Laporan PPK Andre

LAPORAN PRAKTEK PELAYANAN KONSELING DI RUMAH PEMULIHAN EFATA SALATIGA DAN SMP MASEHI 1 PSAK SEMARANG Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S2 pada Program Magister Teologi Oleh: Andri Anto Wahyu Prastyo S.Mg NIM: 18.213.103.2.053 PROGRAM PASCASARJANA PASTORAL KONSELING SEKOLAH TINGGI TELOGI EFATA SALATIGA 2019

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ......................................................................................................... i Lembar Pengesahan ................................................................................................. iii Daftar Isi ................................................................................................................... iv BAB I ……………................................................................................................. 1 Pendahuluan ...................................................................................................... 1 BAB II ……………................................................................................................ 4 Landasan Teori ................................................................................................... 4 2.1 Terapi Behavioral .................................................................................. 11 2.2 Tujuan Konseling Behavioral ................................................................ 12 2.3 Tahap-tahap Konseling Behavioral ....................................................... 12 2.4 Teknik-teknik Konseling Behavioral .................................................... 14 2.5 Teknik-teknik Behavioristik ................................................................. 15 2.5.1 Reinforcement ................................................................................ 15 2.5.2 Social Modeling ............................................................................. 15 2.6 Teknik-teknik Kognitif ........................................................................ 16 2.6.1 Home work ocial ent ...................................................................... 16 2.6.2 Latihan assertive ............................................................................. 17 iv

BAB III …………................................................................................................... 18 Hasil Laporan ................................................................................................. 18 3.1 Rumah Pemulihan Efata .................................................................... 18 3.2 SMP Masehi 1 PSAK Semarang ........................................................ 21 BAB IV …………................................................................................................... 23 Penutup ........................................................................................................... 23 Manfaat Praktek Konseling ........................................................................... 23 Saran dan Rekomendasi ................................................................................. 24 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 26 Biodata Konseli 1 ..................................................................................... 27 Laporan Minggu ke 1 ............................................................................... 28 Laporan Minggu ke 2 ............................................................................... 31 Laporan Minggu ke 3 ............................................................................... 33 Laporan Minggu ke 4 ............................................................................... 39 Laporan Minggu ke 5 ............................................................................... 48 Laporan Minggu ke 6 ............................................................................... 50 Biodata Konseli 2 ..................................................................................... 51 Laporan Minggu ke 1 ............................................................................... 52 Laporan Minggu ke 2 ............................................................................... 54 Laporan Minggu ke 3 ............................................................................... 55 v

Laporan Minggu ke 4 ............................................................................... 59 Laporan Minggu ke 5 ............................................................................... 65 Laporan Minggu ke 6 ............................................................................... 67 Lampiran ............................................................................................................... 68 Rencana Kegiatan ..................................................................................... 68 Foto Kegiatan ........................................................................................... 69 vi

KATA PENGANTAR Segala kemuliaan dan hormat juga pujian hanya bagi Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus yang oleh Roh Kudus telah mengaruniakan kepada penulis segala harta hikmat sehingga dapat menyelesaikan penulisan proposal praktek penulisan ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesikan proposal penulisan ini dengan baik. Harapan penulis melalui proposal praktek pelayanan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan baik bagi penulis maupun pembaca. Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapat banyak bantuan baik secara materi dan moril. Apresiasi tertinggi dan ucapan terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada: 1. Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh kuliah Program Pasca Sarjana Pastoral Konseling 2. Dr. David Hadi Wibisono, M.Th sebagai ketua Sekolah Tinggi Teologi Efata. 3. Dr. Bambang Sriyanto, M.Th selaku Direktur Program pascasarjana STT Efata, sekaligus Gembala sidang GBI Bulu Semarang. 4. Rumah Pemulihan Efata Salatiga dan SMP Masehi 1 PSAK Semarang sebagai tempat penelitian. 5. Konseli dari Rumah Pemulihan Efata Salatiga dan Konseli dari SMP masehi 1 PSAK Semarang yang namanya penulis rahasiakan. i

6. Andreas Suranto dan Ester Sri Widowati. Mereka telah menjadi orang tua yang luar biasa bagi penulis yang senantiasa mendorong untuk berdedikasi dan berkomitmen penuh dalam melayani Tuhan. 7. Maya Eunike Rusdiyana, istri yang senantiasa mendoakan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian studi program pasca sarjana Pastoral Konseling. 8. Para sahabat dan rekan pelayanan yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah mendoakan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian studi hingga penulisan proposal ini. Penulis adalah orang yang dalam proses menuju sempurna. Oleh karena itu, dalam penulisan ini mengandung ketidaksempurnaan juga. Biarlah setiap kekurangan itu menjadi kritik yang membangun dan memacu penulis untuk menjadi lebih baik lagi. Namun, kiranya pembaca memperoleh manfaat dari penulisan ini. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Semarang,30 Agustus 2019 Andri Anto Wahyu Prastyo, S.Mg ii

LEMBAR PENGESAHAN Tempat: 1. Rumah Pemulihan Efata Salatiga 2. SMP Masehi 1 PSAK Semarang Waktu: 1 April – 31 Juli 2019 Salatiga, 1 Agustus 2019 Mengesahkan, Dr. David Hadi Wibisono, M.Th Dr. Bambang Sriyanto, M.Th Ketua STT Efata Salatiga Direktur Program Pascasarjana iii

1 BAB I PENDAHULUAN Sekolah Tinggi Teologi Efata adalah salah satu sekolah tinggi terakreditasi di kota Salatiga dengan program S1 dan Program Pascasarjana (S2). Program Studi S1 diantaranya meliputi Prodi PAK dan Prodi Teologi, untuk Program Pascasarjana yaitu Pastoral Konseling Program Studi Pascasarjana. Pastoral Konseling Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga menghasilkan lulusan yang memenuhi kualifikasi tenaga konselor, pendidik dan pengajar tingkat magister berkapasitas dan profesional dalam hal: 1. Wawasan pastoral konseling yang luas dan Alkitabiah. 2. Menerapkan pengetahuan pastoral konseling. 3. Menerapkan pelayanan pendampingan, pembimbingan, penopangan, pemulihan dan pendamaian bagi warga gereja dan masyarakat. Salah satu mata kuliah dalam program pasacasarjana Pastoral Konseling adalah Praktek Pelayanan Konseling. Praktek Pelayanan konseling adalah mata kuliah yang mempersiapkan mahasiswa mempelajari dan mempraktekan keterkaitan konsep dasar teori konseling pastoral dan hal-hal tekhnis berkaitan dengan pelayanan terbimbing dalam praktek konseling. Guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister Teologi Pastoral Konseling maka mahasiswa wajib melakukan Praktek Pelayanan Konseling.

2 Melalui Praktek Pelayanan Konseling ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Melakukan observasi dan pendekatan kepada calon konseli yang dilayani dengan benar. 2. Mempraktekan teori-teori konseling dan ilmu psikologi yang telah dipelajari. 3. Membuat laporan sesuai dengan aturan yang berlaku. 4. Mampu memberitakan injil di setiap kesempatan dalam Praktek Pelayanan Konseling Peserta No. Nama Mahasiswa NIM No. Telp 1 Andri Anto Wahyu Prastyo, S.Mg 18.213.103.2.053 081575713434 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Pelayanan Konseling akan dilaksanakan mulai bulan April-Juli. Mahasiswa akan melakukan Praktek Konseling Pelayanan kepada satu pasien Rumah Pemulihan Efata sebanyak 6 kali pertemuan dengan durasi 90-120 menit per sesi, kemudian 6 kali pertemuan dengan satu konseli di SMP Masehi 1 PSAK Semarang (Lembaga Pendidikan Kristen). Obyek Penelitian Alamat Keterangan Dirahasiakan Pasien RPE Salatiga No. Nama 1 RH Dirahasiakan Siswa SMP Masehi 1 PSAK Semarang (29Th) 2N (14Th)

3 Untuk obyek penelitian penulis sengaja menggunakan inisial untuk kode etik dalam penulisan nama konseli, selanjutnya alamat juga dirahasiakan untuk menghormati pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan konseli. Demikian Hasil laporan praktek pelayanan konseling ini saya buat,, semoga dapat dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya. Diharapkan nantinya praktek pelayanan konseling ini dapat bermanfaat dan menjalin kerjasama yang baik antara Rumah Pemulihan Efata, lembaga Pendidikan Kristen (SMP Masehi 1 PSAK Semarang) dengan STT Efata Salatiga. Atas perhatian dan kesediaan kerjasamanya, kami ucapkan banyak terima kasih.

4 BAB II LANDASAN TEORI Menurut Aart Van Beek, istilah konseling dari kata counseling (bahasa Inggris) memiliki banyak pandangan yang berbeda. Awalnya konseling memiliki pengertian memberi nasehat atau bimbingan.1 Bahkan kata konseling digunakan dalam bidang hukum. Proses percakapannya disebut konseling. Diharapkan melalui konseling, konseli menemukan kekuatan baru dan wawasan baru untuk mengatasi masalah.2 Konseling pastoral terjadi ketika seseorang membutuhkan bantuan atau pertolongan sehingga terjadilah perjumpaan dan percakapan pastoral. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konseling pastoral merupakan bahagian dari pendampingan pastoral.3 Konseling pastoral memberikan kesempatan bukan hanya memampukan klien menyelesaikan masalahnya tetapi meyakinkan klien untuk mengembangkan spiritualnya. Sehingga konseling pastoral memberi tempat pada spiritual maupun intelektual yang perlu dihargai sebagai mahkluk yang bertumbuh, berkembang dan berkreatif. Pengembangan spiritual maka klien dapat membangun, memperbaiki dan membina hubungan yang baik, mengalami penyembuhan, pertumbuhan untuk mengembangkan potensi yang diberikan Tuhan. Jadi konseling pastoral adalah suatu fungsi pastoral dimana ada relasi yang bersentuhan antara konselor dan konseli, sekaligus menempatkan hubungan relasi dengan Allah. Dalam relasi 1 Arrt Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2002)9-10. 2 Ibid, 1-3. 3 Ibid, 9-10;16-17.

5 dengan Allah maka ia melihat orang lain berarti dan berharga sehingga harus dicintai dan dihargai. Peran konseling pastoral dalam kondisi krisis dan kemalangan hidup, baik individu maupun kelompok adalah sebagai alat penyembuh dan pertumbuhan untuk membantu klien memperbaiki dan berkembang dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Peran konseling pastoral dalam kondisi krisis dan kemalangan hidup, baik individu maupun kelompok adalah sebagai alat penyembuh dan pertumbuhan untuk membantu klien memperbaiki dan berkembang dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Dalam hal ini konselor harus menemukan identitas diri dan pemahaman baru dengan dasar teologis yang jelas serta teknik-teknik menolong yang efektif sesuai dengan situasi klien. Disisi lain konselor pastoral tahu tentang dirinya sendiri yang berkaitan dengan spiritualitas dan kepribadiannya, citra, peran, fungsi dan tujuan sebagai seorang konselor. Hal ini penting karena ketika konseli diarahkan mencari pemecahan masalah yang didasarkan pada dimensi spirittualnya, maka konselor harus dikembangkan untuk terus tumbuh dalam pengharapan kasih Allah.4 Engel menambahkan bahwa tugas konseling dan pendampingan pastoral adalah suatu panggilan yang harus dilakukan semua orang percaya. Signifikan konseling dan pendampingan pastoral secara konseptual dari segi fungsi adalah sama. Perbedaannya adalah metode dan pendekatannya secara praksis dalam penerapan fungsi-sungsi tersebut. Pendampingan pastoral adalah penemanan yang menumbuhkan, juga mengembangkan pribadi konselor dan konseli dalam kesadaran bahwa ia juga yang terluka. Dalam proses perjumpaan 4 Engel, Jacob D. Konseling Pastoral dan Isu-Isu Kontemporer. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2016),10-11.

6 mau menyembuhkan diri dan menyembuhkan konseli. Pendampingan pastoral dapat berkembang menjadi konseling pastoral jika diperlengkapi keterampilan dan pelatihan. Karena konseling pastoral adalah bagian dari pendampingan pastoral dalam fungsi memperbaiki bagi yang membutuhkan. Sehingga orang dapat membutuhkan pendampingan pastoral seumur hidupnya tetapi konseling pastoral dilakukan ketika mengalami krisis.5 Keduanya dipakai sebagai sarana kasih karunia Allah, yang menempatkan Allah dalam membangun relasi dengan sesama. Sehingga tujuan akhir adalah lebih terbuka, tumbuh dan penuh kasih dalam relasi dengan Allah menuju pada pengutuhan manusia. Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka menurut penulis konseling pastoral pada prinsipnya sama dengan pendampingan pastoral, yang bertujuan untuk mengutuhkan manusia sehingga dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Perbedaaan keduanya terletak pada pelaksanaan dimana pendampingan pastoral dilakukan seumur hidup sementara konseling pastoral dilakukan ketika seseorang membutuhkan pertolongan. Upaya pertolongan tersebut menggunakan metode yang sesuai dengan keadaan klien. William A. Clebsch dan Charles dalam buku Basic Types of Pastoral Care & Counseling mengatakan fungsi pendampingan dan konseling pastoral secara tradisional ada empat,6 yaitu: 1. Menyembuhkan (healing) untuk mengatasi gangguan dengan mengembalikan orang pada keutuhan dan memimpin dia maju melampaui kondisi sebelumnya. Fungsi ini sangat penting untuk mereka yang mengalami dukacita karena kehilangan atau terbuang. Tekanan mental 5 Engel, Jacob D, 88 6 Howard Clinebell, Basic Types of Pastoral Care & Counseling (Abingdon Press, 1966) 42-43

7 yang terjadi dapat mengakibatkan penyakis psikosomatis, suatu penyakit yang langsung maupun tidak yang muncul karena tekanan mental yang berat.Tekakan mental sering terungkap melalui disfungsi tubuh. Pada kondisi ini pendamping diharapkan dapat menolong dengan pendekatan agar yang didampingi mengungkapkan perasaannya yang tertekan. 2. Mendukung (sustaining) berfungsi membantu seseorang yang terluka untuk bertahan dan mengatasi keadaan menuju proses pemulihan atau penyembuhan, dari luka yang paling berat sekalipun. Dukungan yang dapat dilakukan biasanya melalui kehadiran dan sapaan yang meneduhkan serta terbuka, ini dapat mengurangi penderitaan. Dukungan yang seperti ini dapat mengurangi penderitaan yang berat atau memukul. 3. Membimbing (guiding) dilakukan ketika yang didampingi merasa kebingungan untuk menentukan pilihan atau keputusan. Dalam memgambil keputusan harus diketahui konsekwensi atau dampak dari pilihan, baik sekarang maupun yang akan datang. Dalam hal ini pendamping harus mengemukakan beberapa kemungkinan yang bertanggungjawab dengan segala resiko sekaligus membimbing ke arah pilihan yang berguna. Keputusan tetap di tangan orang yang didampingi dengan mengetahui segala resiko dari keputusan. 4. Rekonsiliasi (reconciling) adalah usaha untuk membangun kembali hubungan yang rusak antara yang didampingi dengan orang lain, begitu juga yang didampingi dengan Tuhan. Rekonsiliasi ditempuh dengan cara mendaikan melalui pengampunan dan kedisiplinan. Hubungan yang rusak sering mengakibatkan penderitaan psikis maupun fisik. Karena itu pendamping membantu untuk menganalisa faktor yang mengancam dan merusak hubungan tersebut sehingga menemukan alternatif untuk memperbaiki hubungan tersebut. Pendamping harus menjadi orang tidak berpihak, tetapi penengah dari semua pihak yang didampingi. Clinebell menambahkan fungsi ke lima. Tujuan pengasuhan adalah untuk memungkinkan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang Allah berikan pada mereka, proses ini berlangsung sepanjang hidup melewati lembah, puncak. Pengasuhan ini menyangkut aspek emosional, cara berfikir, motivasi dan kemauan, tingkah laku, kehidupan rohani dalam interaksi. Pendampingan pastoral dalam pengasuhan memberi menolong si penderita agar berkembang dan bertumbuh dalam potensi yang dimiliki. Aart Van Beek menambahkan fungsi ke enam yaitu mengutuhkan yang memiliki fungsi sentral karena merupakan tujuan utama dari pendampingan

8 pastoral. Menjadi tujuan sentral karena adanya pengutuhan kehidupan manusia dalam seluruh aspek kehidupannya yakni fisik, sosial, mental dan spiritual. Penderitaan manusia ada karena rusak atau terganggung aspek fisik, sosial, mental dan spiritual. Oleh sebab itu, pengutuhan berfungsi untuk mengutuhkan kembali semua aspek sehingga manusia mengalami keutuhan dalam hidupnya.7 Ketika seseorang yang mengalami pengutuhan, maka pertumbuhan dimulai. Aspek penting dalam proses pengutuhan menurut Clinebell8 yaitu : 1. Menghidupkan pikiran seseorang dengan melibatkan sumber daya, pikiran, perasaan, kreativitas, memperluas intelektual. 2. Merevitalisasi tubuh, dengan belajar dari pengalaman dan menggunakan tubuh secara efektif serta penuh kasih sayang, termasuk pengurangan stress dan kesehatan secara holistik lainnya 3. Memperbaharui dan memperkaya hubungan dengan orang lain, dengan cara membantu orang, memperbaharui dan memperkaya jaringan dalam kepedulian. Penyembuhan dan pertumbuhan yang baik tergantung kualitas hubungan. Penyembuhan relasional dan keterampilan sangat penting untuk keutuhan 4. Memperdalam hubungan seseorang dengan alam dan biosfer dalam peningkatan kesadaran ekologis, persekutuan dan kepedulian. Menjadikan seseorang lebih utuh secar fisik, mental dan spiritual ketika mereka dibantu untuk mengembangkan dan menghargai interaksi 5. Pertumbuhan dalam kaitannya dengan lembaga-lembaga yang signifikan dalam kehidupan seseorang, dengan cara membebaskan, memotofasi dan memberdayakan bekerja dengan orang lain. Dengan ini terjadi transformasi sosial dengan bekerja sama untuk mengubah masyarakat. 6. Pendalaman dan vitalis hubungan seseorang dengan Allah, dengan terbuka, bermakna, sukacita yang diperoleh dalam keterikatan dengan Roh Kasih. Sehingga terjadi pemberdayaan yang kreatif. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka pendampingan dan konseling pastoral dapat dilakukan oleh semua orang yang didasari perspektif pastoral. 7 Arrt Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2002),13-17 8 Jill Snodgrass, From Rogers to Clinbell : Exploring the History of Pastoral Psychology ; Jurnal Pastoral Psychol, (2007) 54 : 513-525. Lihat juga Howard Clinbell, Basic Type of Pastoral Care & Counseling, (Abingdong Press, 1984), 373, 376-380

9 Ciri khas pendampingan dan konseling pastoral adalah bersifat holistik dengan ciri keinginan melayani manusia secara utuh sesuai dengan teladan Yesus. Hoffman mengatakan bahwa semua pendampingan dan konseling pastoral diarahkan untuk menjadi sarana karunia Allah.9 Ia adalah Gembala yang baik, yang memperhatikan semua aspek kehidupan manusia. Tetapi Ia tetap melihat keterbatasan manusia dalam mempertangungjawabkan pelayanannya. Dengan demikian pendampingan dan konseling pastoral sama dengan pengembalaan, yang dapat dilakukan oleh siapapun juga dengan keinginan untuk menolong diri sendiri dan orang yang menderita menuju kepada pengutuhan secara mental, fisik, sosial dan spiritual.10 Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan hidup manusia, disadari atau tidak, sering melakukan konseling dan pendampingan pastoral dengan orang lain. Relasi yang terjadi, dengan peran menjadi konselor atau konseli selalu bersentuhan dengan perasaannya sendiri. Kondisi ini memungkinkan keduanya terbuka untuk penyembuhan dengan menghadirkan Allah dalam proses itu sendiri. Konseling pastoral juga sebagai komunikasi Injil dan pemberitaan Injil ini dapat membantu melepaskan beban konseli setelah konseli mengalami kasih dari persekutuannya dengan Kristus, melalui pembinaan dari konselor. Konseling pastoral harus bekerja kepada manusia seutuhnya (total), psikologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti antropologi dan lain-lain secara operasional harus digunakan kepada konseli. Dengan demikian konselor semakin dimampukan memahami manusia dimulai dengan empati yang mendasar agar dengan tepat merumuskan 9 John C. Hoffman, Permasalahan Dalam Konseling (Kanisius & BPK, 1993), 25-26. 10 Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, (BPK Gunung Mulia, 2016), 81-83.

10 apa yang sebenarnya dirasakan konseli. Psikologi sebagai ilmu bukanlah suatu yang mutlak tetapi merupakan percobaan, namun sudah banyak terbukti bahwa psikologi sudah banyak juga menolong manusia yang secara psikis/kejiwaan mengalami goncangan. Perlu diperhatikan bahwa Konselor pastoral biasanya adalah gembala, pendeta atau pastor, dan tentu saja mereka bukan psikiater atau psikolog. Dan psikolog atau psikiater juga bukan gembala atau pendeta, mereka mempunyai peranan masing-masing dan pendekatan masing-masing terhadap konseli. Untuk itu pendekatan konseling pastoral kristen haruslah cerdas dan relevan, itu tidak berarti setiap konselor kristen harus menjadi psikolog juga. Namun dalam pelaksanaan konseling yang relevan, mereka perlu memperlengkapi diri dan membantu konseli bukan hanya dari ranah teologis namun juga psikologis. Memang tak bisa dipungkiri ada bagian-bagian permasalahan manusia yang tidak dapat dijawab oleh psikologi, namun juga ada permasalahan manusia yang tidak cukup hanya dengan pendekatan teologi, namun aspek psikologi dapat membantu manusia secara penuh. Dalam praktek pelayanan konseling yang dilaksanakan pada pasien Rumah Pemulihan Efata dan siswa SMP Masehi 1 PSAK Semarang penulis menggunakan terapi behavioral.

11 2.1 TERAPI BEHAVIORAL Pengertian Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia , yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika sebagai reaksi psikodinamika. Prespektif behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya di tentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan secara cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Nye (1975), dalam pembahasannya tentang behaviorisme radikal-nya B.F.Skinner, menyebutkan bahwa para behavioris radikal menekankan manusia sebagai dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian deterministik mereka yang kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap pencarian pola-pola tingkah laku yang diamati. Mereka menjabarkan melalui rincian spesifik berbagai faktor yang dapat diamati yang mempengaruhi belajar serta membuat argument bahwa manusia dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Pada dasarnya, terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan, tentang tujuan- tujuan treatment dispesifikasi.karena tingkah laku yang dituju sangat jelas, tujuan-

12 tujuan treatment dirinci dan metode-metode terapeutik diterangkan, maka hasil- hasil terapi menjadi dapat dievaluasi. Terapi tingkah laku menekankan evaluasi atas keefektifan teknik-teknik yang digunakan, maka evolusi dan perbaikan yang berkesinambungan atas prosedur-prosedur treatment menandai proses terapeutik 2.2 Tujuan Konseling Behavioral Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di antaranya : 1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar 2. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif 3. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari 4. Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive). 5. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. 6. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor. 2.3 Tahap-tahap Konseling Behavioral 1. Tahap Penilaian (Assesmen) Yaitu tahapan yang mensyaratkan konselor mampu untuk memahami karakteristik klien beserta permasalahannya secara utuh (mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan pemikirannya).

13 Sehubungan dengan hal ini, maka konselor harus terampil dalam mengumpulkan berbagai informasi/data klien, instrumen yang digunakan dan sumber data yang valid. 2. Tahap Penetapan tujuan (Goal setting) Yaitu antara konselor dan klien menetapkan tujuan konseling berdasarkan analisis dari berbagai informasi/data. Dalam tahap ini telah disepakati kriteria perubahan tingkah laku yang perlu dilakukan klien dalam rangka memecahkan masalahnya. 3. Tahap Penerapan teknik (Techniques implementation) Yaitu penerapan ketrampilan dan teknik-teknik konseling dalam upaya membantu klien mengatasi masalahnya (merubah perilakunya). Dalam hal ini disamping harus menguasai konsep dasar konseling behavior, konselor harus benar-benar mampu menerapkan berbagai teknik konseling. 4. Tahap evaluasi dan terminasi (Evaluation and Termination) Yaitu tahapan dimana seorang konselor mengetahui perubahan perilaku klien sebagai tolok ukur proses konseling berlangsung. Terminasi, yaitu pemberhentian proses konseling yang bertujuan untuk: a. Menguji apa yang dilakukan klien pada dekade terakhir. b. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan c. Membantu klien mentransfer apa yang dipelajari klien d. Memberi jalan untuk memantau tingkah laku klien secara berkelanjutan.

14 2.4 Teknik-teknik Konseling Behavioral 1. Desentisasi sistematik (Systematic desensitization ) Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa semua perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan dan respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon yang antagonistik (keadaan relaksasi). 2. Latihan Asertif (Assertive training) Teknik ini menitik beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya (misalnya: ingin marah tetapi tetap berespon manis). Pelaksanaan teknik ini ialah dengan role playing (bermain peran). 3. Terapi Aversi (Aversion therapy ) Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku konseli yang negatif dan memperkuat perilaku yang positif. Hukuman bisa dengan kejutan listrik. Secara sederhana, anak yang suka berbohong dihukum dengan member pertunjukan film yang disenanginya lalu dilistrik tangannya dan film dimatikan. 4. Terapi implosif dan pembanjiran Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian penguatan. Teknik pembanjiran ini tidak menggunakan agen pengkondisian balik maupun tingkatan kecemasan. Konselor memunculkan stimulus-stimulus penghasil kecemasan, klien

15 membayangkan situasi, dan konselor berusaha mempertahankan kecemasan klien. 5. Pekerjaan Rumah (Home work) Teknik ini berbentuk suatu latihan/ tugas rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu, caranya dengan memberikan tugas rumah (untuk satu minggu), misalnya: tidak menjawab apabila klien dimarahi ibunya atau bapaknya. Klien menandai hari apa dia yang menjawab, jika selama seminggu dia tidak menjawab selama lima hari, berarti dia diberi lagi tugas tambahan sehingga selama tujuh hari tak menjawab jika dimarahi. Pekerjaan rumah terus diberikan hingga tujuan konseling yang dikendaki tercapai. 2.5 Teknik-teknik Behavioristik 2.5.1 Reinforcement Teknik untuk mendorong klien ocial tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Eknik ini dimaksudkan untuk membongkar ocial nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan ocial nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan ocial nilai yang diharapkan kepadanya. 2.5.2 Social modeling Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model ocial

16 yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam ocial model ocial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor. 2.6 Teknik-teknik Kognitif Dalam teknik-teknik kognitif terdapat dua teknik yang digunakan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Home work ocial ent , Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan ocial nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan- latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan Pelaksanaan home work ocial ent yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

17 2. Latihan assertive Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah : a. mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; b. membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; c. mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; d. Dan meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku- tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.11 11 Corey, G. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. (Belmont,California: Brooks/Cole Publishing Company, 2013).

18 BAB III HASIL PELAYANAN KONSELING Hasil pelayanan konseling adalah gambaran umum dari pelaksanan konseling yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil pelayanan tersebut meliputi perubahan konseli sebelum dan sesudah pelaksanaan pelayanan konseling. Adapun pelayanan konseling yang dilaksanakan ada di dua tempat yaitu Rumah Pemulihan Efata Salatiga dan SMP masehi 1 PSAK Semarang. 3.1 Rumah Pemulihan Efata Salatiga Rumah Pemulihan Efata berada di bawah naungan Yayasan Tanah Perjanjian Efata yang melayani Rehabilitasi Kejiwaan dari Stress & Depresi, Schizophrenia, Pastoral Konseling bertempat di JI. Raya Salatiga Kopeng KM. 6 PO BOX 57 50774 Kec. Getasan Kab. Semarang. RPE Salatiga dipimpin oleh Pdm. Dr. David Wibisono, M.Th , sampai saat ini ada kurang lebih 87 klien yang direhabilitasi di tempat tersebut. Tenaga- tenaga yang menangani pasien di tempat tersebut kurang lebih ada sebanyak 15 orang. Di tempat tersebut peneliti melakukan praktek pelayanan konseling kepada salah satu pasien dengan inisial RH dengan didampingi salah satu mentor yaitu Luke Setyo Anggoro, S.Psi. RH adalah seorang pemuda berusia 29 Tahun. Melalui observasi dan informasi yang telah dilakukan sebelum praktek konseling, Dari hasil observasi dan pertemuan awal diketahui bahwa RH adalah seorang penderita Skizofrenia. Skizofrenia adalah salah satu penyakit gangguan jiwa, gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik.

19 Skizofrenia ditandai dengan pemikiran atau pengalaman yang Nampak tidak berhubungan dengan kenyataan, ucapan atau perilaku yang tidak teratur, dan penurunan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, serta kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat. RH sudah dirawat kurang lebih 8 tahun di RPE Salatiga, sehingga untuk kondisi saat ini RH sudah sangat baik karena proses rehabilitasi dan pendampingan oleh para mentor yang telah dilakukan di tempat tersebut. Kondisi awal berdasarkan pemaparan mentor memang cukup memprihatinkan ditambah lagi orang tua yang kurang mendukung dalam proses kesembuhan RH. Awal pertemuan dengan RH komunikasi masih belum terlalu akrab. Setiap sesi pertemuan berjalan dengan baik. Sesudah pelaksanaan praktek peneliti dan konseli mendapatkan banyak pelajaran. Khususnya bagi RH sebagai objek yang diteliti yaitu RH merasa sangat dikasihi, mendapatkan keluarga baru, mendapatkan banyak pembelajaran baru ketika mengerjakan tes kepribadian. Semakin lebih baik dalam menyikapi perasaan diri sendiri. RH juga mulai menata diri dalam pertumbuhan rohaninya yaitu dengan belajar membaca alkitab dan rajin berdoa. Sehingga peneliti menyimpulkan proses pelayanan konseling berhasil dan membawa dampak yang baik bagi konseli. Berikut akan disajikan tabel analisa swot selama pelaksanaan praktek pelayanan konseling di Rumah pemulihan Efata.

20 Strenght/ kekuatan Weaknes / Kelemahan 1. 1. Adanya dukungan dari STT Efata 1. 1. Konselor masih kurang percaya diri Salatiga 2. 2. Pembimbingan hanya dari 1 mentor 2. 2. Adanya dukungan / persetujuan yaitu dari RPE Salatiga yang dari dosen pembimbing dan ketua menangani beberapa pasien. RPE Salatiga. 3. 3. Tersedianya SDM. 4. 4. Sarana prasarana cukup memadai. Opportunity/ kesempatan Traits/Hambatan 1. Konseli sangat terbuka dengan hal 1. Lokasi yang agak jauh yang baru sehingga dapat menunjang 2. kesibukan para konselor diluar praktek pelayanan yang dilakukan kegiatan kuliah dan praktek oleh konselor. pelayanan konseling Dari analisa swot tersebut dapat diketahui bahwa untuk menjadi konselor masih perlu belajar lebih dalam dan perlu memperbanyak praktek konseling.

21 3.2 SMP Masehi 1 PSAK Semarang SMP Masehi 1 PSAK Semarang adalah Sekolah Menengah Pertama swasta di kota Semarang yang beralamat di Jl. Imam Bonjol no. 138 dan bernaung di bawah Yayasan PSAK (Pendidikan Sekolah dan Asrama Kristen). SMP Masehi 1 PSAK Semarang adalah salah satu sekolah terakreditasi yang menjalankan kurikulum 2013 untuk kelas 7,8 dan 9. Tenaga pengajar di tempat tersebut ada sebanyak 20 Guru dan 1 guru BK untuk siswa sejumlah 204 orang. Sebelumnya peneliti telah membuat surat permohonan izin kepada Ibu Titi Polaningsih,S.Pd selaku kepala sekolah. Melalui program kelas peduli anak yang sedang dalam perencanaan peneliti mengambil salah satu anak sebagai objek penelitian. Objek yang diambil adalah salah satu siswa kelas 8 dengan catatan masalah khusus yaitu bermasalah di kelas dan kurang menghormati guru. Dalam mempersiapkan praktek pelayanan konseling, peneliti sebelumnya telah membuat kesepakatan dengan N terkait dengan tujuan dan pertemuan yang akan dilaksanakan selama enam kali. Adapun catatan masalah yang peneliti dapatkan, selama belajar N tidak memiliki catatan pelajaran secara lengkap, cerewet, kurang sopan, semaunya sendiri, provokator, sering tidak mengerjakan tugas dan mengganggu di kelas. Namun sangat berbeda ketika N ada di rumah, karena N termasuk anak yang menghormati orang tua serta menyayangi adik perempuannya. Jadi bisa dikatakan N adalah siswa yang kurang baik selama di sekolah. Pertemuan dilakukan selama enam kali. Tidak ada kendala selama proses konseling. N juga mengikuti setiap sesi dengan baik. Hasil dari konseling belum

22 terlihat secara signifikan, namun N mendapatkan pemahaman baru untuk menjadi siswa yang baik di sekolah maupun di rumah. Ada komitmen ketika peneliti mendampingi N selama proses konseling untuk menjadi pribadi yang baik. Untuk proses pendampingan tidak hanya terbatas selama enam pertemuan saja, karena peneliti sendiri adalah salah satu pengajar di sekolah tersebut sehingga proses pendampingan tetap dilakukan sampai N lulus sekolah. Berikut akan disajikan tabel analisa swot selama pelaksanaan praktek pelayanan konseling di SMP Masehi 1 PSAK semarang. Strenght/ kekuatan Weaknes / Kelemahan 5. 1. Adanya dukungan dari SMP 3. 1. Konselor masih kurang Masehi 1 PSAK Semarang pengalaman dalam mengkonseling. 6. 2. Adanya dukungan / persetujuan 4. 2. Konselor masih terlalu banyak dari dosen pembimbing dan ketua menasehati. RPE Salatiga. 7. 3. Tersedianya SDM. 8. 4. Sarana prasarana memadai. Opportunity/ kesempatan Traits/Hambatan 2. Konseli adalah seorang kristen 1. Waktu yang terbatas, karena sehingga dapat menunjang praktek konseling bersamaan dengan pelayanan yang dilakukan oleh penerimaan siswa baru. konselor. 2. kesibukan para konselor diluar kegiatan kuliah dan praktek pelayanan konseling.

23 BAB IV PENUTUP MANFAAT PRAKTIK PELAYANAN KONSELING Secara umum tujuan Praktik Pelayanan Konseling adalah meningkatkan wawasan, ketrampilan, dan sikap mahasiswa dalam melaksanakan pelayanan konseling baik di Gereja, instansi maupun lembaga pendidikan non-formal lainnya, seperti instansi pemerintah atau swasta sehingga pelayanan tersebut menjadi hal yang sangat bermanfaat. Manfaat dari Praktik Pelayanan Konseling diabgi menjadi dua, yaitu bagi mahasiswa dan konseli. Bagi Mahasiswa: 1. Mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, kemampuan, nilai-nilai dan sikap yang diperlukan untuk membantu proses pemberian bantuan di bidang konseling. 2. Meningkatkan kemampuan serta ketrampilan mahasiswa dalam pelayanan konseling baik di dalam Gereja maupun di luar Gereja. 3. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan di manapun dengan profesional. 4. Mahasiswa mampu menangani permasalahan yang ada secara langsung beserta penyelesaiannya.

24 Bagi Konseli: 1. Konseli dapat memahami perkembangan diri sesuai dengan tingkat perkembangan. 2. Konseli dapat memutuskan sesuatu keputusan secara mandiri dan konseli mampu mempertanggungjawabkan keputusannya. 3. Dapat meringankan beban konseli apabila kembali ke masyarakat 4. Konseli mampu melanjutkan hidupnya pada arah yang lebih baik lagi dan masyarakat dapat menerima kembali konseli yang bermasalah. 5. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada konseli sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. 6. Dapat mengarahkan iman konseli untuk berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus.

25 SARAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil praktek pelayanan konseling, ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan, diantaranya: 1. RPE Salatiga perlu bekerja sama dengan Gereja non denominasi untuk membuka pelayanan konseling serta memperluas ruang publikasi sehingga menjawab kebutuhan masyarakat dalam penanganan khusus terhadap orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. 2. SMP Masehi 1 PSAK Semarang perlu menjalin kerjasama dengan psikolog atau lembaga yang bergerak di bidang psikologi untuk membekali guru dalam menangani anak. Dari hasil praktek pelayanan konseling, telah di temukan beberapa hal yang dapat menjadi diskusi serta saran – saran yang telah di sebutkan, namun agar dapat terealisasikan dengan baik ada beberapa rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkaitan, dalam hal ini RPE Salatiga dan SMP Masehi 1 PSAK Semarang. Rekomendasi – rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Direkomendasikan agar melaksanakan evaluasi program untuk mengembangkan nilai fungsi dari keberadaan lembaga tersebut ditengah-tengah masyarakat. 2. Agar dilaksanakan studi banding untuk meningkatkan mutu dan kwalitas kinerja para pekerja.

27 KONSELI I RUMAH PEMULIHAN EFATA SALATIGA Nama lengkap : RH Tempat, Tanggal lahir :Jakarta 31 Oktober 1990 Alamat : Dirahasiakan. Umur : 29 Thn Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Nama Orang Tua (Ayah) : (Jepang) ( Ibu) : (Manado, Indonesia) Latar belakang : Penderita Skizofrenia Masalah / Keluhan Utama : Sering merasakan perasaan aneh, Merasa ada yang kurang pada bagian mata Sering mendengar suara dan penglihatan (halusinasi) Sudah lama berpisah dengan papa kandung Secara psikologi umum penampilan konseli rapi dalam berpakaian, ekspresi kadang-kadang sayu dan jarang tersenyum. Sering merasakan perasaan yang tidak enak, cemas, hanya bersosial dengan beberapa orang saja. Seringkali isi pikiran melompat-lompat dan negativ thingking.

28 LAPORAN MINGGUAN Kegiatan Praktek Pelayanan Konseling Di Rumah Pemulihan Efata Salatiga Pertemuan ke :1 Hari /Tanggal : Jumat, 5 April 2019 Pukul : 14.30-15.30 WIB Deskripsi Kegiatan : Peneliti sebelumnya telah melakukan observasi untuk menentukan klien yang akan dikonseling, observasi tersebut telah dilakukan pada tanggal 22 Maret 2019. Oleh arahan dari dosen pembimbing yaitu Pdt. Dr. bambang, pada saat observasi peneliti menemui salah satu mentor yaitu Luke Setyo Anggoro yang kemudian menolong peneliti untuk memilih salah satu pasien. Akhirnya, pasien yang dipilih oleh peneliti adalah seorang pria bernama Ryoichi Hirano. Peneliti menggunakan inisial RH sebagai pengganti nama dalam penulisan laporan. RH adalah seorang warga keturunan Jepang dan Manado. Ayah seorang Jepang dan Ibu asli Manado. RH lahir di Jakarta pada tanggal 31 Oktober 1990 dan memiliki seorang adik perempuan. Data pribadi RH yang terdaftar di RPE Salatiga juga peneliti lampirkan sebagai tambahan informasi. Pada pertemuan pertama, peneliti mendapat kesempatan untuk bertatap muka di Aula RPE Salatiga. Pertemuan awal dibuka dengan saling memperkenalkan diri, peneliti juga mengutarakan maksud dan tujuan kepada RH yaitu untuk memenuhi tugas kuliah yaitu dalam Praktek Pelayanan Konseling. Dari hasil observasi dan pertemuan awal diketahui bahwa RH adalah seorang penderita Skizofrenia. Skizofrenia adalah salah satu penyakit gangguan jiwa, gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik. Skizofrenia ditandai dengan pemikiran atau pengalaman yang Nampak tidak berhubungan dengan kenyataan, ucapan atau perilaku yang tidak teratur, dan

29 penurunan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, serta kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat. Di awal pertemuan peneliti juga mendapatkan informasi. RH berada di RPE sejak tahun 2011, sehingga sudah hampir 8 tahun RH menjadi salah satu penghuni di RPE Salatiga. Selama di Jepang RH hidup bersama mama dan adik, sedangkan papa ada di Indonesia dan sudah memiliki keluarga baru. Usai lulus sekolah, ternyata RH mulai mandiri, yaitu dengan tinggal di sebuah apartemen sederhana dan bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik. Dari bekerja, RH mencukupi kebutuhannya sendiri yaitu membayar sewa apartemen, kebutuhan makan harian, serta masih menyempatkan diri untuk menyisihkan sebagian gaji ke dalam tabungan pribadi. Walaupun mandiri, namun ternyata komunikasi RH dengan orang tua kurang begitu baik. Kedua orang tua RH sibuk, sehingga pada akhirnya RH ikut papa di Indonesia. Pada saat di Indonesia RH pernah tinggal di Bali. Di sinilah mulai muncul gejala- gejala yang dirasakan tidak biasa oleh RH. Diceritakan bahwa RH mengalami depresi, tidak bisa berpikir dengan baik, hingga pada akhirnya muncul halusinasi. Dalam kondisi tersebut, akhirnya RH sempat dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Namun pada akhirnya oleh saran keluarga RH dikirim ke Rumah Pemulihan Efata Salatiga. Dalam masa penyembuhan di RPE Salatiga RH telah mengalami kemajuan dengan sangat baik. Salah satu kemampuan RH dalam bidang seni, ternyata RH memiliki bakat dalam bermusik khususnya bermain alat musik gitar. Rupanya, RH belajar gitar sejak SMP dan sampai saat ini sangat menyukai salah satu lagu rohani yaitu “Kasih yang sempurna”. Akhirnya pertemuan pertama diakhiri dengan berdoa. Peneliti mendoakan klien. Kesimpulan/ Goal yang dicapai: Peneliti mendapatkan cukup banyak informasi mengenai Klien. Sehingga menjadi dasar untuk melakukan penelian lebih lanjut kepada klien.

30 Target Pertemuan ke 2: Pada pertemuan selanjutnya peneliti akan menggunakan terapi Kognitif-Behavioral. Terapi Kognitif-Behavioral atau Cognitive-Behavioral Therapy merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Pada pertemuan berikutnya, peneliti akan mengajak klien untuk mempelajari isi lirik dari lagu kesukaan klien. Peneliti berharap ada sesuatu yang bisa didapatkan oleh klien dari pertemuan tersebut.

31 LAPORAN MINGGUAN Kegiatan Praktek Pelayanan Konseling Di Rumah Pemulihan Efata Salatiga Pertemuan ke :2 Hari /Tanggal : Jumat, 12 April 2019 Pukul : 14.30-15.30 WIB Deskripsi Kegiatan : Pada pertemuan ke dua peneliti mencoba membuka percakapan seputar keseharian klien. RH menceritakan bahwa setiap hari banyak aktifitas yang dilakukan, salah satunya yaitu menolong membersihkan “tepak” (tempat makan/minum) para pasien di RPE Salatiga. RH juga rajin mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di RPE Salatiga. Rupanya RH juga aktif dalam kegiatan seni, terutama dalam bermusik. Selanjutnya peneliti mencoba meminjam gitar kepada mentor. Peneliti kemudian mengajak RH menyanyikan lagu “Kasih yang Sempurna” dengan bermain gitar. Pada kesempatan berikutnya peneliti mempersilahkan RH untuk bermain gitar. RH cukup baik ketika mengiringi sebuah lagu, walaupun ada beberapa kunci yang RH belum kuasai. Setelah kami selesai menyanyi dan bermain gitar, kemudian peneliti meminta kepada RH untuk menuliskan lirik lagu tadi. Usai menulis, peneliti memberi kesempatan untuk memahami lirik dari lagu tersebut. Adapun lirik lagu yang dimaksud adalah sebagai berikut: Kasih yang sempurna telah Kuterima dariMu Bukan karna kebaikanku Hanya oleh kasih karuniaMu Kau pulihkan aku Layakkanku tuk dapat memanggilMu Bapa Reff : Kau bri yang kupinta Saat kumencari kumendapatkan Kuketuk pintuMu Dan Kau bukakan S’bab Kau Bapaku Bapa yang kekal

32 Tak kan Kau biarkan Aku melangkah hanya sendirian Kau selalu ada bagiku S’bab Kau Bapaku Bapa yang kekal Kesimpulan/ Goal yang dicapai: Melalui penulisan lirik lagu yang ditulis oleh klien, klien memiliki pemahaman sebagai berikut: “dari lagu ini menyatakan bahwa kasih Tuhan begitu sempurna. Yang kutrima bukan karena kebaikanku dan Tuhan juga memulihkanku. Tuhan member yang kita pinta, Tuhan tak membiarkan ku melangkah sendirian. Tuhan dapat member pertolongan melalui orang di sekeliling kita, dan Tuhan selalu ada untuk saya disaat susah maupun senang. Dan Tuhan adalah Bapa yang kekal, walaupun kita tidak dalam baik tapi Tuhan mengasihi kita. Tak kan kau biarkan aku melangkah sendirian. Kau selalu ada bagiku, sbab kau Bapaku, Bapa yang kekal.” Peneliti menyimpulkan, bahwa klien sedang berada dalam kondisi yang baik karena mampu memahami keterbatasan diri dari diri klien tersebut. Klien memahami Allah yang begitu mengasihi dan menyayangi diri klien. Kemudian peneliti memberikan arahan kepada klien untuk terus setia kepada Tuhan yaitu dengan rajin membaca alkitab serta berdoa. Target Pertemuan Ke 3: Setelah belajar memahami kasih Tuhan melalui lagu, peneliti akan mencoba mengajak klien untuk mengenal lebih dalam mengenai kepribadiannya. Melalui tes kepribadian diharapkan klien mampu melihat dengan baik tentang dirinya sendiri. Adapun tes kepribadian yang peneliti pakai berasal dari sumber internet yaitu https://www.16personalities.com/id

33 LAPORAN MINGGUAN Kegiatan Praktek Pelayanan Konseling Di Rumah Pemulihan Efata Salatiga Pertemuan ke :3 Hari /Tanggal : Jumat, 18 April 2019 Pukul : 11.30-12.30 WIB Deskripsi Kegiatan : Peneliti mengajak RH untuk mempelajari kepribadian diri melalui aplikasi web www.16personalities.co.id, adapun pertanyaan yang diajukan kepada klien sebagai berikut: TES KEPRIBADIAN Nama: Umur : Keterangan : No Pertanyaan/Pernyataan 1 Anda merasa kesulitan memperkenalkan diri ke orang lain. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 2 Anda sering tenggelam dalam pikiran sehingga Anda mengabaikan atau melupakan sekeliling Anda. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 3 Anda mencoba menjawab email Anda sesegera mungkin dan tidak tahan melihat kotak masuk yang berantakan. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 4 Anda merasa mudah untuk tetap santai dan fokus bahkan saat berada dalam tekanan. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 5 Anda tidak biasa memulai percakapan. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 6 Anda jarang melakukan sesuatu hanya karena sangat ingin tahu. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju

34 7 Anda merasa lebih unggul dari orang lain. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 8 Menjadi orang yang teratur lebih penting bagi Anda daripada menjadi orang yang mudah beradaptasi. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 9 Anda biasanya sangat termotivasi dan bersemangat. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 10 Memenangkan debat tidak terlalu penting bagi Anda dibandingkan memastikan tidak ada orang marah. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 11 Anda sering merasa seolah-olah Anda harus menjustifikasi diri Anda kepada orang lain. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 12 Lingkungan rumah dan tempat kerja Anda sangat rapi. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 13 Anda tidak keberatan menjadi pusat perhatian. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 14 Anda menganggap diri Anda lebih praktis daripada kreatif. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 15 Orang jarang dapat membuat Anda marah. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 16 Rencana perjalanan Anda biasanya benar-benar matang. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 17 Anda sering kesulitan menghubungkan perasaan orang lain. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 18 Suasana hati Anda dapat berubah dengan cepat. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 19 Dalam suatu diskusi, kebenaran harus lebih penting daripada sensitivitas orang lain. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 20 Anda jarang merasa khawatir mengenai bagaimana tindakan Anda memengaruhi orang lain. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju

35 21 Gaya kerja Anda lebih dekat dengan lonjakan energi yang acak daripada pendekatan metodis dan terorganisasi. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 22 Anda sering merasa iri terhadap orang lain. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 23 Buku atau permainan video yang menarik seringkali lebih baik daripada acara sosial. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 24 Mampu mengembangkan rencana dan tetap berpegang pada rencana itu adalah bagian yang paling penting dari setiap proyek. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 25 Anda jarang terhanyut oleh fantasi dan ide. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 26 Anda sering merasa tenggelam dalam pikiran saat Anda berjalan di alam. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 27 Jika seseorang tidak menjawab email Anda dengan cepat, Anda mulai khawatir apakah Anda mengatakan sesuatu yang salah. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 28 Sebagai orang tua, Anda ingin anak Anda tumbuh sebagai anak yang baik bukan anak yang cerdas. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 29 Anda tidak membiarkan orang lain memengaruhi tindakan Anda. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 30 Impian Anda cenderung fokus pada dunia nyata dan peristiwanya. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 31 Tidak perlu waktu lama bagi Anda untuk terlibat dalam kegiatan sosial di tempat kerja Anda. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 32 Anda lebih merasa sebagai pembuat perbaikan alami daripada perencana teliti. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 33 Emosi Anda lebih mengontrol Anda daripada Anda mengontrol emosi Anda. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 34 Anda menikmati acara sosial yang melibatkan kegiatan dengan pakaian khusus atau bermain peran. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju

36 35 Anda sering menghabiskan waktu mengeksplorasi ide yang tidak realistis dan tidak praktis tetapi menarik. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 36 Anda lebih senang berimprovisasi daripada menghabiskan waktu menyiapkan rencana terperinci. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 37 Anda adalah orang yang relatif penyendiri dan pendiam. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 38 Jika Anda memiliki bisnis, Anda akan merasa kesulitan memberhentikan karyawan yang loyal tapi kinerjanya buruk. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 39 Anda sering merenungi alasan keberadaan manusia. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 40 Logika lebih penting daripada perasaan jika terkait dengan membuat keputusan penting. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 41 Tetap membuka opsi Anda lebih penting daripada memiliki daftar yang harus dilakukan. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju Jika teman Anda bersedih karena sesuatu, Anda mungkin lebih memberi 42 dukungan emosional daripada menyarankan cara untuk mengatasi masalahnya. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 43 Anda jarang merasa tidak aman. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 44 Anda tidak merasa kesulitan membuat jadwal waktu dan tetap berpegang padanya. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 45 Benar lebih penting daripada kooperatif jika berkaitan dengan kerja tim. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 46 Anda berpendapat bahwa pandangan setiap orang harus dihormati tanpa memandang apakah pandangan tersebut didukung fakta atau tidak. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 47 Anda merasa lebih bersemangat setelah menghabiskan waktu bersama sekelompok orang. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 48 Anda sering salah menaruh tempat barang-barang Anda. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju

37 49 Anda melihat diri Anda secara emosional sangat stabil. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 50 Pikiran Anda selalu membayangkan ide dan rencana yang belum dieksplorasi. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 51 Anda tidak akan menyebut diri Anda seorang pemimpi. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 52 Anda biasanya merasa kesulitan untuk rileks saat berbicara di depan orang banyak. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 53 Biasanya Anda lebih mengandalkan pengalaman Anda daripada imaginasi Anda. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 54 Anda terlalu khawatir tentang anggapan orang terhadap Anda. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 55 Jika ruangan penuh, Anda berada dekat dengan dinding, menghindari bagian tengah. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 56 Anda cenderung untuk berleha-leha sampai tidak cukup waktu untuk melakukan apa-apa. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 57 Anda merasa sangat gelisah dalam situasi yang membuat tertekan. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 58 Anda yakin bahwa lebih bermanfaat disukai orang daripada menjadi orang yang berkuasa. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 59 Anda selalu tertari dengan benda-benda yang tidak konvensional dan ambigu, misalnya buku, seni atau film. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju 60 Anda sering mengambil inisiatif dalam situasi sosial. Saya setuju 1 2 3 4 3 2 1 Saya Tidak Setuju Peneliti sebelumnya telah membuat kedalam bentuk tertulis, kemudian peneliti member waktu untuk mengisi. Setelah selesai mengisi, peneliti menjelaskan bahwa hasilnya

38 akan dipaparkan pada pertemuan berikutnya sebagai pembahasan dalam pertemuan. Pertemuan ke 3 diakhiri dengan berdoa bersama. Target Pertemuan Ke 3: Pemaparan hasil tes kepribadian dan diharapkan konseli memahami kepribadiannya melalui tes yang telah dilakukan.

39 LAPORAN MINGGUAN Kegiatan Praktek Pelayanan Konseling Di Rumah Pemulihan Efata Salatiga Pertemuan ke :4 Hari /Tanggal : Jumat, 26 April 2019 Pukul : 11.30-12.30 WIB Deskripsi Kegiatan : Peneliti melanjutkan pembahasan mengenai hasil tes kepribadian yang telah diisi dan dikerjakan oleh konseli. Adapun hasil dari tes kepribadian tersebut adalah sebagai berikut: Penjelasannya adalah sebagai berikut:

40 Kepribadian “Advokat” Tipe kepribadian Advokat sangat jarang, mencapai kurang dari satu persen populasi, tetapi bagaimanapun juga membawa pengaruh di dunia. Mereka memiliki rasa idealisme dan moralitas sejak lahir, tetapi yang membedakan mereka dengan tipe kepribadian idealistik lainnya adalah ketegasan dan tekad mereka – Advokat bukan pemimpi yang malas, tetapi orang yang mampu mengambil langkah nyata untuk mewujudkan tujuan mereka dan meinggalkan dampak positif yang abadi. Advokat cenderung berpendapat membantu orang lain itu adalah tujuan hidup mereka, tetapi walaupun orang dengan tipe kepribadian ini dapat ditemukan terlibat dalam upaya penyelamatan dan melakukan kerja amal, gairah mereka yang sebenarnya adalah mendapatkan inti masalah sehingga orang tidak memerlukan penyelamatan sama sekali. Membantu Saya Membantu Anda Advokat memang memiliki kombinasi ciri yang sangat unik: walaupun lemah lembut, mereka memiliki pendapat yang sangat kuat dan akan berjuang tanpa lelah mempertahankan ide yang mereka yakini. Orang dengan tipe kepribadian ini tegas dan berkemauan keras, tetapi akan jarang menggunakan energi itu untuk keuntungan pribadi – Advokat akan bertindak dengan kreativitas, imajinasi, iktikad dan sensitivitas bukan untuk menciptakan keuntungan, tetapi untuk menciptakan keseimbangan. Egalitarianisme dan karma merupakan ide yang sangat menarik bagi Advokat, dan mereka cenderung percaya bahwa tidak ada yang akan membantu dunia begitu banyak sebagaimana penggunaan cinta dan belas kasih untuk melembutkan hati para tiran. Setiap orang harus memutuskan apakah ia akan berjalan di bawah cahaya altruisme kreatif atau dalam kegelapan egoisme yang merusak. MARTIN LUTHER KING

41 Advokat merasa mudah membangun hubungan dengan orang lain, dan memiliki bakat untuk menggunakan bahasa yang hangat dan sensitif, berbicara dalam istilah manusia, alih-alih menggunakan logika dan fakta murni. Masuk akal jika teman dan kolega mereka akan berpikir sebagai orang yang secara relatif memiliki kepribadian sosial, tetapi mereka akan sangat ingat bahwa Advokat perlu waktu sendiri untuk melepaskan tekanan dan memulihkan tenaga, dan tidak menjadi terlalu heran jika tiba-tiba mereka menarik diri. Advokat sangat peduli terhadap perasaan orang lain, dan mereka berharap perlakukan yang sama – terkadang itu berarti memberi mereka ruang yang mereka perlukan selama beberapa hari. Hidup untuk Memperjuangkan Hari Lain Meskipun begitu, sangat penting bagi kepribadian Advokat untuk ingat memerhatikan diri sendiri. Gairah iktikad mereka sangat mampu membawa mereka melewati titik yang sangat sulit dan jika semangat mereka tidak dapat dikontrol, mereka akhirnya merasa lelah, tidak sehat dan tertekan. Ini menjadi sangat jelas terlihat saat Advokat mendapati dirinya berhadapan dengan konflik dan kritik – sensitivitas mereka memaksa mereka melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menghindari hal yang terlihat sebagai serangan pribadi ini, tetapi keadaan ini sulit dihindari, mereka dapat melawan dengan cara yang tidak masuk akal dan tidak berguna. Bagi Advokat, dunia adalah tempat yang penuh dengan ketidakadilan – tetapi seharusnya tidak seperti itu. Tidak ada tipe kepribadian lain yang lebih cocok untuk menciptakan gerakan untuk memperbaiki yang salah, tidak masalah seberapa besar atau kecil. Advokat hanya perlu ingat bahwa walaupun mereka sibuk mengurus dunia, mereka juga perlu mengurus diri sendiri.

42 Kekuatan advokat Kreatif - Menggabungkan imajinasi yang hidup dengan rasa kasih sayang yang kuat, Para Advokat menggunakan kreativitas mereka untuk menyelesaikan bukan tantangan teknis, tetapi tantangan manusia. Orang dengan tipe kepribadian Advokat senang menemukan solusi sempurna untuk seseorang yang mereka sayangi, dan kekuatan ini menjadikan mereka penasihat dan penasihat yang luar biasa. Insightful - Melihat melalui ketidakjujuran dan motif tidak jujur, Advokat melewati manipulasi dan taktik penjualan dan menjadi diskusi yang lebih jujur. Tokoh-tokoh advokat melihat bagaimana orang dan peristiwa terhubung, dan dapat menggunakan wawasan itu untuk sampai ke inti permasalahan. Inspiring and Convincing - Berbicara dalam istilah manusia, bukan teknis, Advokat memiliki gaya penulisan yang lancar dan inspirasional yang menarik bagi idealis batin di antara audiens mereka. Para advokat bahkan dapat menjadi orator yang luar biasa, berbicara dengan kehangatan dan semangat, jika mereka bangga dengan apa yang mereka bicarakan. Tegas - Kreativitas, wawasan, dan inspirasi mereka mampu memberikan dampak nyata bagi dunia, karena para Advokat dapat menindaklanjuti ide-ide mereka dengan keyakinan, kemauan keras, dan perencanaan yang diperlukan untuk melihat proyek-proyek kompleks hingga akhir. Orang dengan tipe kepribadian Advokat tidak hanya melihat apa yang seharusnya terjadi, mereka bertindak berdasarkan wawasan tersebut. Bertekad dan Penuh Semangat - Ketika para Advokat percaya bahwa sesuatu itu penting, mereka mengejar tujuan itu dengan keyakinan dan energi yang dapat membuat teman-teman dan orang-orang yang mereka sayangi lengah. Para pendukung akan mengguncang perahu jika mereka harus, sesuatu yang tidak semua orang suka melihat, tetapi semangat mereka untuk tujuan yang mereka pilih adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kepribadian mereka.

43 Altruistik - Kekuatan ini digunakan untuk kebaikan. Para advokat memiliki keyakinan yang kuat dan mengambil tindakan yang tidak mereka lakukan karena mereka berusaha untuk memajukan diri mereka sendiri, tetapi karena mereka berusaha untuk memajukan ide yang mereka yakini benar-benar akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Kelemahan Advokat Sensitif - Ketika seseorang menantang atau mengkritik prinsip-prinsip atau nilai- nilai Advokat, mereka cenderung menerima respons yang sangat kuat. Orang dengan tipe kepribadian Advokat sangat rentan terhadap kritik dan konflik, dan mempertanyakan motif mereka adalah cara tercepat untuk sisi buruk mereka. Sangat Privat - Advokat cenderung menampilkan diri sebagai puncak dari sebuah ide. Ini sebagian karena mereka percaya pada ide ini, tetapi juga karena para Advokat sangat pribadi dalam hal kehidupan pribadi mereka, menggunakan gambar ini untuk menjaga diri mereka dari harus benar-benar terbuka, bahkan kepada teman dekat. Mempercayai teman baru bisa jadi lebih menantang bagi Advokat. Perfeksionistik - kepribadian Advokat semuanya ditentukan oleh pengejaran cita- cita mereka. Walaupun ini adalah kualitas yang luar biasa dalam banyak hal, situasi ideal tidak selalu memungkinkan - dalam politik, bisnis, romansa - dan para Advokat, terutama yang bergolak, terlalu sering meninggalkan atau mengabaikan situasi dan hubungan yang sehat dan produktif, selalu percaya bahwa mungkin ada menjadi pilihan yang lebih baik di jalan. Selalu Perlu Punya Penyebab - Tokoh-tokoh advokat begitu terperangkap dalam semangat pengejaran mereka sehingga pekerjaan administrasi atau pemeliharaan yang rumit yang menghadang di antara mereka dan cita-cita yang mereka lihat di cakrawala sangat tidak disukai. Para advokat ingin mengetahui bahwa mereka mengambil langkah konkret menuju

44 tujuan mereka, dan jika tugas-tugas rutin terasa seperti menghalangi, atau lebih buruk lagi, tidak ada tujuan sama sekali, mereka akan merasa gelisah dan kecewa. Dapat Terbakar Dengan Mudah - Gairah mereka, kesabaran yang buruk untuk pemeliharaan rutin, kecenderungan untuk menampilkan diri mereka sebagai ideal, dan privasi yang ekstrem cenderung membuat Advokat memiliki beberapa pilihan untuk melepaskan tenaga. Orang dengan tipe kepribadian ini cenderung menghabiskan diri mereka dalam waktu singkat jika mereka tidak menemukan cara untuk menyeimbangkan cita-cita mereka dengan kenyataan hidup sehari-hari INFJ merupakan jenis kepribadian manusia yang paling langka. Jumlah mereka disinyalir hanya sekitar 1-3% dari populasi dunia. INFJ adalah singkatan dari I (Introvert), N (Intuition), F (Feeling), J (Judging). I (Introversion) : mereka yang cenderung tenang dan pendiam, lebih suka bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil, dan memperoleh energi dengan menyendiri. N (Intuition) : lebih suka pada gambaran besar daripada detail, dan lebih mengedepankan masa depan daripada realita keadaan masa kini. F (Feeling) : cenderung lebih suka menghargai pertimbangan pribadi dalam mengambil sebuah keputusan. Selain itu, mereka lebih mengutamakan pertimbangan sosial daripada logika. J (Judging) : ketika merencanakan sesuatu, mereka cenderung membuat keputusan di awal, bahkan sebelum dilaksanakan. Mereka mengontrol rencana dengan prediksi mereka sendiri. The Protectors & Counselor Julukan “The Protectors” alias pelindung disematkan ke INFJ, karena sifat alami mereka yang cenderung berlimpah empati dengan orang lain. INFJ tidak segan untuk melindungi orang-orang yang dianggapnya membutuhkan perlindungannya. Apalagi orang