Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BUNGA RAMPAI UMUM FINISH

BUNGA RAMPAI UMUM FINISH

Published by Aar Asqolani, 2020-10-10 03:05:20

Description: BUNGA RAMPAI UMUM FINISH

Search

Read the Text Version

TIM PENYUSUN Pengarah : Dr. Rachmadi Widdiharto, M.A. Penanggung Jawab : Dra. Palupi Raraswati M.AP Kontributor Naskah : - Prof. Dr. Sudarwan Danim - Dr. Ani Khairani, M.Psi, Psikolog - Ida Dewa Ayu Istri Ngurah, S.T., M.Sc. - Adhimas Wahyu Agung Wijaya - Melania Niken Larasati, M.A. - Florischa Ayu Tresnatri, S.T., M.Idec - Dr. Asep Supena, M.Psi. - Aryasatyani Sintadewi Editor Naskah : - Idris Apandi, M.Pd. - Dr. Meliyanti, S.Kom, M.Si., - Dr. Nita Isaeni, S.Ip. M.Pd. Sekretaris : - Isti Mariani Sarida, SE, M.Pd. - Sardi S.Pd. Desain dan Tata Letak : - Arief Rahmat Agus Kurniawan, S.Ikom. - Dekki Zulkarnain, S.H. - Rohmi Nurwiyati, S.E. Diterbitkan oleh: Direktorat Guru Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Gedung D Lt. 15 Kompleks Kemdikbud Senayan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, 10270 Telp/Fax : (021) 57974129 Laman: www.pgdikdas.kemdikbud.go.id IV

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-Nya Buku “Bunga Rampai Umum” ini dapat diterbitkan. Saat ini kita dihadapkan dengan adanya pandemi yang telah melanda seluruh belahan dunia salah satunya Indonesia, dan hal ini san- gat berdampak terhadap berbagai macam aspek kehidupan, Salah satun- ya dalam hal Pendidikan, yang semula semua bisa bersekolah kini harus belajar di rumah, oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mencari solusi terbaik untuk menjaga Pendidikan kita agar dapat tetap berjalan dengan baik, dan siswa-siswi masih bisa mendapatkan pengajaran. Salah satu upaya yang ditempuh oleh Direktorat Guru dan Tena- ga Kependidikan Pendidikan Dasar dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Buku ini menyajikan perkembangan penerapan pendidikan, bagi pendidik dan tenaga kependidikan dan orang tua siswa jenjang pendidikan dasar. Buku ini merupakan hasil rangkuman dari kegiatan Seri Webinar yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan, selama satu bulan yaitu pada tanggal 30 Juni s.d. 30 Juli 2020. Semoga buku ini dapat membangun motivasi, kreasi, dan solusi di masa Pandemi agar tetap berkarya dan berprestasi untuk negeri. Jakarta, Oktober 2020 Direktur GTK Pendidikan Dasar Dr. Rachmadi Widdiharto, M.A V

DAFTAR ISI Kata Pengantar ...................................................................................................................... vi Daftar Isi ...................................................................................................................... vii PENDAHULUAN 1. Prof. Dr. Sudarwan Danim ASESMEN AWAL BAGI SISWA PADA RANAH KOGNITIF DAN NONKOGNITIF .................................................................................................... 9 2. Dr. Ani Khairani, M.Psi, Psikolog MEMPERSIAPKAN MENTAL SISWA DI ERA PANDEMIK ............................. 22 3. Ida Dewa Ayu Istri Ngurah, S.T., M.Sc. PEMBELAJARAN JARAK JAUH EFEKTIF DAN ANTIBOSAN ........................ 43 4. Adhimas Wahyu Agung Wijaya STRATEGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH GURU TANGGUH DI DAERAH 3T ............................................................................................................... 57 5. Melania Niken Larasati PENGATURAN WAKTU SEBAGAI WUJUD EFEKTIVITAS DIRI DI MASA PANDEMI ...................................................................................................... 71 6. Florischa Ayu Tresnatri MEMULIHKAN PENURUNAN KEMAMPUAN SISWA SAAT SEKOLAH DIBUKA KEMBALI ........................................................................................................ 84 7. Asep Supena MENGELOLA PEMBELAJARAN UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF PADA MASA PANDEMI COVID-19....... 101 8. Aryasatyani Sintadewi MENGENAL PERPUSTAKAAN DIGITAL BUKU CERITA ANAK LET’S READ ..................................................................................................................... 126 9. Amanda P. Witdarmono TEKNIK PEMBIASAAN BAHASA ASING PADA SISWA ................................... 142 PENUTUP VI

PENDAHULUAN Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang menimpa berbagai negara di dunia termasuk Indonesia pada awal Maret 2020 berdampak terhadap semua sektor kehidupan, seperti sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, bahkan politik dan keamanan. Mengingat seriusnya pandemi Covid-19 ini, maka Presiden Joko Widodo mener- bitkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Dis- ease 2019 (Covid-19) sebagai bencana nasional. Menyikapi dampak Covid-19 pada bidang pendidikan, Kemendikbud menerbitkan regulasi dan panduan pembe- lajaran selama pandemi Covid-19, yaitu; (1) Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tanggal 20 Maret 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), (2) Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020 tentang pedoman pelaksanaan pembelajaran dari rumah, (3) Surat Keputusan Bersama Menteri Pendi- dikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang panduan penyelengga- raan pembelajaran pada tahun ajaran 2020-2021 dan tahun akademik 2020-2021, dan (4) Keputusan Mendikbud Nomor 719/P/2020 yang menjelaskan tentang pelaksanaan kuriku- lum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Terkait dengan kurikulum pada masa pandemi, pada Kepmendikbud Nomor 719/P/2020, sekolah diberikan tiga pilihan, yaitu; (1) melaksanakan kurikulum nasional se- 1

bagaimana dalam kondisi normal, (2) menggunakan kuri- kulum darurat (dalam kondisi khusus), atau (3) menyeder- hanakan kurikulum secara mandiri. Tindak lanjut dari Kepmendikbud tersebut, Kepala Bal- itbang dan Perbukuan Kemendikbud menerbitkan Keputu- san Nomor 018/H/KR/2020 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendi- dikan Menengah Berbentuk Sekolah Menangah Atas untuk Kondisi Khusus. KI dan KD yang telah disederhanakan pada SK Kabalitbang dan Perbukuan tersebut dapat digunakan se- bagai salah satu alternatif pembelajaran di sekolah. Jika se- kolah menggunakan kurikulum dalam kondisi khusus, hanya berlaku pada tahun pelajaran 2020-2021. Tujuan dari diterbitkannya regulasi dan pedoman teknis pembelajaran selama pandemi Covid-19 tersebut untuk tetap menjamin pelayanan pendidikan yang optimal kepada para peserta didik walau dihadapkan pada berbagai tantangan. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka, diubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar Dari Rumah (BDR/learning from home). Moda pembelajaran yang bisa dipilih oleh guru antara lain; dalam jaringan (daring/online), luar jaringan (luring/offline), atau kombinasi daring dan luring (blended) disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan mengingat kondisi di setiap daerah beragam. Moda PJJ apapun yang dipilih tetap memprioritaskan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pembelajaran dan memperhatikan kesehatan pendidik, tenaga kependi- 2

dikan, dan peserta didik. Keputusan sekolah melaksanakan kegiatan belajar tatap muka harus berdasarkan kepada pan- duan teknis yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan me- matuhi protokol kesehatan yang ketat. Dalam pelaksanaan PJJ, guru tidak dibebani untuk me- menuhi jam tatap muka sebanyak 24 jam per minggu, tidak diwajibkan mencapai target kurikulum yang telah ditetap- kan, dan memberikan penilaian dan umpan balik (feed back) secara kualitatif. PJJ atau BDR difokuskan untuk menanam- kan karakter dan pendidikan kecakapan hidup (life skill) ke- pada peserta didik. Pada awal dilaksanakannya PJJ, khususnya yang dilak- sanakan secara daring, para guru, orang tua, dan peserta di- dik mengalami kebingungan terkait teknis pelaksanaannya. Sebagai hal yang baru dan tidak diperkirakan sebelumnya, kebingungan tersebut merupakan hal yang wajar. Diperlu- kan adaptasi dan solusi untuk mengatasi hal tersebut. Se- lain itu, ada tantangan yang dihadapi seperti; kepemilikan smartphone/laptop, akses internet yang kurang stabil, bah- kan ada yang belum dapat mengakses internet, serta beban biaya untuk membeli kuota/data internet. Terkait dengan PJJ, hasil survei UNICEF tanggal 18-29 Mei 2020 dan 5-8 Juni 2020 menyatakan bahwa sebanyak 66% dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang di 34 provinsi mengaku tidak nyaman belajar dari rumah selama pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87% ingin kembali belajar di sekolah, 88% bersedia menggunakan masker, dan 90% mengatakan pentingnya jarak fisik jika mereka melan- jutkan pembelajaran di kelas. (Kompas.com, 24/06/2020). 3

Survei yang dilakukan oleh Pusdatin Kemendikbud terkait dengan PJJ menyatakan bahwa ada 87% guru yang hanya memberikan soal kepada peserta didik dan aktivitas dengan buku teks pun hanya 50,4%. Hampir separuh siswa SMP hingga SMK di Indonesia sudah memanfaatkan teknolo- gi digital, sementara untuk tingkatan SD, mereka menggu- nakan televisi sebagai media belajar. Selain itu, Kemdikbud juga menyebut rata-rata siswa tidak bisa memahami pela- jaran dalam kondisi kegiatan belajar jarak jauh. Siswa juga tidak berkonsentrasi secara penuh jika belajar di rumah. (detik.com, 26/07/2020). Temuan survei atau hasil kajian tersebut menjadi dasar bagi Kemendikbud untuk mengevaluasi pelaksanaan PJJ. Harapannya, agar kualitas PJJ selama pandemi Covid-19 se- makin baik dan berbagai kendala yang dihadapi bisa teratasi. Bentuk perbaikan optimalisasi PJJ antara lain; bekerjasama dengan TVRI, RRI, dan membuat modul-modul pembelaja- ran untuk memfasilitasi kegiatan PJJ, khususnya secara lur- ing, supaya peserta didik yang tidak memiliki sarana dan ak- ses internet pun bisa mendapatkan kesempatan belajar. Pada kegiatan pembelajaran secara daring, Kemdikbud telah menyiapkan berbagai infrastruktur seperti portal ru- mah belajar, guru berbagi, bersama hadapi korona, dan la- man lainnya yang bisa diakses oleh guru, peserta didik, dan orang tua. Berkaitan dengan kendala kuota internet, Kemen- dikbud memberikan relaksasi penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pembelian kuota internet bagi guru dan siswa dan untuk membeli/pengadaan alat- alat protokol kesehatan di sekolah. 4

Kompetensi guru sebagai ujung tombak pembelajaran merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian selama pelaksanaan PJJ, karena masih banyak guru yang kurang pa- ham dan bingung melaksanakan PJJ secara efektif. Oleh kare- na itu, dalam rangka memfasilitasi peningkatan wawasan dan pengetahuan guru terkait dengan pelaksanaan PJJ, Di- rektorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (dikdas) Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud menyelenggarakan seri webinar pada bulan Juni s.d. Juli 2020. Webinar tersebut membahas materi yang bersifat konstekstual terkait PJJ pada masa pandemi Covid-19. Narasumber yang mengisi kegiatan tersebut selain para pakar dan ahli dari perguruan tinggi, Pusat Asesmen dan Pembelajaran (Pusmenjar) Balitbang Kemendikbud, widyaiswara Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pen- didik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan (PPPPTK), dan peneliti/sukarelawan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), juga para praktisi di lapangan (guru, kepala sekolah, dan pengawas). Sebagai tindak lanjut dari seri webinar tersebut, maka Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Dikdas menghim- pun materi-materi webinar menjadi buku Bunga Rampai. Tujuannya selain untuk mendokumentasikan materi-ma- teri tersebut, juga untuk menyebarkannya kepada guru dan tenaga kependidikan dikdas di seluruh Indonesia dan Seko- lah Indonesia di Luar Negeri (SILN) baik dalam bentuk hard- copy (bentuk cetak) maupun dalam bentuk softcopy/e-book yang bisa diakses melalui laman Direktorat Guru dan Tena- ga Kependidikan Pendidikan Dasar: http://pgdikdas.kem- dikbud.go.id. 5

Buku bunga rampai ini berisi delapan artikel yang dit- ulis oleh para narasumber seri webinar. Tema-temanya ter- kait strategi pelaksanaan PJJ, penguatan mental siswa saat PJJ, optimalisasi peran orang tua dalam mendampingi siswa selama belajar dari rumah (BDR), pemanfataan media dan sumber belajar PJJ, penilaian diagnostik bagi peserta didik di masa PJJ, dan strategi PJJ untuk peserta didik berkebutuhan khusus. Pada bunga rampai tersebut, juga ada praktik baik (best practice) bagaimana strategi pelaksanaan PJJ di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang diharapkan bisa menjadi inspirasi dan pemacu semangat serta optimisme bagi para guru untuk tetap melaksanakan PJJ walau dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah dicari solusinya. PJJ saat pandemi Covid-19 diharapkan menjadi momen- tum bagi para guru untuk semakin meningkatkan kreativi- tas dan inovasinya dalam menyajikan materi pelajaran. Oleh karena itu, para guru diharapkan menjadi sosok pemelajar, meningkatkan profesionalismenya, mencari solusi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Pandemi Covid-19 juga bisa menjadi momentum bagi guru untuk meningkatan kemampuannya dalam penguasaan Te- knologi dan Informasi (TIK), apalagi di era digital dan rev- olusi industri 4.0 seperti saat ini, pemanfatan TIK dalam pembelajaran menjadi sebuah keniscayaan. Kondisi saat ini memicu setiap orang, termasuk guru untuk siap berubah dan beradaptasi, karena kalau tidak demikian, akan sulit mengikuti perkembangan zaman yang berjalan secara cepat dan dinamis. Oleh karena itu, saat ini 6

digulirkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau new normal. Tujuannya agar masyarakat terbiasa menjalani pola hidup dan kehidupan yang baru. Intinya, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Di dunia ini tidak ada yang pasti selain peruba- han itu sendiri. Pandemi Covid-19 juga menjadi momentum bagi Ke- mendikbud untuk meningkatkan tata kelola pendidikan, khususnya peningkatan mutu kualitas sarana dan prasarana sekolah, pengadaan jaringan dan akses internet, serta pen- ingkatan mutu guru dalam penguasaan TIK. PJJ baik secara daring, luring, atau kombinasi daring dan luring tentunya bukan hanya dilaksanakan pada kondisi pandemi saat ini, tetapi juga bisa dilakukan pascapandemi. Di masa pasca- pandemi, moda daring akan menjadi sebuah tradisi baru dalam pelaksanaan pembelajaran. Walau demikian, secang- gih apapun teknologi, tidak bisa menggantikan peran guru, karena proses pendidikan bukan hanya transfer pengeta- huan (transfer of knowledge) tetapi juga transformasi nilai- nilai (transformation of values). Semoga hadirnya buku ini bisa menjadi pencerahan dan pemicu semangat bagi para guru jenjang sekolah dasar untuk mewujudkan dirinya sebagai guru penggerak dan merancang PJJ sesuai dengan konsep merdeka belajar pada masa pandemi, sehingga para peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Corona boleh mengha- jar, tapi semangat berkarya tidak boleh ambyar, prestasi ha- rus tetap dikejar. 7



ASESMEN AWAL BAGI SISWA PADA RANAH KOGNITIF DAN NONKOGNITIF Oleh: Prof. Dr. Sudarwan Danim Guru Besar Universitas Negeri Bengkulu Pendahuluan Tak kenal alur jalan, tersesat. Tak kenal wajah, tak tahu nama. Tak tahu penyebab kesalahan anak, salah mem- beri nasihat. Tak tahu kemampuan dasar belajar anak, salah memulai pembelajaran. Maksud dari beberapa ungkapan tersebut dalam konteks pembelajaran adalah kalau guru me- minta anak menghitung penjumlahan 5 + 5, harus dipastikan bahwa anak sudah mengenal angka 1 - 10. Jika orang tua me- minta anak menyebutkan warna atau aneka warna sebuah gambar, harus dipastikan anak itu telah mengenal jenis-jenis warna. Ini semua merupakan ragam bentuk dan contoh se- derhana asesmen awal. Oleh karena itu, asesmen awal yang dalam aneka buku bacaan disebut tes diagnostik (diagnostic test) merupakan gejala sosial di sekitar kita, bukan monopo- li dunia pendidikan dan pembelajaran. Guru harus mengenal dengan baik potensi anak didikn- ya. Orang tua pun harus begitu. Orang tua harus menyadari bahwa menasihati anak atas dasar prasangka bukanlah cara 9

yang baik. Pada saat memberi nasihat, pastikan anak dalam keadaan tenang dan bukan dalam suasana marah. Seperti halnya orang tua, pendidik harus mengenal dengan baik potensi dan karakteristik peserta didiknya, baik dari sisi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Di lingkungan sekolah, untuk mengenali karakteristik siswa baru, salah satu caranya adalah melalui tes atau asesmen diagnostik. Tes atau asesmen diagnostik merupakan tes awal (pretest), sebagai deteksi dini untuk memastikan realitas anak didik yang sesungguhnya. Definisi dan Tujuan Apakah asesmen awal atau tes diagnostik merupakan fenomena baru? Tidak juga. Catatan sejarah pendidikan membuktikan bahwa tes diagnostik telah ada sejak zaman Yunani Kuno, era peradaban Sebelum Masehi (SM). Pada era itu, guru melakukan asesmen awal untuk menentukan apakah siswa baru mengetahui geografi dasar, sejarah, atau budaya. Hasil tes diagnostik itu digunakan oleh guru untuk menentukan dari mana memulai dan berapa banyak waktu yang yang harus disediakan untuk topik tertentu. Di lingkungan satuan pendidikan, asesmen awal ser- ing didefinisikan sebagai analisis tentang sifat atau kondi- si siswa pada usia dan situasi tertentu Hasil tes diagnostik membantu memberi tahu guru dan siswa tentang apa dan 10

berapa banyak yang telah mereka ketahui dan tidak ketahui tentang kondisi atau topik tertentu untuk kebutuhan pem- belajaran (Danim, 2018). Hasil tes ini menginformasikan ke- pada guru tentang materi dalam perencanaan pembelajaran dan mengidentifikasi bidang-bidang yang mungkin memer- lukan lebih banyak waktu untuk dihabiskan. Pada era Yunani Kuno, guru belajar dari tes diagnos- tik, misalnya, banyak siswa sudah memiliki pengetahuan tentang aspek budaya Yunani, tetapi tahu sedikit tentang se- jarahnya. Dari hal tersebut, mereka menyesuaikan rencana pelajaran untuk mempe- lajari sejarah dan asal-usul Yunani Kuno dan mengurangi mempelajari budaya. Tujuan asesmen awal atau penilaian diagnostik yaitu untuk menentukan tindakan atau perbuatan yang bersifat membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami siswa atau peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembe- lajaran pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai yaitu hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. 11

Istilah diagnostik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang ditim- bulkan (Depdiknas, 2007). Diagnostik untuk kepentingan pembelajaran melingkupi konsep yang luas yang meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembela- jaran. Fokus utama tes atau asesmen diagnostik berkaitan dengan ranah kognitif dan nonkognitif. Tes atau asesmen ini biasanya berfungsi sebagai barometer untuk mengetahui seperti apa karakteristik siswa yang diterima pada satuan pendidikan tertentu dan layanan kelompok atau individual macam apa yang akan diberikan kemudian, setelah mereka diterima secara resmi di sekolah. Guru dan siswa sama-sama membayangkan situasi di kelas baru. Tanpa asesmen awal terhadap siswanya, guru berada dalam alam keremangan atau wilayah abu-abu. Bisa jadi, awalnya mereka bertemu dengan tatapan kebingungan, karena satu sama lain belum mengenal. Ketika guru bertanya kepada siswa apakah mereka mengerti apa yang diajarkan olehnya, bisa jadi jawabannya dia tidak tahu apa yang dibicarakan. Layanan yang diberi- kan kepada siswa hanya didasari apa 12

yang oleh guru dianggap baik, bukan yang diperlukan oleh siswa. Guru yang baik menjalankan fungsi agar siswa mudah belajar, bukan agar dia mudah mengajar (Danim, 2019). Pe- nilaian diagnostik memungkinkan guru menentukan kekua- tan, kelemahan, pengetahuan, dan keterampilan individu siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran. Karenanya, ases- men awal atau tes diagnostik ini sangat diperlukan terutama pada awal penerimaan siswa baru atau saat guru akan mem- ulai pembelajaran. Manfaat Asesmen Awal Jadilah guru yang hebat! Guru yang hebat itu tidak dilihat dari sisi pandang apakah dia bergelar sarja- na, magister, bahkan doktor, lengkap dengan predikat profesional (Gr.) yang disandangnya. Guru yang hebat adalah guru yang bisa membuat siswa yang biasa-biasa saja menjadi lulusan yang luar biasa. Guru seperti ini mampu mendongkrak potensi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa mencapai lompatan yang hebat. Dengan demikian, asesmen awal sejatinya berguna bagi guru untuk menentukan strategi tentang apa, menga- pa, bagaimana, dan ke arah mana siswanya akan dipacu pada lintasan masa depan yang mereka mimpikan, 13

Hasil asesmen awal menjadi modal dasar guru dalam merencanakan pembelajaran yang bermakna dan efisien, karena guru tahu persis apa yang diketahui atau tidak diketahui siswa. Dari sinilah guru berimajinasi tentang apa yang paling cocok diberikan kepada siswa, bagaimana caran- ya, dan pada situasi macam apa. Dengan cara ini dapat men- gurangi frustrasi dan kebosanan siswa. Asesmen awal pun bermanfaat bagi penyediaan in- formasi untuk pembelajaran individual. Hasil asesmen ini menunjukkan kepada guru dan siswa apa yang diketahui sebelum pengajaran terjadi. Dengan begitu, siswa pun bisa mengancang diri untuk untuk pembelajaran yang cerdas dan kontinyu. Ancangan belajar siswa menentukan capaiannya. Banyak dimensi yang tercakup dalam asesmen awal atau tes diagnostik. Beberapa dimensi yang tergamit disaji- kan berikut ini. 1. Siapa yang melakukan: guru/peneliti/tenaga ahli 2. Di mana: sekolah/rumah/lembaga psikologi 3. Kepada siapa: peserta didik 4. Tujuan: Mengetahui kekuatan dan kelemahan spe- sifik pembelajar di bidang tertentu. 5. Lamanya waktu: sifatnya fleksibel 6. Teknik: tes/observasi/wawancara, dan lain-lain. 7. Urutan: logis dan langkah demi langkah 14

Artibut Kognitif dan Nonkognitif Asesmen awal memiliki dua fokus utama, yaitu kognitif atau in- telektual dan nonkognitif atau non- Gambar 4: Menuju keseimbangan otak-intelektual intelektual, termasuk emosional. dan otak-emosional Atribut kognitif mencakup beberapa hal. Pertama, pengujian kognitif untuk memeriksa masalah dengan kognisi. Kognisi adalah kombinasi dari proses di otak yang terlibat di ham- pir setiap aspek kehidupan. Kedua, kognisi mencakup pe- mikiran, ingatan, bahasa, penilaian, dan kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru. Ketiga, pengujian kognitif tidak dapat menunjukkan penyebab spesifik penurunan nilai. Pengujian ini dapat mem- bantu penyedia mencari tahu apakah seseorang memerlu- kan lebih banyak tes dan/atau mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah tersebut. Tes kognitif dirancang un- tuk membantu mengukur fungsi mental, seperti memori, bahasa, dan kemampuan untuk mengenali objek. Jenis tes yang dikenal di In- donesia. Komponen penilaian di- agnostik mencakup beberapa aspek, yaitu terjadi pada awal unit, pelajaran, semester, atau periode waktu. 15

Tes diagnostik adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang menilai basis pengetahuan siswa saat ini atau pandang- an terkininya tentang suatu masalah atau yang akan dipe- lajari (Kubiszyn dan Borich, 2012). Di lingkungan sekolah, beberapa jenis tes yang dapat digunakan diantaranya, seper- ti pilihan ganda, pilihan ganda dan alasannya, pilihan ganda dengan pilihan alasan, pilihan ganda dan uraian, instrumen uraian, dan lain-lain. Di luar itu, asesmen awal dapat dilaku- kan oleh guru melalui wawancara langsung, wawancara de- ngan pihak ketiga atau orang tua, observasi, membaca catatan atau riwayat hidup siswa. Keterampilan kognitif berbeda dengan keterampilan nonkognitif. Ibarat tetumbuhan, keterampilan nonkognitif cenderung meningkat daripada berkurang, seiring bertam- bahnya usia (Russell dan Airasian, 2012). Berbeda dengan keterampilan kognitif, keterampilan nonkognitif merupakan kelompok keterampilan dan atribut yang sulit didefinisikan dan diukur. Aspek nonkognitif mencakup istilah-istilah seperti keteram- pilan perilaku, keterampilan lunak, ciri-ciri keprib- adian, karakter, dan keterampilan sosial-emosional. Juga, menggamit dimensi keterampilan komunikasi, hubungan interpersonal, sikap, kesehatan emosional, keterampilan sosial, etos kerja, sikap demokratis, rasa hormat terhadap 16

orang lain, kasih sayang, kontrol diri, toleransi, dan penga- turan diri. Penutup Menemukenali siswa menjadi keniscayaan bagi guru, seperti halnya orang tua harus tahu banyak tentang potensi kognitif, minat dan hobi, serta kepribadian anaknya. Untuk menemukenali karakteristik siswa baru atau ketika akan memulai pembelajaran, salah satu cara yang dapat dilaku- kan oleh guru adalah melakukan asesmen awal atau tes di- agnostik. Tes atau asesmen diagnostik merupakan tes awal. Fokus utamanya berkaitan dengan ranah kognitif dan nonk- ognitif siswa. Tes atau asesmen ini biasanya berfungsi se- bagai barometer untuk mengetahui seperti apa karakter- istik siswa yang diterima pada satuan pendidikan tertentu dan layanan kelompok atau individual macam apa yang akan diberikan kemudian, setelah mereka diterima secara resmi di sekolah. 17

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknolo- gi. Jakarta: Depdiknas Danim, S. (2018). Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Alfabeta Danim, S., dan Khairil. (2019). Psikologi Pendidikan: dalam Perse- pektif Baru, Bandung: Aflabeta Kubiszyn, T., & Borich, G. D. (2012). Educational Testing and Mea- surement: Classroom Application and Practice (10th ed.). New York: John Wiley & Sons. Russell, M. K., & Airasian, P. W. (2012). Classroom Assessment: Concepts and Applications (7th ed.). New York: McGraw Hill. 18

PROFIL PENULIS Prof. Dr. Sudarwan Danim ini lahir di Tb. Gunung, 20 Pebruari 1959, Kabupaten Seluma, Bengkulu. Meraih Doktor Pendidikan tahun 1998 dengan predikat Cum Laude. Profesor Sudarwan Danim telah melakukan kunjungan dan studi profesional di puluhan negara, baik Asia, Eropa, Australia, Amerika Serikat, maupun Afrika. Beberapa posi- si dan tugas-tugas strategis yang pernah dilakoninya antara lain: (1) Tim Sustainability PGSM; (2) Tim Re-engineering SMK; (3) Pelatih MBS; (4) Tim Penyusun NA dan Tim Antar- dep UUGD; (5) Konsultan Pendidikan; (6) Tim Pengembang dan Pelatih Kemitraan Kepala Sekolah; (7) Ketua/Anggota Aneka Lomba Pendidikan dan Pembelajaran di tingkat Na- sional (8) Konsultan DBS-Basic Education, USAID; (9) Kon- sultan BERMUTU; (10) Tim Ahli BSNP; (11) Pelatih Nasion- al Kurikulum 2013 untuk Guru; (12) Tim Pengembang SKG Kemdikdub, (13) Anggota Komite Aksi Nasional PBBPTPA; (13) Tenaga Ahli Komite III DPD-RI; dan (14) Pelatih Calon Kepala Sekolah. 19

Profesor Sudarwan Danim telah menulis lebih dari 40 buah buku ajar untuk mahasiswa program sarjana hingga doktor, menghasilkan puluhan karya penelitian, karya tulis di jurnal nasional dan internasional. Disamping itu, sejak mahasiswa banyak menulis artikel di media massa, majalah, dan jurnal. Sejak jadi profesor, banyak diminta untuk menja- di penguji ahli utuk mahasiswa Program Dokor serta menja- di visiting professor pada beberapa perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Profesor Sudarwan Danim merupakan pemegang Sert- ifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh institusi ternama di dalam dan di luar negeri, antara lain: (1) Pelatih/instruk- tur Metodologi Penelitian (Jakarta), (2) Pelatih/instruktur MBS/MPMBS (Jakarta), (3) Pelatih/instruktur Kurikulum 2013 (Jakarta), (4) Pelatih/instruktur Penulisan Akademik (Inggris), dan (5) Pelatih/instruktur Teaching and Leader- ship Elevator (Amerika Serikat). Profesor Sudarwan Danim dapat dihubungi melalui telepon +6281373308888 atau email: dansudarwan@gmail. com “Membelajarkan itu gampang. Diagnosis potensi dan kemampuan dasar siswa, laksanakan pembelajaran, dan nilai capaiannya.” (Sudarwan Danim) 20



MEMPERSIAPKAN MENTAL SISWA DI ERA PENDEMIK Oleh: Dr. Ani Khairani, M.Psi, Psikolog Dosen Bimbingan Konseling Pendidikan Islam UIKA Bogor Pendahuluan Proses pembentukan kepribadian diawali dengan bagaimana seorang dapat membuat pola perilaku dalam otaknya. Pola perilaku tergantung pada sistem keyakinan yang dibentuk dari persepsi atau mindset yang dibangun dari pengalaman dan pembelajaran dalam hidup. Hal ini menjadi jalan bagaimana orangtua dan guru harus memaha- mi proses pembentukan persepsi, skema serta atensi seseo- rang untuk merespon segala sesuatu. Ketika masa pande- mik, seseorang mengalami sebuah perubahan dari se- belumnya yang relatif san- gat terasa, tidak terkecuali pada anak-anak. Memper- siapkan mental anak dalam kondisi penuh dengan keti- dakpastian dilakukan den- 22

gan membentuk respon yang benar terhadap stimulus yang datang. Hal ini sekaligus jalan membentuk pola kepribadian bagi anak. Persiapan terhadap Perubahan Kondisi Dalam hidup setiap detiknya kita menghadapi berb- agai perubahan baik yang terasa maupun tidak terasa. Pe- rubahan itu sendiri dapat dipahami sebagai suatu situasi dan kondisi yang tidak dapat kita hindari bahkan terkadang berada di luar kendali kita. Dalam kondisi pandemik ini, kita menghadapi perubahan yang signifikan berdampak pada se- tiap aspek kehidupan. Hal ini dirasakan bukan hanya oleh kita sendiri, tetapi seluruh masyarakat bahkan seluruh dun- ia. Jika sebuah perubahan itu terjadi maka akan meng- geser zona nyaman dari seorang individu. Zona nyaman itu sendiri biasa disebut dengan comfort zone. Disebutkan da- lam buku A. White (2008) bahwa comfort zone adalah se- buah keadaan dimana seseorang berperilaku dengan netral dan aman dari kecemasan, menggunakan seluruh sumber yang terbatas untuk berperilaku agar dapat menampilkan sebuah kestabilan tanpa menghadapi resiko tertentu. Ketika zona nyaman kita bergeser maka ada sebuah proses yang disebut coping, dimana seorang individu menge- luarkan usaha untuk mengantisipasi dan menghada-pi pe- 23

rubahan yang ada. Menu-rut Carnal’s Coping Cycle menun- jukkan bahwa ketika seorang individu menghadapi sebuah perubahan maka akan sangat berpengaruh pada self esteem atau harga diri yang dibentuk selama ini oleh seseorang. Dalam teori ini, De Vries and Miller dan Adams et, al. dalam White (2008) mengatakan bahwa Carnall menyusun lima tahap dalam siklus menghadapi perubahan ini. Tahap pertama adalah fase penolakan. Penolakan ini dilakukan karena individu tidak siap akan perubahan, ia merasa sudah nyaman dan tidak membutuhkan sebuah perubahan dalam hidupnya. Sikap ini didasarkan pada kecemasan dan ketaku- tan akan perubahan itu sendiri menggeser segala hal yang telah membuatnya senang selama ini dan stabil. Tahap kedua adalah tahap bertahan. Dalam tahap ini, indidvidu menunjukkan perilaku yang memaksakan bahwa perubahan itu bisa dijalani dengan cara lama. Usaha dan energi difokuskan pada situasi mempertahankan kondisi sebelumnya dan menolak perubahan dan terus berusaha meyakinkan diri bahwa kondisi akan kembali lagi seperti se- belumnya. Dapat dikatakan bahwa tahap satu dan dua ini ber- fokus pada masa lalu dan didasarkan pada sebuah ketaku- tan. Kondisi ini dapat kita sebut dengan zona ketakutan (fear zone). 24

Tahap ketiga, individu membuang cara lama dalam menghadapi perubahan, mulai dapat memberikan komit- men untuk cara baru berperilaku. Tahap keempat, seorang individu mulai melakukan adaptasi. Hal ini membuat ia se- makin percaya diri menghadapi perubahan dan berupaya menampilkan yang terbaik. Pada tahap ketiga dan keempat ini dapat dikategori sebagai zona belajar. Dalam zona ini in- dividu mulai melakukan penerimaan dan beradaptasi de- ngan kondisi yang baru. Tahap terakhir adalah internalisasi. Individu sudah mulai menemukan cara sendiri untuk dapat mengelola kondisi. Hal ini menunjukkan sebuah pertumbuhan zona nyaman yang baru yang sangat baik dalam menghadapi pe- rubahan dan menunjukkan sikap terbaik. Pada tahap ini merupakan tahap zona pertumbuhan (rowing zone) dimana seseorang bukan sekedar menyamankan dirinya, tetapi aktif pula membuat sekelilingnya ikut bertumbuh. Tahap-tahap ini menunjukkan bahwa kita manusia se- cara pribadi berkesempatan besar untuk terus bertumbuh. Pada aspek ini, kita perlu memahami bahwa proses kepri- badian itu terus bertumbuh dan berkembang bagaimana pun kondisi, situasi, dan peristiwa yang dihadapi. Jadi bukan terpaku pada faktor di luar diri sendiri, tetapi focus menata pribadi untuk siap menghadapi setiap perubahan-peruba- han yang ada. Kemampuan adaptasi dan penyesuaian diri 25

menjadi hal penting dalam memelihara kesehatan fungsi mental manusia. Persiapan melalui Perkembangan Otak Manusia Kembali menelisik tentang potensi kita sebagai manu- sia dalam menghadapi berbagai stimulus dalam kehidupan kita selama ini sehingga mempengaruhi seorang manusia itu berespon. Stimulus bisa berupa orang, situasi yang rela- tif singkat, dan kondisi yang relatif panjang sangat mempe- ngaruhi bagaimana kita berespon. Sebelum kita memper- siapkan putra-putri dan siswa kita untuk berespon dengan tepat, maka hendaknya kita sebagai orang dewasa, memaha- mi terlebih dahulu bagaimana proses respon berulang mem- bentuk perilaku dan kepribadian kita. Manusia diberikan potensi akal yang terdiri dari organ otak di bagian tertinggi di tubuhnya yaitu kepala. Otak adalah mahluk Ajaib, kurang lebih 1500gr beratnya dari tubuh kita, dengan tekstur lembut seperti kembang tahu, yang dilapis tujuh lapisan dan beberapa lapisannya harus menggunakan gergaji khusus untuk membukanya. Jika satu otak dijadikan satu lembar saja niscaya ia akan menutupi lapangan sepak bola dan jika lapisan itu dibuat lebih tipis lagi niscaya dia akan menutupi seluruh permukaan bumi dan angkasanya. Dalam buku Human Brain, Rita Carter (2009) men- jelaskan bahwa otak terdiri dari 100 milyar neuron yang 26

siap distimulasi yang setiap satu neuron sanggup untuk ber- sambungan dengan 10.000 neuron yang lain, membentuk koneksi sirkuit bakat, kemampuan, perilaku bahkan priba- di. Kecerdasan itu adalah proses bagaimana setiap sel otak saling terhubung dengan sel otak yang lainnya. Semakin ba- nyak dan kuat hubungan antara sel otak maka semakin cer- das seorang manusia. Bahkan, dapat dikatakan bahwa otak adalah pabriknya kepribadian kita. Menurut Paul McLean dalam teorinya Triune Brain membagi otak menjadi tiga berdasarkan perkembangan- nya. Bagian itu adalah Reptilian Brain, Limbic System dan Neocortex. Otak yang pertama berkembang adalah reptil- ian brain yang dapat juga disebut ‘otak buaya’ yang berada di basal ganglia. Kemudian, berkembang berikutnya Sistem limbik, sebutan umumnya adalah ‘otak kuda’ fungsinya ter- utama pada memori, sosialisasi dan segala macam emosi. Ketika manusia berusia empat tahun, neocortex atau sebu- tannya adalah ‘otak manusia’ memulai fungsinya. 27

Emosi bersumber pada bagian otak amygdala di sistem limbik dan dikontrol oleh PFC yang berada di Neocortex. Ketika emosi kita tak terkontrol maka amygdala berhasil dikompori oleh basal ganglia akan bekerjasama membuat kita selayaknya kuda berwajah buaya, sudah galak cepat lagi tak terkendali. Dari hal ini dapat dibayangkan bahwa ketika emosi maka yang aktif adalah dua ‘otak binatang’ kita se- dangkan ‘otak manusia’ kita menjadi pasif. Saat otak manu- sia pasif, fungsi-fungsi rasionalitas, nilai dan moral, kontrol emosi kita tidak berjalan baik. Jika ini menjadi pola maka otak akan merekam dan menjadikannya perilaku yang berulang dan pada akhir- nya akan membentuk sebuah pola kepribadian. Awal mula kepribadian terbentuk adalah berdasarkan pada pola respon kita selama ini dari bagian otak yang aktif. Ada dua macam respon yang perlu kita ketahui, yaitu; Cool System, stimulus emosi dibawa dikelola dahulu ke otak manusia kita di PFC, dan diputuskan dengan benar dan tepat respon yang akan ditampilkan sehingga membuat respon kita adalah responsif dengan emosi yang sadar bertujuan dan adaptif. Sedangkan, Hot System, ketika stimulus emosi ditangkap oleh amygdala tanpa menggunakan kesadaran, dan langsung mengeluarkan respon reaktif, mengarahkan dua respon darurat yaitu fight atau menyerang dan flight yaitu lari/kabur. Jika seringkali 28

pola hot system ini berulang maka ketika menghadapi stim- ulus emosi baik dari orang lain, kondisi atau situasi maka se- cara mental dan fisik kita akan merasa lelah sekali. Supaya amygdala kerjasama dengan PFC, sehingga ‘otak manusia’ kita senantiasa aktif adalah mengisi neocor- tex kita dengan dengan segala masukan nilai-nilai kebaikan dan berlatih terus mengelola emosi dan menggunakan ilmu- ilmu dan pemaknaan sehingga Amygdala akan mudah dikon- trol karena ada pegangan. Tips mengaktifkan otak manusia: Ketika menghada- pi stimulus emosi, jangan langung bereaksi, tetapi buatlah jeda selama enam detik awal ketika stimulus emosi tersebut datang, sebelum berkata dan berbuat sesuatu. Dalam proses jeda tersebut ambil napas, dan pikirkan serta jawab sendiri tiga hal berikut ini : What: apa yg terjadi, Why: kenapa terja- di, dan How: bagaimana sebaiknya bersikap. Persiapan Pemahaman tentang Pendidikan Adriano Rusfi, seorang psikolog yang berkecimpung dalam konsep pendidikan Aqil Baligh, membedakan tentang dua hal dalam term pendidikan sekolah dan rumah, dalam tabel berikut ini. 29

Tabel Perbedaan Antara Peran Sekolah dan Rumah SEKOLAH RUMAH Pengajaran Pendidikan Penunjang Utama Asisten Ahli Penanggung Jawab Pengetahuan dan kecakapan Karakter Transformasi Penularan Kawah Candradimuka Recovery dan motivasi Sumber : Adriano Rusfi, Psikolog Mengembalikan pemahaman tentang peran pendi- dikan adalah dasar kita sebagai orangtua dan guru untuk dapat memposisikan diri dengan tepat dalam porsi pendi- dikan masing-masing terutama dalam kondisi perubahan dunia ini selama pandemik. Harapannya orang tua dan guru tidak melakukan overexpectation/berharap berlebihan ter- hadap pendidikan yang selama ini berjalan. Masalah muncul ketika baik orang tua dan guru menempatkan posisi yang salah dari posisi yang seharusnya dijalani. Pendidikan di era pandemik ini, adalah pendidikan yang menuntut lebih fleksibel dan adaptif sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada. Agile Education adalah sebuah prinsip dan model pendidikan yang mampu memelihara kontinuitas pembelajaran dalam segala situasi, kondisi dan cobaan ke- hidupan secara lincah, tangkas, dan adaptif, melalui pema- haman atas sunnatullah ujian dan perubahan- perubahan kehidupan. 30

Tidak dapat dipisahkan dengan kondisi yang me- mang tidak dapat kita kontrol sebagai manusia, bagaikan menyesuaikan dengan takdir dengan kehendak Allah. Hal ini menuntut seluruh sumber daya pembelajar yang melibatkan ayah-bunda, rumah, guru, alam, kehidupan, dan iptek ber- jalan beriringan. Harapannya bahwa pendidikan dimaknai kembali sebagai proses dari ayunan hingga liang kubur bagi tumbuh-kembangnya manusia yang mengetahui fungsi pen- ciptanya sebagai kontributor dan agen peradaban. Dalam konsep ini, berupaya untuk dapat membuat guru dan orangtua sekaligus menjadi guru yang cekatan. Orang tua adalah guru utama, dan guru sekolah adalah pen- damping. Ciri-ciri guru fleksibel dan tangkas adalah sebagai berikut. • Guru yang menjadi motivator: membangkitkan seman- gat, memberikan kesadaran tentang pentingnya menun- tut ilmu. Aktivitas menuntut ilmu itu berat. Oleh karena itu, guru sebagai motivator membuat metode aktivitas dengan menyenangkan (fun), menyelingi dengan humor (jokes), permainan (games), dan pemecah kejenuhan (ice breaking), termasuk siap memberikan dukungan tentang bagaimana mereka menghadapi musibah dan ujian. Guru bukan hanya mengajarkan ilmu, menum- buhkan kesabaran untuk mencari ilmu, memotivasi untuk menyenangi ilmu, akan lebih kuat jika didasar- 31

kan pada agama sebagai iman. Hal ini dapat dilakukan dengan mendidik kesadaran dan membangun kecintaan sebagai hamba Tuhan, terutama dengan kisah-kisah. • Fasilitator: bukan menyediakan fasilitas, bahwa menun- tut ilmu bukan dengan memanjakan orang. Kita sebagai guru yang fasilitator menunjukkan jalan, memberikan kompas, memberikan bahan baku bukan bahan jadi dan memberikan pancing, Seseorang disebut pakar justru karena kesederhanaan. Para pakar dapat menjelaskan sesuatu yang rumit dengan sederhana. • Instruktur: memberikan penugasan dan memberikan arahan. Guru memberikan instruksi kapan dan dari mana mulai belajar. Selain itu, memberi tugas praktis, tanpa banyak teori. • Guru sebagai konselor: guru membimbing bagaimana seseorang dapat menemukan sendiri jalan keluarnya. Guru bukan pemberi jalan keluar, tapi memberikan pencerahan agar siswanya mendapatkan jalan keluarn- ya sendiri. • Mentor: merapikan pembelajaran dan mengkonstruk- si, kemudian, mengintegrasikan pembelajaran yang ia dapat dari sumber mana pun. Seperti halnya koki yang mengintegasikan bahan-bahan supaya bermanfaat. Se- perti konduktor membuat harmoni/arranger dan se- bagai learning integrator. 32

• Mampu menjalankan belajar dengan TABEL (Tasking, behaving, experiencing, learning) cukup lakukan 4 hal, yaitu: (1) Anak diberikan tugas, (2) tujuannya agar mampu memiliki perilaku tertentu, (3) perilaku yang ia tampilkan ini akan jadi pengalaman, dan (4) dari pen- galaman itu dia belajar. Selain guru, yang kemudian menjadi sasaran pendi- dikan masa pandemik ini adalah pemelajar yang cerdas (smart learner). • Penuntut ilmu: siswa kita harapkan adalah bukan yang berorientasi pada hasil semata. Ia belajar karena ia ingin tahu. Ia akan kejar keingintahuan itu sampai terpuaskan dan dapat mempraktikannya untuk kemanfaatan dalam kehidupannya. Kecintaan akan ilmu inilah yang patutn- ya kita mulai dari awal, bukan keterpaksaan. • Kreatif: menumbuhkan sikap berjuang dan menyadari bahwa kreatif itu tumbuh dari keterbatasan, bukan dari terpenuhinya setiap yang diinginkan. • Sadar sebagai hamba Sang Maha Pencipta: kecerdasan bukan hanya dilihat dari seberapa banyak ia menerima pujian manusia. Akan tetapi, justru ketika ia sadar bah- wa ia memiliki kewajiban pada Tuhannya. Orang cerdas adalah orang yang senantiasa ingat untuk memper- siapkan kematian yang akan memutuskan segala uru- san dunia menuju kehidupan hakiki. 33

• Memiliki akal–pikiran–ilmu: otak yang kita gunakan dengan maksimal memerlukan asupan ilmu yang benar. Ilmu yang benar ini akan mengkonstruksi pikiran kita menjadi sistem keyakinan selama kita hidup. Sistem keyakinan inilah yang akan menjadi dasar berperilaku, berkata dan beramal. • Insightful (A-ha! Learner): Tahap tertinggi dari penca- paian ilmu bukan sekadar menghapal dan pemahaman tetapi pada pemaknaan. Proses pendidikan bahkan ma- teri yang diberikan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai hikmah dan pemaknaan yang menginternal- isasi dalam hidupnya. • Feminine Learner: menggunakan hati nurani, peka rasa dan intuitif semestinya bisa terasah dengan membia- sakan anak untuk bersikap empatik. Empatik adalah memahami sudut pandang orang lain tanpa lebur di da- lamnya. • Pemburu hikmah: hikmah adalah barang berharga yang tercecer. Dari sekecil apapun peristiwa hidup, terham- par hikmah yang besar. Guru harus mampu mengajak siswa untuk memetik apa yang kira-kira menjadi hik- mah untuknya. • Pemburu hidayah: hidayah itu layaknya cahaya yang digunakan untuk menerangi perjalanan. Ketika kita berjalan dalam hidup yang kita tidak tahu apa misteri, 34

maka perlu dikuatkan bahwa kita akan selamanya men- jadi pemburu cahaya agar perjalanan tidak sesat jalan. Persiapan Kurikulum dan Materi Pembelajaran Ber- dasarkan Kinerja Otak Kurikulum yang dapat kita praktikkan dalam kondisi pandemik ini disesuaikan dengan peta perkembangan ki- nerja otak manusia (neuroteaching). Hal ini dibagi menjadi 3 sesi peta perkembangan. • Usia 0-7 Tahun o Sasaran usia ini adalah TANGGUH yang ditum- buhkan dengan menstimulasi otak emosinya yaitu supaya dia bisa mengidentifikasi perasaaannya dan mengelola emosinya. o Metode yang dilakukan adalah TELADAN emosi dari orang tua. Tularkan beremosi yang sehat. Ia akan belajar melalui significant othernysa, yaitu orang terdekat yang mempengaruhinya. Kepribadian dan pola pengasuhan signifikan others inilah yang akan menular menjadi dasar kepribadian anak. o Pada usia 0-3 tahun, percepatan penyerapan otak manusia bekerja pada usia ini adalah delapan kali dari orang dewasa, seperti spons, dia akan menye- rap seluruhnya air yang ada di sekitarnya. Kekejian yang biasa dilakukan orang tua pada usia ini ada- 35

lah ketika anak dilabel negatif dan buruk, dia akan menganggap delapan kali lebih buruk dari apa yang kita sampaikan kepadanya. o Stimulasi yang baik pada otak emosi ketika bayi: adalah pembiasaan yang ditampilkan oleh orang tuanya, yaitu: tatapan mata yang teduh, intonasi suara yang terkendali, detak jantung yang tenang, hembusan nafas yang nyaman, keringat yang nor- mal terutama ketika menyusui. o Pada usia 3-7 tahun, percepatan penyerapan otak manusia berkurang pada usia ini menjadi lima kali dari orang dewasa. o Senang melakukan kebaikan adalah pembiasaan yang wajib dilakukan oleh orang tua sebagai guru pertamanya. Belajar individuasi, dengan dipenuhi- nya ego pada usia ini, merasa memiliki dan keper- cayaan diri. o Saat periode ini patokan yang digunakan dalam pe- nentuan pembelajaran adalah: 50% kemampuan emosi, 40% kemampuan kinestetik dan psikomo- tor, 10% kemampuan kognitif/rasio. • Usia 7-11 Tahun o CERDAS ditumbuhkan dengan menstimulasi otak PFC (prefrontal Cortexnya). Anak sudah siap untuk menagkap ilmu dan siap untuk memiliki kesadar- 36

an dan kepatuhan. Metode yang dapat dilakukan adalah masukan ilmu yang benar, nilai dan mor- al melalui dialog dua arah, luangkan waktu untuk membimbing rasionalitasnya. o Tanamkan disiplin dan pengaturan diri, hubungan sebab akibat yang benar, ajarkan makna kebaikan. o Percepatan penyerapan otak manusia bekerja pada usia ini adalah tiga sampai empat kali dari orang dewasa. o Saat periode ini patokan yang digunakan dalam pe- nentuan pembelajaran adalah: 30% kemampuan emosi, 20% kemampuan kinestetik dan psikomo- tor, 50% kemampuan kognitif/Rasio. • Usia 11-15 Tahun o ASAH JATI DIRI, dampingi konsistensinya dalam kebaikan dan berakhlak baik. o Percepatan penyerapan otak manusia bekerja pada usia ini adalah dua kali dari orang dewasa. o Belajar bertanggung jawab, siap menerima beban, persiapan aqil baligh, praktik ilmu kehidupan dan makna kebahagiaan yang sebenar-benarnya. o Saat periode ini kejar PERKEMBANGAN: 30% ke- mampuan emosi, 5% kemampuan kinestetik dan psikomotor, 65% kemampuan kognitif/Rasio. 37

Penutup Persiapan mental perlu diselaraskan dengan proses pengembangan kepribadian sesuai dengan milestone dan tahap tugas perkembangan anak. Hal ini diarahkan sebagai usaha untuk membentuk seorang manusia dengan peran peradaban dan kemanfaatannya bukan hanya untuk dirin- ya tetapi untuk keluarga, masyarakat, bahkan bangsa, dan dunia. Menyadari bahwa proses ini perlu dilakukan dengan bersama-sama baik anak itu sendiri dan terutama yang per- lu berperan adalah orang tua dan guru yang juga siap untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam setiap aspeknya. Proses yang harus dilewati seorang anak dalam perkembangan mentalnya adalah seorang anak dilatih untuk dapat memiliki pembiasaan emosi yang baik, pengendalian keinginan, dapat melakukan proses pengambilan keputusan yang benar, memiliki analisa serta input infomasi sebagai bekal pertimbangan sebuah perilaku, melakukan persia- pan anak untuk memiliki tanggung jawab terhadap diri dan membiasakan anak untuk memiliki tanggung jawab dalam berilmu. 38

DAFTAR PUSTAKA Carter, Rita. 2009. Human Brain. DK Publishing: Dorling Kinder- sley White, Alasdair. 2008. From comfort Zone to Performance Ma- nagement. White And MacLean Publising: Belgium. 39

PROFIL PENULIS Dr. Ani Khairani, M.Psi, Psikolog, lulus sarjana psikolo- gi dan program profesi psikolog Universitas Indonesia dan menyelesaikan program Doktoral Pendidikan Islam Univer- sitas Ibnu Khaldun Bogor. Selama tiga belas tahun mended- ikasikan diri sebagai praktisi konsultan psikologi dan pemi- lik biro konsultan psikologi UNIK Eduplus yang menjalankan layanan psikotes, konseling, training dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sebagai bagian jalan mende- dikasikan ilmu pada sisi akademisi, ia pun mengajar di Pro- di Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, Universitas Ibnu Khaldun Bogor hingga sekarang. Bidang spesialiasi sebagai psikolog pendidikan dan keluarga, pakar parenting dengan pendekatan psikologi Is- lam dan neuroscience. Aktif sebagai narasumber dan trainer bidang Pendidikan, komunitas-komunitas Parenting, Seko- lah Ibu, Kajian Perempuan dan kelasPra-Nikah, pengemban- gan diri pemuda dan remaja serta aktivitis Relawan Pen- dampingan Psikososial Bencana dan Kemanusiaan. 40

Hobinya traveling, membaca, dan menulis menelurkan beberapa karya baik fiksi maupun nonfiksi dalam cetakan buku tiga antologi cerpen, dua novel, satu traveling journey, satu kumpulan puisi, modul aktivitas akademi ramadhan, modul pendidikan antibullying dan modul penanganan ho- moseksual berdasarkan psikologi Islam. Bersama dengan tim founder Yayasan Sahabatku Mitra Remaja, ia mengab- dikan diri sebagai pengurus harian serta konselor untuk sa- habat muda dan program ayahbunda berupa aplikasi kon- seling online untuk remaja dan orang tua. Sebagai istri dan bunda dari dua putra dan empat putri ini, berjuang untuk terus senantiasa menjadi lebih baik dari tiap waktu yang terlewati dan tidak melewatkan kesempatan apa pun untuk berkontribusi dalam karya yang diharapkan dapat menjadi manfaat panjang bagi keluarga, masyarakat bangsa, negara hingga dunia.  \"Kesadaran akan ketidakpastian, menyiapkan jiwa kita menghadapi kejutan-kejutan kehidupan.\" (Ani Khairani) 41



PEMBELAJARAN JARAK JAUH EFEKTIF DAN ANTIBOSAN Oleh: Ida Dewa Ayu Istri Ngurah, S.T., M.Sc. National Project Manager untuk program pengurangan Risiko Bencana dan Spesialis Teknis Pendidikan di Masa Darurat di Plan Indonesia Pendahuluan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) din- yatakan sebagai bencana nasional oleh pemerintah Indone- sia sejak April 2020 melalui Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai bencana nasional. Dalam situasi darurat bencana nasional, berbagai penyesuaian tata laksana kehidupan lan- tas perlu dilakukan, termasuk di sektor pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menerbitkan beberapa Surat Edaran (SE) guna memastikan pencegahan penyebaran COVID-19 di sektor pendidikan. Tu- juannya untuk menjaga memastikan keselamatan dan kese- hatan semua warga satuan pendidikan, serta keberlanjutan pendidikan di situasi darurat bencana. Pada SE Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Co- 43

rona Virus Disease 2019 (COVID-19), dijelaskan perubahan yang dilakukan, antara lain berkaitan dengan Ujian Nasional (UN), pelaksanaan Belajar dari Rumah (BDR), kelulusan dan kenaikan kelas, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan penggunaan Bantuan Operasional (BOS). Kemdikbud juga mengeluarkan SE yang menegaskan prinsip-prinsip dari penyelenggaraan pembelajaran saat COVID-19. Prinsip dan Pendekatan Pelaksanaan BDR Di dalam SE Sesjen Kemdik- bud Nomor 15 Tahun 2020 ten- tang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam masa Darurat Penyebaran Corona Vi- rus Disease 2019 (COVID-19), disebutkan prinsip BDR yaitu. - Keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta didik, pendidik, kepala satuan pendidikan dan seluruh warga satuan pendidikan. - Kegiatan BDR dilaksanakan untuk memberikan pen- galaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tan- pa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum. - Materi pembelajaran bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan, konteks budaya, karakter dan jenis kekhususan peserta didik. 44


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook