Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Published by Tasbihah, 2022-10-31 10:03:24

Description: Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Search

Read the Text Version

["Bagian Tiga Melati Yang Tak Pernah Mati Nur\u2019aini Aktifitas yang dilakukan pada masa pandemi ini memang melelahkan, dimana banyak orang tua yang tidak memiliki HP mewah untuk online, dan masih banyak orang tua yang belum bisa menggunakan Sosmed untuk bisa menerima tugas BDR. Oleh karena itu pada kunjungan guru dengan waktu yang sedikit ini, semoga dapat membantu dan bekerja sama dengan wali murid agar BDR dapat berjalan dengan baik. Semoga wali murid faham dengan keadaan yang sedemikian rupa serta prihatin terhadap perjuangan guru. 40 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Subuh sesaat lagi menjelang, rumput masih tertidur pulas dipelukan embun, dan embun juga masih malas beranjak dari rerumputan. Cericit pipit begitu riang dengan ocehannya di ranting dahan, matahari pun masih enggan beranjak dari peraduannya. Perlahan surya menggeliat di kaki langit sambil mengintip manis sembari manja mengenduskan kehangatannya, seakan isyaratkan manusia untuk beranjak dari pembaringannya. \u201cBu, bapak ke mesjid dulu ya, nanti ketinggalan sholat Subuhnya.\u201d Pamit sang suami dari balik pintu kamar. \u201cYa Pak, hati-hati Pak,\u201d jawab sang bunda sembari berpesan. Sangat luar biasa bagi keluarga yang bahagia itu, sebuah keluarga yang sangat menyayangi satu sama lain, figur seorang guru yang luar biasa budi pekertinya. Seorang pejuang pendidikan ini sudah sampai di sekolah lebih pagi untuk melaksaanakan tugas rutinnya. Guru yang tidak kenal lelah dan ulet bila dihadapkan dengan satu pekerjaan, yang selalu mendahulukan kepentingan anak didik demi kebaikan pendidikan. Bunda, begitu panggilan akrab Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 41","Ibu Pertiwi itu, dengan mengendarai motornya menuju rumah murid-muridnya, berpindah dari siswa satu kesiswa yang lain untuk membagikan tugas hingga semuanya mendapat materi pembelajaran. Ketika asyik mengendarai motor beatnya, tiba- tiba laju motor itu terasa berat. Wanita setengah baya itu menoleh kebelakang ban motornya, dan menghela nafas panjang, karena ternyata motor yang dikendaraainya bocor kena paku. \u201cDuh ya Allah ya Rabb. Bannya bocor\u201d gumam sang bunda berbadan gempal, sambil memijit ban motor yang kempis itu. Dengan peluh yang bercucuran di keningnya, wanita hebat itu terus mendorong motornya, hingga sampailah di depan rumah seorang murid yang berwajah oval imut. \u201cBundaaaaaa, panggil anak itu kegirangan melihat sosok guru yang telah dinanti sejak satu jam yang lalu. Sang bunda manis itu tersenyum, dan membalas girang sang murid. \u201cHai sayang, Assalamu\u2019alaikum anak bunda\u201d balasnya begitu manis. \u201cYa Allah, lempoh gustii\u201d gumamnya lagi dalam hati. Walaupun tenaga terkuras habis, tapi dia tidak pernah lemah untuk melaksanakan kewajibannya untuk menyambangi anak didiknya. 42 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Walaupun rasa lelah yang terasa amat tergambar jelas di matanya. Sambil menghela nafas panjang, wanita hampir renta itu berusaha menutupi rasa sakit di pinggangnya yang mau patah itu. \u201cMamaaaa. Bunda dah datang Maaa\u201d terdengar teriakan Rafa memberi tahukan ibunya bahwa pahlawan kebanggaannya sudah datang. Tidak lama kemudian keluarlah seorang ibu muda yang begitu teduh pandangannya. Sembari tersenyum ibu mudah itu mempersilahkan sang bunda masuk. Sang bundapun mengikuti langkah sang ibu muda masuk. \u201c Silakan duduk Bu\u201d ucap ibu mudah itu dengan lembut. Dengan tiba-tiba Rafa berkata kepada ibunya sambil mengambil kotak yang berisi tisu. \u201cMama, bunda banyak keringatnya ma, biar Rapa lap dulu ya bunda keringatnya.\u201d Ucap anak kecil itu dengan menyeka keringat yang mengalir tepat di pelipis gurunya. \u201cTerima kasih ya Sayang\u201d ucap sang bunda sembari merangkul tubuh kecil itu. \u201cTerima kasih Bu. Oh ya Bu, maafkan saya ya Bu, saya terlambat, karena ban motor saya bocor dijalan bu.\u201d Ulang sang guru kembali menjelaskan. \u201cMasya Allah Bu, maafin kami ya Bu, karena demi anak saya ibu jadi susah.\u201d Tukas ibu muda dengan penuh rasa bersalah. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 43","\u201cTidak apa-apa Bu, ini sudah jadi kewajiban saya.\u201d Balas sang bunda dengan polesan senyum menahan pinggangnya yang pegel. Bagaimana tidak pegel dan sakit? Tidak mendorong motor saja sang bunda hampir setiap hari sudah merasakan sakit di pinggang, karena memang penyakit yang selama ini di derita bunda adalah di pinggang. Wanita yang berumur setengah abad itu memang luar biasa. Terus berjalan, terus berjuang walau gemulai tubuhnya mulai merapuh. \u201cKalau gitu saya ke dalam dulu ya Bunda, sambil diminum tehnya ya Bunda, mumpung masih hangat\u201d ucap sang ibu muda sambil menyuguhkan segelas teh hangat. \u201cTerima kasih untuk teh hangatnya ya Bu\u201d \u201cSama-sama bunda, hanya segelas teh saja kok Bunda.\u201d Senyum ibu muda itu kembali menyemburat. Dengan sedikit rasa lemah, sang guru hebat itu mengajak Rafa sang murid belajar bersamanya. Dengan flash card di tangan ia terus menerangkan kepada Rafa, hingga pada akhirnya selesai sudah pembelajaran untuk Rafa. Dalam hati yang terdalam, sebenarnya guru hebat itu belum enggan meninggalkan malaikat kecil yang lucu itu. Tapi disisi lain, fikirannya masih memikirkan anak-anak lain yang sedang membutuhkan kedatangannya. Oleh karena itu dengan berat hati sang bunda pamit untuk menjenguk malaikat malaikat kecil di tempat yang lain. Bundaku manis, bundaku sayang, walau jalan terseok lemah tapi dia tetap bersemangat berjalan menuju satu 44 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","rumah ke rumah dengan mendorong motornya yang bocor, hingga berhenti di satu rumah yang lengang. \u201cAssalamu\u2019alaikum\u2026 Assalamu\u2019alaikum\u201d dengan nada parau sang guru penuh cinta itu mengucapkan salam. \u201cKemana ya si Arya?\u201d Tanya sang bunda yang baik hati itu dalam hati. Sekitar lima belas menit sang bunda setengah abad itu menunggu, tapi belum juga ada yang membuka pintu. Tetapi selang dua menit kemudian, daun pintu terbuka, dan keluar seorang ibu muda hitam manis pemilik rumah. \u201cOh, bunda, saya kirain gak datang, soalnya sudah siang, mana mungkin anaknya mau belajar Bun\u201d ucap sang ibu itu ketus. \u201cMaaf ya Bu, tadi ban motor saya bocor, jadi saya dorong\u201d balas sang bunda dengan nada cemas karena merasa tidak enak hati. Sang bunda menyadari bahwa ibu sang murid itu kesel dan kecewa karena sang bunda datang terlambat. Hatinya miris, terluka karena perlakuan tidak punya sopan santun dari wali murid yang tidak tahu diri itu. Padahal selama masa pandemi dari bulan Maret sampai bulan Desember, tidak ada pengutipan uang SPP sepeser pun. Semuanya gratis, guru mengajar mendatangi rumah murid dengan iklas dan gembira. Tapi mengapa ada wali murid yang masih berlaku semena-mena terhadap perjuangan guru dalam mendidik anak mereka. Padahal guru Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 45","tidak berharap mendapatkan apa-apa dari mereka mengajar ke rumah kecuali tanggung jawab oleh pekerjaan. Tapi apa boleh buat, wanita pendiam itu menyadari prilaku dunia, tidak semua manusia berkarakter sama. Tidak semua di sekeliling kita berlaku seperti yang kita inginkan, tidak semua wali murid akan memahami apa yang sudah kita lakukan untuk anak mereka. Sekali pun kita mengajar anaknya dengan penuh kasih sayang, tapi bila guru melakukan sesuatu yang tidak disukai wali murid, maka guru bisa jadi bulan-bulanan hingga ke ubun- ubunnya. Wanita setengah baya itu terus berjalan, di bawah tawa matahari sang guru yang kian layu itu terus mendorong motornya. Dengan sepasang tapak kaki yang lemah, sang Pertiwi tua itu terus mencari dimana tukang tambal ban berada. Oh wahai guru yang malang, guru tanpa tanda jasa, guru dengan honor yang kecil, guru yang selalu berpeluh, juga penuh dengan sejuta keluh. Waktu terus berpacu, saling mengejar, sinar jingga manis semakin gelisah setelah sepanjang hari menemani awan di kaki langit, yang kemudian ingin beranjak pulang untuk segera merebahkan lelahnya. Jagat raya bernyanyi kidung syahdu, jingga berkejaran pulang karna ingin segera terlelap. Dan merengkuhkan diri dihalimun malam. Ratu malam bergantung di awang nirwana, sinar hangat. 46 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Pekat malam menemani senyum bulan yang bercerita tentang kehidupan alam raya, penuh kidung cinta, penuh amarah, penuh kelembutan, penuh fitnah, dan carut marut sandiwara dunia. Di sudut dipan yang temaram, terlelap lunglai sang bidadari pendidikan dengan tidur yang sangat pulas. Seakan ia membalas dendam dengan rasa capek karena motornya yang bocor. Wajah manis itu, lelap ditemani garis-garis kerut di sudut-sudut matanya yang cekung menua. Dengkurannya berlombah dengan suara jangkrik yang menemani jalannya malam. Oh guru tercinta, memang benar jasamu tiada tara, dan kasih sayang yang kau beri seperti air yang mengaliri benih-benih padi di pematang sawah. Fajar mengemaskan cahaya, tatap indahnya mulai menyembul, senyumnya yang manis menghias alam fana hingga kesudut sudut cakrawala. Bayang putih mengembang dan menguas dinding langit pertanda waktu pagi akan segera datang membangunkan isi bumi agar segera terjaga dari pelukan malam. Suara lantang ayam jantan mulai menantang bumi, untuk segera memanggil sang raja siang agar cepat bangun dari mimpinya. Suara azan berkumandang di setiap penjuru desa pertanda sebentar lagi ada konser rutin burung pipit di ranting-ranting pohon menyambut pagi. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 47","Begitu juga dengan bunda guru yang cantik hatinya luar dalam itu, senyumnya tidak luput dari sudut-sudut bibirnya. Walau senyum itu tak seindah Cleopatra, tapi dia wanita luar biasa. Bunda berhati lembut itu, masih besimpuh dengan bisik lirih doa-doa yang di panjatkan untuk Sang Pencipta dirinya. Gesit jemarinya terus memainkan untai demi untai tasbih yang jari. Tidak lupa sebelum berangkat kesekolahnya sang guru luar biasa itu menyiapkan sarapan pagi dan lauk pauk untuk makan siang. Baru bunda manis itu meninggalkan rumah setelah semuanya tersedia di meja makan, dan bergegas meninggalkan pintu rumahnya menuju motor tunggangannya untuk segera menuju sekolah. Wanita hebat itu, walau pun dia yang memiliki yayasan, tapi tidak pernah semena- mena terhadap guru yang lain. Walaupun dia adalah kepala sekolah tapi tetap turun bersama guru lainnya untuk memberikan pembelajaran kepada semua anak didiknya. \u201cMau bertugas Bu?\u201d Sapa salah seorang warga di pagi itu. \u201cYa Bu, tugas rutin, hehe,\u201d balas bunda guru itu dengan terus mengemasi tas bawaannya. \u201cSelagi sehat Bu\u201d timpalnya lagi dengan senyum tersungging. 48 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","\u201cKok harus diantar si Bu tugasnya? Seharusnya biar ibunya saja yang mengambil di sekolah!\u201d Tanya tetangga yang merasa prihatin dengan situasi sekolah. Mereka berfikir mengapa sampai mau mengantarkan tugas ke rumah rumah murid, padahal itu pekerjaan yang berat dan memakan waktu juga menghabiskan tenaga? Belum lagi tugas sekolah yang menumpuk, ditambah pekerjaan di rumah yang harus diselesaikan sebelum meninggalkan suami dan anak anak. \u201cBun, sekarang sekolah sudah sistem pembelajara BDR, Kok masih turun ke rumah- rumah?\u201d Sembari tersenyum bunda tiga anak itu hanya menjawab. \u201cIbadah dan tanggung jawabaja kok Bu!\u201d Ucap bunda dengan senyum khasnya. \u201cSemoga saya diberi kesehatan selalu dengan Allah!\u201d timpal beliau lagi dengan senyum kecilnya. \u201cYang penting kami harus mengikuti protocol kesehatan ketika membagikan media pembelajaran kepada anak Bu\u201d tandas bunda itu lagi. \u201cSemoga kami pendidik bisa bekerjasama dengan orang tua murid di rumah, agar Pembelajaran di Rumah berjalan dengan baik!\u2019 Sambung bunda sambil menepuk halus pundak tetangganya sambil kemudian permisi meninggalkan tetangganya itu. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 49","Aktifitas yang dilakukan pada masa pandemi ini memang melelahkan, dimana banyak orang tua yang tidak memiliki HP mewah untuk online, dan masih banyak orang tua yang belum bisa menggunakan Sosmed untuk bisa menerima tugas BDR. Oleh karena itu pada kunjungan guru dengan waktu yang sedikit ini, semoga dapat membantu dan bekerja sama dengan wali murid agar BDR dapat berjalan dengan baik. Semoga wali murid faham dengan keadaan yang sedemikian rupa serta prihatin terhadap perjuangan guru. Guru Lil Mittaqin ini adalah guru yang handal, berkeliling tanpa lelah, guru yang selalu melakukan innovasi baru agar anak anak tidak lepas dari pantauan guru, dan terus mengikuti perkembangan mental dan emosionalnya. Wanita hebat pejuang pendidikan ini, yang biasanya mengajar didalam kelas, bermain, bersosialisai, belajar menunggu giliran, kini harus berkeliling. Tidak menghiraukan dengan peluh di sudut pelipisnya, tidak hirau haus dan kadang cerca bila telat datang, tetap bersuara walau haus melanda kering tenggorokannya. Dengan dihias senyum dan desah nafasnya yang letih, sesekali dia membuka botol bekalnya sembari meneguk air bekalnya sekedar untuk membasahi lehernya., \u201cBunda ngantuk?\u201d Tanya Fita ketika melihat sang bunda menguap. Sang bunda tersentak, mendengar tanya sang murid, karena memang benar-benar sang bunda terlayang hampir 50 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","tertidur, sehingga tidak tersadar kalau sang bunda diserang kantuk yang teramat berat. Karna pada saat malam hari sang bunda tidur sangat larut karena harus menyelesaikan pekerjaan yang begitu banyak. Walau mata sudah mengisyaratkan harus dilelapkan tetapi rasa ingin menyelesaikan tugas begitu besar. Sehingga rasa kantuk yang menyerang tidak dihiraukan. Dengan sedikit rasa malu sang bunda lembut itu mengusap wajahnya sambil tersipi lalu menjawab dengan nada agak parau. \u201cMaaf ya Sayang, Bunda tadi malam tidurnya larut. Jadinya Bunda ngantuk,\u201d jawab sang bunda sambil tersipu. \u201cTapi\u2026.ekarang Bunda gak ngantuk lagi, jadi kita sudah bisa belajar lagi.\u201d Ulangnya sambil memegang daguk si kecil manis berlesung pipi itu. \u201cBunda, tapi matanya merah,\u201d jelas si mungil lagi. \u201cNggak apa-apa kok Sayang, tadi waktu di jalan kena angin, jadi merah mata bunda.\u201d Jelas sang bunda berkal-kali sambil memeluk muridnya yang memberondong penuh petanyaan. Ya Allah, betapapun hebatnya seorang guru melakukan tugasnya dengan professional, toh guru tetaplah manusia biasa yang punya limit kekuatan, punya rasa kantuk, punya rasa capek, yang kapan saja bisa menyerang kalau sudah terlalu lelah. Sangat wajar bila seorang guru diserang rasa letih, lelah, apalagi kantuk, tidak ada manusia yang bias terlepas dari rasa kantuk. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 51","Tidak terasa waktu terus bergulir, matahari perlahan mulai beraksi dengan hangatnya, sementara di rumah yang lain masih banyak menunggu murid yang lain yang ingin bertemu wajah manis wanita setengah abad itu. Masya Allah, rindu sudut bibirnya yang memberi jawaban sejuta makna, rindu ucapannya yang bias dijadikan amanah. Wajah yang selalu menyuguhkan ketenangan batin karena tatap matanya yang selalu menentramkan jiwa, sehingga benar-benar dapat menjadi figur yang selalu dirindu. Dengan berbekal masker, kacamata covid, serta hansanitizer, sang Pertiwi pendidikan itu terus melaju, menuju buah bangsa yang sedang menunggu di rumah yang lain. Kehadirannya, senyumnya, kata-katanya semua karisma yang ada pada dirinya selalu sudah dinanti- nanti. Teruslah berjuang Kartini Indonesia, jangan mundur selangkah pun, bangsamu membutuhkanmu. Bangkitkan Pertiwimu yang sedang gunda, berjagalah dan bangunkanlah bila bumimu sedang dibuai mimpi. Jangan biarkan mayapadamu hingar bingar dengan rintih perih tidak berakhir. Angkat martabat bangsamu dengan akhlak yang mulia. Hingga Indonesia mampu menjadi mercusuar di penjuru dunia. Guruku, Tanpa Tanda Jasa. 52 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Biografi Penulis Nama : Nur\u2019aini, S.Pd. TTL : Air Batu \/ 13-06-1969 Pendidikan terakhir : S1 B.Inggris Nama Instansi : RA Lil Muttaqin Alamat : Desa Air Terbit Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Riau Bagian Empat Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 53","Profesiku Adalah Anugerah Terindah Faizah Singkat cerita, aku menempuh studi S2 selama 2 tahun. Alhamdulillah, lagi- lagi aku kenakan slempang cumloude sebagai hadiah kerja kerasku selama berjuang di bangku kuliah. Ini hadiah untuk kedua orang tuaku, yang telah mendukungku selama melanjutkan studi. Dari sinilah tantangan baru akan dimulai. Aku ditantang untuk mencari pekerjaan sesuai dengan ijazahku. Bukan orang lain, melainkan aku menantang diri sendiri untuk bisa mendapatkan profesi menggunakan ijazah terbaruku. Alhamdulillah Maha Besar Allah yang telah memberikan kemudahan pada setiap langkahku, dan menemani setiap langkahku saat berjuang mencari pekerjaan. Hingga akhirnya aku diterima menjadi tenaga pengajar di kota Temanggung. 54 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Sedari kecil tidak ada dalam benakku ingin menjadi seorang pendidik. Masih sangat terngiang di telainga, dimana aku dengan bangganya berucap kepada ibu dan bapak tentang cita-citaku yang ingin menjadi dokter. Dengan gagahnya bapak tertawa sembari mengelus rambut tipisku. Namun cita-cita itu berbalik puluhan derajat ketika aku memutuskan untuk melanjutkan study di Perguruan Tinggi Islam Negeri di kota Yogyakarta. Entah bagaimana kisah awalnya, yang jelas aku tertarik mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang visinya akan mencetak calon guru bahasa Arab kelak. Meskipun sebenarnya bapak menghendakiku masuk di jurusan PAI. Terkadang keputusanku itu membuat aku dan bapak terlibat selisih paham. Dalam waktu kurang dari 4 tahun aku berhasil meraih gelar sarjana dengan predikat cumlaude, meskipun banyak drama di balik kelulusanku. Aku berhasil memakai selempang yang pastinya semua mahasiswa ingin mengenakannya. Walaupun tidak menjadi mahasiswa terbaik, namun aku sudah sangat bahagia waktu itu, melihat senyum merekah terpancar dari wajah wanita paru baya, ibuku. Terlihat Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 55","raut bahagia, rasa bangga dari wajah ibuku. Beliau datang menghadiri wisudaku bersama mbak dan suaminya. Meraka datang tanpa bapak, karena saat itu bapak diharuskan badrest pasca operasi kencing batu. Yang jelas, ada air mata yang menetes dari seberang kota karena hanya bisa melihat hari bahagia anaknya dari handphpone. Namun aku yakin, aku takkan mampu melangkah sejauh ini tanpa ada doa, perjuangan, rasa sakit, semangat dari kedua orang tuaku. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah dan memilih untuk menjajaki profesi baruku pasca wisuda. Betul, tidak lama pasca wisuda aku mendapatkan tawaran langsung dari bapak kepala sekolah daerah aku tinggal untuk bersedia mengabdikan diri menjadi guru di tempat beliau. Sungguh aku sangat terharu waktu itu, karena dibalik kesibukannya di sekolah, beliau menyempatkan datang dan bertamu ke rumah. Beliau memintaku untuk mengajar mata pelajaran PAI, sedikit melenceng dari bidang keilmuanku, namun tidak masalah buatku karena aku sedikit banyak pernah belajar PAI saat masih berada di pesantren selama 6 tahun. Cukup membuatku gerogi saat pertama kali menginjakkan kaki ke sekolahan, bukan sebagai wali murid melainkan guru. Aku mengenakan segaram keki yang beberapa pekan lalu dikirim pihak sekolah untukku. Cukup asing, namun banyak teman-teman yang memujiku cukup anggun hari itu. Aku tapaki tiap-tiap koridor sekolah, berjibaku dengan masa lalu puluhan tahun silam saat masih menjadi siswa di sini. Sudah sangat berubah, lebih maju dan lebih kokoh bangunanya. 56 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Aku mendapatkan tugas mengajar kelas 1-6 mata pelajaran PAI, dan diminta untuk mengampu di sekolahan tetangga. Akhirnya aku membagi waktuku 3 hari untuk satu sekolah dan 3 hari lagi untuk sekolahan kedua. Mengampu mapel yang sama, namun berbeda tempat dan sasaran membuatku cukup bingung. Namun semua tidak berjalan lama, karena lama-lama aku menjadi terbiasa. Mungkin aku berbeda dengan guru lainnya yang tiap datang ke sekolah mengendarai motor bagus. Aku hanya naik sepeda onthel dengan warna cat yang sudah memudar, sepeda dengan usia tua, dan sepertinya dulu ibuku membelinya dengan kondisi second. Banyak mata memandangiku, mungkin tidak sedikit menertawakanku remeh. Semuanya aku tepis, aku berusaha untuk tetap percaya diri dengan berbekal pengalaman dan keahlianku. Pji syukur semua aku lakoni hingga 5 bulan lamanya. Tepat 5 bulan, aku dihadiahi sepeda motor baru oleh bapakku. Bukan hadiah ulang tahun, melainkan hadiah atas kerja kerasku, kata bapakku. Bukan aku beli dari hasil gajianku, tapi hasil panen raya sawah bapak. Mungkin beliau merasa kasihan melihatku berbeda dengan teman-temanku. Kalaupun beli sendiri, mungkin aku harus menunggu puluhan tahun karena gaji perbulanku yang sangat jauh dari standar. Maklum, gaji wiyata tiap 1 bulannya mungkin setara dengan gaji pekerja buruh satu hari di daerahku. Gaji pertamaku senilai 200 ribu aku dapatkan dari dua sekolahan. Jadi, masing-masing instansi memberikanku gaji 100 ribu. Cukup sedikit namun selalu cukup. Namun beberapa bulan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 57","selanjutnya, aku merima gaji 300 ribu dari dua instansi, kemungkinan ada kenaikan dana BOS. Aku sangat menikmati profesiku sebagai guru. Teman- teman ramah, baik dan sangat membimbingku. Begitu pula anak-anak didiku, mereka sangat antusias saat di kelas. Bahkan pernah satu kali saat aku izin, mereka tanpa disuruh oleh ibu dan bapak guru, datang ke rumah karena menghawatirkanku. Mereka sudah seperti anakku sendiri, tidak pernah mau digantikan guru yang lain saat bertepatan aku izin tidak megajar. Namun kebahagiaan itu berjalan tidak lama, aku diminta untuk melanjutkan studi pada jenjang pascasarjana. Berat sekali rasanya harus meninggalkan anak-anakku yang setiap hari aku dampingi untuk belajar. Anak-anakku yang sudah dengan lihai memanggilku ibu. Anak-anakku yang sesekali merapikan kerudungku saat sehelai rambutku terlihat. Begitu pula dengan teman-temanku, aku melihat tetesan air mata jatuh di antara mereka. Mungkin ini keputusan terbaikku, dan tidak akan aku sesali. Di sini aku mendapatkan warna baru dalam kehidupan, keluarga baru, pengalaman bahkan cita kasih yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan. Singkat cerita, aku menempuh studi S2 selama 2 tahun. Alhamdulillah, lagi-lagi aku kenakan slempang cumloude sebagai hadiah kerja kerasku selama berjuang di bangku kuliah. Ini hadiah untuk kedua orang tuaku, yang telah mendukungku selama melanjutkan studi. Dari sinilah tantangan baru akan dimulai. Aku ditantang untuk mencari 58 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","pekerjaan sesuai dengan ijazahku. Bukan orang lain, melainkan aku menantang diri sendiri untuk bisa mendapatkan profesi menggunakan ijazah terbaruku. Alhamdulillah Maha Besar Allah yang telah memberikan kemudahan pada setiap langkahku, dan menemani setiap langkahku saat berjuang mencari pekerjaan. Hingga akhirnya aku diterima menjadi tenaga pengajar di kota Temanggung. Kini aku resmi menjadi seorang pengajar di Perguruan Tinggi Swasta kota Temanggung. Betul, kampus Islam yang cukup menonjol di kota ini karena pada kenyataannya tidak banyak perguruan tinggi di kota ini. Mengampu mata kuliah ke-MIan dan juga bahasa Arab menjadi kegaiatan sehari- hariku dan aku jalani dengan penuh cinta. Mesti setiap harinya harus memutar otak agar dapat membagi waktu dengan baik tapi sejauh ini semua aku jalani dengan lancar, istilah jawanya ora kemrungsung. Mulai dari bangun sebelum subuh kemudian menyajikan makanan untuk suami dan malaikat kecilku yang baru mrnginjak usia 7 bulan. Berlanjut menyiapkan semua keperluan anak sebelum nantinya dijemput among-nya. Barulah berlanjut bebersih badan dan siap-siap dengan baju dinas. Sehingga nantinya jam 6 pagi semua sudah siap, aku pun sudah rapi. Jam 6 pagi giliran adek yang minta dimandikan, sembari kecek-kecek air dan lempar-lempar botol sabun. Sungguh setiap hari kegiatan ini membuatku semakin semangat. Tepat setengah tujuh suami mengantarkanku di seberang jalan raya tempat penungguan bus. 15 menit waktu yang harus aku tempuh untuk sampai di sana. Supir dan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 59","kenek bus jurusan Sukorejo-Magelang sudah hafal denganku, karena bertahun-tahun menjadi penumpang setia. Aku menghabiskan waktu 1 jam untuk sampai di kampus, tanpa harus berganti bus karena lokasi kampus berada di sebelah jalan raya. Banyak sekali pertanyaan terlontar kepadaku. \u201cGak capek naik bus setiap harinya, Bu? Kok tidak minta diantarkan suami? Kenapa tidak ikut nebeng yang satu arah?\u201d Masih banyak lagi pertanyaan lainnya. Sejauh ini aku sangat enjoy dan menikmati setiap perjalannku, aku mendapatkan banyak sekali kisah dan pelajaran selama berada di dalam bus. Kisah teladan yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan di sepanjang jalan. Rasa empati, tolong menolong, perjuangan bahkan kisah inspiratif lainnya membuatku sering kali larut dalam kesedihan. Sesekali ada kisah konyol yang membuatku tertawa geli. Mungkin inilah yang akan aku ceritakan kepada anakku kelak jika ia sudah dewasa. Bus berhenti di depan kampus sekitar pukul 07.40 WIB, terkadang bisa kurang ataupun lebih tergantung kecepatannya. Alhamdulillah tandanya aku tidak telat untuk finger karena batasnya sampai pukul 08.00. Aku tapaki anak tangga menuju rektorat untuk finger sebelum kemudian menuju kantor jurusan untuk singgah dan melepaskan lelah sebelum melanjutkan pekerjaan kampus. Aku duduk di bangku yang sudah dipasang label namaku. Tidak jarang teringat pangeran kecilku di rumah, membuatku enggan membuka laptop dan melanjutkan aktivitas. Aku otak-atik HP, aku pencet kontak suamiku 60 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","untuk menanyakan kabar anakku. Terasa belum lega jika kebiasaan remeh ini aku lewatkan. Berharap ia baik-baik saja di sana. Begitulah hal-hal remeh yang aku lakukan sebelum beranjak pada pekerjaan yang lumayan berat, ibaratnya pemanasan. Sebelum aku memutuskan untuk menetap di kota Temanggung karena menerima pinangan suamiku. Aku mengawali profesiku sembari bolak-balik Yogyakarta- Temanggung menggunakan kendaraan umum. Karena sebelumnya aku masih menetap di kota gudeg sembari melakoni beberapa pekerjaan lainnya yang harapannya dapat menopang kehidupanku di sana. Tapi melalui kuasanya, semua bisa aku jalani dengan baik meskipun ada kerikil-kerikil kecil yang teradang membuatku rapuh. Begitu berwarnanya kisah perjalanan karirku. Awalnya aku tidak begitu percaya diri saat berhadapan dengan banyaknya mahasiswa, karena tidak sedikit dari mereka yang usianya terpaut jauh di atasku. Aku merasa minder, takut jika kemampuanku di bidang keilmuan jauh di bawah mereka. Tapi semua itu tidak berlansung lama, karena lambat laun aku mulai bisa beradaptasi dan belajar untuk bisa berteman baik dengan mahasiswa. Bahkan masih sangat aku ingat, ada salah satu mahasiswa laki-laki yang mengajakku foto sebelum kemudian memasangnya di status media sosialnya. Mungkin mereka menganggap aku masih layak menjadi teman kuliah mereka. Seringkali mahasiswa memintaku untuk menjadi tutor pribadi mata kuliah bahasa Arab. Karena banyak sekali dari Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 61","mereka yang masih kesulitan belajar bahasa Arab. Sehingga seringkali aku pulang terlambat dari jadwal semestinya, karena aku mendampingi mereka pada jam-jam kosong. Kegiatan seperti ini sudah berjalan beberapa semester dan alhamdulillah dari mereka sudah ada yang menjadi guru TPA dan guru ngaji Al Quran. Aku sendiri menjadi pengajar tetap di prodi PGMI, mengingat selaras dengan bidang keilmuanku ketika kuliah S2 dulu. Banyak sekali pengalaman yang aku dapatkan selama menjadi pengajar di sini. Meskipun kampusnya masih rintisan dengan progres yang baru mulai kelihatan beberapa tahun berjalan, akan tetapi sejauh ini perkembangannya cukup pesat. Alhamdulillah, sekarang aku sudah memiliki kepangkatan setara golongan IIIb (asisten ahli) dan target selanjutnya aku ingin mengikuti seleksi sertifikasi dosen sebelum maju kepangkatan Lektor. Saat sudah selesai mengajar, akupun bersiap-siap untuk pulang. Sudah tidak sabar bertemu malaikat kecilku yang sedari pagi aku tinggalkan hingga sore. Bergegas untuk menunggu bus di seberang jalan sudah menjadi kebiasaan yang mengasikkan. Karena terkadang sampai kehujanan menunggu namun bus tidak kunjung muncul. Seringkali bus telat sampai 30 menitan bahkan terkadang lebih. Pernah sesekali, di dalam bus berdesakan tidak kebagian tempat duduk dengan kondisi baju basah terguyur hujan. Bahkan seringkali adzan maghrib berkumandang, aku barulah sampai rumah karena perjalanan cukup jauh namun bus terlambat. Begitu sangat melelahkan namun akupun menikmatinya. 62 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Karena rasa lelah hilang begitu saja saat melihat senyum merekah dari wajah mungil, anakku. Sungguh indah kisah-kasih yang aku jalani selama menjadi pengajar. Aku sangat menikmati dan mencitai profesiku. Banyak pelajaran yang aku dapatkan disini, baik suka maupun duka. Semoga aku bisa menjadi generasi yang mampu membimbing anak didikku untuk tetap menjadi generasi penerus bangsa, gemilang dan sukses. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 63","Biografi Penulis Nama : Faizah TTL : Tuban, 27 Mei 1991 Alamat : Dsn. Seneng, RT\/RW 12\/04, Ds. Pateken Wonoboyo Temanggung. Profesi : Dosen PGMI STAINU Temanggung Email : [email protected] Akun Facebook: IezahAhmad Akun Instagram: IezahAhmad No-HP : 085 784 018 693 (WA) RIWAYAT PENDIDIKAN Jenjang Nama Masuk Lulus SD\/MI Sekolah\/Madrasah\/Pesantren SDN Kanorejo II \u2013 Rengel - Tuban Th. Th. 1997 2003 SMP\/MTs MTs Mamba\u2019us Sholikhin Suci- Th. Th. SMA\/SMK\/MA Manyar-Gresik 2003 2006 S1 MA Tarbiyatut Tholabah Kranji- Th. Th. Paciran-Lmg 2006 2009 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Th. Th. 2009 2013 S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Th. Th. 2015 2017 64 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Bagian Lima Harmoni Cinta Guru dan Cinta Ibu Tasbihah Pukul 06.40 WIB aku sampai di gerbang madrasah, Hari ini aku memang berangkat lebih awal dari biasanya ke MI, karena aku telah memiliki janji dengan anak-anakku di kelas IV untuk mengajak mereka mengunjungi salah satu usaha perekonomian masyarakat di desa tidak jauh dari desaku. Beberapa waktu lalu aku bermusyawarah dengan sesama guru kelas IV untuk mengadakan field trip mengunjungi usaha salah satu warga yang memiliki usaha pembuatan kue donat yang cukup besar. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 65","\u201cSetiap titik dari impian harus diperjuangkan, karena ketika itu tercapai, bukan hanya Anda yang akan bahagia tapi juga orang di sekeliling Anda\u201d Kokok ayam jantan telah terdengar bersahutan, tanda pagi telah menggantikan malam. Aku bangun dari tidurku lalu duduk di tepian ranjang. Aku hela nafas mengucap syukur pada-Nya, Alhamduillah masih diberi kesempatan menghirup udara segar pagi ini. Setelah Aku rapihkan rambut, bergegas menuju ke kamar mandi di dekat dapur. Aku ambil air wudhu dan kemudian tunaikan shalat Shubuh, usai shalat kupanjatkan doa kepada Allah SWT agar hari ini diberikan kelancaran, keberkahan dan kebaikan lebih dari hari kemarin. Seperti hari-hari yang lalu, setiap pagi aku menyiapkan sarapan untuk anak-anak dan ibuku. Menu sederhana, simpel dan seadanya. Yang penting cukup untuk membekali anak-anakku menjalani aktivitasnya sehari-hari. \u201cBu, kaos kaki warna hitam dimana?\u201d Tanya Fakhri anak sulungku . \u201cDi tempat biasa Mas, dekat meja belajar,\u201d jawabku sambil menaruh nasi ke piring-piring di meja makan. Semua ada lima 66 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","piring. Sengaja meski belum semua siap, nasi sudah aku ambilkan agar ketika anak-anak siap, nasi sudah tidak panas lagi. Fakhri selalu paling awal mandi pagi, biasanya setelah shalat Shubuh ia segera mengambil handuk lalu mandi, biar tidak berbarengan dengan adik-adiknya Itsna dan Syafira yang juga akan pergi ke sekolah. \u201cBu... baju pramukaku sudah disetrika belum?\u201d Tanya Itsna sambil keluar kamar mandi. \u201cSudah Mbak, sudah ibu gantung kemarin, ada dalam lemari di kamarmu.\u201d Itsna sejak kecil memang terlihat mandiri, saat itu ia duduk di kelas 2 MI tetapi sudah biasa melakukan banyak hal sendiri mulai mandi, berpakaian, makan, memakai sepatu dan menyisir rambutnya yang panjang sebahu. Lain halnya dengan adiknya Syafira yang masih berumur tiga tahun, tentu masih perlu bantuanku sebagai ibu. Sejak umur 2,5 tahun ia sudah aku titipkan di salah satu PAUD tidak jauh dari rumahku mengikuti jejak kakaknya, namanya PAUD An Ni\u2019mah. Aku merasa nyaman menitipkan Syafira di PAUD tersebut, di sana full day dari jam 7 pagi sampai jam 16.00 WIB baru penjemputan oleh wali murid. Tugasku sebagai guru dan juga abdi negara mengharuskan aku untuk bekerja dengan maksimal apalagi ketika banyak tugas tambahan selain mengajar. Aku harus bisa membagi waktu antara kewajiban pada negara dan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Terkadang memang terasa berat, dengan anak-anak yang masih kecil tentu repot Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 67","terlebih lagi suami yang saat itu masih merantau bekerja di negeri orang, aku tidak hanya harus menjadi ibu, tetapi berusaha untuk bisa berperan jadi sosok ayah bagi anak- anakku. Dengan menitipkan anak bungsuku sampai jam 4 sore, aku merasa lebih tenang dalam bekerja, kegiatan di PAUD An Ni\u2019mah tersebut juga sangat positif. Pembelajarannya sesuai dengan usia anak karena aku tahu para bunda di PAUD tersebut memang meiliki basic keilmuan anak usia dini dan menerapkan pembiasaan yang Islami. Misalnya pembiasaan doa-doa sehari-hari, shalat berjamaah dan pembiasaan makan makanan sehat. Apabila ada masalah, para bunda memiliki metode khusus penyelesaian konflik yang efektif dan tidak mempermalukan anak-anak, dapat diterima oleh akal anak-anak. Ketika di rumah, Syafir terlihat mandiri dan terkadang gaya bicaranya juga seperti orang dewasa. Misalnya ketika mau minta sesuatu, ia akan mengatakan perkataan orang dewasa. \u201cIbu.. kalau ada rezeki Syafira boleh minta tolong dibelikan tas baru, karena tasnya Syafira sudah ada yang robek.\u201d 68 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Ketika aku dan ketiga anakku telah siap, dengan sepeda motor aku mengantarkan Syafira ke PAUD terlebih dulu, baru setelah itu aku menuju madrasah sekaligus mengantarkan Itsna, karena Itsna bersekolah di madrasah tempat aku bertugas. Sedangkan Fakhri sudah terbiasa menaiki sepedanya sendiri ke sekolah. Semua tugas yang rutin itu aku jalani dengan ikhlas dan berusaha tidak mengeluh, karena aku yakin, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, tapi justru menambah beban rasa dalam dada. Selain itu Allah SWT juga tidak menyukai orang yang suka mengeluh karena mengeluh adalah tanda tidak bisa bersyukur. Na\u2019udzubillah Min Dzalik. Pukul 06.40 WIB aku sampai di gerbang madrasah, Hari ini aku memang berangkat lebih awal dari biasanya ke MI, karena aku telah memiliki janji dengan anak-anakku di kelas IV untuk mengajak mereka mengunjungi salah satu usaha perekonomian masyarakat di desa tidak jauh dari desaku. Beberapa waktu lalu aku bermusyawarah dengan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 69","sesama guru kelas IV untuk mengadakan field trip mengunjungi usaha salah satu warga yang memiliki usaha pembuatan kue donat yang cukup besar. Anak-anak di kelas sudah tidak sabar menunggu kedatanganku, rupanya mereka sudah tidak sabar untuk melihat dari dekat proses pembuatan donat berskala besar. Aku membuat janji dengan pemilik \u201cpabrik donat\u201d akan datang pukul 08.30 WIB. Setelah mengkondisikan anak- anak untuk berdoa, tadarus dan shalat dhuha jam 08.00 WIB, kemudian aku dan guru lain mengajak anak-anak memasuki mobil yang telah dipersiapkan. Tiga puluh menit kemudian kami sampai di depan rumah yang cukup besar berlantai dua dengan teras yang cukup luas. Kami parkir mobil di halaman rumah mereka. Tidak lama kemudian muncul sepasang suami isteri paruh baya dari dalam rumah, mereka tersenyum ramah pada kami semua lalu kami dipersilakan masuk, anak-anak duduk rapi di lantai yang telah di alasi karpet. Aku mengawali acara dengan salam dan ucapan kulonuwun serta berterima kasih telah diizinkan untuk datang, belajar dan melihat cara pembuatan kue donat secara langsung. Dilanjutkan sambutan bapak pemilik pabrik donat. \u201cTerima kasih anak-anak dari MI Ya BAKII Kesugihan 01 kelas IV yang hari ini telah datang ke tempat kami. Perkenalkan nama saya Bapak Amar dan ini isteri saya Ibu Sani...beginilah tempat usaha kami, semoga anak-anak semua merasa senang dan bisa menambah pengalaman. Siapa tau diantara kalian ini, kelak akan ada yang jadi 70 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","pengusaha donat yang sukses sampai ke seluruh Indonesia. Tapi ada syaratnya yaitu anak-anak harus giat belajar, tekun, berdoa dan jangan malas\u201d ucap Bapak Amar penuh semangat disambut tepuk tangan oleh anak-anak. Setelah sambutan singkatnya, bergantian Bu Sani yang maju dan menyapa anak-anak dengan senyum yang ramah. Bu Sani menerangkan bahan-bahan untuk membuat donat serta cara pembuatannya. Aku mengingatkan anak- anak untuk mengeluarkan alat tulis mereka dan mencatat hal-yang penting yang mereka dengar. Setelah itu Pak Amar mengajak anak-anak masuk untuk ditunjukkan alat-alat yang mereka pakai serta bahan-bahannya. Bu Sani menghidupkan sebuah mixer berukuran sangat besar. Itu mixer terbesar yang pernah aku lihat. Wadah adonannya menyerupai ember besar seukuran drum minyak. Selesai melihat cara kerja mixer raksasa, anak-anak di ajak melihat cara membentuk adonan donat secara manual dengan tangan. Lalu kami diberi adonan untuk praktik membuat bulatan-bulatan dan melubangi tengahnya. Anak- anak terlihat asyik sekali, mereka tidak sabar menunggu giliran praktik. apalagi bu Sani terlihat ramah dan semangat menerangkan cara-cara pembuatan donat. Kami juga diperlihatkan adonan yang siap goreng yang telah didiamkan beberapa waktu. Setelah itu anak-anak diajarkan bagaimana cara menghias kue donat atau yang sering disebut toping. Topingnya bermacam-macam, ada coklat, rasa kacang dan ada yang keju. Bagian paling menarik dan ditunggu anak-anakpun tiba. Yaitu....mencicipi donat. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 71","Semua terlihat tenang. Setelah duduk melingkar di teras, Bu Sani membagikan kue donat, masing-masing anak mendapat satu buah donat. 72 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Salah satu anak aku tugaskan untuk memimpin doa sebelum makan segera setelah itu semua anak menikmati kue donat dengan lahap dan ceria, diselingi canda tawa mereka. Melihat itu aku merasa bahagia sekali. Memang kebahagiaan seorang guru adalah bisa melihat murid-muridnya bahagia, apalagi ketika melihat mereka kelak menjadi orang yang sukses pastilah rasa bahagia dan bangga berlipat ganda. Setelah semua acara selesai, kami berpamitan untuk kembali ke sekolah melanjutkan pelajaran. Sampai di kelas aku membagikan LKS yang berisi soal-soal seputar perjalanan Fieldtrip pada hari itu. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 73","Biografi Penulis Tasbihah adalah salah satu guru di MI Ya BAKII Kesugihan 01 Kabupaten Cilacap. Lahir di Cilacap Maret 1981. Dia juga seorang isteri dari Miftakhul Ulum dan ibu dari tiga orang anak, Muhammad Fakhri (15 th), Itsna Kamilatuz Zain (11 th) dan Zidna Hikmatus Syafira (8 th). Prestasi yang pernah diraih yaitu juara satu guru mendongeng tingkat Kecamatan Kesugihan pada tahun 2008, Juara Harapan satu guru inovasi pada KOMADU (Kompetisi Madrasah Terpadu) tahun 2016, juara satu lomba guru INKRESI (Inovatif, Kreatif dan Berprestasi) dan penerima penghargaan sebagai Guru Kelas Berdedikasi dan Inovatif dalam rangka HAB Kemenag tahun 2020 Telah ikut menulis buku antologi pada Komunitas Belajar Menulis Yogyakarta yaitu: Sepenggal Kisah Perjalanan Guru, Mendidik dengan Setulus Hati, Melangkah Bersama Belahan Jiwa, Syair Cinta Untuk Bunda, Indahnya Persahabatan, Berlibur di Masa Pandemi, Seberkas Kisah 74 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Masa Kuliah, Merajut Memori 2020, Mengukir Mimpi 2021, Indahnya Persahabatan dan Syair Cakrawala Cinta. Dari Komunitas GUMALIS (Guru Madrasah Menulis) Cilacap telah ikut menulis buku Antologi Pelita Yang Tak Pernah Padam dan Jejak Langkah Sang Guru. Motto hidupnya adalah Semangat Ceria Cemerlang. Jika ingin menjalin shilaturrahim silakan kontak WA : 087803643381 dan FB : Tasbihah. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 75","Bagian Enam Menjadi Guru Bakti di MI Al Hidayah Anisatul Umniyah Alhamdulillah saya bisa mengabdikan diri dan mendarmabaktikan ilmu yang telah saya peroleh selama di bangku kuliah. Bisa membantu kegiatan belajar mengajar di MI Al Hidayah Sidodadi selama sekitar 5 tahun walaupun saya berlatar belakang sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Namun dengan mendapatkan tugas untuk mengampu mata pelajaran matematika dan IPA sudah saya laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Saya selalu belajar dan belajar terhadap sesuatu yang baru untuk bisa menjadi bekal dalam mentransformasikannya kepada para siswa. 76 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","T ahun 1981 sampai 1983, menjadi guru Pendidikan Agama Islam merupakan cita-cita dari orang tua saya. Maksud dan tujuan supaya ilmunya bisa bermanfaat bagi diri sendiri keluarga masyarakat dan juga lembaga pendidikan. Ketika itu saya masih berstatus sebagai siswa kelas I di SMA Al-Hidayah Sidareja yang kegiatan KBM sekolahnya dilaksanakan pada sore hari jam 13.00 sampai jam 16.00 WIB. Sehingga pada pagi hari diminta dan diberi tugas untuk membantu mengajar di MI Al Hidayah Sidadadi. Waktu itu ayah juga sudah menyuruh saya untuk membantu menjadi guru di MI Al Hidayah Sidadadi. Tenaga pengajar di MI Al-hidayah Sidadadi yang berstatus dinas atau PNS sekitar 2 orang yaitu almarhum Bapak Syakur dan Bapak Nurhasan. Rombongan belajar ada 6 kelas sehingga membutuhkan tenaga pengajar 4 orang lagi. Dari 4 guru yang dibutuhkan itu maka saya menjadi salah satu yang diberi tugas oleh ayah untuk ikut membantu menjadi guru kelas. Sementara untuk mendapatkan guru tetap dan full 1 minggu hampir tidak ada. Sehingga ada beberapa orang yang menjadi tenaga pengajar swasta (Guru Bakti) di MI Al Hidayah Sidadadi antara Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 77","lain yaitu Bapak Kyai Nur Hamid Bapak Kyai Mukhlas, Bapak Kyai Rosyidin dan juga Bapak Sarko suaminya Bu Milatun. Mereka berbasic pondok pesantren sehingga lebih memberikan materi pelajaran keagamaan. Untuk materi pelajaran yang umum seperti Matematika, IPA, IPS, maka dibagikan tugas kepada guru PNS dan kepada saya. Walaupun di madrasah ibtidaiyah waktu itu adalah guru kelas namun pada prakteknya tidak bisa dilaksanakan penuh dalam satu kelas tapi harus membantu dan mengapa kelas- kelas yang lain. Ketika itu ada beberapa kelas harus menempati rumah-rumah penduduk antara lain rumah Bapak Dasrip kemudian rumah Bapak Sarko suaminya Bu Milatun dan juga masih ada beberapa rumah penduduk yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. MI Al Hidayah Mulyadadi atau Sidadadi merupakan lembaga pendidikan dibawah naungan jam'iyah Nahdlatul Ulama. Didirikan oleh para tokoh agama termasuk adalah kakek saya sendiri yaitu almarhum Kyai Haji Zainal Arifin dan para pendiri yang lain yaitu Bapak Kyai Mafakir, Bapak Daskrip, Bapak Tarmuji, Bapak Rasyidin, Bapak Muhlas dan lain-lain. Menurut sejarah MI Al Hidayah Sidadadi ketika itu didirikan belum memiliki gedung dan juga belum memiliki ruang belajar sehingga kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di masjid. Kemudian dalam perkembangannya ada dua orang yang memberikan tanah wakaf untuk 78 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","mendirikan gedung yaitu keluarga besar Bapak Dasrip dan juga keluarga besar Bapak Tarmuji. Setelah itu didirikan gedung MI Al Hidayah Sidadadi untuk kegiatan belajar mengajar. Ketika gedung MI Al Hidayah Sidadadi sudah dibangun dan dirikan maka kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di gedung tersebut. Tidak kalah pentingnya peranan dari keluarga Bapak Dulkamid yang rumahnya kebetulan berada bersebelahan dengan gedung MI Al Hidayah Sidadadi. Keluarga Bapak Dulkamid setiap hari selalu menyediakan minuman untuk para dewan guru dan juga untuk para siswa. Setiap kegiatan keagamaan atau kegiatan sekolah maka dapur umumnya berada di rumah Bapak Dulkami. Hampir setiap hari guru disediakan air minum dan juga siswa-siswi meminta minum ke rumah Bapak Dulkamid. Terkait dengan tugas pokok dan fungsi saya sebagai guru pada waktu itu lebih mengampu kepada mata pelajaran yaitu Matematika, IPA, mulai dari kelas 3 sampai kelas 6. Keadaan saat itu baik fasilitas maupun sarana prasarana masih sangat terbatas atau sederhana. Namun kegiatan belajar mengajar bisa dilaksanakan dengan lancer, baik terkait dengan guru yang mengampu mata pelajaran dan juga siswa-siswi yang mengikuti pelajaran. Sebagai lembaga pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dan dikelola oleh masyarakat. Maka peranan masyarakat lingkungan sangatlah besar dalam mendukung terlaksananya program pendidikan di MI Al Hidayah Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 79","Sidodadi. Program penggalian dana yang dilakukan oleh pengurus antara lain yaitu dengan mengumpulkan padi atau gabah pada setiap panen dari wali siswa. Mempunyai program donatur tetap berupa meminjam satu pohon kelapa kepada masyarakat yang memiliki pekarangan dan dianggap mampu. Stiap bulan kelapa dari setiap pohon itu diambil atau diunduh untuk dijual dan uangnya dipergunakan untuk kepentingan Madrasah Ibtidaiyah Al Hidayah. Untuk pohon kelapanya tidak diminta oleh pengurus namun hanya dipinjam dan dimanfaatkan hasilnya. Uang yang berasal dari penjualan mengumpulkan padi panen dan juga hasil kelapa dijual untuk kebutuhan sekolah dan termasuk membayar kepada guru. Ada kesan yang sangat luar biasa yang akhirnya pada saat ini baru bisa menyebutkan bahwa semua itu merupakan ujian keikhlasan. Menjadi guru dan mengajar di MI Al Hidayah Sidadadi pada waktu itu benar-benar merupakan niat berjuang tanpa harus memikirkan keuangan. Karena situasi dan kondisi sekolah benar-benar belum bisa dan belum mampu untuk membayar para guru swasta. Saya masih ingat bahwa pada suatu waktu di malam Idul Fitri, Pak Kyai Nurhamid sebagai pengurus sekolah datang ke rumah saya dan saya diberi honor Rp.10.000,- dan beras 10 kilogram. Itu saja beras berasal dari pengumpulan zakat fitrah di masjid Al-Amanah Sidadadi yang dikelola oleh saya. Pada waktu itu karena di sekolah termasuk di MI Al Hidayah Sidadadi belum ada tradisi mengumpulkan zakat fitrah siswa. Maka semua siswa MI Al Hidayah Sidadadi juga 80 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","mengumpulkan zakat fitrah di masjid. Kemudian saya menanyakan kepada para amil zakat ada berapa siswa MI Al Hidayah Sidadadi yang zakat fitrah ke masjid. Setelah mengetahui maka sejumlah siswa zakat fitrahnya diberikan ke pengurus MI Al Hidayah Sidadadi untuk diberikan kepada para guru swasta termasuk saya. Pada waktu itu itu saya merasa senang sekali karena tidak pernah berpikir akan diberikan uang dan diberikan beras. Betapa berharganya nilai uang Rp. 10.000,- dan beras 10 kilogram yang diberikan oleh pengurus Madrasah Ibtidaiyah Al Hidayah Sidadadi sebagai pengganti lelah para guru swasta selama 1 tahun termasuk saya. Pada waktu itu pengurus belum mempunyai dana dan belum mampu untuk memberikan honor kepada para guru swasta pada setiap bulannya. Sehingga kesejahteraan guru swasta diberikan pada waktu-waktu tertentu antara lain setelah panen padi karena mengumpulkan padi dari wali murid dijual. Juga pada saat hari raya Idul Fitri karena ada pengumpulan zakat fitrah melalui masjid. Untuk penjualan dari hasil kelapa biasanya juga diberikan berupa kejahteraan menyesuaikan situasi dan kondisi. Alhamdulillah kami sebagai guru swasta tidak terpengaruh adanya pemberian kesejahteraan atau honor. Kami tetap melaksanakan tugas mengajar dengan penuh semangat dan penuh dedikasi. Bahkan untuk diri saya sendiri selalu membantu kegiatan ekstrakurikuler pramuka bagi kelas 4, 5, 6, dan juga melayani kelas 6 yang menyiapkan ujian untuk menambah materi pelajaran. Biasanya saya Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 81","laksanakan pada malam hari di rumah saya setelah anak- anak siswa itu mengaji di mushola atau masjid. Semua itu saya jalani dengan penuh senang hati sehingga setiap pagi hari jam 07.00 sampai jam 11 30 WIB membantu mengajar di MI Al Hidayah sidadadi. Kemudian jam 11.30 WIB berangkat sekolah ke Sidareja dan kegiatan sekolah baru selesai pada jam 16 30 WIB. Tugas tersebut saya laksanakan sampai saya lulus SMA dan akhirnya melanjutkan untuk kuliah di Jogjakarta. Selama saya kuliah di Jogjakarta setiap liburan kuliah saya pulang ke kampung juga selalu menyempatkan untuk bisa membantu kegiatan di MI Al Hidayah Sidadadi baik kegiatan belajar mengajar di waktu pagi dan juga kegiatan ekstrakurikuler di sore hari. Tahun 1991, saya sudah lulus dari Fakultas Tarbiyah jurusan PAI Universitas Islam Indonesia Jogjakarta. Keadaan fasilitas dan sarana prasarana MI Al Hidayah sudah jadi pada tahun 1991, sudah semakin lengkap dan semakin baik. Sehingga semua kegiatan belajar mengajar 6 rombongan belajar dari kelas 1 sampai kelas 6 sudah dapat dilaksanakan di gedung MI Al Hidayah Sidadadi. Tahun 1991 saya masuk kembali ke MI Al Hidayah Sidadadi untuk menjadi salah satu tenaga pengajar atau guru. Waktu itu sudah ada beberapa guru PNS antara lain adalah Bapak Nasirun yang notabene adalah sebagai kepala sekolah definitif dari Kementerian Agama. Bapak Sujangi dari Kementerian Agama yang kalau tidak keliru mengampu kelas tiga. Komposisi guru sudah semakin lengkap dan memenuhi kompetensi berbasis pendidikan antara lain Bapak Drs 82 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Teguh Kuat Hakimuddin sebagai Sarjana PAI, Bapak Dawam dari PGAN Kebumen, Ibu Rosidah dari MAN dan masih ada beberapa guru yang lain. Pada waktu itu pembagian tugas mengajar sudah lebih kepada pembagian tugas wali kelas kecuali untuk diri saya sendiri. Karena saya juga ikut membantu mengajar di lembaga yang lain yaitu di SMPN 1 Cipari dan DI MA Al Ittihad Sidareja. Saya mendapatkan tugas untuk mengajar matematika dan IPA kelas 4, 5, dan 6. Namun demikian pada pelaksanaannya juga fleksibel ketika jadual saya berada di MI Al Hidayah Sidadadi dan ada guru lain yang sedang berhalangan maka saya pun juga ikut membantu mengajar sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada pada kelas tersebut. Pernah ada kisah yang lucu menurut saya, yaitu ketika Bapak Sujangi wali kelas 3 memberikan tugas kepada kelas 3 untuk mencatat materi pelajaran IPS, dengan buku yang bercover IPS 3. Mungkin waktu itu menurut pak Sujangi buku IPS bercover IPS 3 itu untuk kelas 3. Kebetulan waktu itu saya sedang mengajar di kelas sebelahnya ketika siswa kelas 3 ramai maka saya masuk ke ruang kelas 3. Saya menanyakan sekarang pelajarannya apa ya anak-anak menjawab IPS Bu Kemudian saya melihat salah satu siswa sedang diberi tugas untuk menulis di papan tulis. Awalnya saya tidak begitu menghiraukan namun, tiba-tiba saya membaca tulisan di papan tulis yang ternyata materinya itu sudah termasuk negara-negara ASEAN, sehingga saya penasaran kenapa kelas 3 kok materinya sudah sangat tinggi. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 83","Akhirnya saya meminjam buku yang sedang untuk mencatat di papan tulis. \u201cCoba saya pinjam bukunya.\u201d Setelah saya lihat memang benar buku itu IPS 3 tapi sebenarnya buku IPS 3 waktu itu untuk kelas 6 bukan untuk kelas 3 sehingga pada waktu itu berarti Pak Sujangi keliru. Mengambil buku di kantor yang mestinya buku tersebut untuk kelas 6 tapi karena ada angka 3 diberikan kepada kelas 3. Alhamdulillah saya bisa mengabdikan diri dan mendarmabaktikan ilmu yang telah saya peroleh selama di bangku kuliah. Bisa membantu kegiatan belajar mengajar di MI Al Hidayah Sidodadi selama sekitar 5 tahun walaupun saya berlatar belakang sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Namun dengan mendapatkan tugas untuk mengampu mata pelajaran matematika dan IPA sudah saya laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Saya selalu belajar dan belajar terhadap sesuatu yang baru untuk bisa menjadi bekal dalam mentransformasikannya kepada para siswa. Berprofesi menjadi guru merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi saya karena bisa berkomunikasi langsung dengan para peserta didik. Tentunya kadang bukan hanya memberikan materi pelajaran tetapi juga harus melaksanakan problem solving bagi para peserta didik untuk bisa terjalinnya komunikasi. Membantu mengajar di MI Al Hidayah Sidadadi sudah merupakan kewajiban sebagai warga masyarakat 84 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","lingkungan dan juga merupakan tanggung jawab dalam rangka melanjutkan estafeta perjuangan para pendiri. Selama menjadi guru di MI Al Hidayah Sidadadi baik pada periode pertama yaitu periode sebelum kuliah dan periode kedua periode setelah kuliah. Tentunya sudah lebih memiliki kompetensi guru sangatlah merasa senang walaupun dari sisi kesejahteraan masih sangat minim sehingga jiwa perjuangan dan ikhlas berjuang itulah yang menjadi modal utama. Karena ternyata bermula dari perjuangan itulah yang akhirnya mengantarkan saya untuk bisa menjadi guru PNS. Akhirnya juga mendapatkan amanah untuk menjadi pengawas Pendidikan Agama Islam. Sehingga saya sangat merasa bersyukur karena telah diarahkan oleh orang tua untuk masuk ke Fakultas Tarbiyah dan selalu dimotivasi oleh orang tua untuk mengabdikan diri dan ilmunya baik kepada lembaga pendidikan dan juga kepada masyarakat lingkungan. Setiap pekerjaan pastilah melelahkan namun lelah yang telah saya rasakan selama mengabdikan diri kepada lembaga sebagai guru swasta sudah diberi balasan berlipat ganda oleh Allah berupa nikmat yang sangat banyak. Termasuk diantaranya kesejahteraan yang dulu pernah diberikan berupa uang Rp. 10.000,- dan juga beras 10 kilogram. Allah telah membalasnya dengan melimpah dan insya Allah halal dan barokah. Balasan kenikmatan dari Allah antara lain yang tadinya tidak pernah saya duga adalah ketika saya menjadi narasumber atau instruktur pada pelatihan pendidikan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 85","karakter yang hanya mendapatkan jadwal sekitar 2\/3 hari. Namun ternyata ketika saya diberi honor dari tugas tersebut ternyata hampir sekitar Rp5.000.000,-. Waktu itu hampir saya tidak percaya dan ketika uang itu saya terima tangan saya sampai bergetar dan air mata saya menetes. Mulut saya mengucapkan Alhamdulillah Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar spontan saya jadi teringat bahwa dulu saya pernah menerima sebagai guru bakti berupa uang Rp.10.000,- dan beras 10 kilogram untuk 1 tahun dan ternyata Allah telah membalasnya dengan rizki yang melimpah. Kisah ini saya tuliskan sebagai bentuk syukur atas nikmat dari Allah dan juga sebagai motivasi diri. Dalam kehidupan harus selalu ikhlas dan penuh semangat dalam perjuangan dan memperjuangkan orang lain. Semoga MI Al Hidayah Sidodadi semakin maju semakin eksis dan semakin menjadi lembaga pendidikan yang yang berhasil mencetak generasi Ahlussunnah Wal Jamaah. Aamiin aamiin aamiin ya rabbal \u2018aalamiin. Apabila pada tulisan kisah ini banyak kekurangan dan tidak kesesuaian dengan kenyataan di lapangan saya mohon maaf kepada semua pihak yang terkait dengan Lembaga Pendiddikan MI Al-Hidayah Sidadadi. Insya Allah tujuan saya adalah memberikan motivasi kepada masyarakat Sidadadi untuk senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan melalui MI Al Hidayah Sidadadi. 86 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Biodata Penulis Dra Hj. Anisatul Umniyah, lahir di Cilacap, 12 April 1965 adalah Pengawas PAI TK\/SD wilayah Korwil Bidik Kec. Cilacap Utara dan Jeruklegi. Pengalaman pekerjaan: a.GPAI SDN Cipari 04 (2000-2002), b.GPAI SDN Segaralangu 02, c.GPAI SDN Serang 02, d.GPAI SDN Kesugihan 01 (2002- 2004), e.GPAI SMPN 1 Adipala (2004-2010) f.Pengawas PAI dan RAMIDIN Kec. Maos, Sampang dan Adipala (2010-2011), g.Pengawas PAI Kec. Kesugihan (2011-2014), h.Pengawas PAI Kec. Cilacap Utara dan Jeruklegi (2014-sekarang). Menikah dengan dr H. Marwoto, M.Si. dikaruni anak yaitu Fella Niltalmuna Salsabila dan Fahrin Ulya Nisrina yang saat ini masih sekolah di SMA N 1 Cilacap. Saat ini berdomisili di Jl. Badak II No.25.A Rt. 003 Rw. 001 Kel. Mertasinga Kec. Cilacap Utara. Penulisan antologi ini adalah pengalaman pertama bagi penulis yang sedang belajar menumbuhkan semangat menulis. Semoga tulisan ini bisa menjadi motivasi untuk bisa menghargai jasa para guru yang telah memberikan ilmunya kepada kita..........Aamiin. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 87","Bagian Tujuh Guru Berprestasi Nasional Etik Fadhilah Ihsanti Setelah menyusun berkas portofolio, best practice dan membuat video pembelajaran, biasanya kita diminta untuk mengunggah berkas-berkas tersebut ke website Kemenag RI Selain mengunggah berkas, kita juga diminta untuk mengumpulkan file-file tersebut kepada panitia pusat saat melakukan verifikasi ke Kemenag Provinsi. Jadi aturlah waktu sebaik mungkin untuk melengkapi semua persyaratan yang diminta. Aku sendiri waktu itu sampai mengajukan ijin dari tugas-tugas mengajar di madrasah guna berfokus pada kegiatan ini. Aku sangat bersyukur karena hampir semua teman guru kepela madrasah sangat mengerti dan mendukungku. 88 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","HGN, adalah hari spesial untuk mengenang jasa para guru dan pendidik atas jasa-jasa yang telah diberikan. Guru telah mampu mengantarkan kita memperoleh banyak ilmu sehingga kita menjadi manusia yang beradab, berwawasan luas dan penuh raihan prestasi. Kita bisa melihat luasnya samudera dan bisa menggapai tingginya bintang di langit itu adalah berkat jasa dari para guru-guru kita. Guru yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu memandang luas samudera dan cara menggapai bintang sehingga kita bisa meraih cita-cita. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mengantarkan kesuksesan kita semua. \\\"Terima kasih guruku, baktimu, jasamu adalah ladang pahala yang akan terus mengalir sepanjang masa. Ilmu yang kau berikan dengan tulus dan ikhlas merupakan amal jariyah yang begitu mulia.\\\" HGN 2019 adalah hari bersejarah bagiku karena mampu mempersembahkan sebuah piala. Piala penghargaan sebagai Juara II Tingkat Nasional Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Kategori Guru Madrasah Ibtidaiyah. Piala penghargaan tingkat nasional yang ke-5 kalinya sebagai guru yang mampu aku persembahkan sebelum aku diamanahi tugas menjadi seorang kepala madrasah. Alhamdulillah, semua raihan prestasi Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 89"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook