Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si.

Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si.

Published by satriamadangkara, 2021-08-30 23:32:07

Description: 47 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si.

Search

Read the Text Version

POTENSI SENYAWA ANTIMIKROBA DARI TANAMAN: KAJIAN KHUSUS PRODUK ETANOLISIS MINYAK INTI SAWIT SEBAGAI PENGAWET PANGAN Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 12 Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Profesor Tetap Bidang Ilmu Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung 06 Desember 2017 PENERBIT UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

POTENSI SENYAWA ANTIMIKROBA DARI TANAMAN: KAJIAN KHUSUS PRODUK ETANOLISIS MINYAK INTI SAWIT SEBAGAI PENGAWET PANGAN Oleh Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Profesor Tetap Bidang Ilmu Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 06 Desember 2017 UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

POTENSI SENYAWA ANTIMIKROBA DARI TANAMAN: KAJIAN KHUSUS PRODUK ETANOLISIS MINYAK INTI SAWIT SEBAGAI PENGAWET PANGAN Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Disampaikan pada Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Profesor Tetap Bidang Ilmu Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Bandar Lampung, 06 Desember 2017 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Hak Cipta (Pasal 2 ayat 1; Pasal 72 ayat 1 dan 2) All rights reserved Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis Penerbit Universitas Lampung Cetakan Pertama, Desember 2017 vii + 55 hal.; 16 x 21 cm Disain sampul : Murhadi dan Tim Aura Printing & Publishing Computer lay out : Aura Creative Sumber Foto Cover: 1 = Anonim (2015a) dan 2 = Anonim (2009) Isi di luar tanggung jawab percetakan



PRAKATA Bismillahirahmanirrahim. Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tabik puuun. Yang saya hormati Bapak/Ibu/Saudara: 1. Ketua dan anggota Dewan Penyantun Universitas Lampung; 2. Rektor Universitas Lampung, Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P.; 3. Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Senat Universitas Lampung; 4. Para Wakil Rektor, para Dekan, Ketua Program Pascasarjana, para Kepala Biro, para Wakil Dekan, para Wakil Direktur, Ketua Lembaga, para Sekretaris Lembaga, Ketua SPI, para Kepala UPT, para Kepala Badan, para Kepala Pusat dan Puslibang, para Kabag dan Kasubbag, para Ketua dan Sekretaris Jurusan; para Ketua Program Studi D3, S1, S2, S3; dan para Kepala Laboratorium di Universitas Lampung; 5. Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc., Rektor Unila periode 1998 – 2007; 6. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Unila periode 2007 – 2015; 7. Para Profesor Universitas Lampung dan Profesor dari instansi luar Unila; 8. Para Ketua/Kepala atau yang mewakili dari Instansi Negeri dan Swasta dari luar Unila; 9. Para Kolega Dosen, Tendik, mahasiswa dan alumni Unila; dan 10. Seluruh undangan sipil dan militer. Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas izin, rahmat dan hidayah-Nya, kita dapat hadir dan berkumpul bersama di Gedung Serba Guna Unila dalam rangka mengikuti Rapat Senat Luar Biasa Unila untuk Acara Pengukuhan Profesor Universitas Lampung, Rabu, 06 Desember 2017. Atas berkenan hadirnya Bapak/Ibu hadirin undangan semua dalam acara ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Dalam forum Rapat Senat Luar Biasa Unila kali ini, izinkan saya menyampaikan orasi ilmiah dalam pengukuhan saya sebagai Profesor Tetap Bidang Ilmu Pangan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul: Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. v Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba Dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit Sebagai Pengawet Pangan. Melalui orasi ilmiah ini, saya akan sampaikan hasil dari beberapa penelitian yang sudah saya lakukan dan yang sudah dilakukan juga oleh beberapa peneliti terkait lainnya sejak tahun 2001. Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia khususnya Kemendiknas/Kemendikbud/Kemenristek Dikti, atas biaya yang telah diberikan melalui berbagai skim hibah penelitian dari Hibah Bersaing, Hibah Kompetensi, Hibah Strategis Nasional, dan Hibah Unggulan DIPA Unila atau Desentralisasi dan sejenisnya, sehingga saya dapat melaksanakan beberapa penelitian yang terkait dengan topik orasi ilmiah saya hari ini. Selanjutnya saya berharap dapat berbagi informasi dan pengetahuan tentang potensi senyawa antimikroba dari tanaman khususnya yang dihasilkan dari produk turunan minyak inti sawit (PKO) melalui suatu reaksi etanolisis yang berlangsung cepat (di bawah 10 menit). Semoga orasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, 06 Desember 2017 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. DAFTAR ISI vi Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

I. PENDAHULUAN (... 1) II. SENYAWA ANTIMIKROBA ALAMI DARI TANAMAN (… 3) 2.1. Kelompok Senyawa dari Golongan Fenolik Non Volatil (… 3) 2.2. Kelompok Senyawa dari Golongan Minyak Atsiri (… 6) 2.3. Kelompok Senyawa dari Golongan Alkaloid (… 8) 2.4. Kelompok Senyawa dari Golongan Asam Lemak dan Esternya (… 9) III. PRODUK ETANOLISIS MINYAK INTI SAWIT (… 11) 3.1. Potensi Minyak Inti Sawit (… 12) 3.2. Etanolisis Minyak Inti Sawit (… 14) 3.3. Aktivitas Antimikroba dan Daya Pengawet Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit (… 18) 3.4. Jenis dan Komposisi Senyawa Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit (… 23) IV. PENUTUP (… 29) DAFTAR PUSTAKA (… 30) UCAPAN TERIMA KASIH (… 36) RIWAYAT HIDUP (… 41) Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. vii Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan POTENSI SENYAWA ANTIMIKROBA DARI TANAMAN: KAJIAN KHUSUS PRODUK ETANOLISIS MINYAK INTI SAWIT SEBAGAI PENGAWET PANGAN Oleh Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Profesor Tetap Bidang Ilmu Pangan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung, 06 Desember 2017 I. PENDAHULUAN Perkembangan industri pangan olahan akhir-akhir ini sangat terkait dengan perkembangan jenis, mutu, tampilan, dan teknologi proses pengolahan pangan. Mutu produk pangan yang dihasilkan tidak hanya dilihat dari segi penampilannya, tetapi juga mencakup dimensi kesehatan dan keselamatan (sanitary and phytosanitary/SPS). Dengan ketentuan mutu ini, maka produk pangan olahan harus sehat dan aman bagi konsumen serta sesuai dengan selera konsumen. Semua jenis bahan dan produk pangan olahan selalu dibatasi oleh masa kadaluarasa atau umur simpan bahan atau produk, sehingga untuk masing-masing jenis bahan dan produk pangan olahan perlu dilakukan usaha-usaha pengawetan dalam rangka memperpanjang umur simpan bahan atau produk pangan tersebut (Murhadi, 2010a). Umur simpan atau masa kadaluarsa makanan adalah selang waktu antara saat diproduksi hingga saat dikonsumsi, dimana produk berada dalam kondisi memuaskan pada sifat-sifat penampakkan, rasa, aroma, tekstur, dan nilai gizi (Institute of Food Technology, 1974 di dalam Anonim, 2009a; Murhadi, 2010a). Selanjutnya, suatu produk pangan olahan dikatakan berada pada kisaran umur simpannya bilamana kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan oleh konsumen dan selama bahan pengemas kondisinya masih baik dan utuh dalam memproteksi kemasan (National Food Processor Association, 1978 di dalam Anonim, 2009a; Murhadi, 2010a). Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 1 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Masalah pengawetan pangan menjadi lebih kompleks sejalan dengan beragamnya produk pangan baru yang diproduksi dalam jumlah besar dan ketatnya persaingan di antara produk pangan olahan yang menuntut persyaratan daya simpan yang lebih lama. Hal inilah yang menyebabkan kecenderungan para produsen produk pangan olahan (skala kecil, menengah dan atau besar) cenderung menggunakan senyawa-senyawa antimikroba sintetik, seperti: sodium benzoat, asam benzoat, senyawa-senyawa fenolik sintetik, sulfur dioksida, sulfit, nitrat, dimetil dikarbonat, dan dietil dikarbonat. Akhir-akhir ini penggunaannya semakin meningkat dengan alasan relatif murah, mudah didapat, dan efektif sebagai pengawet. Di sisi lain, disadari atau tidak, penggunaan beberapa jenis pengawet kimia sintetik bahkan senyawa kimia obat sintetik pada produk pangan olahan secara terus- menerus dengan dosis di atas ambang batasnya (ADI, acceptance daily intake), diduga kuat dapat mengganggu kesehatan manusia dari skala ringan sampai berat. Selain itu, pada skala industri pangan rumah tangga atau skala usaha kecil menengah, telah diketahui banyak produsen yang menggunakan pengawet non pangan atau senyawa kimia obat yang jelas-jelas dilarang digunakan untuk pengawet bahan atau produk pangan, misalnya pengunaan boraks pada produk baso dan kerupuk, formalin pada tahu dan mie basah, insektisida pada ikan asin dan lain sebagainya (Murhadi, 2010a). Oleh karena itu, sejak beberapa tahun belakangan ini telah banyak dilakukan penelitian yang bersifat eksfloratif dalam rangka pencarian bahan-bahan pengawet (senyawa antimikroba) pangan alternatif yang bersifat alami terutama dari beragam tanaman. Bahan antimikroba yang dapat digunakan sebagai pengawet pangan juga dapat diperoleh dari sumber alam (non sintetik), terutama dari beragam sumber tanaman baik dari tanaman obat (jamu) dan rempah-rempah ataupun dari tanaman pangan/perkebunan dan tanaman “liar” di hutan. Saat ini para peneliti telah banyak yang dapat membuktikan adanya beragam senyawa dari golongan fenolik, minyak atsiri, alkaloid, dan dari golongan asam-asam lemak dan esternya yang diperoleh dari beberapa jenis tanaman, memiliki daya antimikroba yang kuat dengan spektrum luas. Senyawa-senyawa antimikroba tersebut diprediksi sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pengawet alami pada beberapa jenis bahan dan produk pangan olahan yang sesuai, termasuk juga pada beberapa produk non pangan seperti kosmetik dan produk sejenis (Murhadi, 2010a). Temuan para peneliti termasuk penulis dalam aspek kajian antimikroba alami dari beberapa sumber tanaman, sedikitnya telah dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok sumber antimikroba dari tanaman yang berpotensi sebagai bahan pengawet pangan, yaitu: 1) kelompok senyawa dari golongan fenolik non volatil; 2) kelompok senyawa dari golongan minyak atsiri; 3) 2 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan kelompok senyawa dari golongan alkaloid; dan 4) kelompok senyawa dari golongan asam lemak dan esternya (Murhadi, 2010a). Pada kesempatan orasi ilmiah ini, juga akan disampaikan kajian khusus produk etanolisis dari minyak inti sawit (palm kernel oil atau disingkat PKO) yang berpotensi sebagai bahan pengawet pangan fungsional. Bersifat fungsional karena berpotensi bersifat “three in one”, yaitu satu subtansi bahan yang dapat berfungsi baik sebagai pengawet, juga dapat berfungsi sebagai pengemulsi (emulsifier) dan sekaligus sebagai sumber zat gizi pangan yang baik dengan kandungan trigliserida, digliserida dan monogliserida rantai sedang (didominasi asam laurat/C12). Beberapa peneliti termasuk penulis telah dapat membuktikan adanya aktivitas antimikroba produk turunan minyak inti sawit yang berpotensi sebagai bahan pengawet pangan. II. SENYAWA ANTIMKROBA ALAMI DARI TANAMAN 2.1. Kelompok Senyawa dari Golongan Fenolik Non Volatil 2.1.1. Aktivitas Antimikroba Senyawa Fenolik Non Volatil Fenolik atau polifenol dapat didefinisikan secara kimia sebagai suatu substansi yang memiliki satu cincin aromatik dan minimal satu (kebanyakan lebih dari satu) substitusi gugus hidroksi (-OH) termasuk turunan-turunan fungsionalnya. Komponen fenolik dalam bahan dan produk pangan dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) senyawa fenol sederhana dan asam fenolat, contohnya p-kresol, 3-etil fenol, hidrokuinon, protokateat, vanilat, galat, siringat, dan ellagat; 2) senyawa hidroksisinamat dan turunannya seperti p-kumarat, kafeat, ferulat, sinapat; 3) senyawa flavonoid yang banyak terdapat dalam pangan, seperti katekin, proantosianin, antosianin, flavon, flavonol dan bentuk-bentuk glikosidanya; dan 4) tanin, merupakan golongan fenolik lainnya yang banyak terdapat dalam jaringan tanaman, merupakan polimer dari senyawa-senyawa fenolik (Nychas di dalam Gould, 1995). Sebagian dari senyawa-senyawa fenolik tanaman telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba (Tabel 1). Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 3 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Tabel 1. Sumber tanaman, senyawa dan aktivitas antimikroba dari golongan fenolik tanaman Bagian dan Jenis Jenis Ekstrak/Fraksi Bakteri yang Pus- Tanaman (senyawa dihambat taka* antibakteri) 1 Biji/buah: B. subtilis, E. coli 2, 2a 1. Biji jintan manis Ekstrak metanol (PinpinellaanisumL.) (anetol) B. subtilis ATCC 3 2. Biji jambu mete Asam 9372, Brevibacterium 4 (Anacardium pentadekatrienilsalisilat ammoniagenes ATCC occidentale) , 6872, Staphylococcus 4a pentadekadienilsalisilat aureus ATCC12598, 4b, 3. Biji Lin (Linum , pentadekaenilsalisilat, Streptococcus 4c, 4d usitatisimum) pentadesilsalisilat, dan mutans ATCC25175, 5 4. Biji atung (Parinarium asam salisilat, serta Propionibacterium glaberrimum Hassk) beberapa turunannya acnes ATCC10145 Gram +, Gram - 5. Buah cabe Jamu Senyawa fenolik (Piper retrofractum S. aureus, S. Vahl.) Ekstrak etil asetat typhimurium, P. (Fraksi No. 4) aeruginosa P. aeruginosa, V. Ekstrak etanol cholerae S. aureus Ekstrak Metanol S. aureus, E. Coli Ekstrak etanol Daun Ekstrak metanol dan Bakteri Gram +, - 6 1. Teh hijau Jepang fraksi etil asetat Komponen flavor B. subtilis, S. aureus, 2. Sempervivum L. polifenolik (indol, linalol, neralidol, Strepto-coccus mutans, 6a 3. Sempervivum geraniol, kariopilen) tectorum Fraksi polifenol {4- P. auruginosa, E. 4. Salam (Syzygium tiobenzil-(-)-epi- polyanta) gallokatekin dan 4- aerogenes, E. coli, S. tiobenzil-(-)-epigal- lokatekin-3-galat} cerevisiae, C. utilis Ekstrak etanol S. aureus, B. cereus, 7 Ekstrak etanol dan etanol-etil asetat Geotrihum sp., E. faecalis Geotrihum sp., E. 7 faecalis 8 B. subtilis, S. aureus, E. coli, P. auruginosa 4 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan 5. Pandan (Pandanus Ekstrak etanol dan B. subtilis, S. aureus, 8 amaryllifolius) etanol-etil asetat E. coli, P. auruginosa Batang: Fraksi fenolik (turunan B. brevis, B. 9 1. Oak (Quercus acuta p- coagulans, B. 10 Thunb) benzokuinon) steorothermophyllus, E. coli, P.aeruginosa 2. Bambu Komponen fenolik S. aureus (Phyllostachys heterocycla var. Pubscens) Akar: 1. Glycyrrhiza inflata Likokalkon A M. luteus, S. aureus, 11 B. subtilis, Mucor pusillu Likokalkon B S. aureus, M. luteus, Likokalkon C B. subtilis, S. cerevisiae, S. aureus, M. luteus Likokalkon D B. subtili, S. aureus, M. luteus Ekinatin B. subtilis *Pustaka: 1 = Taniguchi et al., 1978; 2 = Himejima dan Kubo, 1991; 2a = Kubo et al., 1993; 3 = Oomah dan Mazzag, 1997; 4 = Moniharapon, 1998; 4a = Adawiyah, 1998; 4b = Murhadi, 2003a; 4c = Murhadi, 2003b; 4d = Murhadi, 2009a; 5 = Murhadi et al., 2010a; 6 = Sakanaka et al., 1989; 6a = Kubo et al., 1992; 7 = Abram dan Donko, 1999; 8 = Murhadi et al., 2007; 9 = Serit et al., 1991; 10 = Nishina et al., 1991; 11 = Haraguchi et al., 1998. Sumber: Murhadi (2010a). Kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi aktivitas antimikroba struktur fungsional pada senyawa-senyawa fenolik sederhana, di antaranya adalah: 1) adanya peningkatan ikatan gugus n-alkil (< C5) dalam senyawa dapat meningkatkan aktivitas antibakteri, 2) posisi ikatan gugus alkil diduga juga dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri, 3) turunan-turunan polihidroksi umumnya lebih kecil pengaruhnya dibandingkan dengan komponen monohidroksi, dan 4) pemisahan gugus alkil dengan oksigen (contohnya metoksi-) dari senyawa fenolik dapat menurunkan aktivitas antibakteri (Branen dan Davidson, 1983). 2.1.2. Aplikasi Senyawa Antimikroba dari Golongan Fenolik Sebagian besar senyawa-senyawa golongan fenolik dalam bentuk glikosida- glikosida cenderung bersifat polar, karena adanya gugus-gugus hidroksil (- Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 5 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan OH) pada struktur dasar senyawa fenolik sehingga mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, dan air (Houghton dan Raman, 1998). Kecenderungan senyawa-senyawa antimikroba golongan fenolik yang bersifat polar, sebenarnya menguntungkan aplikasinya sebagai bahan pengawet pada sebagian besar produk-produk pangan segar, khusunya pada produk pangan dengan kandungan air (polar) relatif tinggi. Oleh karena itu, senyawa-senyawa antimikroba golongan fenolik dari tanaman cukup berpotensi sebagai bahan pengawet alami, karena sifatnya polar sehingga mudah larut dalam sebagian besar produk pangan dan perolehan (rendemen) senyawa-senyawa antimikroba fenolik tanaman umumnya relatif tinggi (Murhadi, 2010a). 2.2. Kelompok Senyawa dari Golongan Minyak Atsiri 2.2.1. Aktivitas Antimikroba Senyawa Minyak Atsiri Minyak atsiri umumnya merupakan gabungan kelompok senyawa volatil yang membentuk aroma spesifik dari spesies tanaman tertentu. Golongan senyawa kimia volatil yang terkandung di dalam minyak atsiri, di antaranya adalah: a) hidrokarbon dengan formula kimia (C5H8)n, sebagai senyawa-senyawa terpen rendah seperti monoterpen, diterpen dan seskuiterpen; b) turunan oksigenasi dari senyawa-senyawa terpen di atas; c) senyawa aromatik dengan struktur benzenoid; dan atau d) senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen atau sulfur (Reineccius, 1994). Senyawa-senyawa terpen rendah yang merupakan senyawa-senyawa utama dalam minyak atsiri (essential oils), terdiri dari: a) kelompok monoterpen (asiklik, monosiklik, dan bisiklik); b) kelompok seskuiterpen (monosiklik dan bisiklik); dan c) senyawa diterpen seperti kamphoren. Komponen penyusun lain dari minyak atsiri adalah turunan oksigenasi dari senyawa-senyawa terpen di atas dalam bentuk terpenoid teroksigenasi, yang dikelompokkan ke dalam senyawa: a) monoterpen alkohol (alipatik, monosiklik dan bisiklik); b) seskuiterpen alkohol (alipatik, monosiklik, dan bisiklik); c) monoterpen aldehid (asiklik); d) monoterpen keton (monosiklik dan bisiklik); e) seskuiterpen keton (monosiklik); dan f) ester, yang penting peranannya dalam penentuan aroma (flavor) dari suatu sumber tanaman tertentu (Reineccius, 1994; Murhadi, 2010a). Contoh minyak atsiri adalah minyak atsiri yang terdapat dalam isolat volatil serbuk biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk) segar yang mencapai 29 komponen volatil, terdiri dari golongan senyawa: aldehid (11 komponen), alkana (5), alkohol (4), alkena (3), alkana siklik (2), alkuna (1), aromatik (1), ester (1), dan senyawa keton (1; Murhadi et al., 2003; Murhadi, 2009a). Sebagian komponen minyak atsiri dari beberapa jenis tanaman telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba khususnya antibakteri. Sampai saat ini, sudah 6 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan banyak dilakukan penelitian aktivitas antimikroba senyawa-senyawa minyak atsiri tanaman, terutama dari golongan senyawa-senyawa terpenoid teroksigenasi dan benzenoid aromatik, seperti dari: rempah-rempah, tanaman obat atau jamu dan tanaman pangan (Murhadi, 2010a). Beberapa senyawa terpen rendah dari komponen volatil jambu mete (Cashew apple) yang telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri terutama terhadap bakteri Gram positif P. acnes, di antaranya adalah: senyawa monoterpen seperti limonen dan - terpinen (monosiklik terpen), kar-3-ene (bisiklik terpen), dan senyawa seskuiterpen seperti -kariophilen (bisiklik terpen; Muroi et al., 1993; Gambar 1). Limonen α-terpinen ∆3-karen -kariophilen Gambar 1. Struktur empat komponen minyak atsiri (volatil) dari jambu mete (Cashew apple) yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif P. acnes (Muroi et al., 1993; Reineccius, 1994) Selanjutnya beberapa komponen minyak atsiri dari beragam tanaman yang termasuk ke dalam golongan: 1) senyawa monoterpen alkohol, di antaranya karveol, dihidrokarveol, neomentol, isopulegol, geraniol, dan borneol (Sivropoulou et al.,1995; Kim et al., 1995a; Kim et al., 1995b; Farag et al., 1989; Reineccius,1994); 2) senyawa monoterpen aldehid, di antaranya sitral/geranial 2-trans, sitral/neral 2-cis, dan sitronelal/rhodinal (Kim et al., 1995a; Reineccius, 1994); 3) senyawa monoterpen keton, di antaranya karvon, menton, piperiton, pulegon, dihidrokarvon, dan thujon (Sivropoulou et al., 1995; Farag et al., 1989; Reineccius, 1994); dan 4) senyawa benzenoik aromatic, di antaranya (eugenol (4-alil-2-metoksi fenol; Farag et al., 1989; Reineccius,1994). Terdapat hubungan yang erat antara struktur kimia komponen minyak atsiri dengan daya aktivitas antibakterinya, sebagai berikut. a. Konfigurasi struktur monosiklik dan bisiklik dari sebagian senyawa monoterpen dan seskuiterpen dari tanaman, lebih bersifat aromatik yang dapat mempengaruhi daya antibakterinya, sehingga senyawa tersebut Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 7 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk struktur asiklik. b. Struktur aromatik (mengndung struktur benzen) yang mengandung suatu gugus fungsional polar diduga dapat meningkatkan daya antibakteri komponen minyak atsiri (Farag et al., 1989). c. Diduga aktivitas antimikroba dari sebagian besar minyak atsiri adalah peranan dari komponen fenolik volatil dengan gugus fungsional hidroksilnya (Katayama dan Nagai seperti dikutip oleh Nychas di dalam Gould, 1995). 2.2.2. Aplikasi Senyawa Antimikroba dari Golongan Minyak Atsiri Sebagian komponen minyak atsiri dari tanaman khususnya dari komponen karvakrol, sitral, geraniol, perilaldehid, dan sitronelal cukup potensial sebagai substansi antibakteri pada bahan dan produk pangan, khususnya untuk mengontrol bakteri-bakteri patogen seperti E. coli, L. monocytogenes, S. typhimurium, dan V. vulnificus (Kim et al., 1995a). Komponen-komponen minyak atsiri tersebut umumnya terdapat dalam tanaman pangan, rempah- rempah, herbal dan tanaman obat, semuanya termasuk ke dalam kelompok senyawa yang direkomendasi dalam GRAS (generally recognized as safe), sehingga relatif aman digunakan sebagai bahan pengawet alami pada beberapa produk pangan seperti sosis ikan, susu, saos, permen dan produk sejenisnya; juga digunakan untuk produk pasta gigi, disinfektan, dan produk sampo (Kim et al., 1995a; Kim et al., 1995b). Namun, ditinjau dari rendemen minyak atsiri yang relatif kecil, memiliki bau khas (tergantung jenis tanaman) dan bersifat volatil, maka penggunaannya sebagai bahan pengawet pangan relatif terbatas dan umumnya diaplikasikan dengan perlakuan-perlakuan khusus seperti pembentukan enkapsulasi pada produk-produk tertentu (Murhadi, 2010a). 2.3. Kelompok Senyawa dari Golongan Alkaloid 2.3.1. Aktivitas Antimikroba Senyawa Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder bersifat basa dengan kandungan unsur nitrogen baik dalam bentuk struktur sekunder (=NH) atau tersier (≡N) dengan jenis dan struktur kimia yang sangat beragam. Sebagian besar alkaloid dibentuk dari asam-asam amino, yaitu: lisin, ornitin, fenilalanin, tirosin, dan triptofan, serta kerangka asam-asam amino tersebut sebagian besar masih tetap asli di dalam struktur senyawa-senyawa alkaloid yang diturunkannya (Herbert, 1988). Aktivitas senyawa-senyawa alkaloid dari tanaman yang berperan sebagai senyawa antimikroba, belum banyak diketahui. Terdapat beberapa kelompok peneliti yang telah berhasil 8 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan menemukan senyawa antimikroba dari alkaloid tanaman, di antaranya: Bhattacharyya et al. (1993), Chakraborty et al. (1995), dan Ramsewak et al. (1999). Dari ketiga kelompok peneliti tersebut, semuanya menemukan senyawa-senyawa antimikroba dari alkaloid tanaman yang termasuk ke dalam kelompok senyawa alkaloid karbazol sebagai struktur dasar, seperti disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur dasar alkaloid karbazol (Bhattacharyya et al., 1993) Beberapa senyawa alkaloid karbazol yang telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba, di antaranya adalah: klausenalen, klausenal, mahanimbin, murrayanol, dan mahanin. Secara umum senyawa klausenal memiliki aktivitas antibakteri (S. aureus dan E. coli) lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa klausenalen dari jenis tanaman yang sama (Clausena heptaphylla; Ramsewak et al., 1999). Alkaloid lain yang sudah lama diketahui berperan sebagai senyawa antimikroba adalah berberin (alkaloid berwarna kuning), merupakan suatu garam amonium kuarterner (quarternary benzylisoquinoline alkaloid) yang diisolasi dari tanaman Berberis (Harborne, 1987). 2.3.2. Aplikasi Senyawa Antimikroba dari Golongan Alkaloid Kecenderungan senyawa antimikroba golongan alkaloid yang bersifat polar sampai semipolar, relatif menguntungkan aplikasinya sebagai bahan pengawet pada sebagian produk pangan atau non pangan, khusunya pada produk dengan kandungan air (polar) relatif tinggi. Hanya saja sebagian senyawa alkaloid menghasilkan rasa pahit, sehingga dalam aplikasinya pada produk pangan harus dimodifikasi dengan penambahan bahan tambahan pangan (BTP). Senyawa antimikroba golongan alkaloid dari tanaman cukup berpotensi sebagai bahan pengawet alami, karena sifatnya polar sampai semi polar sehingga relatif mudah larut dalam sebagian besar produk pangan dan non pangan (Murhadi, 2010a). 2.4. Kelompok Senyawa dari Golongan Asam Lemak dan Esternya Metabolit tanaman dari golongan metabolit primer diketahui tidak banyak yang memiliki aktivitas antimikroba, hanya sebagian kecil terutama dari Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 9 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan beberapa jenis asam lemak dan esternya yang telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas. Ester asam lemak yang memiliki aktivitas antimikroba terutama dalam bentuk monogliserida. Asam lemak dan esternya dapat diperoleh dari beberapa jenis tanaman yang menghasilkan minyak, di antaranya dari kelapa dalam (Cocos nucifera L.) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq; Murhadi, 2010a). Asam lemak yang telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba di antaranya adalah: a). Golongan asam lemak jenuh, terdiri dari asam laurat (12:0), asam miristat (14:0), dan asam kaprat (10:0); dan b). Golongan asam lemak tidak jenuh, terdiri dari asam linoleat (18:2), miristoleat (14:1), palmitoleat (16:1), linolenat (18:3), dan arakhidonat (20:4; Kabara di dalam Branen dan Davidson, 1983). Dari semua jenis asam lemak yang telah terbukti memilki aktivitas antimikroba tersebut, hanya asam laurat dan asam miristat yang memiliki aktivitas antimikroba sangat kuat dengan spektrum luas. Sumber asam laurat dan miristat terutama dari daging buah kelapa (48 dan 16%) dan inti buah kelapa sawit (45 dan 18%; Murhadi, 2010a). Asam lemak lainnya yang memiliki aktivitas antimikroba adalah asam parinarat (parinaric acid), belum banyak dikenal dan oleh karena itu disebut natural unusual fatty acid. Belakangan diketahui bahwa asam lemak parinarat banyak terkandung di dalam biji buah atung (Parinarium glaberrimum Hassk) yang banyak tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, terutama di daerah Maluku (Moniharapon, 1998; Murhadi, 2009a; Murhadi, 2010a). Selain itu asam parinarat atau ester asam parinarat yang diisolasi dari biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk) memiliki daya aktivitas antimikroba khususnya aktivitas antibakteri terhadap S. aureus (Murhadi, 2009a; Murhadi, 2010a). Hasil beberapa penelitian terhadap minyak/lemak dan asam-asam lemak dari tanaman, diketahui bahwa: 1) lemak (trigliserida), tidak memiliki efek penghambatan terhadap kelompok bakteri Gram negatif, kecuali yang mengandung asam-asam lemak berantai karbon rendah (< C8) terutama dalam bentuk monogliserida; 2) sam lemak jenuh yang paling aktif sebagai senyawa antibakteri adalah asam laurat (12:0), sedangkan untuk asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda/jamak, masing-masing adalah asam palmitoleat (16:1) dan asam linolenat (18:3); 3) letak dan jumlah ikatan rangkap pada asam lemak C12- C22, lebih mempengaruhi aktivitas antibakteri asam lemak tersebut, dibandingkan pada asam lemak dengan jumlah atom C kurang dari 12; 4) konfigurasi geometri struktur asam lemak yang aktif (antimikroba) adalah bentuk cis, sementara bentuk isomer trans tidak aktif; dan 5) asam lemak dalam bentuk ester alkohol monohidrat mengakibatkan inaktivasi sifat antibakteri, sementara dalam bentuk ester polizol dapat 10 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan meningkatkan aktivitas antibakterinya (Kabara di dalam Branen dan Davidson, 1983). Ester asam lemak dengan gliserol dalam bentuk monogliserida terutama yang berasal dari minyak kelapa telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba dan dapat mengawetkan santan kelapa (Wang et al., 1993; Mappiratu, 1999; Mappiratu et al., 2003). Hasil penelitian oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa produk monogliserida dari berbagai sumber dalam bentuk monolaurin (12:0) dan monomiristin (14:0) terbukti mempunyai aktivitas antibakteri (Gram positif dan Gram negatif), kamir, dan kapang dengan spektrum luas (Wang et al., 1993; Bautista et al., 1993; Oh dan Marshall, 1994; Cotton dan Marshall, 1997; Mappiratu, 1999; Mappiratu et al., 2003), bahkan juga terbukti sebagai anti sel-sel tumor dan HIV-1 (Kovacs et al., 1999). Produk gliserolisis dari reaksi gliserolisis enzimatis (lipase dari dedak padi) terhadap PKO telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri terutama terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eshcerichia coli (Rangga et al., 2005; Anggasari dan Murhadi, 2009). III. PRODUK ETANOLISIS MINYAK INTI SAWIT Tanaman kelapa sawit (Elaesis gueneensis JACQ; Gambar 3) menghasilkan buah sawit (Gambar 4). Buah sawit dapat menghasilkan dua macam jenis minyak sawit, yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil; CPO) dan minyak inti sawit (palm kernel oil; PKO). Gambar 3. Tanaman kelapa sawit (Elaesis gueneensis JACQ; Anonim, 2015) Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 11 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan AB Gambar 4. Buah sawit (A; Anonim, 2015; B; Anonim, 2009b) 3.1. Potensi Minyak Inti Sawit Merujuk pada hasil pemaparan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Jakarta mengenai Program Grant Riset Sawit pada acara Roundtable Meeting on Oil Palm Research oleh Masyarakat Perkelapa- sawitan Indonesia (MAKSI) di Yogyakarta, 12 Mei 2017, diketahui bahwa tahun 2030 mendatang produksi CPO Indonesia diperkirakan mencapai 60 juta ton dengan cakupan areal seluas 12 juta hektar dengan rata-rata pertumbuhan lahan periode 2015 – 2030 diperkirakan berkisar 5 - 6%. Perkebunan sawit rakyat terjadi peningkatan produktivitas 0,6 ton/ha/tahun atau terjadi peningkatan pendapatan setara Rp. 18.843.906.900.000, dengan asumsi harga CPO US $700/ton dan kurs Rp 13.000/US $ (Ginting, 2017). Pertumbuhan areal perkebunan sawit di Indonesia selama ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2004 - 2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata 11,09% per tahun. Berdasarakan buku Statistik Perkebunan Kelapa Sawit, Ditjen Perkebunan Tahun 2015, maka pada tahun 2016 luas areal kelapa sawit mencapai 8,77 juta Ha dengan produksi 33,50 juta ton CPO dan produktifitas mencapai 3,79 ton/Ha (Ginting, 2017). Tanaman kelapa sawit tersebar di 32 provinsi di Indonesia. Provinsi Riau pada Tahun 2014 dengan luas areal seluas 2,30 juta Ha merupakan provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas (Anonim, 2014). Sebagai konsekuensi logis dari kecenderungan meningkatnya produksi CPO di Indonesia, maka produksi minyak inti sawit atau dikenal PKO juga akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi CPO dari tahun ke tahun. Minyak inti sawit merupakan hasil samping dari agroindustri pengolahan CPO dan dapat mencapai rendemen 50% dari total inti sawit (Gurr, 1992). Minyak inti sawit merupakan hasil pengolahan biji inti sawit (Gambar 5) dengan cara 12 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan ekstraksi, terutama secara mekanis (mechanical extraction), melalui tahapan pengepresan dengan alat single press sehingga diperoleh PKO yang ditampung pada crude oil tank lalu menuju oil filter untuk dilakukan proses penyaringan PKO, dilanjutkan dengan analisa mutu PKO (Lawson, 1995). Gambar 5. Inti sawit Minyak inti sawit berwarna kuning, sedangkan CPO bewarna oranye kemerahan (Gambar 6), dihasilkan dari ekstraksi terhadap daging buah biji (inti) sawit. Komposisi asam lemak PKO berbeda dengan CPO, karena asam lemaknya didominasi oleh laurat (12:0) dan miristat (14:0), masing-masing mencapai 45 dan 18% (Gurr, 1992). Jenis asam lemak yang terkandung di dalam PKO terdiri dari 9 jenis asam lemak yaitu terbagi ke dalam 7 jenis asam lemak jenuh didominasi oleh asam laurat (12:0; 49,39%) dan asam miristat (14:0; 15,35%) serta 2 asam lemak tidak jenuh yang didominasi oleh asam oleat (18:1; 15,35%) dan asam linoleat (18:2; 3,10%) serta sisanya (0,07%) berupa asam-asam lemak minor yang belum teridentifikasi (Murhadi dan Zuidar, 2009; Murhadi, 2010b). Nilai bilangan asam dan bilangan Iod PKO yang diekstraksi menggunakan heksana, masing-masing adalah 7,34 mg KOH/g PKO dan 17,23 (Murhadi dan Zuidar, 2009). Secara umum bilangan asam dan bilangan Iod PKO adalah 6,9 mg KOH/g minyak dan 14-23 (Anonim, 2009b). Minyak inti sawit sering digunakan oleh industri oleokimia sebagai bahan baku/dasar untuk menghasilkan produk surfaktan dan emulsifier. Kandungan asam laurat yang tinggi pada PKO menjadi salah satu kelebihan tersendiri karena asam lemak ini berkhasiat bagi kesehatan tubuh, yang telah dibuktikan dan dikembangkan pada produk-produk minyak yang mengandung asam laurat (Affandi, 2007). Di dalam tubuh, asam laurat dalam bentuk molekul monolaurin dapat berperang fungsional sebagai senyawa antivirus, antibakteri dan atau antiprotozoa, seperti HIV, herves simplek virus-1 (HSV- 1), vesicular stomatis virus (VSV), visna virus, cytomelovirus (CMV), virus Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 13 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan influenza, dan berbagai bakteri patogen (Kabara, 1983 di dalam August, 2000). Gambar 6. Minyak sawit mentah (CPO, kiri, oranye kemerahan) dan minyak inti sawit (PKO, kanan, kuning) Hasil penelitian kami (Murhadi dan Suharyono, 2008; Lestari dan Murhadi, 2008; Murhadi, 2009b; Murhadi, 2009c; Murhadi dan Zuidar, 2010; Murhadi, 2010b; Murhadi et al, 2010b; Murhadi et al, 2012; Nendela et al, 2012; Khasbullah et al, 2013; Kurniawan et al, 2014; dan Murhadi et al, 2017a) telah terbukti PKO dan atau campurannya dengan CPO atau dengan minyak biji mengkudu, berpotensi untuk diproses lebih lanjut menjadi produk turunan yang memiliki fungsi sebagai senyawa antimikroba dan emulsifier yang dapat dijadikan pengawet pangan emulsi. 3.2. Etanolisis Minyak Inti Sawit Reaksi alkoholisis atau reaksi transesterifikasi yang umum diterapkan terhadap trigliserida adalah reaksi antara trigilesida dengan alkohol (metanol = metanolisis atau dengan etanol = etanolisis) dan umumnya menggunakan katalis basa. Tanpa adanya katalis, sebenarnya reaksi berlangsung amat lambat. Katalis bisa berupa zat yang bersifat basa, asam, atau enzim (Anonim, 2009b). Reaksi etanolisis pada minyak nabati khususnya pada TG melalui tiga tahapan reaksi yaitu: 1) trigliserida bereaksi dengan etanol dalam suasana basa menghasilkan DG dan etil ester pertama dari posisis asam lemak ke 1/sn-1, 2) digliserida selanjutnya bereaksi dengan sisa etanol berlebih dalam suasana basa menghasilkan MG dan etil ester ke dua dari posisi asam lemak ketiga/sn-3, dan 3) jika reaksi berlanjut, MG akan bereaksi dengan sisa etanol berlebih dalam suasna basa menghasilkan gliserol dan etil ester ketiga dari posisi asam lemak kedua/sn-2 (Fillieres et al., 1995; 14 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Hasanuddin et al., 2003). Mekanisme reaksi pembentukan produk etanolisis dapat didekati dengan reaksi-reaksi kimia transesterifikasi sejenis seperti dalam reaksi pembentukan ester metil asam lemak pada tiap siklus katalitiknya (Gambar 7). Mekanisme reaksi serupa pada Gambar 7, juga dapat berlangsung konversi digliserida menjadi monogliserida. Gambar 7. Mekanisme reaksi pembentukan produk ester metil asam lemak (Anonim, 2009b) Reaksi etanolisis CPO telah dilakukan dengan mencampur CPO dengan etanol 95% yang mengandung NaOH 2% (b/b CPO) di dalam Erlenmayer bertutup, dengan rasio etanol/CPO optimum pada kisaran 0.75 sampai 1.0 (v/b) setelah dikocok pada shaker (200 rpm, suhu ruang, 6 smpai 8 menit (Hasanuddin et al., 2003). Reaksi etanolisis terhadap TG dari CPO jauh lebih mudah dan cepat untuk menghasilkan DG dan etil ester pertama, dibandingkan dengan reaksi etanolisis terhadap DG untuk menghasilkan MG dan etil ester kedua, khusunya pada waktu reaksi antara 1 sampai 5 menit dengan rasio etanol/CPO 0.25 (v/b). Sebalinya pada waktu reaksi 5 sampai 8 menit etanolisis DG untuk menghasilkan MG dan etil ester ketiga, jauh lebih tinggi dari pada etanolisis TG dari CPO (Hasanuddin et al., 2003). Penelitian-penelitian dalam rangka produksi produk etanolisis dari minyak inti sawit (PKO) dan dari campuran PKO dengan jenis minyak lain telah dilakukan di antaranya: 1. Etanolisis campuran PKO dengan minyak biji mengkudu (MBM), sejumlah PKO (g) dicampur MBM (g) dengan total campuran 50 g, ditambah larutan etanol 95%-NaOH (1%; b/b minyak) di dalam Erlenmayer 250 mL bertutup Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 15 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan dengan nisbah etanol tersebut terhadap berat campuran minyak adalah 1,2 (v/b), digoyang di atas shaker (300 rpm, 7,5 menit, 28oC), lalu produk etanolisisis (lapisan atas) dipisahkan menggunakan labu pemisah. Rendemen produk etanolisis dari reaksi etanolisis campuran PKO dan MBM, yaitu 50 : 0 (b/b), 49 : 1 (b/b) dan 48 : 2 (b/b), relatif tidak berbeda dengan kisaran rendemen 9,5 sampai 9,8 persen (b/b minyak). Diduga sebagian besar trigliserida minyak belum optimal dirubah menjadi produk mono dan atau digliserida melalui proses reaksi etanolisis tersebut (Murhadi, 2009b). 2. Etanolisis PKO dengan cara 40 g PKO dicampur dengan 64 mL etanol 95%-NaOH 1% (b/b PKO) di dalam Erlenmayer 250 mL, diaduk di atas hotplate stirrer (1000 rpm, 8 menit) pada suhu reaksi 20, 30, 40, 50 atau 60oC. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 10 tetes HCl 35%. Hasil reaksi dipisahkan dalam labu pemisah dan didiamkan 30 menit samapai lapisan atas (produk etanolisis PKO) dan lapisan bawah terlihat jelas terpisah. Rendemen rata-rata produk etanolisis PKO adalah 24,90% (b/b PKO; Murhadi et al., 2010b). 3. Etanolisis PKO relatif sama dengan nomor (2) dengan lama reaksi 8 dan 9 menit pada suhu reaksi 40oC. Rendemen rata-rata produk etanolisis PKO adalah 19,93% (b/b PKO; Murhadi, 2010b). 4. Etanolisis PKO dengan cara 80 mL etanol 95%-NaOH 1% (b/b PKO) dicampur dengan 50 g PKO (nisbah: 1,6; v/b), diaduk (1.000 rpm, 40oC, 8 menit). Reaksi etanolisis dihentikan dengan menambahkan 14 tetes HCl 35%, dipisahkan di dalam labu pemisah. Lapisan atas diambil sebagai produk etanolisis kasar dari PKO (Murhadi dan Zuidar, 2010). Selanjutnya dilakukan pemusingan produk (15 menit) pada kecepatan putar 1000, 2000, 3000, atau 4.000 rpm. Rendemen rata-rata produk etanolisis kasar dari PKO mencapai 52,89% ( 3,68%), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen produk etanolisis PKO hasil penelitian sebelumnya (24,90% dan 19,93%, b/b; Murhadi et al., 2010b). Fraksinasi lanjut dengan TLC dilakukan terhadap fraksi AF1 4000 rpm (disingkat F1A4), AF2 1000 rpm (disingkat F2A1), EAF2 3000 rpm (disingkat F2EA3), dan produk etanolisis kasar PKO. Hasil fraksinasi dapat memisahkan masing-masing fraksi dan produk etanolisis PKO menjadi masing-masing 5 komponen, berturut-turut adalah diduga komponen monogliserida (MG), digliserida 1 (DG1), digliserida 2 (DG 2), asam lemak bebas atau etil ester (ALB/EE), dan trigliserida (TG), seperti diperlihatkan pada Gambar 8. 5. Etanolisis campuran PKO dan CPO dengan cara 50,00 g campuran PKO dan CPO (sesuai perlakuan) di dalam Erlenmayer 250 mL, ditambah 80 mL larutan etanol-NaOH 1%, (b/b minyak), dipanaskan dan diaduk di atas hotplate stirrer (40oC, 1000 rpm) selama waktu tertentu (sesuai perlakuan), ditambah 14 tetes HCl 35% untuk menghentikan reaksi. Campuran produk 16 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan reaksi dimasukkan ke dalam labu pemisah. Lapisan atas sebagai produk etanolisis kasar, dihilangkan semua sisa pelarutnya (etanol) dengan cara di-oven pada 100oC sampai diperoleh berat konstan. Hasilnya terdapat kecenderungan rendemen produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO meningkat dengan semakin meningkatnya nisbah antara PKO terhadap CPO (b/b) sampai nisbah 1,50 (b/b), selanjutnya reratif tetap dengan rata-rata rendemen untuk semua perlakuan adalah 41,88% (b/b). Terdapat kecenderungan reaksi etanolisis efektif pada waktu 4 dan 8 menit (Murhadi et al, 2012). 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan: 1 = Fraksi F1A4 ulangan 1, 2 = Fraksi F1A4 ulangan 2, 3 = Fraksi F1A4 ulangan 3, 4 = Fraksi F2A1 ulangan 1, 5 = Fraksi F2A1 ulangan 2, 6 = Fraksi F2A1 ulangan 3, 7 = Fraksi F2EA3 ulangan 1, 8 = Fraksi F2EA3 ulangan 2, 9 = Fraksi F2EA3 ulangan 3, 10 = Produk Etanolisis ulangan 1 11= Produk Etanolisis ulangan2 12 = Produk Etanolisis ulangan 3 Gambar 8. Hasil pemisahan fraksi-fraksi dan produk etanolisis kasar dari PKO menggunakan kromatografi lapis tipis (Murhadi dan Zuidar, 2010) 6. Etanolisis campuran PKO dan CPO dengan cara sebanyak 200 g campuran PKO dan CPO dengan nisbah 1,25 (b/b) ditambahkan ke dalam 320 mL pelarut etanol 96%-NaOH 1% (b/b minyak) dalam Erlenmeyer 1000 mL, diaduk di atas hotplate stirrer (1000 rpm, 8 menit, 40oC). Reaksi dihentikan menggunakan 56 tetes larutan HCl 35%. Campuran produk reaksi dimasukkan ke dalam labu pemisah sehingga diperoleh lapisan atas (produk etanolisis kasar) dan lapisan bawah (sisa media PKO dll). Lapisan bawah dicuci mengunakan aquades hingga air pencucian berwarna Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 17 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan bening. Kemudian lapisan bawah di oven untuk menguapkan sisa air pencucian hingga diperoleh lapisan bawah dengan berat konstan. Selanjutnya lapisan bawah tersebut digunakan digunakan kembali sebagai media etanolisis tingkat ke-2 dan seterusnya hingga tingkat ke-3 sesuai dengan prosedur di atas. Rendemen produk etanolisis campuran minyak PKO dan CPO yang direaksikan pada reaksi etanolisis tingkat ke-1 memiliki nilai rendemen yang berbeda (32,73%) dengan reaksi etanolisis tingkat ke-2 (43,44%), namun relatif sama dengan reaksi etanolisis tingkat ke-3 (45,81%; Nendela et al., 2012). 7. Etanolisis dari PKO dengan cara relatif sama dengan nomor (4), menggunakan 128 mL larutan etanol 96%-NaOH 1% (b/b dan 80 g PKO di dalam erlenmeyer 500 mL. Selanjutnya produk etanolisis PKO di oven pada suhu 40-60oC untuk mengurangi jumlah pelarut dalam produk, sebanyak 50% sehingga dihasilkan produk etanolisis PKO yang pekat. Perlakuan selanjutnya dengan penambahan asam organik (asam laktat atau asam suksinat) ke dalam produk etanolisis PKO yaitu: 25 ml etanolisis PKO pekat ditambahkan gliserol 2,5 ml dan asam organik 1 g di dalam Erlenmeyer 50 mL, diaduk (1000 rpm, 40, 50, 60 atau 70oC selama 30 menit). Pengamatan terdiri dari nilai pH, daya stabilitas emulsi, dan aktivitas antibakteri dan antikhamir produk etanolisis PKO plus. Kesimpulannya kondisi optimum produksi etanolisis PKO plus yang ditambahkan asam suksinat atau laktat 40% yaitu menggunakan suhu pemanasan (reaksi) 70oC (Kurniawan et al., 2014). 8. Reaksi etanolisis PKO yang dilakukan relatif sama dengan nomor (7) kecuali pada lama pemanasan, yaitu: 15, 30, 45 atau 60 menit. Kondisi optimum produksi etanolisis PKO plus yaitu dengan menambahkan asam suksinat 40% (b/b) dengan lama pemanasan (60oC) 30 menit yang menghasilkan daya antimikroba rata-rata dengan diameter zona hambat sebesar 13,04 (± 0,27 mm) yang tergolong ke dalam aktivitas antimikroba tinggi (> 12 mm; Murhadi et al., 2017a). Beberapa contoh produksi produk etanolisis campuran PKO dan minyak biji mengkudu (MBM; Gambar 9), produk etanolisis campuran PKO dan CPO (Gambar 10A) dan produk etanolisis PKO (Gambar 10B). 3.3. Aktivitas Antimikroba dan Daya Pengawet Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit Beberapa hasil penelitian telah membuktikan adanya aktivitas antimikroba dari produk etanolisis minyak sawit (PKO) atau dari produk etanolisis PKO yang dicampur dengan minyak biji mengkudu (MBM) atau dengan CPO. Produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM memiliki aktivitas antibakteri (diameter zona hambat, d = mm) terhadap B. cereus (2,27; 9 18 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan menit) dan E. coli (3,87; 9 menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25: 1 (b/b), sedangkan untuk perbandingan 50 : 1 (b/b) adalah 0,93 (B. cereus; 3 menit) sampai 3,12 (S. aureus; 6 menit). Secara keseluruhan, diameter zona hambat baik pada produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM maupun pada fraksi-fraksinya terhadap E. coli, S. aureus, B. cereus dan S. enteritidis relatif masih rendah, yaitu di bawah 6,00 mm (Murhadi dan Suharyono, 2008). Namun, produk etanolisis campuran PKO dan MBM memiliki aktivitas antikamir S. cerevisiae dengan nilai diameter zona hambat antara 9,76 hingga 11,10 mm (Murhadi, 2009b). A BC Gambar 9. Minyak biji mengkudu dalam heksana (A), minyak biji mengkudu (MBM; B) dan produk etanolisis campuran PKO dan minyak biji mengkudu (C) AB Gambar 10. Produk kasar etanolisis campuran PKO dan CPO (lapis atas; A) dan produk etanolisis PKO hasil etanolisis pada 28oC yang disimpan dalam Freezer (-10oC; B) Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 19 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Penambahan produk etanolisis dari campuran PKO dan MBM (48 : 2; b/b) sebanyak 1, 2 dan 3% (b/v) ke dalam santan kelapa segar belum mampu membunuh mikroba awal di dalam santan kelapa, tetapi hanya mampu menghambat pertumbuhan mikroba selama penyimpanan sehingga total mikroba hanya mencapai 108 sampai 109 CFU/mL, sementara tanpa penambahan produk etanolisis bisa mencapai 1011 CFU/mL. Diduga kelarutan produk etanolisis tersebut relatif masih rendah di dalam air atau di dalam produk dengan kadar air tinggi seperti pada santan kelapa, sehingga kurang efektif bekerja sebagai pengawet (Murhadi, 2009b). Hasil penelitian Lestari dan Murhadi (2008) menunjukkan bahwa nisbah etanol 96%-NaOH 1% terhadap PKO (0,4; 0,7; 1,0; 1,3 dan 1,6; v/b) dan waktu (4, 6, 8 dan 10 menit) reaksi etanolisis PKO berpengaruh nyata terhadap aktivitas anti-S. aureus dan aktivitas anti-E. coli dari produk etanolisis PKO. Jumlah etanol 96% (NaOH 1%) yang direaksikan dengan PKO khususnya pada nisbah 1,6 (v/b) efektif meningkatkan rendemen produk etanolisis sampai waktu reaksi selama 10 menit, sedangkan untuk nisbah 0,4; 0,7 dan 1,0 (v/b) tidak berbeda nyata. Selanjutnya dengan modifikasi tahapan pemisahan produk etanolisis dari PKO, diperoleh produk etanolisis kasar dengan nilai rata-rata diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Bacillus cereus ATCC 11778, Escherichia coli ATCC 25922, masing-masing adalah 24,25; 21,28; dan 22,22 mm (Murhadi et al, 2010b), dengan penampakan areal bening zona hambat masing-masing, disajikan pada Gambar 11. Hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya (Murhadi dan Zuidar, 2009). Terdapat kecenderungan rendemen tertinggi produk etanolisis kasar dari PKO jika diproduksi pada suhu reaksi 40oC selama 8 menit, dengan rendemen rata-rata mencapai 24,90% (Murhadi et al, 2010b). Diketahui bahwa jenis asam lemak dominan di dalam PKO terdiri dari: asam laurat (12:0; 49,39%), asam miristat (14:0; 15,35%) dan asam oleat (18:1; 15,35%), dimana ketiganya berkontribusi terhadap tingginya aktivitas antimikroba produk etanolisis kasar dari PKO, terutama kontribusi dari asam laurat dan asam miristat (total sekitar 65%; Murhadi dan Zuidar, 2009; Murhadi, 2010b). Kelompok bakteri Gram negatif, umumnya relatif lebih tahan terhadap zat-zat antimikroba tanaman yang bersifat relatif nonpolar dibandingkan kelompok bakteri Gram positif. Hal tersebut erat kaitannya dengan struktur dinding sel bakteri Gram negatif yang berlapis-lapis, tersusun dari beberapa senyawa antara lain: lipopolisakarida, peptidoglikan, dan lipoprotein, sedangkan pada bakteri Gram positif sebagian besar hanya terdiri dari lapisan peptidoglikan 20 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan yang banyak mengandung asam amino alanin yang cenderung bersifat hidrofobik (Cano dan Colome, 1986). A BC Gambar 11. Area daya hambat (area bening) produk etanolisis PKO yang dihasilkan pada suhu 40oC terhadap S. aureus (A; 1,1 x 106 sel/25 mL), B. cereus (B; 2,0 x 107 sel/25 mL), and E. coli (C; 2,3 x 106 sel/25 mL) pada media NA (Murhadi et al, 2010b) Murhadi dan Suharyono AS (2012), menyatakan rata-rata pengujian daya antimikroba produk etanolisis kasar tahap ke-1, tahap ke-2, dan tahap ke-3 dari campuran CPO dan PKO relatif semakin menurun, dengan nilai d berturut-turut 17,86 mm ± 1,84 mm, 13,09 mm ± 1,26 mm, dan 8,75 mm ± 0,90 mm. Hasil penelitian Nendela et al. (2012), menunjukkan rata-rata aktivitas antibakteri produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO dengan reaksi bertingkat (tingkat ke-1, ke-2, dan ke-3) terhadap Escherichia coli relatif lebih rendah (17,29 mm) dibandingkan terhadap Staphylococcus aureus (21,51 mm), namun terhadap Escherichia coli cenderung mengalami peningkatan hingga reaksi etanolisis tingkat 3 (21,69 mm). Produk etanolisis campuran PKO dan CPO tingkat ke-1 memiliki diameter zona hambat relatif sama dengan produk etanolisis tingkat ke-2 dengan nilai masing-masing sebesar 15,87 mm dan 14,31 mm, namun memiliki diameter zona hambat berbeda dengan produk etanolisis tingkat ke-3 (21,69 mm). Hasil penelitian Murhadi dan Zuidar (2010) menunjukkan bahwa nilai diameter zona hambat produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO dengan nisbah 1,25 (b/b) terhadap Escherichia coli yaitu sebesar 18,22 mm, relatif sama dengan hasil penelitian ini untuk setiap tingkatan reaksi. Aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli (17,29) dan Staphylococcus aureus (21,51) yang dihasilkan pada penelitian ini termasuk dalam kategori aktivitas antibakteri yang tinggi karena memiliki nilai diameter zona hambat lebih dari 12 mm. El- Masry et al (2000) menyebutkan bahwa, senyawa antibakteri dikatakan memiliki aktivitas antibakteri tinggi apabila diameter zona hambatnya lebih Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 21 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan dari 12 mm, tergolong sedang jika memiliki diameter zona hambat berkisar antara 9-12 mm, tergolong kurang aktif jika diameter zona hambatnya berkisar antara 6-9 mm dan tergolong sangat lemah apabila diameter zona hambatnya kurang dari 6 mm. Penelitian lain juga menunjukkan terdapat kecenderungan peningkatan rendemen produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO pada nisbahnya sampai 1,50 (b/b) dengan waktu reaksi 4 dan 8 menit, dengan rendemen rata-rata mencapai 41,88%. Nilai diameter (d; mm) zona hambat rata-rata produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO terhadap Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923, dan Bacillus cereus ATCC 11778, masing-masing adalah: 16,96 (6,12); 15,03 (2,08); dan 13,70 (2,41) mm (Gambar 12). A BC D Gambar 12. Daya hambat aktivitas antibakteri (area bening) produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO terhadap Escherichia coli ATCC 25922 (A), Staphylococcus aureus ATCC 25923 (B), Bacillus cereus ATCC 11778 (C), dan kontrol pelarut etanol95%- NaOH 1% (D; Murhadi et al., 2012) Terdapat kecenderungan aktivitas antibakteri tertinggi dari produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO terdapat pada nisbah PKO terhadap CPO = 1,25 dan 1,50 (b/b), pada waktu reaksi 4 dan 8 menit (Murhadi et al., 2012). Salah satu target senyawa antibakteri pada S. aureus adalah kemampuannya untuk berikatan dengan sisi aktif pada protein pembawa yaitu enoil-asil- reduktase (FabI) yang berfungsi dalam melengkapi siklus sintesis dan perpanjangan rantai karbon pada sistem asam lemak sintase tipe II, sehingga mengganggu penggabungan [(14)C]-asetat ke dalam siklus TCA dan selanjutnya mengganggu biosintesis asam lemak (Heath et al, 2000; Slater- Radosti et al, 2001). 22 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Jenis asam, suhu pemanasan serta interaksi antara jenis asam dan suhu pemanasan berbeda nyata terhadap derajat keasaman (pH) dan aktivitas antimikroba (anti-Staphylococcus aureus, anti-Escherichia coli, anti-Kultur mikroba alami, dan anti-Saccharomyces cereviciae) dalam produk etanolisis PKO plus yang ditambah asam lakltat atau suksinat. Kondisi optimum produksi etanolisis PKO yang ditambahkan asam suksinat atau laktat 40% yaitu menggunakan suhu pemanasan (reaksi) 70oC selama 30 menit (Kurniawan et al., 2014). Etanolisis 1000 g PKO menggunakan 1200 g larutan etoksi (etanol-NaOH1%, b/b PKO) selama minimal 8 menit dapat menghasilkan produk etanolisis dari PKO yang dapat mengawetkan santan kelapa hingga penyimpanan 3 hari di ruang terbuka dan pada suhu ruang (28-30oC). Sementara kontrol santan segar setelah penyimpanan 1 hari saja telah menghasilkan aroma basi atau busuk (Murhadi dan Hidayati, 2015). Pengujian lain menunjukkan waktu reaksi etanolisis 100 g PKO menggunakan 120 g larutan etanol 96%-NaOH 1% (b/b/ PKO) selama 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13 menit pada suhu ruang (28±2oC), menghasilkan rendemen produk, stabilitas emulsi, dan daya awet santan kelapa yang tidak berbeda nyata (Yunggo et al., 2016). Murhadi et al. (2017a) melaporkan bahwa jenis asam organik, lama pemanasan serta interaksi antara jenis asam organik dan lama pemanasan juga berpengaruh nyata terhadap derajat keasaman (pH) dan aktivitas antimikroba (anti-Staphylococcus aureus, anti-Escherichia coli, anti-kultur campuran mikroba alami, dan anti-Saccharomyces cereviciae) dalam produk etanolisis PKO plus yang ditambah asam lakltat atau suksinat. Kondisi optimum produksi etanolisis PKO plus yaitu dengan menambahkan asam suksinat 40% (b/b) dengan lama pemanasan (60oC) 30 menit yang menghasilkan daya antimikroba rata-rata dengan diameter zona hambat sebesar 13,04 (± 0,27 mm) yang tergolong ke dalam aktivitas antimikroba tinggi (> 12 mm). 3.4. Jenis dan Komposisi Senyawa Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit Penelitian terbaru kami (November 2017; Murhadi et al., 2017b) dengan judul: Identifikasi dan Pola Senyawa Antimikroba dari Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil/PKO) telah kami lakukan. Etanolisis 80 g PKO ditambah 8 g gliserol (10% dari berat PKO), menggunakan labu refluks kaca berleher 3 (Gambar 13A) di atas hotplate stirrer (55-60oC, diaduk 1000 rpm, selama 3, 6, 9 atau 12 menit) dengan nisbah etanol 90%-NaOH 1% (b/b PKO) terhadap PKO segar terdiri dari 1,0; 1,2; atau 1,4 (b/b). Reaksi dihentikan dengan 20 tetes larutan HCL 35%, dimasukkan ke dalam labu pemisah. Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 23 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Lapisan atas (produk etanolisis kasar, berwarna kuning pucat) dipisahkan dari lapisan bawah (sisa PKO dll, berwarna kuning cerah; Gambar 13B). AB Gambar 13. Proses etanolisis PKO pada suhu 55-60oC (A) dan produk etanolisis PKO hasil etanolisis suhu 55-60oC (lapis atas; B) (Murhadi et al., 2017b) Rendemen produk etanolisis PKO dengan perlakuan nisbah etanol 90 %- NaOH 1% (b/b/PKO) terhadap PKO = 1,4 (b/b) lebih baik dibandingkan perlakuan dengan nisbah 1,0 dan 1,2 (b/b), sedangkan perlakuan dengan waktu reaksi etanolisis PKO = 6 menit relatif lebih baik dibandingkan dengan waktu reaksi 3, 9 dan 12 menit. Rata-rata rendemen keseluruhan perlakuan adalah 44,91% (± 4,47%; b/b; Murhadi et al., 2017b). Penambahan 5% (b/b) produk etanolisis PKO ke dalam santan segar dan disimpan selama 24, 48, atau 72 jam pada suhu ruang (25-30oC) dalam keadaan terbuka terbukti dapat mempertahankan nilai skor aroma dan warna pada rentang nilai cukup suka (nilai sekitar 3) sampai suka (nilai sekitar 4), sementara nilai skor aroma dan warna pada kontrol (santan kelapa tanpa penambahan produk etanolisis PKO) sangat turun menjadi tidak suka (nilai di bawah 2) sampai sangat tidak suka (nilai sekitar 1) yang ditunjukkan dengan aroma basi atau busuk pada kontrol santan setelah penyimpanan (Murhadi et al., 2017b). Hasil identifikasi terhadap jenis dan komposisi kelompok senyawa yang ada pada produk etanolisis PKO yang direaksikan pada suhu 55-60oC, selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Contoh kromatogram hasil analisis komponen monogliserida pada produk etanolisis PKO, khususnya untuk perlakuan terbaik yaitu lama etanolisis 9 menit dan nisbah etanol 90%-NaON 1% (b/b PKO) terhadap PKO = 1,0 (b/b), disajikan pada Gambar 14. 24 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Tabel 2. Jenis dan komposisi kelompok senyawa pada produk etanolisis PKO yang direaksikan pada suhu 55-60oC selama 3 s.d. 12 menit N Kode Kelompok Jumlah Persen Total ALB o Senyawa Komponen -tase MG (%) (RT, menit) (%) (%) 2,55 3,85 1 W3N1,0 Gliserol 3 (1,280 s.d 2,652) 6,15 1,75 6,83 Ester 6 (4,294 s.d. 12,949) 46,50 1,75 6,60 Monogliserida (MG) 4 (14,177 s.d 16,398) 3,85 2,14 5,47 Internal 1 (18,609) 1,36 1,94 6,86 Digliserida (DG) 6 (20,129 s.d. 23,227) 31,39 Trigliserida (TG) 5 (23,776 s.d. 25,608) 10,76 2 W3N1,2 Gliserol 2 (1,312 s.d 2,682) 5,41 Ester 9 (4,008 s.d. 13,020) 58,22 Monogliserida (MG) 6 (14,081 s.d 16,718) 6,83 Internal 1 (18,976) 1,41 Digliserida (DG) 8 (20,266 s.d. 23,307) 24,83 Trigliserida (TG) 3 (23,818 s.d. 24,745) 3,30 3 W3N1,4 Gliserol 2 (1,265 s.d 2,633) 5,26 Ester 7 (4,168 s.d. 11,978) 56,25 Monogliserida (MG) 4 (14,000 s.d 16,258) 6,60 Internal 1 (18,896) 2,19 Digliserida (DG) 5 (20,113 s.d. 23,200) 22,33 Trigliserida (TG) 4 (23,747 s.d. 25,169) 7,37 4 W6N1,0 Gliserol 4 (1,269 s.d 2,629) 8,57 Ester 9 (4,149 s.d. 12,934) 47,36 Monogliserida (MG) 4 (13,991 s.d 16,203) 5,47 Internal 1 (18,876) 2,12 Digliserida (DG) 6 (20,105 s.d. 23,189) 29,19 Trigliserida (TG) 5 (23,730 s.d. 25,584) 7,29 5 W6N1,2 Gliserol 4 (1,281 s.d 2,643) 6,48 Ester 11 (4,287 s.d. 12,936) 54,10 Monogliserida (MG) 4 (14,002 s.d 16,218) 6,86 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 25 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Internal 1 (18,763) 2,16 Digliserida (DG) 7 (19,819 s.d. 23,174) 24,47 Trigliserida (TG) 4 (23,723 s.d. 25,143) 5,93 7,30 1,55 6 W6N1,4 Gliserol 3 (1,232 s.d 2,574) 5,33 Ester 11 (4,085 s.d. 12,856) 55,11 Monogliserida (MG) 4 (13,902 s.d 16,043) 7,30 Internal 1 (18,625) 2,39 Digliserida (DG) 7 (19,723 s.d. 23,114) 22,99 Trigliserida (TG) 5 (23,663 s.d. 25,518) 6,88 8,10 2,88 7 W9N1,0 Gliserol 2 (1,225 s.d 2,570) 5,57 Ester 11 (4,098 s.d. 12,855) 49,55 Monogliserida (MG) 4 (13,875 s.d 16,018) 8,10 Internal 1 (18,609) 2,50 Digliserida (DG) 8 (19,700 s.d. 23,106) 28,67 Trigliserida (TG) 4 (23,653 s.d. 25,070) 5,61 7,69 2,51 8 W9N1,2 Gliserol 2 (1,224 s.d 2,566) 5,71 Ester 11 (4,099 s.d. 12,840) 54,30 Monogliserida (MG) 4 (13,867 s.d 15,990) 7,69 Internal 1 (18,601) 2,31 Digliserida (DG) 7 (19,965 s.d. 23,107) 23,93 Trigliserida (TG) 5 (23,649 s.d. 25,502) 6,05 7,57 1,91 9 W9N1,4 Gliserol 2 (1,230 s.d 2,569) 5,49 Ester 13 (4,129 s.d. 12,849) 59,17 Monogliserida (MG) 4 (13,871 s.d 16,030) 7,57 Internal 1 (18,611) 2,15 Digliserida (DG) 8 (19,708 s.d. 23,101) 20,48 Trigliserida (TG) 5 (23,647 s.d. 25,501) 5,15 8,11 2,53 10 W12N1,0 Gliserol 2 (1,220 s.d 2,558) 5,43 Ester 9 (4,102 s.d. 12,845) 47,08 Monogliserida (MG) 4 (13,864 s.d 15,999) 8,11 Internal 1 (18,601) 2,47 Digliserida (DG) 7 (19,668 s.d. 23,101) 31,04 26 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Trigliserida (TG) 4 (23,642 s.d. 25,058) 5,88 6,91 2,91 11 W12N1,2 Gliserol 2 (1,208 s.d 2,557) 6,58 Ester 11 (4,241 s.d. 12,827) 57,92 Monogliserida (MG) 4 (13,855 s.d 15,942) 6,91 Internal 2 (18,284-18,606) 1,93 Digliserida (DG) 8 (19,664 s.d. 23,086) 21,80 Trigliserida (TG) 4 (23,629 s.d. 25,048) 4,87 6,55 1,74 12 W12N1,4 Gliserol 3 (1,213 s.d 2,546) 5,86 Ester 10 (4,090 s.d. 12,798) 58,53 Monogliserida (MG) 4 (13,800 s.d 15,877) 6,55 Internal 2 (18,228-18,606) 1,86 Digliserida (DG) 7 (19,615 s.d. 23,068) 21,09 Trigliserida (TG) 5 (23,615 s.d. 25,451) 6,10 1 = W3N1,0 : waktu reaksi = 3 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,0 (b/b) 2 = W6N1,0 : waktu reaksi = 6 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,0 (b/b) 3 = W9N1,0 : waktu reaksi = 9 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,0 (b/b) 4 =W12N1,0: waktu reaksi=12 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1.0 (b/b) 5 = W3N1,2 : waktu reaksi = 3 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,2 (b/b) 6 = W6N1,2 : waktu reaksi = 6 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,2 (b/b) 7 = W9N1,2 : waktu reaksi = 9 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,2 (b/b) 8 =W12N1,2: waktu reaksi=12 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,2 (b/b) 9 = W3N1,4 : waktu reaksi = 3 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,4 (b/b) 10 =W6N1,4: waktu reaksi = 6 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,4 (b/b) 11 =W9N1,4: waktu reaksi = 9 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,4 (b/b) 12 =W12N1,4:waktu reaksi=12 menit dan nisbah etanol 90%-NaOH1% terhadap PKO=1,4(b/b) Hasil identifikasi terhadap kelompok senyawa fungsional antimikroba dalam produk etanolisis PKO yaitu monogliserida (MG), diperoleh rata-rata kandungan monogliserida baru mencapai 6,82% dengan nilai tertinggi pada perlakuan waktu etanolisis selama 12 atau 9 menit untuk nisbah 1,0 (b/b), masing-masing 8,11 dan 8,10%. Sementara rata-rata kandungan digliserida (DG) untuk seluruh perlakuan adalah 25,18% (Murhadi et al., 2017b). Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa adanya kandungan monogliserida yang terbentuk terutama dari ester asam laurat (C12) dan atau asam miristat (C14) merupakan komponen utama antimikroba dalam produk etanolisis PKO. Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 27 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus P Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Gambar 14. Kromatogram hasil analisis komponen mono yang direaksikan pada 55-60oC, lama etano 28 Pr Pengukuhan Profesor U

Produk Etanolisis ogliserida dan digliserida pada produk etanolisis PKO olisis 9 menit, dan nisbah = 1,0 (b/b) rof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan IV. PENUTUP Senyawa antimikroba yang dapat digunakan sebagai pengawet pangan dapat diperoleh dari sumber alam (non sintetik), terutama dari beragam sumber tanaman baik dari tanaman obat (jamu) dan rempah-rempah ataupun dari tanaman pangan, tanaman perkebunan dan atau dari tanaman “liar” di hutan. Sedikitnya terdapat empat kelompok sumber senyawa antimikroba dari tanaman yang terbukti memiliki aktivitas antimikroba dan berpotensi sebagai bahan pengawet pangan, yaitu: 1) kelompok senyawa dari golongan fenolik non volatil; 2) kelompok senyawa dari golongan minyak atsiri; 3) kelompok senyawa dari golongan alkaloid; dan 4) kelompok senyawa dari golongan asam lemak dan esternya. Hasil penelitian oleh beberapa peneliti termasuk penulis telah dapat menghasilkan produk etanolisis dari PKO dan atau produk etanolisis campuran PKO dengan jenis minyak lain. Proses etanolisis menggunakan larutan etanol 90-96% yang mengandung NaOH 1% (b/b minyak) dengan nisbah terhadap PKO atau terhadap campuran minyak yaitu antara 1,0 sampai 1,6 (v/b atau b/b), diaduk 1000 rpm, pada suhu ruang (28oC) sampai 60oC, selama 3 sampai 12 menit dengan variasi dapat ditambahkan gliserol 10% (b/b minyak). Rekomendasi produksi produk etanolisis PKO dapat dilakukan pada suhu 40 - 60oC, diaduk pada 1000 rpm, selama 4 sampai 8 menit, menggunakan pelarut etanol 90-96% yang mengandung NaOH 1% (b/b PKO) dengan nisbah terhadap berat PKO antara 1,0 sampai 1,2 (v/b atau b/b) dan dapat ditambah gliserol 10% (b/b minyak). Beberapa hasil penelitian telah membuktikan adanya aktivitas antimikroba yang kuat dari produk etanolisis minyak sawit (PKO) dengan spektrum luas, sehingga berpotensi sebagai pengawet pangan dan atau non pangan. Hasil identifikasi terhadap kelompok senyawa fungsional antimikroba (monogliserida) dalam produk etanolisis PKO yang direaksikan pada 55-60oC selama 3 sampai 12 menit, diperoleh rata-rata kandungan monogliserida mencapai 6,82% (antara 3,85 s.d. 8,11 %) dengan nilai tertinggi pada perlakuan waktu etanolisis selama 12 atau 9 menit untuk nisbah 1,0 (b/b), masing-masing 8,11 dan 8,10%. Sementara rata-rata kandungan digliserida (DG) untuk seluruh perlakuan adalah 25,18%. Adanya kandungan monogliserida yang terbentuk terutama dari ester asam laurat (C12) dan atau asam miristat (C14) merupakan komponen utama antimikroba dalam produk etanolisis PKO. Ke depan masih diperlukan upaya meningkatkan persentase Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 29 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan kandungan monogliserida dalam produk etanolisis PKO dan usaha pemurniannya. Dipredikasi produk etanolisis PKO berpotensi sebagai bahan pengawet pangan fungsional, karena berpotensi bersifat “three in one”, yaitu satu subtansi bahan yang dapat berfungsi baik sebagai pengawet, juga dapat berfungsi sebagai pengemulsi (emulsifier) dan sekaligus sebagai sumber zat gizi pangan yang baik dengan kandungan trigliserida, digliserida dan monogliserida rantai sedang (didominasi asam laurat/C12). DAFTAR PUSTAKA Abram, V. and M. Donko. 1999. Tentative identification of polyphenols in Sempervivum tectorum and assessment of the antimicrobial activity of Sempervivum L. J. Agric. Food Chem., 47(2):485-489. Adawiyah, D.R. 1998. Kajian Pengembangan Metode Ekstraksi Komponen Anti-mikroba Biji Buah Atung (Parinarium glaberrimum Hassk). Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Affandi, R.A. 2007. Sintesis Mono dan Diasilgliserol dari Minyak Inti Sawit dengan Metode Gliserolisis. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Anggasari, H.D. dan Murhadi. 2009. Kajian Lama Reaksi terhadap Rendemen Massa dan Aktivitas Antimikroba Produk Gliserolisis. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 14(1):55-67. Anonim. 2009a. Pelatihan Pendugaan dan Penetapan Masa Kadaluarsa Bahan dan Produk Pangan. http://web.ipb.ac.id/~itp/id/index.php? Diakses Tanggal 14 Februari 2009. Anonim. 2009b. Profil Investasi Biofuel dari Kelapa Sawit. Diunduh Tanggal 3 November 2009. Anonim. 2014. Pertumbuhan Areal Kelapa Sawit Meningkat. http://ditjenbun. go.id/setditjenbun/berita-238-pertumbuhan-areal-kelapa-sawit- meningkat.html. Diakses 18 Oktober 2015. Anonim. 2015. Gambar Tanaman Sawit. https://www.google.co.id/search?q=Gambar+tanaman+sawit&biw=109 3. Diakses 1 September 2015. August, G.E. 2000. Kajian Pengunaan Lipase Amobil dari Aspergillus niger pada Pembuatan Monoasilgliserol yang Bersifat Antibakteri dari Minyak Kelapa. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bautista, D. A., A. R. Hill, and M.W. Griffiths. 1993. An all natural approach to preserve cottage cheese. Modern Dairy, 72(1):12-13. 30 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Bhattacharyya, P., G.K. Biswas, A.K. Barua, C. Saha, I.B. Roy, and B.K. Chowdhury. 1993. Clausenalene, a carbazole alkaloid from Clausena heptaphylla. Phytochem., 33(1):248-250. Branen, A. L. and P.M. Davidson. 1983. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker, Inc. New york. Cano, R.J. and J.S. Colome. 1986. Microbiology. West Publ. Co. New York. Chakraborty, A., C. Saha, G. Podder, B.K. Chowdhury, and P. Bhattacharyya. 1995. Carbazole alkaloid with antimicrobial activity from Clausena Heptaphylla. Phytochem., 38(3):787-789. Cotton, L.N. and D.L. Marshall. 1997. Monolaurin preparation methods effects activity against vegetative cell of Bacillus cereus. J. Food Sci. Technol., 30(8):830-832. El-Masry, A.H., H.H. Fahmy, and S.H.A. Abdelwahed. 2000. Synthesis and antimicrobial activity of some new benzimidazole derivatives. J. of Molecules. 5:1429-1438. Farag, R.S., Z.Y. Daw, F.M. Hewedi, and G.S.A. El-Baroty. 1989. Antimicrobial activity of some Egyption spice essential oils. J. Food Protec., 52(9):665-667. Fillieres, R., B.B. Mlayah, and M.Delmas. 1995. Ethanolysis of repeseed oil: Quantitation of ethyl esters, mono, di, and triglycerides and glycerol by high-performance size-exclusion chromatography. J. Am. Oil Chem. Soc. 72(4): 427-432. Ginting, C. 2017. Sinergi Riset Kelapa Sawit dalam Upaya Memperkuat Industri Sawit Indonesia di Pasar Global, Sub Bidang: Teknologi Produksi Kelapa Sawit. Disampaikan pada Roudtable Meeting on Oil Palm Research. Yogyakarta, 12 Mei 2017. Gurr, M.I. 1992. Role of Fats in Food and Nutrition (2nd Ed.). Elsevier Appl. Sci. London. Haraguchi, H., K. Tanimoto, Y. Tamura, K. Mizutani, and T. Kinoshita. 1998. Mode of antibacterial action of retrochalcones from Glycyrrhiza inflata. Phytochem., 48(1):125-129. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan (Penerjemah: K. Padmawinata dan I. Soediro). Penerbit ITB. Bandung. Hasanuddin, A., Mappiratu, dan G.S. Hutomo. 2003. Pola Perubahan Mono dan Diasilgliserol dalam Reaksi Etanolisis Minyak Sawit Mentah. J. Teknol. dan Industri Pangan. XIV(3): 241-246. Heath, R.J., J. Li, G.E. Roland, and C.O. Rock. 2000. Inhibition of Staphylococcus aureus NADPH-dependent enoyl-acyl carrier protein Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 31 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan reductase by triclosan and hexachlorophene. J. Biol. Chem. 7:4654- 4659. Herbert, R.B. 1988. Biosynthesis of Secondary Metabolites. Chapman & Hall. London. Himejima, M. and I. Kubo. 1991. Antibacterial agents from the cashew Anacardium accidentale (Anacardiaceae) nut shell oil. J. Agric. Food Chem., 39:418-421. Houghton, P.J. and A. Raman. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. Chapman & Hall. London. Khasbullah, F., Murhadi, Suharyono A.S. 2013. Kajian Karakteristik Fungsional Produk Etanolisis Campuran CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) pada Reaksi Etanolisis Tingkat Dua. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian. 18(1). Kim, J.M., M.R. Marshall, and C.I. Wei. 1995a. Antibacterial activity of some essential oil components against five foodborne pathogens. J. Agric. Food Chem., 43(11):2839-2845. Kim, J.M., M.R. Marshall, J.A. Cornell, J.F. Preston, and C.I. Wei. 1995b. Antibacterial activity of carvacrol, citral, and geraniol against Salmonella typhimuriuum in culture medium and on fish cubes. J. Food Sci., 60(6):1364-1368. Kovacs, A., M. Schluchter and K. Easley. 1999. Cytomegalovirus infection and HIV-1 disease progressionin infant born to HIV-1-infected women. New England J. Medicine, 341:77-84. Kubo, I., H. Muroi, and M. Himejima. 1992. Antimicrobial activity of green tea flavour components and their combination effects. J. Agric. Food Chem., 40:245-248. Kubo, I., H. Muroi, and M. Himejima. 1993. Stucture-antibacterial relationships of anacardic acids. J. Agric. Food Chem., 41:1016-1019. Kurniawan, R., Murhadi, S. Hidayati. 2014. Pengaruh Jenis Asam dan Suhu Reaksi Pemanasan pada Produk Etanolisis PKO (Palm Kernel Oil) terhadap Aktivitas Antimikroba dan Daya Stabilitas Emulsi. Majalah TEGI (Majalah Ilmiah Teknologi Agroindustri; ISSN 2085 – 6067). VI(1):21-33. Lawson H. 1995. Food Oils and Fats, Technology, Utilization, and Nutrition. Chapman & Hall. An International Thomson Publ. Co., New York – Washington. Lestari, M. dan Murhadi. 2008. Pengaruh nisbah etanol – PKO dan waktu reaksi terhadap rendemen dan aktivitas antibakteri produk etanolisis minyak inti sawit (PKO). J. Teknologi & Industri Hasil Pertanan, 13(2):95-107. 32 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Mappiratu. 1999. Penggunaan Biokatalis Dedak Padi dalam Biosintesis Antimikroba Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Mappiratu, D. Fardiaz, dan A. Hasanuddin. 2003. Produksi dan aplikasi produk monoasilgliserol dari minyak kelapa dalam pengolahan santan awet. J. Teknologi & Industri Pangan, XIV(3):233-240. Moniharapon, T. 1998. Kajian Fraksi Bioaktif dari Buah Atung (Parinarium glaberrimum Hassk) sebagai Bahan Pengawet Pangan. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Murhadi. 2003a. Separasi ekstrak antibakteri biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk) dengan metode liquid-liquid batch extraction. J. Penelitian SAINS DAN TEKNOLOGI, 9(2):149-156. Murhadi. 2003b. Kajian aktivitas anti-Staphylococcus aureus terhadap ekstrak organik dari biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk). J. Teknologi & Industri Hasil Pertanan, 7(2):1-9. Murhadi, S.T. Soekarto, B.S.L. Jennie, A. Apriyantono, dan S. Yasni. 2003. Isolasi dan identifikasi komponen volatil biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk). J. Teknologi & Industri Pangan, XIV(2):121-128. Murhadi, Suharyono AS, dan Susilawati. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun salam dan daun pandan. J. Teknologi & Industri Pangan, XVIII(1):17-24. Murhadi dan Suharyono AS. 2008. Kajian aktivitas antibakteri produk etanolisis dari campuran minyak inti sawit (Elaeis quineensis Jacq) dan minyak biji mengkudu (Morinda citrifolia L.). J. Teknologi & Industri Hasil Pertanan. 13(2):47-58. Murhadi. 2009a. Ekstraksi, Fraksinasi dan Identifikasi Komponen Antibakteri Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk). Buku Monograf. Penerbit Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Murhadi. 2009b. Aktivitas antikamir dan daya pengawet produk etanolisis dari campuran minyak inti sawit (Elaeis quineensis Jacq) dan minyak biji mengkudu (Morinda citrifolia L.). Majalah TEGI (Teknologi Agroindustri), 1(2):17-25. Murhadi. 2009c. Daya pengemulsi produk etanolisis dari campuran minyak inti sawit (Elaeis quineensis Jacq) dan minyak biji mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada santan kelapa segar. Prosiding Seminar Sehari Hasil- hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 05 Oktober 2009. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Halaman B-66 - B-71. Murhadi dan A.S. Zuidar. 2009. Penganekaragaman Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbasis Minyak Inti Sawit. Laporan Akhir Penelitian Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 33 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Hibah Bersaing (Tahun ke I) DP2M Ditjen Dikti Depdiknas. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Murhadi. 2010a. Antimikroba dari Tanaman: Golongan Senyawa, Sumber, dan Aktivitasnya. Buku Referensi. Penerbit: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Murhadi. 2010b. The Emulsion Stability of Coconut (Cocos nucifera L.) Milk Added with Ethanolysis Product from Palm Kernel Oil (Elaeis quineensis Jacq). Proceeding: International Seminar on Horticulture to Support Food Security 2010, Bandar Lampung, 22-23 Juni 2010. Hal. B-223 – B- 229. Murhadi dan A.S. Zuidar. 2010. Nilai Rf dan Rendemen Massa Fraksi-fraksi Komponen Antibakteri Produk Etanolisis Kasar dari Palm Kernel oil (PKO). Seminar Nasional Sains MIPA dan Aplikasinya, FMIPA Unila. Bandar Lampung, 8 – 9 Desemeber 2010. ISSN 2086-2342. 2:9-21. Murhadi, S. Rizal, dan H. Hidayat. 2010a. Rendemen dan aktivitas antibakteri ekstrak organik buah cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.). Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna Agroindustri dan Diseminasi Hasil-hasil Penelitian Dosen Polinela 2010 (ISBN: 978-979-98432-3-4), Bandar Lampung, 5 – 6 April 2010. Hal. 141-151. Murhadi, A.S. Zuidar, and A. Rahman. 2010b. Yield and antibacterial activities of crude ethanolysis products of PKO produced on different temperatures reaction. Oral Presentation on International Seminar: Emerging Issues and Technology Developments in Food and Ingredients, Jakarta – Indonesia, September 29th – 30th, 2010. Murhadi dan Suharyono AS. 2012. Produksi Produk Difungsional Mono- Digliserida dari Campuran Minyak Sawit Mentah (CPO) dan Minyak Inti Sawit (PKO), Judul Penelitian Tahun Ke-1:Optimalisasi Produksi Produk Etanolisis Kasar dari Campuran CPO dan PKO dengan Reaksi Etanolisis Bertahap. Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Murhadi, Ahmad Sapta Zuidar, dan Ratna Liana Fanny. 2012. Rendemen dan Karakteristik Fungsional Produk Etanolisis Kasar dari Campuran PKO dan CPO. Prosiding Seminar Nasional SMAIP III di Fakultas MIPA Unila, Bandar Lampung, 28 – 29 Juni 2012. ISBN 978-602-98559-1-3 : Hal. 546 –552 . Murhadi, M., S. Hidayati dan R. Kurniawan. 2017a. Pengaruh Jenis Asam Dan Waktu Reaksi Pemanasan Terhadap Karakteristik Produk Etanolisis PKO (Palm Kernel Oil). J. AGRITECH Jurnal Teknologi Pertanian. 37(1):69-76. Murhadi, S. Hidayati, R. Sugiharto. 2017b. Identifikasi dan Pola Senyawa Antimikroba dari Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit (Palm Kernel 34 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Oil/PKO). Seminar Hasil Penelitian Profesor, Pascasarjana, dan Unggulan. LPPM Unila, Bandar Lampung, 04 Desember 2017. Muroi, H., A. Kubo, and I. Kubo. 1993. Antimicrobial activity of cashew apple flavor compounds. J. Agric. Food Chem., 41(7):1106-1109. Nendela, C.S., Murhadi, dan S. Hidayati. 2012. Kajian Nilai Rendemen, Aktivitas Antibakteri dan Stabilitas Emulsi Produk Etanolisis dari Campuran PKO dan CPO melalui Reaksi Bertingkat. Majalah TEGI (Majalah Ilmiah Teknologi Agroindustri; ISSN 2085 – 6067). 4(1):28-38 Nishina, A.K., H. Kinaichi, T. Uchibori, H. Seino, and T. Osawa. 1991. 2,6- Dimetoxy-perfusi-benzoquinone as an antimicrobial substance in the bark of Phyllostachys heterocycla var. Pubscens a species of thick- stemmed bamboo. J. Agric. Food Chem., 39:266-269. Nychas, G.J.E. Natural antimicrobials from plants. In Gould, G.W. (Ed.). 1995. New Methods of Food Preservation. Blackie Academic & Professional. London. Oh, D.H. and D.L. Marshall. 1994. Enhanced inhibition of Listeria monocytogenes by glycerol monolaurat with organic acids. J. Food Sci., 59(6):1258-1261. Oomah, B.D. and G. Mazzag. 1997. Biologically active components of flaxseed. In The 5th Chemical Congress of North America (Ed.), November 11-15, 1997. Abstract Book. Mexico. Ramsewak, R.S., M.G. Nair, G.M. Strasburg, D.L. DeWitt, and J.L. Nitiss. 1999. Biologically active carbazole alkaloids from Murraya koenigii. J. Agric. Food Chem., 47(2):444-447. Rangga, A., F. Nuraeni, Murhadi, dan Pitutur. 2005. Produksi dan Kajian Aktivitas Antibakteri Produk Gliserolisis dari Minyak Inti Sawit (PKO). Makalah Seminar Nasional Research and Studies TPSDP Dikti Depdiknas. Yogyakarta. Reineccius, G. 1994. Source Book of Flavors (2nd Ed.). Chapman & Hall. New York. Sakanaka, S., M. Kim, M. Taniguchi, and T. Yamamoto. 1989. Antibacterial substances in Japanesse green tea extract against Streptococcus mutans, cariogenic bacterium. J. Agric. Biol. Chem., 53(9):2307-2311. Serit, M., T. Okubo, N. Nagiwara, M. Kim, T. Imaganta, and T. Yamamoto. 1991. Antibacterial compounds from oak, Querens acuta Thunb. J. Agric. Biol. Chem., 55(1):19-23. Sivropoulou, A., S. Kokkini, T. Lanaras, and M. Arsenakis. 1995. Antimicrobial activity of mint essential oils. J. Agric. Food Chem., 43(9):2384-2388. Slater-Radosti, C., G. Van Aller, R. Greenwood, R. Nicholas, P.M. Keller, W.E. DeWolf Jr., F. Fan, D.J. Payne, and D.D. Jaworski. 2001. Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 35 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Biochemical and genetic characterization of the action of triclosan on Staphylococcus aureus. J. Antimicrob. Chemother. 48(1):1-6. Taniguchi, M., A. Chapy, I. Kubo, and K. Nakainshi. 1978. Screening of East African plants for antimicrobial activity. Chem. Pharm. Bull., 26:2910-2913. Yunggo, J., Murhadi, dan S. Hidayati. 2016. Pengaruh Waktu Reaksi Etanolisis pada Suhu Ruang terhadap Rendemen dan Stabilitas Emulsi Produk Etanolisis Palm Kernel Oil (PKO). J. Teknologi Industri & Hasil Pertanian. 21(2): 97-106. Wang, L.L., B.K. Yang, K.L. Parkin, and E.A. Johnson. 1993. Inhibition of Listeria monocytogenes by monoacylglycerols synthesized from coconut oil and milk fat by lipase-catalyzed glycerolysis. J. Agric. Food Chem., 41:1000-1005. UCAPAN TERIMA KASIH Mengahiri orasi ini, alhamdulillah saya memanjatkan puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT semata, karena atas izin-Nya saya dapat menyampaikan orasi ilmiah ini di hadapan Rektor, Ketua dan para Anggota Senat Unila serta para hadirin undangan semua dalam rangka salah satunya pengukuhan saya sebagai profesor tetap bidang ilmu pangan Fakulats Pertanian Unila, 06 Desember 2017. Hadirin yang saya hormati, Saya sangat sadari, selain sudah menjadi kehendak Allah SWT, capaian jabatan fungsional tertinggi sebagai Profesor Tetap di Unila, juga tidak terlepas dari peran dan kontribusi langsung dan atau tidak langsung dari berbagai pihak. Untuk itu pada bagian akhir orasi ilmiah ini, saya pribadi dan keluarga setulusnya mengucapkan penghargaan yang tinggi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Yth. Pemerintah RI melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah mengangkat saya pada jabatan fungsional dosen sebagai Profesor di bidang Ilmu Pangan mulai tanggal 01 Januari 2016 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 2076/A2.3/KP/2016 tanggal 29 Januari 2016. 36 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan 2. Yth. Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., juga selaku PR/WR bidang Akademik Unila periode 2008-2015, atas jasanya yang sangat besar dan gigih untuk memperjuangkan usulan profesor saya selama periode 2011 hingga 2014, termasuk mewakili Rektor Unila saat kami melakukan Sidang Banding di Ditjen Dikti Kemendikbud, Jakarta. 3. Yth. Ketua Senat Unila Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, Sekretaris Senat Unila Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.S, dan Bapak/Ibu para Anggora Senat Unila, atas dukungan moril dan terselenggaranya Rapat Senat Luar Biasa Unila pada hari ini. 4. Yth. Para Wakil Rekrot Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si. (Wakil Rektor Bidang Akademik), Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. (Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan), Prof. Dr. Karomani, M.Si. (Wakil Rektor Biangan Kemahasiswaan dan Alumni), Prof. Dr. Mahatma Kufefaksi, M.B.A. (Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Teknologi Informasi Komunikasi), atas segara bantuan dan dukungan motivasi sehingga saya dapat mencapai jabatan Profesor. 5. Yth. Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. beserta para Wakil Dekan Prof. Dr. Ir. Dermiati, M.Agr.Sc (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama), Dr. Ir. Aman Damai, M.Si. (Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan), dan Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P. (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni), atas segala dukungan penuh yang tulus baik moril maupun bantuan lainnya yang telah diberikan kepada saya. 6. Yth. para Dekan dan Wakil Dekan di lingkungan Unila, Direktur dan para Wakil Direktur Pascasarjana, para Kepala Biro, Ketua dan Sekretaris LPPM, Sekretaris LP3M, para Kepala UPT, Ketua SPI, para Kepala Badan, para Kepala Puslitbang LPPM, para Kepala Bagian dan Kasubbag LPPM, BAK, BPHM, BUK, FP, atas support yang telah diberikan. 7. Yth. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor sekaligus Ketua Senat Unila periode 2007-2015, Sekretaris dan para Anggota Senat Unila periode 2011-2015, atas dukungan penuh yang telah menyetujui dan memberi rekomendasi kepada saya untuk melanjutkan usulan profesor saya ke Ditjen Dikti Kemendikbud Jakarta, pada Mei 2011 lalu. 8. Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc. Rektor Unila periode 1998-2007, Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., Prof. Dr. Ir. Hamim Sudarsono, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H., Dr. Ir. Lusmedia Afriani, D.E.A., Prof. Dr. John Hendri, M.S., Dr. Eng. Admi Syarif, Dr. Supomo Kandar, Ir. Sulastri Ramli, M.P., Dr. Sowiyah, M.Pd., Drs. Komang Winata, M.Si, Dr. Ir. Erwanto, M.S., Dr. Ir. Tamaludin Syam, Ir. Syahrio Tantalo, M.S., Bustami, S.H., M.H., Damanhuri, S.H., M.H. dan para Kepala UPT/Badan terdahulu, yang telah Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 37 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan memotivasi dan mendorong saya untuk meraih jabatan fungsional profesor. 9. Yth. Prof. Dr. Ali Kabul Mahi, M.S. selaku Ketua Tim Verifikasi Karya Ilmiah Unila beserta para anggotanya, khususnya kepada Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H; Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc; dan Prof. Dr. Ir. Jamalam Lumbanraja, M.Sc selaku Komisi Khusus verifikasi karya ilmiah yang telah memeriksa kembali seluruh berkas karya ilmiah saya dan telah menyetujui untuk diajukan kembali usul profesor saya ke Ditjen Dikti, Kemendikbud Jakarta pada 2014 lalu. 10.Yth. Prof. Dr. Tirza Hanum, M.Si., senior saya di Jurusan THP FP Unila sekaligus editor dua buku saya dan ketua reviewer internal karya ilmiah saya, juga Yth. Prof. Dr. Tati Suhartati dari Jurusan Kimia FMIPA Unila, selaku anggota reviewer karya ilmiah saya dalam rangka pengajuan usul jabatan professor saya di Unila. Hadirin yang saya hormati, Selanjutnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi saya dan keluarga sampaikan kepada para kolega dosen dan tendik khususnya di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FP Unila, mohon maaf saya tidak menyebutkan nama dan gelar secara formal karena saya merasa sudah seperti keluarga sendiri, yaitu: Bu Sri Setyani, Pak Azhari Rangga, Pak Sutikno, Pak Suharyono, Bu Susilawati, Bu Siti Nurjanah (Bu Nunung), Pak Harun Al Rasyid, Pak Udin Hasanudin, Bu Neti Y., Pak Ribut S., Bu Otik N., Pak M. Nur (Tomy), Bu Maria Erna, Pak Sapta Z., Pak Tanto P.U., Pak Subeki, Pak Samsu U.N., Pak Samsul R., Bu Zulferiyenni, Bu Dyah K., Bu Fibra N., Pak Erdi S., Su Sri H., Bu Sussi A., Bu Dewi S., Pak Wisnu S., Bu Novi, Bu Pramita S., Bu Puspita, Bu Diki D., Bu Deary, Bu Lathifa, Mas Joko S, Pak Sofyan, Untari, Hanafi, Sumidi, dan Eka, atas segala dukungan moril, kebersamaan, dan kekeluargaan secara tulus yang selama ini sudah saya terima dengan senang hati sejak 01 Februari 1989 lalu. Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada para guru saya sejak di SD Negeri 1 Metro, SMP Negeri 1 Metro, dan SMA Negeri 2 Tanjungkarang, Lampung, atas pengetahuan dan pendidikan yang telah diberikan kepada saya. Tidak lupa juga saya sampaikan terima kasih kepada para dosen di Strata S1 Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Strata S2 dan S3 Program Studi Ilmu Pangan, Program Pascasarjana IPB, khususnya kepada: Pembimbing S1 yaitu Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, M.Sc, Penguji Skripsi Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, M.S., Pembimbing S2 yaitu Prof. Dr. Ir. Srikandi 38 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan Fardiaz, M.Sc (almarhumah), Prof. Dr. Betty S.L.Jennie, M.S. dan Dr. Ir. Budiatman Satiawihardja, M.Sc; serta para Promotor Program Doktor saya, yaitu Prof. Dr. Ir. Soewarno T. Soekarto, M.Sc., Pror. Dr. Betty S.L. Jennie, M.S., Dr. Ir. Anton Apriantono, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr.Sc., atas segala pengetahuan ilmu dan teknologi, bimbingan dan dedikasi tinggi yang telah diberikan kepada saya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada teman se-pengukuhan professor hari ini, yaitu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si. Akt. dan Prof. Dr. Ahmad Saudi Samosir, S.T., M.T., atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini, khususnya saat-saat diskusi dan kompromi untuk pelaksanaan kegiatan pengukuhan professor hari ini. Selanjutnya juga saya sampaikan secara khusus ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Pusat Penjaminan Mutu (PPM) LP3M Elida Purba, S.T., M.Sc., Ph.D, Kepala Pusat Kurikulum dan Pengembangan Pembelajaran (PKPP) LP3M Dr. Pujiati, M.Pd., Kabag TU LP3M Hermansyah, S.H., para Kasubbag LP3M Dra. Esmayati dan Eli Zahara, S.Sos, para Kabid dan staf dosen fungsional Dr. Tuntun Sinaga, M.Hum, Agus Trisanto, Ph.D., Dr. dr. John F., Yuda Romdania, S.T., M.T., Dr. Eng. Endah Komlasari, Wayan Suana, S.Pd., M.Si. dan para staf tendik LP3M Hijrawati, S.I.Kom, M.I.P., Saryanto, Hermansyah Lutfi, Parsan, Desy, Fadhil, Fika, dan Fadli, atas kerjasamanya selama ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada para Ibu Darmawanita Tingkat Universitas dan Tingkat Fakultas Pertanian, atas dukungan morilnya dan ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada para kolega dosen di lingkungan Unila khususnya di Fakultas Pertanian, para staf tendik di lingkungan Fakultas Pertanian khususnya Mas Agus D, Warso, Slamet, dan para staf tendik lainnya, para staf dan pimpinan tendik Unila, khususnya Kabag Kepegawaian Unila Apandi, S.Sos., M.Si, Kabag TU FKIP Dirzon, S.E., M.M., Kasubbag Tenaga Pendidik Heru Setiawan, Kasubbag Tendik Budi Suroso dan para staf kepegawaian Unila Iwan, Surono dan staf lainnya yang tidak sempat disebutkan satu per satu, atas segala dukungan dan bantuan serta kerjasamanya selama ini. Kepada para mahasiswa S1 THP dan S2 MTIP di Jurusan THP FP Unila, khususnya bagi para alumni dan mahasiswa bimbingan saya sejak saya menjadi dosen di Unila 1989 lalu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasamananya dalam mengerjakan berbagai kegiatan penelitian. Begitu pula ucapan terima kasih saya sampaikan kepada para alumni dan mahasiswa yang telah membantu saya untuk pelaksanaan Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 39 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan praktikum di laboratorium untuk beberapa mata kuliah di Jurusan THP sebagai asisten praktikum. Selanjutnya ucapan terima kasih juga tak lupa saya sampaikan kepada teman-teman saya sewaktu di SD Negeri 1 Metro (1971-1976), di SMP Negeri 1 Metro (1976-1980) Hartawan Mei Suhara dan semua teman-teman seangkatan lainnya; di SMA Negeri 2 Tanjung karang (1980-1983) Noversyah, Neti H., Hartawan, Kuswanta, Pairul, Lucy, Yuli, dan semua teman-teman seangkatan lainnya, dan teman- teman seangkatan di Prodi S1 Teknologi Pangan dan Gizi Fateta IPB Bogor (Patuh S., dkk), di Prodi S2 Ilmu Pangan IPB (Pak Bambang dkk) dan di Prodi S3 Ilmu Pangan IPB (Prof. Winiati P.R., dkk), atas dukungan kebersamaannya sewaktu masa-masa sekolah atau kuliah. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga saya sampaikan kepada rekan-rekan Pimpinan dan Staf Penjaminan Mutu di Forum Penjaminan Mutu (FPM) BKS PTN-Barat dan di Forum Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Indonesia (FPMPTI), khususnya Kepada Dr. Fredinan dari IPB, Dr. Darwin dari Unimed, Dr. Rusmana dan Dr. Syihabuddin dari Untirta, serta semua rekan-rekan di FPM lainnya, atas dukungan dan kerjasama yang baik selama ini. Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan yang mulia ini secara khusus saya ingin mengenang dan mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua saya Ayahnda H. Burhanudin HS bin Hasan (Almarhum), Bunda Hj. Cik Unah, dan Nyanyik Masnin binti Abdul Hamid (almarhumah) yang telah bersusah payah dengan sabar melindungi, membesarkan dan mendidik saya beserta tujuh orang adik saya (Nirwan, Yulinawati, Ikhsan, Aidasari, Suresmiyati, Ansori Burcik, dan Idham Burcik) dengan tulus dan kepada mereka bertiga sungguh saya sangat berhutang budi, doa saya semoga ketiga beliau bahagia dunia dan akhirat, Aamiin YRA. Selanjutnya saya juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih tak terhingga kepada mertua saya Papah M. Ali Sukamto (almarhum) dan Mamah Hj. Sri Indrayanti Natadipura, serta para adik ipar (Dwi Amalianti-Thomas Bart, Budi Supriatna, Santi Oktaviani, Lucia Febrina A.), atas dukungan moril, perhatian dan bantuannya selama ini. Terkhusus kepada Isteri tercinta, Vivi Novianti saya dengan tulus mengucapkan terima kasih banyak atas segala kesabaran, pengertian, pengorbanan waktu dan pikiran dalam menjalankan rumah tangga secara 40 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan bersama, membesarkan dan mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan sepenuh hati untuk yang terbaik, juga selalu mendukung pekerjaan saya sebagai dosen di Unila. Selanjutnya kepada keempat anak saya tercinta, Ariessyawtra Raindra Lamurvie, S.T., Klarissa Adzhaniqisthin Lamurvie, Callista Salsabilla Mutiara Lamurvie, dan Muhammad Naufal Rizqullah Lamurvie, ayah sungguh berterima kasih yang mendalam atas segala kesabaran, perhatian, dukungan, dan menerima apa adanya semampu yang ayah usahakan. Kasih sayang yang kalian berikan telah memotivasi ayah untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Bapak Rektor, Ketua, Sekretaris dan para Anggota Senat yang saya hormati, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih atas telah berlangsungnya Sidang Senat Luar Biasa Unila dalam rangka Pengukuhan Profesor Tetap Unila di GSG ini, 6 Desember 2017. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak/Ibu para hadirin undangan semua, atas berkenan hadirnya pada acara hari ini. Akhirnya tak lupa saya dan keluarga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Kepala BAK Unila Bapak Drs. Mardi Syahperi, M.M. dan seluruh pimpinan serta staf tendik di BAK, atas lancar dan suksenya kegiatan sejak persiapan hingga pelaksanaannya pada hari ini. Demikian, atas semua kekurangan saya mohon maaf, saya akhiri orasi ilmiah ini dengan mengucap alhamdulillah hirobbilalamin, wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. RIWAYAT HIDUP Identitas Diri dan Keluarga 1.1. Nama Lengkap Prof. Dr. Ir. Murhadi, M,Si. (dengan gelar) (L) 1.2. NIP / NIDN 19640326 198902 1 001 / 0026036402 1.3. Pangkat/Golongan Pembina Tingkat I / IVb; per 01 Oktober 2016 1.4. Jabatan Fungsional Profesor (A.K. 908,80; per 01 Januari 2016) 1.5. Tugas Tambahan Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Lampung (per 18 Agustus 2014 s.d. sekarang) 1.6. Bidang Keahlian Ilmu Pangan (Kimia dan Bioaktif Pangan) Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. 41 Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017

Potensi Senyawa Antimikroba dari Tanaman: Kajian Khusus Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit sebagai Pengawet Pangan 1.7. Tempat dan Tanjungkarang, 26 Maret 1964 Tanggal Lahir Jl. Cendana No. 314, RT 05/RW 02 Komplek 1.8. Alamat Rumah Perumahan Bataranila, Hajimena - Natar, Lampung Selatan 1.9. Telepon Rumah 0721-770537 dan 08561419306; dan HP 081274352068 [email protected]; 1.10. Alamat Email [email protected]; Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas 1.11. Alamat Kantor Pertanian, Universitas Lampung, (home base) Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Kampus Unila Gedung Meneng Bandar Lampung 1.12. Nomor 35145 Telepon/Fax 0721-781823 (T/F) 1.13 Isteri 1.14 Anak Vivi Novianti (Vivi, Jakarta, 14 Agustus 1970) Ariessyaetra Raindra Lamurvie, S.T. (Raindra; Bogor, 29 Maret 1993; Alumni Teknik Lingkungan FT UI 2016; GGP di PT. BAT Jakarta) Klarissa Adzhaniqisthin Lamurvie (Icha; Bogor, 07 November 1996; Mahasiswi Sastra Inggris FIB UI, Semester 7) Callista Salsabilla Mutiara Lamurvie (Lista; Bandar Lampung, 23 Maret 2006; Kelas VI SD SPB Bandar Lampung) Muhammad Naufal Rizqullah Lamurvie (Naufal; Bandar Lampung, 05 Mei 2007; Kelas V SD SPB Bandar Lampung) RIWAYAT PENDIDIKAN No. Jenjang Nama dan Tempat Tahu Lulus Bidang Ilmu 1 SD SD Negeri 1 Metro, 1976 - Lampung 2 SMP SMP Negeri 1 Metro, 1980 - Lampung 42 Prof. Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Pengukuhan Profesor Unila, 06 Desember 2017


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook