["\u201cIni lho Om\u2026 uang milik Om yang jatuh saat selesai membeli bubur ayam,\u201d kata Asna sambil menunjukkan selembar uang kertas lima puluh ribuan. \u201cMasya Allah\u2026betapa mulianya hati kalian Nak,\u201d ucap laki-laki itu sambil menatap wajah kedua anak tersebut yang polos dan jujur. Akhir laki-laki itu meminta kepada kedua anak tersebut untuk menunjukkan di mana tempat tinggal mereka dan mengajaknya untuk segera pulang. Sesampainya di rumah mereka laki-laki itu merasa iba dengan keadaan rumah mereka yang cukup memprihatinkan. \u201cAssalamu\u2019alaikum\u2026\u201d ucap laki-laki dengan lembut \u201cWa\u2019alaikum salam\u2026\u201d jawab seorang ibu dengan suara gemetar. Kemudian masuklah mereka ke dalam rumah tersebut, dan Asnapun menunjukkan kamar di mana ibunya terbaring sakit. Setelah laki-laki itu melihat ibu mereka serta merta keduanya kaget. Ternyata laki-laki tersebut adalah Marzuki, adik dari ayah Asna dan Niko. Beliau adalah seorang dokter yang sudah lama bertugas di luar kota. Mereka berpisah saat terjadi bencana alam banjir bandang menimpa kampungnya dan saat itu Asna baru berumur 1 tahun. 86","\u201cDah Kak.. sekarang berkemas saja, Kakak harus segera ke rumah sakit untuk dirawat,\u201d ajak laki-laki tersebut kepada kakak ipar dan kedua keponakannya. Selama satu minggu ibunya Asna dan Niko dirawat di rumah sakit tempat adik iparnya bertugas, sedangkan Asna dan Niko tinggal rumah Om Marzuki. Merekapun bisa berkumpul kembali bersama setelah lama mereka berpisah. Kemudian ibunya Asna menceriterakan kepada Om Marzuki bahwa ayahnya Asna sudah meninggal karena serangan jantung. Saat itu Niko masih dalam kandungan. Om Marzukipun menceriterakan bagaimana bisa bertemu dengan kedua keponakannya saat itu. Semua ini karena berkat kejujuran dan kemuliaan hati kedua anak tersebut. Karena dengan selembar uang kertas berwarna biru yang ditemukan oleh Asna dan Niko mereka bisa berkumpul bersama dengan saudara dan keluarga. 87","Biografi Penulis Arif Rahman, S.Pd.I., dilahirkan di Cilacap pada tanggal 28 Agustus 1975. Pertama mengabdi sebagai seorang pendidik pada tahun 1994 di MI GUPPI Kedawung (sekarang Ma\u2019arif 08 Kedawung). Menjadi PNS pada tahun 2007 dengan pangkat golongan IIb dan ditugaskan di MI Negeri Pekuncen (sekarang MIN 1 Cilacap) mulai tahun 2009. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1988, kemudian melanjutkan ke SMP dan selesai tahun 1991, MAN selesai tahun 1994 sedang pada tahun 2001 selesai dengan Program Diploma II di IAIN Walisongo Semarang. Sementara S.1 terselesaikan pada tahun 2011 di IAIN Walisongo Semarang. Selain sebagai seorang pendidik juga aktif dalam kegiatan organisasi social masyarakat dan keagamaan. Suami dari Eti Umiarti ini dikaruniani seorang putera bernama Okta \u2018Afif Rakhmawan dan seorang puteri bernama Itsna Oktannisa Arrizqiyah. Tempat tinggal saat ini di Jl. Jeruk Manis No. 22 Kedawung Kroya Cilacap Jawa Tengah 53282. Adapun nomor kontak\/WA 081542958843 dan Email : [email protected] 88","Bagian 11 Rantai Sepedaku Putus Susanto 89","Keluarga merupakan sebuah lembaga yang pertama dan sangat utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan, mencetak generasi penerus bangsa yang hebat, cerdas, handal, serta berakhlakul karimah. Semuanya itu terdapat pada kedua orang tuanya sebagai madrasah yang pertama baik tentang ilmu agama maupun ilmu umum sebagai modal awal untuk terjun di dunia luar, agar dapat bergaul dengan lingkungan dan teman seusianya. Di masa usia anak-anaklah usia yang sangat bagus untuk mengukir ilmu-ilmu yang nantinya diterima baik dari kedua orang tua, keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Seorang anak panggil saja Falih, di masa kecil sampai usia sekolah belajar masih sama orang tua serta mengaji juga masih dengan kedua orang tuanya. Setelah menginjak usia sekolah mulai diajarkan untuk bersosialisasi dengan temannya agar kelak dewasa tidak menjadi pribadi yang individualis, agar menjadi anak yang koperatif, dapat bersosialisai dengan teman sebayanya dan dapat mandiri kelaknya. Falih mulai mengaji di luar kalau sore tempatnya lumayan jauh yakni di TPQ\/ Diniyah Roudlotul Mujahadah Cikalong Sidareja yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Kalau sore hari bapaknya baru pulang dari tugasnya sebagai guru, sesampainya di rumah langsung mengantarkan Falih bersepeda motor ke TPQ\/Diniyah. Setelah sekian lama Falih 90","diberi sepeda oleh-oleh umrah dari mbahnya. Sepeda baru tapi lama tidak dipakai di rumah, akhirnya sepeda itu digunakan Falih untuk berangkat ke TPQ dengan dikawal bapaknya. Setelah beberapa hari bapaknya sudah tidak mengawalnya. Falih berangkat sendiri ke TPQ dengan mengendarai sepedanya tersebut setiap hari untuk berangkat ke TPQ. Pada sore hari saat bapak dan ibunya ada acara rapat di Cilacap belum pulang, Falih berangkat mengaji ke TPQ. Di tengah perjalanan sepeda Falih rantainya lepas, tetapi Falih tetap berangkat ke TPQ. Sesampainya di TPQ ternyata mengajinya libur, akhirnya pulang kembali. Di tengah perjalanan karena tergesa-gesa akhirnya terjatuh dan dengkul kakinya terluka lecet, sepedanya rusak rantainya putus. Orang tuanya juga merasa kasihan melihat perjuangan anaknya untuk belajar menuntut ilmu. Disamping mengaji di TPQ\/Diniyah di sore hari, malamnya juga mengaji di Masjid Pondok Pesantren Nurul Hikmah Al Hidayah yang tempatnya pas depan rumahnya. Setelah sekian lama tidak berangkat karena kakinya luka, setelah sembuh minat untuk belajar TPQ pun tumbuh lagi dengan semangat. Tetapi ayahnya yang melihat tidak sampai hati kalau berangkat kembali di TPQ yang jauh, akhirnya memutuskan untuk ngaji sorenya tidak di TPQ\/Diniyah Roudlotul Mujahadah tetapi memutuskan untuk berpindah di dekat 91","rumah bu dhe-nya, samping Mushola Al Huda yang tempatnya dekat dari rumah. Falih mengaji di sana sore hari, jam 15.00 WIB sudah mandi dan berangkat. Uniknya di sana itu bukan aturan dari ustazahnya tetapi tidak tahu awalnya setiap berangkat mengaji yang paling pertama berangkat akan mendapat urutan mengaji yang pertama juga. Jadi Falih terobsesi ingin ngaji yang pertama jadi berangkat yang lebih awal, dan meletakan Al Quran diurutkan berdasarkan keberangkatannya. Setelah mengurutkan Al Quran, Falih sering pulang lagi, berangkatnya lagi kalau waktu Azan salat Asar berkumandang, itu karena saking asyiknya rumahnya dekat. Belajar mengaji dimanapun yang terpenting anak itu merasakan kenyamanan dan dapat berbaur dengan teman seusianya. Pendidikan harus diterapkan sedini mungkin bahkan sebuah reward atau hadiahpun juga bisa menjadi sebuah penyemangat untuk meningkatkan belajar. Seperti yang dialami Falih karena saking semangatnya di awal bulan puasa Ramadan kelas dua sudah mulai puasa sampai sore. Awalnya belajar setengah hari, hari berikutnya ditambah satu jam, begitu terus akhirya sampai waktu magrib. Padahal diberi reward tidak seberapa, dalam sehari hanya seribu rupiah, tetapi dapat menjadikan sebuah penyemangat dalam belajar berpuasa. Alhamdulilah di kelas tiga ini di masa pandemi Falih dapat menjalankan ibadah puasanya full sampai waktu azan magrib 92","berkumandang. Sempat tidak makan sahur satu kali karena bapaknya lupa kesiangan tahu-tahu sudah berkumandang adzan subuh, padahal sudah membunyikan alarm HP-nya, berbunyi tetapi dimatikan, terbangun ternyata sudah subuh. Falih juga sempat mewakili TPQ-nya untuk mengikuti lomba Cerdas Cermat Islam antar TPQ\/Mushola di Wilayah Cikalong Sidareja dan mendapat juara dengan memperoleh hadiah tas untuk mengaji. Sempat pada waktu masih sekolah RA Masithoh Sidareja ada kegiatan manasik haji dan harus didampingi untuk pelaksanaan manasiknya karena berada di Alun-Alun Sidareja. Akhirnya ayahnya menitipkan kepada gurunya karena waktu itu ibunya baru melahirkan adiknya. Saat pelaksanaan manasik ayahnya berangkat ngajar, sesampainya di MI ayahnya berfikir bagaimana proses manasiknya Falih dapat berjalan lancar. Akhirnya ayahnya ijin untuk melihat proses manasik hajinya Falih karena merasa kasihan tidak ada yang mendampingi, teman yang lain didampingi orang tuanya. Semoga kisah ini dapat menjadikan pelajaran buat kita setiap usaha pasti membutuhkan sebuah perjuangan agar kelak mendapat kenikmatan kesuksesan yang tidak bisa kita bayangkan. Didiklah anak kita sebaik mungkin karena anak adalah amanah titipan dari Allah SWT. Semoga Falih menjadi anak yang saleh, berbakti kepada kedua orang 93","tua, sayang kepada adiknya. Kelak menjadi anak yang sukses dunia akhirat. Aamiin. Biografi Penulis Susanto, S.Pd.I., adalah seorang guru yang bertugas di MI Negeri 6 Cilacap, lahir di Cilacap tanggal 3 Desember 1984 tepatnya di Desa Kedungreja Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap. Istri bernama Novi Inayati, S.Pd.I. mempunyai dua anak yakni Ghusaan Faalihul Asyfaq dan Mu\u2019adz Fahril Asyfaq. Pendidikan dasar diperoleh di SDN Kedungreja 05 tahun 1996 tingkat SMP di MTs Ell Firdaus 2 Kedungreja tahun 1999, SMAnya di MA AL Ittihad Sidareja tahun 2002. Setelah itu melanjutkan Diploma II PAI di STAIN Purwokerto tahun 2004, pendidikan sarjananya di IAIIG Cilacap Fakultas Tarbiyah PAI tahun 2009. Pengalaman mengajar pertama di MI Al Ma'arif Tambakreja TMT 21 Juli 2003 - 1 Juli 2018 (15 tahun) Sebagai Guru Kelas VI, Kedua MI Al Ma'arif Bojongsari TMT 1 Juli 2018 - 1 Juni 2019 (11 bulan) Sebagai Guru Kelas VI, Ketiga MI Negeri 6 Cilacap TMT 1 Juni 2019 - sampai sekarang sebagai Guru Kelas V. Kegiatan selain mengajar juga aktif mengikuti seminar dan pelatihan yakni Pelatihan DDWK Publikasi Ilmiah pada tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan Semarang. Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) Penilaian Pembelajaran Anggatan 2 yang diselenggarakan secara online oleh Balai Diklat Keagamaan Semarang pada tahun 2020. Serta aktif mengikuti Webinar dan 94","Pelatihan selama pandemi Covid-19. Selain itu juga aktif mengikuti pelatihan dari e-Guru.id pelatihan Menjadi Guru Era Digital. Karya buku antologi bersama MESRA (Menulis Bersama) yang berjudul Faith, Hope and Love penerbit Azkiya Publishing, Bersama penerbit Dandelion_Publisher yang berjudul Kaulah Sosok Inspiratif di Hatiku. Bersama GUMALIS Cilacap (Guru Madrasah Menulis) berjudul Kemilau Cahaya sang Inspirator, Menggapai Berkah Ramadhan, dan Syiar Madrasah Cilacap. 95","Bagian 12 Prestasi yang Diraih Tiara Delfi Florida Beauty 96","Pagi itu Tiara sangat bersemangat untuk berangkat ke sekolah, karena dia menjadi salah satu perwakilan kelas yang akan mengikuti lomba membaca puisi di sekolah dalam rangka bulan bahasa. Tiara sekarang duduk di bangku kelas empat madrasah ibtidaiyah. Tiara terkenal anak yang sangat cantik, multitalenta dan kutu buku karena dari kecil sudah memiliki segudang prestasi dengan jenis perlombaan yang berbeda-beda dan tidak bisa terlepas dari buku. Hari-harinya selalu meluangkan waktu untuk membaca buku. Orang tuanya sangat bangga akan prestasi yang dicapai oleh anaknya. Tiara segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Di usianya yang sangat muda dan memiliki banyak prestasi Tiara dikagumi oleh banyak orang diantaranya guru-guru dan teman-teman di sekolah. Tiara sampai diparkiran tempat sepeda yang jauh dari kelasnya. Di sana dia bertemu dengan geng kakak kelas lima dan enam yang tidak suka ke Tiara. \u201cHai si kutu buku,\u201d ucap Siska anak kelas enam. Tiara tetap berjalan menuju ke kelas karena tidak merasa di panggil. \u201cHai Tiara si kutu buku.\u201d \u201cHai, namaku Tiara tidak ada kutu bukunya.\u201d 97","\u201cHahaha, lo ya nanti yang mewakili kelas empat untuk mengikuti lomba puisi?\u201d \u201cIya, kenapa memangnya?\u201d \u201cAwas aja ya kalau nanti kamu menang, bakalan tahu akibatnya.\u201d Tiara segera masuk kedalam kelasnya, hampir saja telat karena pak guru sedang berjalan menuju ke kelas. Tiara langsung segera lari untuk masuk ke dalam kelas. Teman-teman menyambut Tiara dengan antusias sampai kelasnya terdengar sangat ramai. Tak lama kemudian pak guru sampai di kelas menjelaskan ketentuan dan tata cara lomba membaca puisi. Pak guru mengharapkan Tiara tampil dengan maksimal dan mendapatkan juara. \u201cSemangat Tiara!!!! Kamu pasti bisa jadi juara.\u201d Ucap teman- temannya. \u201cPasti teman-teman, doakan lancar dan bisa mendapatkan juara ya.\u201d Tiara segera bergegas untuk menuju tempat perlombaan yang melewati lorong kelas lima dan kelas enam. Saat melewati lorong kelas lima Tiara dihadang pakai kaki dia terjatuh dan pakaiannya sedikit kotor. \u201cHahahaha, bajumu kotor pasti kamu nanti mendapatkan nilai sedikit dan tidak menang\u201d uUcap Intan anak kelas lima. 98","\u201cApa salahku? Hingga kau melakukan ini Kak?\u201d \u201cAku tidak terima jika nanti kamu yang menang dalam perlombaan itu!\u201d Saat Tiara akan menjawabnya terdengar panggilan untuk semua peserta yang ikut lomba diharapkan segera berkumpul. Tiara bergegas lari menuju tempat perlombaan. Sesampainya di tempat perlombaan Tiara mendapatkan nomor undi terakhir. Sambil menunggu gilirannya Tiara nampaknya sangat sedih karena diancam kakak kelas bahkan baju yang dikenakan sudah kotor. Kini tiba giliran Tiara untuk naik ke atas panggung. Saat dipanggil Tiara masih bengong sampai pak guru menghampirinya. \u201cMbak Tiara, sudah dipanggil.\u201d Ucap Pak Guru. Tiara masih bengong juga memikirkan kakak kelas yang sikapnya aneh. Pak guru mengingatkan kembali. \u201cMba Tiara, sudah dipanggil sekarang gilirannya maju.\u201d Tiara sangat kaget mendengar hal itu. \u201cBaik Pak.\u201d Ia spontan menjawab sambil bergegas menuju pangung. Tiara membawakan puisinya dengan sangat menghayati dan ekspresi, seketika suasana hening walau baju yang dikenakan sudah kotor karena terjatuh. Tapi tidak 99","mengurangi nilai dewan juri. Dewan juri sangat terpesona mendengarkan puisi yang dibacakannya. Tiba saatnya pengumuman kejuaraan lomba membaca puisi. Siska dan Intan merupakan perwakilan dari kelas lima dan enam yang merupakan pesaing Tiara. Siska dan Intan menunjukan muka sengit terhadap Tiara. Kini dewan juri pengumumkan untuk juara ketiga diraih oleh siswa kelas 3. \u201cPasti kita nih yang bakalan juara satu atau dua.\u201d Ucap Siska \u201cIya, itu si Tiara kutu buku gak bakalan juara, secara bajunya aja sudah kotor kumel lagi.\u201d Sahut Intan. Kemudian juara dua diraih oleh siswa kelas 6 dan juara pertama di raih oleh siswa kelas 4. Untuk semua peserta perwakilan masing-masing kelas naik ke atas panggung. Tiara sangat tidak percaya kalau dirinya bisa menjadi juara satu. Dia merasa penampilannya kurang maksimal dan baju yang dikenakan sudah kotor. Sang juara berjejer di atas panggung. Tiba-tiba Intan perwakilan dari kelas 5 mencoba bertanya dan klarifikasi kepada dewan juri. \u201cMaaf Bu, ini gak salah?\u201d Ucap Intan. \u201cTidak, memang apa yang salah?\u201d \u201cAku kan yang harusnya juara satu bukan si kutu buku itu?\u201d 100","\u201cKan sudah jelas tadi, yang juara satu perwakilan dari kelas empat yaitu Tiara.\u201d Penonton seketika menertawakan kelakuan Intan yang memalukan. Para pemenang saling memegang piala dan berjabat tangan dengan rasa gembira. Setelah itu mereka menuju ke kelas masing-masing. Saat di perjalanan menuju kelas Siska memanggil Tiara untuk meminta maaf atas ucapan yang menyakiti hatinya. Tiara tanpa rasa kesal dan dendam diapun memaafkannya dan saling berpelukan. Dari arah kejauhan nampaknya Intan melihat Siska dan Tiara sedang berpelukan. Intan langsung menghampiri mereka berdua. Intan rasanya sangat marah melihat Siska berpelukan dengan Tiara. \u201cHei, kamu merebut temenku!\u201d ucap Intan. \u201cMaksud kamu, apaan bilang kaya gitu?\u201d Sahut Tiara \u201cMentang-mentang kamu juara 1 terus mengambil Siska dari aku!\u201d \u201cBukan maksudku seperti itu.\u201d \u201cAlahh, kamu itu orang yang licik! Harusnya aku yang juara 1, bukan kamu!\u201d \u201cLicik dari mana? Kamu yang jahat sudah mengotori bajuku.\u201d \u201cYa kamu licik, ayoo Sis jangan mau berteman dengan orang yang seperti itu.\u201d 101","\u201cSekarang aku sudah sadar Ttan, kalau menyakiti teman itu dosa dan nanti jadi tidak punya teman.\u201d Ucap Siska \u201cKan, kan, kan sudah dipengaruhi jelas sama si kutu buku itu jelas.\u201d Sahut Intan sambil berlari menuju ke parkiran sepeda. Tiara dan Siska menuju kelasnya untuk mengambil tas dan bersiap-siap pulang. Sesampai di parkiran sepeda Tiara sangat terkejut bahwa ban sepedanya kempes. Tiara sangat sedih ia menangis. Tampak dari kejauhan si Intan menertawakan. Siska menghampiri Intan \u201cKamu ya Tan, yang ngempesin ban sepeda Tiara?\u201d Ucap Siska. \u201cIya, salahnya aku gak bisa jadi juara dan dia merebut kamu dari aku.\u201d \u201cSebentar..sebentar, soal lomba kan dewan juri yang menentukan, dan soal aku berteman dengan Tiara memang kehendakku, aku sadar kalau kita itu harusnya saling sayang bukan saling tidak suka Tan. Aku yakin kamu anak yang baik. Berdamailah dengan Tiara.\u201d \u201cEngga mau!!! biarain dia merasakan akibatnya. Sudahlah aku mau pulang.\u201d Siska memanggil pak guru untuk memompa ban sepeda Tiara dan menceritakan kejadian yang terjadi pada Tiara. Pak guru sangat kecewa terhadap sikan Intan. 102","Keesok harinya pak guru memanggil Intan untuk duduk bersama dengan Tiara dan Siska. Tiara menceritakan kejadian yang ditimpanya. Intan hanya menunduk dan mukanya masih sedikit geram. Dengan hati yang lembut dan tanpa dendam Tiara memafkannya dan memeluk Intan. \u201cKita berteman ya Kak, dan berjuang bersama menggapai-cita-cita yang kita harapkan. Tanpa ada rasa dendam iri dan dengki.\u201d Pak Guru memberikan nasehat saling menyayangi sesama teman, tidak boleh saling mengejek, saling mendukung dan berjuang bersama. Akhirnya mereka bertiga bermain bersama saling menyayangi dan hidup rukun. Biodata Penulis Delfi Florida Beauty adalah seorang guru kelas di MI Ya BAKII Dondong Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Lahir di Cilacap September 1996. Status menikah dengan Nur Wahyu Setiyaji. Seorang ibu dari satu orang anak, Ammar Zhafran Abqory (1,5 th). Telah ikut Sekolah Menulis Wadas Kelir dalam kelas menulis artikel ilmiah: 103","\u201cKemampuan Guru Dalam Literasi Digital Dalam Pembelajaran Jarak Jauh\u201d, kelas menulis antalogi puisi dan menulis buku parenting. Motto : \u201cTerus Belajar, Belajar dan Belajar.\u201d Oleh karena itu hari- harinya dia jalani dengan mancari ilmu dari berbagai sumber informasi baik online maupun ofline. Jika ingin menjalin silaturrahim silakan kontak WA: 082138120431, FB: Delfii Tektonaa Grandis dan IG: delfiflorida.b 104","Bagian 13 Jam Weker Baru Milik Adib Wiji Isisih 105","Bapak dan ibu hanya tersenyum-senyum di balik pintu kamar Adib. Mereka gemes melihat kelakuan Adib yang meletakkan jam weker barunya di dekat bantal sebelum tidur. Ia kemudian mengatur alarm sesuai keinginannya, ia tepatkan jarum pendek ke angka tiga, lalu jarum panjang ke arah tepat diangka dua belas. \u201cSip! Jam tiga nanti malam aku harus bangun shalat tahajud. Aku ingin seperti Mbak Dila dan Kak Azhar!\u201d begitu pikir Adib, berharap jam tiga malam nanti ia bias bangun. \u201cEhem,\u201d ibu pura-pura batuk kemudian masuk ke kamar Adib. \u201cKamu belum tidur, sayang?\u201d Tanya Ibu. \u201cIni mau siap-siap tidur, Ibu,\u201d jawab Adib. \u201cJangan lupa berdoa sebelum tidur ya, sayang!\u201d Adib berdoa sambil mengangkat tangannya. \u201cBismikallahumma ahyaa wa amutu\u2026Aamiin.\u201d Adib bersiap tidur. Lalu Ibu meninggalkan Adib di dalam kamarnnya karena di luar sana malam beranjak sepi. Tidak lama kemudian jam wekerpun berbunyi. Tepat pada di arah jarum jam angka 3. Itu adalah tanda alarm Adib. Karena sebelum tidur Adib mengaturnya. 106","Kriingg\u2026kriiinggg\u2026kriiiingggg\u2026 Akhirnya jam weker Adib berbunyi keras hingga membuat seisi rumah terbangun. Anehnya, Adib tidak terganggu. Ia begitu pulas tidurnya. Mungkin tadi siang ia kelelahan karena seharian bermain selepas sekolah. Entahlah. Karena bunyi alarm jam weker tidak berhenti Ibu pun terbangun. Lalu menghampiri kamar Adib. Dilihatnya Adib tertidur sangat pulas. Jam weker berbunyi keras tidak membuatnya terbangun. Ibu tersenyum, lalu mematikan alarmnya. Saat ibu keluar dari kamar Adib tiba-tiba datang Mbak Dila yang sudah rapi memakai mukena, ia sudah bersiap menunaikan salat tahajud. \u201cIbu kenapa tidak membangunkan untuk salat?\u201d Tanya Mbak Dila. \u201cIbu kasihan membangunkannya seperti ia terlihat pulas sekali. Mungkin karena kelelahan seharian bermain dengan teman-temannya selepas sekolah. Nanti saja saat salat Subuh kita bangunkan untuk berjamaah,\u201d jawab ibu sekaligus memberi alasan. \u201cIya, Ibu! Kalau begitu Mbak Dila salat tahajud dulu, Ibu,\u201d jawab Mbak Dila. Pagi pun tiba. Bapak, ibu, Mbak Dila, Kak Azhar dan Adib sudah berada di ruang makan. Mereka akan sarapan 107","pagi. Tetapi disaat akan sarapan Adib cemberut. Pipi gembulnya langsung memerah. Ibu kok tidak bangunin Adib untuk salat tahajud,\u201d protes Adib. \u201cIya maafkan Ibu ya, Sayang. Ibu kasihan bila membangunkan kamu yang begitu pulas. Sebab, Ibu tahu kamu sangat lelah kemarin bermain seharian setelah pulang sekolah. Maka dari itu Ibu tidak membangunkan kamu. Apalagi kamu masuk pagi. Khawatir kamu ketiduran di kelas,\u201d jawab ibu memberikan alasan kembali. \u201cTapikan\u2026\u201d belum usai Adib bicara tetiba ayah angkat suara. \u201cAyo dong anak Bapak jangan marah begitu. Lagi pula salat tahajud kan sunah. Jadi tidak apa-apa jika tidak melaksanakannya. Terpenting bagi kamu rajin belajar, taat pada guru dan berbakti pada orang tua. Apalagi kamu belum akil baligh. Jadi belum wajib kan,\u201d panjang lebar bapak memberitahukan. Adib di ruang makan hanya terdiam. Nasi goreng telor bermata sapi plus sosis goring didiamkannya. Ia jadi tidak berselera. \u201cYa, sudah nanti malam Mbak Dila bangunkan kamu untuk salat tahajud. Nanti kita jamaah, sama-sama,\u201d Mbak Dila akhirnya menghibur Adib. 108","Kini wajah Adib mulai berubah. Ia kembali tersenyum. \u201cTerima kasih ya, Mbak. Adib janji tidak akan bergantung pada jam weker lagi. Lagi pula pakai jam weker kan mengganggu orang lain juga,\u201d ucap Adib akhirnya ikut bicara juga. \u201cNah, itu baru anak Bapak. Anak yang saleh dan mandiri. Apalagi Adib sudah kelas III. Harus banyak belajar mandiri dan bertanggungjawab. Iyakan?\u201d Lanjut bapak. Adib mengangguk. Tanda ia mulai mengerti. \u201cKalau begitu sekarang dihabiskan sarapannya ya, Sayang. Nanti mubazir,\u201d ibu pun memotong ucapan bapak. \u201cSiap, Ibu!\u201d Pagi itu Adib memulai paginya wajah ceria. Pipi tomatnya kembali memerah. Tanda hatinya sedang gembira. Apalagi nanti Mbak Dila akan membengunkannya untuk saalat tahajud bersama-sama. Akhirnya Adib menjadi senang sekali. Kini jam weker yang baru ia beli diletakkan di meja belajarnya saja. Karena ia tidak lagi ketergantungan dengan jam weker yang baru ia beli itu. Apalagi hanya untuk salat tahajud saja tidak perlu seperti itu. Terpenting niat dan kemauan untuk bangun tengah malam itu yang harus ia lakukan. 109","Biografi Penulis Wiji Isisih, S.T., S.Pd. kelahiran Cilacap tahun 1975, Pengajar di MTs Negeri 5 Cilacap tepatmya di Desa Banjarsari, kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Dia seorang istri dari Kuat Eko Purwanto dan ibu dari 3 anak yaitu Eka Nur Fadilah (12 th), Kuat Azhar Arsyad (10 th), Adib Wijaya (8 th). S1 Teknik diperoleh dari UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta tahun 1999 dan memperoleh S1 Pendidikan Matematika dari UNWIDA (Universitas Widya Drama) Klaten tahun 2006. Dia mempunyai mimpi ingin bisa menjadi penulis buku maka ikut bergabung dengan teman-teman di grup Gumalis Cilacap. Semoga ini bisa menjadi motivasisaya untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Semoga Bermanfaat\u2026! dan selamat membaca..! Penulis dapat disapa melalui WA 08159579464 atau email [email protected] 110","Bagian 14 Es Kuwut dan Kertas Berwarna Merah Uswanti 111","\u201cAlhamdulillah satu minggu lagi kita akan berjumpa dengan bulan Ramadan.\u201d Ucap ibu yang sedang duduk di ruang tamu. \u201cO yaa, alhamdulillah\u201d sahut Putri sambil berjalan menuju ibu. \u201cKenapa Put, kamu senang?\u201d \u201cYa senang dan sedih, tegas Putri dengan wajah sendu. \u201cKo bisa begitu?\u201d Tanya ibu. \u201cAssalamualaikum\u201d suara bapak yang baru pulang kerja. \u201cWa\u2019alaikumsalam\u201d jawab Putri dan ibu bersama. \u201cWah , sedang membicarakan apa ini?\u201d Tanya bapak. \u201cIni lho, satu minggu lagi kita akan menjalankan ibadah puasa tapi Putri agak sedih an senang menyambutnya.\u201d \u201cPutri, kamu sekarang usianya berapa tahun?\u201d Tanya bapak. \u201cSepuluh tahun.\u201d Jawab Putri \u201cKalau kamu sudah berusia sepuluh tahun berarti Putri sudah saatnya belajar berpuasa.\u201d Tegas bapak kepada Putri, sambil duduk sejenak untuk beristirahat. 112","\u201cDulu waktu kamu berusia lima tahun, seingat ibu kamu bisa berpuasa setengah hari\u201d \u201cIya Bu, tapi rasanya sangat haus, lemas, lapar terus kalau lihat iklan makanan di televisi aku jadi kepingin makan, apa lagi kalau ada teman bermain yang tidak berpuasa mereka bawa jajan yang membuat aku ingin membatalkan puasa.\u201d Sahut Putri dengan raut muka penuh sendu. \u201cTenanglah Putri, kamu pasti bisa karena barang siapa mau berpuasa kamu akan mendapatkan pahala dan kenikmatan dari Allah SWT\u201d jelas bapak. \u201cKamu kan anak hebat Put, ibu yakin kamu sangat bisa untuk berlatih berpuasa satu hari penuh\u201d tambah ibu. Setelah satu minggu tibalah saatnya Putri beserta keluarga menjalankan ibadah puasa di hari pertama. *** \u201cIbu, ini sudah pukul berapa ya? Putri rasanya sangat lapar dan haus.\u201d \u201cPukul 13.00 WIB Put, kamu salat Duhur dulu setelah itu ikut ibu belanja sayuran di warung.\u201d \u201cBaik Bu\u201d jawab Putri dengan penuh semangat karena akan diajak ke warung setelah selesai salat. 113","\u201cPutri......, sudah siap belum, ayo berangkat ke warung Bu Saroh nanti keburu habis sayurannya kalau kesorean?\u201d \u201cAyo Bu berangkat.\u201d Tidak beberapa lama ibu dan Putri telah selasai berbelanja. \u201cAyo Putri, bantu ibu memasak di dapur untuk persiapan buka puasa nanti!\u201d perintah ibu kepada Putri setelah pulang berbelanja \u201cBaik Bu.\u201d \u201cAlhamdulillah, Putri rajin membantu ibu memasak untuk menyiapkan menu buka puasa. Kamu anak salehah Put......\u201d puji bapak saat berjalan melewati ruang dapur. \u201cWah, ngak terasa ya sepuluh menit lagi saatnya waktu berbuka puasa. Ayo Put, kita siapkan makanan di meja makan?\u201d \u201cBaik Bu.\u201d Dengan wajah yang terlihat mulai lemas, pelan-pelan Putri berjalan menuju dapur untuk menata makanan. Akhirnya keluarga Putri bersama-sama menikmati suasana buka bersama, kemudian dianjutkan mengikuti salat Magrib dan pergi ke masjid untuk salat Isya sekaligus salat sunat tarawih berjamaah. 114","Pada hari kedua puasa, saat sore hari bapak mengajak Putri jalan-jalan naik sepeda motor untuk menghabiskan waktu sambil menunggu saat berbuka puasa. \u201cKamu kepingin beli sesuatu atau tidak Put, untuk menu buka puasa?\u201d \u201cIya, aku igin sekali es kuwut.\u201d \u201cBaiklah.\u201d Sesampai di rumah, lima menit kemudian tibalah waktunya berbuka puasa. Setelah membaca doa berbuka puasa bersama-sama es kuwut langsung diminum oleh Putri dengan sangat nikmatnya. \u201cNikmat sekali Put, kamu minum es kuwutnya?\u201d \u201cAku sangat senang, karena rasanya sangat segar, dingin, asam dan manis. Cocok banget dengan suasana buka puasa. Aku jadi bertambah semangat untuk berpuasa.\u201d \u201cItulah Put, kalau kita niat berpuasa karena Allah pasti akan ada kenikmatan yang luar biasa dan hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mau menjalankan puasa\u201d jawab ayah. \u201cTapi kamu tidak boleh semangat niat berpuasa mengharap imbalan dibelikan es kuwut oleh bapak. Karena puasa kamu hanya akan mendapatkan lapar saja tanpa mendapat pahala orang berpuasa\u201d tambah ibu. \u201cBaik Bu.\u201d 115","Setelah beberapa hari menjalankan ibadah puasa Ramadan, Putri mulai merasakan rasa jenuh, cape, lemas, malas dan mengutarakan kepada ibu untuk berhenti berpuasa padahal ini sudah masuk hari kedua puluh lima. \u201cBagaimana puasamu Put, masih lancar ya kamu tidak pernah bolong-bolong puasanya?\u201d \u201cAlhamdulillah Bu masih lancar. Tapi kemarin sempat aku tidak kuat dan ingin membatalkan puasa dengan minum air putih karena sakit gigi, namun akhirnya aku tidak jadi karena tanggung sudah memasuki pukul empat sore.\u201d \u201cYa kalau memang sakit ya bolah saja dibatalkan puasnya Put, karena dalam ajaran Islam ada beberapa hal yang membolehkan tidak berpuasa Ramadan diantaranya jika terjadi sakit. Dan ketika wanita yang sedang berhalangan untuk berpuasa, seperti datang bulan, nifas dan ibu menyusui jika menghawatirkan kondisi bayinya. Namun dengan catatan harus mengganti puasa Ramadan yang ditinggalkan di lain waktu.\u201d \u201cIya bapak, tapi kemarin aku masih kuat.\u201d \u201cAlkhamdulillah Put. Kamu sudah mulai istiqamah dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan. Syukurlah ibu ikut bahagia, bapak dan ibumu punya kewajiban selain mengasuh, membesarkan dan menjagamu tapi juga punya 116","kewajiban untuk mendidikmu untuk menjadi anak yang salehah\u201d tambah ibu. Insya Allah Bu, semoga aku bisa menjalankan ibadah puasa bulan Ramadan ini sampai sebulan penuh.\u201d \u201cSemoga dichari ketiga puluh nanti ada hadiah dari Allah untuk puasamu Put?\u201d Sahut ayah kepada Putri, yang sedang duduk di ruang tengah. Maka tibalah saatnya hari ketiga puluh puasa Ramadan, semua orang bersuka cita menyambut bulan Idul Fitri. Kumandang takbir menambah semangat Putri untuk menyambut esok pagi pergi salat sunat Idul Fitri dan bersilaturahim kepada keluarga dekat. \u201cBapak, Putri mengucapkan mohon maaf lahir dan batin ya dan mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri\u201d ucap sungkem Putri kepada bapak tercinta lalu dilanjutkan sungkem kepada ibunya. \u201cPutri, Bapak maafkan semua kesalahanmu dan sebaliknya Bapak juga memohon maaf jika ada kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja\u201d ucapan bapak kepada Putri, dan kemudian bapak mengeluarkan kertas merah sebanyak 2 lembar yang bernilai masing-masing seratus ribu rupiah, diberikan kepada Putri sebagai kejutan karena telah menjalankan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan dengan penuh istiqamah. 117","\u201cAlhamdulillah terima kasih ya Allah atas kejutan-Mu untukku.\u201d Putri langsung mengucapkan terima kasih kepada bapaknya, dengan wajah berbinar-binar bahagia. \u201cPutri, mungkin uang itu memang sudah menjadi rizkimu, karena bapak pada hari kedua puluh sembilan bulan Ramadan kebetulan mendapat uang tambahan dari atasan di kantor, dan pesannya uang itu untuk Putri\u201d kata bapak. \u201cAlkhamdulillah Put, ibu ikut berbahagia ternyata Allah memberi kejutan kepadamu dengan memberikan rizki berupa uang melalui atasan Bapak di kantor atas keikhlasan Putri berpuasa di bulan Ramadan istiqamah karena Allah. Bahkan saat sakit gigipun Putri masih bertahan untuk tidak membatalkan puasanya padahal kata orang sakit gigi itu rasanya luar biasa, seakan pingin ngamuk bahkan jadi gampang banget marah seperti mau membanting piring\u201d tambah ibu. \u201cIya Bu, Putri menjadi banyak belajar tentang keihlasan. Terima kasih ya Bu, atas bimbingannya.\u201d \u201cEs kuwuuttt, es kuwuuuttt\u201d canda Bapak kepada Putri sambil tersenyum karena setiap sore Putri mesti minta es kuwut sebelum berbuka puasa. 118","\u201cBisa aja Bapak\u201d jawab Putri sambil tersenyum tersipu malu dan wajah merona karena dapat kejutan dari bapak. Biografi Penulis Uswanti, \u201cTiada kata seindah doa\u201d menjadi motto dalam setiap perjalanan hidup. Lahir di Cilacap (17 Juni 1984), memiliki dua putri Shabrina Fatmawati dan Aulia Nafiah dari suami Kardiman. Anak kedua dari saudara kembar dari pasangan Mad Muhson dan Suparmi, memiliki latar belakang pendidikan lulusan SD Planjan 04 (1997), SMP Negeri 1 Kesugihan (2000), MAN 1 Cilacap (2003) dan lulus S1 di IAIIG Cilacap (2011) tahun 2021 menyelesaikan S2 di IAINU Kebumen. Menulis buku dengan judul Marketing Pendidikan Strategi Memasarkan Jasa Pendidikan, Inspirasi Hidup Sepanjang Hayat dan buku Antologi lainnya. Memiliki hoby traveling, kuliner, menulis dan olah raga. Makanan kesukaan yaitu bakso, rica-rica, dan buah-buahan. Pernah meraih juara II lomba senam Islami Ceria Tingkat Kabupaten Cilacap, Juara II lomba Cipta Media Pembelajaran PAUD Tingkat Kecamatan. Pengalaman berorganisasi menjadi Guru TPQ An Nuur Karangjengkol (2011sd2015), menjadi Bendahara IGRA PC (Kesugihan, Kotip dan Jeruklegi) tahun 2009-2013, Sekretaris IGRA PC Timur 1 (Ikatan Guru Raudhatul Athfal) Kesugihan, Jeruklegi dan Kotip tahun 2014-2017, Menjadi Ketua IGRA PC Kesugihan tahun 2018 sd sekarang, menjadi Sekretaris 2 PGM 119","(Persatuan Guru Madrasah) Indonesia Kecamatan Kesugihan tahun 2020 sd sekarang, Guru RA An Nuur Karangjengkol sejak tahun 2005 sd sekarang, Kepala RA An Nuur Karangjengkol tahun 2012 sd sekarang, anggota KORWIL FORMARACI Cilacap (Koordinator Wilayah Forum Operator Madrasah dan RA), menjadi juri lomba mewarnai dalm rangka Hari Jadi Desa Karangjengkol tahun 2020, menjadi juri Peragaan Busana di Tingkat RA, menjadi Ketua TPS Pemilu Presiden dan Anggota DPR\/MPR tahun 2019 serta menjadi Panitia Seleksi dan Penerimaan Kaur dan Pemilihan Kades Desa Karangjengkol tahun 2019 dan 2020. 120","Bagian 15 Pocong Malam Jum\u2019at Kliwon Hafidah 121","\u201cEhem....ehem....ehem.... pasti kubalas perbuatan licik dan penghinaanmu Abror, kamu pasti tunduk dan sujud di kakikku untuk meminta maafku, tapi sory lah yaw, kali ini saya tidak mau memberi maaf buatmu. Ilman dulu bukan Ilman sekarang.\u201d Ilman bergumam Berjuta kata yang lahir dari hayalan Ilman sore itu sejak pulang dari ngaji TPQ bersama temannya Ilyas. \u201cIlman....dari tadi kulihat dirimu tersenyum sendiri sambil menganguk angguk, sepertinya ada dalam pikiranmu sesuatu yang menyenangkan. Saya kan temanmu, bagi dong bahagiamu,\u201d \u201cNggak kok Ilyas, biasa saja, ayo kita pulang\u201d sambil menarik tangan Ilyas. \u201cAyo\u201d Ilyas menggangguk tanda setuju. Berjalan sambil ngobrol. \u201cOh yah Ilman...hari ini malam Jum\u2019at, ber.....ar...ti...\u201d belum sempat melanjutkan kalimatnya tiba- tiba. \u201dKrek.....kreeeek....\u201d suara semburan air akibat laju sepeda yang ditumpangi Abror, Rosihan dan Ismail menyiprak mengenai tubuh mereka berdua. \u201cRasain loh anak miskin dan kampungan\u201d ejek Abror. 122","Ilman dan Ilyas menoleh ke jalan sambil melirik bajunya yang basah akibat percikan air berlumpur yang mengenainya. \u201cYa Allah lagi-lagi mereka Si Kacung kampung\u201d bisik Ilyas, namun tak sanggup melahirkannya, hanya mengelus dada dan menyeka lumpur yang menempel di bajunya tersebut dan tetap melanjutkan perjalanan ke rumah. Berbeda dengan Si Kacung kampung mereka bertiga dengan enjoinya mengontel sepedanya sesuka hatinya tanpa memikirkan kalau di sepanjang jalan banyak anak- anak yang baru pulang mengaji. Malah mereka bertiga menampakkan keangkuhannya seakan-akan jalan hanya miliknya bertiga. Sikapnya itulah menyebabkan terkenal dikampungnya anak arogan, emang sih mereka bertiga anak berpunya (anak orang kaya). Kemana-mana pasti naik sepeda, dimana ada Abror pasti ada Rosihan dan Ismail mereka sahabat akrab. Rosihan dan Ismail nampaknya sudah terkontaminasi dari sifat aslinya Abror, hanya saja Ilman dan Ilyas tidak bisa dipengaruhi sehingga menanamkan kebencian kepada keduannya. Sore itu, secara tiba-tiba Ilman menghampiri Ilyas di rumahnya sambil memanggil. \u201cIlyas...., Ilyas....\u201d \u201cHae... ada apa Ilman kok kelihatannya sore ini kamu gembira, tumben menghampiriku.\u201d 123","Mulai Ilman membuka angan-angannya yang sudah memenuhi pikirannya sejak pulang dari sekolah dan dari TPQ\u201d \u201cBegini Ilyas...kita berdua berbuat sesuatu yang dapat merubah keadaan kita selama ini yang dijahili, dihina disiksa, oleh mereka (Abror, Rosihan dan Ismail ), soalnya saya sudah punya ide jitu,\u201d \u201cApa tidak berbahaya\u201d jawab Ilyas. \u201cSudah saya pikirkan\u201d jawab Ilman. Abror, Rosihan dan Ismail berjalan sombong dan angkuh, melangkah ke kanan dan ke kiri sambil mengayung- ayungkan sarung dan tasnya. \u201cLihat tidak Ilman dan Ilyas Abror?\u201d tiba-tiba Rosihan bertanya. \u201cNggak tuh, ngapain urusin si gembel tengik itu, ayo berangkat. Tiba-tiba Ismail berteriak histeris. \u201cP.....o....c....o...n...g....\u201d \u201cMana....mana....?\u201d Tanya Abror dan Rosihan. \u201cItu....tu.... di atas pohon\u201d jawab Ismail Dengan bersamaan mereka bertiga mengarahkan pandangannya ke atas pohon, dan betul, mereka melihat pocong bergerak-gerak ke arahnya. Mereka bertiga berteriak histeris dan berlarian tanpa arah jelas. Mereka berlari hingga sampai di mesjid dengan terengah-engah dan 124","berpapasan dengan Ilman dan Ilyas yang hendak pulang setelah mengaji. Mereka melarang Ilman dan Ilyas lewat jalan yang ada pohon besarnya karena di sana ada pocong. \u201cSumpah demi Allah, saya melihat sendiri pocong bergerak-gerak di atas dahan pohon tersebut\u201d kata Abror dan Rosihan. \u201cTapi kalau tidak lewat jalan itu lewat mana lagi, jalan satu-satunya yang menuju rumah kita\u201d kata Ilyas. \u201cSoalnya saya takut pulang, gimana dong\u201d kata Abror kelihatannya pucat pasi dan tangan dingin menahan rasa takut, begitu juga Rosihan dan Ismail. \u201cBegini saja, percaya apa tidak?\u201d \u201cIya...iyalah...\u201d mulai Abror, Rosihan dan Ismail mengangguk tanda setuju. \u201cSaya pernah diajari oleh kakekku doa yang ampuh untuk menjauhkan setan apalagi pocong, syaratnya, kalian harus ikut berdoa semua, karena kalau tidak pocong akan mengikutimu sampai ketempat tidurmu, mau?\u201d \u201cTtidak...\u201d serempak menjawab sambil merapatkan tubuhnya ke Ilman dan Ilyas. \u201cSana... berwudu lagi sebelum kita berdoa\u201d \u201cTapi saya takut\u201d \u201cSini saya temanin\u201d kata Ilyas. 125","Mereka bertiga bergegas berwudu, setelah itu mereka berlima duduk di teras masjid karena masjid sudah ditutup. Suasana semakin hening, setelah guru ngaji dan pak kyai pulang ke rumah. \u201cAbror duduk di sini, Rosihan duduk di sebelah Ilyas sedang kamu Ismail duduk di belakang\u201d \u201cSa...sa...ya takut di belakang sendirian\u201d ucap Ismail merintih. Caranya duduk bersilah, tengadahkan tanganmu ke atas, pejam mata jangan buka sebelum disuruh karena kalau kalian buka mata pocong ada di depanmu, mengerti?\u201d \u201cYah.. ngerti...\u201d Mulai Ilman dan Ilyas memimpin doa dengan membaca teks doa yang dibawanya dari rumah, sedang Abror bertiga mengaminkan doa tersebut. Kemudian Ilman melanjutkan membaca ikrar yang sudah dikonsep, dengan mata terpejam dan rasa takut yang berlebihan doa dan ikrar yang dibaca oleh Ilman diamin oleh mereka bertiga. Terakhir janji yang diamini oleh mereka bertiga. \u201cSaya berjanji tidak akan menghina, menjahili teman-teman siapa saja, kalau saya melakukannya maka saya ditangkap oleh pocong Jum\u2019at Kliwon\u201d. Setelah doa selesai teks janji tersebut dibagikan satu-persatu dengan judul \u201cJanjiku Harus Kutepati\u201d. 126","Sebelum mereka pulang Ilyas berpesan, melewati pohon itu jangan menengok ke atas dahan pohon tersebut, tapi menunduk sambil berdoa. Mereka berlima berjalan pulang melewati jalan yang ada pocong dengan perasaan deg..deg..an. Sementara Ilman dan Ilyas santai tidak merasakan aneh-aneh, tidak seperti apa yang dirasakan oleh Abror, Rosihan dan Ismail yang tidak mau berada dipinggir namun diantara Ilman dan Ilyas. \u201cEmbah kami lewat tidak mengganggumu, maka jangan pula ganggu kami, kita semua mahluk ciptaan Allah SWT\u201d sesekali Ilman dan Ilyas berkata. Sandiwara Ilman dan Ilyas ternyata ampuh, dapat menyadarkan Abror dan teman-temannya yang selama ini sering mengganggu siapa saja termasuk Ilman dan Ilyas. Tak terasa Abror, Rosihan dan Ismail sudah sampai di rumanya. Tinggal Ilman dan Ilyas yang masih harus berjalan karena rumah mereka agak lebih jauh lagi dari masjid tempat mereka mengaji. \u201cSemoga pengalaman dan pelajaran malam hari ini dapat meruabah sikap teman-teman ke arah yang lebih baik\u201d kata Ilman \u201cYah Ilman...ternyata Allah SWT memberi petunjuk kepada hambanya yang selalu terzalimi, dan ternyata orang- orang yang selalu keliru di jalannya dibuka pintu hatinya untuk menyadari kekurangannya. Saya salut kepadamu Ilman, ternyata kamu bisa menyusun siasat yang luar biasa 127","dengan tanpa menyakiti orang yang sering menyakitimu, namun memberikan pelajaran yang luar biasa. Dengan modal baju bekas dengan tali pengikat dibentuk seperti orang-orangan yang biasa digunakan petani mengusir burung di sawah, ditambah lagi keberanianmu memanjat pohon yang rindang mengerak-gerakkan orang-orangan tersebut.\u201d \u201cTapi....eh... juga kecerdikan kamu Ilyas, dengan waktu yang tidak diduga tiba-tiba kamu nongol di hadapan mereka bertiga saat mereka terdesak dengan perasaan takut yang berlebihan. Saya heran, Ilyas menggunakan langkah seribu yah, kok sampai bisa secepat itu berada di hadapan mereka, ataukah kamu dibantu oleh pocong yang kita buat?\u201d Ledek Ilman sambil tertawa terpingkal-pingkal. \u201cYang jelas kita mampu mengenyahkan sifat-sifat buruk teman-teman yang arogan sekalipun, mereka tetap berjalan sambil tertawa sebagai bentuk kemenangan yang selama ini mengusik kehidupan anak-anak sebayanya. Ini ada kaitannya dengan pelajaran yang pernah disampaikan ibu guru Bahasa Indonesia dalam pribahasa yang mengatakan \u2018Tong kosong berbunyi nyaring\u2019 Kadang ada orang omongannya besar tapi nyalinya kecil, penampilannya tidak ada yang mengalahkan ternyata penakut.\u201d \u201cEeh aku juga ingat, \u2018Diam-diam menghayutkan\u2019 ternyata pribahasa ini sesuai dengan kamu Ilman\u201d seru Ilyas. \u201cLah... terlalu berlebihan pujianmu\u201d ucap Ilman. 128","\u201cYah betul, saya serius\u201d jawab Ilyas. \u201cEh sudah sampai rupanya Ilman\u201d \u201cYa...ya... terimah kasih yah bantuannya dan kerjasamanya semoga kita tetap dalam lindungan dan petunjuk Allah SWT, Assalamu\u2019alaikum\u201d \u201cWaalaikum salam, sampai ketemu besok ya Ilman\u201d \u201cYa sama-sama, Insya Allah.\u201d Sejak saat itu Abror, Rosihan dan Ismail mengubah kebiasaan buruknya jahil, jahat kepada teman sebayanya, terkhusus kepada Ilman dan Ilyas. Mereka berangkat ke sekolah bersama, belajar bersama, berangkat ngaji bersama, dan bermain pun bersama, kemana-mana mereka bersama. Seakan-akan tidak pernah terjadi perselisihan di antara mereka. Biografi Penulis Dra. Hafidah, dilahirkan sekitar 52 tahun silam, tepatnya tanggal 12 Seftember 1969 di Kab. Sinjai Sulawesi Selatan. Lahir dari orang tua yang luar biasa, ayahnya bernama H. Muhsin Basyora BA (almarhum) berprofesi sebagai guru Agama Islam dan jabatan terakhinya sebagai pengawas (Penilik PAI) hingga pensiun. Sedangkan ibu yang bernama Hj. Tanggi Fatawari (almarhumah) sosok ibu pejuang keras, awalnya 129","berfrofesi sebagai guru, namun kerepoten mengurusi anak- anaknya sehingga profesinya ditinggalkan dan memilih sebagai seorang guru mengaji di rumah. Dra. Hafidah dipersunting oleh Tasikin, S.Ag., dan dikarunia 3 orang putri, anak pertama bernama Anjar Durratul Aeni Tasikin, yang kedua Nur Amniar Rizkoh Tasikin dan yang ketiga Dian Sastrawati Tasikin. Dra Hafidah menjalankan tugas di MIN 6 Cilacap sejak tahun 2000 hingga saat ini. Dipercaya sebagai Kesiswaan sejak tahun 2003 hingga sekarang, sebagai wali Kelas VI sejak tahun 2002 hingga saat ini. Dibidang sosial aktif di Muslimat Kec. Cipari. Motto : Berbaur dengan jiwa muda membakar semangat kembali muda. 130","Bagian 16 Santri Ndesa di Pondok Bambu Khusnul Khotimah 131","Di pojok masjid terdapat meja, di atasnya ada tumpukan kitab-kitab kecil yang biasa digunakan ngaji oleh para santri. Termasuk Arju santri ndesa yang rajin mengaji, walaupun lambat dalam memahami ilmu yang diberikan oleh sang kyai. Arju lahir dengan keistimewaan yang tidak dimilik oleh anak-anak lain yaitu kelainan di organ otaknya, sehingga lambat untuk memahami pelajaran. Arju anak dari seorang ayah dan ibu yang bekeja sebagai buruh tani. Arju ngaji di pondok sejak kecil, karena memang rumahnya yang berdekatan dengan pondok. Pondok atau pesantren ini di terkenal dengan nama \u201cPondok Bambu\u201d karena kamar-kamarnya terbuat dari bambu dengan model panggung. Pondok ini berada di ujung Desa Madania Kecamatan Kampung Barat, jauh dari keramaian kota. Nasi oyek makan keseharaian yang ia peroleh saat bulan Sura istilah Islam adalah bulan Muharram, dimana seluruh santri mendapatkan ijazah oleh sang kyai. Santri adalah sebutan anak yang ngaji dengan pak kyai, anak yang berasal dari daerah jauh dan menetap di pondok itulah santri. Sedang istilah santri ndesa anak yang ngaji di pondok namun tidurnya di rumah karena memang rumahnya dekat dengan pondok. Ramainya suasana di pondok dan asyiknya para santri bermain gansing setelah ngaji selasai, menjadikan Arju semakin betah di pondok. Dia akan pulang 132","ke rumah saat malam setelah salat Isya, itulah aktifitas keseharian Arju, ya di pondok itu. Di bulan Sura ini, Arju melaksanakan puasa sampai tanggal 10, tidak seperti santri santri lain yang melaksanakn puasa sampai 40 hari. Istilah pondoknya kalau di bulan Sura \u201cngrowot\u201d yaitu tidak makan nasi dan tidak makan yang bernyawa, Arju pun melakukan itu. Di hari yang ke-10, Arju mendapat giliran yang keempat menghafal asmaul husna beserta santri lainnya. Mereka berjejer rapi dengan pakaian koko serta bersarung, sambil menunduk komat kamit menghafal asmaul husna. Tidak seorang pun berani mengangkat wajahnya di depan sang kyai, ini menunjukkan rasa takdzimnya seorang santri dengan seorang guru. \u201cArju...Arju\u201d sambil dicolek oleh temannya yang bernama Royan, tak menjawab juga. Arju tetap menundukkan kepala, Royan mengira kalau Arju sangat khusuk ketika menghafal sampai-sampai, dipanggil dan dicolek pun tak menyahut. \u201cWaaah..saya kalah dengan Arju\u2026kayaknya si Arju hafalnnya lancar sekali, saya kalah dong\u201d kata Royan sambil bergumam. Tiba sampai urutan yang keempat pak kyai memangil Arju. 133","\u201cArju\u2026.saiki giliranmu (sekarang giliranmu)..sini mendekat, hafalkan asmaul husna dengan baik!\u201d printah pak kyai. \u201cDalem Pak Kyai\u2026..dalem ken napa nggih \u2026(saya disuruh apa)\u201d gelagapan, kaget, sambil tersipu malu dan menunduk, Arju menjawab. \u201cArju..kamu hafalkan asmaul husna, kenapa kamu kaget, bukannya dari tadi kamu menghafalkan..?\u201d Tanya pak kyai. \u201cNiku, (itu ), dalem dereng apal (saya belum hafal)\u201d jawab Arju. \u201cOwalah\u2026..sliramu jebule ngantuk (ternyata kamu ngantuk)\u201d \u201cWah\u2026Si Arju, jebule (ternyata) ngantuk, pantesan dipanggil dicolek meneng bae (diam saja)\u201d kata Royan.. \u201cNggih \u2026Pak Kyai, wau ndalu dalem wangsul saking pondok, ngrewangi simbok damel oyek (tadi malam pulang dari pondok membantu ibu membuat oyek\/ makanan dari singkong yang dikeringkan seperti beras)\u201d jawab Arju. \u201cYa ..ya..saiki rungokna rong bait, terus ditirokna (sekarang dengarkan dua bait lalu tirukan)\u201d kata pak kya. Memang kelebihan dari Arju itu mendengar, kalau mendengar beberapa kali dia bisa hafal, tapi kalau membaca, tidak hafal-hafal, karena untuk memahami huruf 134","saja kesulitan. Seketika itu pula Arju bisa hafal dua bait asmaul husna..luar biasa. Keistimewaan dari Arju yaitu rasa takdzimnya pada seorang guru, jika sang kyai memanggil atau menyuruh, spontan langsung siap. Keesokan harinya Arju termenung lama, sambil memegang buku Turutan\/kitab Juz Amma lengkap dangan huruf hijaiyyah. Tak terasa menetes air mata, lama-lama menangis karena tidak bisa memahami. \u201cYa Allah, kenapa aku tidak bisa memahami huruf arab, kenapa huruf banyak yang kembar, ya Allah, ya Allah\u2026semua temanku bisa membaca dan hafal huruf hijaiyyah, bahkan hafal Juz Amma, aku ingin seperti mereka bisa hafal Juz Amma, aku malu..malu ..nanti teman-temanku mengejekku\u201d bergumam kemudian berlari menuju panggok (gardu pondok). Tangisan Arju terdengar oleh temannya yaitu Royyan. \u201cHai ..Arju, kenapa kamu nangis?\u201d \u201cSaya gak bisa menghafal huruf hijaiyyah ini.. (menunjukkan kitab Juz Amma yang di peluknya), nanti saya diejek teman-teman\u201d sambil mengelap air matanya yang terus menetes dan besedu-sedu, menjawab. \u201cOooh\u2026itu..kamu gak usah sedih, nanti saya bantu, kamu harus semangat, caranya kamu pahami perhuruf, 135"]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201