["RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? Ia sendiri melakukan perubahan besar saat melahirkan tulisan itu. Serat Jatimurti dituliskan dalam bahasa Jawa Ngoko atau bahasa rakyat. Pa\u00addahal, selama ratusan tahun tulisan yang bernapaskan filsafat dan perenungan biasa menggunakan bahasa atau syair yang rumit, yang hanya dipahami oleh ka\u00ad langan tertentu. Ia memaparkan bahwa ada perjalanan melalui alam garis. Manusia bagaikan titik yang menelusuri garis tangan. Ia hanya dapat melangkah maju atau mundur. Ia juga saling mendo\u00ad rong dengan sesama penjelajah garis tangan ini. Kelak, setelah mengalami kemacetan-kemacetan, ia beru\u00ad bah karena me\u00ad nyadari bahwa ia berada di sebuah bidang datar, yaitu telapak tangan. Maka, ia dapat bergerak lebih bebas ke kiri, ke kanan, ke depan, atau kebelakang. Perubahan pers\u00ad epsi tentang pilihan- pilihan yang terbuka ini membuatnya memiliki lebih banyak kebebasan. Selanjutnya, ia akan berubah kembali di dalam perja\u00adlan\u00ad annya. Ia mulai menyadari bahwa ada bagian samping, sisi kiri, sisi kanan, dan bahkan bagian bawah telapak tangan temp\u00ad at ia berada. Maka, ia menyadari bahwa ada ruang yang terdiri dari lebar, panjang, dan tinggi. Segala sesuatu ternyata ada wu\u00adjud\u00ad\u00ad nya. Bahkan, ia dapat memahami setiap wujud masih terikat ruang dan waktu, sama seperti dirinya. Dengan kesadaran dan pengalaman terus berubah itu, ia akan siap memasuki keber\u00ad adaan yang lebih sejati di mana ruang dan waktu tiada. Ia me\u00ad nyadari asal usul dirinya bahwa semua berasal dari Yang Ilahi. Bagi sang penulis, jelas manusia adalah makhluk unik yang bisa terus belajar atau merefleksikan perjalanannya. Meng\u00ad amati bahwa Soedjonoredjo menulis dalam bahasa rakyat je\u00ad lata, bukan bahasa kalangan terdidik atau bangsawan, meng\u00ad isya\u00adratkan bahwa ia ingin mengubah masyarakat Jawa yang 39","BERANI BERUBAH waktu itu masih sangat terikat budaya hierarkis dan pat\u00ad erna\u00ad listik serta stagnan. Sampai hari ini, tulisannya masih dicari dan dipelajari ban\u00ad yak orang. Itulah legacy atau warisan dari mereka yang berani berubah, mencapai impiannya, dan ber\u00ad dampak bagi orang banyak. Jadi, bila diringkas, perubahan di dalam hidup memang keniscayaan. Kita perlu peka mengenali perubahan lingkung\u00ad an kita dan perubahan diri yang harus dijalani. Bahkan, ada saat kita harus membuat perubahan yang berdampak luas bagi dunia. Keberanian menjalani perubahan diri akan mem\u00adbuah\u00ad kan hasil jika kita mengenali bahwa hidup dan kerja ada\u00adlah suatu perjalanan. Ada banyak ketidakpastian. Kekeliruan bisa ter\u00adjadi. Namun, justru dari hal itu kita dapat terus ber\u00adkem\u00ad bang. Keberanian untuk maju dan belajar terus-me\u00adnerus se\u00ad ba\u00adgai keniscayaan juga diperlukan karena kesempatan se\u00adring kali sudah menanti untuk diraih. Perubahan menantang kebe\u00ad ranian siapa pun, baik organisasi di berbagai bidang maupun individu, yang mau bertahan, tetap relevan, dan berkembang untuk belajar. 40","BAB 3 Empat Elemen Penentu","Modal Persiapan","","BERANI BERUBAH Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah pertama. \u2014Pepatah Tiongkok Di bab-bab awal dinyatakan bahwa perubahan adalah kenyataan. Kesediaan untuk beradaptasi, bel\u00adajar, dan berubah juga suatu keniscayaan bagi individu atau organisasi yang ingin bertahan dalam perubahan. Merangkul perubahan berarti men\u00ad yad\u00ad ari dan mengenali perubahan yang sedang terjadi di dunia, menyadari apa yang dapat dilakukan, termasuk mengubah diri terlebih dahulu, dan kemudian, berani melangkah. Elemen-elemen penentu apa\u00adkah yang harus dimiliki individu atau organisasi yang ingin berhasil merangkul perubahan? 1.\t Perspektif \u201cHidup yang Bermanfaat bagi Sesama\u201d Bayangkan seorang dokter yang sudah 35 tahun mendidik ca\u00ad l\u00adon dokter spesialis. Ia sudah mendidik sekurangnya 3500 orang yang menjadi muridnya di Fakultas Kedokt\u00aderan Atmajaya. Nama dokter kelahiran tahun 1940 di Rangkasbi- tung ini ada\u00adlah Handoko Gunawan. Dokter spesialis paru berusia 79 tahun ini dikenal ma\u00adsya\u00ad rakat ketika fotonya viral di media sosial. Ia mendapat banyak pujian karena aksinya merawat pasien Covid-19. Di usianya yang sudah lanjut ia malah berada di garis terdep\u00ad an pena\u00ad nganan kasus Covid-19. Dokter Handoko Gunawan pun disebut sebagai pahlaw\u00ad an. Namun, alumni BPK PENABUR yang mulai bersekolah di 44","EMPAT ELEMEN PENENTU sana pada tahun 1958 tersebut menolak pujian itu. \u201cO, tidak, aku bukan pahlawan. Pahlawan seb\u00ad enarnya adalah para dokter dan para tenaga medis yang telah me\u00adninggal dunia selama pan\u00ad demi, juga para per\u00ad awat,\u201d katanya. Keluarganya tentu was-was ka\u00adre\u00adna pada awal pand\u00ad emi Co\u00ad vid-19 para dokter tidak men\u00adda\u00ad pat\u00adkan alat pe\u00adlin\u00addung diri yang me\u00admadai. Masker N-95 membuat para peng\u00adgunanya sesak na\u00adpas. \u201cMereka khawatir. Mer\u00ad e\u00adka tahu, ada risiko ting\u00adgi saya ter\u00adinfeksi, tet\u00ad api saya sudah dilantik sebagai dokter. Saya tidak ingin menge\u00ad samp\u00ad ingkan sum\u00adpah saya begitu saja,\u201d ung\u00adkapnya. dr. Handoko Gunawan, Sp.P dr. Handoko Gunawan, Sp.P. bersama cucu-cucu terkasih. 45","BERANI BERUBAH Bukan hanya soal sumpah pro\u00adfesi yang sudah ia ucapk\u00ad an yang menjadi alasannya. Ia percaya bahwa Tuhan su\u00addah me\u00ad ngatur semuanya. \u201cSaya semp\u00ad at mengatakan ini kepada kelu\u00ad arga saya: pasrahkan saja semuanya kepada Tuhan. Jika Tuhan memberi saya keseh\u00ad atan, kita bisa bersatu lagi suatu hari nanti. Tetapi jika tidak, maka be\u00adgi\u00adtul\u00ad ah hidup.\u201d Ia tertular juga dan dira\u00adwat. Namun, lima belas hari kemudian, ia kemb\u00ad ali mela\u00ad yani pasien-pasien Covid-19. Kesetiaannya menunaikan sum\u00adpah profesinya tidak ha\u00ad nya tampak pada saat pandemi ini. Ia pernah mengambil risiko ikut terjun dalam periode Dwikora, kon\u00adflik Indonesia mela\u00ad wan Malaysia, dan pertemp\u00ad uran se\u00adlama enam bulan melawan Paraku yang semula adalah sekutu Indonesia. Ia berada cukup lama di Kalimantan Barat. Bah\u00adkan, saat itu ia membawa serta istrinya ke sana. Baginya, hidup tidak hanya untuk diri sen\u00ad diri. Ia mem\u00ad iliki perspektif yang luas: hidup harus berdamp\u00ad ak bagi orang lain. Untuk memperjelas makna perspektif \u201chidup buat orang lain\u201d, mari kitasimak lebihdalam kiprah RobbyTatang Poniman, pengajar di Universitas Prasetiya Mulia, yang pertama kali memper\u00adke\u00adnalkan dan mempopulerkan ilmu pemasaran di Indonesia. Pencapaian itu bukanlah sesuatu yang ia dam\u00adba\u00ad kan. Ia tidak pernah bermimpi menjadi dosen, apalagi kon\u00ad sultan yang terkenal. Semasa bersekolah dari SR sampai SMP, ia tidak mau ka\u00adlah dari orang lain. \u201dSewaktu di SR, setiap hari saya dihukum guru. Saat saya membawa surat ke rumah, ayah saya bertanya, \u2018Anak siapa lagi yang kamu pukul?\u2019\u201d Namun, kemudian, ia mengalami suatu titik balik saat Pak Kwik, guru Aljabarnya, membandingkan debu de\u00adngan bola 46","EMPAT ELEMEN PENENTU pingpong untuk menunjukkan betapa kecilnya ma\u00adnusia di\u00ad bandingkan dengan bumi ciptaan sang Mahakuasa. Robby merasa ditampar. Pemain golf yang andal ini berkata, \u201cWaktu itu saya merasa sangat kecil dan tidak berarti setelah mendengar Pak Kwik berbicara seperti itu. Sejak itu, saya mulai berpikir bahwa menjadi hebat dan jagoan tidak se\u00ad lalu harus berkelahi atau me\u00adnunjukkan kekuatan otot. Justru dengan saya menol\u00adong orang, berbuat baik, serta berguna un\u00ad tuk orang lain, saya menjadi hebat.\u201d Tekadnya untuk berubah ia laksanakan. Kemam\u00adpua\u00ad n\u00ad nya memahami hal rumit dan menjelaskan dalam bahasa sehari-hari ia pakai untuk membantu menje\u00adlask\u00ad an pelajaran atau pekerjaan rumah bagi rekan-rekan seke\u00adlasnya di SMP dan SMA. Setelah menjalani pendidikan di BPK PENABUR yang saat itu menurutnya tidak menunt\u00ad ut terlalu banyak di\u00ad bandingkan dengan zaman sekarang, ia kuliah kedokteran di Universitas Tarumanegara dan akhirnya, masuk ke dunia ma\u00ad najemen di Texas, Amerika. Kembali ke Indonesia, ia memimpikan menjadi seorang pebisnis sukses. Namun, ia bertemu dengan Pak Leo, pemim\u00ad pin di Institut Ma\u00adnajemen Prasetiya Mulya. Pak Leo meng\u00ad ajaknya mengajar, tetapi Robby menolak ajakan itu mentah- mentah. Namun, Pak Leo terus membujuknya. Akhirnya, ia bersedia men\u00adcoba. Semula, pada tahun 1984, ia mengajar hanya beberapa jam saja dalam seminggu. Namun, ia sering didatangi mahasiswa yang memintanya untuk membimbing secara privat. Ia ber\u00ad hasil membuat mereka tertarik untuk lebih mendalami ilmu marketing yang ia ajarkan. Padahal, di masa itu ma\u00adsyarakat umumnya menganggap marketing adalah semata-mata ilmu menjual. Mereka menganggap bahwa \u201cmenjual sama den\u00ad gan 47","BERANI BERUBAH memb\u00ad ohongi orang lain.\u201d Mereka belum tahu bahwa marketing menolong orang memahami kebutuhan dan ke\u00adingin\u00adan ma\u00ad syarakat, memilahnya, memberikan solusi, mencipt\u00adakan nilai, dan mengimplementasikannya dalam wujud prod\u00ad uk, harga, promosi, dan lokasi penjualan yang serasi. Robby mengingat masa awal keterlibatannya di Institut Manajemen Prasetiya Mulya, Cilandak, \u201cKarena saya merasa bertanggung jawab agar mereka memahami mata kuliah yang saya ajarkan, saya menyetujui pembentukan kelas belajar man\u00ad diri. Namun, mahasiwa yang ingin belajar kepada saya jadi ba\u00ad nyak.\u201d Akhirnya, ia jadi pengajar penuh waktu di sana sejak tahun 1985. Jadi, baginya mengajar berarti hidup dengan perspektif yang lebih luas, tidak hanya demi kepentingan dan kepuasan pribadi. Hingga kini, ia sering menyediakan waktu tambahan agar mahasiswa dapat berkonsultasi dengannya. Tidak heran, para alumni seko\u00adlah tersebut tidak hanya mengingatnya seba\u00ad gai dosen, tetapi juga sebagai sah\u00ad a\u00adbat dan mentor. Robby terus menunjukkan kepedulian bagi kepentingan masyarakat. \u201cSaya mendambakan majunya para pebisnis In\u00ad donesia yang mampu menaikkan reputasi dan citra bangsa Indonesia di dunia.\u201d Tantangan demi tantangan datang, apalagi berhadapan dengan berbagai perubahan di dunia pendidikan dan tempat kerjanya. Persimpangan jalan juga banyak. Sebagai sosok yang memiliki banyak relasi dari kalangan bisnis yang sukses, Robby mendapat banyak tawaran untuk meninggalkan pengab\u00addian\u00ad nya. Namun, ia mempertahankan perspektifnya. Ia ingin, orang-orang mendapatkan bekal bagi kehidupan bisnis me\u00ad reka. 48","EMPAT ELEMEN PENENTU Ia pernah berkata kepada rekannya yang lebih muda, \u201cSiapa bilang, berbisnis itu harus selalu kotor? Kalau kita me\u00ad miliki kompetensi yang kuat dan berada di bidang yang tepat sesuai kemampuan kita. Tanpa curang juga bisa sukses.\u201d Berkat pengabdian dirinya banyak praktisi di bidang pe\u00ad masaran mencapai sukses besar berbekal apa yang mereka dapatkan dari pengajar, mentor, atau teman mereka ini. Memilih untuk menomorduakan keinginan pribadi atau fokus pada pencapaian diri berlandaskan perspektif yang lebih besar ini tentu tidak mudah. Seorang pemuda bernama Salman Khan men\u00ad olong seorang sepupunya untuk mempela\u00ad jari ma\u00ad tematika. Karena terpisah jarak, mereka menggun\u00ad a\u00adkan tek\u00ad nol\u00ad ogi yang tersedia di internet, yaitu Yahoo! Doodle Images. Waktu itu Salman berprofesi sebagai analis keuangan. Sepu\u00adp\u00ad unya menikmati proses belajar yang memaksanya belajar lebih mandiri dan menentukan sendiri kecepatan bel\u00ad ajarnya itu. Sepupu-sepupunya yang lain tertarik untuk ikut bergabung. Karena berbagai permintaan terus berdatangan, Salman mengunggah video-video pembelajarannya ke YouTube. Pada tahun 2008 Khan Academy lahir. Respons positif yang ia dapat menambah gairah Salman. Ia menyadari adanya hal baru dan memutuskan untuk berhenti bekerja pada tahun 2009 untuk secara penuh waktu menciptakan berbagai video pendi\u00addikan yang dapat diakses secara gratis oleh peserta didik di mana pun juga. Dalam suatu wawancara, Salman menyatakan bahwa rentang perhatian setiap peserta didik sangat terbatas. \u201cMak\u00ad si\u00admum lima belas menit sebelum perhatian mereka ber\u00adalih seh\u00ad ingga dalam pembelajaran biasa di kelas, peserta didik hanya sejenak memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh 49","BERANI BERUBAH guru mereka, lalu memikirkan hal lain walaupun fisik mereka tetap berada di dalam kelas. Lalu, fokus mereka beralih kem\u00ad bali ke pelajaran sebelum beralih lagi ke hal lain.\u201d Melalui pem\u00ad bekalan berupa berbagai video pembelajaran kepada peserta didik Salman berharap, peserta didik memiliki sumber daya untuk belajar mandiri dan dapat menentukan sendiri ritme belajar mereka. Melihat keberanian dan rasa kemanusia\u00adan\u00adSalman, seta\u00ad hun kemudian Google memberi dukungan berupa donasi senilai dua juta dolar agar kursus-kursusnya tersedia dalam berbagai bahasa. America Telephone and Telegraph Company ikut memberikan dua setengah juta dolar. Delapan tahun kemudian, Khan Academy juga melun\u00ad cur\u00adkan pembelajaran daring untuk membekali para karya\u00ad wan, profesional, mahasiswa, dan pencari kerja. Kini Khan Academy memiliki lebih dari 5000 pembelajaran daring tak berbayar bagi peserta didik sedunia. Kesuksesan Khan Academy dimulai ketika Salman meng\u00ad identifikasi satu masalah yang menantangnya. Tepat seperti yang dinyatakan oleh Jay Samit, penulis buku Disrupt You!: \u201cMost discoveries come from the simple act of identifying life\u2019s problems\u201d (Kebanyakan pen\u00ad emuan didahului tindakan seder\u00ad hana, yaitu mengident\u00ad ifik\u00ad asi masalah hidup). Selain menemukan masalah yang perlu ditangani, Salman dan kawan-kawannya menyadari adanya ketersediaan pendu\u00ad kung, yaitu internet. Mereka juga memiliki passion, kete\u00adkunan, keberanian, dan konsistensi bersama yang ditopang oleh nilai rujukan utama, yaitu keingina\u00ad n berbagi dan kepedulian yang besar kepada orang lain. Khan Academy menjadi pionir perubahan di bidang edukasi. Usaha sejenis bermunculan seperti Coursera, Open 50","EMPAT ELEMEN PENENTU Culture, Udemy, Academic Earth, Edx, Alison, dan Stanford Online. Dengan rendah hati Salman dan timnya menyatakan, \u201cKami hanya memberikan suplemen bagi proses belajar yang ada.\u201d Salman berujar lagi, \u201cEntah Khan Acad\u00ad emy eksis atau tidak, model bisnis usang yang mengharuskan orang mem\u00ad bayar untuk mendapatkan akses informasi atau pengetahuan men\u00ad genai matematika dan ilmu pengetahuan sedang beru\u00ad bah atau memudar.\u201d 2.\t Kemampuan Menggali Makna Tantangan bagi pelaku usaha nirlaba lebih berat daripada bagi pelaku usaha profit karena imbalannya hanya kepuasan batin. Ketika masalah datang, salah satu hal yang membuat mereka bertahan adalah kemampuan mereka memaknai karya me\u00adreka. Pada abad yang lalu, di Italia, seorang gadis bernama Maria Montessori meng\u00adhadapi masalah. Kedua orangtuanya dan masyarakat menolak keinginannya untuk menjadi dokter. Ia tidak diberi tempat di sekolah kedokteran. Namun, akhirn\u00ad ya, ia dapat masuk Universitas Roma pada tahun 1890. Pada tahun 1896 ia menjadi dokter perempuan per\u00adtama di Italia. Prestasi\u00ad nya yang luar biasa membuat Maria menjadi bagian dari ka\u00ad langan elit. Walaupun sudah berhasil mencapai cita-citanya, seta\u00adhun kemudian Maria\u00a0menjadi relawan dalam program riset di klinik psikiatri di univer\u00adsit\u00adas\u00adnya. Di pelayanan ini, ia mendapati ba\u00ad nyak anak berkebutuhan khusus yang terbelakang. Sementara itu, dalam kehidupan pribadinya ia menjalin hubungan dengan Giusseppe Montesano, rekan dokternya. Dr. Giusseppe bera\u00ad sal dari keluarga bangsawan seh\u00ad ingga hubungan mereka ditolak 51","BERANI BERUBAH mentah-mentah oleh ibu Giusseppe, apalagi setelah Maria hamil. Setahun kemudian, Maria depresi karena Giusseppe mengh\u00ad\u00ad ianatinya. Di tengah masalah besar yang menghan\u00ad curk\u00ad an hatinya serta berpotensi menghancurkan kariernya, Maria memutuskan mengasingkan diri beber\u00adapa minggu di sebuah biara. Di sana ia merenungkan hi\u00addupn\u00ad ya dan menda\u00ad patkan makna bahwa selama ini ia hidup hanya demi mem\u00ad u\u00ad askan ambisi dan keakuannya. Ia menyadari bahwa semua kemampuannya tidak ia peroleh secara kebetulan. Pulang dari retretnya, ia berubah. Maria mengajukan teori bahwa jika orangtua dan sistem pend\u00ad idikan memberi dukungan yang tepat, anak-anak yang terbelakang akan mengalami perubahan positif. Pan\u00addang\u00ad annya menuai kontroversi besar. Kemudian, ia mengem\u00adbang\u00ad kan diri dengan mempelajari filsafat pendidikan dan antro\u00ad pologi. Maria meyakini bahwa dengan potensi dirinya ia dapat menghasilkan perubahan. Maka, sejak berusia 34 sampai 38 tahun ia memberi kuliah di fakultas pendi\u00addikan di kampus yang menjadi almamaternya. Pada tahun 1907 Maria membuka sebuah lembaga pendidikan yang dinama\u00adkan Casa dei Bambini (Rumah Anak-anak) yang menggunakan materi pendidikan yang ia siapkan selama bertahun-tahun. Berbagai aktivitas di sekolah tersebut didesain untuk mengembangkan diri siswa secara alamiah. Pendapatnya yang paling terkenal adalah \u201cAnak-anak adalah makhluk yang sejatin\u00ad ya suka belajar.\u201d De\u00ad ngan demikian, mereka tidak perlu dipaksa, dicetak, atau di\u00ad disiplinkan. Pada tahun 1909 Maria mendapat kesem\u00adpatan menye\u00ad barkan teori dan caranya mempraktikkan pendi\u00addikan. Buku\u00ad 52","EMPAT ELEMEN PENENTU nya terbit dan diterjemahkan sampai ke Amerika pada tahun 1912. Hingga kini sistem pendidikan yang ia gagas masih me\u00ad nyebar ke berbagai negara dan dikenal dengan nama Metode Mon\u00adtessori. Pada tahun 1946 wanita pejuang ini menjadi pen\u00ad erima beberapa hadiah Nobel. Putranya melanjutkan karya dan peng\u00ad abdiannya untuk terus mengubah dunia. Maria berhasil ber\u00ad ubah; meninggalkan identitas sebagai dokteryang hebat, men\u00ad jadi pendidik dan pejuang perubahan sos\u00ad ial. Ia memberikan ban\u00ad yak hal setelah memaknai segala penderitaan yang ia alami dan perannya di dunia. Mari kita simak juga pengalaman Ir. Takim Andriono dari Surabaya, pendiri organisasi pembelajaran bernama TRAMPIL. Pria ini lulus S3 (Ph.D.) pada awal tahun 1990 dari University of Canterbury, New Zealand, di bidang Perencanaan Struktur di Zona Rawan Gempa, bidang yang waktu itu masih lang\u00adka. Takim merupakan dosen bergelar S3 termuda di pergu\u00ad ruan tinggi tempatnya mengabdi di Surabaya. Ia menikmati kegiat\u00adannya sebagai dosen, peneliti, pejabat uni\u00adversitas, dan praktisi konsultan perencanaan bangunan sampai pada suatu hari, hatinya tergerak untuk melakukan sesuatu yang berbeda, khus\u00ad usnya di dunia pendidikan. Salah satu faktor pendorong\u00ad nya adalah ingatan dan rasa terima kasihnya kepada seorang guru SD kelas duanya yang menolongnya mengalami titik balik, dari siswa yang pasif dan cenderung tertinggal, men\u00adjadi siswa aktif yang gemar belajar. Semasa krisis moneter 1997\/1998 sekelompok orang men\u00ad jumpai rektorsebuah universitas tempat ia bekerja. Ia ikut men\u00ad dengarkan mas\u00ad alah yang mereka utarakan. Orang-orang itu prihatin melihat banyak sekolah yang sudah ada sejak zaman Belanda di Jawa Timur mengalami krisis. Memang guncangan 53","BERANI BERUBAH ekonomi pada tahun 1998 telah memporakporandakan Indo\u00ad nesia. Banyak sekolah swasta terpaksa tutup. Rektor mengusulkan sesuatu dan menunjuk Takim se\u00ad cara mendadak untuk membantu para tamunya itu. Maka, sejak tahun 1999 ia mulai memberikan pendampingan kepada sekolah-sekolah ters\u00ad ebut, di bawah naungan yayasan yang mer\u00ad eka dirikan, yaitu Yayasan Pendidikan Visi dan Misi. Namun, kemudian, Takim menyadari bahwa walaupun dengan pendampingan, pemberian donasi dana ternyata ku\u00ad rang efektif. Mereka setengah gagal setelah bekerja keras. Ia juga menyadari bahwa bantuan dana yang diberikan tidak me\u00ad nunj\u00adukkan kebangkitan sekolah-sekolah, malah mengakibat\u00ad kan ketergantungan. Tim menyim\u00adpulkan bahwa jika kapas\u00ad itas sumber daya manusia sekolah tidak juga dikembangkan, se\u00ad kolah tidakakan bertahan lama. Maka, mulai tahun 2009 School Leadership Developm\u00ad ent Program (SLDP) beroperasi untuk melatih para pengurus, kepala sekolah, dan calon kepala se\u00ad kolah. Menyadari bahwa masa depan adalah dunia digital, SLDP melaksanakan pembelajaran dengan metode Blended Learning, yaitu kombinasi tatap muka, belajar mandiri, dan sentuhan dengan kenyataan lapangan berupa perangkat keras dan lunak yang ada pada tahun 2009. Pada tahun 2010 visi tentang pendidikan berbasis digital makin menguat dalam diri Takim setelah menyimak penda\u00ad pat para pakar. Sejak itu, ia mulai mer\u00ad intis pelatihan bagi pendi\u00ad dik yang dapat menjangkau seluruh Indonesia, khususnya bagi mereka yang belum memiliki gelar S1, yang saat itu menjadi prasyarat yang ditentukan pemer\u00ad intah. Setelah jatuh bangun dalam melakukan uji cobaselama tiga tahun, pada tahun 2013 Takim mendirikan Yayasan TRAMPIL 54","EMPAT ELEMEN PENENTU Indonesia yang melayani para pendidik di lebih dari 20 Infor\u00ad mation and Communication Technology (ICT) Learning Centre di berbagai lokasi di Indonesia. Implem\u00ad entasi pengabdian itu tidaklah selalu mulus. Mulanya ia mengontrak sebuah ruko. Tatkala kontrak kantor habis dan ia mendapatkan tempat yang lebih memadai, ia justru meng\u00adalami peristiwa mengejutkan. Sehari sebelum upacara peletakan batu pertama bangunan dilaksanakan, beberapa orang warga sekitar menolak penye\u00ad lenggaraan upacara dan pelaksanaan pembangunan gedung pendidikan di area pe\u00admu\u00adkiman, padahal prosesnya sudah me\u00ad lalui rembuk warga dan memiliki IMB. Meskipun demikian, semangat Takim tidak surut. Ia malah mendapatkan tempat lain di tengah kota, yang letaknya sangat strategis. Memasuki tahun kedua pelayanan Yayasan TRAMPIL Indo\u00ad nesia, sebuah gunc\u00ad angan lain terjadi. Donatur besar yang sa\u00adngat diandalkan menghentikan bantuannya. Akibatnya, yayasan harus menanggung sendiri beasiswa bagi ratusan orang guru yang mengikuti program sarjana mereka. Selain itu, salah satu ang\u00adgota tim inti ternyata tidak andal mengelola berbagai sumber daya yayasan. Keputusan-keputusannya men\u00ad ambah beban Takim. Semua tantangan yang ayah dari dua anak ini alami, ia maknai sebagai kesempatan belajar dan bangkit. Apalagi ia meyakini bahwa Yang Mahakuasa yang mendorong\u00adnya mema\u00ad suki jalur pekerjaan ini. Akhirnya, melalui gerakan \u201cOne Family Adopts One Teacher\u201d semua tunggakan berhasil dilunasi. Ratusan pendidik berhasil diwisuda dan dapat me\u00adlanjutkan tugas mereka sebagai guru di berbagai pelosok tanah air setelah menyandang gelar sarjana. Hingga kini Yayasan Pendidikan Visi dan Misi (YPVM) dan Yayasan Thalasemia Indonesia (YTI) masih eksis dan bah\u00ad 55","BERANI BERUBAH kan memberi dampak inspiratif di tengah pandemi Covid-19 den\u00ad gan menyediakan materi-materi pelatihan bagi kepala se\u00ad ko\u00adlah dan guru untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran daring. Masalah-masalah baru pasti akan hadir, tetapi hal itu justru membuat mereka belajar, menjadi lebih cerdas, dan mens\u00ad yukuri pemeliharaan sang Mahakuasa, \u201cTuhan tidak akan membiarkan kita sendiri menjalankan pengabdian ini,\u201c kata Purna, salah satu staf YPVM. Sang pegiat masalah kemanusiaan, Benny Lumi, juga merupakan sosok yang memaknai perjalanan hidupnya. Kegi\u00ad Benny Lumi (berdiri paling kanan) bersama Tim Garuda saat bertanding di Russia. 56","EMPAT ELEMEN PENENTU atan utama aktivis kemanusiaan ini adalah melayani gene\u00adrasi muda, yaitu anak-anak. Selain menjadi anggota peng\u00adurus Yayasan Kampus Diakonia Modern\/KDM, pengurus nasio\u00adnal Jaringan Peduli Anak Bangsa, anggota Pokja Anak Biro Perem\u00ad puan dan Anak Persekutuan Gereje-gereja di Indonesia (PGI), Sahabat Anak, dan lainnya, ia juga masih melayani di gerejanya. Katanya, \u201c\u2026 saya terli\u00adbat di mana-mana, tetapi saya tidak terima gaji dari mana-mana pula.\u201d Beban batinnya yang utama adalah perlind\u00ad ungan anak. Ia berujar, \u201cPanggilan saya memang isu anak. Makin lama menangani isu ini, makin banyak yang kita hadapi. Misaln\u00ad ya, kekerasan. Kita akan tahu kalau berkeliling daerah. Memp\u00ad ri\u00ad hatinkan sekali. Hal itu yang membuat saya terjun. Padahal, kalau mau cari kerja untuk cari duit, bisa saja. Tetapi, ini siapa yang ngerjain? Jadi, sudahlah, jalan saja.\u201d Apa yang ia lihat sebagai makna hidup dan tindaka\u00ad nn\u00ad ya, terutama dalam menghasilkan pembaruan, terpusat pada isti\u00ad lah \u201cCitra Allah.\u201d Konsep yang diajarkan ayahnya itu menun\u00ad jukkan bahwa ada urutan prioritas dalam hidup, yaitu Tuhan, manusia, lalu materi. Tuhan jangan dijadikan urutan paling bawah atau nomor dua. Tuhan adalah nomor satu. Hidup bu\u00ad kan untuk mengejar uang atau kepentingan pribadi. Oleh ka\u00ad rena itu, me\u00adnurut Benny, setiap manusia harus menemukan perannya di dalam hidup berdasarkan urutan itu. Hal inilah yang ia praktikkan sejak masih berstatus pelajar di BPK PENABUR Jakarta dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Benny ingin setiap manusia itu mengenali konsep Imago Dei atau CitraAllahdalam hidupnyadan menemukan panggilan atau peran yang sang Penc\u00ad ipta berikan kepada\u00adnya. Dengan demi\u00ad kian, setiap manusia juga me\u00adngenali potensi dan perm\u00ad asa\u00adlah\u00adan 57","BERANI BERUBAH Veronica Colondam yang ada di tengah ma\u00ad syar\u00ad akat, apa\u00adlagi mereka yang papa dan diping\u00ad gir\u00adkan. Dalam refleksinya, Benny mengatakan, \u201cIni tahun ke-27 saya bek\u00ad erja di bidang kemanusiaan. Apa sih peran saya se\u00ad har\u00adusnya? Selain kon\u00ad sep Citra Allah di dalam manusia yang se\u00adlalu didengungkan ayah, saya melihat kondisi anak-anak yang mengh\u00ad adapi ke\u00ad kerasan dan sebagainya.\u201d Benang merah semua pelayanannya adalah meme\u00adnuhi panggilan agar anak-anak mengenali dan hidup dalam kerangka Imago Dei. Benny memaknai bahwa ia harus menggunakan hidup\u00ad nya untuk menyentuh hi\u00addup orang lain sehingga mereka da\u00ad pat mengenali dan mewujud\u00adnyatakan Citra Ilahi yang ada di dalam diri mereka. \u201cJadi, saya melihat ke depan. Walau\u00adp\u00ad un mendapat kiriman tawaran pek\u00ad erj\u00ad aan, saya sudah tidak lagi tertarik untuk menerima.\u201d 58","EMPAT ELEMEN PENENTU Apa yang terjadi dengan Veronica Colondam juga tidak biasa. Wanita yang sa\u00adngat tegar dan berani memutuskan se\u00ad suatu yang sulit ini menyadari apa yang harus ia tingg\u00ad alkan se\u00ad bagai legacyn\u00ad ya setelah satu dekade kehilangan ayah dan ke\u00ad mu\u00addian, ibunya. Ia juga me\u00admaknai bahwa berbagai peng\u00adalaman yang dijalaninya mem\u00adbawa per\u00adubahan yang sig\u00adnifikan pada dirinya dan mem\u00adberikan bekal yang luar biasa. Bagi lulusan SMAK 1 PENABUR Jakarta ini, ada tangan Yang Mahak\u00ad uasa yang menjalin suatu rencana baginya. Me\u00ad lalui Yayasan Cinta Anak Bangsa, Veronica menyentuh sekitar tiga setengah juta remaja yang tidak mampu melalui rumah bel\u00adajarnya atau pelatihan soft skill-nya. Ia juga memberikan pemb\u00ad erdayaan ekonomi kepada ibu-ibu dan membangun jejaring dengan kalangan yang memiliki impian serupa. Sementara itu, ia terus belajar dan menyadari peran yang dipercayakan kepadanya. Ia meng\u00adhayati \u00adtugasnya membawa terang dan memberi rasa kepada siapa saja yang berinteraksi dengannya. 3.\t Kegigihan (Persistence) Memiliki perspektif yang lebih luas, yaitu berani mening\u00adgal\u00ad kan fok\u00ad us pada diri sendiri saja dan memaknai apa yang di\u00adker\u00ad jakan tak akan memadai untuk membekali kita menghasilkan perubahan jika tidak disertai dengan kegigihan (persistence). Banyak orang yang menjalankan filantropi berhenti di tengah jalan, bukan? Kegigihan merupakan faktor ketiga yang harus jadi bekal bagi mereka yang mau mer\u00adangkul per\u00adubahan. Arti\u00ad nya, melanjutkan apa telah me\u00adreka mulai. Seperti Robby, Salman, atau Benny, Devi Sumarno menge\u00ad nali masalah kehidupan modern di Indonesia. Ia mencatat 59","BERANI BERUBAH bahwa ada 1.200.000 kasus aborsi yang dilakukan oleh maha\u00ad siswi dan 900.000 kasus aborsi oleh pelajar yang belum me\u00ad nikah per tahun. Memang menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) kecenderungan itu terus meningkat. Devi Sumarno di rumah RUTH Apa yang sudah dipaparkan sekilas mengenai Devi Sumarmo dengan RUTH-nya tidak cukup menggambarkan kegigihannya. Namun, lulusan S1 Teknik Kimia Universitas Parahyangan dan S2 Pendidikan Psikologi Uni\u00adversitas Pendi\u00ad dikan Indonesia ini sudah bertahun-tahun menampung pe\u00ad rempuan yang hamil di luar nikah. Devi dan rekan-rekannya yakin bahwa wanita-wanita yang mereka tolong sebenarnya 60","EMPAT ELEMEN PENENTU adalah \u201cmutiara\u201d yang tertutup oleh kotoran. Devi terpanggil untuk menerima mereka, memberi ruang, dan berusaha mem\u00ad b\u00ad ersihkan \u201ckotoran\u201d yang menutupi mereka agar mereka kem\u00ad bali bersinar. Keterlibatan perempuan ini di bidang filantrofi dimulai tahun 2007 ketika ia masih lajang. \u201cSebenarnya hanya nolongin teman aja. Waktu itu ada teman yang hamil di luar ni\u00adkah. Saya cuma mikir, ia diusir keluarganya karena hamil di luar nikah. Maka, waktu itu pikiran saya simpel aja. Saya tampung ia di tempat kos. Jadi, di situlah ia berada, mulai dari hamil empat bulan sampai melahirkan dan kemudian anaknya berusia satu tahun.\u201d Alumni BPK PENABUR Bandung ini menuturkan bahwa masa belajar di SMA merupakan masa pembentukan dirinya. Ia belajar memikul tangung jawab, sedangkan tantangan aka\u00ad demik membuatnya tahan meng\u00adhadapi kesulitan. Setelah menikah dengan Charles Wong pada tahun 2009, kasus demi kasus wanita hamil di luar nikah masih terus meng\u00ad hampiri kehidupan mereka. Dalam setahun hampir dua belas kasus mereka tangani. Maka, teman\u2013teman di gerejanya meng\u00ad \u00adusulkan, \u201cDev, udah ngontrak rumah aja, bikin yayasan. Nanti dikira, suami kamu punya istri banyak.\u201d Jadi, itulah alasan pertama yang mendorong Devi dan suaminya mendirikan Yayasan RUTH pada tahun 2011. Sampai saat ini, Yayasan RUTH Bandung telah menolong lebih dari dua ratus wanita dengan kehamilan di luar nikah dan menyelamatkan sekitar dua ratus bayi dari percobaan aborsi. Ini bukanlah prestasi, tetapi harus jadi keprihatinan karena angka free sex di Indonesia ternyata terbilang tinggi. Yayasan RUTH juga membina dan membekali mereka agar hidup di jalan yang benar serta mandiri. 61","BERANI BERUBAH Meskipun belum mendapat perhatian cukup dari peme\u00ad rintah atau kalangan agama, Devi tetap gigih dan kokoh, bah\u00ad kan ketika suaminya menderita sakit yang serius. Ia harus men\u00ad didik dan merawat anak-anaknya, mendukung suami\u00adnya, dan mengurus kebutuhan dirinya sendiri. Devi terus berk\u00ad arya dan terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan lainnya. Apa yang terjadi dengan tim penggagas Program Pela\u00ad tihan Pemimpin Abad 21 atau P321 dari BPK PENABUR juga demikian. Pada awal tahun 1991, bersama para guru dan pim\u00ad pinan yayasan pendidikan, mereka mengenali suatu masalah. Banyak peserta didik tidak mengenali potensi kepemimpinan mereka. Mereka mungkin cerdas, terutama yang belajar di Sek\u00ad olah-sekolah ungg\u00ad ulan, tetapi tidak memiliki gamb\u00ad ar diri yang positif. Mereka mudah memandang orang lain sebagai saingan atau ancaman sehingga kemampuan untuk berko\u00ad laborasi dan bersinergi amat terbatas. Lebih lanjut lagi, me\u00ad reka tidak terbuka dan bergairah menjangkau mereka yang berada di luar ka\u00adlangan mereka sendiri dan memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Gagasan tersebut didukung oleh para pim\u00adpinan sebuah lembaga sekolah di Jakarta tempat gagasan itu muncul dan akhirnya berjalan. Dalam sembilan tahun, 870 peserta didik dilatih secara terus-menerus. Namun, karena perilaku dan gaya belajar mereka jadi sangat ekspresif, kolaboratif, dan berani mengeksplorasi mandiri, program ini dih\u00ad entikan pada tahun 1999. Para alumninya jadi berani mengkritik para guru, ko\u00ad mu\u00adnitas agama di mana mereka berada, bahkan berg\u00ad aul de\u00ad ngan berbagai kalangan yang tidak dikenal oleh para peng\u00ad ajar. Me\u00adreka juga sering berinisiatif tanpa ber-kulo nuwun kepada siapa pun. 62","EMPAT ELEMEN PENENTU Para penggagas tidak menyerah. Ketiadaan dana dan cap ne\u00adgatif tidak melenyapkan kegigihan mereka. Mereka yakin, jika sebuah pintu ditutup, masih banyak jendela bisa dilewati. Me\u00adreka bertekad bahwa program ini harus diperke\u00adnalkan kepada kalangan lebih luas. Seorang pimpinan Ikatan Akuntan Indonesia, Ruddy Koesnadi, seorang bankirsenior, Jusuf Arbianto, seorang dok\u00adter gigi, Iwan Taher, dan Jonathan L. Parapak, Direktur Indosat pada saat itu, mendukung gagasa\u00ad n tersebut Maka, program ini dikenal\u00adkan, dilaksanakan, dan kini mod\u00ad ulnya dibagikan di Aceh, Medan, Lampung, Manado, Purwo\u00adkerto, Malang, Surab\u00ad aya, dan Nongkojajar, selain di Jawa Barat. Program ini kemudian digandeng oleh Young Life Inter\u00ad national, suatu organisasi yang khusus menangani kawula muda sejak tahun 1940-an. Kini para alumni P321 dikenal di ba\u00adnyak tempat, antara lain TV host dan presenter terkenal Agustin Ramli; konsultan SDM andal, Jeriel Charis; pemb\u00ad uat prog\u00ad ram Gojek, Rano; seorang pendeta, penulis, dan moti\u00ad vator, Peter Wijaya; Sekretaris Umum GKI, Danny Purnama, dan masih banyak lain yang berkiprah di da\u00adlam serta di luar negeri. Sebagian dari mereka membentuk biro konsultasi atau pelatihan dalam rangka turut mengem\u00adbangk\u00ad an sumber daya manusia. Namun, yang paling mengagumkan adalah Infrianto yang pernah menjadi guru di BPK PENABUR Lampung. Ia memb\u00ad uat Yayasan Training DELTA yang khusus menjangkau dan membina muda-mudi segala kalangan di daerahnya. Da\u00ad lam tujuh tahun, lebih dari 5000 orang muda ia raih dan latih. Beberapa orang kini sudah menjadi orang dewasa yang ber\u00ad karya di berbagi bidang: juru rawat, guru, rohaniwan, pemilik service kendaraan, dan lain sebagainya. 63","BERANI BERUBAH Kegigihan yang berarti kesediaan memilih untuk terus melangkah ketika semua meningg\u00ad alkan memang dibutuh\u00ad kan. Kegigihan berarti berani terus maju berjalan walaupun rintangan menghalang. Kegigihan berarti meyakini bahwa hasil perubahan tidak selalu terlihat dan kentara dalam jang\u00ad ka pendek. Kini P321 kembali dibahas di lembaga yang mela\u00ad hir\u00adkannya dan menumbuhkan minat untuk menghidupk\u00ad an\u00ad nya kembali. 4.\t Kemauan Menerobos Batas dan Sekat Menerobos batas dan sekat tidaklah mudah. Setiap orang nyaman dan berakar dalam kotak-kotak sosial yang dibuat sendiri. Menanggalkan suatu batas identitas bukanlah hal mu\u00addah dalam proses perubahan. Namun, seringkali perubah\u00ad an tercapai ketika sekat dan batas tersebut diterobos. Seorang manajer Microsoft, John Wood, misalnya me\u00ad ning\u00adgalkan lingkungan dan identitasnya sebagai profesional kelas elit demi membuka Room to Read, suatu organisasi nir\u00ad laba yang memberikan kesempatan kepada anak-anak agar dapat memiliki dan membaca buku serta mengupayakan ke\u00ad tersediaan perpustakaan di berbag\u00ad ai penjuru dunia. Apa yang dilakukan oleh Eka Putra Wirya mungkin men\u00ad\u00ad jadi contoh yang menunjukkan pentingnya keberanian me\u00ad lin\u00adtasi batas-batas sosial, etnis, atau agam\u00ad a. Keturunan Tiong\u00ad\u00ad hoa yang tumb\u00ad uh di kalangan bis\u00adnis ini didi\u00addik oleh BPK PENABUR, yang pe\u00adserta didiknya hampir semua Tiong\u00adhoa. Garis hidupnya sudah ditent\u00ad ukan: menjadi pebisnis Tionghoa yang ber\u00adhasil, apalagi ia mewarisi suatu peru\u00ad sah\u00ad aan yang cu\u00ad kup tangguh dan mer\u00ad upakan seorang penganut iman Kristen. 64","","BERANI BERUBAH Namun, tanpa menonjolkan diri, de\u00adngan tekun Eka jus\u00ad tru menyem\u00adplungkan diri di dunia olahraga ca\u00adtur di Indo\u00adne\u00ad sia. Walaup\u00ad un tidak pern\u00ad ah menjadi ketua pengurus atau de\u00ad wan pembina, masyarakat menge\u00adnali dampak keterlibatan dan peng\u00adabdiannya. Eka membuat momen-momen bersejarah di negara ini. Eka menyadari bah\u00adwa olahraga catur tidak populerdi mata mas\u00adyarakat Indonesia ketika ia memperoleh gel\u00adar mast\u00ader catur pada tahun 1983. Di dunia, prest\u00ad asi Indo\u00ad nesia juga tidak da\u00adpat dibangga\u00adkan. Na\u00admun, passion sos\u00ad ok ini dalam olah\u00adraga catur selama ber\u00adta\u00adhun-tahun men\u00ad dorongnya mem\u00adfasili\u00ad tasi para pecatur Ind\u00ad o\u00ad nesia mencapai jenj\u00adang Eka Putra Wirya prestasi tert\u00ad ingg\u00ad i. Eka menyiapkan pembinaan pecatur dengan metode ilmiah. Pada tahun 1993 Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) mulai dibangun. Pen\u00ad danaan besar tentu ia butuhkan. Mula\u00adnya, Eka yang masih bekerja di perusahaan ayahnya yang kini berk\u00ad embang men\u00ad jadi Ekatama Group, mencoba meyakinkan ayah\u00adn\u00ad ya untuk ikut membiayai pengembangan catur Indone\u00adsia. Ayahnya menyet\u00ad u\u00adjui ka\u00adrena Eka membukt\u00ad ik\u00ad an kerja keras\u00adnya dapat ber\u00ad buah po\u00adsitif. Sementara itu, perusah\u00ad aan ayah\u00adnya makin maju. Salah satu kebahag\u00ad i\u00adaan Eka atas pencapaian di dunia catur adalah ketika Utut yang ia dukung dan bina menj\u00adadi Grand Mast\u00ad er Super yang diperh\u00ad it\u00ad ungk\u00ad an di dun\u00ad ia, bah\u00adkan 66","EMPAT ELEMEN PENENTU da\u00adpat ber\u00admain remis me\u00adla\u00ad wan Anatoly Karpov, sang le\u00adgen\u00addaris du\u00adnia. Maka, kem\u00adbali dunia cat\u00ad ur Ind\u00ad o\u00ad nesia ber\u00adgair\u00ad ah. Selama 27 tahun Eka mel\u00ad akukan apa yang tidak mu\u00addah dengan kon\u00adsisten. Iden\u00adtitasnya yang diingat orang ada\u00adlah peng\u00adabdi di dunia catur Ind\u00ad o\u00adnes\u00ad ia, bu\u00ad kan sebagai Chief Executive Officer (CEO) Ekatama Group, dan bukan sebagai peb\u00ad isnis dari kalangan Tionghoa. Padah\u00ad al, ia ber\u00adke\u00adcimpung saat warna se\u00adgreg\u00ad asi Orde Baru ma\u00ad sih kuat, ketika orang di\u00adbedakan ber\u00addasarkan agama, latar bela\u00adkang etnis, dan kelas sosial. Eka berani melangkah keluar me\u00adnerobos sekat etnis dan kelas sosial demi pengabdiannya bagi bangsa ini. Oleh kar\u00adena itu, pada tahun 2019 ia di\u00adanugerahi penghargaan LifeTime Achieve\u00adment dari Seksi Wartawan Olahraga\u00a0PWI. Kini Indo\u00ad nesia me\u00admiliki Utut Adianto yang memperoleh Grand Master Super, Susanto Megaranto Grand Master, Irene Kharism\u00ad a Sukandar, dan Medina Warda Aulia menjadi Woman Grand Master. Keberanian untuk tidak memutlakkan identitas kelom\u00ad pok, apalagi yang terkait dengan identitas etnis, memang sulit. Itulah yang menjadi pergumulan bangsa Indonesia pada tahun- tahun awal masa revolusi, yaitu apakah bangsa ini cocok men\u00ad\u00ad jadi republik federasi atau kesat\u00ad uan. 67","BERANI BERUBAH Salah satu kasus yang menarik di\u00adpelajari di tengah ma\u00ad syarakat adalah bagaimana suatu kelompok persekutuan agam\u00ad a di kalangan orang Tionghoa Indonesia berani mening\u00ad gal\u00adkan ke-Tionghoa-annya. Padahal, di masa keputusan itu dia\u00ad m\u00adbil, kalangan Tionghoa dipandang berstatus lebih tinggi daripada orang banyak yang dianggap sebagai \u201cbumi putra malas dan tidak terdidik.\u201d Keputusan itu membuat kalangan Tionghoa lain mencerca mereka. Mereka dianggap men\u00ad ing\u00ad galkan warisan budaya ribuan tahun. Banyak juga yang mem\u00ad pertanyakan apak\u00ad ah hal itu dit\u00adempuh demi mendapatkan penerimaan yang luas di tengah bangsa yang baru lahir pada waktu keputusan berani itu di\u00adambil. Para sesepuh dari kalangan Tionghoa Indonesia tadi mem\u00adb\u00ad aca dari kitab suci mereka bahwa sang Pencipta tidak mem\u00adbedakan manusia, baik Yunani atau Ibrani, yang artinya, menurut kelas dan menurut status sosial. Mereka juga me\u00ad nyadari kek\u00ad hasan kelompok mereka yang tidak lagi kental memeluk budaya Tiongkok dan bahkan tidak menggunakan bahasa asli nen\u00ad ek moyang mereka. Spiritualitas mereka me\u00ad warnai pola pikir mereka untuk tidak memutlakkan identitas mereka seb\u00ad agai kelas men\u00ad engah, apalagi minoritas yang lebih sejahtera. Mereka berani menerobos batas atau sekat tradi\u00ad sional yang pada masa itu sangat kuat. Kelak, sekolah-sekolah yang didirikan oleh kalangan ini juga meng\u00adambil alih perspektif spiritual tersebut sehingga mereka me\u00admiliki guru-guru dari berbagai suku, termasuk warga negaraasing. Nyatanya, sekolah ini, yaitu BPK PENABUR, sudah me\u00adngelola lebih dari 164 sekolah dan prestasinya isti\u00ad mewa. Dalam kehidupan individu, seorang yang mampu me\u00ad ningg\u00ad alkan jejak yang tidak terlupakan dan bahkan berani 68","EMPAT ELEMEN PENENTU merengk\u00ad uh keberagaman di masyarakat ada di dalam sosok Hengky Solaiman, aktor kondang Indonesia. Henky merupa\u00ad kan contoh orang yang hidup dan ber\u00adkarya menerobos tem\u00ad bok-tembok batas ideologi, suku, kelas sosial, dan bidang ilmu. Foto terakhir bersama Henky Solaiman (tengah) ketika selesai wawancara. Bagi teman-teman sebayanyadanyang lebih muda, mung\u00ad \u00adk\u00ad in alumni BPK PENABUR yang berusia 78 tahun ini lebih dikenal sebagai pakar dalam ngerjain orang dan bergurau. Kreativitas dan keisengannya cukup dikenal. Hengky adalah seorang otodidak. Guru dan sekolahn\u00ad ya yang utama adalah hidup itu sendiri. Di balik tawa dan candanya, ia adalah se\u00ad 69","BERANI BERUBAH orang yang diam-diam merenungkan dan mencari makna dari peristiwa-peristiwa yang ia alami. Sebelum masuk ke dalam lingkungan BPK PENABUR, Hengky adalah murid dari Paul Kruger School (kini PSKD) di Prap\u00ad ata\u00ad n. Kemudian, setelah Konferensi Meja Bundar, peserta didik harus berpindah ke sekolah yang berbahasa lokal. Pada awal masa SR itu, ibu kandungnya meninggal dunia. Maka, oleh ayahn\u00ad\u00ad ya, pada tahun 1949 Hengky diarahkan ke Sekolah Rakyat Tanah Nyonya milik BPK Jabar di Gunung Sa\u00ad hari, yang kini dikenal dengan nama BPK PENABUR ketika ia me\u00admasuki kelas tiga. Ia mengingat masa kecilnya, \u201c\u2026 ayah saya sering meng\u00ad ajak kami berdoa bersama. Lalu, sekolah di masa itu menye\u00ad nangkan. Ada banyak kesempatan bermain. Pel\u00adajara\u00ad n di seko\u00ad \u00adlah juga hanya berhitung, bahasa, dan mungkin ilmu bumi. Pela\u00ad jarannya juga gampang \u2026. \u201d Sejak awal bersekolah di Paul Kruger School, lalu di Tanah Nyonya, Hengky sudah main tonil alias sandiwara. Setelah SMP, ia makin terlibat dal\u00adam dunia drama sampai ikut pentas di Gedung Kesen\u00ad ian Jakarta pada tahun 1957. Di Gereja Kelinci tempat ia beribadah, Hengky terlibat dalam drama Paskah, Natal, dan sebagainya. Selain itu, Hengky dianggap sebagai pelawak. Ia pernah memb\u00ad ent\u00ad uk grup lawak dan memenangkan juara ketiga dalam pertand\u00ad ingan di mana Bing Slamet menjadi panitianya. Seusai SMA, ia masuk Akademi Teknik Nasional (ATN), Cikini. \u201cSaya bukan masuk ATN, akademik teater nasional Indo\u00ad nesia, tetapi Akademi Teknik Nasional. Saya mau ambil teknik, sok mau jadi insinyur. Tetapi sambil berkuliah, saya juga bekerja karena ayah saya sudah pens\u00ad iun. Di zaman itu biaya kuliah ma\u00ad sih murah. Saya bekerja sebagai tata usahadi SMAK 2 PENABUR 70","EMPAT ELEMEN PENENTU yang berlokasi di Gunung Sahari. Hanyaenam bulan di sana, lalu saya pindah karena dipanggil perusahaan Lawsim Zecha, agen tunggal Parker Pen. Otak duit saya meng\u00adhitung bahwa kes\u00ad em\u00ad patan bek\u00ad erja ini memberi gaji lebih be\u00adsar,\u201d katanya. Dari Parker, ia berpindah ke Ritcofarma di Krekot Bunder. Di sana ia sempat menjadi manager sambil belajar sendiri. \u201cSaya otodidak, ya, ... korespondensi Inggris waktu itu.\u201d Me\u00ad mang sewaktu bekerja di Parker, seminggu sekali ada se\u00adorang yang diminta datang untuk menangani korespondensi bahasa Inggris, yaitu membalas surat-surat dari Amerika. Suatu hari, atasan Hengky, Pak Yohan, memintanya men\u00ad \u00adcoba membaca surat masuk dan surat keluar dan menjawab dalam bahasa Inggris. \u201cSaya berusaha membalas surat-surat Ame\u00adrika itu sendiri berdasarkan pengalaman. Akhirnya, ke\u00ad terusan ....\u201d Di gereja, Henky berjumpa dengan dua orang, yaitu Steve Lim (Teguh Karya) dan Hok Goan. Mereka yang kemudian membawa Hengky ke dunia televisi. Lebih lanjut lagi, persa\u00ad habatannya dengan Teguh Karya membuat Hengky dapat mengikuti pelat\u00ad ihan seni peran yang disponsori oleh Usmar Ismail sampai terlahir Teater Populer. Dari lingkungan satu warna, kemudian Hengky belajar meren\u00adt\u00ad ang hidupnya untuk hidup beriringan dengan orang- orang dari berb\u00ad agai latar belakang, seperti Slamet Rahardjo, Mieke Wijaya, Dicky Zulkarnaen, dan sebagainya. Taman Ismail Marzuki seolah menjadi rumah keduanya. Selanjutnya, ia mer\u00ad ambah ke dunia perfilman yang pada tahun 1981 mem\u00ad buatnya menjadi sutrad\u00ad ara. Hengky berkata bahwa kebahagiaan dan kenikmatannya adalah dapat ber\u00adbagi dengan saudara-saudara seiman mau\u00ad pun bukan seiman. 71","BERANI BERUBAH Sampai tahun lalu, ia terus aktif, terutama dalam sine\u00adtron Dunia Terbalik. Namun, kesehatannya membuat ia mengun\u00ad durkan diri dari dunia yang ia cintai itu. Ketika memasuki duniadrama, TV, dan film, Henky meng\u00ad gunakan sepenuhnya bekal perg\u00ad aulan dan suasana persaha\u00ad batan yang informal, yang ia pero\u00ad leh di BPK PENABUR dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bergairah ia menuturkan, \u201cSaya terapkan di (si\u00ad ne\u00adtron) Dunia Terbalik. Saya termasuk pemain yang paling tua, tetapi dengan mereka yang muda, tetap akrab. Katakanl\u00adah dengan pemain yang berbeda karena di antara kami ada yang Muslim dan ada yang Kristen. Namun, kami akrab. Walau yang Kristen tidak banyak, kami juga tidak dibedakan. Yang saya tidak lupa mengenai persahabatan waktu itu adalah dikasih salam injak kaki. \u201cSaat itu, saya berbeda pendapat dengan salah satu pemain perempuan. Ia pilih Prabowo, saya pilih Jokowi. Saya tanya ke\u00ad padanya, kenapa sih, kenapa pilih Prabowo, tidakk\u00ad ah prestasi Jokowi sudah terbukti? Kami berdiskusi dan berd\u00ad ebat. Ia kata\u00ad kan, pokoknya ustaznya memintanya memilih Prabowo. Kami berdiskusi terus di depan teman yang lain de\u00adngan sangat seru. Nah, karena ia harus ganti baju untuk syuting, ia pergi. Ketika melangkah, kaki saya terinjak olehnya.\u201d Hengky mengatakan kepadanya, \u201cJangan begitu juga, dong. Mentang-mentang kamu pilih Prabowo, nggak pilih Jokowi.\u201d Sejak itu, ejekan itu jadi viral. \u201cSetiap kali pulang syuting, kami kumpul lagi di base camp. Yang dibicarakan ada\u00adlah salam injak kaki. Begitulah keakraban persahabatan di an\u00adtara pe\u00ad main, kru, dan sutradara. Saya rasa, itu bekal yang saya bawa ke 72","EMPAT ELEMEN PENENTU sana karena itu juga yang saya peroleh sejak zaman saya bersek\u00ad olah: keluwesan.\u201d Semua kasus di atas menunjukkan bagaimana peru\u00ad bah\u00ad an dapat dirangkul dan jadi nyata ketika seorang individu atau sekelompok orang menyadari bahwa sebagai pendorong per\u00ad ubahan, mereka harus memiliki sejumlah fitur: 1.\t Mengadopsi perspektif hidup yang lebih luas dari sebe\u00ad lum\u00adnya, yaitu hidup tidak hanya untuk diri sendiri. 2.\t Memaknai apa yang dilakukan: khususnya memiliki passion untuk peduli dan berbagi. 3.\t Bersedia mencoba dan tahan banting karena memakn\u00ad ai perjalanan hidupnya. 4.\t Memiliki keberanian untuk terus belajar, termasuk me\u00ad nerobos batas, sekat, kebiasaan lama, dan zona nyaman. Tentu masih banyak bekal lainnya. Namun, memiliki ke\u00ad empat hal di atas sudah cukup mema\u00addai sebagai mo\u00addal meraih perubahan yang hendak dicapai. 73","","BAB 4 Proses atau Langkah Nyata untuk Perubahan","Menerima dan merangkul perubahan sangat sulit, apalagi mengubah diri","","BERANI BERUBAH Ikatan Pola Warisan Masa Lalu Menerima dan merangkul perubahan sangat sulit, apalagi ha\u00adrus mengubah diri dan membuat per\u00ad ubahan yang ber\u00addam\u00adpak luas di masyarakat. Meng\u00ad a\u00ad pa? Karena man\u00ad usia sering terikat pada suatu pola yang ia ciptakan di masa lalu. Ketika suatu perubahan atau masalah terjadi, manusia mencoba menemukan respons yang tepat. Jika responsnya membuah\u00adkan hasil positif, maka ketika muncul perubahan, baik berupa tantangan, kesem\u00adpat\u00adan maupun masalah baru, ia cend\u00ad erung menggunakan lagi respons yang dulu pernah mem\u00adb\u00ad erikan hasil positif baginya. Jika berhasil lagi, maka ia akan menggunakan respons tersebut berulang kali sehingga tercip\u00adtalah suatu kebiasaan atau pola. Apa pun tantangan dan pel\u00ad uang yang ada, respons ini tetap ia pergun\u00ad akan walaupun tan\u00adtangan dan masalahnya sudah sangat berbeda dengan apa yang ia hadapi di masa lalu. Bang Achmad, seo\u00ad rang pengemudi di sebuah perusa\u00ad haan, setiap hari sesudah makan siang, mengantar bosnya ke kant\u00ad or cabang. Rute yang ia pilih adalah hasil penemuannya. Lama-lama ia terbiasa pergi ke sana melalui rute tersebut. Ke\u00adtika sudah ada jalan tol, ia tetap menempuh rute yang lama. Padahal, melalui jalan tol ia dapat menghemat ben\u00adsin dan waktu tempuh. Hal serupa juga dialami oleh seorang sekretaris di sebuah sekolah. Ia dikenal sebagai typist ulung. Sampai tahun 1990-an belum ada yang dapat menan\u00addingi kecep\u00ad atan dan ketepatan jarinya saat mengetik. Sejak satu per satu mesin ketik diganti dengan personal computer, ia sering men\u00ad geluh. Ia kehilangan tuas untuk ditariknya setiap selesai men\u00ad getik satu kalimat. 78","P R O S E S ATAU L A N G KA H N YATA U N T U K P E R U B A H A N Apalagi ketika hasil ketikan para sekretaris baru yang me\u00ad nurutnya kurang jam terbang jadi sama rapi dan akuratnya dengan ketikannya lantaran kehadiran komputer. Jadi, kita sulit menerima suatu perubahan sering kali ka\u00ad rena kita sudah terbiasa menggunakan cara kerja, pola peng\u00ad ambilan keputusan, cara bergaul, atau teknologi tertentu. Pola- pola itu tidak buruk karena di masa lalu memang semuanya membawa kita kepada keber\u00adhasilan. Namun, masalah mun\u00ad cul ketika pola tersebut ternyata tidak relevan dan efektif untuk kondisi yang baru. Ketika tidak berhasil meraih hasil yang samadengan masa lalu, kita mungkin akan menyalahkan diri sen\u00addiri, orang lain, keadaan, atau mungkin kalau berani: Tuhan. Dengan demikian, mereka yang ingin berhasil meng\u00ad hadapi perubahan dan melakukan adaptasi alias mengubah diri, perlu terlebih dahulu mengenali pola-pola yang sudah terbiasa ia g\u00ad unakan di masa lalu. Proses perubahan dimulai dengan kesadaran akan situasi yang ada. 1.\t Jeli Melihat Situasi yang Ada Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, warisan budaya yang unik, belasan ribu pulau, dan keane\u00adka\u00ad ragaman modal yang diabaikan. Lin Che Wei mengenali situasi yang dihadapi bangsa Indonesia ini. Maka, ia mendirikan perusahaan riset yang berfokus pada masalah tersebut. Ke\u00ad mudian, ia dipercaya memangku jabatan penting di pemerin\u00ad tahan. Ia ikut melibatkan diri, bah\u00adkan mengkoordinir pem\u00ad ba\u00adnguna\u00ad n Kota Tua Jakarta. Ia mulai mengkaji situasi itu se\u00adcara kritis untuk mengenali fakt\u00ad or-faktor yang berperan serta ba\u00ad gai\u00admana faktor-faktor tersebut saling berkaitan. 79","BERANI BERUBAH Lin Che Wei terbiasa membuat kajian kritis, bah\u00adkan ke\u00ad tika orang lain menerima si\u00adtua\u00ad si yang ada sebagai kewajar\u00adan. Ia mengatakan, \u201cI am a rebel atau saya adalah pember\u00ad ont\u00ad ak.\u201d Ia merefleksikan, mi\u00ad saln\u00ad ya, masa pendidikan SD samp\u00ad ai SMA yang ia jalani di BPK PENABUR Bandung: \u201cGuru-guru kami sangat luar biasa. Jangankan belajar di ba\u00adngunan yang se\u00adder\u00adhana, belajar di bawah pohon pun akan berkualitas. If you get the great teacher, you\u2019ll pro\u00ad duce the great student.\u201d Menurut Lin Che Wei, sistem pen\u00addidikan di Indo\u00ad nesia yang memil\u00ad iki kuri\u00adku\u00ad lum, prasarana, network glo\u00ad bal, dan anggaran me\u00adlim\u00adpah ti\u00addak akan berdamp\u00ad ak be\u00adsar jika tidak disertai guru yang memiliki passion, po\u00adtensi dan persistensi yang tinggi. Lin Che Wei Veronica Colondam juga jeli men\u00ad genali keadaan, tetapi yang ia ke\u00adnali hanyalah diri\u00adn\u00ad ya sendiri. Dalam proses konseling, ia mendapati kenya\u00adtaan bahwa di dalam dirinya yang tampil tegar dan berjuang, seben\u00ad arnya ia memi\u00adsahkan antara perasaan dan pikirannya. Ia menyadari bahwa ia harus dapat menjalin perasaan dan pikira\u00ad n\u00adnya. Kejelian mengenali keadaan itu memberinya suatu titik balik. 80","","BERANI BERUBAH 2.\t Menawarkan Solusi Kemampuan mengenali, bahkan membuat kajian atas situasi yang dihadapi, perubahan yang sedang menimbulkan dis\u00ad rupsi, tidak akan banyak berguna jika tidak ada solusi nyata. Salah satu solusi yang tidak disangka diberikan oleh se\u00ad orang peserta didik dari Brilliant Class, yaitu program ung\u00ad gulan dari SMAK PENABUR Gading Serpong, yang salah satu persyaratannya adalah peserta didik memiliki tingkat kecer\u00ad dasan di atas 140. Siswa itu bernama Jane Carolyne Hantanto. Kini ia melanjutkan belajar di Monash University, Austra\u00adlia. Ia mempelajari dua ilmu sekaligus: engineering dan biomedical science. Jane sudah menempuh berbagai perjalanan hidup untuk sampai di Monash. Sel\u00adepas SMP, pada usia 16 tah\u00ad un, siswi asal Pekalongan ini sudah meningg\u00ad al\u00adkan orang tuanya untuk me\u00adnuntut ilmu di Ta\u00adngerang, Banten. Tahun 2015 itu ia tingg\u00ad al di Gading Serpong untuk melan\u00adjut\u00adkan pendi\u00addikannya di BPK PENABUR. Di sekolah itu ia mengamati seorang kakak kelasnya yang cerdas, tetapi terus-menerus men\u00addapat nilai prakt\u00ad ikum kimia yang bur\u00ad uk. Jane menjadi heran. \u201cTernyata waktu kita cerita-cerita gitu, kita jadi tahu, ia buta warna. Terus, waktu itu aku jadi kepikiran, seb\u00ad e\u00adnarnya ada enggak sih cara untuk membuat mereka bisa belajar ten\u00adtang warna.\u201d Memulai dengan peng\u00adamatan dan kepedulian, ke\u00admu\u00ad dian Jane melanjutkannya dengan men\u00ad yadari bahwa para pe\u00ad nyandang dis\u00adabilitas peng\u00adlihatan memiliki indra-indra lain yang lebih peka. Misalnya, pendengaran mer\u00ad eka lebih tajam. Jane tidak memendam pikirannya sendiri. Ia mulai men\u00ad\u00ad\u00ad dis\u00adkusikan hal itu dengan berbagai pihak, termasuk dengan para guru. Gagasannya ada\u00adlah men\u00adcari solusi berupa metode 82","P R O S E S ATAU L A N G KA H N YATA U N T U K P E R U B A H A N untuk mengkonversi warna-warna yang ada itu menjadi ge\u00ad lombang suara sehingga pen\u00ad yandang disabilitas penglihatan dapat menangkap suara yang mewak\u00ad ili warna-warna. Jane terus belajar untuk menjadikan gagasannya suatu solusi nyata. Akhirnya, ia menjadi pemen\u00ad ang pertama dalam Lomba Karya Ilmiah 2017 dengan mengangkat tema pene\u00admu\u00ad annya \u201cThe Sound of Colour\u201d. Setelah itu, pada tahun 2018, ia bersama teman-teman dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjadi del\u00adegasi Indonesia di ajang Intern\u00adational Science and Engineering Fair (Intel ISEF) di Amerika. Intel ISEF adalah semacam lomba research untuk anak-anak SMA di dunia. Di ajang itulah karya Jane direpresentasikan di depan ba\u00adnyak orang. Bagi Jane, keterlibat\u00adan\u00adnya di Intel ISEF mem\u00ad perkaya penga\u00ad lamannya. Seorang penemu solusi nyata juga datang dari sekolah yang sa-ma. Ia adalah Michaela, seorang gadis yangbarululusdari SMAKPENABUR Gading Serpong pada tahun 2019. Banyak keluarga di Indonesia yang tidak mendapat asupan pangan yang memadai karena tidak mampu. Ma\u00ad kanan pokok mereka ada\u00adlah beras dan oleh karena keadaan ekonomi, mer\u00ad eka terpaksa mem\u00adbeli beras cu\u00ad rah. Jane Carolyne Hantanto (kanan). 83","BERANI BERUBAH Menyadari keadaan itu, Michaela mencurahkan ener\u00ad ginya meneliti teknologi genetika untuk menghasilkan beras yang mengandung carnosine, suatu unsur protein yang tidak dikandung oleh tanaman. Ia berharap, temuannya dapat memberikan asupan pangan yang berku\u00adalitas kepada orang- orang yang ber\u00adkekurangan pa\u00ad ngan. Alumni SMAK PENABUR Gading Serpong ini mendapat\u00ad kan Second Award Patent and Treadmark Office Society un\u00ad tuk kar\u00adyanya. Sebelumnya, LIPI mem\u00ad berikan penghargaan kepada rem\u00ad aja ber\u00adprestasi dalam Lom\u00ad ba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), Michaela Samanta National Young InventorAwards (NYIA), dan Youth Science and Innov\u00ad ation Fair (YSIF) serta bidang ilmu pengetahuan hayati di ajang Indonesia Science Expo (ISE) 2018 yang telah sukses meng\u00adhadirkan ratusan temuan baru. Michaela terpilih men\u00ad jadi penerima penghargaan tersebut. Prestasi ini membukti\u00ad kan bahwa seorang peserta didik dari jenjang SMA juga dapat menghasilkan perubahan bagi kepent\u00adingan banyak orang jika lingkungannya mendukung. Meskipun menekuni bidang biologi hayati dan mole-\u00ad kul\u00ader yang membutuhkan fokus yang mendalam dan ke\u00ad tekunan, Michaela juga aktif dal\u00adam kegiatan sosial, politik kesiswaan, dan pendidikan. Salah satu kegiatan sosialnya adalah menjadi relawan dalam mengajar anak-anak peng\u00ad ungsi Iran, Irak, dan Afghanistan di Indonesia. 84","P R O S E S ATAU L A N G KA H N YATA U N T U K P E R U B A H A N Tempaan di lingkungan sekolah BPK PENABUR selama 15 tahun membekas. Menurutnya, \u201cSecara pribadi, saya me\u00ad rasa bahwa kemampuan saya dalam mengatasi masalah dan keprib\u00ad\u00ad adian saya diasah di situ. Masih jelas momen men\u00ad ge\u00ad cewakan sewaktu saya berada di kelas sepuluh. Saya terpilih mewakili sekolah untuk berlomba di ajang Olompiade Sains Nasional (OSN) di Palu. Mengingat latar belakang saya di dun\u00ad ia sains dan juga pengalaman saya dalam beberapa lomba, teman- teman dan guru saya yakin bahwa saya akan membawa me\u00ad dali yang memb\u00ad anggakan sekolah saya. Michaela Samanta menerima Second Award Patent and Treadmark Office Society. \u201cTekanan dari orang tua dan lingkungan saya tentu mem\u00ad buat saya harus terus bekerja keras tak habisnya. Oleh karena sebelumnya saya sudah memenangkan beberapa perlombaan 85","BERANI BERUBAH olimpiade, saya jadi terlalu percaya diri sehingga gegabah dalam menga\u00ad mbil keputusan. Ketika saya tidak mendapat medali dan tidak dapat maju ke ajang olimpiade internasional (hanya beda satu peringkat), saya merasa sangat terpukul dan depresi.\u201d Kegagalan pahit itu membuat gadis ini sangat terte\u00adkan. Ia berujar, \u201cSaya hampir keluar dari jalan yang benar, tetapi orangtua dan guru agama saya, Pak Arda, teguh memb\u00ad imbing saya untuk mempercayakan diri kepada Tuhan dan jalan-Nya. Pak Arda duduk di samping saya dan menguatkan iman saya kala saya menangis. Memang awalnya saya sulit percaya, saya mengalami pengalaman pahit itu. Namun, setelah saya ber\u00ad juang kembali dan membuat penelitian untuk membantu ba\u00adnyak orang, saya berhasil membanggakan nama sekolah de\u00adngan mendapatkan penghargaan di Amerika. Ucapan guru agama saya itu memang benar. Tuhan memiliki jalan ter\u00adsen\u00ad diri untuk setiap orang.\u201d Penga\u00ad laman dan nasihat dari guru-guru sekolah yang mendam\u00adpingi peng\u00adalaman nyata para siswa. Lingkungan BPK PENABUR memberi siswa ruang untuk mengenali tantangan dan memberikan solusi nyata walaupun mulanya terlihat kecil. 3.\t Terus Belajar dengan Luwes Pada tahun 1990 dan 2000-an ber\u00adbagai perusahaan di Indo\u00adne\u00ad- sia menyadari perlunya sumber daya manusia yang bermutu tinggi sehingga mereka membuat loncatan. Kemudian, mun\u00ad cullah Universitas Pelita Harapan, Sekolah Ciputra, Sekolah Intan Permata Hati, dan lembaga pendidik\u00adan lainnya. Seko\u00ad lah-sek\u00ad olah ini memiliki keuntungan di\u00adban\u00addingkan dengan 86","P R O S E S ATAU L A N G KA H N YATA U N T U K P E R U B A H A N sekol\u00adah-sekolah swasta lain, apalagi yang berlatar belakang aga\u00adma tertentu, seperti BPK PENABUR yang berin\u00adduk pada GKI Jawa Barat, sekolah yang berlatar belakang kalangan filan\u00adtrofis, dan sebagainya. Sekolah-sekolah swasta yang berbasis pada perusahaan, ter\u00adutama milik para konglomerat, memiliki dana dan fasilitas yang terjamin selama perusahaan-perusa\u00adha\u00adannya berjalan baik. Mereka sudah ditempa dengan budaya organisasi yang menekankan produktivitas atau fokus pada efektivitas dan efisiensi. Bagaimana sekolah-sekolah swasta yang biasa menek\u00ad an\u00ad kan keguyuban, menghadapi perubahan itu dan me\u00adnemukan solusinya? Ada sekolah yang sanggup bersaing dengan pen\u00ad datang baru tersebut. Mereka mulai menyadari perubahan dan situasi yang ada. Mereka mencari solusinya dan terus belajar. Salah satu sekolah yang mengenali situasi yang berubah adalah BPK PENABUR. Mereka mencari solusi un\u00adt\u00ad uk berna\u00ad vigasi di tengah gelombang saat itu. Waktu itu sebagian besar siswa se\u00adkolah yang umumnya berada di kota-kota besar ini berasal dari kalangan Tionghoa kelas menengah, kalangan Kristen arus utama yang menjadi ciri gereja asal yayasan seko\u00ad lah ini, dan ka\u00adlangan gereja-gereja sealiran. Sekolah ini tidak men\u00addorong peserta didik yang berkeyakinan lain untuk pindah aga\u00adma, melainkan lebih menekankan etos kerja yang ung\u00adgul dan kemampuan akademis yang sangat tinggi. Keha\u00addiran seko\u00ad lah-sekolah milik perusahaan besar membuat sekol\u00adah ini me\u00ad nyad\u00ad ari bahwa lebih banyak kalangan yang dapat mereka jangkau. Jumlah sekolah-sekolah dapat dikemb\u00ad ang\u00adkan lebih pesat agar mudah diakses siapa pun. Mereka mulai me\u00adnerima pendaftaran dari anak-anak yang berasal dari kalang\u00adan gereja 87","BERANI BERUBAH Injili dan Karismatik. Bahkan, di dalam jajaran pen\u00addidik dan staf administrasi terjadi kemajemukan. Tentu ada kalangan yang khawatir, warna sekol\u00adah yang sudah ada selama 50 tahun ini jadi berubah. Namun, justru pada saat itu yayasan pendidikan ini mene\u00admukan kemung\u00ad kinan-kemungkinan baru. Mereka de\u00adn\u00ad gan luwes \u201cmenga\u00ad wink\u00ad an\u201d latar belakang iman dengan keungggulan akademik, serta kerindua\u00ad n memb\u00ad erikan sumbangsih kepada bangsa ini. Maka lahirlah moto: Iman, Ilmu, dan Pelayanan. BPK PENABUR belajar dengan luwes untuk membeda- kan hal-hal yang esensial dalam hidup dengan hal-hal yang dapat dimodifikasi agar visi tercapai. Sepanjang perja\u00adl\u00adanan sekolah ini berbagai solusi nyata ditemukan bersama. 4.\t Membangun Jejaring dan Kolaborasi Keberhasilan proses perubahan tidak hanya mencakup kesa\u00ad dar\u00adan akan situasi, menemukan solusi, dan keberanian untuk konsisten terus belajar, melain juga mencakup kesediaan untuk berkolaborasi atau memperluas jejaring kerja. Apalagi di dunia sekarang ini diwarnai oleh pentingnya saling terhu\u00ad \u00adbung. Misalnya, Wikipedia lahir sebagai hasil kolaborasi se\u00ad orang yang ingin membuat ensiklopedia digital dengan se\u00adorang yang ingin membuat situs untuk para prog\u00ad ramer komp\u00ad uter, tempat mereka saling membagikan hasil karya secara gratis dan terb\u00ad uka. Hasilnya, setiap orang dapat menuliskan sesuatu dengan sukarela di dalam ensiklopedia digital sehingga en\u00ad siklopedia ini terus berkembang hingga saat ini. Pada umumnya, tokoh-tokoh alumni BPK PENABUR yang telah dipaparkan dalam bab-bab terdahulu, menunj\u00aduk\u00ad 88"]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158