["ketika anak-anak memasuki pintu gerbang. Tidak aku hiraukan tetesan keringat yang mengucur membasahi baju kebesaranku. Semoga butiran keringat tercatat sebagai amal untuk kehidupan kelak di sisi-Nya. Aamiin. Lonceng tanda masuk berbunyi. Anak-anak berhamburan menuju kelas. Mereka semua bersiap untuk belajar di kelas dengan jadwal harian yang sudah mereka tulis. Guru pun bersiap untuk mengajar sesuai jadwal yang ada di kelasnya. Bertemu dengan wajah-wajah ceria generasi penerus bangsa yang membanggakan. Satu persatu kuperhatikan mereka di kelas., namun terasa ada yang kurang karena ada bangku yang kosong tidak terisi. \u201cKenapa Nisa tidak berangkat, adakah yang tahu?\u201d Tanyaku. \u201cMungkin Nisa sakit bu guru, karena kemarin pulang sekolah basah kuyup kehujanan,\u201d Nina teman sebangkunya menjawab. Akupun menjawabnya dengan doa, kalau benar sakit semoga cepat sembuh dan diaminkan oleh warga kelas. Walaupun tidak lengkap tanpa kehadiran Nisa, namun tidak mengurangi semangat mereka unuk belajar di kelas. Terbukti dari materi yang aku sampaikan, mereka menanggapinya dengan baik di forum diskusi kelas. Bahagia rasanya bisa melihat mereka aktif di kelas. Seiring dengan berjalannya waktu, ada info mengenai lowongan seleksi CPNS, Calon Pegawai Negeri Sipil. Selama 140 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","menjadi guru honorer, akupun telah berusaha untuk manambah wawasan kependidikan dengan mengikuti kuliah Akta IV mengingat latar pendidikanku bukan keguruan. Ibarat kendaraan Akta IV adalah SIM-nya untuk menjadi guru Tambahan ilmu keguruan membuatku semakin yakin dan mantap menjalani hari-hari sebagai tenaga pendidik. Aku pelajari persyaratan yang ada dan aku bertekad untuk bisa mengikuti seleksi yang ada. Aku persiapkan berkas sampai aku harus membuat kartu kuning sebagai tanda kartu pencari kerja untuk persyaratannya. Itu harus diurus ke kota kabupaten di Kantor Dinas Tenaga Kerja. Untuk mencapai Kantor Dinas Tenaga Kerja, harus menempuh dengan bis sebagai alat transportasi umum karena tidak puya sepeda motor sendiri. Jarak 30 km bisa memakan waktu 1 jam perjalanan. Itupun aku lakukan untuk bisa mencoba mengikuti persaingan menjadi CPNS guru. Keberanian untuk bisa merubah nasib tidak membuatku takut dan patah semangat walau aku belum tahu di mana letak kantor itu berada. Malu bertanya sesat di jalan, begitu pepatah mengatakan. \u201cTerminal\u2026terminal\u2026\u201d teriak kondektur bis membuyarkan lamunanku. Alhamdulillah ternyata sudah sampai di ibukota nih, batinku. Akupun bergegas turun bersama penumpang lainnya di terminal sebagai persinggahan yang terakhir dari rute bis yang kami tumpangi. Aku berjalan dan sambil mencari tahu angkot yang akan membawaku ke kantor Dinas Tenaga Kerja. Setelah Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 141","berhasil ditunjukkan oleh seorang calo, akupun masuk ke dalam angkot dan mencari tempat duduk yang kosong. Setelah angkot penuh maka perlahan mesin mulai dihidupkan dan berjalan menjauh dari parkiran angkot menuju rute yang menjadi bagiannya. Setelah beberapa menit maka sampailah aku di Kantor Dinas Tenaga Kerja walau harus berjalan beberapa meter karena ternyata tidak dilewati oleh angkot. \u201cOlahraga nih,\u201d kataku membatin. Sampailah di depan pintu gerbang kantor, aku memasuki dengan sedikit berdebar. Ada petugas yang ramah menyapaku dan bertanya apa yang menjadai keperluanku. \u201cSelamat pagi Mbak, selamat datang di Kantor Dinas Tenaga Kerja, apa yang bisa kami bantu?\u201d Tanyanya begitu ramah. Akupun menjawab keperluanku untuk membuat kartu kuning kartu pencari kerja. Aku pun ditunjukkan kepada petugas yang mengurusi. Beliau meninggalkanku setelah aku berterima kasih kepadanya. Pembuatan kartu segera diproses antri bergiliran dengan tertib dan akhirnya selesai juga kartu kuningku. Waktu pendaftaranpun tiba juga. Aku bersiap untuk mengikuti tes formasi guru MI walaupun aku honorer di sekolah lanjuatan atas, dengan pertimbangam kuota yang lebih banyak dan lebih ada peluang untuk bisa lolos seleksi. Sehingga akupun memilih untuk mengisi formasi MI dan mencoba mencari peruntungan untuk ikut berkompetisi. Siapa yang bersungguh-sungguh dengan penuh keyakinan, maka akan menuai hasil kesuksesan. Dengan usaha dan 142 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","kesungguhan serta doa aku berhasil ikut ujian dan singkat cerita aku lulus seleksi karena ada nama dan nomor ujianku terpampang di papan pengumuman kantor. Alhamdulillah, ucapku penuh haru dan syukur kepada Sang Maha Kuasa. Babak baru dimulai. Setelah resmi lulus seleksi, maka ada info selanjutnya dari panitia CPNS kabupaten untuk segera mengurus pemberkasan dengan mengumpulkan dan menyetorkan data dengan waktu yang terbatas. Semangat berkobar dalam dada walau aku mempunyai momongan yang masih balita waktu itu. Alhamdulillah anakku bisa diajak kompromi seakan akan ikut merasakan perjuangan ibunya berkompetisi dan harus segera mengurus berkas jangan sampai ketinggalan. Bolak- balik ikut dalam gendongan sehat walau harus menembus terik matahari dan hujan. Setelah proses pemberkasan selesai tinggal menunggu informasi selanjutnya dari panitia dan menjalin komunikasi yang baik berkaitan dengan informasi terbaru yang akan diumumkan di group. Masa penantian, aktivitas sebagai guru honor tetap berjalan. Lenyap segala lelah ketika bertemu dengan murid-murid yang lucu dan kadang bikin geregetan, kesabaran yang tidak berbatas. \u201cBu guru, ini si Ari tidur di kelas\u201d celetuk Shinta. Aku hampiri Ari yang tertidur pulas menyandarkan kepalanya di meja. Alangkah lelapnya, terlihat betapa keletihan terpancar di wajahnya. Kubiarkan dia menikmati tidurnya tanpa aku membangunkannya, dan menyuruh Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 143","anak-anak untuk kembali fokus ke pelajaran. Senang melihat semangat mereka tanpa terganggu oleh teman mereka yang tertidur pulas hingga bel pelajaran terdengar berdering. Alhamdulillah..Anak-anak berhamburan keluar kelas dengan tertib. Aku menunggu si Ari sambil mengoreksi pekerjaan yang masih tersisa. Rasa tenggorokanku yang kering membuatku terbatuk dan membuat si Ari terbangun. Melihat teman-temannya sudah pulang dan dengan perasaan malu Ari berujar. \u201cYa Allah, aku tertidur di kelas, maafkan Ari bu guru\u201d \u201cTidak mengapa Ari sudah ibu maafkan, apa yang membuatmu begitu lelah dan ibu tidak tega untuk membangunkanmu sehingga kamu terlelap begitu?\u201d Tanyaku. Ari menceritakan dengan nada sedih, bahwa ibunya sedang sakit sementara ayahnya tidak di rumah karena bekerja mencari nafkah di luar daerah. Sehingga sebagai anak laki-laki yang tertua Ari bertanggungjawab atas keadaan ibunya. Menunggu ibu yang sakit membuatnya harus begadang karena takut akan keadaan ibunya. Ari sangat sayang kepada ibunya yang telah melahirkannya ke dunia ini sebagai sosok yang harus dihormati, sementara ayahnya tidak di rumah sedang berjuang untuk keluarganya. Akupun terdiam mendengar ceritanya, ada rasa haru yang menyeruak di relung kalbuku. Akupun mempersilakan Ari untuk pulang, tidak lupa titip doa untuk kesembuhan ibunya dan bersabar atas keadaan yang sedang menimpanya. 144 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Masa penantian akhirnya datang juga. Surat tugas datang untuk segera dilaksanakan. Aku ditugaskan di sekolah yang baru yaitu MI Muhammadiyah Gentasari TMT 1 Januari 2005. Aku harus meninggalkan sekolah yang lama dengan beribu kenangan dan perjuangan selama 12 tahunan pengabdianku. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu. Haru karena harus berpisah dengan anak-anak dan teman-teman keluarga besar SMA Muhammadiyah Mujur dan bahagia karena lulus seleksi menjadi CPNS. Aku akan selalu ingat pesan bapak kepala ketika acara pamitan, dimanapun berada harus bisa menempatkan diri menjadi orang yang bermanfaat. Tetap menjalin tali ukhuwah dan terus berjuang di dunia pendidikan mengamalkan ilmunya secara masimal. Bisa beradaptasi di tempat yang baru dan selalu bisa mengukir prestasi. Jauh di mata dekat di hati. Tanpa terasa butiran dingin menetes di pipiku, aku terharu. Mentari pagi menyapa penghuni bumi dengan sinarnya yang hangat. Kegiatan rutin di pagi hari berjalan seperti biasa. Hari ini hari pertamaku untuk datang di tempat tugasku yang baru di MI Muhammadiyah Gentasari. Entah bagaimana aku menggambarkan perasaanku kala itu, datang di tempat yang baru yang masih asing di hari-hariku. Bismillah, aku bulatkan tekadku untuk bisa menjalankan tugas dengan baik. Aku keluarkan sepeda motor bebek warna merah kesayanganku. Walaupun motor jadul tapi sudah membawa banyak kenangan mengiringi tugasku selama ini. Tidak memakan waktu lama, sampailah aku di gedung cukup Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 145","megah MI Muhammadiyah Gentasari di dusun Karag yang berbatasan dengan desaku Paberasan. Aku parkir motor, kulepas jaket dan helm dan berjalan menuju ruang kantor yang tidak jauh dari parkiran. \u201cAssalamu\u2019alaikum warohmatullohi wabarokatuh\u201d ucapku dengan hati berdebar. \u201cWa\u2019alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu silakan masuk.\u201d Terdengar jawaban di seberang. Akupun masuk dan duduk setelah dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Ibu kepala menemuiku setelah kami bersalaman dan berkenalan. Setelah saling sapa membuka pembicaraan, aku menyampaikan maksud kedatanganku, dan aku tunjukkan surat tugas dari kantor lalu menyerahkannya kepada ibu kepala. Setelah diterima, sesaat beliau membacanya dan berkata. \u201cSelamat datang bertugas di MI Muhammadiyah Gentasari, selamat bergabung, silakan bersama-sama berjuang untuk memajukan MI Muhammadiyah Gentasari.\u201d Akupun mengiyakan dan meminta bimbingan serta pengarahan dari beliau. Beliau mempersilakan aku untuk melihat-lihat suasana tempat kerja yang baru dan mengenalkan dengan teman-teman guru yang sudah lebih dahulu berjuang di MI Muhammadiyah Gentasari. Suasana baru dimulai di tempat yang baru, aku mendapatkan tugas baru sebagai guru kelas 6. \u201cAmboi, tantangan berat,\u201d batinku. 146 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Siswa tertinggi yang akan menempuh ujian kelulusan dan harus bisa menjadi contoh bagi adik kelasnya. Dengan bismillah aku mulai tugas baruku. Berbagai hal aku persiapkan dengan meminta bantuan dari teman-teman baruku dan bimbingan dari ibu kepala madrasahku. Guru kelas berati aku harus bisa menguasai semua materi yang ada di kelas, berbeda di tingkat lanjutan yang aku hanya mengampu mata pelajaran. Talas, tiada kata malas untuk belajar dan belajar serta berlatih. Ternyata menyenangkan bertemu dengan anak-anak yang masih polos masih lugu dengan tingkah polahnya yang lucu dan menggemaskan. Serasa lebih muda nih aku bergumam lirih. Membersamai anak-anak dengan bakat yang beraneka macam butuh kesabaran dan ketelatenan. Ada beberapa moment lomba yang ada di tingkat kecamatan untuk guru dalam rangka Hardiknas. Ada geguritan, ada macapat yang semuanya awam bagiku. Akupun punya niat untuk ikut mencoba mendaftar dan berusaha mencari tahu tentang materi lomba. Aku berguru belajar dari para senior yang menguasai tanpa rasa malu bahkan belum kenal karena aku ingin bisa dan aku harus bisa. Dengan penuh keyakinan dan percaya diri, aku memberanikan diri untuk mendaftar. Di hari pelaksanaan akupun meminta ijin dan doa dari ibu kepala dan teman-teman serta anak didikku. Aku pergi ke tempat lomba untuk mengikutinya. Setelah daftar ulang dan mengambil nomor undian, akupun duduk dan berbaur dengan peserta lainnya. Dag dig dug hatiku tak terkira menunggu nomor antrian undian untuk tampil di depan para juri. Hingga nomorku dipanggil akupun maju dan Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 147","tampil semaksimal yang aku bisa. Maknyesss..adem rasanya sudah melaksanakan tugas dengan baik dan menunggu hasil esok hari. Rutinitas kembali berjalan, hingga pengumuman hasil lomba pun akhirnya sampai juga ke sekolah. Ibu kepala memanggilku dan memberi ucapan selamat atas prestasinya menjadi juara 1 lomba geguritan tingkat kecamatan dalam rangka Hardiknas. Serasa tidak percaya aku mendengarnya namun nyata adanya, bahagia bisa menjadi yang terbaik. Ibu kepala berpesan untuk menularkan ilmunya kepada anak- anak dan bisa mengikuti lomba jika ada dan membawa prestasi juga. Aku mengiyakan dan mengaminkan. Semua ikut senang dan bersyukur telah mampu bersaing dengan guru-guru SD, MI, SMP, SMA walau dari sekolah swata. Tantangan bagiku untuk bisa menorehkan prestasi bagi anak didiku. Peluang itu muncul di tahun berikutnya. Ada lomba yang sama untuk siswa. Akupun memilih beberapa siswa untuk belajar dan bersiap mengikuti lomba. Setelah beberapa hari maka terpilih siswa yang akan aku daftarkan mengikuti lomba. Tiba di hari pelaksanaan, aku ditugasi sebagai guru pendamping untuk menghantarkan ke tempat lomba di aula UPT kecamatan. Setelah melewati prosedur pendaftaran dan mengambil undian, maka tinggal menunggu waktu untuk tampil. Aku memberi motivasi dan membesarkan hati anak didikku yang juga mengalami hal yang sama sepertiku ketika dulu ikut lomba. Penantian datang juga untuk berakting 148 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","tampil sebaik mungkin. Plong\u2026lega rasanya, tinggal menunggu hasil yang akan diumumkan oleh panitia. Pembacaan hasil lomba pun sudah siap setelah selesai dan juri berembug. Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat. Aku berkeyakinan masuk menjadi juara untuk siswaku. Hingga selesai dibacakan hasilnya, ada nama anakku terdengar berada di urutan kedua. Alhamdulillah, membawa hasil yang nyata bukan sekedar mimpi. Berita ini pun aku kirimkan ke ibu kepala dan kami pulang dengan membawa piala kemenangan. Kami disambut dengan penuh kegembiraan dan kebanggaan. Senyuman mengembang penuh kebahagiaan. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 149","Biografi Penulis Warjiyah biasa dipanggil Yayah. Sekarang berdinas sebagai ASN Guru di MIN 1 Cilacap yang beralamat di Jalan Mataram Nomor 38 Pekuncen Kroya. Mencari kebahagiaan dengan jalan yang mulia, berkah manfaat bagi orang lain yang menjadi mottonya. NOMOR WA : 081327405688 EMAIL: [email protected] 150 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Bagian Dua Belas Haru di Hari Rabu Dita Pratiwi Aku masukkan kunci dan nyalakan mesin. Bersiap meninggalkan sekolah, mengakhiri rutinitas harian. Satulagi yang tidak boleh terlupakan. Bukti kehadiran. Ya, finger print kepulangan. Mesin perekam sidik jari sebagai salah satu bukti telah aku tunaikan kewajibanku di sekolah. Berada persis di gerbang utama bangunan sekolah, di sebelah pos penjagaan. Aku tempelkan jempolku hingga mesin mendeteksi. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 151","\\\"Baik, anak-anak. Alhamdulillah pembelajaran hari ini sudah selesai. Semoga apa yang kalian dapatkan menambah wawasan dan berkah untuk kehidupan kalian. Mari kita tutup kelas, silakan dipimpin oleh Zaky.\\\" Ucapku mengakhiri pembelajaran. \\\"Mari teman-teman..kita tutup kelas. Mulai..\\\" pimpinnya. Selesai berdoa dan merapikan meja kursi masing- masing, anak-anak kelas enam satu persatu meninggalkan kelas. Tidak lupa memberikan salam hormat padaku selaku guru kelas. Aku pun merapikan media pembelajaran yang sudah aku pakai tadi. Buku paket, buku nilai, laptop, pulpen merah adalah teman-temanku yang siap siaga setiap hari. Ya, itulah rutinitasku sebagai guru. Ini tahun ketujuh sejak aku memutuskan untuk bergabung di sekolah dasar. Lelah? Ya, sudah pasti. Delapan jam aku habiskan waktuku di sekolah bersama anak-anak didikku. Senang? Itu pun yang aku rasakan. Selesai aku rapikan seperangkat teman kerjaku, kulangkahkan kakiku ke masjid. Aku tunaikan kewajibanku di waktu Ashar. Aku rehatkan sejenak pikiran tugas yang masih menanti, melepas kesibukan seharian tadi. Tidak 152 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","lupa aku akhiri dengan memanjatkan untaian doa untuk putra-putri didikku. Doa terbaik untuk mereka yang kelak akan menjadi generasi penerus melalui ilmu yang aku berikan. Tepat pukul 16.00 WIB, aku keluar kelas. Aku gendong tas kerjaku menuju lantai bawah bangunan sekolah. Butuh beberapa menit untuk sampai di selasar lantai satu dari kelasku yang berada di lantai tiga. Ransel yang aku gendong terasa berat terlebih lagi di sisa tenaga di waktu kepulangan kerja. Langkahku menuju ke area parker belakang sekolah. Di sana telah menanti kuda bermesin yang selalu mengantarkan dan menemaniku ke sekolah. Tidak lupa aku kenakan pelindung kepala, tidak hanya untuk mencari aman ketika ada para penegak aturan jalan yang akan aku temui di persimpangan jalan, namun guna melindungi anggota tubuh terpenting dari benturan atau sejenisnya. Krek! Sudah aku pastikan helm terpasang dengan benar. Aku masukkan kunci dan nyalakan mesin. Bersiap meninggalkan sekolah, mengakhiri rutinitas harian. Satulagi yang tidak boleh terlupakan. Bukti kehadiran. Ya, finger print kepulangan. Mesin perekam sidik jari sebagai salah satu bukti telah aku tunaikan kewajibanku di sekolah. Berada persis di gerbang utama bangunan sekolah, di sebelah pos penjagaan. Aku tempelkan jempolku hingga mesin mendeteksi. \\\"Terima kasih,\\\" begitu jawabnya. Motor aku siap melaju. Namun, sesuatu menahannya. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 153","\\\"Bu Dita, tunggu. Ini ada titipan buat Ibu,\\\" panggil Pak Deni, salah satu tim keamanan sekolah. \\\"Oh, iya Pak. Titipan apa ya?\\\" Tanyaku. \\\"Sebentar Bu, saya ambilkan,\\\" jawabnya seraya mencari sesuatu. Disodorkannya sebuah benda berwarna putih. Dari dekat baru bias aku lihat ada sebuah stempel dan perangko di atasnya. Oh, sebuah surat. Aku masukkan surat itu langsung ke dalam ranselku. \\\"Terima kasih, Pak.\\\" Ucapku sebelum aku tinggalkan gerbang sekolah. \\\"Sama-sama, Bu. Hati-hati.\\\" balasnya. Salah satu yang membuatku nyaman di sekolah adalah interaksi yang dinamis dan harmonis antar warga sekolah. Tidak mengenal status jabatan, antara guru maupun karyawan yayasan. Setibanya motorku di rumah, sekejap statusku berubah menjadi seorang ibu biasa dengan rutinitas yang lain. Ia berlari dari dalam rumah dan menyambutku dengan pelukan hangat. Ya, anak lelaki yang baru berumur lima tahun saat ini. Kelincahan dan keceriaannya selalu menjadi alasanku untuk segera pulang dari tempatku bekerja. \\\"Yee..mama udah pulang!\\\" teriaknya girang. Diciumnya pipiku. Itulah sambutan terhangat darinya. Selesai aku bersihkan diri, waktunya membersamai anakku. Menemaninya bermain dan belajar. Maklum, 154 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","papanya belum pulang karena waktu bekerjanya lebih lama disbanding diriku. Inilah peran yang aku jalani saat di rumah. *** Satu persatu peralatan tempur aku siapkan. Rutinitas harian akan dimulai sebentar lagi. Satu persatu anak-anak didikku telah menyimpan tasnya di bangku mereka. Celotehan mereka meramaikan suasana pagi ini. \\\"Baik anak-anak, kita akan lanjutkan pembelajaran hari ini menyambung pembelajaran pertemuan sebelumnya ya!\\\" ucapku memulai pembelajaran. Tidak lupa aku mengecek dan menghitung jumlah anakku yang hadir. Memastikan jumlahnya pas, jika tidak, bersiap aku tanyakan alas an ketidak hadirannya pada orang tua atau wali mereka. Bahagia sekali jika melihat mereka duduk dan mengerjakan tugas dengan tekun. Dalam diam, selalu aku doakan agar kelak mereka menjadi anak-anakku yang sukses dan mampu mewujudkan cita-cita. Bel berbunyi menandakan berakhirnya pembelajaran dan dimulainya waktu istirahat pertama. Setelah aku ucap salam, mereka berhamburan meninggalkan kelas untuk beristirahat. Ada yang ke kantin dan bermain di lapangan. Terlihat pula ada yang memilih untuk membaca buku di dalam kelas. Akupun memilih untuk beristirahat di dalam kelas. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 155","Seketika aku teringat dengan titipan kemarin sore. Belum sempat aku baca isinya.Aku rogoh bagian luar tas ranselku. Aku baca pengirimnya. \\\"Hukma?\\\" Tanyaku dalam hati. Segera aku buka lipatan kertas putih itu sambal aku bayangkan sosok pengirimnya. Assalamu\u2019alaikum. Bu Dita, bagaimana kabarnya? Semoga Ibu selalu sehat, begitupun dengan kabar Hukma di sini. Ibu, masih ingat nggak sama aku? Alhamdulillah aku sekarang bersekolah di pesantren khusus putri. Di sini teman-temannya baik, aku jadi betah tinggal di sini, Bu. Oya, Bu. Aku mau bilang terima kasih banyak. Berkat ilmu yang Bu Dita kasih sewaktu di SD dulu, sekarang nilai pelajaran Bahasa Indonesiaku di sini bagus. Semua yang Ibu sampaikan terasa sekarang sama aku, Bu. Terima kasih ya, Bu. Doakan aku bias sukses dan menjadi guru seperti Ibu. Bu Dita, aku kangen. Kalau ada waktu nanti aku mau ke SD ketemu ibu ya! Sudah dulu ya Bu. Wassalamu \u2018alaikum. Salam hormat, Hukma Bangga, haru, itu yang aku rasakan saat membaca secarik goresan tinta itu. Sosok anak perempuan yang baik, rajin, penurut. Ya, Hukma. Dia anak kelas enam yang juga dulu 156 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","diajar olehku. Masih jelas teringat kebiasaannya ketika istirahat seperti ini. Di saat teman-temannya yang lain memilih untuk jajan ke kantin, ia justru menghampiriku. Sekedar ingin bercerita atau bertanya sesuatu hal yang ingin diketahuinya. Waktu berlalu begitu cepat. Begitu banyak pengalaman dan kesan yang tersimpan. Bukan saja mereka yang mendapatkan ilmu dariku, tapi juga aku. Dari merekalah aku belajar. Merekalah juga yang menjadi guru kehidupan bagiku. Terima kasih anak-anak hebat! Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 157","Biodata Penulis Dita Pratiwi, S.Pd. Penulis lahir di Bandung pada 2 Februari 1990. Anak pertama dari dua bersaudara ini merupakan alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (2012). Saat ini, penulis menjadi pengajar di Sekolah Dasar Bintang Madani Bandung. Menulis memang bukan sesuatu yang instan. Perlu waktu juga melibatkan perasaan. Namun, jika sudah menyenangi, akan terasa begitu ringan. Alhamdulillah, walaupun belum banyak, penulis sudah menorehkan karyaantara lain: Kembang Bermadu (Antologicerpen, Carablaka, 2020), Bersamamu, Ingin Kuraih Rida-Nya (Antologi cerpen, SamudraBiru, 2021), Merajut Memori 2020 (Antologi cerpen, Kanaka Media, 2021), Mengukir Mimpi 2021 (Antologi cerpen, Kanaka Media, 2021), Seberkas Kisah Masa Kuliah (Antologi cerpen, Kanaka Media, 2021), dan Luka Juang (Antologi puisi, Buku in Publishing, 2021). Harapannya, tahun ini penulis bias mengeluarkan buku solo. 158 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Bagian Tiga Belas Pengabdian yang Tulus Barokatus Sholihah Di SMA lebih banyak ditemukan permasalahan oleh siswa, karena mereka sedang dalam masa beranjak dewasa jadi bisa dikatakan merupakan masa penjajakan untuk mengenal jati diri mereka. Ada yang sudah mengenal pacaran hingga pergaulan bebas seperti merokok dan lain sebagainya. Namun semua itu tidak bisa selesai hanya dengan kita memarahi dan keras terhadap mereka, justru kalau kita hadapi dengan keras mereka tidak akan menurut bahkan lebih keras lagi dari kita. Untuk menasihati mereka, kita harus menggunakan cara yang halus dengan kita memposisikan diri kita menjadi teman mereka agar mereka mau menceritakan curahan hati mereka kepada kita dan dari situ kita bisa memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada mereka. Dengan seperti itu mereka juga akan lebih segan dan menghormati kita sebagai guru. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 159","Pelita dalam kegelapan, pahlawan tanpa tanda jasa merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan sosok guru. Guru merupakan cita-citaku semasa kecil. Cita-cita seorang anak kecil yang melihat ketulusan seorang guru dalam membimbing murid-muridnya. Yang dengan sabar menghadapi berbagai macam karakter siswa. Ilmu yang diberikan dengan ikhlas agar bermanfaat bagi masa depan muridnya. Harapan menjadi guru itu pun bertambah kuat hingga aku dewasa. Bahkan ketika ingin mendaftarkan diri ke perguruan tinggi pun aku selalu memilih jurusan pendidikan agar bisa mewujudkan impian sebagai guru. Namun, harapan itu sirna ketika aku tidak diterima di jurusan pendidikan, sudah bermacam peguruan tinggi kucoba mendaftar di jurusan pendidikan namun tidak ada satu pun yang menerimaku untuk masuk di jurusan pendidikan. Hingga aku terpaksa memilih jurusan lain dan akhirnya aku masuk di jurusan Hukum Islam. Sejak saat itu, pupus sudah harapanku untuk menjadi seorang guru. Selama empat tahun aku jalani kuliah di jurusan hukum. Walaupun sebenarnya hati kurang tertarik di bagian tersebut, namun aku harus tetap bertanggung jawab untuk 160 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","menyelesaikan kuliahku demi orang tuaku mengingat sudah banyak perjuangan dari orang tuaku demi mencukupi kebutuhanku selama kuliah. Aku terus berusaha memberikan yang terbaik dalam kuliahku sehingga aku bisa lulus kuliah dengan predikat cumlaude dan lulus tepat waktu. Semua itu aku lakukan demi membahagiakan orang tuaku yang telah berjuang untuk membiayai kuliahku. Setelah lulus kuliah, aku langsung berusaha mencari kerja. Namun ternyata untuk mendapatkan pekerjaan itu tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Aku berusaha melamar pekerjaan sesuai dengan ijazahku namun berkali-kali pula aku gagal. Bahkan agar tidak merepotkan orang tua lagi, aku menerima pekerjaan sebagai kasir di sebuah tempat bermain anak-anak yang hanya dengan menggunakan ijazah SMA sembari mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan ijazah sarjanaku. Bertahun-tahun aku jalani pekerjaan sebagai kasir, namun belum juga aku mendapatkan panggilan kerja yang sesuai dengan ijazah S1- ku. Tiga tahun kemudian, aku dilamar oleh seseorang dan akhirnya kami menikah. Setelah menikah, aku keluar dari pekerjaanku sebagai kasir dan ikut suami ke Jakarta. Suamiku bekerja sebagai guru matematika SMA swasta di Jakarta dan kebetulan di sekolah tersebut masih membutuhkan guru agama sehingga aku ditawari untuk menjadi guru agama di sekolah tersebut. Aku langsung menerima tawaran itu dengan senang hati karena memang cita-citaku dari kecil ingin menjadi guru. Namun aku juga bingung karena belum mempunyai pengalaman mengajar Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 161","sama sekali dan aku pun bukan dari lulusan pendidikan. Namun itulah kuasa Allah SWT. Bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin, kalau Allah sudah berkata \u201ckun fayakun\u201d apapun bisa terjadi. Begitu pula denganku, walaupun aku bukan dari sarjana pendidikan namun dengan kuasa Allah SWT, aku tetap bisa menjadi guru. Awal mengajar di sana aku bingung dan agak grogi karena itu baru pertama kali mengajar siswa di sekolah, bahkan caraku mengajar masih kaku. Namun karena muridku anak SMA yang sudah beranjak dewasa jadi bisa saling mengerti bahkan mereka juga suka bercanda jadi lama- kelamaan suasana berubah menjadi mengasyikan. Sejak saat itu aku terus belajar untuk berusaha menjadi guru yang lebih baik lagi. Aku niatkan lillahi ta\u2019ala menjadi guru untuk berbagi ilmu agar bisa bermanfaat untuk murid-muridku kelak. Aku tetap semangat walaupun aku masih harus banyak belajar untuk bisa menjadi guru yang baik. Waktu terus berlalu hingga aku mulai bisa beradaptasi dengan guru dan murid di sana. Menjadi guru itu ternyata bukan suatu hal yang mudah karena kita harus bisa sabar menghadapi berbagai macam karakter siswa. Terutama untuk murid SMA, mungkin karena mereka mulai beranjak dewasa jadi banyak tingkah mereka dalam menemukan jati diri mereka, keluarga dan lingkungan pun sangat berpengaruh dalam pergaulan mereka. Menjadi guru SMA tidak hanya kita memberikan materi-materi pelajaran di sekolah namun kita harus bisa juga menjadi guru BK 162 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","sekaligus teman untuk membimbing mereka menjadi pribadi yang baik. Di SMA lebih banyak ditemukan permasalahan oleh siswa, karena mereka sedang dalam masa beranjak dewasa jadi bisa dikatakan merupakan masa penjajakan untuk mengenal jati diri mereka. Ada yang sudah mengenal pacaran hingga pergaulan bebas seperti merokok dan lain sebagainya. Namun semua itu tidak bisa selesai hanya dengan kita memarahi dan keras terhadap mereka, justru kalau kita hadapi dengan keras mereka tidak akan menurut bahkan lebih keras lagi dari kita. Untuk menasihati mereka, kita harus menggunakan cara yang halus dengan kita memposisikan diri kita menjadi teman mereka agar mereka mau menceritakan curahan hati mereka kepada kita dan dari situ kita bisa memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada mereka. Dengan seperti itu mereka juga akan lebih segan dan menghormati kita sebagai guru. Tidak terasa sudah hampir dua bulan aku mengajar di sekolah tersebut. Pernah suatu hari perutku terasa sakit hingga mengganggu konsentrasiku mengajar. Sampai rumah aku langsung minum obat berharap bisa meredakan sakitnya, setelah minum obat bukannya lebih baik tapi malah badanku semakin terasa sakit hingga akhirnya kuperiksakan diriku ke dokter. Hasil periksa dari dokter membuatku kaget sekaligus bahagia karena ternyata aku hamil. Saat hamil muda dengan kondisi tubuh yang lemah dan sering mual namun aku harus tetap menjalankan kewajibanku sebagai guru. Posisi kelas tempatku mengajar Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 163","ada di lantai empat, setiap hari aku harus berjalan menaiki tangga sampai lantai keempat. Alhamdulillah kondisi kandunganku baik dan juga kuat jadi janinku tetap sehat dan tumbuh dengan baik walaupun harus setiap hari naik turun tangga hingga lantai empat. Suatu hari, ada seorang murid perempuan yang melihatku sedang mual-mual dan badanku sangat lemas lalu bertanya. \u201cIbu kenapa?\u201d \u201cTidak apa-apa, tenang saja\u201d jawabku. \u201cTidak apa-apa bagaimana Bu, Ibu kelihatan pucat seperti itu, Apa yang bisa saya bantu bu?\u201d \u201cTidak apa-apa Al, ibu baik-baik saja.\u201c \u201cAtau ibu sedang hamil ya? Kakakku dulu pernah hamil juga seperti itu, sama seperti Ibu.\u201d tanya murid yang bernama Alma itu. \u201cHhhmmm, iya Alhamdulillah Al. Tapi jangan kasih tahu siapa-siapa dulu ya. Biarkan semuanya tahu dengan sendirinya\u201d pintaku kepada Alma. \u201cBaik, Bu.\u201d Setelah itu, setiap aku bertemu dengan Alma di sekolah, dia selalu membantuku membawakan barang- barangku. Seiring berjalannya waktu, beberapa guru sudah mengetahui tentang kehamilanku. Dari situ mulai banyak yang memperhatikanku, ada yang memberiku makanan yang bergizi yang baik untuk kandunganku, ada yang 164 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","membantuku membawakan barang-barang apabila sekiranya barang bawaanku terasa berat. Aku bersyukur di kelilingi oleh orang-orang yang baik yang selalu membantuku di saat aku membutuhkan bantuan. Pada trimester kedua, mual-mual yang aku rasakan sudah mulai berkurang sehingga aku bisa fokus lagi dalam mengajar. Namun karena kandunganku perlahan mulai bertambah besar jadi semakin lama semakin banyak yang mengetahui kehamilanku. Bahkan tidak sedikit siswa yang memberiku selamat atas kehamilanku dan mendoakan yang baik untuk kandunganku. Tidak jarang mereka pun membantuku, ketika aku akan naik turun tangga menuju ke lantai empat ada beberapa siswa yang membantuku berjalan menaiki tangga, ada pula yang membantu membawakan barang-barangku hingga kantor guru. Di situ aku merasa tenang dan nyaman dengan sikap mereka terhadapku dan membuatku tetap semangat dalam menjalani tugasku sebagai guru. Waktu pun terus berlalu, aku sudah mulai terbiasa mengajar di dalam kelas dan sudah cukup akrab pula dengan beberapa siswa. Di situ pun aku mulai membangun kebiasaan ibadah para siswa. Siswa yang tadinya jarang shalat menjadi mulai terbiasa shalat karena setiap akan shalat aku selalu mengajak siswa-siswa untuk shalat berjamaah hingga mereka terbiasa dan sadar sendiri akan kewajiban shalat. Setiap awal pelajaran sebelum memulai materi yang akan dibahas, aku mengajak mereka untuk membaca Al Quran terlebih dahulu selama lima menit. Jadi mereka juga mulai terbiasa untuk Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 165","membaca Al Quran. Hal lainnya yang berkaitan dengan tugasku sebagai guru agama. Aku berusaha memberikan yang terbaik dalam pengabdianku sebagai guru. Karena menurutku guru tidak hanya memberikan materi saja namun juga harus bisa memberikan contoh yang baik untuk siswanya. Pada trimester ketiga kehamilan, kendunganku sudah semakin besar dan akupun mulai merasa berat untuk menaiki tangga. Namun itu tidak menjadi masalah bagiku untuk tetap bekerja, walaupun harus dengan pelan-pelan setiap hari tetap aku jalani untuk naik turun tangga hingga lantai empat. Sampai di kantor guru harus istirahat dulu sebentar untuk melepaskan lelah setelah naik turun tangga. Setelah kondisi tubuh mulai stabil lagi baru aku mulai masuk ke kelas untuk memberikan pelajaran. Aku tidak ingin terlalu memaksakan diri karena untuk menjaga kesehatan kandunganku namun juga harus tetap menjalankan kewajibanku sebagai seorang guru. Oleh karena itu, aku selalu berusaha memberikan yang terbaik semampuku. Namun menjelang kelahiran anakku, aku mengalami kegundahan. Aku bingung harus memilih apakah akan tetap melanjutkan tugasku sebagai guru ataukah harus mengalah untuk menahan impianku menjadi guru lagi. Kalau aku tetap melanjutkan bekerja kelak siapa yang akan menjaga anakku di saat aku kerja? Padahal kondisi aku dan suami hanyalah seorang guru honorer yang gajinya hanya cukup untuk makan dan kehidupan sehari-hari, tidak cukup kalau untuk memperkerjakan seseorang untuk menjaga anak kami. 166 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Setelah berdiskusi dengan suamiku, akhirnya diputuskan aku akan berhenti bekerja dan fokus untuk merawat anak. Sebulan sebelum hari perkiraan lahir aku mengajukan berhenti bekerja dan kembali ke kampung halamanku di Purworejo untuk melahirkan di sana. Karena masih anak pertama jadi masih membutuhkan orang tua untuk membantu dan belajar untuk merawat bayi sedangkan suamiku masih melanjutkan pekerjaan sebagai guru di Jakarta. 40 hari setelah kelahiran anakku, kami kembali ke Jakarta. Suamiku tetap bekerja sebagai guru di SMA swasta sedangkan aku di rumah menjadi guru untuk anakku. Saat anakku berusia 5 bulan ada lowongan CPNS, aku dan suami mencoba mendaftarkan diri. Aku melihat formasi yang ada sesuai dengan ijazah sarjanaku dan ternyata ada formasi yang sesuai dengan jurusanku saat kuliah yaitu menjadi guru Fiqih. Aku berfikir apakah ini jalanku untuk menjadi guru lagi. Akupun memutuskan untuk mendaftarkan diri pada formasi tersebut. Kami mendaftarkan diri untuk formasi di Yogyakarta sedangkan kami posisi masih di Jakarta, aku kirimkan persyaratan yang dibutuhkan melalui pos. Seiring berjalannya waktu dan beberapa tahapan seleksi dalam proses penerimaan CPNS tersebut muncul pengumuman bahwa aku lolos dan diterima menjadi CPNS. Namun kurang beruntung suamiku belum lolos. Tidak menjadi masalah karena masih ada harapan di hasilku. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 167","Setelah pengumpulan berkas persyaratan menjadi CPNS, kamipun memutuskan untuk pindah ke Purworejo sembari menunggu SK CPNS-ku turun. Setelah SK CPNS turun diketahui bahwa aku ditugaskan di salah satu madrasah ibtidaiyah di wilayah Kulon Progo dan mulai tugas tanggal 20 Mei 2019. Awal aku masuk kerja, kesan para guru sudah baik dan ramah kepadaku. Itu membuatku menjadi tenang dan semangat untuk bekerja di madrasah tersebut. Namun, satu hal yang berbeda yaitu sebelumnya aku mengajar siswa SMA yang sudah besar dan lebih mudah untuk memberikan pemahaman. Namun saat ini aku mengajar di madrasah ibtidaiyah yaitu murid sekolah dasar yang masih kecil dan membutuhkan pemahaman yang lebih. Menjadi guru madrasah ibtidaiyah itu lebih sulit dibandingkan dengan kita mengajar SMA. Kalau SMA kita memberikan pemahaman sedikit mereka sudah memahami. Namun, kalau untu di madrasah ibtidaiyah kita harus memberikan ilmu dari dasar, justru dengan ilmu dasar itulah yang menjadi penentu bagi siswa tersebut ketika sudah besar nanti. Kalau masih kecil mereka sudah diberikan pemahaman tentang agaman dan juga akhlak maka untuk ke depannya nanti mereka bisa memiliki akhlak yang baik pula. Itu menjadi tanggung jawab yang sangat besar bagi seorang guru karena dari guru tersebutlah karakter anak akan terbentuk. Menjadi guru madrasah ibtidaiyyah juga menuntut harus kreatif karena anak akan bosan dengan pelajaran yang stagnan seperti itu. Jadi anak-anak harus 168 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","diselingi dengan beberapa hiburan seperti menyanyi atau permainan yang mendukung dalam materi yang disampaikan. Itu semua membutuhkan kreativitas agar anak tetap tertarik untuk belajar. Anak-anak juga bisa menjadi hiburan karena dengan melihat tingkah polos mereka itulah yang bisa membuat kita merasa terhibur. Setelah aku mulai bekerja sebagai guru, anak aku titipkan di tempat penitipan anak. Karena selain untuk menitipkan anak, di sana juga diberikan pendidikan sesuai usianya jadi anakku bisa sembari belajar. Saat ini sudah dua tahun aku bekerja sebagai guru di madrasah tersebut. Dari situ membuatku semakin bersyukur karena ternyata rencana Allah itu lebih baik. Aku yang tadinya sudah pupus harapan untuk meneruskan cita-cita menjadi guru akhirnya bisa menjadi guru dari jalan yang tidak disangka-sangka. Aku bisa meneruskan cita-citaku menjadi guru dan juga mewujudkan impian ibuku agar salah satu anaknya ada yang diterima menjadi PNS. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 169","Biodata Penulis Barokatus Sholihah, S.H.I., biasa dipanggil Oka. Terlahir di Jakarta, 3 September 1992. Ibu satu anak ini bekerja sebagai guru Fiqih di MIN 1 Kulon Progo, adalah sarjana lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Alamat rumah di Desa Bugel, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Tulisan ini merupakan antologi ketiga. Penulis ingin membuat tulisan yang lebih banyak lagi dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. 170 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Bagian Empat Belas Asyiknya Menjadi Guru Heni Wijayanti Membangun karakter itu yang terpenting karena bagiku itulah puncak dari tingkat kelulusan kelas 6. Waktuku bersama mereka selama 1 tahun bisa membentuk karakter anak mulai dari mengecek sholat, dan apa yang telah mereka lakukan. Ada kontrol dalam segala hal sehingga dari anak yang trobel maker bisa berubah. Bagaimana anak-anak bisa merasakan kedekatan itu karena kasih sayang yang aku curahkan dalam mendidiknya. Sehingga setiap apa yang mereka lakukan aku ikut andil, di situ semua akan kembali pada karakter masing-masing anak Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 171","Menjadi seorang guru adalah hal yang terindah dalam hidupku, setiap insan mempunyai cita-cita dan keinginan untuk masa depannya. Proses kehidupan itulah yang menjadikan kita menikmati setiap perjalanan hidup. Anak-anak adalah aset bangsa yang harus kita rawat dan didik dengan baik. Menjadi seorang guru adalah tantangan tersendiri dalam masyarakat karena mendidik mereka tidak hanya berhenti hanya di sekolah saja. Tetapi dimanapun berada guru tetap di hati dan melekat di sanubari sehingga apapun perbuatan kita harus bisa menjadi contoh suri tauladan yang baik untuk semuanya. Dunia anak yang menjadi bagian hidupku, karena hakikat anak itu semua ingin disayang dan diperhatikan. Kalau kita mendidik anak dengan kasih sayang sampai kapanpun anak akan merasakan kasih sayang itu dan membekas sampai kapanpun. Selalu ada sebuah cerita saat- saat bersama dan selalu ingin kembali ke masa itu. Bagiku anak itu adalah amanah yang akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Seorang guru adalah panggilan jiwa yang terpatri dalam jiwa karena pekerjaan ini sangatlah mulia dan mempunyai banyak manfaat untuk semua orang. 172 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Apalagi anak-anak yang begitu dekat dengan kita dan akan selalu ada cerita dalam setiap masanya. Setiap aku menjadi wali kelas pastilah ada kesepakatan dengan peserta didikku mulai dari kontrak belajar dan rewad dan sanksi untuk kelancaran belajar. Pengalaman yang sangat berkesan setiap menjadi wali kelas ada selalu kejutan dan surprise pada waktu ultah. Anak-anak itu selalu bertanya. \u201cBu Heni tanggal lahirnya berapa ya?\u201d \u201cEmang ada apa nak?\u201d Tanyaku balik. \u201cAda deh Bu\u201d jawab mereka. Ternyata mereka mencari didaftar guru tanggal lahirku. Berjalannya waktu tibalah tanggal 8 Mei tepat hari ulang tahunku ternyata kelas sudah dihias sedemikan rupa untuk menyambut kedatanganku di kelas. \u201cSelamat pagi anak-anak\u201d sapaku. Ternyata mereka semua di belakang pintu dengan membawa sebuah kue tar sambil berkata. \u201cSelamat ulang tahun Bun Heni, semoga panjang umur dan murah rezeki\u201d sambil menyanyikan lagu ulang tahun. \u201dMakasih anak-anak atas doa kalian semua semoga Allah Meridhoi\u201d jawabku. Tidak hanya kue tar yang ada tapi banyak hadiah dari anak-anak, begitu juga puisi yang meraka buat untukku. Rasa Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 173","bahagia bercampur aduk sedih dan senang begitu mereka menyayangiku dan memperhatikanku dimomen yang bahagia ini. Menjadi seorang wali kelas 6 harus mempunyai jurus-jurus jitu bagaimana mengasah kemampuan anak. Untuk mampu dalam menghadapi siap dalam ujian untuk mapel IPA biasanya anak-anak aku suruh mengfahal materi dan maju satu persatu. Hasil nilai IPA selalu mencapai nilai yang baik bahkan pernah mencapi nilai yang hampir sempurna 9,75. Mas Bayu namanya, salahnya hanya satu waktu itu. Kalau Matematika itu harus sering berlatih dan menghafal rumus sedangkan untuk bahasa Indonesia adalah kata kunci setiap paragraph. Memang harus mempunyai cara bagaimana anak belajar cerdas dan cermat dan efisien karena pelajaran bahasa Indonesia itu mempunyai multitafsir kalau kita tidak mengetahui kata kuncinya. Membangun karakter itu yang terpenting karena bagiku itulah puncak dari tingkat kelulusan kelas 6. Waktuku bersama mereka selama 1 tahun bisa membentuk karakter anak mulai dari mengecek sholat, dan apa yang telah mereka lakukan. Ada kontrol dalam segala hal sehingga dari anak yang trobel maker bisa berubah. Bagaimana anak-anak bisa merasakan kedekatan itu karena kasih sayang yang aku curahkan dalam mendidiknya. Sehingga setiap apa yang mereka lakukan aku ikut andil, di situ semua akan kembali pada karakter masing-masing anak. Karena mereka belajar dimadrasah kelas 6 adalah penentu mereka belajar selama 6 tahun. Aku menjadi seorang guru harus bisa membekali 174 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","dengan akhlaqul karimah sehingga disaat mereka melanjutkan sekolah yang lebih tinggi mempunyai bekal agama. Ada yang sudah lulus mereka masih ingat pesan Bu Heni untuk menjaga sikapnya, ada yang karena pergaulan lingkungan salah akhirnya bisa merubah semuanya. Dapat disimpulkan seorang guru mempunyai kekuatan untuk menjaganya pada waktu mereka ada digenggaman dan di dekatnya. Selalu memberikan motivasi dan suport untuk kehidupan selanjutnya dan bisa membimbingnya dengan penuh kasih sayang yang kita curahkan. Alhamdulilah banyak anak-anak yang setelah lulus dari madrasah mereka melanjutkan ke pondok pesantren sehingga mereka punya bekal untuk kehidupan dunia dan akhirat. Ada juga yang melanjutkan ke MTSN dan ke SMP Negeri dan SMPIT. Anak mempunyai bakat dan minat sendiri kita menjadi orang tua hanya bisa mengarahkan ke hal yang positif dan membekali mereka untuk selalu menjadi anak yang baik dan berusaha bermanfaat untuk orang lain. Karena kalau kita berbuat baik dengan orang lain berarti kita sedang berbuat baik untuk diri kita sendiri. Hal yang tidak bisa diulang dalam setiap masanya pasti ada cerita yang menarik dan selalu ingin dikenang dalam angkatan mereka. \u201cSemangat Nak dalam mencari ilmu karena dengan ilmu itulah kalian akan mengerti semua isi dunia, karena Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 175","dengan ilmulah kalian akan mampu menjadi yang terdepan demi cita-cita kalian.\u201d 176 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.","Biografi Penulis Heni Wijayanti lahir di Klaten tangal 08 Mei 1982. Putri keempat dari Bapak Suharno dan Ibu Hj.Siti Syamsiyah. Suami Slamet Zubaidi, S.Hum. yang tinggal di Dukuh di Tegalrejo RT. 01 RW. 01, Desa Meger, Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. Sebagai seorang guru ia telah menghasilkan beberapa karya tulis yang berbentuk buku diantaranya \u201cBuku Pengayaan Materi Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD\/MI Kelas IV,V dan VI (2014) Antologi \u201cSepenggal Kisah Perjalanan Guru\u201d (2020), Antologi \u201cMelangkah Bersama Belahan Jiwa\u201d (2020), Antologi \u201cMendidik dengan Setulus Hati\u201d (2020), Antologi \u201cSeberkas Kisah Masa Sekolah\u201d (2020), Antologi \u201cSyair Cinta Untuk Bunda\u201d (2020), Antologi \u201cSahabat Sejati\u201d (2020), Antologi \u201cAyah Bunda Pahlawan Sejati\u201d (2020), Antologi \u201cMerajut Memori 2020\u201d (2020), Antologi \u201c Syair Untuk Ayah dan Bunda (2021) Motto hidup selalu belajar dengan kehidupan bahwasannya apa yang kita lakukan akan kembali kepada kita. Maka kita harus melakukan kebaikan dan berusaha menjadi orang yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Semoga dengan tulisanku ini memberikan keberkahan dan manfaat untuk semua yang membacanya. Karena kehidupan itu berproses untuk membuahkan hasil yang maksimal dan mewujudkan mimpi untuk menjadi kenyataan. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 177","178 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk."]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189