Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Antara Kita dan Kisah

Antara Kita dan Kisah

Published by Jariah Publishing, 2023-02-05 04:30:33

Description: Ebook - Antara Kita dan Kisah

Search

Read the Text Version

["tinggal bersama. Di UIN Alauddin Makassar dan tiga pilihan jurusan yang pertama Ekonomi Islam, kedua Bahasa dan Sastra Arab, dan ketiga Manajemen Haji dan Umrah. Selang beberapa hari setelah pendaftaran kembali kubuka handphoneku dengan hitungan mundur yang tampak layar menandakan tidak lama lagi hasilnya akan segera keluar. \u2015Selamat Anda lulus di Perguruan Tinggi UIN Alauddin Makassar Prodi Bahasa Dan Sastra Arab.\u2016 Yah itulah yang kubaca di handphone-ku. Tapi kumerasa di jurusan ini tidak mampu karena dari latar belakangku hanya alumni SMK, jadi kuberpikir ingin mendaftar di Jurusan Teknik dengan jalur UMM. Tapi ibuku berkata, \u2015Mungkin ini sudah menjadi takdirmu Nak masuk di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.\u2016 Pada hari itu juga bertepatan pada hari lahirku. Tidak pernah terlintas di benakku akan kuliah di jurusan tersebut, tapi aku yakin walau skenario-Nya tak sesuai dengan keinginan kita, tapi skenario-Nya pasti selalu yang terbaik. Tak perlu berselisih ataupun menyalahkan takdir hingga menganggap Allah tak berlaku adil, dan\u2026 seandaikan harapan kita terpenuhi, apakah kita yakin kita akan benar-benar bahagia? Apa kita bisa memastikan hal tersebut? 142","Kini aku sedang menempuh pendidikanku di Prodi Bahasa dan Sastra Arab. Yah aku sangat bersyukur karena masih bisa melanjutkan pendidikanku walau tak sesuai harapan. Tapi aku juga merasa bahagia di prodi ini, bisa mempelajari bahasa Arab, karena di keluargaku belum ada yang bisa berbahasa Arab. Ini yang memotivasiku untuk bersungguh-sungguh di prodi ini. Ingatlah selalu bahwa mata kita itu terbatas. Mata kita tidak akan bisa digunakan untuk memandang hikmah yang belum tersingkap, tak mampu menembus jauhnya masa depan. Itu mengapa kita harus percaya kepada Allah dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Takdir Allah itu selalu yang terbaik, bila terasa belum baik, berarti takdir-Nya belum selesai. \u201cBoleh jadi, kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah yang paling mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui\u201d. 143","Perjalanan Mahabbah Oleh: Muhammad Raja Fath Tahun 2019\u2026 Yaa, tahun yang merupakan puncak kebahagiaan menurut saya. Di sanalah perjalanan mahabbahku terjadi, Namun, sebelum kita lanjut, mahabbah yang dimaksud penulis merupakan perasaan rindu dan senang yang istimewa terhadap sesuatu. Kisah ini berawal dari kesenangan dan kecintaan saya kepada Haramain yakni Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah. Dua kota yang menjadi dambaan umat Islam untuk dikunjungi. Dari kesenangan itulah, setiap doa yang kupanjatkan kepada- Nya tak lupa saya menyisipkan \u2015Allahumma irzuqnaa ziyaarotal Haramain\u2016. \u2015Ya Allah berikan karunia-Mu kepada kami untuk mengunjugi dua tanah haram\u2016. Waktu itu, 2017\u2026 Mulailah saya merasakan kekuatan doa. Setelah menunaikan salat Isya, \u2015Fath, kamu mau umrah?\u2016 kata kakek yang seakan kejutan bagiku. \u2015Ya, tentu jika ada rezeki.\u2016 144","sahutku. \u2015Insya Allah nanti kita barengan berangkat bersama keluarga yang lainnya.\u2016 Jawabnya. Mendengar hal tadi air mata ini tak terbendung lagi. Setelah melewati segelumit pengurusan berkas-berkas serta perlengkapan umrah, selang beberapa bulan kemudian kami mendengar berita bahwa travel yang kami pakai ditutup secara resmi oleh pemerintah karena terbukti melakukan penipuan dengan kedok umrah murah, padahal sistem yang dia gunakan dengan gali lobang tutup lobang. Karena kejadian itu membuat saya membenci bahkan mendengarnya namanya saja sudah muak. Pasalnya, kwitansi pun tidak diberikan. \u2015Ya Allah akan ada hikmah di balik semua ini\u2016 kata kami sebagai prasangka baik kepada Zat yang menakdirkan semua yang terjadi di alam ini. Singkat cerita, pertengahan tahun 2019 Tuhan pun mengirimkan hikmah di balik ini. Ketika itu, istilah orang bugis taralle , sehingga dari itu kami mendaftar kembali di travel lain. Akhir Oktober 2019, tibalah waktu keberangkatan kami bertepatan dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW 145","menjadikan momen yang menambah mahabbah ke Madinah Munawwarah. Padang pasir yang telah tampak menandakan telah sampainya rombongan ke Arab Saudi. \u2015Para hadirin sekalian, alhamdulillah kita telah mendarat di King Abdul Aziz Airport.\u2016 Sambutan dari pramugari. Senang dan haru menyelimuti jiwaku pada saat itu, \u2015Alhamdulillah, seakan mimpi telah berada di sini.\u2016 Sahutku dalam hati. Rombongan pun beranjak ke Madinah dengan menumpangi bus. Menara Masjid Nabawi telah kelihatan dari jauh. Kami pun tiba di Hotel Rawdah Suite dengan jarak kurang lebih 100 meter ke Masjid Nabawi. Setelah beberes, saya bersama kakek pergi ke Masjid Nabawi tepat pukul 2.30 waktu setempat. Alhamdulillah diberi kesempatan salat di Raudah yakni antara makam dan mimbar Nabi Muhammad Saw. Air mata tak terbendung lagi, merasakan suasana salat di taman- taman surga. Karpet yang lembut, interior mewah, AC yang dingin, ditambah suara imam yang merdu, menjadikan salat kita begitu khusyuk. Seusai menunaikan salat Subuh, kami bergegas beranjak dari Raudah untuk berziarah ke makam Nabi Saw. \u2015Assalamualaika Ya Rasulallah\u2016 doa itu bergerumuh 146","di antara ribuan orang yang himpit-himpitan berziarah. Saya merasakan ketenangan, kegembiraan, haru serta sedih, inilah yang saya impikan bisa mengunjungi Masjid Nabawi dan berziarah ke makam Rasulullah Saw, berziarah ke Jannatul Baqi, Masjid Quba yakni masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah, mengunjungi Jabal Uhud, dan lain-lain. Masih banyak kisah perjalananku di tanah suci, namun, penulis mencukupkan sampai di sini karena keterbatasan waktu. Saya mengingat suatu perkataan \u2015Kita akan dipertemukan dengan yang kita cintai.\u2016 Kisah inilah yang menjawab mahabbahku dan dari kisah ini membuktikan kekuatan doa, jangan pernah berhenti berdoa, kelak suatu saat nanti Allah menjawab semua doa kita serta apa pun yang terjadi semua ada hikmah yang lebih indah. 147","Sore itu... Oleh: Moh.Rafli Sore itu di kala surya hampir tenggelam, entah apa maksud alam menyampaikan keinginannya ataukah ia menghantarkan kemauan orang-orang. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya membuat orang-orang lari ketakutan, tak tahu mau ke mana tujuan mereka. Ya inilah kisahku di Tanah Kaili, suatu kota kecil di Sulawesi Tengah, Kota Palu namanya. Kejadian ini terjadi tepatnya tanggal 28 September 2018. Suatu tragedi besar yang akan selalu dikenang oleh semua orang, baik yang mengalaminya atau hanya menyaksikannya dari layar televisi. Gempa berkekuatan 7,1 SR itu membuat trauma yang begitu mendalam bagi orang yang hadir pada kejadian akbar itu. Terlihat dari betapa banyaknya kerugian baik material dan mental yang rusak di saat itu. Di saat itu penulis sedang berada di pesantren tempat menuntut ilmu. Sudah banyak waktu yang dihabiskan di sana tanpa pernah membayangkan bahwa kejadian ini akan pernah ada. Saya sementara memimpin kegiatan pembacaan Wird Al- 148","lathif yang menjadi bacaan rutin di pesantren, lalu mulailah kejadian itu. Terdengar suara sahut-sahutan antara satu santri kepada yang lainnya. \u2015Lari weiii, gempa!!\u201d semua ramai saling memberi tahu. Semua orang mulai berlarian tanpa arah dan tujuan yang pasti, \u2015Pokoknya selamat dulu\u201d itulah kalimat yang paling pas dengan kejadian itu. Maka mulailah semua santri meninggalkan masjid dan menuju ke lapangan yang ada di tengah pesantren untuk mencari rasa aman. Akan tetapi tidak berhenti di situ, apa yang dipikirkan oleh kami semuanya. Mulailah muncul pikiran, \u2015Bagaimana dengan mamah dan papah di rumah?\u201d Pertanyaan yang penuh dengan kecemasan dan ketakutan. \u2015Bagaimana dengan adik, kakak, kakek, nenek?\u201d semuanya mencemaskan orang tersayang yang dimilikinya. Ditambah jauhnya jarak antara masing-masing orang dengan keluarganya, maka sempurnalah rasa takut itu. Di saat itu penulis sudah menduduki kelas 3 MTs atau setara dengan kelas 9 SMP, membuat ada keberanian untuk 149","membantu menenangkan adik-adik santri yang lainnya. Tidak sedikit terdengar suara jeritan tangis dari mulut mereka dan tatapan rasa takut dari mata mereka yang sembari meneteskan air mata. \u2015Ya Allah selamatkan orang tua kami di rumah.\u201d Sungguh tulus doa setiap anak pada saat itu, mungkin melebihi doa yang biasanya dipanjatkan setiap usai salat. Karena waktu juga telah cukup untuk melaksanakan salat Maghrib maka dimulailah pelaksanaa nya. Maju seorang santri mengumandangkan azan diikuti dengan tanah yang tiada berhenti bergoyang sambil para santri menjawab panggilan salat tersebut sambil ramai dengan isak tangis saling sahut-menyahut. Lalu majulah seorang ustaz untuk memimpin kami salat Maghrib pada saat itu beralaskan rumput lapangan hijau. Semua orang pada saat itu berusaha untuk khusyu\u2018 di salat masing-masing. Akan tetapi dikarenakan tanah yang tiada hentinya berguncang membuat hilang konsentrasi kami pada saat itu. Ditambah mengingat kabar sanak keluarga di kampung halaman, apakah selamat ataukah bagaimana. Selesai salat kami masih menunggu informasi selanjutnya mengenai bencana ini. Alhamdulillah ada 150","beberapa teman santri yang membawa telepon secara diam- diam (pesanten melarang santri menggunakan HP) dan mulailah kami menggunakan HP yang hanya ada satu itu untuk menghubungi keluarga di kampung, menanyakan kabar mereka saat gempa berlangsung. Akan tetapi bertambah satu masalah berat saat itu, yakni tiadanya jaringan seluler yang dapat menghubungkan kami dengan orang jauh dan matinya listrik, akibat banyak menara jaringan yang hancur akibat gempa. Datang satu per satu berita bahwa gempa yang terjadi itu mengakibatkan tsunami. \u2015Bagaimana bisa tsunami?\u201d kata seseorang. Memang tidak pernah terbayangkan kalau Kota Palu akan mengalami bencana yang sangat parah seperti ini dan ditambah berita bahwa juga terjadi likuifaksi yakni tanah terbelah dan bergeser dari tempatnya semula. Berita mengerikan ini menambah kekhawatiran setiap orang yang mendengarnya, karena lokasinya tidak terlalu jauh dari pesantren kami. Akan tetapi, dengan keyakinan kami akan keberkahan pesantren, maka hal itu tetap membuat kami tetap tenang, semoga Allah tetap melindungi kami. 151","Habislah malam itu dengan berjalan sangat lama bagi kami. Lalu esoknya satu per satu orang tua santri datang menjemput anaknya masing-masing termasuk penulis. Di sinilah penulis melihat secara langsung dampak dan akibat bencana itu. Saat itu sangat banyak mayat yang menumpuk di jalan dan banyak gedung yang hancur tak bersisa. Gedung yang selama ini dilihat kemegahannya, kini tak lain hanyalah sekumpulan batu yang hancur diikuti bau busuk dari mayat manusia yang menjadi korban. Belum lagi susahnya mendapatkan makanan dan minuman saat itu membuat semua orang rela mengambil barang yang masih ada di dalam toko-toko yang hancur. Bencana yang terjadi ini semoga dapat menjadi suatu pembelajaran yang selalu dikenang bagi semua orang bahwa semua yang ada ini hanyalah kepunyaan Tuhan yang Maha Esa dan tiada kekuatan kita atas hal itu. 152","Zhafran dan Isi Kepalanya Oleh: Alwan Zhafran Selamat pagi \u2026 walaupun kau membacanya bukan pada waktu pagi, tapi kuharap semangatmu selalu baru seperti di pagi hari. Seperti judul cerita ini namaku Zhafran, walaupun di beberapa lembar kertas putih yang kudapatkan setiap selesai dan tamat sekolah tertulis lengkap Alwan Zhafran, tapi ada rasa bahagia tersendiri jika orang memanggilku Zhafran, walaupun lebih banyak yang memanggil Alwan. Di sini aku tak akan banyak berbicara tentang biografiku, tapi apa yang selama ini bertengkar di kepalaku. Terkadang tatkala aku merasa sepi di tengah keramaian, berbagai pertanyaan random mengalir dengan sangat derasnya yang sekali-kali menciptakan senyum tipis di bibir ini. Memperhatikan berbagai jenis manusia yang ada di sekelilingku adalah hobiku. Sebagaimana manusia pada umumnya, tentu memiliki tujuan hidup masing-masing. Tujuan hidupku adalah menjadi khairu an-naas. Menjadi sosok yang dapat menyebar manfaat kepada orang di sekelilingku. Berangkat dari situ kebaikanku terkadang dimanfaatkan oleh orang lain. Tapi satu hal yang 153","selalu berusaha kutanamkan dalam diriku bahwa berbuat baik adalah langkah yang kupilih untuk menggapai keinginanku. Memang pada awalnya aku berbuat baik, agar nanti jika aku butuh bantuan banyak yang bisa membantuku. Tapi lambat laun dunia seakan membisikku bahwa rumus itu tidak berlaku selamanya atau dengan kata lain banyak manusia yang tak tahu berterima kasih. Hingga pada akhirnya sebuah buku menamparku dengan nyata, bahwa berbuat baik itu kewajiban dan mendapat balasan yang baik bukanlah hakmu, tapi membalas kebaikan yang orang lain berikan kepadamu adalah keharusan. Jadi, berbuat baiklah tanpa berekspektasi lebih mengharapkan balasan yang baik pula. Karena kadang air susu dibalas dengan air tuba. Aku adalah jenis manusia yang penuh dengan keplin-plangan, bahkan untuk membeli sesuatu pun aku butuh orang lain untuk membatu memilihkan. Atas dasar itu pula aku sangat gampang dipengaruhi. Sebagian orang menyebutku tidak teguh pendirian. Karnae berbedanya pendapatku tentang pertanyaan yang sama di waktu yang berbeda. 154","Tapi, suatu ketika aku mendapat pembenaran akan diriku ketika aku menonton sebuah video pendek, yang menjelaskan bahwa berubahnya pola pikir tidak selalu dihubungkan dengan keplin-plangan, karena berubahnya mungkin saja dengan meluasnya ataupun terbukanya pola pikir si manusia itu. Karena itulah, Zhafran yang kau temui sekarang mungkin saja bukan lagi aku yang dulu. Tapi tidak untuk orang-orang terdekat. Terkadang di beberapa waktu aku kehabisan teman yang membuatku asing di tengah keramaian. Hal itu karena kesalahanku yang terlalu memilih-milih teman. Hingga pada akhirnya aku memilih berteman dengan siapa pun yang dengan keputusan tersebut membuat hidupku agak sedikit berwarna. Sudah ada yang menyapa, \u2015Hay selamat pagi,\u2016 dan menanyakan kabar dan cerita hari ini. Ini tentunya berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sampai titik dimana aku disadarkan oleh sifat seseorang, ternyata di antara banyaknya manusia yang kukenal tidak sedikit yang munafik. Yang memilih menjadi musuh dalam selimut, menikam dalam pelukan. Sejak itu aku memilih melawan arus sebuah kalam yang melarang untuk memilih- 155","milih teman. Aku memutuskan selektif dalam berteman, memilih untuk menutup diri dan kurangi bercerita tentang diri ini ke orang lain. Karena berada di lingkungan yang kurang sehat bagi mental dan memaksa diri untuk tetap di situ adalah sebuah pengkerdilan terhadap diri sendiri. Suatu saat aku memutuskan untuk kuliah, lingkungan baru tentu orang baru juga. Di situ aku tidak bisa lagi bersama dengan orang yang kuanggap baik dulu. Dengan kepribadianku yang masih menutup diri membuatku sepi dan sunyi di tengah hiruk piruknya dunia perkuliahan. Hingga tiba di suatu waktu aku mendapat suntikan doktrin tentang pertemanan dari seorang konten creator ternama. Yang menurutnya bahwa larangan memilih-milih teman itu berlaku atas dasar diskriminasi, tapi kalau pilih-pilih teman berdasarkan moralitas adalah suatu keharusan. Karena moral dirimu dapat orang lain baca melalui moral orang-orang yang selalu ada di sampingmu. Soal cinta, mungkin aku salah satu dari sekian banyak manusia yang jarang jatuh cinta. Atau jangan-jangan cuma aku ya. Jumlahnya tidak menghabiskan jari-jari tangan kananku. Tapi mungkin aku termasuk manusia yang cepat mengenal 156","cinta, tapi bukan cinta dewasa ya, maklum masih waktu TK. Aku memiliki ketertarikan kepada seorang wanita yang menurutku waktu itu cantik. Entahlah sekarang. Entah kenapa rasa suka itu masih ada sampai aku kelas 4 Sekolah Dasar, tapi anak-anak yah sekadar kagum. Hingga datang seorang murid pindahan di sekolahku dan meniti jalan persahabatan bersamaku. Erat atau tidak aku bersahabat dengannya tidak kurang dari 7 tahun. Bersama seseorang selama itu wajar dong jika menumbuhkan cinta. Tapi pada akhirnya rasa itu harus kuhancurkan sehancur-hancurnya karena dia akan dinikahi oleh seorang pria yang bernyali dan berkomitmen. Tapi aku tidak akan menceritakannya terlalu jauh. Karena di ceritaku dia adalah orang jahatnya dan aku masih berteman dengannya sampai saat ini. \u2016Di mana pun kamu berada, Apa pun yang kamu lakukan, Jatuh cintalah\u2016 _Jalaluddin Rumi 157","Sebutir Kisah Oleh : Husnawati Perkenalkan namaku Husnawati biasa dipanggil Husna, Unna, dan Cunna. Lahir di Berau, 17 Maret 2004 hari Rabu. Anak kelima dari enam bersaudara. Hanya aku yang lahir di luar kota bahkan di luar provinsi domisili orang tua. Walaupun lahir di Kalimantan Timur tapi asli orang Bugis Bone. Waktu itu orang tua merantau ke Berau bersamaan dengan itu, ibu juga sedang hamil dan melahirkan aku di sana. Selang beberapa waktu kami kembali ke Sulawesi Selatan. Tumbuh dan menempuh pendidikan di tanah Sulawesi tercinta. Aku menempuh pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di kampung halamanku yaitu SDN 83 Cenrana dan MTs As'adiyah Kajuara. Saat masuk sekolah menengah atas aku mendaftar di MAN 1 Bone dan diterima menjadi siswi setelah melewati beberapa tes dan alhamdulillah lolos di kelas IPA Unggulan. Awalnya ingin masukan pesantren tapi kondisi ekonomi tidak mendukung karena biaya yang diperlukan untuk masuk pesantren tidaklah sedikit dan juga memiliki beberapa saudara yang masih menempuh pendidikan . 158","Saat masih menjadi siswi MANSA (MAN 1 BONE) aku mengambil tiga organisasi yaitu Rohis, Itnasy dan Elcan dan satu program keterampilan yaitu Tata Busana. Selama di sana banyak sekali pengalaman, ilmu, dan teman-teman yang kudapatkan. Benar kata orang-orang masa putih abu-abu adalah masa yang paling sulit untuk dilupakan. Tidak ada yang menginginkan pertemuan jika harus berakhir perpisahan tanpa perasaan. Teman-teman yang kutemui di sana adalah teman yang paling kurindukan saat ini. Dipertemukan oleh pendidikan dan dipisahkan pula oleh pendidikan dan mungkin dipertemukan kembali nanti. Entah itu melalui reunian, pesta pernikahan, papasan, atau tahlilan. Hidup tak selamanya berjalan mulus dan lurus, sama seperti hidupku. Beberapa bulan sebelum lulus, semua orang mempersiapkan diri untuk mendaftar di universitas impiannya termasuk aku. Pengumuman siswa eligible sudah keluar dan aku termasuk salah satu orang yang masuk siswa eligible untuk mendaftar SNMPTN. Pada saat pemilihan program studi dan universitas, pilihan pertamaku adalah Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar dan pilihan kedua adalah Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Hasanuddin. 159","Malang tak dapat dipungkiri aku tidak lolos SNMPTN. Di sisi lain aku juga mendaftar SPAN-PTKIN pilihan pertamaku adalah Teknik Informatika, pilihan kedua Bahasa dan Sastra Inggris. Itu semua di UIN Alauddin Makassar dan pilihan ketiga aku lupa, namun hasilnya sama seperti sebelumnya. Waktu itu aku sudah mulai menyerah. Aku tidak tahu jalur apa lagi yang harus kucoba untuk mendaftar di universitas. Jalur SNMPTN, SPAN, bahkan jalur langit sudah kucoba. Awalnya aku ingin mencoba jalur SBMPTN, akan tetapi pelaksanaannya offline dan harus ke kampus terdekat yang menjadi lokasi ujian sedangkan jarak Bone ke Makassar itu sangat jauh. Jadi, aku mencari cari jalur lain dan aku mendapati satu jalur semacam SBMPTN tetapi kampus yang dipilih khusus di bawah naungan Kementerian Agama RI dan dilaksanakan secara online yaitu jalur UMPTKIN. Kurang lebih dua bulan belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti UMPTKIN. Alhamdulillah Allah mengabulkan doaku lulus di jalur ini. Aku lulus di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab dan itu pilihan pertamaku, yang sebelumnya pada jalur lainnya tidak pernah kumasukkan dalam pilihan. Ternyata ini rencana Allah untukku, yang sebelumnya itu bukanlah kegagalan melainkan hanya kesalahan saja yang masih bisa diperbaiki. Percayalah 160","apa yang terjadi itulah yang terbaik. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang hamba-Nya tidak ketahui. Saat hari pertama masuk kuliah semuanya terasa berbeda jauh dari masa putih abu-abu. Dari 32 mahasiswa\/i hanya beberapa orang yang saling kenal itu pun kenalan melalui whatsapp. Belum ada yang berteman akrab termasuk aku. Namun seiring berjalannya waktu, kami sudah akrab satu sama lain walapun tidak semuanya. Perbedaan masa kuliah dan masa putih abu-abu sangat berbeda dari segi pakaian, jadwal perkuliahan, tempat belajar, kursi, dan transportasi ke kampus pun berbeda. Yang dulunya naik motor ke sekolah sekarang jalan kaki. Ritunitas itu kulakukan Everyday Gaesss, soalnya kalau naik ojek MBL..MBL \u2026 MAHAL BANGET LOCH. Ditambah lagi tidak punya ayang (ojol pribadi kata Ustadz Anwar) candaa gess itu tidak boleh karena punya ayang sebelum menikah itu haram kecuali ayam baru halal. Awal masuk kuliah aku adalah mahasiswi kupu-kupu (kuliah pulang\u00b2 ), dan mahasiswi kutu-kutu (kuliah turu\u00b2). Tapi setelah masuk organisasi, aku berubah menjadi ultraman wkwkwk canda. Aku jadi mahasiswi kuraga-kuraga (kuliah, rapat, galdan) dan itu adalah days in my life saat ini. Untuk masalah 161","keluarga dan pelajaran, pasti number one. Kalau masalah percintaan kata Pak Jokowi YNTKTS (yah ndak tau kok tanya saya). Kalau untuk saat ini tidak boleh cinta-cintaan yah ges, fokus kuliah yah. Fokus belajar dulu buat masa depan. Nanti kalau sudah tiba waktunya adaji itu datang melamar ke rumahta, sabarki insyaallah surgaki itu. Ini hanya sebagian tentang hidupku yang lainnya biarlah menjadi rahasia antara aku dan Tuhanku. Cukup sekian dan terima gaji 162","\u201cSecerca Kutipan Hidup\u201d Oleh : Nur Fadillah Namaku Nur Fadillah biasa dipanggil Fa'a. Seorang mahasiswa UIN Alauddin Makassar Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Seorang gadis dari desa yang merantau ke kota demi menempuh pendidikan dan berharap ada masa depan yang cerah menanti. Berbicara tentang pengalaman setiap orang pasti memiliki cerita yang berbeda-beda, baik itu suka maupun duka, yang membedakan hanya cara dan sikap kita menghadapi hal tersebut. Begitu pula jika kita membahas masalah cita-cita, setiap orang pasti punya impian masing-masing yang ingin mereka capai, dan saya mempunyai 2 impian, yaitu ingin menjadi seorang pengusaha dan dosen, walaupun banyak orang di luar sana yang kadang membuat kita merasa tidak percaya diri, tapi itu bukan menjadi penghalang untuk mencapai sebuah impian melainkan sebaliknya. Itu harus menjadi dorongan untuk terus maju dan semangat dalam mencapai suatu tujuan. 163","Menempuh pendidikan tidak semulus yang kita bayangkan. Banyak pengalaman dan cobaan, air mata di balik itu semua. Berawal dari sekolah di MTS As\u2018adiyah Uloe, saya terpilih menjadi ketua OSIS. Mulai dari situlah kepribadian dan rasa tanggung jawab saya mulai muncul dalam diri sendiri karena didorong oleh keadaan. Tidak semudah itu memimpin suatu forum, ternyata kita membutuhkan kesiapan mental untuk menjadi seorang pemimpin, tapi itu semua adalah proses untuk saya sendiri dalam membina atau memimpin suatu forum dan saya banyak belajar dari pengalaman itu. Saya sempat berpikir, kenapa ada orang yang pindah sekolah, dan saya mengatakan pada diri sendiri kalau saya tidak ingin seperti itu, tapi ternyata saya sendiri mengalami hal yang sama, di sini saya mendapat suatu pembelajaran. Jangan men-judge sesuatu karena itu akan berbalik pada diri kita sendiri. Setelah tamat dari MTs saya melanjutkan pendidikan di MA As'adiyah pusat Sengkang, saya menempuh pendidikan di sana hanya 20 hari. Setelah itu saya kembali melanjutkan pendidikan di SMA Pompanua, banyak pengalaman yang saya dapat di sana termasuk diangkat menjadi Ketua Pradana dan 164","Ketua Rohis. Seiring berjalannya waktu, tidak terasa satu tahun telah berlalu, saya merasakan sedikit penyesalan, karena saya merasa jauh dari pelajaran agama dan pergaulan di sana cukup mengerikan. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren DARUL HUFFADH 77 Bone Sulawesi Selatan. Di sana saya harus berjuang lagi dan mengulang dari kelas 1 MA, karena di sana tidak menerima siswa pindahan. Melalui tekad yang kuat dengan semangat, akhirnya saya mencoba kembali untuk mondok. Di sana saya mulai belajar bahasa Arab, menghafal Al- Qur\u2018an dan istiqamah belajar lebih mendalam masalah agama, banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan di sana. Selain dari pembelajaran, saya merasakan persaudaraan yang sangat kental di sana. Saya diangkat menjadi ketua keamanan, ketua PLP, MM, ketua PBR, ketua kamar dan beberapa jabatan lainnya, dan menurut saya itu adalah suatu hal yang saya syukuri karena dapat dipercaya untuk memegang amanah tersebut. Tapi di balik itu semua merupakan hal yang sangat menantang bagi saya. 165","Masa pendidikan di sana selama 4 tahun, ditambah masa pengabdian selama 2 tahun. Saya menempuh pendidikan di sana selama 3 tahun, setelah wisuda hafalan, saya melanjutkan kembali pendidikan saya di pondok khusus tahfiz di Makassar. Jika diceritakan tidak semulus yang saya jalani, banyak sekali lika-liku yang saya hadapi dari perjalanan masa pendidikan saya sampai akhirnya bisa kuliah di UIN Alauddin ini. Jadi, pembelajaran yang saya dapatkan dari semua pengalaman saya adalah kesabaran, keikhlasan dan perjuangan. Bagaimana cara sabar menghadapi situasi, ikhlas dalam menjalankan suatu amanah, mendapat banyak teman dan memahami karakter mereka masing-masing, berhenti menyalahkan orang lain dalam suatu permasalahan, berani mengambil resiko, berani bermimpi lebih besar, mengerjakan segala sesuatu dengan sepenuh hati, melakukan sesuatu dengan bahagia, jangan pernah menyerah atas apa yang terjadi, syukuri dan hargai hal-hal yang kita miliki. 166","Dalam hidup saya dapat mengambil kesimpulan, jangan pernah takut melangkah, karena dari situlah banyak sekali ilmu dan pengalaman yang didapatkan. Jangan pernah takut berbeda dari orang lain, fokus dan lakukan apa yang menurut kita benar, jauhkan pikiran-pikiran negatif yang dapat menghancurkan rencana awal yang sudah disusun. Jangan menganggap dirimu tidak bisa tapi katakan \u2015SAYA BISA\u2016 karena apa yang kamu pikirkan sangat berpengaruh dengan apa yang akan kamu capai nantinya. Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan pengorbanan bagi orang yang berakal. Waktu adalah mutiara termahal, kewajiban dan tugas kita begitu banyak, namun waktu yang kita miliki sangat terbatas. Hidup yang kita jalani pasti punya lika-liku kehidupan, kita hanya perlu menjalaninya dengan semangat dan optimis serta selalu melibatkan Sang Pencipta di dalamnya. Jadi, apa pun keputusan yang kita ambil, itu akan menjadi garis kehidupan kita ke depannya. Jalani, berdoa, dan tawakkal karena yakinlah itu semua tak lepas dari takdir. 167","Kisah yang Belum Berakhir Oleh:Nabila Silfa Sari M Kehidupan itu tidak pernah berjalan sesuai dengan keinginan, hanya seperti fiksi yang berjalan sering kali seperti imajinasi. Pengalaman berbagai macam kisah-kisah yang dilewati yang dijadikan pelajaran sebagai bentuk motivasi. Dalam kehidupan banyak motivasi yang saya dapatkan terutama dari orang terdekat, bapak dan ibu saya, mereka berdua adalah panutan saya, setiap yang mereka lakukan sangat menginspirasi. Pertemanan, pendidikan dan keluarga adalah salah satu hal terpenting dalam hidup saya, mengambil semua pelajaran dari kesalahan yang dilakukan dan melakukan yang terbaik untuk suatu tindakan, mimpi sering kali saya dengar kita harus mengejarnya dan harus mencapainya sebagaimana sulitnya mimpi yang muncul di kala tidur. Pagi, siang, sore, malam akan menjadi saksi perjalanan saya untuk mengejar mimpi saya. Hai, saya Nabila Silfa Sari teman-teman biasa dipanggil Nabila lahir 10 Juli 2003, sekarang umur saya 19 Tahun menyandang status sebagai mahasiswa UIN Alauddin 168","Makassar. Dulu masa kecil saya sangat seru, memiliki banyak teman. Menjadi anak kampung membuat saya dapat merasakan beberapa permainan tradisional seperti karet, kelereng, wayang kertas, gasing kayu, petak umpet, dan masih banyak lagi. Saya SD di SDN 104 JALAJJA, SMP di SMPN 1 MASAMBA. Setelah lulus SMP saya melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Pesantren Al Fatah Temboro yang berada di Provinsi Jawa Timur. Suatu perpisahan yang sangat jauh dari kampung halaman, jauh dari orang tua, saudara-saudara dan keluarga. Ada begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan selama mondok di sana. Bagaimana susahnya beradaptasi dengan teman baru karena beda-beda provinsi dan tentunya beda- beda karakter dan bahasa. Salah satu alasan saya masuk pesantren adalah karena saya dipengaruhi oleh sepupu saya, dan saya mondok bersama sepupu dan satu orang temannya. Kami berangkat dari kampung yang sama menuju ke Pulau Jawa dan selain dipengaruhi, saya juga memiliki niat untuk menjadi lebih baik. First impression saya ketika pertama kali menginjak kaki di Temboro ada rasa bangga dan sedih. Rasa bangga 169","karena telah sampai dengan selamat di tujuan dan sedih telah meninggalkan keluarga, kampung halaman dan teman-teman. Saya ke Temboro tidak diantar sama orang tua tapi bareng om dan tante. Saat kami baru sampai di Temboro waktu itu sudah malam dengan menunjukkan pukul 23:00 WIB. Perut kami merasa lapar dan om saya segera mencari makanan dan kami masuk kos untuk bersihkan badan, tidak lama kemudian om saya sudah datang dan membawakan nasi pecel dan kerupuk. Ya tidak usah ditanyakan lagi di Jawa kalau makanannya itu tidak komplit kalau tidak ada kerupuk, dan kami pun makan bersama. Keesokan harinya kami sekeluarga sakit perut mungkin belum terbiasa dengan makanannya. Setelah 5 hari selesai pendaftaran dan urusan kami, tante dan om saya pulang ke kampung halaman dan kami sudah masuk pondok. Di sini saya baru merasakan sedih sekali menangis tak henti-henti sampai mata bengkak malas makan, mau pulang setiap tidur mata susah tertutup, selalu lihat ke atas dan melamun ternyata saya bukan lagi tidur di rumah. Hal yang paling membuat saya sedih ialah ketika saya ingin menelpon dengan orang tua, itu adalah salah satu hal 170","yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh santri berkomunikasi dengan keluarga. Ketika saya menelpon orang tua dan telponnya belum diangkat, air mata saya sudah menetes apa lagi ketika saya mendengar orang tua saya berbicara. Air mata saya langsung turun begitu deras. Tapi ada satu kalimat yang dikatakan bapak yang selalu saya ingat dan membuatku bertahan di pondok ini, \u2016Masa orang lain bisa kamu tidak bisa.\u2016 Dari tempat ini aku belajar bagaimana cara untuk menerima realita kehidupan, berpisah dari orang tua suatu cobaan yang sangat berat untuk dilalui. Menurutku kehidupan di pondok sangat indah dan seru. Waktu pertama kali menjadi santri, saya seratus persen berubah meskipun banyak cobaan yang selalu mengoyahkanku untuk pindah dari tempat tersebut. Tapi ada sesuatu yang membuat saya tetap bertahan yaitu kebersamaan dan persaudaraan. Di pondok, saya tidak pernah merasakan kesepian. Awalnya saya sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa teman kamar saya sebanyak 25 orang ini di luar ekspetasi. Sedikit takut, banyak pertanyaan yang timbul di benak saya, apakah saya bisa bertahan? Siapa yang akan jadi teman dekat saya? bagaimana cara saya agar bisa dekat dengan mereka? 171","ternyata semuanya tidak sulit. Di sana saya mempunyai teman dekat delapan orang ada yang dari Sulawesi, Sumatera, dan NTT. Tapi, ada satu teman saya yang paling pengertian dan suka mengalah sama saya. Bisa dibilang selama di pesantren saya sering sakit, dia yang mengurus saya dan waktu masih santri baru saya tidak bisa mengontrol emosi, dia yang mengalah, namanya Endang Adillah biasa dipanggil Dilla asal Kupang, tapi dia asli orang Pangkep dia teman saya dari santri baru sampai sekarang. Suatu hari karena salah paham kami berantem beberapa hari. Di situ saya merasa mau menangis, tidak betah di pondok mau pulang, sampai saya pergi nelpon dan cerita ke kakak saya kalau saya berantem sama teman. Kakak saya bilang minta maaf. Saya tipe orang yang gengsi, paling tidak suka kalau sama teman tidak saling bicara, tidak saling sapa sampai saya memberanikan diri buat surat dan simpan di lemari dia. Sampai keesokan harinya ada balasan surat di lemari saya sehabis salat Magrib, saya langsung memeluk dia dan menangis. Itu pertama dan terakhir kali kami bertengkar. Kembali lagi dengan kalimat, \u2015Kita hanya bisa berencana dan Allah yang berkehendak.\u2016 Saya pernah 172","berencana sama teman-teman kalau kita harus sama-sama sampai lulus di Al-Fatah Temboro. Tapi Allah berkehendak lain setiap tahunnya teman saya tidak lagi kembali ke Temboro dan tahun ini saya yang tidak kembali di Temboro, tinggal Dilla yang bertahan di sana sampai suatu hari Dilla menelpon saya. Dilla : \u2015Halo, Nabila aku tidak betah lagi di sini\u2016 Nabila : \u2015Kenapa kamu tidak betah?\u2016 Dilla : \u2015Tinggal aku sendiri di sini, tidak ada lagi kalian, padahal kalian janji sama-sama terus sampai kita wisuda.\u2016 Nabila : \u2016Jangan begitu Dilla, kamu bertahan di sana, itu berarti kamu salah satu orang terpilih untuk menuntut ilmu di sana sampai selesai, semangat Dilla mondoknya, insya Allah kalau kamu wisuda kami akan datang ke sana untuk melihatmu.\u2015 itulah obrolan terakhir saya bersama Dilla, sangat sedih rasanya mendengar dia bercerita bagaimana rasanya di pondok tanpa kami. Mungkin ini salah 173","satu rencana Allah buat kami semua untuk mencapai kesuksesan masing-masing. Tepat 30 Juni 2022 pukul 14:00 saya resmi menjadi calon mahasiswa UIN Alauddin Makassar Bahasa dan Sastra Arab. Ada cerita kenapa saya ambil Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, saya lulus di UIN melalui jalur UMPTKIN. Saat pendaftaran Jalur UMPTKIN ada 3 pilihan, yang pertama dan kedua saya memilih di UIN Makassar Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan pilihan ketiga di IAIN Palopo Jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Yang urus pendaftaran saya adalah sepupu saya dan sebenarnya pilihan nomor satu saya bukan Sastra Arab tapi Pendidikan Bahasa Arab, tapi karena sepupu saya salah pencet makanya terpilih Jurusan Sastra Arab, saya tidak menyangka akan lulus di jurusan ini karena menurut saya pilihan Sastra Arab adalah sebuah kecelakaan kecil, tapi kembali lagi mungkin pilihan ini adalah pilihan terbaik untuk saya, mungkin Allah sudah mengatur ini semua. Sudah tiga bulan saya merasakan menjadi mahasiswa, ada begitu banyak pelajaran yang bisa saya ambil selama menjadi mahasiswa. Di sini saya diajarkan untuk lebih 174","bisa bersosialisasi semasa teman, perubahan cara belajar pada saat sekolah dan pesantren lebih bergantung pada guru dan buku untuk mendapatkan Ilmu dan Informasi, berbeda lagi dengan kuliah kita diminta lebih aktif bertanya dan diskusi, perubahan lingkungan, mungkin lingkungan pesantren dan lingkungan kuliah ini sangat berbeda. Di sini saya harus berani mencoba, mau bertanya dan tidak takut salah dan yang terakhir pengaturan waktu di sini saya harus pintar mengatur waktu. Saya pernah merasa capek kuliah padahal baru 3 bulan berjalan mungkin karena jarak kos saya dengan kampus sangat jauh berjarak 6,6 km kurang lebih 30 menit, tapi di sini saya belajar tidak ada yang instan untuk orang yang mau sukses, semua butuh proses, di balik kesusahan pasti ada kesuksesan. \u201cJangan merasa hebat kalau belum pernah merasakan pahitnya kehidupan\u201d 175","Bisakah Aku Kembali? Oleh: Khusnul khatima \uf0b7 Aku selalu menunggu untuk menjadi dewasa namun ketika hari itu di depan mata aku justru ingin kembali. Delapan Belas. Mungkin hanya sebuah angka. Namun bagiku itu lebih dari sekadar angka. Satu langkah lagi sebelum menuju tahap yang membawamu ke dunia yang benar-benar berbeda. Sebuah perumpamaan untuk menyebut era yang banyak orang sebut sebagai masa pendewasaan. Suatu fase peralihan dari masa remaja ke tahap dewasa. Di mana mulai terdapat perubahan sikap menjadi sosok yang lebih matang dan adanya sebuah batasan diri untuk tidak bersikap kekanakan. Suatu fase di mana sudah berakhirnya masa remaja yang labil. Pertanda jika kamu telah melalui masa pubertas. Aku selalu menunggu masa itu. Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana makna delapan belas bagimu? Apa itu terlihat mengerikan? Apakah kamu sedikit merasa takut atau justru antusias? Saat usiaku baru menginjak delapan belas, jika seseorang bertanya padaku, \u2015Apa yang paling kamu tunggu saat usia delapan belas?\u2016 maka dengan lantang aku selalu 176","menjawabnya dengan \u2015Dewasa\u2016. Tak paham pula kenapa mereka bertanya demikian. Walau yang bertanya hanya segelintir orang. Tapi aku menanggapinya teramat serius. Lagipula sejak awal sudah kujelaskan bukan? Aku selalu menunggu hari itu tiba. Benar. Sejak angka delapan belas mulai di depan mata dan semua orang di sekitarku mulai mengkhawatirkan masa depan mereka bahkan takut menjadi dewasa. Memusingkan akan menjadi apa kelak, aku justru sangat menunggu untuk segera dewasa. Ingin rasanya segera dewasa. Tak lagi memikirkan tugas yang menumpuk, ulangan harian, ujian akhir, ujian praktik dan kegiatan-kegiatan sekolah lain yang melelahkan. Aku selalu membayangkan jika menjadi dewasa itu pasti menyenangkan seperti kakakku. Ia bebas berkeliaran saat tengah malam. Bisa pulang larut malam tanpa mengkhawatirkan apa pun dan menjalani hobinya tanpa perlu lagi memusingkan tugas sekolah yang menumpuk dan segala rutinitas yang melelahkan. Terlebih mereka telah berpenghasilan sendiri. Tidak perlu lagi memusingkan uang saku yang sengaja dipres oleh orang tua. Jelas aku iri. Namun ketika hari-hariku mulai berjalan dan pemikiran dewasaku mulai terbentuk walau tak sempurna, aku mulai 177","merasa resah. Apa yang kulewati? Apa yang sudah aku lakukan di masa remajaku? Aku merasa ini terlalu cepat, padahal selama ini aku telah menunggu. Ketika lencana remaja itu mulai terlepas, sejujurnya membuatku terluka. Aku mulai masuk ke tahap di mana aku mulai kebingungan akan jati diriku sendiri. Ingin menjadi apa aku kelak? Aku pun masih meragu. Aku menyesal karena usia remaja yang selama ini hanya aku habiskan dengan hal-hal yang tidak berguna tanpa memikirkan masa depan, dan hebatnya justru menunggu untuk segera menjadi dewasa. Baru kusadari saat hari perlahan berlalu. Saat kebanyakan remaja mengkhawatirkan masa depannya, aku justru ingin bergegas menjadi dewasa padahal bayangan ingin menjadi apa kelak di masa depan pun belum terpikirkan. Perasaan resah itu makin menjadi. Aku berdoa agar perasaan itu lekas menghilang. Saat usia sembilan belas di depan mata. Seharusnya aku mempersiapkan masa depan, bukannya sibuk menunggu dewasa. Padahal jelas dewasa tak perlu ditunggu. Hei sudah berapa kali aku mengatakan hal ini? \u2015Perjuangan kamu masih panjang, Dek. Ini baru tahap awal masa pendewasaan kamu. Emangnya kamu pikir semua orang 178","bakal jadi dewasa begitu aja? Nggak, ada prosesnya. Dan saat ini kamu dalam fase itu. Semua orang pernah mengalami itu.\u2016 Aku diam. Merenungi perkataan kakakku. Benar selama ini aku hanya dikuasai oleh pikiran yang masih belum matang seutuhnya. Buktinya ketika keluarga tak menanggapi keinginanku dengan antusias, semangatku sudah luntur. Bersumbu pendek dengan memilih kabur dan berpikir jika mereka tak mendukung impianku. Parahnya aku sempat berpikir jika mereka tidak menyayangiku. Sekarang aku paham makna dewasa yang banyak orang khawatirkan. Angka delapan belas yang katanya awal dari tahap pendewasaan itu. Sesuatu yang sedari dulu aku tunggu, namun ketika ada di depan mata, aku justru mulai merasa resah. Dan ingin rasanya menjeda saat ini sebentar karena aku belum memiliki banyak persiapan. \u2017Dewasa\u2018 yang aku tunggu-tunggu ternyata tak seindah bayanganku selama ini. Bahkan ketika usiaku baru menginjak delapan belas saja, aku sudah tahu jika aku belum siap menjadi dewasa. Masa di mana setiap orang mulai menyadari jika dewasa itu tidak sederhana. Perlu pemikiran yang matang, orang dewasa juga dituntut untuk bertarung dan bisa mempertahankan diri di tengah kejamnya dunia yang 179","sebenarnya. Meninggalkan ego, menanggalkan keinginan bersenang-senang dan mulai memikirkan amunisi untuk berjuang. Kata orang, No pain no gain. Akhirnya aku sadar apa makna dewasa bukan juga soal bertambah umur, tapi juga bagaimana cara memandang semua hal dengan segala perspektif dan tak asal menghakimi. Menjadi dewasa itu saat kamu dituntut untuk bisa memutuskan sesuatu dan menyelesaikan masalah sendiri. Menjadi dewasa itu tidak selamanya menyeramkan tapi juga butuh persiapan yang matang karena menjadi dewasa itu saat kamu mulai dituntun untuk mencari solusi atas masalahmu seorang diri. Menjadi dewasa itu tidak semudah dalam bayangan. Aku baru menyadari itu, dan ketika gerbang dewasa itu sudah di depan mata aku justru ragu untuk melangkah jauh. Bisakah aku kembali? Kembali ke masa di mana hidupku tidak ada masalah, yang kutahu hanya bermain. Waktu kecil selalu berpikir enak ya jadi dewasa, tidak dipaksa tidur siang mainnya juga tidak dibatasi. Sekarang baru sadar ternyata di usia remaja menuju dewasa, itu tidak segampang yang dipikirkan. Kita dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah sendiri dan itu sulit apalagi untuk anak bungsu sepertiku. Biasanya serba orang tua, sekarang harus 180","mandiri apalagi sekarang sedang merantau ke kampung orang. Jujur itu tidak mudah, tapi harus tetap dijalani karena cepat atau lambat ketika orang tua tiada pasti kita mandiri karena kenapa? Karena tidak ada lagi tempat untuk bersandar, tidak ada lagi tempat untuk mengadu. Setiap akhir pekan mama\u2018 selalu menelpon, \u2015Nak kapan pulang?\u2016 tapi selalu aku jawab nanti ya Mak. Setelah aku jawab seperti itu, mama\u2018 pasti jawab, \u2015Ya sudah hati-hati di kampung orang ya Nak, karena harga diri perempuan itu berharga sekali, rusak tidak bakal kembali utuh.\u2016 Aku selalu mengeluh capek kuliah, tapi ketika aku memandangi wajah lelah bapak dan kucium tangannya yang penuh dengan luka. Subhanallah ternyata rasa capekku kuliah tidak sebanding dengan rasa capeknya bapakku bekerja untuk membiayai kuliahku, demi melihat anak bungsunya sukses. Lalu aku beralih memandangi wajah keriput mamakku yang telah melahirkan dan merawatku sampai aku masuk ke jenjang kuliah. Ya Allah sehatkanlah kedua orang tuaku, panjangkan umur mereka sampai aku bisa membahagiakannya. Aku berjanji mulai saat ini aku tidak akan mengeluh tentang kuliah lagi. Semoga aku Istiqamah dengan ucapanku itu, karena banyak yang bilang jurusanku itu susah, hanya orang 181","yang betul-betul cerdas yang bisa bertahan, sedangkan aku adalah orang yang bisa dibilang kurang cerdas. Kuliah di jurusan ini bukan sepenuhnya kemauanku tapi kemauan orang tuaku. Waktu pendaftaran kuliah sudah dibuka, maka aku langsung mendaftar di UINAM kampus impianku. Pas di tahap pemilihan jurusan, mama\u2018ku bilang, \u2015Nak mama pengen sekali kamu masuk Jurusan Bahasa Arab.\u2016 Nah pas pendaftaran kumasukanlah Jurusan Bahasa dan Sastra Arab menjadi pilihan terakhir dan waktu tanggal 8 Agustus kemarin qadarullah aku lulus di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, jurusan yang mamakku pilihkan. Walaupun aku tidak tahu bahasa Arab, aku akan tetap bertahan karena aku yakin pilihan orang tua adalah pilihan yang terbaik. Eittss masalahku tidak sampai di situ saja, pas kumpul keluarga aku ditanya oleh keluarga ibu, \u2015Jadi kuliah di mana Nak?\u2016 Pas aku jawab, \u2015UIN Alauddin Makassar dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Tante.\u2016 Tanteku jawab, \u2015Wah kok bisa lulus di UIN pasti bayar nih supaya bisa lulus, anak tante aja yang pintar gak lulus di UIN apalagi kamu, jujur aja bayar kan?\u2016 Terus omku jawab, \u2015Ya jelas dia lulus di UIN karena jurusannya Bahasa dan Sastra Arab, jurusan itu 182","setelah lulus gak bakal kerja karena di sini gak ada lowongan dengan jurusan seperti itu hahaha.\u2016 Mama\u2018 mengusap belakangku dan bilang, \u2015Semua orang itu punya rezeki masing- masing nak.\u2016 Aku hanya bisa senyum. Waktu berjalan terasa cepat, tibalah aku mulai berkuliah. Waktu di depan gerbang aku sempat tidak percaya bahwa aku bisa berkuliah di UIN Alauddin Makassar. Kampus yang selama ini aku impikan, ketika siswa lain ingin kuliah di Unhas, berbeda denganku yang ingin sekali kuliah di UIN. Entahlah aku juga tidak tahu kenapa aku tertarik dengan kampus ini. Jadi buat adek-adek yang masih kecil jangan berpikir bahwa menjadi dewasa itu menyenangkan. 183","Anak Singkong Oleh: Akromal Alam Khalqi Ini adalah kisah dari penjual ubi goreng sebelum memasuki bangku kuliah. Perkenalkan nama saya Akromal Alam Khalqi, anak dari Syamsu Alam Kadir (bapak) dan Nur Alam Abduh (ibu) dan memiliki saudara Iqro Alam Malongka, kami pun dikenal sebagai keluarga Alam. Bahkan ketika orang tuaku pada acara pernikahannya terjadi bencana alam. Pada masa MTs (SMP) bapakku memulai bisnis baru, sarebba dengan ubi goreng. Dirasa kurang cocok, maka digantilah dengan ubi goreng dan sarebba dengan motto sanggara na sarebba. Bisnis kami booming pada waktu itu. Yang tadinya modal cuma Rp.200.000,00, sekarang membuahkan hasil manis hingga Rp.1.000.000,00 per hari. Setiap bisnis pasti memerlukan usaha yang keras juga, dan di situlah kesibukanku dimulai. Setiap hari pengunjung semakin banyak, maka bahan yang diperlukan pun juga semakin banyak, terutama ubi kayu atau yang biasa dikenal dengan singkong. Pekerjaanku ialah mengupas ubi lalu membersihkan. Pada awalnya sangat susah bagiku untuk 184","melakukannya, bahkan tanganku sering berdarah karena terkena pisau. Lalu kemudian tugasku bertambah yaitu menyikat atau membersihkan jahe dari tanah untuk pembuatan sarebba. Lelah akan hal itu setiap hari, jadi aku biasa memanggil teman-teman untuk membantu dan bercerita agar tidak bosan. Hingga saya memasuki Madrasah Aliyah (SMA) bisnis kami masih lancar, walaupun pembeli tidak sebanyak dulu-dulu. Bisnis yang dulu diremehkan dan dianggap enteng oleh orang- orang banyak, sekarang menjadi buah kesuksesan bagi kami. Bahkan hanya karena ubi goreng dan sarebba kedua orang tuaku dapat melaksanakan ibadah umrah dan dapat membeli rumah, walaupun cicil. Bisnis yang berjalan selama bertahun-tahun terkadang membuat ayahku pusing dan stress mengurus managemen seperti gas, minyak, ubi, jahe, dan lain-lain. Jadi ia memutuskan agar hari Sabtu dan Minggu libur untuk keluar menenangkan diri di kampung halaman dan biasa ke Gunung Malongka. Kami pun sekeluarga ikut bersama. Heran karena setiap minggu ke gunung saya pun bertanya, \u2015Memangnya apa yang kita lakukan di atas gunung ini.\u2016 Bapak saya pun 185","menjawab, \u2016Kau lihat pemotong kayu itu, coba lihat kayu yang bagaimana ia potong, pasti kayu yang bagus dan lurus kan? dan pohon yang tidak lurus atau jelek pasti ia tidak pilih. Inilah yang namanya hukum rimba, jangan kau gunakan di kota. Maksudnya ialah jangan sampai ada orang baik disingkirkan, tapi malah orang jahat dibiarkan. Inilah yang ingin kuajarkan kepadamu Nak. Di sini kita mendapatkan ilmu yang tidak bisa kita dapatkan di sekolah maupun pesantren.\u2016 Tidak hanya saya saja yang heran, tapi teman bapakku juga heran dengan berkata, \u2016Apa yang kau lakukan di gunung, sekarang ustaz turun gunung bukan naik gunung.\u2016 Bapakku menjawab, \u2015Saya juga tidak tahu, karena dari hatiku langsung ini, mungkin ada jawabannya nanti. Ketika memasuki tahun 2020, yaitu ketika virus corona mulai menyebar, bahkan ujian nasional pun dibatalkan, jadi otomatis saya pun langsung dinyatakan lulus. Setelah kelulusan, saya memilih untuk membantu ayah berdagang ubi goreng, karena pada waktu itu saya belum mempunyai motivasi untuk kuliah dan juga setelah melihat kuliah diadakan secara online, minat kuliah pun berkurang. 186","Pekerjaanku yang tadinya hanya mengupas ubi dan membersihkan jahe, sekarang bertambah dengan bekerja di bagian dapur seperti penggorengan, pembuatan sarebba dan kadang-kadang menjadi kasir. Pernah suatu ketika bapak saya menjelaskan ceritanya tentang ia dan temannya. Ia bercerita, ketika itu teman bapak bertanya, \u2015Bagaimana menurutmu cuaca sekarang ini?\u2016 Lalu bapak menjawab, \u2015Kalau kita berbicara tentang cuaca, pasti juga berbicara mengenai udara. Udara saat sekarang ini sudah kotor dan dipenuhi dosa. Di kota baju yang saya pakai baru masuk siang sudah kotor, di kampung baju yang saya pakai masih bagus sampai malam, di gunung masih bisa dipakai sampai besok.\u2016 Teman bapak berbicara lagi, \u2015Kalau itu faktor banyaknya orang.\u2016 Bapak menjawab, \u2015Kalau begitu bagaimana dengan waktu kita umrah, itu pakaian warna putih, dipakai selama tiga hari, dan kita thawaf dengan banyak orang. Mengapa demikian? Karena tempat itu adalah tanah suci bersih dari dosa, bahkan pakaian kita pun dijaga oleh Allah swt. Berbeda dengan kondisi negeri kita saat ini.\u2016 Setelah mendengar ceritanya, di dalam hati saya berkata, ternyata 187","inilah ilmu yang didapat bapak saya selama menenangkan diri dari stres pekerjaan dan merenung sesaat di gunung. Lima tahun setelah berjalannya bisnis ubi goreng ini, entah menapa saya melihat hubungan antara bapak dan saudaranya (yang ke 2) terlihat kurang baik. Bahkan pernah terjadi perkelahian gara-gara tanah. Karena tanah yang kami tempati menjual adalah tanah nenek. Padahal 15 tahun yang lalu bapak saya mengusulkan agar rumah ini tidak dibagi, tapi dijaga, supaya siapa tahu ada keluarga dalam keadaan sulit atau tidak punya rumah, boleh menginap. Tapi saudara bapakku dan saudarinya yang satu lagi ngotot ingin mendapatkan warisan itu. Padahal mereka jarang menemani sang nenek dan alasan bapak berjualan di rumah nenek juga untuk memenuhi kebutuhannya dan membahagiakannya. Setelah perkelahian bapak dan saudaranya (yang ke 2), kami pergi meninggalkan rumah tersebut. Bapakku memiliki 5 saudara dan satu saudari yang kemudian mempercayakan urusan nenek kepada saudaranya yang ke 4 hingga wafatnya sang nenek. Kami pun pindah ke gunung dan beralih pekerjaan menjadi tukang kebun terkhusus cabai. Namun tidak memberikan hasil 188","yang memuaskan. Mungkin ini adalah ujian bagi kami yang pernah pernah sukses dan sekarang diuji dengan berbagai cobaan. Seperti sebuah roda yang berputar kadang kita di atas kadang juga di bawah hidup tidak ada yang tahu. Masuk pada tahun 2022, wabah virus corona mulai mereda dan dua tahun pula saya sudah menganggur setelah lulus Madrasah Aliyah. Saya terus mendapatkan mimpi tentang kehidupanku waktu sekolah dulu. Lalu saya berpikir, apakah mungkin saya harus kuliah tahun ini. Setelah mimpi-mimpi itu terus berdatangan, orang tuaku menawarkan untuk kuliah. Tapi saya berkata, \u2015Kita dalam keadaan susah dan uang yang dimiliki hanya sedikit?\u2016 Bapakku kembali menjawab,\u2016Selama ada niat untuk belajar, maka Allah swt akan membantu dan mempermudah urusan kita.\u2016 Tugasmu sekarang adalah belajar, karena belajar akan menambah ilmu, ilmu akan membuatmu lebih dewasa. Dengan ilmu pekerjaan akan mendatangimu dan pekerjaan akan menghasilkan uang dan uang itu dapat kau gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu atau untuk membantu orang lain.\u2016 Pada saat pendaftaran di UIN saya bingung, ingin memilih jurusan apa. Lalu kakakku menawarkan masuk Fakultas Adab 189","dan Humaniora dengan Jurusan Sastra Arab, Sastra Inggris dan SPI. Entah mengapa dalam hati, saya ingin memilih Sastra Arab, padahal Bahasa Inggrisku lebih jago dari pada Bahasa Arab. Tapi setelah dipikir-pikir, saya mengikuti kata hati untuk belajar di Jurusan Sastra Arab. Saya bersyukur akan hal ini, karena keadaan mulai membaik, pembelajaran kembali tatap muka, dapat tempat kost yang terjangkau dan orang tua kembali mendapatkan pekerjaan sebagai penjual ubi goreng di Pesantren Darul Islam, Desa Lainungan, Kecamatan Watangpulu, Kab.Sidrap. Semoga waktu belajar sebagai mahasiswa ini dapat kupergunakan dengan baik untuk masa depan yang lebih baik. Tetaplah menjaga semangat. ***** SEKIAN ***** 190",""]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook