Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Published by Tasbihah, 2022-10-31 10:03:24

Description: Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Search

Read the Text Version

tersebut adalah berkat jasa dan doa dari guru-guruku. Baik guru di sekolah formal, TK, SD, MTs, MA, S1 dan S2, maupun guru non formal di pondok pesantren. Insya Allah jerih payah dan jasa guruku semua akan mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT. Aku hanya ingin membaktikan diri dan ingin membuat guru-guruku bangga dengan apa yang telah aku raih. Aku ingin guru-guruku tersenyum bangga atas dedikasi keberhasilannya mendidik, mengarahkan dan mendoakan keberhasilanku. Piala-piala ini adalah wujud dari salam hormat dan ucapan terima kasih karena telah mengantarkan aku di posisi sekarang ini. Berawal dari informasi, pertengahan bulan Agustus 2019 dari Kasi Dikmat Kemenag Kulon Progo tentang adanya kompetisi Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) yang diadakan oleh Kemenag RI. Sebenarnya aku ingin vakum dari dunia perlombaan setelah keikutsertaanku empat kali berturut-turut tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 dalam perlombaan tersebut hingga tingkat nasional. Tahun 2019 aku ingin memberi kesempatan kepada guru madrasah lain supaya ada wajah-wajah baru diajang Anugerah GTK yang tampil mewakili Kulon Progo. Setelah tahu informasi tersebut ditambah lagi kepala madrasah juga meminta kesediaanku untuk mengikuti Anugerah GTK maka dengan segala keterbatasan waktu yang diberikan. Aku harus patuh dengan perintah yang diberikan dan berusaha mempersiapkan portofolio, karya tulis ilmiah, dan persyaratan lain yang nantinya akan diperlombakan. Apa yang musti disiapkan saat mengikuti? Catatan ini hanya sekedar ingin berbagi pengalaman dalam mempersiapkan 90 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

diri menghadapi pemilihan Anugerah GTK baik di tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Tentu saja setiap peserta memiliki pengalaman yang berbeda dalam mencapai kesuksesannya meraih juara, yang mungkin bisa berbeda dengan pengalamanku ini. Berikut ini yang aku lakukan saat mempersiapkan diri menghadapi Anugerah GTK kategori guru MI.  Mencari Informasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi pedoman pelaksanaan pemilihan Anugerah GTK yang diadakan oleh Kemenag RI. Melalui surat edaran kita dapat mengetahui topik/tema utama pemilihan Anugerah GTK, persyaratan dan teknik pelaksanaan pada seleksi tingkat kabupaten hinggan tingkat nasional. Meskipun saat itu aku masih melalui tahap seleksi tingkat kabupaten, namun aku menggunakan panduan seleksi Anugerah GTK tingkat nasional, sebab biasanya kabupaten tidak memiliki pedoman khusus pelaksanaan Anugerah GTK di tingkat kabupaten. Sehingga saat itu aku mempersiapkan portofolio dan menyesuaikan tema best practice sesuai dengan panduan surat edaran dari Kemenag RI.  Menyusun Portofolio dengan baik dan rapi. Portofolio Gupres menjadi syarat utama yang harus dilengkapi, karena melalui portofolio ini para juri dapat menilai kompetensi kita apakah layak mendapat Anugerah GTK atau tidak. Pedoman Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 91

penyusunan portofolio dapat dilihat pada lampiran surat edaran tersebut. Penyusunan portofolio dan lampirannya juga sebaiknya disusun secara urut sesuai dengan pedoman dan jika perlu diberi penomoran (kode) untuk memudahkan juri menilainya. Biasanya dalam surat edaran diminta untuk melampirkan portofolio selama 4 tahun terakhir. Saat mengikuti seleksi Anugerah GTK kemarin aku juga melampirkan portofolio yang saya miliki 4 tahun terakhir (sesuai dengan ketentuan), dengan catatan portofolio yang aku lampirkan memang penting dan memiliki nilai yang tinggi. Seperti prestasi dalam lomba yang sama pada tahunn-tahun sebelumnya juga aku lampirkan, karya buku baik solo maupun buku antologi. Intinya, tuliskan portofolio yang penting, meyakinkan dan terdokumentasi (ada surat tugas/sertifikat/foto dan laporan kegiatan). Portofolio ini memiliki nilai prosentase yang cukup tinggi pada penilaian Anugerah GTK. Usahakan semua komponen yang diminta pada surat edaran terpenuhi, kecuali jika memang benar-benar tidak ada.  Karya best practice yang berbasis pembelajaran, kekinian dan dihargai. Best practice adalah karya tulis yang berisikan pengalaman terbaik kita selama penjadi pendidik. Dari sekian banyak pengalaman mengajar kita, pilihlah pengalaman terbaik yang dibuktikan dengan hasil belajar siswa meningkat dan menghasilkan produk/karya terutama yang dapat 92 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

meningkatkan hasil belajar anak didik. Akan lebih baik lagi apabila pembelajaran yang dihasilkan dapat mengantarkan siswa untuk berprestasi dan mendapatkan penghargaan dari Kementerian Agama/instansi lainnya. Selanjutnya best practice ditulis sesuai dengan struktur yang terdapat pada panduan surat edaran. Jangan lupa untuk menambahkan lampiran yang berisi bukti-bukti kegiatan belajar, action plan, hasil belajar siswa, foto- foto produk dan seterusnya di bagian belakang. Aku juga menyertakan karya buku antologi puisi hasil karyaku bersama anak-anak yang aku didik sebagai penunjang supaya memperoleh nilai plus. Apalagi best practice yang aku ajukan berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila” sehingga hasil karya dalam pembelajaran tersebut juga sangat menentukan. Jumlah halaman best practice biasanya dibatasi hanya 15 halaman, maka supaya terlihat tebal jilidan best practice-nya, kita bisa menambahkan lampiran- lampiran tersebut. Jangan lupa untuk mencetaknya menggunakan hard cover sehingga terlihat rapi dan bagus layaknya jilidan skripsi/tesis.  Video Pembelajaran yang menarik dan informatif. Video pembelajaran juga menjadi syarat utama saat seleksi di tingkat nasional (tidak menjadi syarat di kabupaten/provinsi). Video pembelajaran menggambarkan kegiatan pembelajaran yang menjadi tema pada best practice kita. Biasanya kita diminta untuk membuat video pembelajaran untuk 1 Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 93

kegiatan pembelajaran. Buatlah video pembelajaran yang informatif, menarik dan tidak monoton (tidak membosankan) serta berbeda dengan video pembelajaran yang kebanyakan. Alur video pembelajaran yang dibuat juga harus mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang kita lampirkan pada best practice. Kita bisa melihat contoh video pembelajaran yang ada di youtube.com. Setelah menyusun berkas portofolio, best practice dan membuat video pembelajaran, biasanya kita diminta untuk mengunggah berkas-berkas tersebut ke website Kemenag RI Selain mengunggah berkas, kita juga diminta untuk mengumpulkan file-file tersebut kepada panitia pusat saat melakukan verifikasi ke Kemenag Provinsi. Jadi aturlah waktu sebaik mungkin untuk melengkapi semua persyaratan yang diminta. Aku sendiri waktu itu sampai mengajukan ijin dari tugas-tugas mengajar di madrasah guna berfokus pada kegiatan ini. Aku sangat bersyukur karena hampir semua teman guru kepela madrasah sangat mengerti dan mendukungku. Pemilihan Anugerah GTK sangat berbeda dengan kompetisi-kompetisi guru lainnya. Bagiku, keikutsertaan dalam Anugerah GTK ini tidak bisa diraih secara instan. Proses seleksi yang berjenjang dengan berbagai persyaratan yang cukup banyak membuat pemilihan Anugerah GTK ini menjadi kompetisi yang cukup bergengsi. Penghargaan kepada guru yang berprestasi adalah sebuah penghargaan 94 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

terhadap pengabdian dan prestasi kita selama menjadi pendidik. Jadi untuk memperoleh hasil maksimal, kita harus benar-benar fokus dan dipersiapkan dengan matang. Aku masih ingat quote dari mentor dan motivator kami saat pembinaan di provinsi, bahwa: “Barang siapa yang tampil di panggung tanpa persiapan, maka dia akan turun tanpa tepuk tangan”. Awali dengan bismillah.. dan akhiri dengan alhamdulillah. Insya Allah BISA! Setelah melewati seleksi ditingkat Kemenag Kabupaten Kulon Progo dan Kemenag Kanwil Propinsi DIY aku kembali bisa masuk 5 besar nasional untuk kategori guru MI. Grand Final tingkat nasional diadakan di hotel Novotel Bandar Lampung 20-24 November 2019. Perlombaan berjalan sangat ketat dari seleksi ujian tulis, presentasi karya tulis ilmiah, wawancara secara langsung dan siarkan secara live streaming sehingga bisa disaksikan oleh siapapun dan dimanapun. Setelah bersaing ketat dengan guru madrasah ibtidaiyah dari propinsi lain akhirnya aku mampu menjadi “Juara II Nasional Anugerah GTK 2019”. Aku sangat bangga sekali dan tidak menyangka bisa meraih prestasi ini untuk kelima kalinya. Aku sangat berterima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa aku sebut satu persatu yang selalu mendukung, mendoakan dan membantuku meraih kejuaraan ini. Tidak lupa juga kepada anak-anak didikku yang telah membantu lewat hasil karya buku. Walaupun ini bukan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 95

penilaian satu-satunya, namun peran buku tersebut sangat membantuku meraih kejuaraan ini. Jejak karirku sebagai seorang guru saat ini telah berganti status setelah pertengahan semester mendapat surat tugas baru. Disaat libur akhir semester, sehari sebelum tahun baru aku mendapat undangan resmi melalui WhatsApp dan juga telepon bahwa aku termasuk salah satu guru yang akan mendapat tugas baru. Dalam undangan tersebut hanya menyebutkan untuk mengikuti penerimaan surat tugas. Aku tidak menghiraukan kata-kata selamat yang diucapkan teman-teman untukku karena aku sendiri belum tahu secara pasti dan belum resmi sebagai apa nanti dalam tugas baruku. Memang dalam pengumpulan sertifikat diklat beberapa bulan yang lalu aku memang melampirkan sertifikat diklat kepala dan diklat pengawas yang pernah aku ikuti sehingga aku juga masih bertanya-tanya, dimutasi sebagai guru, kepala madrasah atau pengawas madrasah?. Namun semua itu terjawab setelah awal tahun 2020 aku benar-benar mendapat surat tugas sebagai Kepala Madrasah MIN 2 Kulon Progo. 96 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Luar Biasa, DIY Raih Juara Terbanyak di Grand Final Anugerah GTK Madrasah, Anugerah Konstitusi dan Inobel Nasional Delapan Wakil DIY yang berhasil meraih juara dalam GTK Madrasah Berprestasi 2019 Tanggal : 2019-11-23 22:33:14 Bandar Lampung (Inmas DIY) – Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) di lingkungan Kanwil Kemenag DIY kembali mengukir prestasi tingkat nasional. Dalam gelaran Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tahun 2019 yang berlangsung di Bandar Lampung Rabu-Ahad (20-24/11) terdapat delapan GTK dari DIY yang berhasil meraih juara dan tiga di antaranya meraih predikat GTK Berprestasi Nasional ditandai dengan pemasangan selempang oleh Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid. Ini adalah raihan terbanyak dibandingkan dengan provinsi lain se-Indonesia. Guru dan Kepala Madrasah yang terplih sebagai GTK Madrasah Berprestasi Nasional Tahun 2019 yakni : Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 97

Anita Isdarmini, S.Pd., M.Hum., dari MAN 2 Kulon Progo (Kategori Kepala MA) Drs. H. Abdul Hadi, M.Pd., dari MTsN 6 Sleman (Kategeori Kepala MTs) Nur Hasanah Rahmawati, S.Ag., MM., dari MTsN 6 Sleman (Kategori Guru MTs) Sedangkan para juara GTK Madrasah berprestasi masing- masing adalah : Drs. Faizuz Sa’bani, MA., dari Gunungkidul (Juara 2 kategori Pengawas) Anita Isdarmini, S.Pd. M. Hum., dari MAN 2 Kulon Progo (Juara 1 kategori Kepala MA) Drs. H. Abdul Hadi, M.Pd., dari MTsN 6 Sleman (Juara 1 katgeori Kepala MTs) Nova Indriati, SE., MSI., dari RA Nurul Dzikri (Juara 3 kategori Kepala RA) Kasmad Rifangi, M.Pd.I., dari MI Ma’arif Sendang (Juara harapan 2 kategori Kepala MI) Etik Fadhilah Ihsanti, MSI., dari MIN 1 Kulon Progo (Juara 2 kategori Guru MI) Nur Hasanah Rahmawati, S.Ag., MM., dari MTsN 6 Sleman (Juara 1 kategori Guru MTs) Nurhayanti, S.Pd., M.Sc., dari MAN 3 Kulon Progo (Juara 3 kategori Guru MA) Kegiatan tersebut rutin diadakan setiap tahun oleh Direktorat GTK Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama.Untuk tahun 2019, penganugerahan 98 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

dilakukan pada Sabtu (23/11) di Bandar Lampung, sekaligus dalam rangkaian memperingati Hari Guru Nasional yang tahun ini mengambil tema \"Teladan Penerang Bangsa.\" Menurut Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta, Abd Su'ud, S.Ag., MSI, selain tampil di GTK Madrasah berprestasi, Guru Madrasah dari DIY juga tampil pada Anugerah Konstitusi dan Inovasi Pembelajaran Guru Madrasah yang diadakan Direktorat GTK Madrasah Ditjen Pendis. Dua orang Guru yang berhasil meraih juara yakni Rini Widayati, S.Pd Guru PPKN MTsN 1 Sleman Juara Harapan II dalam Anugerah Konstitusi yang diselenggarakan pada Selasa – Sabtu ( 12- 16/11). Sementara Nurhafidz Muslim Azis, MTs Al-Falah Pandak Bantul meraih juara harapan 1 dalam kategori Mata Pelajaran Matematika- IPA dalam even Inovasi Pembelajaran Guru Madrasah. [eko|dari berbagai sumber] Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 99

Biografi Penulis Etik Fadhilah Ihsanti, M.S.I., M.Pd. (Lahir November 1982) Kepala MIN 2 Kulon Progo sejak Januari 2020 (saat usia 37 tahun), ASN Kementerian Agama DIY Peraih kenaikan pangkat tercepat se-DIY (Nasional), diangkat menjadi PNS berijazah DII atau golongan pangkat IIb tahun 2005. Per April 2018 telah berhasil mendapat SK (Surat Keputusan) golongan pangkat IVa. Dalam kurun masa kerja 13 tahun, bisa naik golongan pangkat 8 tingkat, sehingga secara khusus Bapak Kakanwil Kemenag DIY mengapresiasi pencapaian ini. Deretan koleksi piala sebagai Juara Tingkat Nasional berjejer rapi : - Juara Harapan I Nasional Guru Berprestasi Kategori Guru MI Tahun 2015 - Juara 3 Nasional Guru Berprestasi Kategori Guru MI Tahun 2016 - Juara Harapan II Nasional Guru Berprestasi Kategori Guru MI Tahun 2017 100 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

- Nominator 6 Besar Nasional Anugerah Mahkamah Konstitusi Tahun 2018 - Juara 2 Nasional Anugrah GTK Kategori Guru MI Tahun 2019. Selama pandemi Covid-19 (April 2020 - Maret 2021) mengukir prestasi lagi dengan mencetak 12 buku solo, dan puluhan judul buku antologi. Bahkan jumlah buku karyanya tersebut akan terus bertambah, apalagi beberapa bulan ini ada Komunitas Belajar Menulis yang diprakarsainya. Alhamdulillah, Semoga bermanfaat. Fb: Etik Fadhilah HP : 081228626162 Email: [email protected] Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 101

Bagian Delapan Sang Pelukis Kala Senja Sri Juliyati Aku tidak mengerti, saat aku mengajar ngaji di kota dulu, anak-anakku ditunggu bahkan diajak main oleh para santri secara bergiliran, mereka menjaga anakku dengan sangat baik. Lalu saat aku kembali ke desa, mengapa akhlak anak-anak seperti ini? Bahkan berani menggoda anaknya guru ngajinya sendiri, saat guru ngaji itu mengajar santri lain. Disatu sisi, aku tidak mungkin membela anakku di depan mereka. Itu tidak akan memgajarinya menjadi kuat, justru akan membuatnya bergantung padaku. Disisi lain, aku tidak mungkin memarahi santri-santriku di depan umum, kasian psikis mereka. 102 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Fajar kian melesak, pergi terbawa masa. Semburat orange kini pendar menjadi biru muda, bersaut-saut suara pipit nyaring dan ramai memenuhi angkasa. “Mbak Yul, tolong ke sini sebentar! Tolong, saya mau bicara!” Ajak bu Takmir sembari menggandeng tanganku untuk menepi, menghindari keramaian saat tukang sayur itu datang. “Iya, ada apa Bude?” “Tolong ... tolong sekali. Hati saya itu rasanya...hem.. sangat dongkol! Anak- anak... mereka itu kalau sholat di masjid ramai sekali. Gaduh! Kami tak bisa konsentrasi. Mbak Yuli guru ngaji mereka, bukan? Tolonglah kasih tahu mereka. Ajari mereka untuk tenang di masjid.” “I ... iya, baik Bu Dhe. Insya Allah.” Aku sedikit mengernyitkan dahi dan sangat memaklumi keluhan jamah masjid. Namun aku ingat kembali wajah-wajah santri yang polos dan meneduhkan itu. Aku sayang mereka, karena Allah. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 103

Selepas mahrib para santri datang ke rumah, mereka mulai antri untuk mengaji. “Oke, siapa yang sering ramai di masjid?” Tanyaku sebelum membuka pengajian. “Ardi Mbak ... sama Hasan ....” teriak anak-anak serempak. “Iya Mbak, mereka ramai sekali. Sampai sarungku ditarik-tarik ke bawah hingga hampir lepas.” “Betul Mbak, padahal mereka juga dimarahi oleh Pak Harun dan Pak Slamet, lho.” Tambah santri berikutnya. “Baik, kita buat kesepakatan ya... kemarin kan kita sudah buat jadwal adzan, sekarang kita buat polisi sholat. Ardi, Hasan dan Nino, kalian bertiga Mbak tugaskan untuk menjadi polisi sholat. Laporkan ke Mbak jika ada yang ramai!” “Ba ... ba ... baik Mbak ....” Mereka bertiga saling tatap, lalu dalam waktu bersamaan menggaruk-garuk kulit kepala yang tidak gatal. *** Hari terus berganti, ternyata cara itu cukup mujarab untuk anak-anak, meski hanya bertahan selama tiga hari. Setelah itu? Iya, mereka ramai kembali saat sholat. Namanya juga anak-anak ya, harus sering kita ingatkan. Yang tua saja sering lalai pada beberapa hal. Apalagi anak-anak dengan segudang keingintahuan dan eksperimennya yang luar biasa. 104 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

*** Aku tatap ke depan, pintu kaca itu menerawang jalanan beraspal. Terik mentari yang siang tadi panas menyengat kini dingin oleh gumpalan awan hitam yang tengeh bergulung memgisi langit. Beberapa motor berjejer di halaman kantor. Aku bersiap mengambil kunci lalu melaju perlahan menuju rumah. Rasa rindu terhadap sepasang mujahid kecilku kian membuncah, tapi segera aku ingat rengekan mereka berdua selama dua hari ini, minta susu Dancow cokelat kotak besar. Ya, aku telah menerima gaji, maka harus aku tepati janji. Aku belokkan motorku menuju warung. Mendengar deru kuda besiku, sepasang mujahid kecil itu terbangun dari tidur siangnya. Si kecil menyibakkan keriting gantungnya dan mengurai senyum. Si kakak, pemimpin yang bijaksana (sesuai namanya, Kenzie) membuka sebelah matanya, melirik melihat wajahku, tersenyum, lalu kembali merapatkan sepasang bola matanya. Ah, Le... kamu sungguh bijaksana sekali. Melihat biyungmu pulang, kemudian melanjutkan ritual siang. Aku bersihkan diri, bersujud kepada Sang Robbi, lalu aku temani sepasang mujahid kecil itu bermain sembari memasak untuk makan malam kami. Tidak terasa adzan kala senja mengisi relung-relung cakrawala. Aku matikan kompor dan membiarkan sayur itu masih di atas wajan. Tempe garit yang baru saja selesai digoreng pun aku letakkan di atas meja begitu saja. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 105

\"Ken, ayo bersiap jamaah Maghrib ke masjid. Teman- temanmu sudah menunggu.\" \"Teman Kenzie Buk? Tapi Kenzie lapar, tolong Buk, buatkan susu dulu.\" Aku raih sebuah gelas hijau bersama stoples susu, aku ramu lalu aku serahkan pada sulungku. Kami bertiga berjalan menuju masjid. Sholat Maghrib, lalu bersiap mengajar anak- anak mengaji. Rasa hati sedikit meradang saat anak-anak tidak bergegas mengambil Iqro dan Al Quran, sebagian berkeliling dengan sepeda, sebagian masih asyik bermain bersama. Berkali-kali aku ajak mereka mengaji, tapi selalu ada alasan untuk mengulur waktu. Aku mulai ngaji Iqro dengan santri-santri yang mau saja, bagi yang tidak ya urusan nanti, menurutku paling penting saat ini adalah memanfaatkan waktu. Disaat aku sibuk mengajar privat, ada tiga santri yang menggoda sulungku hingga menangis, bahkan mereka tertawa terbahak-bahak saat tangisan sulungku semakin keras. Aku tidak mengerti, saat aku mengajar ngaji di kota dulu, anak-anakku ditunggu bahkan diajak main oleh para santri secara bergiliran, mereka menjaga anakku dengan sangat baik. Lalu saat aku kembali ke desa, mengapa akhlak anak-anak seperti ini? Bahkan berani menggoda anaknya guru ngajinya sendiri, saat guru ngaji itu mengajar santri lain. 106 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Disatu sisi, aku tidak mungkin membela anakku di depan mereka. Itu tidak akan memgajarinya menjadi kuat, justru akan membuatnya bergantung padaku. Disisi lain, aku tidak mungkin memarahi santri-santriku di depan umum, kasian psikis mereka. Aku sayang anakku, juga santriku. Baik, tunggu sayang-sayangku. Tunggu aku selesaikan mengajar privatnya, lalu kita belajar akhlak bersama. Maaf, Le, anakku. Kamu calon pemimpin yang bijaksana, insya Allah. Terkadang ibumu harus terpaksa tega padamu, agar kamu tumbuh dengan semestinya. Aku tahu beberapa santri membela anakku, namun mereka kalah power. Kalah usia dan kalah strategi. Tangisan anakku pun semakin menjadi. \"Yak, segera ambil buku dzikir petangnya anak-anak. Kita mulai membaca dzikir!\" Aku tatap santriku satu demi satu, ada beberapa santri yang masih terus menertawakan anakku yang tangisannya semakin menjadi. Berbagai cara aku coba untuk menenangkan sulungku, tapi tidak kunjung berhasil. “Demi kamu Le, agar tumbuh kuat, kita dzikir bersama dulu,” kataku dalam hati. Suasana dzikir sore ini dibarengi dengan suara tangis anakku, pun cekikikan beberapa santri yang masih menertawakannya. Dzikir pun usia. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 107

\"Oke. Diantara kalian semua ini, siapa yang pernah diperlakukan seperti anakku?\" Semua santri terbelalak, tidak menyangka pertanyaan semacam ini keluar dari mulut guru ngajinya. Mereka saling tatap, lalu menunduk. \"Biasanya...biasanya lho ya, yang waktu kecilnya dibully, maka saat semakin besar akan membully anak kecil dibawah usianya, karena korban bully itu akan menyimpan luka batin.\" Aku lirik anakku, ia terdiam, ikut hanyut mendengarkan ibunya. Aku tau Le, kamu anak yang mudah memahami sesuatu. Ibu pun tahu bagaimana cara menenangkanmu. Kamu selalu lebih tertarik dengan sebuah ilmu baru. \"Mbak, iya aku dulu waktu masih kecil pernah diperlakukan seperti itu.\" Tutur seorang santri dengan wajah masih tertunduk. \"Aku juga ....\" \"Aku juga Mbak ....\" \"Mbak Yuli, Mbak tahu ilmu psikologi kah?\" Tanya seorang santriwati padaku. \"Iya, seorang guru dapat mata kuliah psikologi pendidikan.\" Jawabku sembari merapikan buku- buku dzikir. \"Mbak, berarti kita sebelum bertindak dan berucap harus dipikir dulu ya?\" Tanya seorang santri berikutnya. 108 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

\"Betul. Kalian itu anak TPA, anak yang rutin mengaji. Sebaiknya akhlak kalian harus lebih bagus dan tertata. Aku tidak begitu kasihan pada anakku, tapi lebih kasihan pada kalian yang mengganggu anakku, karena yang mengganggu anakku masih memiliki luka lama yang belum sembuh sempurna. Itu menjadi PRku.\" Tuturku sembari aku amati wajah mereka satu per satu. \"Wah, Mbak Yuli tahu ternyata.\" Tambah seorang santri. \"Iya, ada sebuah kisah nyata. Seorang tentara menangkap penjahat dengan brutal, kemudian keluarga penjahat tidak terima, sehingga menyihir anak keturunan sang tentara agar menjadi gila. Dendam. Dendam itu berawal dari luka batin. Kalian tidak mau mengalami, bukan?\" Mereka ternganga, lalu kembali menundukkan kepala. *** Tahun demi tahun pun berganti, santri-santriku kini telah tumbuh dewasa dan semakin memberi arti. Kita kembali berkumpul dan bercengkerama, saling tertawa mengingat-ingat kejadian masa kecil mereka. Sembari duduk menikmati air zam-zam dan ngemil kurma, kami bercengkrama di lobi Dar Al Tawhid Intercontinental. Lokasi hotel ini sangat dekat dari Masjidil Haramm, jika berjalan kaki kami hanya memerlukan waktu kurang dari 5 menit saja dari pelataran. Ka’bah pun sudah pasti akan terlihat dengan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 109

mudah. Alhamdulillah umroh usai kami tunaikan bersama- sama. Kaki Bukit Menoreh, Juli Al Khansa 110 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Biografi Penulis Juli Al-Khansa adalah nama pena dari Sri Juliyati, S.Pd. Seorang ibu dengan sepasang buah hati ini bekerja di sebuah BMT di Nanggulan, Kulon Progo dan menggeluti les privat sejak SMA. Wanita lulusan Pendidikan Bahasa Jerman ini mulai menulis sejak SD. Karyanya dimuat pada mading serta buletin sastra dan dakwah. Saat ini karyanya berupa buku-buku antalogi berkisah tentang misteri dan cinta. Pengalamannya dengan hal-hal yang tidak kasat mata membuatnya semakin matang dalam menjalani kehidupan. Sehingga bisa menjadi sumber inspirasi untuknya dalam berkarya. Selanjutnya selamat menikmati cerpen yang telah ia alami dan lalui. Semoga bermanfaat dan selalu menghibur. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 111

Bagian Sembilan Perjalanan Sang Guru Sasriviana Wahyu Swariningtyas Pengalaman mengajar di sekolah pertama inilah, yang memberikan saya suatu pemahaman. Bahwa memang benar guru itu sebagai cahaya, sebagai widya. Menjadi petunjuk ketika mereka tersesat tidak tahu mana yang baik dilakukan dan tidak baik untuk dilakukan. Menjadi penerang ketika mereka gelap akan pengetahuan. Guru tidak hanya mentransfer ilmu akademik. Tetapi seorang guru akan mendidik, membimbing, dan tidak ragu untuk menasehati anak didiknya. Selalu terselip doa untuk anak didiknya di setiap sujud sholatnya. Tanpa lelah, dan tanpa harap imbalan. 112 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Guru menurut bahasa sanksekerta berasal dari dua suku kata, yaitu Gu yang artinya darkness dan Ru yang artinya light. Sesuatu yang menarik ketika kegelapan berdampingan dengan cahaya. Berarti guru adalah seseorang yang membimbing menuju cahaya benderang tersebab pengetahuan yang diberikan. Menjadi guru adalah salah satu cita-cita saya sejak SMA dan mulai memutuskan akan melanjutkan kuliah kemana. Cita-cita ini lalu diwujudkan dengan mendaftar di jurusan Pendidikan Biologi di salah satu PTN keguruan terbaik di negeri ini. Perguruan tinggi yang terletak di kota pelajar. Sebuah kota yang sudah lama saya impikan untuk menjadi tempat merantau dalam menuntut ilmu. Tapi, ternyata Allah berkehendak lain. Belum rezeki saya untuk berkuliah di PTN tersebut. Sempat patah semangat karena saya sangat ingin berkuliah di Yogyakarta dan harus di perguruan tinggi negeri. Alasannya berkuliah di perguruan tinggi negeri saat itu tidak semahal ketika harus kuliah di swasta. Akhirnya saya berbalik arah mengambil jurusan Biologi di kampus biru. Alhamdulillah Allah mempermudah jalan untuk mengenyam pendidikan di kota gudeg, di salah satu kampus terbaik Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 113

di Indonesia. Berbagi ilmu, mengajarkan sesuatu adalah salah satu hal yang membuat saya berbinar-binar ketika melakukannya. Itulah passion. Maka, selama empat tahun proses belajar di bangku kuliah, saya tidak sia-siakan kesempatan untuk berbagai ilmu. Entah menjadi asisten praktikum di beberapa mata kuliah, memanfaatkan waktu sekaligus mencari tambahan uang jajan dengan menjadi guru privat, atau menerima tawaran menjadi relawan untuk mengajar anak-anak jalanan. Pengalaman mengajar dimulai dengan menjadi guru privat freelance di sebuah lembaga bimbingan belajar. Saat itu saya masih kuliah semester empat. Sebetulnya sedang padat-padatnya jadwal kuliah dan praktikum. Tetapi, saat itu ketika melihat pengumuman lowongan pekerjaan untuk menjadi guru, ada hasrat tersendiri yang sulit dibendung. Tujuan utamanya bukan karena gaji. Dapat dibilang untuk memenuhi kepuasan hati. Menjadi guru di bimbingan belajar itu tuntutan terbesarnya adalah anak didik yang dibimbing harus ada perubahan yang signifikan pada nilai akademiknya. Harus selalu belajar dan berlatih soal-soal baru. Harus siap dikomplain bahkan tidak diminta mengajar kembali kalau performa mengajarnya buruk. Jadi guru bimbel seringnya mendengar keluh kesah siswa terhadap guru yang mengajarnya di sekolah. Ada yang bercerita kalau gurunya tidak pernah masuk hanya memberikan tugas saja. Ada juga yang guru di sekolahnya hanya menulis di papan tulis tanpa menjelaskan atau berinteraksi dengan siswanya, dan cerita- cerita lain. Setidaknya dari cerita-cerita mereka bisa 114 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

dijadikan sebagai bahan renungan atau instropeksi diri sendiri. Bahwa yang dibutuhkan oleh siswa di sekolah adalah terjalinnya interaksi hangat dan nyaman dengan gurunya. Kesimpulan itu lalu seperti tekad di dalam hati jika suatu saat nanti memang saya ditakdirkan menjadi guru, saya berjanji akan menjadi guru seperti itu. Ketika semester tujuh di bangku kuliah, di tengah hiruk pikuknya menyelesaikan penelitian skripsi, saya mengambil sebuah keputusan yang sebenarnya beresiko. Tetapi, lagi-lagi kecintaan terhadap pendidikan membuat diri ini terpanggil untuk melamar sebuah lowongan guru di sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Sebuah sekolah yang membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Sekolah yang terletak di kaki gunung Merapi. Dihimpit oleh hamparan sawah. Bunyi burung dan jangkrik masih akrab di telinga. Terbayang asiknya mengajar di lingkungan yang begitu dekat dengan alam seperti ini. Guru yang dibutuhkan saat itu adalah pendamping guru kelas. Tapi, ternyata pihak sekolah belum mengizinkan saya untuk mengajar di sana karena saya belum lulus kuliah dan masih ada tanggungan untuk menyelesaikan skripsi. Penolakan dari sekolah sebenarnya membuat kecewa. Karena saya benar-benar ingin mengajar di sana. Tetapi, mungkin ini adalah cara Allah untuk megingatkan kembali prioritas saya adalah menyelesaikan kuliah. Enam bulan setelah penolakan itu, tidak disangka ternyata pihak sekolah tersebut menghubungi kembali. Saat itu penelitian sudah selesai dan tinggal menyelesaikan laporan skripsi. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 115

Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan untuk mencoba mengajar. Magang istilahnya, untuk melihat apakah kinerja saya sebagai guru baik atau tidak. Hari-hari semenjak mengajar anak-anak di SD menjadi semakin berwarna. Saya menjadi pendamping di kelas yang seluruhnya laki-laki. Dapat dibayangkan bagaimana serunya mengajar 33 anak laki-laki berusia delapan sampai sepuluh tahun dalam satu kelas. Satu minggu pertama suara habis, tenggorokan sakit. Diberi waktu untuk satu jam mengajar 30 menit. Mengkondisikan anak-anak untuk tetap tenang membutuhkan waktu setengah jam. Membimbing materi dua menit saja bisa duduk manis diam terkondisikan, selebihnya ada saja ulah anak-anak itu. Belum lagi ketika menjelang istirahat sholat Dzuhur, mulai dari mendampingi makan siang, wudhu, lalu sholat berjamaah di kelas. Itu adalah waktu yang menyita perhatian. Awal-awal mengajar rasanya ingin mengundurkan diri saja. Merasa lelah hati dan fisik mengajar anak-anak. Tetapi menyerah adalah bukan “saya banget”. Sebenarnya, saya dan anak murid-murid sedang belajar. Kami sama-sama sedang beradaptasi. Akhirnya saya menjadi banyak belajar dan muncul ide-ide kreatif. Untuk mengendalikan anak-anak dan memahamkan anak-anak terhadap suatu aturan, saya pernah membuat kartu kuning dan kartu merah. Karena mereka semua laki-laki dan kebanyakan suka permainan bola, saya pikir cara ini mungkin berhasil. Anak-anak akan diberikan kartu kuning jika melakukan pelanggaran ringan dan kartu merah jika melakukan pelanggaran berat. Apa saja 116 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

yang termasuk pelanggaran ringan dan pelanggaran berat? Nah, bentuk pelanggaran dan konsekuensinya kami diskusikan bersama. Hal ini sekaligus mengajarkan kepada anak-anak untuk menjalankan apa yang sudah disepakati bersama. Kita tulis peraturannya dan ditempel di kelas agar semua bisa melihat dan ingat. Ternyata benar, hal ini cukup efektif. Saya jadi tidak perlu berteriak untuk mengingatkan mereka. Banyak kejadian menarik selama mendampingi anak- anak di sekolah. Setiap kejadian menjadi pengalaman berharga. Secara tidak langsung menjadikan pribadi menjadi lebih dewasa. Pernah ada suatu kejadian box makan seorang anak hilang, dia sudah nangis karena lapar sekali katanya. Dicari-cari tidak ketemu. Ternyata box makannya disembunyikan salah seorang anak di kelas lain. Di sini juga saya pertama kali menghadapi kasus perundungan. Anak yang dibully ini seorang anak bertubuh subur, geraknya memang agak lambat, dan sangat pendiam. Seorang teman sekelasnya yang memiliki sifat superior, aktif, dan berani akhirnya merasa senang menggoda karena pasti akan berujung menangis. Jika dinasehati dia justru senang karena menjadi diperhatikan. Orang tua yang menjadi korban bully merasa tidak terima karena anaknya menjadi sering menangis dan pernah tidak mau pergi ke sekolah. Walaupun peran saya bukan sebagai wali kelas, tapi saya bersyukur diajak untuk menyelesaikan permasalahan ini. Saya jadi belajar hal baru bagaimana melakukan pendekatan kepada anak. Memberikan pemahaman tentang baik dan buruk. Itu semua membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 117

Oh ya, walaupun mengajar anak-anak usia SD itu membutuhkan tenaga ekstra karena mereka memang sedang masa-masanya eksplorasi dan ingin banyak tahu, tapi banyak pula kenangan mengesankan selama mengajar mereka. Anak-anak itu cintanya tulus. Kalau mereka sudah sayang dengan gurunya, mereka sayang sekali. Pernah suatu ketika, saya sedang mendampingi anak kelas lima untuk camping. Tiba-tiba seorang siswi mendekat dan berkata. “Ustdzah, semoga Ustadzah selalu disayang Allah. Allah berikan Ustdzah suami yang baik.” Ya Allah, hati mana yang tidak meleleh mendengar doa tulus dari seorang anak didiknya. Barangkali saat ini ketika saya sudah memiliki suami yang sangat baik tersebab doa dari anak didik ini. Pernah juga seorang anak didik laki- laki yang duduk di kelas tiga, memberika secarik kertas ada tulisannya. “Semoga Ustdzah masuk surga karena sudah sabar mengajariku.” Masya Allah, wahai guru pekerjaanmu bukan sembarang pekerjaan. Namun, jika kita sebagai guru bersungguh-sungguh dan ikhlas mendidik dan membimbing anak didik kita, bukan kekayaan dunia memang yang dijanjikan tapi insya Allah sebuah surga menanti kita. Pengalaman mengajar di sekolah pertama inilah, yang memberikan saya suatu pemahaman. Bahwa memang benar guru itu sebagai cahaya, sebagai widya. Menjadi petunjuk ketika mereka tersesat tidak tahu mana yang baik dilakukan 118 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

dan tidak baik untuk dilakukan. Menjadi penerang ketika mereka gelap akan pengetahuan. Guru tidak hanya mentransfer ilmu akademik. Tetapi seorang guru akan mendidik, membimbing, dan tidak ragu untuk menasehati anak didiknya. Selalu terselip doa untuk anak didiknya di setiap sujud sholatnya. Tanpa lelah, dan tanpa harap imbalan. Dua tahun saya mengajar di SD tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota tempat orang tua tinggal. Setelah pulang ke rumah orang tua, saya kembali mencoba untuk mengajar kembali. Tidak lama dari kepulangan, sebuah Sekolah Menengah Peratama Islam Terpadu membuka lowongan untuk guru IPA. Saya mengikuti seluruh rangkaian tes untuk menjadi guru di sana. Alhamdulillah, Allah masih memberikan saya jalan untuk kembali membagikan ilmuku. Kalau sebelumnya menjadi guru untuk anak-anak SD, dimana mereka itu walaupun terkadang tingkahnya bikin kesal tetapi masih ada lucu-lucunya. Sekarang dihadapkan pada anak-anak remaja yang sebagian besar masih labil emosinya. Merasa sudah dewasa, sehingga tidak perlu dibimbing, tidak suka dinasehati, dan penasaran terhadap hal-hal baru. Kebanyakan dari mereka juga masih belum paham akan tanggung jawab. Menurut mereka SMP itu masa-masa untuk menikmati hidup. Belum ada tuntutan untuk mempersiapkan kuliah dan hal-hal berbau masa depan lainnya. Permasalahan anak-anak remaja ini pun lebih kompleks. Mulai dari merokok, kecanduan game online, Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 119

menonton video porno, gangguan belajar, bolos sekolah, dan hal-hal lain yang dekat dengan masalah remaja. Mengahadapi remaja juga harus memiliki seninya sendiri. Peraturan dan konsekuensi pelanggaran yang dibuat sekolah sebenarnya bertujuan baik, tetapi diartikan oleh mereka sebagai bentuk pengekangan. Apalagi jika dinasehati terus menerus mereka tidak akan mendengarkan. Berinteraksi dengan anak-anak SMP ini seperti memainkan permainan layangan. Harus tahu kapan ditarik dan kapan diulur. Menjadi guru di sekolah swasta tentu berbeda dengan guru di sekolah negeri. Guru di sekolah swasta memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan prima. Terkadang harus siap pula jika ada anak didik yang mengadu kepada orang tuanya apabila ada guru yang dianggap oleh siswa tersebut tidak pandai dalam mengajar. Maka, guru juga kadangkali dihadapkan oleh orang tua dan siswa yang kurang santun dalam menyampaikan kritik dan masukannya. Pernah ada suatu kejadian, seorang siswa mengkritik seorang guru dengan cara sangat tidak santun. Membuat sakit hati seorang guru. Padahal jika seorang murid paham bahwa setiap guru telah berusaha sebaik mungkin menyiapkan proses pembelajaran. Bahkan tidak jarang juga pekerjaan yang belum selesai di sekolah dibawanya pulang. Sedangkan di rumah pun harus tetap berperan menjadi istri dan ibu. Namun, rasa sakit yang hinggap di hati seorang guru tidak lantas menjadi umpatan kepada muridnya. Justru, dibalas dengan ribuan doa baik untuk muridnya. Berharap jika tidak sekarang, suatu hari nanti doa ini menjad senjata untuk muridnya menemukan hidayah. 120 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Pada tahun 2018 saya mencoba untuk mendaftar CPNS formasi guru IPA MTs di Kementerian Agama Provinsi Banten. Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan untuk diri ini agar dapat mengabdi pada negara di bidang pendidikan. Sebuah cita-cita yang Allah kabulkan sepuluh tahun kemudian. Saat diterima menjadi guru campur aduk rasanya. Hal ini karena saya ditempatkan di MTs yang berjarak 86 kilometer dari tempat tinggalku. Menjadi guru di MTs inilah yang sangat berkesan. Karena tidak memungkinkan untuk meninggalkan anak dan suami untuk kos dekat sekolah, maka saya putuskan untuk pulang pergi. Setiap hari sebelum ayam berkokok, setiap jam tiga pagi saya sudah bangun. Membereskan rumah dan memasak untuk sarapan anak dan suami. Sebelum subuh harus sudah berangkat mengejar bis yang berangkatnya paling pagi. Membutuhkan waktu dua jam untuk sampai ke sekolah. Lari-larian mengejar bis, lalu ngebut naik motor agar tidak terlambat ke sekolah itu sudah menjadi santapan sehari-hari. Orang-orang yang mendengar cerita bagaimana saya menempuh perjalanan ke sekolah, pasti terheran-heran bagaimana saya bisa melalui itu semua. Syukur, itu jawabannya. Selelah apapun saya selalu berusaha untuk tidak mengeluh. Nikmat yang telah Allah berikan jauh lebih banyak. Buktinya, Alhamdulillah saya tidak pernah jatuh sakit. Kasih sayang Allah sangat besar. Menjadi guru di MTs tempat saya mengajar saat ini memberikan tantangan sendiri. Lokasinya yang dekat dengan pesisir dengan kondisi perekonomian menengah ke bawah Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 121

ternyata membawa dampak bagi motivasi belajar mereka. Semangat untuk belajar mereka masih sangat rendah. Butuh usaha keras untuk menumbuhkan kecintaan mereka terhadap ilmu. Inilah salah satu alasan saya tetap semangat ketika datang ke sekolah walaupun telah mempuh puluhan kilometer. Karena ada anak-anak yang perlu dimotivasi, dibimbimbing oleh guru yang yang bersemangat menyalakan lentera ilmu. Semoga saya menjadi salah satu lentera itu. Di sekolah ini pula saya menjadi mengetahui bahwa kesenjangan pendidikan masih menganga jelas. Ketika sebelumnya saya menjadi guru di sekolah swasta dengan fasilitas yang serba ada. Dengan media pembelajaran yang mendukung, teknologi yang sudah termanfaatkan dengan baik. Maka, di sekolah ini saya harus lebih kreatif. Memanfaatkan segala sesuatu sebagai media belajar karena keterbatasan fasilitas. Perjalanan sebagai guru tidak hanya pengalaman tentang kompetensi mengajar atau lembar-lembar rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Tapi, jauh lebih besar dari itu. Perjalanan guru tidak akan pernah dapat terhenti. Sebuah cita-cita yang terus hidup dan tumbuh dengan subur. Impian untuk melihat anak didiknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas akhlak dan akalnya. Menyaksikan anak didiknya menjadi bagian yang membawa perubahan bagi bangsa. 122 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Biodata Penulis Perempuan berdarah jawa ini memiliki nama lengkap Sastriviana Wahyu Swariningtyas. Ibu dari seorang putra ini lahir di Surabaya pada tanggal 16 Maret 1990. Menempuh pendidikan di SMPN 1 Cilegon, SMAN 1 Serang, dan melanjutkan di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Kecintannya pada dunia pendidikan mengantarkannya menjadi seorang guru hingga saat ini. Perempuan yang akrab dipanggil Bu Guru Sastri ini sekarang menjadi tenaga pendidik di MTs Negeri 6 Tangerang sebagai guru IPA. Tempat tinggalnya di Serang yang berjarak puluhan kilometer dengan tempatnya mengajar tidak menyurutkan semangat untuk terus mendidik anak muridnya. Memiliki motto: “Jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah.” Bercita-cita memiliki karya yang bermanfaat untuk orang lain. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 123

Bagian Sepuluh Suka Dukaku Jadi Guru Rr. Syarifah Hani’ah Nah, sebagai guru, saya merasa beruntung karena akan selalu diingat oleh muridnya. Guru mungkin saja melupakan muridnya tapi seorang murid tidak akan melupakan gurunya. Kalian juga pasti masih ingat sama guru- guru kalian kan? Kisah saat tiba-tiba diinbok di Facebook, diadd jadi teman dan disapa jika dia adalah muridnya dahulu. Sambil bercerita kisahnya dahulu, akan membuat bahagia karena masih dikenang oleh murid. Itu adalah kisah manisnya jadi guru, namun adapula yang mengharuskan kita banyak istighfar. Karena tiap anak memiliki keunikannya masing-masing dan karakter yang berbeda satu sama lain di dalam kelas. Sehingga seorang guru harus memiliki mental dan jiwa yang kuat untuk menghadapi kelakuan setiap muridnya. Siap stres dan harus tetap setia dengan pekerjaannya. Selain itu, guru harus memiliki topeng yang banyak, misalkan saja ketika guru ada masalah pribadi, guru harus tetap terlihat tegar di hadapan para murid, guru harus terlihat semangat dan ceria. 124 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Kali ini, ijinkan saya bertanya, siapa sih yang tidak mengenal kata GURU? Iyess, tentu semua tahu ya, kalau itu adalah suatu pekerjaan yang bisa mencerdaskan anak bangsa, guru berasal dari dua kata, yaitu digugu dan ditiru. Digugu artinya dipatuhi, sedangkan ditiru artinya diteladani. Membuat ungkapan \"Pahlawan Tanpa Tanda Jasa\" menjadi begitu melekat dengan profesi guru. Bukan tanpa alasan kalau profesi guru mendapat sebutan itu, sudah banyak cerita, kisah, peristiwa, dibalik penyebutan istilah guru. Banyak cerita sedih yang akhirnya bisa mengantar pada kesuksesan yang diidam-idamkan dalam karir, menjadi PNS misalnya. Tapi tidak sedikit pula cerita sedih perjuangan guru yang setelah sekian puluh tahun tetap saja masih berstatus honorer. Walaupun sudah 23 tahun berlalu tapi saya masih ingat kisah awal jadi guru honor dan akan saya tuliskan dalam kisah ini. Siapa tahu jadi sejarah nanti di masa tua saya dan menjadi cerita ke anak cucu dan teman-teman lain yang membacanya. Jadi guru honor memang banyak suka dukanya namun kita tentu harus tetap optimis melanju menjalani kehidupan. Awal cerita, saya lulus Aliyah Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 125

tahun 1997, menikah dengan suami yang sudah dijodohkan dari kelas 1 Aliyah, punya anak. Di bulan Agustus akhir tahun 1998, saya didatangi dan diminta oleh Komite MI 02 Mulyasari yang pendirinya masih saudara dengan ibuku. Di desaku ada 2 MI, kedua pendirinya kebetulan masih saudara semua. Singkat cerita saya terima, meski gajiku waktu itu dibilang minim, karena hanya Rp 50.000,-. Dua tahun kemudian teman-temanku banyak yang daftar kuliah D2 PGMI, saya mengalir saja, ikut juga, jadilah kuliah di STAIN Purwokerto (kini UIN Purwokerto). Lulus tahun 2002, lanjut ke IAIIG ambil S1 PAI, lulus bulan April tahun 2005. Alhamdulillah Januari tahun 2005, saya diterima saat ikut test CPNS, golongan IIb karena memakai ijasah D2. Terlihat lurus-lurus saja ya ceritaku, namun sesungguhnya pada masa itu adalah masa dimana saya merasa sedang berada di kawah candradimuka. Sedang digodok dan diajari tentang bagaimana hidup berumah tangga, bermasyarakat sekaligus diajari tentang pengendalian emosi. Pengendalian emosi betul-betul terasah, belajar banyak tentang beragam karakter manusia dan tips bagaimana cara menghadapinya. Baiklah ya, dilanjutkan dengan mode slow agar tidak terlalu singkat. Menjadi guru memang berat dan penuh tantangan, tapi asyik juga menjadi guru karena sama dengan membantu anak untuk mencapai cita-cita mereka dan sebagai guru juga ikut serta dalam mencerdaskan anak bangsa. Guru harus sayang terhadap muridnya, dan bagi kamu yang memiliki pasangan seorang guru, kalian harus bangga karena mereka saja menyayangi murid-murid mereka, apalagi kamu sebagai pasangannya? 126 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Kemampuan bicara dalam hal public speakingku terasah karena semasa aliyah, saya aktif di banyak organisasi. Pernah menjadi sekretaris OSIS, ketua/pradani pramuka, ketua saka bhayangkara, sie kreasi seni di Fatayat tingkat Kecamatan Majenang. Sebelum di Fatayat, di IPPNU juga aktif. Semua pengalaman tersebut sangat membantuku saat menghadapi anak-anak di kelas. Banyak hal lucu yang saya alami terjadi di kelas, bahkan banyak pula muridku yang bergelayut manja menganggapku ibu bagi mereka. Bahkan jika ingin cepat menjadi idola, saya sarankan jadi guru saja. Kebanyakan muridku menganggapku idola yang sangat mudah membuat mereka mau menuruti semua perkataanku. Saya rasa hal ini akan dialami oleh semua guru, baik itu guru RA, MI, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Terlebih anak-anak playgroup hingga MI. Selama menjadi guru, sudah mengajar di semua jenjang kelas dari kelas 1-6. Rekor terlama adalah menjadi guru kelas 6 selama 7 tahun. Smua jenjang kelas ada tantangannya masing-masing, yang berat menurutku saat mengajar kelas 6 dan 1. Karena untuk kelas 6 itu, mengajarnya harus extra hati-hati, memastikan semua murid paham dan menguasai semua materi. Bahkan materi kelas bawah yang notabene bukan kita yang ngajar, namun karena untuk persiapan ujian, maka kita harus ulas kembali. Saat mengajar kelas 1, adalah saat kita menanamkan kemampuan baca tulis, jadi kita mengajari dari dasar. Dari anak belum bisa baca, sampai anak lancar membaca, itu perjuangan yang nikmat sekali bagiku. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 127

Namun saat akhir tahun/akan kenaikan kelas, ketika mengingat bagaimana imutnya mereka saat masuk di awal tahun dan kemajuan yang dicapai di akhir tahun (flashback before afternya mereka) seperti ada kepuasan tersendiri. Karena seperti membukakan jendela dunia bagi anak tersebut, menjadi dasar kepintarannya. Sering kali melihat hal lucu seperti murid yang memberikan hadiah kepada guru, memberikan perhatian kepada guru dengan hal-hal yang lucu. Saat mengoreksi hasil ulangan, adalah saat yang kadang membuat kita tertawa sendiri dengan keluguan dan cara anak memahami soal yang berbeda dari yang seharusnya dan lain sebagainya. Dari berbagai hal lucu tersebut, tahukah kamu? Bahwa hal itu secara tidak sadar, terutama guru RA, MI itu keliatannya seperti waktu kalian RA dan MI dulu? Yups, mereka seperti tidak berubah gitu…nah, itu menjadi salah salah satu hal positif buat guru, yang akan selalu keliatan muda. Sebagai guru, terutama di era saat ini kreatifitas sangat dijunjung tinggi, karena siswa saat ini sudah beda dengan jaman dulu yang cukup dengan penjelasan di papan tulis saja. Sekarang dengan adanya teknologi yang semakin maju maka guru pun harus kreatif mengolah pembelajarannya baik dengan e-learning ataupun dengan games supaya siswa senang, dan happy tapi pelajaran tetap mereka terima. Ilmu pengetahuan saat ini semakin maju dan sebagai guru juga harus terus belajar dan hal itu akan mengasah otak guru untuk tetap pintar dan cerdas. Tidak menyangka kan kini guru banyak yang berusaha bisa membuat video, dan 128 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

menjadi YouTuber untuk bisa menyapa siswa-siswinya dengan tampilan yang tidak membosankan. Nah, sebagai guru, saya merasa beruntung karena akan selalu diingat oleh muridnya. Guru mungkin saja melupakan muridnya tapi seorang murid tidak akan melupakan gurunya. Kalian juga pasti masih ingat sama guru- guru kalian kan? Kisah saat tiba-tiba diinbok di Facebook, diadd jadi teman dan disapa jika dia adalah muridnya dahulu. Sambil bercerita kisahnya dahulu, akan membuat bahagia karena masih dikenang oleh murid. Itu adalah kisah manisnya jadi guru, namun adapula yang mengharuskan kita banyak istighfar. Karena tiap anak memiliki keunikannya masing-masing dan karakter yang berbeda satu sama lain di dalam kelas. Sehingga seorang guru harus memiliki mental dan jiwa yang kuat untuk menghadapi kelakuan setiap muridnya. Siap stres dan harus tetap setia dengan pekerjaannya. Selain itu, guru harus memiliki topeng yang banyak, misalkan saja ketika guru ada masalah pribadi, guru harus tetap terlihat tegar di hadapan para murid, guru harus terlihat semangat dan ceria. Menjadi guru tidak hanya mengajar di dalam kelas, namun guru juga harus menyelesaikan administrasinya seperti membuat RPP, Prota, Promes dan lain sebagainya, belum lagi guru harus membuat soal ulangan dan mengkoreksinya. Pekerjaan tersebut bisa saja sampai dibawa pulang. Kenanganku tentang anak didik banyak, ada anak yang masih belum lancar menulis dan membaca. Ada pula Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 129

kisah yang setiap berangkat sekolah di depan gerbang penuh drama mogok sekolah. Ada pula kisah yang sedang kegiatan KBM berlangsung tiba-tiba ada bau-bau khas yang mengharuskan KBM terhenti. Ada pula kisah yang tiba-tiba tidur lelap karena sakit, muntah dan ingin diantar pulang ke rumah. Ada pula kisah yang setiap KBM saya selalu menjadi satu-satunya orang yang ada dipandangannya, namun dia lebih memilih menjadi pengawas ibunya lewat jendela. Bahkan ada yang minta ditemani oleh ibunya di dalam ruang kelas. Atau kisah yang tiba-tiba heboh karena berkelahi karena berebut pensil, atau yang bukunya dicoret oleh teman sebangkunya hingga ia menangis keras. Atau kisah saat kita menjadi tempat curhat para orang tua tentang PR atau materi yang telah di sampaikan namun ia tidak tuntas menulis. Namun, menjadi guru di kelas yang menurut saya kelas terspecial ini merupakan tanggung jawab besar bagi saya. Sebelum masuk kelas harus mempersiapkan diri baik dari segi materi, mental dan stok kesabaran yang harus selalu tersedia. Tidak terasa saat tahun terlewati. Tanpa sadar, semua materi yang telah saya berikan kepada anak-anak telah habis dan semua materi akan diujikan. Di situlah saya berserah diri kepada Allah dan harus menyiapkan nilai terbaik untuk mereka semua. Ada kisah saat saya mengajar di salah satu SD N di kota Majenang. SD itu muridnya hanya sedikit, dan mungkin masuk ke kategori SD untuk kalangan kaum papa. Murid- murid laki-laki super aktif. Sayangnya, aktif di sini dalam 130 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

pengertian kurang baik. Seperti mereka selalu keluyuran saat jam pelajaran untuk bermain bola, bolos dan kabur dari kelas untuk bermain PS. Bahkan paling parahnya saat salah seorang dari murid lelaki yang selalu menjawab, saat saya tegur kelakuannya menjahili anak perempuan. Benar-benar tidak ada rasa hormat sama sekali terhadap guru. Belum lagi pemikiran mereka akan gampangnya pemberian nilai walaupun kelakuan minus tetap mereka lakukan. Bahkan saat saya mengancam akan memberikan nilai jelek maka dengan entengnya mereka berkata. \"Nanti juga bakalan diubah menjadi bagus sama kepala sekolah...\" “Subhanallah.” Banyak tantangan dan kesulitan saat saya menghadapi mereka. Sampai suatu kali saya menangis di kantor saking kewalahannya. Pernah suatu saat juga setelah istirahat, anak didik saya yang laki-laki menghilang semua, setelah saya telusuri, ternyata mereka tetap asyik bermain sepak bola di belakang sekolah padahal bel masuk pelajaran telah 20 menit berlalu. Itu baru sedikit sekali dari kelakuan 'ajaib' mereka. Kalau diingat sekarang, kadang saya jadi geli sendiri. Masih teringat saat saya sambil memegangi rok supaya tidak terkena tanah lumpur harus ngomel-ngomel menyuruh mereka supaya masuk kelas. Hal asyik lainnya yang bisa kita dapatkan ialah mendapatkan libur yang panjang. Murid libur, guru juga ikut Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 131

libur. Hal ini berbeda dengan seseorang yang bekerja di perusahaan/instansi lainnya yang hanya dapat libur di hari Sabtu dan Minggu atau pada saat tanggal merah saja. Betapa asyiknya menjadi guru yang mempunyai masa libur yang panjang. Kesempatan seperti dapat kita lakukan untuk beristirahat dan juga mencari inspirasi untuk melakukan sesuatu yang baru saat kita mengajar nanti. Meski kenyataan di beberapa tahun ini, waktu murid libur, guru tetap masuk untuk persiapan awal semester. Berprofesi sebagai guru, saya dituntut untuk menjadi seorang pribadi yang kreatif. Kreativitas membantu guru agar bisa menyajikan suatu materi yang tidak monoton tetapi menyajikan suatu materi yang menarik. Misalnya membuat kerajinan tangan, menggambar, bernyanyi, menari, dan membuat lembar kerja menjadi menarik untuk murid. Hal menyenangkan lainnya adalah guru mempunyai jam kerja yang fleksibel. Sekolah biasanya mulai pada pukul 07.00 WIB dan selesai pada pukul 14.30 WIB, jika tidak ada tambahan lainnya. Nah, pengalaman terakhir yang akan saya ceritakan dan yang paling tidak terlupakan adalah saat saya mengajar pelajaran agama di SD N Mulyasari 05. Semula saya pikir masih tidak terlalu sulit, tapi ternyata berat juga dalam penyampaian materi terutama dalam penyampaian halal dan haram. Murid pun kritis dan membuat saya kewalahan berusaha untuk sehati-hati mungkin menyampaikan supaya jangan sampai menimbulkan salah paham, karena ada murid 132 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

kristen yang tidak mau keluar saat pelajaran agama berlangsung. Yang paling bikin nyesek saat seorang murid perempuan datang kepada saya untuk curhat menanyakan mengapa nilainya bukan nilai yang sempurna. Ia datang dengan wajah yang sangat sedih, saat saya menanyakan alasannya mengapa dirinya sedih. Ia mengatakan ibunya memarahinya dan menyuruhnya harus mendapat nilai sempurna dalam pelajaran agama, bahkan mengancam akan memasukkan dia ke agama lain. Saya pun merasa bersalah, walaupun memang kemampuannya hanya mampu mendapat nilai 85, tapi tuntutan sempurnanya itu membuat saya jadi serba salah. Karena nyatanya, pelajaran agama tidak segampang hanya menghafal surat pendek misalnya, pelajaran agama juga mencakup keseluruhan aspek, baik itu budaya, sejarah, maupun aspek lain yang tidak gampang dipelajari. Jangankan anak kecil, orang dewasa pun masih banyak yang berbeda pemahaman dan pandangan terhadap agamanya sendiri. Menjadi seorang guru bukanlah perkara yang cukup mudah. Dimana setiap hari kita harus memberi contoh, memberi motivasi kepada peserta didik, dituntut untuk sabar, ikhlas, dan lain sebagainya. Jika seorang guru sedikit saja melakukan kesalahan dan itu ditiru oleh peserta didiknya maka hal itu dapat menjadi masalah dan akan berdampak kepada peserta didiknya. Menjadi seorang guru adalah sebuah keputusan yang hebat karena tidak semua orang mau berprofesi sebagai guru. Banyak cerita susah dan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 133

senang menjadi seorang guru. Walaupun saya baru mempunyai 23 tahun pengalaman menjadi guru namun saya banyak mendengar cerita dari seorang guru. Menjadi guru, kita dapat mengetahui banyak karakter murid yang berbeda. Mulai dari murid yang rajin, nakal, konyol dan lain sebagainya bisa kita temui. Walaupun tingkah mereka membuat kita kesal dan lelah, tapi aslinya mereka itu lucu. Di sinilah kita dapat belajar melatih kesabaran dan keikhlasan kita. Namun menjadi seorang guru tidak semua menyenangkan. Duka seorang guru jika misal peserta didiknya mendapat kasus yang cukup besar, tersangkut masalah moral di masyarkat, tidak naik kelas atau tidak lulus, dan lain sebagainya. Maka guru akan merasa sedih dan merasa tidak maksimal dalam mendidik peserta didiknya. Bisa dibayangkan lagi jika menjadi guru honorer yang gajinya bisa dibilang tidak tinggi jika dibandingkan dengan profesi yang lain. Namun, perlu diingat bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan rezeki bisa datang kapan saja. Jika dilihat, banyak sekali berkah menjadi seorang guru, meski gaji mereka tidak besar tapi hidupnya sudah berkecukupan. Selain itu, dengan menjadi guru kita bisa menabung pahala untuk di akhirat kelak. Dari pengalaman-pengalaman itulah, saya berkesimpulan bahwa setiap pekerjaan dan profesi apapun itu tetap mempunyai tantangan masing-masing, pun tetap mempunyai tingkat kesulitan masing-masing. Saling respect 134 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

satu sama lain akan membawa sikap saling menghargai, apapun profesi kita. Semoga guru akan selalu jadi pahlawan tanpa tanda jasa. Juga melawan stigma negatif peran guru akhir-akhir ini yang mewarnai fenomena tidak diinginkan di kalangan generasi kita. Semoga sekolah akan tetap aman, nyaman, berkualitas, dan mengajarkan budi pekerti yang menjadi bekal moral anak didik. Salam hormat saya untuk semua bunda yag menyandang status wali murid di era pandemi ini status wali murid merangkap menjadi guru. Bukankah pejuang pendidikan itu tidak selamanya harus guru, bahkan seorang ibu rumah tangga pun bisa menjadi pejuang pendidikan. Selama mereka mengajarkan pendidikan budi pekerti dan akhlak yang baik kepada anaknya, karena sesungguhnya pendidikan pertama dan utama berasal dari keluarga. Tetap semangat untuk guru di jagat raya ini, berproses dan berkreasilah menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada, agar dapat menyajikan pembelajaran yang penuh inovatif dan kreatif. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 135

Biografi Penulis Rr. Syarifah Hani’ah, S.Pd.I. lahir di kota Majenang, 12 September 1979. Abahnya R.H. Ali bin Abdurrahman Alatas Pensiunan Kasubag TU Kawedanan Majenang. Ibunya, ibu Yuhanidz Ali, ibu rumah tangga. Anak ke- 5 dari 5 bersaudara. Pengalaman Pendidikan: SD Sindangsari 06 Lulus tahun 1991, SMP N 01 Majenang lulus tahun 1994, MAN Majenang lulus tahun 1997, STAIN Purwokerto lulus tahun 2002, IAIIG Cilacap lulus tahun 2005 UIN Sunan Ampel Surabaya PPG lulus tahun 2011. Pengalaman Mengajar : MI Ma’arif Mulyasari 02 tahun 1998, MI Ma’arif Mulyasari 01 tahun 2003, SD Mulysari 05 2004, MI Mulyasari 01 2005 sampai 2006, MI Ya BAKII Kesugihan 03 2006 sampai 2016, MI Ya BAKII Kuripan Kidul 2016 sampai sekarang. 136 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Bagian Sebelas Senyuman Sang Guru Warjiyah Aku harus meninggalkan sekolah yang lama dengan beribu kenangan dan perjuangan selama 12 tahunan pengabdianku. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu. Haru karena harus berpisah dengan anak-anak dan teman-teman keluarga besar SMA Muhammadiyah Mujur dan bahagia karena lulus seleksi menjadi CPNS. Aku akan selalu ingat pesan bapak kepala ketika acara pamitan, dimanapun berada harus bisa menempatkan diri menjadi orang yang bermanfaat. Tetap menjalin tali ukhuwah dan terus berjuang di dunia pendidikan mengamalkan ilmunya secara masimal. Bisa beradaptasi di tempat yang baru dan selalu bisa mengukir prestasi. Jauh di mata dekat di hati. Tanpa terasa butiran dingin menetes di pipiku, aku terharu. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 137

Guru, kata sebagian orang katanya “digugu lan ditiru”, digugu berati dipercaya, ditiru berati dicontoh. Jadi, seorang guru harus bisa dipercaya dan bisa menjadi contoh yang baik, menjadi panutan. Bukan hal yang mudah, Allahu Akbar! Guru.…sosok yang sangat familiar dalam kehidupan kita. Begitu banyak jasanya bagi kita sehingga bisa membuatku juga menyusul langkahnya sebagai guru. Awal perjalanan karirku sebagai guru dimulai sekitar tahun 1997 yang silam, ketika itu aku menjadi seorang guru honorer di perguruan Muhammadiyah, yaitu di SMA Muhammadiyah Mujur Kroya. Latar belakang pendidikanku memang bukan dari keguruan akan tetapi tidak menyurutkan langkahku untuk bisa bergelut di dunia pendidikan.Belajar dan belajar terus untuk bisa bersama anak-anak SMA seragam putih abu yang sangat hebat dan membuatku kadang tidak percaya diri. Jurusanku BPAI, Bimbingan Penyuluhan Agama Islam, sehingga aku mengampu mata pelajaran bimbingan konseling yang hanya 2 jam pelajaran di setiap minggunya. Aku mempunyai tugas tambahan di Tata Usaha untuk ikut berjuangdi persyarikatan. Perjuangan itu butuh pengorbanan dan butuh 138 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

proses yang panjang. Semua dilakukan dengan hati yang gembira dan terus belajar untuk bekal menghadapi anak- anak di kelas. “Assalamu’alaikum anak-anakku yang hebat dan cerdas, bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga selalu sehat dan semangat tetap istiqomah untuk belajar menuntut ilmu, sapaku.” Spontan mereka menjawab, “Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh bu guru, alhamdulillah sehat luar biasa” semangat mereka menanggapi salamku. Pelajaranpun dilanjutkan dengan saling sharing bertanya jawab seputar bimbingan konseling, bimbingan karir dan kiat-kiat yang harus dilakukan untuk menuju kepada pencapaian target belajar. Celoteh mereka, canda tawa mereka, kelucuan dan kenakalan mereka membuatku semakin tertantang untuk bisa membawa mereka mewujudkan cita-citanya. Hari berjalan terasa begitu cepat, waktu bersama anak-anakpun semakin berkurang. Setelah mereka lulus mereka akan berpisah untuk menjemput masa depan yang cerah. Berbagai bekal yang sudah mereka peroleh akan mereka terapkan di lapangan di kehidupan mereka. Semua itu butuh support butuh dukungan butuh motivasi yang akan memperkuat kepercayaan diri mereka. Jauh di mata tapi dekat di hati. Hari berganti hari, aku kayuh sepeda bututku untuk pergi ke sekolah mengabdikan diri. Sepeda menjadi andalan untuk bisa sampai ke sekolah. Semangat untuk sampai ke sekolah tepat waktu dan bisa menjemput dengan senyuman Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 139


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook