Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid - Final

Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid - Final

Published by Bopo D. Yos, 2022-12-11 04:17:15

Description: Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid - Final

Search

Read the Text Version

Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid Penulis modul: Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd. ,M.Pd Indra Sari, SH., M.Pd Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2022

Bahan Ajar Pendidikan Program Guru Penggerak Paket Modul 3: Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah Modul 3.3 “Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid” Edisi Ketiga (Januari 2022) Penulis Modul: Edisi Kesatu (September 2020): • Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd • Indra Sari, S.H., M.Pd. Edisi Kedua (Juni 2021): • Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd.,M.Pd. • Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd • Indra Sari, S.H., M.Pd Edisi Ketiga (Januari 2022): • Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd.,M.Pd. • Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd • Indra Sari, S.H., M.Pd. Editor: Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbudristek _______________________________________________________________________ _____________________ Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Dilindungi Undang-undang Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Lembar Pengesahan Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak. Verifikasi Dr. Kasiman, M.T. Validasi Dr. Praptono, M.Ed.



Kata Pengantar Direktur Jendral Guru dan Tenaga Pendidikan Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders). Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain, pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya. Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas, baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | i

menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat di sekolah. Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP. Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi pendidikan Indonesia. Amin. Jakarta, Januari 2022 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Dr. Iwan Syahril, Ph.D. ii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Surat dari instruktur Selamat datang Ibu dan Bapak Calon Guru Penggerak (CGP) di modul 3.3 yang akan berbicara tentang program yang berdampak pada murid. Modul ini mengajak Ibu dan Bapak untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid. Selama ini, sering sekali kita melihat bahwa program-program sekolah, baik program intra kurikuler, program ko-kurikuler, atau program ekstra kurikuler pengelolaannya hanya menempatkan murid-murid sebagai objek dari program-program tersebut. Mereka memang melakukan, atau menjalankan program-program tersebut, namun banyak yang kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya merasakan keterlibatan itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan, atau hanya sekedar sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, kita semua tahu bahwa pengambilan makna adalah esensi dari proses belajar itu sendiri. Di dalam modul ini, Ibu/Bapak akan mengeksplorasi bagaimana sesungguhnya kita dapat mendorong student agency (yang dalam modul ini diterjemahkan sebagai kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah. Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif, namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika kita berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | iii

Saat di tahapan eksplorasi konsep di dalam modul ini, kami secara sengaja juga akan meminta Ibu/Bapak untuk mencoba mengaitkan konsep yang sedang dipelajari tersebut dengan Standar Nasional Pendidikan. Kami berharap Ibu/Bapak dapat melihat bahwa upaya mendorong kepemimpinan murid dalam berbagai program atau kegiatan di sekolah ini sesungguhnya juga merupakan upaya untuk memenuhi apa yang digariskan dalam Standar Nasional Pendidikan. Menumbuhkan kepemimpinan murid sejatinya adalah bagian dari sebuah upaya kolaboratif yang seharusnya dilakukan oleh semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Semoga proses pembelajaran yang Ibu dan Bapak lalui di modul ini dapat memberikan pengalaman baru, bermakna, dan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas, sehingga dapat membantu Ibu/Bapak dalam melakukan pengelolaan berbagai program atau kegiatan yang berpihak pada murid di sekolah Ibu dan Bapak. Tetaplah semangat! Salam dan Bahagia, Pengembang Modul 3.3, Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd., Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd & Indra Sari, S.H., M.Pd. iv | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Daftar isi Hlm. Kata Pengantar Direktur Jendral Guru dan Tenaga Pendidikan.........................................i Surat dari instruktur .........................................................................................................iii Daftar isi.............................................................................................................................v Daftar Lampiran................................................................................................................vi Daftar Gambar .................................................................................................................vii Capaian yang Diharapkan ...............................................................................................viii Alur Belajar MERDEKA .......................................................................................................x Glosarium......................................................................................................................... xii Pembelajaran 1: Mulai Dari Diri ....................................................................................... 1 Pembelajaran 2.1: Eksplorasi Konsep - Mandiri............................................................... 3 Pembelajaran 2.2: Eksplorasi Konsep – Forum diskusi .................................................. 49 Pembelajaran 3: Ruang Kolaborasi................................................................................. 54 Pembelajaran 4: Demonstrasi Kontekstual .................................................................... 60 Pembelajaran 5: Elaborasi Pemahaman......................................................................... 63 Pembelajaran 6: Koneksi Antarmateri............................................................................ 66 Pembelajaran 7 : Aksi Nyata........................................................................................... 68 SURAT PENUTUP............................................................................................................. 72 Daftar Pustaka ................................................................................................................ 73 PROFIL PENULIS MODUL................................................................................................. 84 Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | v

Daftar Lampiran Lampiran 1. Rubrik Penilaian Ruang Kolaborasi Lampiran 2. Rubrik Tahapan Bagja Lampiran 3. Contoh Format Bagja Lampiran 4. Lembar Periksa PPT di Tahapan Koneksi Antar Materi Lampiran 5. Rubrik Penilaian Aksi Nyata vi | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Daftar Gambar Gambar 1 Profil Pelajar Pancasila Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | vii

Capaian yang Diharapkan Kompetensi Lulusan yang Dituju Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut: ● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. ● Guru Penggerak melakukan pendampingan kepada seluruh komunitas sekolah untuk dapat menggunakan pendekatan reflektif dan iteratif dalam mengelola program dan sumber daya sekolah. ● Guru Penggerak merencanakan, menginisiasi dan mengorganisasi kerangka program pengembangan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid berbasis data dan bukti. ● Guru Penggerak memfasilitasi pelibatan orang tua/wali murid dan masyarakat dalam pengembangan sekolah untuk peningkatan kualitas belajar murid. Capaian Umum Modul 3.3 Secara umum, capaian dari modul ini adalah: ● CGP menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran. ● CGP mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri. ● CGP menerapkan konsep kepemimpinan murid pada program atau kegiatan sekolah. viii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Capaian Khusus Modul 3.3: Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu: 1. menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila. 2. menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid. 3. menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 4. mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 5. merancang sebuah prakarsa perubahan di sekolah dalam bentuk sebuah program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dengan menggunakan model prakarsa perubahan yang di sebut dengan BAGJA. Isi Materi Modul: 1. Kepemimpinan murid: a. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid b. Suara murid, Pilihan murid, Kepemilikan murid c. Kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila 2. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 3. Pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 4. Program atau kegiatan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | ix

Alur Belajar MERDEKA Mulai dari diri (1JP): CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid Eksplorasi Konsep 1 (3JP): Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang: 1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid (students agency). 2. Apa yang dimaksud dengan suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam konsep kepemimpinan murid. 3. Lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid 4. Bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Eksplorasi Konsep 2 (2JP): - CGP akan melakukan diskusi asinkron untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang suara, pilihan dan kepemilikan murid. - CGP akan menemukenali aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam sebuah contoh program atau kegiatan sekolah yang menjadi fokus diskusi. Ruang Kolaborasi (6JP) x | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

- CGP akan bekerja dalam kelompok untuk membuat dan mempresentasikan sebuah contoh (gambaran umum) dari sebuah program atau kegiatan sekolah yang mempromosikan kepemimpinan murid) Demonstrasi Kontekstual (4JP) - CGP akan membuat sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA Elaborasi Pemahaman (2JP) - CGP akan berdiskusi dan melakukan tanya jawab dengan instruktur untuk mengelaborasi pemahaman mereka terkait dengan program atau kegiatan pembelajaran yang menumbuhkan kepemimpinan murid Koneksi antar materi (2JP) - CGP akan melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid. Aksi Nyata (4JP) - CGP menjalankan tahapan B (Buat Pertanyaan) & A (Ambil Pelajaran) berdasarkan model prakarsa perubahan B-A-G-J-A yang telah dibuat sebelumnya pada tahapan Demonstrasi Kontekstual dalam sebuah aksi nyata. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | xi

Glosarium Daring Akronim (singkatan) dari dua kata: “dalam” dan “jaringan”. Dalam Bahasa Inggris, berarti “online”. Agency Agency berasal dari bahasa Inggris yang diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan yang dibuatnya. Student Agency* Kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. *mengingat kata agency belum ada padanannya yang tepat dalam bahasa Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan dalam modul ini, istilah student agency akan diterjemahkan sebagai ‘kepemimpinan murid’ Voice/Choice/Ow Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang nership diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya. xii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Choice (pilihan) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Ownership (Kepemilikan) adalah rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar. Tri Sentra Tri Sentra Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan), merupakan konsep Pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara, yang menerangkan bahwa pendidikan sesungguhnya berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran di dalam proses pendidikan, serta saling mengisi dan memperkuat satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada pemerintah semata, namun termasuk juga keluarga dan masyarakat. Program Program pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu Pembelajaran unit atau kesatuan kegiatan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran, yang memiliki tujuan, dan melibatkan sekelompok orang (guru dan murid) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan Proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan Pembelajaran sumber belajar pada suatu lingkungan yang mengacu pada pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | xiii

Intrakurikuler Program/kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Program/kegiatan intrakurikuler ini terdiri dari mata pelajaran yang memiliki alokasi waktu yang telah ditentukan. Kokurikuler Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan atau pendalaman kurikulum, meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan lain yang ditujukan untuk penguatan karakter Peserta Didik. Ekstrakurikuler Program/kegiatan kurikuler yang dilakukan di luar jam pelajaran, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama,dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kegiatan lebih bersifat ke minat siswa dan pengembangan diri. BAGJA Model manajemen perubahan yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi. BAGJA merupakan terjemahan bebas yang diadaptasi dari model 5D sebagai bagian dari inkuiri apresiatif (Define, Discover, Dream, Design, Deliver) yang diperkenalkan oleh David Cooperrider. xiv | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Pembelajaran 1: Mulai Dari Diri Waktu: 1 JP (90 menit) Kutipan Hari ini \"\"Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak\" -Nadiem Makarim- Tujuan Pembelajaran Khusus - CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid Pertanyaan Pemantik 1. Apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid? 2. Bagaimana kaitan antara program yang berdampak pada murid dengan kepemimpinan murid (student agency)? Bapak dan Ibu calon guru penggerak, Selamat datang di sesi pembelajaran 1, Mulai Dari Diri. Sebelum Ibu/Bapak memulai tahapan pembelajaran 1 ini, kami ingin menyampaikan terlebih dahulu bahwa di sepanjang tahapan pembelajaran dalam modul ini, Ibu/Bapak akan selalu diberikan pertanyaan pemantik di awal setiap tahapan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan pemantik ini tidak perlu dijawab. Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan pemantik tersebut lebih kepada memancing pemikiran dan rasa ingin tahu Ibu/Bapak terhadap materi yang Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 1

akan dipelajari dan menjadi bagian upaya kami untuk mendorong Ibu/Bapak untuk menggali lebih dalam konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini. Sekarang, mari kita mulai sesi pembelajaran 1 ini. Saat Ibu/Bapak bersekolah dulu, Ibu/Bapak tentu pernah mengikuti berbagai program/kegiatan di sekolah. Program/kegiatan itu dapat berupa program/kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Program/kegiatan intrakurikuler merupakan merupakan program/kegiatan utama sekolah yang dilakukan dengan menggunakan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur program sekolah. Program/Kegiatan ini dilakukan oleh guru dan murid dalam jam pelajaran setiap hari dan ditujukan untuk mencapai tujuan minimal dari setiap mata pelajaran dalam kurikulum. Sementara itu, program/kegiatan kokurikuler merupakan program/kegiatan yang dilaksanakan sebagai penguatan atau pendalaman kegiatan intrakurikuler. Program/kegiatan ini meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan lain yang dapat menguatkan karakter murid. Sedangkan program/kegiatan ekstrakurikuler adalah program/kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah, dan diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian murid. Nah, sekarang kami ingin Ibu/Bapak mengingat kembali dan melakukan refleksi terhadap pengalaman Ibu/Bapak yang paling berkesan saat terlibat dalam berbagai program/kegiatan sekolah semasa menjadi murid. Refleksi dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Apa kegiatan/programnya? 2. Siapa yang memprakarsai atau menggagas program tersebut? 3. Berperan sebagai apa Ibu/Bapak saat itu? 4. Bagaimana perasaan Ibu/Bapak saat itu? 2 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

5. Mengapa pengalaman tersebut berkesan untuk Ibu/Bapak? 6. Apa pembelajaran yang Ibu/Bapak ambil dari kegiatan/ program tersebut? 7. Bagaimana pengalaman tersebut berdampak pada Ibu/Bapak sekarang? Apakah berdampak positif atau negatif? Ibu/Bapak dapat mengerjakan dan mengumpulkan jawaban Ibu/Bapak di LMS. Setelah melakukan refleksi dan kemudian membaca judul modul ini, apa yang tergambar di benak Ibu/Bapak? Apa yang Ibu/Bapak harapkan dapat dipelajari pada modul ini? Peran Fasilitator: ● Fasilitator akan memastikan kesiapan dan komitmen CGP memasuki fase-fase selanjutnya. ● Fasilitator memastikan CGP mengumpulkan tugasnya sebelum batas tanggal akhir pengumpulan. Pembelajaran 2.1: Eksplorasi Konsep - Mandiri Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 3

Waktu: 3 JP (135 menit) Kutipan Hari Ini Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat). Ki Hadjar Dewantara Tujuan Pembelajaran Khusus Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang: - kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila - suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid. - lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid - pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Pertanyaan Pemantik: - Menurut Ibu/Bapak, siapakah yang seharusnya memegang kendali terhadap proses pembelajaran murid? - Menurut Ibu/Bapak, dalam hal apa saja dan sebagai apa murid dapat mengambil kendali dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran sekolah? - Bagaimana peran dan keterlibatan murid dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran sekolah dapat berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat? - Bagaimana kita dapat melibatkan komunitas dalam mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid? 4 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Setelah melakukan refleksi di tahapan pembelajaran yang lalu, selanjutnya mari kita cermati beberapa pertanyaan pemantik di atas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak perlu Ibu/Bapak tulis jawabannya. Jadikan pertanyaan-pertanyaan ini untuk memprovokasi pemikiran-pemikiran Ibu/Bapak di sepanjang pembelajaran 2 ini. Saat membaca materi yang diberikan di bagian ini, Ibu/Bapak dapat senantiasa kembali lagi ke pertanyaan tersebut. Sekarang, silahkan Ibu/Bapak membaca materi tentang konsep kepemimpinan murid di bawah ini. Kepemimpinan Murid 1. Apakah kepemimpinan murid ? Dari paket modul 1 dan 2 sebelumnya, Ibu/Bapak telah belajar bahwa murid harus menjadi dasar bagi semua pengambilan keputusan yang kita buat di sekolah. Melalui filosofi dan metafora “menumbuhkan padi”, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama. Pertanyaannya kemudian adalah sejauh mana kita dapat menempatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan program/kegiatan pembelajaran tersebut? Kita semua tentu sepakat bahwa murid-murid kita dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka secara alami adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 5

mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Namun, pernahkah Ibu/Bapak melakukan refleksi dan kemudian menyadari bahwa terkadang, guru atau orang dewasa sering memperlakukan murid-murid seolah-olah mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan, atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka. Kadang-kadang kita bahkan tanpa sadar membiarkan murid-murid kita secara sengaja menjadi tidak berdaya, dengan secara sepihak memutuskan semua yang harus murid pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya, tanpa melibatkan peran serta mereka dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah: 1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya. 2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka. Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki apa yang disebut dengan “agency”. Agency dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Albert Bandura dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human Agency (2006) mengatakan, bahwa menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki agency) berarti orang tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Dalam pandangan ini, pengaruh pribadi merupakan bagian dari struktur kausal. Orang-orang sebenarnya dapat mengatur diri sendiri, bersikap proaktif, meregulasi diri 6 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

sendiri, dan merefleksikan diri. Mereka bukan hanya dapat menjadi penonton dari perilaku mereka sendiri, tetapi adalah kontributor untuk keadaan hidup mereka sendiri. Lebih lanjut, dalam artikel yang sama Bandura juga mengatakan bahwa ada empat sifat inti dari human agency, yang dalam modul ini kita singkat dengan akronim IVAR untuk memudahkan mengingat, yaitu: 1. I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk mewujudkannya. Orang yang memiliki agency akan memahami bahwa dalam mewujudkan niatnya, ia juga harus mempertimbangkan keinginan pihak lain, sehingga berupaya untuk menemukan niatan bersama dan mengelola kesaling- tergantungan rencana. 2. V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar rencana yang mengarahkan masa depan. Mereka yang berpikiran ke depan menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan) sebagai pemandu dan memotivasi tindakan-tindakan mereka saat ini. Hal ini membuat mereka menjadi individu yang bersemangat dan bertujuan. 3. A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator). Setelah memiliki niat dan rencana, ia tidak akan duduk diam dan menunggu. Mereka memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi aksi atau tindakan yang tepat dan untuk memotivasi serta mengatur eksekusinya. 4. R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya. Mereka akan melakukan refleksi terhadap efikasi dirinya, kecemerlangan dan ketepatan pikiran dan tindakannya, dan kebermaknaan dari upaya yang mereka lakukan dalam pencapaian tujuan, serta akan melakukan perbaikan jika diperlukan. Kemampuan metakognitif untuk melakukan refleksi diri sendiri dan kecukupan pemikiran dan tindakan seseorang adalah sifat yang paling jelas dari orang yang memiliki agency. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 7

Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Mengingat bahwa kata agency ini belum ada padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan di dalam modul ini, maka istilah student agency ini selanjutnya akan diterjemahkan sebagai “kepemimpinan murid”. Jika kita mengacu pada OECD (2019:5), ‘kepemimpinan murid’ berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat. Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat 8 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini. Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat kemitraan ini, saat murid belajar mereka akan: - berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya - menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran - menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran - menunjukkan rasa ingin tahu - menunjukkan inisiatif - membuat pilihan-pilihan tindakan - memberikan umpan balik kepada satu sama lain. Di sisi lain, guru yang akan mengambil peranan sebagai mitra murid dalam belajar akan: - berusaha secara aktif mendengarkan, menghormati, dan menanggapi ide-ide, pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif murid-murid mereka - memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid-murid mereka untuk memastikan proses pembelajaran sesuai untuk mereka - mendorong murid untuk mengeksplorasi minat mereka dengan memberi mereka tugas-tugas terbuka - menawarkan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan kreativitas dan mengambil risiko - mempertimbangkan sejauh mana tingkat bantuan yang harus diberikan kepada Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 9

murid berdasarkan informasi yang mereka miliki - menunjukkan minat dan keingintahuan untuk mendengarkan dan menanggapi setiap aktivitas murid untuk memperluas pemikiran mereka. Untuk lebih memahami konsep kepemimpinan murid, Ibu/Bapak dapat membaca tabel berikut ini. Kepemimpinan Murid adalah…. Kepemimpinan Murid bukan... sesuatu yang dapat kita dorong sesuatu yang bisa kita ‘berikan’ atau ‘ambil’ dari murid murid mengambil kepemilikan dan berarti bebas sepenuhnya bagi murid tanggung jawab atas proses pembelajaran karena murid tetap membutuhkan mereka sendiri. bimbingan guru. Terkadang terlalu banyak pilihan dapat menjadi kontraproduktif dan bukannya menginspirasi. murid memiliki suara dan pilihan atas apa berarti tidak ada akuntabilitas murid. Murid yang akan mereka pelajari, bagaimana tetap harus menunjukkan penguasaan mereka belajar dan mengorganisir pengetahuan, konsep, dan keterampilan. pembelajaran mereka. murid dapat memilih arah dan cara berarti mengganti peran guru. Murid justru mencapai tujuan pembelajaran sendiri. memerlukan umpan balik, negosiasi, beradu argumen, tuntunan, coaching dari gurunya di sepanjang proses pembelajaran. 10 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mensyaratkan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Menurut Ibu/Bapak, kompetensi mana yang dapat dapat membantu guru mendorong kepemimpinan murid? Mengapa Ibu/Bapak berpendapat demikian? 2. Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka. Lalu, Apa sebenarnya yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid? Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut: Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 11

1. Suara (voice) Ketika kita berbicara tentang “suara” murid, maka kita sebenarnya bukan hanya berbicara tentang memberi murid kesempatan untuk mengomunikasikan ide dan pendapat. Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya. (www.education.vic.gov.au) Mempertimbangkan suara murid adalah tentang bagaimana kita memberdayakan murid kita agar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perubahan. Suara murid yang otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan bagaimana pembelajaran mereka dinilai. Mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam banyak cara. Suara murid dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana sekolah atau guru dapat mempromosikan “suara murid”: a. Membangun budaya saling mendengarkan. b. Membangun kepercayaan diri murid agar mereka percaya bahwa setiap suara berharga dan layak didengar. c. Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap proses belajar yang telah dilakukan. d. Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap berbagai program dan kebijakan-kebijakan sekolah. e. Melibatkan murid dalam perencanaan pembelajaran. 12 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

f. Melibatkan murid dalam menyusun kriteria penilaian. g. Memberikan kesempatan murid untuk bertanya, memberikan pendapat, berdiskusi dalam berbagai kesempatan dan proses pembelajaran. h. Mengajak murid untuk mendiskusikan keyakinan kelas dan membuat kesepakatan kelas. i. Membentuk dewan murid atau komite-komite yang anggotanya adalah murid- murid untuk memberikan masukan kepada sekolah terhadap berbagai elemen sekolah lainnya (misalnya lingkungan, fasilitas, kegiatan, kantin, seragam). j. Melibatkan murid untuk memberikan saran tentang alat permainan apa yang mereka inginkan ada di halaman sekolah. k. Memberikan kesempatan murid untuk memberi saran terkait menu yang di jual kantin. l. Membuat kotak saran untuk murid memberikan saran dan masukan tentang sekolah. m. Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis proyek. Mengidentifikasi masalah atau persoalan yang terjadi dalam dunia nyata yang menarik bagi murid dan kemudian memberi kesempatan mereka untuk bekerja sama dan bertukar pikiran tentang strategi dan solusi untuk permasalahan tersebut. n. Membuat blog murid dan majalah dinding untuk menyuarakan aspirasi dan kreativitas murid. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 13

Yang disebutkan di atas hanyalah contoh-contoh. Dapatkah Ibu/Bapak menyebutkan contoh lainnya? 2. Pilihan (Choice) Pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. (marzanoacademies.org). Dalam ranah sosial, murid dapat diberikan kesempatan untuk berada dalam kelompok yang sesuai dengan tujuan atau minatnya; dalam ranah lingkungan, murid dapat diberikan kesempatan untuk memilih atau mengatur tempat belajar yang sesuai untuk mereka. Dalam ranah lingkungan, murid diberikan kesempatan untuk memilih lingkungan belajar yang paling mendukung untuk mereka belajar secara maksimal. Sementara dalam ranah pembelajaran, murid diberikan pilihan-pilihan untuk mengakses, berlatih, atau membuktikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam kurikulum. Aiken et al (2016) dalam Thibodeaux et al. (2019), menyimpulkan bahwa memberi pilihan akan memberdayakan murid, mendorong keterlibatan, dan mempromosikan minat dalam pengalaman belajar. Selain itu, memberi peserta didik pilihan dan kepemilikan mensyaratkan bahwa kontrol dalam proses pembelajaran harus diberikan juga kepada murid-murid (Thibodeaux 2017; 2019). Bandura (1997) juga menegaskan bahwa memberikan murid pilihan juga akan meningkatkan motivasi dan otonomi murid, yang dapat memberikan dampak positif pada efikasi diri dan motivasi murid (dalam Thibodeaux et al, 2019). Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana guru dapat memberikan murid-murid ‘pilihan’ dalam proses belajar mereka? Ada banyak cara yang dapat dilakukan. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana guru dapat mendorong dan menyediakan “pilihan” bagi murid-muridnya. 14 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

a. Membuka cakrawala murid bahwa ada berbagai pilihan atau alternatif yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum menentukan sebuah keputusan. b. Memberikan kesempatan bagi murid untuk memilih bagaimana mereka mendemonstrasikan pemahamannya tentang apa yang telah mereka pelajari. c. Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih peran yang dapat mereka ambil dalam sebuah kegiatan/program. d. Memberikan murid kesempatan untuk memilih kelompok. e. Memberikan kesempatan murid untuk mengelola pengaturan kegiatan. f. Menggunakan musyawarah untuk mengambil keputusan, atau jika memang diperlukan melalui voting, untuk memprioritaskan langkah tindakan atau aktivitas berikutnya. Misalnya saat ingin belajar tentang topik tertentu, guru dapat mendiskusikan dan membuat daftar kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan, kemudian meminta murid untuk memilih mana yang ingin mereka lakukan lebih dulu. g. Mengajak OSIS membuat daftar kegiatan (event), dan memberikan kesempatan untuk memilih mana kegiatan yang ingin mereka lakukan di dalam satu tahun ajaran. h. Memberi kesempatan pada murid untuk menentukan sendiri bentuk penugasan yang mereka inginkan. i. Memberikan kesempatan pada murid untuk mempresentasikan hasil kerja/proyek sesuai dengan gaya , minat dan bakat mereka j. Memberikan kesempatan pada murid untuk menggali sumber-sumber belajar sesuai minat mereka. k. memberikan kesempatan pada murid untuk mengevaluasi pembelajarannya. l. memberikan kesempatan pada murid untuk menentukan rencana, jadwal atau agenda dalam melaksanakan pembelajarannya. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 15

Ada banyak lagi contoh lainnya. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya? 3. Kepemilikan (ownership) Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa saat murid berada dalam kursi kemudi proses belajar mereka, maka mereka akan lebih bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri dan menunjukkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses belajarnya. Menurut Duddley-Marling dan Searle yang dikutip oleh Rainer dan Mona dalam artikel yang berjudul Ownership of Learning in Teacher Education (2002:27) bahwa kepemilikan bukanlah sesuatu yang bisa diberikan, melainkan sesuatu yang berkembang dalam struktur dan proses yang menyiratkan rasa hormat terhadap otonomi, kekuasaan, suara, dan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan demikian kondisi-kondisi, struktur, dan proses perlu dikembangkan agar guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang mendorong murid memiliki rasa kepemilikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah: - Memberikan murid kesempatan untuk memilih beberapa kegiatan yang mereka lakukan (misalnya memilih topik untuk dilaporkan). - Memberikan kesempatan murid berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum (misalnya, memutuskan apa yang ingin mereka pelajari). - Memberikan murid kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kelas. - Memberikan murid kesempatan untuk menilai diri sendiri dan terlibat dalam proses penilaian (misalnya, melibatkan murid dalam mendiskusikan kriteria rubrik proyek yang baik). Voltz DL, Damiano-Lantz M. dalam artikel penelitiannya yang berjudul Developing Ownership in Learning. Teaching Exceptional Children (1993;18) menjelaskan bahwa kepemilikan dalam belajar (ownership in learning) sebenarnya mengacu pada rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar. Merujuk pada pendapat tentang konsep kepemilikan, dapat dikatakan bahwa, saat murid terhubung (baik secara fisik, kognitif, emosional) dengan apa yang sedang dipelajari, terlibat aktif, dan menunjukkan investasi pribadi dalam proses belajarnya, 16 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

maka kita dapat mengatakan bahwa tingkat rasa kepemilikan mereka terhadap proses belajar tinggi. Berikut ini adalah beberapa contoh mempromosikan “kepemilikan murid”: - Merespon dan menindaklanjuti masukan dan umpan balik dari murid. - Meminta pendapat murid untuk menentukan bentuk penugasan. - menciptakan lingkungan belajar di mana murid dapat menetapkan tujuan belajar dan kriteria keberhasilan mereka sendiri, dan memantau dan menyesuaikan pembelajaran mereka. - Secara terus menerus tunjukkan kepada murid bagaimana mereka dapat menjadi pembelajar yang lebih baik dari hari ke hari, misalnya dengan belajar untuk menerima kesalahan. Berbagilah dengan murid-murid kita bagaimana terkadang kita membuat kesalahan dan bagaimana kita kemudian belajar dari kesalahan tersebut. Dengan cara ini, murid akan selalu merasa diterima. tidak dituntut sempurna, sehingga merasa nyaman dalam proses pembelajarannya. - Menanyakan kepada murid apa yang mereka ketahui tentang topik yang akan dipelajari atau mendiskusikan pengalaman murid tentang topik tersebut, dan mengkoneksikannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan. - Memosting ide siswa (dengan seizin murid sebagai bagian dari menghargai dan menghormati kepemilikan murid ). - Mengajak murid mengatur layout kelas mereka sendiri. - Mengkondisikan lingkungan fisik yang mendukung kepemilikan. Misalnya membuat papan buletin, yang dapat digunakan murid untuk menampilkan informasi tentang pekerjaan mereka, kesuksesan mereka, dsb. - Mengajak murid untuk mengatur kelas mereka sendiri. - Memajang pekerjaan-pekerjaan murid di kelas. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 17

- Melakukan penilaian diri sendiri (self assessment). - Membuat sudut murid di salah satu bagian sekolah, kemudian memberikan jadwal untuk setiap kelas untuk melakukan sesuatu di sudut tersebut. - Memberi kesempatan murid membawa sumber-sumber pembelajaran yang mungkin mereka miliki dan meminta mereka berbagi. Ada banyak contoh lainnya. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya? Untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam proses belajar, ketiga aspek tersebut tentunya perlu didorong oleh guru. Pilihan dan suara murid menjadi penting agar murid mempunyai rasa ‘memiliki’ proses pembelajaran mereka sendiri. Di sisi lain, melalui pilihan dan dengan rasa memiliki yang kuat, suara mereka kemudian dapat diwujudkan. Perlu diperhatikan bahwa ketiga aspek ini tidak dapat berada di lingkungan yang tidak terstruktur. Ketiga aspek ini harus disematkan dengan hati-hati dalam lingkungan belajar yang menumbuhkembangkan elemen-elemen tersebut secara otentik. Lingkungan belajar yang seperti ini akan mensyaratkan seluruh anggota komunitas untuk ikut terlibat dalam prosesnya. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai dengan Standar Proses perlu diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam program- program dan kegiatan sekolah merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk memenuhi standar proses ini. Dapatkah Ibu/Bapak melihat keterkaitan tersebut? 18 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

3. Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila Sumber gambar: https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/ Di dalam modul 1.2, Ibu/Bapak sudah belajar bahwa Profil Pelajar Pancasila sebenarnya adalah visi dan harapan Indonesia untuk karakter warganya di masa mendatang, sehingga seharusnya menjadi landasan bagi visi sekolah. Upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya. Jika kita telaah lebih lanjut, dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid maka secara bersamaan kita sebenarnya juga sedang membangun karakter murid yang: - beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap dan Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 19

tindakan atau perilaku positif. Murid-murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat, akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara dan alam ciptaanNya. Mengapa? Ini karena mereka akan tumbuh menjadi murid yang merdeka, yang bukan hanya tidak terperintah saja, namun juga dapat menegakkan diri, serta mengatur kehidupan dirinya sendiri, hubungannya dengan orang lain. dan lingkungan dengan baik. Mereka akan mampu menjunjung nilai-nilai kebajikan universal, seperti cinta kasih sesama manusia, kejujuran, dan sebagainya. - berkebinekaan global. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih murid-murid kita untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang percaya diri dimanapun ia berada. - bergotong royong. Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi kebermanfaatan dan kebahagiaan bersama - mandiri. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk 20 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

meregulasi diri sendiri. Mereka akan dapat menetapkan tujuan dan rencana strategis bagi pengembangan dirinya sendiri sekaligus mampu menunjukkan resiliensi dan kemampuan beradaptasi yang baik dalam berbagai situasi, serta percaya diri bahwa ia mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. - bernalar kritis. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas yang lebih luas. - kreatif. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran kreatif mereka. Untuk lebih memperdalam pemahaman Ibu/Bapak terkait dengan elemen suara, pilihan, dan kepemilikan, serta kaitan antara kepemimpinan murid dengan Profil Pelajar Pancasila, silahkan Ibu/Bapak lihat beberapa contoh program atau kegiatan sekolah yang disajikan dalam narasi situasi dan video berikut ini. Setelah membaca dan menonton, Ibu/Bapak akan kami minta untuk melakukan refleksi. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 21

Situasi 1. TK Cahaya memiliki sedikit lahan di samping halaman bermain sekolah yang belum dimanfaatkan. Saat ini, lahan tersebut bukan hanya terlantar namun juga memberikan pemandangan yang kurang apik karena menjadi tempat tumpukan barang-barang yang tidak terpakai. Pak Segar, guru TK B sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Saat ia mengawasi dan mengamati murid-muridnya istirahat bermain, Pak Segar lalu mengajak beberapa murid-muridnya bercakap-cakap. Ia meminta ide dari murid-muridnya untuk mengetahui sebaiknya lahan yang luasnya terbatas tersebut digunakan untuk apa. Ia menanyakan apa saja yang mereka inginkan ada di halaman bermain sekolah mereka. Saat itu, murid-murid memberikan banyak sekali pendapat. Namun, di antara pendapat- pendapat yang diberikan oleh murid, ada salah satunya yang sangat menarik. Murid itu mengatakan bahwa ia ingin ada kebun di sekolah di mana ia nanti bisa menanam biji jeruk yang dimakannya. Pak Segar merasa ide murid tersebut sangat mungkin untuk diwujudkan dengan anggaran yang terbatas. Di kelas, Pak Segar lalu mengajak murid- murid untuk mendiskusikan lebih lanjut ide tersebut. Ternyata ide tersebut juga didukung oleh murid-murid yang lain. Ia lalu meminta murid-muridnya untuk menggambarkan seperti apa kebun impian mereka. Ia juga menanyakan jenis-jenis tanaman apa yang mereka ingin ada di kebun tersebut. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak- anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah. Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan Pak Segar, anak-anak bahkan dapat memberikan gagasan bagaimana kebun ini bisa dirawat bersama oleh murid-murid. Seorang murid, yang ayahnya adalah petani bahkan akhirnya menawarkan akan mengajak ayahnya untuk membantu menyiapkan lahan tersebut supaya siap untuk ditanami, karena ia sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut. Pak Segar lalu membawa ide murid-murid ini kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah sangat mendukung ide tersebut dan meminta Pak Segar untuk mendiskusikan lebih lanjut ide ini dengan guru-guru kelas lain. Setelah dimatangkan, ide yang awalnya berasal dari usulan murid-murid tersebut akhirnya mewujud menjadi sebuah program yang kemudian disebut dengan “Program Kebun Cahaya”. Setiap kelas di TK Cahaya kini memiliki kavling kecil di lahan yang tadinya terlantar tersebut dan secara bersama bertanggung jawab untuk merawatnya. 22 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

Situasi 2 Bu Ara mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid- muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Ara ingin murid-muridnya memiliki rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. Karena murid- murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Ara lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, Ibu Ara ingin sekali mewujudkan desain itu untuk menghargai pilihan murid. Ibu Ara sangat galau, karena ia tahu, kalau ia mewujudkan desain tersebut, kelasnya akan menjadi tidak rapi dan berantakan. Orang tua murid dan kepala sekolah juga pasti akan mempertanyakan. Ibu Ara pun akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung kepada kepala sekolah. Di luar dugaan, kepala sekolah sangat mengapresiasi upaya bu Ara menghargai pilihan murid- muridnya. Lewat proses diskusi dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh kepala sekolah, Ibu Ara akhirnya memutuskan untuk tetap mewujudkan layout tersebut dan akan mengevaluasinya setelah beberapa hari diimplementasikan. Proses evaluasi ini akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga buat murid. Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout pilihan murid tersebut, Ibu Ara pun lalu mengajak murid-muridnya berefleksi dan menanyakan apakah menurut mereka, Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 23

layout ini membantu mereka untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di kelas. Bu Ara memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Ara juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar jendela. Setelah melakukan refleksi, Ibu Ara lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikan layout kelas mereka pun diubah sesuai dengan hasil refleksi, sehingga menjadi lebih efektif. Situasi 3 SMP Matahari setiap tahun memiliki program yang disebut “study wisata” untuk murid- muridnya di Kelas IX. Biasanya, kegiatan ini dirancang oleh guru di awal tahun ajaran dan dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Walaupun kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang selalu dinanti-nantikan oleh murid-murid Kelas IX, namun sejak tahun lalu Pak Atap, salah satu guru kelas IX SMP Matahari merasa kegiatan ini akhirnya hanya menjadi kegiatan wisata rutin, yang lebih bersifat perayaan dan bersenang-senang. Murid-murid memang tampak senang, namun Pak Atap merasa bahwa murid-murid seharusnya dapat belajar lebih banyak lagi dari kegiatan study wisata ini. Di awal semester, Pak Atap menyatakan kegelisahanya ini kepada kepala sekolah yang kemudian menyarankannya untuk membuat komite ad hoc yang disebut dengan Komite Studi Wisata Kelas 9, yang anggotanya adalah perwakilan guru dan murid. Pak Atap lalu mengajak 2 orang perwakilan guru dan 6 orang perwakilan murid dari masing- masing Kelas untuk menjadi anggota komite studi wisata tersebut (ada 3 kelas IX di SMP Matahari dan masing-masing kelas diwakili 2 orang). Karena pelaksanaan studi wisata ini masih lama waktunya, komite ini sepakat bertemu setiap bulan sekali untuk mendiskusikan semua elemen yang terkait pelaksanaan studi wisata dan akan bertemu seminggu sekali sebulan sebelum pelaksanaan program tersebut. Di awal pertemuan komite, Pak Atap menanyakan kepada murid-murid anggota komite tersebut, sejauh ini, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang telah mereka pelajari 24 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

selama di Kelas 9? Pak Atap juga menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan dari kegiatan studi wisata tersebut salah satunya adalah untuk membantu mereka memperdalam pengetahuan dan memperkuat berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari tersebut. Pak Atap lalu menanyakan kepada murid-murid, apa lagi sebenarnya keuntungan dari kegiatan studi wisata ini untuk mereka. Setelah menjelaskan tujuan kegiatan studi wisata, Pak Atap lalu menanyakan destinasi seperti apa yang menarik buat mereka, yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid anggota komite ini kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria. Secara bersama-sama. anggota komite lalu mendiskusikan pilihan-pilihan destinasi ini. Mereka menggunakan checklist yang mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Destinasi yang memenuhi semua kriteria pun akhirnya yang dipilih. Murid perwakilan komite ini kemudian membawa destinasi pilihan ini kepada kepala sekolah. Kepala sekolah lalu meminta komite untuk mempresentasikan ide ini kepada para orang tua Kelas 9. Setelah mendapatkan persetujuan dan masukan dari para orang tua, Komite Studi Wisata inipun lalu mulai melakukan persiapan secara matang. Murid-murid dalam komite ini memberikan gagasan tentang apa saja kegiatan yang akan menarik untuk dilakukan, siapa yang akan memimpin kegiatan, apa yang akan dilakukan saat perjalanan, dsb. Guru-guru dalam komite memberikan pandangan dan perspektif tentang keamanan, risiko, tantangan yang mungkin akan dihadapi, atau memberikan saran saat murid merasa bahwa sebuah ide kelihatannya sulit untuk diwujudkan. Proses diskusi tentang studi wisata ini menjadi sangat kolaboratif. Setelah pelaksanaan Studi Wisata, sebelum komite ini dibubarkan, komite ini juga bertemu lagi untuk kemudian melakukan refleksi terhadap pelaksanaannya dan memberikan saran perbaikan. Saran perbaikan ini akan menjadi dasar untuk diskusi awal oleh komite Studi Wisata yang baru di tahun ajaran yang akan datang. Situasi 4 Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 25

dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakatnya, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang. Situasi 5 Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan 26 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan. Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut. Situasi 6 Pak Tegas adalah seorang guru di sebuah SMK. Sebagai seorang guru di jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) ia kerap didatangi murid-muridnya untuk berdiskusi baik tentang pelajaran ataupun hal lainnya. Suatu hari, tercetus ide dari murid-murid untuk membuat sebuah wadah kegiatan bagi murid-murid TKJ. Murid-murid tersebut mengusulkan satu program ekstra kurikuler yang bisa menampung keterampilan dan keahlian mereka dalam teknik komputer dan jaringan. Berbasis keterampilan dan keahlian mereka di jurusan teknik komputer dan jaringan, akhirnya disepakati nama program ekstrakurikuler itu dengan nama ITS (Information Technology Student). Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemandu dari Pak Tegas, murid-murid lalu mematangkan gagasan tersebut. Mereka mendiskusikan aspek-aspek apa, mengapa, bagaimana, siapa dari program tersebut secara lebih rinci. Setelah cukup matang, Pak Tegas lalu mengajak murid-muridnya untuk mempresentasikan ide mereka ini kepada Wakasek. Murid-murid ini pun lalu mempersiapkan presentasi ini. Ketika mendengarkan presentasi dari murid, Wakasek sangat mendukung. Namun, di pertemuan tersebut Wakasek juga menyampaikan bahwa anggaran sekolah hanya memungkinkan sebagian kecil saja dari ide murid tersebut yang dapat dijalankan. Wakasek meminta murid-murid untuk mendiskusikan kembali kira-kira apa solusi yang bisa dilakukan. Setelah melakukan modifikasi ide beberapa kali, akhirnya berjalanlah program tersebut. Mengingat terbatasnya anggaran, murid-murid memutuskan untuk menyediakan jasa service komputer di tahun pertama pelaksanaan dengan peralatan seadanya yang tersedia di sekolah. Dari kegiatan itu, murid-murid kemudian dapat mengumpulkan uang kas yang kemudian menjadi modal untuk membeli perangkat-perangkat lain yang Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 27

diperlukan. Di tahun-tahun awal, Pak Tegas memberikan pendampingan langsung kepada murid-muridnya ini, Di tahun kedua, Pak Tegas hanya mensupervisi dan mengawasi kegiatan. Pembimbingan dilakukan bukan lagi dari guru kepada murid, tapi dari murid kepada murid. Murid tingkat dua akan membimbing murid tingkat 1. Program ini pun berlanjut menjadi semakin berkembang. Banyak ide-ide murid yang kemudian semakin banyak dapat diwujudkan dalam program ini. Situasi 7 Video di situasi 8 menggambarkan tentang kegiatan komunitas belajar di SD Salam yang menggambarkan suasana pasar tradisional dengan murid yang berperan sebagai pedagang, penjual. Dengan kegiatan ini suara, pilihan, dan kepemilikan murid didorong. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak bersama tayangan video berikut ini. Video Pasar Senen Legi Setelah melihat contoh-contoh di atas, kami yakin Ibu/Bapak telah mulai dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid dan pentingnya mempertimbangkan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Refleksi Setelah membaca beberapa situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 28 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)? 2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak. 3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda! Standar Kompetensi lulusan (SKL) telah mendeskripsikan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Bagaimana seluruh kriteria ini dapat dicapai oleh semua murid kita adalah soal bagaimana kita sebagai guru dapat menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid-murid kita mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan tersebut. Menurut Ibu/Bapak, apakah upaya mendorong kepemimpinan murid secara langsung maupun tidak langsung akan membantu murid-murid kita mencapai SKL tersebut? Selamat, Anda telah menyelesaikan pembelajaran untuk tahapan ini. Sekarang, untuk persiapan tahapan pembelajaran selanjutnya, kami ingin Ibu/Bapak meluangkan waktu untuk membaca materi tentang ‘Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid’ dan ‘Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid’ di bawah ini. Materi ini akan Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 29

menjadi dasar bagi bagi Ibu/Bapak saat berdiskusi di Forum Diskusi saat pembelajaran 3 nanti. Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Noble et al (2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif, hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan, pengoptimalan kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah: 1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif. Lingkungan yang seperti ini akan membuat murid mampu dan berkeinginan untuk melakukan hal-hal secara positif untuk dirinya sendiri serta memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya. Pola pikir positif ini didapatkan oleh murid melalui pengalaman emosi positif dalam konteks sekolah, di mana murid bukan hanya merasa 30 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook