Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Dilan 1991

Dilan 1991

Published by perpus neswa, 2023-02-23 07:10:31

Description: Dilan 1991

Search

Read the Text Version

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

Novel DILAN Bagian Kedua DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991 Penulis: Pidi Baiq Ilustrasi sampul dan isi: Pidi Baiq Penyunting naskah: Andika dan Moemoe Penyunting ilustrasi: Pidi Baiq Desain sampul: Kulniya Sally Proofreader: Febti Sribagusdadi Rahayu Layout sampul dan seting isi: Tim Pracetak dan Deni Sopian Digitalisasi: Ibn' Maxum Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Ramadhan, 1436 H/Juli 2015 Diterbitkan oleh Pastel Books Anggota Ikapi PT Mizan Pustaka Jln. Cinambo No. 135 Cisaranten Wetan Ujungberung, Bandung 40294 Telp. (022) 7834310--Faks. (022) 7834311 e-mail: [email protected], http://www.mizan.com ISBN: 978-602-7870-99-4 E-book ini didistribusikan oleh Mizan Digital Publishing (MDP) Jln. T. B. Simatupang Kv. 20, Jakarta 12560 - Indonesia Phone: +62-21-78842005 — Fax.: +62-21-78842009 website: www.mizan.com e-mail: [email protected] twitter: @mizandotcom facebook: mizan digital publishing pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

Isi Buku 1. Aku 2. Hari Jadi 3. Cerita Dilan 4. Dikeroyok Agen CIA 5. Malam Penaklukan 6. Tante Anis 7. Dilan Membalas 8. Yugo dan Beni 9. Setan Yugo 10. Pengakuan 11. Ibu Anhar 12. Porseni 13. Besuk Dilan 14. Pak Dedi 15. Pernyataanku 16. Tahun Baru 17. Dilan Pamit 18. Puisi 19. Akew 20. Putus 21. Tanpa Dilan 22. Bertemu Dilan 23. Reformasi 24. Aku Sekarang pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

1 Aku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Oktober 1972 dan sudah mandi. ~1~ pustaka-indo.blogspot.com

Sekarang, waktu nulis buku ini, aku tinggal di Kemang, di daerah Jakarta Selatan. Di sebuah rumah dengan luas tanah 124 meter persegi dan luas bangunan 185 meter persegi. Tiga kamar tidur, dua kamar mandi, dan tidak dijual. Itu adalah rumah kami yang baru, yang kami tempati sejak lima bulan yang lalu setelah rumahku yang di Jakarta Pusat dijual. Malam ini, Minggu, tanggal 25 Januari 2015, pukul 22:19 Waktu Indonesia bagian Barat dan sepi, aku sedang di kamarku, menikmati kopi susu, setelah tadi baru selesai shalat Isya, dan terus makan rambutan yang kubeli sepulang dari mengantar suamiku ke stasiun kereta api karena ada urusan pekerjaan di Cirebon. Sedangkan, anakku sudah tidur di kamarnya dari sejak pukul sembilan tadi. Di luar sedang hujan dan angin berhembus cukup kencang. Mick Jagger lagi bersama Rolling Stones di dalam komputerku, menyanyikan lagu-lagu lamanya yang bagus, menemani aku yang sedang menyesuaikan diri dengan cuaca Jakarta, setelah tadi membaca sebuah buku yang kuambil dari dalam laci mejaku, yaitu buku dengan judul: Dilan, Dia Adalah Dilanku, Tahun 99 Itu adalah buku yang aku tulis sendiri dan sudah beredar di semua toko buku kesayangan pemiliknya. Di buku itu, aku bercerita tentang kehidupan masa laluku, pada waktu masih SMA di Bandung tahun 1990, yaitu waktu aku masih remaja, waktu aku masih harus ~2~ pustaka-indo.blogspot.com

dimaklumi kalau emosinya belum seimbang sehingga kadang-kadang suka susah mengontrol diri. Saat itu, aku masih remaja dan boleh dikatakan belum dewasa, dan belum mampu menghadapi masalah dengan benar, sehingga harus maklum kalau kadangkadang ketika berusaha menyelesaikan satu masalah justeru malah menimbulkan masalah yang lainnya. 2 Pada bulan September tahun 1990, yaitu di sekolahku yang baru, yang ada di daerah Buah Batu, Bandung, aku mulai mengenal orang bernama Dilan. Waktu itu, aku adalah murid baru, baru dua minggu, pindahan dari Jakarta karena harus ikut orangtua yang dipindah tugasnya ke Bandung. Dilan yang aku maksud adalah yang dulu tinggal di perumahan Riung Bandung. Rambutnya sering terlihat berantakan, seperti gak pernah disisir selama hidupnya ~3~ pustaka-indo.blogspot.com

dan suka pake jaket jeans belel atau jaket Army Korea pemberian ayahnya yang tentara. Kalau ke sekolah cuma membawa satu buku tulis, yang dia selipkan di kantong belakang celana seragamnya, seolah-olah baginya, hanya dengan satu buku saja sudah akan cukup untuk mencatat semua mata pelajaran yang ada di dunia dan ditambah oleh puisi yang suka dia tulis di halaman belakangnya. Tentu saja hal itu dianggap tidak baik oleh Menteri Pendidikan atau oleh guru-guru sehingga dia sering ditegur setiap kalau ada acara pemeriksaan buku catatan. Mungkin, kamu juga sama seperti dia, tapi Dilan selalu mendapat ranking pertama atau minimal kedua di kelasnya. Si Zael, teman sekelasku, dia juga sama, bawa buku tulisnya cuma satu, tapi nilainya jeblok, dan itu bagiku adalah kekonyolan yang tiada tara! Bukuku ada di si i, ja a Dila suatu hari, menunjuk kepalanya, ketika aku tanya kenapa cuma ~4~ pustaka-indo.blogspot.com

a a satu uku. Kalau pulpennya, masih di toko, sih. Na ti aja eli ya. Habis itu, aku cuma bisa tersenyum. Dilan juga sama, waktu itu masih remaja, yaitu masih anak remaja yang harus dimaklumi kalau punya jiwa pemberontak dan tidak suka diatur. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimaklumi kalau kadang-kadang tidak bisa menahan keinginannya. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimaklumi kalau unek-unek di dalam hatinya suka berubah menjadi rasa dendam karena disimpan. Di sekolahnya, Dilan dikenal sebagai Panglima Tempur dari salah satu geng motor yang ada di Bandung. Ke mana-mana selalu memakai motor jenis CB Gelatik yang sudah dia modif. Dilan di atas motor CB-nya E a g jadi a ggota ge g otor syarat ya apa? Harus pu ya otor, ja a Dila . ~5~ pustaka-indo.blogspot.com

Berarti kalau au jadi a ggota geng kereta harus pu ya kereta, ya? kataku de ga ada seperti ora g kesal. Dilan ketawa. Dulu, anak-anak geng motor, hampir pasti adalah anak dari keluarga ekonomi menengah ke atas karena faktanya hanya kalangan merekalah yang mampu beli motor. Berbeda dengan sekarang, rasanya hampir semua orang sudah bisa beli motor. Udah pada kaya atau karena jaman sekarang sudah ada kemudahan kredit. Berarti, dengan begitu, pada zaman dulu, syarat untuk bisa menjadi anggota geng motor adalah, selain mau, harus punya orangtua dengan ekonomi berkecukupan. Kalau gak pu ya otor, a a ya ge g o e g otor, kata ya. I i e a g otor ayahku, kata Dila lagi. Buka otor hasil keri gatku se diri. Kau tau ke apa aku pake? Ke apa? Biar ora g pada tau aku elu isa eli motor de ga ua g se diri, ja a Dila er isik. Hehehe. Ja ga ko plai : Ah, itu, ka , otor ora gtua ya. Ke apa? kuta ya. Gak aka kude ger. Ke apa? Ke apa gak dide ger? kuta ya lagi. Kare a kalau ayah ya sudah isa elii dia otor, dia gak aka go o g gitu lagi. Hehehe. ~6~ pustaka-indo.blogspot.com

Biar bagaimanapun, itulah Dilan, yang kemudian resmi berpacaran denganku. Dimulai di warung Bi Eem, pada tanggal 22 Desember tahun 1990, dinyatakan secara lisan dan di atas kertas bermeterai untuk dijadikan Dokumen Perasaan katanya. Tapi, aku mau pacaran dengan Dilan bukan karena dia anggota geng motor atau karena dia dikenal sebagai anak dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Sama sekali bukan!!! Sebab kalau aku mau ke dia karena geng motornya, ada banyak anak geng motor lain yang bisa kupilih sembarangan. Kalau aku mau sama dia disebabkan oleh karena dia berasal dari keluarga berada, ya, udah terusin aja pacaran sama Beni, dia orang kaya, yaitu pacarku yang aku putusin karena gak tahu perasaan, temperamental dan sombong, juga cenderung merendahkan orang lain. Boleh gak kalau aku gak suka ka u ikut-ikutan geng otor? kuta ya Dila suatu hari. ~7~ pustaka-indo.blogspot.com

De ger ya, Lia. Ka u harus tau, se akal-nakalnya anak geng motor, mereka juga shalat pada waktu ujian praktek Aga a, kata ya. Mendengar itu langsung kuacak-acak rambutnya karena aku kesal! Aku juga raji shalat Idulfitri, kata ya, seraya menghindar untuk jangan kuacak-acak lagi rambutnya. Iya. “etahu sekali!!! kataku je gkel. Dilan ketawa. Aku mau pacaran dengan Dilan bukan juga oleh karena dia anak yang bandel, bukan juga oleh karena dia suka berantem. Karena aku juga tahu bahwa itu adalah perbuatan yang tak baik, yang tidak bagus dicontoh oleh seluruh anak-anak di dunia, walau masih bisa dianggap hal lumrah sebagai hal biasa pada anak usia remaja, tetapi bagiku, itu adalah hal buruk yang tidak aku sukai dari Dilan. Bukan apa-apa, aku takut dia akan mendapat hal buruk dari oleh karena itu. “i Dada g, kau tau si Dada g gak? ta ya Dila . Dada g a a? Gak tau, ya? E ggak, kataku. Kok, sa a, ya? Aku juga gak tau. Ih! Kalau si Gu tur? Ka u gak tau juga? kuta ya alik. Itu te a sekelas u. Oh, iya. Ke apa dia? Dia itu dia , uka kare a aik. Kare a apa? ~8~ pustaka-indo.blogspot.com

Kare a, gak era i. Kare a, takut. Gak siap dimarahi . Aku diam. Harus ya, dia juga di arah kare a pe akut. Du ia butuh orang pemberani. Yes? Aku diam. Ka u pikir a del itu ga pa g? “usah. Harus ta ggu g ja a sa a ya g dia udah per uat, kata Dilan lagi. Aku diam menyimak. Diam-diam, sebetulnya aku suka dengan pemikiran Dilan. Kau boleh tidak setuju, tapi Dilan juga berhak memiliki pendapatnya sendiri. Kamu bukan penguasa dunia, bukan Pemilik Kebenaran, jadi Dilan juga berhak untuk tidak menerima pendapatmu sama sebagaimana halnya kamu juga punya hak tidak menerima pendapatnya karena Dilan juga bukan Pemilik Kebenaran. Baik itu ga pa g. Ti ggal dia , udah, deh, selesai, katanya. Tapi, a ak akal gerepoti ora g lai . Gak ada a ak akal, reu i ya gak aka ra e. Iya, kataku terse yu . Kau tau, kalau sekolah ini diserang, siapa yang akan membela? Kami ini, lah! Si Guntur, sih, pasti lari. Guru- guru juga se u yi, tuh. Hehehe. Ta pa a ak akal, guru BP gak aka ada kerjaa . Harusnya, guru BP itu berterima kasih, deh, ke anak- a ak akal, kata Dilan senyum. ~9~ pustaka-indo.blogspot.com

Hehehe. Jadi i get dulu ka u per ah ila g. “e ua sis a itu so o g, u a ka u ya g au ke rua g BP, kataku. Dilan ketawa. Menurutku, aku mau pacaran dengan Dilan lebih karena sikapnya kepadaku selama ini. Menurutku, dia itu memiliki kepribadian yang aku inginkan. Memiliki pemikiran yang mampu mengubah pola pikirku yang lama. Apa yang ia lakukan rasanya selalu adalah hal lain dari yang lain. Yaitu, hal berbeda yang sulit kuduga untuk selalu membuat aku merasa surprise dan merasa menjadi seseorang yang begitu istimewa, merasa menjadi wanita yang begitu dihargai. Setiap kali di sampingnya, hatiku selalu akan senang, terutama ketika aku sedang bercakap-cakap dengannya. Dia itu selalu bisa membuat aku ketawa atau minimal cuma senyum. Aku isa e uat ka u tidak keta a, kata ya pada suatu hari. Co a! kuta ta g dia. Lalu, dia berseru: Tidak keta a! Alakaza !!! kata ya, sa il ia ayunkan jari telunjuknya ke arah mukaku. Hahaha. Aku ketawa, tapi ketawanya pura-pura, bukan benarbenar ketawa, melainkan hanya untuk membuat dia merasa gagal menyihir. Gagal! Gak isa diajak kerja sa a! kata Dila mengeluh. ~10~ pustaka-indo.blogspot.com

Hahaha. Kali itu aku betul-betul ketawa, karena memang ingin ketawa ketika kulihat mukanya. Teri a kasih kerja sa a ya, kata dia ke udia dan tersenyum. Hahaha. Rasanya dia selalu bisa membuat aku gembira. Rasanya, dia selalu bisa melengkapi hari-hariku. Bisa selalu membuat aku terjebak pada suatu keadaan yang lebih dari cuma sekadar rasa senang. Aku suka cara dia peduli kepadaku. Aku suka bagaimana dia bisa membuat aku merasa aman tinggal di dunia yang katanya penuh bahaya ini. Tapi, aku gak isa eli du gi ka u dari ya uk, kata Dilan di telepon dengan nada sok mengeluh. Gak apa-apa. Ka , ada o at ya uk. Ter yata, Baygo le ih aik dari aku. Hehehe, ka u juga aik. Rasa ya a eh aku di ila g aik. Hehehe. Kata ya ada i u-ibu di kompleks perumahan yang ngelarang anaknya temenan sama ka u, ya? kuta ya. Info itu aku dapat dari Nandan, entah bagaimana Nandan tahu. Ya. I u ya si Ipul, itu. Tapi si Ipul tetep aja mau berkawan sama aku. Jadi, buat aku si Ipul itu kawan aku sejati. Udah teruji. Tetep aja mau berteman, sampe ela elai siap di arah i u ya. Hahaha. Kalau … ora gtuaku elara g aku pa ara sa a ka u. Gi a a? ~11~ pustaka-indo.blogspot.com

Ah, gak apa-apa gak pa ara sa a ka u juga, deh. Aku diam. Asal ka u ya tetep ada di u i. Udah ukup, udah iki aku se e g, katanya lagi. Kata-katanya selalu akan bisa membuat perasaanku melambung. Kau bisa saja menganggap itu gombal, tetapi bagiku, hal macam itu perlu juga diungkapkan. Karena kalau benar bagimu kata-kata itu tidak penting, lalu mengapa engkau sakit hati ketika mendapat katakata makian? Lalu, mengapa engkau tersinggung, ketika mendapat kata-kata hinaan? Bukankah makian dan hinaan itu juga sama, cuma sekadar kata-kata? Mengapa tidak kau anggap juga sebagai omong kosong? Ah, pokoknya ada begitu banyak hal yang aku sukai dari dia, sampai sulit kalau harus dikatakan semuanya. Memang, di antaranya ada juga yang membuat aku jengkel, tetapi tetap saja itu akan selalu bisa membuat aku tersenyum. Ya, cinta mungkin aneh, tapi dengan orang seperti dia di dunia, menurut aku kerasa menjadi lebih asyik, kerasa lebih seru dan menyenangkan! Setiap aku bangun tidur, selalu ingin kupastikan bahwa ia masih ada di Bumi. Jika kau anggap aku berlebihan di dalam menilainya, aku bisa maklum, mungkin itu disebabkan oleh karena selama hidupmu kamu tidak pernah mendapat seperti apa yang aku rasakan. Sebenarnya, aku tidak mau lagi berpikir mengapa kemudian aku memiliki rasa suka kepadanya. Lebih ~12~ pustaka-indo.blogspot.com

mudah kukatakan bahwa aku tidak tahu mengapa kemudian aku jatuh cinta kepadanya. Pokoknya, Dilan sudah menyalakan api dan sihir di dalam diriku untuk percaya pada adanya cinta sejati. Bagiku, itu adalah skenario yang paling menakjubkan dalam hidupku. Bagaimana kemudian dia bisa mengubah pikiranku. Bagaimana kemudian dia bisa mendekor ulang dan mengubah warna hidupku. 3 Itulah Dilan bagiku. Itulah Dilan menurut penilaianku. Kamu boleh punya pendapat berbeda dan itu tidak akan mengubah penilaianku kepadanya. Tapi, mari kita kembali ke soal buku Dila , Dia Adalah Dila ku Tahu 99 . Di buku itu, aku hanya bisa menyelesaikan ceritanya sampai resmi berpacaran dengan Dilan. Kamu boleh bilang ceritanya menggantung, tapi aku merasa perlu untuk membaginya ke dalam beberapa periode, dalam rangka bisa membagi rangkaian peristiwa itu berdasarkan pada masing-masing kejadian. Nah, kisah di buku yang pertama itu adalah merupakan periode awal yang menceritakan saat-saat di mana Dilan mulai melakukan pendekatan, sampai akhirnya resmi berpacaran denganku! Sekarang, malam ini, mau aku terusin lagi ceritanya, untuk kujadikan sebagai buku kedua, yang aku beri judul: Dila , Dia Adalah Dila ku Tahu 99 . Judulnya hampir sama, tetapi cuma beda tahunnya saja. Buku kedua ini adalah periode berikutnya yang ~13~ pustaka-indo.blogspot.com

akan menceritakan saat-saat aku sudah mulai berpacaran dengan Dilan di tahun 1991! 4 Terimakasih aku sampaikan untuk Piyan, untuk Bowo, untuk Wati, untuk Revi, dan beberapa kawan SMA-ku yang lain, yang sudah berusaha menghubungiku setelah membaca buku Dilan, Dia adalah Dilanku, Tahun 99 , dengan harapan bisa membantu aku mengingat lagi apa yang dulu pernah terjadi. Kukira cukup manfaat, bagaimana akhirnya aku bisa mendapat referensi agar bisa membuat cerita sambungannya menjadi lebih lengkap. Apalagi, jika harus jujur, sebenarnya aku sering mengalami kesulitan karena mengalami kesusahan ketika harus mengingat lagi kejadian yang sudah lama berlalu secara rinci. Begitulah, meskipun aku tidak ahli dalam menulis, tetapi aku akan berusaha untuk bisa. Aku akan berusaha untuk menceritakan semuanya dengan jujur, dan dengan keadaan diriku yang kini sudah menjadi sarang rindu, yaitu sarang rindu yang berisi oleh banyak hal yang pernah kulalui di masa itu. Dan juga dengan keadaan diriku yang masih merasakan segala macam emosi yang berkaitan dengan itu. Di dalam ceritaku nanti, ada beberapa nama yang terpaksa harus kuganti dengan nama yang lain. Hal itu kulakukan demi menjaga kerahasiaan identitas dari orang yang bersangkutan agar tidak merembet menjadi suatu persoalan dengan pemilik tempat dan orang- orang yang bersangkutan. ~14~ pustaka-indo.blogspot.com

Bahkan, di buku Dila , Dia Adalah Dila ku, Tahu 99 , aku tidak pernah menyebut nama tempat di mana aku sekolah dan tidak pernah menyebut nama geng motor Dilan secara jelas. Salah satu alasannya adalah aku tidak ingin merembet menjadi suatu persoalan karena dianggap sudah merusak kredibilitas atau membuat mereka menjadi bangga diri karena kupuji. Tentu saja, tidak bisa dihindari bahwa di dalamnya, aku juga membuat banyak opini terhadap sesuatu, atau terhadap seseorang, tetapi aku bisa maklum kalau kamu tidak setuju dengan opiniku karena kita semua memiliki pendapat yang berbeda terhadap hal-hal itu. Nyatanya sering begitu, kita tidak akan selalu bisa setuju antara satu sama lainnya dan aku menyebut hal itu sebagai sesuatu yang lumrah. Hanya saja untunglah kita masih diberi kesadaran untuk saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Oke, sebelum malam jadi larut, sebelum aku nanti ngantuk, atas nama masa lalu mari aku lanjutkan ceritanya: --ooo- ~15~ pustaka-indo.blogspot.com

1 Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990, sekitar pukul tiga sore, aku dan Dilan berdua naik motor menyusuri Jalan Buah Batu untuk mengantar aku pulang. Rasanya, jalan itu, Jalan Buah Batu itu, dulu, masih sepi sekali. Belum begitu banyak orang, belum begitu banyak kendaraan. Belum begitu banyak spanduk dan ~16~ pustaka-indo.blogspot.com

baliho. Trotoar juga belum dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Di tempat-tempat tertentu malahan masih bisa kulihat sawah meskipun tidak begitu banyak. Rasanya, jalan itu, Jalan Buah Batu itu, bukan lagi milik Pemkot, bukan lagi milik Bapak Ateng Wahyudi (Wali Kota Bandung waktu itu), melainkan milik aku dan Dilan. Sebagai keindahan yang nyata bahwa Dinas Bina Marga telah sengaja membuat jalan itu memang khusus untuk kami. Khusus untuk merayakan hari resmi kami mulai berpacaran pada hari itu. Perasaanku, terasa lebih deras dari hujan dan melambung lebih ringan dibanding udara. Di hatiku adalah dia, dengan perasaan hangat yang kumiliki. Di kepalaku adalah dia, dengan semua sensasiku dan alam imajinasiku yang melayang. Kupeluk Dilan bagai tak boleh ada yang ngambil selain diriku. Kupeluk Dilan sambil mengenang lagi saat pertama kali aku mulai mengenalnya. Aku tersenyum (kadangkadang diiringi rasa bangga) bahwa Panglima Tempur itu, anak bandel itu, adalah yang kini jadi milikku, adalah yang bisa kuacak-acak rambutnya kalau aku sedang kesal kepadanya. Dan itu, rasanya, tak akan ada selain aku yang berani melakukannya. Panglima Tempur itu adalah orang yang dulu pernah kudatangi ketika dia sedang ngumpul bersama temantemannya di warung Bi Eem, untuk aku suruh ngerjain tugas-tugas PR-ku, padahal waktu itu aku dan dia belum resmi berpacaran. Kerjai , ya?! Ya, ya, ya?! kataku sa il se yu merayu, menatap wajahnya dan menyerahkan dua buku ~17~ pustaka-indo.blogspot.com

yang ada tugas PR- ya. Aku au ai ke Palagu a, sama-teman-te a . Dadaaah, Dila ! Hati-hati, kata ya. Iya. Dilan kulihat cuma tersenyum, ketika aku pergi bersama Revi, Ratih, dan Wati karena ada acara di Palaguna Plaza, yaitu mall pertama di Bandung, yang dulu selalu menjadi tujuan utama buat orang Bandung pada nongkrong dan belanja. Sekarang, di sekeliling bangunan itu sudah ditutupi oleh seng karena mau dirobohkan. Dan, tugas-tugas PR-ku itu memang dia kerjakan, tapi dengan dia tambahi puisi di halaman belakang bukunya: KALAU Kalau li u e yegarka , ka u le ih. Kalau okelat diisi kacang mete katanya enak, tapi kamu lebih. Atau, ada roti diisi ikan tuna berbumbu daun kemangi, kamu lebih. Kamu itu lebih sehat dari buah-buahan. Tahu gak? Lebih berwarna dari pelangi. Lebih segar dari pagi. Jadi, kamu harus mengerti, ya, aku menyukaimu sampai tujuh ratus turu a , dita ah turu a lagi. -Dilan Atau ini: Kalau aku jadi preside ya g harus e i tai seluruh rakyatnya, aduh, maaf, aku pasti tidak bisa karena aku u a suka Milea. -Dilan Atau ini: ~18~ pustaka-indo.blogspot.com

PR-ku adalah merindukanmu. Lebih kuat dari Matematika. Lebih luas dari Fisika. Lebih kerasa dari Biologi. -Dilan Atau ini: Aku i gi sekolah ya g e eri tahu le ih a yak tentangmu elalui pe dekata Fisika da Biologi. -Dilan Aku nebak, puisi yang terakhir itu pasti ada hubungannya dengan aku sebagai anak Biologi dan Dilan sebagai anak Fisika. Ja a Dila , Iya. 2 Tanggal 22 Desember 1990 itu adalah harinya, hari yang benar-benar menyenangkan bagiku. Di bawah guyuran hujan, kami tertawa terbahakbahak dan telibat ke dalam berbagai perbincangan. Seolah-olah semuanya berakhir dengan baik setelah melewati semua peristiwa yang aku alami. Aku isa erhe tii huja , kata ya. Cara ya? ta yaku sesaat setelah aku dia . Be tar, kata Dila . Lalu, dia erseru: Berhe ti, hei, huja ! Ke udia , Dilan diam, menunggu hasilnya. Aku juga diam. Kok, gak erhe ti? kuta ya. Gak de ger dia. Gak pu ya kupi g? ~19~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya. Kami ketawa. Aku isa erhe tii otor, kata ya. Aku tau ara ya, kataku. Gi a a? ‘e aja, kataku. Ga pa g, ka ? Kok, tau? ja a Dila . Bayi juga tau. Bayi ajai . Dia ketawa, aku juga. Aku isa e yihir ka u jadi ta ah erat eluk ya, katanya. Gak usah disuruuuh …, kataku erseru agai isa menembus suara hujan. Ke apa? ta ya Dila . Bisa se diriiiiii!!! Lalu, kupeluk dia eraaat sekali! Hahaha. Ya Tuhaaaan! Terima kasih untuk yang dulu itu, aku sangat senang! Senaaaaaang sekali rasanya! 3 Kira-kira setelah melewati perempatan Jalan BKR kalau tidak salah itu di sekitar daerah SMK Bina Warga, Dilan bertanya apa cita-citaku. Kujawab saja seenaknya bahwa aku ingin jadi pilot meskipun tentu saja aslinya enggak. Kalau ka u? kuta ya alik. Aku juga ingin tahu apa cita-citanya. Aku? ~20~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya ..., kataku. Aku i gi e ikah de ga u! kata ya. Dilan menjawab dengan cepat. Aku ketawa, setelah terperangah sebelumnya. Gampang sekali rasanya ketika dia harus mengatakan hal itu. Asli, terdengar menjadi begitu sederhana. Bagiku, Dilan adalah salah satu dari sedikit orang di dunia ini yang bisa mengatakan pada apa pun yang dia inginkan, tanpa ragu-ragu. Kau au? Dila a ya. Mauuuuuuuuu!!!! Suaraku seperti mampu menembus deru hujan. 4 Itu adalah benar-benar hari yang cukup indah bagiku. Rasanya, aku seperti orang yang siap untuk membiarkan dirinya membawa aku pergi ke mana pun, ke tempat terjauh mana pun yang ada di dunia, asal diizinin oleh Ayah dan Ibu. Tapi, yang ia lakukan malah membawa aku pulang karena motornya dibelokin ke arah Jalan Mutiara, untuk menuju rumahku yang ada di Jalan Banteng, yaitu Jalan Banteng yang dulu masih nyaman dan cukup menyenangkan. Dulu, daerah itu, rasanya teduh karena dirimbuni oleh aneka dedaunan dari pohon-pohon besar yang banyak tumbuh di kanan kiri jalan. Itu adalah pohon Damar, Angsana, dan Mahoni. Trotoarnya masih oke, belum dipenuhi pedagang kaki lima. Pula g aja, ya, kata ya, takut a ti ka u sakit. ~21~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya, kataku, ka u juga pula g. Iya. Suaraku pelan, tapi Dilan pasti bisa mendengar karena pipi kananku merebah di punggungnya. Kukira itu adalah hal paling romantis yang pernah aku berikan ke Dilan, dengan tujuan agar aku juga bisa merasakan hal yang sama, hehehe! Liaaa! Liaaa! Mau Mileaaa? Mendengar Dilan meneriakkan namaku, langsung kuangkat kepalaku dari punggungnya. Apa? ta yaku i gu g. Pak, au Milea? ta ya Dila , de ga suara sedikit agak keras kepada orang yang sedang berteduh di emper toko. Orang itu hanya melongo karena tidak menyadari apa yang dimaksud oleh Dilan. Heh?! seruku. Dan yang bisa kulakukan adalah mengacak-acak rambutnya. Dia ketawa. Dita ar-ta ari ! kataku. E a g ya aku kue?! Hahaha. Gi a a kalau dia au? kuta ya. Gak apa-apa, ja a ya. Ka , aku tau, ka u ya gak aka au. Aku au ya ke siapa? kuta ya Dila . Kukira, aku selalu bisa membuat pertanyaan untuk mendorong Dilan terus bicara. Bukan apa-apa karena aku senang mendengarnya. Ke siapa, ya? Dila alah alik a ya. ~22~ pustaka-indo.blogspot.com

Ke siapa? kuta ya lagi sa il se yu de ga ada sedikit mendesak. Ja a !!! kataku sa il menodongkan telunjukku yang kubentuk seperti pistol ke perutnya. Aku se uti satu-satu, ya? ta ya dia. Aku diam seolah-olah membolehkan. Ke Na da , uka ? ta ya Dila . E ggaaaaaakkk! ja a ku la gsu g de ga sedikit teriak. Ke Be i? ta ya Dila de ga ada suara eledek. E ggak!!! ja a ku e ggerutu sa il kua ak-acak rambutnya. Dilan memang sudah tahu Beni karena aku pernah cerita. Ke A har? Gak!!! ja a ku tegas da la gsu g. Ke aku? Iyaaa, hehehe, ja a ku de ga suara pelan di telinganya. Kalau aku ya gak au? ta ya Dila . Heh?! Ka u ya g dulua au!!! kataku de ga suara nyaris teriak sambil pelan kupukul bahunya. Dilan ketawa. “ok pake ra al-ra al segala, kataku. Harus ya la ar, ya? Buka ra al. Iyaaa, kataku di kupingnya. Dilan ketawa lagi. “ok pake gaku- gaku Utusa Ka ti segala. Kapa ? Itu, aktu perta a ka u data g ke ru ah. Hahaha. Tapi, ka u suka? ~23~ pustaka-indo.blogspot.com

Iya. Hehehe. Aku tersenyum dan kueratkan lagi pelukanku. 5 Ketika sudah sampai di depan rumahku, aku turun dari motornya. Ciu ja ga ? ta ya Dila ti a-tiba. Serius, kata-kata itu membuat aku langsung kaget. Heh? Mukaku pasti erah. Aku erdiri da se yu di samping Dilan yang masih bertengger di motornya, memandangku. Heh, apa? ta ya Dilan. Betul-betul aku menjadi salah tingkah, tidak tahu harus gimana. Dengan perasaan yang bimbang, sebentar kutoleh ke arah rumahku dan lalu kupandang lagi Dilan dengan senyum malu-malu. Sebenarnya bisa saja kulakukan hal itu, tapi aku tidak akan pernah benar-benar nyaman kalau kulakukan di tepi jalan depan rumahku! Na ti, a ti! Na ti, ya. Hahaha, kataku erusaha membuat Dilan merasa nyaman dengan gagasannya yang tiba-tiba itu. Dilan cuma senyum. Apa ya g a ti? ta ya Dila sok serius. Dengan hati yang masih berdegup, kusentuhkan jari telunjukku ke bibirnya yang tersenyum. Dilan ketawa. Kukira dia mengerti, aku sedang memberi isyarat ah a ya g aku aksud de ga a ti adalah soal ciuman. ~24~ pustaka-indo.blogspot.com

Atau … gi i aja, kata Dila sa il e ga gkat tangan kirinya. Jari-jarinya dibuat memoncong, membentuk seperti ular yang siap mematuk. Ikuti, ya, kata ya. Aku mengangguk, lalu kulakukan hal yang sama seperti yang Dilan lakukan. Kemudian, Dilan menyentuhkan ujung moncong tangannya itu ke ujung moncong tangan kananku untuk membuat gerakan seperti sedang melakukan ciuman. Aku ketawa dan dia juga. Kukira itu adalah ciuman pertamaku dengan Dilan yang dilakukan secara simbolis! Hihihi. Habis itu, Dilan pergi. Beberapa detik kemudian, aku rindu ingin bertemu kembali. ~25~ pustaka-indo.blogspot.com

6 Di rumah, kudapati Ibu sedang nelepon, Airin sedang main game Nintendo, si Bibi sedang nyetrika. Ka u gak les? ta yaku ke Airi . Na ti, ja e pat, ja a Airi . Basah- asaha gitu! kata I u, setelah dia selesai nelepon. il jala ke Iya, tadi aik otor sa a Dila . Udah, sa a a di! kata I u sa kamarnya. “iap, I uku. Tadinya, aku mau bilang ke Ibu bahwa hari itu aku sudah resmi berpacaran dengan Dilan, tapi gak jadi, entah mengapa, aku merasa lebih baik jangan dulu, meskipun mudah saja bagiku untuk ngomong. Kupikir gak perlu buru-buru juga. Akan ada waktunya yang tepat kapan aku harus bilang soal itu. Dengan hati yang tetap dipenuhi rasa rindu ke Dilan, kuambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk lalu berendam di air hangat. Nyanyi-nyanyi bahagia sambil senyum. Kamu pasti mengerti mengapa aku begitu. Iya, karena aku senang, hari itu aku sudah resmi menjadi pacar Dilan. Kukira, aku dan Dilan sangat semangat untuk itu dan untuk apa-apa yang akan datang! --ooo- ~26~ pustaka-indo.blogspot.com

1 Sorenya, kira-kira pukul lima, Wati nelepon menggunakan telepon umum, katanya dia lagi berdua dengan Piyan di warung mi kocok Mang Dadeng. Oh? Deket, do g? kataku, kare a te pat itu memang tidak jauh dari rumahku. Lokasinya di seberang ~27~ pustaka-indo.blogspot.com

jalan Hotel Horison. Hotel Horison waktu itu sedang dibangun. “i i, a pir ke ru ah, Wat, kuajak dia. Iya. Na ti ila g dulu ke Piya . Ditu ggu, ya. Iya, katanya. Dila gi a a? Udah, a ti aja go rol ya, di ru ah. “iap. Gak lama dari itu, Wati dan Piyan datang dengan menggunakan sepeda motor Honda Super Cup. Katanya, motor itu milik ayah Piyan. “epi, kata Wati, pada ke a a? I u lagi ga ter Airi , les ahasa I ggris, kuja a . Kalau tidak salah waktu itu, Airin baru seminggu les bahasa Inggris di Harvard English Course, Jalan Buah Batu. Tempatnya tidak jauh dari rumahku. Kemudian, kami ngobrol membahas soal tadi siang Dilan berantem dengan Anhar. Dan, Dilan pasti akan dipecat karena hal itu terjadi pada masa di mana Dilan masih dalam status hukuman percobaan. Aku langsung merasa risau oleh karena memikirkan hal itu karena bisa kubayangkan bagaimana seandainya kalau benar Dilan dipecat, aku pasti akan merasa kesepian di sekolah kalau tidak ada Dilan. Pasti aku gak akan semangat lagi kalau pergi ke sekolah. Bukan cuma itu, aku juga memikirkan masa depannya. Aku pasti akan sedih kalau Dilan harus berhenti sekolah. Masa depannya akan suram. Masa depannya akan terputus karena katanya pendidikan ~28~ pustaka-indo.blogspot.com

adalah hal penting untuk meraih masa depan yang lebih baik, setidaknya itulah yang aku pikirkan saat itu. Semua pikiran dan perasaan mengenai soal itu betulbetul berkumpul memenuhi kepalaku. Tapi tadi, di motor, pas pulang sekolah, Dilan bilang gak usah dipikirin. Iya, e er. Udahlah, kita lihat aja a ti, kata Piya erusaha e uat aku te a g. Mudah-mudahan gak dipe at. Aa ii . 2 Karena topik yang sedang dibahas adalah soal Dilan, akhirnya obrolan jadi ngelantur, enggak cuma ngebahas Dilan yang berantem dengan Anhar, tapi juga ngebahas tentang kelakuan Dilan pada masa-masa yang lalu. Wati juga cerita, terutama tentang keluarga besar Dilan. Katanya, dulu, waktu pada masih kecil, tiap ada libur panjang, si Bunda suka ngajak Wati, dan saudaranya yang lain, untuk bergabung dengan anak- anak si Bunda, camping di depan rumahnya. Dila ikut? ta yaku sa il senyum. Ikut, ja a Wati. Hihihi. Lu u. Kalau kedi gi a , pada asuk ke ru ah, kata Wati. Hehehe. Dila ikut asuk juga? Dia ya g gajak! ja a Wati la gsu g. Hahaha. Ah, ngomongin keluarga Dilan, aku jadi langsung rindu Bunda, jadi langsung rindu Disa. ~29~ pustaka-indo.blogspot.com

Eh, ayah Dila pa gkat ya apa, sih? kuta ya. “uka dipa ggil Let a , ja a Wati. Gak tau, tuh. Oh. Serius, hari itu aku merasa terhibur oleh cerita-cerita mereka tentang masa lalu Dilan. Sejenak bisa membantu aku melupakan pikiran di kepalaku yang sudah membuat aku merasa risau itu. Seolah-olah hal itu sengaja mereka lakukan, sematamata hanya ingin membuat aku jadi terhibur. Dan jika benar begitu, mereka sudah berhasil mencapai tujuannya. Aku merasa sangat beruntung memiliki teman yang berada bersamaku pada saat aku betul-betul membutuhkan. Sesuatu yang baik untuk merasa terhibur dan merasa tidak pernah kehilangan harapan! Dulu, Piya e ge a g. Waktu kelas satu. Wali kelas kami, Bu Dewi, pernah bilang di depan kelas, katanya Dilan itu bia g kerok. Ke apa gitu? ta ya Wati. Waktu kelas satu, Piya sekelas juga? kuta ya. Iya. Ke apa di ila g ia g kerok? kuta ya. Kasus apa, ya, aktu itu? Piya agai ikir, erusaha e gi gat kejadia ya. Oh, itu … era te di kelas, sama si Yopi. Yopi, a ak Pak Ade? ta ya Wati. E tah siapa Pak Ade yang dimaksud oleh Wati. Iya. Eh? “i Yopi pi dah sekolah, ya? ta ya Wati. Iya, ke Kali a ta , ja a Piya . ~30~ pustaka-indo.blogspot.com

Gara-gara apa Dila sa a Yopi era te ? kuta ya. Gak tau, tuh. “i Yopi-nya nantang. Katanya, jangan gejago. E a g Dila gejago? kuta ya, erasa gak percaya. Yopi elu tau kayak ya. Ka , aru pada kelas satu. Belu pada ke al. Oh. Di ila g ia g kerok, apa kata Dila ? ta ya Wati dengan wajah serius. Ya, gitu aja. Gak ila g apa-apa, ja a Piya . Aku diam dan merasa gak enak mendengar Dilan dibilang biang kerok. Entah mengapa, padahal kejadiannya sudah lama sekali. Tau gak, pas pelajara I u De i lagi, Dila a a o at ya uk, la jut Piya sa il se yu . Buat apa? O at ya uk ya, dia yalai , ja a Piya se yu agai seda g aha keta a. Ya g tau u a Piya sa a si Ba a g. Terus? kataku. Terus, o at ya uk ya disi pe di a ah eja ya, ja a Piya . Di a ah eja ya se diri? ta ya Wati de ga wajah sedikit bingung. Iya. Di atas o at ya uk ya disi pe petasa , ja a Piya terse yu . Ka , api ya gere et, tuh, jadi pas ke a petasa la gsu g eledak! ~31~ pustaka-indo.blogspot.com

Hahaha. Wati keta a. Ngapaiii !? ta ya ya kayak orang yang kesel karena melihat orang melakukan perbuatan yang tidak jelas. “ekelas ge par tau gak? kata Piya keta a. Terus? kuta ya sa il se yu . Iya. Terus, Dila kayak ya g le es gitu, ja a Piyan. Lho? Ka , dia ya g yalai ? kata Wati. Iya. Dia ila g ke Bu De i, kata ya uka u a dia yang biang kerok di kelas. Katanya, dia juga jadi kor a . Hahaha!!! Fit ah! Aku ketawa, Wati juga, Piyan juga. Terus, Bu De i arah, la jut Piya de ga suara ada sisa ketawa. Ke Dila ? kuta ya. Ya, gak tau ke siapa. Dia, ka , gak tau siapa ya g yalai ya. Apa kata ya? kuta ya. Keterlalua , kata ya! ja a Piya . Pelaku ya harus gaku!!! I i gak isa diteri a! Kata ya. Terus, Dila - ya gi a a? kuta ya sa il se yu . “i Dila -nya? Duduk lemes gitu. Acting, kayak yang e era kor a tera iaya. Hahaha. Hahaha. Pasti pelaku ya le ih ia g kerok lagi! kata Wati. Aku, Wati, dan Piyan ketawa. Si Bibi datang bawa minuman. Pe jahat aja jadi kor a , pasti pelaku ya le ih jahat lagi, kata Piya keta a. ~32~ pustaka-indo.blogspot.com

Hahaha. Pas pula g ya, Dila keta a-ketawa. Dia bilang ke Piyan, jangankan manusia, jin aja aku fitnah katanya. Hahaha. Fit ah gi a a? kuta ya de ga suara asih ada sisa ketawa. Iya, kata ya, dulu, aktu “MP, pas ula puasa, ka suka pada tidur di mesjid, tuh. Nah, jam tiga malam, si Dilan diam-diam tidur ya pi dah ke dala edug. Pi dah se diri? aku se yu . Iya. Pi dah se diri, ja a Piya . Nugelo, kata Wati e ggu a . Arti ya: Ora g gila. Pas su uh, pas edug ya ada ya g ukul, si Dila langsung teriak. Semua orang yang ada di mesjid jadi pada kaget, lah! Orang yang mukul bedug juga kaget kayak ya. Hahaha. Hahaha. Terus, apa kata ora g-ora g? ta ya Wati. Iya, pada ya gka si Dila dipi dahi sa a ji . Wati ketawa. Aku juga. Piyan juga. Ji aja sa a dia mah difit ah, ka ? kata Piya . Pasti jinnya pada ngomong: Bohong, bukan aku yang i dahi . Hahaha. Hahaha. Ya g ku i ge ok itu gi a a? ta ya Wati sa il masih ketawa. Ku i ge ok apa? kuta ya kare a i gi tahu apa yang dimaksud oleh Wati. Oh. Itu. Iya, ka , toilet guru suka dige ok, kata Piya erita. Terus, Dila eli ge ok. “a a dia ~33~ pustaka-indo.blogspot.com

pintunya digembok lagi. Gemboknya jadi dua. Katanya kalau guru au ke toilet, ila g, a il ku i ya di aku. Hahaha, terus? kuta ya. Wati ketawa. iar Ya, dipa ggil guru BP, ja a Piya . Pak “uripto? kuta ya. Iya. Apa kata Pak “uripto? Gak tau. Kata Dila , kita disuruh pake seraga gak ada beda kelas. Toilet, kok, dibeda- edai . Hehehe. Beneran, aku senang sore itu. Aku senang karena mereka cerita tentang Dilan. Aku langsung rindu Dilan. Aku ingin Piyan dan Wati terus cerita tentang Dilan. Sampai kiamat kalau perlu. “e e er ya, Dila itu ra e, kata Piya . Iya. “aya g ya, suka era te , sa u g Wati kayak ya g kesel. Gara-gara ikut ge g otor, sih. Ka , ya g uka ge g otor juga ada yang era te , ja a Piya . Perhatikan bagaimana Piyan selalu berusaha membela Dilan. Iya, tapi jadi a yak usuh, tau?! kata Wati. Iya, itu! kataku. Aku juga jadi e as. Tapi, Dila era te sa a A har e a g salah aku, sih. Lalu, aku cerita, bagaimana sampai Dilan berantem sama Anhar. Kubilang, itu diawali oleh karena aku panik karena sudah merasa berbohong ke Dilan, gara-gara pergi dengan Kang Adi. Padahal, sebelumnya aku sudah bilang ~34~ pustaka-indo.blogspot.com

ke Dilan bahwa aku akan nolak ajakan Kang Adi main ke ITB. Ka g Adi, pe i i g ka u itu? ta ya Piya . Iya, kuja a . Ka g Adi. Aku memang pernah cerita ke Piyan soal Kang Adi. Kayaknya, ke Wati juga pernah, deh. Dila tau dari a a ka u pergi? ta ya Wati. Iya. Ka , Dila elepo , ya g eri a si Bi i, kuja a . Aku lupa, gak ko gkaliko g dulu sa a si Bi i. Hahaha. Demi nama baikku, mereka harus tahu bahwa aku tidak benar-benar bermaksud mau bohong ke Dilan, jadi segera aku juga cerita tentang alasan mengapa akhirnya aku pergi dengan Kang Adi ke ITB. Oooh. Si Bibinya bilang ke Dilan, kamu pergi sama Ka g Adi? ta ya Wati se yu . Iya. Hahaha, kuja a . Hahaha. Nah. Aku pa ik. Aku takut Dila arah. Tadi pagi langsung kucari Dilan, sampai ke warung Bi Eem. Tapi, di sana cuma ada si Anhar sama si Susi. Ada Piyan juga, ka ? ta ya aku ke Piya . Iya, kata Piya . Oh, tadi, tuh, gitu? Iya. Terus, ya, itu ... aku era te sa a A har. Ha is ya, aku kesel ke dia. Terus, soal ka u oho g, kata Dila apa? ta ya Wati. Kata ya: Kalau ka u oho g, itu hak kamu, asal ja ga aku ya g oho g ke ka u. Wati dan Piyan tersenyum. ~35~ pustaka-indo.blogspot.com

Kata ya ..., apalagi, ya? kataku sa il ikir u tuk mengingat lagi apa yang sudah dikatakan oleh Dilan. Oh. Kata ya: Kalau ka u i ggali aku, itu hak ka u, asal jangan aku yang ninggalin kamu. Aku takut kamu ke e a. Eda ! kata Wati la gsu g sa il se yu . Iya, dia ila g gitu, kataku terse yu . Wati memandangku. Ka u e a g udah jadia sa a Dila ? ta ya Wati. Iya, aku udah jadia sa a Dila , kuja a . Entah mengapa, aku bisa begitu mudah berterus terang kalau ke Wati dan Piyan. ajah Waaah! Kapa ? Wati a ya de ga semringah. Tadi sia g hehehe, kuja a , Pas ha is dari rua g guru itu. Waaah, kata Wati agai seda g terpeso a. Jadia ya di aru g Bi Ee , kataku terse yu . Lalu, kujelaskan semuanya, soal kisah aku jadian sama Dilan. Pake eterai? Hahaha! ta ya Piya seperti gak percaya. Hahaha, iya, pake eterai segala, kataku. Kayak perusahaa , ti pal Wati de ga keta a. Berarti, res i ya aru tadi sia g, ya? ta ya Piyan. Iya, hehehe. “ela at, ya, kata Wati sa il se yu . Kuraih tangannya yang ia ulurkan. Piyan juga sama memberi ucapan selamat. Makasih, kuja a . ~36~ pustaka-indo.blogspot.com

Eda si Dila , kata Wati. kuta ya Ke apa gitu? kuta ya. Pa ar ya a tik, ja a Wati terse yu . Hahaha. Makasih, kataku. Ka u dulu jadia sa a Piya , gi a a? Wati. E a g kita pa ara ? ta ya Wati ke Piya de ga matanya yang sedikit dibelalakkan. Ngaku ajaaa, kataku, terse yu , udah tau, kok Hehehe. Wati keta a. Kita, sih, dijodohi sa a Dila . Hahaha, ja a Piyan langsung. Iya. “e e er ya, aku mah, mau juga kepaksa. Hahaha, kata Wati. Tapi, suka, ka ? kuta ya. Ya, suka, sih. Hahaha, ja a Wati. Ka i keta a. Pas udah jadia , Dila ila g ke Piya : Ka u jaga Wati, ya, kata Piya . “oal ya kalau aku ya g jagai , dia mah suka i ta ua g, kata ya. Hahaha. Hahaha. Wati ketawa, aku juga, Piyan juga. Oh, iya. Pas si A har ha is a par ka u itu, kata Piya . Piya , ka , ke aru g Bi Ee lagi. Di sa a udah ada Dilan. Kayaknya, Dilan tau dari Bi Eem, deh, kalau A har a par ka u. Dila arah a get kelihata ya. Iya, tau dari Bi Ee kayak ya, kataku. “e elu era te Dila ila g au yari si A har. “i A har harus tau siapa pa ar Lia. Gitu kata ya, kata Piyan. ~37~ pustaka-indo.blogspot.com

Asli, pas Piyan ngomong gitu, aku sempet sedikit terperangah. Maksudku, kalau begitu, sebetulnya, waktu itu Dilan sudah menganggap aku sebagai pacarnya. Ke apa e ggak di egah? kata Wati. Udah! ja a Piya . “iapa ya g isa aha dia? Dia bilang, siapa yang mengganggunya harus hila g. Hehehe, aku keta a. Tiba-tiba, telepon rumah berdering, si Bibi yang ngangkat, terus dengan berbisik dia bilang, katanya itu telepon dari Dilan. Aaah, senangnya! Pa arku elepo , kataku de ga se yu gira g pada Wati dan Piyan, lalu bergerak untuk nerima telepon dari Dilan. Hey, kusapa Dila de ga se a gat. Hey! Di a a? kuta ya. Di a a, ya, i i? Di Bu i, kataku terse yu . Kok, tau? tanya Dilan. Aku harus tau ka u di a a. Dilan ketawa. Teta gga u udah aka elu ? tanya Dilan. Ih! Kok, teta gga? Buka aku ya g dita yai ? Iya. Teta gga u aja aku pikiri . Aku ketawa. Kalau teta gga u lapar, a ti ka u di aka , kata Dilan. Kalau aku di aka ? kuta ya. ~38~ pustaka-indo.blogspot.com

Ha is, deh. Kalau ha is? Biki lagi. Biki , iki ! E a g ka u isa iki aku? “i I u, laaah, ya g iki ya, sa a ayah u. Ti ggal yuruh! jawab Dilan ketawa. Aku juga ketawa. Bila g, deh, ke si i u, iki a ak ya ja ga dua, kata Dilan lagi. Ke apa? kuta ya sa il se yu . Ka , a tik- a tik, jawab Dilan. “ayang kalau u a dua. Aku ketawa. Du ia utuh a yak a ak-a ak dari si I u. Makasih, Dila . Biar Ka g Adi ke agia . Gak oleh! kataku la gsu g. Biar se ua ora g di du ia se a g, ke agia se ua, kata Dilan. Ka g Adi gak oleh! Iya. Kasih ja u aja, kata Dilan. Aku gak suka Ka g Adi! kataku de ga ada kesal. Eh, udah, dua aja, deh. Apa? kuta ya. Itu. “i I u. A ak ya dua aja, deh. Ke apa? kuta ya. Biar u a aku ya g se a g. Aku senyum. I i, lagi ada Wati sa a Piya di ru ah, kataku. Ngapai ? Mai aja, kuja a , si i, Dila . ~39~ pustaka-indo.blogspot.com

Pe ge ke sa a. Besok aja, ya, kata Dila . Besok, kusa per ka u, ya? Asyiiik. Tiba-ti a, Wati teriak dari jauh: Lia, ila gi i ta ua g!!! Tuh, Wati i ta ua g kata ya, kataku ke Dila . Photocopy-a ya aja. Mau gak? tanya Dilan. Photocopy-a ya au gak? kuta ya Wati de ga sedikit agak teriak dan lalu senyum. Ya g asli! ja a Wati teriak. Ya g asli kata ya, kataku ke Dila . Photocopy-an aja. Nanti, ke Bank Indonesia, minta dilegalisir, biar laku. Hahaha. Photo opy-an aja katanya, Wat. Nanti, dilegalisir. E a g ya ijazah?! ja a Wati. Embung! Arti ya: Gak mau!) Hahaha. Piyan ketawa. Aku juga. Bila gi ke Wati ..., kata Dilan. Eh, gak apa-apa yuruh? Gak apa-apa, lah, kataku. Bila g ke Wati, aku suka Milea Ad a Hussai , kata Dilan. Aku langsung ketawa mendengarnya. Ayo, ila g ke Wati, kata Dilan lagi. Nada suaranya seperti sedang nahan ketawa. “erius, harus ila g? kuta ya sa il se yu . Iya. Aku ketawa. ~40~ pustaka-indo.blogspot.com

Malah keta a. Iya ... iya. I i au. Co a. Aku langsung teriak ke Wati. Wati, hehehe, kataku ke Wati. Kata Dila , ila gi ke Wati katanya, Dilan suka Milea Adnan Hussain! Hahaha. Wati kayaknya langsung ngerti, deh. Dia ketawa, Piyan juga. Ooohhh … iya, a ti disa paii ! ja a Wati teriak. Apa kata ya? tanya Dilan. Iya, a ti disa paii , kuja a sa il aha ketawa. Ah, Dilan, aku rindu berdialog macam itu denganmu! Saat itu, aku ingin terus ngobrol dengan Dilan di telepon, tapi katanya dia harus pergi karena mau main sepak bola. Setelah telepon ditutup, aku kembali bergabung dengan Wati dan Piyan. Dila per ah ila g gak soal Lia? ta yaku sa il senyum. Ba yak. Hahaha, ja a Piya . Hehehe, apa aja? kuta ya. Ba yak, ah, i gu g ya g a a, kata Piyan lagi. Ke apa, sih, Dila au ke Lia? kuta ya Piya sa il se yu . Per ah go o g gak? Ya, au atuh! ja a Wati. Ba yak ya g au ke kamu mah! Ca tik! Wati benar. Maksudku, faktanya memang banyak orang yang mau ke aku. Kukatakan ini, demi Tuhan, tak ~41~ pustaka-indo.blogspot.com


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook