Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Buku Sungai Gerong (HSE Training Center Pertamina)

Buku Sungai Gerong (HSE Training Center Pertamina)

Published by ramadanuucla, 2022-06-23 18:07:57

Description: All About HTC Pertamina

Keywords: HTC

Search

Read the Text Version

Menuju World Class Di era global seperti sekarang, bercita-cita menjadi perusahaan berstandar dunia atau world class company sudah kewajiban bagi setiap perusahaan, apalagi sekelas PT Pertamina (Persero). Posisi- nya sebagai penyangga kedaulatan energi Indonesia menjadikan BUMN ini sangat vital. Untuk itu, perusahaan harus dijalankan secara par excellence di segala lini. Sebagai perusahaan energi terbesar di Nusantara, khususnya minyak dan gas, tidak berlebihan jika world class company jadi acuan manajemen dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Tak mudah. Sebagai perusahaan energi terintegrasi, tentu banyak aspek yang menjadi parameter dalam mencapai world class. Spektrum bisnis di sektor dari hulu hingga hilir yang sangat luat membuat Pertamina punya banyak pekerjaan rumah untuk perbaikan. Mimpi menjadi world class company pertama kali dicanangkan oleh manajemen sebagai visi perusahaan pada 14 Juni 2011 pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) saat itu. Karen Agustiawan, wanita pertama yang menjadi Direktur Utama Pertamina, kala itu jadi sosok sen- tral dalam pencetusan visi world class company. Sejak saat itu hingga saat ini Pertamina mulai tancap gas agresif dalam mengejar visinya. Periode emas awal pencanangan menuju world class company sempat ditorehkan, pada 2013, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia per- usahaan nasional masuk dalam jajaran perusahaan besar dunia. Pertamina menjadi perusahaan nasional yang masuk dalam jajaran daftar perusahaan dunia yang dinilai memiliki kinerja cemerlang dalam Fortune Global 500 versi majalah Fortune, salah satu majalah bisnis dan ekonomi terkemuka di dunia. Saat itu Pertamina langsung bertengger di peringkat 122. Bab III – Standar Internasional 89

Dalam data Fortune disebutkan, total pendapatan yang diterima Pertamina pada 2012 mencapai US$ 70,9 miliar naik 5,4% dari pendapatan di 2011. Sementara keuntungan BUMN sektor migas ini sepanjang tahun 2012 mencapai US$ 2,7 miliar, atau naik 18,2% dari tahun 2011. Total aset Pertamina hingga akhir 2012 tercatat mencapai US$ 40,882 miliar. Mimpi terus berlanjut, Pertamina mulai agresif dalam melakukan ekspansi bisnisnya, terutama di sektor hulu migas. Pada periode 2013 itu Pertamina melakukan akuisisi blok migas di luar negeri. Kebijakan ini baru pertama kali dilakukan sejak perusahaan migas plat merah itu didirikan. Minggu terakhir bulan November 2013 manajemen mengumumkan sejumlah akuisisi blok migas. Ekspansi pertama adalah blok 405a di Aljazair. Pertamina mengakuisisi ConocoPhilips Algeria Ltd, anak perusahaan Cono- coPhilips. Akuisisi itu membuat Pertamina menjadi operator di blok 405a. Dalam akuisisi itu Pertamina harus merogoh kocek US$ 1,5 miliar. Berikutnya, Pertamina juga membeli participating interest (PI) atau hak partisipasi 10% Exxonmobil di blok West Qurna I, Irak. Tidak hanya aktif di luar negeri. Pertamina juga mulai mengambil alih beberapa blok migas yang dulunya dikelola oleh kontraktor swasta asing. Ini tentu tidak lepas dari campur tangan pemerintah yang mulai mempercayakan Pertamina untuk mengelola blok-blok tersebut. Pertamina mulai mengelola blok Siak, Riau setelah pemerintah atau Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak memperpan- jang kontrak PT Chevron Pacific Indonesia di sana. Kemudian Pertamina juga melakukan akuisisi anak usaha Hess yang beroperasi di beberapa blok di Indonesia seperti di blok Pangkah dan blok Natuna Sea A dengan masing-masing saham yang diakuisisi sebesar 75% di Pangkah dan 23% di Natuna Sea A. Untuk akuisisi dua blok ini, Pertamina menggandeng PTTEP Netherlands Holding Cooperatie U.A, anak perusahaan PTTEP. Belum berhenti di situ, guna mengejar visi world class sarana dan pra- sarana juga sangat diperhatikan. Untuk itu manajemen Pertamina pada 9 Desember 2013 mengumumkan pembangunan Pertamina Energy Tower yang digadang-gadang akan menjadi kebanggaan, tidak hanya Pertamina tapi juga Indonesia karena memiliki ketinggian 550 meter dan terdiri dari 99 lantai. Pertamina Energy Tower diniatkan menjadi bangunan tertinggi ketiga di dunia setelah Burj Khalifa, Dubai, setinggi 829 meter dan Abraj Al-Bait di Saudi Arabia setinggi 601 meter, disusul gedung Taipei 101 di Taiwan setinggi 509 meter. Pertamina Energy Tower juga dimaksudkan sebagai representasi transformasi Pertamina menjadi  World Class Energy 90 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

... asa untuk menjadi pemain dunia di sektor migas tak pernah berhenti. Ekspansi blok migas berlanjut pada 2015, saat Pertamina menyelesaikan akuisisi beberapa aset migas di Malaysia. Company  sekaligus menjadi salah satu  landmark  baru ibu kota negara. Karena perusahaan masih konsentrasi pada pemenuhan kebutuhan energi nasional, pembangunan Pertamina Energy Tower yang memang membu- tuhkan biaya besar masih belum terlaksana sampai sekarang. Meski begitu, asa untuk menjadi pemain dunia di sektor migas tak pernah berhenti. Ekspansi blok migas berlanjut pada 2015, saat Pertamina menyelesaikan akuisisi beberapa aset migas di Malaysia. Hingga saat ini, Pertamina memiliki saham di tujuh blok berbeda di Malaysia, rata-rata ke- pemilikan saham di sana antara 4%-25,5% di setiap blok migas. Setahun setelahnya, tepatnya pada Agustus tahun 2016 Pertamina juga mengumumkan telah mengakuisisi 24,53% perusahaan Maurel and Proom (M&P), perusahaan asal Prancis yang dimiliki oleh Pacifico. M&P sendiri memiliki aset blok migas di beberapa negara diantaranya di Kanada, Columbia, Prancis, Gabon, Italia, Myanmar, Namibia,Nigeria dan Tanzania. Keinginan investasi di sektor hulu migas termasuk ke luar negeri sete- lah itu terus menebal. Pada waktu itu, ada dua potensi kerja sama sekaligus dijajaki yakni di Iran dan Rusia. Manajemen Pertamina cukup serius dalam penjajakan ini dalam kurun waktu dua tahun 2017-2018 pembicaraan terus berlangsung, namun sayang karena adanya isu geo politik di Iran serta ke- bijakan pemerintah Rusia yang justru menurunkan keekonomian dalam strategi akuisisi, maka manajemen menunda akuisisi dalam dua tahun pe- riode tersebut. Sebagai gantinya, manajemen fokus dalam pengembangan blok Ma- hakam yang mulai dikelola Pertamina sejak 2017 menggantikan Total E&P Indonesie, perusahaan asal Prancis. Setelah itu tahun 2018 beberapa blok migas yang sempat dikelola pihak swasta asing juga mulai dikelola, seperti Bab III – Standar Internasional 91

blok Offshore Southeast Sumatera (OSES), East Kalimantan dan Attaka. Yang paling gres Blok Rokan yang sempat jadi primadona sebagai penghasil minyak terbesar di tanah air, diserahkan pengelolaannya dari Chevron ke Pertamina saat kontrak berakhir pada 2021. Sejauh ini kontribusi aset-aset migas Pertamina di luar negeri tidak jelek-jelek amat. Realisasi produksi minyak rata-rata sudah bisa mencapai 100 ribuan barel per hari. Pada tahun ini, keinginan investasi Pertamina kembali menggeliat. Perseroan sudah alokasikan dana US$ 150 juta. Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina menuturkan salah satu rencana yang difokuskan dalam investasi luar negeri adalah ekspansi aset eksisting di Aljazair. Pertamina saat ini menjadi operator di Menzel Lejmat North (MLN) 1. Selain itu, Pertamina juga memiliki hak partisipasi di Lapangan Ourhoud, dan EMKK, yang merupakan bagian dari Blok 405a. Pertamina mengincar untuk bisa mengelola sekaligus menjadi opera- tor di MLN 2 yang posisinya berdekatan dengan MLN 1 yang saat ini sudah dikelola terlebih dulu. \"Ada area di sekelilingnya (MLN 1), itu mau kami propose untuk ekspansi,\" kata Dharmawan. Menurut Dharmawan, saat ini Pertamina masih melakukan pembi- caraan dengan Sonatrach, perusahaan migas negara Aljazair. \"Kami masih nego dengan pemerintah Aljazair melalui Sonatrach, seperti Pertamina- -nya sana,\" jelasnya. Pertamina pada 2020 menganggarkan dana investasi sebesar US$7,8 miliar. Sebesar US$3,7 miliar diantaranya dialokasikan untuk sektor hulu, baik untuk kegiatan organik maupun anorganik. Kriteria blok migas yang diincar perusahaan adalah blok migas yang akan memasuki tahap produksi atau telah berproduksi. Pertamina tidak akan langsung mematok besaran hak partisipasi dalam akuisisi nanti. Keputusan besaran hak partisipasi akan ditetapkan setelah dilakukan kajian menyeluruh terhadap keekonomian blok tersebut. \"Dan juga kami harus memanage risiko, jadi political risk, geopolitical risk, country risk semua dipertimbangkan,\" ujar Dharmawan. Selain sebagai jalan untuk kembali menapaki cita-cita menjadi world class company, rencana akuisisi yang akan kembali digalakkan pada tahun ini karena memang didorong oleh pemerintah. Dalam buku nota keuang- an Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 disebutkan, peme- rintah mendorong penugasan baru kepada Pertamina untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan minyak di luar negeri. Hal ini guna mendukung kebijakan yang ada untuk mengakselerasi penurunan defisit transaksi ber- jalan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. 92 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Kehadiran HSE TC Sungai Gerong fungsinya sangat krusial bagi Pertamina untuk menuju world class company. Dalam perkembangannya, definisi world class company tidak melulu membicarakan tentang kinerja keuangan dan aset yang dimiliki. Ada hal lain yang menunjang kegiatan operasional dan bisa jadi tolak ukur dalam pencapaian target world class yang tidak dapat dianggap sebelah mata. Health Safe Safety Environment (HSSE) adalah sisi penting yang terkadang terlupakan tersebut. Bagi world class company HSSE adalah prioritas utama. HSSE menjadi sangat penting karena kesehatan dan keselamatan kerja merupakan prioritas yang sangat diperhatikan masyarakat luas. Keti- ka perusahaan mengabaikannya maka sudah bisa dipastikan penilaian ma- syarakat luas terhadap perusahaan akan menurun. Ujungnya tentu produk maupun jasa yang ditawarkan tidak lagi memiliki daya saing yang mum- puni untuk disandingkan dengan perusahaan lainnya yang sangat concern dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan. Ini juga jadi nilai-nilai utama dalam perkembangan dunia usaha bela- kangan. Masyarakat cenderung lebih menghargai sistem manajemen yang menghasilkan produk dan jasa yang berorientasi serta berlandaskan pada keselamatan kerja dan lingkungan. Sehingga HSSE sudah sejatinya menja- di ruh dalam kegiatan operasional perusahaan seperti Pertamina. Setelah sukses masuk dalam jajaran perusahaan yang diakui masyarakat dunia kini tugas manajemen adalah menjaga kompetensi termasuk dalam HSSE. Aktivitas di luar negeri tentu menuntut kompetensi yang mumpuni di segala lini termasuk Sumber Daya Manusia (SDM). HSSE yang sekarang jadi harga mati dan standardisasi perusahaan internasional harus menjadi perha- tian khusus Pertamina jika mau bertahan dan dipandang sebagai salah satu world class company. Kehadiran HSE TC Sungai Gerong sangat krusial bagi Pertamina untuk menuju world class company. Karena tuntutan menjadi kelas dunia, HSE TC Sungai Gerong pun tak cukup sebagai lembaga pelatihan yang hanya diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi saja, tapi juga harus diakui lembaga serti- fikasi internasional. Dengan begitu alumnus pelatihan Sungai Gerong bisa bersaing di perusahaan migas mana pun di belahan dunia, tanpa terkendala sehelai sertifikasi. Bab III – Standar Internasional 93

Mengetuk Pintu OPITO Meski sudah berlalu setahun lebih, momen bahagia itu terus di- ingatnya. \"Tanggal 4 Januari, saya menerima email dari OPITO Asia Pasific,\" ujar Yulius S Bulo yang kala itu menjabat sebagai Manager HSE TC Sungai Gerong. Isinya menginformasikan program Plant Manager/Incident Commander (PMIC) Initial Response Trai- ning yang diselenggarakan HSE TC Sungai Gerong mendapatkan approval dari OPITO, sekaligus menyatakan bahwa HSE Training Center menjadi OPITO Approved Training Center. 94 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Yulius S Bulo (paling Tiga hari kemudian datang surat elektronik kedua GM OPITO Asia kanan) difoto saat Pacific yang menyebutkan Pertamina HSE TC boleh menggunakan logo mendampingi OPITO untuk sertifikasi PMIC yang dilaksanakan. \"Ini prestasi yang sangat membanggakan karena kami adalah training center milik perusahaan di kunjungan Waluyo, Sektor Migas yang pertama di Indonesia menjadi approved training center Direktur Umum dari OPITO, \"kata pria yang akrab dipanggil Bulo tersebut. PT Pertamina (Persero) Dengan approval tersebut, otomatis Pertamina bisa terlibat aktif pada (2010-2012) ke HSE TC meeting-meeting pembahasan standar lintas industri internasional. Pada April 2019 Bulo mewakili Pertamina untuk pertama kali hadir pada OPITO Sungai Gerong pada Asia Pacific Industry Forum (APIF) yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Februari 2010 dengan tuan rumah Petronas. Pertemuan ini dihadiri berbagai perusahaan dan training provider terpilih di sektor migas Asia Pacific membahas usulan modifikasi standar pelatihan untuk beberapa modul training OPITO. OPITO bukan lembaga ecek-ecek. OPITO, kependekan dari Offshore Petroleum Industry Training Organization adalah organisasi nirlaba yang Bab III – Standar Internasional 95

bergerak di bidang pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja industri minyak lepas pantai yang berpusat di Aberdeen, Skotlandia. Meski secara spesifik disebutkan untuk offshore, pada perkembangannya standar-standar pelatihan yang dikembangkan organisasi ini juga berlaku untuk onshore. OPITO kini dikenal sebagai lembaga referensi standar, juga pengem- bang standar yang dipakai sebagai acuan praktis di sektor oil & gas di selu- ruh dunia. Dia diakui di lebih dari lima puluh negara di dunia dengan dua puluh pusat pelatihan terakreditasi. Pusat operasinya berada di empat wi- layah yang mewakili industri energi di seluruh dunia. Untuk wilayah Eropa, pusatnya berada di Skotlandia. Kemudian Timur Tengah dan Afrika berada di Abu Dabi, Malaysia mewakili Asia Pasifik dan Amerika berada di Houston. \"Dengan memiliki program yang terakreditasi oleh OPITO maka mar- ket HSE TC Sungai Gerong yang semula hanya captive Pertamina (c.q Indo- nesia), otomatis meluas ke lebih dari 50 negara di dunia,\" ujar Bulo. HSE TC Sungai Gerong sebetulnya tak pernah kekurangan peserta karena mempunyai captive market yang sangat besar. Jumlah pekerja Pertamina Group sekitar 37.000, dan jumlah pihak ketiga serta kontraktor yang terlibat dalam ekosistem operasi Pertamina Group yang memerlukan pelatihan HSSE bisa mencapai sekitar 200.000. 96 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Pada 2019, HSE TC Sungai Gerong setiap tahun melatih lebih dari 5000 orang secara class room, dan pada tahun 2019 setelah diperkenalkan mobile le- arning, total peserta dari class room maupun mobile based mencapai lebih dari 10.000 orang. Sekitar 98% dari jumlah tersebut adalah dari Pertamina Group. Bulo menegaskan sertifikasi OPITO bukan hanya untuk mendapatkan pasar peserta baru. \"Tujuan kami adalah membuktikan bahwa lembaga Pertamina HSE TC ini adalah lembaga yang melaksanakan internationally standardized services dalam program-program yang dibuat.\" ujarnya. Ini sejalan dengan Pertamina Corporate University selaku fungsi yang diberi kewenangan perusahaan dalam pengelolaan program pelatihan untuk membangun kompetensi SDM yang mumpuni telah menetapkan sasaran untuk menggunakan standar world class bagi pelatihannya sehing- ga SDM Pertamina diakui kompetensinya di seluruh dunia *** Bulo pantas girang dengan diraihnya approval dari OPITO. Dia termasuk salah seorang saksi sejarah saat HSE TC Sungai Gerong direaktivasi pada Februari 2010 setelah dua belas tahun mati suri. Untuk pertama kali ia menginjakkan kaki di HSE TC Sungai Gerong. Saat itu dia mendampingi Dr. Waluyo, Direktur Umum PT  Pertamina  (Persero) yang bersama-sama dengan Direktur Utama saat itu, Karen Agustiawan meresmikan reaktivasi HSE TC Sungai Gerong. Kedua petinggi perusahaan itu mengamanatkan HSE TC Sungai Gerong dengan segala upaya meraih kembali kejayaan se- bagai lembaga pelatihan ternama. \"Saya tidak pernah menyangka bahwa tujuh tahun kemudian saya akan bekerja di Sungai Gerong, berkesempatan untuk melaksanakan ama- nat tersebut \" ujar pria kelahiran Toraja empat puluh tahun lalu tersebut. Bulo diangkat sebagai Manager HSE TC Sungai Gerong pada Desember 2017 sampai 2019. Kini, dia menjabat sebagai Manager Human Capital Bu- siness Partner & Operations Pertamina Hulu Indonesia (PHI), Salah satu yang dipikirkannya ketika itu adalah mengangkat levera- ge HSE TC Sungai Gerong ke level internasional. HSE TC Sungai Gerong memang sempat berjaya di masa lalu. Saat itu rekomendasi dari mulut ke mulut, nama besar perusahaan, kontrak training jangka panjang cukup efektif untuk menjaring peminat baik di Indonesia maupun di luar ne- geri. Kini paradigmanya berbeda. Di zaman keterbukaan informasi, stan- dardisasi dan konsolidasi dengan asosiasi atau badan sertifikasi menjadi keharusan. Bab III – Standar Internasional 97

\"Untuk bisa membangun kembali kejayaan HSE TC Sungai Gerong harus bisa membuat program big bang yang berdampak global dan sustai- nable dari sisi kualitas manajemen, \" ujarya. Dengan dasar seperti itu, Tim HSE TC Sungai Gerong mati-matian mengejar sertifikasi OPITO. Selain karena kualitas, pertimbangan lainnya, soal biaya \"Karena lembaga non profit, biaya OPITO sangat terjangkau,\" ujar Bulo. Sebagai lembaga yang terpandang di dunia, OPITO memiliki standar kualitas ma- najemen yang terus dijaga dengan baik. Jika HSE TC mendapat approval OPITO, tentunya tak perlu repot menyusun standar pelatihan sendiri. Cu- kuplah menjadikan standar OPITO itu sebagai pakem dan patron, otomatis kinerja dan layanan HSE TC Sungai Gerong akan ter-leverage, melesat naik. \"Ibaratnya Kita mendapatkan konsultan quality management tanpa biaya ekstra,\" ujarnya . Bagi Bulo dan Tim HSE TC Sungai Gerong, mengejar approval OPITO tak ubahnya seperti \"mission imposible\". Selama setahun, mereka bahu membahu mengimplementasikan program \"A Journey To Fly Higher\". Tim yang terbiasa mengerjakan pelatihan dengan pendekatan business as usual (BAU), dipaksa untuk meningkatkan kualitas baik layanan maupun personel. Berkat aspirasi menjalankan standar OPITO, setiap site yang ada di lo- kasi kompleks kantor dan pelatihan, sudah memenuhi standar untuk jum- lah tenaga terlatih first aider 1:5. Mayoritas tim HSE TC Sungai Gerong baik yang di kelas maupun front liner dan tim lapangan bersama-sama belajar berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Pengelolaan dormitory oleh Patra 98 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Jasa juga dikelola dengan standar OPITO. Semangatnya sangat terasa dan sangat menular di seluruh Tim HSE TC Sungai Gerong. Kalau Anda tanya ke siapapun, apakah security, tukang kebun, engineer, instruktur semua paham dan bisa menjelaskan tentang OPITO. *** Sebetulnya Pertamina HSE TC Sungai Gerong mengajukan approval untuk dua modul, yaitu PMIC IR, dan juga TBOSIET/TFOET/HUET. Modul kedua ditunda prioritasnya, baru diseriusi lagi setelah approval PMIC IR keluar. PMIC IR merupakan pelatihan tingkat lanjutan yang bersifat spesialis. Para peserta pelatihan merupakan para manajer yang dilatih untuk menja- di strategic planner ketika keadaan darurat terjadi. Para Incident Comman- der harus secara taktikal cepat mengambil keputusan, sehingga tidak ada korban jiwa dan kerugian akibat kejadian bisa diminimalisasi. Untuk mendukung pelatihan PMIC ini, HSE TC Sungai Gerong sudah dilengkapi dengan fasilitas berupa alat simulator Emergency Response XVR. Dengan alat tersebut para peserta bisa melakukan pelatihan seolah meng- hadapi kejadian sesungguhnya. Melakukan koordinasi dengan petugas di la- pangan, aparat kepolisian, masyarakat juga pemangku kepentingan lainnya. Alat simulator dibeli pada 2016, paling canggih saat itu. \"Saya terma- suk peserta pelatihan yang pertama mencoba alat tersebut,\" ujar Yulius Bulo. Pada Maret 2016, Bulo dan kawan-kawan dari PT Pertamina Interna- sional EP dari unit bisnis Algeria mengikuti pelatihan Crisis Management Team (CMT). Tak mau sekadar lewat, saat istirahat pelatihan, Bulo menyem- patkan diri menemui Manager HSE TC kala itu, dr. Reinaldy MN Fatah, dan seorang asman P&D di sana Juanita Jasin. Bulo melontarkan ide, ada baiknya materi CMT yang telah dikembang- kan kawan-kawan PIEP diadopsi dan dijadikan sebagai pelatihan rutin/ Bab III – Standar Internasional 99

standar oleh HSE TC dalam rangka mengoptimalkan utilisasi XVR simulator tersebut. PMIC IC ternasuk salah satu upaya untuk mengoptimalkan alat tersebut. Selain dilengkapi dengan peralatan yang terbilang terbaik di Indo- nesia, program pelatihan PMIC juga disokong oleh instruktur yang memi- liki pengalaman di sektor migas dan pernah memegang tanggung jawab dalam penanggulangan emergency. Instruktur untuk PMIC memang tidak mudah, apalagi para peserta adalah para manajer yang nantinya akan bertanggung jawab langsung terhadap kondisi darurat yang terjadi. Selain itu, modul pelatihan pun harus terus dikembangkan agar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh OPITO. Untuk mendapatkan approval OPITO tidaklah mudah. Modul pelatihan PMIC IR HSE TC Sungai Gerong terus disempurnakan. \"Empat kali ditolak, terus kita sempurnakan, sampai akhirnya mendapatkan pengakuan teregis- ter OPITO,\" ujar Winardi Sani, PhD, pria yang turut memberi andil sehingga program PMIC HSE Sungai Gerong mendapatkan pengakuan internasional. Doktor Process Engineering dari Universitas Tun Hussein Onn Malay- sia itu secara khusus dipekerjakan Pertamina sebagai advisor untuk men- dapatkan sertifikasi OPITO. Winardi dianggap banyak tahu tentang seluk 100 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

beluk OPITO. Kebetulan pusat kegiatan lembaga itu untuk kawasan Asia Pacific berada di Malaysia. Di Negeri itu, Winardi disegani kalangan industri migas. Dia salah seorang yang terlibat dalam pembuatan kilang Petronas, perusahaan migas yang sangat dibanggakan Malaysia. Pelatihan seperti PMIC, kata Winardi penting dilakukan, sehingga pe- kerja di lapangan dan manajemen pengambil kebijakan, memiliki bahasa yang sama, terminologi yang sama ketika menanangani kondisi kahar atau darurat. Sebagai perusahaan energi terintegrasi dan ingin mendapatkan pengakuan internasional seperti perusahaan migas dunia lainnya, maka pe- latihan dengan standar yang diakui internasional harus dilakukan Pertamina. Selama ini, karyawan Pertamina ketika ingin mendapatkan sertifi- kat seperti PMIC, harus mengikuti pelatihan di luar negeri. Dari sisi biaya, sudah pasti besar. Jika dibandingkan dengan pelatihan PMIC yang dise- lenggarakan oleh HSE TC Sungai Gerong, akan lebih efisien. \"Modul sudah sesuai standar internasional, instruktur berpengalaman dan bersertifikat, peralatan sesuai standar. Jadi tidak ada alasan bagi karyawan Pertamina untuk tidak mengikuti pelatihan di Sungai Gerong,\" tegas Winardi. Menurutnya, semua level pelatihan baik basic, medium ataupun ad- vance, harus teregister dan mendapatkan pengakuan lembaga internasio- nal seperti OPITO. Saat ini, instruktur di HSE TC Sungai Gerong merupakan para pengajar yang telah memiliki rekam jejak dan pengalaman. Peralatan yang dimiliki bahkan terbilang terbaik di tanah air pun demikian modul pelatihan terus dikembangkan. Dalam setahun ke depan, semua program pelatihan HSSE yang menjadi standar internasional, sudah akan bisa dipe- nuhi oleh HSE TC Sungai Gerong. \"Kita sedang berada pada jalur membangun kapasitas bertaraf inter- nasional. Saya mengidentifikasi orang-orang hebat yang layak dan harus masuk ke level internasional. kalau kita ingin dikenal dunia, kita masuk ke dunia itu. Ketuk pintunya, nggak dibuka, tunggu dan selanjutnya kita bica- ra dalam bahasa yang sama dengan mereka,\" ujarnya berapi-api. PMIC dan semua jenis pelatihan HSE, menurut pria berdarah Madura ini merupakan dicipline emegency response. Kalau ada keadaan darurat harus segera tertangani. Mereka yang tidak terlibat dalam penanganan, harus se- gera diselamatkan. Selain itu, mereka yang tidak terlibat dalam penanganan juga harus tahu, bagaimana menyelamatkan diri, dalam kondisi orang yang demikian banyak. Intinya, setiap orang wajib tahu bagaimana menyela- matkan diri. Itulah garis sandi yang ditetapkan OPITO. Ada yang memberi komando, ada yang melakukan penanganan dan setiap orang tahu harus melakukan apa dalam kondisi darurat tersebut. Bab III – Standar Internasional 101

Ketika semua orang pada levelnya menyadari apa yang harus dila- kukan, maka keadaan darurat akan segera tertangani, kerugian pun bisa diminimalisasi. Untuk bisa mendapatkan pemahaman yang sama tentang kondisi emergency, semua karyawan, minimal di lingkungan internal Perta- mina harus mengikuti pelatihan HSSE di Sungai Gerong, sehingga semua memiliki pengetahuan dan kesadaran yang sama, serta bahasa yang sama. *** Helmi Fadhilah Lubis yang menggantikan posisi Yulius Bulo seba- gai Manager HSE TC Sungai Gerong menegaskan akan terus mengawal standardisasi internasional untuk modul-modul pelatihan HSE TC Sungai Gerong, \"Untuk TBOSIET/TFOET/THUET sudah memasuki tahap approval dari OPITO,\" ujarnya. Modul-modul lainnya yang juga dijajaki untuk men- dapatkan sertifikasi OPITO adalah Onshore Petroleum Processing & Refining Facilities: Fire/Emergency Response Team Leader & Team Member; Fire Warden & Lead Fire Warden Competence. Di samping itu kami juga menjajaki standar di bidang Industry Training & Competence Standards: Authorized Gas Tester, Banksman & Slinger, Rigger Competence, Safe Driving at Work. Dengan sejarah besar yang pernah dimiliki di masa lampau, du- kungan Pertamina dan tetap fokus pada tujuan Standardized service & internationalization, bukan tidak mungkin dalam satu sampai dua tahun mendatang HSE TC Sungai Gerong bisa bertransformasi menjadi Pertamina HSSE Institute sebagai Global HSSE Learning Solutions & Technical Consulting kebanggaan Pertamina dan Indonesia. Mungkin saat ini belum terlihat, te- tapi dengan keyakinan yang kuat dan semangat yang terus dibakar, segala harapan yang baik itu pasti bisa terjadi. 102 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Kompleks HSE TC Sungai Gerong seluas 26 hektare Berawal dari Offshore OPITO, kependekan dari Offshore Petroleum Industry Training Organizati- on, adalah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan kese- hatan dan keselamatan kerja industri minyak lepas pantai yang berpusat di Aberdeen, Skotlandia. Lembaga ini merupakan satu-satunya organisasi yang berhak menerbitkan sertifikat khusus untuk yang bekerja di industri minyak lepas pantai, maupun yang bekerja di industri penunjang kegiatan offshore. OPITO merupakan sebuah lembaga keterampilan nirlaba global untuk industri energi dan telah menetapkan standar untuk industri migas sejak 1991. Setiap tahun, lebih dari 350 ribu orang dari seluruh dunia mendapat- kan pelatihan yang sesuai dengan standar OPITO. Tujuannya, membantu meningkatkan keselamatan dan kompetensi tenaga kerja. Secara institusi, OPITO juga menawarkan kerjasama baik dengan pemerintah, perusahaan minyak nasional, operator dan kontraktor dengan menyediakan berbagai layanan produk untuk memenuhi kebutuhan internasional dan menyo- kong pengembangan sumber daya manusia. Lembaga ini beroperasi di 50 negara dengan 20 pusat pelatihan ter- akreditasi. Pusat operasinya berada di empat wilayah yang mewakili indus- tri energi di seluruh dunia. Untuk wilayah Eropa, pusatnya berada di Skot- landia. Kemudian Timur Tengah dan Afrika berada di Abu Dabi, Malaysia mewakili Asia Pasifik dan Amerika berada di Houston. Dalam kemitraan dengan pemangku kepentingan, OPITO selalu mengidentifikasi kebutuhan dan persyaratan untuk pelatihan dengan Bab III – Standar Internasional 103

terus meningkatkan standar kompetensi baik untuk kegiatan migas di darat ataupun di lepas pantai. Setiap instruktur yang telah mengantongi sertifikasi OPITO dipastikan akan memberikan pelatihan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan OPITO. Standar pelatihan yang dikembangkan, merupakan hasil diskusi dari kelompok kerja industri (industry working group/IWG) yang terdiri dari peng- usaha, regulator, asosiasi, penyedia pelatihan dan perwakilan tenaga kerja. Hasil kajian IWG dimaksudkan untuk pengembangan konten standar industri secara keseluruhan, mulai dari hasil pembelajaran dan penilaian, konten program pelatihan, persyaratan fasilitas sampai periode validitas. Dengan terus melakukan pengembangan, berdasarkan dinamisasi yang terjadi di industri, maka OPITO juga akan terus menjaga reputasi mereka, para instruktur yang terakreditasi akan memberikan materi yang sama dan konsisten di mana pun kegiatan pelatihan dilakukan. Secara periodik, setiap empat tahun para instruktur dan pengajar yang berserti- fikasi OPITO, akan dilakukan upgrade, terkait pengembangan materi dan sebagainya. Dalam menjalankan pelatihan di industrui minyak dan gas bumi, OPITO menetapkan setidaknya tiga peran standar utama. Pertama, Peran Tanggap Darurat Dasar (Basic Emergency Response Roles), kedua Peran Tanggap Darurat Spesialis (Specialist Emergency Response Roles) dan ketiga Peran Teknis (Technical Roles). Untuk Basic Emergency Response, merupakan sebuah pelatihan yang dirancang dan dikembangkan untuk bertahan hidup dimana kompetensi sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap darurat. Ada beberapa katego- ri pelatihan yang dilakukan. Diawali dari Basic H2S Training, Basic Offshore Safety Induction & Emergency Training (BOSIET) with Emergency Breathing System (EBS), Basic Offshore safety Indusction and emergency Training (BOSI- ET) with compressed air Emergency Breathing System (CA-EBS), Basic Onshore Emergency Response, Common indusction Process, Helicopter Underwater Escape Training (HUET) with compressed air emergency breathing sustem (CA- -EBS) dan Emergency Breathing System, Oil & Gas Industry International Mini- mum Industry Safety Training standard (IMIST), Offshore oil and gas industry minimum industry safety training standard (MIST), Compressed Air Emergency Bretahing System CA-EBS (disampaikan berbarengan dengan T-Bosiet/Thuet/ Tfoet) sampai Travel Safely by Boat. Sementara untuk Specialist Emergency Response, pelatihan yang di- lakukan meliputi Management of Emergency, Helideck and Emergency res- ponse teams dan Emergency Response & Rescue Vessels. 104 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Untuk Management of Emergency, tujuan program ini adalah pelatih- an respon awal para Manager Plant atau Insident Comander (PMIC) dalam mengendalikan keadaan darurat dan situasi krisis. Dalam pelatihan ini, para Manager Plant atau Insident Comander menggunakan pengamatan langsung sebagai metode penilaian. Pelatihan yang diberikan yakni, Control Room Operator Emergency Response Standard, Major Emergency Management-initial response training, Offshore Muster Checker-industry guidence docoument, Offshore Muster co- ordinator-industry guidence document, OIM Conrolling Emergencies, Onshore Control Room Operator Emergency responses Assesment Standard dan Plant Manager/Incident Commander Initial Response Training Standard. Untuk kategori ketiga standard Technical Roles, pengembangan pela- tihan yang dilakukan terdiri dari, Lifting Roles, Gas Testing and Performing Authority Roles, Safety Representatives, Deck Roles, dan Assesors and Internal Verifiers. Masing-masing materi pelatihan memiliki kode standar tersendiri. OPITO juga telah mengembangkan kualifikasi global untuk mendu- kung perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas bumi dalam mengembangkan keterampilan dan kompetensi dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan mereka. Kualifikasi global tersebut mencakup operasi dan pemrosesan. Untuk memastikan tingkat pengetahuan teknis yang kompeten, OPITO telah memperkenalkan kualifikasi global yang mencakup operasi pemrosesan dan tiga disiplin pemeliharaan yang harus disiplin dilakukan yakni: listrik, mekanik dan instrumen serta kontrol. Pelatihan global ini mencakup beberapa materi, dasar, oil and gas 1, oil and gas 2, juga oil and gas 3. Standar-standar tersebut berlaku untuk kegiatan migas di darat dan lepas pantai. Keberhasilan penyelesaian standar yang disepakati dalam kerang- ka kerja mengarah pada pemberian kualifikasi OPITO yang diwakili oleh sertifikat yang diberikan oleh OPITO dan Otoritas Kualifikasi Skotlandia (Scotsish Qualification Authority/SQA) yang diakui oleh industri migas se- cara global. Bab III – Standar Internasional 105

110066 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

PMIC Dulu T-Bosiet Kemudian Muhammad Aljufri sudah sepuluh tahun bekerja di Refinery Unit (RU) III Plaju, Palembang, bagian Laboratorium. Pekerjaan sehari-hari adalah mengambil sampling minyak di kapal ang- kut. Setiap dua hari sekali, sudah pasti naik kapal melakukan pengecekan. Terkadang, selama seminggu penuh, ia berada di atas kapal. Selesai lulus dari Politeknik Manufaktur Bandung, pria kelahiran Bukit Ting- gi, Sumatera Barat tersebut langsung bekerja di RU III. Selama dua hari di akhir Januari 2020, ia bersama dua belas rekan kerjanya di bagian Laboratorium RU Plaju melakukan pelatihan. Pada hari pertama, mereka mendapatkan materi secara umum tentang aspek safety, sea survival, dan berbagai informasi tentang keselamatan kerja di laut. Selama sepuluh tahun bekerja, ia dan rekan-rekan kerjanya belum pernah mendapatkan pelatihan tentang bagaimana penyelamatan diri di laut. Begitu juga tentang fire fighting maupun safety inspector. Hanya sekali mendapatkan pelatihan tentang first aid, pertolongan pertama. Selebih- nya, tidak pernah lagi ada pelatihan. \"Pelatihan HSE Sea Survival ini baru pertama kali. Sebelumnya belum pernah mengikuti pelatihan seperti ini,\" ujarnya. Setelah hari pertama mendapatkan informasi dan materi di dalam kelas, hari kedua, praktik langsung di lapangan. Praktik dilakukan di simula- tor dan fasilitas yang dimiliki oleh HSE TC Sungai Gerong, dipandu instruk- tur yang sudah puluhan tahun berkecimpung dalam pelatihan penyela- matan diri di air. Praktik lapangan yang dilakukan di lapangan di antaranya, sea survival & life boat (TEMPSC) juga Keselamatan Helikopter Underwater Bab III – Standar Internasional 107

\"Materi yang disampaikan pun dilakukan dengan sangat fun. Jadi walaupun baru pertama kali mengikuti pelatihan ini, kita tetap bisa menerima materi dengan baik.\" Escape Training (HUET). Kemudian dilanjutkan dengan pertolongan perta- ma hipotermia prosedur. Aljufri mengaku banyak mendapatkan pengetahuan baru dari pela- tihan yang diikutinya. Menurutnya, pelatihan seperti ini, harusnya sudah didapatkannya sejak awal. Meski terbilang terlambat, tetapi ia masih ber- syukur bahwa akhirnya ia mendapatkan pelatihan yang sangat berkait erat dengan pekerjaan yang sudah dilakoninya selama satu dasawarsa ini. \"Untungnya lagi, selama sepuluh tahun saya bekerja, tidak ada kecela- kaan. Tetapi harusnya, walaupun tidak ada kecelakaan, pelatihan seperti ini, harus dilakukan. Jangan sampai pas ada kejadian baru kemudian mengge- lar pelatihan dan sebagainya,\" jelas dia. Ia dan rekan-rekan lainnya merupakan batch kedua, yang mengikuti pelatihan sea survival. Seminggu sebelumnya, empat belas rekan lainnya di divisi yang sama, laboratorium RU III, juga melakukan pelatihan serupa. Banyak hal baru yang didapatkan. Sharing pengalaman yang dilakukan oleh instruktur yang sudah memiliki pengalaman, diskusi yang hangat semakin memperkaya pengetahuannya. \"Instruktur bukan hanya sekadar pengajar. Mereka punya pengalaman yang banyak, sehingga kita lebih banyak diskusi dan sharing pengalaman. Materi yang disampaikan pun dilakukan dengan sangat fun. Jadi walaupun baru pertama kali mengikuti pelatihan ini, kita tetap bisa menerima materi dengan baik,\" jelas bapak dua anak ini lagi. Bagi dia, pelatihan seperti yang sudah dilakukannya selama dua hari tersebut, patut untuk diikuti semua pekerja yang bersinggungan dengan aktivitas di laut dan kapal. Para pekerja di oil movement, harusnya menda- patkan pelatihan serupa. Hal ini menurutnya agar semua pekerja, memiliki pemahaman yang sama tentang HSSE dan bagaimana seharusnya dilaku- kan jika terjadi kecelakaan dan sebagainya. *** 108 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Bambang Vio Gigantia, instruktur sea survival mengaku bahwa materi training ini tidak mudah. Materi yang disampaikan harus detail tetapi delivery ke para peserta harus dilakukan dengan fun, sehingga bisa diteri- ma. \"Memang sengaja kita rancang supaya ketika men-deliver materi dila- kukan dengan santai dan fun. Kalau disampaikan dengan serius, bisa stress peserta,\" demikian jelas pria yang akrab disapa Vio ini. Memang menurut dia, seharusnya pelatihan ini diberikan sebelum para pekerja naik kapal untuk pertama kali. Artinya, ketika mereka pertama kali diterima bekerja di unit kerja yang terkait kapal dan aktivitas di laut, pelatihan tersebut sudah harus didapatkan. Bukan setelah mereka bekerja lebih dari sepuluh tahun. Tetapi selama dua hari memberikan pelatihan, ia mengaku senang, karena meski baru pertama mengikuti pelatihan ini, para peserta cukup antusias. Karena semua peserta merupakan orang yang sudah bekerja de- ngan masa kerja yang lebih dari cukup, kegiatan pelatihan lebih banyak sharing pengalaman. \"Pengalaman yang mereka alami di lapangan itu, coba kita selesaikan bersama. Apa dan bagaimana seharusnya dilakukan dalam situasi tertentu seperti yang mereka ceritakan,\" jelas dia. Dengan sharing pengalaman berdasarkan kejadian di lapangan yang dialami oleh peserta, ia merasa mendapatkan banyak pengetahuan baru. Pengetahuan bisa didapatkan dari pengalaman yang dialami oleh peserta Bab III – Standar Internasional 109

pelatihan. Hal tersebut, menurutnya yang kemudian membuatnya terus tertarik dan berminat menjadi instruktur. \"Pengetahuan di bidang HSSE itu, dinamis dan terus mengalami inovasi, tidak pernah habis. Dan kita bisa mendapatkan tambahan penge- tahuan justru dari kelas ketika memberi materi,\" ujar dia. Karena itulah ia mengaku lebih senang kalau memberi materi kepada peserta yang sudah memiliki pengalaman kerja, sehingga terjadi sharing. Masing-masing bisa memberi masukan berdasarkan pengalaman, baik pe- serta maupun instruktur. Sehingga materi yang berat pun, bisa terasa lebih ringan karena terjadi dialog dan tukar pendapat serta pengalaman. 110 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Pelatihan sengaja dirancang dua hari. Hari pertama teori, hari beri- kutnya praktik. Ada jeda, ada ruang bagi peserta untuk rileks. Sehingga selesai mendapatkan materi di kelas, mereka juga akan siap mengha- dapi praktik pada keesokan harinya. Di beberapa lembaga lain, pelatih- an hanya dilakukan satu hari. Pagi hari diisi teori, selepas makan siang melakukan praktik. Secara umum, peserta yang mengikuti pelatihan atau penyelamatan diri ini akan mendapatkan sertifikat. Kecuali bagi mereka yang tidak meng- ikuti praktik. Mereka sudah dipastikan tidak bisa mendapatkan sertifikat. Antara pelatihan di dalam kelas dan praktik lapangan, memiliki bobot nilai yang sama. Karena itu, selama praktik, ia akan melakukan supervisi secara ketat. \"Kalau yang belum benar, akan saya suruh ulangi terus sampai betul,\" tegas Vio. Semua peserta menurutnya sangat antusias, baik saat di kelas mau- pun praktik. Tetapi untuk praktik lapangan, memang yang harus ditekan- kan adalah pada ketenangan mereka menghadapi situasi darurat. Selama tenang, instruksi yang diberikan dapat dijalankan dengan baik. Tetapi jika panik, kecil kemungkinan bisa meloloskan diri. Lebih jauh ia mengatakan, idealnya, para peserta yang sudah melaku- kan pelatihan, harus terus di-refresh dengan cara, dilakukan simulasi rutin di tempat kerja mereka, dua pekan sekali atau minimal sekali dalam sebu- lan. Tujuannya agar mereka tetap terbiasa, sehingga ketika kondisi darurat benar terjadi, mereka sudah benar-benar siaga. *** Bab III – Standar Internasional 111

Kesadaran tentang keselamatan kerja memang harus lebih ditingkatkan. Sehingga pelatihan-pelatihan yang terkait dengan aktivitas kerja karya- wan, harus menjadi prioritas, apalagi untuk aktivitas di industri migas. Industri minyak dan gas merupakan industri dengan risiko yang sa- ngat besar dan sangat kompleks, mencakup upstream, midstream, dan downstream. Apalagi situasi kerja di lingkungan lepas pantai, jauh lebih kompleks lagi. Mulai dari lingkungan kerja yang sangat terbatas ruang geraknya (platform), banyak sekali aspek yang harus dikerjakan, oleh banyak pekerja dari berbagai perusahaan yang bisa jadi berbeda (kon- traktor), dengan misi yang tidak sama pula, kebiasaan dalam mengelola keselamatan kerja juga berbeda. Dalam situasi seperti ini, dibutuhkan manajemen safety, dibuatkan rencana tanggap darurat, yang mengikuti prosedur dan regulasi baik nasio- nal maupun internasional. Setiap pekerja dituntut untuk mengikuti aturan ketika terjadi emergency. \"Peran dan kesadaran setiap individu dalam beker- ja, mematuhi aturan ketika terjadi emergency inilah merupakan kunci dari pelatihan T-Bosiet,\" demikian jelas pria yang sudah lebih dari sepuluh tahun menjadi instruktur untuk pelatihan keselamatan kerja lepas pantai ini. Pelatihan dan praktik yang diikuti Aljufri dan rekan-rekannya meru- pakan bagian dari rangkaian pelatihan dasar induksi keselamatan offshore dan pelatihan darurat (T-BOSIET). Tujuan pelatihan ini adalah memberikan pemahaman dan keterampilan kepada para pekerja, bagaimana mengha- dapi situasi darurat di laut, penggunaan peralatan keselamatan dan bagai- mana melakukan pertolongan pertama serta bagaimana bertahan hidup dalam situasi darurat. Pelatihan T-Bosiet, merupakan bagian dari rangkaian standar kesela- matan kerja di lepas pantai yang disepakati secara internasional melalui standar OPITO (Offshore Petroleum Industry Training Organization). Kini modul T- Bosiet HSE TC Sungai Gerong sedang dimintakan approval dari OPITO. Jika disetujui akan menjadi sertifikasi kedua setelah PMIC IR. \"Selain kurikulum pelatihan yang harus terus di-update untuk meng- ikuti standar yang ditetapkan OPITO, fasilitas dan alat yang dipakai juga harus terus dilakukan verifikasi sehingga layak untuk dipakai. Jangan sampai alat yang dipergunakan sudah tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kalau dilakukan audit, bisa menjadi temuan,\" jelas Vio. Bambang Vio Gigantia merupakan OPITO Spesialis. Dia sudah me- ngantongi sertifikasi OPITO untuk OPITO Internal Verified. Dia punya otoritas untuk melakukan verifikasi terhadap kelengkapan peralatan yang dipakai untuk kegiatan pelatihan yang menggunakan standar OPITO. 112 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

OPITO memang menerapkan standar fasilitas dan simulasi yang cukup ketat, karena aktivitas yang dilakukan di industri migas, khususnya lepas pantai memang sangat kompleks dan berisiko tinggi. OPITO memang menerapkan standar fasilitas dan simulasi yang cukup ketat, karena aktivitas yang dilakukan di industri migas, khususnya lepas pantai memang sangat kompleks dan berisiko tinggi. Ketika suatu lemba- ga pelatihan dan pendidikan HSSE sudah mendeklarasikan diri mengikuti standar OPITO, maka ketentuan yang disyaratkan oleh organisasi tersebut harus diikuti. Tidak banyak orang Indonesia yang memegang lisensi asesor OPITO seperti Vio. Kalaupun ada, jumlahnya tidak lebih dari lima orang. Karena itu, dari sisi kapasitas dan rekam jejak insturktur, HSE TC Sungai Gerong sudah mumpuni. Pria kelahiran Malang, Jawa Timur dan dibesarkan di Balikpapan, Ka- limantan Timur ini sudah sangat memahami kegiatan keselamatan kerja di lepas pantai. Ia memulai menjadi penyelam, dilanjutkan menjadi konsultan safety sampai kemudian menjadi instruktur utama. Ia sudah banyak sing- gah di berbagai perusahaan konsultan pelatihan HSSE. Baik perusahaan lokal maupun perusahaan luar negeri. 2018, ia bergabung dengan HSE TC Sungai Gerong. Dari sisi kompetensi personal, yang menjadi instruktur sudah ber- lisensi OPITO. Institusi pun demikian, berbagai fasilitas dan simulasi pun sudah sesuai dengan standar internasional. Maka HSE TC Sungai Gerong, harus menjadi jembatan bagi pekerja Pertamina yang bekerja di lepas pan- tai atau di darat, untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan diri di bidang HSSE pada level internasional. Bab III – Standar Internasional 113

114 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Para Penjaga Sungai Gerong Instruktur adalah bagian penting dari sebuah lembaga pelatihan seperti HSE TC Sungai Gerong. Mereka adalah para pengawal kawah candradi- muka. Dari ruang-ruang kelas serta tempat praktik atau simulasi, mereka menyiapkan kader emergency response yang andal, cekatan sehingga mampu menjalankan tugas dan fungsi ketika situasi emergency terjadi. Di HSSE TC Sungai Gerong, para instruktur yang terlibat di dalamnya adalah mereka yang memiliki pengalaman belasan bahkan puluhan tahun di bidang keselamatan kerja. Mereka mengantongi sertifikasi bertaraf in- ternasional. Masing-masing instruktur memiliki spesialisasi tersendiri. Me- reka dituntut terus meningkatkan diri, karena dunia HSSE terus mengalami perkembangan. Instruktur juga dituntut untuk bisa terus beradaptasi dan mengikuti dinamisasi dan meningkatkan kualitas mereka melalui kuriku- lum yang terus diadaptasi mengikuti perkembangan yang terjadi. Para instruktur adalah mereka yang rela berada di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian. Mereka adalah orang-orang yang tidak terlihat di permukaan tetapi memiliki peran yang cukup kuat dalam menyiapkan para tenaga andal yang siap menanggulangi keadaan darurat. Keselamat- an kerja merupakan ujung tombak bagi sebuah industri khususnya industri minyak dan gas bumi. Kesuksesan sebuah industri ditandai keberhasilan dalam sektor kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam kaca mata lebih luas, HSSE merupakan ujung tombak kemajuan perekonomian. Mereka para instruktur berada dalam dunia yang sepi, tetapi memi- liki peran yang berarti. Mereka bukan saja penjaga kawah candradimuka Sungai Gerong, tetapi pengawal keselamatan negeri dari sisi yang tidak ba- nyak dibicarakan dalam ruang-ruang diskusi umum ataupun media sosial. Bab III – Standar Internasional 115

HSE TC Sungai Gerong terus berbenah diri, meningkatkan kualitas de- ngan menghadirkan para instruktur yang sudah banyak mencecap asam garam dan jejak yang panjang di dunia HSSE. Tak hanya dari internal Per- tamina, baik yang masih berstatus karyawan atau pensiun, para instruktur juga direkrut dari kalangan eksternal dengan kualifikasi mumpuni. Berikut profil mereka: Betah Karena \"Sersan\" Haddy Achmad Cholidi. Mungkin banyak yang tidak tahu ketika menyebut nama Haddy Achmad Cholidi. Orang pasti akan merenung dan mengingat. Dan mungkin juga akan menggeleng ketika ditanya apakah mengenal nama itu. Tapi bandingkan jika menyebut nama Bonny, orang akan sontak menjawab mengenal, sambil menyebutkan berbagai kehebatannya. Orang memang lebih mengenal nama Bonny ketimbang Haddy. Nama Bonny sudah melegenda, menutup nama aslinya. Ia mulai bergabung de- ngan HSSE TC pada 2010, ketika institusi ini mulai kembali bergeliat, sete- lah sebelumnya sempat \"mati suri\". \"Saya betah karena di sini sersan,\" ujar Bonny. Maksudnya serius tapi santai. Bonny merupakan sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pa- djajaran Bandung. Dari latar belakang pendidikan, memang sangat jauh dari 116 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

dunia keselamatan kerja. Tetapi justru sejak masih berstatus mahasiswa, dia sudah terlibat dalam kegiatan yang bertalian erat dengan keselamatan kerja dan lingkungan. Berkegiatan di mahasiswa pecinta alam, Palawa Unpad, menjadikannya akrab dengan dunia keselamatan kerja dan lingkungan. Sejak mahasiswa, selain mendaki gunung atau panjat tebing, bapak satu anak ini sudah terlibat dalam kegiatan Analisa Dampak Lingkungan Hidup Industri & wildlife environment conservation. Ia juga ikut mengem- bangkan sistem bekerja aman di ketinggian pekerja konstruksi dan rope access untuk industri migas dan pekerjaan telekomunikasi. Pria yang memiliki spesialisasi penyelamatan diri di ketinggian ini juga ikut terlibat dalam kampanye QHSE Height Safety Industries. Ia ikut mendirikan Asosiasi Ahli Keselamatan Kerja Bangunan Tinggi (A2K2BT) & ARAI. Dia juga masuk dalam tim ahli PNK3 penyusun Keputusan Menteri tentang pedoman kerja pada ketinggian dengan Penahan Jatuh dan Akses Tali 2010. Di Organi- sasi, ia merupakan Sekjen Asosiasi Ahli Keselamatan Kerja Bangunan Tinggi. Kemudian juga Ketua Bidang sertifikasi Asosiasi Rope Access Indonesia . Sejak 1989, sudah menjadi instruktur panjat tebing alam, jungle survi- val, cave dan vertical rescue untuk sipil, militer. Ia juga turut mengembang- kan Industrial Height Safety Climbing Access Technique. Menjadi narasumber penyusun SKKNI dan draft Permenakertrans K3 Ketinggian, pelatih confined space entry & kontributor SKKNI K3 Confined Space 2010, pelatih instruktur K3 ketinggian & akses tali Kemenakertrans RI. Organisasi pecinta alam yang digelutinya sejak masih di bangku SMP sam- pai kuliah, turut membentuk kesadarannya tentang lingkungan sehingga mem- buatnya terlibat dalam kegiatan lingkungan dan keselamatan kerja. Sebagai pe- cinta alam, sudah banyak gunung yang telah didaki. Ia bahkan pernah mendaki di wilayah Kathmandu, pada 2012 bersama putranya yang masih berusia balita. Ia tidak hanya ikut pecinta alam di Palawa, bahkan juga pernah berga- bung bersama pecinta alam Universitas Indonesia. Yang unik, saat ia meng- ikuti seleksi menjadi anggota Wanadri. Ia termasuk salah seorang lulusan terbaik. Tetapi saat dilantik, ia justru tidak hadir. Prinsipnya, ia hanya ingin tahu, seperti apa pelatihan di tempat tersebut. Untuk menaklukkan gunung, ia sudah terbiasa melakukannya seo- rang diri. Pegunungan Cartenz di Papua, ia taklukkan seorang diri. Pernah juga ia melakukan pengembaraan seorang diri selama 1,5 bulan. Ceritanya, awalnya ia melakukan survei untuk ekpedisi dinding barat Rinjani. Ia dibe- ri waktu satu minggu untuk melakukan survei. Bukan melakukan survei, ia malah memanjat sisi barat Rinjani seorang diri. Setelah lebih dari satu bulan dan selesai melakukan pemanjatan mandiri, ia baru kembali. Bab III – Standar Internasional 117

Menyiapkan Pertamina Fire Brigade Andriyansyah. Andriyansyah, 47 tahun, adalah instruktur senior di HSSE TC. Ia mulai berga- bung dengan HSE TC Sungai Gerong sejak 2013. Posturnya atletis, tinggi dan sehat. Maklum, dia merupakan seorang physical activity specialist. Ia bahkan menjadi dosen untuk mata kuliah Physical Activity selama tiga belas tahun di Universitas Indonesia. Physical activity merupakan bagian dari industrial hygiene. Jadi Rian, sapaan akrabnya merupakan seorang industrial hygieniest. Mungkin banyak yang belum tahu tentang profesi ini. Di negara-negara maju, profesi ini sudah cukup banyak, tetapi untuk di Indonesia, jumlahnya masih sangat terbatas. Secara ringkas, industrial hygiene merupakan salah satu pro- fesi yang mengurus unsur kesehatan dalam bidang keselamatan dan kesehat- an kerja (K3). Ia menjadi bagian dari aspek HSSE. Bagi industri yang sangat erat dengan risiko kerja tinggi, seperti minyak dan gas bumi, industrial hygiene, merupakan pilihan yang tidak bisa dinafikan. Ia merupakan gabungan dari berbagai macam displin keilmuan. Mulai dari Kimia, Fisika, Psikologi, Biologi, Argonomic dan Geo Mekanis. Ia merupakan bagian yang melekat pada aspek HSSE. Muara dari industrial hygiene adalah pada corporate wellness. Untuk bisa mencapai corporate wellness, harus diisi oleh sumber daya manusia yang sehat dengan kondisi tubuh yang propor- sional. Tubuh yang sehat dan proporsional, ikut mendukung sebuah industri untuk meningkatkan produktivitas, khususnya produktivitas pekerjanya. 118 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Sejak menyelesaikan pendidikan di Jurusan Teknik Pertambangan sebuah kampus di Bandung, Rian banyak terlibat dalam kegiatan HSSE. Termasuk juga mengambil physical activity sebagai spesilaisasinya, untuk menyokong aktivitas HSSE di sebuah industri. Saat ini Rian diberi amanah untuk menyusun sebuah program di HSE TC Sungai Gerong yang diberi nama Pertamina Fire Brigade (PFB). PFB bukan hanya sekadar pasukan pemadam kebakaran seperti pada umumnya, namun lebih dari itu, sebuah instrumen tanggap darurat dengan beragam keahlian untuk segala kondisi darurat. Tidak hanya sekadar menangani kebakaran, te- tapi juga kondisi darurat lain seperti kecelakaan kendaraan, ketinggian dan berbagai kondisi hazard lainnya. Menurutnya, Program PFB sebenarnya sudah lama ada, bahkan HSE TC Sungai Gerong, identik dengan tempat pelatihan fire fighter. Namun ia mendapatkan tugas untuk memutakhirkan kembali kurikulum untuk meningkatkan kemampuan fire man di lingkungan Pertamina khususnya dan industri lain yang akan mengikuti pelatihan fire fighting di HSE TC Sungai Gerong. Dalam rencana program PFB, para fire man dilatih untuk bukan hanya menguasai persoalan yang dihadapi di sektornya saja, tetapi dituntut mengu- asai di hampir semua sektor dalam industri migas. Fire man yang bertugas di kilang, misalnya, dituntut juga untuk bisa mengaplikasikan keahlian emergen- cy response di sektor hulu, sumur atau pipa. Karena itu, selain mengikuti pe- latihan sekitar dua minggu di HSE TC Sungai Gerong, akan ada asistensi yang dilakukan para instruktur di lapangan tempat fire man bekerja. Mereka juga akan dibuat simulasi, untuk menangani kondisi emergency yang bukan lokasi mereka bertugas. Rumusan dalam PFB memperkuat kurikulum lama yang sudah ada dan menambah ide-ide baru sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Tahun 2020 program sudah selesai dan initial training diharapkan sudah bisa dilak- sanakan pada 2021 sambil melakukan trouble shooting, trial and error. Muara- nya adalah memperkecil kerugian jika terjadi accident, menyelamatkan aset perusahaan baik properti maupun manusia. \"Kurikulum yang dirancang untuk PFB, diharapkan dapat mendukung program-program lain yang juga sedang dikembangkan di sini sehingga masing-masing program akan saling menguatkan,\" jelas Rian. Bertemu dengan banyak orang dengan beragam pemikiran merupa- kan pengalaman yang berkesan selama menjadi instruktur di HSE TC Sungai Gerong. \"Keberagaman pemikiran peserta pelatihan, ikut membuka wawasan instruktur,\" katanya. Bab III – Standar Internasional 119

Gara-gara \"Pasar Bawah Laut\" Bambang Vio Gigantia, 43 tahun merupakan OPITO Spesialis. Pria kelahiran Malang, Jawa Timur dan besar di Balikpapan kalimantan Timur ini mengan- tongi sertifikasi OPITO bahkan mendapatkan sertifikat untuk OPITO Internal Verified. Dia yang akan melakukan verifikasi kelengkapan alat yang sudah sesuai standar jika sebuah lembaga pelatihan ingin menerapkan pelatihan dengan standar OPITO. Jika ia mengatakan sebuah lembaga pelatihan belum bisa menerapkan pelatihan berstandar OPITO karena kelengkapan alat yang tidak standar, OPITO tidak mungkin mengeluarkan sertifikasi. Lembaga yang berpusat di Skotlandia ini menerapkan standar fasililitas dan simulasi yang cukup ketat. Aktivitas yang dilakukan di industri migas, khususnya lepas pantai memang sangat kompleks dan berisiko tinggi. Ketika suatu lembaga pelatihan dan pendidikan HSE sudah mengikuti standar OPITO, maka ketentuan yang disyaratkan oleh organisasi tersebut harus diikuti. Untuk mendapatkan sertifikasi OPITO memang tidak mudah. Apalagi ser- tifikasi sebagai internal verified dan asesor. Karena itu, Vio, demikian pria ini biasa disapa, juga tidak akan main-main dalam menerapkan verifikasi. Ia tidak mau bermain-main dengan reputasi pribadi juga reputasi OPITO secara institusi. Jumlah asesor OPITO di Indonesia masih bisa dihitung jari. Untuk men- dapatkannya, banyak tahapan yang harus diikuti, dengan kualifikasi yang sangat-sangat berat. Vio sudah puluhan tahun menggeluti dunia keselamatan kerja khusus- nya untuk industri migas lepas pantai. Kegiatan HSSE khususnya untuk sea atau water survival yang menjadi spesialisasinya, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya. Ia memulainya dari menjadi penyelam sampai kemudian terus menan- jak menjadi instruktur. Kecintaan pada dunia HSSE kini ditularkan pada putri pertamanya yang kebetulan mengambil mata kuliah HSSE di sebuah insti- tusi pendidikan di Balikpapan. Beberapa kali ia mengajak putrinya untuk menjadi asisten ketika sang ayah diminta memberi pelatihan HSSE ketika sedang berada di Balikpapan. Vio sudah malang melintang di banyak perusahaan atau lembaga pe- latihan HSSE. Banyak pengalaman yang sudah didapatkan, baik pengalam- an saat memberi materi ataupun pengalaman ketika mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi. Termasuk pengalaman ketika berada di dasar laut saat menjadi penyelam. Jangan salah bukan untuk bersenang-senang mengintip keindah- an bawah laut. Dia melakukan penyelaman untuk memastikan platform 120 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Bambang Vio offshore aman. Dia kerap melakukan pengelasan di bawah laut. Profesi ini Gigantia terbilang langka di Indonesia. Upahnya dalam dollar, dibayar per jam. Profesi ini ditinggalkannya setelah mengalami kejadian di luar nalar. Suatu ketika, saat sedang menyelam, ia berada dalam situasi yang tidak terduga oleh akal sehat. Ia berada dalam \"dunia lain\" saat sedang berada di dasar laut. Ketika sedang menyelam, tetiba ia seolah berada di sebuah pasar rak- yat. Kondisi pasar seperti berada di masa silam, seperti situasi pasar ketika menyaksikan film-film kolosal bertajuk masa lampau. Aktivitas pasar terse- but benar-benar hidup. Dalam beberapa saat, ia berada dalam suasana pasar, menyaksikan aktivitas para pedagang dan penjual. Seperti layaknya aktivitas pasar di darat. Ia akhirnya menyadari bahwa ia tidak sedang di daratan, ia sedang berada di \"dunia lain\". Tidak gampang memang untuk keluar dari situasi \"pasar bawah laut\" tersebut. Dengan susah payah dan segenap perjuangan, ia akhirnya bisa kembali ke permukaan. Ia bersyukur bisa selamat dari situasi itu. Itu adalah bagian dari pengalaman yang tidak pernah terlupakan bagi pria yang hobi bernyanyi itu. Sejak saat itu, ia memutuskan \"pensiun\" dari dunia bawah laut, bera- lih menjadi instruktur. \"Jadi instruktur lebih mengasyikkan. Saya bisa sharing pengalaman dengan banyak orang,\" ujar pria yang juga pengoleksi kaktus ini. Bab III – Standar Internasional 121

122 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Galeri 1 Direktur Umum PT Pertamina (Persero) 2010-2012 Waluyo: Sepeda Unik \"Sebagai tempat pelatihan, Sungai Gerong harus dibuat senyaman mungkin. Saya punya ide mengadakan semua jenis sepeda unik, se- perti sepeda sulap atau sepeda yang biasa dipakai di sirkus. Sepeda-sepe- da unik itu dipakai untuk transportasi di Sungai Gerong, Mulai dari pengi- napan, tempat makan, sampai ruang kelas. Sediakan sepeda sebanyak dan seunik mungkin. Dengan sepeda yang unik, orang akan tertarik menco- banya. Barangkali selama ini mereka terlalu sibuk sehingga tidak sempat berolahraga. Nah, dengan berada di sungai Gerong yang cuma seminggu, mudah-mudahan yang kurang olahraga jadi mau olah raga. Di dalam kehi- dupan olahraga sudah menjadi ritual harus dibiasakan sejak muda. Siapapun pengurus di sana, tolong wujudkan impian saya, buat ber- bagai macam jenis sepeda tentu mempertimbangkan aspek safety dengan membatasi kecepatan. Mungkin ada baiknya dibuat lomba desain sepeda unik. Yang belum terbiasa olahraga karena keunikan sepeda, mungkin mau mencoba. Setelah mencoba pulang ke rumah beli sepeda dan olahraga bersama keluarganya nanti. Kalau unik yang tidak biasa olahraga tertarik mencoba, setelah menco- ba nanti mereka pikir oh iya ya, ternyata bagus juga untuk badan.\" Bab III – Standar Internasional 123

124 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Bab I – Kawah Candradimuka HSE 125

126 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

Galeri 2 Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto: Tak Pernah Tahu Kapan Kecelakaan Terjadi \"SKK Migas mendukukung optimasi kegiatan di HSE Training Center (HSE TC) milik PT Pertamina di Sungai Gerong, Plaju, Palembang. SKK Migas akan ikut ambil bagian dengan memonitor kegiatan HSE TC Sungai Gerong sekaligus juga mengembalikan kejayaan HSE Training Center Sungai Gerong dengan mengirimkan pekerja migas dari KKKS di luar Pertamina untuk mengikuti pelatihan di sana. Di industri migas, performance HSSE merupakan kinerja nomor per- tama yang dilihat sebelum produksi, lifting ataupun revenue. Karena itu HSSE merupakan prioritas utama dalam industri migas yang memiliki risiko tinggi. Kriteria utama yang menentukan apakah sebuah perusahaan migas masuk dalam kategori perusahaan kelas dunia, dilihat dari kinerja HSSE. Kinerja HSSE sebuah perusahaan migas dikatakan bagus, jika disokong oleh adanya pelatihan rutin yang dilakukan, dengan mengikuti standar-standar perusahaan migas kelas dunia. Pelatihan HSSE harus terus dijalankan, baik ada- nya kejadian blow up dan sebagainya atau tidak adanya kejadian kecelakaan. Kita tidak pernah tahu kapan kejadian (kecelakaan) terjadi. Karena itu, kita semua harus siap melalui pelatihan rutin yang dilakukan. Kegiatan training HSSE di industri migas seharusnya tidak boleh mati, Bab I – Kawah Candradimuka HSE 127

128 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

harus tetap hidup dan bertumbuh. Kalau ada informasi kegiatan training HSSE mati suri, ini sebenarnya pukulan dan kritik bagi pelaku usaha di sektor migas. Kegiatan pelatihan HSE seperti di Sungai Gerong, sejalan dengan prog- ram SKK Migas melalui integrated operation center (IOC). IOC merupakan sebuah ikhtiar yang dilakukan SKK Migas dalam rangka mewujudkan visi besar mencapai produksi satu juta barrel pada 2030. Untuk dapat mereali- sasikan visi 2030 tersebut, aktivitas usaha hulu migas harus berjalan dengan baik, tanpa ada kejadian yang justru menghambat laju produksi. Melalui IOC, SKK Migas dapat memantau secara real time kegiatan pe- ngeboran dan aktivitas lainnya di lapangan. Dari ruangan IOC ini, SKK bisa memantau aktivitas dua puluh KKKS yang mewakili delapan puluh lima persen perusahaan KKKS yang beroperasi di Indonesia. Target produksi bisa tercapai, jika aspek HSSE bisa dijalankan dengan baik. HSSE bisa berjalan dengan baik, jika kegiatan-kegiatan training terus dilakukan\". Bab I – Kawah Candradimuka HSE 129

Galeri 3 Guru Besar Safety Universitas Indonesia Prof Dr. Fatma Lestari: Harus Proaktif Mendatangi Kampus dan Asosiasi Profesi HSE TC Sungai Gerong memiliki peran yang sangat penting dalam men- dukung PT Pertamina (Persero) menuju perusahaan energi kelas dunia (World Class Company). Dari sisi fasilitas sudah memenuhi standar pelatihan K3 di industri migas. Selain itu, perlu juga dilakukan peningkatan kompe- tensi SDM khususnya instruktur dan juga scope materi pelatihan yang juga berstandar internasional. Untuk memenuhi kompetensi tersebut, sinergi dengan berbagai pihak, mutlak diperlukan. Prof. Fatma Lestari, Guru Besar Safety Universitas Indonesia, mengaku pernah menyambangi HSE TC Sungai Gerong. Dari sisi fasilitas, perempuan kelahiran September 1968 ini mengatakan HSE TC Sungai Gerong, lembaga pelatihan milik Pertamina itu sudah memiliki fasilitas yang sangat mendu- kung dan sesuai dengan standar pelatihan K3 di industri migas. Beberapa fasilitas untuk emergency response seperti emergency crisis and response, insident commander, insident management team sudah meng- gunakan skala 3 dimensi. Kemudian beberapa fasililtas lain semisal basic life survival, helicopter rescue, sea survival dan fasilitas pemadaman api, peralat- annya sudah didesain untuk kebutuhan industri minyak dan gas bumi. Sementara terkait pelatihan dan kurikulum pelatihan, Kepala OSHE (Occupational, Safety, Health and Enviromental) Universitas Indonesia ini 130 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class

meminta agar terus ditingkatkan dengan memenuhi standar internasio- nal, OPITO misalnya. “Mungkin sekarang (HSE TC) sedang proses menuju itu (OPITO). Dan seharusnya, semua jenis kursus harus didorong ke arah standar internasional,” ujar dia. Ia mencontohkan ada sebuah tempat pelatihan di Brunai Darussalam, dari sisi area mungkin hanya sepertiga Sungai gerong, tetapi mereka bisa men-delivery semua materi kursus K3 berstandar OPITO. Mulai dari Defensi- ve Driving Course, Sea Survival, Helicopter Rescue dan hampir semua materi pelatihan sudah menggunakan standar OPITO. “Bagusnya (HSE TC Sungai Gerong-red) didorong ke sana (OPITO). Sa- yang banget kalau tidak dimanfaatkan untuk level internasional,” ujar dia. Selain materi, dari sisi instruktur juga harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar internasional juga. Dan Pertamina, harus berani me- lakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas SDM instruktur sehingga memenuhi standar internasional tersebut. Kursus K3, menurut dia, banyak sekali. Semua materi dalam pelatihan K3, harusnya sudah memenuhi standar internasional. Di Brunai, lagi-lagi ia mencontohkan, semua materi K3 disampaikan dan semuanya berstandar internasional. “Untuk bisa men-deliver semua materi kurus K3, terlebih yang berstan- dar internasional. Sangat tergantung pada kapasitas SDM. Apakah mereka Bab I – Kawah Candradimuka HSE 131

dibekali sebagai trainer yang mampu men-deliver materi sesuai standar in- ternasional atau tidak,” ungkapnya. Bagi lembaga pelatihan K3 seperti HSE TC Sungai Gerong, menjalin kerjasama baik dengan universitas atau lembaga asosiasi profesi mutlak di- perlukan. Kerjasama tersebut dibutuhkan, misalnya, jika kebutuhan trainer tidak mampu dipenuhi internal, bisa dipenuhi oleh tenaga trainer baik dari universitas atau asosiasi profesi yang memiliki kualifikasi. Dengan kerjasa- ma tersebut, bisa dilihat mana trainer yang memiliki level of competency sehingga bisa memenuhi kebutuhan training seperti yang dibutuhkan. “HSE TC juga harus proaktif mendatangi kampus atau asosiasi profesi, sehingga sinergi lebih kuat dan besar,” harap dia. Hanya saja, ia belum mengetahui secara pasti, apakah HSE TC juga terbuka untuk non Pertamina atau hanya untuk kebutuhan ruang lingkup internal perusahaan. Bahkan meski hanya untuk memenuhi kebutuhan in- ternal Pertamina, peningkatan kompetensi dan materi pelatihan harus di- tingkatkan. Tidak hanya terbatas pada Keterampilan atau manajemen saja, tetapi semua topik K3 agar bisa di-deliver. “Kalau mau cepat, kerjasama dengan asosiasi profesi dan universitas untuk bisa memenuhi kebutuhan,” pungkas dia. Sementara keberadaan HSE TC Sungai Gerong untuk menyokong Pertamina menjadi perusahaan World Class Energy Company, sangat besar. Selain kelengkapan infrastruktur, untuk menuju perusahaan kelas dunia, harus juga ditopang oleh kompetensi SDM. HSE TC, memiliki peran dalam peningkatan SDM tersebut. “SDM sangat penting, dia sebagai penggerak K3 dan perusahaan,” jelas dia. Sementara K3, lanjut dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI ini, memiliki peran yang penting dan strategis. Industri migas merupakan in- dustri dengan risiko tinggi. Risiko tinggi harus dibantu oleh SDM yang me- miliki kompetensi tinggi juga. Kalau tidak memiliki kompetensi, bagaimana bisa men-deliver K3 secara maksimal. Saat ini, pemerintah sedang berfokus pada peningkatan kompetensi SDM. Momen ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Pertamina. Agar SDM insan Pertamina memiliki kompetensi yang tinggi, maka lembaga yang mengelola pelatihan seperti HSE TC, harus juga didukung oleh in- struktur yang juga memiliki kompetensi yang tinggi pula dengan kualifika- si berstandar internasional. “Penting juga untuk belajar ke negara lain seperti Australia atau Singa- pura, bagaimana level of internasional mereka bisa dilaksanakan,” anjurnya. 132 SUNGAI GERONG Kawah Candradimuka Menuju World Class


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook