38 adalah dua murid Tuhan Yesus yang dikhususkan untuk melakukan pelayanan Lintas Budaya. Dalam Kisah para rasul 13: 1-3; 13:1 Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. 13:2 Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: \"Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi- Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.\" 13:3 Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.26 Setiap orang percaya memang dipanggil untuk meberitakan Injil, dan ada orang yang memiliki misi khusus untuk melakukan. Oleh sebab itu Tuhan Yesus pelayanan Lintas Budaya. Oleh sebab itu Tuhan mengkhususkan orang – orang tertentu untuk tugas khusus ini, karena pelayanan Lintas Budaya adalah pelayanan yang sulit. Mengkhususkan berarti para utusan Injil juga memiliki kesiapan yang matang untuk pergi ke ladang pelayanan. Mereka juga diharuskan memiliki kehidupan yang benar dihadapan Tuhan supaya pemberitaan Injil tidak disalahgunakan. Dalam artian, ketika utusan Injil berada di ladang pelayanan dapat bekerja dengan professional tidak hanya mempergunakan waktu seenaknya dan meninggalkan panggilan awal mereka sebagai utusan Injil. Dan sebagai pengutus “Member Care” juga harus menentukan tujuan supaya mereka juga dapat melayani dengan tanggung jawab. Tujuan utama “Member Care” dalam sebuah organisasi paling tidak meliputi dua poin penting: 1. Mempersiapkan, memperlengkapi, menguatkan, dan memberdayakan para utusan misi untuk kehidupan dan pelayanan yang efektif, dan 26Alkitab; LAI.
39 2. Meningkatkan persekutuan yang sehat secara rohani, saling peduli, dan produktif, sehingga dapat meneladani Kristus dalam kehidupannya sehari-hari. 27 Alkitab menggambarkan bagaimana para pelayan dipedulikan. Kepedulian ini dibutuhkan, dan membutuhkan kepedulian bukanlah suatu hal yang memalukan. Yesus dan murid-murid-Nya mengandalkan sumber daya lokal (Lukas 8: 1-3; Markus 15: 40-41); Paulus mengandalkan gereja dan wakil-wakil gereja. Ia menerima kepedulian yang diberikan atas nama gereja. Paulus sangat peduli kepada anak didiknya. Ia juga mengutus para anak didiknya untuk mempedulikan orang lain (1Tesalonika 3:2,6-7). Paulus memerintahkan orang-orang percaya untuk peduli dengan cara-cara yang praktis (1Tesalonika 5: 11- 14). Paulus menunjukkan kepedulian yang timbal balik, ia menerima tetapi juga memberi kepedulian kepada individu-individu maupun gereja-gereja (2Korintus 11:28).28 Lukas 8: 1-3; “8:1 Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, 8:2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, 8:3 Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” Dalam Lukas 8: 1-3 menjelaskan tentang pelayanan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dan murid – muridnya dalam pemberitaan Kabar Baik sehingga banyak mujizat yang dinyatakan oleh mereka. Yang membuat pelayanan ini menjadi bermakna bahwa ada orang – orang percaya yang juga melayani Tuhan Yesus beserta dengan murid – murid dalam memberikan dukungan apa yang mereka punya supaya pelayanan tersebut berjalan dengan lancar. Para perempuan tersebut sangat memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan Tuhan Yesus dan murid – murid. Pelayanan mereka sebagai salah satu bentuk ucapan syukur karena kesembuhan yang sudah mereka alami sehingga dengan 27Gardner; 116. 28ibid. 22.
40 memberikan harta yang dimiliki. Tuhan Yesus tidak pernah meminta supaya mereka diperhatikan namun para perempuan ini memberikan sesuai dengan yang mereka butuhkan saat itu. “Member Care” merupakan kepedulian para utusan Injil Lintas Budaya karena pelayanan mereka yang membutuhkan banyak motivasi dan dukungan. Utusan Injil memiliki komitmen dalam melayani di lapangan dalam pemberitaan Kabar Baik, mereka juga memiliki seorang pengikut dalam pekerjaan pelayanan dan mereka juga membutuhkan kepedulian orang – orang yang mengutus untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Pelayanan juga membutuhkan material untuk dapat mencukupi selama pelayanan. Para wanita tersebut mengikuti Tuhan Yesus supaya kebutuhan jasmani mereka tercukupi. Begitu juga peranan “Member Care” meskipun tidak secara langsung mengikuti apa yang mereka kerjakan namun dengan memberikan dukungan doa, daya, dan dana merupakan sebuah bentuk kepedulian yang “mengikuti” pelayanan mereka sehingga tidak berkekurangan. Dengan mempelajari ayat-ayat Alkitab dapat menemukan prinsip-prinsip yang Alkitabiah tentang “Member Care”, dimana Paulus juga menekankan tentang pentingnya memperhatikan pelayan-pelayan yang sudah dikhususkan tersebut. Perkembangan gereja sekarang memudahkan bagi gereja untuk berinteraksi langsung dengan para utusan Injil Lintas Budaya. Peduli terhadap sesama sangat penting apalagi kepada utusan-utusan Injil. Paulus juga mengajarkan bahwa orang- orang yang diutuspun harus memiliki sikap yang sama peduli terhadap orang lain.
41 Seorang utusan Injil adalah mereka yang memiliki panggilan khusus untuk pergi memberitakan ke tempat-tempat yang belum mengenal Injil. Mereka harus memiliki komitmen khusus dalam panggilannya dan memiliki pengertian yang benar tentang misi Amanat Agung. Karena seorang utusan Injil akan memiliki pengaruh yang besar untuk orang-orang yang akan dilayani. Tidak ada orang yang mau ketika melakukan pekerjaan tidak memiliki tujuan dan visi yang benar. Itulah mengapa “Member Care” diharapkan dapat membina hubungan dengan baik kepada para utusan Injil Lintas Budaya. Sebagai tim yang dibentuk untuk mempersiapkan para utusan Injil Lintas Budaya “Member Care” harus benar- benar memperhatikan kehidupan pribadi mereka. Salah satunya caranya adalah memberikan mereka pelatihan atau melatih para utusan Injil disebuah camp secara khusus maka pengutus akan mengetahui bagaimana kehidupan mereka sehari- hari. Kepedulian dari Tuhan adalah “jantung” Member Care. Hubungan pribadi kita dengan Kristus adalah syarat utama yang menjadi kesejahteraan dan efektifitas pekerjaan kita. Tiap sarana Member Care bertujuan memperkuat hubungan kita dengan Tuhan dan menolong kita untuk mendorong orang lain. Kita harus melakukan segala sesuatu yang kita mampu lakukan untuk mendorong orang lain agar mereka membangun dan memelihara hubungan yang erat terus-menerus dengan Tuhan.29 Kepedulian bukan berarti membuat para utusan Injil tidak dapat melakukan aktivitas mereka dengan terbatas. “Member Care” menolong para utusan supaya mereka menjadi orang- orang yang melakukan kemampuan mereka karena memang Tuhan yang sudah membentuk dan memilih bukan karena kemampuan lebih yang 29Gardner. 32.
42 mereka miliki. Sikap yang saling menghargai akan membuat keterikatan yang baik antara tim utusan Injil dengan pengutus. “Member Care” sebagai fasilitator untuk memperhatikan setiap kebutuhan mereka, tidak hanya secara jasmani namun rohani juga. 2.3 Manfaat Member Care Bagi Pelayanan Lintas Budaya Harapannya adalah “Member Care” benar- benar memiliki fungsi untuk bekerja memperhatikan para utusan Injil Lintas Budaya. Peranan “Member Care” tidak kalah pentingnya dengan para utusan Injil. Tanggung jawab mereka juga sangat besar dalam memperhatikan kehidupan para utusan Injil Lintas Budaya. Ada banyak persiapkan supaya para utusan Injil dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya. 2.3.1 Mempersiapkan Para Utusan “Member Care” harus memiliki komitmen untuk memperhatikan para utusan Injil Lintas Budaya. Karena mereka terbentuk dengan adanya sifat empati yang dalam untuk pekerjaan Tuhan di dunia ini. Mereka sebagai pendamping para utusan Injil harus memiliki komitmen untuk memperhatikan kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Kepedulian ini akan membawa sebuah komitmen terus menerus antara pengutus dan yang diutus. “Member Care” adalah urat nadi suatu organisasi. Ketika orang menderita atau memiliki kebutuhan, ke mana mereka harus pergi? Kemungkinan mereka tidak akan pergi kepada pemimpin atau penanggung jawab tim mereka, khususnya jika orang itu berasal dari budaya lain dan tidak tahu bahasa mereka. Tetapi mereka bisa pergi kepada orang yang melayani dalam bidang “Member Care.” Kalau tidak ada seseorang yang dapat menolong mereka untuk menemukan apa yang mereka butuhkan, maka orang ini mungkin akan mengeluh,
43 menjadi kecewa, dan depresi, atau menjadi “keras” baik terhadap orang lain maupun terhadap Tuhan.30 Seorang utusan membutuhkan pengakuan dan partner dalam melakukan pekerjaannya, terutama dalam hal dukungan secara jasmani maupun rohani untuk menguatkan mereka. Mengalami suatu tekanan yang berat itu pasti akan terus mereka rasakan, tanpa ada gereja yang mendukung maka tidak mudah mereka menghadapi persoalan demi persoalan di tempat pelayanan beda budaya. Sebagai gereja yang memiliki semangat dalam menjalankan Amanat Agung sudah seharusnya mendukung orang-orang yang sudah bersedia menjadi utusan lintas budaya. “Member Care” merupakan salah satu alat kepanjangan tangan Tuhan dalam melaksanakan Amanat Agung di dunia ini. Kepedulian yang dilakukan secara berkala akan memberikan para utusan Lintas Budaya semakin dikuatkan dalam pemberitaan Injil. Panggilan kepada misi lintas budaya adalah lebih dari acara sederhana, tetapi merupakan kemajuan “panggilan” yang Tuhan akan lakukan terhadap hamba-Nya. Sangat membantu kalau kita melihat panggilan ini dari lima langkah yang ditargetkan, dengan perkembangan dari poin salah satu target satu ke point lima; 1. Panggilan terhadap Diri Allah sendiri melalui Yesus Kristus. 2. Panggilan terhadap pelayanan rekonsiliasi/ perdamaian. 3. Panggilan terhadap pelayanan di gereja, sebagai tubuh Kristus. 4. Panggilan terhadap misi lintas budaya. 5. Panggilan terhadap menyampaikan Injil kepada orang-orang yang belum pernah mendengarnya.31 Pelaksanaan utusan Injil Lintas Budaya tidak hanya asal berangkat saja, namun mereka juga harus memiliki kemampuan untuk membekali diri di ladang pelayanan. “Member Care” juga harus melihat atau mengunjungi tempat yang akan 30Gardner 115-116. 31Partnering to Share Christ With The Nations.( Amazon: Missions Consultation,2015), 31-32.
44 dituju. Memberikan world of view untuk para utusan Injil supaya mereka tahu apa yang harus dikerjakan di ladang pelayanan. Utusan Injil diharapkan dapat memberitakan Kabar Baik kepada orang- orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Setiap orang percaya yang memiliki keterpanggilan untuk melintasi budaya sebagai utusan Injil sudah pasti mereka memiliki pengorbanan untuk melakasanakan tugasnya. Keterpanggilan para utusan Injil untuk malakanakan misi Allah membuka jalan bagi hamba- hambanya untuk melayani sepenuh waktu. Memiliki keterpanggilan untuk melakukan pelayanan Lintas Budaya adalah pekerjaan orang-orang percaya yang merupakan misi Allah di dunia ini. Oleh karena itu gereja perlu memikirkan bagaimana memberikan motivasi kepada para utusan Lintas Budaya agar mampu bertahan dalam panggilannya. Dengan melihat latar belakang yang berbeda akan memunculkan berbagai persoalan yang besar ketika utusan tidak dapat menempatkan diri ditengah-tengah masyarakat yang berbeda agama serta budaya. Istilah misi yang dipakai dalam bahasa Inggris adalah ‘mission’ yang berarti ‘tugas’. Arti kedua ialah ‘badan utusan’. Istilah ‘missionary’ berasal dari kata ‘mission’ yang diberi arti utusan/pekabar Injil.”32 Misi Allah adalah keselamatan dunia ini. Para utusan Injil akan berjalan mengandalkan kuasa Roh Kudus adalah satu-satunya jalan bagi utusan Injil Lintas Budaya supaya lebih peka terhadap apa yang menjadi maunya Tuhan bukan apa yang menjadi keinginan diri sendiri. Mempersiapkan diri untuk pergi menjadi utusan Injil Lintas Budaya akan mencerminkan komitmen yang kuat dalam menjalankan pekabaran Injil. Dalam hal ini “Member Care” berfungsi mementoring para utusan supaya mereka tetap memiliki hubungan rohani dengan Tuhan setiap 32Arie de Kuiper, Missiologia. ( UK: Greenlee, 2011), 76.
45 saat supaya tetap memiliki kekuatan yang baru dalam menghadapi setiap permasalahan. 2.3.2 Persiapan Untuk Yang Diutus Sebelum para utusan Injil alangkah baiknya mereka akan diberikan pelatihan bagaimana cara memberitakan Injil kepada orang yang berbeda kebudayaan, bagaimana mereka beradaptasi dengan orang – orang baru, memberikan keterampilan khusus kepada utusan Injil yang sesuai ditempat mereka melayani, dan bagaimana cara menghadapi masalah dengan lingkungan sekitar. Dengan adanya pelatihan – pelatihan yang dilakukan kurang lebih 6 bulan atau sekurang – kurangnya 3 bulan akan membuat para utusan Injil benar – benar memantapkan diri sebagai utusan Lintas Budaya. Sebagai gereja pengutus harus memperhatikan orang –orang yang berada di ladang pelayanan sebelum maupun sesudah mereka melayani. Perhatian gereja lokal dan orang – orang percaya setempat sebagai mitra kerja dalam pemberitaan Injil. “Member Care” benar-benar perlu mempersiapkan orang-orang yang memiliki keterbebanan dalam hal pelayanan Lintas Budaya. Tapi kalau seseorang itu tidak memiliki kesiapan untuk diutus maka terjadi masalah ketika berada di tempat pelayanan yang memiliki latar belakang berbeda. Untuk menjalankan sebuah tugas seseorang pasti akan mempersiapkan segala sesuatu yang mereka perlukan nantinya. Demikian pula seorang utusan Injil Lintas Budaya juga memerlukan persiapan khusus supaya ketika sampai ditempat pelayanan tidak mengetahui atau bingung dengan apa yang akan dilakukan. Ketika
46 seseorang sudah berkenan dalam pelayanan beda wilayah oleh sebab itu persiapan yang matang juga sangat dibutuhkan. The sequence in which you consider each are makes a difference. For example, one who assumes he or she will go overseas for the summer (term) to play basketball (talent) with a sport ministry (team) may not able to choose between going. 1. Target; consider your target. What need will you touch? To which country will you go? What people? Which city? 2. Task; consider your task. What kind of activity will you be doing from day by day? What goals will you accomplish? 3. Team; consider your team. With whom will you go? Which mission agency? What relationship will you have with national churches? With your home church? 4. Talents; consider your talent, gifts, and strength. What spiritual gifts are called for? What do you like to do most? What weaknesses do you have? 5. Training; consider your training. What are you prepared to do? What can you be ready for? 6. Term; consider your term service. What length commitment will you be making? Are you thinking of just spending a summer, a semester, or a year? Do you want an option to extend your short term longer? Are you seriously exploring how to spend most of your life overseas if this short term works out well?33 Seorang utusan Injil Lintas Budaya tidak hanya datang dan “bermain” saja di tempat yang mereka tuju. Para utusan Injil harus benar- benar mempersiapkan diri apa yang akan mereka kerjakan dan seperti apa target mereka di ladang pelayanan. Sebagai tim pengutus, tidak peduli utusan Injil hanya memiliki waktu jangka panjang atau jangka pendek yang diperlukan juga adalah mereka memiliki tanggung jawab di tempat pelayanan. Utusan Injil Lintas Budaya diharapkan memiliki motivasi dan tujuan untuk memulyakan Tuhan di dunia ini. Sebagai seorang utusan harus memiliki persiapan 33by Tim Gibson,Stepping Out a Guide to Short Term Missions,(Seatle: YWAM Publishing,1984). 42-44.
47 untuk dapat memanfaatkan waktu yang mereka miliki dengan benar. Mereka juga harus melihat budaya serta situasi dan kondisi sekitar supaya mereka dapat bekerja dengan efektif. Sebagai “Member Care” perlu juga mempelajari latar belakang budaya yang akan menjadi salah satu target dalam pelayanan supaya mereka juga mengenal orang – orang yang akan dilayani. Dengan demikian “Member Care” akan lebih memperhatikan hal – hal yang perlu dikerjakan oleh para utusan Injil Lintas Budaya tersebut. Selain memberikan dukungan para utusan Injil harus memiliki target sampai dimana pelayanan mereka dan bagaimana cara mereka melekukan pendekatan pada penduduk setempat. Seorang utusan Injil Lintas Budaya membutuhkan banyak dukungan atau uluran tangan dari gereja pengutus. Mereka tidak dapat bekerja ataupun berjalan sendiri tanpa ada dukungan saudara seiman. Para utusan Injil memiliki sebuah komitmen dengan Tuhan dalam melakukan pekerjaan sepenuh waktu karena tidak setiap orang akan mudah bertahan di ladang yang berbeda kebudayaan tanpa adanya mentoring untuk memberikan kekuatan kepada mereka setiap saat. Mentoring dalam pelayanan Lintas Budaya diberikan supaya kehidupan kerohanian para utusan Injil tidak kosong karena pelayanan yang mereka lakukan sendiri. “Member Care” perlu memantau kehidupan para utusan Injil dengan bekerjasama dengan tim Diakonia untuk mengunjungi para utusan di tempat pelayanan. Missionaries are ordinary believers living obediently to the call God has placed on their lives. They aren’t exempt from the struggles and trials that come to everyone, but they have made a commitment to face them differently. When difficulties, challenges, changes and hardships
48 arise, missionaries are in a unique position, often isolated from both their family and home church. While they are busy caring for others and serving in their ministry, missionaries and their families’ needs are often left unattended and overlooked. Who cares for those who are constantly caring for others?34 Sebagai seseorang yang sudah dikhususkan oleh Tuhan mereka juga harus patuh dengan panggilannya tersebut. Setiap orang memiliki keterpanggilan dan talenta yang berbeda dalam melayani Tuhan. Orang percaya dibentuk oleh Tuhan supaya memiliki hati untuk peduli terhadap orang lain. Terkadang sebagai gereja pengutus hanya peduli dengan persoalan yang di dalam saja tanpa memperhatikan pelayanan orang- orang yang berada di luar. Sikap gereja terhadap pelayanan Lintas Budaya kurang memperhatikan karena masih sibuk dengan pelayanan di dalam gedung gereja. Gereja pengutus perlu juga mengetahui kesulitan apa yang terjadi di tempat pelayanan. Karena para utusan Injil ada yang masih single ataupun yang sudah berkeluarga mereka memiliki persoalannya masing – masing. “Member Care” perlu memperhatikan kebutuhan mereka yang berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga. Yang berkeluarga juga harus perlu dimentoring supaya mendukung pelayanan bersama, begitu juga yang masih single perlu diperhatikan dalam pergaulan supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam pelayanan. Ketika seseorang tidak menerima dengan baik panggilan Tuhan, maka hanya akan menjadi sia-sia berada ditempat pelayanan. Sudah seharusnya seorang utusan juga mempersiapkan segala sesuatunya agar mereka dapat melakukan pelayanan 34https://team.org/blog/member-care/diunduh tanggal 20 Mei 2019. (diakses 7 November 2014).
49 dengan maksimal. Banyak orang-orang Kristen yang menginginkan kesempatan sebagai utusan Injil Lintas Budaya, namun ketika diperhadapkan dengan beberapa persyaratan akhirnya mundur. Oleh karena itu perlu adanya persiapan khusus bagi para utusan supaya pelayanan mereka menjadi berkat bagi orang-orang sekitar (orang belum percaya). A crucial task for leaders is helping a congregation gain a realistic picture of itself, its situation, and its possibilities in the present and immediate future. Withaout such realistic assesments, planners often experience frustration. Either they fail to see new possibilities for the congregation because of an inadequate graps of the congregation, or they find that their dreams for the congregation do not fit the realities of the situation.35 Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemimpin gereja adalah, mereka harus mengetahui peta wilayah tempat utusan Injil akan melayani. Seorang pemimpin yang baik tidak akan pernah membiarkan orang-orang yang diutus melakukan pekerjaannya dengan sembarangan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Begitu pula dengan para utusan Injil Lintas Budaya, mereka akan benar-benar dipersiapkan dengan matang untuk pergi ke tempat pelayanan. Bagaimana kondisi wilayah tersebut, bagaimana kehidupan sehari-hari penduduk setempat, bagaimana kebudayaan dan bahasanya, dan bagaimana pergaulan yang ada di tempat tersebut. Dengan mengetahui situasi – situasi tersebut pelayanan utusan Injil akan lebih efektif dan lebih baik untuk fokus pada wilayah tersebut. Member Care is a crucial part of team’s ministry to keep healthy missionaries on the field. Support from the global outreach fund (GO Fund) allows this part of our ministry to continue. When a missionary 35Ronald J.Sider,Philip N.Olson,and Heidi Rolland Unruh;Churches That Make a Difference,( Grand Rapids: Baker Books, 1984). 249.
50 feels discouraged or a family serving overseas faces difficult life circumtances or relational tension, they are never alone. Member care profesionals are concerned for the whole person; emotionally, realationally, intellectually, spiritually, and physically.36 Fungsi “Member Care” bagi kelangsungan pelayanan Lintas Budaya memerlukan banyak persiapan yang matang. Karena ketika mengutus seseorang untuk melakukan pelayanan di wilayah yang memiliki kebudayaan yang berbeda tidaklah mudah, oleh sebab itu pengutus harus benar-benar mempersiapkan dengan teliti apa saja yang dipersiapkan untuk keperluan mereka di lapangan. “Member Care” juga perlu memperhatikan kepribadian dari orang –orang yang akan diutus. Dari masalah kesehatan, psikologi (emosi, tingkat stress, dan tingkah laku sehari – hari), dan hubungan rohaninya setiap hari dengan Tuhan. Terkadang gereja pengutus tidak mendalami kepribadian orang – orang yang akan diutus sehingga akan timbul masalah dalam pelayanan. Permasalahan yang sering terjadi adalah adanya kesalah pahaman antara sesama pelayanan di lapangan dengan partner (bagi yang berpartner) dan dengan penduduk setempat karena ketidaktahuan teta tertib di lingkungan. Inilah yang terkadang akan menimbulkan stress bagi para utusan Injil karena tidak bisa mengontrol emosi. Para utusan Injil Lintas Budaya membutuhkan dukungan dalam segala hal, baik itu material maupun spiritual karena antara gereja dan utusan tidak berada di wilayah yang sama sehingga perlunya dibentuk tim khusus untuk menangani utusan Lintas Budaya. “Member Care” yang professional tidak hanya mengutus utusan 36Article;team.org/Member Care//diunduhtanggal,7 Februari 2019.
51 Injil hanya dengan mengirim mereka ke ladang pelayanan tanpa memberikan pembekalan secara khusus. 2.3.3 Pengelolaan Utusan Jarak Jauh Sebagai gereja pengutus memiliki tanggung jawab kepada utusan Injil dalam pelayanan mereka. Pengelolaan jarak jauh lebih sulit dalam memonitor para utusan karena tidak bisa berbicara secara langsung. Utusan Injil perlu diberikan dukungan untuk memberikan motivasi di ladang pelayanan. Sehingga pengelolaan jarak jauh ini sangat diperlukan supaya “Member Care” dapat memonitor kegiatan para utusan Injil Lintas Budaya tersebut. Misi dan penginjilan berkaitan dari pertumbuhan Gereja dengan sendirinya bersumber dari Allah yang dengan mandat misiNya yang SATU, memberikan tanggung jawab kepada umatNya sebagai “vice regentNya” untuk memuridkan segala bangsa. Pada sisi ini, pembuktian terlaksananya misi Allah akan ditandai oleh kenyataan keberadaan umatNya (gereja-Nya) yang bertambah serta bertumbuh.37 Peran “Member Care” dalam mengutus utusan Injil adalah benar-benar memperhatikan apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab mereka. Dengan mengetahui keadaan wilayah tempat para utusan Injil “Member Care” dapat lebih spesifik dalam menjalankan pelayanannya. Member care dapat mengawasi apa saja yang dilakukan oleh para utusan Injil melalui komunikasi lewat telepon, mengirimkan dana untuk kesejahteraan mereka, mendoakan bersama-sama di gereja, dan memotivasi mereka dengan mengunjungi tempat pelayanannya. 37Bob Waymire, Pedoman Survei Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas,1996). 9.
52 Gereja harus taat kepada Amanat Agung Tuhan Yesus supaya banyak orang yang akan dimenangkan dan dimuridkan. Dengan memberikan kontribusi kepada utusan Injil makan gereja juga ikut ambil bagian dalam pemberitaan Injil tersebut. Banyak gereja yang hanya duduk manis tanpa mempedulikan bagaimana konidisi para utusan Injil saat tiba ditempat pelayanan. “Member Care” juga memerlukan dukungan dari gereja setempat agar pelayanan tidak sia – sia karena tidak ada hasil yang dicapai. What is Member Care anyway? Since God cares for them, why would missionaries need member care from other people? If missionaries did need it, who would give it to them? How would missionaries go about getting such care, if they ever did need it? Many words can be used to describe what takes place in Member Care. Some of those words are friendship, encouragement, affirmation, help, and fellowship as well as sharing, communicating, visiting, guiding, comforting, counseling, and debriefing. All of these, and more, are facets of member care given by someone who understands the special needs of missionaries.38 “Member Care” adalah sebuah tim yang mengetahui benar tentang misionari (utusan Injil). Mereka tim yang mau memperhatikan dan mempedulikan para utusan Injil. Terkadang gereja hanya mengeluarkan uang karena untuk sesuatu hal yang tidak penting sehingga mengabaikan orang – orang yang berjuang di ladang pelayanan. Peranan “Member Care” sangat dibutuhkan oleh gereja – gereja masa kini yang mau mentaati Amanat Agung Tuhan Yesus. Seorang utusan Injil harus benar-benar memiliki hikmat dari Tuhan supaya dalam pelayanan tidak terjadi kelelahan yang fatal. Mereka juga membutuhkan teman untuk melakukan pelayanan sehingga dapat saling menguatkan. Pengelolaan 38Ron and Bonnie Koteskey;Missionarycare and Go International,(Wilmore,Kentucky 40390,2017).diunduh tanggal 7Februari2019.
53 utusan jarak jauh sangat dibutuhkan untuk mereka yang melakukan pelayanan Lintas Budaya, supaya ada monitor yang mengontrol pelayanan mereka. Karena kalau tidak ada yang memberikan arahan yang benar mereka akan berjalan tanpa arah tujuan yang sudah seharunya menjadi tugas dan tanggungjawab mereka. Ada beberapa permasalahan yang akan terjadi jika para utusan tidak diberi pengertian dan mengarahkan tugas mereka di tempat pelayanan. Terkadang kebudayaan yang sangat berbeda akan membuat mereka tidak mampu bertahan dan mempertahankan kebudayaan yang mereka miliki untuk diberikan kepada mereka (di ladang pelayanan). Ketidakmampuan seseorang untuk mengelola panggilan mereka dengan benar yang akan terjadi adalah rasa frustrasi dan kecewa. Hal-hal yang dikerjakan missionary Member care adalah mendampingi dan menawarkan bantuan kepada missionaris yang berasal dari suatu badan misi maupun gereja yang sedang dalam pengutusan ke suatu Negara. Jadi kegiatan Member care merupakan kegiatan yang rutin, seperti visitasi dan memperhatikan anggota misi secara personal. Missionary Member care dapat dideskripsikan sebagai kepedulian untuk melihat kebutuhan khusus para misionaris.39 Memulai segala sesuatu yang baru tidaklah mudah karena berkenaan dengan sebuah wilayah yang belum dikenal. Untuk dapat memberikan dukungan yang penuh Member care dan gereja harus berjalan bersama untuk melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus. Melalui dukungan yang sudah disediakan melalui gereja atau “Member Care” para utusan juga harus memiliki motivasi yang benar di tempat pelayanan supaya mereka tidak hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apa-apa. 39Ronald L. Koteskey,(terjemahan oleh: Iliene Victoria);What is Missionary Member Care, (http://missionarycare.com/ebook/Reentry_Book_Koteskey),diaksestanggal 1 September 2016. 16-22.
54 Dengan memberikan perhatian dan dukungan kepada utusan Injil Lintas Budaya memerlukan kekuatan yang lebih dalam pendanaan karena sebagai pengutus tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya kondisi lapangan. Pelayanan Lintas Budaya bukanlah hanya sebuah petualangan untuk mencari pengalaman baru, namun mereka memiliki tanggung jawab yang besar kepada Tuhan untuk memberitakan Injil. Your overseas adventure is about to begin. Get ready for excitement, travel, adventure, and of course all the work of preparing, moving, settling in, and adjusting. Wheter this your first time abroad or you are a seasoned expatriate with several international moves under your belt, every move begins in the same way: gathering information about your new assignment and finding the support that you need. Never underestimate the importance of preparation. It helps you avoid mistakes and unpleasant surprises, gives you an idea of what to expect and what to bring with you, reduces the early period of helplessness, and tempers the severity of culture shock. 40 Kepedulian gereja kepada utusan Injil membuat mereka tidak merasa sendiri. Memberikan informasi paling tidak setiap sebulan sekali atau dua bulan sekali sebagai pelaporan kepada gereja pengutus supaya mengetahui apa yang akan dilakukan oleh “Member Care”. Mungkin ini sebuah rutinitas yang terdengar mudah untuk para utusan Injil namun itu tidak akan berlangsung lama. Sehingga inilah yang membuat keduanya tidak bekerjasama dengan baik. Dengan mengetahui aktivitas utusan Injil Lintas Budaya, “Member Care” akan dengan mudah untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Jika komunikasi diabaikan maka yang terjadi adalah perasaan tidak nyaman karena utusan Injil merasakan kurang perhatian dan sebaliknya tim “Member Care” juga 40Melisa Brayer Hess and Patricia Linderman; Expert Patriate Your Guide to Successful Relocation Abroad. (Maine USA: Yarmouth, 2002). 1.
55 kesulitan bagaimana cara menghubungi para utusan Injil tersebut. Kedua belah pihak harus memberikan peranan yang sama supaya terjadi keseimbangan dalam melayani Tuhan. 2.3.4 Persiapan Para Utusan Injil Lintas Budaya Masa persiapan yang paling penting adalah dari dalam diri utusan Injil tersebut. Apakah mereka sudah memiliki ijin dari keluarga besar atau apakah keluarga mau ikut dalam pelayanan Lintas Budaya tersebut (bagi yang sudah memiliki keluarga). Panggilan ini dari Allah untuk mereka yang sudah mempersiapkan diri atau yang sudah dipersiapkan untuk melakukan pelayanan Lintas Budaya tersebut. Menjadi seorang utusan Injil Lintas Budaya harus bisa beradaptasi dengan wilayah yang akan dilayani karena mereka akan diperhadapkan dengan orang-orang yang berbeda serta kebudayaan yang tidak sama dengan tempat asal. Mengenal lebih dalam untuk situasi dan kondisi tempat pelayanan akan membuat para utusan lebih siap menghadapi situasi lingkungan sekitar. Tidak semua orang akan memahami kenapa para utusan Injil ini mau pergi dan rela meninggalkan zona nyaman mereka untuk pergi ke tempat – tempat baru. Gereja pengutus harus berperan aktif dalam mempersiapkan para utusan Injil tersebut supaya tidak berhenti ditengah jalan. Utusan Injil adalah orang – orang yang memiliki kehidupan yang mau dibentuk, pribadi yang sabar, dan mau belajar dari orang lain supaya Injil dapat disampaikan. Anyone who wants to minister to these people must find out what makes them tick, their values, priorities, fears, felt needs, and religious foundation. There are a number of contributing reasons for
56 this, but a lack of cultural awareness and sensitivity may be the primary reason. 41 Melayani sebagai utusan Injil Lintas Budaya dengan jangka waktu pendek mungkin masih bisa dirasa menyenangkan namun, ketika seorang utusan itu melayani dalam jangka waktu yang panjang maka stress itu akan timbul di dalam diri mereka. Maka dari itu pembekalan dari pengutus dan dari diri orang yang diutus sangat dibutuhkan. Kemampuan para utusan Injil dalam bidang tertentu akan membantu mereka dapat bertahan dalam pelayanan. Karena keahlian khusus seseorang di tempat lain juga sangat dibutuhkan. Karena tidak semua daerah yang dilayani memiliki fasilitas yang diharapkan oleh para utusan Injil. Para utusan Injil harus memiliki kesiapan untuk menghadapi segala kemungkinan secara pribadi; bagaimana mereka dapat meredam keadaan emosi dalam situasi baik atau pun buruk. Kepedulian para utusan Injil Lintas Budaya terhadap lingkungan sekitar sangat dibutuhkan. Mereka tidak hanya mengandalkan kemampuan mereka supaya diterima tetapi utusan Injil harus belajar di tempat mereka melayani juga. Di Indonesia banyak suku-suku terabaikan membutuhkan para utusan Injil yang dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus, Juru Selamat dunia. Pelayanan Lintas budaya adalah tantangan yang cukup rumit dan berat. Pada umumnya, kita kurang mengerti bahwa setiap orang yang melayani suku lain harus belajar banyak tentang sifat, bahasa, dan cara hidup suku itu. Jika kita bergaul secara biasa dengan menggunakan bahasa Indonesia saja, maka banyak orang tidak akan mengerti maksud dan tujuan kita. 42 41Dennis Teague; Connect Cultural Keys in Evangelism and Missions,( Metro Manila: OMF Literature, 1999). 77. 42Artikel Misi.http://misi.sabda.org/banyak tantangan untuk para pekerja lintas budaya.diunduh tanggal 7 Februari 2019.(diakses 2012/09).
57 Allah memberikan tugas kepada kita semua sebagai utusan Injil di dunia ini. Allah mau semuanya berperan aktif dalam melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus. Para utusan Injil harus dibekali dengan pelatihan, cara memberitakan Kabar Baik kepada penduduk setempat secara kontekstual. Tim “Member Care” harus membekali mereka dengan pelatihan dan mempersiapkan mereka untuk menerima kebudayaan yang ada disekitar. Melayani orang – orang yang belum mengenal Injil adalah pekerjaan umat yang percaya. Yang menjadi dasar yang utama adalah: 1. Seorang utusan Injil harus mempersiapkan diri bagaimana cara memberitakan dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan. 2. Seorang utusan Injil juga setidaknya memiliki ketrampilan untuk menunjang pelayanan (pendidikan, ketrampilan membuat handmade, ketrampilan bercocok tanam, dan meningkatkan taraf hidup orang – orang sekitar). Karena banyak suku dan bahasa di Indonesia sehingga menjadi sangat penting jika setiap utusan Injil memiliki kemampuan khusus dalam pribadi mereka masing – masing. 2.4 Fungsi Member Care Bagi Utusan Lintas Budaya “Member Care” berfungsi memberikan dukungan untuk pelayanan. Seperti tugas diakon yang memperhatikan kebutuhan orang-orang memerlukan perhatian khusus dan membantu mereka. Sedangkan “Member Care” benar- benar khusus mempedulikan kebutuhan utusan Injil Lintas Budaya.
58 Pentingnya peranan “Member Care” untuk utusan Injil Lintas Budaya sangat berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan para utusan Injil. Tim “Member Care” juga melihat perkembangan pelakasanaan utusan Injil di lapangan. Apakah mereka memiliki memiliki metode – metode baru untuk menjangkau, apakah mereka sudah terbiasa dengan kehidupan di lingkungan baru, apakah mereka memiliki masalah dengan linkungan setempat. 2.4.1 Menurut Perspektif Firman Tuhan Setiap orang dalam utusan Injil mereka lebih menitik beratkan pada kesuksesan dalam menginjil. Kesuksesan dalam menjalankan Amanat Agung hanya sebagai tujuan utama bukan Injil. Banyak dari mereka yang akhirnya pulang dengan cepat dan sia – sia karena tidak mengandalkan Tuhan dalam kehidupan mereka. Ingatlah satu prinsip berikut: \"Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan\" (1 Korintus 3:7). Firman Tuhan adalah hal yang paling penting dalam setiap pelayanan. Tidak hanya saja untuk orang-orang yang diutus namun pengutus juga harus mengetahui pula kenapa mereka menjadi tim “Member care”. Merubah pola pikir menjadi orang lain untuk menjadi yang lebih utama dalam diri mereka tidaklah mudah kalau mereka tidak mengerti apa yang Tuhan mau. Kita tidak boleh lupa bahwa tuaian itu adalah miliknya Tuhan dan hanya Dialah yang patut ditinggikan. Inilah kenapa “Member Care” membantu para utusan Injil untuk mengingatkan mereka juga kenapa ada di ladang pelayanan. Menuai adalah pekerjaan akhir yang paling menggembirakan dalam pekerjaan
59 Tuhan. Berarti mendapatkan hasil yang sudah dikerjakan selama di ladang pelayanan, baik itu sedikit ataupu banyak namun memiliki hasil yang dapat dimuridkan. Perspektif firman Tuhan selanjutnya ada pada kesetaraan antara pengutus dengan yang diutus. Dalam perkataan Tuhan Yesus di dalam Yohanes 13:16. Yesus baru saja menyelesaikan tindakan-Nya yang mulia sebagai seorang hamba: Dia membasuh kaki murid-murid-Nya dalam konteks ini Ia menyatakan: “seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Masing-masing kita sebagai anggota tubuh Kristus mempunyai fungsi. Mereka yang melayani sebagai pengutus tidaklah lebih tinggi atau lebih rendah dari pada mereka yang diutus.43 Tuhan mempedulikan dan memperhatikan anak- anaknya yang mau berkorban sepenuh waktu. Dia tidak akan meninggalkan di ladang pelayanan tanpa ‘bekal’ yang cukup. Kedudukan tim “Member Care” dan para utusan Injil Lintas Budaya adalah sama. Mereka sama saling melayani dengan fungsi yang berbeda namun tetap berjalan dalam koridornya Tuhan. Setiap pelayanan untuk Tuhan tidak ada yang berjalan sendiri mereka akan memiliki partner di ladang pelayanan. Tuhan Yesus datang ke dunia menyatakan datang untuk melayani bukan untuk dilayani dan sama-sama dalam melayani. Kedudukan seorang utusan Injil adalah sebagai orang yang melayani di tempat yang berbeda. “Member Care” memiliki fungsi untuk mendukung pekerjaan Tuhan dengan memperhatikan segala kebutuhan utusan Injil di ladang pelayanan. Mereka harus mempersiapkan yang menjadi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan keluarga, kebutuhan anak, dan membentuk kerohanian utusan Injil karena jauh dari gembala sidang. Ada beberapa ayat yang hanya dicuplik saja sehingga hanya menggunakan sembarangan. Dalam 1 Samuel 30 untuk “mendorong” 43Neal Pirolo; Member care,( Sandiego: Emmaus Road International, Tanner).
60 para pengutus. Bagaimanapun, saat kita sadar mengapa para tentara itu tidak pergi (Mereka tidak cukup baik, mereka terlalu lelah, mereka hanya tidak memiliki kekuatan untuk melanjutkan). Kita hanya mendukung perasaan orang banyak yang mengatakan dengan keluh kesah, “baik, saya tidak bisa pergi, tapi saya kira saya bisa sedikit memberi.” Lebih baik berfokus, seperti Paulus, pada dasar-dasar alkitabiah dalam hubungan caregiver (pemerhati) dan utusan.44 Pernahkah pengutus berpikir kenapa para utusan menjadi stress atau meniggalkan ladang pelayanan. Karena fokus dari utusan Injil adalah materi atau memenuhi target pelayanan saja. Belajar dari Paulus yang memiliki waktu sepenuhnya untuk memenuhi panggilannya dan tidak hanya mengandalkan perhatian orang lain. Karena tujuan Paulus adalah untuk melayani Tuhan sepenuh waktu dan memperhatikan jiwa- jiwa yang belum tahu keselamatan. Sebagai gereja pengutus juga harus memiliki persiapan dalam pendanaan. Karena tidak menutup kemungkinan mengutus orang ke daerah lain akan membutuhkan dana yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan hidup selama mereka di ladang pelayanan. \"Member Care” sebagai salah satu pemerhati dalam mendukung pelayanan. Banyak gereja yang berpikir bahwa untuk mengutus utusan Injil tersebut harus kaya dahulu. Dalam Alkitab mengajarkan kepada orang – orang percaya bahwa ketika gereja mau memberi dan berkorban makan Tuhan akan mencukupkan. 2.4.2 Bagaimana “Member Care” Terlibat Dalam Pelayanan Misi Setiap orang percaya memiliki peranan yang sangat penting dalam pekerjaan Tuhan. Untuk terlibat dalam pelayanan misi terkadang seseorang 44Neal Pirolo; Member care,( Sandiego: Emmaus Road International, Tanner).
61 menjadi tidak berminat untuk melakukannya. Banyak alasan yang akan mereka buat sehingga dapat terhindar dari pelayanan tersebut. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut (Lukas 12: 48). Ada 3D yang biasanya dipakai dalam pekerjaan misi: Doa, Dana, dan Daya. Namun ada D yang pertama sebagai Data. Yesus menyampaikan data ketika Dia berkata: “Tuian memang banyak tapi pekerja sedikit (Lukas 10:2). Tanpa data, apa yang akan kita doakan, tanpa data apa yang akan kita kerjakan dengan sumber daya yang ada, tanpa data akan disalurkan kemana dana yang ada. Berikut ada 3 hal yang perlu diperhatikan: 1. Setiap individu, keluarga, dan gereja yang ingin mengerti dan memupuk visi dan misi penginjilan perlu memiliki (paling tidak) peta dunia, peta Indonesia, peta suku-suku yang terabaikan, atau tempat- tempat tertentu yang mengingatkan kita untuk mendoakan. 2. Setiap dari kita perlu menjalin hubungan dengan satu atau lebih lembaga misi dan utusan misinya agar mendapatkan pokok-pokok doa yang terbaru. 3. Memiliki komisi yang hidup di gereja, atau mengadopsi suku terabaikan dalam kelompok- kelompok doa, atau mendukung pekerjaan misi.45 Dengan memperhatikan lokasi atau wilayah utusan Injil maka persiapan yang diperlukan akan lebih mudah. Dengan melihat wilayah, kebudayaan, suku, kehidupan sehari- hari, dan juga kebutuhan pokok yang paling utama di ladang pelayanan. Tuhan memberikan perintah untuk saling menolong antara satu dengan yang lainnya supaya pekerjaan utusan Injil semakin lancar di tempat pelayanan. Ada berbagai macam faktor yang melatarbelakangi mengapa seseorang melayani Tuhan. Tetapi faktor paling utama yang mendasari pelayanan yang sejati adalah panggilan Tuhan. Faktor panggilan Tuhan akan 45Bagus Suryantoro; Hati Misi,( Yogyakarta: Yayasan Andi, ,2006). 115-120.
62 menjadikan seseorang hidup untuk melayani, bukan melayani untuk hidup. Karena panggilan itu pula, seseorang yang memunyai pengalaman nyata akan kasih karunia Allah dalam hidupnya, menjadikan kasih kepada Allah dan sesama sebagai dasar kehidupan dan pelayanannya. Jika kita adalah orang percaya, kita punya tanggung jawab, yaitu pergi sebagai utusan Injil atau mendukung mereka yang pergi sebagai utusan Injil. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam terlibat dalam pelayanan misi: 1. Doa Ada aktivitas yang bisa dilaksanakan tanpa doa. Namun tidak demikian halnya dengan aktivitas yang berkaitan dengan misi. Allah menginginkan dan meminta doa setiap orang Kristen supaya Kerajaan Allah bisa dibangun di dunia ini. Dengan kata lain, Dia ingin jemaat- Nya berdoa bagi dunia yang penuh dengan orang yang belum diselamatkan. Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk berdoa agar Amanat Agung bisa terlaksana di dunia ini.46 Dengan doa yang tidak ada putusnya akan memberikan pemulihan dan kekuatan untuk utusan Injil yang jauh. Terkadang persoalan demi persoalan akan datang dengan tiba- tiba namun para utusan Injil akan tetap selalu siap. 2. Dana Dalam banyak budaya, sering kali orang yang memberi itu dianggap orang kaya. Orang miskin tentulah tidak bisa memberi. Sebenarnya, pola pikir semacam ini menutupi kekikiran yang halus. Alkitab mengajarkan bahwa kasih bersifat memberi dan berkorban. Allah Bapa sendiri menyatakan kasih-Nya yang teramat besar bagi dunia ini dengan memberikan Yesus Kristus, Putra-Nya yang Tunggal, untuk mati ganti kita manusia berdosa agar kita boleh diselamatkan. Pertanyaannya sekarang bagaimana kita dapat memberi bagi pelayanan misi? Pertama melalui Celengan Misi dan Janji Iman.47 Yang kedua juga lebih penting karena jika tidak ada dana maka bagaimana pekerjaan Tuhan di Lintas Budaya dapat terpenuhi. Memberikan kontribusi secara teratur akan membawa dampak yang baik untuk pertumbuhan pelayanan para utusan Injil. 46 http:// Artikel Misi e-JEMMI No.47 Vol.11/misi.sabda.org/sekilas_tentang_misi/© 1999-2019 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA).diunduh tanggal 20 Mei 2019. (diakses 2008) 47Ibid.
63 3. Daya Selain terlibat dalam misi melalui doa dan dana, kita juga dapat terlibat melalui daya, yaitu dengan mengirimkan bahan-bahan misi yang berguna untuk bekal mereka melayani. Di samping itu, kita juga dapat mengirimkan surat dengan memberikan kalimat yang membangun/menghibur mereka yang bekerja di ladang misi.48 Pelayanan utusan Injil Lintas Budaya tidak hanya masalah materi, doa, dan daya saja. Karena ketiganya adalah satu kesatuan untuk terlaksananya Amanat Agung di dunia. Para utusan Injil yang dapat bertahan karena memiliki kekuatan dari orang –orang percaya yang sudah mau ikut ambil bagian dalam pelayanan Lintas Budaya. Semua orang Kristen memiliki peranan yang penting untuk melaksanakan Amanat Agung tersebut. 2.4.3 Peranan Member Care di Gereja Baptis Indonesia Bulu Gereja Baptis Indonesia Bulu berperan dalam pendanaan utusan Lintas Budaya. Ketika Gereja Baptis Indonesia Bulu menjalankan peranannya dalam “Member Care” maka kebutuhan utusan Injil Lintas Budaya akan tercukupi dengan maksimal. For the Christian laborer, then, the challenge is to have an unwavering declarative commitment to the gospel, and an open, questioning, noncrisis oriented life style and ministry. Paul charges Timothy, “Be prepared in season and out of season; correct, rebuke, and encourage with great patience and careful instruction” (2 Tim. 4:2).49 Sebagai gereja pengutus sudah seharusnya Gereja Baptis Indonesia Bulu memiliki standart dalam melakukan “Member Care” untuk utusan Injil Lintas 48http:// Artikel Misi e-JEMMI No.47 Vol.11/misi.sabda.org/sekilas_tentang_misi/© 1999-2019 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA).diunduh tanggal 20 Mei 2019. (diakses 2008) 49Sherwood G. Lingenfelter and Marvin K. Mayers; Ministering Cross Culturally.( Grand Rapids : Baker Books, 2001). 80
64 Budaya. Sebuah komitmen yang diberikan antara pengutus dan yang diutus harus berlaku, karena keduanya memiliki peranan yang penting dalam pelayanan Lintas Budaya. Dalam sebuah pelayanan akan memiliki peranannya masing – masing agar tercipta kekompakkan dalam melakukan pelayanan. Gereja Baptis Indonesia Bulu melaksanakan peranannya sebagai pelaku “Member Care” sudah seharusnya mengetahui apa saja yang dilakukan oleh para utusan Injil di tempat pelayanan supaya mengetahui hasil dan kesusahan yang sedang dialami di lapangan. If we are not meeting people and loving them through interaction, we have lost sight of the Great Commision and our activity lose significance. We can sit at a desk and pour out our lives into a Bible translation or other Christian work, but the people there in the world will never see that we love them. 50 Pertemuan yang kurang dalam pelayanan “Member Care” namun Gereja Baptis Indonesia Bulu juga memiliki komitmen untuk mendoakan orang – orang yang diutus ke ladang pelayanan. Kebutuhan hidup untuk para utusan Injil dari gereja belum mencukupi yang seharusnya. Mempedulikan kesejahteraan para utusan Injil Lintas Budaya sebagai alat gereja untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi. “Member Care” merupakan alat penggerak untuk tercapainya misi Tuhan Yesus di dunia ini. Gereja perlu menyadari pentingnya mempersiapkan segala kebutuhan untuk para utusan Injil, sehingga dengan fasilitas yang sudah dipersiapkan dari awal akan memberikan semangat kepada siapapun sebagai utusan 50Sherwood G. Lingenfelter and Marvin K. Mayers; Ministering Cross Culturally.( Grand Rapids : Baker Books, 2001). 80
65 karena memang ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pekerjaan besar bagi para utusan Injil khususnya. Keikutsertaan gereja dalam memberikan kontribusi kepada para utusan Injil dengan tujuan menaati Amanat Agung Tuhan Yesus melalui pemeliharaan para utusan Injil tersebut sehingga gereja menyadari pentingnya pemuridan untuk orang – orang percaya di dunia ini. Sebagai gereja yang missioner dengan aktif memberikan kontribusi yang berkelanjutan menandakan kesehatan di dalam gereja tersebut. “Member Care” berkaitan dengan semua aspek kesejahteraan para utusan, baik yang masih lajang, pasangan keluarga, dan anak-anak. Pelayanan ini bertujuan untuk memperlengkapi para utusan misi dalam membuat pilihan – pilihan yang sehat dengan memberikan pelatihan yang berkelanjutan, penyediaan sumber daya, dan perlengkapan dalam semua bidang yang diperlukan.51 Kemampuan untuk mencukupi semua kebutuhan para utusan Injil Lintas Budaya membutuhkan banyak biaya dan juga pengorbanan. Gereja Baptis Indonesia Bulu untuk sementara masih belum bisa berperan terlalu besar dalam pembiayaan kebutuhan bagi para utusan Injil Lintas Budaya. Dengan demikian memerlukan jejaring dengan lembaga Kristen atau dengan gereja-gereja yang memiliki jiwa misi sehingga segala kebutuhan akan benar – benar terpenuhi. Gereja berpikir dengan memberikan dukungan yang lebih untuk pekerjaan Tuhan Lintas Budaya sangat berkeberatan karena kebutuhan di dalam gereja sendiri yang banyak. Kebutuhan – kebutuhan yang terus – menerus menjadi penghalang pertumbuhan gereja kedepannya nanti. Banyak juga gereja yang berpikir bahwa 51Gardner, 9.
66 gereja – gereja kecil tidak perlu memikirkan pekerjaan Tuhan yang besar di dunia. Sehingga seringkali “Member Care” diabaikan karena gereja berpikir tidak diperlukan. Peranan “Member Care” dalam utusan Injil Lintas Budaya sebagai pelatih para utusan Injil supaya “kuat” di ladang pelayanan. Memberikan pelatihan khusus secara jasmani sangat diperlukan para utusan Injil. Dengan memberikan ketrampilan khusus sesuai dengan keadaan tempat yang akan dilayani lebih baik daripada hanya satu persiapan yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan. Memberikan pelatihan secara berkesinambungan kepada para utusan Injil yang sudah dipersiapkan adalah sebagai bentuk kepedulian “Member Care” dalam mensejahterakan utusan Injil dan keluarganya. Melatih keluarga para utusan Injil juga sangat dibutuhkan. Peranan suami atau istri misalnya dalam mendukung utusan Injil. Keluarga para utusan Injil juga dibekali dengan ketrampilan yang dapat memberikan dukungan satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam hal pendidikan, koperasi, kursus memasak, memelihara lingkungan, bagaimana menjadi keluarga yang sehat, dan memberikan konseling bagi orang – orang yang membutuhkan. Ketika seluruh keluarga dibekali dengan cukup ketrampilan tersebut maka pekerjaan di lapangan akan berjalan dengan dinamis dan lancar. Harapan tiap utusan Injil dan gereja harus berjalan beriringan supaya pekerjaan Tuhan di dunia ini benar – benar sebagai Amanat Agung. Sikap kepedulian adalah sebuah kunci untuk mendukung pekerjaan misi Tuhan mencapai target yang benar. Target sebagai seorang utusan Injil juga diperlukan supaya
67 pekerjaan di lapangan tidak akan sia – sia karena terlalu banyak yang hanya dalam pikiran dan perencanaan saja. Concentration on three keys can give great help in developing communication effectiveness: 1. Understand the models held in people’s minds. Different groups as well as different individuals will have different mental models. The “general” model of a people must be learned first and then, through dialogue, the specific model of the individual with whom we are communicating. 2. Understand how information is transferred in the specific culture and situation where we seek to minister. 3. Transfer sufficient information so the recipient can recontruck a meaning closely apporiximating that which is intended.52 Memberikan target untuk utusan Injil supaya mereka juga belajar untuk bertanggung jawab dalam pelayanan. Utusan Injil menyadari bahwa mereka melayani di tempat yang berbeda dari yang biasanya jadi mereka harus mempersiapkan diri dengan cara penginjilan yang bagaimana untuk tepat digunakan di ladang pelayanan. Tidak semua metode dapat digunakan oleh para utusan Injil karena mereka akan menemukan orang – orang yang memiliki karakter yang berbeda. Dengan demikian para utusan Injil harus bisa dan siap untuk mengkomunikasikan pemberitaan Kabar Baik dengan benar dan dengan tepat sasaran. Ketika para utusan Injil mempelajari dan memahami lingkungan baru yang dilayani, maka akan dengan mudah para utusan Injil melaksanakan Amanat Agung. Utusan Injil diharapkan akan terus mendalami situasi di tempat mereka melayani. “Member Care” juga diharuskan memperhatikan informasi setiap hari tentang 52Donald K. Smith; Creating Understanding,( Grand Rapid: Publishing House, 1991). 59.
68 daerah yang di layani tersebut supaya pelayanan dapat terjaga untuk melaksanakan misi Tuhan. Sebagai utusan Injil diharapkan menjaga setiap informasi yang didapatkan supaya tidak terjadi konflik. Konflik sering terjadi karena para utusan Injil terkadang ada yang terlalu berambisi dan tidak melihat situasi dengan bijaksana sehingga kehilangan kepercayaan. Membuat orang lain apalagi sebagai pendatang untuk percaya dengan apa yang dikatakan tidaklah mudah. Mereka (penduduk baru) melihat figure orang tersebut sebagai contoh yang nyata bukan hanya melalui perkataan saja. Utusan Injil Lintas Budaya membutuhkan orang lain yang menjadi “tempat” untuk melepaskan lelah di tempat pelayanan. Dengan meningkatkan kepedulian sebagai “Member Care” akan membawa angin segar setiap waktu untuk para utusan Injil Lintas Budaya. Kalau sebagai pengutus tidak mempedulikan kerohanian para utusan, mereka akan menjadi orang – orang yang tersesat karena tidak ada yang meberikan masukkan yang positif kepada mereka. 2.5 Menghadapi Masa Krisis Tidak sepenuhnya pelayanan akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Terkadang utusan Injil akan merasakan perasaan yang tidak baik dalam pelayanan. Mereka tidak tahu harus berbicara dengan siapa dan apa yang harus mereka lakukan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Masa – masa krisis para utusan Injil akan terjadi kapan saja dan tidak melihat situasi. Krisi dapat terjadi karena para utusan Injil tersebut tidak dapat mengendalikan diri dalam menghadapi masalah di lapangan, krisis bisa terjadi
69 karena mereka tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, krisis terjadi karena sakit yang tiba – tiba, dan masih banyak lagi yang akan membawa mereka akan tetap terus bertahan atau menyerah. 2.5.1 Culture Shock (Kejutan Budaya) Setiap pelayanan Lintas Budaya pasti akan mengalami hal – hal semacam ini. Karena keterbatasan akses dari luar membuat para utusan merasakan perasaan sendiri, tidak berhasil, belum bisa memahami bahasa setempat, atau bahkan tidak bisa bergaul dengan orang – orang setempat. Kadang shock culture ini bisa saat itu juga atau ada yang beberapa dekade baru para utusan merasakannya. Memberikan pelayanan untuk para utusan Injil Lintas Budaya sangat diperlukan. Karena mereka akan menghadapi banyak halangan di ladang pelayanan yang membuat para utusan Injil merasakan kecapean yang luar biasa. Mereka harus menghadapi lingkungan sekitar dan adat istiadat yang berbeda sehingga para utusan Injil harus benar – benar mempelajari dengan tepat supaya sesuai dengan sasaran. Kejutan buday merupakan salah satu hal yang sering dialami oleh para utusan Injil apalagi ketika orang itu susah dalam beradaptasi. Mempelajari sifat dan perilaku orang di tempat yang baru memberikan tantangan dalam kesabaran para utusan Injil dalam menjalankan misinya. Cultural shock adalah perasaan disorientasi yang dialami oleh seseorang yang tiba-tiba mengalami budaya, cara hidup, atau cara bersikap yang baru atau asing.53 53https://brainly.co.id/diunduh tanggal 17 Mei 2019 (diakses 17 mei 2019).
70 Kejutan budaya adalah hal yang sering dihadapi oleh utusan Injil sehingga membuat mereka menjadi undur untuk melanjutkan pelayanan. Kebudayaan yang berbeda terkadang membuat seseorang menjadi harus menjadi sama dengan orang- orang sekitarnya. Dengan cara hidup, cara pandang, makanan dan pergaulan yang berbeda akan membuat seseorang tidak bisa menerimanya dengan bijaksana. Sebagai seorang utusan Injil Lintas Budaya harus memiliki sikap untuk merendahkan hati kepada orang lain supaya dapat diterima oleh orang- orang sekitar. Utusan Injil yang pandai akan selalu menambahkan wawasannya ketika berada dalam lingkungan yang baru. Setiap hari mereka akan belajar tata cara adat istiadat dan kebudayaan di ladang pelayanan supaya dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Mereka akan mengalami kejutan budaya namun tidak lama karena ma uterus belajar dan mengamati kehidupan penduduk setempat. Mampu beradaptasi dengan makanan dan air merupakan salah satu yang sangat menguntungkan karena mereka dianggap sudah diterima oleh masyarakat tersebut. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh utusan Injil Lintas Budaya adalah ketika mereka diperhadapkan dengan masalah di dalam dirinya sendiri. Tidak mau menerima masukkan, tidak mau dikritik, tidak mau memperbaiki pola hidup, dan berjalan semaunya sendiri. Seorang utusan Injil Lintas Budaya adalah bukan seperti wisatawan yang tidak memiliki dampak yang baik malah membawa dampak yang buruk bagi lingkungan yang disinggahi. Ada banyak kemungkinan yang membuat seorang utusan ini menjadi sangat stress, takut, kuatir, dan bahkan lari dari panggilannya. Para utusan Injil akan
71 mengalami hal tersebut. Secara tidak sadar banyak gereja – gereja yang membiarkan mereka terbengkelai karena tidak ada akses yang membuat mereka untuk melihat kepada para utusan Injil Lintas Budaya. Banyak gereja – gereja yang belum terlibat dalam “Member Care” akhir – akhir ini. Sangatlah sulit pekerjaan Tuhan yang sangat berat ini jika tidak ada orang – orang percaya saling mendukung dalam pelayanan Lintas Budaya. The only time Nehemiah is mentioned in the Bible is in the book with his name. He was a plain, ordinary person like you and me, yet he was highly motivated to do a diffi cult job for God. He rose from obscurity to national prominence. He was probably born in slavery, yet he made his way to one of the top-level positions in the Persian Empire, one of the grandest empires in history. Many would have reveled in his position, but his heart was elsewhere—in Jerusalem. Nehemiah was a fantastic organizer and pragmatic leader. He had great power in prayer and knew God was his final resource in any success. He did not act without prayer and did not pray without acting.54 Tuhan memberikan kepada setiap orang sesuai dengan porsinya masing – masing sehingga pekerjaan di dunia ini lancar. Tuhan memakai Nehemia adalah seorang yang sederhana tapi memiliki hati untuk orang lain, setiap orang harus berjalan dalam pimpinan Roh Kudus untuk mendapatkan hasil yang baik. Sebagai orang beriman pasti bagaimana perasaan seseorang ketika harus jauh dari tempat tinggal mereka? Banyak perkara yang akan dirasakannya, namun jangan sampai kekuatan manusia yang mengambil alih usaha yang dirintisnya dari semula sebagai seorang utusan Injil Lintas Budaya. Karena Tuhan tidak akan menutup telinga dan meninggalkan orang – orang yang sudah dipilihnya maka Tuhan juga yang akan memeliharanya. “Member 54Martha Tyler, GROWING THROUGH CRISIS,( Illinois: Regular Baptist Press, 2009). 8-9.
72 Care” sebagai kepanjangan tangan Tuhan yang terkadang memiliki banyak kekurangan. Namun kita meyakini Tuhan tidak akan meninggalkan dan mengingkari janj – janji-Nya. Sebagai seorang utusan Injil sudah siap resiko yang akan dihadapinya karena Tuhan tidak akan pernah salah memilih orang untuk melakanakan Amanat Agung-Nya. 2.5.2 Siapa Yang Akan Menjadi Target Utusan Injil Seperti seseorang yang akan pergi ke suatu tempat, mereka pasti sudah tahu kemana tujuan mereka dan siapa yang akan mereka kunjungi. Seorang utusan Injil yang tidak mengetahui siapa yang akan menjadi target tidak menutup kemungkinan mereka tidak tahu apa yang akan dibicarakan. Menjalin sebuah hubungan yang hangat tidaklah semudah memberi uang kepada seseorang. Dalam Matius 15:24, Yesus berkata;”Aku diutus hanya kepada domba- domba yang hilang dari umat Israel”.55 Tuhan Yesus sudah mengetahui orang-orang seperti apa yang akan ditemui nantinya, maka Tuhan Yesus memiliki kesiapan untuk melakukan pekerjaan-Nya dan tahu bagaimana harus menghadapi orang-orang yang tidak menerima kehadiran-Nya. Begitu juga dengan utusan Injil Lintas Budaya, ketika mereka tidak mengenal lebih dalam orang – orang yang akan menjadi target saat itulah mereka akan mengalami ketidakpercayaan diri. Rasul Paulus berkata,;”Kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang – orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang – orang bersunat” (Galatia 2: 7).56 55Alkitab. LAI. 56ibid.
73 Rasul Paulus melakukan pelayanan pemberitaan Injil dengan tekun dan taat kepada Tuhan. Dia tidak memandang orang – orang seperti apa dan bagaimana harus menghadapi orang – orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Namun yang sangat membuat rasul Paulus bahagia adalah ketika ada orang – orang yang mendukungnya dalam pelayanan. Baik secara swadaya maupun melalui doa – doa. Rick Warren dalam bukunya mengatakan bahwa kebiasaan untuk menargetkan jenis – jenis orang tertentu bagi penginjilan adalah prinsip pelayanan yang Alkitabiah. Yesus menargetkan pelayanan-Nya. Ketika seorang perempuan Kanaan memohon kepada Yesus untuk melayani anak perempuannya yang kerasukan setan, Ia menyatakan di depan umum bahwa Allah Bapa telah mengatakan kepada-Nya untuk memusatkan perhatian kepada “domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15: 22-28). 57 Seorang utusan Injil Lintas Budaya akan menghadapi berbagai macam rintangan dalam melayani orang lain. Mengunjungi orang kunci adalah salah satu metode supaya utusan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Untuk melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus sebagai orang – orang yang sudah dipilih harus mengetahui strategi yang benar – benar mampu membuat orang lain percaya kepada para utusan. Sebagai seorang utusan Injil seharusnya memiliki target orang – orang seperti apa yang akan mereka layani. Bagaimana kehidupan perekonomian dan kepercayaan yang dianut oleh penduduk setempat. Sebagai orang baru sudah seharusnya utusan Injil dapat bergaul dengan baik dan sopan kepada penduduk setempat. Salah satunya dengan mengunjungi dan mendoakan penduduk sekitar bagi mereka yang mau menerima kehadiran utusan Injil. Dengan kunjungan 57Rick Warren; Pertumbuhan Gereja Masa Kini, (Malang : Gandum Mas, 1999). 164.
74 menandakan bahwa para utusan Injil benar – benar berkenan menerima keadaan lingkungan sekitar atau budaya baru. Dan mendoakan merupakan salah satu kepedulian seorang utusan Injil kepada orang lain. Tuhan Yesus mempedulikan “domba – domba yang hilang” untuk diperhatikan secara khusus karena mereka membutuhkan pertolongan untuk diselamatkan. Sebagai gereja pengutus harus mengarahkan pandangan untuk mereka yang belum diselamatkan. Inilah fungsi dan tugas “Member Care” dalam menjalankan kewajibannya memperhatikan para utusan Injil dan juga orang – orang yang belum percaya. 2.5.3 Utusan Injil Mengetahui Daerah Yang Akan Dilayani Kenapa tim “Member Care” harus mengetahui pemetaan wilayah yang akan dilayani oleh utusan Injil Lintas Budaya. Berhubungan dengan kelangsungan kehidupan utusan Injil di tempat pelayanan. “Member Care” akan lebih memperhatikan apa yang harus dilakukan supaya para utusan dapat bertahan di ladang mereka melayani. Memahami demografi masyarakat sangat penting untuk para utusan Injil Lintas Budaya. Namun, memahami kebudayaan masyarakat sekitar juga lebih penting untuk kelangsungan pelayanan menjadi lebih mudah dan efektif. Tidak seorang pun missionaris yang menuju suatu Negara asing akan mencoba menginjil dan melayani orang tanpa pertama – tama mengerti kebudayaan mereka. Dalam lingkungan sekular dewasa ini juga penting bagi kita untuk memahami kebudayaan di tempat kita melayani. Tidak perlu pula menyetujui kebudayaan mereka, namun perlu harus memahami supaya dapat masuk dalam Injil.58 58Rick Warren; Pertumbuhan Gereja Masa Kini, (Malang : Gandum Mas, 1999). 171.
75 Pola hidup juga menjadi salah satu ukuran dimana para utusan Injil akan melayani. Utusan Injil tidak bisa menerapkan cara hidup sehari – hari di tempat mereka melayani. Kebanyakan para utusan Injil tidak menyadari apa yang sudah mereka perbuat sehari – hari akan terbawa di tempat yang baru. Membawa sebuah perubahan pada masyarakat memang penting namun tidak seharusnya merubah secara frontal pola hidup masyarakat yang sudah terbentuk lama. Mengapa kita harus bersusah payah untuk menentukan jenis orang yang akan kita jangkau? Karena semakin mamahami seseorang semakin mudah untuk mengkomunikasikan dengan orang itu. Sudah tentu membutuhkan waktu untuk memfokus dan membidik, tetapi hal itu juga memberi hasil. Semakin sasaran Anda terlihat dengan jelas, semakin mudah untuk mengena sasaran itu. 59 Seandainya akan pergi ke ladang pelayanan apakah yang akan dilakukan sebagai gereja yang mengutus. Salah satunya adalah utusan Injil harus mengetahui bagaimana komunitas orang percaya ditempat pelayanan, dan seperti apa orang- orang yang akan menjadi kunci di ladang pelayanan. 3.1 Menghadapi Tantangan dan Mengatasi Kesulitan 3.1.1 Tantangan dalam Keluarga Sebuah proses yang sulit hidup diantara dua dunia. Antara keluarga dan pelayanan. Dalam suatu sisi, semua adalah keutamaan untuk dapat dijalankan. Tantangan dari dalam sendiri terkadang yang membuat para utusan Injil menyerah. Tuntutan demi tuntutan akan terus ada bagi yang sudah berkeluarga; dari masalah kebutuhan pokok, kebutuhan anak, kebutuhan istri, dan juga lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan 59ibid. 177.
76 rohani mereka. Bagi yang lajang, mereka menghadapi situasi yang lebih sulit karena ruang lingkup gereka atau pergaulan yang harus dibatasi. Atau bahkan tuntutan dari orang tua yang membuat tekanan lebih berat. Akan patuh dengan orang tua atau taat akan panggilan Tuhan. Pelayanan Lintas Budaya dapat terlaksana karena semua pekerja percaya bahwa setiap orang layak menerima penebusan, semua orang berhak mendengar kebenaran Allah yang dinyatakan dalam Firman- Nya. Kebijakkan dan prosedur organisasi harus seharusnya dirancang untuk melayani dan memampukan para pekerja melaksanakan tugasnya dan bukan mengekang mereka seperti anak –anak yang harus diatur dengan peraturan ketat. 60 Memiliki motivasi yang benar dalam pelayanan dan bertanggung jawab dalam pekerjaan adalah salah satu kunci keberhasilan dalam pekerjaan Tuhan. Setiap pekerjaan yang akan dilakukan memiliki konsukensi untuk mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan. “Member Care” hanya sebagai kepanjangan tangan Tuhan di dunia ini supaya para utusan Injil dapat melakukan pelayanan dengan lancar. How does a man stand up for Christ in his own household? The bonds of family are powerful and unique. On the one hand, we’re closer to family members than to anyone else on earth. We talk about things behind closed doors that e’d never say in front of the world. On the other hand, this very closeness can quickly become an emotional electric fance, charged from both sides with all the reasons why we absolutely cannot talk about God. 61 Setiap utusan memiliki caranya masing- masing dalam memenuhi panggilannya. Mereka terkadang berjalan dengan tekanan yang ada di sekitar mereka sendiri. Yang menjadi penghambat paling besar adalah keluarga. Untuk 60Gardner. 167. 61Jim Gilbert; How a Man Stands Up For Christ,( Minneapolis: Bethany House Publishers,1996). 53.
77 mendapatkan dukungan dari orang- orang sekitar harus melalui banyak hambatan sehingga sulit untuk memenuhi panggilan Tuhan sebagai utusan Injil. Tidak heran jika sebagian besar para penginjil dan pendeta yang melayani suku-suku terabaikan tidak bertahan lama dalam pelayanan. Mereka merasa pusing karena tantangan-tantangan yang besar, kurang dibimbing untuk pelayanan yang berat itu, dan kurang didukung oleh gereja dan saudara-saudara seiman. Jika kita berusaha mengenal dan membantu para penginjil lintas budaya, kita juga telah mengambil bagian dalam pengabaran Injil kepada orang-orang yang belum pernah mengerti berita tentang Yesus Anak Allah.62 Setelah dari keluarga, para utusan Injil akan mendapatkan tantangan di ladang pelayanan seperti; kebudayaan, bahasa, makanan, dan sosial. Belum lagi ketika mereka harus mengalami penolakkan dari penduduk setempat sebagai seorang utusan yang sudah dipersiapkan apakah yang harus dilakukan untuk bertahan di tempat tersebut. Apakah seorang utusan Injil sudah mendapatkan pembekalan untuk bertahan hidup dari penolakkan. Pekerjaan Lintas Budaya sangatlah penting dan susah. Ketika keluarga tidak berjalan dengan panggilan para utusan, yang terjadi adalah ketimpangan dalam melakukan pelayanan. Sebagai orang – orang yang sudah diutus oleh Tuhan sepenuh waktu banyak hal yang akan membuat berpikir ulang karena tidak adanya dukungan dari keluarga. Keputusan yang sangat berat ketika harus memutuskan untuk pergi dan meninggalkan keluarga demi menjalankan Amant Agung. Disinilah peran “Member Care” juga sangat penting untuk memikirkan bagaimana memutuskan untuk memberikan kontribusi, memperhatikan untuk keluarga yang 62Artikel, http://misi.sabda.org/diunduh tanggal 18 Mei 2019, (diakses tanggal 20/2008).
78 ditinggalkan atau hanya memperhatikan para utusan Injil yang hanya sendiri tanpa keluarga. Having emotion is part of being human, and deny or suppress them is merely to try to reject a part of ourselves which is no more sinful than any other part of us. It’s just human. And denying aspect of our humanity is bad for us. Mission workers can have to confront a wide variety of emotions throughout their lives: 1. Leaving family and friends behind when they go to the mission field. 2. Returning on home assignment to find things have changed. 3. Sending children to boarding school because the schools where they serve are not good. 4. Suffering major trauma like civil war, kidnap, traffic accident, and disease. 5. Experiencing secondary trauma as they help the vulnerable and marganalised. 6. Leaving their way of life in their adopted country to return to a ‘home’ country they no longer feel at home in. 63 Bagaimana dengan yang masih melajang? Keputusan apa yang harus benar – benar ditekankan oleh mereka. Harus ada aturan untuk mereka supaya tidak terjadi kesalah pahaman antara yang diutus dan pengutus. Banyak godaan yang akan mereka hadapi bagi utusan Injil yang masih melajang. Godaan mereka akan semakin berat ketika harus melayani orang – orang yang sudah bersuami atau beristri. Dari sini seorang “Member Care” akan lebih sulit untuk meberikan perhatian secara khusus. When a missionary feels discouraged or a family serving overseas faces difficult life circumstances or relational tension, they are never alone. We are committed to being sensitive to the needs of each person in our mission community and following the biblical mandate to care for one another (1 Cor. 12:22-26, ESV). Relying on God and His power, we strive to nurture growth, promote healing and help people maintain spiritual, emotional, relational, and physical well being so they can thrive as God’s children and be effective where He has called them.64 63Kelly O’Donnell,The Mission Heart of Member Care,(Article:International Bulletin,2015). V.39, No. 2. 64https://team.org/blog/member-care/diunduh tanggal 20 Mei 2019. (diakses tanggal 7 November 2014).
79 Setiap utusan Injil tidak lepas dari rintangan setiap hari. Dalam kebutuhan keluarga, anak, tuntutan pelayanan, lingkungan, dan juga adapatasi dengan kebudayaan. Permasalahan demi permasalahan itu akan berevolusi setiap hari. Namun jika masih ada orang- orang yang mau berperan aktif dalam memperhatikan utusan Injil Lintas Budaya beban yang dipikul tidak akan seberat yang dipikirkan. 3.1.2 Tantangan Di Ladang Pelayanan Utusan Injil Lintas Budaya tidak sepenuhnya diterima oleh orang – orang sekitarnya. Terkadang mereka akan mengalami penolakkan di lingkungan mereka tinggal. Inilah salah satu hal yang membuat para utusan Injil Lintas Budaya menjadi takut dan akhirnya stress. Utusan Injil Lintas Budaya mempunyai banyak pengalaman yang menyakitkan di ladang. Mereka tidak hanya mengalami sakit secara fisik namun secara mental juga mereka merasakan sakit yang luar biasa. Akan sangat menolong kalau kita mengerti bagaimana cara dinamika budaya dalam lingkungan, memiliki pengaruh yang kuat terhadap pola kehidupan dan pelayanan seorang hamba Tuhan, baik di gereja maupun di ladang misi. 65 Setiap utusan Injil Lintas Budaya harus mau belajar bagaimana keadaan lingkungan dimana mereka akan melayani. Karena sebagai seorang utusan Injil harus mengetahui alasan kenapa Tuhan memanggil mereka sepenuh waktu. Panggilan seseorang sebagai utusan Injil sepenuh waktu diharapkan memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan setiap waktu. Dengan demikian para utusan Injil 65Gardner. 182.
80 akan belajar budaya setempat supaya mereka dapat melayani dengan damai di ladang pelayanan. Pola pikir seorang pelayan Tuhan harus mengalami pembaharuan untuk melakukan pelayanan Lintas Budaya. Karena pola pikir seseorang akan mempengaruhi segalanya dan akan membawa dampak yang baik ataupun buruk pada orang- orang yang kita layani. Mengikuti kebudayaan setempat untuk memberitakan Kabar Baik kepada orang lain adalah salah satu cara awal seorang utusan Injil Lintas Budaya diterima oleh orang lain. Tantangan terberat adalah ketika harus masuk Injil melalui kebudayaan setempat. Sebagai orang yang beriman orang yang belum percaya tidak hanya mendengar apa yang diberitakan kepada mereka, namun yang paling beresiko adalah mereka akan benar- benar melihat kehidupan seorang utusan Injil tersebut. Ada beberapa tantangan yang sering terjadi pada utusan Injil Lintas Budaya: 1. Tidak ada rahasia tersembunyi dalam setiap pengalaman pribadi yang terjadi. 2. Pelayanan itu berarti lebih banyak observasi dan evaluasi yang terus menerus. 3. Bertambahnya tekanan hidup. 4. Perubahan yang terus menerus akan selalu menghadirkan sesuatu yang baru. 5. Kedua orang tua diharapkan bisa bersikap produktif. 6. Yang menimbulkan tekanan bagi keluarga utusan ialah tanggung jawab rangkap.66 Itulah sebabnya kenapa sebagai seorang utusan Injil memiliki kehidupan pribadi yang dimonitor oleh lingkungan sekitar. Mereka melihat tingkah laku keseharian dari utusan Injil tersebut, ketika sedikit kesalahan akan membuat 66Ibid. 179-180.
81 pemberitaan itu seakan menjadi sia- sia. Terkadang kebiasaan buruk itu akan muncul, kalau sebagai seorang utusan tidak benar berhati-hati akan mengakibatkan permasalahan di ladang pelayanan. Itulah sebabnya kenapa “Member Care” harus benar- benar berperan dalam kehidupan rohani para utusan Injil. “Member Care” sebagai tim pengutus gereja harus bertanya tentang riwayat mereka secara pribadi. Apakah mereka memiliki sakit yang cukup parah. Dan bagaimana kehidupan sosial mereka ditengah- tengah masyarakat. Dengan mengetahui kondisi (pribadi) utusan Injil maka ada persiapan- persiapan yang lebih matang. 3.1.3 Bagaimana Member Care Dalam Menciptakan Keseimbangan Dengan mengkomunikasikan keadaan di ladang pelayanan adalah salah satu cara para utusan mendapatkan data dari utusan Lintas Budaya. Dengan membuat sebuah catatan kecil akan membantu banyak untuk para utusan Injil Lintas Budaya. Memberikan perhatian dengan menelepon atau mengunjungi adalah salah hal yang membuat mereka menjadi sangat bahagia. Hubungan baik dengan sesama adalah alat yang efektif untuk pelayanan, apakah itu hubungan dengan khalayak umum ataupun organisasi lokal tertentu. Sikap memperhatikan, mudah menolong, maupun mengucapkan kata – kata yang bersifat mendorong dan peduli, mendampingi dan terbuka mengulurkan tangan, dan kesadaran yang dalam akan kekhususan setiap anggota dalam kelompok atau organisasi, ini semua adalah bagian dari care dan persahabatan. Perangkat Riset “Member Care” akan menolong seorang tenaga “Member Care” untuk lebih berhati – hati dan mengerti secara tepat demografi lingkungannya.67 67ibid. 194-195.
82 Menjalin hubungan dengan baik ke penduduk lokal akan membawa sebuah keuntungan bagi para utusan Injil Lintas Budaya. Melakukan pelayanan sebagai tim “Member Care” harus melakukannya dengan hati bukan karena mampu atau pandai. “Member Care” juga berfungsi sebagai mentoring untuk utusan Injil Lintas Budaya. Gereja pengutus tidak boleh hanya melihat penampilan dari luar saja namun, mereka harus melihat yang ada di dalam hati yang tidak dapat dicek secara langsung. Agar terjadi keselarasan antara iman dan perbuatan manusia beriman harus menimba visi dan motivasi utama Yesus Kristus ketika datang ke dunia yakni pewartaan Kerajaan Allah yang berdasarkan cinta kasih. Manusia menanggapi tawaran keselamatan dari Allah itu dengan beriman. Iman itu harus dinyatakan dalam perbuatan agar iman itu menjadi iman yang hidup (Yakobus 2: 14-18).68 Sudah menjadi tanggung jawab gereja pengutus untuk memperhatikan para utusan Injil Lintas Budaya. Tim pengutus harus bisa menjadi motivator juga dalam menjalankan pelayanan para utusan Injil Lintas Budaya. “Member Care” merupakan tanggung jawab semua orang tidak hanya personal. Utusan Injil Lintas Budaya juga harus bisa menyeimbangkan pelayanan baik di masyarakat maupun di lingkungan keluarga. “Member Care” tidak akan berjalan secara maksimal seandainya para utusan Injil tidak memiliki kerinduan untuk terus menjalin hubungan yang baik dengan tim pengutus. Kelangsungan suatu komunikasi yang baik adalah dengan cara mengkomunikasikan setiap pelayanan yang dilakukan, supaya ada keseimbangan di dalam setiap kelompok untuk bekerja. Sebuah kerjasama tidak hanya 68C.B. Kusmaryanto; Health Pastoral Care, (Jurnal Teologi:Volume 5,No.1, 1 Mei 2016). 92.
83 menguntungkan saja namun bisa diartikan saling mengingat dalam doa supaya Injil tetap bisa diberitakan melalui pelayanan Lintas Budaya. 3.2 Peran “Member Care” Pasca Kembali dari Pelayanan Lintas Budaya Apa yang akan gereja lakukan setelah mereka selesai dari pelayanan Lintas Budaya. Meskipun kembali ke tempat asalnya, para utusan Injil akan mengalami culture shock yang kedua. Karena para utusan Injil yang sudah beradaptasi dengan tempat pelayanan mereka akan mengalami kebingungan ketika harus kembali ke masyarakat normal. Memang dalam pelayanan tidak ada yang namanya pensiun. Namun, mereka akan mengalaminya suatu hari. Dalam dunia bisnis dan industri, pensiun didambakan pada usia tertentu, pada umumnya pekerja sangat menantikan masa, di mana mereka dapat hidup dengan rileks, bekerja suka rela, atau hidup dengan santai. Gambaran ini berbeda dengan kebanyakan pelayan pekerja lintas budaya. Tidak dari mereka yang ingin pension. Kebanyakan mereka tidak memikirkan hal pensiun, sebaliknya ingin selama mungkin tetap dalam pelayanan. 69 Salah satu hal yang menjadi ketakutan orang tua adalah ketika mereka tidak dapat produktif kembali. Tidak pernah terlintas seorang pelayan Tuhan sepenuh waktu tidak dapat kembali melakukan pelayanan. Padahal dalam pelayanan tidak ada yang namanya pensiun karena Tuhan melakukan pekerjaan di dunia ini sampai akhir. Tidak ada batasan usia dalam melayani Tuhan di dunia ini. “Member Care” juga harus mempersiapkan kepada para utusan Injil yang sudah tidak aktif kembali. Serta memperhatikan kehidupan mereka sehari- hari nantinya dan dimana mereka akan tinggal. 69Gardner. 305.
84 3.2.1 Peran Lembaga dan Gereja Pengutus Masa pelayanan ketika dinikmati akan membawa hasil yang indah pada waktunya. Dimana para utusan Injil sudah menikmati hasil yang telah mereka lakukan selama ini. Dari pelayanan yang menantang sampai pada akhirnya bisa menuai hasil jerih payahnya selama ini. Mereka seperti memiliki keluarga yang baru dan menikmati kehidupan di kebudayaan yang berbeda namun sudah menjadi satu karena melayani dengan hati. Baik para pemimpin lembaga misi maupun pendeta gereja pengutus harus mengambil inisiatif untuk berbicara sungguh- sungguh dengan pekerja tentang persiapan dan rencana pensiun. Kebutuhan khusus pada saat masuk dalam masa pension termasuk perlu debrifing dalam arti menanyakan keadaan mereka secara seksama dan penuh dengan kasih. Hal ini dilakukan oleh pemimpin lembaga dan percakapan debrifing harus mencakup bukan hanya segi formal administrasi menyangkut pelayanan, tetapi juga secara khusus tentang keadaan utusan secara pribadi. Hal yang sama harus juga dilakukan oleh pendeta atau ketua komisi misi.70 Masa pensiun seorang hamba Tuhan terkadang kurang diperhatikan oleh gereja setempat. Bagaimana nanti mereka setelah tidak melakukan pelayanan sepenuh waktu dan mereka tidak mempunyai penghasilan tetap. Gereja pengutus sudah seharusnya memikirkan utusan Injil Lintas Budaya dalam jaminan masa tuanya. Ketika gereja pengutus mengirim mereka sebagai utusan Injil Lintas Budaya, “Member Care” sudah harus memiliki pemikiran yang akan terjadi setelah utusan Injil ini tidak lagi melayani sepenuh waktu. 70Gardner. 313.
85 3.2.2 Tanggung Jawab dan Peran “Member Care” Meskipun sebagai seorang utusan Injil memiliki komitmen untuk melakukan pelayanan seumur hidup namun, ada masanya mereka harus memberikan kepada yang lain kesempatan untuk melayani. Persiapan yang matang sudah seharusnya dilakukan oleh lembaga atau pemimpin gereja supaya mereka tidak merasa asing atau diabaikan. Sebagai lembaga Kristen atau gereja pengutus alangkah baiknya menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk masa mereka pension. Pada akhirnya, baik lembaga dan pemimpin di lapangan, maupun gereja pengutus selayaknyalah menghargai dan mengakui pelayanan utusan misi dan merayakannya di depan umum. Adalah sangat menolong ketika memasuki masa pension, mendengar kata- kata penghargaan dari para pemimpin dan para pendeta, begitu juga dari rekan- rekan kerja atas pekerjaan yang telah dilakukan selama ini.71 Seorang utusan Injil Lintas Budaya yang sudah mengabdikan diri untuk melayani Tuhan di lapangan haruslah diberikan apresiasi untuk meberikan harapan kepada mereka untuk tidak berhenti melayani Tuhan di dunia semasa masih bisa. Beberapa hal yang patut diperhatikan adalah; 1. Dimana mereka akan tinggal setelah mengabdi lama di tempat lain? 2. Bagaimana cara hidup mereka setelah pensiun? 3. Bagaimana tunjangan bulanan mereka? Semuanya yang di atas sudah harus dipikirkan jauh- jauh hari oleh tim khusus “Member Care” karena, mereka adalah pejuang pemberita Injil yang mau dan berani melayani di tempat lain. Kepedulian gereja pengutus kepada mereka setelah 71Gardner. 314.
86 pensiun adalah memberikan yang terbaik untuk masa tua mereka sehingga tidak mengalami sakit hati atau kecewa. Pengutus harus tetap memberikan pelayanan kepada mereka tidak dibiarkan karena dianggap sudah tidak bisa produktif. memberi mereka tugas dan kepercayaan seperti biasa, namun tidak yang terlalu berat menguras tenaga mereka atau diberi tanggung jawab yang ringan di dalam gereja.
87 3.2.3 Kerangka Berpikir Gereja Amanat Agung Penjangkauan Jiwa Kepedulian gereja Utusan Injil \"Member Care\" Lintas Budaya Pembekalan utusan Injil Tantangan yang dihadapi Masa persiapan Masa di ladang pelayanan Internal Eksternal Masa setelah dari pelayanan Keluarga Geografis Hasil \"Member Care\" Kebutuhan sehari-hari Lingkungan Pendidikan anak Bahasa Kebuadayaan 1. Kebutuhan utusan Injil tercukupi. 2. Utusan Injil akan terus bertahan di ladang pelayanan. 3. Perasaan diperhatikan.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155