Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) Penulis: Safridah ISBN 978-602-497-480-0 Editor: Adrianus Yudi Aryanto Penata Letak: @timsenyum Desain Sampul: @kholidsenyum Copyright © Pustaka Media Guru, 2019 viii, 108 hlm, 14,8 x 21 cm Cetakan Pertama, Mei 2019 Diterbitkan oleh PT. Mediaguru Digital Indonesia Grup Penerbit Pustaka MediaGuru (Anggota IKAPI) Rukan Exclusive Mediterania Blok G No. 39 Kemal Muara, Penjaringan Jakarta Utara Dicetak dan Didistribusikan oleh Pustaka Media Guru Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, PASAL 72
Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim, Dengan kemudahan yang diberikan Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan buku Romantika Jiwa berupa kumpulan puisi. Dengan terbitnya karya sebelumnya yang berjudul “Untaian Kata di Akhir Tahun” menambah semangat dan roh menulis untuk kembali merangkai bait bait indah sehingga akhirnya buku ini dapat dinikmati oleh seluruh peminat baca di kalangan pencinta puisi. Manusia dikaruniai dengan perasaan yang bisa diungkapkan dengan berbagai cara. Berbagai romantika yang dialaminya, penulis mencoba mengungkapkan rasa melalui tulisan yang berbentuk puisi. Hal ini adalah cara yang paling mudah untuk meluahkan perasaannya sehingga tidak membebani orang lain, namun dapat menjadi sebuah karya yang berguna untuk pembaca. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua orang yang telah menjadi inspirasi dalam penulisan puisinya ini. Terima kasih yang paling dalam dipersembahkan untuk keluarga penulis; Suami tercinta, Aiptu Minasri, S.H., Ananda Meisari Auliya Putri dan Najma Khairani Balqis. Mereka telah telah memberikan dukungan luar biasa, tak merasa terabaikan sedikit juga ketika penulis melakukan aktivitasnya dalam menyelesaikan penulisan buku ini. Semua puisi dalam buku ini merupakan ungkapan rasa terhadap hal‐hal yang dilihat dan dialami penulis sejak awal tahun 2019 hingga buku ini diterbitkan. Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | iii
Buku kumpulan puisi ini merupakan buku kedua penulis. Tentunya di samping untuk memperkaya karya puisi penulis sendiri, juga memberikan motivasi terhadap teman‐teman seprofesi untuk mengikuti jejak berkarya di sela sela kesibukan yang luar biasa. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Atas kritik dan saran, penulis sampaikan terima kasih. Salam Literasi. Assalamualaikum warahmatullahiwabarokatu. Pekanbaru, 20 April 2019 Penulis iv | Safridah
Daftar Isi Kata Pengantar .......................................................................... iii Daftar Isi ..................................................................................... v 1. Pemesan Perdana ......................................................... 1 2. Si Dia dari Lembah ........................................................ 3 3. Di Balik Peci Hitam ....................................................... 5 4. Dalam Sujud Tak Berbeban .......................................... 6 5. Terindah dari Tuhan ..................................................... 8 6. Malu dalam Ratapan ................................................... 10 7. Menjelang Dentingan Tanda ...................................... 12 8. Manjaku Sayang .......................................................... 14 9. Rintik dari Atap Bumi .................................................. 16 10. Debat Paslon Pertama ................................................ 18 11. Berseragam di Persimpangan ................................... 20 12. 30 Eksemplar Saja ....................................................... 22 13. Jam Berapa? ............................................................... 24 14. Mutiara Jiwaku Sayang ............................................. 26 15. Tawa Tak Henti‐Henti ................................................. 28 16. Luap Rasa Alam bagi Penikmat ................................. 30 17. Tour VIP Menuju Pulau Idaman .................................. 32 Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | v
18. Katakan Rasa .............................................................. 33 19. Melati Pengganti ........................................................ 35 20. Pagi nan Tak Indah ..................................................... 36 21. Lima Jam Terpejam .................................................... 38 22. Rasa Itu Datang .......................................................... 39 23. Berbunyi Setan Ternyata Soetan................................ 41 24. Sensasi Rasa Jatuh ke Bawah .................................... 43 25. Orange di Sela Karang ............................................... 45 26. Sunrise Labuan Sundai ............................................... 47 27. Ada di Mana‐mana ..................................................... 49 28. Hijau Mangrove Perbatasan ....................................... 51 29. Amplop Putih Angka Dua Setengah ........................... 52 30. Virus Bait Indah Amplop Putih Angka Dua Setengah ..................................................................... 54 31. Tetap Berkarya ........................................................... 58 32. Roses Poem ................................................................. 60 33. Terlelap ........................................................................ 61 34. Dipan Kayu .................................................................. 62 35. Kelambu ...................................................................... 64 36. Karya dalam Genggaman ........................................... 65 37. Secangkir Kopi Hitam ................................................. 66 38. Gelas Kaca Bertangkai ............................................... 67 39. Bait Sastra ................................................................... 68 vi | Safridah
40. Unik dalam Diri ........................................................... 70 41. Setrika Sanding Pakaian.............................................. 72 42. Melati Hiasi Rumah Mungil Abadi ..............................73 43. Aroma Memikat ......................................................... 74 44. Happy Birthday ........................................................... 75 45. Pesona Jingga ............................................................. 77 46. Appresiasi Teman Seprofesi ...................................... 79 47. Tafakur ........................................................................ 80 48. Lantunan Syahdu ....................................................... 82 49. Kebebasan Gagasan ................................................... 84 50. Kopi Cinta ................................................................... 86 51. Sabda Alam Malam .................................................... 88 52. Aspirasi Pendemo ...................................................... 90 53. Detik Penantian .......................................................... 92 54. Tak Sempat Kubelai ................................................... 94 55. Ronta Kesedihan ........................................................ 96 56. Penantian dalam Hitungan ........................................ 98 57. Di Situ Jua Bersama Mutiara Jiwa .......................... 100 58. Si Celana Merah Muda .............................................. 102 59. Cahaya Kecil Penerang .............................................. 104 60. Separuh jiwa .............................................................. 106 Profil Pengarang ..................................................................... 108 Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | vii
viii | Safridah
Pemesan Perdana Terpapar cover imaji nyata pujangga Goresan pena luahan karya cikgu mulia Untaian “sajak nan Indah” Kata per kata dirajut dalam bait nya Nyata lika liku drama dunia Alur kehidupan tahun akhir duka nestapa Seiring putaran jarum jam Berdenting tanda pergantian waktu Pujian mengaliri motivasinya Namun, nyata impian belum jua tiba Bijak kata terurai peminat karya Seorang seniman seni rupa Meremajakan karya lukisan indah memesona Kenal si pembibit seni sejak zaman muda Sua waktu ke sanggar tempat berkarya Mengantar kesayangan menimba ilmu warna Harap curah ilmu hebat pemiliknya Sejak hadirnya dinanti Sulapan keluar dengan mudah Dengan sekejap mata Yang terjamah jadi indah bernuansa Tiang‐tiang suram Dinding‐dinding kusam Beri sentuhan indahnya bunga Berganti ukiran khas daerah unik bernuansa Lancang kuning ikon kemegahan madrasah Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 1
Sentuhan tangan lugu haus akan ilmu Membawa mereka mengukir kayu dan kaca Hinga kaca tumpangi bunga‐bunga indah Air sebagai topangan hidupnya Bunga bunga taburkan aroma Memikat kumbang dan kupu‐kupu bercorak warna Di rangkai untaian tali temali Berurai gerai capai tanah Tersusun indah obati kelopak mata nan lelah Taman penuh keindahan warna dan pesona Memikat nuansa persahabatan di madrasah Ia beda postingannya Tidaklah sama dengan pengagum lainnya Sosok seniman abtrak berimajinasi nan indah Menilai sebuah karya Ingin langsung memilikinya Dia pemesan perdana Goresan tinta pada daftar nomor pertama Otw, 1 Januari 2019, 07.45 WIB 2 | Safridah
Si Dia dari Lembah Kurayu mutiara jiwa meminta Rasa malu mendera Akhirnya kudapat dia Dengan sepuluh ribu rupiah Karena rayu mengarah manja Kudapat satu bonus dari si empunya Daun mungil tumbuh di hutan sana Diminati kaum wanita Dan penggairah rasa tingkat dunia Kata si empunya Menjadi ratusan rupiah Bahkan jutaan di luar sana Ditata dipajang bersahaja Indah bukan sembarang indah Karunia sang kuasa hiasi buminya Susah tumbuh dan sangat langka Ikon beberapa negara mancanegara Ditimang manja oleh yang punya selera Tebar pesona warna dan bentuknya Di tangan bidadari lembut dan punya rasa Setiba d irumah Kuambil tanah Sang Pencipta dunia Tapi aku lupa Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 3
Alam hidupnya tak memerlukan tanah Hanya bekas bakaran kayu di tungku ibunda Jadi tempat hidup dan tumbuh remaja merona Hasrat merekah indah penampilannya Persembahkan rumah mungil tempat hidup dan matinya Rumah sederhana dari tanah Ditambah bekas bara api kayu ibunda Disusun menurut bentuknya Akhirnya si dia Berbaring di tahta dengan senyum merekah Aliri percikan segar si pemeliharanya Mutiara jiwa kedua bertanya Ini jenis bunga apa Kuberi jawabannya Ku tak tahu apa jenisnya Tunggu saja Kelak kembangkan mahkota keindahannya Sampai masa usia Kita tahu bersama Jenis bunga yang kubawa dari lembah Taman , 2 Januari 2019, 06.30 WIB (In the Memory of Harau) 4 | Safridah
Di Balik Peci Hitam Gagah tersanjung dada membusung Peci menyelubung Di hari pertama menjejak langkah Di Madrasah tercinta Lengkap atribut dan peci hitam Di kepala tunas muda berjaya Kulirik peci mereka Lirik senyum arah terpaksa Menjauh kudapat Tak bersua dalam iringan Seperti sembunyi gurat di muka Tersenyum ku melihat Melirik peci mereka Sehari bertahta di atas kepala Panas gerah gatal mendesah Tak sengaja lepas terjatuh Sudah kusangka yang terselubung Tersimpan rambut panjang mereka Bermodel macam gaya Sembunyi di dalam peci hitam Kutersenyum saja Melihat peci di atas kepala Madrasah, 4 Januari 2019, 7.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 5
Dalam Sujud Tak Berbeban Anugerah tak kirakan Pikiran dan jiwa tertata Terasa mudah berjalan menutur alur Semangat mendera Dalam jiwa dan raga Ingin seperti dia dan mereka Berilmu dalam langkah perjalanan Terpancar di relung hati Kemudahan Engkau berikan Sekian lama Engkau beri cobaan Tak pernah kudambakan Kini jalan indah menuju titik tujuan Mudah ditelan tanpa tulang belulang Mudah di jejak langkah perlangkah Mudah disentuh berbalas senyuman Mudah segalanya mudah Inilah rasa Sekian lama Dambakan ketenangan Dambakan keberhasilan Dambakan kemenangan Kemenangan diri menerobos keabu‐abuan 6 | Safridah
Disaat semua insan Lelap dihiasi mimpi dan dengkuran Sujud haturkan Pada pemilik semesta Tak henti bibir harap anugrah indah tak terungkap Nyata dalam impian dan perjalanan Kedamaian yang tiada tara Menjejali seluruh raga Kau ijabah pengharapan Setiap jejak berjejak mengarah tujuan Kamar, 5 Januari 2019, 12.10 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 7
Terindah dari Tuhan Kau berikan idaman Yang lama kuimpikan Dalam setiap sujud dan doa Ketika munajatkan keiinginan Kepada Sang Pencipta Raga Sosok yang menggemaskan Kini hadir dalam lamunan Iringi keceriaan Belaian yang menandakan Kasih sayang takkan padam Menerangi gelap dalam kesedihan Mencerahkan hati yang yang lumut dalam kehijauan Mewarnai gelora yang mati dalam lukisan Dunia selimuti kehadiran Keindahan makhluk pemberian Tuhan Tangisan tak melelahkan Tangisan tak menyakitkan Tangisan tak membebankan Berubah warna kehidupan malam Kujaga penuh curahan dan belaian kasih dan sayang Sepanjang hayat dikandung badan Hujan hiasi malam Derasnya suara tangisan 8 | Safridah
Pelipur hati yang lelah berjuang Namun diberiakkan Hadiah terindah dari Sang Pencipta Raga Yang ada dalam dekapan Menikmati diamnya malam Hadir dalam mimpi belarian Menghiasi hati yang kian senang Senang yang tak terkirakan Bersama ku kini dalam dekapan Kamar, 15 Januari 2019, 23n. 45 WIB (Kilas Balik Kehidupan) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 9
Malu dalam Ratapan Menggelegar serta menggetar Rasa ku mendengar Jeritan sang putri Menangis sedu dalam raungan Tiada henti sambil meratapi Yang tak terelakkan baru terjadi Di senja ini Kembali meratapi diri tiada henti Malu mendera rasa Ketika melewati arah ke rumah Tiba‐tiba di sampingnya Berhenti tiba‐tiba Dan mencipta suasana yang memalukan jiwa Itu menurutnya Semua tertawa melihat dirinya Tanpa iba adanya bantuan mencoba Bangun sendirian menundukkan malu di hati Bukannya bantuan yang didapatkan Namun sindiran dan ejekan Tangis tak henti dalam ratapan Menyampaikan aduan Malu dalam keadaan Mencoba menenangkan Berhentilah dalam ratapan 10 | Safridah
Kisah memalukan Mengalir dalam ratapan Aliran ratapan jatuh ke dalam dekapan Kubiarkan sang Putri Tenang dalam pengaduan Rumah, 15 Januari 2019, 17.04 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 11
Menjelang Dentingan Tanda Sepatu hitam temani langkah Jejali ruang keceriaan Cikgu mulia teman seprofesi menanti Menyapa dengan sambutan pagi Kubalas Penuh senyum rona merekah Seperti warna rona di pipi Secerah hiasan bibir hari ini Bersua teman seprofesi Hilang semua beban di jiwa Derai tawa mengiringi irama Menunggu dentingan tanda Bel masuk bertemu mereka Mulai jenaka saling berbagi Menanti tugas sehari‐hari Dimulai dengan sarapan pagi Sedia di meja tertata Rogoh kocek untuk membeli Jenakapun kembali menyelinap Dalam irama tawa berderai Persiapan menjelang bel pagi Tak tertahankan kegelian hati Setiap hari ketika mencicipi sarapan pagi 12 | Safridah
Hari ini lapak sarapan pagi bertambah lagi Beri kesempatan untuk memilih Yang ingin cicipi Murah meriah Merogoh kocek ini Yuk, sarapan pagi! Menjelang dentingan tanda Bel pagi telah berbunyi Dinanti oleh mereka Ruang Guru , 16 Januari 2019, 07.05 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 13
Manjaku Sayang Semakin kupandang Semakin kusayang Semakin kusayang Semakin kusenang Akan sikap nan manja Tak karuan bernada Manja Kata yang selalu kualirkan Untuk mutiara jiwaku sayang Kulihat di sana ada aku dalam bayangan Bayangan lukisan wajah cantik rupawan Bayangan lukisan sikap santun bersahaja Yang tumbuh merekah Dalam keremajaan jiwa yang merdeka Merdeka untuk apa saja Yang ingin diwujudkannya Dalam prilaku dan kesopanan Itu wajar‐wajar saja Tak dapat ditawar Bila manja berkeinginan Keinginan kadang menyulut emosi jiwa Untuk selalu di manja Mengabaikan rasa marah Ketika bertatapan dengannya 14 | Safridah
Mengurai senyum Sambil berkata “ ku ingin ibu yang melakukannya” Kamar , 17 Januari 2019, 20.05 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 15
Rintik dari Atap Bumi Rintik‐rintik kehidupan jatuh ke bumi Membasahai tanah negeri Negeri yang penuh sensasi Kaya akan hasil bumi Sulit diraih dalam kekurangan Mereka menyambung asa Yang tertunda di kala muda Mengolah sebongkah harapan Dari dalam tanah negeri Demi penghidupan di masa depan Terbalut kabut semakin tebal Rinti‐rintik menyirami hati Hati yang kagum akan tanah negeri Yang memberi damai bagi sang pemilik hati Yang kini menikmati alam Dalam kepungan air hujan Jatuh rintik dari atap tanah negeri Rintik rintik yang dirindukan Sang pensyukur pemilik hati Yang beri dingin membasahi Jiwa gersang butuh siraman 16 | Safridah
Dingin tak sedingin hati Tak serasa beku Tak serasa kaku Dingin yang menggairahkan Yang dirindukan Dalam balutan rintik‐ rintik jatuh ke bumi Menghiyasi alam tanah negeri Rumah, 17 Januari 2019, 20.45 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 17
Debat Paslon Pertama Warna pemilu mulai menggema Paslon presiden dan wakilnya Gagah tampilan menjejal kata Paslon perlihatkan debat perdana Rebut perhatian memikat simpatisan Beradu argumen dalam orasi Keduanya saling menyaingi Jawab saling mematahkan Tangkis serangan ucapan Jadi tolak ukur kemampuan paslon di depan Tepuk tangan pendukung paslon Tak boleh lebih berkali‐kali Waktu sudah diberi Tema korupsi dalam orasi Dalam memberi argumentasi Kedua paslon garang unjuk kemampuan Namun tak tampak jawaban bersinergi Mendengar debat perdana ini Debat yang tak menggigit rasa untuk memilih Sampai detik sesi Tak perlihatkan greget untuk dipilih Perdana tentukan paslon pilihan 18 | Safridah
Siapa ‘kan dipilih? Menjadi Bapak negeri periode ini Pemimpin bangsa arif, cerdas, dan dicintai Dirindu pemilik jiwa seluruh penjuru negeri Depan TV, 17 Januari 2019, 21.00 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 19
Berseragam di Persimpangan Lewati persimpangan Tujuan arah jalan utama Kulihat pakaian berseragam Mengolah atur pemakai jalan raya Seketika kuteringat si dia yang di sana Apa yang dilakukannya pastilah sama Dengan yang berdiri memakai seragam Mengatur penikmat jalan raya Merasa seketika Slama ini kurang menghargainya Bukti nyata kerjanya Menghindari kemacetan penikmat jalan raya Di persimpangan tak terasa kemacetan Karena bantuan sosok gagah berseragam Dengan gaya kode etik tangan Kekiri dan kekanan arahkan capai tujuan Kali ini ku merasa seakan dia yang di sana Berdiri gagah berseragam pula Membuat rasa s’makin cinta Dengan polisi berseragam 20 | Safridah
Di bunga raya Kini tempat tugasnya Cepatlah pulang Jika diizinkan Dia saja yang bertugas di persimpangan Akulah penikmat jalan Yang diatur di persimpangan Oleh si dia yang berseragam Jalan sudirman , 18 Januari 2019, 07.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 21
30 Eksemplar Saja Ku ingin terbitnya menggetar dunia Namun kucoba 30 eksemplar saja Untuk pemula dan perdana Ini bulannya bulan tua Uang yang disimpan Hanya segitu saja Untuk sebuah karya Yang tak tahu berapa yang kan menikmatinya Ku coba‐coba menawarkannya Kepada beberapa VIP (Very Important Person) Yang punya minat pesona baca Ternyata sambutannya Membuat bahagia rasa dunia milikku saja ‘Kan mengordernya ‘Kan kuantar ke sana Sambil minta foto dokumentasi pembuktiannya Bahwa karya bukan sembarang karya Punya harga Di mata peminat pesona baca Dari golongan VIP pula Jika nanti banyak peminatnya Kuminta terbit dari media Ratusan kali lipat jumlahnya 22 | Safridah
Bukan hanya itu saja Didampingi karya kedua Yang menggugah keinginan Untuk berkarya Walau hanya dalam puisi saja Namun ini sudah berasa Bahwa akulah pujangga Dari golongan cikgu mulia Madrasah, 18 Januari 2019, 9.50 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 23
Jam Berapa? Jam berapa? Dua kata selalu hadir Menghiasi sapaan Menyambut mentari pagi Jam berapa? Dua kata selalu hadir Menghiasi kesibukan Di sela persiapan mencari sebongkah berlian Jam berapa? Dua kata selalu hadir Terucapkan spontan Dalam persiapan dan ketergesaan Di sela ketergesaan terdengar jawaban “Sudah jam sekian“ Cepatlah berlarian sayang Menuju kenderaan yang siap sedia Tak dapat berleha sedetik jua Dalam irama dua kata yang s’lalu hadir Menjadi keharusan dan kewajiban ‘Tuk segera melangkah bahagia menuju tujuan 24 | Safridah
Tujuan mulia cipta tunas tumbuh berjaya Sambil berlalu mengantar kedua mutiara jiwa Hilang kata “sudah jam berapa” tak terucap Tepat langkah tiba di madrasah Otw, 18 Januari 2019, 8.00 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 25
Mutiara Jiwaku Sayang Dari buaian merangkak hingga berjalan Dipupuk disiram dengan penuh kasih sayang Hingga mutiara jiwa mulai berjalan Melangkah dan menggapai Semua yang terlihat dalam pandangan Kubawa mutiara jiwa dalam badan Kujaga tak sedetik pun hilang dari pandangan Kusuap sabar dalam kesibukan Mutiara jiwa tumbuh dengan keceriaan Karena kesibukan Tak sempat untuk selalu perhatikan Tumbuh kembang sang mutiara jiwa Biarkan dalam belaian tangan lain Hati kecil berkata Bukan ini langkahnya Namun tak dapat elakkan Di antara dua kewajiban yang harus diemban Mutiara jiwa Maafkan bundamu sayang Karena inilah adalah pilihan Kau tetap dalam pantauan kasih dan sayang 26 | Safridah
Walau tak selalu ada dalam detik jarum jam Akan kuputar arah berbalik mengulang Waktu yang hilang akan kembali Untuk menebus kurangnya kasih sayang Rumah, 18 Januari 2019, 8.30 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 27
Tawa Tak Henti‐Henti Menjejak tapak masuki ruangan Sayup sayup gelak tawa menghiasi Tanda melodi dan nada bahagia Sedari pagi hingga jelang senja Penuh irama hadapi waktu berganti Mereka sahabat Sahabat bersama cerdaskan tunas berjaya Duduk dan berguling luruskan pinggang Istirahat lepas penat seharian Mendera di hari ketiga minggu kerja Sambil mendengar celoteh berderai Mengumbar tawa dan pingkal berirama Mengendur saraf dalam aliran ketegangan Menghadapi pola laku harapan tunas berjaya Setia menunggu cikgu dalam ruang ilmu mereka Tawa pingkal terus mengalun mulai gurih Mewarnai ruangan istirahat ini Kuturut menikmati Walau tak tau apa yang ditertawai Terbuai alur cerita hangatkan suasana jiwa Ketegangan kendur dan normal kembali Setelah nikmati celoteh yang tiada henti 28 | Safridah
Hingga bel akhirnya berbunyi Tanda celoteh cukup di sini Simpan tawa pingkal untuk bekal esok hari Madrasah, 21 Januari 2019, 12.45 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 29
Luap Rasa Alam bagi Penikmat Alam sama dengan kita Punya jiwa dan rasa Rasa meluapkan marah Dengan tanda amarah Alam sama dengan manusia Punya rasa dan bahagia Rasa meluapkan bahagia Dengan tanda meluahkan nikmat ‘tuk penikmat alam Tak tahu apakah yang tedengar Stelah angin berembus menyapa kulit Merinding dalam getaran bulu roma Tiba suara menggelegar mengejutkan hati yang dingin Petir saling berbagi bunyi dan getar Menggetarkan alam pijakan tumpangan Sedikit membuat gentar Curah rasa alam sore ini Seperti amarah dan sangatlah sangar Nikmat tetap kauberikan di antara marah dan sangar Mohon curah langit kaualirkan Sampai meresap di kaki bumi pijakan Akar tertancap di tanah mengharapkan Mengadah harap curah dari alam 30 | Safridah
Subur penuh hijau dan mekar Beri hasil untuk para tumpangan alam Selingan petir dan halilintar Tak harap ‘tuk menggetarkan Penikmat alam yang ciut akibat getar Cemas getar semakin terdengar Alam bisakah berikan nyaman? Untuk penikmat yang ciut akan getar halilintar Alam bisakah beri tentram Ketenteraman yang selalu penikmat dambakan Dari luapan rasa yang engkau simpan Senja sampai menjelang malam Mulai kau berikan Ketenangan kau perlihatkan Perlahan dalam kedamaian Aliran curah alam jatuh berikan kedamaian Penikmatmu kini rasakan luapan kedamaian Damai sedamai penikmat dan tumpangan Alam nikmat dalam kemarahan Tetap damai beri tenteram Dalam doa pencinta alam Agar lestari tetap berikan keindahan fenomena alam Kilnik, 21 Januari 2019, 20.05 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 31
Tour VIP Menuju Pulau Idaman Persiapan sedang dilakukan Berbincang tentang perjalanan Tour VIP menuju pulau nan dimimpikan Bersama guide green tour pilihan Semua diberi kesempatan Untuk menanyakan Hal yang ingin di kemukakan Mulai dari pembuangan Sampai tentang perhentian Soal makan Tak lupa tentang penginapan Selama perjalan hingga sampai ke tujuan Kembali lagi ke rumah idaman Tour VIP sudah lama direncanakan Sejak akhir liburan tahun dahulu Namun karena ada kesibukan Tertunda hingga bulan berganti Kini baru bisa nikmati Harap keceriaan Serta kebahagiaan dan kekompakan Tak lupa keselamatan Iringi perjalanan capai pulau impian Temani kekompakan penumpang pilihan Aula , 22 Januari 2009, 09.30 WIB 32 | Safridah
Katakan Rasa Bila kuingat masa tumbuhmu Tak kuasa memandangmu Sejak kutitip karena pekerjaanku Mutiaraku tak tumbuh dalam pandanganku Kulihat seleramu Tak seperti mutiara jiwa pertamaku Terlihat tirus dan tak tak pancarkan ceria hatimu Seperti yang lain seusiamu Kucoba memberikan Belai kasih lebih buatmu seorang Agar tumbuhmu seperti yang kuharapkan Punya rasa akan kehausan Rasa akan kelaparan Pancaran keceriaan yang memberi kedamaian Bagi bunda dan ayahanda mu sayang Risau hati memikirkan Seiring waktu berjalan Tetap kusangsikan pertumbuhan Tak seperti usia pertumbuhan Ku ingin kau mengatakan “Ku ingin makan” “Ku merasa lapar” “Ku merasa kehausan” Sehingga tumbuhmu rasakan lapar Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 33
Sehingga tumbuhmu rasakan haus Sehingga tumbuhmu penuh keinginan Namun tak ku dengarkan sekalipun dalam tahunan Ku tetap bersabar dalam membesarkan Hingg tumbuhmu untuk terima pendidikan Cemas landa hari kacau tak menentu Jika kau masih tak rasakan rasa Tak rasakan haus Takkan rasakan lapar Tak pernah meminta Tak sentuh yang bunda bekalkan Kuingin mendengar sekali saja Kau berkata “Bunda aku lapar” Tak kunjung ada dalam pertumbuhan Akhir masa suatu ketika Kutitip bekal untukmu sayang Dalam setiap hari perjalananmu Bersama teman‐teman seusiamu Betapa bahagianya diriku Ketika bekal kubuka kembali Kau mengatakan “Ku ingin bekal seperti itu lagi” Tak terkirakan Bahagia pancaran hati yang selama ini sedih Selera rasa kini kembali Rumah, 22 januari 2019, 10.30 WIB 34 | Safridah
Melati Pengganti Jika kau sunyi Ku berada di dekatmu Dalam kelopak melati Dalam hijau daun segar di atas pusaramu Jika kau sepi Aku ada di sini dalam akar melati Naungi ruang sempit seukuranmu Jika kau rindu Aku ada dalam semerbak melati Harumi ragamu Harumi ruang gelap sempit di sana Jika kau rindu belaiku Jadikan melati di hatimu Semayam dalam sendimu Temani malam menunggu datangku Wahai melati Naungi pujaan hati Wahai melati Teduhi singgasana pujaan jiwa Wahai melati Jadilah teman muatiara jiwa Dalam gelap gulita WA, 25 Januarai 05. 40 WIB ( In the Memory of My heart) Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 35
Pagi nan Tak Indah Mentari bersinar iringi luapan marah Mutiara jiwa kedua berulah kesah Mengalir kata‐kata nan tak indah Sarapan pagi menurutnya Aliran suara bisingkan telinga Gerak langkah menyurut Tak gesit dalam tujuannya Desisan “Sssstttt… pusing tujuh keliling” Itu katanya Menurutku hanya alasan saja Agar tak lanjut marah berantainya Sebabkan air mata jatuh berderai Pecah suara sakitkan gendang telinga Tak kunjung berubah Sejak perjanjian sebelumnya Garang memerintah Bak putri raja kepada dayang‐dayangnya Kuingatkan segera Agar tidak lambat gerak langkahnya Siap siaga sedari dini dan kini Kulihat dari sudut mata Termenung setelah kata 36 | Safridah
Luluh wajah parasnya ‘Ntah apa dalam imajinasinya Seperti tak ingin ada suara Rasa iba dalam susutnya suhu marah Melirik angkuh harap berubah Marah dilanda amarah Takkan putus dalam didikan kata Kuharap tak luka oleh pedihnya kata‐kata Bunda. Otw, 25 Januari 2019, 6.56 WIB Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 37
Lima Jam Terpejam Dalam peraduan terpejam Tak kunjung dengkur menyelimuti badan Tak kunjung mimpi kuasai pikiran Tak kunjung lelap merajai badan Tak kunjung letih menghilang Tetap terpejam mengikuti arah putaran jam Menjelang mentari mengeluarkan lembut sinarnya Menatap mata yang terpejam Lima jam tak berujung lelap dalam peraduan Berada dalam gelap tanpa bulan bintang Menatap sisa jam tak kunjung datang Sampai gegas suara terdengar menyibukkan Lima jam terlewati dalam gelap malam Tercipta coloteh ringan Tuang cerita rangkaian tari jemari nan tak kunjung diam Mudah semudah perjalan semalam Lima jam akhirnya hilang Lewati pejaman tanpa dengkuran Lewati pikiran mengawang kegelapan Mentari pagi datang menjelang Bersiap melanjutkan perjalanan Menuju pulau‐pulau nan indah nian Kutatap perjalan tanpa dengkuran malam Selama lima jam perjalanan bulan dan bintang Hotel, 25 Januari , 06.15 WIB 38 | Safridah
Rasa Itu Datang Rasa itu di relung jiwa yang dalam Sedalam dasar lautan Coba musnah bertahun‐tahun dalam perjalanan Tak kunjung padam Ketika tapak kakiku menapak di sini Rasa itu datang menemani diri Hiyasi pandangan dan pikiran hati Ketika aku datang ke sini Tayangan cerita kembali terjalin Dalam hitungan tahunan Usang dalam usia pertemuan Namun tak kunjung musnah Setiap kaki pijakkan Tempat di mana pernah pertemuan Terjalin suasana yang tak pernah hilang Dari ingatan Susah memang Damaikan rasa dengan suasana alam Agar tak mengenang Agar tak terulang Kini kucoba Hadirkan secuil rasa yang baru di bilik hati Baru dengan kenangan yang tak hilang Rajutan kisah yang tak pernah berujung Romantika Jiwa (Kumpulan Puisi) | 39
Kuberi ruang yang baru Kubuka relung hati tempatmu Ibarat persenan dalam hasil hitungan Lima persen sempurna untuk sisanya Dalam mencipta rasa yang baru Untuk sebuah kenangan yang usang Namun selalu terulang dalam khayalan Bus Green Tour, 25 Januari 2019, 09.05 WIB 40 | Safridah
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120