Bab 7 Notasi Ilmiah 91 teaching us well on general educational grounds, it is vital that classes should be small” (hal.50). untuk waktu yang . . . 3 Jadi kalimat because of the very special nature of language, . . .dst. merupakan suatu kutipan,tetapi kutipan itu tidak lebih dari empat baris ketikan. Oleh karena itu kutipan harus di integrasikan dengan teks, serta spasi antara baris adalah spasi rangkap. Tetapi sebagai pengenal bahwa bagian itu merupakan kutipan, maka bagian itu ditempatkan dalam tanda kutip. b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan itu harus digaraf sebagai berikut. 1) Kutipan itu di pisahkan dari teks 2,5 spasi 2) Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi 3) Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip 4) Sesudah kutipan selesai di beri nomor urut setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu. 5) Seluruh kutipan itu di masukkan ke dalam 5-7 ketikan, bila kutipan itu dimulai dengan alenia baru, maka baris pertama dari kutipan itu di masukan lagi 5-7 ketikan. c. Kutipan tak langsung Dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapatan itu yang di kemukakan. Sebab itu kutipan tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat arus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung. 1) Kutipan itu di integrasikan dengan teks 2) Jarak antar baris dua spasi 3) Kutipan tidak di apit dengan tanda kutip 4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi keatas,atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu. B. CATATAN KAKI Yang dimaksud dengan catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. 1. Tujuan a. Untuk menyusun pembuktian b. Menyatakan utang budi c. Menyampaikan keterangan tambahan d. Merujuk bagian lain dari teks
92 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 2. Prinsip Membuat Catatan Kaki a. Hubungan catatan kaki dan teks Hubungan antara keterangan pada catatan kaki dengan teks dinyatakan dengan mempergunakan nomor urut penunjukan baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat pada catatan kaki. b. Nomor Urut Penunjukan Bila nomor urut penunjukan hanya berlaku untuk tiap bab,maka konsekuensi yang pertama adalah bahwa untuk tiap bab selalu dimulai dengan nomor urut 1 untuk catatan yang pertama kemudian dilanjutkan dengan nomor urut berikutnya sampai pada akhir bab. Yang kedua nama pengarang dan sumber ang pertama kali disebut dengan satu bab. Bab tersebut akan menggunakan singkatan ibid.atau nama singkat pengarang dengan singkatan op, cit, atau loc, cit. c. Teknik Pembuatan Catatan Kaki 1) Harus disediakan tempat atau ruang secukupnya pada kaki halaman tersebut, sehingga margin bawah tidak boeh lebih sempit dari 3 cm, sesudah diketik baris terakhir dari catatan kaki. 2) Setelah huruf terakhir dari teks,dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikan dengan huruf pika, atau 18 ketikan dengan huruf elite 3) [ ] 4) Dalam jarak 2 spasi dari garis tadi, dalam jarak 5-7 ketikan dari margin kiri diketik nomor penunjukan. 5) Langsung sesudah nomor penunjukan, setengah spasi kebawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki. 6) Jarak antar baris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antar catatan kaki pada halaman yang sama ( kalau ada ) adalah 2 spasi. 7) Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dengan margin kiri. 3. Jenis Catatan Kaki a. Penunjukan Sumber Refrensi Catatan kaki semacam ini disebut juga sebagai refrensi, harus dibuat oleh penulis bila: 1) Mempergunakan sebuah kutipan langsung 2) Menggunakan sebuah kutipan tak langsung 3) Menjelaskan dengan kata-kata sendiri yang telah dibaca 4) Meminjam sebuah tabel, peta atau diagram dari suatu sumber 5) Menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari suatu sumber, atau beberapa sumber tertentu
Bab 7 Notasi Ilmiah 93 b. Catatan Penjelas Catatan kaki yang dibuat dengan tujuan untuk membatasi suatu pengertian, atau menerangkan dan member komentar terhadap suatu pernyatan atau pendapat yang dimuat dalam teks. c. Gabungan Sumber dan Penjelas Pertama menunjuk sumber di mana dapat diperoleh bahan-bahan dalam teks, kedua memberi komentar atau penjelasan seperlunya tentang pendapat atau pernyataan yang dikutip tersebut. C. BIBLIOGRAFI Adalah sebuah daftar yeng berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap. 1. Unsur-unsur Bibliografi a. Nama pengarang yang dikutip secara lengkap. b. Judul buku, termasuk judul tambahannya, c. Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, catatan keberapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halama) buku tersebut, d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid nomor dan tahun. 2. Bentuk Bibliografi Karena cara-cara untuk tiap jenis kepustakaan agak berlainan, perhatikanlah ketentuan- ketentuan bagaimana menyusun urutan pengarang, judul dan data publikasi dari tiap jenis kepustakan tersebut: a. Dengan seorang pengarang Hotckett, Charles F. A Cours in Modern Linguistics. New York: The Macmilan Company, 1963. b. Buku dengan dua atau tiga pengarang Oliver, Robert T., and Rupert L. Cortright. New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc., 1958. c. Buku dengan banyak pengarang Morris, Alton C., et al. College English, The First Year. New York: Harcount, Brace & World, Inc,. 1964. d. Artikel dalam sebuah himpunan Riesma n, David. “ Character Society,” Toward Liberal Education, eds. Louis G. Locke, William M. Gibson, and George Arms. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1962.
94 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi e. Buku terjemahan Al Aflaki, Syamsudin Ahmad. Hikayat-hikayat Sufistik Rumi. Terjemahan M. Misbach. Jakarta : Robbani Press. 2000 f. Buku yang lebih dari satu jilid Al Bilali, Abdul Hamid. Taujiah Ruhiyah : Pesan-pesan Spiritual Penjernihan Hati Jilid. 1 Terjemahan Fadhli Bahri. Jakarta : An Nadwah. 2000. g. Buku Antologi Ali, Lukman. (ed). Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Indonesia Baru. Jakarta : Gunung Agung. 1985 h. Entry Ensiklopedi Holman, C. Hugh. “Romanticism” dalam RTh N. Anshen (ed). Encyclopedia Americana. Vol. IX. New York : Harper @ Bros. 1952. H. 663-669 i. Artikel Koran, Jurnal, atau Majalah Ramlan. “Problematika Remaja Dewasa Ini dan Solusinya”. Mimbar Agama dan Budaya. Vol. XVIII No. 2, 2001. h. 189 – 209 j. Skripsi, Tesis, Disertasi Rahmah, Neni Khalyatur. “ Korelasi Rasm Usmani dengan Qiraat” Skripsi S1 Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuludin dan Filsafat UIN Jakarta. 2006 3. Penyusunan Bibliografi a. Nama pengarang diurutkan menurut urutan alphabet. Nama yang di pakai dalam urutan itu adalah Nama keluarga. b. Bila tidak ada pengarang, judul buku atau artikel dimasukan dalam urutan alfabet. Perhatikan bahwa kata-kata sandang dalam bahasa-bahasa Barat tidak diperhitungkan untuk penyusunan ini. c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari stau bahan refrensi, maka untuk refrensi yang kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan. d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok yang lain adalah dua spasi. e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan.
Bab 8 KONVENSI NASKAH Konvensi naskah adalah penulisan naskah karangan ilmiah berdasarkan kebiasaan, aturan yang lazim, dan sudah disepakati. Kelaziman ini cenderung menjadi aturan baku yang digunakan di perguruan tinggi. Aturan tersebut kemudian disesuaikan dengan karakterisk masing perguruan tinggi tersebut sehingga setiap kampus memiliki panduan untuk penulisan karya tulis bagi setiap warganya. Namun, penulisan naskah ilmiah tidak sebatas pada kegiatan akademik di perguruan tinggi. Para profesional dalam berbagai disiplin ilmu yang bekerja di berbagai bidang disiplin ilmu yang bekerja di berbagai kantor lembaga pemerintah dan swasta baik di dalam maupun luar negeri cenderung menggunakan model naskah yang sudah lazim atau berdasarkan konvensi. Konvensi penulisan yang sudah lazaim mencakup aturan pengetikan, pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa, dan kelengkapan penulisan lainnya. A. PENGETIKAN Persyaratan pengetikan teks karangan ilmiah mencakup penggunaan kertas, batas margin, spasi, bentuk, dan ukuran huruf. 1. Pemilihan Kertas a. Kertas berukuran kuarto (21,59 x 27,94 cm) atau letter pada Microsoftword. Setiap lembar kertas diketik pada satu sisi halaman dan tidak bolak-balik
96 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi b. Kertas berukuran A4 (21 x 29,7 cm) atau format kertas A4 pada Microsoftwords. Setiap lembar diketik pada satu sisi halaman. 2. Pengetikan a. Batas margin kertas (pias) dari tepi atas 4 cm, kiri 4 cm, bawah 3, cm, dan kanan 3 cm b. Naskah ditulis dengan time new roman atau arial pada MS Word komputer; judul diketik dengan font 14-16 atau disesuaikan dengan panjang–pendek jugul jika menggunakan huruf yang lebih kecil dengan mempertimbangkan estetika penampilan. c. Jarak spasi antarbaris dua spasi, jarak antarparagraf tiga spasi, jarakan antara teks dan contoh tiga spasi, jarak antara tajuk dan uraian empat spasi, jarak antara uraian dan subjuduk di bawahnya tiga spasi B. PENGORGANISASIAN KARANGAN Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis, penguasaan, wawasan keilmuwan bidang kajian yang ditulis secara memadai; format pengetikan yang sistematis. Unsur karangan ilmiah atas unsur-unsur sebagai berikut : 1. Pelengkap Pendahuluan (Prelimanaries) Judul sampul Halaman Judul Halaman Persembahan Halaman Pengesahan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel 2. Bagian Utama karangan (Main Body) Pendahuluan Bagian Utama Kesimpulan 3. Bagian Penutup (Referensi Matter) Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
Bab 8 Konvensi Naskah 97 Indeks Riwayat Hidup Penulis C. PELENGKAP PENDAHULUAN (PRELIMANARIES) 1. Halaman Sampul dan Halaman Judul a. Judul atau nama tulisan mencantumkan nama tulisan, penjelasan adanya tugas, nama penulis, kelengkapan identitas penulis (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit belajar (unit kerja), dan nama lembaga (program studi, jurusan, fakultas, universitas), nama kota, dan tahun penulisan. b. Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur- unsur sebagai berikut: 1) Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan 2) Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya 3) Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri 4) Bagian-bagian yang tertulis pada halaman judul : (1) Judul : diketik dengan huruf kapital, misalnya DELIK PORNOGRAFI DAN KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN (Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif) (2) Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya: Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) (3) Nama penulis ditulis kapital bagian awal katanya, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM), misalnya Ahmad Khudori 107045100262 (4) Data institusi meliputi program studi, jurusan, fakultas, universitas, nama kota, dan tahun penulisan ditulis dengan huruf kapital, misalnya: PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 (5) Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halamam judul karangan formal : a) komposisi tidak menarik dan tidak estetik b) hiasan gambar
98 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi c) variasi jenis huruf d) kata NIM/NRP e) hiasan, tanda-tanda, garis yang tidak berfungsi f) kata-kata yang berisi slogan g) ungkapan emosional h) menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi 2. Halaman Pengesahan Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah telah ditandatangani oleh pembimbing, penguji/pembaca, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administrasi sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata letak unsur-unsur yang harus ditulis di dalamnya. 3. Kata Pengantar Kata pengantar adalah bagian tulisan yanga berisi penjelasan mengapa menulis karangan ini dilakukan. Setiap karangan ilmiah seperti makalah, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian yang lainnya harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut : a. ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, b. penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah, c. penjelalasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekelompok orang, organisasi/lembaga, d. ucapan terima kasih kepada seseorang/lembaga yang membantu, e. manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran f. harapan penulis atas karangan tersebut, g. penyebutan nama kota tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis tanpa di bubuhi tanda tangan. Kata pengantar termasuk bagian dari karangan ilmiah, maka kata pengantar harus ditulis dengan bahasa yang baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal yang tertulis dalam pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Apa yang ditulis kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi karangan. Hal-hal yang harus dihindarkan. a. menguraikan isi karangan, b. menyalahi kaidah bahasa, c. menunjukkan sikap kurang percaya diri,
Bab 8 Konvensi Naskah 99 d. kurang meyakinkan, e. terlalu panjang, f. berisi sambutan 4. Abstrak a. Karakteristik 1) Singkat : tidak memuat latar belakang, tidak memuat contoh, tidak memuat penjelasan alat, cara kerja, dan proses yang sudah lazim/dikenal, tidak lebih dari 250 kata, hanya memuat (1) metode kerja dari pengumpulan dari pengumpulan data sampai dengan penyimpulan, dan (2) data yang sudah diolah 2) Berketelitian tinggi : (1) menggunakan sumber dokumen asli secara cermat, mudah dipahami, dan (2) menggunakan kata istilah yang sama dengan dokumen aslinya 3) Bentuk tulisan : (1) informatif kualitatif atau kuantitatif bergantung pada naskah asli, dan (2) deskriptif, analisis, induktif, atau deduktif bergantung pada naskah asli. 4) Stuktur : (1) judul laporan/dokumen asli, (2) nama asli penulis laporan (dokumen), (3) tujuan dan masalah, (cara kerja, proses, atau metode kerja), (4) hasil kerja dan validitas hasil, (5) kesimpulan, dan (6) inisial penulis abstrak. b. Jenis Abstrak a. Abstrak Indikatif yaitu abstrak yang menguraikan secara singkat masalah yang terkandung dalam dokumen lengkapnya. Abstrak ini tidak memadatkan isi dokumen asli, bertujuan agar lebih cepat diketahui isinya dan hanya memberikan indikasi sasaran cakupan tulisan sehingga pembaca dapat mempertimbangkan apakah tulisan asli perlu dibaca atau tidak. Pembaca abstrak cenderung mementingkan informasi yang diperlukan sebagai pertimbangan untuk suatu tindakan tertentu. b. Abstrak Informatif yaitu miniatur laporan atau dokumen asli dengan menampilkan selengkap mungkin data laporan sehingga pembaca abstrak tidak perlu lagi membaca naskah aslinya, kecuali untuk mendalaminya. Abstrak informasi menyajikan keseluruhan naskah asli dalam bentuk mini : judul, penulis asli, lembaga, tujuan, metode pembahasan atau analisis, hasil analisis, kesimpulan, kode inisial penulis abstrak. 5. Daftar Isi Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyuruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan ilmiah. Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, subbab, dan unsur-unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan. Daftar isi tidak sama dengan kerangka atau ragangan karangan. Kerangka menggambarkan uraian (analisis dan sintesis) bagian utama karangan, sedangkan daftar isi mencantumkan seluruh unsur pelengkap pendahuluan, pembahasan, dan pelengkap penutup.
100 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi 6. Daftar Gambar Setiap gambar yang tercantum dalam karnagan harus tertulis dalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan: judul gambar dan nomor halaman. 7. Daftar Tabel Setiap tabel yang tercantum dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar ini menginformasi nama tabel dan nomor halaman. Nomor tabel di urut dari bagian awal sampai bagian akhir karangan. E. PELENGKAP PENUTUP (REFERENSI MATTER) 1. Daftar Pustaka Daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap.40 2. Lampiran (Apendiks) Lampiran merupakan pelengkap karangan ilmiah. Lampiran ini dapat berupa esai, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak menggangu pembahasan jika disertakan dalam uraian. 3. Indeks Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaaanya dalam pembahasan. 4. Riwayat Hidup Penulis Daftar riwayat hidu memuat nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pengalaman kerja, dan karya ilmiah yang terkait dengan materi makalah. F. PENYUNTINGAN NASKAH Untuk menghasilkan tulisan yang sempurna, perlu penyuntingan naskah karangan dengan jalan membaca secara cermat setelah tulisan selesai dan memperbaiki beberapa kesalahan 40 Keraf, Gorys, Komposisi (Ende : F lores, 1994) hlm. 213
Bab 8 Konvensi Naskah 101 dan kekurangsempurnaan yang sekiranya muncul berdasarkan konvensi naskah yang baku. Penyuntingan naskah bertujuan untuk menyempurnakan format naskah, urutan pembahasan, pengendalian variabel, bahasa, keindahan tampilan, posisi tampilan, komposisi, dan kelengkapan naskah. Penyuntingan meliputi seluruh unsur tulisan yang meliputi bagian pelengkap pendahuluan (Prelimanaries), naskah utama karangan (Main Body), dan pelengkap penutup (Referensi Matter). Sedangkan unsur bahasa yang terdapat pada karangan meliputi penggunaan ejaan, diksi, kalimat efektif, paragraf, frasa, dan klausa dan segala aspek kebahasan lainnya. Tanda-tanda penyuntingan yang lazim digunakan antara lain : : tanda penunjuk bagian yang harus dikoreksi Saya makan sudah : tanda penujuk agar dua huruf atau kata dipertukar tempatnya Ia akan sudah pergi : menunjukkan kata atau huruf harus dibuang Orangitu baik. : ceraikan huruf atau kata Mata hari : Sambungkan Tiap tiap : Sambungkan dengan tanda penghubung : Tarik ke luar, ke kiri : Tarik ke dalam : Jadikan satu baris, contoh Hari ini kita memperingati proklamasi RI yang ke-58 Aku ini manusia. rindu rasa : Jangan jadikan baris baru, atau dirapatkan Ia hanya santai : Garis putus di bawah kata membatalkan koreksi Anggota dppri : Gari bawah ganda, perintah cetak dengan huruf kapital : Sisipkan huruf atau kata, contoh : sesuai kesepatan
102 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
Bab 9 PLAGIASI A. PENGERTIAN Salah satu bentuk pelanggaran kode etik dalam penulisan karya ilmiah adalah plagiarisme. Plagiarisme berasal dari dua kata Latin - plagiarius yang berarti penculik, dan plagiare yang berarti mencuri Yang dimaksud plagiarisme adalah mencuri gagasan, kata-kata, kalimat, atau hasil penelitian orang lain dan menyajikannya seolah-olah sebagai karya sendiri41. Pasal 1 Butir pertama Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi menyebutkan, plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/ atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Pelaku plagiat biasa disebut plagiator. Plagiasi bisa terjadi karena berbagai penyebab seperti tidak paham plagiasi (ada plagiasi sengaja dan ada plagiasi tidak sengaja), tidak cukup waktu mengerjakan tulisan (bisa juga malas), tidak membaca ulang hasil tulisan, dan lain-lain. Plagirisme merupakan salah satu bentuk kecurangan akademis (academic fraud) sehingga pelakunya harus dikenakan sanksi. 41 Prof. Suyanto, Ph.d dan Drs. Asep Jihad, M.Pd. Betapa Mudah Menulis Karya Tulis (Yogyakarta : Eduka, 2009), hlm. 134.
104 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi B. BENTUK-BENTUK PLAGIASI Kecurangan akademik dalam bentuk plagiasi sering terjadi dalam beberapa bentuk yang meliputi sebagai berikut : 1. Menggunakan atau mengambil teks, data atau gagasan orang tanpa memberikan pengakuan terhadap sumber secara benar dan lengkap. 2. Menyajikan struktur, atau tubuh utama gagasan yang diambil dari sumber pihak ketiga sebagai gagasan atau karya sendiri, bahkan meskipun referensi pada penulis lain dicantumkan. Bagian yang diambil sangat panjang, terdiri dari banyak rangkaian kalimat, bahkan banyak alinea atau struktur atau pola gagasan atau pola argumentasi orang lain. 3. Mengambil materi atau audio atau visual orang. Atau materi tes, software, dan kode program tanpa menyebut sumber dan menampilkannya seolah-seolah sebagai karya sendiri. 4. Tidak menunjukkan secara jelas dalam teks, misalnya dengan tanda kutipan atau penggunaan lay out tertentu, bahwa kutipan literal atau yang mendekati literal dimasukkan ke dalam sebuah karya, bahkan meskipun rujukan yang benar terhadap sumber sudah dimasukkan 5. Menfarafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam susuan kalimat sendiri tanpa mengubah idenya) isi dari teks orang lain tanpa rujukan yang memadai terhadap sumber. 6. Menggunakan teks yang pernah dikumpulkan sebelumnya, atau menggunakan teks yang mirip dengan teks yang pernah dikumpulkan sebelumnya C. JENIS-JENIS PLAGIASI 1. Plagiarisme Penuh atau ‘Plagiarisme Lengkap’ Setiap kali seorang penulis menyalin konten dari sumber lain secara penuh, itu disebut plagiarisme penuh. Dalam plagiarisme ini, penulis tidak mengubah apa-apa dari sumber aslinya. Bahasa, aliran, dan bahkan tanda baca tersebut disalin sedemikian rupa, seseorang tidak bisa mengutip bahkan perbedaan kecil dalam dua isinya. Plagiarisme penuh, mengacu pada menyalin konten asli orang lain, kata demi kata, dan menyajikannya sebagai karyanya sendiri. 2. Plagiarisme Parsial Ketika seseorang menggabungkan data dari dua atau tiga sumber yang berbeda dalam karyanya, itu mencapai plagiarisme parsial. plagiarisme semacam ini betujuan untuk menyalin pekerjaan orang lain, tidak sepenuhnya, tetapi sebagian. Seseorang menjiplak konten dengan cara ini, memanfaatkan maraknya parafrase, yang berarti bahwa ia menyajikan ide yang sama dalam bentuk yang berbeda, dengan memanipulasi bahasa dari konten asli, tapi aliran tetap sama. Dalam banyak kasus dengan memanfaatkan kosakata sinonim atau mengubah
Bab 9 Plagiasi 105 kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan sebaliknya. Dengan cara ini, penulis tidak mencoba untuk menjadi asli, tapi sekali lagi pekerjaan tidak mengandung penelitian. Memadainya pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu adalah alasan umum untuk kejadian plagiarisme parsial. 3. Minimalis Plagiarisme Plagiarisme minimalistik dilakukan ketika seseorang memparafrase konten yang sama tetapi dalam aliran yang berbeda. Pada jenis ini, plagiator mencoba untuk menyalin ide-ide, pendapat, pemikiran dan konsep dari penulis lain sedemikian rupa sehingga karyanya tidak tampak seperti telah menjiplak. Apa yang dia lakukan adalah bahwa ia tidak hanya mengubah konstruksi kalimat dan membuat penggunaan kosakata sinonim, tetapi ia juga mengubah urutan di mana pikiran telah disajikan dalam karya asli. Ini adalah perubahan dalam aliran yang membuat pekerjaan tampak asli, meskipun tidak. Meskipun menulis kembali hampir tampak seperti aslinya. Banyak orang tidak menganggap ini sebagai plagiarisme, mungkin karena sulit dibuktikan. 4. Plagiarisme Mosaic Plagiarisme jenis ini paling umum dilakukan pelajar. Contoh plagiarisme mosaik terjadi sebagian besar karena kurangnya pengetahuan atau ketidaktahuan tentang plagiarisme, dan cara-cara untuk menghindarinya. Ketika seseorang mengubah konstruksi kalimat tetapi tidak mau repot-repot untuk mengubah kata-kata asli, hasilnya kemudian, adalah bahwa perubahan kalimat, perubahan aliran, tetapi kata-kata tetap sama. Tindakan ini menjadi plagiarisme, karena tidak ada catatan diberikan kepada penulis karya asli, yang menjadi mutlak diperlukan dalam kasus tersebut. Pengetahuan rinci tentang referensi dan kutipan sangat penting untuk menghindari plagiasi semacam ini. D. SANKSI TERHADAP PLAGIASI Plagiarisme dan berbagai bentuk kecurangan akademik sangat dilarang karena kebenaran dalam ilmu pengetahuan tidak boleh dirusak, dan bagi banyak ilmuwan, kebenaran inilah yang membuat seluruh pekerjaan ilmuwan menjadi berharga. Jika penulis melakukan plagiasi maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan jabatan atau profesi yang disandangnya. 1. Lulusan PT a. Seseorang yang memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi yang tugas akhirnya terbukti merupakan jiplakan akan dicabut gelarnya. b. Dinyatakan tidak lulus sidang ketika pelanggaran tersebut diketahui pada saat yang bersangkutan melakukan sidang dan harus mengulang tugas akhirnya.
106 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi c. Lulus bersyarat apabilanya plagiat yang dilakukan hanya beberapa bagian teks. Pelaku dianggap lulus bersyarat dan harus memperbaiki sesuai saran penguji 2. Mahasiswa a. Ketua jurusan/departemen/ bagian/lainnya yang sejenis harus membuat persandingan antara karya ilmiah mahasiswa tersebut dengan karya (ilmiah) yang diduga merupakan sumber yang dijiplak oleh mahasiswa tersebut b. Ketua jurusan/departemen/ bagian/lainnya yang sejenis meminta seorang dosen sejawat sebidang untuk memberikan kesaksian secara tertulis tentang kebenaran plagiasi yang diduga telah dilakukan oleh mahasiswa tersebut c. Mahasiswa yang diduga melakukan plagiat diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan di hadapan ketua jurusan/departemen/bagian/ lainnya yang sejenis d. Apabila berdasarkan persandingan dan kesaksian telah terbukti terjadi plagiat, maka ketua jurusan/departemen/bagian/lainnya yang sejenis berhak menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa sebagai plagiator e. Apabila salah satu dari persandingan atau kesaksian ternyata tidak terbukti adanya plagiasi, maka sanksi tidak dapat dijatuhkan dan harus dilakukan pemulihan nama baik terhadap mahasiswa tersebut f. Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat terdiri atas: 1) Teguran 2) Peringatan tertulis 3) Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa 4) Pembatalan nilai atau beberapa matakuliah yang diperoleh mahasiswa 5) Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa 6) Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa 7) Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program 3. Dosen/Peneliti/Tenaga Kependidikan a. Pimpinan Perguruan Tinggi harus membuat persandingan antara karya ilmiah dosen/ peneliti/tenaga kependidikan tersebut dengan karya (ilmiah) yang diduga merupakan sumber yang dijiplak oleh dosen/ peneliti/tenaga kependidikan tersebut b. Pimpinan Perguruan Tinggi meminta senat akademik/organ lain yang sejenis untuk memberikan pertimbangan secara tertulis tentang kebenaran plagiasi yang diduga telah dilakukan oleh dosen/peneliti/ tenaga kependidikan tersebut c. Sebelum senat akademik/organ lain yang sejenis memberikan pertimbangan, senat akademik/organ lain yang sejenis meminta komisi etik dari senat akademik/organ lain yang sejenis untuk melakukan telaah tentang kebenaran plagiat dan proporsi karya (ilmiah) pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiah dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang diduga sebagai plagiator
Bab 9 Plagiasi 107 d. Senat akademik/organ lain yang sejenis menyelenggarakan sidang dengan acara membahas hasil telaah komisi etik, dan mendengar pertimbangan dari para anggota senat akademik/organ lain yang sejenis, serta merumuskan pertimbangan yang akan disampaikan kepada pimpinan Perguruan Tinggi e. Dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang diduga melakukan plagiat diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan di hadapan senat akademik/ organ lain yang sejenis f. Apabila berdasarkan persandingan dan hasil telaah telah terbukti terjadi plagiat, maka senat akademik/organ lain yang sejenis merekomendasikan sanksi untuk dosen/ peneliti/tenaga kependidikan sebagai plagiator kepada pimpinan Perguruan Tinggi g. Apabila salah satu dari persandingan atau hasil telaah ternyata tidak terbukti adanya plagiasi, maka sanksi tidak dapat dijatuhkan dan harus dilakukan pemulihan nama baik terhadap dosen/peneliti/tenaga kependidikan tersebut h. Sanksi bagi dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang terbukti melakukan plagiat secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat terdiri atas: 1) Teguran 2) Peringatan tertulis 3) Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan 4) Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional 5) Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ ahli peneliti utama bagi yang telah memenuhi syarat 6) Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/ tenaga kependidikan i. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan j. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan E. CARA MENGHINDARI PLAGIASI Secara sederhana, plagiasi sebenarnya bisa dihindari dengan menggunakan teknik yang diperbolehkan (legal) dalam dunia akademis. Pengetahuan atau teknik ini antara lain berkaitan dengan tata cara mengutip dan melakukan parafrase. Kemampuan untuk mengutip secara akurat sumber tersebut sangatlah penting. Ada beberapa cara menghindari plagiarisme diantaranya sebagai berikut, 1. Yang Dilakukan Ketika Proses Penulisan a. Dalam menulis, sebaiknya menggunakan informasi yang berupa fakta umum. b. Menuliskan sumber referensi untuk pernyataan-pernyataan yang diacu penulis. c. Memberi batasan yang jelas bagian mana sajakah dalam uraian yang merupakan kutipan dan bagian mana yang merupakan pernyataan penulis.
108 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi d. Jika seorang penulis ingin memperkuat argumennya dengan mengacu pada pernyataan seorang penulis yang telah diterbitkan,maka ia harus menyatakan dengan tegas dari sumber mana kutipan tersebut diambil. e. Lebih baik menulis sendiri karya tulis ilmiah kita, walaupun mungkin sangat tidak bagus untuk dibaca apalagi dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Sebagai seorang pembelajar, tentu kita akan berusaha keras agar karya tulis ilmiah yang dibuat mendapat tempat dimata orang-orang terhormat. Perlu kerja keras dan belajar tiada henti dan jangan malu untuk bertanya kepada ahlinya. f. Agar kita tak terkena penyakit plagiarisme, sebaiknya biasakan menulis setiap hari. Menulis pemikiran sendiri agar suatu saat dapat kita rangkai menjadi kalimat yang efektif dalam karya tulis ilmiah kita. g. Tak ada penulis yang langsung bisa menulis. Apalagi menulis sebuah karya tulis ilmiah yang merupakan hasil dari sebuah penelitian yang tentu membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Tidak bisa menggunakan cara-cara instan, sebab ada metode penelitan yang harus dilalui. h. Tidak mudah membuat sebuah karya tulis ilmiah. Kita harus sering sering berlatih menulis dan berupaya keras untuk menulis seotentik mungkin bahwa ini adalah hasil dari originalitas pemikiran sendiri dan bukan pemikiran orang lain yang kita akui sebagai tulisan sendiri42. 2. Ketika Pengutipan Wawancara a. Tandai setiap bagian yang akan dikutip dengan tanda khusus seperti garis bawah atau stabilo. b. Tandai dan catat main idea yang diambil dari sumber kutipan dan mana yang menjadi pendapat atau kesimpulan pribadi. 3. Ketika Parafrase dan Mengambil Kesimpulan a. Baca bagian yang akan dikutip secara cermat,lalu lakukan parafrase tanpa lihat teks asli dengan bersandar pada apa yang kita ingat dari teks itu. b. Setelah selesai, cek kembali untuk membandingkan antara paraphrase yang dibuat dengan teks asli agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan pemahaman. 4. Ketika Mengutip Langsung a. Cantumkan sumber yang dikutip sejelas-jelasnya dalam dokumentasi. b. Pilih bagian yang akan dikutip langsung secara proporsional dengan menggunakan tanda baca khusus pengutipan langsung sebaiknya tidak terlalu pendek dan tidak pula terlalu panjang. 42 Ibid., hlm.181
Bab 9 Plagiasi 109 5. Ketika Mengutip Tidak Langsung a. Cantumkan sumber yang dikutip sejelas-jelasnya dalam dokumentasi. b. Cermati bagian yang akan dikutip tidak langsung,lalu lakukan parafrase dengan menggunakan kata dan kalimat lain yang searti tetapi menggunakan struktur penulisan kalimat yang berbeda dengan kutipan tersebut.
110 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
Bab 10 TRANSLITERASI HURUF ARAB-LATIN A. PENGERTIAN Transliterasi berasal dari bahasa Inggris transliteration (tran’alih, pindah, ganti, dan literation ‘liter, huruf ’) yaitu pergantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lainnya.43 Umumnya transliterasi dilakukan dari huruf Arab ke huruf Latin untuk membantu masyarakat Indonesia baik untuk kajian keislaman (memahami alquran) maupun untuk penulisan karya tulisan yang menggunakan berbagai Istilah Arab yang belum dapat dianggap sebagai kata bahasa Indonesia yang masih terbatas penggunaannya. Untuk itu perlunya pedoman yang mengatur transliterasi huruf Arab-Latin. Terdapat dua manfaat transliterasi Arab-Latin. Pertama, membantu umat Islam yang belum memahami huruf Arab. Kedua, dalam bidang keagamaan khususnya studi Islam, transliterasi dibutuhkan karena istilah dan kosakata bidang keislaman sebagian besar memakai kosakata bahasa Arab yang belum diindonesiakan, sementara itu penulisannya disarankan menggunakan huruf latin. Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalihhurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf latin beserta perangkatnya. 43 Mahmudah Fitriyah dan Ramlan, Disiplin Berbahasa Indonesia (Jakarta : FTIK, 2010) hlm. 227
112 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Secara ringkas dikenalkan tujuh system transliterasi, yang sudah dikenal dikalangan dosen dan mahasiswa IAIN/STAIN/PTAIS. Ketujuh sistem itu adalah sebagai berikut : 1. Sistem Inggris secara umum, yang banyak diterbitkan dalam penerbitan bahasa Inggris juga digunakan dibeberapa negara Anglosakson, misalnya Library Of Congress (Washington DC, Amerika Serikat), Perpustakaan McGill University (Montreal, Kanada). Sistem ini juga digunakan dalam penerbitan Indonesian Netherlands Coorporation in Islamic Studies (INIS) yang berbahasa Inggris. 2. Sistem yang digunakan dalam Encyclopedia of Islam (edisi baru) 3. Sistem yang digunakan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. 4. Sistem kamus Arab-Inggris susunan Hans Wehr. 5. Sitem yang dapat disebut Eropa Kontinental pada umumnya, yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan Jerman dan Perancis, serta penulisan-penulisan tertentu. 6. Sistem yang digunakan di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 7. Sistem yang digunakan di Departemen Agama, yang juga digunakan dalam penrbitan INIS yang berbahasa Indonesia. Sistem ini didasarka pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987. Sistem ini antara lain, digunakan dalam Ensiklopedia Islam (1993) dan Ensiklopedi Hukum Islam. 8. Sistem yang digunakan di lingkungan IAIN Sunan Gunung Djati diberlakukan berdasarkan Keputusan Rektor IAIN Sunan Gunung Djati Nomor 03 Tahun 1987 tentang Pedoman Pembuatan Skripsi Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Suanan Gunung Djati, tanggal 25 April 1987. Sistem seperti ini juga digunakan dalam al-Qur’an dan Terjemahannya dan oleh beberapa penerbit, antara lain Paramadina, Mizan dan Logos. B. PRINSIP PEMBAKUAN Pembakuan pedoman transliterasi Arab-Latin ini disusun dengan prinsip sebagai berikut: 1. Sejalan dengan Ejaan yang Disempurnakan 2. Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf Latin dicarikan padanan dengan cara memberi tambahan tanda diakritik, dengan dasar “satu fonem satu lambang”. 3. Pedoman transliterasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum. C. RUMUSAN PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Hal-hal yang dirumuskan secara konkret dalam pedoman transliterasi Arab-Latin merujuk pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No. 158/1987 dan 0543b/U/1987 meliputi: 1. Konsonan 2. Vokal (tunggal dan rangkap) 3. Maddah
Bab 10 Transliterasi Huruf Arab-Latin 113 4. Ta’marbutah 5. Syaddah 6. Kata sandang (di depan huruf syamsiah dan qamariah) 7. Hamzah 8. Penulisan kata 9. Huruf Kapital 10. Tajwid Berikut ini penjelasannya secara berurutan. 1. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf Latin. Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا Ba’ ب Ta’ B Be ت Tsa’ T Te ث Jim S Es (dengn titik diatas) ج ha’ J Je ح Kha’ H Ha (dengan titik dibawah) خ Dal Kh Ka dan ha د Zal D De ذ Ra’ Z Zet (dengan titik diatas) ر Zai R Er ز Sin Z Zet س Syin S Es ش Sad Sy Es dan ye ص Dad’ S Es (dengan titik dibawah) ض Ta’ D De (dengan titik dibawah) ط Za’ T te (dengan titik di bawah) ظ Z Z (degnan titk di bawahnya)
114 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ‘ain ‘- koma terbalik (di atas) ع gain G غ Fa’ F Ge ف Qaf Q Ef ق Kaf K Ki ك Lam L Ka ل Mim M El م Nun N Em ن Wau W En و Ha’ H We ه ‘- ‘- Ha ء y Y Apostrof ي Ye 2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. a. Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Latin Nama Fathah a a َ------ ِ------ Kasrah i i ُ------ dammah u u b. Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Harakat dan Huruf Nama Gabungan Huruf Nama fathah dan ya’ ai a dan i َ ي----- َ و----- fathah dan wawu au a dan u
Bab 10 Transliterasi Huruf Arab-Latin 115 Contoh ي ذ ك هتذكبرب::: kataba zukira yazhabu 3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama fathah dan alif atau ya’ a a dan garis di atas َ ا َ ي------ ------ ِ ي------ kasrah dan ya’ i i dan garis di atas ُ و------ dammah dan wawu u u dan garis di atas Contoh ققاريميلل : qala : qila : rama 4. Ta’ marbuthah Transliterasi untuk ta’ marbuthah ada dua. a. Ta’ marbuthah hidup Ta’ marbuthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah / t /. b. Ta’ marbuthah mati Ta’ marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah /h /. c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta’ marbuthah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh وامدص يةناة لمطوفار ةل لاا ر ا:: raud ah al-’atfa al Madinah al Munawwarah 5. Syaddah (Tasydi-d) Syaddah atau tasydi - d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydi-d, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
116 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Contoh: ار نلبعبنرم : rabbana : al birr : nu’’ima 6. Kata Sandang الKata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu . Namun, dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah. a. Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiah Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf / l / diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. b. Kata sandang diikuti oleh huruf qamariah Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang. Contoh ااالللبرسمججيعلس::: ar rajulu asy-syamsu al-badi -‘u 7. Hamzah Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh ت ا ا خ مذ رشوينءت::: ta’khuz u -na syai’un umirtu 8. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fiil, isim maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh : Wa innalla - ha lahuwa khair ar-ra - ziqi –n و ا ن ا لله لهو خير ا ز قين
Bab 10 Transliterasi Huruf Arab-Latin 117 9. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, diantaranya: Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya Contoh للنساو لس لاضعر او ا ن ا وولمابيمحمثد:: Wa ma - Muhammadun illa - rasu - l -bi Bakkata Inna awwala baitiw wudi‘a linna - slallazi muba -raka Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arab-nya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan. Contoh : و ا ل للهلبهكاللاشمريءجمعيليعما : Lilla - hi al-amru jami‘a : Walla - hu bikulli syai’in ‘alim 10. Tajwid Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid. Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.
118 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
DAFTAR PUSTAKA Anwar, H. Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2008. Metode Penulisan Karya Ilmiah Panduan bagi Mahasiswa, Ilmuwan, dan Eksekutif. Yogyakarta: Pilar Media,. A, Alek dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kencana. Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. Ahmad, Supriadi.dkk 2012. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta : PPJM FSH. Badudu, Yus. 1994 Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Prima. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Prima., 1985 Collin, James T. 2011 Bahasa Melayu Bahasa Dunia. Terjemahan Alam Evita Almanar. Jakarta : Yayasan Obor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan, 2007 Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2001 Kuntarto, M. Ninik. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2008.
120 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Gani, Ramlan A dan Mahmudah Fitriyah Z.A. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta : PTIK Press, 2010. Hs., Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo. Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende : Nusa Indah. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah, 1982. Kridalasakna, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kuntjara, Esther. 2012. Gender, Bahasa, dan Kekuasaan. Jakarta : Libri. Muslih, Masnur dan I Gusti Ngurah Oka. 2010. Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi. Jakarta : Bumi Aksara. Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia, untuk Karang-mengarang. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ramlan, M. 1981. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: U.P. Karyono. S, Effendi.1999. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya. Soedjito. 1991. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suhendar. Dkk. Modul Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Bag. Proyek Penataran Guru SLTP Setara D3 Suyatno dan Asep Jihad. 2009. Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta : Eduka. Syamsuddin, A.R. 2005. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia. Solo: Tiga Serangkai.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130