Sinopsis WIWI PARLUKI Asa atau harapan merupakan hal yang mustahil BUNGA RAMPAI PENDIDIKAN MENGGAPAI ASA, MUNGKINKAH ? bagi sebagian kalangan, namun bagi sebagian orang yang menginginkan perubahan, tentu merupakan sebuah tantangan. Buku ini menyajikan berbagai isu permasalahan pendidikan terkini dan alternatif solusinya di kemas dalam tulisan yang apik, lugas, dan komunikatif, mulai dari ‘pendikar, Phubbing atau GLS, Pendidikan inklusi, Program Vokasi, profesionalisme guru dan lain-lain. Buku ini sangat layak dimiliki dan dijadikan bahan literasi bagi guru, kepala sekolah, pengawas sekolah atau siapa saja pemerhati pendidikan atau pegiat literasi.
BUNGA RAMPAI PENDIDIKAN MENGGAPAI ASA, MUNGKINKAH ? WIWI PARLUKI
BUNGA RAMPAI PENDIDIKAN MENGGAPAI ASA, MUNGKINKAH? WIWI PARLUKI i
Bunga Rampai Pendidikan. Menggapai Asa, Mungkinkah Penulis : Dra Wiwi Parluki, M.Pd. ISBN : 978-623-91933-6-2 Editor : Sutarno Penyunting : Tim AAN Publishing Desain Sampul dan Tata Letak : Riyanto, S.Pd Penerbit : CV. AAN PUBLISHING Alamat 1 : Jl. Sumbawa No. 20 RT 01 RW 05 Gunung Simping Cilacap Tengah Cilacap Alamat 2 : Jl. Sukun No. 16 RT 03 RV IV Desa Kuntili Kecamatan Sumpiuh Banyumas Telepon : 081291666827, 085726986062 Email : [email protected] Distributor Tunggal : CV. AAN PUBLISHING Alamat 1 : Jl. Sumbawa No. 20 RT 01 RW 05 Gunung Simping Cilacap Tengah Cilacap Alamat 2 : Jl. Sukun No. 16 RT 03 RV IV Desa Kuntili Kecamatan Sumpiuh Banyumas Telepon : 081291666827, 085726986062 Email : [email protected] Cetakan pertama, Oktober 2019 Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit. ii
Kata Pengantar Alhamdulillah, saya bersyukur berkat limpahan rahmat- Nya, Bu Wiwi Parluki telah berhasil menyelesaikan penyusunan buku `Bunga Rampai Pendidikan` ini. Melalui buku ini, Wiwi Parluki ingin berbagi tentang berbagai artikel dalam bidang pendidikan yang pernah ditulis dan dicetak di media, dan beberapa dari karyanya disatukan dalam buku ini. Adapun tujuan penyusunan buku `Bunga Rampai Pendidikan` ini adalah untuk memperkaya bahan Literasi bagi kita. Tentu saja Literasi yang dimaksud adalah literasi dalam baca dan tulis, karena literasi memiliki banyak jenisnya. Selain literasi baca dan tulis ada beberapa jenis literasi diantaranya adalah literasi numerasi, literasi sains, literasi finasial dan literasi digital Seperti kita tahu bahwa Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti bagi siswa agar kita memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Kita pun sebagai agen pembelajar, tentu tak luput dengan pembiasaan membaca dan menulis. Untuk itulah saya sangat mendukung upaya–upaya yang dilakukan siswa, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan siapa saja para pemberhati pendidikan, untuk berperan dalam membudayakan gerakan literasi di lingkungan kita iii
Ayo menulis untuk keabadian karya–karya kita. Jadilah Pegiat Literasi. Purwokerto, Oktober 2019 Salam Literasi IRAWATI, SE Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas iv
Prakata Penulis Tentu kita sepakat dengan ungkapan “ Kalau mau mengenal dunia, membacalah tapi kalau mau dikenal dunia, menulislah”. Ungkapan dari satrawan Pramudya .Ananta Toer ini memang benar adanya, sebab melalui menulis kita dapat mengungkapkan gagasan/ide apa saja termasuk masalah pendidikan di lingkungan kita. Orang mengenal kita melalui tulisan- tulisan / gagasan-gagasan kita. Karena alasan itulah, penulis mengumpulkan artikel-artikel tentang berbagai hal di bidang pendidikan dalam bentuk ‘Bunga Rampai Pendidikan, supaya gagasan/ide itu terkumpul menjadi satu kesatuan dan memudahkan pandangan-pandangan tersampaikan kepada pembaca. Penulis berharap dengan tersusunnya buku ini, akan meginspirasi para guru/siswa atau praktisi pendidikan untuk senantiasa segera menulis apa yang dialami, atau menulis hasil pengamatan tentang permasalahan pendidikan sekaligus mencari solusi atas permasalahan tersebut menjadi potongan-potongan artikel ilmiah popular. Muara kegiatan ini tentu melatih pembiasaan menulis, guna mensukseskan kegiatan literasi. Semoga buku ini bermanfaaf bagi penulis, para guru dan praktisi pendidikan lainnya. Meskipun demikan, buku ini belum sempurna, saran dan kritik penulis nantikan demi penyempurnaan buku ini Tentunya puji syukur pada Allah SWT berkat bimbingan- Nya, penulis dapat menyelesai buku ini. Terimakasih pada keluarga tercinta yang telah memberi dukungan untuk berkarya, v
juga terimakasih dan salam hormat untuk Ibu Irawati, SE selaku Kepala Dinas kabupaten Banyumas, yang telah berkenan memberi dukungan sekaligus berkenan memberi kata pengantar di buku ini. Semoga Allah meridloi kita, kita terus diberi kemudahan untuk menyusun buku-buku lainya. Aamiin. Penulis vi
Daftar Isi Hal Kata Pengantar……………………………………………………….i Prakata Penulis……………………………………………….……...iii Daftar Isi…………………………………………………….………...v Pendahuluan………………………………………………………… viii Artikel 1. Apakah Kita Melaksanakan Gerakan Literasi Sebatas Gaya………………………….…………………………….1 Artikel 2. Pembelajaran Karakter dengan Mengajari Siswa Mencintai Lingkungan dalam Mewujudkan Sekolah Adiwiyata………………………..……..............14 Artikel 3. Minat Baca Sebagai Cara Untuk Menghambat Kebiasaan Buruk.....……..…………………….……........20 Artikel 4. Guru, Pupuklah Terus Jiwa Professionalisme-MU....... 31 Artikel 5. Menulis, Sulitkah...........................................................39 Artikel 6. Pekerja Profesional atau Pekerja Sosial?.....................47 Artikel 7. Ada Apa dan Bagaimana Pembelajaran Bahasa Inggris di SD/MI ........................................................................58 Artikel 8. Kepemimpinan dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Melalui Optimalisasi Tri Pusat Belajar…………………72 Artikel 9. Gagasan Pendidikan Inklusi……………………………. 91 Artikel 10 Berkat Program Vokasi, Siswa bangga, Tugas Managerialku Berhasil…………………………………...102 DAFTAR PUSTAKA....................................................................121 Profil Penulis...............................................................................126 vii
PENDAHULUAN Kita sebagai manusia yang ingin maju selalu punya mimpi, cita-cita atau harapan. Harapan yang tersembunyi dari relung hati dan jiwa kita akan menimbulkan dorongan untuk melakukan sesuatu perubahan. Pada saat-saat penulis menemukan permasalahan di lapangan selama melaksanakan tugas sebagai guru, kepala sekolah dalam mengamati kondisi pendidikan, penulis selalu mengkaitkan masalah yang ditemui dengan kemungkinan solusi yang dapat ditempuh atau jalan keluar dari permasalahan tersebut. Akal penalaran bekerja, munculan harapan untuk mengatasi permasalahan itu. Meskipun tidak semua masalah dapat diatasi seperti membalikkan telapak tangan, paling tidak ada ide atau gagasan yang tertuang dalam sebuah artikel pendidikan. Harapan penulis dengan menulis artikel-artikel pendidikan yang berisi ide/ gagasan menimbulkan dorongan untuk melakukan perubahan. Semua berawal dari impian dan indah pada waktunya, seperti motto “ Hiduplah dengan mempunyai impian dan harapan, bukan hidup dalam mimpi”. Begitulah kenyakinan penulis untuk rajin menulis artikel – artikel pendidikan sebagai solusi permasalah pendidikan, agar ide/gagasan tersampaikan kepada pihak –pihak yang kompeten dan tentu pihak-pihak yang menghendaki perubahan. Contoh artikel yang berisi gagasan tentang agar guru memupuk jiwa profesionalisme, artikel ditulis pada saat penulis mengamati banyak guru yang belum memahami adanya tuntutan untuk mengkaji pelaksanaan tugas mengajar dengan evaluasi viii
sekaligus mengatasi permasalan/kendala signifikan yang dihadapi guru dan siswa dalam mengajar. Selain belum paham, bisa juga guru paham namun kurang memahami langkah apa yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah yang tersusun dan penelitian tindakan kelas atau artikel ilmiah populer. Penulis memberi gagasan dengan memberi solusi pada permasalahan yang ada. Contoh lain tentang artikel ‘menumbuhkan karakter siswa untuk mencintai lingkungan” . Artikle ini ditulis, ketika penulis mengamati banyak siswa yang belum memiliki kepedulian akan lingkungan sekitar sebagai bahan pembelajaran. Sementara, lingkungan juga perlu dijaga/ dirawat. Kita pun dapat memetik hasilnya ketika lingkungan asri menimbulkan suasana sejuk menyehatkan. Hanya terkadang tangan –tangan jahil merusak lingkungan tersebut. Mengajarkan siswa untuk mencintai lingkungan perlu digaris bawahi oleh guru atau pemerhati pendidikan, maka tersusunlah artikel tersebut. untuk menguraikan gagasan tersebut Banyak hal bisa ditulis didalam menyampaikan ide/gagasan kita melalui artikel-artikel ilmiah popular, paling tidak berbagi ide sebagai bentuk pertanggungjawaban kita akan upaya mengatasi masalah-masalah yang kita temui, siapa lagi kalu bukan kita sebagi guru/ pemerhati pendidikan. Karena artikel tercecer dalam bentuk satuan-satuan yang dipublikasikan di terpisah, maka penulis menggumpulkan dalam bentuk Bunga Rampai Pendidikan, agar memudahkan bagi pembaca didalam menelaah gagasan-gagasan penulis. ix
Besar harapan menulis, buku Bunga Rampai Pendidikan ini bermanfaat dan tentu buku ini membutuhkan saran dan kritik demi karya yang lebih baik lagi. Kemanfaatan mungkin tidak langsung dipetik, tapi setidaknya ada upaya untuk “ Menggapai Asa, Mungkinkah?” yaitu menuju perubahan yang lebih baik. x
Apakah kita melaksanakan `Gerakan Literasi Sekolah sebatas gaya?` Oleh: Dra. Wiwi Parluki, M.Pd Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia No 23 Tahun 2015 mencantumkan adanya pendidikan budi pekerti dimana salah satu perwujudannya adalah pencanangan Gerakan Literasi Sekolah(GLS) Pertanyaan yang menggelitik di atas muncul saat diskusi antar guru di sekolah. Tentu ini membutuhkan jawaban dan sikap kita sebagai pengemban tugas profesional yang dijuluki `pendidik atau guru pembelajar`. Jawabannya tentu membutuhkan kajian tersendiri. Harian Republika di halaman pendidikan juga menulis ‘Gerakan literasi jangan hanya sebatas gaya.(Sarnapi dalam Republika 21 September 2016) Hal ini dilansir dari kutipan pendapat Kepala Dinas Pendidikan Bandung yakni, \"Gerakan literasi sekolah (GLS) bukan sebatas gaya, tapi kita mendidik dan melatih siswa untuk membudayakan membaca, menulis, dan mengkomunikasikan gagasan,\" kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Elih Setiapermana dalam \"Pekan Lomba Literasi\", di SMAN 20 Bandung, Rabu 21 September 2016. Pendapat ini menyiratkan pesan akan pentingnya pemahaman gerakan literasi sekolah (GLS). Dari dua topik di atas tersirat adanya pemahaman Gerakan literasi, hal ini memang yang semestinya ada pada pelaksana gerakan tersebut, namun di lingkungan masyarakat kita, banyak pula ditemukan fakta bahwa masih minimnya pengetahuan `program gerakan literasi`. Perlu pemahaman tentang gerakan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 1
literasi, hal ini disampaikan oleh Plt Sekretaris Jenderal Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, dari penelitian yang dilakukan UNESCO di tahun 2012, perbandingan orang yang membaca dan yang tidak di Indonesia sangat jauh, satu banding seribu. Angka tersebut didukung pula dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan orang Indonesia lebih gemar menonton televisi daripada membaca. “91,68 persen penduduk gemar menonton televisi dan hanya 17,6 persen yang membaca surat kabar atau majalah, hal ini juga bisa diartikan kurang paham pentingnya gerakan literasi di dalam masyarakat kita” tegasnya ( Radar Banyumas, 6 Juni 2016). Topik ke-3 berbeda dengan ke-1 dan ke-2 topik di atas, ada yang telah cukup memahami gerakan literasi namun ada yang belum memahaminya. Perbedaan ini memicu pertanyaan yang cukup menggelitik, `Apakah benar kita melaksanakan `Gerakan Literasi Sekolah` sebatas gaya? Latar belakang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Membaca-menulis (literasi) merupakan salah satu aktifitas penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakak.Tidak berlebihan kiranya Farr (1984) menyebut bahwa “Reading is the heart of education”. Bagi masyarakat muslim, pentingnya literasi ditekankan dalam wahyu pertama Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yakni perintah membaca (IQRA’) yang dilanjutkan dengan ‘mendidik melalui literasi’ (‘ALLAMA BIL Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 2
QALAM). UNESCO (1996) mencanangkan empat prinsip belajar abad 21, yakni: (1) Learning to think (belajar berpikir) (2) Learning to do (belajar berbuat) (3) Learning to be (belajar (4) Learning to live together (belajar hidup bersama) Keempat pilar prinsip pembelajaran ini sepenuhnya didasarkan pada kemampuan literasi (Literary skills). Literasi saat ini dipandang penting, namun ditemukan beberapa beberapa kondisi yang merupakan ancaman global diantaranya: Rendahnya literacy awareness bangsa Indonesia sekarang ini akan semakin melemahkan daya saing bangsa dalam persaingan global yang semakin kompetitif. Dalam kontek internasional, pemahaman membaca tingkat sekolah dasar (kelas IV)diuji Asosiasi international untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan(IEA-the International Association for the Evaluation of Educational Achievement) dalam Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang dilakukan setiap 5 tahun sekali (sejak 2001).UJi literasi membaca mengukur aspek memahami, menggunakan dan mereflekskan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Dalam PIRLS tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat 45 dari 48 negara peserta denganskor 428 dari skor 500, sementara dari uji literasi membaca dalam Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara peserta dengan skor 396 dari rata rata skor 496 bagi Negara peserta. Data PIRLS dan PISA menunjukkan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 3
bahwa kompetensi memahami bacaan pada peserta didik Indonesia tergolong rendah Sumber Daya Manusia Indonesia kurang kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ini adalah akibat turunan dari rendahnya kemampuan baca-tulis. Membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya. Jelas kondisi-kondisi tersebut menunjukkan akan pentingnya gerakan literasi, Hal ini didukung pula oleh pemahaman Andrew Miller yang merupan pelopor International Literation Association (ILA), yang berkantor pusat di Canada. Menurut Andrew Miiller dari International Literation Association (ILA:2016),” The ability to read, write, and communicate connects people to one another and empowers them to achieve things they never thought possible. Communication and connection are the basis of who we are and how we live together and interact with the world.” Artinya Kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi berinteraksi satu orang dengan lainnya dan mendukung mereka mencapai apa saja yang belum pernah terpikir sebelumnya. Komunikasi dan interaksi adalah dasar bagi mereka yang tahu siapa dirinya, bagaimana kita hidup bersama dan berinteraksi dengan dunia Keadaan/kondisi-kondisi tersebut membutuhkan solusi, mengingat persoalan bangsa yang sedemikian krusial dalam hal kesadaran literasi, dibutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mengatasinya. Paling penting adalah adanya tindakan nyata yang bukan sekedar wacana semata. Solusi menggerakan kegiatan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 4
“Gerakan Literasi Sekolah”(GLS) menjadi alternatif yang pas untuk dilaksanakan. Apa itu `Gerakan Literasi Sekolah`(GLS)? Menurut panduan GLS SMP, Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktifitas, antara lain membaca,melihat, menyimak, menulis dan atau berbicara. Sedangkan `Gerakan Literasi Sekolah` (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaryang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Siapa Sasaran Kegiatan Ini? Gerakan Literasi Sekolah mengajak semua pihak untuk terlibat dalam usaha penyadaran budaya literasi, yakni: Ø Sekolah, sebagai lembaga yang menjadi tempat pelaksanaan gerakan Ø Guru, sebagai tenaga pendidik dan teladan bagi siswa Ø Siswa, sebagai sasaran utama gerakan Ø Pemerintah Daerah (Dinas Pendidikan), sebagai pembuat kebijakan Ø Yayasan penyelenggara pendidikan, sebagai pembuat kebijakan Ø Pengelola Perpustakaan, sebagai pusat kegiatan baca-tulis Ø Media Massa, sebagai saluran informasi masyarakat Bagaimana Bentuk Kegiatannya? Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah program intervensi pembudayaan literasi yang tepat, mudah dilaksanakan, dilakukan secara sistemik, komprehensif, merata pada semua Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 5
komponen sekolah, berkelanjutan, dan dikelola secara profesional oleh lembaga yang kredibel. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam Gerakan Literasi Sekolah ini adalah disesuaikan dengan tingkat /jenjang, namun secara umum sebagi berikut: o Seminar dan Workshop Seminar dilakukan di sekolah peserta GERAKAN LITERASI SEKOLAH, sekaligus sebagai launching project. Peserta dalam kegiatan seminar literasi ini adalah perwakilan penyelenggara sekolah, pimpinan sekolah, guru, dan siswa. Seminar dilaksanakan selama satu hari. Workshop dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kemampuan literasi warga sekolah peserta gerakan. Sasaran peserta workshop bervariasi bergantung pada materi workshop. Adapun materi workshop yang ditawarkan adalah: - Teknik-Teknik Membaca Efektif - Menulis Dasar (Basic Writing) untuk siswa SD - Menulis Kreatif Terstruktur dengan Pendekatan Jurnalisme Sastrawi, untuk siswa SMP, SMA, dan Guru Workshop bagi pustakawan, dilakukan secara kolektif dengan sekolahpeserta yang lain. Workshop penerbitan buku, menghadirkan pakar penulisan dan penerbit.Workshop jurnalistik dan manajemen media, untuk redaksi majalah sekolah. Ø Program Membaca Rutin di Sekolah Program Membaca Rutin di Sekolah (Sustained Silent Reading) atau disingkat SSR adalah strategi intervensi membaca yang telah digunakan oleh negara-negara maju dalam Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 6
membudayakan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Program ini merupakan program yang krusial untuk menjamin terciptanya kebiasaan dan budaya membaca pada warga sekolah. Program ini telah diujicobakan di SMA Negeri 5 Surabaya dengan hasil yang sangat memuaskan. Hanya dalam waktu kurang dari 2 (dua) bulan siswa SMAN 5 Surabaya telah membaca 1851 buku novel dari target 3000 buku dalam setahun. Program ini telah diulas di Koran Jawa Pos dan Koran Surya (5 Oktober 2012). Ø Pengembangan Perpustakaan Sekolah Program ini ditujukan untuk membantu perpustakaan sekolah dalam menambah koleksi buku bacaan bermutu. Program pengembangan mencakup penambahan koleksi buku, maupun inovasi lain untuk mendekatkan siswa kepada perpustakaan misalnya melalui kegiatan perpustakaan kelas. Adapun program peningkatan koleksi perpustakaan dilakukan dengan dua cara, yakni (1) secara internal melalui kegiatan One Student One Book (OSOB) melibatkan siswa/orang tua untuk menyumbang buku kepada perpustakaan, dan (2) secara eksternal melalui kegiatan sumbangan buku yang diberikan oleh perusahaan (sebagai CSR) atau penerbit. Ø Lomba Literasi (Membaca – Menulis) Lomba literasi dilakukan untuk semakin menumbuhkan kebutuhan membaca-menulis kepada warga sekolah. Lomba literasi bisa diintegrasikan dengan kegiatan sekolah seperti pada peringatan Bulan bahasa. Lomba diadakan pada tingkat sekolah (antar siswa) maupun pada tingkat daerah (antar sekolah). Beberapa jenis kegiatan lomba literasi yang bisa Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 7
dilakukan antara lain: speed reading contest, comprehensive reading contest, story telling competition, essay competition, book review competition, poetry contest, dan magazine competition. Ø Jumpa Penulis & Bedah Buku Kegiatan jumpa penulis (meet the author) ditujukan untuk memotivasi peserta Gerakan Literasi Sekolah untuk menjadi penulis sukses. Penulis yang dihadirkan adalah penulis buku bermutu dan terkait dengan dunia pendidikan / pengembangan diri siswa. Bedah buku adalah kegiatan mengeksplorasi dan mengapresiasi pesan dari suatu buku. Program ini menghadirkan penulis buku tersebut dan ahli yang kompeten dengan bidang terkait isi buku. Ø Pemberian Penghargaan Pemberian penghargaan ini dilakukan melalui kegiatan bertajuk Literacy Award, yakni sebuah program pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang dinilai berpartisipasi dan berperan baik secara langsung maupun tidak, dalam usaha penyadaran literasi bangsa melalui Gerakan Literasi Sekolah ini. Sasaran penerima Literacy Award adalah sekolah secara kelembagaan, guru/tenaga pendidik, siswa, perusahaan peduli literasi, dan perorangan yang telah berpartisipasi. Penghargaan berupa piagam penghargaan dan dana pembinaan untuk peningkatan kesadaran literasi lebih lanjut. Kegiatan ini dilaksanakan berkala bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 8
Ø Pameran Buku Pameran buku (book expo) adalah kegiatan bazar buku yang bekerja sama dengan penerbit atau toko buku. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan penghargaan siswa dan masyarakat terhadap karya tulis, yang pada akhirnya secara kumulatif akan memotivasi penulis untuk semakin berkarya. Berapa Lama Kegiatan Ini Dilaksanakan? Pada dasarnya kegiatan ini dilaksanakan sepanjang mungkin, sebagaimana belajar juga dilaksanakan seumur hidup (long life education). Namun sekolah diberikan pilihan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini dalam beberapa jenis partisipasi: Partisipasi penuh, yakni mengikuti semua program yang ditawarkan, dan partisipasi sebagian, yakni mengikuti beberapa program saja. Untuk waktu pelaksanannya bersifat tentatif dan disesuaikan dengan kegiatan sekolah. Kegiatan GLS pun melalui pentahapan–pentahapan, contoh untuk tingkat SMP dilaksanakan melalui tahapan a) pembiasaan, yakni menumbuhkan minat baca melalui gerakan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015), b) pengembangan, yakni melalui meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, c). pembelajaran , yakni meningkatkan kempuan literasi di semua mata pelajaran dengan menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran. Target Target yang hendak dicapai melalui GERAKAN LITERASI SEKOLAH ini adalah: Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 9
1. Terwujudnya masyarakat sadar literasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya budaya baca-tulis di masyarakat 2. Meningkatnya daya saing bangsa melalui peningkatan wawasan dan ilmu pengetahuan akibat minat baca yang tinggi Sejak “Gerakan Literasi Sekolah”(GLS) dicanangkan pemerintah, namun bukan tanpa kendala program ini bergulir, ditemukan beberapa fakta diantaranya: Perpustakaan yang ada di sebagian kota/kabupaten memiliki tingkat kunjungan pembaca yang rendah. Sebagai contoh di Jakarta, dari sekitar 10 juta penduduknya yang berkunjung ke perpustakaan hanya 200 orang/hari dan hanya 20% dari jumlah itu yang meminjam buku. Disinyalir lebih dari 250 ribu sekolah di Indonesia, hanya 5% yang memiliki perpustakaan memadai. Hal ini merupakan fakta yang miris karena bisa menjadi indikator rendahnya budaya baca di sekolah. Fakta –fakta tersebut disinyalir karena: 1. Belum optimalnya `Program Perpustakaan Sekolah` Perpustakaan sekolah secara nasional bisa dikatakan telah gagal menciptakan budaya membaca bagi siswa. Kunjungan siswa dan jumlah peminjaman buku sangat minim. Hal ini dikarenakan beberapa faktor: a. Jumlah buku koleksi perpustakaan tidak cukup untuk memenuhi tuntutan kebutuhan membaca sebagai basis proses pendidikan. Rendahnya jumlah koleksi tidak diantisipasi dengan program pengadaan buku secara berkala. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 10
b. Peralatan, perlengkapan, dan petugas perpustakaan tidak sesuai kebutuhan. Sebagian petugas bukanlah tenaga pustakawan khusus dan minim mendapatkan peningkatan (pendidikan atau pelatihan kepustakaan). c. Sekolah belum mengalokasikan anggaran khusus yang memadai untuk pengembangan perpustakaan sekolah. Akhirnya keberadaan perpustakaan menjadi tidak bermakna karena kurangnya program kegiatan dan pengembangan. 2. Persoalan Sosial a. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya baca-tulis. b. Persoalan rendahnya budaya literasi belum dianggap sebagai masalah yang mendesak (critical problem) sehingga tidak muncul respon cepat yang diperlukan serta cenderung disepelekan. c. Anggapan bahwa tradisi literasi adalah ekslusif untuk kaum elit masyarakat saja, sehingga kelompok masyarakat awam merasa tidak perlu mengem-bangkan tradisi literasi. d. Anggapan keliru bahwa penyadaran literasi hanyalah kewajiban lembaga pendidikan sehingga yang lain yang belum bergerak membantu, seperti lembaga bisnis (perusahaan) atau perorangan. 3. Persoalan Teknis di Lapangan a. Kurang tersedia buku bacaan yang bermutu karena kurangnya kuantitas perpustakaan dan kuantitas buku bacaan. b. Kurangnya Sumber Daya Manusia di bidang kepustakaan dan rendahnya kompetensi pengelola perpustakaan. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 11
c. Perpustakaan belum menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan nasional. Masalah perpustakaan memang menjadi topik tersendiri, paling tidak seperti pendapat Kasi Pendidikan Dasar Dindik Kabupaten Banyumas Edy Rahardjo melalui Kasi Sarpras, Gunadi pada Harian Suara Merdeka.”, mengungkapkan saat ini masih ada sekolah di wilayah Banyumas, terutama jenjang SD yang belum memiliki ruang perpustakaan sendiri” (SM,25 Mei 2016). Bahkan data terakhir menyebutkan, dari sebanyak 825 SD yang ada, setidaknya masih ada sekitar 124 sekolah yang belum memiliki ruang perpustakaan sendiri. Padahal keberadaan perpustakaan cukup penting untuk mendorong minat peserta didik agar mau membaca buku. Penutup Keterampilan membaca berperan penting dalm kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui membaca. Oleh karena itu, keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini. Hasil penelitian tingkat international dan telaah lapangan menunjukkan data kemampuan berliterasi di Indonesia rendah. Kegiatan `Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan solusi atau upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada, dengan tujuan menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam pelaksanaanya muncul kendala diantaranya fasilitas perpustakaan yang belum Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 12
memadai. Meski gaung program ini begitu keras, di seluruh penjuru tanah air menyambut program pemerintah ini dengan antusia, dengan segala kendala yang ada, pantaskah kekurangan ini menjadikan kita melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah sebatas gaya? Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 13
PEMBELAJARAN KARAKTER DENGAN MENGAJARI SISWA MENCINTAI LINGKUNGAN DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA Oleh Wiwi Parluki Bagamana rasanya anda memasuki halaman rumah yang sejuk, asri, indah, bersih? Tentu akan terasa damai dan tenang. Sama halnya memasuki sebuah sekolah dengan suasana yang nyaman, sejuk, asri, rindang, bersih dan sehat. Tentu kita ingin berlama-lama menikmati suasana tersebut. Barangkali terbersit di benak kita,”Bagaimana si menciptakan lingkungan sekolah yang demikian nyaman dan menyejukkan rohani kita?” Ternyata suasana yaman tersebut merupakan salah satu perwujudan penanaman karakter dari pendidikan mencintai lingkungan yang dapat mengarah pada terwujudnya sekolah adiwiyata. Apakah yang dimaksud pendidikan karakter? Saat ini istilah pendidikan karakter memang tidak asing lagi di kalangan masyarakat, apalagi di kalangan praktisi pendidikan. Namun tidak sedikit juga ada masyarakat yang belum memahami pendidikan karakter yang dimaksud. Mereka kadang memperbincangkanya. Pendidikan karakter juga banyak mendapat sorotan dari para pakar di bidang pendidikan. Foerster seorang ilmuwan pernah mengatakan bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah untuk membentuk karakter karena karakter merupakan suatu evaluasi seorang pribadi atau individu serta karakter pun dapat memberi kesatuan atas kekuatan dalam mengambil sikap di setiap situasi. Pendidikan karakter pun dapat dijadikan sebagai strategi untuk Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 14
mengatasi pengalaman yang selalu berubah sehingga mampu membentuk identitas yang kokoh dari setiap individu dalam hal ini dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan karakter ialah untuk membentuk sikap yang dapat membawa kita kearah kemajuan tanpa harus bertentangan dengan norma yang berlaku. Menurut Timothy Wibowo, dalam bukunya Success begins with character` Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya). Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Penanaman pendidikan karakter ada dalam kurikulum sekolah dan sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 yang sedang dikembangkan Pendapat Timothy tersebut sejalan dengan Sumarna Surapranata, Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengkaitkan pendidikan karakter dengan penerapan kurikulum 2013, beliau menjelaskan “Aplikasi Kurikulum 2013, menekankan pada penanaman karakter dan budaya kepada siswa terdidik sejak usia dini. Fokus pengajaran tidak hanya pada mata pelajaran ilmu pasti, seperti Matematika atau IPA. Penanaman karakter tersebut Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 15
menjadi sangat penting dan bisa dijadikan pedoman pendidikan karakter pada masa mendatang. Sebab, penanaman karakter anak akan berkembang ke sifat-sifat anak selanjutnya setelah dewasa. Hanya saja, hasil dari pendidikan itu membutuhkan waktu beberapa lama” (Kompas,. Kamis, 6 /3/2014 ) Pendidikan karakter juga sudah digariskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang SISDIKNAS, yang mengutamakan pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah digambarkan oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) dalam Samani Muchlas dan Hariyanto (2012:52) yang bersumber dari agama, pancasila budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yakni: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikasi, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab. Jadi jelas kiranya salah satu unsur pendidikan karakter yakni peduli lingkungan, adalah sangat berkaitan untuk melatih siswa dengan menciptakan kenyamana lingkungan pembelajaran di sekolah. Hal ini merupakan roh dari terbentuknya sekolah adiwiyata. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 16
Apakah Sekolah Adiwiyata? Kata adiwiyata berasal dari dua suku kata, yakni Adi yang berarti besar, baik, agung, ideal atau sempurna dan Wiyata berarti tempat..Jadi Adiwiyata secara harfiah berarti tempat yang baik. Kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah. Jadi Adiwiyata mempunyai makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita- cita pembangunan berkelanjutan. Bergulirnya program sekolah Adiwiyata terselenggara dengan melibatkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementrian Lingkungan Hidup. Program ini telah diterapkan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA, SMK dengan target 6.480 sekolah dari tahun 2012 hingga tahun 2014. HASILYANG DIHARAPKAN ADIWIYATA merupakan program bukan lomba. Predikat ADIWIYATA merupakan penghargaan, bukan tujuan akhir, karena tujuan akhirnya adalah melaksanakan AKSI LINGKUNGAN secara kontinyu melalui pembinaan yang berkelanjutan. Sekolah yang tergolong sekolah adiwiyata memiliki keuntungan tidak saja mendapat penghargaan Adiwiyata, tetapi juga keuntungan yang lain-lain, diantaranya : 1). Kondisi belajar yang nyaman, 2). Mengurangi konsumsi energy, 3). Mampu mengatasi pencemaran, terutama sampah anorganik. Hal ini terangkum dari Komponen dan Model Adiwiyata, yakni : 1) Lingkungan sekolah bersih dan sehat 2) Memiliki Landscape (pemanfaatan RTH) 3) Memanfaatkan sumber daya secara Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 17
efisiensi energi (Listrik, Air, ATK, BBM) 4) Mengelola Sampah (3R) 5) Mengelola sanitasi Lingkungan dan memiliki cadangan air tanah 6) Memiliki kantin ramah lingkungan 7) Melakukan pelestarian fungsi Lingkungan Hidup dan 8) Komitmen Manajemen Anggaran Kata Kunci keberhasilan Adiwiyata, yang pertama, yaitu Komitmen, semua warga sekolah memiliki komitmen untuk mewujudkan sekolah adiwiyata. Yang ke dua yaitu perubahan (eg. Perilaku berbudaya lingkungan) , dan yang ke tiga yaitu Sumber daya manusia (Pendidik & Peserta didik) akan menjadi semakin berkualitas baik fisik dan rohani yang sehat Bagaimana aplikasi siswa dalam mencintai lingkungan untuk mewujudkan sekolah adiwiyata? Kegiatan yang dapat dilakukan dalam mencintai lingkungan oleh khususnya siswa,, diantaranya: 1. Melakukan Jumat atau Sabtu bersih bersama warga sekolah lainnya, berupa menanam, menyiram,membersihkan saluran, merawat kolam da taman, dll. 2. Secara khusus melakukan kegiatan: a) hemat dalam menggunakan energi air dan listrik, b) melakukan pengelolaan sampah plastik dengan 5 R: - Reduce : Mengurangi penggunaan plastik, sehingga mengurangi sampah - Reuse : Menggunakan kembali bahan plastik untuk keperluan yang sama atau lain - Recycling : Mendaur ulang bahan plastik yang telah digunakan menjadi yang sama Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 18
- Replant : Menanam kembali tanaman yang daunnya dapat digunakan sebagai pembungkus, sehingga mengurangi penggunaan plastik. - Repair ; Memperbaiki barang yang rusak jangan langsung dibuang c) membuang sampah ditempat yang disediakan sesuai jenisnya, d) membuat kompos dari sampah organik. 3. Tergabung dalam Eco Club ( kelompok Peduli Lingkungan), kelompok ini mempunyai kegiatan khusus tentang lingkungan. Kegiatannya dapat melakukan observasi, penelitian, kelompok diskusi terfokus, tentang lingkungan. 4. Tergabung dalam ‘polisi kelas’ untuk menjaga lingkungan kelas dan sekitarnya yang merupakan lingkungan sekolah yang mendukung Sekolah Adiwiyata. Dari uraian di atas, disimpulkan mengajarkan pada siswa untuk mencintai lingkungan dalam mewujudkan sekolah yang nyaman adalah sekaligus merupakan penanaman pendidikan karakter, yang pada muaranya menciptakan generasi penerus yang handal. Jika telah terbentuk karakter mencintai lingkungan pada siswa maka tak khayal lagi amat mudah menggiring mereka mewujudkan sekolah adiwiyata yang merupakan salah satu wahana membudayakan hidup sehat, bersih, tertib,dan indah, nyaman. Luar biasa bukan? Lalu mengapa kita tidak segera melatihkan siswa kita untuk mencintai lingkungan sejak sekarang? Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 19
MINAT BACA SEBAGAI CARA UNTUK MENGHAMBAT KEBIASAAN BURUK ANAK Oleh Wiwi Parluki Bagaimana kesan anda jika menyaksikkan anak – anak kita, anak didik kita atau bahkan anak-anak jalanan di sekitar kita asyik membaca? Tentu berbeda rasanya ketika anda menyaksikan mereka asyik bermain game dengan handphone – nya atau `gadget` yang lain? Kita sebagai praktisi pendidikan atau orang awam pun rasanya lebih terusik benak kita apabila menyaksikan mereka memiliki budaya kecanduan bermain game yang kurang mendidik.. Sayangnya pemandangan anak-anak asyik bermain hand phone lebih sering kita jumpai di lingkungan kita. Fakta nyata diperoleh penulis pada tayangan Trans TV , Senin 8 Maret 2015 pukul 4 sore ditayangkan akibat kecanduan bermain game pada anak memicu tindak kejahatan. Mereka rela menjambret akibat mengikuti permainan game on line yang mengarah pada perjudian. Fakta lain diperoleh yakni berdasarkan penuturan tetangga yang mengeluhkan putranya harus membayar sejumlah uang karena terjaring judi dalam permainan game on line tersebut, lucunya putranya tersebut tidak mau berhenti ketika diperingatkan, bahkan mengamuk atau marah besar. Wah, tentu ini dampak yang lebih memprihatinkan. Contoh kejadian di atas, menggambarkan betapa buruknya memiliki budaya kecanduan bermain game yang kurang mendidik jika dibandingkan keuntungan yang didapat apabila mereka gemar membaca. Mereka akan cenderung menyendiri, Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 20
kurang bersosialisasi dan kurang pengetahuan jika mereka gemar bermain game yang kurang mendidik tersebut. Namun, fakta nyata juga diperoleh penulis ketika bekerja sama dengan guru Bahasa Indonesia melakukan penelitian terhadap sampel 200 orang siswa-siswa SMP/MTs. Setelah dilakukan tes kemampuan membaca Bahasa Indonesia dan tes menulis dalam Bahasa Indonesia diperoleh skor rerata kemampuan membaca Bahasa Indonesia: 56,6%. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal `Sekolah Standar Nasional` adalah 75 %, maka data tersebut menunjukkan kemampuan membaca yang rendah atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Kondisi tersebut juga menggambarkan betapa keterampilan membaca anak-anak didik kita memprihatinkan. Lebih-lebih terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang notabene sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Kalau dikaji lebih jauh, kondisi tersebut terjadi pada tingkatan membaca yang paling rendah, karena hanya membaca untuk memahami dan memaknai isi bacaan, belum sampai pada tingkatan membaca yang lebih tinggi yaitu “membaca kritis” untuk memahami, memaknai, mengetahui kebenaran, dan kelengkapan informasi yang terkandung pada suatu bacaan. Jika tingkatan membaca yang rendah saja merupakan kendala bagaimana yang lain, mengingat membaca adalah jendela dunia. Barangkali terbersit di benak kita sebagai orang tua, Sudahkah kita memperhatikan minat baca anak-anak kita?, dan Bagaimana menumbuhkan minat baca pada anak kita?”. Sebagai pengajar pun kadang muncul juga pertanyaan pada diri kita, Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 21
“Sudahkah kita mengajari siswa membaca dengan menyenangkan?” Bagaimana menumbuhkan minat baca pada anak kita? Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, dari Wikipedia, (2010). Secara operasional Lilawati (1988) dalam Sandjaya (2010) mengartikan minat membaca anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Sinambela (1993) dalam Sandjaya (2010) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. Kegiatan membaca adalah faktor penentu kecerdasan seseorang. Kegiatan membaca yang membudaya, akan tercipta ketika para siswa rajin membiasakan diri mengunjungi dan membaca buku di perpustakaan. Diperlukan strategi agar anak merasa nyaman, senang dan mengasyikkan saat anak membaca di perpustakaan. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 22
Diperlukan sarana prasarana untuk menciptakan lingkungan gemar membaca, misalnya membuat perpustakaan mini, dilengkapi buku-buku yang sesuai dengan dunia anak. Tentu saja kita perlu mempromosikan perpustakaan tersebut dengan gencar, tanpa promosi, sulit mendatangkan siswa ke perpustakaan. Dengan meningkatknya minat baca anak ditandai dengan ramainya kunjungan perpustakaan, diharapkan menjadi indikator bahwa kualitas hidup warga bangsa di masa mendatang mengarah kepada produktivitas. Menumbuhkan minat baca juga bisa dilakukan pada dengan mengajak anak menyumbangkan buku ke kelas lalu dibentuk perpustakaan kelas yang dikelola kelas dengan pantauan dari guru agar senantiasa berkembang. Selanjutnya, dibuka lomba menulis sypnosis tentang buku yang telah dibaca. Kegiatan menumbuhkan minat baca selain dikembangkan oleh penulis artikel di atas, beberapa pendapat dari Tut Wuri handayani (2010) adalah sebagai berikut: a. Jadikan buku sebagai teman setia kemanapun anak Anda pergi b. Jadikan buku sebagai salah satu hadiah yang dinantikan c. Jadikan toko buku sebagai tempat favorit untuk dikunjungi d. Bermain untuk mengembangkan keterampilan berbahasa e. Jangan membaca komik terlalu banyak Selain upaya yang dilakukan keluarga, peran sekolah adalah penting untuk meningkatakan minat baca siswa. Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dapat dalam bentuk tugas baca yang terintegrasi pada seluruh mata pelajaran menjadi salah satu alternatifnya. Lomba membuat Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 23
sinopsis, membaca puisi, membaca dongeng atau karya sastra lainnya dapat pula dijadikan media meningkatkan minat baca. Implementasi dari pengembangan diri pada Kurikulum Pendidikan secara terprogram dapat menjadwalkan kunjungan perpustakaan secara bergiliran bagi tiap kelas. Jam wajib kunjungan perpustaan wajib didampingi oleh guru, dan siswa diberikan kesempatan menyesaikan tugas-tugasnya atau sekedar membaca buku-buku kegemarannya. Dengan membiasakan anak hadir di perpustakaan akan dapat menumbuhkan budaya membaca. Sebagai konsekuensinya sekolah harus melengkapi pemenuhan buku-buku atau sumber yang diperlukan, dan guru memastikan buku yang dijadikan rujukan sudah tersedia di perpustakaan. Mewujudkan pojok baca tiap kelas dengan buku-buku yang dihimpun dari kalangan siswa satu kelas akan menumbuhkan rasa memiliki “perpustakaan kecil”, dan diharapkan mereka dapat memanfaatkan waktu istirahat dengan membaca di kelasnya. Pengelolaan pojok baca merupakan salah satu yang dikembangkan oleh Manajemen Berbasis Sekolah dan PAKEM. Bagi sekolah yang sudah dapat memfasilitasi penggunaan internet, penugasan tugas mengunduh artikel dan membuat resumenya dapat menjadi pilihan untuk membiasakan siswa menggunakan informasi yang ada si internet secara benar dan bermanfaat. Penugasan ini diperhatikan segi keamanan dan dihindari penyalahgunaan internet untuk hal yang tidak semestinya. Peran guru orang tua dan masyarakat diperlukan untuk membendung informasi-informasi yang tidak layak untuk diakses. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 24
Sudahkah kita mengajari siswa membaca dengan menyenangkan? Seorang pakar bahasa Nancy V. Wood menulis dalam bukunya Strategies for College Reading and Thingking (1991:6-7), ” The key to more effective reading is to use active strategies that you can organize into an active reading process. Many times, when the material is easy and you have sufficient background about the subject, you will” just read’ and understand enough. On the other hand, when the material is complicated and new to you, active strategies can help you get meaning when” just read’ is not enough. Active reading requires a number of aggressive thought processes that reader consciously uses to get meaning”. Maksudnya, kunci untuk membaca yang lebih efektif adalah anda dapat menggunakan strategi aktif dalam sebuah proses membaca yang aktif. Kapan saja, jika bahan bacaan ringan dan anda punya latar belakang yang cukup tentang sebuah hal, anda `cukup sekedar membacanya` dan cukup sekedar memahami. Di sisi lain, ketika bahan bacaan cukup komplek dan sesuatu yang baru bagi anda, maka `sekedar membaca` saja tidak cukup agar strategi aktif dapat membantu anda untuk memahami maknanya. Membaca yang aktif memerlukan sejumlah cara proses berfikir yang dengan sadar harus dikuasai pembaca dalam memahami makna. Pendapat Nancy tersebut di atas menyiratkan bahwa dalam membaca diperlukan strategi yang aktif. Masih menurut Nancy, ”Organizing reading process into pre reading, reading, and post reading strategies”. Artinya, proses membaca harus Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 25
dilaksanakan melalui strategi pra membaca, strategi membaca dan strategi paska membaca. Dari pendapat Nancy tersebut juga, seorang pengajar memerlukan serangkaian strategi dalam mengajari siswa membaca. Sejalan dengan pemikiran tersebut, dalam `Suplemen program pelatihan KKG-MGMP BERMUTU` disinggung juga apa, dan bagaimana mengajarkan membaca di kelas. Berikut lebih lanjut pengkajianya. 1. Strategi pra membaca Seorang pengajar perlu membelajarkan pentingya membaca dan tujuannya kepada siswa. Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis. Hal ini sesuai dengan membaca pada level rendah. Finochiaro dan Bonono (1973:119) menyatakan bahwa membaca adalah proses memetik serta memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Batasan ini tepat dikenakan pada membaca literal. Di sisi lain, Hodgson (masih dalam Tarigan, 1985:7) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca selain sebagai suatu proses, juga bertujuan. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isinya. Pengucapan tidak selalu dapat didengar, misalnya membaca dalam hati. Selanjutnya, membaca juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 26
proses aktif, bertujuan, serta memerlukan strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca. Setelah tahu apa itu pemahaman membaca, lalu apa tujuan membaca? Nurhadi (1989:11) menyebutkaan bahwa tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan. Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. 2. Pelaksanaan pembelajaran membaca Agar pembelajaran menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum, terlebih dulu guru harus melakukan pemilihan bahan, metode, media, dan penilaian yang sesuai dengan KD membaca yang akan disampaikan. Melalui pemilihan yang tepat, guru dapat merancang suatu kegiatan pembelajaran membaca. Dalam merancang pembelajaran membaca pun, guru hendaknya melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Memetakan KD membaca dengan cara mengurutkan KD mudah lebih dahulu baru KD sulit, b) Menghitung alokasi waktu Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 27
per-KD berdasarkan perhitungan pekan efektif satu semester atau satu tahun.c) Menjabarkan KD membaca menjadi beberapa indikator.d) Menentukan materi dan metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran KD tersebut,d) Menjabarkan langkah-langkah pembelajaran sesuai KD dan metode yang telah dipilih. Serta yang tak kalah penting adalah menentukan penilaian sesuai dengan KD dan indikator yang dipilih. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, guru selanjutnya dapat menuangkannya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penentuan materi pembelajaran diupayakan yang menarik sesuai dengan dunia anak, contoh hobby yang seusia anak, tokoh idola, permainan atau informasi yang sedang menjadi topik pada umumnya, sehingga anak akan merasa mendapat informasi baru. Penentuan metode pun perlu menjadi pertimbangan. Metode –metode tersebut diantaranya, metode kosakata, metode motivasi (minat), metode dengan bantuan alat dan metode gerak mata. Tentu jika tujuan membaca untuk menarik minat anak, maka metode motivasi adalah pilihan yang pas. Bagian yang tidak boleh ketinggalan adalah ajak anak didik kita untuk mendiskusikan materi bacaan dengan menanyakan pendapat mereka tentang isi dan hal positif / menarik yang ada didalamnya. Langkah ini dapat diambil sebagai bentuk penilaian. Kegiatan lain dengan mengajak mereka menuliskan harapan-harapan mereka tentang bahan bacaan berikutnya. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 28
topik atau bahan kesukaan anak didik sehingga mereka berminat membaca. 3. Tindak lanjut /paska pembelajaran membaca Setelah proses membaca dilaksanakan diperlukan kegiatan tindak lanjut,. Sebagai pengajar kita perlu berupaya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang ada dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan dari setiap kompetensi dasar membaca. Setelah kegiatan pembelajaran membaca, siswa yang tuntas mencapai KKM yang diharapkan diberikan program pengayaan, sedangkan siswa yang tidak mencapai KKM yang diharapkan berarti tidak tuntas KD tersebut dan kepada siswa tersebut diberikan perbaikan. Untuk memudahkan guru membuat rancangan tindak lanjut kegiatan pembelajaran membaca, berikut ini contoh tabel yang dapat dipergunakan oleh guru. No. KD KKM Tuntas Tidak Pengayaan Perbaikan Tuntas 12 3 4 5 6 7 Keterangan: 1) Tuliskan nomor urut KD membaca. 2) Tuliskan semua KD membaca dalam semester yang bersangkutan. 3) Tuliskan KKM masing-masing KD membaca tersebut. 4) Berikan tanda cek (√) bila setelah kegiatan pembelajaran KD membaca tersebut tuntas (minimal sesuai dengan KKM). 5) Berikan tanda cek (√) bila setelah kegiatan pembelajaran KD membaca tersebut tidak tuntas (tidak mencapai KKM). Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 29
6) Tuliskan rencana pengayaan bila KD membaca tersebut tuntas (minimal sesuai dengan KKM). 7) Tuliskan rencana perbaikan bila KD membaca tersebut tidak tuntas (tidak mencapai KKM). Dari uraian di atas, disimpulkan kebiasan buruk anak dapat di atasi dengan mengajak mereka berminat membaca. Sebagai pengajar pun guru hendaknya mengkaji atau mengevaluasi bagaimana mengajarkan pada siswa untuk gemar membaca , yang pada muaranya menciptakan generasi penerus yang handal. Jika telah tumbuh minat pada anak maka anak akan mudah membuka jendela dunia,atau tak khayal lagi amat mudah menggiring mereka mewujudkan sekolah sebagai tempat membuka jendela dunia. Luar biasa bukan? Lalu mengapa kita tidak segera melatihkan siswa kita untuk gemar membaca sejak sekarang? Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 30
Guru, Pupuklah Terus Jiwa Profesionalisme-Mu Oleh Wiwi Parluki Ketika mengunjungi perpustakaan daerah di kabupaten, seorang guru SMP membaca suatu buku berjudul `menulis itu gampang` karangan Arswendo Atmowiloto, langsung terkesiap darahnya dan segera membacanya dengan penuh rasa ingin tahu, ah masa, apa benar? Gambaran situasi tadi adalah suatu contoh bahwa seorang guru tidak mempercayai suatu anggapan `menulis itu gampang` dan dalam dirinya bisa saja ada keinginan untuk menggulirkan apa yang dialaminya sebagai tenaga pendidik, keinginan untuk berbagi dengan rekan guru khususnya, namun merasa kesulitan dalam menulis atau menemui kendala dengan belum ada rasa percaya diri untuk menulis. `Menulis menjadi suatu keterampilan`, bagi seorang yang belum mencobanya rasanya terlalu mustahil. Padahal disisi lain, berdasar UU no 20 tahun 2005 tentang guru dan Dosen dalam pasal 20, Dalam melaksanakan tugas keprofesionalanya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Bagian terakhir yaitu mengevaluasi hasil pembelajaran adalah kegiatan mengevaluasi produk atau karya kita yang perlu diuji demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pembuktian keprofesional kita teruji melalui hasil pembelajaran kita dengan menuliskan apa yang telah kita laksanakan kemudian di sampaikan ke forum umum untuk mendapat pengakuan. Tulisan tersebut, disebut karya tulis ilmiah yang merupakan bentuk dari Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 31
pengembangan profesi. Sayang diantara kita sebagai pendidik, masih banyak yang belum melaksanakan. Guru masih terbatas hanya menulis laporan evaluasi pembelajaran melalui lembar perbaikan dan pengayaan. Hal ini yang mendukung mustahilnya guru untuk menulis sebuah karya tulis. Benarkah menulis sulit di kalangan guru? Jawabanya tentu beragam. Tetapi kenyataan kita temui masih sedikit karya/tulisan guru menghiasi media massa atau jurnal. Kepengurusan kenaikan pangkat guru melalui pengembangan profesi ini masih menjadi keprihatinan, masih banyak guru yang mentok pada golongan IVa hingga memasuki masa pensiun. Padahal menurut kabar yang disampaikan widyaiswara dalam Workshop Guru Pemandu MGMP di LPMP Jawa Tengah pada tanggal 13-16 Agustus 2008 akan ada peraturan baru tentang kenaikan pangkat melalui angka kredit . Guru golongan III/b diwajibkan membuat karya pengembangan profesi minimal 2 untuk bisa naik ke pangkat ke golongan III/c. Dari golongan III/c ke III/d minimal 4 angka kredit pengembangan profesi. Golongan III/d ke IV /a =6, golongan IV/a ke IV /b = 8, golongan IV/b ke IV/c = 10, golongan IV/c ke IV/d = 12 dan golongan IV/d ke IV/e = 14. Jika peraturan ini betul-betul diterapkan, maka menulis karya tulis merupakan keharusan. Menulis karya tulis sendiri adalah sebuah upaya pengembangan profesi diri guru dalam mengekpresi diri. Menulis karya tulis juga sebenarnya hak kita sebagai tenaga guru yang profesional, hal ini diamahkan dalam UU no 20 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam pasal 14, ayat (1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berhak: Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 32
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Sekali lagi menulis, ternyata merupakan hak kita sebagai guru. Dari dari kewajiban dan hak kita, lengkap sudah alasan perlunya menulis, namun kurangnya tulisan karya guru ini didasari oleh beberapa kendala diantaranya; kurangnya motivasi di kalangan guru untuk menulis, kurangnya keberanian guru untuk menulis dan belum memanfaatkan atau belum mengoptimalkan media yang tersedia. Kendala dan Solusinya Kendala-kendala yang dihadapi guru dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: A. motivasi yang rendah di kalangan guru. Tidak sedikit rekan guru yang telah memiliki atau mengantongi masa kerja yang demikian lama atau guru senior yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, enggan untuk menulis. Andreas Harefa, pengarang buku the best seller, dalam bukunya `Agar Menulis–Mengarang bisa gampang` memberikan semacam motivasi kepada siapa saja yang mau belajar menulis dimana banyak orang beranggapan (juga dirinya pada awalnya sebelum terjun `menulis` beranggapan `menulis adalah sulit`) yang mengakibatkan kurangnya motivasi. B. kurangnya keberanian guru untuk menulis. Kondisi guru dimana guru tidak memiliki keberanian telah dicontohkan pada bagian awal tulisan ini. Kondisi ini benar-benar terjadi manakala guru merasa sedikit pengetahuan dan pengalamanya atau terbatas idenya dibandingkan dengan Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 33
pembaca atau sebelum menulis, guru sudah merasa minder sebelum menulis. Padahal sebenarnya guru memiliki segudang ide untuk ditulis mulai dari buku/bahan ajar, metode/strategi pembelajaran, peserta didik dan perkembanganya yang unik dan sebagainya. Hal lain yang menjadi pemicu kurangnya keberanian menulis adalah adanya kesalah pahaman akan suatu pengertian bahwa guru dituntut memiliki `loyalitas yang tinggi yaitu taat pada atasan atau pimpinan, sehingga takut mengungkapkan gagasan yang mungkin dianggapnya menyimpang dari kebijaksanaan atasan. Kondisi dimana pandangan guru yang loyal adalah guru yang mentaati semua kemauan dan perintah atasan ini turut mempertajam kondisi guru kurang berani mengemukakan pendapat atau gagasannya atau menujukkan otoritas pribadinya melainkan cenderung mengikuti alur berpikir atasannya. Hal ini keliru, semestinya Loyalitas guru ditujukan kepada Negara sesuai dengan aturan perundangan. C. Belum mengoptimalkan media yang tersedia Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini demikian pesatnya, sekolah-sekolah sekarang ini sudah memiliki fasilitas yang lengkap mulai dari ruang kelas, alat peraga, fasilitas perpustakaan, bahkan lebih canggih lagi adanya fasilitas Teknologi Informatika dengan internet dan hot spot-nya. Namun sayang kelengkapan fasilitas tadi sering belum dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau pendukung upaya menulis. Ada ungkapan`penulis yang baik berawal dari pembaca yang baik`. Kita dapat memanfaatkan perpustakaan sekolah atau bahkan memanfaatkan perpustakaan pribadi sebagai referensi. Andaipun perpustakaan sekolah kurang bahan refernsi, guru bisa Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 34
mengunjungi perpustakaan yang ada di kota kecamatan atau kabupaten. Jikapun masih sulit, guru bisa berselancar melalui internet. Dunia internet saat ini demikian mudah diakses pun melalui warnet yang begitu menjamurnya di masyarakat dewasa ini. Guru dituntut kritis menghadapi kendala-kendala tersebut. Sebab apabila tidak mengantisipasi, tak pelak dunia pendidikan akan semakin pudar, sementara di sisi lain dituntut meningkatkan kualitas pembelajarannya. Terlebih-lebih guru sedang mendapat perhatian dari pemerintah dengan tunjangan profesi. Maka ironis jika guru berdiam diri dan menjadi guru hanya sekedar melaksanakan kewajiban, sampai menjelang akhir purna tugas. Kendala-kendala tersebut perlu diatasi dengan adanya program Kreatifitas bersama` diantaranya; 1. membentuk kelompok-kelompok diskusi mata pelajaran serumpun melalui MGMP lokal di sekolahnya atau mengoptimalkan kelompok guru mata pelajaran dalam MGMP yangg telah terbentuk. Misalnya kelompok guru pengampu mata pelajaran atau MGMP Bahasa Ingdonesia. MGMP Bahasa Inggris, MGMP IPA, MGMP matematika dan sebagainya. 2. Menentukan kesepakatan proyek bersama. Kesepakatan jenis proyek yang dimaksud aladah dengan menentukan kelompok latihan menulis berdasar jenis tulisan, misalnya tulisan bebas seperti artikle, opini, celoteh guru atau kelompok menulis karya tulis ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas, kelompok Lesson Study. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 35
3. Menentukan kesepakan waktu menulis. Budaya mengoptimalkan waktu pada jam-jam dinas di sekolah perlu diterapkan dengan penuh kesadaran. Jam-jam dimana telah selesai mengajar dapat dimanfaatkan untuk mencicil proyek menulis, sebab ada guru yang menganggap setelah selesai mengajar berarti dapat pulang ke rumah meski belum selesai jam dinas. Perlu kesepakatan yang dipatuhi bersama, kapan bisa meninggalkan sekolah, dengan tetap berkreatifitas bersama. 4. Mencari pembimbing ahli untuk mengevaluasi tulisan yang dibuat. Pembimbing bisa menggunakan tutor sebaya jika ada rekan guru yang dianggap mampu terbukti dengan prestasinya, atau kepala sekolah jika mampu, bisa juga mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi di kotanya yang memiliki kredibilitas baik. Jika demikian pun sulit, sekolah dapat menyampaikan usuilan kepada kartor dinas ranting atau kantor dinas pendidikan kabupaten untuk membantu menfasilitasi bimbingan bagi guru yang ingin mengasah kemampuan dalam menulis. Karena masyarakat juga memikul tanggung jawab pendidikan, maka dapat juga melibatkan komite atau orang tua murid jika ada yang mampu mengemban tugas tersebut. 5. Jika suatu karya tulis telah dihasilkan, tentu saja perlu dipajang agar karya tersebut dapat dinikmati orang lain atau bermanfaat. Media yang paling sederhana bisa dengan Majalah Dinding Khusus Guru dimana bisa dibaca semua komunitas sekolah. Buletin sekolah pun bisa mulai disusun untuk mewadahi guru menulis. Jika sekolah sudah dilengkapi fasilitas ICT tentulah Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 36
dapat ditampilkan dalam Blog Sekolah. Media- media tersebut penting ketersediaanya, sepanjang memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut: - Fungsi Media Media berfungsi sebagai media komunikasi, informasi dan wadah kreatifitas guru yaitu sebagai media untuk saling bertukar pengalaman dan sebagai wadah untuk menyampaikan gagasan, pendapat dan tempat display hasil karya guru. - Manfaat media: melatih keberaninan menuangkan pendapat melatih ketelitian, kesabaran, dan ketekunan. melatih kemampuan berorganisasi menambah ilmu, pengalaman dan wawasan meningkatkan daya kreatif dan inovatif sebagai pijakan awal bagi yg ingin menjadi guru yang terampil menulis 6. Pemberian Reward atau penghargaan bagi guru yang aktif Indikator guru aktif menulis ditentukan berdasar kesepakatan bersama. Disamping reward tentu saja harus dibimbing guru-guru yang tergolong tidak aktif, atau perlu dicari alasan mengapa tidak aktif. Perlu dikaji dan dicarikan solusi agar semua guru dapat mengemukakan kreatifitasnya. Kesimpulan Ditinjau dari kewajiban, hak guru dengan segala konsekwensinya, menulis memanglah harus dilakukan oleh guru. Kendala – kendalan yang dihadapi guru sangat beragam, dapat Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 37
dikelompokkan menjadi tiga yaitu kurangnya motivasi di kalangan guru untuk menulis, kurangnya keberanian guru untuk menulis dan belum memanfaatkan atau belum mengoptimalkan media yang tersedia di sekolah. Upaya mengatasi kendala diantanya:melalui `program kreatifitas bersama` yang meliputi: membentuk kelompok- kelompok diskusi mata pelajaran serumpun melalui MGMP lokal di sekolahnya atau mengoptimalkn kelompok-kelompok tersebut, menentukan kesepakatan proyek bersama, menentukan kesepakan waktu menulis, mencari pembimbing ahli untuk mengevaluasi tulisan yang dibuat, menentukan media untuk memajang hasil karya, dan pemberian reward atau pembimbingan khusus . Semua kegiatan di atas diupayakan agar terbentuk iklim budaya menulis. Jika kegiatan menulis sudah rutin dilakukan tentulah akan muncul budaya, dengan demikian menulis tidaklah dianggap sulit. Menulis itu gampang seperti apa yang ditulis oleh Arswendo Atmowiloto dalam bukunya `Mengarang itu gampang`. Maka mari mulai menulis jangan menunggu golongan IV/a, jangan menunggu dua hari lagi. Mulai sekarang juga, setelah membaca artikel ini. Majulah pendidikan di Indonesia. Bunga Rampai Pendidikan Menggapai Asa, Mungkinkah?| 38
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138