Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Thesis Natalia

Thesis Natalia

Published by angarlzdomugllpzol, 2021-02-01 12:34:42

Description: Thesis Natalia

Search

Read the Text Version

37 harus dilakukan konselor untuk mengerti permasalahan konseli. Selanjutnya konselor harus mengambil langkah-langkah yaitu understanding, supporting, interpretation, evalutation, dan akhir response action. Dengan respon-respon tersebut, percakapan menjadi terarah dan mengarah pada puncaknya yaitu respon action. Dalam hal ini, konseli diarahkan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah sikap atau perubahan perilaku yang baru. 2.4.2.5. Memulihkan kondisi yang rapuh Keterikatan manusia akan masalah dan juga dosa dapat memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan manusia tersebut. Dampak yang terjadi antara lain membuat kondisi manusia rapuh baik secara kesehatan jasmani maupun rohani. Seorang konselor harus paham mengenai hal ini. Sehingga dapat memberikan pertolongan yang tepat bagi konseli. 2.4.2.6. Perubahan Sikap dan perilaku Sikap dan perilaku seseorang akan sangat berpengaruh bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Oleh sebab itu konselor dapat mengarahkan dan mengingatkan konseli akan sikap dan perilakunya agar hal tersebut tidak menimbulkan masalah yang baru bagi kehidupan konseli di masa yang akan datang.

38 2.4.2.7. Terlibat Persekutuan Jemaat Salah satu fungsi dari persekutuan jemaat adalah saling menolong, mendukung, dalam menghadapi persoalannya. Dengan mengikuti persekutuan jemaat, konseli tidak akan merasa sendiri karna akan ada jemaat-jemaat yang peduli dan mendukung konseli. Hal ini akan menciptakan kekuatan dan semangat yang baru didalam kehidupan konseli. Namun tujuan utama konseli mengikuti persekutuan jemaat adalah agar konseli dapat bertemu dengan Sang Konselor Agung yaitu Tuhan Yesus. 2.4.2.8.Mampu Menghadapi Persoalan Selanjutnya Pastoral Konseling mengarahkan konseli agar mampu mendewasakan diri. Persoalan yang dihadapi konseli saat ini bukanlah persoalan terakhir didalam kehidupannya. Akan memungkinkan diwaktu yang akan datang konseli akan mengalami masalah kembali bahkan masalah yang mungkin lebih besar dari masalah yang dihadapi konseli saat ini. Oleh sebab itu kedewasaan dalam berfikir serta kedewasaan rohani sangat diperlukan oleh konseli. Konseli dapat memiliki kedewasaan diri serta kedewasaan rohani melalui bimbingan serta pendampingan yang diberikan oleh konselor. Dalam hal ini konselor bertanggungjawab untuk memberi pengertian kepada konseli

39 bahwa Tuhan mampu memberikan kekuatan kepada konseli dalam menghadapan berbagai macam masalah serta pergumulan hidup. “Segala sesuatu dapat ku tanggung didalam Dia yang memberikan kekuatan kepada ku, (Filipi 4:13). “kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan berasal dari diri kami, (2 Korintus 4:7). Dengan demikian tujuan pastoral konseling adalah menolong agar konseli dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Menurut Anthony Yeo, tugas konselor adalah membantu konseli untuk bertanggungjawab atas hidupnya sekarang ini. Karena kadang-kadang seseorang bisa saja memakai satu pandangan deterministic mengenai hidup yang merintangi kebebasannya untuk mengubah dan memilih satu jalan hidup meningkatkan martabatnya.36 Melalui pendampingan pastoral konseling, konseli dapat diarahkan untuk menghadapai masalah-masalahnya saat ini dan diwaktu yang akan datang. 2.4.3. Fungsi Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan Adalah menolong konseli utnuk menyembuhkan diri dengan cara menerima Tuhan Yesus sebagai juru slamat dan mengalami pertobatan, sehingga terjadi 36 Anthony, konseling suatu Pendekatan Pemecahan Masalah (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2001), 17.

40 pertumbuhan rohani dan perubahan perilaku. Secara terperinci fungsi pastoral konseling menggunakan metode pemuridan adalah : 2.4.3.1. Fungsi Membimbing Orang Menerima Keselamatan Membimbing berarti menuntun orang untuk menerima keselamatan dari Kristus. Setiap orang butuh keselamatan yang telah disediakan Yesus di atas kayu salib. Namun tidak ada orang yang dapat selamat tanpa menerima keselamatan tersebut dari Yesus. Menerima keselamatan berarti juga menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat didalam kehidupannya. karna Yesus merupakan wujud kasih Allah bagi manusia yang berdosa. “kasih Allah yang begitu besar akan isi dunia ini, akan kita orang-orang berdosa yang tak dapat menyelamatkan diri sendiri, telah membuat Allah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk mati di kayu salib sebagai pengganti kita, supaya kita dapat kembali hidup memuliakan Dia. Yesus yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karna kita, supaya didalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Maut atau hukuman yang seharusnya kita tanggung karna keberdosaan kita, tidak lagi akan menimpa kita, karena Yesus sudah menanggungnya bagi kita. Oleh sebab itu kita perlu menanggapi kasih Tuhan ini dengan percaya dan menerima Yesus Kristus secara pribadi”37 Percaya dan menerima Yesus Kristus secara pribadi bukan hanya berbicara tentang orang-orang yang baru memiliki iman Kristen namun juga orang- orang Kristen secara keseluruhan. Orang Kristen yang sejak lama mengakui kekristenannya, belum tentu memiliki kepercayaan dan menerima Yesus 37 Berakar dalam Kristus Pemuridan Sederhana Untuk Semua (Panduan Pengajar), Yogyakarta : Kambium, 2011),29.

41 Kristus secara pribadi dalam kehidupannya. Orang dapat menjadi Kristen karena garis keturunan dari keluarganya sehingga kekristenan hanyalah sebagai budaya yang dianut secara turun temurun. Hal ini yang terjadi didalam kehidupan kedua konseli. Kedua konseli belum percaya dan menerima Yesus Kristus secara pribadi sehingga konseli tersebut tidak takut melakukan kenakalan yang merupakan dosa. Dalam hal ini, tugas seorang konselor adalah membimbing dan menuntut konseli agar dapat percaya dan menerima Yesus Kristus secara pribadi. Sehingga kedua konseli dapat dipulihkan dan diubah oleh Yesus Kristus. 2.4.3.2. Menopang Seseorang Mengatasi Pergumulan Hidup Pergumulan hidup merupakan tekanan yang ada didalam kehidupan setiap orang. Pergumulan hidup dapat memberikan dampak yang besar kepada orang tersebut. Ketika seseorang tidak dapat mengatasi pergumulan hidupnya, maka yang terjadi adalah keterpurukan dan kegagalan. Oleh sebab itu setiap orang yang mengalami pergumulan hidup perlu mengatasi pergumulan tersebut dengan baik. Dalam mengatasi sebuah pergumulan hidup, terkadang butuh pertolongan dari pada orang lainnya yang lebih dewasa dalam hal kerohanian. Hal ini merupakan salah satu fungsi pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan yang harus dinyatakan oleh konselor Kristen, yaitu menopang seseorang mengatasi pergumulan hidup agar orang tersebut dapat terlepas dari pergumulan yang menekan dan membelenggu kehidupannya. Fungsi menopang

42 berarti “Membantu seseorang agar dapat berjuang mengatasi keinginan dan dorongan-dorongan negative yang ada didalam dirinya”38 hal inilah yang dilakukan oleh konselor untuk menolong kedua remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Kedua konsele memiliki pergumulan hidup yaitu kenakalan yang konsele lakukan. konsele sadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan suatu perbuatan yang salah dan berdosa. Namun konsele tetap melakukan hal tersebut karna konsele kesulitan untuk meninggalkannya. Sehingga konselor perlu membantu dengan memberikannya motivasi dan dorongan agar konsele terlepas dari pergumulannya yaitu kenakalan yang selama ini dilakukannya. 2.4.3.3.Mewujudkan Perubahan Perilaku Perubahan prilaku dapat terlihat dalam hidup seseorang yang percaya dan menerima Yesus secara pribadi. Perubahan perilaku dapat terjadi ketika seseorang tersebut mengalami kelahiran baru. Artinya ketika seseorang bertobat dan meninggalkan kehidupannya yang lama, yang penuh dengan pelanggaran dan dosa. “Dilahirkan kembali atau seringkali disebut juga sebagai lahir baru bukan kelahiran secara jasmani seperti yang dimaksudkan oleh Nikodemus, yaitu seorang masuk kembali kedalam Rahim ibunya (Yohanes 3:4). Dilahirkan kembali yang dimaksud oleh Yesus adalah kelahiran yang harus dialami seseorang agar ia bisa masuk ke dalam kerajaan Allah, kelahiran ini adalah kelahiran secara rohani bukan kelahiran secara jasmani. Kelahiran secara rohani ini seringkali disebut sebagai “pertobatan”, yang artinya perpalingan kepada Allah”39 38 Devi Ari Mariani, https://haleluyuyah wordpress.com/bahan-pastoral-konseling-by- salmon 2008 (akses 15 Juni 2019) 39 Erich Unarto, Hidup Baru Di Dalam Kristus, (Jakarta : YPI Kawanan Kecil, 2013), 31.

43 Ketika seseorang telah mengalami lahir baru atau pertobatan, maka hal itu akan diwujudnyatakan melalui perubahan perilaku. Tentunya perubahan yang terjadi adalah perubahan menuju kearah yang lebih baik. Hal ini terjadi karna ketika orang lahir baru dan bertobat, maka orang tersebut hidupnya berada dalam pimpinan Tuhan. 2.4.3.4.Mendorong Seseorang Mengalami Pertumbuhan Rohani Pertumbuhan rohani sangat diperlukan dalam kehidupan orang Kristen yang telah percaya dan menerima Yesus secara pribadi. Pertumbuhan rohani dapat terjadi ketika seseorang telah bertobat dan lahir baru menjadi manusia baru didalam Yesus. Sehingga semakin hari dapat semakin bertumbuh sesuai kehendak Tuhan. “kasih karunia Tuhan yang mengasihi dan menerima kita apa adanya— ketika kita masih berdosa—begitu nyata. Dan karna kasih-Nya yang besar, Dia tidak rela kita tetap seadanya—tetap dalam keadaan yang tidak sesuai dengan rancangan-Nya. Dia rindu kita bertumbuh makin seperti Yesus— arah dan tujuan pertumbuhan kita. Kita perlu bertumbuh dalam segala hal kearah Kristus”.40 Pertumbuhan rohani yang dikehendaki Tuhan adalah pertumbuhan yang semakin serupa dengan Yesus. Karna Yesus adalah model yang sempurna bagi pertumbuhan rohani orang percaya. Dalam hal ini, tugas seorang konselor Kristen adalah menjelaskan kepada konsele tentang pentingnya pertumbuhan rohani didalam kehidupan orang percaya. Konselor juga berkewajiban mendorong dan mendukung konsele agar terus maju dan mengalami perubahan berupa pertumbuhan rohani 40 Bertmbuh Dalam Kristus Pemuridan Sederhana Untuk Semua, (Yogyakarta : Kambium, 2014), 21.

44 yang sempurna. Yaitu pertumbuhan rohani yang mengarah kepada Yesus dan makin seperti Yesus. 2.5. Langkah-langkah Pastoral Konseling Dengan Metode Perumidan. 2.5.1. Menciptakan Hubungan Kepercayaan (Entrance) Kepercayaan sangat dibutuhkan dalam pendampingan pastoral konseling. Dengan kepercayaan, konsele dapat dengan mudah menceritakan tentang kisah hidupnya dan permasalahan yang dihadapinya saat ini. Dengan kepercayaan juga, konselor dan konsele dapat membangun hubungan yang lebih dekat. “Hubungan konseling pada dasarnya adalah hubungan interpersonal karena melibatkan dua orang dalam komunikasi yang intim dan bertujuan untuk memberikan penguatan pada orang yang diajak bicara (klien). Untuk itu sebelum memulai konseling, maka sangatlah penting bagi calon konselor memahami dan menguasai ketrampilan memulai hubungan interpersonal ini”41 Hubungan interpersonal dan kepercayaan dapat dibangun dengan komunikasi yang baik antara konselor dan konseli. Komunikasi yang baik yaitu mendengar dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh konseli, memiliki sikap yang tidak menghakimi melainkan sikap yang hangat dan bersahabat, dan tidak menganggap bahwa konseli adalah orang yang lebih rendah dari konselor namun memiliki pemahaman 41 Julianto Simanjuntak, Perlengkapan seorang konselor (Tangerang: Yayasan Pelikan Indonesia,2014), 260.

45 bahwa konseli adalah orang yang membutuhkan pertolongan dan Tuhan memakai konselor untuk menjadi penolong bagi konseli tersebut. Setelah hubungan kepercayaan (Entrance) telah terbangun dengan baik, maka konseli akan lebih terbuka kepada konseli. Disaat itulah konselor dapat mengumpulkan informasi atau fakta dan data yang relevan, akurat, dan menyeluruh. Informasi dan Data adalah bagian yang sangat penting bagi konselor dalam melakukan pendampingan pastoral konseling. Melalui Informasi dan data konselor dapat mengetahui permasalahan yang sedang digumulkan oleh konseli. Dan melalu Informasi dan data ini konselor dapat menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan guna menolong konseli terbebas dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Perolehan Informasi dan data dapat melalui percakapan antara konselor dan konseli. Ketika melakukan percakapan, konselor bertindak sebagai seseorang yang bersedia untuk mendengarkan dengan seksama. “Melalui pendengaran atau perhatian yang terpusat dan tanggapan yang empatik atas perasaan anggota jemaat, maka mulai terjadi katarsis dari rasa sakit dan pengungkapan perasaannya yang ditekan selama ini”42 Informasi dan data yang diperoleh bukan hanya tentang inti dari masalah yang dihadapai melainkan juga tentang perasaan-perasaan yang saat ini dialami oleh Klien. Informasi dan data yang dibutuhkan dalam proses 42 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta:Penerbit Kanisius,2006),96

46 pendampingan Pastoral Konseling tidak hanya dapat diperoleh dari konseli namun juga dapat diperoleh dari orang-orang yang tinggal disekitar konseli ataupun orang yang paling dekat dengan konseli. 2.5.2. Menyimpulkan atau Sintesis dan Diagnosis Data (Diagnosis) Melakukan identifikasi masalah-masalah yang ada guna menjadi dasar dalam melakukan kegiatan penelitian. Diagnose akan dimulai dengan melakukan wawancara terlebih dahulu. Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara semi terstruktur. Tahap wawancara semi terstruktur ini adalah pedoman yang dipakai peneliti untuk mengumpulkan data melalui pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dan mengarah kepada focus penelitian, yakni keadaan yang berhubungan dengan masalah remaja yang dialami oleh partisipan. Lexy J. Moleong menuliskan bahwa “wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan terwawancara (interviewee) yaitu orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.”43 Sehingga dapat dipahami bahwa dalam melakukan teknik pengumpulan data melalui wawancara, peneliti harus terlebih dahulu menentukan pokok permasalahan yang harus ditanyakan. Sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Sebelum melakukan proses wawancara, tentunya akan lebih baik bagi peneliti untuk menyusun kerangka wawancara semi terstruktur. Namun pertanyaan- 43 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset,2006), 186.

47 pertanyaan tidak hanya terfokus kepada pertanyaan yang telah tersusun. Pertanyaan dapat meluas sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam mengumpulkan data. Ketika data telah terkumpul dengan menggunakan tekhnik wawancara tersebut, maka diagnosis data dapat dilakukan. “Kata “diagnosis” dan “diagnose” adalah khas dipakai dalam ilmu pengobatan medis. Namun bagi orang yang mempelajari bahasa Gerika kata ini merupakan istilah umum. Karena kata-kata itu kalau digunakan hanya berarti “membedakan” atau “mendiskriminasikan”, membedakan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, dan mencari sumbernya, pemecahan atau memutuskan”44 Melalui diagnosis data maka konselor akan mencari sumber dari masalah yang dialami oleh klien. Sumber masalah tersebut dapat berupa masa lalu yang telah dialami oleh klien, Lingkungan sekitar dimana klien tinggal, serta perasaan-perasaan atau pikiran-pikiran yang mengganggu klien selama ini. Ketika sumber masalah berhasil didapat oleh konselor, maka konselor akan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan pemecahan masalah bersama-sama dengan klien tersebut. 2.5.3. Membuat Rencana Tindakan (Action Planing) Ketika masalah telah didiagnosa dan diketahui dengan jelas maka peneliti mulai untuk menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan ini dibuat sesuai dengan kebutuhan konseli. Dalam penelitian 44 Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor, ((Tangerang: Yayasan Pelikan Indonesia,2014), 457.

48 terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga, rencana tindakan yang peneliti buat adalah sebagai berikut : a. Menyusun bahan ajar yang akan digunakan. Bahan ajar yang dimaksud adalah bahan ajar yang biasa dipakai dalam pemuridan. Peneliti memilah-milah bahan yang sesuai dengan kondisi konseli dari berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan pemuridan. b. Mempersiapkan alat peraga. Alat peraga akan sangat membantu dalam menarik perhatian partisipan untuk tetap fokus dan memperhatikan bahan ajar yang disampaikan. Alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. c. Menyusun Lembar Kerja. Lembar kerja ini akan diberikan kepada konseli sebelum kegiatan penelitian dimulai yaitu pendampingan pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan. Hal ini dilakukan agar peneliti tau kondisi awal dari partisipan. Lembar kerja juga akan diberikan kepada konseli setiap sesi penyampaian bahan ajar selesai dan akan diberikan kembali setelah semua sesi telah selesai dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melihat tahapan perubahan dan perkembangan yang dilakukan oleh partisipan. 2.5.4. Membimbing untuk Menemukan Kebenaran Melalui Bahan Ajar (Action Taking) Konselor yang baik adalah konselor yang memiliki hati yang rela untuk membimbing atau menuntun serta mengarahkan klien agar

49 menemukan kebenaran yang sejati melalui proses pastoral konseling yang dilakukannya. Agar proses pembimbingan untuk menemukan kebenaran dapat tercapai, maka akan lebih baik jika pembimbingan tersebut menggunakan bahan ajar yang telah dipersiapkan oleh konselor. Secara umum, bahan ajar adalah : “Seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan”45 Bahan ajar yang telah dipersiapkan haruslah sistematis dan menarik agar tidak membosankan dan dapat diterima oleh konseli dengan baik. Dengan demikian maka tujuan yang diharapkan akan tercapai. Bahan ajar yang telah dipersiapkan oleh konselor adalah bahan ajar yang dipakai dalam pemuridan. Hal ini dikarenakan metode yang akan dipakai dalam pastoral konseling adalah metode pemuridan. Pertemuan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan dilakukan dalam 12 kali tatap muka. Pertemuan dilakukan dalam jangka waktu 20 menit sampai 1 jam. Pertemuan diikuti oleh 2 remaja. 45 Efrata Pandawa, https://id.scribd.com/doc/104931680/Bahan-Ajar-Pend-Agama- Kristen 2011 (akses 19 juni 2019)

50 Adapun jadwal pertemuannya adalah sebagai berikut: Hari/Tgl Jam Materi Kehadiran Jum’at, 20 September 17.45 – 19.30 Penciptaan Manusia 2 remaja 2019 Selasa, 24 September 16.52 – 18.00 Manusia Jatuh Dalam 2 Remaja 2019 Dosa Rabu, 25 September 2019 18.15 – 19.30 Keselamatan 2 Remaja 2 Remaja Kamis, 26 September 16.16 – 17. 30 Hidup Baru 2019 2 Remaja Jum’at, 28 September 15.53 – 17.00 Hidup Baru 2019 2 Remaja Sabtu, 29 September 14.49 – 16.00 Waktu Teduh 2019 2 Remaja Rabu, 2 Oktober 2019 17.56 – 19.01 Penciptaan Manusia Kamis, 3 Oktober 2019 17. 25 – 18. Manusia Jatuh 2 Remaja 41 Dalam Dosa Jum’at, 4 Oktober 2019 16.20 – 17. 54 Keselamatan 2 Remaja Sabtu, 5 Oktober 2019 15.10 – 16.12 Hidup Baru 2 Remaja Senin, 7 Oktober 2019 17.31 – 18.28 Hidup Baru 2 Remaja Selasa, 8 Oktober 2019 16.42 – Waktu Teduh 2 Remaja 18.10.

51 2.5.4.1. Pelajaran 1: Penciptaan Manusia Penciptaan manusia secara jelas tertulis didalam Alkitab. Alkitab menjelaskan bahwa manusia adalah hasil ciptaan dan karya Allah. Hal itu tertuang didalam kitab Kejadian 2: 7 “ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya; demikian manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Sebagai makhluk ciptaan Allah, Allah menciptakan manusia dengan penuh keistimewaan. Keistimewaan tersebut menjadikan penciptaan manusia dengan ciptaan Allah yang lain amat berbeda. Penciptaan manusia dimulai melalui sabda Allah kemudian ada tindakan atau karya yang dilakukan oleh Allah untuk membentuk tubuh manusia tersebut. Kata membentuk dalam bahasa Ibrani menggunakan kata yãsãr. “kata yãsãr dipakai untuk melukiskan seorang penjunan yang sedang bekerja yaitu membentuk bahan ditangannya sesuai dengan kehendaknya (bdg. Yer 18: 3,4).46 Seperti seorang penjunan, ada proses bertahap yang Allah kerjakan untuk membentuk tubuh manusia sesuai dengan kehendak-Nya dan debu tanah sebagai bahannya. Keistimewaan lain yang dimiliki manusia ketika penciptaan itu terjadi yaitu Allah menghembuskan nafas hidup kedalam hidung 46 Wycliffe,the Wycliffe Bible Commentary Volume 1 (Malang : Penerbit Gandum Mas, 2014), 31.

52 manusia. Berarti bahwa pekerjaan dan karya Allah bukan hanya membentuk tubuh jasmani, namun Allah juga memberi kehidupan dengan menghembuskannya kedalam tubuh manusia yang mati tersebut sehingga manusia itu menjadi hidup. Hal ini adalah bukti bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang memiliki keunggulan dari ciptaan yang lainnya dan bukti bahwa manusia hidup karna anugrah Allah. Anugrah Allah yang lain bagi manusia tertulis juga didalam Kitab Kejadian 1: 27, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dari keterangan ayat tersebut dapat dipahami bahwa baik laki-laki maupun perempuan, semuanya diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Gambar dan rupa Allah didalam diri manusia menunjukkan kemiripan yang paling dekat dengan Allah, dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lainnya. Kemiripan yang dimaksud bukanlah kemiripan secara fisik namun lebih kepada sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah. G.I. Williamson menyatakan bahwa Kemiripan tersebut berupa “hal pengetahuan, kekudusan, dan kebenaran”47. Dalam hal pengetahuan, manusia mampu memahami penyataan Allah tentang keberadaan Allah kedalam dunia. Pengetahuan yang lainnya dapat 47 Williamson, G.I., Katekismus Singkat Westminister Volume 1, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2009), 57.

53 terlihat ketika adam memberikan nama kepada segala ternak, kepada burung-burung diudara, dan kepada segala binatang hutan (Kejadian 2:20). Nama-nama yang diberikan Adam kepada seluruh binatang tersebut sesuai dengan bagaimana keadaan serta keberadaan binatang itu. Dalam hal kekudusan, manusia diciptakan seutuhnya dikuduskan bagi Allah. Hal ini terjadi karna manusia diciptakan untuk kemuliaan Allah. Manusia pertama yaitu Adam ditempatkan Allah di taman Eden. Dengan kekudusan, Adam dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung dengan Allah yang kudus. Kemiripian lain yang dimiliki manusia adalah tentang kebenaran. G.I. Willliamson menyatakan bahwa, “Bagi Allah, kebenaran semata-mata merupakan kata lain untuk ketaatan. Orang yang menaati kehendak Allah atas dirinya adalah orang yang juga telah melakukan apa yang benar. Maka layaklah bila Adam, sebelum kejatuhannya didalam dosa, diibaratkan sebagai seorang raja. Raja adalah seseorang yang memerintah. Adam memerintah bumi dan beserta segenap isinya yang memang ditempatkan Allah dibawah kekuasaannya. Karena ia mengetahui kehendak Allah, memiliki kerinduan untuk semata-mata melayani Dia, ia juga mampu melakukan pekerjaan sebagai raja yang benar atas ciptaan yang lainnya”48. Kebenaran itu berbicara tentang ketaatan. Manusia yang diciptakan oleh Allah memiliki ketaatan kepada sang pencipta. Hal ini terbukti ketika Adam, manusia pertama yang diciptakan 48 Ibid 59.

54 oleh Tuhan, melakukan apa yang menjadi kehendak Allah didalam kehidupannya. 2.5.4.2. Pelajaran 2: Rancangan Allah di dalam Hidup Manusia Manusia diciptakan oleh Allah dan hidup karena anugrah yang diberikan oleh Allah. Ada rancangan dan tujuan Allah untuk menciptakan manusia dan menempatkannya di bumi ini. Rancangan Allah adalah sebagai berikut: 2.5.4.2.1. Manusia Diciptakan Untuk Kemuliaan Allah Salah satu rancangan Allah bagi kehidupan manusia adalah diciptakan untuk kemuliaan Allah. Hal ini bukan berarti bahwa Allah haus akan kemuliaan atau Allah tidak mulia tanpa manusia. Namun adanya manusia didalam dunia ini sebagai cermin untuk melihat betapa hebat dan luar biasanya perbuatan Allah. “Memuliakan Allah “ bukan berarti “menjadikan Allah Mulia.” Allah memang sudah mulia. Ia sudah mulia sejak dari kekekalan dan tidak ada satupun makhluk ciptaan-Nya yang dapat menjadikan-Nya lebih mulia. Dengan demikian ungkapan “memuliakan Allah” hendaknya lebih diartikan sebagai “mencerminkan kemuliaan Allah”49 Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menjadikan Allah lebih mulia. Termasuk didalamnya adalah manusia. Namun 49 Ibid, 3

55 hendaknya dengan apa yang manusia bisa perbuat, kemuliaan Allah boleh dinyatakan. Berbagai ragam perbuatan manusia didalam dunia ini. Ada perbuatan yang baik dan menyukakan hati Tuhan. Terhadap perbuatan ini sudah pasti nama Tuhan akan dipermuliakan karna melalui hal itu kemurahan Allah akan dinyatakan serta dipuji-puji. Namun bagi manusia yang melakukan perbuatan yang tidak berkenan dihati Tuhan, maka murka serta keadilan Allah akan dinyatakan dan dihormati. 2.5.4.2.2. Manusia Diciptakan Sebagai Partner Allah Rancangan lain yang Allah miliki bagi manusia adalah Allah ingin manusia menjadi rekan sekerja-Nya. Hal ini terbukti dari Firman Tuhan yang tertulis didalam kitab kejadian 1 : 28 “………………. Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut dan burung-burung diudara dan atas segala binatang yang merayap dibumi”. Manusia diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk memelihara serta merawat bumi dan segala isinya yang telah Allah ciptakan. Suatu hak istimewa yang diberikan Allah kepada manusia yang memiliki banyak keterbatasan. Mengenai hal ini Abineno mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

56 “Manusia bukan saja makhluk Allah, tetapi juga partner perjanjian-Nya. Sebagai makhluk Allah ia berdiri dipihak makhluk-makhluk yang lain. Ia tidak ilahi. Ia tidak kekal. Ia seluruhnya bergantung pada Allah. Hidupnya terbatas. Juga kemampuan dan pengetahuannya. Sungguhpun demikian Allah menghubungkan diri-Nya dengan manusia yang tidak ilahi dan tidak kekal itu: ia boleh menjadi partner-Nya. Sebagai partner Allah ia berdiri dipihak Allah. Ia boleh menjadi “kawan sekerja- Nya” untuk memelihara, mengatur, dan mengembangkan bumi ini dalam arti yang seluas- luasnya”50 Anugrah Allah didalam diri manusia tidak terbatas. Salah satu anugrah itu adalah ketika Allah menjadikan manusia sebagai Partner-Nya. Manusia yang merupakan ciptaan Allah tidak layak dan tidak sebanding jika disejajarkan dengan Allah untuk menjadi kawan sekerja-Nya. Tetapi Allah tidak memandang segala kekurangan dan keterbatasan didalam diri manusia. Allah tetap memberikan kepercayaan kepada manusia. Sebagai kepanjangan tangan-Nya Allah mempercayakan manusia untuk memelihara, mengatur, serta mengembangkan bumi yang telah Allah ciptakan. Allah menginginkan manusia untuk tetap hidup sebagai cerminan kemuliaan Allah dan sebagai rekan sekerja Allah. Namun hal itu rusak ketika manusia melanggar perintah Allah. Hal itulah yang membuat manusia pada 50 J.L.Ch. Abineno, Pokok-pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2003), 64.

57 akhirnya jatuh didalam dosa dan kehilangan semua hak istimewa yang diberikan Allah didalam kehidupannya. 2.5.4.3. Pelajaran 3: Kejatuhan Manusia dalam Dosa Kejatuhan manusia dalam dosa dimulai ketika manusia melanggar perintah Allah. Perintah Allah bagi manusia tertulis didalam kitab kejadia 2:16-17, “Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: “semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”. Didalam ayat ini jelas tertulis apa yang menjadi perintah Tuhan bagi kehidupan manusia. Tuhan menempatkan manusia untuk tinggal di Taman Eden. Tuhan menyediakan segala tumbuhan yang berbiji diseluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji. Semua itu disediakan Tuhan untuk menjadi makanan manusia. Namun Tuhan melarang manusia untuk memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Larangan Tuhan ini tidak dipatuhi oleh manusia sehingga manusia itu menjadi berdosa. Kejatuhan manusia kedalam dosa tidak terlepas dari peranan ular. Ular yang cerdik dipakai iblis untuk menjatuhkan manusia kedalam dosa. “Manusia diberi kebebasan yang luas sekali dengan satu larangan sederhana (Kej 2:16,17; 3:1-6). Tapi dengan licik, Iblis memutarbalikkan kata-kata Tuhan, dan menyatakan

58 kepada manusia, bahwa Tuhan menyembunyikan yang baik dari mereka. Akibatnya manusia ragu-ragu tentang Firman dan perintah Allah”51 Kelicikan iblis dalam diri ular berhasil mempengaruhi dan mengacaukan pikiran manusia tentang keyakinannya akan perintah Allah. Dalam kitab kejadian 3:1-5 jelas dituliskan bagaimana iblis menggunakan berbagai macam cara untuk merayu dan menggoda manusia serta memperdayakannya dengan memutarbalikkan kata- kata Tuhan. Manusia yang diciptakan Allah dengan segala keistimewaannya pada akhirnya jatuh kedalam dosa. Kejatuhan manusia didalam dosa tentunya menimbulkan berbagai dampak yang negative didalam diri manusia tersebut. Dampak kejatuhan manusia dalam dosa tersebut anatara lain : 2.5.4.3.1. Kehilangan Kemuliaan Allah Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Artinya didalam diri manusia terkandung sifat-sifat Allah. Sifat-sifat yang dimiliki Allah merupakan hal-hal yang baik dan mulia. “Haruslah disadari, dimengerti dan diyakini sungguh-sungguh bahwa didalam diri dan dari Tuhan Allah tidak pernah muncul kejahatan atau hal-hal yang negatif”52 51 D.W. Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), 30. 52 Surya Kusuma, Kompas Iman, (Yogyakarta, Rangkang Education, 2016), 165.

59 sehingga Allah pun tidak menciptakan sesuatu yang jahat karena didalam diri Allah tidak ada sifat jahat. Demikian halnya yang terjadi didalam diri manusia. Sifat-sifat Allah yang jauh dari kejahatan dan hal-hal yang negative terdapat didalam diri manusia. Namun hal tersebut menjadi rusak ketika manusia melanggar perintah Allah dan jatuh didalam dosa. Kerusakan yang dialami manusia akibat dosa amatlah parah. Bahkan Williamson mengatakan bahwa kerusakan yang dialami manusia akibat dosa merupakan kerusakan yang total. Artinya kerusakan yang menyeluruh serta melingkupi segala aspek kehidupan manusia. Kerusakan total tersebut meliputi “(1) Pertama, kita melihat bahwa kerusakan (atau kefasikan) tersebut terjadi di dalam batin manusia. Hal itu terjadi didalam nature manusia yang terdalam. Allah dapat melihatnya sekalipun manusia tidak mampu. (2) kedua, kita melihat betapa kejahatan tersebut sangatlah hebat. Demikianlah penilaian Allah. Manusia mungkin mengira bahwa kejahatan tidaklah besar. Allah sebaliknya, menyatakannya sebagai sangat hebat. (3) kita melihat betapa kejahatan tersebut terjadi secara berkesinambungan. Hati manusia itu bukan kadang- kadang jahat, melainkan senantiasa jahat. (4) dan akhirnya, kita melihat bahwa kejahatan ini berlaku secara universal. Tidak ada satu manusia pun yang tidak memiliki natur dosa”53 53 Williamson, G.I., Katekismus Singkat Westminister Volume 1, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2009), 96.

60 Kerusakan total manusia dimulai dari batin manusia yang dipenuhi dengan kejahatan. Satu sisi yang tidak dapat dilihat oleh sesame manusia dan dapat tersembunyi. Namun Allah melihat segala sesuatu yang ada didalam diri manusia. Kejahatan yang dilakukan manusia tidak dapat dikendalikan. Bahkan kecenderungan manusia adalah melakukan kejahatan. Artinya manusia senantiasa melakukan kejahatn. Kejahatan yang ada didalam diri manusia sebagai wujud dari dosa, tidak hanya berlaku didalam diri Adam dan Hawa. Melainkan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia secara keseluruhan. Keturunan Adam dan Hawa menanggung dosa yang dilakukan dan diturunkan oleh Adam dan Hawa tersebut. 2.5.4.3.2. Terputusnya Hubungan Allah dengan Manusia Sebagai akibat pelanggaran manusia terhadap perintah Allah, maka manusia kehilangan persekutuannya dengan Allah. Allah yang kudus tidak akan membiarkan dirinya tercemar oleh manusia yang telah terbelenggu dosa. Firman Tuhan didalam kitab Yesaya 59:2 mengatakan, “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia

61 menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar Ialah segala dosamu”. Dosa menjadi jurang pemisah yang dalam antara manusia dengan Allah. Sebagaimana dibedakan antara yang najis atau haram dengan yang tahir atau halal. Dosa juga dapat menjadi penghalang komunikasi antara manusia dengan Allah. Keadaan ini tentunya sangat berbeda dengan keadaan ketika manusia hidup didalam kekudusan tanpa dosa. “Dalam keadaan manusia tanpa dosa, dia dapat mengadakan hubungan yang menyenangkan dengan Allah yang “di dalam Dia itu ada segala perhimpunan hikmat dan marifat terlindung.” Kolose 2:3. Tetapi sejak manusia jatuh kedalm dosa, tiada lagi dia dapat menikmati kesenangan hubungan yang kudus itu, bahkan ia mencoba menyembunyikan dirinya dari hadapan hadirat Tuhan Allah”54 Hubungan yang erat antara manusia dengan Allah menciptakan sukacita dan kesenangan didalam hidup manusia. Tidak ada suatu penghalang yang membatasi hubungan manusia dengan Allah. Namun sukacita dan kesenangan akan hubungan yang kudus tersebut telah hancur karna dosa yang diperbuat oleh manusia. Dosa membuat manusia takut dan malu untuk bertemu dengan Allah. Selain itu, dosa juga membuat manusia harus menerima hukuman yaitu maut. Maut artinya adalah 54 Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, (Malang : Gandum Mas, 2011), 12.

62 kematian bagi manusia. Harun Hadiwijoyo menyatakan bahwa : “Manusia telah memberontak terhadap Tuhan Allah. Ia tidak mau tunduk kepada perintah Allah. Oleh karena itu manusia terputus hubungannya dengan Allah. Ia tidak lagi memiliki hidup kekal, ia tidak lagi mencerminkan hidup Ilahi. Keadaan manusia yang berlawanan dengan hidup yang kekal itu didalam Alkitab disebut sebagai mati kekal, atau mati kedua (Why 2:11; 20:6-14; 21:8). Sehingga disebutkan bahwa Upah dosa ialah maut (Rm. 6:23)”55 Kehidupan kekal dapat diperoleh manusia ketika tetap berada dalam hubungan yang kudus dengan Allah. Karena kehidupan yang kekal hanya ada didalam diri Allah dan hanya Allah yang mampu memberikan hidup itu kepada manusia. Ketika hubungan manusia terputus dari Allah maka manusia sedang melepaskan hidup kekal itu dari dalam dirinya. Dan kematian kekal akan menjadi bagian didalam diri manusia. 2.5.4.4. Pelajaran 4: Keselamatan Dosa yang masuk dalam kehidupan manusia melalui bujukan “ular” mengakibatkan manusia hidup didalam belenggu dosa. Dosa membawa tekanan dan penderitaan didalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, manusia butuh keselamatan untuk lepas dari dosa dan segala akibat yang ditimbulkan. Manusia berusaha untuk 55 Harun Hadiwijoyo, Iman Kristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2007), 244.

63 memperoleh keselamatan tersebut. “Salah satu usaha manusia yang dilakukan agar dapat melepaskan diri dari belenggu dosa dan memperoleh keselamatan adalah dengan berbuat baik56. Dengan kata lain, perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia dapat menghapuskan dosa dan membawa manusia tersebut untuk menikmati keselamatan. Hal ini merupakan suatu kemustahilan. Karena “perbuatan baik dan semua amal kebajikan tidak dapat menyelamatkan manusia”57. Ketika manusia jatuh didalam dosa, itu merupakan pertanda bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan mudah tergoda dengan hal-hal yang menarik bagi dirinya. Sehingga suatu hal yang mustahil manusia dapat menyelamatkan diri sendiri melalui segala usaha yang dilakukannya, termasuk didalamnya adalah kebaikan dan semua kebajikannya. Mengingat hal tersebut, manusia membutuhkan penolong agar dapat beroleh keselamatan. Penolong bagi manusia telah disediakan oleh Allah sendiri. Hal tersebut dilakukan karna Allah sangat mengasihi manusia. Yohanes 3:16 menyatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Penolong yang diberikan 56 Surya Kusuma, Kompas Iman, (Yogyakarta, Rangkang Education, 2016), 169. 57 Erastus Sabdono, Keselamatan di Luar Kristen, (Jakarta : Rehobot Ministry, 2016), 54.

64 Allah kepada manusia adalah anak-Nya yaitu Yesus. Yesus rela turun kedalam dunia menjadi manusia seutuhnya untuk menolong agar terlepas dari belenggu dosa dan memperoleh keselamatan kekal. Yesus menolong manusia dengan menjadi penebus bagi dosa manusia tersebut. Penebusan itu dilakukan oleh Yesus dengan mati di kayu salib. “Penyaliban merupakan bentuk hukuman yang digunakan oleh pemerintah Romawi untuk dua golongan atau kelas masyarakat yang paling rendah, yaitu budak dan penjahat. Hukuman salib merupakan hukuman yang sangat memalukan. Alasannya, pertama, dalam kitab suci perjanjian lama ada pemahaman bahwa orang yang mengalami kematian “di atas pohon” adalah orang yang mendapat kutukan dari Allah (Ul. 21:23). Kedua,mereka meyakini bahwa orang yang telanjang adalah sangat memalukan”58 Yesus sang Mesias memilih mati dikayu salib untuk menebus dosa manusia. Yesus menempatkan diri sebagai budak dan menanggung kutuk menggantikan manusia serta menerima hukuman yang seharusnya diterima oleh manusia akibat dari dosa yang telah dilakukannya. Disini terlihat ketaatan Yesus dalam melakukan kehendak Allah. Ketaatan tersebut dilakukan atas dasar kasih Yesus yang besar kepada manusia. Dalam melaksanakan karya penebusan-Nya, ada darah Yesus yang tercurah. Darah merupakan nyawa. Yaitu nyawa Kristus yang telah dikorbankan bagi manusia. 58 Peter Walker ,In The Steps Of Jesus, (Yogyakarta : Kanisius,2010), 177.

65 “Dalam Efesus 1:7-8, yang berbunyi; “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan kepada kita”. Disini cara penebusan dikaitkan dengan penumpahan darah, dalam arti itulah harga yang dibayarkan.”59 Penumpahan darah Yesus diberikan sebagai harga yang harus dibayarkan untuk menebus manusia. Manusia yang berdosa telah menjadi hamba dosa. Nyawa manusia ada didalam belenggu dosa dan dikuasai oleh dosa. Sehingga Yesus harus mengorbankan nyawa-Nya sebagai harga nyawa manusia sehingga manusia dapat beroleh kemerdekaan dari hamba dosa. Manusia beralih dari hamba dosa menjadi hamba Kristus yang telah dikuduskan melalui darah-Nya. Manusia yang telah dikuduskan melalui pengorbanan dan darah Yesus menjadi layak kembali untuk masuk dalam hadirat Allah. Ada perubahan besar yang terjadi bagi hubungan Allah dengan manusia melalui karya penebusan Yesus. Stephen Tong menyatakan bahwa : “Untuk seluruh umat manusia, ada satu kehendak Allah yang menjadi titik pusat, yaitu: Anak Allah yang tunggal harus datang ke dalam dunia. Anak Allah yang tunggal harus turun ke dalam dunia yang dicipta, sehingga menjadi satu titik kontak ditengah-tengah dunia yang tidak kelihatan dan dunia yang kelihatan, ditengah-tengah yang sementara dengan yang kekal, di tengah-tengah yang berdosa dengan yang suci dan ditengah-tengah yang bisa mati dengan Allah yang tidak bisa mati. Kristus menjadi titik kontak antara manusia dengan Tuhan Allah”60 59 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta : Gunung Mulia,2008), 98. 60 Stephen Tong, Mengetahui Kehendak Allah, (Surabaya: Momentum, 2008), 105.

66 Yesus menjadi jembatan bagi Allah dan manusia. Hubungan yang terputus akibat dosa, dapat dipulihkan melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Manusia yang memperoleh kematian kekal sebagai hukuman atas dosa yang diperbuatnya, telah memperoleh keselamatan dan kehidupan kekal. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keselamatan yang diperoleh manusia bukanlah hasil dari usaha manusia itu sendiri. Melainkan kehendak dan karya Allahyang dinyatakan bagi kehidupan manusia. Keselamatan diperoleh karna adanya anugrah dan kasih Yesus bagi manusia. “Yesus menunjukkan tentang kasih-Nya kepada kita. Kasih-Nya tulus dan suci, diberikan Cuma-Cuma sebagai anugrah kepada orang-orang yang tidak pantas menerimanya.”61 Kasih yang besar dan tanpa syarat Yesus berikan kepada manusia yang berdosa. Dan bukti kasih yang besar dan tanpa syarat tersebut Yesus nyatakan bagi hidup manusia yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang ada didalam dunia ini. 61 Bobby Harrington & Josh Patrick, Buku Panduan Pembuat Murid, (Yogyakarta : Katalis, 2017), 99.

67 2.5.4.5. Pelajaran 5: Hidup Baru Karya penebusan dosa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus memberikan kehidupan yang baru bagi manusia. Kehidupan baru dimulai ketika seorang manusia mau dilahirkan kembali. “Langkah dari dilahirkan kembali; (1) Percaya Yesus, yaitu percaya bahwa Yesus telah mati untuk menebus hukuman dosa kita. (2) menerima Yesus, sebagai Tuhan, yaitu tuan atau pengatur yang mengatur seluruh segi kehidupan kita. Sebagai Juruselamat, yaitu mengandalkan Yesus sebagai penyelamat dalam segala hal.”62 Dilahirkan kembali berfokus kepada Yesus. Tidak ada manusia yang dapat dilahirkan kembali tanpa percaya akan pengorbanan Yesus di kayu salib. Percaya akan pengorbanan Yesus berasal dari dalam hati manusia itu sendiri tanpa adanya pengaruh dan paksaan dari pihak lain. Percaya akan pengorbanan Yesus harus disertai dengan penerimaan bahwa Yesus adalah Tuhan dan juruselamat. Ketika Yesus menjadi Tuhan dan Juruslamat dalam hidup manusia, maka haruslah Yesus yang menjadi satu-satunya pribadi yang diandalkan dan dipercaya untuk menuntun langkah kehidupan ini. “Dengan menerima Yesus, Allah akan menyuruh Roh Anak-Nya untuk masuk kedalam hati ki ta sehingga kita menjadi ciptaan baru, yaitu manusia rohaniah, anak Allah”63 Roh itu yang akan menuntun kehidupan orang percaya dan membimbing serta menolong agar 62 Erich Unarto, Hidup Baru di dalam Kristus, (Jakarta : YPI Kawanan Kecil, 2013), 38. 63 Ibid

68 orang tersebut dapat melakukan kehendak Allah didalam kehidupannya. Manusia jasmani yang lahir ke dalam dunia terus mengalami pertumbuhan dan perubahan didalam dirinya. Begitu pula dengan manusia baru yang telah mengalami kelahiran kembali. sudah seharusnya manusia baru yang dilahirkan kembali mengalami pertumbuhan dan perubahan didalam kehidupannya. pertumbuhan didalam kehidupan rohani yaitu : “Tumbuh secara rohani berarti hidup makin lama makin seperti Kristus jika Dia berada di tempat unik kita – memandang seperti Kristus memandang jika Dia melihat melalui mata kita, berpikir seperti Dia berfikir, merasa seperti dia merasa, dan dengan demikian berbuat seperti Dia berbuat.”64 Pertumbuhan secara rohani menjadikan Yesus sebagai model dan teladan didalam kehidupan ini. Mengikuti cara Yesus dalam melakukan segala sesuatu. Dengan dasarnya adalah kasih yang tulus. Karna orang yang telah terlahir kembali dan mengalami kehidupan baru, bukan lagi sebagai hamba dosa melainkan hmba Tuhan sehingga apapun yang diperbuat harus sesuai dengan kehendak Tuhan dan sesuai dengan apa yang telah Tuhan perbuat. Pertumbuhan yang dialami seharusnya akan diikuti dengan perubahan didalam kehidupan. Erich Unarto menyatakan bahwa “Kelahiran kembali tanpa perubahan bukanlah kelahiran kembali. Pertobatan tanpa perubahan bukanlah pertobatan”65 Orang percaya 64 Berakar Dalam Kristus Pemuridan Sederhana untuk Semua, (Yogyakarta : Kambium, 2011), 9. 65 Ibid 44

69 yang dilahirkan kembali sudah seharusnya menunjukkan bentuk dari hidup barunya yaitu perubahan. Perubahan berarti berbalik menuju arah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam kelahiran kembali dan hidup baru berarti mau dan mampu menunjukkan bahwa orang percaya tersebut telah meninggalkan manusia lamanya dan berubah menjadi manusia baru seturut dengan kehendak Kristus didalam kehidupannya. Perubahan hidup dalam hidup baru adalah sebagai berikut: 2.5.4.5.1. Perubahan Spiritual Perubahan spiritual merupakan perubahan dalam hal kerohanian. Dalam tahap ini, orang yang telah lahir baru dan memiliki kehidupan baru akan melakukan perubahan dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Jika hal ini dikaitkan kepada kehidupan remaja yang memiliki masalah dengan melakukan kenakalan, maka dampak yang diharapkan dalam perubahan spiritual adalah bagaimana remaja tersebut dapat menyediakan waktu untuk bersaat teduh, berdoa, dan membaca serta merenungkan Firman Tuhan. 2.5.4.5.1.1. Waktu Teduh Waktu teduh adalah kegiatan yang dilakukan secara pribadi setiap hari untuk bertemu dan

70 berbicara dengan Tuhan melalui doa dan perenungan akan Firman Tuhan. “Waktu Teduh adalah waktu untuk pertemuan pribadi. Kita menanggapi kerinduan Tuhan dengan menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan-Nya. Kita mencurahkan isi hati dan mendengarkan perkataan-Nya. Kita datang menghadap Dia, mendengarkan Dia, dan menanggapi Dia. Ini adalah suatu undangan pribadi yang tak dapat diwakilkan.”66 Ini merupakan langkah dimana orang percaya dapat membangun hubungan yang erat dengan Tuhan. Dan merupakan tanda dimana orang percaya menaggapi undangan pribadi Tuhan untuk bertemu dengan-Nya. Melalui waktu teduh tersebut orang percaya akan tau kehendak Tuhan yang harus dilakukan. “waktu teduh memudahkan kita melakukan disiplin rohani lain, yaitu Firman, Doa, puasa, ibadah bersama, dan lain- lain”67 66 Berakar dalam Kristus Pemuridan Melalui Waktu Teduh, (Yogyakarta : Yayasan Gloria, 2016), 83 67 Berakar Dalam Kristus Pemuridan Sederhana Untuk Semua (Untuk Peserta), (Yogyakarta : Kambium, 2011), 14.

71 2.5.4.5.1.2. Membaca dan Merenungkan Firman Tuhan Firman Tuhan adalah penyataan Tuhan tentang diri-Nya. Firman Tuhan sangat diperlukan oleh orang-orang percaya. Orang yang melalaikan Firman berarti telah mengabaikan Tuhan juga. “Ada dua hal utama yang dibutuhkan orang- orang yang yang haus secara rohani. Pertama, mengenal Firman Tuhan. Di luar itu tidak ada kebenaran yang menyelamatkan yang diberikan Tuhan. Kedua, Diterangi oleh Roh Kudus. Tanpa penerangan-Nya, Firman Tuhan tidak dapat dimengerti”68 Orang percaya seharusnya tidak hanya suka membaca Firman Tuhan namun juga harus mengerti akan Firman Tuhan itu sendiri. Manusia sangatlah terbatas. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan Roh Kudus untuk menerangi Firman Tuhan sehingga dapat dimengerti dan dapat dilakukan didalam kehidupan. 2.5.4.5.1.3. Doa Doa adalah salah satu bentuk Ibadah yang wajib dilakukan oleh orang percaya khususnya orang yang mengalami kelahiran baru. Doa merupakan nafas hidup bagi orang percaya. Dengan bernafas 68 Ibid 16.

72 maka kehidupan dapat terus berlangsung. Dengan kata lain, bernafas adalah salah satu tanda manusia masih memiliki kehidupan. Begitu pula yang terjadi didalam kehidupan rohani orang percaya. Tanpa doa, maka dapat dipastikan bahwa kehidupan rohani orang percaya akan berada diambang kematian. Doa juga merupakan sarana komunikasi orang percaya kepada Tuhan. Namun seringkali fungsi doa hanyalah sebagai sarana untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan. “Doa juga memiliki peran yang sentral. Richard Foster mengatakan : Dari semua disiplin Rohani. Doa adalah yang paling sentral, karena doa mengantarkan kita pada komunikasi yang terus menerus dengan Tuhan.”69 Doa bukan hanya berbicara tentang kepentingan orang percaya untuk memperoleh sesuatu namun didalam doa, orang percaya belajar untuk mendengarkan suara Tuhan. Ada hubungan timbal balik yang seharusnya terjadi didalam doa. Sehingga doa dapat mengubah kehidupan orang percaya untuk menjadi lebih baik dan berkenan kepada Tuhan. Doa juga dapat memberikan kekuatan bagi orang percaya 69 Berakar dalam Kristus Pemuridan Melalui Waktu Teduh, (Yogyakarta : Yayasan Gloria, 2016), 114.

73 ketika doa itu dilakukan dengan Iman yang sungguh kepada Tuhan. 2.5.4.5.2. Perubahan Psikis Perubahan Psikis disini berbicara tentang perubahan emosi. Emosi dimiliki oleh semua orang. Secara umum, emosi adalah suatu perasaan yang muncul didalam diri manusia akibat dari adanya rangsangan, baik dari dalam diri maupun dari luar. “kita menyebut berbagai emosi didalam diri kita dengan berbagai nama seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Sebutan yang kita berikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagamana kita berfikir mengenai perasaan itu, dan bagaimana kita bertindak.”70 Dengan demikian, emosi bukan hanya bentuk negative namun juga positive. Emosi yang negative adalah sedih, kecewa, marah, dan benci. Sedangkan emosi yang positif adalah gembira, semangat, dan cinta. Namun emosi yang positif ataupun negative akan memiliki dampak yang buruk ketika emosi itu tidak dapat dikendalikan. Untuk mengendalikan emosi tersebut, orang percaya butuh pertolongan Roh kudus. Karna hanya Roh Kudus yang dapat memampukan orang percaya untuk menguasai emosinya agar tidak memberikan dampak yang negatif. Orang percaya yang memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus, maka buah Roh aka nada didalam kehidupannya. Salah satu buah Roh yang tertulis didalam Surat 70 Rochelle Semmel Albin, Emosi (Bagaimana mengenal, menerima, dan mengarahkannya), ( Yogyakarta : Kanisius, 2006), 11.

74 Galatia 5: 22-23 adalah Penguasaan diri. Orang percaya yang dipimpin oleh Roh Kudus maka akan dapat menguasai dirinya dengan baik, termasuk didalam hal penguasaan akan emosi. 2.5.4.5.3. Perubahan Perilaku Orang percaya yang telah lahir baru akan menunjukkan perubahan perilaku didalam kehidupannya. Hal ini terjadi karna Tuhan sudah menjadi yang utama. Perubahan perilaku juga dapat menjadi salah satu tanda pertumbuhan rohani yang terjadi setelah lahir baru. “Rancangan Tuhan bagi semua orang percaya adalah agar kita segambar dengan diri Tuhan, sebagaimana terwujud dalam pribadi Kristus. Itulah arah pertumbuhan anak-anak Tuhan.”71 Kelahiran baru membuat orang percaya mengalami pemulihan didalam kehidupannya. Dengan lahir baru maka gambar Tuhan didalam diri orang percaya dapat kembali pulih. Sehingga dapat terus berusaha agar menjadi sama seperti Kristus. 2.5.5. Review dan Evaluasi Review berarti mengulang kembali apa yang telah dibicarakan oleh konselor serta konseli pada pertemuan yang lalu. Tujuannya adalah agar konseli dapat mengingat kembali tentang apa yang telah dibicarakan dan sebagai langkah untuk menentukan kemajuan dari 71 Bertumbuh Dalam Kristus Pemuridan Melalui Komunitas Pertumbuhan (Buku Peserta), (Yogyakarta: Kambium, 2012), 10.

75 proses konseling yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi adalah menilai apa yang telah dilakukan. Dalam hal ini konselor melakukan penilaian kepada konseli. Penilaian ini menyangkut seberapa banyak pemahaman yang diterima oleh konseli dalam sesi pastoral konseling yang telah dilakukan. Evaluasi juga bertujuan untuk menilai seberapa jauh perubahan yang dilakukan oleh konseli setelah melakukan pastoral konseling.

76 Bagan Kerangka Berfikir Perkembangan Masa kanak-kanak Masa Remaja Manusia Perkembangan remaja: Masa Dalam Kandungan a. Fisik b. Psikologi Remaja Bermasalah Pendampingan Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan Kenakalan Remaja terhadap remaja yang bermasalah Fungsi Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan : a. Menyembuhkan b. Menopang c. Membimbing d. Memperbaiki hubungan e. Mengasuh atau memelihara Langkah-langkah Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan : Hasil Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan meliputi: a. Menciptakan hubungan kepercayaan b. Mengumpulkan data a. Perubahan Spiritual c. Menyimpulkan atau sintesis atau diagnosis data b. Perubahan Psikis d. Membimbing untuk menemukan kebenaran melalui c. Perubahan Perilaku bahan ajar e. Review dan Evaluasi

77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Metode Penelitian Metodologi Penelitian yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah metode kualitatif dengan pendekatalan penelitian tindakan. “Lexy J. Moleong menuliskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”72 Jadi, penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif merupakan upaya yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. melalui penggunaan metode kualitatif, peneliti bermaksud mengkaji secara mendalam suatu permasalahan secara kasus perkasus atau secara holistic dengan menggunakan teknik analisis mendalam guna dapat mendeskripsikan masalah tersebut melalui tulisan ilmiah. Sedangkan Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dan dapat 72 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (PT. Remaja Rosdakarya Offset : Bandung, 2006), 6.

78 diamati.”73 Dengan demikian berdasarkan penjelasan Lexy J. Moleong, Bogdan dan Taylor, dapat dipahami dengan jelas bahwa dengan menggunakan pendekatan metodologi kualitatif, peneliti ingin mendalami suatu masalah dan mengkaji latar belakang penyebab masalah dan individu yang dapat diamati secara holistic. Dengan demikian, pendekatan melalui metode ini dapat disimpulkan sebagai analisa narasi, dimana seseorang yang diamati akan diminta menceritakan pengalamannya, khususnya perasaan yang paling dalam yang dialami ketika menghadapi masalah. kemudian peneliti akan menuliskan data percakapan dan kemudian menganalisa hasil percakapan tersebut. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan metode Participatory Action Research (PAR) : “Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan peran aktif masyarakat. Peran aktif masyarakat bisa menjadi perubahan yang maksimal dalam proses pendampingan tersebut. Membahas setiap tindakan, setiap pengalaman dan potensi yang dimiliki masyarakat merupakan langkah-langkah untuk mengubah keadaan ke arah yang lebih baik. Topik, media dan konten pembelajaran masalah dari masyarakat. Sedangkan untuk proses pembelajaran dengan melakukan tindakan-tindakan berkala melalui seringnya uji coba dan diskusi bersama hingga menemukan inovasi yang lebih baik. Fasilitasi yang dilakukan berupa tindakan nyata dan langsung praktik sesuai dengan topik yang dikaji. Proses pembelajaran yang dilakukan tidak memisahkan bagaimana melakukan, mempelajari, memahami hingga menemukan hasilnya dan dilakukan bersama-sama sehingga proses pembelajaran yang dilakukan berasal dari upaya menstrukturkan pengalaman yang telah dialami, bukan hanya belajar dari buku. Metode PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan 73Lexy J. Moleong ibid, 4.

79 aksi. Semua riset harus dilakukan dalam aksi. Aksi tersebut bisa berbeda dengan situasi sebelumnya berdasarkan riset tersebut.”74 Participatory Action Research (PAR) menuntut peneliti untuk terlibat langsung bersama dengan partisipan dan memahami masalah yang dialami oleh partisipan. Bersama partisipan, peneliti mengadakan diskusi untuk menemukan solusi yang terbaik bagi permasalahan tersebut. Selain itu, peneliti juga melakukan uji coba tentang inovasi atau jalan keluar yang telah ditemukan. Semua yang dilakukan oleh peneliti bersama partisipan berdasarkan kepada pengalaman, tindakan dan juga potensi yang dimiliki oleh partisipan tersebut. Participatory Action Research (PAR) memiliki prinsip-prinsip didalam penggunaannya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1. Masyarakat dipandang sebagai subjek bukan objek 2. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku 3. Peneliti memposisikan dirinya sebagai insiderbukan outsider 4. Fokus pada topik utama permasalahan 5. Pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan indikator sosial (indikator evaluasi partisipatif). Kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, penilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan 74 Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya: LPPM IAIN Sunan Ampel, 2015) hal 54.

80 6. Keterlibatan semua anggota kelompok dan menghargai perbedaan 7. Konsep triangulasi. Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck) 8. Optimalisasi hasil 9. Fleksibel dalam proses partisipasi. 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Salib Putih, Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. 3.3. Waktu Penelitian Peneliti akan mengambil waktu dari bulan April 2019 sampai dengan bulan November 2019. 3.4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa pihak : 3.4.1. Data Primer Penggalian sumber data primer dilakukan kepada 3 partisipan Remaja Panti Asuhan Salib Putih Salatiga yaitu : 1) Partisipan ke 1 yaitu DA (16 tahun) kelas 8 di SMP Kristen 4. Pada usia 7 tahun, DA diserahkan saudaranya di panti asuhan agar DA

81 dapat bersekolah dengan baik di Salatiga. DA sudah menunjukkan kenakalannya sejak DA masuk di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. 2) Partisipan ke 2 yaitu JA (13 Tahun) kelas 6 di SD Kristen 1. Sejak usia 6 tahun, JA tinggal dipanti asuhan. Ayah JA meninggal ketika ia berusia 5 tahun. 3) Ada pula partisipan yang ke 3 yaitu YO (11 tahun) kelas 4 di SD Kristen 1 Salatiga. YO baru tinggal di Panti Asuhan selama 1 tahun. Kenakalan yang dilakukan YO disebabkan adanya pengaruh yang diberikan oleh DA dan JA. 3.4.2. Data Sekunder Sumber data sekunder akan diperoleh dari IR selaku orang tua asuh di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. 3.5. Tehnik Pengumpulan Data Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif , maka data yang digunakan dalam penelitian ini juga merupakan data kualitatif. Emzir menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah deskriptif”75. Sesuai dengan karakteristiknya penyajian data dan hasil dalam penelitian kualitatif dikumpulkan dalam bentuk kata-kata. Didalam suatu proses pengumpulan data, peneliti benar-benar diharapkan mampu berinteraksi dengan objek yang dijadikan sasaran penelitian. Dengan arti kata, peneliti menggunakan pendekatan alamiah dan 75Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), 3.

82 peka terhadap gejala-gejala yang dilihat, didengar, dirasakan serta dipikirkan oleh konseli. Karena “Keberhasilan penelitian tergantung dari data lapangan, maka ketetapan, ketelitian rincian, kelengkapan dan keluesan pencatatan informasi yang diamati dilapangan amat penting artinya untuk menentukan penarikan kesimpulan penelitian.”76 Jadi kegiatan pengumpulan data, pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji Validitas dan realibilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk menjaring atau mengungkap berbagai fenomena, informasi atau kondisi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah 77 Exit Entrance Diagnosis Reflection Action Planing (Learning) Evaluation Intervention (Assessment) (Action Talking) 76Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Citapustaka Media cetakan ketiga, 2010), 113. 77 Davison, R.M., Martinsons, M.G., Kock N., Journal : Information systems, Journal : Principles Of Canonical Action Research, (2004), 65-86.

83 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian : Tahapan Waktu Kegiatan Hasil Entrance Pelaksanaan Januari – Mei 1. Wawancara 1. Ditemukan ada Diagnosis 2019 kepada Pengasuh remaja yang Action Planing Mei 2019 Action Talking Panti Asuhan Salib bermasalah di Panti Evaluasi Mei – Juni 2019 Putih Salatiga Asuhan Salib Putih September – 2. Wawancara 2. Memperoleh data November 2019 Kepada ketiga tentang identitas Setiap sesi konsele konseli, latar pertemuan sesuai jadwal belakang, serta kenakalan- kenakalan yang dilakukan oleh konseli. Mendengarkan Menemukan akar kembali dengan permasalahan dari cermat rekaman- kenakalan-kenakalan rekaman hasil dari remaja yang dilakukan. wawancara kepada Menetapkan pola bapak pengasuh dan Pastoral Konseling juga ketiga konseli, menggunakan Metode mendata, dan Pemuridan sebagai menganalisa serta solusi. mendiagnosis data tersebut. 1. Menyusun materi Bahan Pemuridan yang yang sesuai dengan sesuai dengan kebutuhan konseli kebutuhan konseli 2. Mempersiapkan Alat Peraga 3. Menyusun Lembar Kerja 1. Mulai Jadwal Pembicaraan mendalam Pertemuan untuk memasukkan 2. Melakukan kebenaran Alkitab Pastoral Konseling melalui bahan menggunakan pemuridan dan Metode Pemuridan pendampingan melalui Pastoral Konseling Melakukan evaluasi Data pemahaman secara bertahap di terhadap materi setiap sesi pertemuan pemuridan dan data Pastoral Konseling

84 Reflection Setiap akhir menggunakan Metode perubahan spiritual, sesi Pemuridan psikis, dan perilaku pertemuan Merefleksi hasil Tindakan antisipasi seusai jadwal Pastoral Konseling untuk mengatasi menggunakan Metode kendala-kendala dalam Pemuridan dan proses Pastoral melakukan tindak Konseling lanjut yang diperlukan menggunakan Metode untuk mencapai Pemuridan perubahan yang lebih jelas.

85 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan pelaksanaan, hasil penelitianserta kendala yang dihadapi oleh peneliti. 4.1. Pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan Terhadap Remaja Bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga Pelaksanaan pastoral konseling bagi remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Saltiga dilakukan dalam 6 tahap, yaitu: 1. Pengamatan awal situasi dan kondisi konseli (Entrance) 2. Mendata dan mendiagnosis kenakalan yang dilakukan oleh konseli (Diagnosis) 3. Penyusun materi pemuridan yang dapat menjawab kebutuhan konseli (Action Planing) 4. Melakukan penelitian pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan (Action Taking) 5. Memperhatikan pemahaman materi yang diperoleh konseli (Evaluasi) 6. Mengamati perubahan yang dilakukan oleh konseli (Refleksi) 4.1.1. Pengamatan Awal Situasi dan Kondisi Konseli (Entrance) Penelitian dimulai dengan melakukan pengenalan situasi dan kondisi konseli. Agar peneliti benar-benar paham tentang keadaan awal

86 konseli dan peneliti dapat menerapkan metode Pemuridan dengan baik. Dalam hal ini peneliti membutuhkan informasi dari orang yang dekat dengan konseli dan tinggal bersama-sama dengan konseli. Salah satu orang yang dekat dan tinggal bersama-sama dengan konseli adalah bapak pengasuh yang ada di Panti Asuhan tersebut. Peneliti melakukan wawancara kepada bapak Pengasuh untuk mendapatkan informasi tersebut. informasi tersebut berupa latar belakang konseli, keadaan spiritual konseli, serta kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh konseli. Selain melakukan wawancara kepada bapak pengasuh, peneliti juga melakukan wawancara kepada kedua konseli yang ada. Seperti halnya yang peneliti lakukan kepada bapak pengasuh, peneliti juga melakukan Wawancara yang berkenaan dengan latar belakang konseli, Keadaan Spiritual konseli, serta kenakalan-kenakalan yang konseli lakukan selama ini, baik ketika konseli tinggal di kota X ataupun ketika konseli ada di Salatiga. Selain melakukan wawancara kepada konseli, peneliti juga melakukan Survei kepada konseli. Survey ini juga bertujuan untuk mengukur perubahan-perubahan yang dilakukan oleh konseli selama mengikuti pendampingan pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan ini. Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut : Nomor Identitas Konseli 1  Inisial : DF  Umur : 18 tahun  Agama : Kristen  Pendidikan: Kelas VIII, SMP Kristen 04 Salatiga


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook