Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Merajut Asa_eBook

Merajut Asa_eBook

Published by Prepress Distribution, 2021-06-05 12:09:29

Description: Merajut Asa_eBook

Search

Read the Text Version

Merajut Asa Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Editor: Kristin Samah

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagai­mana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen­jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Merajut Asa Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Editor: Kristin Samah Lions Club Jakarta Barat Melati Yayasan Cerita Ibu

iv | 

Pengantar Jakarta 25 Mei 2019. K adang sering timbul pertanyaan, ada apa dengan individu-individu yang memakai vest kuning bertuliskan Lions Clubs mau terjun angkat-angkat kotak berisi donasi, berbecek-becek di lumpur atau berjam-jam di dalam mobil menerjang asap dan lalui jalan berlobang untuk sebuah pengabdian kemanusiaan; sementara di rumah ada banyak asisten yang siap melayani ambilkan minum, kudapan bahkan handuk. Atau Ketika di kantor, sabdanya membuat karyawan Pengantar | v

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions lari pontang panting dan bersiap bergerak atas sebuah perintah sang pemimpin. Buku ini, yang dihimpun dan disunting Lion Kristin Samah dari Lions Club Jakarta Barat Melati, Merajut Asa, akan menjawab pertanyaan itu. Tulisan ini berangkat dari sebuah keingintahuan dari seorang Lion Kristin ketika beliau mulai bergabung menjadi seorang Lions, yang diikuti dengan serentetan wawancara; salah satunya dengan saya; rupanya menjadi inspirasi bagi Lion Kristin dan penulis lainnya untuk mengabadikannya dalam sebuah buku. Saya ingat, ketika saya diwawancarai oleh Lion Kristin, dengan antusias saya jelaskan mengenai Desa Monas, sebuah desa binaan Lions Club Jakarta Monas, yang tanpa disadari saya sampaikan dengan penuh semangat. Lion Kristin yang mendengarkan, menjadi ikut bersemangat. Mari sahabat, kita baca tulisan-tulisan yang ada pada buku ini. Semoga dari kisah- kisah di dalamnya kita dapatkan perspektif baru mengenai arti pengabdian. Terimakasih vi | Pengantar

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions kepada para penulis yang sudah mengantarkan para pembaca ke cakrawala yang lebih luas. Selamat membaca dan salam hormat Evi Lasma Pohan Gubernur Distrik Perkumpulan Lions Indonesia Distrik 307 A1 2020-2021 Bring Kindness to Life Pengantar | vii

Apresiasi pada Fellow Lions “ M engabdi” adalah kata kunci anggota Lions Clubs bekerja untuk kemanusiaan. Semangat itu ditorehkan dalam tagline “We Serve”, kami mengabdi. Salah satu prinsip pengabdian untuk kemanusiaan adalah keikhlasan, tanpa mengharap balasan dari kerja-kerja sosial yang dilakukan. Bukan dalam rangka membanggakan diri bila kisah-kisah inspiratif anggota Lions Clubs dikompilasi dalam buku “Merajut Asa, Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions”. Sharing pengalaman yang dilakukan Fellow Lion dalam buku ini dimaksudkan untuk memotivasi orang-orang yang berjiwa pengabdian untuk bersama-sama bekerja demi kemanusiaan. Seperti prinsip yang dijunjung tinggi organisasi, Lions Clubs adalah tempat berkumpul suka­ relawan dalam persahabatan, mengembangkan viii | Apresiasi pada Fellow Lions

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions kemampuan kepemimpinan, dan menyediakan waktu luang untuk membantu sesama yang membutuhkan uluran tangan. Buku ini merupakan bagian dari program kerja yang dirancang Lions Club Jakarta Barat Melati dan Lions Club Jakarta Barat Marigold. Kisah-kisah yang tertuang dalam buku ini hanyalah sebagian kecil dari kesukarelaan yang sudah dilakukan anggota Lions Club. Di masa yang akan datang, dokumentasi kegiatan baik dalam bentuk kisah-kisah inspiratif maupun kumpulan ide dan pemikiran untuk mengembangkan organisasi, diharapkan dapat lebih banyak muncul. Kumpulan kisah inspiratif, selain menjadi apresiasi bagi Fellow Lion yang sudah bekerja tanpa mengenal lelah, juga bisa menjadi pendorong bagi generasi berikutnya untuk bekerja dan mengembangkan kegiatan untuk kesejahteraan umat manusia di seluruh muka bumi. Selamat Membaca! Edi Nata Prawira Ellies Sutrisna Kristin Samah Apresiasi pada Fellow Lions | ix

x | Apresiasi pada Fellow Lions

Daftar Isi Pengantar v Apresiasi pada Fellow Lions viii Merajut Asa di Desa Penjudi 1 Oleh: Lion Evi Pohan Dan Ban Mobil Pun Dijilat 7 Oleh: Lion Edi Nata Prawira Spontanitas yang Mengesankan 11 Oleh: Lion Ellies Sutrisna Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja 16 Oleh: Lion Lusia Soetanto Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur 27 Oleh: Lion Hastuti Kresna Perempuan Tengah Malam 33 Oleh: Lion Esther Gultom Kado Terindah 42 Oleh: Lion Herliany Sylvita Yang Terjaga dan yang Terlelap di Ruang Covid-19 48 Oleh: Lion Karel Dourman HS Daftar Isi | xi

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Saya Pun Menari di Las Vegas! 69 Oleh: Lion Dian Ono Bukan Beasiswa Biasa 80 Oleh: Lion Djoko Kusumowidagdo Belajar Soft Skill pada Lions 86 Oleh: Lion Brata T. Hardjosubroto Indahnya Kolaborasi 94 Oleh: Lion Resti Arania Pohon dalam Pot Asri di Pelataran Stasiun 98 Oleh: Lion Meli Itje Menepis Ragu untuk Sesama 103 Oleh: Lion Wiwik Atmadja Meraih Keseimbangan Hidup 107 Oleh: Lion Nyoman Sudhani Sadha Semangat dan Bersyukur 110 Oleh: Lion Sita Mamadinda Kerja Sosial Lebih Berkarakter 114 Oleh: Lion Vitta Memori Masa Kecil 119 Oleh: Lion Fancy Winardi Petualangan Sang Tunanetra 126 Oleh: Lion Elly Tjahja Sepenggal Tulisan Penuh Misteri 132 Oleh: Lion Maria Magdalena Praptiwi Antusiasme Pelatihan Menulis 138 Oleh: Lion Kristin Samah xii | Daftar Isi

Merajut Asa di Desa Penjudi Oleh: Lion Evi Pohan T idak ada yang menyangka kalau keripik daun singkong rasa paru itu dihasilkan para ibu di sebuah desa binaan di Kabupaten Karawang, Banten. Demikian juga rajutan-rajutan yang memiliki nilai jual untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Desa itu, awalnya dikenal sebagai desa penjudi. Di tahun 2010, Lions Clubs mendorong setiap club membuat signature project yang bisa dibanggakan. Lions Club Monas berinisiatif membuat desa binaan. Lion Dadang dan Lion Faisal, yang setiap berangkat kerja melewati kawasan itu, mengusulkan untuk membuat Merajut Asa di Desa Penjudi | 1

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions kegiatan sosial berkelanjutan agar bisa meningkatkan kehidupan masyarakat. Kami mulai dengan membantu seorang ibu yang usianya mendekati 80 tahun, tinggal seorang diri di rumah bambu. Lantai rumah dari tanah. Di dalam rumahnya hanya terdapat balai-balai untuk tidur dan kompor untuk masak. Tidak ada kamar mandi dan WC. Untuk buang kotoran dan mencuci, ia harus turun ke sungai. Rumahnya tidak jauh dari kuburan. Pertama kali melihat kondisi ibu itu, teriris hati saya, membayangkan orang tua sendiri. Langkah pertama yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan warga, rukun tetangga, rukun warga, sampai ke lurah, bagaimana bisa bersama-sama merawat orang tua itu. Kesepakatan yang diperoleh, ibu itu dipindahkan ke sebuah keluarga yang mau merawatnya. Semua biaya hidup, ditanggung Lions Club. Langkah berikutnya membuat fasilitas mandi cuci kakus (MCK) dan sarana belajar untuk anak-anak usia dini. Sekalipun MCK merupakan kebutuhan primer warga 2 | Merajut Asa di Desa Penjudi

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions masyarakat, ternyata tidak mudah membuat mereka sadar manfaatnya. MCK yang dibangun, ketika sebulan kemudian kami datang, ternyata telah rusak. Bukan oleh orang lain, tetapi oleh mereka sendiri. Sebenarnya bisa saja langsung mem­ perbaiki, tetapi cara itu tidak menimbulkan rasa memiliki. Kami menjanjikan bantuan uang bila mereka bisa membantu menjaga kebersihan dan perawatan MCK. Warga masyarakat setuju. Bulan-bulan berikutnya, MCK terawat dengan baik. Bahkan, di kemudian hari, dipungut bayaran bagi siapa saja yang memanfaatkan MCK. Jadilah uang itu bisa digunakan untuk membayar gaji penunggu. Bersamaan dengan itu, Lions Club menyelenggarakan pendidikan anak usia dini (PAUD), membuat TK Alquran, memberi pelatihan perbengkelan untuk anak-anak muda, belajar membaca, merajut, dan ketrampilan membuat keripik dari daun singkong, untuk para ibu. Merajut Asa di Desa Penjudi | 3

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Guru PAUD sengaja didatangkan dari tempat lain, gaji dibayar oleh Lions. Sedangkan guru agama diperoleh dari warga masyarakat setempat. Pelatihan vokasional, perbengkelan dan keterampilan untuk ibu-ibu, dilakukan dengan mendatangkan pelatih-pelatih yang memang memiliki kemampuan untuk itu. Ketekunan membina masyarakat di desa tersebut, lambat laun membuahkan hasil. Anak-anak remaja dan pemuda sudah bisa bekerja di bengkel, atau bahkan membuka bengkel motor sendiri. Ibu-ibu pun mulai bisa mengajari anaknya sekolah karena mereka juga sudah bisa membaca dan menulis. Berbagai hasil ketrampilan yang dikerjakan ibu-ibu, laku dijual. Awalnya, kami yang membeli. Lama- lama, mereka bisa membuka pasar sendiri. Ketika semua punya kesibukan, mampu mengembangkan kreativitas, desa yang sebelumnya dikenal sebagai sarang penjudi dan pemalak, berubah menjadi desa yang aman dan berkembang. Kalau sebelumnya, untuk membuat bakti sosial saja, kami harus 4 | Merajut Asa di Desa Penjudi

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions berhadapan dengan para preman, di kemudian hari, mereka justru membantu. Dibutuhkan waktu sepuluh tahun untuk melakukan perubahan. Kami, 30 orang anggota Lions Club, bergantian memantau perkembangan. Dalam proses pelaksanaan memang tidak semuanya berjalan mulus. Ada saja gangguan dan hambatan tetapi karena dilakukan dengan sepenuh hati, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Kadang- kadang, dana operasional yang dibutuhkan pun mulai menipis. Kalau itu yang terjadi, kami segera menyelenggarakan fund rising. Di tahun-tahun berikutnya, ketika kemajuan mulai terlihat, banyak perusahaan yang ingin menyalurkan dana corporate social responsibility (CSR) ke desa itu. Bazar dan pasar murah sering dilakukan, terutama ketika memasuki bulan puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ada juga kegiatan nikah massal, terutama ditujukan pada pasangan yang sudah punya anak, bahkan cucu, tetapi belum me­ miliki surat nikah. Nikah massal tidak ditujukan pada mereka yang ingin berpoligami. Merajut Asa di Desa Penjudi | 5

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Secara pribadi, ketika bertahun-tahun setelah melepas desa binaan itu, ada syukur tak terhingga. Betapa Tuhan sangat baik pada umatnya, memberi kesehatan, dan banyak kemudahan. Selama membina desa itu, kami merasa bahwa hidup kita bukan untuk diri sendiri tetapi sebagian di antaranya, adalah hak orang lain. Kalau kita memiliki hati yang sama, sepertinya jalan untuk melakukan sebuah kebaikan, begitu cepat dibuka. Lions Club tak selamanya memberi pelangi, kadang-kadang gloomy juga. Namun dengan niat yang tulus, semua masalah bisa diselesaikan. (***) 6 | Merajut Asa di Desa Penjudi

Dan Ban Mobil Pun Dijilat Oleh: Lion Edi Nata Prawira “ K ami sudah men­ geluarkan nazar, siapa pun yang bisa masuk, menembus ke­ terisolasian, kami akan menjilat ban mobilnya,” ujar kepala desa ketika kami melarangnya untuk menjilat ban mobil. Kami disambut layaknya pasukan yang baru saja kembali setelah memenangkan peperangan. Sekalipun sudah mendesak agar tidak perlu menjilat ban mobil, kepala desa dan warga masyarakat tetap melakukan sebagai cara melepas nazar. Ketika itu, masyarakat sudah tiga hari terisolasi karena jalan terputus akibat gempa. Mereka mau melakukan apa yang sudah diucapkan. Dan Ban Mobil Pun Dijilat | 7

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Peristiwa itu terjadi Oktober 2009 di Kabupaten Kerinci, Jambi. Gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,6 skala richter dengan pusat gempa di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Gempa susulan menyebabkan Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi, terisolasi. Kawasan itu berada di jalur patahan Sumatera. Perhatian pemerintah dan masyarakat pada umumnya, tertuju di Sumatera Barat. Kabupaten Kerinci relatif terlupakan. Dari media, diketahui ada ratusan kepala keluarga di satu desa, terancam kelaparan karena jalur transportasi terputus. Saya baru setahun bergabung dengan Lions Club. Charter Presiden Budi Harto (alm) dan teman-teman yang menyukai offroad mengundang anggota Lions untuk membawa mobil, menempuh perjalanan 12 jam. Kerinci adalah kabupaten paling ujung Provinsi Jambi. Setelah melakukan berbagai persiapan, 12 orang anggota Lions Club bersiap dengan enam mobil, membawa berbagai kebutuhan, dengan maksud membuka keterisolasian. 8 | Dan Ban Mobil Pun Dijilat

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Lions lainnya mendukung sesuai kemampuan masing-masing. Ada yang mencari dana, ada juga yang mengumpulkan bantuan. Berbagai kebutuhan seperti bahan makanan, selimut, pakaian, air minum, obat-obatan, dan lain sebagainya. Desa itu sudah tiga hari terisolasi. Kami hanya semalam tinggal di Kerinci hanya untuk membuktikan, sekalipun jalan menuju desa itu rusak karena gempa, tetapi bisa ditembus. Kepala desa dan warga masyarakat tidak menyangka justru orang kota yang berani masuk. Mereka sangat senang. Setelah diberitakan Lions Club bisa menembus jalan yang dikabarkan terputus, berikutnya Pemerintah Daerah masuk untuk memberikan bantuan. Membagi Waktu Bergabung dengan Lions Club seperti melengkapi kegiatan sosial yang selama ini sudah saya lakukan. Kalau sebelumnya kegiatan sosial hanya dilakukan dengan teman- teman di gereja, di Lions Club jangkauannya Dan Ban Mobil Pun Dijilat | 9

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions lebih luas. Tidak hanya di Palembang dan Jambi tetapi juga di Jakarta, berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Menjadi anggota Lions Club berawal di tahun 2008 atas undangan Lion Armin dari Palembang Kota yang akan membentuk charter di Jambi. Setelah bergabung, kegiatan yang awalnya hanya untuk menambah teman dan relasi, ternyata harus berkomitmen dan pandai-pandai membagi waktu. Pernah di saat anak saya merayakan ulang tahun pertama di salah satu hotel di Jambi, sekaligus saya menghadiri Charter Night di ruangan yang berbeda. Saya mondar- mandir. Ketika itu ada 52 member yang hadir. Bergabung di Lions Club Jambi seperti menemukan medan pengabdian yang selama tinggal di Palembang sudah dilakukan sejak masih sekolah menengah pertama. (***) 10 | Dan Ban Mobil Pun Dijilat

Spontanitas yang Mengesankan Oleh: Lion Ellies Sutrisna J anuari 2020, saya menjemur kain hasil latihan membatik di kawasan Palbatu, Jakarta Selatan. Seorang ibu yang anaknya juga turut belajar membatik, menghampiri, berbasa-basi. “Bagus ya...” saya memuji kain hasil karya anaknya. “Iya, sudah lama belajarnya,” ujar ibu itu memberi keterangan. Setelah berbasa-basi, si ibu meminta nomor telepon, saya pun menyebutkan deretan angka-angka. “Ibu di Lion ya?” tanyanya kemudian. Saya pun membenarkan. Ia menjelaskan, pernah Spontanitas yang Mengesankan | 11

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions melihat di sebuah acara di Dufan, Ancol, Jakarta Utara. Sehari kemudian, Sang Ibu menelepon, menceritakan bahwa empat tahun yang lalu, anaknya yang menderita kanker, diajak Lions Club berlibur di Dufan bersama-sama anak- anak penderita kanker lainnya. Di tengah- tengah acara makan siang, salah satu Fellow Lion membawa tart karena tahu ada seorang anak yang berulang tahun. Anak itu dipanggil sambil dinyanyikan lagu ulang tahun dan diminta meniup lilin. “Anak saya tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Ulang tahunnya dirayakan banyak orang,” ujarnya. Penjelasan itu membuat saya terkesima. Saya ingat moment tiup lilin di antara anak-anak yang dibawa Lions Club, berlibur ke Dufan. Tahun 2016, Distrik Lion membawa kurang lebih seribu anak-anak ke Taman Impian Jaya Ancol. Mereka berasal dari rumah susun Marunda, juga anak-anak penyintas kanker. Jam 07.00 pagi saya sudah sampai di Ancol, padahal malam sebelumnya, sampai 12 | Spontanitas yang Mengesankan

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions larut, masih mengikuti acara Lion di Hotel Borobudur. Malam itulah saya dilantik menjadi anggota Lions Club. Acara cukup meriah karena selain jumlah anak yang dihadirkan sangat banyak, ada juga tokoh-tokoh yang hadir seperti Joe Preston, yang pernah menjadi international presiden Lions Club; Veronica Tan, dan masih banyak nama-nama lainnya. Sebelum dipersilahkan untuk masuk ke Dufan, anak-anak dikumpulkan di sebuah auditorium, diajak bernyanyi dan bermain. Sebagai anggota baru, saya mengerjakan apa saja yang bisa dilakukan, bersama-sama dengan Fellow Lions lainnya. Hingga seorang anggota memanggil seorang anak, untuk maju, diiringi lagu selamat ulang tahun. Acara itu tidak masuk dalam agenda. Dadakan. Hanya karena tahu ia berulang tahun, Fellow Lion itu membeli kue yang di jual di toko terdekat. Rupanya, spontanitas itu sangat mengesankan. Tidak terlupakan baik oleh anak itu maupun ibunya. Itu terbukti, empat tahun setelah peristiwa, Sang Ibu masih mengingat. Spontanitas yang Mengesankan | 13

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Bahkan saya yang tidak memiliki peran sentral dalam peristiwa itu pun, diingatnya. Peristiwa sederhana, bahkan tanpa terencana, ternyata memiliki makna yang sangat dalam. Saya benar-benar terharu. Kegiatan sosial sebenarnya bukan merupakan hal yang baru bagi saya karena di perusahaan, kami menyelenggarakan Excellence Berbagi, yang dilakukan secara rutin di panti jompo atau di panti asuhan. Biasanya, kami membagi handuk, sikat gigi, beras, dan uang, untuk yayasan pengelola. Di panti asuhan, biasanya kami membawa tas, alat tulis, alat melukis, sendal atau sepati, beras, juga uang. Seringkali kami juga mengajak mereka bermain bersama. Bakti sosial di Ancol tidak akan pernah mengesankan kalau saya tidak mendengar apa yang dikatakan anak-anak dan orang tua yang hadir pada saat itu. Di antara mereka ada yang mengatakan, sekalipun Ancol cukup dekat dengan tempat tinggal mereka, di Marunda, tetapi mereka tidak pernah berkesempatan masuk dan bermain di situ. 14 | Spontanitas yang Mengesankan

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Anak-anak merasa sangat senang. Bahkan ibu-ibu yang menyertai mereka, datang lebih pagi, membawa bekal makanan dan minuman sendiri, padahal panitia sudah menyediakan makanan dan minuman berlimpah. Membawa anak-anak berlibur, bahkan di tempat yang tidak terlalu jauh, ternyata memberi kesan yang sangat dalam. Melekat di kepala anak-anak, bahwa di dunia ini, tidak semua orang memikirkan diri sendiri. Masih banyak yang peduli pada orang lain. Hidup bukan hanya soal sekolah dan bekerja membantu orang tuanya, tetapi juga ada hal-hal yang menyenangkan. Anak-anak boleh bermimpi, melambungkan harapan, karena banyak cara untuk mengejar apa yang diinginkan. (***) Spontanitas yang Mengesankan | 15

Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja Oleh: Lion Lusia Soetanto D ari sekian banyak kegiatan pengabdian, yang paling menarik adalah ketika menjadi Ketua Komite Lions International Youth Camps & Exchange (LIYCE) selama belasan tahun. Kegiatan ini merupakan program outgoing, mengirim remaja Indonesia usia 17-21 tahun ke berbagai negara di dunia. Setiap tahun, Komite LIYCE mengirim lebih dari 30 remaja Indonesia. Sebagai ketua komite LIYCE, saya berusaha menghubungi para remaja dari berbagai provinsi di Indonesia, yang berniat mengikuti Program outgoing tersebut. 16 | Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions “Gunakanlah tanganmu untuk melayani, dan berikanlah hatimu untuk mencintai!” Dengan pegangan kata-kata itulah, saya berusaha menunaikan tugas dengan penuh cinta kasih. Salah satu orang tua calon peserta dari Sumatera Barat bertanya melalui WhatsApp, ”Saya belum pernah melepas puteri tunggal saya ke luar kota Bukittinggi, apakah puteri saya di Jepang nanti akan terjamin keselamatannya?” Tentu saja saya harus meyakinkan, bahwa orang tua angkat di Jepang, juga anggota Lions Clubs International, yang mempunyai jiwa pengabdian dan cinta kasih yang tulus, akan menjaga putrinya. Lion Arman Yahya, orang tua calon peserta dari Yogyakarta, juga bertanya, apakah anak­ nya harus membawa beras. Ia menanyakan itu karena di Jerman, tempat anaknya homestay, makanan utamanya bukan nasi. Saya harus dapat menenangkan hati orang tua, bahwa anaknya tidak akan kelaparan atau terlantar, selama di Jerman. Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja | 17

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions “Apakah di Perth, Australia tempat putra saya Homestay dan Camps nanti, memperoleh makanan yang halal?” Beda lagi pertanyaan yang disampaikan Ibu Nanny Winata, orang tua Bellarini. Saya meyakinkan, bahwa para host family di Perth selalu mengirim surat keterangan halal untuk semua daging yang mereka sajikan. Mereka juga sudah terbiasa menerima homestay bagi para remaja yang beragama Islam, dan mereka sangat menghargai peraturan agama Islam. Cukup berat bagi diri saya mencari calon peserta Program Outgoing, yang harus disponsori salah satu Club. Namun dengan niat yang tulus, untuk memberi bekal kepada para remaja Indonesia, saya tetap bersemangat untuk terus-menerus mencari para peserta yang memenuhi semua persyaratan. Semoga mereka memperoleh berbagai pengalaman di luar negeri saat mereka mengikuti homestay dan camps selama tiga minggu di negara pilihan mereka. Selain harus meyakinkan kedua orang tua para calon peserta, Komite LIYCE juga wajib 18 | Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions mengumpulkan berkas-berkas persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon peserta, kemudian mengirimkan berkas-berkas tersebut kepada Ketua Komite LIYCE di negara tujuan. Setelah terdaftar dan diterima, saya memberitahukan berita gembira tersebut kepada keluarga calon peserta Program Outgoing. “Syukur Alhamdulillah Bunda Lusia, anak saya Reghi diterima untuk mengikuti homestay dan camps di Italy. Terima kasih Bunda Lusia,” orang tua Reghi seperti berteriak di telinga saya, melalui telepon. Tulisan dari Ibu Dedes melalui WA, juga semakin menyemangati saya. “Puji Tuhan Bunda Lusia, tidak mengira anak saya Michelle diterima di pilihan pertama, yaitu Jepang, negara yang sangat Michelle impikan.” “Apakah anak saya boleh sholat selama berada di negeri Belanda?” tanya salah satu orang tua calon peserta dari Bogor. Saya harus menjelaskan bahwa Lions Clubs International tidak memasalahkan agama, ras, suku dan lain Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja | 19

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions sebagainya. Jadi urusan sholat lima waktu tidak ada masalah sama sekali. Menambah Saudara Semua hal yang saya alami, sungguh sangat berarti. Saya menemukan saudara baru, para orang tua peserta. Persahabatan dan tali persaudaraan yang sangat erat, saya rasakan hingga sekarang. Syukur Alhamdulillah, saya merasa sangat bahagia. Saudara saya bertambah dari berbagai provinsi. Ada suku Jawa, Batak, Dayak, Madura, Papua dan semua suku yang ada di tanah air tercinta, Indonesia. Wawasan saya juga bertambah dan berkembang, karena bergaul erat dengan berbagai suku tersebut. Kami saling mengunjungi. Kegiatan berikutnya, yang tak akan pernah bisa dilewatkan, ketika bersama para pejabat Lions Clubs—yang senantiasa mendampingi saya—mengundang para peserta Program Outgoing beserta keluarganya. Acara pembekalan dihadiri para calon peserta dan 20 | Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions keluarganya. Nasihat dari para senior Lions dan para pejabat Lions, antara lain, para calon peserta harus menjaga nama baik Indonesia. Setiap calon peserta juga harus mempersiapkan presentasi yang terbaik tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Betapa saya merasa sangat bahagia, ketika mendengarkan suara setiap calon peserta dalam bahasa Inggris yang fasih, ketika mensimulasi presentasi di acara pembekalan tersebut. Saya merasa lega, karena para calon peserta akan dapat berkomunikasi dengan baik selama berada di negara pilihan. Bahasa Inggris merupakan bahasa terpenting dalam komunikasi. Perlengkapan untuk dibawa ke negara tujuan yang kami bagikan antara lain sera­ gam bertuliskan “LIYCE MD 307 Indonesia”, handcarry, T-shirt, jaket, vandel, PIN LIYCE, kartu nama, dan sebagainya. Mereka me­ nerima semua perlengkapan dengan penuh kegembiraan. Tiada putus-putusnya, setiap hari, komunikasi kami lakukan melalui WA, baik Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja | 21

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions pada calon peserta maupun keluarganya. Ada saja yang perlu ditanyakan sebelum para calon peserta berangkat pada bulan Juli, setiap tahunnya. Tibalah saatnya saya harus mengantar keberangkatan para remaja yang sudah terdaftar. Para pejabat Distrik 307 A1 maupun Multi Distrik 307 Indonesia, selalu mendukung dengan hadir di Bandara International Soekarno Hatta pada jadwal keberangkatan para peserta. “Doakan saya ya Bunda Lusia, saya baru pertama kali ke luar negeri,”peluk erat dari Nisa yang akan berangkat ke Austria, mengikuti Camps Sound of Music. “Terima kasih Bunda Lusia, ini kali yang kedua bagi saya mengikuti homestay, kali ini dengan pilihan Mexico,” kata Alvi sambil semakin mengeratkan pelukannya pada saya. Sangat terharu melepas mereka satu demi satu. Peluk cium dan cucuran air mata menandakan betapa saya dan semua pejabat Lions sangat mencintai dan membanggakan 22 | Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions mereka. Harapan kami semua, semoga para peserta kembali ke tanah air dengan selamat dan penuh dengan pengalaman baru yang sangat indah. Bekal untuk hari depan mereka yang semakin cerah. Meraih Prestasi Gemilang Setelah tiga minggu, suasana haru penuh suka cita, saya rasakan pada saat saya menjemput kepulangan mereka. “Terima kasih Bunda Lusia, tahun depan saya ingin mendaftar lagi ke negara lain, apakah masih diperkenankan?” sambil memeluk saya dengan erat dan penuh kegembiraan, Nadia yang baru saja mendarat dari Perancis, dengan pesawat Qatar Airlines. “Host Family saya baik dan ramah sekali Bunda Lusia. Selain mempunyai ranch kuda, juga mempunyai kebun yang sangat luas di Jerman. Setiap hari saya diajak naik kuda, pengalaman yang sungguh baru dan luar biasa menyenangkan. Terima kasih Bunda Lusia.” Demikian cerita dari Anciella. Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja | 23

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Betapa bahagia saya bersama Komite LIYCE setiap setahun sekali dapat membahagiakan para remaja Indonesia. Mereka semua merasa mempunyai orang tua angkat, bukan hanya di negara pilihan mereka, tetapi juga menganggap saya sebagai orang tua angkat para remaja se-Indonesia. Para peserta Program Outgoing mem­ punyai kewajiban menulis pengalaman mereka selama homestay. Saya mengumpulkan semua laporan para Peserta LIYCE yang telah selesai mengikuti homestay dan camps. Walaupun saya tidak mengikuti perjalanan mereka secara langsung, tetapi melalui laporan yang mereka kirimkan, seolah-olah saya ikut berada di negara pilihan mereka, seperti Canada, USA, Eropa, Asia, Australia, dengan segala suka dukanya. Tali silaturahim di antara kami tetap berjalan dengan indah, bahkan beberapa orang tua mereka, tertarik dan saya sponsori menjadi anggota Lions Clubs International di Jakarta. Waktu terus berjalan, berita gembira 24 | Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions selalu saya terima dari para orang tua maupun alumni Program Outgoing LIYCE. “Terima kasih bunda Lusia, sekarang Eva yang pernah mengikuti Program Outgoing LIYCE tahun 2017 ke Taiwan, sekarang menjadi mahasiswi Fakultas Pariwisata di Bali, mempunyai prestasi gemilang karena pengalaman yang sangat berharga tersebut sangat bermanfaat untuk menambah rasa percaya diri,” demikian berita gembira yang saya terima dari Ibu Vidy Vanessa, orang tua Eva. Berita gembira juga datang dari Lion Sofiariyanti, “Bunda Lusia yang terkasih, sekarang Philly sudah lulus dari ITB dengan IPK sempurna. Hal ini juga berkat Philly sudah mengikuti Program Outgoing LIYCE pada tahun 2016 ke Norwegia. Sangat bermanfaat.” Betapa bahagia diri saya, tiada henti bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas penyertaan-Nya dalam setiap langkah saya melayani para remaja melalui Komite LIYCE. Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja | 25

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Keterlibatan saya di Lions Clubs bermula ketika direkomendasikan menjadi anggota Lions Clubs International, Januari 1997. Setelah memahami dan mengenal lebih jauh kegiatan pengabdian di dalam Lions Clubs, dengan dipercaya sebagai anggota, kemudian sebagai presiden, ketua komite, ketua daerah, saya terlibat dalam berbagai kegiatan bhakti sosial dan lain sebagainya, saya semakin mantap dalam berbakti bersama, dengan motto dari Lions Clubs International, “We Serve, Bring Kindness to Life”. (***) 26 | Menjadi Orang Tua Angkat Para Remaja

Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur Oleh: Lion Hastuti Kresna “ B olehkah saya memeluk dan mencium?” per­ mintaan itu disampaikan seorang perempuan. Dari tubuhnya yang lemah, tampak ia baru beberapa hari melakukan persalinan. Saya menatapnya, mengulurkan tangan, lebih dulu memberikan pelukan dan ciuman, sebagai jawaban permintaannya. Terima kasih untuk kamar mandi, perlengkapan bayi, dan biskuitnya. Kami akan berlebaran jauh dari keluarga, tak punya apa- apa,” semakin erat saya memeluknya, berharap bisa lebih lama memberinya ketenangan. Lirih, ia melanjutkan kata-kata. Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur | 27

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions “Kawan-kawan di Kalimati, Bendungan Hilir, tak akan pernah melupakan rompi kuning Lions Club,” ujarnya sambil mengendurkan pelukan, lalu menatapku lekat-lekat. Air di sudut matanya mulai menetes. Kurang dari dua pekan lagi, umat Muslim bersiap menyambut Hari Raya Idul Fitri. Kekhusukan menyambut Hari Kemenangan, berubah menjadi kepanikan di Kalimati, Bendungan Hilir. Perkampungan tempat tinggal mereka, hangus dilahap si jago merah. Seluruh harta benda, termasuk berbagai macam barang yang sudah dipersiapkan untuk menyambut Hari Raya, lenyap terbakar. “Kami tak punya apa-apa, tak punya siapa- siapa, tapi sekarang bisa sedikit merayakan Lebaran karena Mbak-mbak Lions,” ujarnya menambahkan. Saya berusaha keras untuk tidak menitikkan air mata. Di hari kebakaran itu terjadi, 6 Agustus 2012, aku sedang menyelesaikan laporan keuangan, memenuhi tugas saya sebagai treasurer di home Klub, Lions Club Jakarta Cosmopolitan. Ketika itu, mendadak saya 28 | Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions merasa, tulang-tulang penyangga tubuh, satu per satu terlepas. Asisten rumah tangga yang semula menyatakan tidak akan mudik, minta izin pulang kampung. Ibunya sakit, terpaksa ia harus pulang menjenguk. Permintaan izin itu membuat angka-angka di buku catatan menjadi blur. Yang terbayang hanyalah kerepotan menyiapkan buka puasa bersama, berbelanja berbagai kebutuhan, termasuk mempersiapkan makanan untuk keluarga dan kerabat yang akan datang bersilaturahmi. Namun semangat yang sempat lenyap membayangkan kelelahan mempersiapkan Hari Raya, mendadak sirna ketika dari arah televisi terdengar teriakan mengejutkan. Volume suara memang kami naikkan supaya tidak ketinggalan adzan maghrib sebagai penanda waktu berbuka puasa. Minuman pembuka puasa baru masuk dua teguk. Konsentrasi saya justru tertuju pada kepanikan warga yang disiarkan langsung. Teriakan “kebakaran… kebakaran…” berbaur dengan suara blambir pemadam Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur | 29

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions kebakaran, serta jeritan orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri. Saya tidak lagi memikirkan kerepotan mempersiapkan Hari Raya karena Klub Lions LCJ Cosmopolitan bersana Tim Alert Distrik 307 A1, segera berkoordinasi, mempersiapkan diri meninjau lokasi bencana. Beberapa hari setelah dinyatakan aman, Gubernur Distrik, PDG Satyo Fatwan, memimpin tim untuk menyalurkan bantuan dan merencanakan membangun fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) di area pemukiman yang sudah hancur. Tiga hari menjelang Lebaran, kami pun kembali ke Kalimati. Kali ini hanya atas nama LCJ Cosmopolitan karena beberapa kawan Lions sudah pulang kampung, atau berlibur bersama keluarganya. Hanya bertiga, Presiden Nany, Lion Dani, dan saya sebagai treasurer. Kami mengenakan baju merah-putih, karena kebetulan memang mendekati peringatan Kemerdekaan RI. Tak lupa vest kuning Lions Club. Merah Putih untuk tanda cinta pada Indonesia, dan vest kuning simbol pengabdian dan loyalitas pada kemanusiaan. 30 | Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Sore itu kami membawa peralatan tidur, selimut, dan peralatan bayi lainnya, berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi puing- puing bekas kebakaran. Kami membuka bantuan untuk bayi yang harus berjuang hidup, lahir di pengungsian. Bergantian, kami menggendong bayi kecil sambil berbincang dengan ibunya. “Sedih Mbak… saya baru punya bayi… rencananya mau saya bawa ke keluarga di hari Lebaran. Jadinya malah begini… kami seperti gembel,” ujar salah seorang ibu muda. Rasanya, saya tak ingin beranjak dari tempat pengungsian. Andai kemacetan menjelang waktu berbuka puasa tidak mengganggu pikiran, saya ingin berlama-lama merasakan syukur tiada terhingga. Saya harus mempersiapkan Hari Raya tanpa asisten rumah tangga. Tapi bukankah masih ada keluarga, bahkan bisa dikatakan tidak berkekurangan apa pun? Kalau pun lelah menerpa, beristirahat di kamar nyaman berpendingin ruangan, di rumah berfasilitas lengkap yang bersih dan Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur | 31

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions tertata rapi, tentulah akan cepat memulihkan tenaga. Ya Allah… syukur tiada terhingga masih diberi kesempatan untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Kami berjanji akan kembali lagi. Berjanji pada bayi-bayi yang diselamatkan di malam ketika kebakaran terjadi. Membayangkan peristiwa itu pun saya tak sanggup. (***) 32 | Ketika Bayi-bayi Itu, Memberi Rasa Syukur

Perempuan Tengah Malam Oleh: Lion Esther Gultom S aya tergesa, berlarian tatkala melihat jam di tangan, menunjukkan pukul 09.00 WIB. Celaka! Seandainya tadi malam tidak keasyikan bermain game online, mungkin pagi ini, bisa bangun tepat waktu. Sayang seribu sayang, tidak bisa memutar waktu. Dengan hati tak tenang, saya menunggu abang ojek online. Mata saya kembali menatap cemas ke arah jam tangan yang tak berhenti berdetik, pun pula dengan kaki yang tak bisa diam karena rasa panik yang menjalari tubuh. Tin! Klakson abang ojek online menggema, membuat kesadaran sedikit kembali. Motor abang ojek online melesat menjauhi rumah, Perempuan Tengah Malam | 33

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions menuju tempat yang akan saya singgahi hari ini. Kepada abang ojek online tersebut, saya sampaikan untuk sedikit mempercepat lajunya karena sudah terlambat. Kecemasan sedikit berkurang ketika melihat jalanan cukup lengang. Deru kendaraan bermotor saling menyapa, membuat telinga sedikit pengang. Tapi saya bersyukur, masih bisa merasakan hal- hal ini. Setengah jam berlalu, saya tiba di daerah yang sebelumnya tak pernah saya kunjungi. Kecemasan datang terlambat, ternyata, saya tiba sebelum jam yang telah disepakati. Setelah turun dari motor ojek online, saya menghampiri tempat yang menjadi tujuan. Mata saya terpaku pada kesibukan yang mereka lakukan. “Eh, sudah datang rupanya. Masuk, Kak. Dari Lions, kan?”tanyanya sambil menghampiri. Rupanya mereka sadar akan kedatangan saya. “Pagi, Ibu,” sapa saya ramah. Sambil mengangguk, saya tersenyum meski tertutup masker. 34 | Perempuan Tengah Malam

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions “Iya, Bu. Saya dari Lions Club Jakarta Pusat Trojans. Panggil saya Esther saja, Bu.” Wanita yang saya prediksi berusia lebih dari setengah abad itu mengangguk. Ia mem­ persilakan masuk. “Maaf, ya. Kami masih ribet beres-beres, nih. Duduk dulu saja, Kak,” ujarnya ramah sambil mempersilakan duduk di kursi kayu, di belakang etalase. Namun saya menggeleng dengan cepat. “Gak apa, Bu. Saya bantu-bantu saja. Ada yang bisa saya bantu?” Matanya menyipit, saya tahu di balik maskernya, ia tersenyum. Sambil mengangguk ragu, ia meminta untuk membantunya mengangkat wadah berisi puluhan nasi bungkus yang sudah terbungkus rapi. Tak lama, ada yang menghampiri kami. Rupanya KD Tuti dan Lion Rudy juga sampai di tempat ini. Setelah membantu Ibu tersebut, kami melihat banyak warga berdatangan. Tentu masih dengan memberlakukan protokol kesehatan, kami mengimbau warga yang Perempuan Tengah Malam | 35

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions datang untuk menjaga jarak dan menggunakan masker. Saat itu saya sedang berada di Warung Alini, warung nasi milik Ibu yang tadi men­­ yapa ramah. Warung nasi ini cukup sederhana, menjadi pilihan Club untuk melakukan kegiatan bhakti sosial yang dikenal dengan kegiatan “Warung 5000”. Tidak hanya dari Lions Club yang membantu persiapan warung nasi Bu Alini. Ada juga Pak Kuang, tetangga Bu Alini yang turut berpartisipasi dalam kelancaran kegiatan ini. Tak lama setelah melakukan kegiatan penjualan, KD Tuti pamit untuk menyinggahi lokasi “Warung 5000” lainnya. Tersisa aku dan Lion Rudy yang masih membantu Ibu Alini dan Pak Kuang menjual nasi bungkus seharga 5000 rupiah. “Warung 5000” adalah kegiatan penjualan nasi bungkus seharga lima ribu rupiah. Harga sebenarnya 12.000 rupiah per bungkus. Jadi kegiatan ini membantu masyarakat untuk mendapatkan makanan bergizi dengan harga yang murah dan juga membantu perekonomian warung nasi. 36 | Perempuan Tengah Malam

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Hari semakin siang, matahari dengan sombong menampakkan teriknya. Nasi yang kami jual semakin berkurang. Karena sudah hampir habis, Lion Rudy pun pamit. Tersisa saya, sang empunya warung, dan Pak Kuang. Hening. Saya dan ibu pemilik warung sama-sama larut dalam pikiran masing- masing. Pak Kuang sedang kembali sebentar ke rumahnya. Karena sudah agak sepi, saya memainkan gawai, membalas pesan yang tadi sempat terabaikan. “Kak Esther, terima kasih, ya…”keh­ eningan terpecah. Saya sangat merasakan ketulusan ucapan Ibu pemilik warung nasi tersebut. Aku menyimpan gawai di kantong rompi Lions Club, lalu menengok ke arahnya. “Ibu, saya yang berterima kasih banyak karena Ibu sudah mau repot masak sebanyak ini dari pagi-pagi buta. Bahkan sampai siang, Ibu masih bantu berjualan,”ucapan saya dibalas gelengan kepala. “Ibu gak repot, kok. Alhamdulillah banget karena Lions Club bikin kegiatan ini, warung Perempuan Tengah Malam | 37

MERAJUT ASA | Kisah-kisah Inspiratif Fellow Lions Ibu jadi ada pemasukan lagi. Karena pandemi ini, warung nasi Ibu sepi sekali. Kalau sebelum pandemi saya bisa menjual sampai tiga puluh porsi sehari, sekarang ada dua orang yang membeli saja sudah sujud syukur,” katanya. Saya terdiam. Bukan karena tidak simpati dengan keadaannya. Hati saya tersayat mendengar pengakuannya. Saya membiarkan ia melanjutkan ceritanya. “Kalau pagi, biasanya Ibu buka warung untuk berjualan nasi uduk. Siang hari Ibu jual lauk-pauk. Semenjak pandemi, Ibu sudah gak jual nasi uduk lagi, karena tidak ada yang beli. Bangun jam tiga subuh, masak untuk jualan pagi. Eh,‘ndak ada yang beli. Jadi mubazir juga. Padahal sudah capek-capek masak,” ujarnya sambil sedikit tertawa. Aku menahan tangis mendengar kisahnya. Entah berapa banyak orang di luar sana yang mengalami nasib seperti Ibu karena pandemi ini, saya membatin. “Memangnya warga daerah sini tidak ada yang beli nasi uduknya, Bu?” 38 | Perempuan Tengah Malam


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook