Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PENYU KECIL DI PUNCAK MENARA

PENYU KECIL DI PUNCAK MENARA

Published by Tasbihah, 2022-10-31 09:58:25

Description: CERITA ANAK ISLAMI GUMALIS

Search

Read the Text Version

["hidup masih panjang. Ada satu cerita yaitu bagaimana perjuanganku yang masih SD sudah ada tanggung jawab mensisihkan uang dan alhamdulillahnya sekolahku dekat bank. Itu sangat menguntungkan bagiku, setiap pulang sekolah aku mampir bank dan menabung. Setiap akan menabung, aku membaca \u201cBISMILLAH\u201d, mesti tidak banyak yang penting istiqamah, sejalan beriringan tidak terasa tabungaku mulai banyak. Pada suatu hari, keluargaku ketimpa musibah yaitu kemalingan yang berhasil membawa kabur uang dan HP milik ibu. Di situ keluargaku down, tidak punya apa-apa lagi, aku baru sadar bahwa mempunyai uang di bank. Besoknya aku pulang sekolah pergi ke bank untuk mengambil uangku semuanya. Alhamdulillah itu cukup banyak, setelah aku sampai rumah aku langsung memberi uang tabunganku ke ibu. Ibu langsung memelukku dan di situ aku berfikir bahwa mungkin ini akan dibalas oleh Allah SWT dan aku yakin suatu hari nanti. Malam harinya setelah makan malam bersama, aku langsung ke kamar dan langsung bersih-besih. Sebelum tidur aku membaca Al Quran dahulu, setelah itu naik ke tempat tidur, tidak lupa juga membaca surat surat pendek dan doa sebelum tidur. Sebelum tidur aku akan meminta agar dilindungi dan semoga mimpi indah. Keesokan harinya aku bangun dan tidak lupa membaca doa setelah bangun tidur. Aku minum karena kita 36","sudah tidur selama 8 jam dan itu membuat tenggorokan kering. Aku mengambil air wudu untuk salat Subuh, setelah selesai aku angkat kedua tanganku di atas garis sajadahku, bersujud dan memohon rida Allah. Selesai salat aku masih di atas sajadahku dan berfikir tentang mimpiku tadi malam dan itu sangat indah. Aku bermimpi, kita sekeluarga berkunjung ke tempat Rosulullah dan aku sangat yakin bahwa suatu hari nanti aku akan membawa keluargaku semua ke Mekkah. Hari sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB, aku langsung membuka jendela agar matahari bisa masuk. Kemudian aku mandi untuk siap-siap sekolah, membantu ibu menyiapkan makan pagi. Aku berangkat menuju sekolah diantar oleh ayah. Setelah pulang sekolah aku tidak mampir lagi ke bank karena setelah kejadian kemalingan itu aku tidak membawa uang. Rencananya aku akan memasukkan ke dalam tabunganku yang bertulis \u201cSEMANGAT MENABUNG\u201d dan itu mulai dari awal lagi. Setelah sampai di rumah aku langsung menyalami ibu dan aku lansung ke kamar untuk ganti baju. Tidak lupa untuk menabung, sebelum memasukkan uang ke dalam tabungan aku membaca bismillah, setelahnya aku langsung beristirahat. Suatu hari disaat sekolah libur, aku membantu ibuku berjualan gorengan. Aku capek sekali, setelah gorengan 37","habis, aku dan ibu senang sekali, kita menghasilkan uang. Aku dan ibu langsung pulang ke rumah. Alhamdulillah, ibu memberikan uang kepadaku dan langsung aku masukkan ke dalam tabungan impianku itu. Tidak lupa aku membaca bismillah sebelum memasukan uangku ke dalam tabungan. Seiring berjalannya waktu, aku mengikuti berbagai macam lomba. Diantaranya lomba menghafal juz \u2018amma, dan alhamdulillah Allah menakdirkan aku untuk menang. Aku juga mendapatkan uang, sebagian aku kasih ke ibu sebagian aku masukkan ke tabunganku. Setiap ada event aku lansung buru-buru mendaftar, siapa tahu itu rezekiku. Aku langsung berlatih, kerja keras dan pantang menyerah. Suatu hari aku berniat untuk membobol uang tabunganku. Setelah membuka aku langsung menghitung uang yang sudah aku kumpul sejak dulu. Alhamdulillah sudah sebagian terkumpul dan aku masih ingat bahwa aku punya tabungan jago yang dulu aku kumpulkan di waktu kecil. Tabungan sudah berat, jadi aku simpan saja di bawah lemari. Aku mengambil tabungan jagoku dan langsung membukanya. Setelah dihitung, alhamdulillah uangku sudah memenuhi target, tidak sia-sia aku menabung. TERIMA KASIH YA ALLAH. Aku langsung memberikan kabar gembira kepada ibu dan langsung memberikan uang tersebut kepada ibu. Alhamdulillah, singkat cerita aku dan keluarga sedang di 38","Rumah Allah berkat kerja kerasku, aku bisa berada di sini dan banyak-banyak bersukur\uf04a. \u201cMULAI MENABUNG DARI SEKARANG BIAR IMPIANMU TAK HANYA JADI CERITA \uf04a.\u201d Biografi Penulis Musrifatul Ulumi lahir di Cilacap, Jawa Tengah. Telah besar dan tumbuh di kalangan pesantren. Tepatnya tinggal di Pondok Pesantren Roudlotul Qur\u2019an Jalan Rajiman, Cilacap Tengah, Cilacap. Musrifatul adalah seorang guru PAUD dan ibu rumah tangga dengan tiga orang anak cantik-cantik. Alhamdulillah anak pertama sudah kuliah kedokteran, anak kedua SMP, dan anak ketiga SD. Kesibukan sehari-hari merawat santriwan dan santriwati yang sudah menjadi warisan bapaknya. Merawat santri mulai dari sebelum subuh hingga malam hari. Selain itu penulis belajar berorganisasi di Fatayat, JMQH, dan JP3M. Penulis bisa dihubungi via email [email protected] atau FB Musrifatul Ulumi. Semoga suka dengan ceritaku! Terimakasih. 39","Bagian 06 Salman Yang Rakus Rr. Syarifah Hani\u2019ah 40","Lahir dari keluarga yang sederhana sehingga apa-apa serba kekurangan membuat Salman yang berusia 10 tahun itu tumbuh menjadi anak yang serakah. Jika ada kesempatan untuk mendapatkan sesuatu maka dia akan mengambil sebanyak-banyaknya yang dia bisa. Alasannya karena belum tentu lain waktu ia akan mendapatkan kesempatan yang sama seperti itu. Jika tidak bisa mendapatkan sesuatu sesuai keinginannya, Salman akan melakukan segala cara agar apa yang dia inginkan dapat tercapai. Saat liburan sekolah, ibunya yang sudah tidak sanggup lagi mendidik Salman lalu mengirim anaknya tersebut ke Paman Mahbub yang tinggal di Jogja. Sebuah surat dititipkan melalui Salman agar disampaikan kepada Paman Mahbub tersebut. \u201cAnak ini sangat rakus. Didiklah dia agar menyadari bahwa sifatnya sangat tidak baik untuk dirinya. Dia sudah tidak mau mendengar nasehatku lagi,\u201d begitulah bunyi surat tersebut. Maka sebelum Salman masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan khusus untuknya, Paman Mahbub berpesan. \u201cToples yang ada di ruang tengah berisi banyak permen lolipop. Kamu bisa mengambilnya beberapa untuk dibawa ke kamar.\u201d 41","Salman melihat ke dalam toples. Toples itu memiliki leher yang sempit. Ia lalu memasukkan tangannya ke dalam Toples dan mengambil lima buah permen, namun tangannya tidak dapat ditarik keluar. Sekali dua kali Salman terus mencoba, tangannya tetap tidak dapat ditarik keluar. Akhirnya, dengan sedih dia hanya mengambil empat buah permen saja sehingga kini genggaman tangannya jadi mengecil dan bisa menerobos leher Toples yang sempit. Paman Mahbub yang melihat itu tersenyum berkata sendiri. \u201cBiarlah Salman belajar untuk tidak menjadi rakus.\u201d Hari demi hari, Paman Mahbub melihat Salman masih saja rakus, setiap makan tidak memikirkan apakah makanan yang ada cukup untuk yang lain atau tidak, begitu lihat ada makanan yang disiapkan, selalu dimakan ludes. Apalagi kue kering, permen yang disediakan selalu terlihat kosong setelah beberapa saat diisi, Salman suka menyendiri di kamar, sayup-sayup terdengar lagu Atouna Tufoole yang dinyanyikan oleh Nisa Sabyan, berulang kali, ini adalah lagu kesukaan Salman. Suatu sore Paman Mahbub mengajak Salman berbicara. \u201cSalman, apakah kamu pernah mendengar kisah tikus si pencuri jagung?\u201d 42","\u201cBelum paman,\u201d kata Salman sambil bergelayut manja di tangan dan pangkuan Paman Mahbub. \u201cDengarkan kisah ini ya\u2026 di suatu siang, panas matahari menemani nenek yang sedang memanen jagung- jagungnya di ladang. Dengan sabar, nenek terus memanennya, dan mengumpulkan jagung-jagung itu ke dalam keranjang besar. Syukurlah, jagungnya bagus-bagus. Pasti hasil penjualanku akan bertambah banyak\u201d ujar nenek. Setelah selesai memanen jagung, nenek menyuruh cucunya untuk membawakan jagung-jagung itu ke rumah. \u201cCucu Nenek yang tersayang, bantu Nenek membawa jagung-jagung ini, ya?\u201d Pinta nenek. \u201cDengan senang hati, Nek. Aku akan membantu Nenek,\u201d jawab sang cucu. Sesampainya di rumah, nenek meletakkan jagung itu di ruangan paling belakang. Olala, Nenek tidak tahu bahwa ruangan itu penuh dengan tikus-tikus yang suka memakan segala jenis makanan. \u201cIni kesempatanku untuk memakan semua jagung itu,\u201d ucap Tikus saat nenek meninggalkan ruangan. Tikus segera berlari mendekati keranjang jagung. Dia mencari-cari celah untuk masuk ke dalam keranjang. Tidak lama kemudian, Tikus menemukan celah yang amat sempit. Dia pun berhasil masuk. 43","\u201cAhaaa\u2026 Akhirnya aku bisa masuk ke dalam keranjang ini! Saatnya kumakan semua jagung ini!\u201d ujar tikus. \u201cCuuuiiitt\u2026 Cuuliiittt,\u201d terdengar suara tikus yang sedang asyik memakan jagung milik nenek. Tidak seorang pun tahu kejadian ini. Tikus yang amat lapar itu tidak sadar bahwa tubuhnya kini makin gemuk. Setelah merasa kenyang, Tikus berhenti memakan jagung-jagung itu. \u201cNyamm\u2026 Nyamm\u2026 Enak sekali jagung inil\u201d ucap tikus sembari memegang perutnya yang besar. \u201cWahh\u2026 Aku menjadi sangat gemuk. Bagaimana caraku keluar dari keranjang ini, ya?\u201d gumam tikus yang kebingungan mencari jalan keluar. Tikus berusaha keluar dari keranjang, tetapi dia merasa kesulitan. Hanya kepalanya yang bisa keluar dari keranjang itu. \u201cTolong! Tolong!\u201d teriak tikus. Musang yang sedang asyik bermain di luar rumah nenek, mendengar teriakan tikus. Ia pun segera menghampiri tikus yang rakus itu. \u201cAda apa?\u201d Tanya musang kepada tikus. \u201cTolong aku. Aku tak dapat keluar dari keranjang ini,\u201d keluh tikus. 44","\u201cAku tak dapat menolongmu, Tikus. Itu akibat dari perbuatan rakusmu. Kau makan banyak jagung, hingga kau lupa untuk berhenti makan,\u201d tolak musang. Alangkah sedihnya tikus. Dia menyesali perbuatannya. Yang bisa tikus lakukan hanyalah menangis di dalam keranjang, dan menunggu nenek untuk melepaskan dirinya dari keranjang. \u201cBagaimana menurutmu kisah ini Salman?\u201d kata Paman Mahbub. \u201cBagus Paman ceritanya, kenapa itu mirip aku ya Paman?\u201d \u201cMirip siapa kamu dalam cerita itu?\u201d kata paman tersenyum. \u201cTikus,\u201d gumam Salman lirih, sambil tersenyum malu. \u201cHehehe\u2026, wah hebat kalau kamu bisa menyadari itu,\u201d seloroh Paman makin membuat Salman memerah. \u201cPaman, aku bisa minta tolong nggak?\u201d Bisik Salman ke telinga paman. \u201cMinta tolong apa?\u201d Kata Paman. \u201cNanti ke tempat ini yuk?\u201d Kata Salman. Salman menunjukan video dalam status WhatsApp, ternyata video yang diperlihatkan kepada Paman Mahbub adalah video penggalangan dana untuk palestina. Dalam 45","video itu memperlihatkan kekerasan perang di Palestina pada anak-anak kecil, video yang berbackground lagu Athouna Tufoole Nisa Sabyan itu terlihat anak kecil yang kumuh, kurus sedang menangis menatap rumahnya yang telah rata dengan tanah. Seketika hati paman mencelos, mata berkaca-kaca melihat ketulusan dalam mata Salman. \u201cMemang mau apa ke sana?\u201d kata Paman Mahbub, menyelidik apa yang dimau oleh Salman. Salman menarik tanganku, mengajaknya ke kamar sambil berkata dengan semangat, \u201cPaman, sini, ayo ikut aku, lihat aku punya sesuatu untuk mereka.\u201d Sesampainya di kamar Salman, Paman Mahbub melihat ada dua dus yang terisi snack, makanan kecil dan jajanan anak, akhirnya paman mengerti kemana snack yang disediakannya selama ini. Paman memeluk Salman menahan air mata yang hendak jatuh di mata. \u201cBoleh, bagaimana kalau besok kita ke sana?\u201d \u201cHore,\u201d Salman melonjak-lonjak senang, mendengar jawaban Paman Mahbub. Senandung suara Nisa Sabyan masih terdengar, mengiringi bulir air mata Paman Mahbub yang deras turun 46","di pipi. Rasa syukur memenuhi rongga dada karena doanya terkabul, melembutkan hati Salman. A'touna Et-Tufoole A'touna Et-Tufoole A'touna Et-Tufoole A'touna, A'touna, A'touna Es-Salam Jeena N'ayedkon Bel-Eid Mnes'alkon Lesh Ma Fee 'Enna La 'Ayyad Wula ZeinehYa 'Alam Ardhi Mahroo'a Ardhi Huriyyeh Masroo'aSamana 'Am Tehlam 'Am Tes'al El-Ayam Wein Esh-Shames El-Helwe W-Rfouf El-HamamYa 'Alam Ardhi Mahroo'a Ardhi Huriyyeh Masroo'a Ardhi Zgheere Metli Zgheere Atouna Es-salam 'Atouna Et-TufooleA'touna Et-Tufoole A'touna Et-Tufoole A'touna Et-Tufoole A'touna, 'Atouna, 'Atouna Es-SalamSamana 'Am Tehlam 'Am Tes'al El-Ayam Wein Esh-Shames El-Helwe W-Rfouf El-HamamYa 'Alam Ardhi Mahroo'a Ardhi Huriyyeh Masroo'aArdhi Zgheere Metli Zgheere Atouna Es-salam 'Atouna Et-TufooleA'touna Et-Tufoole A'touna Et-Tufoole A'touna Et-Tufoole A'touna, 'Atouna, 'Atouna Es-Salam 47","Biografi Penulis Rr. Syarifah Hani\u2019ah, S.Pd.I., lahir di Cilacap, 12 September 1979. Kegiatan sehari-hari ibu rumah tangga, ASN, Herbalis. Lahir dari pasangan R.H. Ali Abdurrahman alatas dan Yuchanidz Ali. Guru madrasah dari tahun 1998 sampai sekarang. Tinggal di Perum Griya Jembar Lestari No. 15 Gumilir Cilacap Utara. Penulis bisa dihubungi lewat email: [email protected] HP 087763543547. Sampai hari ini telah menulis buku antologi, antara lain : 1. Antologi JEJAK MEMORI, 2021 Cahaya Pelangi Media 2. Antologi SILENT, 2021 CSI Publisher 3. Antologi Mengukir Mimpi 2021, 2021 KANAKA MEDIA 4. Antologi Indahnya Persahabatan, 2021 KANAKA MEDIA 5. Antologi Kemilau Cahya Sang Inspirator, 2021 KANAKA MEDIA 6. Antologi Karya Berjuta Cerita 2021 KANAKA MEDIA 7. Novel anak Kerajaan Numeric 2021 Gapura Pustaka (on proses di penerbit) 8. Novel remaja Sekolah, kawah candradimukaku Penerbit Lovrinz (on proses ) Follow Facebook Syarifah putri Ali alatas, wattpad https:\/\/www.wattpad.com\/user\/Syarifah012 48","Bagian 07 Tahajud Pertama Naila Alfi Hidayati 49","Langit tampak begitu cerah setelah semalam diguyur hujan lebat, beberapa orang lalu lalang menuju suatu rumah yang di depan halaman terpasang bendera kuning. Suasana berkabung terlihat padat memenuhi halaman yang berdesakan para pelayat untuk menghormati terakhir almarhum. Seorang kakek takmir masjid yang sudah lanjut usia telah menghadap Sang Khalik untuk selamanya. Isak tangis keluarganya di dalam rumah masih sesekali terdengar sayup-sayup diantara para pelayat yang menghiburnya. Di dalam ruang tamu jenazah sang takmir masjid tersebut sedang disalati oleh beberapa pelayat yang hadir bergantian. Marwa seorang gadis remaja tampak sembab melihat jenazah kakeknya yang terbaring di meja makan kayu yang cukup lebar dan panjang, Ia sesekali mengusap air matanya sambil merangkul adiknya Naila yang masih berusia tujuh tahun. Tidak berapa lama jenazah diantar ke pemakaman umum, namun di dalam perjalanan hujan kembali menguyurnya, padahal cahaya matahari masih bersinar cerah. Saat jenazah dimasukan ke liang lahat tiba-tiba dari langit tampak bianglala muncul, para pelayatpun heran dan mendoakan yang terbaik untuk almarhum. Marwa juga heran kenapa tiba-tiba muncul pelangi pas almarhum kakeknya dimasukan ke liang lahat. Sampai para pelayat pergi, Marwa, Naila dan kedua orang tuanya duduk di 50","depan pusaran kakeknya dan memanjatkan doa cukup lama untuk almarhum kakeknya. Sepekan telah berlalu, acara tahlil untuk almarhum kakek Marwapun telah berlalu. Marwa yang seorang santri dari salah satu ponpes sedang mengajari mengaji Naila, karena biasanya Naila diajarin almarhum kakeknya. Nailapun yang sedikit masih cedal tampak menggemaskan ketika mimiknya menirukan kakaknya membaca surat Al Ikhlas. \u201cAlhamdulilah Adek Naila sudah ada kemajuan bacaaanya,\u201d puji Marwa. \u201cHoreee\u2026!! Naila bisa seperti kakek kelak kan Kak, jadi ustad?\u201d Ucap Naila tak terduga. \u201cEmmm\u2026.InsyaAllah Dek, asalkan Naila giat mengajinya yah\u2026\u201d sahut Marwa. \u201cIya Naila akan giat dan tekun mengaji Kak.\u201d \u201cSiip..!! alhamdulilah...\u201d \u201cSekaligus Naila juga pingin seperti Abah ya Kak, jadi imam masjid,\u201d ucap Naila dengan lugunya. \u201cHahahah\u2026 Waduh, Naila pingin jadi imam masjid memangnya kenapa Dek, kok pingin jadi imam masjid?\u201d \u201cIya Kak, soalnya kalau jadi imam masjid semua makmum laki-laki dan perempuan patuh dan mengikuti gerakan imamnya Kak.\u201d 51","\u201cHahaha\u2026 Naila\u2026 Naila\u2026, adiku sayang, kalau Naila pingin jadi imam masjid, syarat makmumnya harus kaum hawa semua tidak boleh ada makmum laki-laki\u201d \u201cIya kah\u2026???\u201d \u201cIya... Adekku sayang\u2026\u201d \u201cOooh\u2026 gak boleh Kak, kenapa Kak? Ko Abah bisa menjadi imam tapi makmumnya ada laki-laki dan perempuan?\u201d \u201cIya Dek, itu karena Abah seorang laki-laki, jadi gini adekku, kalau ada seorang imam laki-laki maka yang jadi makmumnya boleh laki-laki dan perempuan, tetapi ketika ada seorang imam perempuan seperti kita ini, maka makmumnya juga harus perempuan sayang, tidak sah kalau ada maklum laki-lakinya jika imamnya perempuan, atau tidak boleh seorang imam perempuan mengimami salat berjamaah yang ada maklum laki-lakinya meskipun laki- lakinya masih anak-anak\u201d kata Marwa menjelaskan kepada adiknya yang sedikit kritis dan agak cerewet. \u201cOoh gitu ya kak...\u201d sahut Naila diselingi dengan menguap. \u201cHemm..rupanya Adek udah ngantuk nih, yuk bobo biar nanti malam Kakak bisa salat tahajud,\u201d ucap Marwa menuntun adiknya ke kamar. Marwa kemudian menyelimuti adiknya yang sudah mengantuk, kemudian sambil berbisik Marwa menuntun 52","berdoa hendak tidur. Naila mengikutinya walau dengan mata terpejam, setelah itu Marwa mematikan lentera kamar yang masih terbuat dari minyak jarak. Malampun semakin larut, Marwa dan Naila sudah terlelap pergi ke pulau kapuk dengan mimpi yang indah. Beberapa jam kemudian sayup-sayup terdengar suara ayam jantan berkokok, Marwa pun terbangun. \u201cUaaaahhhh\u2026 hhhuhh\u2026 alhamdulillah, jam berapa nih,\u201d ucap Marwa meraih jam beker yang sejak tadi berdetak menunggu sang pemilik menyentuhnya. \u201cWah \u2026 sudah jam tiga...!!\u201d kata Marwa sedikit gugup dan cepat-cepat ambil sandal dan keluar. Naila yang mendengar suara langkah kaki terburu- buru ia pun terbangun, Naila membuka matanya sambil sesekali masih menguap. Lalu ia melihat sampingnya tidak ada kakaknya, Nailapun ikut turun dari ranjang dan keluar menuju sumur yang berada di luar rumah, saat Naila membuka pintu dapur, Marwa baru saja selesai berwudu. Marwa kaget karena adiknya sudah berdiri di pintu dapur. \u201cAstagfirullah\u2026Naila..!!\u201d kata Marwa kaget. \u201cNaila pingin pipis Kak\u2026\u201d sahut Naila kemudian melangkah ke sumur. Marwa menunggui adiknya buang hajat kecil, setelah itu Naila ikutan berwudu dan Marwapun tersenyum. Mereka segera menutup pintu dapur. Marwa sedikit 53","bingung rumahnya yang masih berlantai tanah tidak memiliki musalla atau kamar kosong. Kemudian Marwa melangkah menuju ruang tengah yang masih utuh dengan meja makan kayu polos yang panjangnya kurang lebih 2 x 1 meter persegi, Marwa menaruh sajadah di atas meja lalu Marwa naik. \u201cKak Marwa mau salat di atas meja ini,\u201d tebak Naila sedikit heran. \u201cIya adikku, Naila ikut salat tahajud yuk.\u201d \u201cSalat tahajud itu apa Kak?\u201d \u201cSalat tahajud itu salat sunah dua rekaat yang dikerjakan pada malam hari setelah kita tidur Dek,\u201d ucap Marwa lembut. \u201cEmang harus sesudah tidur ya Kak?\u201d Ucap Naila. Marwa mengangguk. Kemudian Marwa mengajari Naila cara berniat salatnya sampai beberapa kali. Setelah itu Naila menjadi makmum salat tahajud untuk pertama kalinya di atas meja makan kayu yang masih kuat. Meja makan kayu tersebut bekas menaruh jenazah kakeknya yang sekitar sepekan lalu digunakan. Marwa dan Nailapun tahu itu meja bekas jenazah, tapi kecintaanya kepada kakeknya yang membuat Marwa tidak merasa takut. Justru berani dan merasa dekat dengan kakeknya yang selalu mengajari mengaji, bangun malam untuk salat meskipun kakek terkenal kiler dan sangar saat mengajari mengaji. Keesok 54","paginya saat mereka santap pagi, Naila menceritakan kepada uminya kalau Naila sudah bisa melaksanakan salat tahajud. \u201cSubhanallah\u2026anak salehah, umi bangga punya dua putri yang salehah,\u201d ucap umi berbinar-binar. Akhirnya merekapun tersenyum bahagia sambil menikmati santap pagi. Biografi Penulis Alfi Hidayati, S.Pd.I., adalah seorang guru madrasah ibtidaiyah di lingkungan Kecamatan Kesugihan. Ia putri ke lima dari enam bersaudara pasangan Bapak Achmadi Wahab (Pensiunan Guru) dan Ibu Sri Rochini (ibu rumah tangga). Ia lahir pada tanggal enam bulan Juni pada tahun seribu sembilan ratus tujuh sembilan. Ia juga seorang istri dari pasangannya Muhamad Satirin, S.Pd.I. dan dikaruniani tiga orang anak. Ia dari kecil sudah menyukai dunia seni, mulai nampak ketika kelas enam, ia belajar menulis yang baik dan benar. Awalnya ia menulis dongeng di buku bekas ayahnya, lama-lama setelah SLTA ia rajin menulis. Saat kuliah ia ikut lomba menulis cerpen meski sering gagal. Namun ia tetap menulis. Cerpen solonya dan novel solonya antara lain (yang masih dalam proses pengerjaan dan ada yang sudah pernah dilombakan) : 55","\u201cHati yang terluka\u201d tahun 1997, \u201cKetika Dia Pergi\u201d tahun 2003, \u201cSakura yang pulang ke Indonesia\u201d tahun 2003, \u201cDia yang berhati Emas\u201d tahun 2003, \u201cKesetiaan yang tersembunyi\u201c tahun 2003, \u201cGadis Jeruk Nipis\u201c Tahun 2016, \u201cSenja Merona di langit Jingga\u201c tahun 2016, \u201c Metamorfosis Cinta\u201c tahun 2018, \u201cSholawat Cinta Bertemunya Cinta\u201c tahun 2019, \u201cBlosomm Love \u2018Naila In Kairo\u201c tahun 2020 . 56","Bagian 08 Jujurlah dalam Segala Hal Yeti Purwaningsih 57","Pada Rabu pagi Nilna disuruh ibu membeli nasi uduk di perempatan jalan dekat rumahnya. Ibu memberi Nilna uang 20 ribu rupiah. Satu bungkus nasi uduk harganya 5 ribu. Nilna disuruh ibu membeli tiga bungkus nasi uduk untuk sarapan. \u201cNilna...\u201d panggil ibu dari dapur. Nilna mendengar suara ibu, lalu bergegas keluar dari kamarnya dan langsung menemui ibu di dapur. \u201cIya, Bu... ada apa?\u201d Tanya Nilna. \u201cNilna sayang..., belikan tiga bungkus nasi uduk, ya... buat sarapan,\u201d kata ibu. \u201cMemangnya ibu tidak masak?\u201d Nilna balik bertanya. \u201cTidak,\u201d jawab ibu. \u201cKenapa?\u201d Tanya Nilna. \u201cIbu bangun agak siang karena sedang tidak enak badan,\u201d jawab ibu. Akhirnya Nilna pergi membeli nasi uduk tersebut. Sampai di perempatan jalan Nilna menghampiri penjual nasi uduk yang sedang melayani beberapa pembeli. \u201cMang, beli nasi uduk 3 bungkus yah...\u201d Nilna memulai pembicaraan. 58","\u201cIya, Neng, sebentar,\u201d jawab penjual nasi uduk sembari membungkus nasi yang dipesan. \u201cMang, berapa satu bungkusnya?\u201d Tanya Nilna. \u201cLima ribu rupiah, Neng,\u201d jawab si pedagang. Sambil menunggu, Nilna berpikir untuk membe- lanjakan sisanya dari uang yang dikasih ibunya. \u201cIni, Neng, nasi uduknya, dan ini kembaliannya.\u201d Kata si pedagang sambil memberikan nasi uduknya. \u201cOke, Mang, makasih,\u201d kata Nilna. \u201cIya, Neng, sama-sama,\u201d jawab si pedagang. Sebelum pulang Nilna mampir ke warung Bu Sumi untuk membeli minuman rasa jeruk karena ia haus, warung itu bersebelahan dengan kedai nasi uduk. Sesampainya di rumah, ibu menanyakan sisa uang tersebut. \u201cNilna, apakah uang yang ibu berikan tadi masih sisa?\u201d Tanya ibu. \u201cTadi uangnya sisa, tapi Nilna sudah berikan uangnya ke pengemis di jalan, Bu.\u201d Nilna berbohong. \u201cYa sudah enggak apa-apa, yang penting uang itu dipakai untuk kebaikan,\u201d jawab ibu tanpa curiga. Nilna berbicara bohong pada ibu, padahal Nilna menggunakan uang itu untuk membeli es jeruk di warung Bu Sumi, bukan dikasihkan kepada pengemis di jalan 59","Kemudian ibu menyuruh Nilna sarapan nasi uduk yang dibelinya bersama ayahnya. Setelah sarapan lalu bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tidak lupa juga Nilna menyiapkan sepedanya. \u201cAyah, ibu\u2026 Nilna pamit berangkat sekolah dulu ya, Assalamu\u2019alaikum,\u201d Nilna berpamitan sembari mencium tangan ayah dan ibunya. \u201cWaalaikumsalam, hati-hati di jalan, jangam ngebut naik sepedanya.\u201d Jawab ibu \u201cIya, Bu\u2026\u201d jawab Nilna sembari mengayuh sepedanya. Selama perjalanan Nilna kepikiran tentang kebohongannya kepada ibunya. Raut mukanya kelihatan gelisah, sehingga tidak fokus dalam mengayuh sepeda. Hampir saja Nilna terjatuh dari sepedanya karena sepeda yang dinaikinya menabrak kucing yang kebetulan lewat. Untung saja kucing tersebut tidak terluka, begitu juga dengan Nilna masih bisa menjaga keseimbangannya sehingga tidak jatuh. Kemudian Nilna melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Sepuluh menit kemudian sampailah Nilna di sekolah. Ia segera memarkir sepedanya di tempat parkir yang tersedia dengan hati-hati. Sambil menggendong tas Nilna menuju kelas, kebetulan pelajaran belum dimulai. Tidak lama setelah Nilna masuk kelas bel berbunyi. Semua siswa 60","bersiap-siap baris di depan kelas masing-masing. Setelah itu masuk ke kelas dan berdoa bersama. Pelajaran pertama adalah pelajaran matematika. Ibu guru memulai pelajaran dengan penjelasan yang sangat menarik, semua siswa sangat antusias. Namun, disela-sela keantusiasan tersebut ada salah seorang murid yang merasa sakit perut luar biasa. Ia berusaha menahan rasa sakitnya, hingga bercucuran keringat dingin dan lemas. Kemudian ia jatuh pingsan. \u201cNilna..., Bu.... Nilna pingsan Bu...\u201d teman sebangku Nilna berteriak melaporkan kejadian tersebut kepada ibu guru yang sedang asyik menjelaskan materi. \u201cAsstaghfirullah ....\u201d ucap bu guru seraya berlari mendekati bangku Nilna. \u201cApa yang sebenarnya terjadi... padamu, Nak?\u201d Tanya bu guru sambil membawa Nilna ke ruang UKS. \u201cAnak-anak silakan kalian mengerjakan soal yang ada di LKS halaman 20, Ibu akan mengobati Nilna\u201d perintah bu guru pada anak didiknya. \u201cBaik, Bu...\u201d Jawab anak-anak kembali ke bangku masing-masing. Nilna dibawa ke ruang UKS, kemudian dibaringkan di dipan. Bu guru dengan cekatan mencopot sepatu dan kaos kaki Nilna. Setelah itu ia mengendurkan sabuk yang dipakai 61","Nilna. Dengan mengoleskan kayu putih di bawah hidung Nilna ia memanggil nama Nilna berkali-kali. \u201cNilna... sayang, sadarlah.. ini ibu guru, Nak, kamu kenapa? Apanya yang sakit?\u201d Ucap bu guru setelahnya mengoles kayu putih ke perut dan kaki Nilna. \u201cIbu... hik hik\u2026\u201d terdengar suara tangis parau dari mulut Nilna, akhirnya siuman. \u201cAlhamdulillah..., kamu sudah sadar, Nak,\u201d ucap bu guru senang melihat murudnya sudah siuman. \u201cIbu... Ibu mana...? Bu guru...? Perut Nilna sakit, Nilna ingin bertemi Ibu... hik hik hik...\u201d Nilna terus menangis. \u201cNilna, tenanglah dulu, ini minum teh hangat, sebentar lagi Ibumu akan datang ke sini. Tenanglah.. Bu guru sudah meneleponnya\u201d nasehat bu guru. Nilna meminum teh hangat dari bu guru, perasaannya agak tenang. Ibu guru mengoleskan kayu putih di perut Nilna agar berkurang rasa sakitnya. Tak lama ibunya Nilna datang ke sekolah, dengan tergopoh-gopoh ia menemui anaknya di ruang UKS kemudian merangkul Nilna dengan erat. Kedua anak dan ibu tersebut menangis. \u201cNilna...., kenapa kamu, Nak? Apanya yang sakit\u2026?\u201d Tanya ibu. 62","\u201cIbu..., ma\u2026 maafkan Nilna Bu... Nilna sudah berbohong kepada Ibu...hik hik...\u201d ucap Nilna terbata-bata. Sambil menahan rasa sakitnya yang sedikit berkurang. \u201cMaksud kamu apa, Nak?\u201d Tanya ibu. \u201cSe sebenarnya...sisa uang yang tadi pagi Ibu kasih untuk beli nasi uduk Nilna gunakan untuk beli es jeruk bukan buat pengemis.....hik hik..., maafkan Nilna ya, Bu..\u201d Nilna kelihatan takut jika ia akan dimarahi ibu. \u201cMungkin ini akibat ketidakjujuran Nilna... jika saja tidak membeli es jeruk Nilna tidak akan sakit begini, sekali lagi maafkan Nilna, Bu....\u201d terus Nilna sambil memeluk ibunya. Ibu terdiam. Suasana sejenak hening sebelum ibu merespon pengakuan Nilna. \u201cYa sudah.., semua sudah terjadi, Nggak apa-apa, yang penting kamu sudah berani jujur sama Ibu\u201d kata ibu akhirnya memaafkan walau sebenarnya kecewa. \u201cJadi, Ibu tidak marah?\u201d Tanya Nilna takut. \u201cIbu, tidak marah karena kamu sudah berani jujur sama Ibu,\u201d jawab ibu dengan lemah lembut. \u201cMulai sekarang Nilna berjanji tidak akan bohong lagi sama Ibu,\u201d Nilna berjanji. \u201cBaiklah anakku, jujurlah selalu dalam segala hal, InsyaAllah kamu akan mujur atau beruntung.\u201d Nasehat Ibu. 63","Ibu guru terharu melihat keduanya, akhirnya Nilna diberi ijin untuk berobat ke tenaga medis terdekat dan istirahat di rumah. Kemudian mereka berdua berpamitan sedangkan ibu guru melnuju kelas kembali untuk melanjutkan pelajaran yang belum usai. Biografi Penulis Yeti Purwaningsih, S.Pd.I., lahir di Cilacap, 15 September 1982. Menikah tahun 2003, dikaruniai dua putri dan satu putra yaitu Zakiah Amelia Firdaus (16 tahun), Maisie Hayfa Firdaus (10 tahun), dan Yusuf Arsyad Firdaus (5 tahun). Sehari-hari sebagai guru ASN MI Ma`arif Kutasari Kecamatan Cipari dari 2005 s.d. sekarang. Pendidikan dasar di tempat kelahirannya yaitu di kecamatan Cimanggu, pendidikan menengah di SMU 1 Majenang. Kemudian meneruskan kuliah di STAIN Purwokerto. D2 lulus tahun 2002, S1 masuk tahun 2007 lulus 2010 Jurusan PGMI. Adapun karyanya satu buku solo \u201cSepenggal Kisah untuk Ananda\u201d, delapan buku antologi puisi, delapan buku antologi cerpen, dan masih ada dua buku antologi puisi masih proses terbit. Semua itu adalah hasil dari menulis bareng dengan beberapa komunitas menulis. Mulai menulis sejak 2018. Prestasi yang pernah diraih : Wisudawati terbaik tingkat prodi tahun 2010, Juara harapan 3 berhijab tanpa cermin tingkat kabupaten tahun 2011, Juara tiga lomba guru Inkresi tingkat Kabupaten tahun 2019. Menjadi nominator Lomba Cipta Puisi 64","tingkat ASEAN yang diadakan oleh IAIN Purwokerto. Aktif juga di Fatayat NU sebagai ketua dua ranting Kutasari. Sekarang ikut suami dengan Alamat Kutasari RT. 003 RW. 006 Cipari-Cilacap Jawa Tengah. FB.yeti purwaningsih IG yetipurwaningsih 65","Bagian 09 Kado Indah untuk Bu Zahra Narti 66","Olif terlihat sibuk memilih model baju gamis yang lagi tren saat ini. Prima juga tak kalah trampilnya memilih mukena terindah yang ia sukai. Di pojok sana Mella sedang membuka-buka model dan warna hijab yang cocok. Sementara Farah duduk diam dan terus tekun membaca buku yang sedari tadi dipegangnya. Empat sekawan itu sedang berada di toko busana muslim milik Umi Hani yang letaknya bersebelahan dengan Masjid Baitul Mutaqin. Di sebelah kiri masjid ada bangunan 4 ruang kelas tempat mereka mengaji setiap hari. Empat ruangan itu digunakan untuk TPQ bagi anak- anak sekitar masjid. Santrinya cukup banyak. Ada 3 kelas dengan jumlahnya masing-masing kelas lebih dari 30. Ruang yang satu digunakan untuk kantor. Kelas 1 untuk kelas 1 dan 2 SD, Kelas 2 untuk kelas 3 dan 4 SD, sedangkan kelas 3 untuk kelas 5 dan 6 SD. Ada beberapa ustad dan ustazah yang mengajar di TPQ itu. Mereka adalah Ustad Huda, Ustazah Nisa, Nina, dan Ustazah Zahra. Mereka semua adalah guru-guru hebat yang sabar, tekun dan telaten. Awal Rramadan Ustazah Zahra memberi tugas kepada 30 santrinya untuk menanam padi di rumah masing- masing. Bibit padi dibagi kepada semua santrinya dengan jumlah yang sama. Pada pertemuan akhir Ramadan sebelum libur Idul Fitri, tanaman padi tersebut harus dibawa. Kepada santri yang paling bagus tanamannya akan 67","mendapat hadiah special dari Ustazah Zahra. Semua santri sangat senang dengan tugas itu. Mereka menanam dan memeliharanya dengan tekun. Mereka sirami dan beri pupuk. Nanti pada akhir Ramadan akan mereka tinjukkan pada Ustazah Zahra. Tak terasa puasa Ramadan sudah berjalan dua per tiga atau sudah 20 hari berpuasa. TPQ tetap berjalan lancar dan tambah semangat. Para santri terpantau puasanya, juga amalan lain seperti baca Al Quran dan hafalan surat pendek bagi kelas 1 dan 2. Mereka mempunyai buku kegiatan bulan Ramadan yang berisi catatan tentang kegiatan yang dilaksanakan selama bulan Ramadan. Ada puasa, salat lima waktu, salat sunnah, salat tarwih, baca Al Quran dan kegiatan lainnya. Mereka mengisi dengan tanda centang atau minta tanda tangan pengampu. Hari itu adalah hari ke-20 puasa Ramadan. Kebiasaan yang dilaksanakan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan oleh masjid Baitul Mutaqin adalah mengadakan kegiatan lomba-lomba untuk anak-anak, mengikuti lomba takbir keliling, penyaluran zakat fitrah, dan silaturahmi warga. Hampir semua santri TPQ di masjid itu mengikuti lomba. Lomba tersebut diadakan oleh panitia masjid yang pendanaannya ditanggung oleh donatur tetap masjid tersebut. Semua santri antusias mengikuti kegiatan rutin itu. Berbagai lomba digelar, seperti lomba azan, hafalan surat 68","pendek, tilawah, kaligrafi dan baca puisi islami. Masing- masing cabang lomba terbagi atas 3 kategori. Kategori I untuk kelas 1-2. Kategori II untuk kelas 3-4 dan kategori 3 untuk kelas 5-6. Tak terkecuali, empat sekawan itu juga ikut lomba tersebut. Mereka semua masuk kategori 3 karena mereka adalah kelas 5. Olif ikut lomba baca puisi, Prima ikut lomba hafalan surat pendek, Mella yang pinter menggambar ikut lomba kaligrafi dan Farah ikut lomba tilawah. Mereka berempat mengikuti lomba cabang yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan bakat masing- masing. Lomba diadakan pada hari Minggu, mulai pukul 09.00 dan selesai pukul 15.00 WIB. Usai lomba, tidak langsung diumumkan, tapi pengumuman menunggu tanggal 25 Ramadan, sekalian buka bersama. Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Pukul 16.00 WIB, para santri sudah berkumpul di masjid. Mereka duduk dengan rapi seperti mau antri pembagian uang. Semua santri berharap menang dan menjadi juara. Walaupun panitia belum datang, mereka sudah merasa deg- degan. Berharap banyak namanya akan terpanggil sebagai pemenang. Menerima hadiah yang akan mereka persembahkan pada orang tua masing-masing, berupa piala dan uang pembinaan. Satu per satu cabang lomba diumumkan. Kini giliran pengumuman lomba kategori 3. Dengan hati berdebar- debar mereka yang masuk kategori 3, dengan tenang 69","mendengarkan pengumuman dan bertepuk tangan riuh kalau diumumkan pemenangnya. Lomba baca puisi islami, Olif sebagai juara 2, lomba hafalan surat pendek, Prima sebagai juara 3. Mella dapat juara 2 untuk lomba kaligrafi dan Farah diumumkan sebagai juara 1 lomba tilawah. Alhamdulillah empat sekawan semua menjadi juara. Mereka sangat senang dan bangga akan hasil prestasi yang sudah mereka raih. Tak sia-sia mereka berlatih dan belajar dengan tekun. Pengumuman lomba sudah usai, kegiatan mengaji juga tinggal 1 hari, karena 3 hari sebelum lebaran semua sekolah dan TPQ libur. Ini yang membuat Farah bingung sekali, karena ia belum punya uang untuk membeli kado buat Ustazah Zahra yang akan berulang tahun. Sementara teman-teman lainnya sudah siap dan membeli barang- barang yang mahal. Itu semua di luar jangkauan Farah, karena ia dari keluarga sederhana yang hanya pas-pasan untuk hidup. Farah hidup bersama ayahnya yang hanya tukang becak. Ia memiliki 2 adik, ibunya tidak bekerja, hanya mengurus rumah tangga dan mengajari mengaji anak-anaknya di rumah. Tah heran kalau Farah dan 2 adiknya pandai dan fasih membaca Al Quran, itu karena ketekunan ibunya dan keseriusan Farah dan adiknya belajar dan berlatih membaca Al Quran dengan baik. Sehingga prestasi Farah yang berhubungan dengan baca Al Quran cukup banyak. Prestasi 70","tersebut antara lain juara lomba tilawah di tingkat kelurahan, kecamatan, antar masjid dan uang paling membanggakan adalah juara MTQ Putri Kategori SD tingkat kabupaten. Hari terakhir pengajian di TPQ tiba, dimana hari itu juga seluruh santri kelas 3 harus mengumpulkan tugas dari Ustazah Zahra. Ada 30 pot tanaman padi yang di bawa oleh para santri, mereka bergembira ria, memamerkan tanaman padinya yang subur, hijau serta rimbun. Para santri yang satu dengan yang lain saling cerita bagaimana memelihara tanaman padinya. Namun dari sekian santri, hanya Farah yang paling sedih karena tanaman padinya mati dan tidak tumbuh. Awalnya Farah tidak mau membawa pot tanaman padinya karena malu dan takut dimarahi sama Ustazah Zahra. Namun ibunya tetap membujuk agar Farah mau membawa pot itu dan mengatakan sejujurnya pada Ustazah Zahra. Beberapa saat kemudian, Ustazah Zahra masuk kelas dan memberi salam. Para santri sangat senang dan bergembira sekali menyambut kedatangan Ustazah Zahra. Ustazah Zahra juga terlihat cerah ceria dan kelihatan sangat bahagia. Kebetulan hari itu Ustazah Zahra berulang tahun yang ke-25. Beberapa santri sudah menyiapkan kado buat beliau. Olif misalnya membelikan gamis paling keren di butik Umi Hani. Prima memberi kado mukena paling bagus, Mella memberi kado hijab demikian juga santri yang lain, 71","yang iklas memberi kado untuk ustazah. Namun berbeda dengan Farah, tidak bisa memberi hadiah untuk ustazah tercinta, karena keadaan yang tidak memungkinkan. Makanya Farah sangat sedih dan malu. Tiba saatnya Ustazah Zahra menilai tugas untuk para santri. Satu per satu santri maju, untuk menunjukkan dan menceritakan tanamannya. Dua puluh sembilan santri sudah maju dan dinilai. Kini giliran Farah maju, dengan tertunduk malu, Farah menceritakan soal tanaman padinya. Dia sudah berusaha maksimal, tetapi padi yang Farah tanam tidak bisa tumbuh. Jadi Farah mohon maaf tidak bisa memenuhi harapan ustazah Zahra. Laporan Farah diterima dengan senyuman oleh ustazah. Farah lega karena Ustazah Zahra tidak marah. Farah disilakan duduk kembali. Semua santri terdiam dan deg-degan menunggu hasil penilaian tugas dari ustazah. Para santri berharap bisa menjadi yang terbaik dan mendapat hadiah spesial dari Ustazah Zahra. Namun ustazah masih terlihat sibuk dengan catatannya. Tak lama kemudian, beliau berdiri dan menyampaikan beberapa pengumuman tentang libur hari raya Idul Fitri, tanggal masuk dan kegiatan awal di TPQ. Setelah itu beliau baru menyinggung tugas yang beliau berikan kepada para santrinya. \u201cAnak-anak, terima kasih kalian telah mengerjakan tugas dari ibu, setelah ibu melihat dan mengamati tugas kalian, ibu mohon kejujuran dari kalian semua!\u201d. Semua 72","santri terdiam, saling pandang dan penuh tanda tanya. Ada apa gerangan? Apa yang dimaksud ustazah dengan kejujuran?. Kembali ustazah melanjutkan bicaranya. \u201cAwalnya ibu berharap, kalian semua akan jujur dan mengerjakan tugas apa adanya, namun ternyata sebagian besar dari kalian tidak jujur dan berbohong dengan tugas ibu, apakah kalian menyadari?\u201d Sekarang semua santri kembali terdiam dan berubah roman mukanya. Mereka teringat sebulan yang lalu dengan tugas Ustazah Zahra. Sekarang mereka baru ingat, kalau awal menanam padi, sampai beberapa hari memang tidak tumbuh, namun kemudian mereka menanam dengan benihnya sendiri, sehingga tumbuh dengan subur. \u201cSeharusnya padi itu memang tidak bisa tumbuh, karena sebelum ibu membagi benih padi itu pada kalian, benih itu sudah ibu rebus terlebih dahulu. Jadi tidak mungkin akan bisa tumbuh. Sementara 29 dari kalian menyuguhkan tanaman padi yang tumbuh dengan subur, apa itu artinya?\u201d Tanya Ustazah Zahra. Hanya 1 orang dari kalian yang melaksanakan tugas dengan jujur. Dia adalah Farah. Semua santri diam tertunduk, merasa bersalah dan bertindak tidak jujur. Mereka tidak tahu kalau tugas itu adalah jebakan untuk mengetahui kejujuran para santri. 73","Para santri menyesal dan mohon maaf pada Ustazah Zahra. Mereka berjanji akan bertindak jujur ke depannya. Ustazah Zahra memaklumi dan berpesan agar selalu jujur kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Kejujuran Farah pada ibu, merupakan kado terindah untuk saya, kata Ustazah Zahra. Farah yang awalnya takut dan malu karena tidak bisa memberi kado pada Ustazah Zahra, kini berbalik malah mendapat pujian dan hadiah istimewa dari beliau karena kejujurannya. Biografi Penulis Narti, S.Pd., M.Pd., lahir di Cilacap, 12 November 1971. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD, SMP dan SPG di Cilacap. Pendidikan D2 PGSD di IKIP Semarang (1992), S1 di Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta (2003) dan S2 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2011. Penulis mengawali karier sebagai guru SD dari tahun 1993-2005, Kepala Sekolah (2005-2013), Pengawas Sekolah (2013-2017), Kepala UPT (2017-2018), Korwil Bidik Kecamatan (2018 - sekarang). Saat ini menjabat sebagai Koordinator Wilayah Bidang Pendidikan Kecamatan Cilacap Tengah. Pernah menjadi Juara III Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 dan Juara I Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Kabupaten Cilacap tahun 2010. Selain itu juga menjadi dosen di UNUGHA Cilacap. 74","Buku karya pertama berjudul Kisah di Balik Pandemi, Ingin berinteraksi dengan Narti? hubungi lewat WA (081548850804), Fb (Narti Bundane Sinta) dan IG (Narti Bundane Sinta) 75","Bagian 10 Selembar Kertas Biru Arif Rahman 76","Melihat keadaan ibu yang sudah terbaring pucat dan tampak lemah, Asna yang berumur 11 tahun bersama adiknya bernama Niko yang berumur 2 tahun bergegas untuk membeli obat ke apotik dengan menaiki sepeda mini kecil yang sudah tampak butut. Setelah mengambil tiga lembar uang lima ribuan dari tabungannya Asnapun pamitan. \u201cAssalamu\u2019alaikum\u2026., Asna berangkat ke apotik dulu Bu..\u201d ucap si bocah kecil sambil mengambil sepeda bututnya dan memboncengkan adiknya di depan. \u201cWa\u2019alaikum salam\u2026 Nak,\u201d jawab ibu terdengar dengan nada gemetaran karena menahan sakit. \u201cAdik Niko dimana?\u201d Tanya ibu kembali. \u201cIkut Asna Bu\u2026\u201d jawab Asna dengan lantang dan gugup. \u201cYaa hati-hati Nak..\u201d ucap sang ibu kembali. Sesaat kemudian dalam hati sang ibu kedua anak itu bertanya-tanya. \u201cLha terus uangnya dari mana dan pakai uang siapa yaa..?, Koq Asna pergi ke apotik begitu saja, padahal saya belum memberi uang.\u201d 77","Sang ibu yang terbaring di kamar, tampak pucat dan lemas hanya bisa berdoa untuk kedua anaknya yang sedang berjuang demi kesembuhan ibunya. \u201cYa Allah\u2026 berilah keselamatan kepada kedua anaku, jadikanlah mereka anak-anak yang saoleh dan salehah\u201d ucap sang ibu dengan penuh berharap dengan tetesan air mata mengalir dari bola matanya. Rumah Asna yang letaknya di pinggir desa dan jauh dari pusat pertokoan tidak menyurutkan niat Asna untuk membelikan obat ibunya meskipun perjalanannya cukup jauh. Sementara dalam perjalanan menuju apotik, Niko selalu melontarkan pertanyaan kepada kakaknya.. \u201cKak\u2026ibu kenapa sih...?\u201d ucap si kecil dengan polos. \u201cIbu sakit Dik\u2026\u201d jawab Asna dengan perasaan sedih karena teringat ibunya yang sedang terbaring sendirian di rumah. \u201cSakit apa sih kak\u2026\u201d kembali terlontar pertanyaan dari adiknya. Asnapun tidak menjawab pertanyaan adiknya karena harus berusaha fokus dalam mengendarai sepeda yang dikayuhnya meski pikiran masih teringat pada ibunya yang sedang sakit di rumah. 78","Sambil mengayuh sepedanya Asnapun berdoa untuk kesembuhan ibunya. \u201cYa Allah..berikanlah kesembuhan pada ibu kami, karena hanya Engkaulah Yang Maha Menyembuhkan\u2026\u201d terlantun doa dalam hati si Asna. Sesaat kemudian Asna terdiam dan bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh adiknya dengan polos. \u201cKak Asna\u2026sebenarnya bapak dimana sih\u2026?\u201d Mendengar pertanyaan tersebut akhirnya Asna menghentikan kayuhan sepedanya dan mengajak adiknya untuk beristirahat, meski perjalanan ke apotik baru separoh perjalanan. Asnapun menuntun sepedanya ke tepi jalan menuju ke bawah sebuah pohon yang cukup rimbun dan sejuk. Kemudian Asna memanggil penjual bubur ayam yang ada di seberang jalan. \u201cPak\u2026 masih ada bubur ayamnya?\u201d Teriak Asna dengan lantang. \u201cMasih Nak\u2026\u201d jawab sang penjual bubur ayam. \u201cSaya beli satu mangkok!\u201d sahut Asna sambil menurunkan adiknya dari boncengan. Beberapa menit kemudian gerobak bubur ayampun menghampiri Asna dan adiknya yang sudah duduk di bawah pohon tadi. 79","\u201cPedas apa ngga Nak?\u201d Tanya situkang bubur kepada Asna. \u201cNggapak...\u201d buat adik saya. Asnapun merasa lega setelah melihat adiknya makan bubur ayam dengan lahap. Seketika itu juga Asna melihat sebuah mobil sedan putih menuju tepi jalan dimana Asna dan adiknya sedang beristirahat. Kemudian keluarlah seorang laki-laki dari mobil tersebut berpakaian putih-utih layaknya seorang dokter kemudian mendekat ke tukang bubur. \u201cBang\u2026 bubur ayamnya empat, bungkus ya!\u201d kata orang tersebut. \u201cYa pak\u2026\u201d jawab si tukang bubur. Kemudian orang laki-laki tersebut mendekat kepada Asna dan adiknya dan bertanya. \u201cLho adik ngga sekolah\u2026?\u201d Tanya orang laki-laki tersebut. \u201cSekolah Om...\u201d jawab Asna lirih sambil merangkul adiknya \u201cKok di sini, lagi ngapain,\u201d laki-laki tersebut kembali bertanya. \u201cMau beli obat buat ibu, Om...\u201d jawab Asna dengan malu-malu. 80","Dengan penuh perhatian kemudian laki-laki tersebut mendekat kepada Asna dan adiknya yang sedang asyik menyantap bubur ayamnya. \u201cJadi kamu ngga berangkat sekolah?\u201d Tanya laki-laki itu kembali. \u201cBetul Om\u2026karena ibu saya sakit dan saya harus beli obat,\u201d jawab Asna dengan polos. \u201cMemang ibu kamu sakit apa?\u201d kembali laki-laki berpakain putih-putih itu bertanya, seolah-olah ingin tahu apa yang sedang diderita oleh ibu dari kedua anak tersebut. Belum sempat terjawab pertanyaan laki-laki tersebut kemudian si tukang bubur memanggil laki-laki tersebut. \u201cOm... ini bubur ayamnya sudah Om,\u201d ucap si tukang bubur ayam. \u201cOh ya\u2026 berapa semuanya dengan anak-anak itu?\u201d Tanya laki-laki tersebut. \u201cEmpat puluh ribu Om...\u201d jawab si tukang bubur. Setelah menerima bubur ayam yang telah dibelinya, laki-laki berpakaian putih-putih tersebut tampak gugup dan bergegas melanjutkan perjalanannya. Dengan penuh kekaguman Asna memperhatikan laki-laki tersebut yang sedang berjalan menuju mobil putihnya. Kemudian Asna tercengang ketika dari kejauhan 81","melihat sesuatu jatuh dari saku celana laki-laki tersebut saat akan membuka pintu mobilnya. \u201cOm\u2026Om\u2026Om..!\u201d dengan suara yang lantang Asna memanggil laki-laki tersebut sambil berlari mendekati mobilnya. \u201cKakak mau kemana?\u201d teriak Niko karena melihat kakaknya lari begitu saja. \u201cNgga kemana-mana Dik\u2026\u201d ucap si tukang bubur sambil mengusap punggung Niko. Mobil putihpun berjalan dan melesat jauh, sehingga panggilan Asna tak terperhatikan oleh laki-laki itu. Akhirnya Asnapun mendekat ketempat parkir mobil putih tadi. Seketika itu Asnapun terperanjat setelah melihat bahwa yang jatuh dari saku laki-laki tadi adalah selembar uang lima puluh ribuan. Perasaan Asna semakin bingung dengan hal itu. \u201cKasihan sekali Om tadi, uangnya jatuh...\u201d gumam Asna dalam hati sambil mengambil selembar uang lima puluh ribuan tadi. \u201cSaya harus mencari laki-laki tadi sampai ketemu dan memberikan uang ini kepadanya,\u201d ucap Asna dengan lirih. Asnapun melangkah kembali mendekat ke adiknya yang masih bersama si tukang bubur di bawah pohon. 82","\u201cBerapa Pak buburnya?\u201d Tanya Asna kepada tukang bubur sambil mengambil uang dari saku bajunya yang sudah tampak kusam. \u201cSudah dibayar sama Om tadi Nak...\u201d jawab si tukang bubur. \u201cMemang tadi ada apa kamu kok berlari menghampiri Om itu?\u201d Tanya si tukang bubur kepada Asna. \u201cIni lho Pak\u2026 Om tadi ternyata uang jatuh,\u201d jawab Asna sambil menunjukkan selembar uang lima puluh ribuan yang ada di genggamannya. \u201cTerus kalian mau kemana?\u201d si tukang bubur kembali bertanya. \u201cSaya dan adik saya mau melanjutkan ke apotik, dan mencari Om tadi untuk mengembalikan uangnya yang jatuh,\u201d jawab Asna sambil mernaikkan adiknya di boncengannya. \u201cOhh\u2026 hati-hati ya Nak\u2026\u201d pesan si tukang bubur dengan penuh kekaguman akan kepolosan dan kejujuran kedua anak itu. Asna dan adiknyapun melanjutkan perjalan ke apotik dengan penuh harapan bisa memdapatkan obat yang dibutuhkan ibu dan bertemu laki-laki tadi untuk mengembalikan uangnya. 83","\u201cKak memang Om Om tadi yang naik mobil putih siapa?\u201d Tanya Niko secara tiba-tiba. \u201cSepertinya Om tadi seorang dokter Dik\u2026\u201d jawab Asna dengan penuh rasa penasaran. \u201cTerus kenapa uang tadi harus dikembalikan ke Om itu?\u201d Tanya Niko dengan polos. Asnapun menjelaskan kepada adiknya bahwa kita tidak boleh mengambil barang milik orang lain tanpa seijin pemiliknya. \u201cTapikan Om itu kan ngga tahu kalau itu uang miliknya,\u201d celoteh si Niko. Dengan sabar Asna menjelaskan kembali. \u201cBetul Dik\u2026 Om tadi ngga tahu kalau uang ini miliknya, tapi kita kan tahu bahwa uang ini milik Om tadi, maka kita wajib mengambalikan.\u201d \u201cOwh\u2026 begitu toh Kak...\u201d sahut Niko seolah-olah sudah paham akan penjelasan kakaknya. \u201cYa... harus begitu Dik,\u201d jawab Asna dengan penuh perasaan kasih sayang. Tanpa terasa ternyata apotik yang dituju Asna dan adik sudah tidak jauh lagi. Karena kedua anak itu sudah masuk ke komplek pertokoan. Dari jarak yang tidak jauh Asna sudah dapat melihat plang apotik di pinggir jalan sebelah kiri. Ketika mereka sudah mendekati apotik Asna 84","terperanjat kalau di depan apotik tersebut ada sebuah mobil sedan putih yang sama dengan mobil milik om om yang uangnya jatuh. Setelah sampai di depan apotik Asna dan adiknya berhenti, dengan penuh rasa penasaran Asnapun menurunkan adiknya dari boncengan kemudian mengamati mobil sedan putih tersebut dan menunggu siapa sebenarnya pemilik mobil tersebut. Sesaat kemudian keluarlah seorang laki-laki berpakain putih-putih yang sebelumnya bertemu Asna saat membeli bubur ayam. \u201cAssalmu\u2019alaikum\u2026Om\u2026\u201d ucap Asna dengan pelan. \u201cWa\u2019alaikum salam\u2026lho kalian kan yang tadi membeli bubur ayam?\u201d Jawab laki-laki tersebut sambil memegang pundak kedua anak itu. \u201cKatanya kalian mau beli obat buat ibumu, memangnya ibu kalian sakit apa?\u201d Tanya laki-laki tersebut dengan tatapan penuh kasih sayang. Asnapun menjelaskan tujuan Asna ke apotik untuk membeli obat meskipun Asna belum tahu apa sakit yang diderita ibunya. Selain itu Asna juga menjelaskan dan sekaligus mengembalikan uang milik laki-laki tersebut yang jatuh setelah membeli bubur ayam. 85"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook