87 Anak : bungsu dari 6 bersaudara 2 Inisial : JB Umur : 13 tahun Agama : Kristen Pendidikan : Kelas VI, SD Kristen 01 Salatiga Anak : ke 4 dari 5 bersaudara 3 Inisial : JK Umur : 16 tahun Agama : Kristen Pendidikan : Kelas VI, SD Kristen 01 Salatiga Anak : ke 3 dari 5 bersaudara 4.1.1.1. Kondisi Awal Konseli DF sebelum Pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan Konseli DF saat ini berusia 18 Tahun. DF berasal dari Kota X, dan merupakan anak bungsu (anak ke-6 dari 6 bersaudara). DF dititipkan di Panti sejak berusia 7 tahun. DF di titipkan oleh kakaknya yang berkuliah di Salah satu Universitas di Salatiga. Alasan DF dititipkan di Panti Asuhan karena kakak DF tidak dapat menjaga DF yang masih kecil ketika kakaknya kuliah. Sehingga Panti asuhan dipilih untuk menitipkan DF dengan alasan keamanan. DF datang ke Salatiga atas permintaan kakak DF yang mendapat beasiswa dari pemerintah Kota X untuk melanjutkan pendidikan di Salatiga. DF meninggalkan papa, mama serta saudara- saudaranya yang ada di kota X untuk pindah di Salatiga. Papa DF adalah salah satu pekerja di sebuah PT yang terkenal di kota itu. sedangkan mama DF tidak bekerja dan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Kehidupan keluarga DF kurang baik karna DF
88 memiliki 2 orang ibu tiri dan seorang ibu kandung. Sejak kecil DF tinggal bersama ibu tirinya karna ibu itu tidak memiliki anak. Selain meninggalkan keluarganya, DF juga meninggalkan pendidikan Sekolah Dasar yang telah ia jalani selama 3 Tahun di tempat kelahirannya. Akibatnya DF harus memulai pendidikannya dari awal ketika ia di Salatiga. 4.1.1.2. Kondisi Awal Konseli JB sebelum Pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan Konseli JB juga berasal dari kota X. konseli JB berusia 13 tahun dan dititipkan di Panti Asuhan sejak September 2018 yang lalu. JB dititipkan di Panti Asuhan dengan Alasan tidak adanya orang yang bisa menjaga JB. Karena kakak saudara yang membawa JB sedang melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas swasta di Salatiga dan tidak bisa selalu menjaga dan memperhatikan JB. JB adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Ayah JB meninggal pada saat JB berusia 9 tahun dan duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Ayah JB meninggal dikarenakan sakit. Namun dalam hal ini JB percaya bahwa Ayahnya meninggal karena pengaruh kuasa gelap. JB hidup dilingkungan orang-orang Kristen dan sejak kecil telah menjadi Kristen. Namun sangat disayangkan Jb masih percaya dengan kuasa-kuasa gelap.
89 Sepeninggalan ayahnya, JB hidup bersama ketiga kakak dan seorang adik kandungnya serta mama nya. Mama JB adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan anak-anaknya. Mama JB bekerja dikebun yang mereka miliki. Mama JB berkebun dengan menanam jagung, ubi, telo, petatas, pisang merah, segala macam pisang, tebu, kacang tanah, dan kacang panjang. 4.1.1.3. Kondisi Awal Konseli JK sebelum Pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan JK adalah seorang remaja yang berasal dari kota X. JK masuk di Panti Asuhan Salib Putih sejak JK berusia 7 tahun. Dan sampai saat ini JK sudah tinggal di Panti Asuhan selama 9 tahun. Sama halnya dengan DF dan JB, JK masuk Panti Asuhan dikarenakan tidak ada yang menjaganya jika ia tinggal dengan kakaknya yang berkulian di salah satu kampus di Salatiga. Sebagai seorang perantau, JK mengaku rindu dengan keluarganya yang masih tinggal di kota X. Di kota X, JK memiliki 3 orang kakak dan seorang adik. Namun adik JK meninggal pada usia 5 tahun. Diketahui bahwa adik JK meninggal akibat memakan donat yang telah diberi racun oleh orang dari suku D. hal ini menimbulkan kesedihan tersendiri bagi JK. Apalagi adik JK tersebut meninggal didepan mata JK. Selain kehilangan adik kandungnya, JK juga sudah kehilangan ayah yang dikasihinya. Ayah JK meninggal dunia tanpa sebab pada saat JK berusia 5 tahun. Jadi sejak kecil JK sudah terbiasa hanya mendapatkan kasih sayang dari ibunya.
90 4.1.2. Mendata dan Mendiagnosis Kenakalan yang Dilakukan Oleh Konseli (Diagnosis) Untuk mendiagnosis masalah kenakalan yang dilakukan oleh konseli, peneliti melakukan wawancara lanjutan kepada bapak pengasuh panti asuhan. Selain dari pada itu, peneliti juga melakukan wawancara lanjutan terstruktur dan mendalam kepada kedua konseli. Dari wawancara tersebut, peneliti berhasil mendata dan mendiagnosis setiap kenakalan yang dilakukan oleh kedua konseli. Adapun diagnosis yang berhasil peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 4.1.2.1.Diagnosis Kenakalan yang Dilakukan Oleh Konseli 1 Di kota X, DF hidup didalam lingkungan keluarga yang terbiasa mengkonsumsi minuman keras serta merokok. Sehingga sesampainya di Salatiga, DF sangat mudah dipengaruhi oleh teman-teman yang mengkonsumsi minuman keras dan merokok. Awal mula DF mengaku hanya coba-coba. Hal ini ia lakukan ketika ia duduk di bangku SD. Namun semakin lama minuman keras serta rokok sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihentikan. Meskipun saat ini DF masih duduk di bangku SMP. Bukan hanya minuman keras dan merokok yang merusak hidup DF, namun obat-obatan, Gorila, daun cubung, serta jamur letong juga masuk didalam daftar hal-hal berbahaya yang dikonsumsi oleh DF sejak tahun terakhir ia menjadi siswa SD. Hal-hal berbahaya tersebut terus dikonsumsi oleh DF ketika ia memiliki uang untuk membelinya atau mencarinya (daun cubung dan jamur letong). Mudahnya cara untuk mendapatkan barang-barang tersebut membuat
91 DF sulit untuk berhenti. Ditambah lagi DF sudah tau dimana ia bisa mendapatkan barang-barang yang bisa merusak hidupnya itu. Kebiasaan buruk DF mengkonsumsi minuman keras, obat-obatan, Gorila, daun cubung, jamur letong, dan juga merokok membuat DF seringkali melanggar peraturan panti dan tidak mau taat dengan nasehat Bapak pengasuh panti asuhan. Salah satu pelanggaran yang dilakukan oleh DF adalah seringnya keluar malam tanpa ijin dan terkadang pulang hingga dini hari dalam keadaan mabuk. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi bapak pengasuh panti asuhan. DF sering mendapatkan teguran bahkan hukuman ketika melakukan pelanggaran tersebut. Namun hal itu tidak berhasil membuat DF untuk berubah. DF tetap melakukan apa yang ingin ia lakukan. Efek kesenangan dan kebebasan dari barang-barang yang ia konsumsi tersebut yang membuat DF kecanduan. Bukan hanya melanggar peraturan panti, DF juga melanggar peraturan sekolah. Beberapa kali DF membolos sekolah sehingga DF harus di skorsing selama 3 minggu. Kenakalan lainnya yang DF lakukan adalah menonton video porno. Menurut pengakuan DF, ia menonton Video porno sejak ia duduk di kelas 5 SD. Dan itu berlangsung sampai ia kelas 8 atau kelas 2 SMP. Berhentinya DF menonton video porno bukan semata-mata karna ia ingin berubah, namun karna handphone DF yang dugunakan untuk menonton Video tersebut telah hilang. Sehingga DF kehilangan akses untuk menonton video porno tersebut. Video porno memperkenalkan DF tentang seksual. Sehingga tidak heran ketika ia berpacaran (kelas 2 SMP), ia melakukan pacaran yang berlebihan. Ia berani
92 berciuman bibir dengan pacarnya. Bukan hanya itu. DF juga berani meraba bagian tubuh sensitif pacarnya yang seharusnya tidak boleh ia raba. Hal ini dilakukan kepada dua mantan pacarnya. Melihat kenakalan-kenakalan yang terjadi, peneliti mencoba menelusuri tentang kehidupan rohani DF. DF beragama Kristen protestan sedari ia kecil. Namun DF sangat malas untuk pergi ke gereja. DF sangat malas untuk melakukan ibadah. Ia juga sangat malas untuk berdoa. DF hanya berdoa ketika ada doa bersama yang diwajibkan oleh pihak panti. Namun untuk kehidupan doanya secara pribadi, DF sangat jarang berdoa. Dia katakan dalam 1 minggu lebih dari 3 kali ia tidak berdoa. Bukan hanya dalam doa, membaca Firman Tuhan pun merupakan hal yang paling sulit untuk ia lakukan. Malas adalah alasan yang selalu ia berikan. Melihat kondisi ini, peneliti menarik sebuah kesimpulan bahwa penyebab kenakalan yang dilakukan DF bukan hanya karna pengaruh teman-temannya namun juga karna DF belum menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruslamat didalam hidupnya. 4.1.2.2.Diagnosis Kenakalan yang Dilakukan Oleh Konseli 2 Ketika JB masih tinggal di kota X bersama dengan keluarganya, JB melakukan beberapa kenakalan, diantaranya adalah bermain tanpa mengenal waktu, tidak menuruti nasehan dari orang tuanya, serta pernah mencuri uang dari kakaknya. Tetapi berdasarkan pengakuan JB, ia belum pernah merokok dan minum minuman keras dengan alasan bahwa orang tua serta kakak-kakak JB tidak ingin JB merokok atau meminum minuman keras.
93 Ketika JB sampai di Salatiga dan di titipkan ke Panti Asuhan, berbagai kenakalan pun dilakukan oleh JB. Salah satu kenakalan yang terjadi adalah seringnya JB keluar dari panti asuhan tanpa ijin. Hal ini merupakan pelanggaran JB terhadap peraturan yang ada didalam panti asuhan tersebut. ketika JB mendapat teguran bahkan hukuman karna tidak ijin saat keluar panti asuhan, JB selalu memiliki berbagai alasan untuk membenarkan dirinya. Alasan JB keluar panti adalah untuk bermain. Karena usia JB yang masih kecil, JB senang sekali menghabiskan waktu dengan bermain. Tapi terkadang apa yang dilakukan oleh JB ini adalah hal-hal yang membahayakan, seperti menyeberang jalan yang cukup ramai kendaraan, berjalan menyusuri jalan raya, bermain api, dan lain sebagainya. Kesukaan bermain yang dimiliki JB membuat JB sering melalaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar. JB sering kali tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolahnya. Salah satu teman dekat yang dimiliki JB di panti asuhan Salib Putih adalah JK. Ketika JB bermain dengan JK maka JK memberikan pengaruh buruk bagi dirinya. Salah satu pengaruh buruknya adalah JB mulai mencoba untuk merokok. JB mau merokok ketika JK mengajak JB untuk merokok. JB juga merupakan remaja yang mudah tersinggung. Ketika ada orang yang mengejek dirinya, maka tidak segan-segan JB memukul. Berdasarkan pengakuan JB, dia sempat beberapa kali bertengkar dengan temannya di Panti asuhan. Pertengkaran biasanya akan dimulai dengan ejekan atau pun kata-kata kotor yang keluar dari mulut mereka. Ketika JB merasa tersinggung, disaat itu lah JB memulai untuk memukul temannya tersebut.
94 Selain itu, JB seringkali membolos pada saat jam sekolah. JB membolos dengan alasan terlambat datang ke sekolah sehingga JB memutuskan untuk tidak masuk sekolah pada hari itu. Dan parahnya adalah ketika JB membolos, JB menghabiskan waktunya untuk bermain game online di warnet. Ketika bermain game online, JB seringkali tidak ingat waktu. Hal ini mengakibatkan JB pulang terlambat ke panti asuhan dan menimbulkan kekhawatiran bagi bapak pengasuh panti asuhan tersebut. ketika JB di Tanya oleh bapak panti, JB selalu memiliki berbagai alasan untuk membenarkan dirinya kembali. Alasan- alasan yang sering di ungkapkan JB merupakan kebohongan yang dilakukan agar JB tidak terlihat salah di mata orang lain. Melihat kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh JB, peneliti mencoba mencari tau tentang kehidupan rohani yang dimiliki oleh JB. Melalui hal ini, peneliti mengetahui bahwa JB adalah remaja yang memiliki kehidupan rohani yang kurang baik. Hal ini terlihat dari bagaimana JB jarang untuk berdoa dan tidak pernah membaca Alkitab. Alasan yang diberikan JB adalah lupa ketika hendak berdoa dan membaca Alkitab. Selain itu JB juga jarang sekali untuk pergi ke gereja. Alasan yang diberika JB adalah ketika hari minggu JB sibuk untuk mencuci pakaian sehingga tidak sempat untuk pergi ke gereja. 4.1.2.3.Diagnosis Kenakalan yang Dilakukan Oleh Konseli 3 Ketika di kota X, JK tinggal dilingkungan keluarga yang bebas. JK terbiasa bermain hingga lupa waktu tanpa ditegur oleh ibu beserta kakaknya. Sehingga ketika tinggal di Panti Asuhan Salib Putih, JK mengaku peraturan
95 Panti yang paling berat adalah bermain dengan batasan waktu dan tempat. JK merasa kurang bebas sehingga JK seringkali bermain atau keluar panti tanpa ijin kepada bapak pengasuh di Panti tersebut. JK sadar bahwa hal tersebut merupakan kesalahan, namun JK tetap melakukannya. Kenakalan yang JK juga lakukan selama JK tinggal di kota Salatiga adalah JK merokok dan minum minuman keras. Kedua perbuatan ini seringkali JK lakukan baik di luar Panti bahkan didalam lingkungan Panti itu sendiri. Hal yang membahayakan adalah JK juga mengajak JB untuk merokok dan minum minuman keras. Apa yang dilakukan JK tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi orang-orang yang tinggal di lungkungan Panti. Namun karna kurangnya pengawasan, JK berhasil mempengaruhi JB dan membuat JB merokok serta minum minuman keras. Selain itu, JK merupakan pecandu film atau video porno. JK sudah menonton Film Porno sejak ia kelas 4 SD. Bukan hanya menonton, JK juga sering didapati oleh bapak pengasuh atau teman-teman Panti melakukan onani di dalam kamar mandi. Ketika peneliti mendengar hal ini, peneliti mencoba bertanya kepada JK. Namun JK tidak mengakui perbuatannya. Pada akhirnya peneliti tau bahwa JK adalah seorang pembohong. Peneliti mengetahui hal tersebut dari keterangan orang-orang yang ada di sekitar JK. JK juga dikenal sebagai remaja yang suka membolos di sekolah. Hingga akhirnya JK mendapat skorsing dari pihak sekolah karna tindakannya tersebut.
96 Kenakalan terakhir yang JK lakukan adalah JK mencuri hand phone milik temannya disekolah. Hal ini dilakukan JK menjelang saat-saat kelulusan JK di Sekolah Dasar dimana JK menuntut ilmu. Kejadian ini membawa dampak buruk bagi kehidupan JK. JK harus dipulangkan karna bapak pengasuh sudah tidak sanggup lagi untuk mendidik JK. Selain dari pada itu, keluarga JK pun menginginkan JK untuk kembali di kota X. Hal ini disebabkan karna adanya keributan yang terjadi antara suku X dengan suku J di Jawa Timur. Keributan ini menimbulkan kekhawatiran bagi keluarga JK. Sehingga keluarga memutuskan untuk membawa JK keluar dari Panti Asuhan Salib Putih. Kepulangan JK ke kota X, membuat peneliti tidak dapat melanjutkan pendampingan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan kepada JK. 4.1.3. Penyusunan Materi Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan (Action Planing) Penyusunan materi pemuridan yang digunakan dalam melaksanakan pastoral konseling terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga dilakukan sesuai dengan kebutuhan kedua konseli. Dalam penyusunan materi ini, peneliti menggunakan Alkitab yang adalah Firman Allah dan beberapa sumber buku yang terkait, yaitu buku-buku pemuridan itu sendiri dan juga buku katekisasi. Adapun materi yang berhasil disusun oleh peneliti untuk pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan terdiri dari 5 Pelajaran, yaitu:
97 1. Pelajaran 1: Penciptaan Manusia Tujuan : memberikan pemahaman kepada konseli bahwa Tuhan menciptakan semua manusia termasuk konseli dengan istimewa dan dengan tujuan yang istimewa pula. Dengan melihat kenyataan ini maka konseli diharapkan dapat mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan didalam kehidupannya, khususnya dalam hal keadaan fisik yang dimilikinya. 2. Pelajaran 2: Kejatuhan Manusia ke Dalam Dosa Tujuan : Memberikan pemahaman kepada konseli bahwa ketika dosa masuk dalam kehidupan manusia maka dosa tersebut dapat merusak keistimewaan manusia itu sendiri. Dosa juga dapat membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia yaitu merusak gambar dan rupa Allah dalam diri manusia dan juga dapat merusak hubungan Allah dengan manusia. Dengan menyadari hal ini maka konseli diharapkan dapat meninggalkan dosa yang saat ini dilakukan. 3. Pelajaran 3: Keselamatan Tujuan : menyadarkan konseli bahwa manusia tidak dapat selamat dari hukuman karna dosa dengan usahanya sendiri. Sehingga manusia membutuhkan penolong yaitu Yesus. Dengan demikian konseli dapat menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat didalam kehidupannya.
98 4. Pelajaran 4: Hidup Baru Tujuan : menyadarkan konseli bahwa orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat maka hidupnya harus berpusat kepada Kristus dan bersedia hidup dengan pimpinan Roh Kudus. Hal ini disampaikan agar konseli dapat berhati-hati dalam bertindak. 5. Pelajaran 5 : Saat Teduh Tujuan : saat teduh merupakan salah satu disiplin rohani yang harsu dilakukan oleh setiap orang percaya. Melalui saat teduh orang belajar untuk berkomitmen dalam berdoa, membaca Firman, dan merenungkan Firman tersebut. saat teduh yang dilakukan dengan penuh komitmen dan disiplin dapat menolong konseli untuk bertumbuh dan menjadi serupa dengan Kristus. 4.1.4. Pelaksanaan Melakukan penelitian pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan (Action Taking) Pelaksanaan Pastoral Konseling menggunakan metode pemuridan dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan yang terbagi menjadi dua metode. Metode pendampingan dalam kelompok yaitu penyampaian materi dilakukan bersama dalam kelompok yaitu dua orang konseli. Metode kelompok dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan. Metode yang kedua jiga
99 dilaksanakan enam kali pertemuan, yaitu metode one-on-one yaitu pendampingan secara pribadi, kepada masing-masing konseli, posisi peneliti duduk berhadapan dengan konseli. Demikian akan dijelaskan bagaimana pelaksanaan pastoral konseling dengan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. 4.1.4.1.Metode Kelompok 4.1.4.1.1. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama, Peneliti akan menyampaikan salah satu bahan ajar Pemuridan yaitu penciptaan manusia. Dalam pertemuan pertama ini peneliti memulai dengan memberikan aktivitas kepada mereka yaitu menggambar diri mereka sendiri. Peneliti menyediakan pena dan juga kertas dan memberikan mereka waktu untuk menggambar diri mereka sendiri. Dengan sukacita mereka mulai menggambar. DF yang hobby menggambar dapat menyelesaikan gambarnya dengan bagus. Begitu juga dengan JB. Meskipun menggambar bukanlah hobby nya namun JB juga dapat menyelesaikan dengan baik apa yang digambarnya. Tujuan peneliti melakukan hal ini adalah agar peneliti bisa menggunakan gambar mereka dan membandingkan dengan gambar yang Tuhan gunakan untuk meciptakan mereka. Peneliti ingin agar kedua konseli dapat memahami bahwa apa yang Tuhan buat lebih indah dan lebih baik dari apa yang telah kedua konseli buat.
100 Dalam menyampaikan materi penciptaan ini, peneliti ingin agar konseli bersyukur dengan apa yang telah Tuhan beri dalam hidup konseli khususnya adalah tentang keadaan fisik yang konseli miliki. Hal ini dilakukan karna salah satu konseli mengatakan marah jika ada orang yang mengejek tentang fisik kepadanya. Ketika mendengar pembicaraan konseli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa ada rasa rendah diri yang ada dalam kehidupan konseli tersebut. sehingga konseli perlu disadarkan bahwa apapu yang konseli miliki, Tuhan membuatnya dengan begitu Indah. Peneliti menjelaskan kepada konseli tahapan-tahapan Allah dalam menciptakan manusia dan tujuan Allah dalam menciptakan manusia. Ketika peneliti menjelaskan materi penciptaan, peneliti juga menggunakan Tanya jawab kepada kedua konseli. Kedua konseli merespon dengan baik dan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sesuai dengan apa yang mereka ketahui. 4.1.4.1.2. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua, peneliti menyampaikan tentang materi manusia jatuh kedalam dosa. Peneliti menyampaikan apa itu dosa dan bagaimana dosa itu masuk didalam kehidupan manusia. Peneliti menyampaikan bahwa dosa itu masuk melalui manusia pertama yang di ciptakan Tuhan yaitu Adam dan Hawa. Ketika Adam dan Hawa berbuat dosa maka seluruh keturunan Adam dan Hawa adalah manusia yang berdosa tidak terkecuali kedua konseli. Dalam hal ini peneliti menggunakan alat peraga berupa air mineral didalam botol dan juga obat luka (betadine). Air mineral
101 melambangkan keadaan manusia sebelum jatuh didalam dosa, yaitu kudus dan bersih. Betadine adalah gambaran dari dosa yang dilakukan oleh manusia. Ketika betadine di teteskan kedalam air mineral, maka betadine itu akan bercampur dengan air dan merubah warna air. Air akan semakin kotor ketika betadine yang menetesi semakin banyak. Melalui alat peraga ini, peneliti ingin menyadarkan konseli bahwa hidup manusia telah kotor akibat dosa. Hidup manusia yang telah menjadi kotor akan memberikan dampak tersendiri bagi hubungan Allah dengan manusia. Yaitu terputusnya hubungan Allah dengan manusia dan rusaknya gambar Allah didalam diri manusia. Dalam menyampaikan materi ini, peneliti tetap menggunakan Tanya jawab kepada kedua konseli. Kedua konseli menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang konseli ketahui. Ada jawaban yang tidak tepat yang diberikan oleh DF ketika peneliti bertanya tentang pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. DF menjawab bahwa pelanggaran tersebut terjadi ketika Allah memberikan perintah untuk tidak memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Tetapi Adam dan Hawa memakan buah pengetahuan yang jahat. Hal ini adalah pengetahuan Alkitab yang tidak tepat. Peneliti mencoba untuk meluruskan jawaban yang diberikan oleh DF tersebut. Situasi dalam penyampaian materi sedikit rebut karna mereka bercanda satu dengan yang lainnya. Namun peneliti mencoba menenangkan mereka dan situasi kondusif kembali. Hanya saja JB terlihat menyimak namun tidak fokus dan DF melamun.
102 4.1.4.1.3. Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga ini, peneliti menyampaikan materi tentang keslamatan. Peneliti menyampaikan kepada konseli bahwa ketika manusia jatuh didalam dosa, manusia itu tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri karna kecenderungan didalam hati manusia adalah berbuat dosa. Jadi manusia butuh penolong. Dan pertolongan itu datang dari Allah yang mengirimkan Tuhan Yesus sebagai penebus didalam kehidupan manusia. Tugas manusia adalah menerima Tuhan Yesus, percaya kepada Tuhan Yesus, dan bertobat. Ketika menyampaikan hal ini, peneliti menyadari bahwa DF dan JB ketika tinggal di kota X, mereka tinggal di lingkungan orang Kristen namun masih percaya kepada kuasa-kuasa gelap. Hal ini terlihat dari pernyataan JB yang menyebut bahwa “mereka menyembah pohon-pohon besar” dan juga pernyataan DF yang menyebut “mereka menyembah benda-benda”. Hal ini juga terlihat dari pengakuan kedua konseli bahwa kedua konseli memiliki serta menyimpan jimat.Sehingga peneliti perlu menanamkan pemahaman yang benar bahwa yang mereka lakukan tidak akan membawa keslamatan karna yang dapat menyelamatkan manusia hanyalah Yesus. Sehingga konseli pada akhirnya berjanji untuk melepaskan dan tidak memakai jimat-jimat tersebut. Situasi dalam pertemuan ketiga ini kedua konseli kurang fokus terhadap materi yang disampaikan. Kedua konseli bergurau ketika materi disampaikan. Hal ini menyebabkan situasi kurang kondusif. Namun peneliti menggunakan cara bertanya kepada konseli mulai melamun ataupun bergurau. hal ini cukup membuat mereka kembali fokus kepada materi.
103 4.1.4.1.4. Pertemuan Keempat Pertemuan keempat dimulai dengan mengingatkan mereka kembali tentang materi yang telah disampaikan dihari yang lalu. Dengan hal ini maka peneliti dapat melihat sejauh mana mereka memahami akan materi yang telah disampaikan dan sejauh mana mereka mengingat materi tersebut. Pada pertemuan keempat, peneliti akan menyampaikan materi tentang Yesus sebagai pusat hidup. Materi dimulai dengan pemahaman bahwa orang yang telah menerima Yesus, percaya kepada Yesus, dan bertobat maka orang itu akan memiliki hidup yang baru. Hidup baru ini berarti ada perubahan didalam hidupnya. Salah satu perubahan itu adalah bagaimana konseli menjadikan Yesus sebagai pusat didalam kehidupannya. peneliti mengajak konseli untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi ketika manusia itu memiliki hidup yang baru. Perubahan tersebut diantaranya adalah kketika sebelum bertobat maka apapun yang dilakukan manusia berdasarkan kehendaknya secara pribadi namun ketika bertobat dan menjadikan Yesus sebagai pusat hidup, maka segala yang dilakukan harus berdasarkan kehendak Tuhan. Situasi dalam pertemuan keempat ini adalah konseli memperhatikan apa yang dijelaskan oleh peneliti. Kedua konseli tidak lagi bercanda dengan berlebihan. Meskipun terkadang terlihat bahwa konseli mengantuk atau melamun didalam pertemuan tersebut.
104 4.1.4.1.5. Pertemuan Kelima Seperti halnya pertemuan sebelumnya, pertemuan kelima ini peneliti memulai dengan mengingat kembali apa yang telah disampaikan di pertemuan yang lalu. Dalam kesempatan ini peneliti bertanya tentang jimat- jimat yang mereka miliki. DF memiliki kalung yang diberikan oleh kakeknya. Menurut penjelasan DF, kalung tersebut berisi kekuatan dan akan memberikan DF kekuatan ketika DF memakainya. Dan kalung itu harus dipakai DF ketika DF hendak bepergian. Demikian juga yang terjadi pada JB. JB juga diberikan kalung oleh mamanya. Jb percaya bahwa didalam kalung itu ada kekuatan yang memberikan JB kesehatan. JB percaya bahwa ketika kalung itu dilepaskan maka JB akan sakit bahkan meninggal. Dalam hal ini peneliti ingin membuka pemahaman mereka bahwa apa yang mereka kenakan hanyalah benda mati yang tidak memiliki kekuatan apapun. Dan tidak ada kuasa yang melebihi kekuasaannya Tuhan. apapun yang terjadi didalam kehidupan ini, yang memiliki kuasa hanya Yesus saja. Mendengar penjelasan ini, kedua konseli mengambil keputusan untuk melepaskan kalung tersebut. Dalam pertemuan kelima, konseli menyampaikan tentang materi Roh Kudus dalam hidup orang percaya. Bagi orang yang telah menerima Yesus, percaya kepada Yesus, dan bertobat, didalam kehidupan orang itu aka nada Roh Kudus yang selalu membimbingnya. Roh kudus yang memberi pertumbuhan, melahirbarukan, mengubahkan, membimbing dan menuntun kehidupan orang percaya. Orang percaya yang dipenuhi dengan
105 roh kudus akan hidup menghasilkan buah yaitu buah roh yang tertulis didalam Galatia 5 : Situasi dalam pertemuan kelima ini, konseli memperhatikan dengan baik. Namun amat disayangkan karena JB untuk kesekian kalinya tidak mengerjakan tugasnya. Alasan yang JB selalu sampaikan adalah lupa. JB seringkali menggunakan alasan lupa ketika Jb tidak mengerjakan tugasnya. Padahal ketika ditanya kembali, JB tidak mengerjakan tugasnya karena keasikan bermain. 4.1.4.1.6. Pertemuan Keenam Pertemuan keenam dimulai dengan mengulang kembali materi yang sebelumnya yaitu tentang Roh Kudus dalam hidup orang percaya. Kemudian peneliti melanjutkan tentang waktu teduh. Waktu teduh adalah salah satu disiplin rohani yang harus dilakukan oleh orang percaya. Melihat kebiasaan kedua konseli yang tidak pernah melakukan disiplin rohani, peneliti mewajibkan mereka mempraktekkan waktu teduh tersebut setelah konseli menerima materi tentang waktu teduh. Peneliti menjelaskan bagaimana seharusnya melakukan waktu teduh itu didalam kehidupan konseli. Waktu teduh dilakukan ketika situasi sekitar tidak dalam keadaan yang ramai. Dalam waktu teduh ada doa serta membaca Firman Tuhan atau renungan. Dengan demikian peneliti juga menyediakan renungan yang wajib mereka baca setiap hari nya sebagai bahan untuk saat teduh. Peneliti juga meminta konseli untuk mencatan tempat, waktu, pelajaran yang diperoleh dalam renungan, serta doa-doa
106 yang mereka doakan ketika saat teduh. Peneliti melakukan hal tersebut agar peneliti dapat mengetahui bahwa konseli telah melakukan waktu teduh dengan baik. Peneliti juga menyiapkan renungan yang digunakan untuk waktu teduh setiap harinya. Renungan yang diberikan kepada konseli sesuai dengan kebutuhan konseli dan sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu perubahan psikis, perilaku, serta spiritual. Untuk renungan sendiri, konseli menggunakan renungan harian untuk SD dan juga renungan harian untuk SLTA. Hal ini dilakukan agar konseli dapat mengerti renungan yang dibaca pada saat itu dan mendapat berkat dari renungan yang telah dibaca. 4.1.4.2.Metode Mengajar Kedua Metode mengajar kedua ini dilakukan karna peneliti menilai bahwa metode mengajar pertama kurang berhasil. Hal ini dikarenakan konseli belum paham akan apa yang telah disampaikan oleh peneliti. Sehingga peneliti mengambil tindakan untuk untuk mengulang pelaksanaan mengajar dengan menggunakan metode mengajar yang kedua yaitu dilakukan bersama masing-masing konseli. 4.1.4.2.1. Pertemuan Ketujuh Pertemuan pertama peneliti akan menyampaikan tentang materi penciptaan manusia. Materi ini disampaikan oleh peneliti kepada konseli dengan waktu yang berbeda namun berdekatan. Sebelum peneliti menjelaskan tentang penciptaan, peneliti bertanya kepada konseli tentang waktu teduh yang harus dilakukan.
107 Namun JB tidak melakukan waktu teduh nya dengan alasan mengerjakan banyak tugas. Mendengar alasan JB, peneliti mengambil kesimpulan bahwa JB belum memiliki kesadaran akan pentingnya waktu teduh didalam kehidupannya. berbeda dengan DF. DF melakukan waktu teduh nya dan memberikan laporan yang sesuai dengan apa yang telah ditugaskan kepadanya. Dalam pertemuan pertama ini peneliti ingin menyampaikan kepada konseli bahwa Tuhan menciptakan mereka secara istimewa. Dalam hal ini peneliti menggunakan gambar sebagai alat peraga peneliti dalam menjelaskan kepada konseli. Konseli pertama yang menerima materi ini adalah JB. JB kurang pandai untuk berbahasa Indonesia yang benar sehingga peneliti harus menggunakan bahasa sesederhana mungkin untuk menyampaikan setiap materi kepada JB. Pertemuan dilakukan selama 1 jam 12 menit. Dan peneliti menggunakan tahap-tahap membuat robot sebagai ilustrasi untuk menjelaskan tahap-tahap Tuhan menciptakan manusia dengan Istimewa. Hal ini mempermudah pemahaman JB. JB dapat mengulang setiap materi dengan baik. Dan membuatnya semakin sadar bahwa ia diciptakan dengan sangat istimewa oleh Tuhan. Begitu pula dengan DF. Karna DF lebih dewasa dan lebih terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang benar, maka peneliti lebih mudah menjelaskan tahap-tahap penciptaan manusia bagi DF. Hal yang sama peneliti lakukan untuk DF. Peneliti menggunakan
108 ilustrasi tahap-tahap pembuatan robot sebagai cara untuk menjelaskan tahaptahap Tuhan menciptakan manusia. DF lebih mudah paham dan lebih mudah mengingat kembali. namun seringkali DF terlihat melamun dan terlihat bosan dengan materi yang telah diberikan. Beberapa kali DF menguap dengan suara yang keras. Sehingga peneliti meminta DF untuk mengulang kembalai apa yang telah dijelaskan oleh peneliti. 4.1.4.2.2. Pertemuan Kedelapan Pertemuan kedua akan membahas tentang manusia jatuh didalam dosa. Karna materi ini pernah disampaikan sebelumnya, maka kedua konseli masih mengingat tentang materi ini. Meskipun ada beberapa hal yang dilupakan oleh konseli tersebut. Sebelum memulai membahas tentang manusia jatuh dalam dosa, peneliti kembali bertanya tentang waktu teduh yang konseli miliki. Untuk pertemuan ini, JB dan DF melakukan waktu teduh. Namun hal yang kurang tepat dilakukan oleh JB. JB melakukan saat teduh hanya dalam waktu 5 menit saja. Hal itu dilakukan oleh JB karna JB mengantuk. Peneliti mencoba memberikian solusi untuk JB namun JB selalu memberi alasan yang terkadang tidak masuk akal. Dan saat itulah peneliti tau bahwa JB sedang berbohong. Selain JB, DF juga melakukan waktu teduh nya. Tapi amat disayangkan karena DF melakukan waktu teduh sebelum bertemu
109 dengan peneliti. Sehingga waktu teduh hanyalah sebuah tugas bukan keinginan pribadi. Setelah peneliti bertanya dengan waktu teduh yang konseli lakukan, peneliti melanjutkan penyampaian materi tentang manusia jatuh dalam dosa. Untuk yang pertama, peneliti bertemu dengan JB terlebih dahulu. Peneliti menjelaskan bagaimana dosa itu masuk dalam kehidupan manusia dan merusak kehidupan manusia. Peneliti menjelaskan sambil menggambar agar Jb tetap fokus dan dapat menyerap materi dengan baik. Selain dengan gambar, peneliti pun mendramatisasi penjelasan yang ada seperti cerita kepada anak-anak sekolah minggu. Tujuannya adalah agar JB dapat mengerti apa yang dimaksud oleh peneliti. Peneliti juga menggunakan segelas teh manis untuk menjelaskan bagaimana dosa masuk dan merusak seluruh kehidupan manusia. Selama 1 jam 7 menit, JB tidak menunjukkan tanda-tanda kebosanan tetapi antusias dengan materi yang disampaikan. Ketika materi telah selesai disampaikan, peneliti mengajak JB untuk mengulang materi hari itu. Dengan berbekal gambar yang ada JB dapat mengulang materi yang telah dijelaskan dengan baik. Selanjutnya peneliti bertemu dengan DF. Untuk DF, peneliti tidak menjelaskan seperti yang peneliti lakukan terhadap JB. Namun peneliti menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat DF mengingat kembali tentang materi ini yang pernah disampaikan
110 beberapa waktu yang lalu dalam metode mengajar yang pertama. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, DF berhasil menjelaskan bagaimana manusia jatuh didalam dosa serta akibat-akibat yang ditimbulkan ketika manusia jatuh didalam dosa. 4.1.4.2.3. Pertemuan Kesembilan Dalam pertemuan ketiga peneliti akan menjelaskan mengenai keselamatan yang ditrima oleh manusia. Ketika menyampaikan materi keselamatan kepada JB, peneliti melihat bahwa JB sudah melupakan materi yang pernah disampaikan pada metode mengajar yang pertama. Sehingga peneliti harus benar-benar mengulang dari awal. Namun peneliti tetap melakukan Tanya jawab agar JB dapat mengingat kembali setiap materi yang telah disampaikan. Setelah materi selesai disampaikan, peneliti mengajak JB untuk mengulang kembali apa yang telah disampaikan dengan menggunakan bahasa sendiri. Dari hal itu, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa JB dapat menyerap materi dengan baik meskipun belum sempurna dan masih banyak hal-hal yang JB lupa. Setelah bertemu dengan JB, peneliti bertemu dengan DF untuk membahas materi yang sama. Berbeda dengan JB, DF lebih mengingat materi yang telah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Sehingga hal ini mempermudah bagi peneliti untuk menyampaikan kembali materi tentang keslamatan ini. Peneliti hanya menggunakan pertanyaan pancingan agar DF dapat menjelaskan materi yang DF
111 ingat. Jika ada hal yang salah dalam penjelasan DF, peneliti hanya meluruskan kesalahan tersebut. 4.1.4.2.4. Pertemuan Kesepuluh Pertemuan keempat akan berbicara tentang Yesus sebagai pusat hidup orang percaya. Artinya adalah perubahan hidup atau hidup baru setelah menerima keselamatan dari Allah. Yesus sebagai pusat hidup orang percaya berarti menjadikan Yesus sebagai yang utama lebih dari segala keinginan kita. Ketika peneliti membahas tentang Yesus sebagai pusat hidup orang percaya, JB lupa dengan materi yang ada. Namun ketika peneliti mencoba menjelaskan satu per satu, maka JB mulai mengingat kembali materi-materi tersebut. Jb dapat mengulang materi yang telah disampaikan meskipun banyak juga yang terlupakan. Begitu pula dengan DF. DF lupa dengan materi tersebut namun ketika peneliti kembali menjelaskan materi tersebut, DF mulai mengingat dan menjawab dengan bahasanya sendiri. Bahkan ketika peneliti meminta DF untuk mengulang materi yang telah disampaikan, DF dapat menjelaskan materi tersebut dengan baik. Dalam materi ini, peneliti mengajak konseli untuk menjadikan Yesus sebagai yang utama didalam hidup ini. Segala yang dilakukan harus dipikirkan. Apakah semua sudah sesuai
112 dengan kehendak Tuhan atau belum. Dan sudahkah menyenangkan hati Tuhan. sehingga bukan hanya keinginan pribadi yang dilakukan namun yang utama adalah keinginan Tuhan yang harus dilakukan. 4.1.4.2.5. Pertemuan Kesebelas Pada pertemuan ini peneliti akan menyampaikan tentang Roh kudus dalam hidup orang percaya. Sebelum menyampaikan tentang Roh kudus dalam hidup orang percaya, peneliti terlebih dahulu bertanya tentang materi yang telah disampaikan pada hari yang lalu. Hal ini dilakukan agar konseli dapat mengingat kembali tentang materi-materi yang ada. Setelah bertanya tentang materi yang telah disampaikan pada hari yang lalu, peneliti mulai masuk untuk menjelaskan tentang Roh kudus dalam hidup orang percaya. Karena ini adalah penyampaian yang diulang kembali, maka peneliti lebih memilih untuk melakukan penyampaian materi dengan Tanya jawab. Dengan ini peneliti melihat bahwa JB masih mengingat materi namun banyak yang sudah ia lupakan. Namun peneliti menjelaskan kembali sehingga Jb dapat mengingat apa yang pernah ia terima. Untuk DF, lebih mudah karna DF lebih banyak mengingat materi yang telah disampaikan jika dibandingkan dengan Jb. Namun ketika materi ini disampaikan DF dalam keadaan yang tidak tenang karna ia akan pergi bersama temannya. Sehingga DF terpaksa
113 mengikuti penyampaian materi hari itu. Namun secara garis besar, DF tau tentang siapa itu Roh Kudu, apa peranan Roh kudus itu dalam kehdiupan orang percaya. 4.1.4.2.6. Pertemuan Kedua Belas Pertemuan keenam akan membahas tentang waktu teduh. Waktu teduh sudah dijelaskan pula pada metode mengajar yang pertama. Dan waktu teduh adalah salah satu disiplin rohani yang menjadi tugas konseli untuk dilakukan. Dalam pertemuan keenam ini, peneliti hanya ingin bertanya kepada konseli tentang pemahaman yang dimiliki mengenai waktu teduh yang konseli kerjakan selama ini. Peneliti mencoba bertanya kepada JB. Apa yang dia ingat tentang waktu teduh. JB menjelaskan bawa waktu teduh itu waktu yang sunyi untuk ketemu kepada Tuhan. JB menjelaskan bagaimana situasi tempat dan suasana pada saat waktu teduh. Dan bagaimana tahap-tahap yang dilakukan saat melakukan waktu teduh. JB menjelaskan juga bagaimana dia melakukan waktu teduh selama ini. Begitu pula halnya dengan DF. Ketika peneliti bertanya kepada DF, DF dapat menjelaskan waktu teduh dengan baik. Namun saat pertemuan keenam ini, DF tidak bersemangat karna masih mengantuk. DF malas-malasan untuk mengikuti penelitian ini. Peneliti memberi kesempatan kepada DF untuk mencuci muka nya namun DF menolak dan berkata tidak apa-apa. Sehingga penelitian dilanjutkan kembali.
114 4.1.5. Memperhatikan Pemahaman Materi yang Diperoleh Konseli (Evaluasi) (Tabel isi) 4.1.6. Mengamati perubahan yang dilakukan oleh konseli (Refleksi) Tujuan utama dalam penelitian ini adalah perubahan yang dialami oleh konseli. Konseli yang pada awalnya bermasalah dengan melakukan kenakalan, maka pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan ini dapat menolong konseli untuk meninggalkan kenakalan- kenakalan tersebut dan menjadi remaja yang berkarakter Kristus. Dengan bekal materi pemuridan yang berdasarkan kepada kebenaran Firman Tuhan, maka konseli ditolong untuk mempraktekkan apa yang telah diterima didalam kehidupannya. Setelah menerima pastoral konseling dengan metode pemuridan. Paneliti melihat perubahan didalam kehidupan konseli. Perubahan itu peneliti dapatkan melakui pengamatan, wawancara kepada konseli, trianggulasi kepada bapak pengasuh panti asuhan, serta trianggulasi kepada teman satu kamar kedua konseli.
115 4.2. Hasil Yang Diperoleh Dalam Pendampingan Pastoral Konseling Terhadap Remaja Bermasalah Di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga Dengan Menggunakan Metode Pemuridan Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan bagaimana hasil dari pelaksanaan Pendampingan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah: 4.2.1. Konseli 1 Peneliti akan menjelaskan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami oleh konseli 1. Perubahan tersebut meliputi perubahan psikis, perubahan perilaku, serta perubahan spiritual. 4.2.1.1.Perubahan Psikis Perubahan psikis yang terjadi dalam kehidupan DF yaitu ketika awal pertemuan, peneliti meminta DF untuk menuliskan apa yang ia tidak suka dengan fisiknya. DF menuliskan bahwa DF tidak suka dengan keadaan fisiknya. Mungkin karna DF memiliki kulit yang gelap serta rambut yang keriting. Hal ini senada dengan informasi yang diberikan oleh MB. MB adalah teman satu kamar DF selama 5 tahun terakhir. DF sering bercerita tentang banyak hal kepada MB. Salah satunya adalah DF pernah berkata bahwa DF minder karena memiliki kulit yang
116 hitam. Dengan informasi yang peneliti peroleh maka peneliti dapat simpulkan bahwa DF rendah diri dengan keadaan fisiknya. Sehingga seringkali DF membandingkannya dengan keadaan fisik orang jawa pada umumnya. Namun DF mengalami perubahan. Pada pertemuan ke 7, DF menyatakan sangat bersyukur dengan apa yang dia meiliki. Meskipun berbeda dengan yang lain tetapi dia sangat bersyukur dan sangat suka dengan badanya. DF termasuk orang yang pandai menguasai emosinya. Sehingga jarang sekali ia bertengkar atau berselisih paham dengan orang-orang yang ada disekitarnya. 4.2.1.2.Perubahan Perilaku Ada beberapa perilaku DF yang menyimpang atau disebut juga sebagai kenakalan. Beberapa diantaranya mengalami perubahan namun ada juga yang tidak mengalami perubahan sama sekali. Awal peneliti bertemu dengan DF, peneliti mendapati DF berpacaran berlebihan. Ketika berpacaran, DF hingga berani meraba bagian sensitif sang pacar. Hal itu ia lakukan berulang kali dan dengan 2 mantan pacarnya. Namun pada pertemuan keenam, DF berkata bahwa ia tidak mau pacaran dahulu karna ia sadar bahwa ketika ia pacaran
117 maka ia akan melakukan banyak kesalahan dan khilaf. Ini adalah sebuah perubahan yaitu DF berusaha menguasai dirinya terlebih dahulu sebelum ia siap untuk berpacaran kembali. Peneliti mengarahkan DF agar ketika DF ingin berpacaran kembali, DF dapat berdoa terlebih dahulu untuk berdoa kepada Tuhan. agar Tuhan beri yang terbaik dan memampukan DF untuk menguasai dirinya dan tidak melakukan hal-hal buruk ketika berpacaran. Perbuatan lain yang berubah dalam kehidupan DF adalah tentang minum minuman keras. DF adalah seorang pecandu minuman keras. Dan DF juga bersekolah di lingkungan orang yang juga terbiasa mengkonsumsi minuman keras. Hal ini menyebabkan DF sulit untuk meninggalkan minum minuman keras tersebut. Namun DF memiliki komitmen untuk meniggalkan minuman keras. Meskipun DF pernah mencobanya kembali, namun DF mengkonsumsi minuman tersebut karna ajakan dari temannya. Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh peneliti dari bapak pengasuh dan juga MB, DF sudah lama tidak mengkonsumsi minum minuman keras. Berdasarkan kesaksian dari bapak pengasuh, sudah lebih dari 2 minggu DF tidak mengkonsumsi minuman keras lagi. Peneliti
118 berharap perubahan ini akan bertahan selamanya dalam kehidupan DF. Untuk perilaku DF yang lain, DF belum bisa melakukan perubahan. Salah satunya adalah tentang merokok. DF mengaku bahwa ia tidak bisa meninggalkan rokoknya karna itu sudah menjadi kebiasaan didalam dirinya. Alasan lain yang DF utarakan adalah bahwa didalam Alkitab, DF tidak menemukan bahwa Allah melarang manusia untuk merokok. Sehingga bagi DF merokok itu tidak masalah. dalam hal ini peneliti memberikan pemahaman kepada DF. bahwa rokok itu dapat merusak diri DF. dan mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan suka jika apa yang telah Tuhan ciptakan dengan istimewa, rusak karna rokok. Ketika mendengar hal ini DF memahami, namun DF masih belum bisa meniggalkan rokok tersebut. hal ini juga dilakukan karna DF mendapat dukungan dari tetangga panti yang selalu memberikan DF rokok dan mengijinkan DF untuk merokok. Masalah obat-obatan yang DF konsumsi, DF mengaku bahwa DF sudah lama tidak mengkonsumsinya. Namun mengenai jamur letong, DF belum bisa memberikan kepastian. Dalam hal ini peneliti pun belum bisa memberikan kesimpulan karna peneliti belum mendapatkan
119 informasi tentang perilaku DF yang mengkonsumsi obat- obatan dan minuman keras tersebut. Informasi terbaru yang peneliti peroleh dari bapak pengasuh dan juga MB, DF akhir-akhir ini sering mendapatkan masalah dari sekolahnya. Hal ini terjadi karna DF tidak melakukan perintah dan peraturan yang sudah ditetapkan dari pihak sekolah. Masalah yang terjadi adalah DF memetik buah-buahan yang ditanam disekolah. Hal ini menimbulkan masalah karna buah-buahan tersebut masih muda dan belum bisa untuk dimakan. Namun DF dan juga temannya memetik buah-buahan tersebut dan menjadikannya alat permainan. Masalah lain adalah DF tidak menggunakan atribut sekolah dengan semestinya sesuai dengan aturan yang berlaku disekolah. Akibat dari kenakalannya tersebut, dari pihak sekolah memanggil bapak pengasuh untuk datang kesekolah. Kenakalan ini terjadi setelah proses penelitian terjadi. 4.2.1.3.Perubahan Spiritual Dalam hal spiritual, DF mengalami beberapa perubahan. Salah satu perubahan yang DF alami adalah DF merasa bersalah dan takut serta menyadari akan kesalahan yang ia lakukan. Ia mengaku takut akan akibat dosa yang telah ia lakukan. Hal ini adalah sebuah point penting yang
120 harus di syukuri. Meskipun demikian, DF mengaku masih sulit untuk meninggalkan kebiasaan buruknya yaitu kenakalan-kenakalan yang telah ia lakukan. DF mengaku bahwa ia masih belum bisa konsisten dengan komitmen yang telah dibuatnya. Perubahan lain dalam hal spiritual DF adalah DF menjadi lebih sering untuk berdoa. Informasi ini peneliti dapatkan dari MB selaku teman satu kamar DF. meskipun tidak setiap hari namun intensitas doa DF meningkat setelah ia mendengar materi tentang Pemuridan. Selain itu, DF juga lebih sering menyediakan waktu untuk membaca Alkitab. Berdasarkan informasi dari BM, DF dulu sangat jarang bahkan tidak pernah membaca Alkitab, namun saat ini DF lebih rajin untuk membaca Alkitab. Dalam hal membaca Alkitab, DF sendiri pun pernah berkata bahwa ia tidak suka membaca. Termasuk juga membaca Alkitab. Namun yang masih disayangkan bagi DF adalah, DF masih belum mau pergi ke gereja untuk beribadah. Hal ini terjadi karna DF memiliki konsep berfikir yang tidak benar. Menurut MB, DF berkata bahwa orang Kristen itu tidak perlu pergi beribadah di gereja. Yang penting hanya percaya kepada Yesus. Ini adalah suatu konsep yang salah. Tapi mengenai alasan ini, peneliti belum pernah mendengar
121 langsung dari DF. ketika peneliti bertanya tentang alasan DF tidak beribadah di gereja, DF hanya berkata malas. DF bukan hanya malas untuk datang beribadah namun DF juga malas melakukan tugasnya sebagai pemusik didalam ibadah sekolah minggu. DF jarang sekali datang untuk mengiringi ibadah sekolah minggu. 4.2.2. Konseli 2 Peneliti akan menjelaskan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami oleh konseli 2. Perubahan tersebut meliputi perubahan psikis, perubahan perilaku, serta perubahan spiritual. 4.2.2.1.Perubahan Psikis JB adalah seorang remaja yang tidak percaya diri dengan apa yang ia miliki khususnya adalah tentang keadaan fisik yang ia miliki. JB mengaku bahwa ia tidak menyukai beberapa bagian tubuhnya. Karna ia menganggap itu adalah sesuatu yang tidak indah. Hal ini peneliti dapatkan ketika peneliti meminta JB menuliskan apa yang JB tidak suka dalam dirinya. Namun ketika peneliti menyampaikan materi pemuridan tentang penciptaan manusia, peneliti menyampaikan bahwa Tuhan menciptakan manusia sangat istimewa. Hal ini membekas didalam ingatan JB dan
122 membuat JB lebih percaya diri. Dan dia katakan bhwa dia istimewa. Namun satu hal yang menjadi kelemahan Jb adalah sulit menguasai emosinya. JB selalu marah ketika ada teman-teman yang mengejek dia dengan mengubah namanya menjadi “tainus”. Hal lain yang membuat JB marah adalah ketika teman-teman JB mengejek dengan menggunakan bahasa daerahnya yang mengandung arti yang tidak baik. Ketika JB bertemu dengan orang-orang yang mengejeknya seperti itu, JB akan mudah marah bahkan tidak segan-segan dia memukul orang tersebut. Menurut informasi dari MY dan MA, JB selalu memukul ketika ia marah. 4.2.2.2.Perubahan Perilaku Salah satu perilaku yang sering JB lakukan adalah berdebat atau dalam bahasa jawa disebut dengan kata “ngeyel”. Ketika ada orang yang memberi masukan atau nasehat, JB jarang untuk berkata “ya”. ia selalu memiliki alasan untuk di gunakan sebagai senjata berdebat. Namun berdasarkan informasi dari MY, JB mengalami perubahan yang baik semenjak mengikuti pendampingan pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan. Perdebatan yang sering JB lakukan, sudah mulai berkurang.
123 JB lebih banyak mendengar. Meskipun perdebatan masih terjadi, namun tidak sesering sebelumnya. Hal baik lainnya yang dilakukan JB adalah JB tidak lagi ke warnet untuk bermain game online. Ketika peneliti bertanya apa alasan Jb tidak bermain game online, JB hanya katakan kata “kak lia kan ga boleh. Kakak ku ga ijinkan, sama pak E juga tidak boleh”. Ini adalah alasan JB tidak bermain game online lagi. JB sangat hobby untuk bermain. Jika bermain JB lupa waktu dan sering pergi di tempat yang jauh. Namun berdasarkan informasi dari bapak pengasuh yang peneliti wawancarai pada tanggal 14 oktober 2019, JB mengalami perubahan. JB jadi jarang untuk pergi bermain diluar panti. JB lebih sering berada di dalam panti dari pada diluar panti. Ini merupakan perkembangan yang cukup baik. Namun hal ini hanya bertahan sementara. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada bapak pengasuh pada tanggal 02 November 2019, Jb kembali lagi bermain tanpa mengenal waktu dan bermain ditempat yang jauh. Hal ini terjadi karna saat ini JB telah memiliki sebuah sepeda sehingga JB mengendarai sepeda tersebut hingga jauh dan lupa waktu. Yang sering menimbulkan masalah dalam diri JB bukan hanya karna JB bermain dengan jarak yang jauh ataupun
124 bermain tanpa mengenal waktu namun ketika JB bermain, Jb tidak pernah ijin kepada bapak pengasuh. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bapak pengasuh. Ada perbuatan lain yang JB lakukan dan tidak mengalami perubahan yaitu JB masih suka berbohong. Salah satu kebohongan yang peneliti dapatkan adalah tentang keterangan waktu teduh yang JB lakukan. JB katakan bahwa ia melakukan saat teduh pada pukul 23.00 namun berdasarkan keterangan MA, JB tidak pernah melakukan waktu teduh pada jam 23.00. ketika JB melakukan waktu teduh, JB lakukan setelah peneliti selesai menyampaikan materi pemuridan dan meninggalkan panti asuhan. Dari keterangan tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa Jb tidak pernah melakukan waktu teduh. JB hanya mengerjakan tugas yang diberikan peneliti namun tidak melakukan waktu teduh sesuai dengan yang peneliti ajarkan. Hal terbaru yang JB lakukan adalah Jb meminjam sepeda tanpa ijin sang pemilik. Jb lakukan hal tersebut karna JB ingin pergi untuk bertemu dengan kakaknya. Namun kesalahan Jb adalah ia tidak meminta ijin sang pemilik sepeda. Bahkan yang lebih mencengangkan adalah JB membawa sepeda tersebut ke kebun dekat panti asuhan. Jb menyembunyikan sepeda tersebut di rerumputan agar tidak
125 diketahui oleh orang lain. Berdasarkan keterangan bapak pengasuh, bapak pengasuh akhirnya menyelesaikan masalah ini kepada pemilik sepeda. Ketika JB mendapat teguran maka JB tidak merasa bersalah. JB selalu ada alasan untuk menjawab setiap teguran, baik dari bapak pengasuh, dari MY, amupun dari peneliti sendiri. 4.2.2.3.Perubahan Spiritual Perubahan spiritual yang terlihat didalam diri JB adalah JB lebih rajin untuk datang ke sekolah minggu. Berdasarkan informasi dari MY dan MA, JB pernah membolos sekolah minggu namun tidak sering. Hanya terkadang dan tidak banyak waktunya membolos. Hal ini adalah point yang baik dalam hidup JB. Namun hal-hal spiritual yang lainnya JB tidak mengalami perubahan yang mencolok. JB tetap malas untuk berdoa. Khususnya adalah doa ketika hendak tidur ataupun ketika bangun tidur. Ketika JB masuk ke dalam kamar, Jb langsung tertidur. Demikian keterangan MA. Namun untuk doa makan, Jb selalu rajin untuk berdoa, kata MY. Dalam membaca Firman Tuhan atau Alkitab, JB tidak pernah melakukannya. JB pernah katakan bahwa ia membaca Alkitab ketika hari minggu ketika sekolah minggu dan setiap pagi disekolahnya. Namun hari-harinya di panti
126 asuhan, JB tidak pernah membaca Alkitab. Hal serupa juga diungkapkan MA. MA katakan bahwa JB tidak pernah terlihat untuk membaca Alkitab. Dengan demikian makan peneliti mengambil kesimpulan bahwa JB juga tidak melakukan waktu teduh setiap harinya. 4.3. Kendala Pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan terhadap Remaja Bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga Kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika melaksanakan pendampingan pastoral konseling kepada remaja bermasalah di panti asuhan salib putih salatiga dengan menggunakan metode pemuridan adalah sebagai berikut : 4.3.1. Waktu Remaja panti asuhan salib putih salatiga memiliki kegiatan yang cukup padat didalam panti tersebut. beberapa kegiatan yang peneliti temui dan menghambat proses pendampingan pastoral konseling adalah : 1. Latihan Latihan ini adalah latihan gerak dan lagu. Anak-anak bahkan remaja panti asuhan salib putih berlatih gerak dan lagu karna akan menghadapi perlombaan yang diadakan oleh salah satu lembaga sosial di Salatiga. Latihan tersebut dilakukan 3 kali dalam satu minggu.
127 2. Kedatangan Tamu Beberapa kali ketika peneliti datang pada waktu yang telah disepakati, pendampinag pastoral konseling gagal dilakukan karna ada tamu yang datang hanya sekedar berkunjung, melihat situasi dan kondisi panti, bertemu dengan anak-anak panti, ibadah bersama, atau memberi bantuan berupa sembako, makanan, bahkan uang. Kadang tamu ini datang secara dadakan atau dengan pemberitahuan sebelumnya. Sehingga pendampingan pastoral konseling dibatalkan pada hari itu. 3. Acara Pendampingan sempat tertunda karna konseli mengikuti perlombaan yang diadakan oleh salah satu lembaga sosial di Salatiga. Selain acara lomba, pendampingan juga sempat terhambat karena adanya kegiatan porseni yang mewajibkan seluruh anak-anak panti untuk 4.3.2. Bahasa Bahasa adalah salah satu kendala dalam pendampingan pastoral konseling yang dilakukan. Khususnya bagi JB yang baru pindah dari kota X. Jb masih
128 sering berbicara dengan menggunakan bahasa X dan masih kurang lancer dalam berbahasa Indonesia. Hal ini menimbulkan kesulitan tersendiri bagi peneliti dalam melakukan pendampingan pastoral konseling dengan metode pemuridan. Sering kali peneliti harus mengartikan suatu kata dengan kata lain yang lebih sederhana dan mudah untuk dimengerti oleh JB. Untuk mengatasi hal ini, peneliti menggunakan cara mengajar sekolah minggu untuk menjelaskan materi pemuridan kepada JB. Meskipun seringkali Jb masih sulit mengerti tentang kata-kata tertentu. Namun bagi DF, bahasa bukan merupakan suatu kendala karna DF sudah lama tinggal di kota Salatiga dan bahkan DF juga sudah pintar untuk berbahasa Jawa. Sehingga peneliti tidak merasa kesulitan dalam hal bahasa ketika menyampaikan materi kepada DF. 4.3.3. Respon yang Negatif Berbagai respon ditunjukan oleh konseli ketika menerima pendampingan pastoral konseli dengan mengikutinya. metode pemuridan. Berikut ini beberapa respon konseli yang menjadi kendala bagi peneliti: 1. Ketidak-jujuran
129 Yang seringkali terjadi adalah konseli kurang terbuka dan jujur dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. Konseli terus menutupi kesalahannya agar tetap berada dalam kondisi yang aman. Misalnya saja ketika JB diberikan tugas dan tidak mengerjakan tugas tersebut. maka alasan yang akan dia berikan adalah lupa, dan sibuk bekerja atau sibuk mengerjakan tugas sekolah. Padahal yang sebenarnya terjadi berdasarkan pengamatan peneliti adalah JB tidak mengerjakan tugas karna terlalu asik bermain. 2. Bercanda Dalam mendengarkan paparan mengenai materi pemuridan, tidak jarang konseli bercanda satu dengan yang lainnya. Sehingga konseli tidak fokus dan akhirnya tidak menyerap materi dengan baik. Ketika mendapatkan pertanyaan maka konseli tidak bisa menjawab. Dan ketika diberikan tugas, konseli hanya akan menjawab secara asal-asalan. Hal ini mereka lakukan karena mereka tidak tau jawaban yang benar karna mereka asik untuk bercanda. Ketika mereka bercanda, maka peneliti juga akan merasa terganggu dan tidak jarang akan kehilangan konsentrasi dalam menyamaikan materi pemuridan tersebut.
130 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, serta saran yang ditujukan bagi penelitian selanjutnya, bagi remaja yang tinggal di Panti Asuhan, Sekolah, dan Panti asuhan. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang remaja bermasalah dan penanganannya dengan menggunakan metode pemuridan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga sudah dimulai sejak bulan januari 2019. Pertemuan diawali dengan Entrance yaitu pengenalan kondisi awal konseli. Entrance dilakukan dengan wawancara antara bapak pengasuh panti asuhan dan juga kedua konseli. Dalam proses entrance ini, peneliti mengumpulkan data-data mengenai konseli. Melalui data tersebut, peneliti melakukan diagnosis masalah yang ada yaitu kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh konseli, yaitu keluar panti tanpa ijin, keluar panti tengah malam, berbohong, bermain game online, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, mengkonsumsi obat-obat terlarang dan juga berpacaran berlebihan.
131 Melihat masalah yang ada, peneliti mulai melakukan Action planning dengan menyusun bahan ajar pemuridan sesuai dengan kebutuhan konseli. Adapun bahan ajar yang digunakan adalah 1. Manusia : Penciptaan manusia dan Rancangan Allah dalam hidup manusia 2. Kejatuhan Manusia didalam Dosa 3. Keselamatan 4. Hidup BaruPerubahan Spiritual, Perubahan Psikis, dan Perubahan Perilaku Selain menyusun bahan ajar, peneliti juga menyiapkan alat peraga yang akan digunakan untuk menyampaikan bahan ajar tersebut dan juga menyiapkan lembar kerja bagi konseli. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan Action taking dengan menyampaikan bahan ajar kepada konseli. Peneliti menyusun jadwa pertemuan dalam menyampaikan bahan ajar tersebut. bahan ajar disampaikan sebanyak 12 kali pertemuan di Aula Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Setelah bahan ajar disampaikan maka peneliti melakukan evaluasi dengan menyediakan lebar kerja sebagai bahan evaluasi kepada konseli. Evaluasi ini bertujuan agar peneliti mengetahui pemahaman konseli akan bahan ajar yang telah disampaikan.
132 Langkah yang terakhir peneliti mengamati tindakan-tindakan yang dilakukan konseli setelah menerima bahan ajar pemuridan. Peneliti berharap agar konseli dapat merefleksikan bahan ajar yang telah diterima. 2. Pendampingan pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan menghasilkan perubahan dalam kehidupan kedua konseli. Meskipun perubahan tersebut tidak begitu mencolok, namun perubahan tersebut dapat dirasakan oleh orang-orang yang ada disekitar konseli. Dalam perubahan spiritual, konseli lebih rajin untuk beribadah. Selain dari pada itu, konseli yang awalnya adalah remaja yang malas untuk membaca Firman Tuhan, mulai memiliki waktu untuk membaca Firman Tuhan. meskipun hal tersebut belum dilakukan secara rutin, namun ini adalah perubahan yang begitu baik dalam diri konseli. Perubahan lainnya yang terjadi adalah konseli juga sudah mulai menyediakan waktu untuk berdoa. Dalam hal berdoa pun konseli belum melakukannya secara rutin, namun hal ini juga merupakan perubahan yang baik. Mengingat bahwa awal pertemuan dengan konseli, peneliti mendapati bahwa konseli jarang sekali berdoa. Perubahan lainnya yang terjadi dalam diri konseli adalah perubahan psikis. Perubahan psikis yang terlihat adalah konseli menjadi remaja yang lebih percaya diri. Awal peneliti bertemu dengan konseli, peneliti mendapati bahwa konseli adalah remaja yang kurang percaya diri. Hal ini disebabkan karna konseli secara fisik berbeda dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Misalnya saja dalam hal warna kulit dan rambut yang keriting. Namun saat ini konseli mengatakan bahwa konseli menyukai dan bersyukur dengan apa yang
133 Tuhan telah berikan didalam kehidupannya. konseli juga mengatakan bahwa dirinya adalah ciptaan yang istimewa. Dalam Perubahan perilaku, peneliti juga mendapati konseli mengalami perubahan yang baik. Konseli yang merupakan pecandu alcohol, telah mengambil komitmen untuk meninggalkan alkohol. Peneliti mengetahui hal ini dari pernyataan konseli yang diungkapkan kepada peneliti. Selain itu, konseli juga melakukan wawancara kepada bapak pengasuh dan juga teman kamar konseli. Dari keterangan bapak pengasuh dan teman kamar konseli, peneliti mendapati bahwa pernyataan konseli benar adanya. Selain meninggalkan minuman keras atau alkohol, konseli juga sudah tidak pernah keluar tengah malam lagi. Hal ini dibenarkan oleh teman satu kamar konseli. Hal yang lebih baik lagi adalah konseli memutuskan untuk tidak berpacaran terlebih dahulu sampai konseli dapat menguasi dirinya. Karna selama ini, konseli sering berpacaran berlebihan. Perubahan lain yang ada didalam diri konseli adalah konseli tidak lagi bermain game online. Demikianlah hasil dari pelaksanaan pendampingan pastoral konseling dengan metode pemuridan yang telah dilakukan di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. 3. Dalam melakukan pendampingan pastoral konseling terhadap remaja bermasalah di panti asuhan salib putih salatiga dengan menggunakan metode pemuridan, peneliti menemui berbagai kendala. Kendala tersebut diantaranya adalah: A. Waktu Kedua konseli memiliki berbagai kegiatan didalam panti, diantaranya:
134 a. Latihan gerak dan lagu untuk lomba yang di adakan oleh salah satu lembaga sosial salatiga b. Acara yang meliputi acara perlombaan gerak dan lagu serta porseni yang mewajibkan seluruh anak-anak panti untuk mengikutinya. c. Tamu yang hadir. Terkadang tamu yang hadir tidak membuat janji terlebih dahulu atau ada yang telah membuat janji. Tamu tersebut hadir untuk melihat keadaan panti, bertemu dengan anak-anak, ibadah bersama, atau memberi sumbangan berupa sembako, makanan, ataupun uang. B. Bahasa. Kendala bahasa ini terkhusus untuk JB yang baru satu tahun tinggal di Salatiga. Sehingga JB masih kental dengan bahasa sukunya. Peneliti kesulitan karna JB sering tidak mengerti akan kata atau kalimat yang peneliti gunakan. C. Respon yang negative a. Ketidak Jujuran b. Bercanda. 5.2. Implikasi Nama Program : Pendampingan Pastoral Konseling Dalam Rangka Pembentukan Karakter Kristus Di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga.
135 Tujuan : 1. Menjelaskan kepada anak asuh Panti Asuhan Salib Putih Salatiga tentang bagaimana karakter Kristus. 2. Mendorong anak asuh Panti Asuhan Salib Putih Salatiga untuk memiliki karakter Kristus didalam kehidupannya. Pelaksanaan : Mengingat kesibukan yang dimiliki oleh anak asuh Panti Asuhan Salib Putih Salatiga, kegiatan ini dapat dilaksanakan satu minggu sekali dengan jadwal rutin. Kegiatan : Kegiatan dapat diisi dengan : 1. Penyampaian materi 2. Diskusi tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan telah dilakukan berdasarkan materi yang telah disampaikan 3. Diskusi tentang kendala yang dihadapi dan juga solusi dalam menghadapi kendala tersebut. 4. Kegiatan dapat dilakukan secara berkelompok dengan dipimpin oleh seorang pembimbing dalam setiap kelompoknya. Peserta : Seluruh anak Asuh Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Pembimbing :
136 Pengurus Panti Asuhan Salib Putih dapat bekerjasama dengan pembimbing yang ahli dalam bidang pastoral konseling. Materi yang disajikan : 1. Pertemuan pertama : Penciptaan Tujuan : mejelaskan kepada anak Asuh Panti Asuhan Salib Putih Salatiga bahwa Tuhan menciptakan manusia itu dengan istimewa sehingga mereka dapat bersyukur dengan apa yang telah Tuhan perbuat bagi kehidupannya. 2. Pertemuan Kedua : Manusia Jatuh Dalam Dosa Tujuan : menjelaskan bagaimana Dosa masuk dalam hidup manusia dan dampak dari dosa tersebut bagi kehidupan manusia. 3. Pertemuan Ketiga : Keselamatan Tujuan : menjelaskan kepada anak asuh Panti Asuhan Salib Putih Salatiga bahwa hanya Yesus yang dapat memberi keslamatan dalam hidup manusia. 4. Pertemuan Keempat : Yesus Sebagai Pusat Hidup Tujuan : Menjelaskan kepada anak asuh Panti Asuhan Salib Putih bahwa ketika Yesus telah menyelamatkan hidupnya maka Yesus harus menjadi pusat hidup mereka. Hal ini ditandai dengan perubahan yang ada didalam kehidupan mereka. Melakukan segala
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259