Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 91 berlalu sehingga semua masyarakat bisa melakukan aktifitas bebas di luar rumah dan bisa kembali ke sekolah untuk belajar dan bemain bersama teman- teman. “ Kami Rindu Sekolah”
Kisah Mengisi Hari di Saat Covid-19 Naufal Syamil Adz Dzaki D ari bulan April sampai saat ini, saya diliburkan karena adanya wabah covid-19. Dimana pada saat pandemi ini, kita tidak boleh berkumpul-kumpul seperti sekolah atau tempat-tempat umum lainnya. Jadi, saya belajar di rumah bersama orang tua. Setiap tugas yang diberikan oleh guru saya kerjakan sendiri. Kadang-kadang juga dibantu oleh orang tua. Belajar di rumah pada saat ini tidak seefisien belajar di sekolah karena tidak semua mata pelajaran di kuasai oleh orang tua. Jenuh rasanya belajar di rumah. Saya sangat merindukan belajar di sekolah seperti waktu dahulu sebelum covid-19. Pada saat ini, saya banyak menghabiskan waktu di rumah. Untuk mengisi hari-hari, saya memelihara ikan cupang. Saat ini, ikan cupang banyak peminatnya.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 93 Ikan cupang terdiri dari beberapa jenis. Dari beberapa jenis, saya memelihara jenis ikan cupang bluerim, halfmun, afatar gardon dan multi color. Hari demi hari, saya merawat dan memeliharanya dengan cara memberi makan pagi dan sore serta mengganti airnya apabila sudah kotor. Pada suatu malam, saya meminta kepada orang tua untuk dibelikan ikan cupang lagi dan kami pergi membeli ikan di Jalan Bukit Barisan. Sesampainya di sana, ternyata yang menjual ikan tersebut temannya orang tua saya. Di sana kami mendapatkan jenis multi color yang cantik-cantik dan harganya pun murah. Sesampai di rumah saya memasukannya ke dalam toples. Setelah saya rawat selama 3 hari, datanglah seorang temanku bermain ke rumah. Ternyata ia tertarik sama ikan tersebut dan ingin membelinya. Saya meminta izin kepada orang tua agar menyetujui ikan tersebut dijual. Dari hasil jual ikan, saya mendapatkan keuntungan dua kali lipat dari harga beli. Hasil dari penjualan ikan dapat menambah uang jajan saya sehari-hari. Saya tidak lagi meminta uang jajan kepada orang tua. Mulai saat itu, saya tidak lagi pergi main kemana- mana. Saya hanya di rumah ditemani ikan-ikan peliharaan. Semenjak saya memelihara ikan, banyak teman-teman di lingkungan tempat saya tinggal datang ke rumah. Itulah kegiatan sehari-hari saya selama masa pandemi covid-19. ***
Semasa Corona Nazira Raniya P ada suatu hari, saya mendapat kabar bahwa virus corona telah menyebar kemana-mana. Di pertengahan bulan Maret 2020, saya bersama teman- teman mulai diliburkan. Dari situ, saya mulai belajar di rumah. Semuanya dikerjakan dari rumah. Saya mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah setiap hari. Seperti menyapu, mengepel, menyiram bunga, mencuci piring, dan lain-lain. Pekerjaan sekolah seperti menghafal, belajar, dan mengerjakan PR. Saya keluar rumah jika ada hal yang penting atau mendesak saja. Saya mempunyai teman yang bernama Keyla. Orangnya sangat baik dan ramah. Orang-orang se kitarnya sangat menyukainya. Saya juga suka dengan nya. Kayla mempunyai cerita yang menarik. Suatu hari saya dan Kayla sedang bermain. Lalu, kami mendengar bahwa tetangga sebelah positif corona. Kami langsung
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 95 pulang ke rumah masing-masing. Kata orang, corona bisa mengancam nyawa manusia. Keesokan harinya, kami tidak keluar rumah karena takut terkena virus. Kami berdua saling berhubungan melalui video call saja. Kami berdua belajar secara online. Aku duduk di kelas 4 sementara Kayla kelas 3. Kami sama-sama memiliki adik. Nama adik Kayla adalah Nayya dan nama adik saya adalah Al-Fatih. Kami ikut menjaga adik agar tidak kena virus corona karena kami sangat menyayanginya. Kata orang tua, kami juga harus menjaga diri masing- lmasing dan berdo’a kepada Allah agar virus corona cepat hilang. Saya juga punya cerita. Dari tahun 2020 sampai tahun 2021, saya mengerjakan banyak aktivitas di rumah. Saya selalu melihat perkembangan berita di telivisi yang mengabarkan bahwa penyebaran virus corona kian hari semakin meningkat. Saya sangat sedih. Orang tua pun tidak mengizinkan untuk keluar rumah. Saya belajar dari rumah secara daring. Selain itu, saya juga membantu menjaga adik juga membantu pekerjaan mama. Saat keluar rumah saya selalu mematuhi protokol kesehatan dengan cara memakai masker karena takut terkena virus corona. Dengan selalu menjaga 3M yaitu, mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker bisa menghindarkan diri kita dari paparan virus corona.
Pentingnya Sholat dan Membaca Al-Quran Qania Aqila H ai kawan-kawan semua, sudah belajar, sholat dan mengaji kan? Sholat adalah tiang agama dan Al- Quran adalah kitab suci orang islam. Jadi, hari ini kita akan bercerita tentang “Pentingnya Sholat dan Membaca Al-Quran”. Sebelum itu kita baca Basmalah. Bismillahirrahmanirrohiim. “Tok tok tok, Sarah, ayo bangun, kamu harus mandi setelah itu sholat subuh,” ucap Umi dengan lembut. “Iya Umi,” jawab Sarah yang masih mengantuk. Setelah mandi, Sarah tidak melaksanakan sholat shubuh. “Loh, Sarah kok gak sholat?” Tanya Ayah. “Malas, Yah,” jawab Sarah dengan santai. “Astagfirullahahaladzim, sholat itu tiang agama, Nak. Bagi yang mengerjakan sholat akan mendapat pahala,” ucap ayah Sarah.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 97 “Sholat itu bukan pekerjana biasa tapi kewajiban,” ucap Kakak Sarah. “Iya, iya,” jawab Sarah sambil ngambek. Kakak, abang, ayah, dan Umi tertawa melihat pipi Sarah yang gembul. *** Saat belajar di sekolah, tiba-tiba Sarah ingat dengan pupus, yaitu kucing peliharaannya. Pupus adalah kucing anggora putih yang diberikan orang tuanya sebagai hadiah ulang tahun yang ke-7. Sarah ingin cepat-cepat pulang karena ingin main bersama kucingnya. “Wah, sudah jam pulang,” kata Sarah dengan semangat. Saat sudah berada di rumah, Sarah bersama anggota keluarganya yang lain mendengar suara azan. “Aqil, Aqila, ayo sholat,” kata Umi. “Iya, Mi,” jawab Aqil (Abang) dan Aqila (kakak). “Sarah enggak mau, Mi,” Jawab Sarah dengan lembut. “Loh, kan sholat bisa memohon doa kepada Allah agar keluarga kita dilindungi dari marabahaya,” ucap Umi menasihati Sarah. “Baik, Umi,” kata Sarah dengan pasrah. Namun, Sarah bukannya sholat tapi bermain video game di komputer. Tak lama kemudian, ia mendengar bahwa pupus terlindas mobil. Pupus
98 Rindu Madrasahku dibawa ke rumah sakit hewan. Pupus dirawat selama beberapa hari. Sarah sangat khawatir. Setelah dirawat, pupus sudah sehat dan sudah boleh dibawa pulang. Saat terdengar suara azan maghrib ayah menyuruh Aqil, Aqila dan Sarah shalat. Setelah sholat ayah menyuruh mereka mengaji tapi Sarah tidak mau. “Sarah gak mau ngaji. Ngaji itu nggak enak,” kata Sarah. “Loh, kalo ngaji, Sarah akan semakin pintar,” kata ayahnya. Tetapi Sarah tetap tidak bergeming. ia tak mau mengaji. Esok harinya, Sarah mengikuti ujian. Karena tidak belajar Sarah mendapat nilai 20. Sementara, Aqil mendapat nilai 95 dan Aqila mendapat 90. Setibanya di rumah, Sarah pun mendapatkan kabar yang tidak menyenangkan. Kucing kesayangannya meninggal. “Ini semua kehendak Allah, Sarah,” kata Aqil. Beberapa hari kemudian, Sarah sakit. Sarah kena penyakit tipus. Sarah dirawat inap selama 3 minggu. Beberapa hari dirawat, Sarah sudah sehat kembali. Namun, tetap belum mau sholat. Setelah pulang dari rumah sakit, ayah dan Umi pergi kerumah nenek. Aqil, Aqila dan Sarah ditinggal untuk sementara waktu. Ayah dan umi pulangnya agak lama. Mereka hanya ditinggal bertiga. Saat itu mereka selalu menelepon dan video call bersama uminya. Saat video call, Umi Sarah menyampaikan
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 99 bahwa neneknya meninggal. Sarah ingin waktu kembali. Dia menyesal karena tidak sholat. Demikianlah Cerita pendek ini kawan kawan. Semoga kita semua selalu rajin sholat dan membaca Al- quran agar tidak menyesal. Agar kita selalu dilindungi oleh Allah SWT beserta keluarga kita tercinta. Amin Ya Robbalalamin.
Perjalanan ke Kota Jalur Rafa Rizki Mahendra S udah bosan rasanya belajar di rumah. Saya rindu belajar di sekolah. Saya rindu bapak dan ibu guru. Saya rindu bermain bersama teman-teman. Saya rindu sholat berjamaah bersama teman. Bermain dan berlari-lari di halaman sekolah. Saling berbagi bekal makan siang dengan teman-teman saat jam istirahat. Apa kabarnya teman-teman? Saya rindu kalian semua. Delapan bulan sudah kami berpisah. Bagaimana kondisi kelasku sekarang, ya? Sejak naik ke kelas 4 belum pernah sekalipun belajar di kelas. Saya sekolah di MIN 1 Pekanbaru kelas 4D. Di mana ruang kelas tempatku belajar, sampai sekarang aku tidak tahu karena pada saat mengambil rapor hanya bunda yang hadir ke sekolah. Untuk melepas rindu ke sekolah, sesekali pada hari Sabtu atau Minggu, ayah mengajakku ke
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 101 sekolah. Berhenti sejenak dan memarkirkan mobilnya di depan sekolah. Kemudian saya turun dan melihat sekolah dari luar yang pagarnya masih dikunci. Hati saya sangat gembira, walaupun hanya melihat dari luar pagar. Sekitar 15 menit kemudian ayah mengajak saya pulang. Di perjalanan pulang, saya berdoa semoga sekolah kembali dibuka. Semoga Allah kabulkan doa saya. Selama belajar di rumah, saya merasa kesulitan. Hal ini karena ayah dan bunda bekerja sampai jam 5 sore. Jadi, saya tidak tahu mau bertanya kepada siapa jika materi tidak saya pahami. Saya harus menunggu ayah dan bunda pulang kerja dulu, baru bisa mengerjakan tugas yang diberikan bapak dan ibu guru. Kadang saya merasa iba melihat bunda. Baru saja pulang kerja harus mengurus adik yang baru berumur3 tahun dan 1 tahun. Biasanya kalau bunda sudah selesai sholat baru kami bisa belajar bersama. Adik-adik saya juga ikut belajar tapi seringnya malah ikut mengganggu saya yang sedang belajar. Kata bunda, saya harus sabar karena adik saya belum mengerti. Pada hari Senin, setelah bunda pulang dari kantor, bunda bercerita bahwa ia harus berangkat untuk melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Kuantan Singingi. Bunda bingung, karena harus meninggalkan saya dan adik-adik yang masih kecil. Adik saya masih disusui oleh bunda, jadi tidak bisa berpisah. Kemudian ayah berusaha melapangkan hati bunda dan berjanji akan mencoba meminta cuti dikantornya.
102 Rindu Madrasahku Keesokan hari, ayah pulang ke rumah dengan membawa kabar, bahwa cuti yang diajukan sudah disetujui oleh pihak kantor. Kemudian kami bersiap- siap. Mulai dari menyiapkan baju yang akan dibawa, makanan, dan kebutuhan adik-adik. Karena masih pandemi, bunda tak lupa membawa hand sanitizer, sabun cuci tangan serta tisu basah yang banyak. Hari Rabu, kami berangkat ke Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten ini berada di sebelah barat Kota Pekanbaru. Perjalanan ke sana membutuhkan empat atau lima jam. Kuantan Singingi kata bunda identik dengan pacu jalur. Lalu aku bertanya apa itu jalur. Bunda menjelaskan bahwa jalur itu adalah sampan atau perahu panjang yang berisi 10-20 orang dan diperlombakan setiap tahunnya pada bulan Agustus. Perlombaan diadakan untuk menyambut perayaan hari kemerdekaan republik Indonesia. Sungguh unik tradisinya. Andaikan kami se keluarga ke sana pada bulan Agustus mungkin bisa menyaksikan acara pacu jalur. Kami berangkat pukul tujuh pagi. Setelah sampai di Teratak Buluh, kami berhenti sejenak untuk sarapan. Semua sudah disiapkan bunda. Bunda telah memasak nasi, ayam goreng, rendang lengkap dengan sayur sop. Kami pun sarapan di dalam mobil. Setelah berhenti selama setengah jam, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kami melewati beberapa desa. Pertama kami melewati Desa Perhentian Raja atau yang biasa disebut Sungai Pagar. Kemudian Gunung Sahilan. Di sini kata
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 103 ayah, dulu ada kerajaan Gunung Sahilan. Selanjutnya Desa Lipat Kain. Namanya cukup unik ya, Lipat Kain. Seperti orang yang sedang melipat kain. Mungkin dulu ada sejarahnya kenapa dinamakan demikian. Jalan yang kami tempuh berbelok-belok. Adik saya yang bungsu mulai pusing dan muntah. Padahal ia tidak pernah muntah jika naik mobil. Bahkan waktu pergi ke Sumatra Barat ia aman-aman saja. Mungkin karena jalan yang berbelok dan naik turun serta ada beberapa jalan yang berlobang yang menyebabkan ia pusing dan mual. Setelah empat jam perjalanan, kami sampai di Kota Taluk Kuantan. Kemudian kami menginap di penginapan. Tempatnya tidak jauh dari pasar. Kami beristirahat melepas kepenatan selama perjalanan. Keesokan harinya kami berangkat menuju sekolah tempat bunda melaksanakan kegiatan. Perjalanan yang sangat jauh. Sekolahnya berada di lokasi transmigrasi. Jalan menuju ke sana rusak dan banyak lobang dan batu. Saat sampai di lokasi, Bunda disambut oleh ibu kepala sekolah. Kemudian beberapa siswa menari untuk menyambut kedatangan para undangan. Wah, ini pengalaman yang baru karena saya merasa seperti bapak pejabat saja. Seperti yang pernah juga dilaksanakan di sekolah saya jika ada acara. Bunda kemudian membuka acara. Kegiatan berlangsung dengan lancar. Saya, ayah, dan adik menunggu sambil disuguhi jagung rebus, kacang rebus, kue-kue dan banyak makanan enak lainnya. Saya baru tahu, ternyata pekerjaan bunda enak juga, ya. Baru
104 Rindu Madrasahku pertama kali ini saya diajak bunda saat ada acara di luar kantornya. Selama menunggu bunda, saya juga me nyempatkan untuk belajar. Ternyata ada tugas dari ibu guru. Saya langsung mengerjakannya. Bunda memang sudah mengingatkan untuk tetap membawa buku pelajaran untuk dua hari kedepan. Supaya saya tidak ketinggalan pelajaran. Walaupun pergi ke luar kota menemani bunda bekerja. Acara berakhir pada pukul tiga sore. Kemudian kami pamit untuk pulang. Tetapi ibu kepala sekolah tidak mengijinkan karena beliau mau mengajak kami ke suatu tempat. Kami kemudian berangkat meninggalkan sekolah dan mengikuti dari belakang. Ternyata ibu kepala sekolah membawa kami ke satu sekolah lagi. Di sana bunda juga memberi pengarahan tapi tidak terlalu lama. Kemudian kami sholat ashar di musholla sekolah tersebut. Setelah itu kami sekeluarga diajak pergi ke kebun jambu kristal. Saya baru kali ini melihat perkebunan jambu kristal. Perkebunan ini terletak diantara perkebunan sawit dan perkebunan jagung. Sungguh tanah di sini sangat subur. Semua tanaman tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang besar-besar. Lahan yang sangat luas. Sejauh melihat yang tampak hanya buah jambu kristal. Bahkan kami disuruh memetik sendiri. Ini pengalaman pertama bagi saya memetik jambu kristal. Saya dibekali kantong plastik dan gunting oleh bapak pemilik kebun.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 105 “Silahkan panen kalau ada yang ingin dimakan silahkan saja karena kalau makan di kebun gratis yang dibungkus pulang baru dibayar.” Ucap si tukang kebun Saya tertawa merasa tidak yakin. Ternyata memang begitu aturannya. Saya pun makan dua buah jambu kristal. Setelah selesai memetik jambu, kami pun pamit pulang. Ternyata ibu kepala sekolah sudah menyiapkan oleh-oleh berupa keripik tempe buatannya sendiri. Wah, setelah dicoba rasanya sangat enak. Berbeda rasanya dari goreng tempe yang biasa dimasak Bunda, yang ini lebih gurih dan enak. Alhamdulillah, beliau sangat baik. Saya suka ibu kepala sekolah. Orangnya sangat ramah. Semoga di lain waktu saya bisa berjumpa lagi dengan beliau. Kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke Pekanbaru. Rencana awal, kami akan menginap semalam lagi di sana, tapi karena besok ayah dan bunda harus masuk kantor maka ayah memutuskan untuk pulang malam itu juga. Kami tiba di penginapan, kemudian sholat maghrib berjamaah di kamar. Lalu meninggalkan penginapan. Di perjalanan hujan sangat lebat dan petirnya kuat sekali. Ada beberapa pohon yang tumbang di jalan. Ayah sangat berhati-hati mengendarai mobil. Kemudian kami berhenti di masjid Al-Muttaqin untuk menunaikan ibadah sholat isya. Setelah itu, makan malam di dalam mobil. Ayah, bunda, saya, dan adik- adik makan dengan lahap karena cuaca yang dingin. Setelah itu, kami tertidur. Sebenarnya, saya juga
106 Rindu Madrasahku mengantuk tapi saya tahan karena ingin menemani ayah selama perjalanan. Di perjalanan, beberapa mobil ada yang mogok karena mesinnya kena air. Alhamdulillah, mobil kami selamat melewati genangan air. Kemudian setelah empat jam perjalanan kami sampai di Pekanbaru. Saya sampai telat bangun untuk sholat subuh karena kecapekan. Perjalanan kali ini merupakan pengalaman yang tidak terlupakan bagi saya. Ternyata ikut bunda pergi tugas itu menyenangkan. Semoga bunda dapat tugas keluar kota lagi agar saya dan adik-adik bisa mengunjungi kota yang lain. ***
Pengalaman Libur Sekolah Rizki Mandala A ku belajar di rumah karena merebaknya virus corona dimulai dari tanggal 16 Maret 2020 lalu. Awalnya aku senang bisa libur mendadak di luar jadwal libur sekolah. Tapi ternyata lama kelamaan, aku merasa bosan karena libur kali ini banyak aturannya. Tidak boleh keluar rumah, harus berjemur pukul 10 pagi, harus sering cuci tangan, tidak boleh bertemu teman, tidak boleh beli makanan, pokoknya banyak aturannya. Kegiatanku di rumah saat libur sekolah diisi dengan bersih-bersih rumah. Pada saat belajar aku disibukkan dengan tugas online yang diberikan guru. Tapi lama kelamaan, aku merasa bosan belajar di rumah. Aku ingin belajar di sekolah, aku ingin bertemu teman-teman, aku ingin bermain dengan mereka. Tapi harus kusadari, semua aturan ini untuk kebaikan bersama. Dengan tetap di rumah, belajar di
108 Rindu Madrasahku rumah, bekerja dari rumah, beribadah di rumah dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona karena virus ini sangat berbahaya. Bahkan pada orang yang kelihatan sehat-sehat saja. ***
Di Rumah Aja Salma Arifahhaq “Banguuun...banguuun...!!!” Pagi itu suara ayah berteriak membangunkan aku dan kakak yang masih tidur pulas. Jarum pendek jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Namun, aku dan kakak belum juga bangun. Setiap pagi ayahlah yang selalu membangunkan kami. Pukul empat subuh ayah selalu bangun, lalu mengerjakan shalat tahajud sebelum pergi ke mesjid untuk shalat subuh berjamaah. “Ayo bangun...bangun, sudah dipatok ayam tuh rezekinya. Ayam jago sudah berkokok dari subuh tadi kalian masih aja berselimut. Shalat subuhnya jam berapa lagi? sudah naik matahari mana ada lagi shalat subuh,” ayah terus ngoceh berusaha membangunkan kami. Kakak yang sudah duluan bangun segera keluar kamar dan berwudhu untuk mengerjakan shalat subuh. Sementara aku masih berbaring di tempat tidur. Masih berat untuk membuka mata Akhirnya,
110 Rindu Madrasahku ayah menarik badanku dan mendudukkanku. Mataku masih terpejam. “Ayo, Adek, bangun. Kakak sudah shalat tuh,” kata ayah sambil mengikat rambutku yang berantakan dengan karet rambut. Begitulah kebiasaanku setiap bangun tidur. Mesti minta diikatkan rambut karena aku tak suka rambutku tergerai saat berwudhu. Risih rasanya kalau rambutku basah saat berwudhu . Perlahan aku mulai membuka mata dan bangkit dari tempat tidur. Tapi aku tak segera pergi berwudhu, malah pindah ke kamar ayah dan ibu untuk berbaring lagi di tempat tidur mereka. Ayah langsung mendatangi dan membangunkanku. “Eeeh, kok malah pindah tempat tidur. Ayo sholat dulu,” teriak ayah. Akhirnya, aku beranjak dari tempat tidur dan pergi berwudhu. Lalu, mengerjakan sholat subuh. Selesai sholat, aku kembali berbaring di tempat tidur ayah dan ibu. Masih ngantuk. Apalagi cuaca pagi ini terasa dingin karena dari semalam hujan sampai menjelang subuh. Sebentar saja berbaring akupun tertidur kembali. Bunda masih sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Pagi ini, bunda memasak nasi goreng. Kalau malam nasi banyak berlebih, pasti paginya bunda masak nasi goreng. Kadang aku bosan tiap pagi makan nasi goreng. Hanya sesekali bunda membuat mi rebus atau mi goreng. Kata bunda, “nggak sehat kalau sering- sering makan mi instan, bisa menimbulkan penyakit.”
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 111 “Mie instan kan ada penyedap dan pengawetnya, ini yang berbahaya. Bisa memicu kanker, usus buntu, juga obesitas. Itu loh penyakit yang buat orang jadi ndut,” cerita Bunda. Bunda juga pernah cerita, kalau ada anak yang dioperasi usus buntunya karena tiap hari makan mi instan. Iiih...takut. “Sarapaaan, sarapaaaan, ayooo semua cuci tangan,” teriak bunda setelah selesai memasak. “Adek, banguuun. Kita sarapan lagi,” bunda membangunkanku. Aku masih malas untuk bangun. Akhirnya bunda menarik tanganku agar bangun dan ikut sarapan bersama. “Ayo cuci tangannya, kita sarapan lagi,” kata bunda menyuruhku untuk mencuci tangan. Akupun segera mencuci tangan lalu duduk bersama yang lain. Di ruang tengah sudah terhidang nampan yang berisi nasi goreng. Kami selalu makan berjamaah dengan satu nampan. Ini kebiasaan orang-orang dulu kata ayah. Sekarang sudah jarang, hanya pada acara- acara adat saja yang masih dijumpai. Padahal kata ayah, Rasulullah SAW selalu makan berjamaah dengan sahabat-sahabatnya ataupun di rumah. Rasulullah SAW selalu makan berjamaah dengan anak istrinya. Bahkan sering Rasulullah SAW menyuapkan istrinya, Aisyah. Alangkah mesranya. Selesai sarapan, kubuka hp. bermain game dulu sebentar sebelum pelajaran dimulai. Oh ya, di musim pandemi ini, sekolah menerapkan sistem belajar dari rumah. Hampir semua sekolah-
112 Rindu Madrasahku sekolah yang ada ditutup. Hanya sedikit yang masih dibuka untuk belajar di sekolah. Seperti di pondok pesantren masih banyak yang belajar. Mungkin karena mereka dalam satu lingkungan tertutup, tidak ada kontak dengan orang luar. Abangku yang di pondok juga tidak pulang, tetap belajar seperti biasa. Hanya tidak bisa dikunjungi walaupun oleh keluarga sendiri. Kalau ada perlu dengan orang tua cukup nelpon saja. Sistem belajar di rumah dilakukan melalui media online atau daring. Guru-guru mengirimkan materi pelajaran ataupun tugas-tugas melaui wa, youtube, jitsi, atau media online lainnya. Kalau ada tugas atau UH, nanti dikerjakan di buku tulis, kertas selembar, atau hvs. Lalu, diantar ke sekolah sesuai jadwal yang diberikan guru. Tapi ada juga guru yang minta cukup difoto saja lalu dikirim ke wa pribadi atau melalui email. Jam 08.00 wib biasanya sudah ada wa yang masuk. Pertama, pasti bunda Ides yang membuka pelajaran dengan membaca do’a terlebih dulu, menyuruh sholat dhuha, dan murojaah hafalan Al- Quran. Baru setelah itu memberi materi-materi pelajaran dan tugas. Setelah bunda Ides baru diikuti dengan guru-guru yang lain. “Ting” WA dari bunda ides akhirnya masuk. Hari ini bunda Ides mengajar bahasa Indonesia tentang membuat iklan atau poster. Aku mempelajari materi yang diberikan. Di akhir materi beliau memberikan tugas membuat iklan tentang hemat energi. ***
Bermain Bola Sergio Pratama Mahendra R andi dan Bimo sangat senang saat mendengar suara bel istirahat berbunyi. Setelah menyimpan buku dan merapikan alat tulis, mereka segera berjalan ke kantin sekolah. Mereka sangat suka makan bakso bakar yang dijual di sana. Bakso bakar yang dijual Bu Inah sangat lezat. Paduan bumbu dan kecapnya sangat pas dan harganya cocok untuk kantong mereka yang hanya anak kelas 4 SD. “Kamu hari ini mau beli berapa buah bakso bakarnya, Bim?” tanya Randi pada Bimo. “Aku hari ini cuma beli satu tusuk saja, Ran. Tadi ibu cuma kasih aku jajan dua ribu. Seribu lagi mau aku simpan, takutnya besok ibu tidak ngasih jajan,” jawab Bimo. “Kenapa jajanmu hari ini dikurangi? Kamu lagi dihukum, ya?” tanya Randi. “Tidak kok, Ran. Ibu lagi nggak punya uang. Belakangan ini, ibu sangat jarang dapat panggilan
114 Rindu Madrasahku mencuci dan menggosok ke rumah tetangga. Kata ibu, sekarang mereka lebih suka menggunakan jasa laundry profesional karena lebih praktis.” jawab Bimo. Ibu Bimo adalah seorang buruh cuci. Ayahnya sudah meninggal dunia saat Bimo masih kelas 1 SD. Sejak itu, Bimo hanya hidup berdua dengan ibunya. Mereka hidup dalam keadaan memprihatinkan karena Ibu Bimo tidak punya keahlian apa-apa. “Oooo... kalau gitu, kamu simpan saja uangnya. Hari ini biar aku yang traktir,” ujar Randi. “Gak usah, Ran. Kamu udah terlalu sering traktir aku, lebih baik uangnya kamu tabung saja,” tolak Bimo. Bimo tidak mau terlalu sering merepotkan Randi. Dia tidak mau dianggap memanfaatkan persahabatannya dengan Randi. Randi adalah anak orang kaya. Mereka sudah bersahabat sejak pertama sekolah. Randi tidak pernah menganggap Bimo rendah walaupun kehidupan mereka berbeda. Dalam prestasi di kelas, mereka selalu bersaing secara sehat. Namun, sampai saat ini Randi belum pernah berhasil menjadi juara satu seperti Bimo. “Ya, udah. Kalau gitu, aku juga beli satu tusuk juga biar kita jajannya sama. Yuk, jalannya cepat, Bim. Nanti kelamaan antri,” ujar Randi sambil menarik tangan Bimo. Setelah membeli bakso bakar, mereka duduk di kursi kantin paling pojok. Tiba-tiba, datang Andri
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 115 dan teman-temannya yang terkenal sangat nakal di sekolah. “Hei, kalian berdua tidak boleh duduk di sini. Ini adalah tempat dudukku,” ujarnya sambil mendorong Randi dan Bimo. “Ini kan bangku kantin, semua orang boleh duduk di sini,” ujar Bimo. “Kamu orang miskin berani lawan aku, ya. Sana jauh-jauh dari sini, aku tidak mau ketularan miskin kayak kamu. Sepatu aja sudah robek-robek masih sok hebat.” Andri menghina Bimo. “Kamu jahat banget, Andri. Mulut kamu gak bisa dijaga, ya,” ujar Randi sambil memegang kerah baju Andri. Dia tidak terima sahabatnya dihina. “Udah, Ran. Jangan ribut di sini, lebih baik kita balik ke kelas dari pada meladeni anak nakal seperti mereka,” ajak Bimo sambil menarik tangan Randi. Dia tidak mau Randi berkelahi dengan Andri. Apalagi Randi adalah juara karate. Dia pasti akan sangat mudah mengalahkan Andri dan teman- temannya. Bimo tidak ingin Andri terkena masalah karena semua ini. “Ya, udah. Aku juga tidak mau buang-buang waktu melayani anak-anak nakal seperti mereka,” ujar Randi sambil melepaskan kerah baju Andri dan meninggalkan anak-anak nakal tersebut. *** Bimo dan Randi berjalan berdampingan menuju lapangan sepak bola yang berada tidak jauh dari
116 Rindu Madrasahku sekolah mereka. Hari ini, mereka ada jadwal per tandingan sepak bola persahabatan dengan SD Negeri. Sementara di belakang mereka, Andri dan teman- temannya mengiringi mereka sambil meledek Bimo dengan sebutan orang miskin. Sebenarnya, Randi sudah tidak sabar ingin memberi mereka pelajaran. Namun, Bimo menahannya dan menyuruh Randi untuk tidak memedulikan mereka. Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara Andri minta tolong. Saat mereka menoleh, mereka melihat Andri dipegang oleh orang gila. Semua teman-temannya sudah lari karena ketakutan. Melihat kejadian itu, Randi dan Bimo yang merasa kasihan langsung membantu Andri. Randi memberikan roti bekal makan siangnya kepada orang gila itu. Melihat roti yang disodorkan Randi, orang gila tersebut melonggarkan pegangannya kepada Andri. Pada saat itu, Bimo segera menarik tangan Andri dan mereka bertiga segera berlari menjauhi orang gila tadi. “Terima kasih, kalian sudah mau menolongku,” ujar Andri yang merasa malu karena sebelumnya sudah jahat pada mereka berdua. “Sama-sama, Andri. Kita kan teman, wajar kalau kami membantumu saat dalam keadaan susah,” jawab Randi. “Maafkan aku yang selama ini sudah jahat sama kalian. Apalagi kamu, Bimo. Aku sudah sering mengejek kamu tapi kamu masih mau membantuku,” ujar Andri menyesal.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 117 “Tidak apa-apa, Andri. Yang penting sekarang kamu sudah mengakui kesalahanmu. Kan kata Ustad, sesama muslim kita harus saling memaafkan,” jawab Bimo. Setelah itu, mereka bertiga berjalan berbarengan menuju lapangan bola. Andri berjanji akan menjadi anak yang lebih baik dan tidak akan nakal lagi.
Menghormati Jasa Para Pahlawan Shakila Balqis Nasution T ak terasa, libur sudah terlewati dan sekarang hari Senin. Semua murid-murid madrasah wajib mengikuti upacara bendera. Namun, tidak seperti Angga yang selalu merasa malas untuk mengikuti upacara bendera. Ia menganggap upacara bendera hanya membuat capek dan lelah. Teng, teng, teng… Bel tanda upacara pun berbunyi. Semua murid berjalan menuju lapangan sekolah. Angga berjalan dengan sangat pelan. “Upacara lagi, upacara lagi,” begitu gumamnya sambil berjalan menuju lapangan. Semua murid berbaris dengan rapi sesuai kelas masing-masing. “Siaaap Graak,” teriak Tono yang bertindak sebagai komandan upacara dengan suara lantangnya.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 119 Angga mengikuti perintah dari komandan upacara dengan sangat malas. Selama upacara berlangsung, Angga hanya menggerutu dalam hati. Baginya upacara terasa sangat lama, apalagi harus berdiri. Akhirnya upacara selesai, Angga dengan senangnya berlari menuju ruang kelas. Sejenak dia meluruskan kakinya untuk melepas lelah dan pegal. Tak berapa lama guru masuk ke ruang kelas. Pelajaran hari ini adalah IPS. Membahas tentang perjuangan para pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan. “Selamat pagi, anak-anak,” ucap Bu Guru memulai pelajaran. “Selamat pagi, Bu,” anak-anak menjawab dengan serentak. “Anak-anak, pagi ini kita akan belajar tentang sejarah,” ucap Bu Guru. “Sejarah sangatlah penting kita ketahui agar kita bertambah cinta terhadap bangsa dan tanah air,” tambah Bu Guru. Ibu Guru sangatlah pandai bercerita. Beliau bercerita tentang kisah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Ibu Guru bercerita dengan semangat sehingga membuat murid-murid terdiam dan menyimak dengan baik. Diceritakannya, bahwa pada saat bangsa Indonesia belum merdeka, sangatlah susah untuk mengibarkan bendera merah putih karena dilarang oleh penjajah.
120 Rindu Madrasahku Bung Karno, bersama para pejuang lainnya akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan bendera merah putih dapat dikibarkan. Sebagai simbol bahwa Indonesia memiliki kedaulatan sendiri tanpa campur tangan penjajah. “Anak-anak, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, sebelum itu pada saat Jepang berkuasa, rakyat Indonesia tidak diperbolehkan mengibarkan bendera,” kata Bu Guru. “Bendera yang dikibarkan hanya bendera Jepang,” tambah Bu Guru. “Mengapa rakyat Indonesia tidak boleh mengibarkan bendera, Bu? Tanya Shakila. “Karena Jepang menganggap Indonesia adalah bagian dari Jepang. Jadi, yang boleh dikibarkan hanyalah bendera Jepang. Siapa yang berani mengibarkan bendera akan ditembak oleh tentara Jepang,” kata Bu Guru. “Kalau begitu, zaman dahulu tidak ada upacara bendera, Bu?” tanya Angga. “Ada, namun bendera yang dihormati adalah bendera Jepang.” “Jadi anak-anak, alasan utama mengapa kalian tiap hari Senin mengikuti upacara bendera adalah agar kamu memiliki rasa cinta tanah air, disiplin dan juga untuk menghargai jasa para pahlawan,” Bu Guru menambahkan. “Coba bayangkan, seandainya masih hidup di masa penjajahan Jepang, pasti sangat susah bukan?” tanya Bu Guru.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 121 “Iya, Bu,” jawab murid-murid serentak. Angga terdiam sejenak. Ia sangat menyesal telah bersikap malas-malasan dalam mengikuti upacara bendera. Ia bertekad dalam hati untuk mengikuti upacara bendera dengan baik dan disiplin. Agar ia dapat menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan ia berkeinginan untuk menjadi petugas upacara seperti Tono dengan teriakannya yang lantang. “Siaaaap Graak.”
Pandemi Cepatlah Berlalu Syarifah Naura Khalilah H ampir satu tahun Pandemi Covid-19 menyerang negeriku. Namun, hingga kini belum ada tanda- tanda akan berakhir. Virus ini sangat berbahaya. Virus ini dapat menyerang siapa saja baik yang muda maupun orang tua, anak-anak dan balita pun banyak yang diserang virus ini. Untuk mencegahnya, yang dapat kita lakukan adalah selalu menjaga kesehatan tubuh dan selalu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Yaitu rajin mencuci tangan dengan sabun, memakai masker jika keluar rumah, menjaga jarak dan menghindari tempat-tempat keramaian. Akibat berbahayanya virus ini, pemerintah melarang masyarakat untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Begitu juga dengan kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara daring.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 123 Hampir satu tahun aku dan teman-teman belajar di rumah. Kegiatan belajar secara daring tentu tidak sama seperti belajar di sekolah. Awalnya aku tidak mengerti, namun lama kelamaan membuatku terbiasa dan situasi ini dapat diatasi. Selama belajar di rumah, ibu dan bapak guru selalu mengirimkan materi yang harus dipelajari. Ada kalanya, aku kurang mengerti dengan pembelajaran yang disajikan. Alhamdulillah, aku selalu diabantu oleh Abah dan Umi. Namun, aku tetap merindukan sekolah. Aku rindu ibu dan bapak guru, aku rindu dengan teman-temanku, aku rindu dengan kegiatan- kegiatan sekolah, dan aku rindu belanja di kantin. He he he... Selain belajar, banyak lagi kegiatan lain yang dapat dilakukan bersama keluarga, seperti pada hari minggu atau libur, aku, abah, umi dan kakakku melakukan olahraga bersama. Biasanya kami berlari di sekitar komplek perumahan. Selain untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh, olah raga juga bermanfaat untuk meningkatkan imun tubuh. Selain itu, kegiatan lain yang aku lakukan adalah membantu Umi membersihkan rumah, seperti mengepel, mecuci piring dan lainnya. Umi selalu berkata, membersihkan rumah, memasak dan lainnya adalah pekerjaan anak perempuan. Umi berharap, aku bisa membantu pekerjaannya. Umiku juga sama seperti diriku. Sekarang waktunya banyak di rumah karena umi juga bekerja dari rumah.
124 Rindu Madrasahku Saat ini, ada kegiatan yang menarik untuk kami lakukan, yaitu menanam bunga. Menanam bunga merupakan kegiatan yang sangat dinikmati oleh ibu- ibu selama pandemi. Tak terkecuali dengan Umiku karena waktu banyak di rumah, maka Umi mencari kesibukan dengan menanam dan merawat bunga. Umi selalu mengajak aku ke toko bunga untuk melihat-lihat bunga. Kalau ada yang menarik, Umi akan membelinya. Aku dan kakakku selalu diajak untuk merawat bunga dengan memindahkan bunganya ke dalam pot, memberi pupuk, dan menyiram. Aku sangat senang karena bunga tumbuh dengan sangat subur dan menambah keindahan rumahku. Hampri satu tahun sudah kegiatanku di rumah. Walaupun aku menikmatinya, namun ada kalanya merasa jenuh dan bosan. Walaupun orang tuaku kadang mengajakku jalan-jalan untuk menghilangkan kebosanan. Aku ingin hidup normal seperti dahulu lagi. Aku ingin kembali ke sekolah. Aku ingin berjumpa dengan guru-guruku, dengan teman-temanku. Aku ingin bercerita dengan mereka, bermain bersama, tertawa bersama, berlari bersama. Ah, aku rindu semua itu. Aku tidak tahu, entah kapan pandemi ini akan berakhir. Aku hanya bisa berdoa kepada Allah agar semua ini cepat berakhir. Aku berharap agar pandemi ini cepat berlalu.
Cerpen Anak Talita Dzakiyah Sakhimawa H ampir 1 tahun ini pandemi corona menimpa seluruh negara di dunia, termasuk di indonesia. Artinya sudah 2 kali semester pembelajaran dilaksanakan secara online. Selama itu pula semua aktifitas di luar rumah dibatasi bahkan ada yang dihentikan total. Semua kegiatan yang biasanya dilaksanakan di sekolah, sekarang dilaksanakan secara online. Materi pelajaran, tugas, bahkan ujian pun dilaksanakan secara online. Semua sekolah ditutup guna memutus mata rantai penyebaran virus. Itu artinya tidak ada seorang pun yang boleh datang ke sekolah. Baik guru maupun siswa. Tidak hanya sekolah, bahkan para karyawan baik swasta maupun pemerintahan mengalihkan pekerjaan kantor ke rumah atau disebut juga dengan sistim WFH (work from home). PSBB tahap 1 merubah semua kehidupan baik pelajar mau pun pekerja. Bosan, jenuh dan sangat tidak nyaman dengan kondisi yang ada.
126 Rindu Madrasahku Yang pasti dengan tidak bolehnya datang ke sekolah saya tidak dapat bertemu dan bermain dengan teman- teman. Bukan hanya sekolah, selama bulan suci ramadhan, pemerintah juga tidak mengizinkan semua masyarakat untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah di musolla dan masjid. Bahkan shalat idul fitri pun tidak boleh dilaksanakan seperti pada tahun- tahun sebelumnya. Pada moment lebaran juga dilarang untuk berkumpul bersama keluarga besar bahkan keluarga yang dari luar kota tidak diizinkan untuk mudik. Di semester pertama, saya masih kelas 3 di madrasah ibtidaiyah. Sedih tidak dapat berjumpa dengan teman-teman di sekolah. Kami pun harus belajar secara mandiri di rumah dari materi dan tugas yang dikirimkan oleh bapak/ibu guru. Ujian kenaikan kelas pun dilaksanakan secara online. Sampai akhirnya, kami dinyatakan naik ke kelas 4. Pada saat naik ke kelas 4, saya berharap dapat belajar dan kembali ke sekolah. Bermain bersama teman-teman, berjumpa dan belajar bersama Bapak/ Ibu guru. Tapi harapan itu belum dapat terwujud karena pandemi belum berakhir. Kami masih harus belajar secara online. Walaupun sudah pada kondisi new normal dan para pekerja sudah kembali bekerja seperti semula. Setelah lebaran idul fitri, saya besama beberapa teman sekolah mengikuti kelas tahfidz dan les bahasa Arab di rumah. Kami berjumpa 3 kali dalam seminggu.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 127 Ini dilakukan untuk mengulang dan menambah hafalan. Ini adalah waktu yang sangat kami tunggu- tunggu karena pada saat inilah kami dapat berkumpul dan bermain bersama. Sering teman meminta untuk telat dijemput orang tua, agar kami dapat bermain lebih lama. Bahkan terkadang, kami diskusi bersama tentang tugas yang dikirim oleh Bapak/Ibu guru. Pandemi belum juga berakhir, semua kegiatan sekolah masih secara online. Sering orang tua saya pergi ke sekolah dan saya selalu ingin ikut, tetapi tidak dizinkan karena sekolah masih melarang siswa- siswanya untuk datang ke sekolah. Saya rindu dengan sekolah dan berbagai kegiatan lainnya. Hingga saat ini saya dan teman teman masih mengikuti kelas tahfidz dan les bahasa Arab. Orang tua kami sepakat untuk memindahkan kami ke tempat tahfidz yang lain dengan alasan agar hasilnya lebih maksimal. Di tempat yang baru justru lebih menyenangkan. Selain itu, saya juga bertemu dengan beberapa teman dari sekolah lain yang ikut tahfidz dan les bahasa Arab. Ujian semester 1 di kelas 4 sebentar lagi di laksanakan. Kami masih saja belajar di rumah. Ujian semester kembali dilaksanakan secara online seperti pada ujian semester sebelumnya. Selama belajar online, saya mengikuti pelajaran tidak bisa semaksimal seperti belajar di sekolah. Tanpa bantuan orang tua, saya tidak dapat memahami pelajaran yang diberikan guru. Berbeda dengan belajar offline, semua materi disampaikan dan dijelaskan langsung oleh Bapak/Ibu
128 Rindu Madrasahku guru di sekolah. Jika ada kendala atau kurang paham bisa bertanya langsung. Besar harapan saya, pandemi ini segera berlalu. Agar kami dapat kembali masuk sekolah seperti biasa. Dapat berjumpa dan bermain bersama teman-teman di sekolah. Dapat belajar dan berjumpa dengan Bapak/Ibu guru. Dapat menjalani aktifitas seperti sebelumnya tanpa ada rasa was-was dan khawatir. ***
Kado untuk Umi Tasya Amira Azka “Bang, sebentar lagi kan hari ibu, kita kasih sesuatu yuk buat, Umi,” ujar Acha pada abangnya, Rafa. “O iya ya. Emang Adek mau kasih apa?” tanya Rafa. “Hmm, apa ya? Belum tau juga sih mau kasih apa. Abang ada ide nggak?” Ayah yang mendengar percakapan anaknya pun langsung menyahut, “Rencananya kalian mau memberi kejutan ya buat Umi. Emang kalian mau kasih apa?” tanya ayah pada anak-anaknya. “Iya yah. Adek pengen kasih sesuatu buat Umi di hari ibu, tapi Adek belum tau mau kasih apa. Ayah sama Abang ada ide nggak?” Sesaat Ayah dan anak-anaknya itu terdiam, mungkin lagi pada mikir kali, mau kasih apa. “Ahhaaa, Abang ada ide. Kita belikan Umi hp, yukk. Kemarinkan umi pernah bilang pengen beli hp baru karena hpnya yang lama itu memorynya kecil.
130 Rindu Madrasahku Jadi suka heng gitu, gimana?” ujar Rafa pada ayah dan adiknya. “Emang kalian ada uang untuk membelikan umi hp?” goda ayah pada anak-anaknya. “Adek ada, Yah. Kan uang di celengan Adek ada, Abang juga kan, Bang,” tanya Acha. “Iya ada, Dek. Kalau begitu, yuk kita lihat isi celengan kita,” ujar Rafa. Mereka pun segera mengambil celengannya masing-masing. Dan meminta ayahnya untuk membantu membukakan celengan. Ayahnya dengan tersenyum membantu kedua anaknya membuka celengan kaleng. Dan ketika celengan sudah berhasil dibuka, mereka pun menghitungnya. Ayah hanya memperhatikan tingkah laku kedua bocah itu menghitung isi celengan mereka dengan semangat. Setelah selesai dihitung, “Alhamdulillah, lumayan ya, Dek. Jumlah tabungan kita bisa untuk membelikan Umi hp,” ucap Rafa. “Iya ya, Bang, Alhamdulillah. Semoga cukup. Semoga bisa untuk membeli kado untuk, Umi,” jawab Acha. “Rencananya, kalian mau membelikan hp apa untuk Umi?” tanya ayah. “Belum tau, mau beli HP yang mana, Yah” jawab Acha. “Jangan ditanyalah sama Umi mau beli hp yang mana. Nanti nggak kejutan namanya” timpal Rafa. “Iya, kita masing-masing pegang rahasia ya, Bang,
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 131 Yah. Jangan sampai Umi tau kalau kita mau kasih kejutan ya” ucap Acha lagi. “Iya, iya,” jawab Rafa dan ayah bersamaan. “Abang mau tulis surat atau puisi jugalah untuk Umi di hari Ibu” ujar Rafa. “Puisi apa, Bang?” tanya Acha. “Terserahlah mau puisi atau surat,” jawab Rafa. “Okelah kalau begitu” ujar Acha. Ayah pun menimpali lagi, “Ayah setuju saja dengan rencana-rencana yang kalian buat tapi kalian juga harus ingat, mengasih kado untuk orang tua itu tidak mesti berupa barang tapi bisa dengan tingkah laku yang baik, patuh dan sayang kepada orang tua. Itu sudah merupakan sesuatu hal yang sangat menyenangkan dan membanggakan orang tua. Juga harus tetap rajin menabung, jangan terlalu boros,” ujar ayah. “Iya, Yah,” jawab mereka berdua. Selanjutnya, Rafa dan Acha selalu menyisakan uang jajannya untuk dimasukkan ke dalam celengan. Agar celengan terisi kembali. Saat Istirahat sepulang sekolah, mereka menyibukkan diri di kamar masing-masing. Sambil tetap belajar, mengerjakan tugas dari sekolah. Mereka juga sibuk memikirkan puisi atau surat yang akan diberikan kepada Uminya nanti. Umi agak heran dengan sikap anak-anaknya. “Ayah, pada lagi sibuk apa sih anak-anak?” tanya Umi kepada ayah.
132 Rindu Madrasahku “Ngak tau juga, Mi. Biar ajalah, mungkin mereka lagi sibuk mengerjakan tugas dari sekolahnya,” jawab ayah. Dan mendekati hari peringatan Hari Ibu, kedua anak itu pun bertanya kepada ayahnya. “Yah, jadi kan kita pergi membeli hp untuk umi? Hari Ahad sudah peringatan Hari Ibu lho, Yah,” ucap mereka berdua. “Iya insyaallah. Besok kan hari Sabtu, kalian kan pada gak sekolah, kita pergi, tapi jangan bilang sama Umi kalau kita akan membeli hp. Ntar Umi minta ikut lagi, gak jadi kejutan deh,” canda ayah pada mereka berdua. “O iya, puisi atau surat buat Umi sudah jadi kalian buat?” tanya ayah pada anak-anaknya. “Sudah, Yah. Adek sudah,” jawab Acha. “Abang juga sudah, pokonya siip deh,” Rafa menimpali. Malam harinya ketika keluarga kecil itu sedang duduk-duduk santai, tiba-tiba Umi mendapat telpon dari adiknya. Mengabarkan kalau adiknya yang biasa kami panggi, Papi, lagi sakit. Saat ini sedang dirawat di rumah sakit dan minta tolong bantuan biaya pada Umi. Umi kaget bercampur sedih mendengar kabar adiknya sedang dirawat. Dengan meneteskan air mata, Umi bercerita pada ayah. “Yah, Papi dirawat. Dia minta bantuan dana sama kita.”
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 133 “Iya. Bagaimana pun kita harus bantu, Mi,” jawab Ayah. “Tapi, Yah, kita tidak punya banyak pegangan uang saat ini. Keperluan sehari-hari banyak pula,” timpal Umi. Mendengar percakapan orang tuanya, kedua anak itu segera masuk kamar. Mereka berunding berdua. Setelah selesai berunding, mereka kembali ke ruang keluarga sambil masing-masing memegang sebuah amplop. Sementara Umi masih terlihat mengeluarkan air mata. Raut mukanya masih terlihat sedih. “Umi, kami punya sesuatu buat, Umi,” kata Rafa dan Acha sembari menyodorkan dua buah amplop. “Apa ini?” Tanya Umi heran. “Selamat Hari Ibu, Umi,” ucap mereka serentak. Umi menerima kedua amplop tersebut dengan ekspresi bingung. “Apa ini, Bang, Dek?” tanya Umi. Ayah pun memperhatikan mereka dengan ekspresi heran. “Tadinya kami berencana mau kasih kejutan pada Umi pada peringatan Hari Ibu. Kami mau membelikan Umi hp baru dari uang tabungan.” kata Rafa. “Tapi mendengar kalau Papi lagi dirawat dan butuh dana untuk biaya berobat, maka uang untuk beli hp Umi ini, kami serahkan saja pada Umi. Siapa tahu bisa sedikit membantu biaya pengobatan Papi,” ucap Acha pula.
134 Rindu Madrasahku Seketika air mata Umi tumpah dan langsung memeluk kedua anaknya sambil berkata, “ya Allah, terimakasih banyak anak-anak Umi sayang, Umi tak perlu hadiah. Kalian adalah hadiah terbesar yang diberikan Allah kepada Umi juga kepada ayah. Dengan kalian menjadi anak yang sholeh dan sholehah itu sudah merupakan kado terindah buat Umi dan Ayah. Kami pun memeluk erat Umi dan Ayah secara bergantian. Tiba-tiba Acha berkata, ”Ini masih ada amplop yang belum Umi buka.” Umi pun membukanya dan tersenyum melihat dua carik kertas tulisan dari Rafa dan Acha. Umi lalu membaca puisi dan surat dari kedua anaknya. Umi kembali tersenyum haru sambil memeluk kedua buah hatinya. Umi pun berbisik lirih. “Ya Allah, terimakasih atas anugerah terindah yang Engkau berikan kepada kami. Semoga kelak anak-anak dan keturunan kami menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Semoga keluarga kecil kami menjadi keluarga yang sakinah mawadah waromah yang Engkau ridhoi dan kasihi sepanjang hayat kami. Aamiin. ***
Cerita Selama Liburan Zhafira Azka Halik A ssalamualaikum, teman-temanku semua. Per kenalkan nama saya Zhafira Azka Halik, biasa dipanggil Fira. Saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Pekanbaru, kelas 4D. Umur saya 9 tahun. Saya anak sulung dari empat bersaudara. Saya mempunyai tiga adik. Yaitu Zhakiya Annisa Rizky dipanggil Nisa. Dia berumur lima tahun dan sekolah di TK Islam Annur Kota Pekanbaru. Kemudian, Dzianka Nur Adifa, dipanggil Inka, dia berumur tiga tahun. Dia anak yang lucu sekali. Rambutnya pendek dan tomboy. Adikku yang bungsu bernama Bunga Aisyah Almahira, di panggil Aisyah. Ia baru berumur enam bulan. Matanya besar dan sangat menggemaskan. Setiap hari, kami selalu berbagi tugas. Kalau pagi hari, saya membuka jendela dan adik saya bertugas membereskan tempat tidur. Sore hari adik saya yang
136 Rindu Madrasahku menutupnya dan saya yang membentang tempat tidur. Kadang-kadang, kami berdua menyapu rumah dan halaman rumah. Setiap pagi saya dan adik saya berjemur dan bermain di halaman depan rumah sampai jam 08.30 pagi. Terkadang juga menjaga adik saya yang paling kecil. Kalau ia dalam ayunan, saya bantu menjaganya agar bunda bisa memasak atau membereskan rumah. Kalau dia menangis saya buatkan susu dan memasukkannya ke dalam botol. Setiap Sabtu dan Minggu, kami pergi ke rumah nenek di Bandar Sekijang dan bermain-main dengan saudara sepupu. Terkadang juga menginap di rumah nenek dan juga bermain di rumah saudara ayah. Selama wabah corona, kami di liburkan dari sekolah dan belajar secara online. Kalau ada tugas dari sekolah, guru menyampaikannya melalui WA. ***
Biodata Penulis Agha Maulana Kurniawan, lahir di Pekanbaru, 11 Juni 2011. Anak dari Bapak Iwan Kurniawan dan Ibu Sonya Faulina. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru, kelas 4D. Ia bercita- cita menjadi seorang Ustad. Hobinya memelihara hewan dan membuat komik. Tinggal di Pekanbaru. No telp 081365006145. Aisyah Lutfiyyah, lahir di Pekanbaru, 13 September 2010. Anak dari Bapak Miswadi dan Ibu Dwi Harli. Siswa MIN 1 Pekanbaru, kelas 4D. Bercita- cita menjadi olah ragawati. Saat ini sedang merampungkan buku puisi dan kumpulan cerpen tunggalnya. Hobi membaca dan olah raga badminton. Tinggal di Pekanbaru, No telp.081364491990
138 Rindu Madrasahku Saya Ajeng Lintang kelahiran Pekanbaru, 01 Mei 2011. Anak dari Bapak Syamsul Bahri dan Ibu Sri Hartati. Siswa MIN 1 Pekanbaru, kelas 4D. Ia bercita-cita menjadi seorang guru. Hobi berenang dan menulis cerita. Tinggal di Jln. Purwodadi Blok C3, Rt/Rw 02/02 Kel. Sidomulyo Barat Kec.Tampan, Kota Pekanbaru. No Hp. 0822 8470 8383. Saat ini sedang merampungkan buku puisi dan kumpulan cerpen tunggalnya. Akif Ubaidillah Zulfi, putra dari Zulkarnaen dan Oktafiyenty Murza. Lahir di Pekanbaru, 27 Februari 2011. Bercita-cita menjadi penghafal Al-Quran. Sekolah di MIN 1 Pekanbaru, kelas 4D. Hobi berenang dan main sepak bola. Tinggal di Pekanbaru, Jln. Lumba-Lumba Gang Melati No 19, Tangerang Selatan. Hp.0812-7509-345 Semoga apa yang ditulis ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua. Alfino Raditya Akbar, lahir di Pekan baru, 07 April 2011. Anak dari Bapak Asril dan Ibu Nurdiana. Siswa MIN- 1 Pekanbaru, kelas 4D. Ia bercita- cita menjadi pengusaha sukses. Saat ini sedang merampungkan buku puisi dan kumpulan cerpennya. Hobi berenang dan olah raga badminton. Tinggal di Pekanbaru, No telp 085265049469.
Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 139 Alganii Rizki Ramadhan, putra dari M. Hamidi dan Sufatmi.Hr. Lahir di Pekanbaru 17 Agustus 2010. Bercita-cita menjadi dokter. Sekolah di MIN 1 kelas 4D. Hoby Sepak bola, badminton dan memasak. Tinggal di Pekanbaru, Jln. Bunga Raya Gang Kembang Raya No.1 A Tengerang Selatan. No hp 081365759548. Semoga apa yang Gani tulis ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua. Arkana Ratifa, lahir di Pekanbaru, 24 Oktober 2010. Anak dari Bapak Syamsul Bahri dan Ibu Sri Andayani. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru, duduk di kelas 4D. Ia bercita-cita menjadi pengusaha dan Koki. Tinggal di Pekanbaru No Telpon 081378836991/081378480006 Arkh Abia Adz Dzaki, kelas 4D. Anak dari Bapak Rahmat Dani & Ibu Maria Fransiska. Cita-cita ingin jadi pengusaha. Hobi main game dan main bola. Asyuhada Mulia Erza, lahir di Pekanbaru, 4 September 2010. Anak dari Bapak Mizan dan Ibu Ernalita. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru, kelas 4D. Bercita-cita menjadi Polisi dan Ustad. Saat ini sedang belajar
140 Rindu Madrasahku dan membantu orang tua. Hobi bermain games dan olahraga badminton. Tinggal di Pekanbaru, No telp.081268135005 Fatih Hasan Ayubi, lahir di Pekanbaru, 25 Februari 2011. Anak dari Bapak Redha Santuna dan Ibu Ernis Sintia Dewi. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru, kelas 4D. Bercita-cita menjadi tentara. Hobi membaca dan bersepeda. Tinggal di Pekanbaru, No HP.085331278811 Hayumi Nitsa Talita, Lahir di Pekanbaru, 06 Febuari 2011. Anak dari Bapak M.Qoharuddin dan Ibu Asturina. Siswa MIN 1 Pekanbaru, kelas 4D. Bercita-cita menjadi guru yang kreatif dan penghafal Al-Qur’an. Saat ini sedang merampungkan cerpen tunggalnya. Hobi baca sholawat nabi dan olah raga sepeda. Tinggal di kota Pekanbaru, Telp:081268896338 Kevin Arkananta Simatupang. Lahir di Pekanbaru, 6 April 2011. Anak dari Bapak Rahmad Simatupang dan Ibu Endah Haryanti. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru, kelas 4D. Bercita- cita menjadi seorang chef. Hobi memasak dan bermain lego. Tinggal di Pekanbaru, No telp 081261119220
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158