalah tanpa meminta bantuan orang lain, berusaha dan mengarahkan tingkah laku menuju kesempurnaan. Contoh perilaku mandiri : Mengambil inisiatif melakukan pembelajaran yang menyamankan siswa tanpa perlu menunggu komando, selama yang dilakukan tidak melanggar aturan. Selanjunya “Reflektif”, merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga diperoleh suatu kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahan yang baru. Perilaku reflektif seorang guru penggerak misalnya ketika ia telah menyelesaikan suatu aksi, maka ia akan mencatat dan memasukkannya dalam diri, mengendapkan hal positif untuk ditingkatkan, menyimpan hal negatif untuk ditambah. Menjadikan keduanya sebagai sarana menjadi diri yang lebih baik setiap waktu. Semua yang terjadi tidak dibiarkan berlalu begitu saja, tetapi selalu mengambil hikmah.

Bagian berikutnya “Kolaborasi”, merupakan suatu sikap saling ketergantungan secara positif, dibarengi tanggung jawab setiap individu, kerjasama, serta keterampilan komunikasi interpersonal. Contoh perilaku yang bisa dilakukan oleh seorang Guru Penggerak terkait nilai Kolaboratif adalah bersama-sama guru lain mencari solusi permasalahan yang ditemui anak didik, baik masalah akademik maupun non akademik. Yang tak boleh terlupa adalah inovatif. Kata kunci nilai inovatif adalah kreatif, ide baru, adaptasi, dan modifikasi. Contoh perilaku inovatif seorang Guru Penggerak adalah menemukan cara baru untuk diterapkan, sehingga pembelajaran tak terasa sebagai beban, tetapi tetap bermakna bagi siswa, menggunakan berbagai sumber belajar, menyenangkan, dan sesuai dengan cara belajar siswa. Yang terakhir, “Berpihak pada Murid” berarti bisa menempatkan diri seandainya guru menjadi murid, respek pada murid, tidak didasarkan pada rasa suka atau tidak suka murid maupun guru. Keberpihakan pendidik harus selalu pada kebenaran. Memfasilitasi bakat, minat, cita- cita anak sejauh yang dia inginkan tidak bertentangan dengan kebenaran itu. Anak juga tidak boleh melanggar prinsip kebenaran atas nama bakat, minat, dan cita-cita.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook