Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Diktat TEO PB 2

Diktat TEO PB 2

Published by gulf201074, 2019-04-07 17:49:04

Description: Diktat TEO PB 2

Search

Read the Text Version

SILABUS KELOMPOK : MATA KULIAH KEILMUAN DAN KETRAMPILAN NOMOR : NAMA MATA KULIAH : TEOLOGI PERJANJIAN BARU II KODE : BOBOT : 2 sks SEMESTER : VII (tujuh) PRASYARAT : Tafsir PL 2 BANYAKNYA PERTEMUAN/ WAKTU : 14 X (2 X 50 MENIT) TIAP PERTEMUAN STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan teologi dalam PB, menhayati tema-tema teologi PB sebagaimana dijumpai dalam Suart - Surat dan kitab Penggembalaan dan merefleksikannya secara kontekstual. KOMPETENSI DASAR 1. Mampu menjelaskan dengan benar secara rinci Teologi PB II 2. Mampu mempelihatkan sikap kritis dalam mempelajari Bentuk teologi PB II 3. Mampu berinovasi dalam mempelajari tema-tema Teologi PB II 4. Mampu memperlihatkan kesadaran pentingnya mempelajari Teologi PB II 5. Mampu mendemonstrasikan penghayatan nilai-nilai tema-tema Teologi PB II 6. Mampu menunjukkan kebiasaan berperilaku sesuai nilai-nilai tema-tema Teologi PB II 7. Mampu mengumpulkan sumber belajar yang berkaitan dengan Teologi PB II URUTAN DAN RINCIAN MATERI 1.Teologi Perjanjian Baru Dan Masalahnya 2. Latar Belakang Yang Mempengaruhi Teologia Perjanjian Baru 3. Otentisitas Perjanjian Baru Bagi Teologi Perjanjian Baru 4. Metodologi Pendekatan Dari Teologi Perjanjian Baru 5. Beberapa Pemikir Teologi Perjanjian Baru 6. Garis Besar Kitab-kitab Perjanjian Baru 7. Teologi Masing-Masing Kitab 8. Pembahasan Teologi Kisah Para Rasul 9. Pembahasan Teologi Yakobus 1

10. Pembahasan Teologi Ibrani 11. Pembahasan Teologi Paulus 12. Pembahasan Teologi Petrus 13. Pembahasan Teologia Yudas 14. Pembahasan Teologi Yohanes INDIKATOR HASIL BELAJAR 1. Mahasiswa mampu memiliki pemahaman yang benar dan komprehensif akan Teologi yang muncul dalam konteks Perjanjian Baru. 2. Mahasiswa mampu menghadirkan apa yang dipahami tersebut dalam bentuk pelayanan aktual sesuai dengan konteks pelayanan masing-masing. 3. Mahasiswa mampu mengalami pertumbuhan dalam keyakinan yang benar sehingga mampu berelasi secara pribadi dengan apa yang ia terima sebagai kebenaran. STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PENDEKATAN : Kontekstual partisipatoris PENGALAMAN : 1. Mahasiswamendengar kuliah Dosen BELAJAR 2. Mahasiswa berdiskusi 3. Mahasiswa mengeksplorasi 4. Mahasiswa memaknai nilai-nilai 5. Mahasiswa mempresentasikan 6. Mahasiswa melakukan kajian pustaka METODA : Ceramah, eksplorasi, diskusi, presentasi, melakukan tugas mandiri, studi perbandingan, kajian pustaka. TUGAS : 1. Membuat makalah 2. Membuat sketsa 3. Mengoleksi sumber belajar 4. Membuat kajian pustaka 5. Melakukan presentasi STANDAR : 1. Tinjauan Buku : 20% 2

PENILAIAN 2. Makalah : 20% 3. Presentasi : 20% TEKNIK 4. Tugas mandiri : 20% BENTUK SOAL 5. UAS : 20% MEDIA : TERTULIS : Tes Tertulis, Tes Sikap, Porto Folio, proyek, unjuk kerja : Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis / White board, Daftar Kepustakaan 1. Moris, Leon. Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1996. 2. Avis, Paul. Ambang Pintu Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998. 3. Bruce, F.F. Dokumen-dokumen Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. 4. Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru, vol 1-3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999. 5. Baker, David L. Satu Alkitab Dua Perjanjian: suatu Study tentang Hubungan Teologis antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. 6. Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1996. 7. Packer, J.I., dan yang lainnya. Dunia Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1995. 3

PENDAHULUAN Beberapa pertanyaan penting telah menjadi diskusi panjang dalam telaah Teologi Perjanjian Baru. Intinya adalah sungguh-sungguhkah ia layak dipercayai? Tentu saja bukan hanya dalam konteks penyataan atau penyingkapan diri Allah, tetapi juga dalam konteks berlangsungnya peristiwa baik narasi, nubuatan, rangkaian peristiwa serta nilai otentisitasnya . Sejarah yang berproses telah menjadi alat bukti dengan sendirinya bahwa ia dapat dipercayai. Bahkan dengan munculnya temuan-temuan mengenai gulungan-gulungan kitab di sekitar daerah laut mati dan serta cerita friksi yang dibuat oleh kelompok liberal justru semakin mempertegas nilai unggul dapat dipercayainya keseluruhan kitab Perjanjian Baru (tentunya membawa dampak yang sama pada Perjanjian Lama). Namun apakah sebenarnya makna Perjanjian Baru? Penelusuran terhadapnya dimulai dari latar belakang munculnya suatu ―Perjanjian baru‖. Istilah Perjanjian Baru sendiri muncul hanya 6 kali dalam Alkitab, masing- masing: Yer. 31:31; Luk. 22:20; I Kor. 11:25; II Kor. 3:6; Ibr. 8:8; 12:24. Mula pertama digunakan dalam konteks janji nubuatan dan pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya. Sebagai sebuah bentuk perjanjian yang dinyatakan bukan lagi dalam tanda-tanda atau simbol-simbol lahiriah melainkan suatu hubungan baru antara Allah dan umat. Bentuk baru ini berakibat pada pembaharuan perjanjian yang gagal terpelihara oleh umat. Kesadaran yang muncul dalam diri umat dipengaruhi oleh tekanan-tekanan yang mereka alami terutama pada masa-masa pembuangan dan pengasingan. Latar Belakang yang mempengaruhi Teologia Perjanjian Baru (1). Allah menghadirkan gereja ditengah-tengah situasi yang (selalu) tidak kondusif: (2). Perkembangan Hermeneutik yang menjadi (lebih) tidak kondusif: 4

(3). Teologi yang terus menerus mengalami pergeseran makna Beberapa Pemikir Teologi Perjanjian Baru Teologi Perjanjian Baru mulai diminati sekitar dua abad terakhir ini. Sebelumnya teologi yang diminati adalah dogmatik, formulasi doktrin dari gereja dan sistematika, yang seringkali merupakan hasil spekulasi filosofis. Dalam suatu ceramah pada tahun 1787, J.P. Gabler mengimbangi dan menyerang metodologi teologi dogmatik, dengan mengkritik pendekatan filosofisnya. Pendekatan rasionalistik dipakai untuk mengerti Perjanjian Baru. Alkitab dipandang sebagai buku hasil karya manusia, baik dalam proses penulisannya dan apa yang ditekankan oleh masing-masingpenulis. Pada dasarnya mereka menolak inspirasi Alkitab dan memandang Perjanjian Baru sebagai karya literature yang tidak berbeda dengan karya literature lainnya, oleh sebab itu pendekatan yang mereka lakukan untuk studi Perjanjian Baru adalah sudut pandang kritikal. Hasilnya adalah keragaman opini. Sebagian melihat adanya pertentangan antara penulis yang satu dengan yang lain dalam Perjanjian Baru, baik dari segi sejarah, latar belakang, sintesa atau kehidupan Kristus yang dibumbui oleh para penulisnya. Namun demikian, kalangan konservatif, dalam mempelajari Perjanjian Baru, biasanya memakai pendekatan dengan cara menyusun suatu materi sesuai dengan pembagian teologi sistematik atau memakai pendekatan teologis dari para penulis Perjanjian Baru. Pelopor mula-mula dalam studi teologi Perjanjian Baru adalah F.C. Baur dari Tubingen (1792-1860) ia adalah pemimpin dari kaum rasionalis. Ia menerapkan filsafat Hegel, yaitu tesis-antitesis-sintesis pada tulisan-tulisan Perjanjian Baru. Jadi baur menemukan pertentangan antara penekanan Yahudi dari tulisan Petrus dan penekanan non-Yahudi dariTulisanPaulus. H.J. Holtzman (1832-1910) melanjutkan pemikiran itu, dimana ia menyangkal ide 5

apapun yang berkaitan dengan inspirasi dan menyodorkan teologi konflik dalam PerjanjianBaru. Wilhelm Wrede (1859-1906) memberi pengaruh yang cukup besar pada teologi Perjanjian Baru dengan memberi penekanan pada pendekatan sejarah agama. Ia menolak Perjanjian Baru sebagai satu dokumen teologi; tetapi berpendapat bahwa Perjanjian Baru harus dilihat sebagai suatu sejarah dari abad pertama. Teologi seharusnya tidak boleh dipertimbangkan sebagai istilah yang tepat; agama merupakan istilah yang lebih baik untuk mengidentifikasikan tulisan-tulisan Perjanjian Baru karena mengekspresikan ―kepercayaan, pengharapan, dan kecintaan‖ para penulis daripada hanya merupakan ―suatu catatan refleksi teologis yang abstrak.‖ Rudolf Bultman (1884-1976) menekankan pendekatan kritik bentuk pada Perjanjian Baru dan berusaha mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu. Bultman mengajarkan bahwa Perjanjian Baru telah dicampuri oleh opini-opini dan penafsiran ulang dari para penulis. Tugas sekarang adalah melakukan ―demitologisasi‖ dari Perjanjian Baru, yaitu untuk melucuti pengaruh pemikiran penulis Perjanjian Baru dan mencari kata-kata sebenarnya yang diucapkan oleh Yesus. Bultman tidak melihat adanya koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus iman. Oscar Cullman (1902) menekankan tindakan Allah dalam sejarah dalam mencapai keselamatan manusia. Hal ini diberi istilah Heilsgeschichte atau ―sejarah keselamatan.‖ Culman banyak menolak gambaran radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia mengikuti eksegesis Perjanjian Baru dengan penekanan pada Kristologi Perjanjian Baru. GARIS BESAR KITAB PERJANJIAN BARU Garis besar kitab-kitab dalam Perjanjian Baru :  Menurut waktu penulisan  Menurut penamaan  Menurut klasifikasi doktrinal  Menurut keunikan masing-masing kitab Garis besar Teologi dalam Perjanjian Baru: Sudut pandang teologi Dalam hal sudut pandang teologi, terbagi atas 2 kelompok besar yaitu: Kelompok Liberal dan neo Orthodoks 6

Kelompok Liberal menempatkan Perjanjian baru sebagai literature biasa sehingga saat dilakukan study terhadapnya harus melepaskannya dari otoritas ilahi hingga sangat memungkinkan untuk dikritisi, alhasil Perjanjian baru ditolak sebagai wahyu Allah. Lima ciri khas dari kelompok ini adalah:  Menekankan konflik antar penulis.  Menekankan bahwa Perjanjian Baru hanya terbatas pada nilai sejarah penyelamatan.  Menekankan Perjanjian baru sebagai sintesis dari agama-agam purbakala.  Menekankan Perjanjian baru sebagai berita pengalaman pribadi orang berimana dalam konteks ia ditulis.  Menekankan Perjanjian baru sebagai bagian kisah-kisah emosional tentang Yesus. Kelompok Injili/Konservatif/Orthodoks Kelompok ini percaya bahwa Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) diwahyukan Allah, sehingga kalaupun dilakukan penelitian data-data empiris tetap dengan ketaatan dan percaya bahwa penulis dikuasai seluruhnya oleh Allah dan Allah bersedia menggunakan seluruh kemampuan penulis, sehingga keharmonisan dan kesatuan isi seluruh kitab tetap terpelihara. Teologi Kisah Para Rasul Pendahuluan Kisah Para Rasul bukanlah suatu unit tersendiri karena jelas bahwa ia ditulis sebagai kelanjutan dari Injil Lukas, dimana penulis berbicara tentang ―bukunya yang pertama‖ (Kis. 1:1) dan menujukan tulisannya pada Teofilus. Ikthisar dari buku yang pertama, seperti yang termuat dalam Kisah Para Rasul 1:1-2, sangat sesuai dengan isi Injil Lukas dan cerita dimulai tepat pada titik dimana Injil Lukas berakhir. Kisah Para Rasul disusun secara logis diseputar ikhtisar perkembangan geografi seperti yang dinyatakan dalam 1:8: ―Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem, diseluruh Yudea, dan Samaria, dan sampai keujung bumi‖. Bagian pertama setelah pembukaan menceritakan awal perkembangan di Yerusalem. Bagian yang kedua, menguraikan 7

secara singkat pelayanan di Samaria, daerah pesisir dan Kaisera. Ikhtisar Kisah Para Rasul juga dapat dibuat berdasarkan catatan perkembangannya dalam 2:47; 5:14; 6:7; 9:31; 12:24; 16:5; dan 19:20 tercatat pertumbuhan jumlah serta peningkatan mutu kehidupan rohani umat Kristen, yang menunjukkan bahwa Kisah Para Rasul menaruh perhatian pada perkembangan yang progresif dari Kekristenan. Ikhtisar Kisah Para Rasul dapat pula dibuat berdasarkan pribadi-pribadi yang dimunculkan didalamnya. Pasal 1 sampai 5 dipusatkan pada Petrus; pasal 6 dan 7, pada Stefanus; pasal 8 hingga 12 memperkenalkan beberapa pribadi, yang paling menonjol diantaranya adalah Barnabas, Filipus, dan Saulus dari Tarsus; dan pasal 13 sampai selesai Paulus adalah tokoh yang paling dominan. Suatu perbandingan antara Petrus dan Paulus dapat dilihat dari pelbagai sudut: keduanya adalah pemimpin, yang satu dikalangan Yahudi, yang lain dikalangan orang bukan Yahudi. Kebenaran Kisah Para Rasul sudah sering dipertanyakan, namun belum pernah berhasil dipatahkan. Banyak kesulitan yang ditemui dalam menyelaraskan urutan waktunya dengan surat-surat kiriman, dan tidak semua penyebutan sejarah didalam Kisah Para Rasul dapat dipastikan karena seringkali data yang dibutuhkan tidak ada. Jalur cerita utama didalam Kisah Para Rasul menyangkut misi pemberitaan Injil ke utara melalui Antiokhia ke Asia kecil dan dari sana ke Makedonia, akhirnya ke Roma. Ada dua alasan yang mungkin mendasari keterbatasan cerita ini. Yang pertama, penulis sendiri sangat memahami dampak penyebarluasan agama Kristen dan dengan demikian dapat memanfaatkannya dengan lebih berhasil-guna sebagai sarana untuk menjelaskan tema utamanya. Yang kedua, tujuan utama penulis adalah untuk mengajar pembacanya tentang kepastian Injil. Kelangsungan Injil sejak dinyatakan oleh Yesus kepada murid- murid-Nya hingga saat ia menulis kitab harus ditujukan dengan jelas, karena Paulus adalah pemimpin dari misi kepada orang bukan Yahudi. Ia patut mendapatkan perhatian utama dan penjelasan tentang peralihan bangsa Yahudi kepada bangsa-bangsa lain, dari hukum Taurat menjadi karunia, dan dari Palestina kedunia luar tidak harus didukung oleh suatu pengamatan yang menyeluruh terhadap semua kejadian yang berlangsung dalam rangka pertumbuhan misi gereja Kristus. Pembahasan Teologi Kisah Para Rasul 8

Doktrin Allah. Kedaulatan Allah. Lukas menjelaskan kematian Kristus sebagai hasil dari ketetapan Allah dan kemahatahuan Allah (Kis. 2:23). Ketetapan Allah berarti ―kehendak-Nya telah ditetapkan sebelumnya dan tidak fleksibel. Kedua frasa itu menekankan keteguhan dan ketidakbisaan diganggu gugatnya ketetapan itu.‖ Kedaulatan Allah juga dilihat dalam pemilihan (Kis. 13:48). Ketepatan jumlah dari orang-orang pilihan untuk hidup yang kekal. Eksistensi Allah dan anugrah umum. Di Listra, Paulus mendeklarasikan ―Allah yang hidup‖ kepada para pendengarnya, mengingatkan mereka bahwa Ia adalah adalah pencipta. (Kis. 14:15-18). Juga kepada orang Atena bahwa Allah telah memberi mereka kehidupan (Kis. 17:22-31). Doktrin Kristus Penekanan Lukas sehubungan dengan Kristus di Kisah Para Rasul ada beberapa segi: penyaliban dan kematian-Nya, serta kebangkitan-Nya. Penyaliban dan kematian Kristus. Banyak pernyataan berkaitan dengan kematian Kristus merefleksikan tuduhan para rasul pada orang Yahudi dan penyaliban Kristus. Kristus telah dipaku di atas kayu salib oleh orang fasik (2:23); Kristus telah dipermalukan sampai mati, dengan penyaliban. Ia yang benar telah dibunuh. (&:52). Kebangkitan Kristus. Beberapa tema berkaitan dengan kebangkitan ditekankan: Kebangkitan Kristus telah dinubuatkan di Mazmur 16:8-11 dan digenapi di Mazmur 2:7 (Kis. 2:22-32; 13:33-37) Kebangkitan Kristus diproklamasikan dengan kuasa yang besar (Kis. 4:2, 10, 33) Allah tidak hanya membangkitkan Kristus tetapi juga meninggikan Dia pada posisi yang berotoritas (Kis. 5:31) Kebangkitan Kristus juga dihadiri oleh para saksi (Kis. 10:40-41) Kebangkitan Kristus menandai penghakiman masa yang akan datang (17:31) 9

Kebangkitan Kristus diproklamasikan pada orang Yahudi dan non- Yahudi untuk penggenapan dan nubuat itu (Kis. 26:23) Kembalinya Kristus. Pada saat kenaikan Kristus, para malaikat berjanji bahwa Kristus akan datang kembali dengan cara yang sama (Kis. 1:9-11). Petrus mengumumkan zaman millennial pada waktu ia berbicara tentang ―periode restorasi dari segala sesuatu‖ (Kis.3:21). Doktrin Roh Kudus Keilahian-Nya. Kis. 5:3-5 mencatat pernyataan utama berkaitan dengan keilahian Roh Kudus. Pekerjaan-Nya. Melalui karyanya dalam pembaptisan orang percaya, Roh Kudus mendirikan gereja (1;5; 11:15-16). Roh Kudus aktif memenuhi orang percaya untuk bersaksi (1:8; 2:4; 4:31). Roh Kudus memimpin dalam pelayanan (8:26-30; 10:19; 20:23; 21:4,11). Doktrin Keselamatan. Keselamatan melalui beriman kepada Kristus (10:43) Percaya mencakup pertobatan (20:21) Keselamatan adalah melalui anugrah Allah (Kis. 16:14; 18:27). Keselamatan terlepas dari jasa bentuk apapun (Kis. 15). Doktrin Gereja. Sebagaimana yang diharapkan, Kisah Para Rasul memberikan cukup banyak materi tentang doktrin gereja karena kitab ini merupakan catatan tentang lahir dan tumbuhnya gereja. Formasi gereja. Gereja dibentuk melalui baptisan dari karya Roh Kudus. Organisasi gereja. Para rasul merupakan fondasi gereja (Kis. 2:42), tetapi para penatua dipilih untuk memimpin gereja-gereja lokal (Kis. 14:23; 15:4). Penatua adalah pluralitas gereja. Diaken juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul 6 Fungsi-fungsi di gereja. Kisah Para Rasul memberikan pandangan yang bernilai berkaitan dengan gereja: 10

Petunjuk adalah penting di gereja mula-mula (Kis. 2:24; 4:2 dst), yang melibatkan pengajaran dari kebenaran proporsional dan doktrin-doktrin. Persekutuan yang melibatkan hal-hal materi (4:32-35; 6:1-3; 16:15, 34), perjamuan Tuhan, penderitaan. Ibadah direfleksikan dalam penghormatan orang percaya kepada Tuhan (4:23-31) Pelayanan yang paling dilibatkan adalah penginjilan. Teologi Yakobus Tujuan Teologis: Orang percaya Ibrani menghadapi pengadilan-pengadilan, penganiayaan-penganiayaan dari orang Yahudi yang tidak percaya. Oleh karena orang percaya tidak mengetahui bagaimana mengerti atau menghadapi penganiayaan, maka Yakobus menulis untuk memberikan pandangan kepada mereka. Tujuannya adalah memberikan pengoreksian pada semangat kedagingan yang ada, memperlihatkan iman sebagai penawar masalah tersebut. Tema Surat Yakobus: ―Semakin dewasa didalam Kristus‖. Karakteristik Surat Yakobus: Lebih dari 100 kali menunjuk kepada kitab Perjanjian Lama. Banyak referensi untuk karakteristik Perjanjian Lama. Ia menekankan manusia sempurna adalah yang tidak berdosa dengan mulutnya Pembahasan Teologia Yakobus Doktrin Kitab Suci. Sehubungan dengan kitab suci maka ada beberapa poin yang dapat dilihat dalam kitab Yakobus. Ada penekanan yang kuat atas Perjanjian Lama di kitab Yakobus. Dalam lima pasal Yakobus menunjuk pada penjelasan kedua puluh kitab Perjanjian Lama. Ada penekanan pada pengajaran Yesus. Yakobus berisi lima belas kiasan dari khotbah di Bukit (Mat. 5:22; 3:12; Mat. 7:16; 4:11; 7:1) 11

Ada penekanan atas otoritas kitab suci Ada penekanan atas karya Kitab Suci Doktrin Allah Pandangan Yakobus tentang Allah merefleksikan konsep dari relasi bersyarat antara orang Israel dengan Allah di bawah hukum Musa: ketaatan membawa berkat, ketidaktaatan membawa hukuman (Ul.28). Jadi Yakobus menyajikan orang berdosa sebagai musuh Allah; pertemanan dengan dunia akan membuat seseorang menjadi musuh Allah (4:4-5) Doktrin Manusia dan Dosa Yakobus menghubungkan doktrin dan aplikasi pada waktu ia menasehati pendengarnya untuk mengontrol lidah, karena lidah manusia digunakan untuk melawan sesama manusia yang diciptakan menurut Allah. Meskipun manusia dibuat berdasarkan gambar Allah tetapi karena kejatuhan manusia ia menjadi berdosa, memiliki nature dosa seperti yang dijelaskan Yakobus sebagai hawa nafsu (1:14). Hawa nafsu inilah yang merupakan respon dari dalam ke luar sebagai keinginan dan menghasilkan dosa (1:15). Pembahasan Yakobus dalam isu ini penting, karena ia memberikan pengertian yang lebih jelas tentang bagaimana dosa itu terjadi dibandingkan dengan bagian lain kitab suci. Yakobus menunjuk pada dosa (Yunani; hamartia,‖meleset dari sasaran‖) enam kali, dosa berasal dari hawa nafsu yang ada di dalam diri manusia (1:15); akibat dosa adalah dalam hal rohani dan kematian yang kekal (1:15); dosa memperlihatkan kasih yang pilih-pilih dan tidak mengasihi (2:8-9); dosa gagal untuk berbuat baik (4:17); dosa dapat diampuni (5:15, 20). Yakobus juga menyebut dosa (Yunani: parabates) sebagai suatu pelanggaran pada standar Allah (2:9,11). Doktrin Keselamatan Yakobus berbicara banyak tentang iman. Iman adalah cara manusia untuk dapat mendekati Allah (1:6; 5:15); iman harus dalam Yesus (2:1); dan perbuatan manusia akan mendemostrasikan realitas dari iman (2:18). Perbedaan antara Paulus dan Yakobus adalah bukan iman versus perbuatan, melainkan perbedaan dari relasi. Yakobus menekankan perbuatan dari orang percaya dalam relasi dengan iman dan Paulus perbuatan Kristus dalam relasi dengan iman. 12

Teologi Ibran Pembahasan Teologi Ibrani Doktrin Allah Penulis Ibrani menekankan baik Pribadi dari Allah yang mulia dan cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Pribadi-Nya: Penulis menggambarkan Bapa sebagai yang ditinggikan di surga, bertakhta di tempat yang tinggi (1:3). Frasa itu adalah suatu sebutan bagi Allah yang dinyatakam di Mazmur 110:1. Gambaran yang sama ditulis di 8:1 dimana istilah ―yang mulia‖ kembali digunakan. Karena kitab ini ditulis bagi orang Yahudi, tidak diragukan hal itu menunjuk pada ―kemuliaan yang bertakhta di Kursi Kemurahan di Tempat Yang Maha Kudus.‖ Penulis juga membahas bagaimana menghampiri Allah dengan menunjuk pada Takhta- Nya. Orang percaya Yahudi diingatkan bahwa Allah mereka adalah Allah yang hidup, berbeda dengan ilah-ilah yang mati. Penulis mendorong mereka untuk tidak kembali ke sistem yang mati tetapi melayani Allah yang hidup. (Ibr. 9:14; 10:31; 12:22). Penggunaan api sebagai figure Allah melambangkan penghakiman Allan (12:19). Hal ini berhubungan dengan tema Ibrani dalam memperingatkan mereka untuk tidak meninggalkan Allah yang hidup. Kitab ini ditutup dengan menyebut Allah sebagai damai (13:20). Ia dapat memberikan damai kepada orang Yahudi di tengah penganiayaan. Wahyu-Nya Pernyataan tentang wahyu Allah adalah melalui Putra-Nya (1:1-2). Di Perjanjian Lama, Allah berbicara setahap demi setahap dan dengan berbagai cara, tetapi klimaks dari wahyu-Nya adalah dalam Pribadi Putra-Nya. Sebagai saksi dari wahyu di dalam Kristus, Allah mempertunjukkan mujizat-mujizat melalui tangan-tangan para saksi-Nya, para rasul, yang menyaksikan keselamatan akbar di dalam Kristus (2:4). Kebesaran anugrah Allah terlihat, karena melaluinya, Kristus mati bagi semua orang. 13

Doktrin Kristus Kristologi terlihat jelas merupakan tema utama Ibrani. Dalam perkembangan kitab ini, penulis memperlihatkan superioritas Kristus terhadap nabi (1:1-3), malaikat (1:4-2:18), Musa (3:1-4:13), dan Harun (4:14-10:39). Penekanan Kristologis adalah penting pada saat mempertimbangkan siapa pembacanya. Dan penulis Ibrani memperlihatkan berbagai segi dari Kristus untuk mendemontrasikan keunggulan-Nya. Sebutan Kristus (Yang Diurapi) digunakan di seluruh surat-surat (3:6,14; 5:5; 6:1; 9:11, 11, 14, 24, 28; 11:26). Hal itu merupakan suatu peringatan bahwa Yang Diurapi, Mesias sebagai seorang Raja, telah datang. Nama kemanusiaan-Nya, Yesus, menekankan bahwa dalam kemanusiaan-Nya sebagai imam besar manusia, ia telah mencapai apa yang tidak dapat dilakukan oleh imam besar Lewi. Istilah Putra digunakan untuk menekankan relasi yang lebih besar yang dimiliki Yesus dengan Bapa (1:2,5,8: 3:6; 5:5, 8;7:28). Kristus juga ditunjuk sebagai Imam Besar yang permanen, yang telah menjadi korban pendamaian bagi dosa (2:17) Keilahian. Keilahian Yesus diteguhkan melalui nama yang diberikan kepada-Nya. (1:8- 10). Melalui nature intrinsic-Nya dan keberadaan-Nya sebagai ―cahaya dari kemulian- Nya.‖ Juga melalui karya-Nya. Ia merupakan pencipta masa, penerima dari segala yang ada (1:2) dan pemelihara. Manusia tak berdosa. Penulis Ibrani menekankan kesejatian, ketidakbercelaan dari kemanusiaan Yesus, sehingga Ia dapat menjadi korban yang sempurna bagi dosa. Keimaman. Kristus adalah paling tinggi karena Ia adalah imam menurut aturan Melkisedek, tidak menurut keimaman Harun. Keimaman Kristus yang menurut Melkisedek adalah superior. Doktrin Roh Kudus Meskipun doktrin Roh Kudus tidak dibahas secara panjang lebar, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kitab Ibrani: Tanda karunia diperlihatkan melalui kedaulatan kehendak Roh Kudus (2:4) Roh Kudus merupakan penulis dari kitab suci (3:7; 9:8; 10:5) Keselamatan menjadikan seseorang mendapatkan bagian dalam Roh Kudus (6:4) Menolak keselamatan melalui Kristus adalah melawan Roh Kudus (10:29). 14

Doktrin Dosa Doktrin dosa dalam Ibrani merupakan hal yang paling fundamental, karena tema Ibrani adalah peringatan bagi orang Ibrani Kristen untuk tidak berbalik kembali kepada Yudaisme. Oleh karena itu berarti berdosa kepada Kristus. Doktrin Keselamatan Dalam mengkontraskan Kristus dengan malaikat, penulis menjelaskan bahwa fungsi dari malaikat adalah untuk menjadi penolong bagi mereka yang telah mewarisi keselamatan. Ibrani juga menegaskan bahwa Keselamtan Kristus merupakan puncak dari semua. Implikasinya Kristus menjadi jauh lebih utama dari persembahan korban Perjanjian Lama. Superioritas Kristus dalam keselamatan terlihat dalam Ia mengalami kematian bagi semua orang (2:9), dan melalui kematian-Nya Ia membawa ―banyak anak-anak pada kemuliaan‖ (2:10). Fakta bahwa keselamatan dari Yesus dapat membawa banyak anak pada kemuliaan menekankan finalitas dan jaminan hal itu. Penulis kemudian menekankan ketaatan dan ketundukan penuh dari Kristus pada kehendak Bapa; melalui ketaatan yang sempurna Kristus telah menjadi sumber keselamatan yang kekal (5:9). Orang percaya Ibrani butuh untuk mengetahui kebenaran-kebenaran yang signifikan ini, tetapi mereka bodoh dan perlu diajar doktrin-doktrin dasar iman. Teologi Paulus Dalam Surat – Surat Lainnya Latar Belakang dan Pendidikan Paulus lahir sekitar 3 AD dari keluarga terpandang. Ia berkewarganegaraan Romawi (Kis. 22:28) dan berdomisili di kota Tarsus. Paulus dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang ketat, disunat pada hari kedelapan, dan dari suku Benyamin (Flp.3:5). Paulus kemudian dilatih di Yerusalem di bawah Gamaliel, seorang Farisi dan anggota terhormat dari Sanhedrin (Kis.5:34). Gamaliel adalah satu-satunya dari tujuh sarjana dalam sejarah bangsanya yang menerima sebutan ―Raban‖ (tuan kami). Gamaliel adalah cucu Hillel, pendiri sekolah penafsiran yang memakai namanya. Paulus sendiri menjadi Farisi, pengikut ketat pada hukum tradisi Yahudi. Oleh karena ketaatan yang ketat pada Yudaisme dan tradisi penatua menyebabkan dia menganiaya gereja. Garis Besar Perjalanan dan Pelayanan Setelah pertobatannya pada akhir tahun 33 atau awal 34 AD, Paulus menghabiskan 15

beberapa bulan di Damaskus (Kis.9:23; Gal.1:17); pada waktu lawannya berusaha untuk membunuhnya ia berusaha kembali ke Yerusalem (Kis.9:26). Tidak lama setelah itu, ia pergi ke kampung halamanya di Tarsus (Kis.9:30). Ia menghabiskan 3 tahun di Arabia, bisa jadi dalam suatu bentuk pelayanan yang ia mulai langsung setelah pertobatannya. Setelah itu ia kembali ke Yerusalem (kis.11:30; 12:25; Gal.2:1-21). Disitulah gereja mengkhususkan Paulus dan Barnabas untuk melakukan perjalanan misi yang pertama. Selama perjalanan itu mereka mengabarkan Injil di Asia Kecil dan pulau Siprus. Pada waktu orang Yahudi menolak Injil, di Asia Kecil inilah Paulus memulai pelayanannya kepada orang non-Yahudi. Pola khas dari pelayanan Paulus adalah sebagai berikut: ‖diawali dengan pemberitaan kepada orang yahudi dan non-Yahudi pengikut Yudaisme, baik yang porselit sepenuhnya atau yang asosiasinya lebih bebas, kemudian setelah ditolak oleh para pendengar di sinagoge, maka dilanjutkan secara pelayanan secara langsung kepada orang non-Yahudi.‖ Sidang di Yerusalem terjadi pada tahun 49 AD (Kis.15) dan menyelesaikan suatu keputusan untuk isu yang penting, dimana keputusan itu memungkinkan Paulus dan yang lain untuk terus memberitakan Injil pada orang non-yahudi tanpa harus menyahudikan mereka; orang non-Yahudi tidak dituntut untuk disunat. Keputusan itu penting untuk menjaga kemurnian Injil dan memisahkan hukum dan anugrah. Perjalanan misi yang kedua (49-52 AD, Kis.15:36-18:22) dilakukan oleh Paulus dan Silas melintasi Asia Kecil, dimana mereka kembali mengunjungi gereja- gereja, dan kemudian melanjutkan ke Eropa (Kis.16:11 dst). Perjalanan misi ketiga (53- 57 AD; Kis.18:23-21:16) dilakukan Paulus ke Efesus, dimana ia menghabiskan waktu hampir 3 tahun, dan kemudian dilanjutkan ke Makedonia dan Akhaya. Ia di tahan di Yerusalem dalam perjalanan kembali dan di penjarakan di Kaisarea (58 AD; Kis.24:1- 26:32). Paulus mengajukan banding ke Kaisar dan ia menghabiskan waktu dua tahun di penjara. Paulus dibebaskan dari pemenjaraan pertama di Roma, kemudian dia melayani dari tahun 63-66, kemungkinan ia melakukan perjalanan ke Spanyol, dan kembali ditahan dan diekskusi di Roma pada tahun 67 AD (2Tim.4:6-8). Kronologi Kehidupan Paulus Tanggal: AD Peristiwa 3(?) Kelahiran Paulus 18-30 Pelatihan di Yerusalem 33/34 Pertobatan 34-36 Di Arab 16

46 Di Yerusalem 46-48 Perjalanan Misi yang Pertama: Asia Kecil 48-49 Sidang Yerusalem 49-52 Perjalanan Misi yang Kedua: Asia Kecil dan Eropa 53-57 Perjalanan Misi yang Ketiga: Asia Kecil dan Eropa 58-60 Pemenjaraan di Kaisarea 60-61 Perjalanan ke Roma 61-63 Pemenjaraan di Roma 63-66 Pelayanan sampai ke Spanyol 66-67 Pemenjaraan di Roma dan ekskusi Pembahasan Teologia Paulus Doktrin Allah Teologi Paulus merepresentasikan sebuah gambaran yang tinggi berkaitan dengan Allah. Paulus memgambarkan Allah sebagai yang berdaulat, dan yang menyatakan diri- Nya sendiri melalui anugrah di dalam Yesus Kristus (Rm. 1:16-17; 3:21; 1 Kor. 2:10; 2 Kor. 12:7). Di mana melalui anugrah itu, tujuan Allah dari sejak kekekalan telah dinyatakan dalam waktu pada saat sekarang. Allah telah menyatakan diri-Nya sendiri melalui penghakiman atas orang tidak percaya (Rm. 1:18; 2:5; 2 Tes.1:7). Murka (orge) mengekspresikan, ―kedalaman murka Allah terhadap dosa. Kemarahan ini berasal dari kekudusan dan kebenaran-Nya. Karena kekudusan-Nya, maka Allah tidak dapat mengabaikan dosa.‖ Pernyataan Diri Allah dalam berkat-Nya. Allah menyatakan Diri-Nya sendiri dalam berkat-berkat-Nya yang mulia kepada orang percaya (Rm. 8:18-19; 1 Kor. 1:7; 3:13; 4:5; 2 Kor.5:10). Kedaulatan. Konsep kedaulatan Allah mendominasi penulisan Paulus. Ia memberikan sejumlah istilah untuk menekankan konsep ini. Predestinasi (Yunani; proorizo) berarti ―menandai dengan batasan sebelumnya‖. Predestinasi digunakan 6 kali dalam PB, dan 5 kali muncul dalam tulisan Paulus. Kemahatahuan (Yunani; proginosko) berarti ―mengetahui sebelumnya, mengambil catatan dari, menetapkan atas dasar‖ (Rm.8:29; 11:2). Kemahatahuan ―menekankan 17

bukan hanya pengetahuan sebelumnya tetapi suatu relasi aktif antara yang mengetahu sebelumnya dengan yang diketahui sebelumnya‖ Pilihan (Yunani:ekklegomai) berarti ―dipanggil keluar‖ (Ef.1:4; 1 Tes.1:4). Berkat- berkat Efesus 1:3 disadari oleh orang percaya karena Allah memilih orang percaya dari sejak kekekalan (Ef. 1:4). Pilihan Allah menekankan pada Ia memilih orang percaya bagi Diri-Nya sendiri. Adopsi. (Yunani: huiothesia) berarti ―menjadikan anak‖ (Ef.1:5), kata ini menekankan upacara Romawi bagi seorang anak yang telah diadopsi kepada status dewasa dengan segala hak yang berkaitan dengan itu. Adopsi adalah hasil predestinasi Allah pada orang percaya sejak kekekalan. Dipanggil (Yunani; kletos) menunjuk pada panggilan Allah yang efektif untuk keselamatan (Rom.1:1,7;8:28). Ini merupakan panggilan Allah yang memampukan seseorang untuk percaya. Istilah ini berhubungan dengan pilihan yang tidak bersyarat (Allah memilih kita tanpa berdasarkan jasa kita). Tujuan (Yunani; Protithemi) berarti ―menempatkan sebelum‖ dan mengusulkan tujuan Allah dalam diri-Nya sendiri untuk meringkaskan semua dalam Kristus (Ef. 1:9-10). Kehendak (Yunani: boule) menunjuk pada hikmat kedaulatan Allah pada waktu Ia bertindak berdasarkan kedaulatan dalam hal menjamin keselamatan orang percaya, tetapi juga tentang pekerjaan Allah dalam segala sesuatu, yaitu di mana semua sejarah berjalan sesuai kehendak Allah yang berdaulat. Konklusi penting berkaitan dengan pengajaran Paulus tentang kedaulatan harus dicermati: Sumber utama dari predestinasi adalah kemutlakan kedaulatan Allah. Tujuan predestinasi adalah keselamtan, dan isunya adalah pelayanan. Predestinasi tidak mengesampingkan tanggung-jawab manusia. Doktrin Kristus Kemanusiaan. Paulus bukan hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang paling kuat tentang keilahian Kristus, ia juga menekankan isu tentang kemanusiaan Kristus. Krsitus dilahirkan dari seorang perempuan (Gal. 4:4). Ia memiliki kemanusiaan dari ibu duniawi-Nya dan memiliki keturunan fisik dari Daud (Rm. 1:3; 2 Tim.2:8). Kristus juga sama sekali tidak berdosa (2 Kor.5:21) 18

Keilahian Suatu teologia yang telah berkembang penuh tentang keilahian Kristus dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Paulus. Penekanan Paulus bahwa Kristus adalah ―dari surga‖ (1 Kor.15:47; 2 Kor.8:9) mengusulkan praeksistensi-Nya dan kekekalan-Nya. Paulus menyatakan bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9). Keilahian (Yunani: theotes) ―menekankan natur keilahian atau esensi…Ia dulu dan seterusnya adalah Allah yang mutlak dan sempurna‖. Kristus eksis dalam rupa Allah (Yunani: morphe) mengusulkan warisan karakter atau substansi esensial dari pribadi itu. Kristus dalam nature esensial eksis sebagai Allah. Ketuhanan Yesus disebut Tuhan adalah suatu studi yang penting karena sebutan Tuhan muncul paling sedikit 144 tambah 95 kali lagi dalam hubungan dengan nama Yesus Kristus. Tuhan menunjuk pada keilahian-Nya (Rm. 10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:9). Tuhan menunjuk pada kuasa (Flp. 2:9). Ketuhanan diberikan kepada Kristus ― yang sekarang setara dengan Allah dimanifestasikan secara khusus dalam fakta bahwa semua kuasa yang tidak kelihatan dari ciptaan tunduk kepada-Nya‖ Tuhan menunjuk pada kedaulatan (2 Kor.4:5; Rm.14:5-9) Tuhan menunjuk pada kerajaan Yesus dan pemerintahan-Nya (1 Tim. 6:15; 1 Kor.15:25). Doktrin Roh Kudus Teologi Paulus memberikan pembahasan yang panjang lebar, baik tentang Pribadi maupun karya Roh Kudus. Pribadinya. Atribut-atribut Pribadi Roh Kudus berikut ini dibahas dalam surat-surat Paulus. Intelektualitas. Roh Kudus menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1 Kor.2:10) dan kemudian mengajarkannya kepada orang percaya (1 Kor.2:13). Kehendak. Roh Kudus memiliki kehendak dimana di dalamnya Ia mendistribusikan pemberian-pemberian ―sesuai dengan kehendak-Nya‖ (1 Kor.12:11). Roh Kudus memberi bukan berdasarkan kehendak manusia, tetapi berdasarkan kehendak-Nya sendiri. Emosi. Roh Kudus dapat didukakan (Ef. 4:30) 19

Keilahian-Nya. Keilahian Roh Kudus terbukti dalam Ia menjadi pengantara seperti Kristus (Rm. 8:26-27,34) dan Ia mendiami orang percaya bersama dengan Bapa dan Putra (Rm. 8:9-11). Kuasanya. Tulisan Paulus juga meneguhkan banyak karya penting yang dilakukan Roh Kudus sebagai salah satu anggota penting Tritunggal. Ia meregenerasikan. Roh Kudus membawa hidup baru kepada orang percaya (Tit. 3:5). Ia membaptis. Roh Kudus mempersatukan orang percaya dengan Tuhan mereka dengan menempatkan mereka ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Ia mendiami. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya. Ia memeteraikan. Roh Kudus memberi tanda identitas Allah dan kepemilikan atas orang percaya; Ia adalah materai itu sendiri dan memverifikasi keselamatan mereka (Ef.1:13; 4:30). Ia Memberikan Karunia. Ia memenuhi. Roh Kudus mengontrol orang percaya pada waktu kondisi mereka dipenuhi (Ef. 5:18) Ia memberi kuasa. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup berdasarkan kuasa-Nya (Gal. 5:16). Doktrin Dosa Paulus menggunakan sejumlah kata-kata Yunani yang berbeda untuk menjelaskan nature dosa. Hamartia adalah kata umum yang digunakan untuk menjelaskan tindakan berdosa (Rm. 4:7; 11:27). Hamartia mengaitkan kematian Kristus dengan dosa manusia (1 Kor.15:3). Dalam bentuk jamak, kata itu menunjuk pada akumulasi dosa (Gal.1:4), sedangkan dalam bentuk tunggal kata itu menunjuk pada keadaan berdosa (Rm.3:9, 20; 5:20; 6:16, 23). Paraptoma menunjuk pada langkah yang salah, dikontraskan dengan yang benar (Rm. 4:25, Gal. 6:1; Ef. 2:1). Parabasis berarti melangkah keluar, suatu penyimpangan dari iman yang benar (Rm. 2:23; 4:15; Gal. 3:19). Anomia berarti tanpa hukum atau pelanggaran (2 Kor.6:14; 2 Tes. 2:3) Dosa adalah sebuah hutang, mengusulkan obligasi manusia dan ketidakmampuan manusia untuk membayar hutang itu (Ef. 1:7; Kol. 1:14). Hal itu merupakan bentuk penyimpangan dari jalan yang lurus. Dosa tanpa pengenalan akan hukum dan menjadi 20

pemberontakan (Rm. 11:30; Ef.2:2; 5:6; Kol. 3:6), yang menyangkut tindakan eksternal maupun internal. Doktrin Keselamatan Paulus memberikan beberapa tema-tema besar sampai pada pengembangan yang penuh. Doktrin Paulus tentang soteriologi berpusat pada anugrah Allah; Allah yang berinisiatif dalam menyelamatkan manusia berdasarkan anugrah-Nya semata-mata. Karya penebusan Kristus memuaskan keadilan Allah dan membebaskan manusia dari ikatan dosa dan menyatakan pembenaran yang legal bagi orang percaya. Pengampunan. Pada waktu Allah mengampuni pelanggaran-pelanggaran kita, Ia melakukannya berdasarkan anugrah (Kol. 2:13). Diampuni (Yunani; charizomai) berarti ―menganugrahkan berdasarkan kemurahan, memberikan dengan murah hati, mengampuni berdasarkan anugrah‖. Kata itu erat kaitannya dengan kata anugrah. Kata lain dari Paulus untuk pengampunan (Yunani: aphesis) memiliki suatu arti dasar ―membebaskan‖ atau ―menyuruh pergi‖ tetapi secara teologi berarti ―mengampuni‖ atau ―membatalkan suatu obligasi atau hukuman‖ (Ef. 1:7: Kol.1:14). Anugrah Allah mencapai puncaknya dalam teologi Paulus pada waktu ia meninggikan kemuliannya, dimana Allah dengan murah hati telah membatalkan hutang dosa yang tidak dapat dibayar oleh manusia. Penebusan. Kata penebusan (Yunani: apulotrosis) adalah istilah yang secara khusus dipakai oleh Paulus; kata ini digunakan 10 kali dalam Perjanjian Baru, tujuh diantaranya ada dalam tulisan Paulus. Penebusan berarti membebaskan dengan cara pembayaran dengan suatu harga tertentu. Pendamaian. Kata pendamaian muncul hanya empat kali dalam Perjanjian Baru. Kata ini (Yunani: hilasterion) berarti mengalihkan, memindahkan atau mendamaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Kristus sepenuhnya memenuhi dan memuaskan tuntutan dari kebenaran dan kekudusan Allah. Melalui penumpahan darah Kristus, kekudusan Allah telah dipuaskan dan murka Allah telah dialihkan. Justifikasi. 21

Justifikasi secara khusus merupakan istilah Paulus. Kata kerjanya digunakan empat puluh kali di Perjanjian Baru, tetapi Paulus menggunakan kata itu dua puluh sembilan kali. Justifikasi mertupakan tindakan legal, dimana Allah menyatakan bahwa orang berdosa yang percaya dibenarkan berdasarkan darah Kristus. Arti dasar dari justifikasi adalah ―mendeklarasikan benar‖. Beberapa hal lain dapat dipelajari tentang penggunaan justifikasi oleh Paulus: Justifikasi merupakan pemberian anugrah Allah (Rm. 3:24) hal itu dapat terjadi melaui iman (Rm. 5:1: Gal. 3:24) hal itu dimungkinkan melalui darah Kristus (Rm. 5:9) hal itu terpisah dari hukum Taurat (Rm. 3:20; Gal. 2:16; 3:11). Doktrin Gereja Kata gereja (Yunani: ekklesia) berari ―memanggil keluar dari suatu kelompok.‖ Kata ini seringkali digunakan dalam pengertian teknis bagi orang percaya yang Allah panggil keluar dari dunia dan menjadi suatu kelompok khusus dari miliknya. Namun demikian, kata itu sewaktu-waktu digunakan dalam pengertian non teknis untuk menunjuk, misalnya, suatu kelompok (diterjemahkan ―jemaat‖), seperti di Kisah Para Rasul 19:32. Gereja digunakan dalam dua cara utama di Perjanjian Baru. Gereja universal dan gereja lokal. Paulus menggunakan istilah ini menunjuk pada tubuh Kristus, maka yang dimaksud adalah pengertian universal. Gereja menunjuk pada gereja lokal, yang dimaksudkan adalah suatu jemaat orang percaya tertentu dalam suatu lokasi dan suatu waktu tertentu. Paulus menetapkan gereja sebagai suatu organisasi yang terdiri dari ―struktur kompleks tubuh Kristus yang menjalankan aktivitas sehari-hari, hal itu dijalankan oleh masing- masing orang percaya, yang memiliki fungsi masing-masing tetapi saling bergantung dan diatur melalui relasi mereka dengan Kristus, sebagai Kepala gereja‖ Gereja adalah organisme yang hidup, namun gereja juga adalah suatu organisasi, yang melibatkan jabatan-jabatan dan fungsi. Ada beberapa jabatan yang ditunjuk dalam Perjanjian Baru. Jabatan penatua (Yunani: presbuteros) yang menekankan kedewasaan dan kewibawaan dan biasanya menunjuk pada pribadi yang sudah lanjut usia. Penatua ditunjuk sebagai pemimpin gereja-gereja lokal (1 Tim. 5:17; Tit. 1:5). Istilah penilik (Yunani: episkopos) menunjuk pada pekerjaan pengembalaan yang dilakukan oleh penatua (1 Tim. 3:1). Istilah itu pada dasarnya memiliki arti yang sama, namun 22

demikian penatua lebih menekankan pada jabatan sedangkan penilik kepada fungsi. Dan kedua istilah identik dengan gembala. Jabatan lain di gereja adalah diaken (Yunani: diakonos), yang artinya‖pelayan‖, dimana mereka juga terlibat pelayanan rohani, yang berada di bawah otoritas penatua. Kemudian jabatan lain yang disinggung sedikit dalam surat Paulus adalah penginjil dan guru. Meskipun topik baptisan merupakan hal utama dalam Perjanjian Baru, namun hal itu bukan penekanan yang utama dalam teologi Paulus. Kata kerja baptizo digunakan sebanyak delapan puluh kali dalam Perjanjian Baru, tetapi Paulus hanya menggunakannya sebanyak enam belas kali dan hanya sebelas diantaranya menunjuk pada baptisan air. Sementara mengenai perjamuan, Paulus memberikan penjelasan yang rinci tentang Perjamuan Tuhan (1 Kor. 11:23-34), dimana dia secara langsung menerima wahyu dari Tuhan. Paulus menyatakan bahwa Perjamuan Tuhan sebagai suatau peringatan dan kutuk bagi orang yang melakukannya secara sembarangan (1 Kor.11:25). Doktrin Hal-Hal Terakhir Berkaitan dengan Gereja. Sejak Paulus menyediakan pengajaran baru yang signifikan tentang nature gereja, maka adalah tepat jika paulus memberikan pengajaran tentang konsumasi dari gereja, yaitu penjabaran tentang masa depan gereja. Paulus menunjuk pada penerjemahan gereja, dimana sebagian orang percaya yang masih hidup tidak akan mati, tetapi ditransformasikan lebih cepat dari sekejab mata (1 Kor. 15:51-57). Paulus juga menjelaskan tentang rapture, kebangkitan, tubuh kebangkitan, dan kursi pengadilan Kristus. Berkaitan dengan Israel Paulus membahas tentang pemilihan Israel di Roma 9-11, menangisi penolakan Israel terhadap Mesias. Israel telah menerima hak besar tetapi mereka telah menolaknya, oleh karena kedaulatan Allah dalam memilih Israel, Ia tidak akan gagal dalam tujuan-Nya bagi bangsa Itu. Fakta bahwa Allah tidak akan meninggalkan umatnya adalah terbukti dengan fakta bahwa ada sisa orang Yahudi yang percaya, dimana salah satunya adalah Paulus. Namun demikian, waktu Israel dibutakan adalah sementara. Paulus memperlihatkan masa depan pada waktu kebutaan Israel akan diangkat dan semua Israel akan diselamatkan (Rm. 11:1, 5). 23

Berkaitan dengan dunia Pada saat Paulus berbicara tentang pengharapan masa yang akan datang bagi gereja dan pertobatan Israel di masa yang akan datang, ia berbicara secara panjang lebar tentang penghakiman Allah di masa yang akan datang atas dunia yang tidak percaya. Paulus menggunakan istilah murka (Yunani: orge) untuk menjabarkan penghakiman Allah yang akan turun atas dunia. Ia menggunakan istilah ini sebanyak dua puluh satu kali di tulisannya dan lima belas kali dalam bagian lain Perjanjian Baru. Paulus sering menggunakan kata ini untuk menjabarkan suatu masa depan ―hari kemurkaan.‖ Ia juga mengidentifikasikan periode tersebut sebagai waktu dari manusia ―murtad‖ dan juga ―anak kehancuran‖, yang akan muncul dan meninggikan dirinya sendiri sebagai Allah, yaitu antikristus. Akan tetapi ia akan dihancurkan pada saat kedatangan Kristus. Teologi Petrus Pembahasan Teologia Petrus Teologi Petrus jelas sekali berpusat pada Kristus dan dalam penekanannya, ia membahas secara mendalam doktrin-doktrin penting yang berkaitan dengan Pribadi Kristus. Ia menyatakan ketidakberdosaan Kristus, korban perdamaian Kristus sebagai substitusi, kebangkitan-Nya dan kemulian-Nya. Petrus banyak sekali berbicara tentang penderitaan, Kristus yang direndahkan dan penolakan akan Kristus. Doktrin Kristologi. Suatu studi tentang penggunakan nama Kristus oleh Petrus merupakan hal yang mencerahkan. Dalam kotbahnya di Kisah Para Rasul, Petrus menunjuk Kristus sebagai Yesus dari Nazareth. Perkataan ini sangat mungkin untuk mengingatkan akan pendengarnya akan Yesus sebagai yang ditolak, karena istilah Nasareth memiliki konotasi yang negatif. Akan tetapi lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Yesus itu bukan manusia yang biasa akan tetapi Allah telah membuat-Nya menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36). Di Kisah Para Rasul 3:13-15 Petrus juga berbicara tentang kemuliaan Yesus yang dihubungkan dengan sebutan ―Hamba‖, ―Yang Kudus‖, ―Yang Benar‖ dan ‖Pemimpin kepada hidup.‖ Oleh karena itu bersamaan dengan itu, Petrus juga menyebutkan Yesus di 3:16, dan menekankan otoritas dan kuasa yang berkaitan dengan nama itu. 24

Dalam suratnya ini Petrus memilih menggunakan nama Kristus dan paling sering menggunakan sebuatan Mesias untuk menjabarkan penderitaan-Nya. Petrus menulis bahwa Kristus mencurahkan darah-Nya yang berharga (1 Pet.1:19), menderita sebagai substitusi (1 Pet.2:21), menderita dalam daging (1 Pet.4:1), menderita di depan banyak saksi (1 Pet.5:1), dan mati satu kali (penekanan) bagi semua (1 Pet.3:18). Berdasarkan hal-hal itu Petrus mendorong orang percaya untuk menguduskan Kristus dan meraih kemuliaan di dalam semuanya itu. Petrus juga menggunakan nama Tuhan Yesus Kristus. Ia menggunakannya bukan untuk menekankan penderitaan Kristus, tetapi kebangkitan, glorifikasi dan kedatangan Kristus untuk yang kedua kali. Melalui Tuhan Yesus Kristus, orang percaya yang dilahirbarukan memiliki pengharapan hidup yang baru. DoktrinKeselamatan Sebagaimana yang telah dicatat pada pembahasan sebelumnya, Petrus menekankan karya keselamatan Kristus: Ia adalah korban yang sempurna, seperti domba yang tak bercacat dan bercela (1 Pet.1:19); Ia tidak berdosa(1 Pet.1:22); Ia mati sebagai pengganti sekali untuk kita semua, yang tanpa salah bagi orang yang bersalah (1 Pet.3:18). Petrus menekankan tindakan, bahwa ia dibunuh untuk kita. Kata ganti menekankan bahwa Kristus mati bagi orang berdosa (1 Pet.2:24). Ia menebus mereka dari perbudakan dosa (1 Pet.1:18). Keselamatan Kristus direncanakan sejak kekekalan (1 Pet.1:20), tetapi dinyatakan dalam sejarah. Ia menyelesaikan keselamatam melalui kebangkitan-Nya, memberikan orang percaya suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Pet.1:3). Doktrin Kitab Suci Sehubungan dengan kitab suci, Petrus memberikan pandangan yang signifikan tentang pelayanan Roh Kudus dalam inspirasi sekaligus menegaskan inspirasi dalam tulisan rasul yang lain terutama Paulus. Ia memberikan salah satu studi yang lengkap tentang Kitab suci. Kitab suci adalah hasil dari Roh Kudus yang menghasilkan regenerasi dan pertumbuhan rohani. Berikut ini adalah hal yang perlu dicatat dari doktrin Kitab Suci yang ditulis oleh Petrus: Kitab suci diistilahkan sebagai ―nubuat‖ (2 Pet.1:19), menunjuk pada seluruh Perjanjian Lama. Petrus mengindikasikan Kitab Suci Perjanjian Lama menjadi pasti melalui pemunculan Yesus Kristus. 25

Kitab suci adalah hidup dan tidak berubah selama-lamanya (1 Pet.1:23). Kitab Suci tidak terkontaminasi dan menyehatkan, memampukan orang percaya untuk bertumbuh secara rohani (1 Pet. 2:2). Kitab Suci secara murni berasal dari manusia (2 Pet.10:20) Kitab Suci adalah produk dari manusia yang berbicara atas pimpinan Roh Kudus, sehingga menjamin keakuratan dari Kitab Suci (2 Pet.1:21). Kitab Suci Perjanjian Baru juga diinspirasikan setara dengan Kitab Suci Perjanjian Lama (2 Pet.3:16). Kitab Suci merupakan dasar kebenaran teologis (1 Pet.2:6). Doktrin Kehidupan Orang Kristen Petrus menulis untuk menguatkan orang percaya dan menjelaskan bagaimana orang percaya harus menyikapi penderitaan, khususnya pada waktu mereka harus mengalami penderitaan yang tidak sepatutnya (1 Pet.1:6). Petrus menulis kata-kata peringatan dan dorongan berkaitan dengan penderitaan: orang percaya harus mengantisipasi pencobaan dan penderitaan dan mempersiapkan pemikiran mereka untuk menghadapinya, karena Kristus juga telah menderita (1 Pet.1:11; 4:12; 5:9). Orang percaya harus bersukacita ditengah penderitaan karena antisipasi akan kedatangan kembali Kristus (1 Pet. 3:14; 4:13). Orang percaya dapat menderita karena ketidakadilan (1 Pet. 2:19, 20, 21, 23; 3:17). Orang percaya bisa menderita karena kehendak Allah (1 Pet. 3:17; 4:19), tetapi di tengah penderitaan, mereka akan dikuatkan oleh Dia (1 Pet. 5:10). Doktrin Gereja Meskipun kata gereja tidak muncul dalam tulisan Petrus, namun ia membahas doktrin gereja sampai tahap tertentu: Gereja universal. Petrus mengakui kesatuan dari orang Yahudi dan non-Yahudi dalam satu kesatuan tubuh (Kis.10:34-43). Pada saat deklarasi, Petrus mengumumkan bahwa orang non-Yahudi diterima oleh Allah tanpa harus menjadi orang Yahudi proselit (Kis.10:35). Gereja Lokal. Di 1 Petrus 5:1-4, Petrus menunjuk pada tanggungjawab penatua di 26

gereja lokal. Tanggungjawab mereka adalah menggembalakan domba Allah. Petrus juga menyebut baptisan, dengan menggunakan analogi antara baptisan dan Nuh. Sebagaimana air pada masa Nuh melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama, demikian juga baptisan melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama yang penuh dosa. Doktrin Akhir Zaman Sehubungan dengan akhir zaman, Petrus menuliskan beberapa hal tentang akhir zaman. Kondisi, di 2 Petrus, rasul Petrus menunjuk pada kondisi yang akan mendahului kedatangan Tuhan Kedatangan Kristus. Dalam kedua suratnya, Petrus kelihatannya membedakan antara pengangkatan gereja dan kedatangan Kristus yang keduakalinya untuk menghakimi orang fasik. Hidup yang kekal. Petrus menjabarkan kedatangan hari Tuhan yang tiba-tiba (2 Pet. 3:10). Hari Tuhan digunakan dalam beberapa cara di kitab Suci, tetapi sebagai istilah umum, hal itu memandang pada keseluruhan periode permulaan dengan pengangkatan dan berhentinya millennium. Jadi, Hari Tuhan meliputi penghakiman atas orang tidak percaya dan berkat bagi orang percaya. Teologia Yudas Pembahasan Teologi Yudas Doktrin Kristus. Dengan tema yang serupa dengan 2 Petrus, Yudas memperingatkan akan adanya guru- guru palsu yang menyangkali ―satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita‖ (ayat 4). Sebutan penguasaan dan Tuhan, keduanya menunjuk kepada Kristus. Ini merupakan pernyataan Kristologi yang besar. Penguasa (Yunani: despoten) berarti Kristus adalah penguasa yang absolut. Doktrin Keselamatan Yudas menujukan suratnya pada ―mereka yang dipanggil.‖ Dalam pernyataan ini Yudas menunjuk pada doktrin pemilihan. Kata ―dipanggil‖ adalah bagi mereka yang telah dipanggil secara efektual pada keselamatan berdasarkan anugrah Allah yang efektif. Anugrah Allah itulah yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Yudas lebih lanjut 27

menekankan sekuritas dari keselamatan dengan menegaskan bahwa Allah akan memampukan orang percaya untuk berdiri dihadapan kemuliaan hadirat-Nya (ay. 24). Doktrin Malaikat Yudas menunjuk pada malaikat yang ―meninggalkan tempat tinggal mereka yang sebenarnya‖, kemungkinan besar menunjuk pada kejatuhan Lucifer dari posisi yang tinggi, dimana ia menarik satu pasukan malaikat bersama dengan dia (Yes. 14:12-17; Yeh. 28:12-19). Kelihatannya sebagaian dari mereka yang jatuh telah diikat, sedangkan yang lain tetap bebas dan menjadi iblis. Teologi Yohanes Identitas Yohanes Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus, tadinya adalah seorang nelayan di Galilea (Mrk.1:19-20). Ia pasti memiliki usaha yang cukup menguntungkan sehingga ia mempekerjakan pelayan-pelayan dalam usaha nelayannya (Mrk.1:20). Ibunya Salome adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti ia adalah saudara sepupu Yesus (Yoh. 19:25; Mat. 27:56; Mrk. 15:40, 47). Ibunya adalah salah seorang yang mengikut Yesus dan memberi dukungan kepada Yesus (Luk. 8:3; Mat. 27:55-56; Mrk. 15:40-41). Yohanes tidak diragukan sebagai salah satu dari dua murid yang mengikuti Yesus pada awal pelayanan-Nya (Yoh. 1:35-37). Kira-kira setahun setelah itu, Yohanes disebut sebagai salah satu dari keduabelas rasul (Mat. 10:2). Yohanes bersama Petrus dan Yakobus adalah salah satu dari dekat Yesus yang menyaksikan transfigurasi (Mat. 17:1-8), kebangkitan anak perempuan Yairus (Mrk. 5:37-43), dan pada waktu Yesus bergumul di Getsemani (Mat. 26:37-38). Pada Perjamuan Terakhir, Yohanes, yang dikenal sebagai murid ―yang dikasihi Yesus‖ memiliki posisi khusus di samping Yesus (Yoh. 13:23). Yesus juga menyerahkan Maria pada pemeliharaan Yohanes (Yoh. 19:26- 27). Yohanes menyaksikan kebangkitan Yesus paling sedikit dua kali sebelum kenaikan, di ruang atas (Yoh. 20:19-20) dan di Galilea (Yoh. 21:2), dan paling sedikit tiga kali setelah kenaikan, yaitu sebagai Tuhan dari gereja (Why. 1:12-18), hakim orang berdosa (Why. 5:4-7), dan Raja segala raja (Why. 19:11-16). Di kitab Kisah Para Rasul, ia muncul dalam posisi utama bersama Petrus. Yohanes dikenal sebagai salah satu soko guru gereja. Menurut Irenaeus, Yohanes suatu waktu pindah ke Efesus dan tinggal sampai usia lanjut, hidup sampai pemerintahan Tjajan (98-117 AD). 28

Teologi Yohanes Sumber untuk studi teologi Yohanes, adalah Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes, dan kitab Wahyu. Meskipun ada pendekatan lain sebagai alternatif untuk mempelajari teologi Yohanes, namun studi ini akan digabungkan dengan pengajaran Yesus yang dicatat di Injil Yohanes demikian pula tulisan Yohanes sendiri secara khusus. Diasumsikan bahwa pengajaran Tuhan yang dicatat oleh Yohanes dapat dipertimbangkan sebagai teologi Yohanes karena ia mencatat pernyataan Yesus, dengan anggapan semua itu bagian dari suatu penekanan yang penting dari Yohanes. Teologi Yohanes berpusat pada Pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan melalui kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan sekarang menjadi manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang inilah yang dijabarkan Yohanes dalam Injilnya, surat-suratnya dan kitab Wahyu. Yohanes memberikan sebuah ringkasan dari teologinya di pendahuluan injilnya (Yoh. 1:1-18), dimana didalamnya ia menjabarkan wahyu tentang hidup dan terang melaui Sang Putra dan juga menjabarkan dosa yang menggelapi dunia dan menolak terang itu. KitabYohanes Pembahasan Teologia Yohanes Doktrin tentang Pewahyuan Yohanes menjabarkan wahyu dengan dua cara: wahyu melalui Kitab Suci dan melalui Putra Allah: Kitab Suci Yesus mengingatkan orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Kitab Suci memberikan kesaksian tentang diri-Nya (Yoh. 5:39). Yesus meneguhkan bahwa Kitab Suci adalah kebenaran yang proporsional, yang menyatakan terang Allah melalui diri-Nya. Tensis yang menunjukkan pada waktu sekarang, menunjukkan bahwa wahyu Kitab Suci sedang berlangsung. Yesus kemudian mengingatkan pendengar-Nya bahwa Musa menulis tentang Dia dan mereka harus percaya kepada tulisan Musa yang berbicara tentang Kristus (Yoh. 5:45-47). Lebih lanjut Kristus menyatakan bahwa ―Kitab Suci tidak dapat dibatalkan‖. Dalam perdebatan-Nya, Yesus menumpukan kasusnya pada integritas dan otoritas dari wahyu yang tertulis yaitu Kitab Suci. 29

Putra Allah Pada pendahuluan Injilnya, Yohanes menyatakan bahwa wahyu Allah dimanifestasikan melalui anak-Nya. Pribadi yang bersama Bapa sejak kekekalan (Yoh. 1:1), sekarang tinggal dengan manusia, dan Yohanes bersukacita karena melihat kemulian-Nya. Yohanes pasti menunjuk pada transfigurasi dari Kristus (Mat. 17:1-8) demikian pula mujizat-mujizat Kristus (Yoh.2:11). Wahyu Yesus juga merupakan wahyu anugrah (Yoh. 1:16-17). Doktrin tentang Dunia Yohanes menggunakan kata dunia banyak sekali; di Injil Sinoptik hanya digunakan lima belas kali, sedang Yohanes menggunakannya sebanyak 78 kali di Injilnya dan 27 kali di tulisannya yang lain. Yohanes menggunakan kata dunia untuk menjelaskan dunia yang berada dalam dosa, kegelapan dan di bawah kuasa setan. Dunia dalam kegelapan Yohanes menggambarkan dunia yang berada dalam kegelapan dan melawan Kristus; dunia tidak ramah pada Kristus dan semua yang dipercayai-Nya. Hal itu disebabkan karena dunia telah menjadi buta. Dunia tidak mengenal Mesias pada waktu Ia datang ke dalam Dunia. Yohanes menjabarkan dua kelompok manusia; mereka yang datang pada terang dan mereka yang membenci terang itu (Yoh. 1:12; 3:19-21). Orang-orang dunia membenci terang, karena terang itu mengekspos mereka; Yesus mengatakan bahwa inilah alasan kenapa dunia membenci-Nya. Sistem dunia, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup telah memimpin manusia kepada dosa. Dunia di bawah Setan Yesus menjelaskan kenapa orang yang tidak percaya melakukan dosa; hal itu karena mereka adalah keturunan dari si jahat (Yoh. 8:44). Karena mereka adalah anak-anak dari bapak mereka yaitu si jahat, jadi wajarlah apabila mereka melakukan keinginan bapaknya. Karena si jahat adalah pembohong dari awalnya, maka wajarlah apabila keturunan rohani dari si jahat menolak Kristus yang adalah kebenaran. Doktrin Inkarnasi Terang Terang adalah istilah popular Yohanes. Dalam kaitan dengan inkarnasi, Yohanes menunjuk pada Yesus sebagai terang yang telah datang ke dunia gelap karena dosa. Karena Yesus telah datang sebagai terang, maka adalah imperatif bahwa manusia harus 30

percaya kepada-Nya (Yoh. 12:35-36). Yesus, sebagai terang dunia, dapat memberikan terang fisik (Yoh. 9:7) dan terang spiritual (Yoh. 8:12). Hidup Hidup juga merupakan istilah popular di Yohanes; ia menggunakannya 36 kali di Injil, 13 kali di 1 Yohanes, dan 15 kali di kitab Wahyu. Mujizat inkarnasi ialah bahwa Yesus hidup, dimana Ia juga memiliki sumber kehidupan sama seperti Bapa, yaitu Ia memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, oleh sebab itu segala sesuatu bergantung pada Yesus untuk hidup dan eksistensinya. Anak Allah Yohanes menjabarkan inkarnasi Kristus dengan menunjuk Yesus sebagai ―Putra Allah‖ atau ―Putra‖. Yesus menggunakan istilah-istilah itu untuk diri-Nya sendiri dan relasinya dengan Bapa. Dan Yohanes sangat tegas dalam menekankan kesetaraan Yesus dengan Allah. Anak Manusia Yesus pada umumnya menggunakan sebutan ―Anak Manusia‖ untuk menunjukkan misi-Nya. Asal mula istilah itu berasal dari Daniel 7:13 dan menunjuk pada keberadaan surgawi yang menerima kerajaan dunia ini. Istilah ―Anak Manusia‖ menunjuk pada konsep Kristus akan diri-Nya sebagai yang berasal mula dari Surga dan sebagai pemilik kemuliaan surga. Pada saat yang sama hal itu menunjukkan kepada kita tentang kerendahan-Nya dan penderitaan-Nya bagi manusia. Keduanya adalah sama. Pendamaian. Dalam nubuat. Kata bahasa Inggris atonement (pendamaian) berasal dari dua kata ―at‖ dan ―onement‖, yang berarti rekonsiliasi. Meskipun kata pendamaian bukan merupakan kata di Perjanjian Baru, hal itu menunjuk pada apa yang telah diselesaikan oleh Kristus diatas kayu salib melalui penderitaan dan kematiaan-Nya. Pada waktu Yohanes Pembabtis menyerukan ―Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia‖. Yohanes berbicara tentang penggenapan dari persembahan korban di Perjanjian Lama diawali dengan provisi Allah, akan seekor domba yang menggantikan Ishak di gunung Muria (Kej 22:8), kemudian provisi domba paskah di Keluaran 12 sampai nubuat 31

Yesaaya 53:7, dimana nabi Yesaya mengindikasikan Mesias akan mati, seperti anak domba yang akan disembelih. Persembahan korban di Perjanjian Lama menunjuk pada kematian Mesias untuk pendamaian. Tidak diragukan lagi, penggenapan dari tema itulah yang dijabarkan oleh Yohanes Pembaptis di Yohanes 1:29. Yesus menekankan kebenaran yang sama dalam Yohanes 6:52-59. Ia berbicara tentang diri-Nya yang datang dari surga dan memberikan hidup-Nya bagi dunia (Yoh. 6:33,51). Penebusan yang bersifat substitusi dapat dilihat dari preposisi ―atas‖ (Yunani ―huper‖). Dalam bagian ini, Yesus mengajarkan tentang kematian-Nya sebagai wakil (6:51), yang memberikan hidup kekal (6:53-55,58), dan persekutuan dengan Kristus (6:56,57) dan hasilnya kebangkitan (6:54). Dalam sejarah. Karya Kristus, sesuai dengan tujuan-Nya datang kedunia, digenapkan dalam Yohanes 19:30. Setelah enam jam diatas kayu salib Yesus berseru, ―Sudah selesai‖ (Yunani: tetelesthai). Yesus tidak mengatakan, ―saya telah selesai‖, tetapi ―telah selesai‖. Ia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepadan-Nya; karya keselamatan telah diselesaikan. Tensis bentuk lampau dari kata kerja tetelestai dapat diterjemahkan, ―hal akan tetap selesai‖, artinya pekerjaan itu untuk selamanya selesai dan akibat dari selesainya pekerjaan itu terus berlaku. Di 1 Yohanes 2:1-2, Yohanes menjelaskan provisi yang dibuat oleh Kristus untuk dosa. Kristus adalah ―pembela‖ (Yunani; parakletos) bagi mereka yang berdosa. Dalam konteks ini pembela berarti pengancara dalam kasus hukum. Orang percaya memiliki Kristus sebagai pengacara pembela mereka dalam pengadilan ilahi. Lebih lanjut Yohanes berkata bahwa Kristus adalah ―korban pendamaian‖ (Yunani: hilasmos) bagi dosa-dosa dunia. Kata itu hanya digunakan di Roma 3:25, dan 1 Yohanes 4:10. Korban pendamaian artinya Kristus menjadi korban pendamaian bagi dosa dengan cara membayar harga dengan demikian mengalihkan murka Allah. Korban pendamaian berpusat pada Allah, yang menyatakan bahwa dosa telah melanggar kekudusan Allah, dan melalui kematian Kristus Allah Bapa di puaskan dan sekarang Ia bebas untuk menyatakan kemurahan dan pengampunan-Nya kepada orang berdosa yang percaya. Yohanes mengindikasikan korban pendamaian adalah ―untuk segala dosa kita, dan bukan hanya untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia‖ (1 Yoh 2:2). Kematian Kristus adalah kematian substitusi yang memberikan provisi bagi orang percaya, namun Yohanes menekankan juga kecukupannya yaitu ―bagi seluruh dunia‖. Meskipun seluruh dunia tidak diselamatkan, karena Kristus adalah Allah maka 32

kematian-Nya adalah cukup untuk seluruh dunia, namun demikian hanya efektif bagi mereka yang percaya. Kebangkitan. Yohanes menjabarkan kisah kebangkitan di Yohanes 20 untuk memperlihatkan penebusan Kristus telah sampai pada puncaknya di kebangkitan. Penebusan Kristus tidak berakhir pada kematian-Nya tetapi pada kebangkitan-Nya; Kebangkitan itu harus terjadi untuk meneguhkan Anak Allah (Roma1:4). Yohanes sangat jelas menjabarkan bagaimana Petrus berlari menuju kuburan, Yohanes tiba lebih dahulu, melihat ke dalam kubur, dan tidak melihat apapun. Petrus masuk dan berteori tentang apa yang terjadi, kemudian Yohanes memperhatikan dan mengerti. Mereka melihat kain kafan yang tergeletak di kuburan dan tetap berbentuk tubuh, seakan-akan masih ada tubuh di dalamnya. Kain untuk muka masih tergulung melingkar (20:7), tetapi tubuhnya telah tidak ada. Yohanes ―melihat dan percaya‖ karena ia mengerti hanya satu hal yang mungkin telah terjadi, tubuh itu telah melewati kain kafan yang membalutnya. Yesus telah bangkit. Yohanes memberikan penjabaran yang lebih jelas, lebih rinci mendeskripsikannya, dibandingkan dengan Injil sinoptik tentang bagaimana menjelaskan secara tepat apa yang telah terjadi pada waktu kebangkitan. Yohanes kemudian menjelaskan bagaimana Kristus melewati pintu yang tertutup dalam tubuh fisiknya dan muncul di tengah para rasul dalam tubuh kebangkitan-Nya (Yoh. 20:19,26). Yohanes memverifikasi realitas dan tubuh kebangkitan Kristus, memperlihatkan bahwa Kristus dalam karya terakhir-Nya telah mengalahkan maut dan karena itu memberikan pengharapan dan hidup kepada yang percaya (Yoh. 11:25-26). Doktrin Roh Kudus Percakapan di Ruang atas (Yoh. 14-16), Yohanes mencatat pengajaran Yesus berkaitan dengan Roh Kudus. Ketiga fasal itu memberikan informasi yang paling rinci tentang pribadi dan karya Roh Kudus: Pribadi-Nya. Kepribadian dari Roh Kudus dilihat dalam kata ganti yang digunakan untuk menjabarkan tentang Dia. Meskipun kata Roh (yunani: pneuma) adalah netral. Yesus mengatakan ―Ia (maskulin) akan mengajarkan kamu segala sesuatu‖ (Yoh 14:26). ―Ia‖ (Yunani: ekeinos) adalah kata ganti maskulin. Referensi Yesus pada Roh Kudus sebagai ―Ia (maskulin)‖ mengkomfirmasikan personalitas dari Roh Kudus (lihat Yoh. 15:56; 16:13, 14) 33

Karya-Nya. Ia menyakinkan (Yoh. 16:8-11). Karya meyakinkan (yunani: elegxei) adalah pekerjaan seseorang pengacara penuntut yang mana Ia berusaha untuk meyakinkan seseorang akan sesuatu. Roh Kudus bertindak sebagai pengacara ilahi, menyakinkan dunia akan dosa, yaitu penolakan untuk percaya kepada Yesus; Ia juga meyakinkan dunia akan kebenaran Kristus, karena kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya; dan Ia meyakinkan dunia akan penghakiman karena setan telah dihukum diatas kayu salib. Ia melahir barukan (Yoh. 3:6). Dalam menjelaskan kelahiran baru pada Nikodemus, Yesus mengindikasikanya sebagai kelahiran baru oleh Roh. Ia mengajar kepada murid-murid-Nya (Yoh. 14:26). Pada waktu murid-murid-Nya tidak dapat secara rohani mengasimilasikan semua pengajaran Yesus, Yesus berjanji Roh Kudus akan mengingatkan mereka akan pengajaran Yesus. Pernyataan ini merupakan jaminan akan catatan akurat dari tulisan Perjanjian Baru, karena Roh Kudus akan memberikan keakuratan untuk mengingat kembali, dan sesuai dengan itu mereka akan menulis Injil. Ia tinggal (Yoh. 14:16-17). Yesus menunjuk pada pekerjaan baru dari Roh Kudus setelah Pentakosta, dimana kehadiran Roh Kudus ditengah orang percaya tidak lagi bersifat sementara seperti di Perjanjian Lama, tetapi Ia akan tinggal secara permanen. Yesus menekankan bahwa setelah Pentakosta Roh Kudus akan tinggal ―di dalam mereka‖ (Yoh. 14:17) dan Ia tinggal untuk ―selama-lamanya‖ (Yoh. 14:16). Doktrin Hal-hal terakhir. Pengangkatan. Meskipun Yohanes tidak memberikan pernyataan seeksplisit Paulus tentang pengangkatan, tanpa diragukan Yohanes juga menunjuk pada pengangkatan dalam Yohanes 14:1-3. Pengangkatan berkaitan dengan gereja, dan Yesus berbicara pada kedua belas murid-Nya yang akan memulai jemaat mula-mula di Kisah Para Rasul 2. Oleh karena para murid sedang berduka akan kepergian Yesus di Yohanes 14, Ia menguatkan mereka dengan mengingatkan mereka (sebagai gereja yang masih kecil) bahwa Ia pergi untuk menyediakan tempat tinggal bagi mereka di Rumah Bapa-Nya. Ia berjanji untuk kembali dan membawa mereka kepada-Nya (Yoh. 14:3). Hal itu harus dimengerti sebagai parallel dengan pernyataan Paulus di 1 Tesalonika 4:13-18. Kesengsaraan. Yohanes memberikan liputan yang luas tentang masa kesengsaraan, serta merinci apa yang akan terjadi di Wahyu 6-19. Ketujuh meterai ini akan dibukakan di 34

dunia pada awal kesengsaraan (Wah. 6:1 – 8:1). Yang akan membawa kemenangan bagi binatang buas itu (6:1-2), perang (6:3-4), kelaparan (6:5-6), kematian (6:7-8), mati syahid (6:9-11), dan ledakan di langit dan di bumi (6:12-17). Materai-materai itu kelihatannya akan berlanjut sampai akhir masa kesengsaraan. Materai ketujuh mengawali sangkakala ketujuh (8:2 – 11:19). Pada waktu bunyi sangkakala itu, maka persediaan makanan dan oksigen di bumi akan hilang (8:2-6), sepertiga dari kehidupan di laut akan mati (8:7), sumber air akan terkena polusi (8:10-11), benda-benda di langit akan menjadi gelap (8:12-13), manusia akan sangat menderita dan ketakutan (9:1-12), dan sepertiga dari manusia akan terbunuh (9:13-21). Sangkakala yang ketujuh akan mengawali cawan penghakiman (11:15-19;15:1-16:21), mengakibatkan luka-luka yang menyakitkan (16:1-2), kematian dari kehidupan di laut (16:3), sungai menjadi darah (16:4-7). Manusia mati karena kepanasan (16:8-9), kegelapan (16:10-11), dilepaskannya tentara dari timur yang kuat untuk mengakhiri peperangan (16:12-16), dan gempa bumi yang dahsyat, menghancurkan kota-kota dan bangsa-bangsa (16:17-21). Baik agama Babel (17:1-8), maupun ekonomi Babel (18:1-24) akan dihancurkan. Masa kesengsaraan berpuncak pada kembalinya Kristus, dimana Ia akan menaklukkan semua bangsa di dunia (19:11-21). Anti Kristus. Yohanes menggunakan istilah anti kristus untuk menjabarkan mereka yang pada zamanya menyebarkan doktrin yang salah tentang Kristus (1 Yoh. 2:18, 22; 4:3; 2 Yoh. 7). Nature dari bidat ini adalah menyangkali kemanusiaan Kristus Yesus (2 Yoh. 7); Kristus hanya tampil seperti hantu; Ia tidak benar-benar mengambil rupa manusia. Yohanes mendeklarasikan bahwa mereka, penyangkal Yesus yang datang dalam daging adalah anti Kristus. Jadi Yohanes menggunakan istilah itu untuk menunjuk pada mereka yang menyangkali doktrin yang benar tentang Kristus. Yohanes menyebut pribadi yang menyangkali Kristus sebagai binatang buas (Why. 11:7; 13:1, 12, 14, 15). Yohanes menjabarkan binatang buas ini sebagai ―binatang pertama‖ (berlawanan dengan nabi palsu yang mendukung binatang buas pertama ini tetapi dikenal sebagai binatang kedua {―binatang yang lain‖ 13:11}). Binatang pertama adalah penguasa politik (13:1-10) yang muncul dalam bentuk akhir sebagai penguasa kafir dan kuasanya berasal dari setan (13:2), ia menerima sembah dan menghujat Allah selama tiga setengah tahun (13:4-6), ia menganiaya orang percaya (13:7), dan menguasai dunia (13:8). Binatang pertama di dukung oleh binatang kedua yang adalah nabi palsu dan memaksa manusia untuk menyembah binatang pertama (13:11-12); ia 35

menipu manusia melalui kemampuanya untuk mempertunjukkan tanda-tanda (13:14); ia membatasi perdagangan hanya bagi mereka yang telah menerima tandanya (13:16-17). Pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua, baik binatang pertama dan binatang kedua akan dilemparkan kedalam lautan api (19:20) Kedatangan Kristus yang Kedua. Pada akhir dari masa kesengsaraan, Yohanes menggambarkan kembalinya Kristus dengan kemenangan bersama pengantin perempuan-Nya, yaitu gereja (Why. 19:6-8). Pernikahan Kristus dengan gereja terjadi di surga pada waktu periode kesengsaraan. Kristus kembali dengan pengantin perempuan- Nya untuk memulai pesta pernikahan, yaitu di kerajaan millennial yang terjadi diatas bumi (19:9-10). Yohanes menggambarkan kembalinya Kristus sebagai seorang Raja yang menang – Ia memiliki banyak mahkota diatas kepala-Nya (19:12) – Ia menyatakan perang adengan setan, binatang dan tentara yang tidak percaya kepada-Nya (19:11,19). Senjata-Nya adalah otoritas Firman-Nya (19:13) dengan mana Ia mengalahkan dan menaklukkan bangsa-bangsa (19:15). Ia menghancurkan penguasa bangsa-bangsa dan melemparkan binatang, nabi palsu (binatang kedua), dan setan ke laut api selama millennial (19:19 – 20:3). Dengan kemenangan atas musuh-Nya, Kristus mendirikan kerajaan millennial di atas bumi. Kerajaan millennial dan kekekalan. Yohanes menjabarkan kebangkitan dari masa kesengsaraan dan orang-orang kudus Perjanjian Lama pada akhir masa kesengsaraan (Why. 20:4-5); mereka adalah bagian dari ―kebangkitan pertama‖. Istilah kebangkitan tidak menjabarkan kebangkitan secara umum dari orang percaya, tetapi suatu kebangkitan kepada kehidupan (20:6). Paling tidak ada beberapa tahap dalam kebangkitan yang pertama yaitu zaman orang-orang kudus dibangkitkan sebelum masa kesengsaraan (1 Tes. 4:13-18), dimana orang-orang kudus di Perjanjian Lama dan dimasa kesengsaraan (Why. 20:4). Orang tidak percaya dibangkitkan pada akhir masa millennium, dimana mereka akan dilemparkan kedalam lautan api (Why. 20:11-15). Di Wahyu 21:1 – 22:21 Yohanes menjabarkan tentang kekekalan. Yerusalem baru yang Yohanes lihat akan datang dari surga (Why. 21:1-8) adalah gereja yang tetap tinggal, yaitu pengantin perempuan (21:9), tidak diragukan lagi mereka adalah orang-orang yang telah ditebus di segala zaman dalam kekekalan. Yerusalem baru kemungkinan besar berhubungan dengan millennium dan hidup kekal. Tempat itu adalah tempat tinggal, dimana Kristus telah pergi untuk menyediakan tempat (Yoh. 14:2). ―kedua periode itu kekal, bukan sementara, kondisinya adalah seperti itu, baik dikota dan bagi 36

penghuninya. Oleh karena itu, Yerusalem baru adalah millennial dan kekal, baik dari segi waktu dan posisi, dan hal itu kondisinya adalah selalu kekal. Yohanes menjelaskan bagaimana Yerusalem baru itu akan memberikan persekutuan dengan Allah (22:4), istirahat (14:13), kepenuhan berkat (22:2), sukacita (21:4), pelayanan (22:3) dan ibadah (7:9-12; 19:1). KESINAMBUNGAN PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU Perjanjian Perjanjian adalah kontrak atau kesepakatan (akad) antara dua pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat bersifat bersyarat (conditional) dan atau tanpa syarat (unconditional). Perjanjian bersyarat adalah perjanjian yang pemenuhan terhadap kesepakatannya bergantung kepada kesetiaan kedua belah pihak melaksanakan syarat dalam kontrak yang diadakan. Perjanjian demikian biasanya dicirikan oleh kata jika — jika pihak yang merupakan pihak kedua (manusia) melaksanakan aturannya, Pihak yang merupakan Pihak Pertama (Allah) akan mengaruniakan berkat. Perjanjian Musa adalah contoh perjanjian jenis ini. Perjanjian tersebut didahului dengan jika dalam Keluaran 19:5 ―Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa.‖ Perjanjian tanpa syarat adalah perjanjian yang pemenuhannya hanya bergantung kepada kesetiaan Allah saja. Perjanjian Baru berlangsung dengan cara ini. Perbedaan kedua jenis perjanjian tersebut dapat dilihat dalam Yeremia 31:31, 32: ―Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir.‖ Perjanjian ini dicirikan oleh kata-kata, Aku akan, yang menunjuk kepada pemenuhan Allah akan janji dan maksud-Nya— Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam hati mereka, Aku akan menjadi Allah mereka, Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka. Perjanjian-perjanjian dalam Alkitab: Perjanjian Penebusan Didasarkan pada fakta bahwa Allah sudah menjanjikan kehidupan kekal sebelum dunia dijadikan (Titus 1:2), dan dengan demikian sebelum manusia diciptakan, para ahli teologi telah menduga bahwa Pribadi-pribadi dalam ke-Allahan telah mengadakan 37

perjanjian untuk menyediakan keselamatan bagi umat manusia sebelum manusia diciptakan atau sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Barangkali ini yang ada dalam pikiran penulis surat Ibrani ketika ia berbicara tentang darah perjanjian kekal (Ibrani 13:20). Alkitab mengaitkan fakta bahwa Bapa mengutus Anak, dan Anak datang untuk melaksanakan kehendak Bapa, dan bahwa Bapa dan Anak mengirimkan Roh Kudus, yang semuanya kelihatan menunjukkan adanya persetujuan atau kesepakatan di antara Pribadi-pribadi dalam ke-Tritunggalan. Perjanjian Kerja (Perbuatan) Ini yang dianggap sebagai perjanjian yang dibuat Allah dengan Adam sebelum kejatuhan, yang menjanjikan Adam kehidupan kekal sebagai ganjaran terhadap perbuatan baiknya. Walaupun ketaatan tentu saja perlu bagi Adam untuk memelihara kedudukannya terhadap Allah, tidak ada satu pun dikatakan dalam Alkitab bahwa Adam diciptakan dalam keadaan terhilang atau kondisi yang di dalamnya ia perlu mengusahakan kehidupan kekal. Satu-satunya ayat yang dapat diarahkan untuk menopang perjanjian demikian adalah Hosea 6:7 yang di dalamnya kata yang diterjemahkan men (manusia) dalam KJV merupakan istilah umum untuk umat manusia (adam). Jika adam menggantikan kata men kalimat itu akan berbunyi: ―Tetapi mereka seperti Adam telah melanggar perjanjian.‖ Perjanjian Anugerah Sebutan ini, bersama dengan yang baru disebutkan di atas, membentuk dasar Teologi Perjanjian. Yang dimaksud dengan Perjanjian Anugerah adalah perjanjian yang dibuat Allah dengan umat pilihan untuk menyediakan dan mengaplikasikan kepada mereka keselamatan kekal atas dasar anugerah. Walaupun benar bahwa Allah adalah Allah yang penuh anugerah dan bahwa Ia telah membuat banyak rancangan rahmat terhadap umat manusia, kita keliru apabila menggabungkan perjanjian-perjanjian itu menjadi satu saja, Perjanjian Anugerah. Pengklasifikasian demikian mengaburkan perbedaan-perbedaan yang ada di antara berbagai perjanjian yang telah dibuat oleh Allah, yang mengakibatkan terjadinya kebingungan memahami rencana-rencana dispensasional Allah. 38

Perjanjian Eden Teolog Scofield dan Chafer menandai pengaturan Allah dengan Adam sebelum kejatuhan, sebagai Perjanjian Eden. Perjanjian tersebut dapat dinamakan sebagai aturan hidup bagi manusia di bawah dispensasi Kesucian. Scofield membuat garis besarnya dalam tujuh pokok: (1) Memenuhi bumi dengan suatu tataan baru—manusia; (2) menaklukkan bumi bagi keperluan manusia; (3) menguasai hewan ciptaan; (4) makan dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan; (5) mengolah dan memelihara taman tersebut; (6) menghindari makan dari pohon pengetahuan baik dan jahat; (7) hukumannya— kematian. Perjanjian Adam Kembali, perjanjian ini tidak disebut sebagai perjanjian tetapi ditandai demikian oleh Scofield dan Chafer. Perjanjian ini merupakan pengaturan Ilahi yang menjadi syarat bagi kehidupan manusia setelah jatuh ke dalam dosa dan selama berada dalam dispensasi Hati Nurani, seperti dikemukakan dalam Kejadian 3:14-19. Di dalamnya terdapat kutukan terhadap si ular, janji mengenai Penebus, perubahan status perempuan, kutukan terhadap bumi, pahitnya kehidupan, beratnya pekerjaan, dan kematian jasmani. Perjanjian Nuh Di sini, tepatnya dalam Kejadian 9:9 kata perjanjian pertama kali digunakan dalam Alkitab: ―Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.‖ Walaupun perjanjian tersebut terutama merupakan janji untuk tidak pernah lagi membinasakan bumi dengan air bah, di dalamnya juga tercakup syarat tertentu yang baru bagi kehidupan manusia di bumi. Ketakutan terhadap manusia ditaruh pada binatang, manusia diizinkan makan daging binatang, tetapi dilarang makan darah; dan manusia diberi wewenang melaksanakan hukuman mati. Sebelum ini Allah melarang menjatuhkan hukuman mati bagi pembunuh (Kejadian 4:15). Pemberian hak dasar bagi manusia untuk memerintah bumi bagi Allah, merupakan alasan utama untuk menyebut pengaturan ini sebagai dispensasi pemerintahan atau wewenang manusia. 39

Perjanjian Abraham Abraham tampaknya hidup segera sesudah pengacauan bahasa di menara Babel. Meninjau ke belakang, manusia telah ingkar dari Allah dalam tiga dispensasi yang mendahului, yakni Dispensasi Kesucian, Dispensasi Hati Nurani, dan Dispensasi Pemerintahan Manusia. Manusia telah tiba pada keadaan yang digambarkan dalam Roma 1:21-32 yang di dalamnya tiga kali dikatakan bahwa Allah telah membiarkan (bandingkan KJV; TB: menyerahkan) manusia. Pada titik ini Allah dapat saja meninggalkan manusia dalam keadaan terhilang secara keseluruhan, atau Ia dapat saja memusnahkan manusia dari muka bumi. Namun, Ia justru mengumumkan maksudnya memilih seorang pria bernama Abram, yang tinggal di kota penyembah berhala Ur- Kasdim, dan membuatnya menjadi bangsa yang besar; melalui bangsa tersebut semua bangsa lain akhirnya akan diberkati. Pemanggilan Abram dan berkat yang dijanjikan tersebut dicatat dalam Kejadian 12. Dalam Kejadian 13:14-18 Allah lebih lanjut menjanjikan untuk memberikan tanah Kanaan kepada Abram dan keturunannya sebagai milik pusaka selamanya. Lalu dalam Kejadian 15:6 muncul pernyataan yang oleh Paulus dijadikan dasar semua argumennya mengenai pembenaran oleh iman tanpa pekerjaan: ―Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran‖ (Roma 4:3). Segera setelah Abraham dinyatakan benar karena imannya, Allah masuk ke dalam perjanjian dengan Abraham: ―Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat‖ (Kejadian 15:18). Walaupun Allah telah terlebih dahulu mengomunikasikan rencana-Nya memberkati Abram, baru setelah ia dinyatakan benar karena imannyalah Allah secara aktual mengadakan perjanjian dengannya. Dan harus diperhatikan bahwa menurut Alkitab, perjanjian tersebut hanya menyangkut tanah yang digambarkan di atas. Janji berkat atas bangsa-bangsa tampaknya berlainan dengan perjanjian dalam Kejadian 15:18. Karena Allah menjamin tanah ini bagi keturunan Abram sebagai pusaka untuk selamanya, haruslah terbukti bahwa jika orang Kristen sekarang ini merupakan anak- anak perjanjian, mereka semestinya mempunyai hak untuk mengklaim milik tetap tersebut. Ini adalah masalah yang harus de ngan jujur dihadapi para ahli teologi Perjanjian, karena mereka mengklaim diri sebagai anak-anak perjanjian. Paulus tidak pernah mengatakan di mana pun bahwa orang percaya dispensasi sekarang adalah anak- anak perjanjian, tetapi yang ia katakan adalah bahwa mereka anak-anak Abraham 40

(Galatia 3:7), dan bahwa mereka adalah keturunan Abraham (Galatia 3:29). Namun sangat penting memahami dalam arti bagaimana ia mengatakan orang percaya sebagai anak dan keturunan. Galatia 3:8, ―Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: ‗Olehmu segala bangsa akan diberkati.‘‖ O‘Hair menafsirkan ayat ini, Apa yang dilihat orang ketika Injil diberitakan kepada Abram 24 tahun sebelum ia disunat, dan 430 tahun sebelum Taurat ditambahkan pada Injil itu (Galatia 3:19)? Para penyembah berhala (orang bukan Yahudi) pada zaman Paulus. Apa yang terlihat? Bahwa para penyembah berhala tidak bersunat itu akan dinyatakan sebagai orang benar tanpa sunat, tanpa Taurat, tanpa upacara keagamaan; tepat seperti Abram, oleh iman tanpa perbuatan. Orang-orang percaya disebut anak-anak Abraham hanya karena mengikuti iman Abraham dan dibenarkan dengan cara yang sama seperti Abraham, tanpa perbuatan. Mereka bukan anak-anaknya dalam pengertian menjadi pewaris berkat perjanjian khusus yang dijanjikan kepada Abraham, yang seperti telah kita lihat, hanya menyangkut tanah perjanjian. Selanjutnya, Rasul Paulus mengetengahkan dengan jelas bahwa kita sekarang ini merupakan keturunan Abraham atas dasar bahwa kita telah dibaptiskan ke dalam Kristus, yang adalah Benih atau Keturunan Abraham. Karena tanah Kanaan telah tanpa syarat dijamin sebagai milik keturunan jasmani Abraham, kita tentu harus percaya bahwa Allah akan menggenapi janji tersebut dalam kerajaan milenial mendatang. Perjanjian Sunat Ketika Abram berusia sembilan puluh sembilan tahun, setidaknya lima belas tahun setelah Allah mengadakan perjanjian dengannya, Allah kembali menyatakan diri kepadanya dan memberikan kepadanya Perjanjian Sunat. Di dalam perjanjian ini nama Abram diubah menjadi Abraham, karena ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Janji tanah Kanaan diteguhkan dan upacara sunat dikenakan kepada semua pria keturunannya, dengan ketentuan bahwa pria yang tidak disunat akan dilenyapkan dari umat Allah, karena orang itu telah mengingkari perjanjian tersebut (Kejadian 17:14). Dalam Roma 4 Paulus membedakan antara Abram yang dalam keadaan tidak bersunat dan Abraham yang dalam keadaan bersunat. Dalam hubungan rangkap dua ini Abraham menjadi bapa atau pemimpin dua kelompok umat Tuhan yang berbeda. Ia pertama-tama 41

adalah bapa orang-orang tidak bersunat, yakni, orang-orang bukan Yahudi yang di selamatkan atau dibenarkan melalui iman semata-mata tanpa penyunatan dan hukum Taurat. Karena alasan ini Paulus menyebut Injilnya sebagai Injil untuk orang-orang tak bersunat (Galatia 2:7). Abraham kemudian menjadi bapa orang-orang bersunat, yakni, keturunan lahiriah Abraham yang akan mewarisi berkat khusus perjanjian. Karena alasan ini berita Petrus disebut Injil bagi orang-orang bersunat. Kata Injil tidak sekadar berarti keselamatan dari dosa: di dalamnya tercakup selamat kepada sesuatu. Injil Paulus kepada orang-orang tidak bersunat adalah, keselamatan ke dalam keanggotaan di dalam Tubuh Kristus. Injil Petrus kepada orang-orang bersunat adalah, keselamatan ke dalam janji berkat-berkat rohani dan jasmani dalam Kerajaan Mesianis. Semua kabar baik dari Allah didasarkan pada iman terhadap karya Kristus, jadi dalam hal ini tidak ada perbedaan antara kedua Injil tersebut, tetapi ada perbedaan antara keduanya menyangkut kebangsaan, upacara-upacara, program dispensasional, dan tujuan akhirnya. Perjanjian Musa Perjanjian ini bersifat temporer dan bersyarat. Sekarang perjanjian ini disebut Perjanjian Lama karena sudah ‗dibaharui‘ oleh Perjanjian Baru. Pada waktu itu belum ada kaum imam di Israel. Musa, yang menjadi pengantara perjanjian, bukan Harun, menyuruh orang-orang muda menyembelih binatang korban lalu ia memercikkan darah binatang korban itu kepada umat Israel setelah membacakan perjanjian tersebut kepada mereka, dengan berkata, ―Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.‖ Semua hal tersebut benar-benar merupakan pelambangan terhadap Pribadi dan karya Kristus, seperti yang digambarkan dalam kitab Ibrani. Kristus, sebagai Pengantara Perjanjian Baru, bukan sebagai Imam Besar, mempersembahkan diri-Nya tanpa cela kepada Allah. Aspek ini dari pekerjaan-Nya membuat keselamatan tersedia bagi semua umat manusia. Sampai darah tersebut dipercikkan mereka yang kelak menjadi imam harus menyembah dari jauh, dan hanya Musa, yang melambangkan Kristus, yang datang mendekat kepada Allah. Setelah itu baru para imam tersebut diizinkan mendekat. Ini mengajarkan kepada kita dalam bentuk pelambangan bahwa Kristus harus mencurahkan darah-Nya sebelum pelayanan keimaman-Nya dimulai. Ia bukanlah seorang imam ketika berada di bumi (Ibrani 8:4), walaupun tidak diragukan bahwa doa- 42

Nya pada malam sebelum kematian-Nya telah berperan mendahului pekerjaan keimaman-Nya. Pelayanan keimaman hanyalah ditujukan bagi umat yang telah dibawa ke dalam kehidupan yang berhubungan dengan Allah. Itulah sebabnya mengapa Yesus berdoa dalam Yohanes 17:9, ―Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu.‖ Jadi korban-korban dan pelayanan keimaman orang Lewi, walaupun merupakan lambang pekerjaan penebusan Kristus, hanya bersifat melambangkan aspek tersebut, yakni kepada mereka yang telah dibawa ke dalam hubungan yang menyelamatkan dengan Allah. Isi Rangkap Tiga Perjanjian Musa. Sepuluh Hukum, Keluaran 20:1-17, mengatur kehidupan moral Israel berkaitan dengan kehendak Allah yang benar. Hukuman, Keluaran 21:1-24:11, mengatur kehidupan sosial umat tersebut. Ordonansi (peraturan), Keluaran 24:12-31:18, mengatur kehidupan keagamaan umat tersebut. Maksud Kemah Suci dengan Keimamannya. Maksud kemah suci diutarakan dalam Keluaran 25:8: ―Supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.‖ Dosa melibatkan hukuman dan pencemaran. Dalam pekerjaan penyelamatan terdapat pengampunan sekali untuk selamanya dari hukuman dosa saat iman diarahkan kepada Penyelamat. Dalam pelambangannya Israel telah dibawa ke dalam posisi tersebut dengan dipercikkannya darah Perjanjian ke atas mereka. Dosa yang dilakukan setelah itu mendatangkan kecemaran, karena itu jika Allah akan diam di tengah umat demikian haruslah diadakan pembersihan. Pekerjaan Kristus sebagai Imam Besar melalui manfaat darah-Nya yang telah dicurahkan itulah yang membersihkan orang percaya dari dosa, membuat hubungan dengan Bapa dan Anak menjadi mungkin (1 Yohanes 1:7). Dalam pelambangannya, umat Israel perlu dibersihkan terus-menerus sehingga Allah dapat tinggal di tengah mereka. Untuk maksud inilah kemah suci dengan keimamannya dibuat. Pada lambang (type) nya, korban yang bermacam-macam dan diulang-ulang itu perlu (Ibrani 10:11), tetapi pada yang dilambangkan (antitype), korban sekali untuk selamanya memiliki nilai yang bersifat tetap sehingga korban tersebut meliputi semua 43

aspek yang beragam dalam korban-korban keimaman Lewi itu. Kecuali kebenaran di atas dipahami, akan terlihat seakan-akan Israel di bawah Perjanjian Taurat mengusahakan keselamatan melalui perbuatan berdasarkan hukum, bukan karena adanya iman. Sistem korban dalam perjanjian tersebut adalah sarana anugerah. Taurat adalah ungkapan sifat kudus Allah, dan pelanggaran terhadapnya mendatangkan kutukan (Galatia 3:10). Atas dasar hukum murni, pelanggar hukum tidak memiliki harapan lain kecuali hukuman. Korban-korban persembahan dalam keimaman Lewi menyediakan jalan keluar dari kutukan tersebut. Sama seperti itu, dalam dispensasi sekarang, korban Kristus yang cukup untuk semua dan sekali untuk selamanya itu adalah sarana yang melaluinya hubungan kita dengan Allah dijaga tidak retak sekali pun ada dosa dan kegagalan yang dapat saja terjadi dalam kehidupan Kristen. Maksud Hukum Taurat. Memunculkan pengetahuan akan dosa: ―Justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa‖ (Roma 7:7). Membuat dosa semakin nyata sebagai dosa: ―Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa‖ (Roma 7:13); ―Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak‖ (Roma 5:20). Untuk menyumbat semua mulut dan membuat seluruh dunia bersalah di hadapan Allah (Roma 3:19). Nyata dari ayat seperti Roma 3:20 dan Galatia 2:16 bahwa Hukum Taurat diberikan bukan untuk menyelamatkan manusia atau melepaskannya dari kuasa dosa. Dengan demikian nyata bahwa dalam maksud penebusan Allah, Allah menempatkan umat-Nya di bawah Hukum Taurat sebelum Ia mengirimkan Anak-Nya ke dalam dunia untuk mati karena dosa, supaya pertama-tama dapat ditunjukkan sepenuhnya keberdosaan dosa, sehingga kebutuhan akan keselamatan dapat sepenuhnya disadari agar kebesaran nilai pengorbanan Kristus dapat dengan lebih baik dipahami dan dihargai. Hal yang Tidak Dapat Dilakukan Hukum Taurat. Hukum Taurat tidak dapat membenarkan orang berdosa: ―Sebab tidak seorangpun yang 44

dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat‖ (Roma 3:20). Hukum Taurat tidak dapat melepaskan manusia dari kuasa dosa: ―Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia‖ (Roma 6:14). Hukum Taurat sama sekali tidak dapat membawa kesempurnaan: ―Sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan‖ (Ibrani 7:19). Alasan mengapa hukum Taurat tidak dapat memenuhi semua hal di atas adalah karena kelemahan dan berdosanya kedagingan menusia (Roma 8:2), dan sama sekali bukan karena ketidaksempurnaan hukum itu (Roma 7:12). Keselamatan di bawah Dispensasi Hukum Taurat. Jelas diajarkan Perjanjian Baru bahwa setiap orang yang tidak secara terus-menerus melaksanakan semua hal yang tertulis dalam kitab hukum berada di bawah kutuk, dan sama jelasnya bahwa tidak ada seorang Israel pun yang telah secara terus-menerus melaksanakan semua yang dituntut hukum itu. Kesimpulannya, tidak terhindarkan bahwa semua pastilah telah berada di bawah kutuk hukum. Apakah ini berarti, dengan demikian, bahwa semua orang telah terhilang? Tidak mungkin, karena juga sama jelasnya bahwa ada banyak kudus Perjanjian Lama yang diselamatkan. Jadi, apa yang dimaksud dengan kutuk hukum itu? Hukum Taurat memiliki sistem penghukuman, yang paling ekstrem adalah hukuman mati. Paulus mengajarkan bahwa hukum berkuasa atas diri se seorang selama orang itu masih hidup, tetapi kematian fisik membebaskan seseorang dari hukum itu (Roma 7:1- 6). Kita telah melihat bahwa orang Israel, melalui manfaat Perjanjian Abraham, Korban Paskah dan Korban Perjanjian, telah berada di atas dasar penebusan dan diakui sebagai bangsa pilihan Allah serta umat Allah bahkan sebelum Taurat dibebankan kepada mereka. Kembali, Paulus dengan jelas mengetengahkan bahwa hukum Taurat, yang diberikan 430 tahun sesudah janji terhadap Abraham, tidak dapat membatalkan perjanjian itu (Galatia 3:17). Jadi jelas bahwa keselamatan dalam Dispensasi Hukum Taurat didasarkan pada janji tersebut, dan walaupun pelanggaran terhadap hukum Taurat dapat mendatangkan kematian fisik, seperti terjadi dalam banyak kasus, hal itu tidak berakibat pada pembatalan terhadap janji tersebut. Kematian fisik tidak harus berarti kematian rohani, walau kematian fisik datang sebagai suatu hukuman. Mengamati keselamatan dalam Perjanjian Lama haruslah diingat bahwa Perjanjian- 45

perjanjian tersebut berkenaan dengan orang-orang atas dasar kolektif atau nasional, dan tidak ada pernyataan mengenai hal yang harus dilakukan seseorang agar diselamatkan. Tentu saja ada individu yang secara jasmani merupakan keturunan Abraham namun kenyataannya bukan anak Allah, seperti yang dikatakan Paulus: ―Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel‖ (Roma 9:6). Tetapi mereka yang memang anak-anak perjanjian, seperti Musa dan Daud, pasti selamat, bukan karena pekerjaan hukum Taurat, tetapi karena Janji tersebut, walaupun mereka mengalami ganjaran karena melanggar hukum Taurat. Daud melanggar hukum, tetapi ia mengetahui kebahagiaan orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya (Roma 4:6-8). Akhir hukum Taurat. Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya (Roma 10:4). Akhir bukan berarti peniadaan tetapi penggenapan hukum Taurat. Kehidupan Kristus secara sempurna memenuhi aturan-aturannya dan kematian-Nya secara sempurna memenuhi tuntutan keadilannya. Kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia atau anugerah (Roma 6:14). Perjanjian Lama, yang disebut sebagai pelayanan yang menuntun kepada penghukuman dan kematian itu telah pudar dan diakhiri sebagai suatu sistem dispensasi (2 Korintus 3:6-14, band. KJV). Mengapa dan bagaimana sehingga orang percaya tidak lagi berada di bawah hukum Taurat tetapi berada di bawah Anugerah? Kristus mati di bawah kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13). Dengan memenuhi semua tuntutan kebenarannya melalui kematian Ia menjadi bebas dari hukum Taurat. Tetapi Kristus tidak tinggal dalam kematian: Ia bangkit pada hari ketiga, dan kepada kita dikatakan bahwa orang-orang percaya bangkit bersama Dia. Semua ini secara tidak langsung atau dari segi kedudukan terjadi kepada orang percaya; karena itu orang percaya diingatkan, ―Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus‖ (Roma 6:11). Dengan demikian kehidupan baru orang percaya merupakan pengambilan bagian dalam kehidupan Kristus setelah kebangkitan-Nya, dan dengan begitu kehidupan orang 46

percaya berada di bawah anugerah. Adalah suatu malapetaka jika menempatkan kedagingan yang penuh dosa itu di bawah anugerah. Sebaliknya, Allah menaruh kedagingan ke dalam kematian melalui Kristus sehingga kita dapat berjalan dalam kehidupan baru di bawah anugerah. Perjanjian Daud Perjanjian Daud dicatat dalam 2 Samuel 7:12-16: Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya. Perjanjian Daud diteguhkan dalam sejumlah bagian Perjanjian Lama, misalnya dalam Mazmur 89:4, 5, 35-37 Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun … Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku. Kata-kata di atas menunjukkan sifat sepenuhnya tanpa syarat pada perjanjian tersebut, yang jika ada artinya, artinya adalah bahwa sumpah Allah suatu waktu kelak akan terlaksana dalam pembangunan takhta dan kerajaan Daud secara harfiah. Perjanjian dengan Daud menyangkut empat hal: keturunan Daud, rumah Daud, takhta Daud, dan kerajaan Daud. Penting bahwa Injil Matius, yang menekankan aspek Raja dan Kerajaan Mesias, dimulai dengan, ―Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud.‖ Dan juga penting bahwa pada pemberitahuan tentang Kelahiran Kristus malaikat berkata kepada Maria, ―Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan 47

Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan- Nya tidak akan berkesudahan‖ (Lukas 1:32, 33). Petrus mengonfirmasikan fakta bahwa Kristus, keturunan Daud secara daging, dibangkitkan dari kematian untuk duduk di takhta Daud (Kisah Para Rasul 2:30). Kita telah merujuk kepada kata-kata Yakobus dalam Kisah Para Rasul 15:16, yang di dalamnya ia berbicara mengenai kemah atau rumah Daud, yang kini sedang dalam bentuk reruntuhan, yang akan dibangun setelah Kristus datang lagi. Jadi Perjanjian Baru menegaskan penggenapan sepenuhnya secara harfiah terhadap Perjanjian Daud melalui Tuhan Yesus Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua kali ke bumi. Perjanjian Baru Perjanjian Baru dirujuk sekali dengan nama demikian dalam kitab Perjanjian Lama (Yeremia 31:31) dan sembilan kali dalam kitab Perjanjian Baru: empat kali dalam kaitan dengan darah Perjanjian Baru (Matius 26:28; Markus 14:24; Lukas 22:20; dan 1 Korintus 11:25), sekali dalam kaitan dengan pelayanan Paulus (2 Korintus 3:6), dan empat kali dalam surat Ibrani (8:8, 13; 9:15; 12:24). Seperti telah kita lihat, Perjanjian Baru merupakan perjanjian yang secara khusus dibuat dengan kaum Israel dan kaum Yehuda. Dikatakan Baru karena perjanjian ini memenuhi, menyudahi, dan menggantikan Perjanjian Musa yang dalam proses tersebut telah menjadi lama. Sifat dan Penyediaannya. Tanpa syarat, kekal, menjanjikan hati dan pikiran baru, menyediakan pengampunan dosa, memberikan Roh Kudus untuk hadir dan berdiam di dalam umat-Nya, memberi jaminan bahwa keturunan Israel tidak akan lenyap sebagai bangsa di hadapan Allah sampai selamanya, menyediakan pemulihan Yerusalem dan tanah yang dijanjikan itu kepada Israel. ASPEK-ASPEK DALAM PERJANJIAN BARU Aspek Kerajaan Pokok ini memberikan soroton khusus pada tema Kerajaan Allah, dengan asumsi awal 48

bahwa keseluruhan pokok-pokok teologi dalam Perjanjian Baru (Injil-injil, kisah para rasul, tulisan-tulisan Paulus dan tulisan umum lainnya) secara kuat terintegrasi dalam tema utama tersebut. Pembuktiannya seiring dengan penyelidikan terhadap teologi masing-masing kitab. Berbicara tentang Kerajaan Allah, maka 3 konsep awal dapat diajukan, yaitu: Kerajaan Allah pada masa Gereja Kerajan Allah pada masa kerajaan 1000 tahun Kerajaan Allah yang berlangsung secara total (Ciri dari masing-masing konsep di atas dapat dilihat pada lampiran) Kerajaan Allah dalam Kitab Injil Matius Sejak awal pelayanannya, Yesus senantiasa konsisten dengan khotbahnya yaitu tentang Kerajaan Allah, bahkan sebagai pendahulunya, Yohanes Pembaptis juga mengkhotbahkan tema yang sama. Dengan demikian tema Kerajaan Allah dapat dilihat dan diangkat misalnya dari kitab Injil Matius. Pendapat umum pada abad 1-3 menempatkan Matius – murid Yesus, seorang pemungut cukai – sebagai penulis dalam bahasa Aram. Kebutuhan penting orang-orang Yahudi di Yerusalem sebagai pengikut Kristus memahami identitas Kristus adalah alasan kehadiran kitab ini. Tradisi gereja yakin bahwa kitab ini ditulis selitar tahun 50 M. Injil Matius adalah uraian tentang apa yang dikerjakan oleh Yesus dan disajikan dalam bentuk tulisan oleh Matius – murid-Nya – yang dulunya adalah seorang pemungut cukai. Kitab Matius menjadi penting sebab pada masa awal lahirnya Gereja, kurang lebih 200.000 orang Yahudi menjadi Kristen, jadi dibutuhkan literature tentang Yesus dalam konteks berpikir Yahudi dan secara tepat Matius memberi pemaparan tentang Yesus yang adalah Raja. Selain itu pertanyaan penting yang dijawab oleh kitab ini adalah: bagaimana nasib Kerajaan Allah yang belum terealisasi walaupun Mesias sudah datang. Paparan yang disajikan oleh Matius merupakan pembuktian kemesiasan Yesus, dimana semua unsur-unsur nubuatan tentang Mesias terpenuhi dalam diri Yesus. Perjanjian antara manusia dengan Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam diri Yesus yang adalah Imam, Raja dan Nabi. Memang program Allah untuk menghadirkan Kerajaan Allah sepertinya tertunda, tetapi sebenarnya ada maksud besar dari aspek masa kini dan masa depan Kerajaan Allah. 49

Injil Matius dibuka dengan silsilah Yesus dari empat belas generasi dari Abraham sampai Daud, empat belas generasi dari Daud sampai pembuangan di Babel dan empat belas generasi dari masa pembuangan di Babel sampai Kristus. Dimulai dari Abraham, sebagai penunjuk atas Perjanjian dengan Abraham tentang janji Allah untuk memberkati segala bangsa, kaum dan bahasa. Perjanjian dengan Daud sebagai bagian dari janji terhadap tunas Israel atau perjanjian kerajaan. Perjanjian dengan mereka yang dipulihkan dari pembuangan sebagai bagian dari dipulihkannya suatu Perjanjian yang menjadi ―Perjanjian Baru‖ antara Allah dengan manusia. Dari aspek inilah Yesus hadir sebagai penggenapan segala perjanjian anugerah keselamatan yang diwujudnyatakan dalam kehadiran Kerajan Allah ditengah-tengah manusia. Pasal 2 menceritakan tentang para majus yang datang dari Timur membawa penghormatan mewakili dunia non Yahudi atas kelahiran pribadi yang membawa ―dunia baru‖. Persembahan mereka – emas, kemenyan dan mur – sekaligus menjadi penegasan keberadaan Yesus sebagai Raja, Imam dan Nabi. Dijelaskan juga tentang intervensi Allah secara langsung untuk menyelenggarakan pemeliharaan atas bayi Yesus. Dunia berusaha untuk menghalangi maksud Allah, tetapi intervensi Allah membuktikan bahwa rencana-Nya tidak pernah gagal. Kemunculan Yohanes Pembaptis di pasal 3 menjadi ―jalan masuk‖ bagi Yesus. Khotbahnya tentang: ―Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat‖, menjadi sebuah seruan ditengah kegersangan padang gurun, dan bengkoknya hati generasi yang seharusnya mewarisi Kerajaan Allah. Teguran yang keras bagi Israel sebagai turunan ular beludak, menjadi isyarat bahwa Allah sudah menyiapkan kapak untuk menebang ―pohon ― yang tidak menghasilkan buah. Bahkan mereka akan dibersihkan dan Israel yang tetap menjadi debu jerami akan dibakar dalam api yang tak terpadamkan. Setelah disahkannya pelayanan Yesus atas Israel melalui pembaptisan Yohanes dan pencobaan di padang gurun, khotbahnya semakin dipertegas: ―Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat‖. Yesus pun memilih murid dan memulai pelayanan-Nya. Pasal 4:23-25 menjadi paparan pelayanan-Nya. Khotbah yang Yesus sampaikan kepada orang banyak (psl. 5 – 7) merupakan syarat- syarat hidup sebagai warga Kerajaan Sorga, yang membuat orang-orang takjub (psl. 7:28-29). Pasal-pasal berikutnya (8 – 11) berisi tentang aspek pelayanan yang Ia kerjakan dalam mewujudnyatakan Kerajaan Sorga di dunia, yang diakhiri dengan tawaran keselamatan yang Yesus sampaikan pada audience, yaitu: ―Marilah kepada-Ku, 50


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook