BUKU ANTOLOGI GELIAT GURU DAN SISWA DI TENGAH PANDEMI Harni Damayanti, dkk SMP BELL SURABAYA
Kata Pengantar Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas berkat dan rahmatNya, buku berjudul “ GELIAT GURU DAN SISWA DI TENGAH PANDEMI” berhasil diselesaikan. Buku ini adalah kumpulan karya tulisan dari 6 guru dan 4 siswa SMP BELL SURABAYA. Berdasarkan pengalaman yang mereka alami selama pembelajaran jarak jauh sebagai akibat dari adanya pandemi COVID-19. Semoga buku ini bisa diterima di kalangan guru dan siswa serta semua insan pendidikan. Terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh kontributor yang telah memberikan karya tulisnya. Semoga Tuhan senantiasa membimbing kita, memberikan nikmat kesehatan dan kebahagiaan, sehingga kita bisa terus belajar dan berkarya. Sekian dari kami. Tak ada gading yang tak retak, begitu juga tentunya masih banyak kekurangan pada diri kami. Mohon maaf apabila hasil karya kami masih
jauh dari sempurna. Saran, kritik, dan masukan, sangat kami harapkan demi perbaikan pada karya-karya kami selanjutnya. November 2020 Kepala SMP BELL Danang Trisaksono
DAFTAR ISI 1. WORK FROM HOME BLESSING IN DISGUISE ....................................... 1 2. SECERCAH ASA DI TENGAH PANDEMI ............. 5 3. SUKA DUKA MENGAJAR DI SAAT PANDEMI ... 11 4. SALTONYA PENGAJAR DI MASA PANDEMI ...... 15 5. PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN DAN BERAKHLAK .............................................. 19 6. PANDEMI BOLEH DATANG BELAJAR JALAN TERUS .................................... 24 7. BELAJAR SAAT PENDEMI MEMBOSANKAN ? 30 8. SUSAHNYA BELAJAR DARING DI MASA PANDEMI ............................................................. 38 9. BELAJAR DARING, SIAPA TAKUT ..................... 42 10. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF BELAJAR DARING .............................................. 48 11. APA YANG KITA RASAKAN ? .......................... 53
WORK FROM HOME... BLESSING IN DISGUISE Oleh : Ayu Sulala, M.Pd. 17 Maret 2020. Siang itu kami, semua guru SMP dikumpulkan dalam ruangan kelas yang sudah tidak diramaikan siswa sejak 2 hari yang lalu. Mereka dihimbau belajar di rumah karena kejadian luar biasa yang tidak pernah kami duga sebelumnya. Sebuah wabah yang mengubah semua rencana yang sudah dirancang. Kami dikumpulkan dan diberitahu tentang banyak sekali kebijakan baru. Dalam hitungan hari kami harus menyesuaikan kebiasaan kami. Banyak istilah-istilah yang kami baru dapat hari itu. Salah satunya WFH, kependekan dari Work from Home. 20 Maret 2020. Adalah hari pertama seluruh kebiasaan kami berubah karena wabah Corona, atau dalam istilah medis COVID-19. Kami harus belajar Zoom, sebuah aplikasi 1
video call, yang untuk selanjutnya harus kami gunakan untuk bertemu dengan siswa via daring dan melakukan kegiatan belajar mengajar. Beberapa aplikasi yang lain, juga harus kami pelajari agar bisa menunjang kegiatan belajar mengajar kami dengan siswa, yang juga tetap harus berada di rumah. Di tengah situasi yang penuh penyesuaian ini, ada sedikit cerita dari saya yang akan menjadi pengalaman pribadi yang luar biasa, yang bisa jadi akan saya ceritakan lebih banyak suatu hari kelak. Bagi saya, tahun ini adalah tahun anugerah. Di awal bulan Februari ditahun 2020 saya diberi kesempatan Allah untuk hamil ditahun ke-5 pernikahan saya. Meski banyak perubahan fisik yang harus saya rasakan, namun tetap saya syukuri. Di sini justru saya belajar bersyukur dan belajar terus memahami hikmah suatu kejadian. Sebelumnya, sempat terlintas pikiran untuk mengutuk kejadian ini. Mengapa harus ada wabah COVID-19 ? Wabah COVID-19 ini membuat semua orang menderita… 2
COVID-19 mencekik siapapun dan membuat tercekat semua orang. Namun, faktanya adalah karena COVID-19 jugalah saya bisa sedikit memberi ruang pada perubahan fisik saya karena kehamilan saya. Perubahan fisik yang saya rasakan karena kehamilan saya, membuat kegiatan sehari-hari saya sedikit berbeda. Biasanya gerak saya cukup aktif dan dinamis namun saat ini saya harus sedikit menahan diri, melambatkan ritme gerak. Saya tidak pernah tahu sebelumnya, bahwa saya harus mengalami gejala morning sickness, mual, muntah bahkan saya menjadi sangat sensitif dalam banyak hal diantaranya penciuman dan kestabilan emosi. WFH membuat saya bisa tetap di rumah dan berjumpa dengan siswa- siswi, dengan kondisi fisik saya yang tidak biasa. Satu hal besar yang saya syukuri, siswa- siswi saya tidak akan melihat wajah pucat saya, rekan sesama pendidik saya tidak akan kerepotan melihat saya harus bolak balik ke kamar mandi karena mual muntah saya yang tak kenal waktu. Orang-orang sekitar yang tidak perlu merasakan roller coaster emosi saya yang tidak stabil, amarah saya ketika mencium aroma 3
yang tidak bisa saya terima. Namun saya masih tetap bisa menjalankan kewajiban saya sebagai seorang pendidik. Saya dan rekan guru yang lain saling bergotong royong, kami belajar hal baru. Bersama-sama saling membantu kesulitan sesama rekan, mengingatkan dan saling menguatkan meski hanya melalui daring. Mengirim foto, video bahkan sticker yang lucu-lucu untuk pemecah kejenuhan bersama. Meski rasanya tidak akan pernah sama seperti berjumpa langsung, namun canda bersama adalah obat saat ini. Kami sempatkan bermain game bersama di malam hari, bahkan kami juga melibatkan orang tua dengan keseruan game via daring secara bersama-sama sekedar melepas rindu dan berbagi cerita. COVID-19 bukan hanya mencekik namun mencekat seluruh lapisan. Kami yakin setelah panjangnya sebuah kesulitan kami akan diberi nikmatnya kemudahan. Setelah perihnya sakit kami akan diberi nikmatnya sehat. Sebuah keberartian pertemuan akan menjadi sangat berharga setelah ini. Kehadiran akan menjadi 4
sebuah penantian. Pagi yang bisa jadi sebuah kebosanan akan menjadi pagi yang dinantikan. COVID-19 mungkin bisa jadi menjadi sebuah peristiwa yang tidak pernah disangka sebelumnya. Namun saya harus dan wajib bersyukur dalam situasi apapun. Semoga segera kita semua terlepas dari badai ini bersama-sama. Menikmati sebuah perkumpulan, dan merasakan makna nikmat Hari Raya. Hal yang biasa dahulunya, akan sangat berarti setelah ini. Surabaya, Mei 2020 5
SECERCAH ASA DI MASA PANDEMI Oleh : Dyah Sriwulandari, S.Pd. Sekarang ini dunia sedang mengalami goncangan dasyat yang disebabkan oleh virus corona atau COVID-19. Virus ini muncul pertama kali di Wuhan, Tiongkok, dan menyebar ke seluruh pelosok dunia dengan sangat cepat. Indonesia sendiri mengidentifikasi virus pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020.Sejak saat itu hingga sekarang, negara mengalami masa tanggap darurat nasional hingga 29 Mei 2020 menurut BNPB. Penularan yang sangat cepat dan sulit terdeteksi membuat banyak orang terpapar virus COVID–19. Karena penularan yang sangat cepat maka pemerintah mengambil keputusan yang dianjurkan oleh WHO yaitu pelarangan kegiatan yang mengakibatkan berkumpulnya banyak orang, menjaga jarak dengan orang lain, mencuci tangan sesering mungkin dan menggunakan masker apabila keluar rumah. Dengan adanya imbauan dari pemerintah yang melarang kegiatan yang mendatangkan banyak orang maka 6
banyak kegiatan yang harus dilakukan dari rumah. Diantaranya mengajar dan belajar di rumah. Baik siswa dan guru adalah pihak–pihak yang terdampak cukup besar dengan adanya pandemi COVID-19 ini. Banyak kebijakan yang harus diambil pemerintah, salah satunya adalah ditiadakannya Ujian Nasional dan adanya Ujian Sekolah secara daring di Surabaya. Sebagai seorang guru, saya lebih merasa nyaman mengajar muid–murid dengan cara bertatapan langsung sehingga saya bisa mengetahui murid tersebut bisa memahami materi yang saya ajarkan. Interaksi didalam kelas membuat suasana belajar menyenangkan. Namun karena pandemi ini kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara daring. Saya harus menyesuaikan cara untuk menyampaikan materi dan mudah dipahami oleh murid–murid yang sesuai kurikulum secara daring. Begitu pula murid juga harus menyesuaikan cara belajar yang baru. Dalam pembelajaran daring, saya menggunakan media Zoom untuk bertatap muka dengan siswa, google form utk pengerjaan tugas atau ulangan harian dan terkadang menggunakan kahoot ataupun aplikasi quizziz. 7
Semuanya bertujuan agar kegiatan pembelajaran ini menyenangkan dan materi tersampaikan dengan baik ke murid–murid saya. Apakah ada kendala selama pembelajaran daring? Tentu saja. Kendala mendasar adalah saya harus standby 24 jam untuk menjawab pertanyaan murid–murid apabila mereka mendapat kesulitan dalam mengerjakan tugas. Kendala selanjutnya adalah terkadang pembelajaran secara daring itu kurang interaktif dibandingkan dengan pembelajaran di kelas. Saya tidak bisa memantau apakah mereka benar–benar sudah memahami materi yang saya sampaikan karena kalau ditanya apa ada kesulitan untuk memahami materi, mereka selalu menjawab tidak namun realitanya saya harus standby dengan bunyi telepon yang menandakan pesan masuk dari mereka. Ya begitulah anak–anak. Saya menikmati pekerjaan saya berkat mereka. Kendala selanjutnya adalah gangguan sinyal internet. Untuk orang yang tinggal dikawasan kota, sinyal internet bukan kendala yang berarti namun bila tinggal di daerah pinggiran kota, terkadang sinyal internet ini hilang dan muncul semaunya. Jadi terkadang ada murid yang ijin 8
masuknya telat karena sinyal hilang dan lain lain yang berkaitan dengan sinyal internet. Bagaimana dengan kendala kuota internet? Seperti kita tahu kalau kita menggunakan aplikasi Zoom untuk tatap muka secara daring akan membutuhan kuota yang tidak sedikit sehingga kita harus menyiapkan dan mengecek kuota internet sebelum berinteraksi secara daring. Mengajar di tengah pandemi ini tentu saja sangat berbeda dengan mengajar reguler yang saya lakukan di kelas. Terkadang saya mengalami kesulitan dan kebingungan namun sebagai seorang guru yang baik saya berusaha melakukan pembelajaran secara daring sama bermaknanya dan menyenangkan seperti pembelajaran di kelas. Sistem pembelajaran ini buat saya terkadang lebih melelahkan akan tetapi saya harus bisa mempersiapkan dengan baik agar pembelajaran yang saya lakukan bisa berhasil dan bermakna. Siswa pun membutuhkan dukungan dari kita dan orangtua untuk menjalani sistem pembelajaran ini.Sebagai seorang guru saya berusaha menyikapi situasi pandemi ini dengan baik. Saya harus mencoba berbagai cara untuk menyampaikan materi yang saya ajarkan, apabila 9
hasil pembelajaran kurang sesuai dengan apa yang saya harapkan, saya akan berusaha memperbaikinya. Disisi lain masa pandemi di bulan suci Ramadhan membuat saya lebih fokus dalam menjalani ibadah puasa. Saya bisa melaksanakan ibadah lebih khusyu. Saya berharap Idul Fitri nanti situasi ini sudah membaik sehingga saya bisa kembali mengajar di sekolah dan bertemu dengan murid – murid yang saya rindukan. Saya merindukan suara celetukan iseng yang terkadang menjengkelkan ataupun menyenangkan. Mudah mudahan virus ini segera hilang dari permukaan bumi dan mengembalikan kehidupan kami seperti sebelum adanya virus ini. Amin... Surabaya, Mei 2020 10
SUKA DUKA MENGAJAR DI SAAT PANDEMI Oleh : Riana, S.Pd. Namaku Riana, aku seorang guru swasta di sebuah sekolah yang ada di Surabaya, dan juga seorang ibu yang memiliki empat orang anak dimana yang terbesar kelas 9, nomer dua kelas 6, dan nomer tiga kelas 3, serta yang paling bungsu masih duduk dikelas TK B yang sebentar lagi SD kelas 1. Pertama ketika mendengar sekolah akan diliburkan, hatiku sangat tersentak kaget karena yang kupikirkan bagaimana makan anakku sehari-hari. Namun aku paham betul itu karena adanya virus corona yang sudah merebak ke seluruh dunia bahkan negeriku tercinta. Namun ternyata aku mendengar dari Pimpinan Yayasan bahwa meskipun guru bekerja dirumah namun gaji tetap yang diterima. Betapa lega hatiku mendengar saat itu. Aku tahu Tuhan pasti akan memberi jalan umatnya. Pertama kali aku mengajar daring, aku sangat gugup.Bagaimana tidak gugup ? Aku ini gaptek tetapi 11
dituntut harus bisa mengajar daring. Aku sudah mendapat pelatihan dari sekolahku namun hanya sebentar dan masih banyak yang belum sempurna aku pahami. Sementara keesokan harinya harus sudah dipraktekkan belajar secara daring dengan siswa. Bisa dibayangkan betapa gugupnya aku. Selain itu, dirumahku tidak ada fasilitas wifi, sehingga hanya mengandalkan hotspot dari HandPhone. Tidak kurang akal, aku minta tolong teman-teman guru seperjuanganku untuk membuat janji bertemu disekolah. Aku meminta mereka untuk mengajariku bagaimana mengajar secara daring dan membetulkan jika aku salah atau membuat soal, baik dengan Google Form maupun aplikasi Kahoot. Untunglah aku memiliki banyak teman yang mau membantuku dengan sabar sehingga aku bisa mengajar daring sampai sekarang. Aku masih ingat saat pertama mengajar secara daring dan bertatap muka dengan murid-muridku, aku sangat senang, apalagi melihat murid-murid yang selalu membuat suasana kelas menjadi heboh. Kulihat satu persatu wajah muridku dan kudapati wajah-wajah yang 12
panasaran. Mereka bertanya, “Miss…kapan masuk sekolah lagi, aku sudah kangen sekolah”. Dan kujawab kepada mereka, “baru kemarin nak…masak sudah kangen? Biasanya kalian kan lebih suka libur panjang”. Hampir semua muridku berkata, “Tiiiiidaaaaakkkk Miss, kami lebih suka masuk karena bisa bercanda ria, makan sama-sama, dan bermain bersama…”. Aku tetap menjalankan proses belajar mengajar seperti biasanya, sebagaimana jika pengajaran tatap muka. Awal pelajaran tetap seperti biasa diawali dengan doa yang dipimpin bergantian oleh salah satu siswa baik putra maupun putri. Aku mengajar dengan menggunakan aplikasi zoom yang waktunya terbatas dan juga menggunakan power point yang sudah aku persiapkan. Di lain waktu aku menggunakan zoom dan aplikasi quiziz, jika ingin latihan sambil bermain. Siswa-siswa rata-rata senang sekali dengan kegiatan belajar secara daring, meskipun banyak juga keterbatasan yang harus dihadapi. Ada salah muridku yang bercerita bahwa dia tidak ada fasilitas wifi dan rencananya mau membeli mifi (wifi portable-red) yang bekas. Aku berusaha memberi semangat dengan 13
bercerita bahwa aku hanya mengandalkan hospot Handphone, begitu juga anak-anakku saat mereka belajar daring dengan gurunya masing-masing di rumah. Aku sangat senang saat dia berkata,“ Iya Miss, saya tetap semangat”. Inilah yang dapat aku ceritakan mengenai pengalaman pribadiku saat mengajar dimasa Paandemi. Salam stay healthy at home. Surabaya, Mei 2020 14
SALTONYA PARA PENGAJAR DI MASA PANDEMI COVID-19 Oleh : Novia Riswanti, S.Pd. Saya adalah seorang guru di sebuah SMP Swasta di Surabaya, Indonesia. Di masa pandemi COVID-19 ini membuat saya sebagai pengajar harus bisa menjalani seruan dari pemerintah untuk “work from home” demi menjaga agar bangsa Indonesia bisa segera merdeka dari pandemi COVID-19. Apalagi saya memegang 3 mata pelajaran sekaligus, saya harus bisa membuat pembelajaran online yang wajib kita pakai di masa pandemi ini semenarik mungkin agar siswa tidak mengalami kebosanan dan stress. Sebenarnya belajar dengan menggunakan beberapa aplikasi online bukanlah hal baru bagi kami yang tinggal di wilayah Surabaya. Akan tetapi tidak full dan tidak selama ini. Satu hari sebelum kita diperintahkan untuk WFH secara total, kita para guru sudah diberi pembekalan pembelajaran online oleh pihak yayasan, mulai dari bentuk google form, zoom, kahoot, quizizz, 15
dan lain sebagainya. Pembekalan tersebut sangat membantu kami untuk bisa membuat variasi metode pengajaran daring. Kesulitan bagi kami sebagai pengajar dengan adanya pembelajaran daring adalah terkadang kekuatan sinyal di masing-masing daerah yang bebeda, sehingga guru kurang maksimal dalam mentransfer ilmu. Hal ini karena kita tidak bertatap muka secara langsung dengan siswa, yang menyebabkan guru kesulitan mendeteksi apakah siswa sudah benar-benar paham akan materi yang kita sampaikan. Berbeda jika kita bertatap muka secara langsung kita bisa melihat dari ekspresi wajah mereka apakah sudah paham atau belum. Kendala lainnya lagi, siswa sering tidak menampilkan wajah mereka secara langsung terutama pada waktu menggunakan aplikasi zoom. Hal inilah yang membuat guru-guru harus bekerja ekstra untuk terus mengingatkan siswanya untuk membuka video pada zoomnya, supaya kita bisa memantau secara langsung proses pembelajaran daring, bukan hanya aplikasi Zoom di buka kemudian di tinggal tidur kembali oleh siswanya. Satu pengalaman yang saya alami sendiri di 16
saat mapel IPS yang saya ajarkan, satu siswa saya panggil terus karena tidak membuka video pada aplikasi Zoom, sampai hampir habis waktu saya mengajar tetap tidak ada jawaban dari siswa tersebut. Ini yang sedikit membuat saya tersenyum, mungkin dia hanya membuka aplikasi Zoom, kemudian tidur lagi karena masih mengantuk. Semenjak itu saya wajibkan siswa yang ikut kelas online untuk membuka videonya, dan saya juga menghimbau kepada orangtua untuk bisa membantu memantau anak-anak selama pembelajaran online. Kelebihan dari pembelajaran online selama pandemi COVID-19 yaitu metode pembelajaran lebih banyak variasinya, sehingga siswa tidak merasa bosan atau stress selama masa PSBB, terutama model-model pembelajaran dengan quiz-quiz yang menarik dan menantang. Harapan saya sebagai guru untuk saat ini, semoga masa pandemi ini segera berakhir dan Indonesia bisa merdeka dari bencana COVID-19. Semua siswa-siswi mengatakan mereka sudah sangat kangen dengan sekolahnya, guru-gurunya, teman-temannya, dan 17
suasana kelas. Terutama bagi kami umat muslim agar kami bisa menyambut dengan sukacita bulan Ramadhan dan menyambut gembira Hari Raya Idul Fitri seperti tahun-tahun sebelumnya yang diwarnai dengan keindahan silaturahmi dan sholat berjamaah. Semoga proses belajar bisa kembali seperti semula sebelum masa pandemi. Kasihan anak-anak didik yang jauh dari jangkauan sinyal internet, bagaimana nasib selanjutnya bagi siswa dengan kerbatasan ekonomi yang tidak mampu membeli kuota internet dan tidak memiliki gadget. Semoga segera ada solusi untuk mengatasi pandemi ini dan semua kembali seperti sediakala. Surabaya, Mei 2020 18
PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN DAN BERAKHLAK Oleh : Danang Trisaksono, S.Pd. Mengajar adalah sebuah “kegiatan mentransfer ilmu”. Ini bisa diartikan sangat luas jika kita mau mengartikannya, tidak hanya berkutat pada ilmu pengetahuan saja tentunya. Tapi juga ada budi pekerti misalnya yang tidak boleh kita tinggalkan. Sedangkan jika kita melihat dari komponen bagaimana sebuah kegiatan pengajaran dapat berjalan tentu ada (1) guru, (2) strategi pembelajaran, (3) siswa. Strategi pembelajaran inilah yang membedakan kesukseksan setiap pengajar berbeda beda. Di kondisi saat ini, dimana serangan virus COVID-19 sudah menjadi pandemi, tentunya sangat berbeda. Banyak sekali tantangan yang harusnya bisa kita taklukkan atau cari solusinya. Namanya saja tantangan, harus ditaklukkan. Mulai dari batasan jarak (Social Distancing), keterbatasan gadget, internet, dan lain 19
sebagainya. Apalagi kalau kita sampai berfikir pada tingkat kejenuhan anak-anak, misalkan dimana yang pada awalnya, kita selalu mendorong anak-anak untuk membatasi penggunaan gadget sehingga terjadi keseimbangan aktifitas fisik. Namun sekarang segala aktifitasnya dan hiburan ada di gadget. Tentu bisa membuat mereka menjadi stress. Di sinilah tugas seorang pengajar jauh menjadi berat. Bagaimana tidak, kita pasti dituntut untuk membuat stategi pembelajaran yang menyenangkan tanpa menutup mata dengan kondisi satu persatu anak didik kita. Ini juga sebabnya strategi pembelajaran setiap pengajar belum tentu bisa diterapkan oleh pengajar yang lain karena mereka membuat strategi pembelajaran dengan melihat banyak sekali aspek dan salah satunya adalah kondisi satu persatu siswa. Pengalaman mengajar saya dengan menggunakan metode daring tentunya tidak istimewa. Saya hanya berfokus pada (1) pembelajaran yang menyenangkan dan (2) pembiasaan karakter yang baik. (1) pengajaran daring tidak saya lakukan dalam durasi panjang, maksimal 40 menit. Ini saya tempuh agar siswa saya 20
tidak jenuh dan mengurangi keterbatasan kuota.cTentunya dalam waktu 40 menit tersebut saya harus berusaha mengemas pembelajaran seefektif mungkin. Saya membaginya menjadi 2 atau 3 bagian. Bagian pertama adalah bagian pengetahuan awal sebelum masuk ke materi pembelajaran. Biasanya dalam bentuk video sehingga bisa diputar berulang- ulang atau dalam bentuk gambar dengan didampingi oleh rangka pertanyaan yang mengarah ke inti pembelajaran. Bagian kedua adalah inti pembelajaran, daring maksimal 40 menit untuk kita berdiskusi bersama, dan bagian ketiga adalah umpan balik. Disini saya harus mengemas materi semenyenangkan mungkin. Saya biasanya memilih game virtual yang bisa digunakan bersama seperti Kahoot, Quiziz, Gimkit, dan lain lain. Saya memilih itu tentunya agar siswa didik saya tidak sampai kehilangan kebutuhan mereka untuk bersosialisasi dan berinteraksi terhadap teman- temannya. Dan yang terakhir tapi tidak kalah pentingnya tentunya adalah pembiasaan karakter yang baik. Karakter yang baik agar mengakar pada pribadi seseorang pasti perlu 21
dibiasakan, contohnya: selalu cuci tangan; dalam hal kebersihan atau ibadah selalu tepat waktu misalkan; dalam hal keagamaan, tentu hal tersebut selalu diingatkan berulang-ulang, apalagi untuk anak-anak. Nah, siapakah pengingat yang baik ? Tentu teman- temannya sendiri. Jadi saya membuatkan mereka grup chat sehingga bisa saling mengingatkan kebaikan, misalkan membangunkan tengah malam untuk makan sahur, mengajak atau bahkan mengajar ngaji, dan lain lain. Pada intinya adalah bahwa stategi pembelajaran bisa seperti apa saja dan bisa bermacam-macam. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana membuat stategi pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan serta kondisi yang ada. Apa yang merupakan kebutuhan anak didik kita haruslah menjadi faktor utama dalam mempertimbangkan strategi belajar. Berikutnya bagaimana kondisi yang memungkinkan supaya pembelajaran bisa dilaksanakan. Anak didik adalah subjek, bukan objek, sehingga mereka harus menjadi bagian yang paling aktif dalam sistem pembelajaran 22
dengan tidak mengabaikan kondisi yang sesuai dan tidak memberatkan siswa. Salam mengajar...! Surabaya, Mei 2020 23
PANDEMI BOLEH SAJA DATANG BELAJAR JALAN TERUS Oleh : Harni Damayanti, S,Pd., MM Saat pertama aku mendengar bahwa sekolah harus diliburkan, perasaanku sungguh tak karuan. Pikiran normalku segera menganalisa, ini sungguh akan mengubah banyak hal. Dan benarlah…Tak lama kemudian ada himbauan untuk belajar di rumah atau School From Home. Guru-gurupun akhirnya dihimbau juga agak mengajar dari rumah. Bagaimana caranya ? pikirku. Kalau hanya memberi siswa tugas-tugas dan mengerjakan latihan-latihan saja, tentunya kurang efektif. Siswa siswiku akan mendapat apa ? Bagaimana mereka bisa semangat belajar jika tidak ada interaksi yang memadai, baik dengan guru pengajar maupun antar siswa sendiri ? Itulah yang berkecamuk di pikiranku. Syukurlah, ternyata ada banyak aplikasi yang bisa digunakan, agar proses belajar mengajar bisa tetap berlangsung. Meski tentunya tidak bisa menggantikan 24
tatap muka langsung, minimal berbagai aplikasi buah dari kemajuan teknologi, bisa menjadi media untuk komunikasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Oleh karena itu, meski usia tak lagi muda, aku berusaha untuk belajar menggunakan teknologi dan menjadikan kelas daringku lebih hidup bersama para siswa siswiku. Saat-saat awal, berbagai kesulitan seakan muncul seperti tak berkesudahan. Satu demi satu aku pelajari, aku urai berbagai masalah, hingga akhirnya aku cukup percaya diri untuk menggunakannya. Berbagai aplikasi aku pelajari, aku praktekkan, dan kusesuaikan dengan kebutuhan belajar anak didikku. Masalah media pembelajaran mungkin sudah bisa terpecahkan oleh teknologi. Namun masalah-masalah lainpun muncul seiring dengan penggunaannya. Keterbatasan penggunaan teknologi yang paling utama adalah kurangnya interaksi personal antara guru dengan siswa. Karena guru tidak bisa melihat langsung bagaimana kondisi anak didiknya, situasi kelas yang sesungguhnya, maka seringkali guru kekurangan feedback atau umpan balik, untuk mengetahui sejauh mana siswa bisa memahami pelajaran yang diberikan. 25
Belum lagi kendala-kendala teknis lainnya, seperti tidak seragamnya kekuatan jaringan dari sambungan internet setiap siswa. Hal ini membuat guru harus seeringkali mengulang-ulang materi yang telah disampaikan, dan menanyakan berkali-kali apakah siswa telah memahami. Dalam kelas bisa dipastikan ada saja siswa yang “nakal” atau lebih tepatnya butuh perhatian khusus lebih dari yang lainnya. Dengan sistem pembelajaran daring, hal seperti lebih sulit lagi untuk dikedalikan. Misalnya bagaimana memastikan siswa benar-benar memperhatikan pelajaran atau tidak, berbohong dengan mengatakan sudah membaca dan mengikuti materiku, padahal mungkin tidak memperhatikan sama sekali atau sedang mengerjakan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan belajar, sungguh membuat aku merasa tidak berdaya dan kehilangan kontrol. Namun sebagai guru, aku tidak akan menyerah. Aku harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengantisipasi hal-hal seperti ini, tanpa harus dengan mengancam atau menghukum dengan memberi tugas – tugas yang banyak. Karena aku juga tidak ingin 26
membuat siswa siswiku tertekan dan merasa stress. Mereka sudah cukup tidak nyaman dengan keterbatasan belajar secara daring, jangan ditambah lagi dengan perasaan tertekan karena harus mengerjakan tugas- tugas, yang aku yakin bukan dari aku saja, tapi pasti guru-guru lainnya juga tidaklah sedikit memberikan tugas atau latihan soal-soal. Pandemi ternyata membuat aku, sebagai seorang guru, harus memutar otak untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul sebagai akibat pembelajaran daring. Sementara berbagai masalah yang sifatnya pribadi di luar profesi sebagai guru, tidak kalah hebatnya juga mendera. Pastinya tidak mudah. Beradaptasi dengan banyak perubahan, sementara di saat yang sama juga dihadapkan pada masalah-masalah pribadi, ekonomi dan juga sosial. Namun sebagai manusia, sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dengan berbagai potensi, tidak selayaknya aku menyerah. Aku berusaha memotivasi diriku sendiri, untuk bisa bertahan, bahkan lebih baik lagi, bisa secara kreatif mencari pemecahan atas berbagai persoalan yang muncul. Manusia diberi akal pikiran, justru harus 27
digunakan terutama untuk kondisi seperti saat ini. Aku harus menggunakan anugerah ini dengan sebaik baiknya. Tentunya sambil tetap berdoa kepada Tuhan, agak diberi kekuatan dan kemampuan, untuk bisa menyelasaikan berbagai masalah yang mendera. Syukurlah, sudah lima bulan lebih, sejak pandemi ini berlangsung. Meski belum ada tanda tanda kapan pandemi akan berakhir, aku sudah mulai terbiasa dengan kondisi ini. Aku bisa lebih tenang menjalani hari-hariku, mengajar siswa-siwiku, menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga, dan juga sebagai anggota masyarakat yang saling menjaga satu sama lain. Harapan akan berakhirnya pandemi, selalu aku nyalakan dalam hatiku. Aku tanamkan selalu pikiran positif di benakku, bahwa semua akan kembali normal. Atau kalaupun tidak bisa seperti dulu kondisinya, namun aku berharap lebih baik dari ini. Yang paling penting buatku, anak-anak bisa sekolah lagi, tatap muka langsung, meski harus dengan mengikuti segala persyaratan yang memenuhi protokol kesehatan. Memang kesehatan adalah hal yang paling utama. 28
Namun pendidikan juga sangat penting bagi anak-anak, sebagai dasar dari perkembangan optimal mereka menjadi manusia yang paripurna. Apabila ada cara, yang bisa membuat mereka tetap bersekolah serta mendapatkan pendidikan yang seharusnya, dan dengan berbagai antisipasi agar kesehatan mereka tetap terjaga, tentunya hal tersebut sangat berharga untuk diperjuangkan. Karena pendidikan berlangsung seumur hidup, maka jangan pernah berhenti belajar sepanjang usia masih dikandung badan. Surabaya, September 2020 29
BELAJAR SAAT PANDEMI MEMBOSANKAN...? Oleh : Harni Damayanti. S.Pd. MM. Saat awal-awal mengajar daring, karena adanya pandemic COVID-19, sekolah diliburkan dan siswa siswi harus belajar dari rumah, sungguh membuat saya tidak nyaman. Banyaknya keterbatasan menimbulkan perasaan tidak berdaya karena kurang bisa mengendalikan kelas akibat tidak bertatap muka langsung. Namun saya berusaha terus menjalaninya sambil beradaptasi. Perlahan-lahan saya mulai terbiasa, meski dengan banyaknya keterbatasan, proses belajar mengajar menjadi kurang optimal. Seiring berjalannya waktu, saya mencoba menganalisa dan mengevaluasi. Ketika kami melakukan proses pembelajaran melalui zoom, saya memperhatikan bahwa murid-muridku mulai kurang semangat belajar daring. Mungkin karena kebijakan berjalan daring sudah berjalan cukup lama, sekitar 4 bulan, maka rasa bosan mulai menghinggapi murid-murid. Akhirnya 30
saya memutar otak, mencari cara-cara yang pas dan bisa diterima semua murid-murid saya. Saya memperhatikan bahwa kurangnya antusiasnya mereka karena : 1. Kebosanan. Karena selama kurun waktu kurang lebih 4 bulan mereka harus di rumah, membuat mereka mulai diserang kebosanan. Apalagi seusia mereka, yang rata-rata 12-15 tahun, adalah usia yang aktif. Mereka perlu melakukan kegiatan fisik dan yang tentunya lebih asyik kalau kegiatan yang sifatnya outdoor. Sayangnya, karena pandemi, mereka harus “mengurung” diri di rumah. 2. Kurangnya interaksi dengan teman. Masa remaja adalah masa masa dimana mereka sangat membutuhkan interaksi sosial yang tinggi, terutama dengan teman sebaya. Maka, keterbatasan mereka untuk bergaul, berkelompok, melakukan kegiatan bersama- sama, tentunya membuat mereka merasa kecewa, bahkan mungkin kesal. Hal ini 31
membuat mereka cenderung malas untuk belajar daring, karena mereka pikir, toh aku tidak bisa ngobrol asik dengan teman-temanku selama belajar daring. 3. Kurangnya konsentrasi atau fokus pada pelajaran Karena mereka mengikuti “kelas daring” di rumah, tentunya banyak sekali hal yang bisa mengganggu konsentasi mereka. Mungkin adik atau kakaknya yang mengajak bicara, atau bahkan mengajak bermain, terlebih jika memiliki adik yang masih kecil. Mungkin mereka bisa menutup pintu kamar mereka agar bisa lebih konsentrasi. Namun aktivitas- aktivitas dari nggota keluarga lain yang mungkin menimbulkan suara-suara yang cukup keras. Dari hasil analisa sederhana tersebut, saya memutar otak mencari cara yang kira-kira bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. 32
Berikut hal-hal yang saya lakukan yang mungkin bisa ditiru atau dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada : 1. Di saat awal setelah pembukaan dan berdoa bersama, saya menampilkan video berdurasi pendek, sekitar 2-3 menit. Video bisa berupa cerita-cerita lucu yang banyak sekali tersebar di dunia maya. Bisa juga kita tayangkan video yang sesuai dengan tema pembelajaran, sehingga sekaligus bisa dihubungkan dengan materi. Tetapi perlu diingat, kuncinya adalah lucu, sehingga bisa menarik perhatian murid- murid. Diharapkan dengan penayangan video ini bisa membuat positif emosi mereka. Jika mereka merasa senang, maka akan lebih mudah mempertahankan konsentrasi mereka pada pelajaran. 2. Menayangkan foto-foto kegiatan mereka saat ada acara-acara sekolah. Jika kita memiliki foto- foto, atau bahkan video, yang berisi kegiatan murid-murid sewaktu ada acara sekolah, maka akan sangat menarik mereka untuk melihat 33
kembali. Hal ini juga dimaksudkan untuk menciptakan perasaan terhubung satu sama lain diantara mereka. Jangan lupa beri waktu mereka untuk saling berkomentar terhadap foto-foto atau video yang ditayangkan. Anda bisa menghentikan sejenak atau mempause, dan mendorong murid-murid untuk menyampaikan komentar, kesan atau apapun. Jika mereka lupa, bisa dilemparkan pertanyaan, siapa yang ingat dengan foto ini, dimana ya..kapan..pas acara apa ya ini..dan lain sebagainya. Hal ini akan memicu tanggapan dari mereka dan saling mengoreksi jika ada yang keliru. Tentu suasana seperti ini saat belajar daring akan membuat interaksi antar mereka menjadi hidup. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi kita, apabila setelahnya kita masuk ke inti pelajaran yang membutuhkan keseriusan dan perhatian yang lebih. Penayangan foto-foto atau video kegiatan murid ini bisa ditayangkan di awal, atau bisa juga di tengah-tengah sesi waktu belajar. Penayangan di tengah bisa dilakukan jika anda 34
merasa bahwa murid-murid sudah mulai jenuh dan anda butuh untuk memastikan bahwa mereka masih di tempatnya dan masih mengikuti kelas dengan baik. 3. Menayangkan foto atau video yang menginspirasi. Ini bisa dilakukan, terutama jika ada keterkaitan dengan materi yang disampaikan. Namun jika tidakpun, tidak ada masalah. Karena dengan video inspiratif ini, siswa bisa mengembangkan imajinasinya dan menghubungkan dengan dirinya sendiri. Tentunya Anda perlu memberi kata-kata pendorong supaya siswa bisa merenung dan memikirkan ulang isi video tersebut. 4. Saya juga terkadang menayangkan potongan video ketika murid sedang menampilkan talentanya, seperti saat tampil menyanyi, menari, atau bermain musik, saat acara-acara sekolah sebelumnya. Hal ini diharapkan membuat murid yang bersangkutan akan merasa senang dan juga bangga. Tentunya tidak bisa keseluruhan penampilan karena waktu belajar 35
akan habis. Saya biasanya menampilkan cuplikan atau potongan dari penampilan 4 atau 5 orang murid, sehingga tidak terlalu fokus pada 1 orang. Sementara murid-murid yang lain akan saya tampilkan di sesi-sesi belajar berikutnya. 5. Di akhir sesi belajar daring, saya juga seringkali menyisipkan kutipan berupa kata-kata yang bisa memotivasi dan menginspirasi murid-murid. Sumber kutipan bisa diambil dari internet atau dunia maya, bisa juga dari buku-buku. Lebih baik lagi jika diambil dari tokoh-tokoh terkenal, yang mumgkin murid-murid kenal. Hal ini juga bisa mendorong murid-murid untuk mencari tahu atau membaca buku-buku tentang tokoh tersebut untuk mengenal lebih dekat dan meneladaninya. Demikian beberapa hal yang bisa saya lakukan untuk menghidupkan sesi kelas daring saya. Tentu saja ini membutuhkan waktu lebih banyak dan kerja ekstra, untuk mencari, memilih, dan mungkin mengedit, sehingga siap untuk ditayangkan. Namun, bagi saya itu tidak sebanding dengan rasa puas ketika melihat murid- 36
murid saya bisa ceria dan membesarkan hati mereka, sehingga tetap semangat di tengah-tengah kondisi pandemi yang serba sulit ini. Surabaya, September 2020 37
SUSAHNYA BELAJAR DARING DI MASA PANDEMI Oleh : Fanya Maharani Siswa Kelas 9 Pembelajaran daring atau biasa disebut belajar online adalah salah satu dampak dari menyebarnya virus corona, di bidang pendidikan. Dengan adanya virus COVID-19 ini membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh. Dalam keadaan seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan kewajibanya sebagai pengajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi serta ilmu pengetahuan untuk diberikan kepada siswa. Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada 16 Maret 2020, di mana siswa mulai belajar dari rumahnya masing-masing tanpa perlu pergi kesekolah. Hal yang paling penting dalam kondisi seperti ini atau pembelajaran daring ini adalah penguasaan atau 38
kemampuan penggunaan teknologi. Penguasaan teknologi sangat diperlukan agar kegiatan mengajar dan belajar dapat berjalan lancar. Pemanfaatan teknologi adalah salah satu upaya yang dapat digunakan agar semua kegiatan baik untuk pelajar ataupun pekerja dapat tetap berjalan seperti biasannya. Meski semua kegiatan tidak dapat digantikan melalui cara daring, namun diharapkan denegan kegiatan belajar atau bekerja dari rumah ini dapat menekan angka pasien yang positif terkena corona. Kegiatan daring diwacanakan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia yaitu Bapak Nadiem Makarim. Pada saat awal kegiatan daring dilakukan, mungkin untuk para siswa tidak masalah. Namun, setelah 1-2 bulan dilaksanakan pembelajaran daring ini membuat para siswa jenuh terutama untuk tugas yang lebih banyak daripada kegiatan belajar mengajar secara bertatap muka dan para siswa mulai kurang berinteraksi dengan para guru. 39
Banyak usaha dari para guru yang dilakukan agar pembelajaran daring ini efektif. Mereka membuat lebih banyak tugas diskusi agar para siswa tetap bisa berinteraksi. Akan tetapi banyak para siswa yang tidak ingin mengungkapkan pendapatnya saat kegiatan diskusi berlangsung jika namannya tidak disebut. Sehingga mungkin hal ini akan membuat para guru bingung untuk membuat kegiatan ini menjadi efektif. Hambatan lain yang ditemukan saat dilakukannya daring diantaranya seperti belum meratanya jaringan internet dan teknologi, fasilitas seperti laptop dan handphone yang belum memadai. Selain itu, pemberian tugas dalam waktu yang lama juga akan sulit dilakukan, menimbang akan berdampak negatif pada kesehatan mata anak. Maka, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memfasilitasi program Belajar dari Rumah yang ditayangkan di TVRI. Program ini ditujukan kepada para siswa siswi jenjang TK/PAUD, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Ini merupakan upaya 40
pemerintah dalam terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan di masa pandemi. Khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan akses internet, baik karena alasasan ekonomi maupun lokasi rumah. Menurut pendapat saya sendiri, belajar melalui program televisi itu sesungguhnya cukup seru. Namun sayangnya, para siswa tidak bisa bertanya jika ada suatu penjelasan yang kurang dimengerti. Surabaya, Oktober 2020 41
BELAJAR DARING SIAPA TAKUT ? Oleh : Kalinda Tara Siswi Kelas 9 Masa pandemi adalah masa di mana terjadinya wabah suatu penyakit yang tersebar di seluruh Negara di dunia. Pastinya virus corona sudah tidak lagi terdengar asing di telinga masyarakat. Virus corona yang diketahui berasal dari Wuhan, China, telah membuat masyarakat geger pada saat itu. Karena adanya virus yang berbahaya ini, aktifitas di luar rumah mulai dikurangi. Oleh karena itu, banyak pekerja yang harus bekerja dari rumah, para siswa yang melaksanakan pembelajaran secara online, dan aktifitas lainnya yang sedapat mungkin dilakukan di dalam rumah. Pemerintah juga telah memperingatkan untuk tetap mengikuti protokol kesehatan saat hendak berpergian ke luar rumah. Berbicara mengenai aktivitas di rumah, ekonomi di Indonesia menjadi semakin turun, tetapi juga mulai 42
berkembang small business secara perlahan. Warga Indonesia, terutama generasi muda di Indonesia semakin kreatif untuk mengkreasikan sesuatu yang akan dijual pada small business tersebut. Karena virus ini pula, semakin banyak anak Indonesia yang mengalami kesulitan selama pembelajaran daring. Mereka beropini mengenai hal-hal yang terjadi selama pembelajaran daring berlangsung. Dengan kepala yang berbeda-beda, opini mereka juga pasti berbeda-beda pula. Menurut saya, pembelajaran daring adalah solusi terbaik dalam masa pandemi seperti sekarang ini. Yang mana dengan pembelajaran secara daring diharapkan dapat memutus rantai COVID-19. Dengan pembelajaran daring, murid tetap melaksanakan pembelajaran yang sama seperti di sekolah, hanya saja melalui media online. Beberapa dampak positif yang bisa didapatkan adalah bertambahnya wawasan dan kemampuan saat menggunakan aplikasi dalam proses pembelajaran dan dapat menambah waktu untuk berkumpul dengan keluarga. 43
Disamping beberapa dampak positif, juga ada beberapa kendala selama pembelajaran daring ini. Cukup banyak anak Indonesia yang merasa kesulitan dalam melakukan suatu hal, khususnya selama pembelajaran daring berlangsung. Di Indonesia terdapat berbagai macam sekolah dengan sistem belajar yang berbeda- beda pula. Ada sekolah yang menerapkan system belajar daring melalui berbagai aplikasi, tetapi ada juga sekolah yang hanya memberikan tugas untuk dikerjakan, tetapi materi tidak pernah disampaikan secara online. Hal tersebut dapat membuat siswa-siswi di sekolah menjadi kesulitan dalam memahami materi dan menjawab soal-soal yang diberikan. Tidak semua materi bisa ditelusuri melalui internet. Masih banyak sekali bimbingan materi yang dibutuhkan oleh siswa- siswi di sekolah. Terkadang pula ada tugas yang diberikan hanya untuk mengejar nilai yang kosong di daftar nilai tanpa penjelasan materi sedikitpun. Pembelajaran daring juga kurang efektif karena selama pembelajaran berlangsung tidak semua siswa dapat menangkap apa yang gurunya jelaskan melalui 44
perantara ponsel atau laptop. Mayoritas siswa-siswi di sekolah dapat memahami pelajaran tersebut secara bertatap muka atau langsung. Selama pembelajaran daring berlangsung, terlihat kurangnya interaksi antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa itu sendiri. Semakin kurangnya interaksi sosial ini, juga dapat menjadi alasan mengapa pembelajaran daring kurang efektif. Terkadang karena adanya kendala jaringan selama menggunakan aplikasi dalam proses pembelajaran juga dapat membuat siswa- siswi tidak fokus pada materi yang sedang disampaikan oleh guru. Dengan begitu dikuatirkan dapat terjadi penurunan nilai siswa yang drastis karena kurangnya pembelajaran dalam hal menganalisis dan praktik. Pemerintah juga sempat menjanjikan kuota subsidi kepada siswa-siswi untuk melaksanakan pembelajaran daring, tetapi masih ada beberapa kota yang belum mendapatkan kuota tersebut dikarenakan pembagian yang belum merata. Saya berharap, semoga semua pelajar bisa segera belajar secara daring tanpa perlu mencemaskan kuota. 45
Pembelajaran dengan sistem seperti ini juga dapat membuat siswa-siswi yang tinggal di pedesaan merasa kesulitan karena susahnya untuk mendapatkan jaringan di lingkungan sekitar. Saya berharap, pemerintah bisa segera mengatasi hal ini, sehingga semua anak di Indonesia bisa belajar daring tanpa kecuali. Tidak ada pilihan lain untuk belajar selama masa pandemi selain pembelajaran melalui daring. Saya sebagai siswa juga harus dapat menerima keadaan yang sedang terjadi saat ini. Memang benar jika ada yang berkata bahwa banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan di dalam rumah, tetapi tidak semua anak sangat giat dalam melakukan kegiatan tersebut. Selama pembelajaran di rumah berlangsung, lebih banyak anak Indonesia yang sekedar mengikuti pembelajaran daring dan mengerjakan tugas tanpa melakukan aktivitas bermanfaat lainnya. Harapan saya adalah semoga virus ini dapat cepat diatasi dan anak Indonesia dapat melakukan pembelajaran secara luring atau tatap muka secara langsung. Anak Indonesia butuh untuk bersekolah karena mereka adalah generasi penerus bangsa dengan 46
Search