Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore rindu madrasahku (1)

rindu madrasahku (1)

Published by dasmarni ides, 2021-03-16 05:40:05

Description: rindu madrasahku (1)

Search

Read the Text Version

Aku dan Keluargaku Hayumi Nitsa Talita K ebersamaan keluarga adalah kebahagiaan sendiri menurutku. Dimana kami bisa bercanda dan bermain bersama. Ada ayah, ibu, aku dan juga adikku. Namaku Hayumi Nitsa Talita, dipanggil dengan Nitsa. Kami dua bersaudara. Adikku bernama Naura Maulida Fatikhati, panggilanlanya Naura. Aku terlahir dari keluarga sederhana. Ayahku seorang petugas keamanan sekolah dan ibuku seorang guru Paud dan MDTA. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara dan adikku Naura selisih dua tahun umurnya denganku. Kami seperti anak kembar karena badan kami hampir sama besarnya. Meskipun kadang kami pernah bertengkar hanya hal-hal sepele seperti rebutan makanan dan remot tv, tetapi kami saling menyayangi karena ayah dan ibu sering memberi nasehat untuk saling memaafkan jika kami ada salah.

42 Rindu Madrasahku Meskipun kami dari keluarga sederhana, kami selalu hidup rukun. Suasana dalam keluarga begitu hangat. Ada ayahku yang selalu menciptakan kegembiran dalam keluarga. Misalnya kami selalu bersenda gurau bersama, padahal ayahku orang yang sangat disiplin dalam segala hal. Beliau mengajarkan anaknya supaya hidup disiplin dan tepat waktu. Apalagi dalam hal ibadah. Contohnya melaksanakan sholat lima waktu dan belajar mengaji. Sedangkan ibuku orangnya lebih sabar dan agak sedikit galak. Apalagi kalau aku dan adikku sampai lupa waktu saat bermain, maka suara teriakan ibuku akan terdengar nyaring. Barulah kami berdua akan bergegas melaksanakan apa yang diperintahkan ibu. Walaupun ibuku agak galak, tetapi aku sangat menyayangi beliau karena beliau seorang yang penyayang dan sabar terhadap keluarga. Aku banggga mempunyai ibu seperti beliau karena ibukulah yang membantuku dalam segala hal. Baik dalam hal belajar, membersihkan rumah dan membantu dalam menyelesaikan tugas sekolah. Pokoknya ibuku adalah yang paling hebattt. He…he…he… Dalam keluargaku ada hal-hal yang harus dikerjakan bersama, misalnya kami selalu me­lak­ sanakan sholat berjamah yang diimami oleh ayahku. Selepas shalat magrib kami membaca Al-Qur’an bersama-sama dan langsung murajaah sampai shalat waktu isya masuk. Setiap hari Jum’at kami membacaan surat yasin bersama-sama.

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 43 Meskipun hidup kami sederhana, tapi aku merasa bahagia bersama keluargaku karena di dalam keluargaku selalu tercipta hidup rukun, aman dan damai. Apa lagi di masa pandemi seperti ini, semua kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah bersama keluarga. Meskipun aku kadang sangat merindukan suasana bersama teman dan guru. Apalagi memakai baju seragam sekolah. Huuuuu… “Ya Allah, semoga pandemi ini cepat berlalu agar aku bisa merasakan kebebasan seperti dulu.” Itulah doaku pada yang Maha Kuasa. Agar musibah ini cepat berlalu. Aku dan adikku sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1, Jalan Sumatra Pekanbaru. Aku sekarang kelas 4 dan adikku kelas 1. Tapi kami sekarang belajar di rumah/daring karena situasi yang belum memungkinkan untuk masuk sekolah. Jadi, pem­ belajaran dilakukan di rumah yang didamping oleh orang tua. Meskipun belajar di rumah, aku dan adikku tetap semangat untuk belajar karena ibu dan ayahku selalu memberikan motivasi dalam belajar. Mereka selalu mendampingi kami mengerjakan tugas-tugas sekolah. Inilah ceritaku bersama keluarga kecilku. Intinya aku berasal dari keluarga yang sederhana, namun sangat menikmati kebahagiaan dan kebersamaan. Sekian dan terima kasih.

Kisah Masa Kecilku Kevin Arkananta Simatupang A ssalamualaikum. Hallo teman-teman, aku mau bercerita tentang masa kecilku. Ingatan tentang masa kecil masih sangat melekat erat dalam otakku. Banyak hal yang aku alami dan aku pelajari sedari kecil. Banyak kisah yang terjadi. Bahagia karena banyak kegembiraan yang pernah aku rasakan. Sedih karena aku pernah terluka disebabkan jatuh dari sepeda. Bantuan dari papa dan mama yang akan selalu aku ingat. Kisah masa kecil Perkenalkan aku Kevin Arkananta Simatupang, biasa di panggil Kevin. Umurku 9 tahun. Aku sekolah di MIN 1 Pekanbaru kelas 4D. Wali kelasku bernama Bunda Ides. Alhamdulillah, aku masih punya kedua orang tua. Punya kakak dan adik perempuan. Sedari kecil aku beserta kakak dan adikku dibiasakan untuk bangun pagi. Awalnya aku agak

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 45 males tapi karena takut sama papa, ya terpaksa aku ikuti. Bangun, cuci muka, gosok gigi, dan ambil wudhu setiap harinya sampai sekarang. Akhirnya jadi kebiasaan untuk bangun pagi dan aku nggak merasa males lagi untuk bangun pagi . Orang tuaku selalu menggingatkan untuk sholat subuh. Agar nanti kalo sudah besar akan terbiasa dan insyaallah tidak akan meninggalkan kewajiban yaitu sholat lima waktu. Ketika mulai sekolah, aku tidak susah lagi untuk bangun pagi, bahkan ketika hari libur atau ketika kami pergi liburan pun aku selalu bangun pagi, lho. Umurku dengan kakakku berjarak 4 tahun sedangkan dengan adikku berjarak 2 tahun. Kami selalu bermain dan belajar bersama. Kadang kami bisa bertengkar juga sih, bisa aku sama adik berebut makanan atau aku sama kakak saling ejek. Tapi ini hanya sekali-kali, nggak setiap hari loh teman-teman. Jangan dicontoh ya. Ributnya tak pernah lama karena nanti nggak enak dan yang pasti bakalan kena marah sama mama. He..he..he… Makanya, kami dibiasakan siapa yang salah harus mau minta maaf serta mau memaafkan. Dari kecil aku suka main sepeda. Pernah suatu ketika, aku terjatuh dari sepeda hingga lututku berdarah. Sakit loh, tapi aku nggak nangis. Aku ingat papa sering bilang, “nggak apa-apa tuh, biasa aja, nanti juga sembuh lukanya. Kamu kalo mau bisa naik sepeda ya jatuh dulu dan jangan takut jatuh karena kalo kita tau rasanya jatuh itu sakit maka kita juga

46 Rindu Madrasahku akan tau rasa senangnya naik sepeda.” Ternyata benar, setelah beberapa kali jatuh dari sepeda akhirnya aku lancar main sepedanya dan benar aku senang banget bisa naik sepeda. Pelajaran yang aku dapatkan disini adalah kita harus berjuang dulu untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kadang kita juga mendapat sakit tapi kita nggak boleh menyerah ya karena kalo kita menyerah berarti kita tidak bisa mencapai tujuan kita. Gitu ya, teman-teman. Kita harus semangat. Oh ya, di rumahku ada halaman belakang, biasanya papa sering banget duduk di sana. Papaku biasanya kalo hari libur hobinya bersih-bersih. Bersihin halaman belakang, bersihin kaca, cabut rumput, nyapu dan ngepel. Tapi hari libur aja, kalo hari biasa papa pulangnya sore. Suatu ketika di Minggu pagi biasanya kalo udah sarapan atau pulang belanja sama mama, papa suka nyapu dan cangkul rumput liar yang tumbuh di halaman belakang rumah. Aku pernah tanya sama papa, “Pah, emang nggak capek dicangkuli terus rumputnya? Kevin liat tiap akhir bulan papa pasti potong rumputnya.” Jika ditanya papa sih nggak langsung jawab, cuma geleng-geleng kepala aja. Kemudian dia berhenti mencangkul rumput lalu menghmpiriku sambil meminum kopi hitam kesukaanya. Kamu tau nggak kenapa rumput ini papa bersihkan tiap bulan?”

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 47 “Biar bersih ya, Pah?” “Iya betul. Ada yang lain?” “Biar tanaman yang lain nggak rusak ya, Pa?” “Iya betul. Ada yang lain?” “Mmm, nggak tau lagi, Pah.” “Biar nggak bising.” “Lho, kok bising? Apanya yang bising, Pah?” “Iya, bising kalo rumput liar ini nggak papa cangkul dan bersihkan tiap akhir bulan.” “Bising kenapa, Pah? Kan rumput nggak bisa bicara, Pah?” Sambil tersenyum papa bilang, “Mama kamu yang bising!” “He he he......” Itulah papaku. Orangnya suka becanda. Aku bahagia banget punya papa seperti beliau. Aku juga suka membantu papa membersihkan halaman belakang rumah. Sore menjelang magrib aku mencium bau masakan dari dapur dan aku langsung samperin mama. “Ada yang bisa Kevin bantu, Mah?” “Nggak ada. Nggak pa-pa, kamu kerjakan saja tugas sekolah kamu.” “Belum Mah, dari tadi Kevin bantu Papa, Mah. Abis sholat magrib nanti Kevin selesaikan, Mah.” “Oh gitu, pintar anak Mama ya.” Itulah mamaku selalu baik dan banyak mem­ bantuku dalam hal apapun. Seperti belajar, sekolah, dan lain-lain. Kevin sayaaaaang mama. Semoga Allah

48 Rindu Madrasahku SWT selalu melindungi mama, papa, kakak, dan adikku. Aamiin. Oh ya, mamaku pandai masak loh. Semua yang dia masak pasti enak. Mulai dari masakan tradisonal sampai masakan kebarat-baratan, seperti pizza, bisa loh mamaku memasaknya. Itu makanan yang paling aku dan kakakku suka. Tidak termasuk adikku karena dia tidak menyukai pizza. Aku senang sekali menemani mama di dapur karena aku hobi memasak. Rasanya sangat menyenangkan lho. Bagi teman-teman yang hobi memasak pasti merasakan hal yang sama. Aku ingat perkataan papa, “Kevin, kalo kamu mau berhasil kamu harus menyukai apa yang kamu kerjakan karena kalo kita suka pasti hasilnya bagus!” Buat teman-teman juga begitu ya. Kita harus menyukai apa yang kita inginkan baru bisa berhasil, karena aku suka memasak makanya setelah besar nanti aku ingin menjadi chef. Sampai di sini ya kisah masa kecilku, teman- teman. Semoga Allah SWT mengabulkan doa-doa kita. Aamiin.

Rindu Sekolahku Khaira Falisha Azzahra A ku sekolah di salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri di kotaku. Lokasinya terletak tepat di jantung kota dan dekat dengan taman kota serta perkantoran. Meskipun dekat dengan taman kota, namun tidak pernah ada satu pun siswa yang berkeliaran pada jam sekolah. Kami semua adalah siswa yang patuh dengan peraturan dan tata tertib. Selain itu, skolahku juga berada di antara mesjid dan gereja, sehingga kadang- kadang aku bertanya-tanya, kenapa posisi sekolahku berada di antara tempat ibadah umat islam dan kristen? Di sekolah banyak ditanami pohon. Selain itu, terdapat juga banyak pot. Beragam bunga yang disusun di sepanjang koridor kelas. kantor guru serta di kantor kepala sekolah. Semua siswa wajib merawat dan menyayangi semua tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Di halaman samping juga ada apotek hidup. Kami menanam berbagai macam

50 Rindu Madrasahku tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah. Kami bangga melakukan aksi bersih-bersih. Lingkungan yang bersih dan enak dipandang dapat menimbulkan suasana belajar yang nyaman untuk belajar. Setiap wali kelas membebaskan siswa menghias dan mendekorasi kelas. Agar siswa merasa nyaman belajar di sekolah. Tapi, kini indahnya taman dengan bunga dan pepohonan yang dedaunannya selalu berayun di terpa angin hanya ada dalam pikiran. Sekarang kami dihadapkan dengan wabah yang melanda negeri hingga seluruh dunia. Wabah Covid-19 merupakan virus yang menyerang saluran pernafasan terutama organ paru-paru. Sehingga menimbulkan sesak nafas, batuk, demam hingga hilangnya fungsi indra penciuman. Banyak orang yang terkena penyakit ini sampai dirawat di rumah sakit karena kondisi yang makin parah. Wabah ini membuat kami harus di liburkan dari sekolah. Tidak boleh keluar dan hanya boleh di rumah saja. Jika keluar rumah harus menggunakan masker agar terhindar dari virus. Tak bisa lagi bertemu teman dan guru. Kami belajar dengan sistem daring. Dimana semua tugas yang diberikan guru dikirim via handpone. Aku menyelesaikan tugas dibimbing orang tua. Orang tuaku banyak membimbingku mengerjakan tugas di malam hari karena mereka bekerja dari pagi sampai sore. Banyak sekali tugas yang harus dikerjakan hingga

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 51 kadang-kadang merasa bosan. Tugas yang diberikan banyak yang tidak aku mengerti. Walaupun begitu aku tetap mengerjakan karena sudah merupakan kewajiban sebagai siswa. Setelah belajar aku membantu orang tua seperti: menyapu rumah, mengepel, mencuci piring, dan mencuci. Selain itu, aku juga sering melakukan kegiatan lain yang bermanfaat bersama ayah, bunda dan abangku agar tidak bosan di rumah. Kapankah wabah ini akan berlalu? Aku rindu teman, guru, dan sekolahku. Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Aamiin.

Liburan di Kampung Nenek Khaiza Shaqila Obeliala S etiap hari raya Idul fitri, saya dan keluarga selalu mudik ke kampung halaman nenek. Adapun jadwal keberangkatan kami dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama saya dengan kedua kakak saya beserta ibu yang berangkat lebih dulu. Tahap kedua ayah yang berangkat sendirian tepatnya di hari kedua lebaran Idul Fitri. Kami tidak bisa berangkat bersama-sama karena tugas ayah sehari-harinya adalah sebagai penegak hukum. Saat menjelang lebaran Idul Fitri, ayah sangat sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Tempat tinggal kami dengan kampung halaman nenek lumayan sangat jauh. Kami merantau bersama Ayah, Ibu dan kedua kakak di Kota Pekanbaru Riau. Saya dan kedua kakak dilahirkan dan dibesarkan di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir karena penempatan tugas pertama ayah di sana.

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 53 Ayah dan Ibu tinggal di Bagansiapiapi selama 10 tahun sebelum pindah tugas ke Pekanbaru. Adapun alasan Ibu pindah ke Pekanbaru karena tugas ayah sering berpindah-pindah. Nenek dan keluarga besar tinggal di Makasar Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengara, makanya setiap tahun kami mudik sekalian liburan ke tempat nenek. Perjalanan Mudik ke tempat nenek membutuhkan waktu yang lumayan lama. Perjalanaan menggunakan transportasi udara, darat dan laut. Setiap liburan ke kampung, kami menggunakan transportasi udara dari Kota Pekanbaru. Menempuh perjalanan udara kurang lebih 1 jam setengah dan transit lagi di Jakarta sekitar 2-5 jam. Baru setelah itu melanjutkan kembali perjalanan udara kurang lebih 2 jam menggunakan pesawat terbang. Sesampainya di Bandar Udara Hasanuddin Makassar, saya, kakak dan ibu dijemput oleh saudara Ibu yang tinggal di Makassar. Tiba di Makassar biasanya kami nginep dulu satu malam baru melanjutkan perjalanan menuju kampung nenek. Perjalanan yang sangat melelahkan sekaligus menyenangkan. Perjalanan darat dari Makassar menuju kampung halaman nenek membutuhkan waktu kurang lebih 3 sampai 4 jam tanpa macet. Sepanjang perjalanan dari Kota Makassar ke tempat nenek, saya melihat pemandangan yang sangat indah. Di sepanjang jalan saya menikmati perjalanan dengan senang. Sebelah kanan dan kiri pegunungan yang indah dan laut terbentang luas dengan perahu nelayan serta pertanian yang sangat subur sekali. Di

54 Rindu Madrasahku perjalanan, kami sering singgah di tempat kuliner khas Makassar dan Bugis yang terkenal di sana. Sambil mendengarkan cerita masa lalu ibu saat masih kuliah. Setelah tiba di rumah nenek, kami disambut keluarga besar dengan rasa senang, haru bercampur bahagia. Dan yang paling aku senang adalah saat nenek menghidangkan makanan khas daerah yang jarang kami temui di tanah Perantauan. Keesokan hari, saya, kakak dan ibu di ajak oleh saudara-saudara ibu untuk jalan-jalan sekitar kampung untuk melihat sawah yang ditanami padi. Saya takjub dengan pemandangan gunung yang sangat indah sekali. Aktivitas penduduk pagi-pagi sudah bekerja di lahan pertanian. Senang sekali bisa melihat pemandangan yang tidak ditemui di perantauan. Tak lupa kami mengambil dokumentasi untuk kenang- kenangan selama liburan. Hari kedua, saya, kakak dan ibu diajak kakek ke kebun. Kebun kakek banyak ditanami buah-buahan. Ada buah pisang, kelapa, jeruk, kopi, coklat, mangga, jambu, rambutan, durian, papaya, markisa, lengkeng, kacang tanah, cabe rawit, cabe besar, tomat serta sayur sayuran. Saya sangat senang melihat kebun kakek yang di tanami banyak buah-buahan. Saya diajak kakek memetik buah-buahan yang sudah matang untuk kami makan dan dibawa ke rumah. Alhamdulillah, buah-buahan hasil kebun kakek enak dan segar. Matahari hampir terbenam. Saatnya kami pulang dari kebun. Sesampainya di rumah saya mandi dan

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 55 bersiap-siap ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah. Jarak rumah nenek ke masjid sangat dekat kira-kira 20 meter. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, yaitu lebaran idul fitri. Sehari menjelang lebaran, aktivitas penduduk di kampung nenek sangat unik. Mereka sibuk menyiapkan makanan khas Suku Bugis untuk disuguhkan di hari lebaran. Setiap rumah memasak dengan menu yang sama yaitu buras, ayam lengkuas, sambel goreng daging/ayam karena memang sudah menjadi makanan khas di saat hari lebaran. Di hari pertama lebaran semua keluarga besar nenek yang tinggal di luar kota berkumpul bersama- sama untuk merayakan lebaran di tempat nenek. Saya sangat senang sekali berkumpul dengan keluarga besar. Bisa bercanda, bertukar pikiran sambil cerita-cerita pengalaman di tempat kami tinggal masing masing. Hari ke dua lebaran, kami menjemput ayah ke Kota Makassar yang baru datang dari Pekanbaru. Saya sangat senang, akhirnya keluarga besar bisa berkumpul merasakan kebahagian. Keesokan harinya, saya dan keluarga besar berkunjung ke tempat wisata yang tidak jauh dari rumah nenek yaitu Tanah Toraja. Di Toraja banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung melihat sejarah kebudayaan Indonesia yang ada di Tanah Toraja (Provinsi Sulawesi Selatan ). Setiap tahun kami selalu berkunjung ke tempat wisata yang berbeda- beda setiap tahunnya.

56 Rindu Madrasahku Tiga minggu sudah kami liburan di tempat nenek. Saatnya kami kembali ke Pekanbaru. Saya pulang bersama Ayah, Ibu dan kedua kakak saya. Sedih sekali meninggalkan nenek dan keluarga besar di sana. Banyak kenangan dan cerita yang didapatkan dan akan selalu dikenang. Ingin rasanya berlama-lama di sana tapi tidak bisa karena ayah dan ibu sudah berakhir masa cutinya dan harus kembali bekerja. Kami sangat sedih saat berpisah dengan nenek. Semoga kami sekeluarga selalu diberikan kesehatan dan kesempatan untuk berkumpul setiap tahunnya. ***

Melewati Tol Dumai Lathifah Quinn Marchila Rahman W aktu itu hari Sabtu. Tol Dumai baru beberapa hari dibuka untuk umum. Pada hari itu aku berangkat dengan Papi, Mami, Lulu dan Chika. Jam menunjukkan pukul 10.30 wib, tol menuju Dumai saat itu sangat macet sehingga kami harus mengantri satu jam untuk bisa masuk. Di perjalanan menuju Dumai, kami disuguhkan pemandangan yang indah, banyak pohon di pinggir jalan yang membuat pemandangan semakin indah. Kami juga sempat singgah di Rest Area untuk beristirahat sejenak. Ini pertama kalinya aku melewati tol yang ada di Riau. Sesampainya di Dumai, aku singgah ketempat tanteku. Kami disuguhkan makanan dan cemilan. Aku pun bermain dengan anaknya yang bernama Syahiddan Adin. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 wib. Kami pun bergegas pulang dan berpamitan. Kami melewati tol kembali untuk pulang ke Pekanbaru. Pemandangan

58 Rindu Madrasahku senja itu sangat indah. Aku pun memotretnya untuk kenang-kenangan. Sesampainya di rumah kami bersih- bersih, sholat dan bersiap untuk tidur karena sudah malam. Kami sangat menikmati perjalanan hari itu. Walau pun hanya melewati tol aku sudah sangat senang.

Kapan Semua Ini Akan Berakhir? Lutfi Al-Gifary Riandra W aktu itu sore hari, aku duduk termenung di teras rumah. Cuaca tampak mendung seperti akan turun hujan. Aku lihat adikku bermain lompat tali bersama seorang temannya dan mama sedang berbincang bersama tante. Aku duduk sambil berpikir, “Aku rindu sekolah, aku rindu belajar dan bermain bersama teman- teman, aku rindu guru, aku rindu semuanya.” Disaat aku termenung, tiba-tiba datang abangku dan mengajakku bermain layangan bersama teman- temannya. Sudah satu jam berlalu aku bermain layangan. Aku bahagia dan senang. Walaupun dalam keadaan pandemi seperti ini aku masih bisa menghabiskan waktu bersama abang dan adikku dan teman-teman.

60 Rindu Madrasahku Di pertengahan bulan Maret tahun 2020 semuanya dimulai. Kami diliburkan karena munculnya pandemi virus corona. Padahal waktu itu kami akan melaksanakan ujian semester genap. Kami semua belajar di rumah. Bukan hanya aku saja tetapi semua sekolah diliburkan. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan universitas maupun orang-orang kantoran terpaksa diliburkan. Selama belajar di rumah, guru memberikan materi dan tugas secara online. Hampir setiap hari guru memberikan tugas. Aku senang, walaupun aku tidak bisa ke sekolah tapi tetap bisa belajar. Sudah lebih dari 2 bulan kami menghadapi keadaan seperti ini. Tibalah waktunya ujian kenaikan kelas. Aku dari kelas 3 naik ke kelas 4, sedangkan abangku sudah kelas 6 dan akan tamat. Kebetulan aku dan abangku sekolah di tempat yang sama. Aku dan abangku ujian di rumah saja. Mama mengambil soal ujian ke sekolah lalu di bawa pulang. Mama berpesan kepada kami “Kerjakan ujiannya dengan jujur walaupun di rumah jangan membuka buku.” Aku dan abangku menuruti apa yang mama katakan. Setelah semua soal dan jawaban dikerjakan, mama mengembalikan soal serta jawabannya ke sekolah. Kami menunggu beberapa hari untuk mendengar hasilnya. Apakah kami naik kelas atau tidak. Kami gugup dan juga takut membayangkan tidak naik kelas dan abangku tidak lulus.

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 61 Setelah beberapa hari, mama kembali ke sekolah untuk mengetahui hasil ujian. Alhamdulillah, aku naik ke kelas 4 dan abangku lulus dan akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Aku bahagia, senang, dan juga sedih karena abangku akan masuk pesantren di Al-Islah pada bulan Agustus mendatang. Sehari-hari aku selalu bersama abangku, “Pasti akan sepi rasanya jika dia sedang di pondok,” ucapku dalam hati. Aku ikhlas karena abangku mondok untuk menuntut ilmu agama. Aku berdoa, semoga setelah 3 tahun nanti abangku tamat dan abangku bisa menuntun aku dan keluarga menuju ilmu agama yang lebih baik lagi. Saat itu, aku sedang nonton bersama adikku. Tiba-tiba papa memanggilku dan adikku. Disitu, papa sudah duduk bersama mama. “Lutfi, Adik, ayo ikut papa ke Bandung, kita liburan.” Aku senang sekali diajak papa ke Bandung. Singkat cerita, esok harinya kami berangkat. Walaupun harus melewati beberapa tes untuk memastikan sehat dan diizinkan untuk terbang ke Bandung. Kami menghabiskan waktu selama kurang lebih 5 jam di perjalanan. Pesawat transit dulu di Jakarta setelah itu baru ke Bandung. Sesampainya di Bandung kami sudah ditunggu oleh supir papa dan diantar ke tempat papa tinggal. Ketika sampai di rumah papa, kami semua istirahat sejenak karena lelah di perjalanan

62 Rindu Madrasahku Setelah istirahat seharian, besoknya papa mengajak kami berwisata. Kami pergi ke Pantai Sentolo, Garut. Papa dan mama selalu mengingatkan untuk tetap menggunakan masker. Juga tak lupa cuci tangan, serta jaga jarak. Tempat wisata yang kami kunjungi tidak terlalu ramai karena dari pengelola sudah membatasi jumlah pengunjungnya. Kami semua senang menikmati wisata ini. Sudah beberapa hari kami menghabiskan waktu bersama papa. Tibalah hari dimana kami harus kembali ke Pekanbaru karena papa sudah harus kembali bekerja. Mama, aku, dan adik saja yang pulang ke Pekanbaru. Sebelum pulang kami diwajibkan untuk melakukan beberapa tes untuk memastikan apakah kami tetap dalam keadaan sehat. Alhamdulillah, hasilnya negatif, jadi bisa pulang ke Pekanbaru. Kami transit dulu ke Jakarta baru setelah itu terbang ke Pekanbaru. Sesampainya di Pekanbaru, kami istirahat sejenak. Keesokan harinya aku bercerita kepada teman-teman tentang apa yang sudah aku lakukan selama beberapa hari di Bandung bersama keluarga. Aku bahagia walaupun keadaan pandemi seperti ini aku masih bisa menikmati liburan bersama keluarga. Aku kembali ke rutinitasku seperti biasa. Pagi belajar, siang istirahat, dan malam hari mengaji. Walaupun liburan ini sangat singkat, aku merasa beruntung masih bisa berpergian. Aku bersyukur karena masih bisa istirahat sejenak dari rutinitas sehari- hari. Rutinitas yang hanya bisa di lakukan di rumah saja.

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 63 Ya Allah, aku berharap semoga pandemi ini segera berakhir. Agar aku dan semua orang bisa kembali lagi beraktivitas normal tanpa harus merasakan takut. Sudah lama rasanya tidak merasakan bangun di pagi hari untuk bersiap ke sekolah dan kelelahan di sore hari setelah menuntut ilmu seharian. Semoga semua kembali normal. ***

Jalan-Jalan Selama Pandemi Muhammad Febrizan Wijaya B ulan kemarin, tepatnya bulan Oktober 2020 saya dan keluarga pergi ke Dumai. Kami ke sana untuk mengunjungi saudara sekalian liburan. Kami berangkat pada pagi hari melintasi tol. Istirahat sejenak di rest area dan membeli makanan. Kemudian kembali melanjutkan perjalanan menuju Dumai. Saya lihat jam ternyata sudah pukul 10.00 wib, itu artinya sebentar lagi kami sampai di Dumai. Kami lihat sekeliling rupanya kami sudah sampai. Kemudian, kami istirahat sambil bermain hp dan bermain bersama kucing. Tak lama kemudian terdengar suara azan berkumandang. Pertanda waktu sholat zuhur telah masuk. Selesai sholat, kami makan bersama. Setelah itu, mama mau bertemu temannya yang ada di Dumai. Saya pun ikut pergi kerumah teman mama. Sekalian

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 65 saudara yang lain juga ikut. Teman mama menawarkan untuk makan, karena kami sudah makan maka kami hanya minum teh saja. Setelah dari sana kami pergi ke pantai. Saat di pantai, kami bermain pasir dan berenang. Kami membuat lubang untuk menaruh air tapi kami malahan menemukan sumber air yang keluar dari tanah. Melihat hal demikian membuat kami penasaran. Oleh karena itu, kami pun menggalinya lebih dalam lagi. Ternyata di sana ada seperti kolam yang ukurannya kira-kira bisa muat seekor kucing. Kemudian kami menambah airnya, lalu membuat lorong. Karena tempat itu tidak jauh dari bibir pantai, lobang yang digali tadi diterjang oleh ombak hingga mengenai celana saya. Untung saja saya membawa pakaian pengganti. Kemudian kami melanjutkan membuat te­ rowongan. Saya memanfaatkan kardus minuman dan memotongnya setengah bulat. Lalu, mengganjal pasir yang di atasnya dengan kardus agar pasirnya tak turun. Setelah dirasa puas bermain pasir kami mengabadikannya dengan berfoto. Setelah puas bermain air, tiba-tiba saya di dorong oleh saudara saya ke dalam air. Dan saya pun basah tapi untung saja saya sudah membuka baju Kemudian, saya kembali membuat istana pasir yang ukurannya lumayan besar. Karena di sana banyak batu, maka kami memanfaatkan batu tersebut untuk pagarnya. Dan saat itu saudara saya menemukan batu yang aneh. Bentuk batunya berbeda dengan batu

66 Rindu Madrasahku yang pernah kami lihat. Permukaan batunya sangat halus tidak seperti batu yang lain. Namun, tiba-tiba ada ombak yang datang sehingga membuat batu itu terlepas dari tangannya. Setelah puas bermain pasir, kami pulang ke rumah tante yang di Dumai. Kami tiba di sana sebelum magrib. Sebelum sholat kami mandi dulu baru kemudian sholat dan makan bersama. Setelah itu istirahat sambil bermain game bareng. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan waktunya untuk tidur. Esok harinya, kami sarapan dulu baru setelah itu mandi. Selesai mandi, menonton film kartun beramai- ramai, karena covid, jadi tidak bisa bebas bermain di luar rumah. Siangnya kami pulang. Untuk bekal di perjalanan kami singgah ke indomaret untuk membeli makanan dan minuman. Kami sempat mampir di rest area karena abang saya ingin buang air kecil. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan sampai akhirnya saya tertidur. Saat terbangun rupanya sudah sampai di rumah saudara saya untuk mengantarnya pulang. Setelah itu, baru pulang ke rumah saya sambil tak lupa mematuhi protokol kesehatan.

Kunjungan ke Panti Asuhan Muhammad Abdillah Farras N amaku Muhammad Abdillah Farras. Biasa di­ panggil Farras. Aku duduk di kelas 4D di MIN 1 Pekanbaru. Sebelum sekolah di MIN 1 Pekanbaru, aku sekolah di TK Islam Asy-Syams, Jalan Setia Budhi, Pekanbaru. Selama sekolah di sana, aku mengunjungi banyak tempat. Tempat yang aku kunjungi yaitu Museum, kolam renang dan panti asuhan. Tempat yang paling berkesan yang aku kunjungi adalah panti asuhan. Masih kuingat kejadian saat itu pada hari Kamis pukul 8 pagi. Aku pergi dengan teman-temanku dari kelas A1, A2, B1 dan B2 serta kepala sekolah dan semua guru. Panti asuhan berada di daerah Kulim, tepatnya di belakang Objek Wisata Alam Mayang. Rombongan menggunakan bus untuk pergi ke tempat tersebut. Setiap anak membawa barang yang akan

68 Rindu Madrasahku disumbangkan. Ada yang membawa sembako seperti beras, mie instan, gula, minyak, ikan kalengan, susu, telor serta makanan yang lain. Juga ada yang membawa baju bekas yang layak pakai. Aku dibelikan orang tuaku pakaian anak-anak ukuran di bawah lima tahun untuk disumbangkan. Sesampainya disana, kami disambut pengurus panti dan anak-anak panti dengan gembira. Namun setiba di sana, ada hal yang membuat sedih dan menyentuh hatiku. Ada anak balita yang digendong pengurus panti. Aku sedih karena anak tersebut masih kecil sudah tidak mempunyai kedua orang tua. Kita masih bersyukur mempunyai orang tua yang menyayangi kita. Walaupun orang tua kita memarahi kita, tapi kemarahannya untuk mendidik agar menjadi lebih baik lagi. Kulihat kehidupan di panti, kehidupan yang apa adanya. Hanya makan makanan yang disediakan pengurus panti. Tanpa bisa memilih dan meminta makanan yang dikehendaki. Sangat berbeda dengan kehidupan kita yang bisa meminta makanan apa yang kita inginkan kepada orang tua. Setelah selesai mengadakan kunjungan, kami kembali pulang ke sekolah. Sesampai di sekolah sudah ada orang tua masing-masing menunggu anak-anaknya. Aku bersyukur kepada Allah masih mempunyai orang tua yang menunggu kepulanganku. Bukan seperti anak panti asuhan yang tidak mempunyai orang tua lagi dan hidup apa adanya. Setelah melihat kehidupan anak panti asuhan, aku berkeinginan untuk menyisihkan sebagian uang

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 69 jajanku selama setahun untuk disumbangkan ke panti asuhan. Aku menyampaikan keinginanku tersebut kepada orang tuaku. Orang tuaku sangat setuju dan mendukung keinginanku. Setelah satu tahun berlalu, ketika adikku masuk TK, aku menghitung jumlah uang yang aku sisihkan tersebut. Alhamdulliah, terkumpul sebanyak Rp.475.000,-. Ketika ibu mengambil baju seragam adik, aku ikut bersama ibu. Aku membawa uang yang aku kumpulkan tersebut untuk diserahkan kepada guru TK yang nanti akan diserahkan ke panti asuhan. Sesampainya di TK, aku melihat ada wali kelasku dulu yang biasa aku panggil dengan panggilan Umi. Aku tidak mau masuk ke sekolah karena malu. Aku titipkan uang itu kepada ibu untuk diberikan kepada wali kelasku. Ibu memberikan uang itu dan ibu mengatakan, bahwa uang ini adalah sumbangan dari Farras untuk anak-anak panti asuhan. Wali kelasku mengucapkan terima kasih kepadaku yang disampaikan memalui ibu. Didalam hati, “Aku bersyukur dan merasa senang bisa berbagi kebahagiaan dengan anak-anak panti asuhan.” Sejak saat itu sampai sekarang, ketika aku sholat di mesjid, jika mempunyai sisa uang jajan aku masukkan kedalam kotak amal anak yatim. Kalau tidak bersisa, aku minta kepada orang tua. Aku ingin anak yatim piatu yang ada di panti asuhan dan yang ada dimanapun bisa merasakan kebahagiaan seperti yang aku rasakan. Walaupun mereka tidak mempunyai kedua orang tua.

Berlibur Saat Zona Kuning M. Arif Syahputra P erkenalkan nama saya Muhammad Arif Syahputra. Saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru. Saya duduk di kelas 4D. Saya sangat senang bisa sekolah di MIN karena pelajaran agamanya lebih banyak. Saya sebelumnya sekolah di TK Annamiroh 7. Di sana juga banyak pelajaran agamanya. Jadi, saya tinggal melajutkan saja. Dari kelas satu sampai pertengahan kelas tiga, alhamdulillah saya lalui dengan baik. Pertengahan bulan Maret, sekolah mulai diliburkan karena adanya pandemi Virus Corona. Semua kegiatan belajar mengajar diliburkan. Padahal waktu itu sedang persiapan untuk kenaikan kelas. Semua kegiatan belajar dialihkan ke rumah. Wali kelas memberikan materi dan tugas secara online. Saya belajar di rumah dibimbing dan diarahkan oleh ibu saya.

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 71 Tibalah waktunya ujian kenaikan kelas. Ibu dan orang tua teman-teman saya yang lain mengambil soal ujian ke sekolah. Kami pun melaksanakan ujian di rumah yang diawasi oleh orang tua. Bulan demi bulan kami masih tetap libur dan belajar di rumah secara online. Saya tetap melakukan kegiatan di rumah. Pagi belajar, siang mengaji, sore bermain bersama adik dan malam membuat tugas. Jika ibu tidak ada kegiatan, saya membuat tugas dan belajar di pagi hari tetapi apabila beliau ada kegiatan, saya mengerjakan tugas dan belajar di malam hari. Pada suatu hari, setelah ibu memasak untuk makan malam, tiba-tiba ayah menyampaikan berita gembira. “Nak, insyaallah hari Minggu pagi, kita ke Dumai ya, kita ke Pantai Koneng”. Saya dan adik sangat senang mendengarnya. Saya dan adik tidak pernah ke pantai selama pandemi. Kami tidak pernah melakukan kegiatan di luar rumah. Saat bosan biasanya hanya pergi ke rumah eyang atau ke rumah sepupu. Rumah eyang dan rumah sepupu sangat dekat. Hanya dengan berjalan kaki. Tibalah saat yang ditunggu-tunggu yaitu pergi ke Pantai Koneng. Kami berangkat pagi hari pukul 07.00 dengan menggunakan mobil. Kali ini tidak hanya pergi dengan adik, ibu dan ayah, tetapi keluarga besar eyang, papi, mami, iki, dan icik (tante) juga ikut. Saya bertanya kepada ibu. “Bu, kenapa kita berangkatnya pagi hari?” “Iya, agar tidak terjebak macet di jalan yang baru dibangun pemerintah.”

72 Rindu Madrasahku Saya bingung jalan yang dibangun pemerintah tersebut jalan seperti apa. Ternyata jalan yang baru dibangun tersebut adalah jalan tol. Jalan besar dan lurus tidak ada putar arah. Ini pertama kalinya saya lewat jalan tol. Pemandangan saat melewati tol sangat indah karena banyak pepohonan serta udara yang sejuk. Ibu juga mengatakan di bawah jalan tol ada jalur perlintasan gajah. Saya sangat terkejut ada jalan gajah dibawah jalan tol tetapi saya tidak dapat melihat gajahnya saat itu karena saat melewati jalan tol tidak boleh berhenti. Ibu bercerita, sebelum adanya jalan tol Pekanbaru menuju Dumai membutuhkan waktu 4 jam. Tetapi semenjak adanya jalan tol hanya membutuhkan waktu 1 jam 30 menit saja. Saat ibu bercerita, saya sangat kagum dengan jalan tol karena bisa membuat orang- orang menempuh perjalanan dengan lebih cepat. Akhirnya, setelah melalui perjalanan dari kota Pekanbaru ke kota Dumai kami sampai di Pantai Koneng. Saya sangat senang karena di Pekanbaru tidak ada pantai. Di sana hanya ada Sungai Siak. Saat di Pantai Koneng, saya bermain dengan adik dan sepupu saya. Kami bermain dan berenang, sementara adik bermain pasir. Saya sangat senang bermain dan berenang karena masih kecil saya hanya boleh bermain di pinggiran pantai saja. Ibu, Mami dan Icik mengawasi kami. Tak pernah meninggalkan kami sedetikpun. Saya, adik dan sepupu bermain dan berenang dengan gembira. Tiba-tiba ayah memanggil kami dan berkata,

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 73 “Mainnya sudah ya, ini sudah tengah hari dan airnya mulai naik, itu tandanya tidak boleh bermain lagi dan itu berbahaya” kata ayah. Akhirnya, kami mengikuti kata ayah untuk berhenti bermain. Ibu menyuruh kami untuk mandi agar badan tidak gatal-gatal. Setelah bersih-bersih, kami makan siang di gazebo yang ada di Pantai Koneng. Makanan yang kami makan terasa begitu enak karena kami makan bersama-sama. Saya, adik dan sepupu makan sangat banyak. Selesai makan, kami duduk santai di gazebo sambil bercerita, tertawa dan bernyanyi ria. Akhirnya, setelah bermain selama tiga jam, saatnya kami harus pulang. Di perjalanan pulang, ayah menyetir mobil lebih santai dibandingkan saat pergi. Kami juga berhenti sejenak di rest area untuk beribadah. Di sana juga ada Indomart dan Alfamart. Tidak terasa, akhirnya kami sampai di Pekanbaru. Kami tiba di rumah sore hari. Tetapi ayah dan ibu mengantarkan sepupun saya ke rumahnya terlebih dahulu. Kemudian baru pulang ke rumah. Setelah itu istirahat karena perjalanan yang lumayan lama membuat badan terasa lelah. Itulah sedikit cerita saya saat libur di masa zona kuning. Saya ingin sekolah dan bermain bersama teman-teman seperti sebelum pandemi. Saya berharap pandemi virus corona cepat berakhir agar bisa beraktifitas dan belajar di sekolah kembali. Aamiin. ***

Pengalaman Sedihku Saat Sakit M. Haikal Calief Harahap H ari itu hari Minggu. Aku dan sepupuku sudah berjanji untuk pergi ke wisata air di Kota Pekanbaru. Kami berenang juga bermain seluncuran. Ibu sudah memanggilku untuk naik dan berhenti berenang. Namun, aku tetap saja asyik bermain. Pulang dari berenang, aku merasa tidak enak badan. Aku sakit. Gejala awalnya batuk, sesak nafas, muntah, dan demam. Pada saat itu, aku terpaksa izin untuk tidak masuk sekolah. Aku merasa sangat tidak nafsu makan, lemas dan sakit pada tenggorokan. Melihat semua gejala yang mencurigakan, ibuku merasa resah. Kemudian membawaku ke dokter. Dokter pun memeriksaku dengan stetoskop untuk mendengarkan nafasku. Kata dokter, aku harus diuap (Nebulizer) untuk mengurangi keluhan batuk dan sesak nafas. Selain itu, aku diberi obat demam dosis

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 75 tinggi, serta cek darah ke laboraturium. Kemudian, diminta kembali apabila dalam tiga hari tidak sembuh. Setelah tiga hari, demamku tidak juga turun. Sesak nafasku semakin kuat dan aku selalu muntah setiap kali makan atau minum. Ibu kembali membawaku ke dokter spesialis anak. Namun, di rumah sakit yang berbeda. Kembali aku dicek darah. Aku hanya terdiam dan merasakan sakit saat bernafas. Aku juga tidak bisa tidur. Bila berbaring aku merasa seperti tenggelam. Hasil cek darah keluar dan aku diharuskan rawat inap. Dokter spesialis anak masuk ke kamar rawat dan mengecek kondisiku. Melihat gejala yang aku alami, dokter menyarankan untuk rontgen di bagian paru- paru. Keesokan harinya dokter kembali ke kamarku dengan membawa hasil rontgen. Dokter mengatakan bahwa di paru bagian kiri terdapat cairan yang hampir memenuhi paru kiriku. Namun, untuk memastikannya aku harus melakukan CT Scan. Kebetulan alat tersebut rusak di rumah sakit tempat aku dirawat. Dokter menyarankan agar aku dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad. Keesokan harinya, aku dipindahkan ke RSUD Arifin Ahmad menggunakan Ambulance. Aku sangat takut dan cemas sekali. Di RSUD Arifin Ahmad, aku dirawat di ruangan Intensive Care Unit (ICU) khusus anak. Berulang kali aku harus cek darah dan melakukan rontgen. Dokter mendiagnosa aku terkena efusi pleura kiri yakni terdapat cairan di paru sebelah kiri yang membuat paru kiriku tidak dapat berkembang

76 Rindu Madrasahku dan mengecil. Dokter menyarankan agar dilakukan penyedotan cairan. Akhirnya, upaya tersebut dilakukan, namun hasilnya tidak sesuai harapan. Dokter melakukan upaya selanjutnya dengan membuat lubang di dekat dadaku dan dimasukkan selang untuk mengalirkan cairan dari paru. Berulang kali aku harus di rontgen, namun hasilnya masih tidak memuaskan. Ibu dan tante serta keluargaku bergantian menjagaku. Aku dibelikan banyak mainan, buku-buku cerita dan dibawakan makanan-makanan kesukaanku. Hampir sebulan di ruangan ICU, namun tidak tampak perubahan. Akhirnya ibu dan keluarga besarku memutuskan melanjutkan pengobatanku ke Malaka, Malaysia. Di sana aku dirawat di Rumah sakit Mahkota. Ada dua dokter yang menanganiku yakni dokter anak dan spesialis bedah paru. Setelah memeriksa riwayat penyakitku yang hasilnya sudah dipersiapkan ibuku sebelumnya, dokter spesialis bedah paru memutuskan, bahwa aku harus segera operasi paru. Karena paru-paruku sudah terlalu lama terendam cairan dan cairan tersebut sudah menjadi nanah. Penyakitku disebut empiema. Aku pun dirawat inap di Mahkota Hospital dan dipersiapkan untuk melakukan operasi. Hari yang ditentukan pun tiba. Aku masuk ke ruangan operasi diantar oleh ibuku. Kemudian, aku dibius. Saat bangun aku sudah di ruang ICU. Ada ibuku disampingku. Pasca operasi, kondisiku sudah stabil. Aku dirawat di ruangan biasa sambil diterapi bernafas, misalnya meniup balon. Empat hari kemudian, aku sudah boleh

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 77 keluar dari rumah sakit tapi harus kontrol rutin. Aku, ibu dan tanteku pun tidak kembali dulu ke Indonesia. Dua minggu di Malaka, Malaysia. Perlahan-lahan kesehatanku membaik tapi dokter mengatakan bahwa paru kiriku sudah tidak berfungsi lagi. Akibatnya aku tidak boleh olahraga berat, tidak boleh duduk di dekat orang merokok apalagi merokok. Itulah kisah sedih yang pernah aku alami. Semoga teman-teman yang membaca ceritaku ini tetap selalu menjaga kesehatan dan dapat segera memeriksakan diri ke dokter bila ada gejala sakit agar tidak semakin parah. ***

Persahabatan Karena Allah Nadhif Muzhafaran P ada suatu hari sang pengembara mengunjungi saudaranya di perkampungan yang sangat jauh. Pengembara tersebut harus melewati bukit dan gunung untuk sampai ke perkampungan tersebut. Di perjalanan, ia bertemu dengan malaikat berwujud manusia yang mau menemaninya selama perjalanan. Sesampainya sang pengembara di perkampungan, malaikat yang berwujud manusia itu bertanya kepada si pengembara. “Mengapa kau mau pergi sejauh ini untuk menemui saudaramu? Apakah ia berhutang padamu?” “Tidak, aku mengunjunginya bukan untuk me­ nagih hutang. Aku mengunjunginya karena aku menyayanginya.”

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 79 Mendengar sang pengembara berkata demikian, malaikat pun menjawab. “Aku adalah malaikat Allah yang diperintahkan untuk menemanimu dalam perjalanan. Sungguh Allah mencintaimu karena kamu menyayangi saudaramu.” Dari kisah di atas, bisa diambil hikmah bahwa Allah sangat mencintai orang-orang yang mau menjaga silaturahmi. ***

Senyum Juga Sedekah Nadine An-Namie R ani adalah siswi kelas 4D. Suatu hari ketika proses belajar mengajar hampir selesai, ustad memberi teka-teki pada murid-muridnya. “Anak-anak, sedekah apa yang tidak berupa benda dan barang?” tanya Ustad. Semua murid kelas 4D bingung dan terdiam, terutama Rani. Kemudian Ustad tersenyum dan berkata “Teka-teki ini akan menjadi pekerjaan rumah kalian ya, anak-anak. Pertemuan selanjutnya akan kita bahas”. Setelah Rani sampai di rumah, Rani langsung mengganti seragam sekolahnya. Tak lama kemuadian terdengar ketukan pintu. “Tok...tok....tok.... Kakak sudah selesai ganti baju?” terdengar suara Ratna adiknya dari luar kamar.

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 81 “Iya sebentar lagi, Dek” jawab Rani. “Cepat Kak, ayah dan ibu sudah menunggu di meja makan,” sahut Ratna. Siang itu, mereka makan siang bersama. Ketika sedang makan, ibu bertanya tentang kegiatan sekolah Ratna, “Bagaimana hafalan hadistmu, Nak?” “Sudah lancar, Bu. Insyaallah besok Ratna setoran sama Ustad, Bu “ jawab Ratna. “Setoran hadist tentang apa, Nak?” lanjut Ibu. “Tentang senyum juga sedakah, Bu.” Seketika Rani langsung teringat dengan teka-teki dari Ustad yang menjadi pekerjaan rumahnya. Kemudian ibu meminta Ratna untuk mengucapkan hafalannya. Ratna melakukannya dengan sangat baik, sampai semua yang mendengarkannya bertepuk tangan. Kemudian Rani bertanya kepada adiknya. “Dek, hadist yang barusan kamu hafal belajar dimana?” “Belajar dari Ustad dong, Kak,” jawab Ratna. “Waaah, Adik Kakak hebat sekali,” puji Rani kepada adiknya. Begitulah suasana makan siang keluarga Rani yang diwarnai dengan berbincang-bincang mengenai kegiatan sekolah mereka. Sore hari pun tiba, Rani berjanji untuk bertemu dengan temannya. Sebelum pergi, Rani meminta izin dulu kepada ibunya.

82 Rindu Madrasahku “Bu, Rani pergi ke rumah Kaira dulu ya, Bu!” “Iya, sebelum maghrib sudah kembali ke rumah ya, Nak”, pesan ibu kepada Rani. Ketika Rani sampai di rumah Kaira, dia melihat Kaira sudah menunggunya. “Maaf ya Kaira, aku datangnya telat.” “Tidak apa-apa, Rani, lagian aku juga baru selesai membantu ibuku menyapu halaman”. Mereka berdua duduk di taman sambil bercerita. “Oh iya Ran, kamu sudah tau belum apa jawaban teka-teki dari Ustad?” tanya Kaira. “Pastinya sudah dong,” jawab Rani dengan santai. Kaira masih belum percaya apakah Rani benar- benar sudah tau jawabannya. Sampai-sampai dia bertanya lebih lanjut. “Apa jawabannya dan kamu tau jawabannya dari mana?” Kaira masih penasaran. “Ada deh!” jawab Rani yang menyebabkan rasa penasaran Kaira semakin besar. Hari sudah semakin sore. Rani pun kembali ke rumah karena dia ingat pesan ibunya agar pulang sebelum magrib. Tidak lama setelah Rani sampai di rumah, ibu meminta bantuan kepadanya. “Ran, tolong temani adikmu jajan ke warung ya, Nak?” “iya, Bu. Ayo dek, kamu mau jajan apa?” “Belum tau, Kak. Kita lihat di warung aja nanti,” jawab Ratna

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 83 Setelah selesai menemani adiknya jajan, Rani langsung menyiapkan roster pelajaran untuk besok. Perlengkapan sekolahnya juga tidak lupa ia siapkan. Kemudian Rani menunaikan sholat maghrib dan membaca Al-Qur’an. Setelah itu, meraka sekeluarga makan malam. Tak lama setelah makan terdengar azan pertanda masuknya waktu isya. Selesai sholat, Rani langsung belajar dan mengulang pelajaran yang ia pelajari tadi siang. Selesai belajar Rani langsung tidur. Pagi pun tiba, Rani berangkat ke sekolah dengan semangat karena ia sudah menemukan jawaban pekerjaan rumahnya. Sampai di sekolah, tidak lama kemudian proses belajar mengajar pun dimulai. “Assalamu’alaikum, anak-anak” salam Ustad. “Wa‘alaikumsalam, Ustad” jawab anak-anak serentak. “Sudah ada yang tau apa jawaban teka-teki yang Ustad berikan kemaren?” tanya Ustad. Rani pun langsung mengangkat tangan. Dia menjawab dengan sangat percaya diri. “Jawaban teka-tekinya adalah senyuman ustad, karena senyum juga sedekah” “Betul sekali Rani.” “Nah, anak-anak, kita tidak selalu harus memberikan uang atau barang untuk disedekahkan. Mulailah dengan sedekah yang paling mudah dan paling murah, yaitu tersenyum,” lanjut Ustad Dan belajar pun berlangsung dengan semangat dan senyum yang selalu menghiasi wajah mereka.

Andai Bisa Sekolah Lagi Nadira Salsabila S aat bangun tidur di pagi hari, kubuka jendela. Kupandangi terasku yang sunyi, senyap, dan sepi. Rasa bosan membuat diriku kesal. Entah kapan virus ini akan hilang. Banyak orang yang ketakutan. Ukuran yang sangat kecil tapi bisa mematikan. Itulah dia si corona. Bentuknya yang imut dan cantik seperti mahkota tapi bisa membuat manusia tak berdaya. Aku beranjak ke kamar mandi. Lalu, membersihkan badan. Selesai mandi aku memakai baju kaos lengan pendek kesukaanku. Ibu memanggilku untuk sarapan. Akupun menyusul ke meja makan untuk menyantap nasi goreng buatan ibuku. Aku makan dengan lahap. Dan setelah selesai sarapan aku pun bertanya pada ibu. “Bu, kapan corona pergi? Aku ingin sekolah, pengen belajar, pengen bermain sama teman-teman.”

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 85 “Sabar, Nak. Semua sudah ada jalannya sesuai ketentuan yang di atas (Allah).” Aku pun terdiam dengan rasa bersalah. Sebelum libur panjang karena corona, aku pernah berkeinginan untuk libur sebulan. Tanpa aku sadari Allah pun mengabulkan keinginanku. Hanya saja waktunya berbeda. Allah melebihkan waktu liburku. Setelah hampir setahun aku belajar online di rumah dengan hp, semakin hari aku semakin pusing dengan tugas sekolah yang menumpuk. Aku berusaha rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Hari demi hari aku jalani dengan tugas yang menumpuk. Aku ingin sekolah. Ingin bermain, bercanda tawa dengan teman-teman sekolahku. Banyak anak-anak yang sebaya denganku merasakan kebosanan seperti yang aku rasakan. Bagaimana tidak bosan, setiap hari di rumah tanpa liburan. Kalau pergi liburan pun tidak bisa karena tempat-tempat wisata dan mall ditutup. Pernah terpikir, jika corona pergi aku akan berusaha belajar lebih baik lagi di sekolah dan di rumah. Memanfaatkan setiap waktu yang aku jalani bersama keluarga dan teman. Rasanya sangat jauh berbeda antara belajar dari rumah dan di sekolah. Di sekolah guru menjelaskan dengan jelas dan mudah dipahami kalau dirumah hanya dengan file manager dan WPC OFFICE. Itu pun belum tentu seluruh murid mengerti karena tidak dijelaskan secara langsung.

86 Rindu Madrasahku Seandainya corona ini pergi, aku tidak akan meminta libur panjang lagi. Lebih baik aku sekolah daripada libur panjang gak jelas seperti ini. Lalu, setelah 3 bulan, tepatnya bulan November 2020, aku mendapat kabar dari sekolah bahwa bulan Desember semua murid akan ujian semester ganjil. Semua murid diharuskan mengerjakan tugas untuk persiapan ujian semester ganjil. Seminggu kemudian, aku mendapat kabar bahwa ada UH bahasa Arab dan PJOK. Aku pun mulai pusing karena belum ada membaca buku sama sekali. Tugas mata pelajaran yang lain juga sudah menumpuk. Aku pun langsung beranjak ke meja belajar. Buku berantakan, sehingga membuat ibuku terkejut melihatnya. “Dira, kenapa berantakan seperti ini sih bukunya?“ “Besok kan ada UH, Bu. Jadi, Dira harus belajar.” Seminggu kemudian, aku mendapat kabar gembira dari sekolah. Insyaallah bulan Januari tepatnya tanggal 4 aku akan sekolah kembali. Aku bersorak riang karena dua bulan lagi aku akan sekolah kembali. Aku langsung bersemangat mengikuti ujian semester ganjil. Tidak seperti bulan-bulan sebelumnya, sudah direncanakan sama guru untuk tatap muka tapi diundur lagi karena korban virus corona terus bertambah setiap harinya. Aku ingin seperti di negara lain yang sudah mulai belajar di sekolah. Lebih baik aku sekolah saja. Walau aku les tapi tetap tugasnya dikerjakan sendiri. Jadi,

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 87 tetap saja bosan. Pokoknya aku lebih betah di sekolah. Aku ingin melihat senyum dan tawa teman-temanku, belajar bersama, shalat bersama, dan makan bersama. Walau pun di sekolah melelahkan tapi aku tidak bosan karena ada kegiatan berbeda. Kalau di rumah kegiatannya tidak menentu. Di rumah waktu istirahatnya hanya saat makan saja.Kalau di sekolah istirahatnya lebih lama. Mulai dari azan zuhur dikumandangkan sampai bel kembali dibunyikan. Di sekolah, biasanya setelah makan aku sempatkan untuk membaca buku di perpustakaan. Namun, saat pandemi seperti saat ini, hal tersebut tak bisa dilakukan lagi. Begitu juga dengan kawan-kawanku yang akan sertifikasi juz 30. Kegiatan ini terpaksa diundur karena terhalang oleh virus corona. Aku tidak bisa melakukan kegiatan setiap pagi bersama kawanku. Aku tidak upacara, tidak bisa melakukan senam, tidak sarapan bersama, tidak membaca asmaul husna bersama. Tidak baca yasin bersama. Tidak muroja’ah bersama dan tidak ada expo. Tak ada lomba juga tak ada pameran. Semoga pandemi ini segera berakhir ya Allah. Agar kami bisa sekolah seperti dulu lagi. Berjumpa lagi dengan teman-teman dan guruku tersayang. Aamiiiiiiiiinnnnn. ***

Liburan di masa Pandemi Covid 19 Najla Aulia Tiza H ampir 7 bulan negeriku dilanda musibah. Musibah yang disebabkan oleh Virus Corona (Covid 19). Virus ini tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, namun sangat meresahkan masyarakat. Semenjak virus ini masuk ke kotaku sekolah ditutup, sehingga kami dianjurkan untuk belajar dari rumah dengan metode Daring (Dalam Jaringan). Aku sedih karena tidak bisa belajar ke sekolah. Tidak bisa berjumpa dengan teman-teman dan guru. Juga tidak bisa shalat ke mesjid berjamaah. Semenjak virus itu merebak, aku tidak di­ perbolehkan keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Pada tanggal 28 Oktober 2020 sampai 01 November 2020 adalah jadwal libur bersama. Aku bersama keluarga merencanakan berlibur keluar kota

Karya Siswa/Siswi MIN 1 Pekanbaru 89 yaitu Provinsi Sumatera Barat. Awalnya kami sekeluarga ragu-ragu untuk berangkat karena dalam kondisi pandemi. Namun, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat dengan menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, seperti menggunakan masker, selalu mencuci tangan, membawa sanitizer dan menghindari keramaian. Kami berangkat dari Kota Pekanbaru pukul 10.00 wib menuju kota Solok untuk menikamati pemandian Air Panas. Sampai di Pemandian Air Panas pukul 21.00 wib. Di sana kami langsung mandi. Setelah mandi seluruh tubuh menjadi segar, pegal-pegal selama perjalanan hilang. Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan ke Kebun Teh yang masih berada di Kota Solok. Sampai di sana, kami keluar dari mobil dan mendaki perkebunan teh. Di sana suasana sangat asri. Udara yang dihirup sangat segar terhindar dari polusi. Kami merasa sangat senang karena selama ini hanya terkurung di dalam rumah. Setelah menikamati keindahan Kebun Teh, perjalanan dilanjutkan ke Kota Padang untuk mengunjungi Masjid Raya Padang. Di sini, kami melaksanakan shalat zuhur. Sebelum masuk ke masjid petugas melakukan pengecekan suhu tubuh. Tidak lupa juga memakai masker dan mencuci tangan. Setelah itu, kami juga mengunjungi Jembatan Siti Nurbaya sambil menikamti suasana Tepi Laut (Taplau) dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kemudian, melanjutkan perjalan ke Kota Pesisir

90 Rindu Madrasahku untuk mengunjungi kawasan Pulau Mandeh. Kami menginap di Kawasana Mandeh. Paginya melanjutkan perjalanan ke Pulau Sutan (Setan). Untuk menikmati suasana pantai kami mengadakan Snorkeling untuk melihat Ekosistem bawah laut seperti keindahan terumbu karang dan ikan-ikan yang beraneka macam. Kami juga mengunjungi Air terjun Gemuru yang berada dikawasan pulau Mandeh. Di sana, kami merasakan mandi dari air yang langsung turun dari gunung. Airnya sangat bersih dan sejuk. Di sore harinya kembali ke pesisir dan melanjutkan perjalan ke Kota Pasaman Barat tepatnya Desa Air bangis. Kami menginap di kediaman salah satu keluarga yang tinggal di sana. Di Air Bangis suasana terasa Asri dan terhindar dari Polusi. Di sana kami juga main ke Pantai untuk menikmati suasana pagi harinya. Tiba saatnya bagi kami untuk kembali ke kota asal yaitu Kota Pekanbaru. Pukul 13.00 wib kami melakukan perjalanan dari Air Bangis menuju kota Pekanbaru. Pukul 19.00 wib kami sampai di Kota Bukittinggi. Di sini, kami makan malam, lalu menikmati suasana kota Bukittinggi sejenak. Kemudian, melanjutkan perjalanan pulang ke Pekanbaru. Kami tiba di Kota Pekanbaru Pukul 23.00 wib. Sampai di rumah langsung tidur karena sudah sangat malam dan lelah karena lamanya di perjalanan. Kami sekeluarga sangat bahagia karena bisa menikmati liburan singkat dalam masa pandemi Covid 19. Kami sekeluarga berharap musibah ini cepat


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook