Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Boddhicita - Jurnal Guru Sekolah Minggu Buddha - Edisi 1

Boddhicita - Jurnal Guru Sekolah Minggu Buddha - Edisi 1

Published by Eko Madhawanto, 2022-10-04 04:25:53

Description: Buku ini merupakan kumpulan alat bantu berupa bahan ajar yang dapat digunakan Guru Sekolah Minggu Buddha khususnya aliran Tantrayana Zhenfozong Kasogatan Indonesia. Ini merupakan edisi pertama dari beberapa edisi yang akan diterbitkan selanjutnya dan dapat digunakan sebagai panduan menyelenggarakan pembelajaran di semua kelas di Sekolah Minggu Buddha.

Keywords: SMB,Boddhicitta,Zhenfozong,Edisi 1,Jurnal Guru Sekolah Minggu Buddha

Search

Read the Text Version

Bodhicitta Jurnal Sekolah Minggu Buddha Volume 1 Tim Penulis Eko Madhawanto, M.Pd. Waliyono, S.Pd. Eko Budi, S.Pd. Engles Prayitno, S.Pd.B. Metta Septyani, S.Pd.B. Redaktur, Layout & Produksi Js. Tasimun Eko Madhawanto, M.Pd.. Duwi Oktafiyani, S.Pd. Dicetak dan Dipublikasikan Gratis untuk Pelestarian Dharma, oleh : Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfozong Kasogatan Indonesia 2022 i

Kata Pengantar Ketua Umum DPP Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfozong Kasogatan Indonesia Ibu Winarni Harsono Om Awignam Astu. Namo Buddhaya. Sembah Puja kepada Hyang Catur Ratna, Maha Guru Liansheng, Buddha, Dharma dan Sangha karena berkatnya buku yang telah kami harapkan akhirnya dapat terselesaikan. Sebuah karma baik bagi seluruh Umat Buddha Tantrayana Zhenfozong di Indonesia, akhirnya ada sebuah panduan yang dapat digunakan sebagai pegangan para guru Sekolah Minggu Buddha. Buku berjudul Bodhicitta ini merupakan kumpulan jurnal dari beberapa penulis dan dapat digunakan untuk panduan penyelenggaraan Sekolah Minggu Buddha di setiap vihara terutama yang berada di bawah naungan Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfozong Kasogatan Indonesia. Kami menyadari bahwa penyelenggaraan Sekolah Minggu Buddha di vihara bukan hal mudah. Apalagi kami paham bahwa menjadi guru Sekolah Minggu Buddha bukanlah sebuah profesi melainkan keterpanggilan melayani pelestarian dharma. Maka dari itu, kami hadir bersama buku ini untuk membantu para guru yang benar-benar tanpa tanda jasa dan ikhlas rela meluangkan waktu akhir pekannya untuk berbagi dharma bagi generasi Buddhis di Indonesia. Buku ini mencoba menyajikan materi - materi yang dapat guru Sekolah Minggu Buddha gunakan untuk sharing dharma, membiasakan aktifitas bersama dan aktifitas pembelajaran sekaligus pembiasaan terhadap sadhana serta renungan penyadaran. Setidaknya dengan buku ini, guru Sekolah Minggu Buddha akan terbantu dalam persiapan kegiatan pembelajaran di Sekolah Minggu Buddha di Vihara sehingga dapat menyajikan sesuatu yang variatif. Buku panduan ini merupakan terbitan pertama dari jurnal Sekolah Minggu Buddha. Ke depan kami berharap dapat terbit lagi edisi-edisi selanjutnya dari Buku Bodhicitta sehingga, dapat membantu seluruh vihara untuk menyelenggarakan Sekolah Minggu Buddha. Kami juga mengundang ide, saran maupun keterlibatan semua pihak yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian dharma agar merespon dan bersama-sama membangun perbaikan isi jurnal ini. Ke depan kami berharap dapatmenerbitkan jurnal yang lebih baik dan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan dharma di seluruh daerah di Indonesia. Akhir kata saya ucapkan terimakasih untuk seluruh penulis yang telah berpartisipasi dalam pembuatan jurnal Bodhicitta ini, semoga karma baik ini terus tumbuh seiring penyebaran Buddha Dharma melalui buku ini. Untuk semua guru Sekolah Minggu Buddha, para pandhita dan ketua vihara di Indonesia, mari dukung upaya dharma ini dengan mengimplementasikan buku ini di vihara dalam kegiatan Sekolah Minggu Buddha. Om Mani Padme Hum ii

Tentang Bodhicitta Jurnal Sekolah Minggu Buddha Sharing Dharma Bagian ini berisi detail materi pembelajaran di Sekolah Minggu Buddha. Guru dapat menggunakan ini untuk acuan mengajarkan Dharma. Menyimak Bercerita Bagian ini berisi berbagai cerita narasi baik kreasi penulis yang dapat digunakan sebagai pendukung sharing atau dapat juga berupa kisah fabel jataka maupun lalitawistara serta dari sumber lainnya. Mari Beraktivitas Pada bagian ini guru dan siswa dapat membangun aktivitas kreatif dalam kegiatan Sekolah Minggu Buddha. Disediakan berbagai bahan seperti gambar, lagu, serta prakarya yang membuat kegiatan menjadi lebih hidup. Mari Merenungi Ini adalah kegiatan akhir di pembelajaran Sekolah Minggu Buddha. Pada kegiatan ini bimbing siswa untuk merenungi ucapan yang dibacakan guru dari kalimat yang tertulis untuk mendapatkan pembelajaran bermakna. Membiasakan Diri Ini adalah kegiatan bantuan tindak lanjut agar siswa melakukan berbagai kegiatan atau sadhana ringan di kehidupan sehari-hari di rumah. iii

Daftar Isi HAL Cover (Hal -) COV TEMA Penjelas Penerbit (Hal : i) 1 Kata Pengantar (Hal : ii) TEMA Tentang Bodhicitta (Hal : iii) 2 Daftar Isi (Hal : iv) TEMA 3 Resolusi (Hal : 1) Doa dan Mantra (Hal : 2 - 10) Karma dan Jodoh Karma (Hal : 11 - 20) Berbakti dan Menghormati (Hal : 21 - 30) Meminta Maaf (Hal : 31 - 43) Tradisi (Hal : 44) Homa (Hal : 45 - 53) Puja Bakti Khusus (Hal : 54 - 61) Mudra, Mantra, Visualisasi (Hal : 62 - 72) Borobudur (Hal : 73 - 82) Pencapaian (Hal : 83) Catur Ratna (Hal : 84 - 91) Dharma Sang Buddha (Hal : 92 - 102) Hari Suci Waisak (Hal : 103 - 111) Buddha Mahkluk Agung (Hal : 112 - 124) iv

TEMA 1:RESOLUSI J U RNAL B O D H I C I T T A VO L . 1B A GI A N 1 PENULIS:EKOMADHAWANTO,M.PD. SISWASMB DIHARAPKANDAPAT Membiasakan diri melibatkan doa dan mantra dalam aktivitas keseharian Memahami keterkaitan karma terhadap aspek kehidupannya Mempraktikkan sikap hormat dan menunjukkan bhakti terhadap orang lain Mambiasakan diri menyadari kesalahan dan terbiasa meminta maaf MENGAPA HARUS MELAKUKANRESOLUSI? Menurut KBBI Resolusi berarti putusan atau kebulatan pendapat berupa permi ntaan atau tuntutan yang ditetapk an oleh rapat (mu sy aw ar ah , si dang ); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Pada tema ini, resolusi berarti kita menuntut diri untuk mencapai sebuah target. Mudahnya mari kita mulai tentukan tujuan kita sebagai siswa sang Buddha dan Maha Guru Liansheng untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lai n. Jika tujuan telah ditentukan maka kita akan tahu arah serta cara hidup kita. Dalam jurnal perdana ini, kami berharap adik-adik sedharma dapat menjadi pribadi yang penuh sraddha, sadar dharma, tahu etika, dan selalu mawas diri. Semua itu kami sampaikan dalam 4 sub bab yang akan di bahas pada bagian ini : Resol usi.

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA TEMA 1 : RESOLUSI “Doa dan Mantra” Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Halo sahabat sedharma, hari ini kita akan menyimak sebuah penjelasan tentang doa dan mantra, setelah itu akan ada aktivitas yang kita lakukan bersama untuk memperdalam pemahaman kita. Pernahkah kalian takut atau khawatir akan sesuatu? Takut akan seseorang atau suatu makhluk? Khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak bisa kita duga? Contohnya takut dengan orang tua karena nilainya jelek atau khawatir hasil ulangan Sumber Ilustrasi :https://images.app.goo.gl/6rcR8fo8mwAsmazu7 yang kita kerjakan hasilnya tidak sesuai harapan. Contoh lainnya adalah merasa gugup ketika harus menjelaskan materi di depan kelas. Rasa takut dan khawatir pada manusia adalah hal wajar yang bahkan bisa dirasakan manusia sehari-hari. Untuk mengatasi rasa takut ini, maka ada banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya bernyanyi untuk mengatasi rasa takut saat sendiri dalam kegelapan, atau melompat-lompat kecil sebelum tampil di panggung agar tidak gugup. Sebenarnya ada cara terbaik untuk mengatasi rasa takut kita yaitu dengan memotivasi, menyadarkan atau menyemangati diri sendiri. Cara terbaik itu bisa kita rangkai menjadi doa dan mantra. Yuk, kita simak penjelasan berikut! BODHICITA TEMA 1 2

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA A. Doa Kalian pasti sering melihat umat agama lain berdoa di acara televisi, sinetron atau tayangan religi. Dari doa yang kalian lihat pada acara televisi tersebut, umumnya berdoa adalah memohon, meminta, atau mengharapkan sesuatu dari Tuhan. Dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia doa berarti permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Dalam pandangan masyarakat umum memang doa lebih sederhana dimaknai sebagai meminta kepada Tuhan. Bahkan dalam Bahasa Jawa berdoa juga diartikan menjadi nenuwun yang artinya meminta. Tapi mari coba kita perhatikan sebuah kutipan Tripitaka dari Samyuta Nikaya I, 227 berikut ini. “Sesuai dengan benih yang ditabur demikian pulalah buah yang dituai. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebajikan, dan pembuat kejahatan akan menerima kejahatan pula. Taburlah olehmu biji-biji benih, dan engkau pulalah yang akan memetik buah-buah dari padanya.” Dari bait kutipan Tripitaka tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa doa yang baik dalam agama Buddha bukanlah “meminta”. Bagaimanapun juga karma yang kita perbuat akan menjadi tanggung jawab kita sendiri. Sehingga dalam agama Buddha ketika anda melakukan sebuah kejahatan tidak berarti kejahatan akan dihapus dengan banyak berdoa. Lalu apa gunanya berdoa jika demikian? Apa fungsi doa bagi umat Buddha? Seperti apa berdoa yang benar bagi umat Buddha? Jika kita masih sering berpikir dan susah melupakan bahwa berdoa itu harus meminta itu tidak apa-apa. Ini karena kita memang cenderung mengikuti apa yang umum dilakukan orang pada umumnya. Hanya saja sebagai umat Buddha mari kita biasakan berdoa ala umat Buddha, tetap bisa keren dan jauh lebih dalam maknanya. Dalam agama Buddha daripada meminta sesuatu kepada Tuhan atau sosok lainnya, berdoa lebih diartikan sebagai merenungi. Jadi inti doa dalam agama Buddha itu berbeda daripada umat agama lain. Dalam agama Buddha inti dari sebuah doa yang dipanjatkan adalah perenungan terhadap sesuatu yang kita sadari, kita lakukan atau akan dilaksanakan. Ini seperti anda berbicara untuk memberikan motivasi atau semangat bagi diri sendiri agar lebih baik setiap saat. Jadi doa juga adalah tahap penyadaran bagi kita. Mari saya berikan contoh. Jika anda dalam kondisi menginginkan sebuah produk handphone canggih namun anda tahu anda tidak mampu membelinya lalu anda akan mengusahakannya sekaligus berdoa. Umumnya doa yang akan dipanjatkan barangkali seperti ini “Hyang Buddha, berikanlah saya karma baik, sehingga saya mendapatkan rezeki melimpah untuk dapat membeli handphone yang saya inginkan.” BODHICITA TEMA 1 3

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA Doa seperti itu tidak salah, namun anda sedang meletakkan tanggung jawab anda kepada sesuatu di luar diri anda. Jika anda terlibat pandangan salah lalu setelah anda satu bulan berdoa secara rajin dan tidak dapat membeli handphone yang anda inginkan maka akan menjadi sumber penderitaan baru untuk anda. Lalu bisa saja anda menyalahkan Buddha karena tidak mengabulkan doa anda. Kasus seperti inilah yang sebenarnya jika dicari tahu sumber dukkhanya berasal dari ketidakpahaman anda tentang karma dan berdoa yang benar dalam agama Buddha. Dalam agama Buddha daripada berdoa demikian, anda lebih baik merenungi dan menyadarkan diri. Doa tadi bisa diganti menjadi seperti ini “Hyang Buddha, bimbinglah saya dengan DharmaMu, agar dapat terus berbuat baik dan menabung sehingga keinginan saya untuk membeli handphone dapat terwujud” Cara doa ini jika anda cermati lebih dalam, akan memperlihatkan bahwa si pengucap doa mengerti dan harus menyemangati dirinya untuk lebih bersemangat menabung agar keinginannya tercapai. Demikian jika doa ini diucapkan setiap hari maka diri kita akan terus diingatkan agar lebih bersemangat lagi. Contoh doa tentang handphone tadi adalah contoh kecil saja. Sebaiknya kita sebagai siswa Buddha berdoa bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga berdoa untuk kebahagiaan semua makhluk. Maka menurut saya rumus berdoa dalam agama Buddha adalah sebagai berikut. Berdoa = Pujian + Perenungan + Memancarkan Cinta Kasih B. Mantra Jika anda mencari apa itu mantra melalui Wikipedia, maka anda akan menemukan penjelasan seperti ini: Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau kalimat yang dianggap mampu menciptakan perubahan secara spiritual. Mudahnya mantra merupakan bunyi atau kalimat yang bila diucapkan dengan yakin dapat memberikan sebuah perubahan. Jika kalian belajar mengenai puisi dan prosa, mantra termasuk kedalam jenis puisi kuno yang lebih mengedepankan irama daripada rima (persamaan bunyi akhir). Sederhananya mantra akan bisa dirasakan kekuatannya bukan dari memaknai atau menikmati bunyi yang pada akhirnya seperti halnya lagu dan pantun yang sama-sama merupakan bagian dari bagian jenis karya puisi. Karena mantra lebih menekankan irama maka untuk mendapatkan rasa dari mantra kita harus merapalnya dengan khidmat dan penuh keyakinan, maka fungsi mantra dapat dirasakan Mantra di dalam Agama Buddha Tantrayana Zhenfozong merupakan rahasia ucapan dari para Buddha, Bodhisattva atau makhluk suci. Mantra biasa digunakan sebagai pembuka, penutup atau bahkan menggantikan sebuah doa. BODHICITA TEMA 1 4

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA Mantra yang dirapal dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan akan mampu mempengaruhi keyakinan kita dan menjadikan tubuh kita bertindak untuk meningkatkan karma baik. Mudahnya jika anda merapal mantra anda seperti sedang menyentuh hati para makhluk suci tersebut, maka dengan semakin sering dilakukan anda akan memperoleh pemberkatan. Umat Buddha Tantrayana Zhenfozong, saat berdoa, sebaiknya diawali dengan merapal Mantra Mahamula Acarya Liansheng untuk mendapat pemberkatan silsilah. Untuk apa? Untuk menegaskan doamu. Tapi bahkan mantra sendiri sebenarnya sudah dapat menjadi doa yang sangat praktis tanpa mengucapkan doa lainnya. Asalkan anda paham dengan seluk beluk mantra yang anda ucapkan dan telah mendapat abhiseka Mahamula Acarya. Seperti dijelaskan, umumnya doa di agama lain berbentuk permintaan pada suatu obyek yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tradisi Tantrayana Zhenfozong ketika anda sudah berhasil merangkai doa dengan baik, maka anda bisa langsung memilih obyek sebagai pendukung doa anda dengan merenungi karakter Empunya Mantra. Misalnya anda merasakan kesedihan karena teringat almarhum nenek atau kakek yang telah meninggal, anda dapat mengucapkan doa dengan obyek ditujukan kepada Buddha Amitabha, kekuatan pahala dari pemusatan pikiran kepada Buddha Amitabha yang memiliki welas asih dan cahaya tanpa batas. Pahala dari pemusatan pikiran dan rapal Mantra Buddha Amitabha kita salurkan kepada almarhum. C. Merangkai Doa dan Mantra Jadi sekarang bagaimana merangkai sebuah doa dan mantra menjadi sebuah rangkaian yang padu? Sebenarnya ketika anda berdoa sendiri, doa dengan kalimat yang tidak menarik didengar pun tidak masalah, bahkan bisa tidak harus diucapkan sama sekali. Tapi mari sebaiknya kita belajar merangkai doa yang baik. Seperti halnya rangkaian bunga akan indah jika dirangkai rapi saat daripada diikat begitu saja. Jika anda seorang umat zhenfozong, urutan doa lengkap yang bisa dianjurkan adalah sebagai berikut. 1. Mantra untuk pembuka doa: Diawali dengan merapal Mantra Mahamula Acarya Liansheng, boleh ditambah Mantra Catursarana. 2. Inti doa: Terdiri atas - Bagian perenungan terhadap diri sendiri - Bagian memancarkan cinta kasih 3. Mantra Penutup: Disempurnakan dengan marapal Mantra Paripurna dan atau ditambah Mantra Sataksara. Dengan urutan doa tersebut sepertinya rumit ya? sebenarnya tidak rumit sahabat sedharma. Pada kondisi mendesak dan waktu yang tidak BODHICITA TEMA 1 5

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA memungkinkan doa bisa dipersingkat misalnya tanpa mantra penutup, atau memang hanya mantra saja. Contohnya ketika mau makan maka bisa diganti doa makan yaitu mantra penyeberangan dan persembahan cukup. Atau anda mau melakukan perjalanan maka cukup dengan mantra perlindungan diri. Nah, jika sedang sempat berdoa di altar rumah atau di vihara sendiri, setelah menentukan doa, anda bisa mencoba formula lengkap tadi dan rasakan perbedaan yang ada di hati Anda. Menyimak Cerita “Tidak Hanya Doa” Anak-anak sedang melihat pengumuman di sekolah mengenai hasil seleksi lomba cerdas cermat Matematika mewakili sekolah 2 minggu mendatang. Di papan tulis terpampang jelas 3 nama yang lolos adalah Tara, Rea dan Jati. Sepertinya hasil tersebut cukup mengagetkan 20 anak yang berkumpul melihat hasil pengumuman dan ikut selesi sebelumnya. Ya, nama Jati siswa biasa-biasa saja tiba-tiba lolos. Lalu mereka mulai menanyai Jati. Ino : “Eh Jat, mengejutkan sekali kamu bisa lolos, dikelas kamu hanya 10 besar bukan 5 besar anak terpandai?” Rui : “Lho.., nggak apa-apa dong, memangnya kenapa kalau Jati tiba-tiba jadi pandai? Bisa saja kan?” BODHICITA TEMA 1 6

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA Ino : “Ya nggak apa-apa justru Ino juga mau minta tipsnya Jati : “Nggak ada tips yang rahasia kok In, aku belajar seperti kalian. Hanya mungkin jumlah latihan soal aku tambah sebelum hari seleksi dengan soal pilihan ganda kemaren.” Idam : “Seriusan hanya itu Jat, aku juga latihan soal banyak, sampai Ibuku marahin aku waktu ngajarin, tapi nilaiku dibawah nilainya.” Joice : “Wah ini pasti karena kamu sering berdoa sore-sore itu ya Jat, tiap aku lewat aku lihat dari luar pintu pasti kamu lagi bakar dupa depan altar terus komat-kamit, ajarin dong biar kapan-kapan aku juga ikut menang.” Jati : “Oh itu, benar aku memang berdoa dengan rajin sekarang tiap sore. Tapi bukan hanya dengan berdoa saja kamu akan langsung dapat menjawab soal. Ini tidak seperti kita merapal mantra ajaib di film Harry Potter.” Ino : “Lha terus apa Jat?” Jati : “Begini nenekku sakit, lalu aku pengin buat nenek bangga dan bahagia nenekku. Aku bingung apa yang bisa buat nenek seneng saat sakit, ternyata Papa kasih tantangan, bisa nggak aku ciptakan prestasi. Singkat cerita aku ikutlah seleksi cerdas cermat” Rui : Eh gitu aja Jat?” Jati : “Nggak lah. Saat aku mau ikut aku nggak percaya diri, lalu papa bilang agar aku berdoa sebelum belajar. Nah ternyata setelah berdoa aku jadi lebih tenang dalam belajar dan tidak khawatir, lalu aku setiap hari berdoa agar aku selalu sadar untuk berbuat baik dan nggak tahu kenapa karena berdoa dulu aku jadi tidak ingin menyerah begitu saja pas belajar dan ketemu rasa bosan.” Ino :”Oalah gitu to Jat” Jati : “Iya Ino dalam doa aku merenungi bahwa kemampuanku dibawah kalian artinya aku harus belajar lebih daripada kalian demi membuat Nenek senang. Selain itu aku juga jadi suka bermeditasi untuk melatih konsentrasiku. Dari situlah waktu kerjakan soal seleksi aku jauh lebih tenang.” BODHICITA TEMA 1 7

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA Mari Beraktivitas 1. Mari Menulis dan Membaca Petunjuk guru : Aktivitas ini untuk siswa-siswi pra sekolah atau PG-TK. Ajak mereka untuk tracing atau menebalkan huruf dibawah ini. Setelah itu bombing mereka untuk menjawab. Terakhir ajak mereka mengucapkan “semoga saya bahagia, semoga semua bahagia” dalam sikap duduk diam, beranjali. Ucapkan pelan-pelan sampai 5 kali. semoga saya bahagia semoga semua bahagia 2. Mejodohkan doa Petunjuk : Tariklah garis yang sesuai antara situasi, jenis doa, da nisi doa singkat yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari ini! BODHICITA TEMA 1 8

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BODHICITTA 3. Membuat Doa untuk Orang Tua Petunjuk : Buatlah sebuah naskah doa sederhana yang kamu tujukan untuk orang tuamu dengan panduan format di bawah ini! Renungi tentang apa yang sering kamu lakukan namun tidak orang tua sukai, setelah itu tulis harapanmu agar ke depan kamu bisa lebih baik lagi. Renungi mengenai jasa- jasa orang tuamu, lalu dari perenungan itu sampaikan harapanmu mengenai kondisi orang tuamu di masa yang akan datang! DOA BAKTI ORANG TUA Mantra Mahamula ……………………………………………………………………………………………………… Acarya ……………………………………………………………………………………………………… Mantra Catur Sarana ……………………………………………………………………………………………………… Saya sadar selama ini saya sering ……………………………………………….. Renungan diri ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………...dimana hal tersebut dapat membuat kedua orang tua sedih Berkat kesadaran ini, semoga kedepan saya dapat memperbaiki diri menjadi orang yang …………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… Selama ini kedua orang tua saya telah berjasa : …………………………… Renungan Jasa ……………………………………………………………………………………………………… Orang tua …………………………………………..……………………………………………………….. Berkat jasa budi kedua orang tua saya semogamereka ……………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… Mantra Paripurna BODHICITA TEMA 1 9

Jurnal Sekolah Minggu Buddha BBOODDHHIICCIITTTTAA Mari Merenungi Mari dalam sikap duduk bersila, memejamkan mata dan beranjali. Simaklah kalimat berikut ini. Setelah itu tirukan untuk diucapkan, dan renungi. “Sesuai dengan benih yang ditabur demikianlah buah yang dituai, Saya berdoa untuk memotivasi diri, semoga doa yang setiap hari saya panjatkan dapat menerangi jalan hidup saya Saya berdoa untuk berusaha menuntun diri dalam terangnya dharma Semoga dengan kesadaran ini, saya bahagia, anda bahagia dan semoga semua mahkluk hidup bahagia” Membiasakan Diri Kali ini biasakan dirimu berdoa sebelum makan setiap hari. Cobalah sadari dan catat secara jujur intropeksi berapa kali kamu berdoa sebelum makan setiap harinya. Lakukan ini 7 hari ke depan, dan lakukan intropeksi! Rumus doa : Mantra Maha Sagara + Mantra Persembahan Hari, tanggal Makan Pagi Makan Siang Makan Malam … … … … … … … Ttd guru Ttd ortu …… **Ceklist jika kamu melakukan BODHICITA TEMA 1 10

Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru, Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Halo sahabat sedharma, kali ini kita akan belajar mengenai ajaran dasar dalam agama Buddha yang sangat hebat yaitu tentang “Karma”. Dari karma inilah kemudian kita akan tahu mengapa kita terlahir sebagai kita hari ini. Dari karma ini juga kita tahu mengapa kita bertemu dengan orang-orang yang mempengaruhi hidup kita. Untuk itu simak ulasan berikut ini ya. Berbicara tentang karma ini sebenarnya hampir semua agama yang ada di Indonesia mengakuinya. Di Agama Hindu karma juga diyakini seperti di agama Buddha. Umat Kristen dan Katolik mengenal hukum tabur tuai. Di agama lain saya juga yakin bahwa mereka mempercayai hal bahwa apa pun yang kita perbuat akan berakibat dengan sesuai. Seperti halnya Anda berbuat baik maka Anda akan menerima perbuatan baik, begitu sebaliknya. Pernahkah anda melihat status seseorang atau sebuah konten video di mana sebuah kejadian buruk menimpa seorang berperilaku buruk kemudian mereka mengatakan bahwa “Itulah karma”. Jika Anda mengucap kata “Karma” di masyarakat umum sering dimaknai sebagai akibat buruk dari suatu kejahatan di masa lampau. Apakah makna “Karma” dalam agama Buddha sesuai dengan hal tersebut? Mari kita bahas sat per satu. A. Karma Dalam agama Buddha kata “Karma” bukan berarti hasil perbuatan melainkan justru perbuatan itu sendiri. Lebih luas lagi perbuatan yang dimaksudkan tidak terbatas suatu aktivitas fisik yang bisa diamati orang lain BODHICITA TEMA 1 11

melainkan termasuk aktivitas ucapan bahkan pikiran kita. Ini berarti setiap hari kita pasti akan menciptakan karma karena dalam keseharian kita melakukan berbagai aktivitas yang melibatkan pikiran, ucapan maupun badan jasmani. Bahkan secara khusus yang disebut sebagai karma adalah niat atau cetana. Sehingga apa pun yang Anda niatkan walaupun belum terwujud sudah merupakan bentuk karma. Lalu tindakan seperti apa yang kemudian dapat disebut sebagai karma? Dalam kitab Angutara Nikaya III:415 Sang Buddha menjelaskan arti karma sebagai berikut : “Aku katakan, kehendak adalah karma, karena didahului oleh kehendak, seorang lalu bertindak dengan jasmani ucapan dan pikiran.” Dari pengertian tersebut kita tahu bahwa yang dimaksud Karma dalam agama Buddha adalah segala sesuatu yang kita lakukan baik melalui pikiran, ucapan maupun badan jasmani yang dilakukan secara sadar. Ini mudahnya bahwa semua perbuatan kita yang kita lakukan atas dasar niat dan kesadaran termasuk karma. Itu berarti setiap hari kita melakukan banyak sekali karma yang bahkan tak terhitung. Saat kita bangun lalu dalam benak pikiran kita berpikir untuk membolos saja karena sangat malas sekolah itu juga karma walaupun tidak diwujudkan. Saat dibangunkan orang tua kita menggerutu itu juga karma. Jika bangun tidur anda langsung membantu merapikan tempat tidur anda agar orang tua anda tidak perlu repot itu juga karma. Dari banyaknya karma yang kita lakukan dalam satu hari, ada karma baik (Kusala-karma) serta karma buruk atau (Akusala-karma). Jika anda melakukan sesuatu melalui pikiran, ucapan atau perbuatan yang bermanfaat bagi diri kita maupun orang lain maka itu artinya anda sedang melakukan karma baik. Begitu juga sebaliknya, jika anda melakukan sesuatu melalui pikiran, ucapan atau perbuatan yang merugikan bagi diri kita maupun orang lain maka itu artinya anda sedang melakukan karma buruk. Lalu akibat dari suatu perbuatan apa dong kalau bukan karma? Dalam agama Buddha akibat dari karma yang kita lakukan itu kemudian disebut sebagai buah karma atau karmapala. Jadi jika seorang anak jatuh karena berlari-lari tidak hati-hati, maka jatuh adalah karmapala si anak karena melakukan sebuah karma berlari-lari dengan tidak hati-hati. Samyutta Nikaya menyatakan: “Sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pulalah buah yang dituai. Mereka yang menanam kebajikan akan BODHICITA TEMA 1 12

tumbuh kebahagiaan.” Begitu hal sebaliknya juga akan terjadi bila kita melakukan karma buruk maka akibat buruk juga akan terjadi, karena setiap BODHICITA TEMA 1 13

karma yang kita perbuat akan tumbuh menjadi hasil karma suatu hari nanti. Maka jika ingin hidup bahagia maka kita harus rajin melakukan karma baik. Lalu apakah hasil karma bisa dihapus dengan bertobat? Apakah hasil karma dapat diambil alih orang lain atau pun diwariskan? Jawabannya tidak. Dalam dhammapada 127 disebutkan bahwa : “Tidak ada tempat sembunyi atau melarikan diri dari hasil karma.” Karma adalah sesuatu yang bekerja secara otomatis, maka dari itu disebut hukum karma. Tidak ada sosok yang mengatur karma, secara otomatis apa yang kita lakukan secara sadar menjadi karma dan suatu saat akan berbuah. Tidak ada sosok, manusia maupun dewa yang dapat mengatur sistem dan mengotak atik aturan karma ini. B. Punarbhava Sampai saat ini maka Anda telah mengerti pengertian karma dalam agama Buddha yang dipahami sebagai niat atau kehendak berbuat. Selanjutnya mari kita coba jawab pertanyaan berikut: Jika ada karma yang sangat adil, mengapa ada orang yang dilahirkan di keluarga yang tidak bahagia? Jika semua yang kita perbuat pada akhirnya nanti pasti akan berakibat, apakah orang yang sedang berbuat karma baik beberapa menit kemudian meninggal bisa mendapatkan hasil karma baik? Untuk menjawab semua pertanyaan itu, maka kita perlu tahu apa itu punarbhava atau kelahiran kembali. Dalam agama Buddha kita yang sekarang terlahir sebagai manusia pernah lahir menjadi makhluk lain, atau pun manusia lain di kehidupan sebelumnya. Jadi, sebelum lahir, kita pernah meninggal di kehidupan sebelumnya lalu saat ini menjadi manusia. Untuk itulah di agama Buddha dikenal konsep 31 alam kehidupan yaitu alam tempat kita lahir kembali berulang-ulang. Itulah yang disebut punarbhava. Tapi mengapa kita tidak mengingat kelahiran sebelumnya? Mudahnya ini seperti ketika anda ditanya mengenai apakah anda ingat perasaan Anda ketika lahir ke dunia ini pertama kali? Atau, ketika ada pertanyaan apakah Anda ingat apa yang Anda lakukan di umur 1 tahun 3 bulan 12 hari? Apakah Anda ingat? Karena memang keterbatasan ingatan itulah kita tidak pernah tahu sebelumnya kita terlahir menjadi apa dan bagaimana kehidupannya. Apakah kita di kehidupan lalu orang yang baik, dengki, atau orang yang pemurung. Jadi, inilah jawaban untuk pertanyaan tadi, jika karma ada dari kehidupan sebelum saat ini, BODHICITA TEMA 1 13

maka sisa karma Anda dahulu mengondisikan kehidupan saat ini. BODHICITA TEMA 1 14

Mudahnya jika, kehidupan masa lalu Anda mempengaruhi kehidupan di kelahiran saat ini. Begitu juga, masa kehidupan Anda setelah kematian di kehidupan ini akan dipengaruhi cara hidup Anda saat ini. Apabila Anda selalu berbuat baik sampai menjelang meninggal jangan takut bahwa karma baik itu tidak berbuah, sebaliknya itu akan tetap berbuah di kehidupan selanjutnya. Demikian sebaliknya. C. Jodoh Karma Setelah kita tahu karma, hasil karma dan kelahiran kembali mari kita coba jawab pertanyaan berikut: “Mengapa saya dilahirkan seperti ini? Mengapa saya saat ini memiliki keluarga dengan kondisi seperti ini?” Semua hal tersebut barangkali yang sering diistilahkan para umat Tantra dengan kata “jodoh karma”. Mengapa diistilahkan, karena pada dasarnya jodoh tidak terbatas tentang hubungan antara pria dan wanita, melainkan segala pertemuan baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Ini termasuk pertemuanmu dengan kedua orang tuamu, pertemuan dengan sahabat - sahabatmu, atau bertemu dengan makhluk maupun orang yang membantumu senang dan sedih. Mengapa disebut jodoh? Seperti kita tahu bahwa karma yang kita buat akan berbuah suatu saat nanti. Hanya saja tidak berarti bahwa karma Anda akan pasti berbuah pada kehidupan saat ini. Mengapa kita lahir bersama keluarga kita saat ini? Kemungkinan karena adanya kesamaan buah karma yang mengondisikan. Mengapa kondisi kehidupan kita saat ini tidak seperti yang kita harapkan? Hal itu juga berhubungan dengan masaknya buah karma kita yang mengondisikan kelahiran kita. BODHICITA TEMA 1 14

Menyimak Cerita “500 Kelahiran Sebagai Kambing” Saat Buddha berada di Jetavana, pagi hari murid-Nya pergi pindapata. Saat mereka pulang dari pindapata, ekspresi mereka terlihat sangat sedih. Buddha pun bertanya pada mereka, \"Murid-Ku, kalian hari ini pergi pindapata, setelah pulang, mengapa tidak gembira? Sebenarnya, apa yang terjadi?\" Salah satu murid-Nya menjawab, \"Di kota, ada orang berada yang keluarganya meninggal dunia, demi persembahan, dia membunuh hewan-hewan. Dia membunuh banyak hewan untuk persembahan.\" Setelah mendengarnya, Buddha menghela napas dengan penuh belas kasih dan juga tidak berdaya. Buddha pun berkata, \"Inilah kegelapan batin manusia. Mengorbankan begitu banyak nyawa yang tak berdosa sebagai bahan persembahan untuk orang yang sudah meninggal. Sungguh menyedihkan.\" Saat itu Buddha sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Para murid-Nya bertanya pada Buddha, \"Bagaimana pendapat-Mu tentang hal ini?\" Buddha pun bercerita. Di sebuah desa kecil, ada sebuah keluarga berada sedang mempersiapkan pemakaman. Keluarga ini mengundang Brahmana, selain membaca doa, juga mengadakan upacara pemakaman. Dia berpesan harus membunuh sekian banyak babi dan kambing untuk persembahan. Setelah semuanya selesai disiapkan, Brahmana pun melihat ke lokasi. Dia merasa bahwa sepertinya masih kurang seekor kambing. Dia pun berkata pada seorang pekerja, \"Masih kurang satu ekor kambing.\" Pekerja itu pun membawa seekor kambing dan memandikannya, lalu menggantungkan karangan bunga ke leher kambing. Lalu, memberi makan kambing itu, kambing itu juga memakannya. Namun, tiba-tiba ia menghadap ke langit dan berteriak, seperti sedang tertawa. Lalu, kambing itu berhenti dan mengeluarkan suara sedih. Pekerja itu merasa heran dan membawa kembali kambing itu. Setelah kambing itu dibawa keluar, Brahmana itu duduk bermeditasi di sana. Tiba-tiba dia terbayang setelah kambing itu dimandikan, ia digantungkan karangan bunga, dan tertawa menghadap langit. Kambing itu berkata padanya, \"Sangat bersyukur, selama 500 kehidupan terlahir menjadi kambing. Hari ini sudah saatnya melepaskan diri.\" Brahmana bertanya, \"Mengapa kamu bilang bahwa selama 500 kehidupan terlahir menjadi kambing dan hari ini sudah mau bebas?\" Kambing itu berkata, \"Di 500 kehidupan yang lalu, saya juga seperti kamu, yaitu seorang Brahmana. Saya juga bantu orang melakukan upacara persembahan dan membunuh banyak hewan. BODHICITA TEMA 1 15

Karena itu, selama 499 kehidupan saya terlahir sebagai kambing. Sekarang adalah kehidupan yang ke-500, setelah itu, saya sudah bisa melepaskan diri sebagai kambing. Saya sangat senang dan bersyukur. Saya tertawa menghadap langit.\" Brahmana bertanya padanya, \"Mengapa kamu sepertinya sedih?\" Kambing itu berkata, \"Teringat bahwa kelak kamu akan sama seperti saya. Kelak kamu juga akan menerima buah karma karena telah banyak membunuh hewan. Jika terpikir kehidupanmu di masa mendatang, saya merasa sedih untukmu.\" Brahmana itu bagaikan terbangun dari mimpi. Saat membuka mata, dia melihat pekerja itu membawa kembali kambing itu dan leher kambing itu menggantung karangan bunga. Dia bertanya pada pekerja itu, \"Apakah terjadi hal yang aneh setelah memandikannya?\" Setelah mendengar pekerja itu mengatakannya, dia berkata pada kambing itu dengan ramah, \"Saya akan melindungimu dari karma yang kamu cipta di masa lampau. Saya juga berharap kelak saya tidak sama seperti kamu.\" Dia pun melepaskan karangan bunga yang ada di leher kambing itu dan membawanya keluar berjalan menuju hutan. Di dalam hutan, dia berkata, \"Mari kita melatih diri bersama dan saling menyemangati.\" Mereka pun tinggal di dalam hutan. Setelah Buddha bercerita sampai di sini, Beliau pun berkata pada murid- Nya, \"Inilah kegelapan batin manusia. Menciptakan banyak karma buruk demi orang yang sudah meninggal. Dia telah menciptakan karma buruk untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya, persembahan hewan tidak membawakan manfaat sedikit pun bagi orang yang sudah meninggal. Namun, bagi orang yang menciptakan karma buruk, maka akan menerima buah karmanya. Contohnya, 500 kehidupan yang lalu saat kambing itu sebagai Brahmana, dia membunuh banyak hewan, maka dia harus menerima buah karma dalam jangka panjang.\" Itu sangat mengerikan. Jadi, kita harus berhati-hati dalam menjalani hidup dan memupuk rasa belas kasih di dalam hati. Tidak hanya menghargai hidup kita sendiri, tetapi juga harus menghargai hidup orang lain. Asalkan kita bisa melindungi semua makhluk hidup dengan aman dan tenteram serta bahagia, inilah welas asih. Jika kita bisa menyayangi makhluk hidup bagaikan menyayangi diri sendiri, maka itulah welas asih. Untuk memiliki rasa welas asih kita harus memupuknya dengan sukacita dan keseimbangan batin. Jika kita bisa bersumbangsih dengan sukacita, maka kita bisa hidup dengan bahagia dan tenteram. Jika kita bisa bersumbangsih dengan sukacita, maka dengan sendirinya semua makhluk bisa bahagia dan tenteram. Sumber : http://www.tzuchi.or.id/ruang-master/master-bercerita/master- bercerita-selama-500-kehidupan-terlahir-sebagai-kambing/12953 BODHICITA TEMA 1 16

Mari Beraktivitas 1. Mari Menjodohkan Gambar Petunjuk guru : Aktivitas ini untuk siswa-siswi pra sekolah atau PG -TK. Untuk memudahkan siswa menemukan konsep karma mari kita gunakan istilah “Apa yang ditanam, itulah buah yang akan kita petik.” Untuk itu bantu para siswa menarik garis guna menjodohkan gambar benih dengan pohon yang akan tumbuh, dengan cara menghubungkan titik tanam ke titik tumbuh! Tanam Tumbuh 2. Mencari Kata Petunjuk : Uji ketelitian siswa dengan mencari 10 kata pada rangkaian huruf di bawah ini. Lingkari atau tarik garis baik vertical maupun mendatar pada kata yang telah ditemukan. Adapun 10 kata yang harus dicari adalah sebagai berikut! BODHICITA TEMA 1 17

3. Mari Berpikir Kritis dan Berani Berbicara Petunjuk : Kali ini ajaklah siswa kita berpikir kritis dengan melihat sebuah studi kasus lalu arahkan mereka untuk memberi pendapat tanggapan serta pancing agar berani mengemukakan pendapatnya. Jangan salahkan apapun pendapatnya biasakan agar mereka lebih berani dan percaya diri berbicara karena studi kasus yang harus mereka kritisi tidak sederhana dan cukup komplek! Studi Kasus 1 : Ketika pandemi covid 19 melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Di tahun 2020 semua sekolah dihentikan dari aktivitas tatap muka langsung. Karena semua siswa tidak boleh hadir tatap muka di sekolah maka pembelajaran harus dilakukan online dengan laptop atau pun Handphone/smartphone. Karena hal ini pada tahun 2021 ada sebuah kasus dimana BODHICITA TEMA 1 18

seorang ayah tertangkap tangan mencuri handphone karena terpaksa agar anaknya bisa mengikuti pembelajaran online, bagaimana pendapatmu? BODHICITA TEMA 1 19

Studi Kasus 2 : Pada awal 2020 terjadi kebakaran hutan hebat yang menyebabkan banyak korban meninggal manusia maupun hewan. Beberapa hewan yang masih hidup ada yang mampu diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit khusus hewan, namun banyak juga hewan-hewan yang masih hidup tersebut berada dalam kondisi kritis karena luka bakar yang serius. Apabila ditolong maka hewan-hewan yang mendapat luka bakar serius tersebut akan menderita kesakitan sepanjang hidupnya, maka dari itu tim dokter memutuskan melakukan euthanasia, alias dibunuh. Diskusikan mengenai tindakan dokter dan tim penolong hewan di Australia, menurutmu bagaimana tindakan tersebut? Apakah karma yang dilakukan dokter-dokter tadi putuskan baik atau buruk? Mari Merenungi Mari dalam sikap duduk bersila, memejamkan mata dan beranjali. Simaklah kalimat berikut ini. Setelah itu tirukan untuk diucapkan, dan renungi. “Semua makhluk memiliki karmanya sendiri, mewarisi karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, apapun karma yang dilakukannya, baik atau buruk, begitulah yang akan diwarisinya (Brahmaviharapharana)” “Dengan mengetahui hal ini, semoga saya selalu berpikir sebelum bertindak, siap dengan akibat dari apapun yang saya lakukan, bijaksana sebelum bertindak dan bertanggungjawab atas apa yang saya perbuat.” BODHICITA TEMA 1 19

Membiasakan Diri Kali ini ada tantangan buat para siswa. Tantangannya adalah menghitung jumlah kebaikan dan kebajikan dalam 1 hari yang mampu kamu ingat. Lakukan sebelum tidur dan masukkan listmu di tabel berikut untuk didiskusikan di pertemuan selanjutnya! (Cukup lakukan 1 kali ya) Hari, Daftar Perbuatan Baik Daftar Perbuatan kurang Tanggal baik TTD Komentar : ….. BODHICITA TEMA 1 20

Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru, Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Halo sahabat sedharma, Kali ini kita akan bersama-sama meningkatkan kualitas diri dan membahas bersama tentang berbakti dan menghormati. Pembahasan kali ini erat dengan pembahasan sebelumnya tentang karma dan jodoh karma loh. Untuk mudahnya mari kita ilustrasikan hal berikut ini! Kita tahu bahwa kita tidak dapat memilih kondisi dimana kita akan dilahirkan, seperti apa keluarga kita. Semua hal tersebut sesuai yang telah kita pelajari sebelumnya bersesuaian dengan hasil karma yang telah kita lakukan di kehidupan selanjutnya. Tidak seperti di agama lain, Tuhan telah memilihkan dimana kita dilahirkan, di dalam Agama Buddha kita dilahirkan dengan keluarga yang memiliki karma yang memiliki saling hubungan dengan buah karma kita. Kadang bisa saja kita terlahir di keluarga kurang beruntung secara ekonomi, terlahir di keluarga yang kurang harmonis, atau bisa juga terlahir di keluarga yang memiliki banyak masalah. Namun, karena timbunan karma masa lampau yang kita tidak tahu jumlah dan jenisnya kita juga tidak bisa tahu akan terlahir bagaimana di kehidupan ini maupun selanjutnya. Hal yang harus kita pahami adalah dalam kondisi apapun keluarga kita, kita perlu menanamkan sikap bakti dan hormat kepada anggota keluarga lainnya. Dengan demikian, kita bisa memutus mata rantai karma yang kurang baik karena jika Anda di kehidupan ini berbuat buruk kepada keluarga Anda, BODHICITA TEMA 1 21

maka sebagai akibatnya Anda akan terikat dengan buah karma buruk di kehidupan selanjutnya. Sehingga, jika Anda tidak memutusnya dengan menanam karma baik maka kita hanya berputar dalam kehidupan yang menderita. Sebagai bayangan kita andaikan seorang anak bernama Zeta terlahir di keluarga kaya raya namun kurang harmonis. Zeta benar-benar kecewa terlahir di keluarga tersebut dan bahkan membenci Ayah Ibunya. Ia sama sekali tidak menghormati bahkan tidak berbakti kepada kedua orang tuanya. Menurut Zeta ayahnya yang pemabuk serta ibunya yang jarang di rumah namun sering marah- marah sangat tidak layak untuk mendapatkan rasa hormat maupun baktinya. Zeta tidak dapat memilih terlahir di keluarga yang lebih baik, jika bisa pasti ia tidak akan memilih lahir di keluarga yang membuatnya menderita. Kondisi Zeta ini lah yang biasa disebut sebagai jodoh karma, kebetulan buah karma Zeta di kehidupan ini harus menanggung penderitaan barangkali akibat karma buruknya. Hanya saja pilihan Zeta untuk membenci kedua orangtuanya dengan tidak menghormati dan menghargai kedua orang tuanya merupakan bibit karma buruk baru. Jika terus dibiarkan maka ia akan terus menanam karma buruk, sehingga buah karma buruk yang mungkin di kehidupan lampau belum selesai dipanen justru menambah tanaman karma buruk yang akan dipanen di kemudian hari. Contoh inilah yang banyak terjadi dalam hidup kita. Entah bagaimanapun kondisi keluarga dan orang tua kita, kita tetap harus menyelesaikan jodoh karma bertemu di kehidupan ini dengan baik. Kita tahu bahwa karma itu milik setiap individu, jadi seburuk apa pun perilaku keluarga kita, kita harus bisa berbuat baik kepada mereka. Ini akhirnya karena karma orang tua akan menjadi milik orang tuanya dan karma kita akan tetap menjadi milik kita. Dan cara yang dekat dengan budaya di Indonesia dan umat Buddha adalah menghormati dan berbakti. A. Menghormat yang Patut Dihormati Sikap hormat ditunjukkan sebagai wujud perasaan empati maupun simpati kita terhadap orang atau pun benda. Hal ini bisa diwujudkan dengan BODHICITA TEMA 1 22

sebuah tindakan maupun disimpan dalam hati. Umumnya hormat muncul karena kita telah mengetahui bahwa orang lain atau pun benda maupun tempat memiliki kelayakan untuk dihormati. Tanpa pengetahuan akan obyek yang akan kita hormati, penghormatan kita kadang tidak tulus sehingga tidak dapat benar-benar berwujud rasa hormat melainkan hanya aktifitas rutin yang mau tidak mau dilakukan. Menghormat yang patut dihormati atinya dalam kondisi apapun kita wajib mempertimbangkan pemahaman terhadap orang, tempat maupun benda yang kita hormati. Ini bisa terjadi dikarenakan kita sudah memiliki pengetahuan atas jasa seseorang, perilaku keteladanan seseorang, kesucian atau pentingnya suatu tempat atau benda. Lalu siapa saja yang patut dihormati? Mereka yang layak dihormati kita sebagai umat Buddha antara lain : 1. Catur-ratna (Mula Acarya/Mahaguru, Buddha, Dharma dan Sangha) Penghormatan kita berikan kepada Mahaguru sebagai orang yang menganugerahi kita tuntunan Sadana dan Abhiseka kepada kita. Buddha layak dihormati walaupun sudah wafat karena beliaulah yang telah menemukan dan mengajarkan Dharma kepada kita. Dharma dapat kit a hormati dengan mempraktikkannya dalam kehidupan. Sangha dihormati sebagai pewaris dan pelestari Dharma. 2. Orang Tua dan Keluarga Orang tua adalah orang yang bagaimanapun kondisinya harus kita hargai. Ibu kita layak hargai setidaknya karena beliau telah mengorbankan hidup untuk melahirkan dan merawat kita. Ayah juga layak kita hormati karena nafkah, penghidupannya merawat kita bersama Ibu. Keluarga kita baik dekat maupun jauh memiliki kedekatan karma dengan kita, sehingga dengan memberikan penghormatan kepada mereka maka kita telah memutus untuk menanam karma buruk kepada mereka. 3. Guru Guru, Tutor maupun Senior yang membagikan berbagai ilmu baik ilmu pengetahuan maupun ilmu terapan di kehidupan sehari-hari juga layak dihormati atas kerelaannya. 4. Para pemimpin Mereka para pemimpin baik pemimpin Negara maupun pemimpin sebuah lembaga sosial yang berhubungan dengan kehidupan sehari- harimu layak dihormati karena sifat-sifat keteladanan dan pengorbanannya. BODHICITA TEMA 1 23

5. Para sahabat Sahabat dan teman yang menjadi bagian hidup kalian layak juga untuk mendapatkan penghormatan. 6. Penghormatan kepada benda-benda/ tempat suci Selain orang atau manusia benda-benda seperti stupa, persemayaman, altar, vihara, dan tempat suci lainnya juga layak dihormati dengan menjaga pelesatariannya. Hampir semua orang perlu kita hormati, dengan berbeda-beda maka memerlukan cara penghormatan yang juga berbeda. Dalam kitab Dukanipata– Angutara Nikaya dijelaskan bahwa ada dua cara untuk untuk menghormat. Cara menghormat bagi mereka yang patut dihormati menurut Agama Buddha. 1. Amisha Puja Penghormatan melalui media atau perantara. Cara menghormat seperti ini adalah dengan memberikan sebuah barang, atau hal lain untuk menunjukkan rasa hormat kita pada orang lain. 2. Dharma Puja Penghormatan dengan mempraktikkan dharma. Cara menghormat yang ini tidak memerlukan barang maupun materi, melainkan dengan mempraktikan dharma maupun ilmu yang telah kita terima. Menghormati orang lain bermanfaat bagi kita. Secara langsung orang yang dapat menghormati orang lain akan mendapatkan penghormatan dari orang lain. Ini seperti anda menanam karma baik berupa memberikan hormat biasanya berbuah tidak berselang lama setelah ditanam. Dalam Mangala Sutta disebutkan bahwa menghormat mereka yang patut dihormati merupakan berkah utama. Dijelaskan berbagai manfaat menghormat yang patut dihormati di kemudian hari antara lain : 1. Berumur panjang 2. Berparas menawan 3. Bahagia 4. Memiliki kesehatan dan kekuatan yang baik 5. Memiliki kharisma yang kuat 6. Diteladani/diikuti orang lain B. Berbakti kepada Orang Tua BODHICITA TEMA 1 24

Bakti dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap tunduk dan hormat atau wujud tindakan kasih, tunduk dan hormat. BODHICITA TEMA 1 25

Dalam hal ini berbakti kepada orang tua berarti anda wujudkan dengan menghormati orang tua karena kita tahu berbagai jasa orang tua kepada kehidupan kita, tunduk dan patuh terhadap nasehat orang tua, dan menunjukkan kasih kita kepada orang tua dengan menjaga kehormatan mereka. Berbakti kepada orang tua faktanya sulit dipraktekkan tidak semudah teorinya. Apalagi bila menyangkut hubungan yang kurang harmonis, atau pilihan yang berbeda antara kita dan orang tua. Namun, bukan berarti sulit juga dipraktekkan karena menghormati orang tua tidak berarti harus mewujudkan sebuah cita-cita besar maupun memberikan sesuatu istimewa. Justru sikap bakti itu akan lebih baik jika secara konsisten setiap hari dipraktekkan dengan menunjukkan berbagai sikap di keseharian keluarga. Ini juga cara terbaik untuk menjalin hubungan yang lebih baik guna meluluhkan hati orang tua kita apabila anda terlahir dalam keluarga dengan hubungan yang kurang beruntung. Sikap bakti yang bisa kita wujudkan setiap hari contohnya dengan meringankan berbagai beban rumah tangga orang tua kita, menempatkan diri sebagai anak yang diharapkan kedua orang tua, memperhatikan kesehatan orang tua dan berbagai cara lainnya. Dalam Riwayat hidup Buddha Gotama terdapat sebuah kisah tentang seorang anak berbakti bernama Sigala yang hidup di Rajagaha yang melakukan penghormatan aneh dengan menyembah ke empat arah mata angina dan juga arah atas dan bawah. Sigala adalah putra dari pasangan pengikut Buddha Gotama namun Sigala saat itu bukanlah pengikut Buddha Gotama. Melihat perilaku Sigala yang bangun sebelum fajar menyingsing, membasahi badan dan menyembah ke enam arah tersebut sang Buddha menghampiri Sigala dan bertanya kepadanya mengapa ia melakukan hal tersebut. Sigala pun menjelaskan bahwa hal itu adalah perintah dari ayahnya sebelum meninggal. Mendengar jawaban Sigala, akhirnya Buddha menjelaskan bahwa enam arah yang harus dihormati bukanlah arah mata angin sesungguhnya melainkan perlambang dari: 1. arah timur: bahwa kita harus mengormati orang tua kita 2. arah selatan: bahwa kita harus menghormati guru kita 3. arah barat: bahwa kita harus menghormati istri dan anak kita 4. arah utara: bahwa kita harus menghormati teman dan sahabat kita 5. arah atas: bahwa kita harus menghormati Brahmana dan Pertapa 6. arah bawah: bahwa kita harus menghormati pelayan dan karyawan kita Adapun perintah untuk membasahi badan terlebih dahulu dijelaskan bahwa Sigala harus membersihkan diri dari kekotoran b a t i n . Perilaku menyembah sendiri maksudnya adalah untuk menunjukkan kerendahan hati. BODHICITA TEMA 1 25

Selain itu, p e r i n t a h n y a dilakukan sebelum fajar, h a l i n i b e r t u j u a n a g a r mampu melawan rasa malas. Dari kisah Sigala kita dapat melihat bagaimana bakti Sigala kepada ayahnya yang bahkan telah meninggal dengan wasiat untuk menyembah enam arah benar- benar dilakukan dengan baik. Sekalipun maksud dari ayah Sigala bukanlah serta merta melakukan adegan menyembah arah, namun Sigala tanpa pikir panjang melakukan perintah ayahnya. Barulah ketika dijelaskan Sang Buddha paham mengenai kehendak ayahnya untuk membersihkan kekotoran batin, membuang rasa malas dan menunjukkan kerendahan hati dengan menghormat kepada berbagai orang di hidupnya. Di sisi lain kita juga bisa mengambil kesimpulan bahwa yang disebut bakti kepada orang tua tidak melulu ditunjukkan dengan menyampaikan bakti langsung kepada orang tua. Ternyata bakti kepada orang tua dapat kita tunjukkan menjadi seorang manusia teladan. Menyimak Cerita Kali ini kalian akan membaca sebuah cerita bukti sebuah kasih sayang orang tua yang tiada batas kepada anaknya. Umumnya orang tua sangat menyangi anaknya lebih dari nyawanya sendiri seperti pada kisah berikut Kisah Ubasuteyama Konon di masa lalu ketika Jepang merupakan Negara yang amat miskin dan menutup diri, ada sebuah tradisi yang disebut Ubasuteyama. Tradisi itu adalah tradisi meninggalkan orang tua di sebuah gunung untuk menunggu ajal. Dikisahkan karena berbagai kondisi, ada beberapa anak yang membuang orang tuanya yang telah lanjut untuk ditinggal di hutan agar beban kebutuhan keluarga berkurang. Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tidak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan memaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui. BODHICITA TEMA 1 26

Sesampainya di dalam hutan yang sangat lebat hari sudah sore dan menjelang malam, si anak menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tega melakukan perbuatan ini terhadap ibunya. Setelah itu dia melihat berkeliling untuk bersiap kembali pulang ke rumah. Saat itulah dia menyadari bahwa dia masuk ke hutan terlalu dalam, sehingga dia bingung mencari jalan untuk kembali. Si ibu yang melihat kebingungan anaknya terlihat tampak tegar dan kemudian berkata. “Anaku, ibu sangat menyayangimu. Sejak kecil sampai dewasa ibu selalu merawatmu dengan segenap cinta. Tadi ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-anting kayu. Ibu takut kamu tersesat, ikutilah tanda itu agar kamu selamat kembali sampai dirumah.” Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras. Dia menyadari kesalahannya. Ternyata walaupun di ibu sudah tahu niat buruk anaknya, dia tetap menyayangi dan menjaganya. Dia langsung menggendong ibunya untuk membawa si ibu pulang kembali ke rumah. Mari Beraktivitas 1. Mari Menempel Gambar Petunjuk guru : Aktivitas ini untuk siswa-siswi prasekolah atau PG -TK. Siapkan gunting, lem, pensil dan pensil warna. Gunting 4 gambar mengikuti pola bentuk garis pinggir gambar lalu simpan. Warnai gambar rumah dan tebalkan huruf di dalam kotak. Tempel gambar yang sesuai dengan nama tepat diatas kotak tertera. BODHICITA TEMA 1 27

Potong hasilnya mengikuti pola kotak bingkai gambar rumah, lalu kumpulkan hasilnya! BODHICITA TEMA 1 28

1. Guntinglah 4 gambar di atas mengikuti pola garis, yang mewakili kamu, ayah dan ibumu! 2. Tebalkan huruf dan warnai gambar dibawah ini agar menjadi menarik! 3. Tempel hasil gunting gambar di kotak yang tepat! mama s a ya p a pa BODHICITA TEMA 1 28

2. Teka – Teki Silang Petunjuk : Jawablah TTS dibawah ini dengan memperhatikan soal dibawahnya! 4 3 B 5 7 10 9 6 R 11 A 2 12 8 Mendatar Menurun BODHICITA TEMA 1 29

Mari Merenungi Mari dalam sikap duduk bersila, memejamkan mata dan beranjali. Simaklah kalimat berikut ini. Setelah itu tirukan untuk diucapkan, dan renungi. “Aku lahir atas jasa kedua orang tuaku, hidup dari tetesan darah ibuku, dan bertahan atas tanggungjawab ayahku” “Aku tumbuh dan bertahan hingga hari ini karena rawatan dan kasih keluargaku.” “Keberadaanku saat ini tidak lepas dari jasa orang-orang disekitarku” “Berkat mereka aku bahagia, semoga dengan kesadaran ini kedua orang tua dan keluargaku selalu bahagia” Membiasakan Diri Tantangan kali ini adalah menjapa mantra balas budi orang tua. Caranya mudah setiap hari bacakan mantra balas budi orang tua minimal 7x/hari selama 5 hari berturut-turut di depan orang tuamu. Sebelum membaca mantra balas budi awali dengan membaca mantra catur sarana 3x dan mantra padmakumara 7x. Namo Miliduo Duoboyi Soha (min 7 x/ hari) Hari Jumlah Japa Mantra Paraf Orang Tua 1 …….. BODHICITA TEMA 1 30 2 3 …….. 4 …….. 5 …….. ……..

Sharing Dharma Hyang Catur-ratna, Guru Buddha, Dharma dan Sangha Om Guru Liansheng Siddhi Hum Sembah sujud kepada Mahamula Acarya dan Sang Triratna. Sahabat Sedharma yang berbahagia, terimalah salam kasih dalam Dharma Om Awignam Astu Namo Buddhaya. Sahabat sedharma, pernahkah kalian mendengar penjelasan mengenai karma dalam bait berikut ini? “Aku adalah pemilik karmaku sendiri, Pewaris karmaku sendiri, Berhubungan dengan karmaku sendiri, Terlindung oleh karmaku sendiri, Apa pun karma yang kuperbuat, baik atau buruk, itulah yang akan kuwarisi” Kalimat tersebut terdapat dalam sutta abinnapancavekana yang menjelaskan tentang bagaimana cara kerja karma. Semua yang dijelaskan dalam sutta tersebut merupakan suatu kebenaran tanpa perdebatan sama sekali. Demikianlah keyakinan umat Buddha yang benar terhadap karma di dalam agama Buddha. Namun mengapa ketika kita melakukan suatu kesalahan kita perlu meminta maaf? Bukankah meminta maaf tidak akan merubah akibat karma buruk yang telah kita lakukan? Jadi apa pentingnya meminta maaf? Kali ini kita akan mendiskusikan apa pentingnya meminta maaf dalam agama Buddha dan kita akan tahu bahwa dalam tradisi Tantrayana Zhenfozong ada banyak sekali tata cara minta maaf yang akan bermanfaat bagi perbaikan hidup kita. Untuk lebih jelas mari simak penjelasan berikut ini. BODHICITA TEMA 1 31

A. Pentingnya Meminta Maaf Tahukah anda ada pepatah yunani yang dijelaskan seorang pemikir terkenal bernama Aristoteles yang berbunyi “Zoon Politicon”. Maksud dari pepatah tersebut adalah bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan keberadaan manusia lainnya untuk dapat bertahan hidup. Dari lahir, bertumbuh, menjadi dewasa bahkan sampai meninggal keberadaan manusia lain sangat penting bagi kita. Peran orang lain secara tidak langsung akan mempengaruhi tumbuh kembang kita. Maka dari itu sebagai manusia kita harus bijaksana dan saling menghormati. Ini karena setiap manusia punya kemauan dan keinginan yang berbeda sehingga tak jarang keinginan kita berlawanan dengan keinginan orang lain. Disitulah tautan karma akan bekerja, jadi kita perlu menyikapi dengan bijak jika ada yang berbeda baik itu pendapat/pandangan dengan kita. Sebagai umat Buddha kita bisa meluaskan makna “zoon politicon” menjadi manusia membutuhkan keberadaan makhluk lainnya dan menghargai semua makhluk. Tidak terkecuali makhluk menderita seperti hewan maupun peta (hantu & setan), bahkan pohon dan alam perlu kita hargai. Keberadaan mereka sekalipun tidak bermanfaat secara langsung bagi kita setidaknya akan memberikan dampak yang baik lebih luas bagi alam semesta. Selain itu perimbangan lainnya adalah jangan sampai kita menjadi manusia yang “homo homini lupus” atau manusia yang memangsa seperti serigala atau merugikan manusia serta makhluk lainnya. Dengan pemahaman ini mari kita mulai memahami apa pentingnya meminta maaf. Dalam kehidupan manusia dengan manusia atau makhluk lainnya tak jarang kita melakukan kesalahan terhadap mereka. Apa tandanya bahwa kita melakukan kesalahan? Adalah adanya makhluk atau manusia lain yang dirugikan, kesalahan itu bisa dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja. Ketika kita sadar akan kesalahan itu maka kita harus meminta maaf. Untuk apa? 1. Meminta maaf bagaikan menanam karma baik baru di kehidupan anda, karena dengan demikian sedikit banyak akan menimbulkan perasaan damai baik bagi anda ataupun orang lain. Sehingga kalaupun anda meminta maaf atas kesalahan yang tidak anda sengaja tetap akan baik karena anda sedang BODHICITA TEMA 1 32

menanam karma baik baru untuk anda sendiri. BODHICITA TEMA 1 33

2. Meminta maaf berarti anda berdamai dengan diri sendiri dan menyadari kesalahan diri sehingga dengan kesadaran itu pikiran anda akan terkondisi untuk berusaha tidak mengulangi kesalahan yang telah anda lakukan sebelumnya. Meminta maaf sebaiknya bukan dilakukan sebagai keharusan atau formalitas semata namun dimulai dengan mengakui kesalahan dan menyesal atas kesalahan yang diperbuat. Dengan memahami dua kondisi pada saat meminta maaf di atas maka sebagai umat Buddha kita perlu menjauhi pandangan salah terhadap kegiatan meminta maaf. Pandangan-pandangan ini umum terjadi namun jika anda biasakan maka bisa menjadikan kita terjerumus dalam moha atau kebodohan yang membuat manfaat dari meminta maaf jadi kurang terasa. Berikut adalah pandangan salah yang sering terjadi saat meminta maaf. 1. Meminta maaf itu wajib Maksud dari meminta maaf itu wajib adalah ucapan maaf terucap karena memang merasa diwajibkan sebagai aturan. Dalam hal ini permintaan maaf hanya formalitas. Ini biasa terjadi di keluarga yang mendidik putra/putrinya dengan pembiasaan meminta maaf namun anaknya gagal memahami bahwa meminta maaf juga harus menyesali perbuatan. Untuk hal inilah sebaiknya kita benar-benar menyadari kesalahan kemudian baru meminta maaf, dengan kata lain jangan meminta maaf tanpa mengetahui atau menyadari suatu kesalahan yang telah dilakukan. Ada juga kondisi yang manjadikan meminta maaf sebagai sebuah tradisi/kebiasaan. Contoh kondisi yang sering terjadi adalah ketika anda terjebak dalam acara meminta maaf seperti halal bihalal atau sungkeman dalam acara khusus. Sebaiknya sebelum mengikuti kegiatan anda menanamkan kesadaran bahwa anda tahu entah sedikit atau banyak, sengaja ataupun tidak disengaja anda pernah melakukan kesalahan pada orang yang anda mintai maaf sehingga apa yang anda lakukan tidak sia-sia dan formalitas saja. 2. Meminta maaf agar dimaafkan kesalahannya Sebagian besar orang meminta maaf adalah untuk mendapatkan maaf dari pihak orang yang kita mintai maaf. Seringkali orang terbelenggu oleh ego sehingga permintaan maafnya tidak tulus sehingga pada saat pihak yang kita mintai maaf tidak memaafkan, kita menjadi galau dan kecewa. Permintaan yang tulus tidak akan terpengaruh apakah pihak yang kita mintai maaf itu memaafkan atau tidak. Sebagai umat Buddha kita perlu memahami cara kerja pikiran dan emosi manusia. Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa mengondisikan batin/pikiran orang/makhluk lain. Jika Anda meminta maaf dengan tidak ikhlas dan berharap dimaafkan maka anda akan terbelenggu dengan penderitaan baru. Meminta maaf BODHICITA TEMA 1 33

harus didasari dengan penyadaran BODHICITA TEMA 1 34

keikhlasan dan kesabaran. Bagaimana pihak yang kita mintai maaf akan bertindak biarlah menjadi keputusan mereka, kita cukup menambah karma baik dengan berterimakasih apabila lawan memberikan maaf. Namun apabila yang terjadi sebaliknya, maka kita juga harus menambah karma baik dengan bersabar. Sejatinya, apakah pihak yang kita mintai maaf akan memaafkan atau tidak itu sepenuhnya adalah hak mereka, kita tidak bisa memaksa mereka untuk mengabulkan permintaan maaf kita. Hanya saja anda harus bersyukur karena dengan meminta maaf anda sedang berusaha memutus rantai karma buruk berupa timbunan kebencian yang bisa mengaitkan orang-orang di sekitar anda. 3. Meminta maaf agar dosa-dosanya dihapus Di Indonesia adegan-adegan meminta maaf dengan memohon kepada orang lain atau Tuhan sering dipertontonkan belebihan dan menggambarkan bahwa kesalahan akan dihapus dan dosanya hilang. Inilah yang bertentangan dengan prinsip karma dalam agama Buddha. Jika anda berharap meminta maaf untuk menghapus dosa, maka anda akan terbelenggu pandangan salah. Suatu saat anda meminta maaf dan mendapati bahwa permintaan maaf anda ternyata tidakmembuat orang lain suka anda bisa saja terjebak karma buruk lain dengan menyalahkan orang yang telah dimintai maaf. Dalam agama Buddha karma yang anda tabur layaknya benih dengan berbagai jenis, jadi kita ibaratkan jika anda melakukan karma buruk seperti menanam tanaman belukar yang tumbuh duri maka dengan meminta maaf anda bisa menanam singkong yang tetap tumbuh di sekitar tanaman belukar. Dalam hal ini singkong anda akan tetap panen di tengah duri, jadi walaupun karma buruk anda berakibat namun ada hasil karma baik yang sangat menyehatkan. 4. Meminta maaf sebagai penghiburan bagi orang lain Ini seringkali terjadi dalam hubungan antar manusia yang sangat dekat, misalnya pasangan suami istri, orang tua dan anak, teman dekat, dan sebagainya. Alih-alih telah menyadari kesalahannya, karena rasa tidak enak buru- buru meminta maaf. Sebaiknya kita menyadari dulu letak kesalahannya dan saling memberitahu supaya hubungan anda dengan orang lain membaik. Jika anda belum sadar letak kesalahannya anda bisa meminta diberi tahu titik salahnya, dan jika itu memang salah silahkan meminta maaf. Hanya saja dalam hubungan antar manusia yang dekat, sebaiknya juga saling mengoreksi. Setiap orang bisa melakukan kesalahan, orang/sahabat yang baik akan memberitahu kesalahan kawan/pasangan. Selain kita sering meminta maaf, kita juga harus berani membantu kawan/pasangan agar bisa menyadari kesalahannya. Demngan demikian tujuan meminta maaf adalah mengoreksi diri dan hubungan supaya kedepan menjadi lebih baik. BODHICITA TEMA 1 34

B. Meminta Maaf Dalam Tradisi Tantrayana Zhenfozong Tahukah anda dalam tradisi Tantrayana Zhenfozong ada berbagai praktik sadhana yang secara langsung maupun tidak langsung bertujuan sebagai tanda permintaan maaf. Fungsinya pun macam-macam dan ada yang bahkan berfungsi sebagai pertanda permintaan maaf bagi makhluk lain. Tradisi meminta maaf dalam Tantrayana Zhenfozong ini ada yang dalam bentuk upacara atau sadhana. Perlu dipahami yang dimaksud permintaan maaf di sini tidak seperti ketika kita meminta maaf kepada orang lain. Permintaan maaf yang dimaksud adalah penyadaran diri terhadap kesalahan kemudian melakukan pertobatan atau sadhana. Berikut ini adalah bentuk permintaan maaf dalam tradisi Tantrayana Zhenfozong. 1. Melaksanakan Sadhana Pertobatan Dalam tradisi Tantrayana Zhenfozong ada banyak jenis Sadhana Pertobatan, salah satunya adalah sadhana Mahanamaskara. Sadhana Mahanamaskara yaitu melaksanakan Mahanamaskara secara berulang sebanyak jumlah tertentu sesuai dengan kemampuan siswa yang melaksanakan. Sebelum melaksanakan sadhana pertobatan hendaknya siswa terlebih dahulu memiliki penyadaran akan kesalahan atau karma buruk yang telah diperbuat dari awal yang tak bermula, kemudian bervisualisasi Mahamula Acarya dan para Buddha memancarkan cahaya memberkati. Sadhana Pertobatan yang lainnya dalam Tantrayana Zhenfozong ada banyak seperti Pertobatan Satya Buddha, Pertobatan Mahakaruna, Pertobatan Sukhavati, Pertobatan Kaisar Liang dan lain-lain. Dalam ritus sadhana pertobatan ini terdapat visualisasi, rapal mantra/sutra dan ada sujud tobat atau namaskara. Untuk jenis pertobatan ini dilakukan secara bersama-sama di vihara dan dipimpin oleh rohaniwan. Dalam agama Buddha pada umunya, namaskara dengan cara sujud dapat dimaknai sebagai bentuk pernyataan kerendahan hati untuk menurunkan kesombongan. Bukan sekedar bersujud kepada patung-patung, karena hal-hal seperti pratima merupakan obyek pemujaan yang perlu dimaknai untuk merenungi sifat-sifat agung Buddha-Bodhisattva. BODHICITA TEMA 1 35

Pada dasarnya pertobatan dalam Tantrayana Zhenfozong bukan untuk meminta maaf pada Buddha-Bodhisattva, atau pun makhluk dan manusia lainnya. Dengan upacara pertobatan, kita akan mengingat berbagai kesalahan kita, kemudian dengan penyatuan visualisasi pancaran cahaya dari Buddha - Bodhisattva, rapal sutra-mantra, dan ketulusan sujud maka akan mampu melemahkan daya karma buruk, dengan demikian akibat karma buruk akan melemah. Selain itu kekuatan penyadaran terhadap karma buruk diri sendiri yang dipadukan dengan kekuatan visualisasi, rapal sutra-mantra, dan ketulusan namaskara merupakan karma baik yang akan berbuah kebahagiaan. Timbunan karma baik dari sadhana pertobatan akan mampu mengimbangi kakuatan karma buruk yang semakin melemah, sehingga pada saat karma buruk yang sudah melemah ini berbuah tidak lagi terasa dampaknya. 2. Merapal Mantra Sataksara Cara lain yang paling mudah dilakukan untuk melakukan permintaan maaf dan bertobat adalah dengan merapal Mantra Sataksara. Salah satu sadhana yang wajib ditekuni oleh sadhaka Tantrayana Zhenfozong yaitu Catur Prayoga, Mantra Sataksara adalah salah satu sadhana dari Catur Prayoga. Manta Sataksara adalah mantra hati dari Bodhisattva Vajrasatva. Bodhisattva Vajrasatva merupakan emanasi dari Panca-Tathagata sehingga sadhaka yang merapal Mantra Sataksara akan memperoleh pemberkatan cahaya dari Panca- Tathagata. Mantra Sataksara yang dirapal secara berulang akan membantu kita sadar bahwa kita tidak sempurna dalam kehidupan. Dengan pemahaman benar membiasakan diri merapal Mantra Sataksara, anda melatih diri untuk menundukkan sifat angkuh dan meluaskan kebijaksanaan sehingga mempermudah kita mendekati kesucian. Dalam ritus puja bakti, Mantra Sataksara berfungsi sebagai penyempurna atas kesalahan dalam visualisasi atau rapal mantra selama bersadhana atau puja bakti. Dengan merapal Mantra Sataksara di akhir ritual puja bakti berarti menyadarkan kita bahwa sebagai manusia kita tidak lepas dari kesalahan, walau dalam kegiatan puja bakti sekalipun. Dengan pemahaman ini kiranya kita selalu rendah hati dan mawas diri serta tidak sombong. BODHICITA TEMA 1 36

Menyimak Cerita Kali ini kalian akan membaca sebuah cerita yang tidak berhubungan langsung dengan permintaan maaf namun merupakan bukti bakti seorang anak yang menunjukkan rasa sayang pada ibunya. Kisah tentang Bikkhu Moggallana yang menolong ibunya di alam setan kelaparan adalah contoh bukti seorang anak yang sangat berbakti sampai akhir hayat. Dari kisah ini kita belajar bahwa permintaan maaf dapat dilakukan kepada orang terdekat sesegera mungkin selama mereka masih hidup, karena jika sudah meninggal hanya ikatan sesal atau bahkan dendam yang akan membelenggu kita. Namun jika terlanjur belum meminta maaf kepada orang terkasih yang telah wafat kita bisa meniru cara yang diajarkan Buddha kepada Bikkhu Moggallana. Kisah Moggallana Menolong Ibunya Pada waktu sedang bermeditasi, Bikkhu Moggallana yang terkenal akan kesaktiannya mempergunakan kemampuan batinnya untuk melihat alam- alam lain selain alam manusia. Pada waktu itu Bikkhu Moggallana melihat surga, tempat para dewa dan dewi. Selain itu, beliau juga melihat ke alam- alam menderita, alam setan, setan raksasa (Asura), setan kelaparan atau alam peta dan juga alam neraka. Bikkhu Moggallana dengan prihatin melihat alam-alam menderita yang sangat menyedihkan ini. Di salah satu alam setan kelaparan, Bikkhu Moggallana melihat ibunya terlahir di sana. Oleh karena ibunya terlalu lama tidak dapat makan dan minum, maka tubuhnya tinggal tulang dan kulit yang kering, kurus, dan pucat. Melihat kondisi ibunya sedemikian buruk, Bikkhu Moggallana sangat sedih dan ingin membantu meringankan penderitaan ibunda nya. Dengan amat tergesa-gesa, beliau mengisi patta-nya (mangkok makanan bagi seorang bhikkhu) dengan nasi, dan dengan kekuatan gaibnya nasi itu dikirim kepada ibunya yang malang itu. Karena ia merasa sangat lapar serta khawatir nasinya direbut oleh setan-setan lain, maka setelah nasi itu diterima, ibunya cepat-cepat menutupi nasi tersebut dengan telapak tangan kiri dengan serapat-rapatnya. Kemudian dengan tangan kanan ia mengambil segenggam nasi untuk meringankan rasa laparnya, tetapi betapa malangnya, begitu nasi itu sampai di depan mulutnya berubah menjadi arang yang membara dan ia pun tak dapat memakannya dan tetap kelaparan. BODHICITA TEMA 1 37

Melihat nasib ibunya yang malang itu, Bikkhu Moggallana sebagai seorang anak yang sangat cinta kepada orangtuannya tambah sedih karena gagal menolong ibundanya. Karena tidak ada jalan lain, beliau dengan perasaan dukacita kembali ke Vihara dan menyampaikan apa yang telah dialaminya kepada Buddha. Bikkhu Moggallana bertanya kepada Guru Buddha tentang sebab musabab kegagalan usaha pertolongannya kepada ibunya. Buddha menerangkan kepada Bhante Moggallana dalam Ulambana patra Sutra sebagaiberikut. \"Bikkhu Moggallana yang berbudi, apa sebabnya hingga kemampuan kesaktianmu tidak dapat berbuah sesuatu terhadap seseorang yang bertubuh setan kelaparan? Ketahuilah, sebabnya adalah karma buruk yang pernah ditimbun oleh ibumu pada masa silam itu akarnya terlalu dalam, tentu saja kamu sendiri tidak dapat mencabut akar itu hanya dengan kemampuan gaib tanpa disertai kebajikan. Dan akar kejahatan itu tidak dapat kamu cabut seorang diri dengan mengandalkan daya gaib saja. Walaupun kamu bermaksud baik, bercita-cita luhur, sampai-sampai teriakanmu yang mengharukan bisa mengguncangkan langit dan bumi, tetap saja para dewata, para dewa bumi dan surga, para orang suci, bahkan raja adikuasa dari surga catur maharajakayika, dan sebagainya, tidak dapat berbuat apa-apa; kesemuannya kehilangan cara untuk membantumu dan semua maksud baik dan segala keingianmu itupun sia- sia\". Buddha melanjutkan sabda-Nya: \"Ketahuilah Bikkhu Moggallana yang berbudi! Jika segala keinginan dan cita-citamu ingin terwujud, undanglah para Biksu dan Biksuni dari Savaka-Sangha yang berada di 10 penjuru; buatlah suatu kebaktian bersama dan buatlah juga kebajikan-kebajikan untuk dianugerahkan kepada ibumu. Dengan demikian segala belenggu dan kesengsaraan yang menimpa ibumu akan lepas semua. Sekarang akan Ku uraikan cara untuk menyelamatkan para umat yang sedang mengalami siksaan di alam Samsara kepada anda sekalian\". Buddha bersabda kepada Bikkhu Moggallana lagi: \"Dengarlah baik-baik Bikkhu Moggallana yang berbudi! Pada setiap tanggal 15 bulan 7 (menurut penanggalan Candrasangkala) adalah Hari Pravarana Sangha. Pada saat inilah para Biksu dan Biksuni yang berada di 10 penjuru berlibur, dan pada saat itu pulalah mereka sering mengadakan perbincangan untuk pertobatan. BODHICITA TEMA 1 38


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook