Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PENYU KECIL DI PUNCAK MENARA

PENYU KECIL DI PUNCAK MENARA

Published by Tasbihah, 2022-10-31 09:58:25

Description: CERITA ANAK ISLAMI GUMALIS

Search

Read the Text Version

["diulang dan terus diulang, jika 5 kali belum paham, ulangi 7 kali, jika 7 kali belum paham ulangi 9 kali.\u201d \u201cSeperti itu yaa\u2026\u201d kata Arju dengan tertegun memandang kelangit sambil membetulkan pecinya yang miring. Setelah bertemu dengan Royyan, Arju kini tambah semangat dalam menghafal huruf hijaiyah, keinginan untuk bisa seperti santri-santri lainnya sangat besar. Dia tak mau kalah dengan santri lainnya, walaupun usianya lebih tua. Apa yang dilakukan oleh santri lain, dia ikuti, ditiru, terkadang dia juga mendapat cibiran dan ejekan. Suatu ketika usai ngaji sore, Arju dan para santri bergegas keluar, menuju halaman, karena memang ada jam istirahat untuk santai menunggu waktu magrib. Tiba-tiba ada seorang santri yang bernama Mamat menghampiri Arju \u201cHai Arju, badanmu gede, ko ngajinya masih Turutan (kitab Juz Amma), gak hafal-hafal\u2026masa gede-gede kaya gitu gak bisa..\u201d kata Mamat. \u201cHe e hee ehe..\u201d Arju menahan marah sambil mewek bolak-balik mengusap mata. Suara tangis Arju terdengar oleh pak kyai dari ndalemnya, langsung pak kyai keluar. Ada apa Arju\u2026kenapa kamu menangis, ada yang nakal?\u201d Tanya pak kyai sambil menghampiri dan mengelus kepala Arju. Pak kyai memang seorang yang penyayang 136","pada semua santri, apalagi pada Arju, anak yang memiliki keistimewaan itu. Spontan Mamat lari melihat kedatangan pak kyai, dia menyadari kalau nangisnya Arju disebabkan oleh dirinya dan dia takut pak kyai pasti akan memarahinya. \u201cMamat..kenapa kamu lari ketakutan seperti itu?\u201d Tanya pak kyai. \u201cItu..itu..Pak Kyai ada ayam masuk kamar saya\u201d jawabb Mamat berbohong menutupi kenakalannya pada Arju. \u201cMana ada ayam, dari tadi gak ada ayam lewat, Mamat\u2026kamu gak usah bohong, Pak Kyai tahu kalu kamu kan yang bikin Arju nangis. Kamu gak boleh seperti itu, bagaimanapun dia sama seperti kamu, ingin belajar, ingin bisa membaca Al Quran\u201d jelas pak kyai. Arju berhenti menangis mendengar ucapan dari pak kyai. \u201cIya pak kyai, saya salah, saya tidak akan mengulangi lagi.\u201d Mamat berjabatan tangan dengan Arju untuk meminta maaf. Dengan berjalannya waktu yang panjang, ejekan, cibiran, cemoohan menjadikan Arju tambah dewasa, kuat, sekuat baja, untuk terus mencapai cita-citanya. Ketekunan Arju dalam menuntut ilmu dengan segala keterbatasannya yang tak kenal lelah mengulang dan mengulang, 5kali, 7 kali, 137","9 kali bahkan ratusan kali untuk mengkaji ilmu. Bimbingan seorang kyai ahli riyadah yang penyayang, sabar, serta doa dan keprihatinan orang tua Arju dengan ekonomi yang pas- pasan. Kini Arju menjadi seorang ustadz yang memiliki ratusan santri, diantara santri-santrinya adalah penghafal Al Quran. Dialah Allah Sang Maha Sempurna menciptakan makhluk dengan kelebihan masing masing. Sekian. Alhamdulillah. Biografi Penulis Khusnul Khotimah, lahir di Cilacap, 18 Pebruari 1978. Menikah dengan Sugeng yang bekerja sebagai abdi masyarakat dan dikaruniani tiga orang anak. Anak pertama bernama Azkay Ahmadal Muiz, kedua Asyraf Ahmadal Rauf dan yang ketiga Azwania Ufaira Alqonita. Aktifitas sehari- hari seorang guru di MI Ma`arif 04 Gentasari Kroya, dari pertama mangabdi tahun 1999 hingga sekarang. Menempuh pendidikan dasar di MI Darwata 02 Gentasari, pendidikan menengah pertama MTs Al Mukarromah Karangjati, lulus tahun 1992. Jenjang pendidikan formal putus di tengah jalan, setelah lulus MTs ngaji di Ponpes SARBINI HASAN Bantar Sari. Baru melanjutkan di MA Muallimin Sirau sekaligus mondok di Ponpes DARUL ULUM lulus tahun 1998, tabbaruk di pondok AL 138","WAHBI Pleret Bantul Jogjakarta. Selanjutnya menempuh pendidikan DII lulus tahun 2002 dan SI di STAIN Purwokerto lulus tahun 2013. Selain menjadi seorang guru juga aktif organiasasi kemasyarakatan di PKK dan Fatayat, NU. Dengan bekali-kali putus pendidikan menjadikan aktif di organisasi kemasyarakatan. Aktif di Pramuka sebagai Pradani tahun 1996, ketua IPPNU Ranting Gentasari tahun 2000, Ketua IPPNU PAC Kroya tahun 2004, ketua Fatayat Ranting Karangasem tahun 2018. Sekertaris Fatayat NU PAC Sampang tahun 2020. Sekarang berdomisili di Jl. Tilombok RT 01\/07 Karangasem Sampang. Sedekah diwaktu sempit itu LUAR BIASA. 139","Bagian 17 Adikku Si Pipi Bakpao Warjiyah 140","Matahari mulai tersenyum membuka hari, nyanyian burung sangat merdu membangkitkan semangat, udara masih terasa dingin menusuk tulang. Fatia berusaha untuk membuka mata walau enggan rasanya untuk bangun. \u201cUmi\u2026umi\u2026\u201d panggilnya ketika matanya mulai terbuka. Hatinya mulai gundah ketika tidak terdengar suara umi menjawabnya. Akhirnya ia turun dari tempat tidurnya, kemudian merapikan tidur, kebiasaan yang telah dicontohkan uminya. Lalu beranjak berjalan mencari uminya. Bibirnya mulai ditekuk tanda tak enak hati. Setelah bertemu uminya, sambil merajuk manja. \u201cUmi kok tidak menjawab panggilanku sii?\u201d. Umi merengkuhnya dan menenangkan. \u201cMbak Fatia sayang, salehahnya Umi, bukan tidak menjawab tapi Umi tidak mendengar, maafin Umi ya,\u201d jawab uminya dengan lembut sambil mengelus-elus perutnya yang sudah waktunya menunggu lahirnya si dedek bayi. Fatia segera pergi ke sumur untuk segera mengambil air wudu menunaikan salat Subuh. Walaupun masih kelas 1 tapi ajaran agama yang ditanamkan sudah menyatu dengan dirinya sehingga sudah rutin tanpa harus disuruh. 141","Aktivitas pagi dimulai seperti biasa. Setelah mengaji lalu keluar rumah berolah raga pagi menyapu halaman. Banyak sampah berserakan yang harus dibersihkan agar halamannya menjadi bersih dan rapi. Rumah sehat jiwa raga juga sehat karena betapa pentingnya menjaga kesehatan. Terdengar suaranya bersenandung lagu aku anak sehat. Aku anak sehat tubuhku kuat Karena ibuku rajin dan cermat Semasa aku bayi slalu diberi asi Makanan bergizi dan imunisasi Berat badanku ditimbang slalu Posyandu menunggu setiap waktu Bila aku diare ibu telah waspada Pertolongan oralit slalu siap sedia Abinya yang baru pulang dari masjid memberi tepuk tangan yang membuat pipi Fatia bersemu merah karena malu. \u201cAh abi, jadi malu deh\u201d sambil berlari memeluk abinya. Abi menyapu halaman sambil mencabuti rumput yang sudah mulai tumbuh tidak beraturan. Matahari makin meninggi membuat keringat mulai mengalir menghangati tubuh tanda sehat. Setelah selesai abi mengajak Fatia masuk untuk beristirahat melepas lelah. 142","Umi sudah selesai menyiapkan sarapan pagi. Telur ceplok kesukaanku tersaji di meja makan, juga sayur brokoli nan cantik hijau menawan membangkitkan selera makan Fatia. Kami makan bersama dengan lahap setelah abi memimpin doa. \u201cAlhamdulillah atas segala karunia-Mu ya Allah, nikmatnya makan pagiku mengawali hari.\u201d Selesai makan Fatia mencari umi yang tak kelihatan. Akhirnya Fatia mendapati umi sedang duduk sambil memegangi perutnya yang besar. Mungkin dedek bayi sedang menendang nendang karena Fatia melihat umi menahan rasa sakit. \u201cUmi \u2026 umi kenapa?\u201d Fatia memanggil abi dengan suara keras. \u201cAbi\u2026.abi\u2026.ini umi sakit.\u201d Sambil bergegas abi mendekat dan mempersiapkan segala kemungkinan untuk pergi ke rumah sakit karena dedek bayi akan segera lahir. Abi melarang Fatia untuk ikut ke rumah sakit dan meminta bu dhe untuk menemaninya di rumah. Walau hati Fatia berontak ingin ikut tapi ia turuti perintah abi bersama bu dhe di rumah. \u201cYa Allah, tolong selamatkan umi dan dedek bayi...aamiin.\u201d Fatia berdoa. Waktu berjalan demikian cepat, hingga waktu Asar pun tiba. Jadwal ngaji sore hari di TPQ. Fatia berangkat 143","seperti biasa dengan berjalan kaki karena masjid tempatnya mengaji tidak jauh dari rumah. Fatia jadi tambah ilmu dengan mengaji, tidak terbatas ilmu di sekolah saja. Fatia belajar IQRA dengan sungguh-sungguh biar bisa membaca Al Quran dengan baik dan benar. Ada pelajaran tajwid agar Fatia bisa membaca Al Quran dengan baik. Setelah mengaji Fatia pulang ke rumah. \u201cAssalamu\u2019alaikum Bu Dhe.\u201d \u201cWa\u2019alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.\u201d terdengar suara bu dhe menjawab salam. Fatia tengok kamar umi masih kosong, bu dhe tersenyum. \u201cFatia kangen ya?\u201d Fatia menganggukkan kepala mengiyakan perkataan bu dhe. Bu dhe menghibur Fatia dan menyuruh berdoa untuk umi, abi, dan dedek bayi. Tidak boleh sedih dan harus selalu semangat karena anak solehah kebanggaan keluarga tidak boleh bersedih dan harus kuat apalagi cengeng dan putus asa. Bu dhe sangat sayang kepada Fatia. Dari kecil Fatia sering bersama bu dhe karena rumahnya juga tidak jauh dari rumah Fatia. Fatia sering bermain bersama cucu-cucu bu dhe kalau pas liburan mereka mudik. Mereka tinggal di kota lain dan sesekali mudik kalau ada acara ataupun liburan sekolah atau ketika hari raya. 144","D engarkan doaku ya Rabb E ntah adekku sudah lahir apa belum D ia aku tunggu kehadirannya E ngkau Maha Mendengar doa hamba K u pasrahkan kepada-Mu pintaku ya Rabb B ersama-Mu ya Rabb aku merasa tenang A kan aku buktikan kepada umi dan abi jadi anak berbakti Y a Allah aku mohon kepada-Mu I ringi langkahku dengan rida-Mu\u2026aamiin. Matahari mulai masuk ke peraduan, pertanda salat Magrib akan tiba. Bersama bu dhe Fatia mengambil air wudu untuk pergi ke masjid berjamaah. Masjid tempat Fatia mengaji dan salat berjamaah bersama teman-teman dan warga lainnya. Usai maghriban Fatia pulang beriringan dengan jamaah lain yang rumahnya searah dengan rumahnya. Baru saja akan masuk, tiba-tiba terdengar suara telepone berbunyi. Bu dhe segera mengambil HP di atas meja dan mengangkatnya. Terdengar bu dhe mengucap syukur dengan penuh kegembiraan. Setelah HP ditutup, bu dhe memberitahukan bahwa ada kabar dari abi bahwa dedek bayi telah lahir dengan selamat, umi juga selamat telah berjuang mengumpulkan kekuatan sehingga dedek bayi lahir. 145","\u201cTerima kasih ya Allah,\u201d ucap Fatia sambil menengadahkan tangan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Betapa senangnya telah lahir adik perempuan dengan berat 3,2 kg. \u201cHorrreeeee\u2026.aku punya teman bermain,\u201d sorak Fatia kegirangan sambil menari-nari. Bu dhe tersnyum bahagia melihat kegembiraan Fatia. Fatia tidak sabar rasanya menunggu mereka pulang ke rumah. Yang penting semuanya sehat dan baik-baik saja. Tak bosan Fatia memandang foto dedek bayi yang dikirim abi ke HP bu dhe. Lucu dan bikin gemes apalagi melihat pipinya yang tembem bak kue bakpao. Aku menyebutnya si pipi bakpao. P erlahan tapi pasti rasa bahagiaku I ngin rasanya kuberlari cepat P enuhi keringat tubuhku ketemu kau si pipi bakpao I ngin kugendong dan aku elus pipi bakpaomu nan lembut B adanmu nan gemuk kulitmu nan lembut A kan aku jaga dengan baik takkan kubiarkan kau menangis K elak kau akan tumbuh sehat seperti aku P enuh asi dan asupan gizi makanan sehat A kan membuatmu tumbuh dan berkembang dengan baik O h adekku si pipi bakpao, aku gemes akan pipi bakpao mu 146","Biografi Penulis Warjiyah\u2026biasa dipanggil Yayah. Sebuah nama yang sangat sederhana, terlahir sebagai orang desa anak ketiga dari lima bersaudara. Lahir di Banyumas, 26 mei 1971 dari keluarga petani. Setelah menikah sekarang bertempat tinggal di Desa Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap. Saat ini penulis menjadi ASN Guru di MIN 1 Cilacap. \u201cMencari kebahagiaan dengan jalan yang mulia, tiada hari tanpa berbuat baik\u201d sebuah motto hidup yang selalu menjadi spirit menjalani kehidupan yang penuh coba dan goda. Penulis juga masih aktif menulis di Gurusiana Media Guru Indonesia. Email : [email protected] CP : 081327405688 147","Bagian 18 Ayahku Idolaku Admiral Fayyad Fauzie 148","Sebelum menjadi seperti sekarang ini, aku adalah anak yang nakal, bandel, tidak menurut pada kedua orang tuaku. Bahkan aku termasuk anak yang pemalas, tetapi ayahku tidak bosan menasehatinya dengan berbagai cara. Aku adalah tiga bersaudara yang semuanya perempuan dan aku adalah anak terkecil. Sehingga aku ingin selalu dimanja oleh orang tuaku melebihi kakak-kakakku yang sudah mendapatkan kasih saying lebih dahulu. Rasa iri ingin berkuasa ingin memimpin dan menang sendiri membuat aku jadi anak yang tidak bisa menghargai orang lain . Ayahku yang bijaksana telah membuatku menjadi anak yang baik, penurut, pandai bersyukur, rajin ibadah, dan menghargai orang lain. Ketika bermain ke rumah kakek, aku dan kakakku diberi uang dalam amplop. Sesampainya di rumah aku buka ternyata kakakku diberi lebih banyak. Maka aku marah dan mengatakan bahwaa kakek tidak adil, sama-sama cucunya tapi kakakku diberi lebih banyak daripada aku. Sehingga sampai sore aku masing uring-uringan sampai ayah menyuruhku agar duduk di sampingnya. \u201cNak kamu besok ke sekolah pakai sepatu kakakmu ya, sepatumu dipinjam kakakmu!\u201d kata bapak. 149","\u201cBapak ini bagaimana sih, ya kegedean lah malah nanti bisa lepas di jalan, sepatuku yang kekecilan dipakai kakak nanti malah jebol pak!\u201d kataku \u201cKenapa bisa rusak, kan sama-sama sepatu!\u201d jawab bapak. \u201cKarena tidak pas ukurannya jadi tidak nyaman dipakai, Pak!\u201d balasku. \u201cYa begitulah Nak, adil tidak harus sama, adil itu sesuai kebutuhan, jadi kalau kakekmu memberimu uang saku tidak sama itu sudah adil kan? Kebutuhanmu dengan kebutuhan kakakmu berbeda!\u201d \u201cYa pak, aku paham sekarang dan tak akan iri lagi sama kakak!\u201d Setelah percakapan itu aku tidak pernah lagi iri atau berantem gara-gara uang saku yang berbeda. Suatu hari aku marah-marah sama ibu karena ibu terlambat membangunkan aku sehingga terlambat menonton film kesukaanku di televise. Tidak sampai disitu, sarapan yang tidak enak dan juga nasi yang terlalu lembek membuatku marah-marah. Bapak hanya diam melihat aku sering marah pada ibu hingga suatu malam bapak bercerita sebelum aku tidur. \u201cAda seorang gadis kecil bernama Ratih yang selalu marah-marah pada ibunya, tetapi ibunya tidak pernah memarahinya\u201d kata bapak memulali ceritanya. 150","\u201cNak kamu boleh marah pada ibu, boleh membantah ibu, tapi ibu minta setiap kamu marah, setiap kamu membantah ibu tolong kamu ambil paku dan martil kemudian tancapkan di pintu depan rumah\u201d kata si ibu. \u201cMemangnya kenapa Bu?\u201d Tanya si anak penasaran. \u201cKerjakan saja nanti akan ibu jelaskan\u201d jawabibunya, Karena seringnya marah-marah dan membantah ibu maka pintu depan rumah sudah penuh oleh paku sehingga tidak ada lagi tempat untuk menancapkan paku. \u201cBu, pintu sudah penuh dengan tancapan paku, aku sudah tidak bias menancapakn paku lagi\u201d kata anak. \u201cSekarang cabut Nak paku itu!\u201d perintah ibunya. Kemudian si anak mencabuti paku itu hingga habis. \u201cGimana Nak, sudah dicabut semua?\u201d tanya ibu. \u201cSudah Bu, tapi bekasnya tidak bisa hilang\u201d jawab si anak. \u201cBegitulah Nak, ketika kamu berbuat salah pada orang lain walaupun kamu sudah minta maaf tapi bekas itu tidak bisa hilang. Makanya jaga mulut kamu, jaga perilaku kamu agar kamu tidak menyakiti orang lain yang walaupun sudah memaafkan kamu tapi tetap akan berbekas.\u201d \u201cMaafkan aku Bu, sekarang aku jadi tahu mengapa harus menjaga perilaku dan ucapanku.\u201d Jawab si anak. 151",".Sampai di sini bapak memberi nasehat padaku, bahwa marah pada ibu akan menimbulkan bekas yang tak pernah hilang. Paginya setelah bangun pagi aku minta maaf pada ibu dan berjanji tak akan marah-marah lagi pada ibu karena takut bekas itu tetap tidak hilang pada hati ibu meski aku sudah minta maaf dan ibu sudah memaafkannya. Banyaknya materi pelajaran juga membuat aku sering malas belajar karena sudah capek di sekolah. Ditambah tematik yang menurutku tidak urut sehingga aku lebih suka belajar hanya pada waktu akan ulangan atau akan ada penilaian saja. Sehingga hari-hariku lebih suka bermain HP dengan game-gamenya yang menyenangkan dan aplikasi-aplikasi lain yang menghibur. Daripada mengerjakan tugas setiap hari yang ada di LKS, akhirnya nilai-nilai mata pelajarannya jadi jelek karena selalu lupa tidak mengerjakan tugas dari bu guru, dan aku menyesal. Saat duduk di teras kebetulan ada seorang tentara yang lewat pulang dari kantor aku berkata. \u201cEnak ya Pak, jadi tentara pakaian seragam, sepatu dan topi serta mobilnya di kasih oleh Negara,\u201d Bapakku berkata sambil menunjukan genteng tetangga yang mengkilap di atas rumah, ayah juga bertanya padaaku. \u201cKamu tahu dari apa genteng itu dibuat?\u201d 152","\u201cDari tanah,\u201d jawabku. \u201cKenapa tanah kok bisa di taruh di atas?\u201d bapak bertanya lagi. \u201cKarena sudah berubah jadi genteng\u201d jawabku. \u201cSelama masih jadi tanah maka akan selalu ada di bawah, begitu juga dengan kamu. Untuk bisa jadi genteng harus melalui proses yang sangat panjang, dilumat, digiling, dicetak dijemur, dan dibakar, akhirnya menjadi genteng seperti yang kamu lihat di atap letaknya tinggi dan terhormat. Bila kamu ingin jadi orang tinggi dan terhormat kamu harus mau rekasa dan siap untuk dilumat, dicetak, dijemur, dan dibakar oleh gurumu yang membimbingmu agar kelak menjadi orang terhormat yang tinggi derajatnya. Selama kamu malas-malasan belajar maka akan tetap seperti tanah yang diinjak-injak oleh setiap orang yang lewat di gang sempit atau di jalan jalan becek. Tapi bila kamu bisa jadi genteng maka akan terhormat dan bisa melindungi banyak orang dan beranfaat\u201d jawab bapak menjelaskan. Sampai disisni aku paham apa yang dimaksud bapak, dan sejak saat itu aku rajin belajar mengulang-ulang pelajaran dari sekolah dan mengerjakan tuga-tugas yang diberkan oleh bpk\/ibu guru di sekolah. Aku masih ingat waktu duduk di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI), aku tidak pernah nurut pada nasehat dan 153","bimbingan orang tua di rumah. Namun bapak tidak pernah memarahinya hingga suatu hari aku diajak ke pekarangan tetangga melihat-lihat pohon-pohon dan tanaman di sekitarnya. Bapakku menunjukan ada bebrapa tanaman gadung yang merambat di batang pohon besar tetapi ada juga tanaman yang tetap mengular di tanah hingga kelihatan tidak baik bahkan rusak karena terinjak-injak yang lewat di pekarangan. Sambil duduk bapak bertanya padaku. \u201cKamu lihat Nak, mengapa batang tanaman gadung itu bagus dan rapi, menempel di batang pohon?\u201d \u201cKarena ada batang lurus yang diikutinya sehingga bisa rapihdan rajin,\u201d jawabku. \u201cKenapa yang lain berserakan di tanah Nak?\u201d Tanya bapak lagi. Karena tidak ada tambatan untuk merambat batang pohon gadung,\u201d jawabku sekenanya. \u201cYa betul semua Nak, begitulah seorang anak apabila ada bimbingan akan mengikuti pembimbingya seperti pohon gadung yang merambat pada pohon akan baik dan terarah, sementara bila tidak ada pembimbingnya akan berbuat semaunya dan akhirnya tidak ada yang diikuti sebagai contoh.\u201d Sekarang Aku berfikir betapa bapakku sangat bijak dan pintar dalam membimbingku menjadi anak yang baik, penurut, tidak malas, tidak ingin menang sendiri dan juga 154","menghargai orang lain, maka pantas kalau aku sebut \u201cAyahku Idolaku\u201d. Biografi Penulis Muhtarudin, lahir 26 juli 1970 di Randegan Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Sebuah desa kecil yang sepi akan tetapi terkenal karena adanya sebuah Pondok Pesanatren Leler yang sekarang lebih dikenal dengan Andhalusia. Pendidikan dasar di MI Ma\u2019arif Randegan Kebasen yang sore harinya digunakan untuk sekolah sore\/diniyah (lulus 1984) kemudian melanjutkankan ke MTs Ma\u2019arif Kebasen di Kalisalak (lulus 1987), harus berhenti setahun karena kendala ekonomi keluarga. Kemudian melanjutkan di MAN I Kebumen (lulus 1991) sekaligus ngaji Pondok Pesantren \u201cAl Huda\u201d Jetis Kutosari Kebumen asuhan K.H. Wahib Mahfudz Khasbullah. Sekali lagi keadaan ekonomi keluarga memaksa harus merantau ke Serang Banten dan Jakarta karena tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Tahun 2020 belajar di IAIIG Cilacap lulus 2002 (D II) Strata satu PAI lulus 2007 dengan nyambi berjualan keliling menjadi penjual\/sales permen ke warung- warung untuk biaya kuliah. Tahun 2015 mendapat bea siswa S1 PGMI di UIN Walisanga Semarang lulus 2017. Menjadi tenaga pendidik di MI Ma\u2019arif 04 Gentasari sampai sekarang . Menikah dengan Suharni (1994) sampai sekarang sudah di karuniai 3 anak dan satu cucu 155","1. Anum Aini Nahari (1995) Adzkya Attaya Azkadina (2020) cucu 2. Nahna Philos Sophia (2003) 3. Ken Diana Kalpataru (2011) Aktif di Kegiatan Sosial Kemasyarakatan 1. Menjadi Khotib dan Takmir Masjid \u201cAl Bukhori\u201d Gentasari (\u2026..s\/d sekarang ) 2. Sekretaris dan anggota BPD Desa Gentasari 2 periode (2008 \/2014-2014\/2020) 3. Katib Syuriah NU Ranting Gentasari 3 periode putus- putus ( \u2026\u2026s\/d 2025 ) 4. Sekretaris Harian MUI kec Kroya (2010) 5. Anggota dan Pengurus Kelompok Budi Daya Ikan \u201cRizki Mina\u201c Gentasari (\u2026s\/d sekarang) Sekarang berdomisili di Jl. Swadaya RT. 07 RW. 04 Gentasari Kroya Cilacap 53282 \u201cDengan membaca akan terbuka pikiran mata dan telinga\u201d 156","Bagian 19 Santri Milenial Salah Tempat Misbahus Surur 157","Lembah pendidikan pesantren menjelang sore hari menjadi buruan manusia menitipkan anak-anak mereka untuk menjadi anak yang baik berbudi lihur mengerti akan baik dan buruk. Pesantren Nururrohman misalnya, pesantren yang menerima berbagai macam karakter santri baru untuk menjadi satu tujuan manusia yang baik dan berbudi luhur. Namum berbeda denngan Suni, dia santri baru yang masuk pesantren sejak kelas 5 madrasah ibtidaiyah. Berawal dari kecanduanya bermain game online membuat orang tuanya memutuskan untuk mengirimkan Suni ke pesantren. Memang berat bagi Suni untuk menerima semua itu, tapi apa boleh buat Suni terpaksa mengikuti semua peraturan pesantren yang sangat melarang keras santrinya bermain barang elektronik, boro- boro online, musik MP3 saja dilarang. Kehidupan pesantren bagi Suni seperti layaknya penjara tanpa besi, tanpa kunci dan tanpa saksi. Penjara yang mewajibkan semua tahanan untuk berdiskusi, mengaji dan menimba ilmu sebanyak mungkin yang harus dikuasai. Apa boleh buat, Suni harus mengikuti peraturan pesantren itu dengan terpaksa. Namun, Suni dalam menjalankan peraturan pesantren dengan terpaksa bukan karena dia mau mesantren, tapi hanya saja paksan dari orang tua yang harus dia turuti. Andai saja dia bisa mengelak dan kabur, dia pasti sudah kabur dan pergi dengan teman-temanya 158","mengarungi berbagai daerah yang sama sekali belum dia kenal. Tapi apa daya, dia hanya anak kecil yang belum punya bekal apa-apa sehingga dia takut untuk pergi dan terpaksa diam diri di pondok pesantren. Senja, angin sepoi-sepoi melambaikan tangan kepada setiap santri yang melantunkan bait-bait syair Ngudi Susila hafalan wajib santri-santri. Senja merona memberi harapan kepada santri untuk menjenguknya di eperan sawah belakang pesantren. Tanpa disadari Suni dan temanya Ruslan tergoda oleh lambaian tangan angin yang hinggap pada dedaunan itu. Memang pesantren yang Suni tempati adalah pesantren seribu pintu yang belum di pagar keliling, padahal pesantren tersebut berada tak jauh dari sawah milik masyarakat sekitar. Pesantren yang mengikat santri hanya dengan peraturan dan wejangan seorang kyai ini memang sering dilanggar oleh santri-santri. Namun anehnya setiap santri yang melanggar aturan pesantren pasti diketahui oleh pengurus dan mendapatkan hukuman sesuai porsi pelanggaran yang mereka lakukan. Suni dan Ruslan sudah tergoda dengan sepoi angin senja yang melambaikan tangan itu, mereka bergegas menuju eperan sawah belakang pesantren. Mereka berdua sengaja ingin tahu bagaimana keadaan eperan sawah tersebut. Padahal sudah pengurus katakan bahwa semua santri dilarang keluar dari area pesantren termsuk ke eperan sawah meskipun itu dekat dengan batas pesantren. 159","Namun Suni dan Ruslan nekat untuk pergi ke sana, maklum anak usia 9 tahun yang masih sangat kecil ingin mengetahui hal tesebut, apalagi sangat menggoda mata bagi anak-anak seusia Suni ini. Perjalanan Suni dan Ruslan ke eperan sawah dengan diam-diam karena meraka takut diketahui oleh pengurus pondok. Dengan latar belakang Ruslan yang sekarang kelas 1 SMP itu adalah seorang anak desa yang paham dengan keadaan perdesaan. Apalagi hanya sebatas pereng sawang sangat mudah baginya untuk menemukannya. Berbading terbalik dengan Suni yang anak kota dia sama sekali tidak mengenal yang naamanya sawah, dia hanya anak kecil yang sibuk dengan Getget bermain game online di kamarnya sampai lupa bahwa dia adalah seorang anak manusia yang butuh kehidupan beriteraksi dengan sesama manusia Suni dan Ruslan Kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju pereng sawah belakang pondok. Awalnya hanya rasa ingin tahu si Suni dan dipupuk dengan cerita yang indah oleh Ruslan selama dia di rumah. Namun apa boleh buat Suni tergoda oleh rayuan Ruslan untuk pergi ke pereng sawah. Dengan bakat menyelusup Ruslan yang canggih ahirnya kedua anak tersebut sampai di pereng sawah, sampai di sana mereka hanya duduk dan sesekali bercerita. \u201cEh Ruslan, ini tempat sangat cocok buat kita bermain setiap hari, tempatnya sejuk enak buat main 160","Mobile Legend, besok aku mau pulang dan mengambil HP- ku di rumah lah buat main setiap hari di sini,\u201d dengan polos Suni menceletuk berkata kepada Ruslan. \u201cWah jangan Sun, di sini kan dilarang membawa segala peralatan elektronik, mainan game boot saja tidak boleh apalagi HP-mu itu yang ada aplikasi Mobile Legend- nya pasti sangat mahal, ahh jangan yakin, nanti HP-mu kena sita oleh pengurus dan direndem dalam air Sun\u201d balas Ruslan dengan nada ketakutaan. Pembicaraan mereka kental sehingga mereka lupa akan waktu. Sore hari semakin larut, matahari sudah mulai ngantuk dan siap untuk tidur. Senja mulai melalmbaikan tangan, momen ini yang mereka tunggu. \u201cTernyata di sini pereng sawah pemandanganya indah sekali\u201d kata Suni. \u201cAh biasa saja ini mah belum seberapa dengan pemandangan di desaku sana, ini masih tingkat kroco belum seberapa\u201d balas Ruslan dengan PD-nya. Memang perbedaan asal mereka sangat jauh, Ruslan dari pedesaan Pemalang dan Suni dari kota Cilacap kota semen, pasti memiliki sudut pandang yang berbeda. Hari itu senja mulai menghilang dan waktu akan menunjukan waktu magrib. Mereka berdua bergegas kembali ke pesantren dengan menyelundup dari kolong jembatan belakang kamar mandi agar tidak ketahuan oleh pengurus pondok. Hari 161","pertama aksi mereka untuk pergi ke pereng sawah berhasil, hari-hari berikutnya mereka semakin sering pergi ke pereng sawah dengan modal nekat dua anak kecil. Sampai hari ke-7 mereka belum diketahui kalau setiap sore mereka pergi ke pereng sawah belakang pondok. Hari kedelapan mereka tidak ke pereng sawah karena Suni pulang alasan sakit, padahal alasan sakit tersebut agar Suni bisa pulang dan mengambil HP miliknya untuk dibawa ke pesantren dan bermain Mobile Legend di pereng sawah besama Ruslan. Melihat gerak gerik Ruslan dan Suni selama 7 hari belakangan pengurus curiga, kenapa dua anak ini sering tidak terlihat ketika ngaji di kelas mereka, tanda tanya besar bagi pengurus. Kemudian dengan sigap pengurus mengutus salah satu anak untuk memata-matai Suni dan Ruslan kemana meraka setiap pengajian sore tidak terlihat, pergi kemana dan seterusnya. Semua kegiatan yang dilakukan Suni dan Ruslan dimata-matai agar pengurus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Keesokan harinya, malam-malam Suni sudah kembali lagi ke pesantren yang diantar oleh kedua orang tuanya. Suni bergegas menemui Ruslan dan memberitahukan bahwa dia sudah membawa HP-nya ke pesantren dan masih dia sembunyikan di tas sekolahnya. Ruslan kaget mendengar hal tersebut sembari berbisik. 162","\u201cEh Sun, wis gendeng sampean tah, koe iki tesih umur 9 tahun wis kendel kendele nggowo HP, opo ora didukani nang bapak ibumu,?\u201d \u201csantai saja Rus, aman kok, aku umpet umpetan mbawa HP ini. Bapak ibuku ndak tahu lah, kan HP ini tak simpan di kamarku, dan bapak ibuku belum tahu, hehehe\u201d \u201cWalah, edyan anak satu ini, yo wes tak turuti karepanmu tak bantu olehmu seneng dolanan online kui, tak kancani nang pereng sawah\u201d Percakapan mereka menyusun strategi mblenes semakin menjadi-jadi, tapi strategi pengurus dalam menangani santri lebih jitu dan lebih handal karena pengurus sudah lebih dulu memakan asam pahit asinya pesantren. Sore itu menjelang kegiatan pengajian setelah asar, Suni dan Ruslan melancarkan aksinya untuk nylinap ke pereng sawah bersama. Menikmati pemandangan sawah dan bermain Mobile Legend dari HP Suni. Namun gerak gerik mereka sudah diketahui oleh pengurus sehingga mereka terus diintai mau kemana akan pergi. Suni dan Ruslan sudah sampai di pereng sawah dengan santai dan dalam pandangan mereka tidak ada pengurus yang mengetahuinya, padahal sudah dari 7 hari yang lalu mereka sudah di ketahui oleh pengurus. 163","\u201cEkhmm, Suni Ruslan kalian lagi ngopo toh sonten- sonten ngene iki kok nang sawah ngunu, kalih mainan HP pula,\u201d \u2018Eh anu kang anu, emmm anu, anuu nku kang mboten enten npo npo kang,\u201d \u201cNiku mainan npo pernaeh asik temen, enten suara suara double kill maniac mbarang?\u201d tanya pengurus santai. \u201cEh ini kang ini anu ee,\u201d jawab Suni kaku, anak kecil yang belum bisa menawab apa apa itu hanya terdiam kaku. Ruslan yang dari tadi hanya menemani melihat Suni sedang bermain hanya bisa diam dan melompong. \u201cSini Suni, pundi HP-ne tak betone, sampean kan masih alit ampun mainan HP riyin nggeh focus belajar, ngembangke fikiran ben saget kalebetan ilmu yang berkah dan manfaat, nda ada gunanya HP saat ini, umurmu masih sangat muda Suni, baru 9 tahun. Besok kalau sudah pintar sudah dewasa baru boleh mainan HP ya, nah sementara HP- mu tak bawa ke kantor pondok nanti ayah ibumu yang mengabil HP-mu ini ya\u201d pengurus dengan santainya menasehati Suni. Hari geming, diam seolah senja sore itu tak bersahabat kepada Suni dan Ruslan, tapi apa boleh buat itu pelanggaran pesantren yang sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Suni dan Rulsan sudah putus asa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Keesokan malam harinya Suni dan Ruslan dipanggil ke 164","kantor untuk diintrogasi. Diintrogasi seperti dalam kepolisian saja, tapi lebih tepatnya ditanya kejelasan dari perbuatan mereka berdua. \u201cSuni kalih Ruslan sampun satu pekan tidak pernah ikut kegiatan setelah salat Asar kemana, koh diabsen tulisanya Alfa?\u201d Tanya pengurus dengan senyuman yang seolah berganti muka karena yang sedang ditanya adalah anak kecil yang belum dewasa sama sekali. \u201cAnu kang anu, anu nku kepengin ningali sawah kang, terose Suni nku mboten nate ningali sawah anu anak kota sih kang\u201d jawab Ruslan yang sedikit sudah bisa bahasa Jawa alus, meskipun masih campuran antara kromo dan ngoko, karena Ruslan sudah satu tahun lebih berada di pondok. \u201cOh ngaten to, leres Suni? Bener npo sing diaturaken kancamu nku Ruslan\u201d \u201cEhh Rus itu kang pengurus bilang apaan, koh aku tidak mengerti bahasanya\u201d bisik Suni ke Ruslan sambil senyum-senyum manis ke pengurus tanda tak mengerti bahasanya. \u201cItu luh kang pengurus tanya bener tidak kamu lama sekali tidak melihat sawah,\u201d bisik Ruslan pelan ke Suni. \u201cOh iya kang, saya sudah lama tidak melihat sawah hehehe\u201d senyum Suni melebar. 165","\u201cLantas kamu membawa HP ini buat apa? Koh kenapa mainya di eperan sawah?\u201d Tanya pengurus dengan senyum lembutnya. \u201cEmm anu kang, anu itu anu itu, emmm lah itu lah, emm buat main game online kang\u201d jawab Suni menunduk. \u201cOh ternyata buat game online ya, hemmm, emang Suni di rumah suka game gamean ya, sampai-sampai di pondok rela melangar aturan demi game, Suni kan masih kecil masih anak-anak, Suni diantarkan ke pondok pesantren kan buat ngaji mencari ilmu agama biar memiliki budi pekerti yang luhur, sopan santun kepada semua orang, berbakti kepada orang tua dan \u2018alim ilmu agama, bukan buat melanggar aturan dan sembunyi sembunyi mainan HP, besok-besok kalau mau bawa HP bilang dulu ke pengurus nanti HP-nya dititipkan ke pengurus jika mau ambil ketika Suni mau pulang ya? Nah kamu Ruslan, kamu kan sudah lebih dewasa dari Suni, kamu harusnya bisa memberi contoh yang baik, ajak Suni rajin jamaah, rajin ngaji, bukan malah diajak mblenes melanggar aturan pondok, ini mau di hukum tidak?\u201d Pengurus kembali menanya kepada Suni dan Ruslan. \u201cEmm kantun nderek kang pengurus mawon\u201d jawab Ruslan menunduk. Suni dan Ruslan diputuskan untuk dihukum jamaah lima waktu selama 1 bulan harus di barisan pertama. Ruslan sebagai yang lebih dewasa mengawasi Suni dan 166","mengajaknya untuk selalu jamaah di depan sampai batas waktu yang ditentukan. Suni dan Ruslan masih sangat muda jadi pengurus belum menghukum berat kedua anak tersebut, karena pengurus masih maklum anak-anak dunia permainan mereka masih kental. Satu bulan kemudian orang tua Suni menjenguknya dan Suni sudah berbanding terbalik dari kebiasaan Suni dulu yang suka bermain game online dan suka membantah kepada orang tua. Sekarang Suni lebih sopan santun dan tekun beribadah, bahkan sudah lupa dengan dunia game online Mobile Legend dan sekarang sudah asyik dengan gayanya sendiri sebagai santri termuda dan rajin menuntut ilmu agama. Sekian dan terima kasih. Biografi Penulis Misbahus Surur yang kerap di panggil Misbah ini lahir di Karangsari Lampung, 01 Agustus 1997. Sekarang sudah selesai menempuh Pendidikan Sarjana Stara 1 di UNUGHA Cilacap dan lulus tahun 2020, masih menjadi guru di MI Islamiyah Koya. Akang Misbah adalah nama pena karena kegemaran menulisnya, meskipun belum bisa on 167","time selalu menulis. Akang Misbah bisa di hubungi melalui akun media sosilanya Facebook Misbah Misbah, IG @pendekarsantri1922 Email :[email protected] Wa : 082244490620 atau 083873025947 168","Bagian 20 Harta Karun Hibatun Wafiroh 169","Alkisah, di sebuah desa yang subur tinggallah seorang petani yang miskin. Meskipun miskin, tetapi ia sangat rajin bekerja dan beribadah. Setiap pagi hingga sore ia bekerja tanpa mengenal rasa lelah. Ketika azan berkumandang, ia akan segera bergegas ke musalla dekat kebun untuk salat berjamaah. Pak Tani tidak pernah meninggalkan salat wajib dan salat sunah, ia juga sangat rajin berpuasa Senin Kamis meskipun harus bekerja di bawah terik sinar matahari yang sangat menyengat. Berbeda dengan kedua anakn kembarnya yang saat ini duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Namanya Soleh dan Solehah. Mereka sangat malas salat dan belajar. \u201cSoleh Solehah, sudah salat belum?\u201d Teriak Pak Tani. \u201cBelum, nanti aja ah!\u201d sahut Soleh. \u201cIya ini tanggung, masih mainan. Bapak mah brisik!\u201d ujar Solehah. Jika mereka salat, pasti Pak Tani harus memarahinya terlebih dahulu. Tak jarang mereka justru melawan dan membentak saat Pak Tani mengajak mereka salat. Salat mereka masih bolong-bolong, seperti gigi mereka karena suka makan permen dan tidak rajin sikat gigi. Pak Tani sangat sedih karena ia harus bekerja dari pagi hingga sore sehingga tidak bisa selalu mengawasi ibadah mereka. Maklum, istri Pak Tani meninggal dunia saat melahirkan 170","Soleh dan Solehah. Istri Pak Tani hanya berpesan agar kelak anak kembarnya diberi nama Soleh dan Solehah dengan harapan agar kedua anaknya itu menjadi anak yang saleh salehah dan berbakti pada orang tua. Saat sedang menyiram jagung-jagung di kebun, tidak terasa Pak Tani meneteskan air mata mengingat pesan almarhumah istrinya. \u201cMaafkan aku, belum bisa mendidik anak kita dengan baik.\u201d Ujar Pak Tani dalam hati. Tentu, Pak Tani sangat bersedih karena kedua anaknya belum bisa menjadi seperti yang diharapkan. Dia duduk sejenak di sekitar jagung-jagung lalu menatap langit yang tampak cerah sambil berfikir bagaimana cara agar ia dapat merubah sifat anak-anaknya itu. \u201cAha! Aku punya ide.\u201d Celetuk Pak Tani dengan semangat. Sore telah tiba, Pak Tani bergegas pulang ke rumahnya. Ia sangat tak sabar bertemu dengan kedua anaknya yang sangat ia sayangi. Sesampainya di rumah, Pak Tani memanggil mereka dengan suara lantang. \u201cSoleh, Solehah, sini Nak! Bapak punya kabar penting. Ayo sini cepat!\u201d \u201cAda apa sih, Pak? Kok tumben teriak-teriak?\u201d 171","\u201cSini, Nak! Bapak punya informasi penting tentang harta karun yang terpendam.\u201d \u201cApa, harta karun? Yang benar, Pak?\u201d \u201cIya benar. Jadi, di kebun tempat kerja bapak ada sebuah harta karun yang terpendam. Lihat ini yang bapak temukan di kebun saat mencangkul tanah.\u201d Pak Tani mengeluarkan selembar kertas kuno kusam yang terbuat dari kulit hewan. Di kertas tersebut tertulis aksara jawa. Kemudian Pak Tani membacakannya dengan suara lirih. \u201cRahasia. Harta karun terpendam terdapat di kebun bekas jajahan Belanda. Barangsiapa yang ingin menemukannya ia harus menempuh tiga syarat. Satu, salat wajib berturut-turut selama sebulan. Dua, mengaji di surau berturut-turut selama sebulan. Ketiga, membantu orang tua selama sebulan. Syarat tersebut khusus bagi keluarga yang mengurus kebun jajahan ini. Ketika ketiga syarat itu sudah tercapai maka peta harta karun akan muncul melalui mimpi.\u201d Soleh dan Solehah terperanga mendengar isi kertas kuno yang dibacakan Pak Tani. \u201cBagaimana anak-anakku? Apakah kalian ingin mendapatkan harta karun? \u201cIya,\u201d tanpa pikir panjang, mereka kompak menjawab. 172","Mereka membayangkan jika mereka berhasil memenuhi ketiga syarat itu, mereka pasti akan mendapatkan harta karun yang berisi emas dan berlian. Mereka tidak perlu makan tempe dan tahu setiap hari dan tinggal di gubuk reot lagi karena mereka akan segera kaya dalam waktu satu bulan saja. Setelah itu, mereka akan membeli banyak baju dan permainan yang bagus-bagus. Mereka menghayal jika sebentar lagi kehidupan mereka pasti akan seperti putri dan pangeran kerajaan. Mendengar jawaban kedua anaknya yang sangat semangat, Pak Tani pun tersenyum lalu memeluk mereka. \u201cMas Soleh, apakah kita akan sanggup salat, mengaji, dan membantu bapak setiap waktu? Capek tau, Mas.\u201d \u201cHiss, jangan begitu, kita pasti bisa kok, Dik. Ayo kita harus semangat demi harta karun itu. Eh sekarang udah waktunya salat Asar nih. Ayo cepat kita wudu.\u201d \u201cIya deh, Mas.\u201d *** Satu bulan telah berlalu, Soleh dan Solehah benar- benar berubah. Ia sangat rajin salat dan mengaji setiap sore di surau. Ustazah Irma sangat senang melihat Soleh dan Solehah mau mengaji kembali dan rajin salat berjamaan di masjid. Soleh dan Solehah juga sering membantu Pak Tani di kebun, menanam jagung, menyiram, bahkan membuatkan 173","Pak Tani bekal makan siang. Mereka juga sangat rajin belajar hingga guru kelasnya sangat kaget karena nilai-nilai mereka semakin meningkat drastis. Semangat mereka untuk mengikuti pembelajaran pun sangat tinggi. Sepulang sekolah Soleh bertanya pada adiknya. \u201cDik, sudah satu bulan kita menuruti semua syarat itu. Apakah kamu sudah bermimpi dan menemukan tanda- tanda dimana harta karunnya?\u201d \u201cBelum, Mas. Kalau Mas Soleh bagaimana, sudah belum?\u201d \u201cBelum juga, Dik. Ayo nanti kita tanya saja sama bapak siapa tahu bapak sudah bermimpi tentang harta karun itu.\u201d Setelah Pak Tani pulang dari kebun, mereka pun bertanya tentang keberadaan harta karun itu. Dengan tersenyum senang, Pak Tani memberikan sebuah peta harta karun itu. Keesokan harinya sepulang sekolah Soleh dan Solehah langsung menuju kebun Pak Tani dan mengikuti setiap arah yang ditujukkan di dalam peta. \u201cWah lihat, Mas Soleh sepertinya itu tanda silang tempat harta karunnya.\u201d \u201cOiya, Dik. Ayo cepat kita gali!\u201d 174","Mereka pun menggali tanda silang itu sengan penuh semangat. Lima menit kemudian mereka menemukan sebuah peti kecil. Dengan segera mereka mengangkat peti itu lalu membukanya. Mereka sangat terkejut melihat isi peti itu karena berisi sebuah mukena, sarung, peci, uang seratus ribu, dan sepucuk surat. Solehah membaca surat itu dengan lantang. \u201cDari ibu untuk anakku tersayang, Soleh dan Solehah. Sayang, pasti kalian sudah melihat harta karun ini bukan? Anakku sesungguhnya salat, mengaji, dan berbuat baik adalah harta karun sesungguhnya. Semua itu bekal untuk kita bertemu di surga. Semoga kalian menjadi anak yang saleh salehah sesuai nama yang ibu berikan untuk kalian. Salam cinta dari ibumu.\u201d Air mata mereka mengalir deras membaca sepucuk surat itu. Mereka pun berlari memeluk Pak Tani lalu mengucapkan. \u201cTerima kasih, Bapak.\u201d Akhirnya Soleh dan Solehah menjadi anak yang rajin beribadah dan belajar, berbakti kepada bapaknya serta selalu berbuat baik agar menjadi anak yang saleh dan salehah. Pak Tani sangat bahagia karena berhasil mendidik dan membiasakan kedua anaknya untuk rajin beribadah dan berbuat baik. 175","Biografi Penulis Hibatun Wafiroh, S.Pd.I., lahir di Cilacap, 01 Januari 1984, menikah tahun 2010, dikaruniai dua anak, satu putra dan satu putri. Aktifitas sehari-hari sebagai guru ASN MI Ma\u2019arif Sidasari Kecamatan Cipari Cipari. Pendidikan yang pernah dilalui yaitu MI Ma\u2019arif Sidasari (1995), SMP Islam Cariy (2008), MA MINAT Kesugihan (2021), S1 IAIIG Cilacap (2008). Tahun 2020, mengikuti beberapa Pelatihan Jarak Jauh di Balaidiklat Kegamaan Semarang, diantaranya pelatihan RPP dan PTK. Alhamdulillah tahun 2021 bisa diberi kesempatan belajar menulis di group GUMALIS Cilacap, yaitu Syiar Madrasah Cilacap. Semoga bermanfaat dan membawa keberkahan. Aamiin. 176","Bagian 21 Penyu-Penyu Kecil di Atas Menara Tasbihah 177","Seperti biasanya, Piyu datang ke toko sepatu dekat jalan raya milik Pak Firman untuk melihat sepasang sepatu yang ada di deretan nomor tiga rak kelima. Matanya hampir tak berkedip. Piyu sangat menginginkan sepatu bola itu, sepatu bola berwarna merah yang selalu dia bayangkan bisa dipakai bersama teman-temannya. Selama ini Piyu bermain bola tanpa alas kaki. Piyu hanya bisa berdecak kagum saat teman-teman memakai sepatu bola. Mereka terlihat gagah-gagah dan percaya diri. Piyu yang anak seorang nelayan miskin di Desa Karangtalun pinggir pantai itu sangat menyadari, bapaknyaya tidak mampu membelikan sepatu mahal itu. Apalagi ibunya juga harus mengasuh kedua adik Piyu yang masih berumur 5 tahun dan satu tahun, hasil dari bapak melaut setiap harinya belum tentu cukup untuk makan sehari-hari mereka. Malam itu bapak Piyu terlihat sibuk meyiapkan jala untuk melaut. \u201cBu, doakan Bapak ya, semoga malam ini bisa dapat tangkapan ikan yang banyak.\u201d \u201cIya Pak, ibu selalu mendoakan Bapak.\u201d \u201cBapak ingin membelikan sesuatu untuk anak kita Piyu, besok pagi ia genap berumur 8 tahun Bu.\u201d 178","\u201cOh iya benar Pak, ibu juga besok mau masak cah kangkung campur udang kesukaan Piyu.\u201d Setelah berpamitan pada Ibu, Bapak Piyu mencium kening ketiga anaknya yang tengah tertidur pulas. Pagi telah menyingsing, sinarnya begitu hangat masuk melalui lubang angin rumah keluarga Piyu. Piyu yang tengah bermain dengan kedua adiknya terlihat asyik memberikan mainan seadanya. Kegiatan itu Piyu lakukan setiap hari ketika ibunya tengah sibuk memasak dan membereskan rumah. Piyu memang anak yang baik yang selalu menyayangi adik dan keluarganya. Bapak piyu datang dengan tergopoh-gopoh. Tampak di tangannya bungkusan plastik berwarna hitam. \u201cPiyu, bapak sudah berusaha dan berharap mendapak ikan yang lebih banyak hari ini supaya membelikan hadiah sepatu bola untuk kamu, tapi bapak minta maaf ya, ternyata Allah SWT belum mengabulkan doa Bapak.\u201d \u201cNgga apa-apa Pak, Bapak jangan sedih, Piyu ngerti kok Pak,\u201d jawab Piyu menenangkan bapaknya. \u201cTapi Piyu jangan sedih, Bapak akan berusaha lebih keras lagi. Oh iya, Bapak punya hadiah untuk Piyu, karena Piyu selalu membantu bapak sama ibu menjaga adik-adik.\u201d \u201cHadiah apa Pak?\u201d Tanya Piyu penasaran. 179","\u201cBukalah plastik ini.\u201d Piyu segera membuka plastik hitam dari bapaknya. \u201cWaaah... penyu-penyu kecil. Lucu sekali Pak. Terima kasih ya Pak.\u201d \u201cIya Piyu, itu bapak temukan subuh tadi di pantai. Kasian tidak ada induknya. Piyu rawat baik-baik ya, sampai penyu-penyu kecil itu menjadi besar. Selamat ulang tahun ke 8 Piyu, Bapak dan Ibu sangat sayang Piyu.\u201d Mereka berpelukan dengan wajah yang berbinar bahagia. Begitulah, sejak hari itu kesibukan Piyu bertambah dengan merawat penyu-penyu kecil di dalam sebuah akuarium sederhana, setiap pagi siang dan sore. Piyu sangat menikmati hadiah dari bapaknya. Usai bermain dengan teman-temannya Piyu pulang menengok penyu-penyu kecil baru kemudian mengambil makan siang untuk dirinya. *** Piyu berjalan bergegas, ia ingat punya janji bermain bola siang ini setelah jam makan siang dengan teman- temannya. Di tangannya tergenggam sebotol air mineral untuk jaga-jaga saat ia kehausan nanti, ia merogoh saku celananya hendak membeli permen untuk teman- temannya. Sampai di depan warung Pak Maman, Piyu pun belok dan mengambil beberapa butir permen karet kesukaan teman-temannya. 180","Di sebelahnya tepatnya di meja panjang dengan dua bangku panjang juga, tampak dua orang laki-laki sedang bercakap-cakap. \u201cPenyu hewan sangat langka, aku sudah mencari sampai ke pelosok desa-desa di sepanjang pantai selatan ini tapi belum ada,\u201d ucap seorang laki-laki berpakaian necis, jas hitam, berdasi dan bersepatu hitam berkilauan. Perutnya tampak sedikit buncit. Tampaknya dia adalah seorang bos besar. \u201cIa betul bos... di sini juga sangat jarang,\u201d jawab Pak Maman pemilik warung sambil menggaruk kepalanya yang tampak tidak gatal. \u201cPadahal, aku berani bayar mahal untuk satu ekor penyu, yang penting dapat, aku mau kirim ke luar negeri hari Senin besok, sudah ditunggu sama rekan bisnisku.\u201d Piyu menyimak obrolan mereka dengan hati tidak karuan. \u201cPak... saya punya penyu di rumah,\u201d ucap Piyu memberanikan diri \u201cApa?? Kamu tidak bercanda Piyu? Ini bos besar lho, jangan berbohong.\u201d \u201cIya betul pak, ada 3 ekor penyu yang masih kecil,\u201d jawab Piyu meyakinkan. 181","\u201cKebetulan sekali, saya akan membeli penyu-penyu kamu dengan harga 10 juta untuk satu ekornya. Setuju?\u201d Bos besar itu menawarkan. \u201cHaaaa,\u201d mulut Piyu ternganga tidak percaya, melihat uang satu juta saja belum pernah, apalagi ini 10 juta satu ekor penyu, jika tiga ekor maka menjadi 30 juta rupiah. Uang yang sangat banyak. \u201cKok ha begitu? Kamu mau tidak Piyu? Setuju?\u201d Tanya Pak Maman. \u201cSe...Setuju Pak,\u201d jawab Piyu masih dengan wajah tak percaya. \u201cOke, besok pagi-pagi sekali saya akan ambil ke rumah kamu, sekaligus membawa uang pembayarannya sebesar 30 Juta Rupiah,\u201d ucap Bos Besar dengan wajah semringah. Piyu melanjutkan perjalanan menemui teman- temannya untuk bermain bola hingga menjelang asar Piyu bergegas pulang. Sepanjang jalan Piyu sibuk dengan pikirannya sendiri. Piyu membayangkan akan membeli sepatu bola impiannya, sisa uangnya akan ia berikan untuk kedua orang tuanya, biarkan mereka yang akan mengatur semua uang-uang itu. Pikir Piyu. Sampai di rumah Piyu masuk kamar dan merebahkan badannya di atas dipan kecil yang satu kakinya telah keropos. 182","Pagi yang cerah, Piyu mengajak ketiga penyu kecil itu ke pantai, mereka bermain asyik sekali berlari kesana kemari. \u201cPiyu tunggu kami, jangan terlalu cepat larinya, kami kan penyu kecil\u201d ucap salah seekeor penyu. \u201cHa ha... oh iya aku lupa penyu... sini kalian aku gendong saja bertiga\u201d jawab Piyu sambil mengambil membungkuk mengambil ketiga penyu itu ke pelukannya. Lalu piyu berlari-lari, kakinya penuh pasir menempel. Piyu dan ketiga penyu kecil itu terlihat sangat bahagia. Hingga suatu saat... \u201cPrak.... aduuuh sakit Piyuuuu\u201c teriak salah satu penyu. Rupanya kaki piyu tersandung dan salah satu penyu terjatuh lepas dari pelukannya, tubuh penyu menghantam pinggiran perahu nalayan yang sedang tertambat di pantai. \u201cKamu ngga kenapa-kenapa kan penyu? Maafkan aku ya,\u201d ucap Piyu sedih sambil memgangi tubuh penyu. \u201cSakit sekali Piyu...\u201d ucap penyu menangis. Bagian kepalanya mengeluarkan darah segar, rupanya hantaman saat jatuh cukup keras. Darah itu menetes ditelapak tangan piyu. \u201cNanti aku akan obati di rumah ya, jangan kawatir, kamu pasti sembuh penyu...\u201d jawab Piyu dengan mata berkaca-kaca. 183","\u201cTidak usah Piyu, terima kasih selama ini kamu sudah sangat baik dalam merawat kami bertiga, memberi makan, mengurus kandang kami, kami sangat sayang padamu Piyu, aku berpesan, jagalah kedua saudaraku itu dengan baik, rawat mereka sampai besar, jika mereka telah cukup kuat, kembalikan mereka ke laut, alam kami sesungguhnya, selamat tinggal Piyu, terima kasih...\u201d suara lirih penyu mengantarkan nafas terakhirnya. \u201cPenyu... jangan pergi,,, aku sayang sama kamu penyu... jangan pergi, maafkan aku penyu... penyuuuuu jangan pergi...\u201d \u201cBangun Piyu... kamu kenapa? Kenapa teriak-teriak memanggil penyu. Kamu mimpi buruk? Itu penyu-penyumu ada di dapur, mereka lupa belum kamu kasih makan, kasihan mereka sudah lapar\u201d ucapan ibu menyadarkan Piyu dari mimpi buruknya. Piyu segera berlari menuju dapur, betapa bahagianya Piyu masih bisa melihat ketiga penyu itu masih hidup dan berjalan riang kesana kemari, Piyu sadar betapa berharganya persahabatan dirinya dengan ketiga penyu hadiah dari ayahnya. Piyu berjanji tidak akan memikirkan dirinya sendiri, Biarlah sepatu bola tetap jadi impian Piyu, suatu saat pasti Tuhan akan mengabulkan doa-doanya. Piyu menyadari, kelestarian hidup penyu lebih penting dari segalanya, Piyu bukan pahlawan, tapi dia berusaha berbuat kebaikan untuk alam disekitarnya. Piyu 184","berjanji akan merawat penyu-penyu kecil itu dengan baik setiap hari sampai mereka besar dan lebih kuat untuk kembali ke habitat asal mereka... lautan luas tanpa batas. Biografi Penulis Tasbihah adalah salah satu guru di MI Ya BAKII Kesugihan 01 Kabupaten Cilacap. Lahir di Cilacap Maret 1981. Ibu dari tiga orang anak yaitu Muhammad Fakhri (15 th), Itsna Kamilatuz Zain (11 th) dan Zidna Hikmatus Syafira (8 th) telah ikut menulis beberapa buku antologi pada Komunitas Fadhilah Menulis Yogyakarta dan Komunitas GUMALIS (Guru Madrasah Menulis) Cilacap. Motto hidupnya adalah Semangat Ceria Cemerlang. Bisa dihubungi melalui kontak WA : 087803643381 dan FB : Tasbihah. 185"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook