Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore QnA Kulwap Eksklusif - Mencegah Luka Pengasuhan Vol 2

QnA Kulwap Eksklusif - Mencegah Luka Pengasuhan Vol 2

Published by Jannah Hunter, 2022-08-31 06:28:12

Description: QnA Kulwap Eksklusif - Mencegah Luka Pengasuhan Vol 2 by Jannah Parenthood

Search

Read the Text Version

50 15. Q15. Bagaimana cara mengobati \"merasa diabaikan\" agar tidak berimbas pada orang sekitar atau bahkan menyakiti mereka dengan cara yang bahkan saya sendiri tidak menyadari dan menginginkannya? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Jawaban dari pertanyaan ini mirip seperti jawaban nomor 4 ya. Kita nggak fokus di-healing untuk sekarang. Kalau Anda percaya dengan kami, yuk, kita belajar bersama- sama di Workshop Cleansing Emotion (Mengobati Luka Hati Perselingkuhan, Pernikahan, Pengasuhan). Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

51 Seringkali, satu “nama” perasaan yang sedang kita rasakan, boleh jadi kombinasi dan kolaborasi dari banyaknya perasaan yang ada. Dan identifikasi perasaan tersebut, bisa jadi berbeda-beda tergantung *referensi* yang kita miliki. Entah itu dari baca buku, ilmu yang diserap, dan juga dari pengalaman. Maka, penting banget sebelum kita menilai dan menyalahkan luka ini atau luka itu, untuk double *crosscheck* dulu. Apa sebenarnya akar masalah dari “perasaan” yang aku rasakan saat ini? Misal diabaikan. Benarkah memang diabaikan? Atau hanya penilaian subjektif yang itu bukan fakta sebenarnya. Memang beberapa sangat terkait referensi masa lalu. Namun, pemaknaan kita saat ini, itu jauh lebih berpengaruh pada bagaimana *RESPON KITA DI MASA SEKARANG*. Tetap semangat belajar, Ayah Bunda! (Pic from : KECEWA - Seri Perasaan Titipan Allah) ���������������������

52

53 Beberapa orang tua terkadang suka nggak konsisten. Di satu sisi pengen banget anaknya *cepat bisa ini itu* dan menganggap anak-anak adalah orang dewasa versi mini. Pokoknya HARUS BISA, HARUS NGERTI, HARUS PAHAM! Tapi, di sisi lain juga, suka meremehkan kemampuan anak yang jelas Allah berikan *benih FITRAH yang istimewa* salah satunya adalah fitrah kemampuan estetika dan bahasa. Seringkali kita sebagai orang tua suka merasa paling memahami dan mengerti anak. Padahal sejatinya anak adalah titipan. Allah yang mengizinkannya memiliki kecerdasan. Maka, jangan remehkan *fitrah yang sudah Allah berikan* sebagai blue print masing-masing anak. Anak itu tidak terlahir seperti kertas kosong, melainkan sudah memiliki bibit value baik dari Allah Ar-Rahman. Mari, YAKINI kemampuan anak kita, menjadi anak yang cinta buku, cinta ilmu, cinta sumber ilmu, cinta agamanya, cinta orang tua, cinta Rasul dan utamanya cinta pada Rabb mereka. ��������������������� (Salah satu Testimoni paket buku “Seri Perasaan Titipan Allah”)

54 16. Q16. Bagaimana agar kita dapat memperbaiki emosi kita? Seperti misalnya kita tidak bermaksud marah, tetapi ditangkapnya kita marah. Dan anak kita mengatakan kita galak, padahal kita tidak bermaksud suka marah. Semakin kita bersikap serius, jatuhnya jadi kelihatan marah. Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Dengan menyadari bahwa EMOSI dan EKSPRESI adalah dua hal yang berbeda, seperti yang sudah saya share untuk jawaban pertanyaan nomor 6, ya. Ketika orang tidak terlatih untuk memanjangkan jarak antara emosi dan ekspresinya, kadang emosi sama ekspresi itu jadi nggak nyambung. Misalnya, ketika orang tua (emosinya) KHAWATIR melihat anaknya memanjat tralis, tetapi ekspresinya malah jadi MARAH. Sebetulnya nggak nyambung, kan? Nggak sinkron gitu antara emosi yang dirasakan dengan yang ekspresi yang diperlihatkan. Kalau emosinya KHAWATIR, ya ekspresikan kekhawatiran itu sehingga anak bisa merasakan bahwa, “orang tua aku peduli sama aku”. Contoh lainnya adalah emosi PEDULI, tetapi tidak diekspresikan. Itu bisa saja ditangkap oleh orang lain sebagai tanda ketidakpedulian, kan? Contoh yang sering melakukan hal ini tuh biasanya kaum SUAMI. Hehehe.

55 Dan, kenapa ekspresi orang tua bisa diartikan dengan marah oleh sang anak? Bisa jadi karena orang tuanya mengekspresikan serius itu dengan marah-marah, dan itu yang ditangkap oleh sang anak. Padahal kita bisa, lho, menyampaikan sesuatu yang serius dengan suasana hati adem. “Ah, masa sih, Kang?” Iya, bisa. Karena TEGAS itu nggak sama dengan KERAS dan LEMBUT itu nggak sama dengan LEMBEK. Dan kita sebagai orang tua juga sebetulnya bisa menunjukkan ketegasan kita dengan cara yang santun dan tetap sambil tersenyum. Kuncinya juga cuma satu, yaitu BERLATIH. Apa yang perlu dilatih? 1. Berlatih untuk memanjangkan jarak antara EMOSI dan EKSPRESI. 2. Berlatih untuk mengenali jenis-jenis emosi yang sedang dirasakan. Gunakan buku Seri Perasaan Titipan Allah (SIPETA) sebagai alat bantu untuk melatih ini. 3. Rancang EKSPRESI yang tepat agar sinkron dengan emosi yang dirasakan. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb. voice note disini

56 Sepemahaman kami, sepengalaman kami, anak-anak itu sebenarnya akan *mengikuti* bagaimana kita sebagai orang tuanya. Maka cara terbaik bagaimana agar anak berubah, adalah mengubah respon kita sendiri. Kalau misal satu waktu Ayah Bunda bingung bagaimana penanganan pada anak. Coba untuk tutup mata, tarik napas dan hembuskan, lalu bayangkan ketika Ayah Bunda kecil dulu, apa yang diharapkan Ayah Bunda kecil ketika mengalami dan merasakan hal yang serupa??? Maka lakukanlah hal tersebut. Insya Allah kata hati diri kita, semoga mengantarkan pada inspirasi terbaik dalam memperlakukan anak-anak. Maka, ayo kita belajar untuk berdamai dengan setiap masa lalu dan luka yang ada. ��������������������� (Pic from buku : Melatih Emosi Anak Balita)

57 17. Q17. Bagaimana caranya menyampaikan suatu kebenaran kepada anak tanpa harus menyalahkan sikapnya yang tidak mau disalahkan? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart voice note disini Kita sebagai orang dewasa saja, ketika kita bersalah, meski misal belum mengakuinya; namun di dalam lubuk hati yang paling dalam, kita tahu bahwa *kita salah*. Nah, apalagi anak-anak kita yang masih balita, yang fitrah baiknya masih terjaga. Allah Al-Lathif berikan kelembutan hati untuk merasakan benar dan salah. Nah, yang jadi persoalan adalah, boleh jadi ketidakmampuan anak dalam mengekspresikannya, bahkan ketidakmampuan untuk mengenali dan mengidentifikasi perasaan tersebut. Insya Allah pembelajaran yang disampaikan dengan baik, akan bisa sampai ke anak juga dengan baik. Tetap semangat berprogres Ayah Bunda. ��������������������� (Pic from : BERSALAH - Seri Perasaan Titipan Allah)

58 Ayah Bunda yang dari kemarin pengin banget memfasilitasi anak-anaknya khususnya pakai Paket Healing yang terdiri dari paket buku Seri Perasaan Titipan Allah Volume 1 dan 2 serta Qalbun Salim Penghuni Jannah, yang insya Allah membantu melembutkan hati anak, semakin kenal dan dekat pada Rabb-nya dan juga tumbuh cerdas intelektual, spiritual dan juga EMOSI-nya. Langsung japri ke yang mengundang ke grup ya ������

59 18. Q18. Bagaimana cara meredam emosi saat berhadapan dengan anak yang membuat kita kesal? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart voice note disini Mirip pertanyaan nomer 6 dan 16, Saya tambahkan sedikit. 1. SADARI. Siapa yang anak-anak dan lebih dapat dimaklumi bertindak dan berpikir kekanak-kanakan? Dan siapa orang dewasa, yang lebih memungkinkan untuk memaklumi tingkah laku tersebut? 2. SADARI. Siapa yang anak-anak, yang memang ada di tahap “wajar banget” untuk berbuat kesalahan dan “keanehan” karena keterbatasan fisik dan mental sesuai usianya? Dan siapa yang orang tua, yang tugasnya untuk mendampingi? 3. SADARI. Siapa yang anak-anak, yang nggak layak dituntut ABC, tetapi perlu dituntun agar tidak melanggar apa pun? Dan siapa yang menjadi orang tua, yang tugasnya itu menuntun bukan menuntut? Jangan kebolak-balik, ya. Jangan sampai kita maksa anak untuk ngertiin dan memahami orang tua. Ini mah dunia kebalik namanya Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

60 Mungkin dari kita akan ada yang beranggapan bahwa teori tidak semudah prakteknya. Ya memang begitulah kehidupan, penuh ujiannya di sana, kita yang telah memilih dilahirkan dan untuk jadi khalifah. Mengalami berbagai ujian dari-Nya. Maka, permasalahan pengelolaan emosi ini pun adalah salah satu ujian ladang pahala dari-Nya. Bismillah… ��������������������� (Pic from buku : MARAH - Seri Perasaan Titipan Allah)

61 19. Q19. Bagaimana cara membedakan menangis untuk penyaluran emosi dan menangis karena cengeng? Saya mencoba memberikan kesempatan pada anak saya untuk menangis ketika sakit, kecewa, atau kesal. Namun, suami saya selalu bilang \"nanti anaknya jadi manja\", jika dibolehin nangis terus. Nah, ini bagaimana cara menjelaskannya ya? Soalnya kebiasaan di lingkungan rumah anak itu kalau nangis disuruh cepet berhenti. Aneh gitu liat saya mendekap anak yang menangis, Teh. Terima kasih. Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart voice note disini Ayah Bunda boleh cek postingan di sini. link disini Setiap apa-apa yang Allah ciptakan, tentu ada maksud dan tujuan. Sama halnya ketika Allah menciptakan kelenjar air mata, memang fungsinya untuk menangis, mengeluarkan air mata. Yang ternyata punya efek tak hanya membersihkan area mata, melainkan juga penyaluran emosi. Nah, tinggal bagaimana kita mengajarkan anak-anak kita, tentang kapan waktunya menangis, berapa lama, sampai tersalurkan dengan baik itu seperti apa.

62 Karena penyaluran emosi itu adalah HAK SETIAP MANUSIA. Mereka yang tidak tersalurkan emosinya dengan cara yang semestinya, bisa menyalurkan dengan cara yang lain, yang cenderung pada kemaksiatan boleh jadi. Sedangkan anak kita-kita ini yang masih kecil, tentu masih sangat bisa untuk kita arahkan. Bagaimana penyaluran emosi yang tepatnya. Semoga bermanfaat. ��������������������� Wallahu’alam bish shawwab.

63

64 Boleh jadi, anak Ayah Bunda yang “tampak cengeng” itu, bukanlah manja. Mereka hanya anak-anak yang sedang belajar untuk memahami perasaannya. Boleh jadi Ayah Bunda yang belum bisa menemani meraka meregulasi perasaannya bukan karena tidak mau, tapi belum tahu dan masih terbatas pengetahuannya. Maka dari itu, mari Ayah Bunda *perkaya pengetahuan dan referensinya* dengan memfasilitasi ananda paket buku Seri Perasaan Titipan Allah dan seri lainnya, yang khusus dirancang untuk membantu Ayah Bunda semuanya, untuk benar-benar bisa belajar sama-sama memanaje emosi bersama anak- anaknya. Mari jadi progressive parents. ��������������������� (Testimoni paket SIPETA)

65 20. Q20. Apakah anak 10 bulan sudah siap sudah dapat menerima pembiasan? Misalnya, nggak terlalu dimanjakan saat menangis atau saat terjatuh dengan niat mendidik? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart voice note disini Kami selalu mengingat nasihat salah satu guru kami Abah Ihsan bahwa : “Akan ada bedanya orang tua yang belajar atau tidak.” Dan kami yakin, Ayah Bunda di sini adalah orang-orang terpilih yang Allah Al-Lathiif sentuh hatinya. Diantara jutaan orang tua Indonesia lainnya, Ayah Bunda memilih untuk hadir di sini, untuk belajar, menyimak, membaca setiap rangkaian kata dari kami yang atas izin Allah Al-Hadi, mendengarkan setiap VN yang kami berikan, serta senantiasa berdzikir ketika menyadari kekeliruan, juga semangat kembali untuk melakukan perbaikan pengasuhan. Semoga Allah bimbing Ayah Bunda semuanya. Allah permudah kesulitannya. Allah lapangkan rezekinya. Allah berkahi keluarganya. Kami mendoakan yang terbaik untuk semua. Aamin aamin Yaa Rabbal’alamin. ���������

66 21. Q21. Bagaimana menghadapi sibling rivaly pada anak-anak dengan adil tanpa harus menghukum yang melakukan kekerasan atau membuat anak yang mendapatkan perlakuan keras merasa tidak dibela karena saudarinya tidak diberi hukuman? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart voice note disini (Pic from buku : Melatih Emosi Anak Balita)

67 Tidak ada satupun orang yang suka dibanding-bandingkan di dunia ini. Ayah tentu tidak mau dibandingkan dengan Bapak lainnya, suami lainnya, bahkan dengan saudara sendiri pun tak mau dibandingkan. Bunda juga tentu tidak mau dibandingkan dengan Ibu lainnya, istri lainnya, bahkan dengan saudari kakak dan adik sendiri pun tidak mau dibandingkan. Oleh karena itu, mari belajar untuk *menilai anak secara utuh sebagai dirinya*, yang tentu berbeda dengan kakak / adiknya. Perlakukan mereka sesuai kebutuhan masing-masing. Bela yang benar, bukan yang paling terlihat lemah. Sehingga kita perlu menggali permasalahan mereka ketika mereka bertengkar atau salah paham, sebelum memutuskan mau merespon apa. Semoga bermanfaat. Semangat Ayah, Bunda ������������������

68 Dalam paket buku ini, insya Allah anak-anak akan dikenalkan bagaimana interaksi dengan saudaranya, dengan kakak dan dengan adik. Melalui isi buku serta ilustrasi yang sangat relate dengan keseharian anak-anak. Insya Allah. Ayah Bunda bisa banget untuk ikut Arisan, insya Allah mudah banget. Paket eksklusif volume 1 dan 2 ini, semoga jadi wasilah *CERDAS EMOSI SEKELUARGA SAMPAI JANNAH- NYA*. Aamin Yaa Rabbal’alamin. Langsung JAPRI kepada yang ajak masuk ke grup ya, supaya masuk list bestprice ���������������

69 22 Q22. Bagaimana agar anak bisa melupakan saat kita marahi? Kadang ketika saya lelah atau saat sedang emosi, saya jadi mudah terpancing emosi pada anak. Namun, saat sudah selesai baru saya menyesal dan takut jika anak saya mengingatnya sampai dewasa dan menjadi innerchild. Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Nggak bisa. Itu nggak bisa dilupain. Anda boleh cek ke dalam diri Anda sendiri yang kini sudah dewasa. Apakah bisa melupakan sebuah kejadian yang memiliki intensitas tinggi? Tentu saja tidak akan bisa, kan? Bahkan semakin berupaya dilupain, malah makin keingetan. Misalnya, kita mau melupakan suatu kejadian A, kita pasti harus mengingat kejadian A itu diinget dulu, kan? Maka, kalau mau mengajak anak untuk move on itu bukan dengan cara melupakan, tetapi mengikhlaskan dan mengambil hikmah.

70 Kalau kita selaku orang tua tidak sengaja berbuat kebodohan dalam pengasuhan, yang perlu kita lakukan adalah - meminta maaf kepada anak dengan tulus, - minta kepada anak-anak untuk mendoakan kita agar kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik lagi, - tegaskan kepada mereka bahwa perilaku buruk kita jangan sampai ditiru, - minta mereka untuk menjadi pengingat kita, ketika tanpa sengaja kita mengulangi kesalahan yang sama. - katakan kepada mereka bahwa Anda sangat menyanyangi mereka dan berjanji untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi. - berbaikan (seperti kita saat masih kecil habis berantem dengan teman gitu, deh. Hehehe) Nah, seperti di materi pembuka pertemuan 1, nggak ada orang tua yang tidak memberikan luka dan luka itu normal dalam kehidupan anak sehari-hari. Karena luka itu normal, maka pencegahannya adalah mengisi tangki emosi anak dengan cinta. Bayangkan ketika tangki yang kosong, ketika anak merasa dicintai dan dihargai, maka tangkinya terisi. sebutlah terisi 3. Ketika kita sebagai orang tua nggak sengaja marahin anak, tangki yang tadinya terisi 3 mungkin berkurang menjadi 2 atau 1. Tapi setidaknya masih ada sisa, kan?

71 Nah, itulah alasan tangki cinta perlu terus diisi. Karena salah satu alasannya adalah ketika ada kekhilafan kita sebagai orang tua, tangki cinta itu nggak terkikis habis. Dan kata kunci tangki ini adalah validasi anak. Anak yang sudah dicintai, dihargai, dan diterima. Bukan dari klaim orang tuanya, “Kan aku sudah berusaha mencintainya.\". Hal ini bukan berarti mau meniadakan ikhtiar yang yang dilakukan oleh orang tua, tetapi jangan sampai kita keukeuh, “Saya sudah mencintai anak saya sepenuh hati.”, tetapi ternyata sang anak tidak merasa demikian. Salah satu contoh related-nya adalah menasihati anak bukan pada tempatnya atau memberi nasihat di waktu yang kurang tepat. Banyak orang tua yang menganggap bahwa sering memberi nasihat adalah tanda cinta. Maka … Yuk, kita bangun keakraban yang tulus sama anak-anak kita. Isi tangkinya agar tidak sampai kosong dan kering ketika kita tidak sengaja berbuat khilaf. Denyut cinta antara orang tua anak itu selalu ada. Bukan hanya sekadar hubungan formal, hambar, dan kering. Dan sebagai pengingat, Mari simak video satu ini, ya. >> voice note disini Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

72 Beberapa waktu mungkin kita merasa ujian menjadi orang tua berat sekali, dengan berbagai tantangan yang ada di zaman ini. Namun, sebagai orang yang beriman kita perlu yakin bahwa kita sendiri yang telah bersaksi untuk lahir ke dunia, menjadi khalifah-Nya, mengakui Allah sebagai Rabb kita. Maka dunia memang tempatnya ujian, untuk kita mencari setiap ladang pahala. Setiap kepayahan yang dirasa, setiap beratnya ujian kita, adalah bentuk kasih sayang Allah, untuk menjadikan kita naik derajat, hingga punya perbekalan pahala dan kelak bisa bertemu dengan-Nya di Jannah-Nya.

73 Oleh karena itu, proses pengasuhan yang kita lakukan pada anak-anak kita adalah salah satu bentuk penghambaan pada-Nya. Ikthiar memperbaiki pengasuhan sendiri, mengenalkan pada anak tentang konsep tazkiyatun nafs, healing, manajemen emosi adalah bagian memperkuat tauhid anak-anak kita, agar selamat dunia akhirat, dan bisa saling bersaksi kebaikan mempertanggungjawabkan semuanya di akhirat. Semoga Allah beri kekuatan dan kesabaran menjalaninya.

74 ”Gimana caranya dapat GRATIS paket buku SIPETA dan buku Sakeena lainnya???”* Bisa gabung menjadi team reseller paket buku Sakeena? Silakan berakad sama yang mengajak gabung ke grup ini, ya! Kita gandengan sama-sama di kapal dakwah untuk memberantas buta literasi TAUHID, untuk gemilangnya generasi muslim kedepannya. Insya Allah. ������

75 klik video preview disini Kadang kita mungkin suka berpikir “Kenapa sih ya Allah, aku yang harus dipilih untuk dapat ujian ini?” Atau “Kenapa ya Allah harus aku yang merasakan perasaan ini?” Tapi, pernahkah kita berpikir, bahwa boleh jadi kenapa Allah memberikan ujian tersebut, serta pergolakan perasaan tersebut, untuk membuat kita *kembali pada-Nya*? Karena Allah tahu, kita hanya berpaling dan fokus pada-Nya saat kita KESULITAN. Karena Allah RINDU pada kita yang memohon-mohon pertolongan dari-Nya. Karena Allah RINDU kita shalat dan bersimpuh lebih lama ketika kita mengalami ujian pergolakan perasaan yang begitu menoreh luka. Karena Allah Rindu pada kita, hamba-Nya.

76 Diantara milyaran hamba Allah lain yang masih hidup. Diantara tak hingga jumlahnya makhluk Allah yang masih hidup; Boleh jadi, Allah memilih kita menjadi salah satu yang dirindukan oleh-Nya, dengan sentuhan ujian, yang Allah tahu kita bisa melewatinya. Tak pantaslah kita mengeluh sedikitpun kecuali dengan doa : Fabiayyi ‘aalaa irabbikumaa tukadzdzibaaan… ������������������������ Sudahkah bersyukur terpilih menjadi hamba Allah yang dapat ujian dari-Nya??? ������������������������ Mari Ayah Bunda, bergenggaman bersama anak-anak kita, untuk memperbaiki regulasi emosi, agar kualitas ibadah pada-Nya jadi lebih baik lagi. Aamin aamin Yaa Rabbal’alamin…

77 23 Q23. Bagaimana mengajarkan atau memberi pengertian bahwa yang dilakukan termasuk emosi negatif seperti emosi marah? Namun, tanpa sadar kita sebagai orang tua malah lebih sering menunjukkan ekspresi yang seperti itu. Bukankah anak termasuk peniru yang andal? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Cara memberikan pengertian tentang emosi marah, bisa menggunakan buku SIPETA, ya, Ayah Bunda semua. Dan makanya diberi nama PARENTING, karena fokus perubahan itu ada pada orang tuanya dulu. PARENTING bukan untuk menuntut anak untuk berubah, yang mungkin itu nama aktivitasnya adalah CHILDRENING kali, ya. Hehehe. Percaya, deh, kalau kita serius melakukan parenting, akan ada banyak perubahan positif yang kita sendiri akan rasakan, insya Allah. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

78 https://t.me/c/1664956475/841 Beberapa orang tua keliru dalam memaknai mengenalkan “buku bacaan pada anak balita”. Beberapa merasa tidak butuh dengan alasan “Toh anakku masih kecil, belum bisa baca!”

79 Kemudian kelak saat mereka masuk sekolah, seolah “maksa” anak-anak untuk rajin belajar, untuk jadi pintar, untuk langsung bisa ini itu. Padahal, menurut riset para ahli, 7 tahun pertama adalah usia yang “GOLDEN” banget, masa keemasan dimana kita mau kasih value apa ke anak, mudah sekali masuknya. Jadi yang “mahal” dari biaya mengenalkan buku pada anak usia dini, adalah Kebiasaan yang dibangun untuk membuat anak cinta baca, cinta buku, cinta ilmu melalui sumber ilmu yaitu buku. Dan buku untuk anak balita tentu perlu disesuaikan bahan bukunya, kualitas konten ilustrasinya, teks yang sedikit dan mudah dipahami. Sehingga bisa membantu perkembangan kecerdasan anak balita kita. Siapa Ayah Bunda yang berharap anaknya juga cerdas intelektual, spiritual dan emotionalnya???? Cungsss!!! ������������������������������‍♀️

80 24 Q24. Bagaimana mengajarkan anak yang berperilaku kasar kepada saudaranya karena sudah terlanjur emosi? Bagaimana cara mengatur emosi orang tua yang kadang tidak stabil, apalagi kalau sedang lelah? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Anak yang sudah telanjur emosi itu nggak bisa diajarin apa- apa. Sebelum saya menjabarkan alasannya, coba bayangkan yang sedang emosi itu diri Anda sendiri. Anda sedang emosi tinggi dengan pasangan, sedang kesel gitu, ya. Terus, pasangan Anda menasihati Anda, “Istri itu wajib taat sama suami. Nggak boleh membangkang!”. Pada saat itu, apakah nasihat itu bisa langsung masuk ke dalam sanubari Anda yang udah dewasa? Nggak, kan? Nasihat itu bagus, tetapi nasihat yang disampaikan ketika anak lagi emosi itu sama saja bagaikan menyiram bensin ke api yang sedang menyala dan membara.

81 24 Q24. Bagaimana mengajarkan anak yang berperilaku kasar kepada saudaranya karena sudah terlanjur emosi? Bagaimana cara mengatur emosi orang tua yang kadang tidak stabil, apalagi kalau sedang lelah? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Anak yang sudah telanjur emosi itu nggak bisa diajarin apa- apa. Sebelum saya menjabarkan alasannya, coba bayangkan yang sedang emosi itu diri Anda sendiri. Anda sedang emosi tinggi dengan pasangan, sedang kesel gitu, ya. Terus, pasangan Anda menasihati Anda, “Istri itu wajib taat sama suami. Nggak boleh membangkang!”. Pada saat itu, apakah nasihat itu bisa langsung masuk ke dalam sanubari Anda yang udah dewasa? Nggak, kan? Nasihat itu bagus, tetapi nasihat yang disampaikan ketika anak lagi emosi itu sama saja bagaikan menyiram bensin ke api yang sedang menyala dan membara.

82 So, kita nggak bakalan bisa ngajarin anak yang lagi emosi. Nasihatin anak itu dilakukan ketika dia lagi happy. Kalaupun anak berperilaku kasar kepada saudaranya, hentikan perilaku kasarnya itu. Misalnya, pegang pergelangan tangannya. Kalau saya akan megang tangan itu sambil berkata, “Marah boleh, tapi gak menyakiti kayak gini, Kak!!” Anda juga bisa menggunakan buku SIPETA untuk mengajarkan anak tentang memahami emosi. Dan jika Anda sebagai orang tua sedang lelah, normal nggak jika emosi lebih mudah terpancing? Normaal, dooong … Kenapa Anda melabeli diri dan emosi Anda “tidak stabil”? ������ jangan gitu, ah. Yang adil atuh menilai diri sendiri. Jangan melebih-lebihkan, tetapi jangan juga merendahkan nilai diri, ya. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

83 BLAST (Bored Lonely Angry Stress Tired) tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun bisa terjadi pada orang tuanya juga, pada kita. Emosi negatif seringkali lebih mudah tersulut, jika dalam kondisi ini. Biasanya, seringkali, memang berkaitan erat dengan luka pengasuhan, atau kejadian momen traumatic yang membuat terjadinya pergeseran dalam memandang VALUE Kehidupan.

84 Kalau sedang mengalami ini; Pertama, its okay yang dialami itu hal wajar, masih bisa untuk diikhtiarkan. Cari orang yang tepat yang bisa diajak bicara mengeluarkan apa yang dirasakan. Kedua, Ayah bunda bisa menelisik terkait luka pengasuhan yang belum selesai apakah ada? Trauma terhadap apa saja? Perlu di list satu persatu. Karena biasanya saling berkaitan satu sama lain. Ketiga, kalau sudah nemu. Berprogres healing dari setiap luka dan trauma. Kalau perlu bantuan ahli, jangan sungkan. Insya Allah sangat bisa diikhtiarkan. Keempat, fokus mencari kegiatan yang produktif, yang bisa menghindarkan dari kondisi BLAST. Kalau perlu masuk ke komunitas kebaikan, agar progresnya bisa bareng dengan yang lain. Saling menyemangati dalam kebaikn. Kelima, mendekat pada Allah, memperbaiki shalatnya, memperbanyak sedekah, rutin jurnal syukur harian, serta mencoba tadabbur Al-Qur’an. Insya Allah semoga dengan berbagai ikhtiar tersebut; meminimalisir kondisi BLAST baik itu bagi Ayah / Bunda bahkan pada anak-anak juga. Wallahu’alam. ������ Originally created by @fufuelmart.

85 KENAPA SIH PAKET BUKU SAKEENA DIBIKIN BUKU BOARDBOOK KAN JADINYA MAHAL!!! ������������ Paket Buku Sakeena memang banyaknya boardbook, apalagi banyak juga yang pakai elemen interaktif seperti lightbook dan juga sensorybook. Kami memang banyak mengadaptasi buku impor dalam konteks yang dihadirkan. Meski seringkali tantangannya adalah di vendor lokal yang perlu mau diajak berkreasi bersama.

86 Sakeena masih fokus di target anak usia 7 tahun pertama, karena ini masa golden age anak, dalam menyerap apapun informasi yang dia lihat, dengar, dan rasakan. Fitrah keimanan, fitrah pembelajar, fitrah bahasa dan estetika berkembang pesat di masa ini. Maka kami ingin membantu orang tua memfasilitasi hal tersebut. Media boardbook ini jauh lebih cocok untuk anak usia 7 tahun pertama, karena tak setiap anak usia dini telah teredukasi bagaimana adab dalam memperlakukan buku. Sehingga konstruksi boardbook jauh lebih aman. Selain itu, agar lebih awet. Sehingga orang tua bisa dapat amal jariyah berkepanjangan, sampai ke cucu, cicit dsb. Aamin… Karena kita juga gak pernah tahu Sakeena bisa bertahan sampai kapan. ������������ Ketika orang tua paham, bahwa pendidikan tauhid anak itu bukan hanya KEWAJIBAN ORANG TUA, namun juga HAK ANAK. Seperti kata guru-guru kami, setiap anak itu sudah ada rezekinya. Bukan sama sekali merepotkan orang tuanya. Boleh jadi selama ini kita yang sudah “numpang rezeki anak kita”. Sehingga orang tua yang menganggap bahwa memenuhi pendidikan anak melalui buku adalah HAK anak, insya Allah secara otomatis Allah senantiasa cukupkan rezekinya. Karena artinya rezeki yang hadir untuk anak kita telah disalurkan dengan cara yang tepat, dengn memfasilitas ilmu yang memperkuat tauhidnya.

87 “Tapi kan pendidikan gak harus selalu dari buku?” Memang betul, alhamdulillah bagi orang tua yang Allah kasih keilmuan lebih dalam membersamai anandanya. Kalau yang tidak, maka : Buku itu adalah salah satu media yang memudahkan orang tua memenuhi HAK PENDIDIKAN ANAK MENGENAL RABB- NYA, serta KEWAJIBAN orang tua mehindarkan penghuni keluarganya dari api neraka. Semoga Allah ridha sama ikhtiar kita. Aamin aamin yaa Rabbal’alamin. Mari penuhi Hak pendidikan tauhid anak karena ini kelak yang akan dihisab ������������������ Semoga Allah lapang rezeki dan permudah urusan setiap orang tua yang ingin meminang paket buku Sakeena? khususnya Premium Tazkiyatun Nafs untuk bisa hadir membantu media tumbuh kembang anaknya dalam mengenal Allah. Aamin aamin Yaa Rabbal’alamin… ��������� ���������������������

88 25 Q25. Bagaimana menghadapi tanggapan negatif dari orang sekitar maupun saudara tentang anak kita? Terkadang tanggapannya tersebut cenderung membuat kita terhasut dan emosi. Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Nggak bisa. Anda nggak bisa mengontrol kata-kata orang lain dan Anda juga nggak bisa mengontrol cara berpikir orang lain. Sama halnya seperti pikiran Anda, yang nggak bisa juga dikontrol sama orang lain. So … nggak usahlah mikirin hal-hal yang nggak bisa Anda kontrol. Karena itu sangat membuang waktu, pikiran, dan tenaga. Lagipula itu hanya pikiran dan pandangan manusia. Tidak akan membunuh Anda jika tidak ditanggapi. Saran saya, coba alihkan pikiran Anda ke arah yang lebih penting. Misalnya, “Bagaimana Allah memandangku, ya?”. Khawatirlah jika Allah yang justru memandang negatif diri kita. Khawatirlah jika ternyata Allah nggak ridha dengan pola pengasuhan yang kita lakukan. Dan cari tahu dan pelajarilah dengan sungguh-sungguh, apa aja yang bisa mengundang ridha Allah dalam konteks pengasuhan anda kepada anak-anak Anda. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb. voice note klik disini

89 25 Q25. Bagaimana menghadapi tanggapan negatif dari orang sekitar maupun saudara tentang anak kita? Terkadang tanggapannya tersebut cenderung membuat kita terhasut dan emosi. Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Nggak bisa. Anda nggak bisa mengontrol kata-kata orang lain dan Anda juga nggak bisa mengontrol cara berpikir orang lain. Sama halnya seperti pikiran Anda, yang nggak bisa juga dikontrol sama orang lain. So … nggak usahlah mikirin hal-hal yang nggak bisa Anda kontrol. Karena itu sangat membuang waktu, pikiran, dan tenaga. Lagipula itu hanya pikiran dan pandangan manusia. Tidak akan membunuh Anda jika tidak ditanggapi. Saran saya, coba alihkan pikiran Anda ke arah yang lebih penting. Misalnya, “Bagaimana Allah memandangku, ya?”. Khawatirlah jika Allah yang justru memandang negatif diri kita. Khawatirlah jika ternyata Allah nggak ridha dengan pola pengasuhan yang kita lakukan. Dan cari tahu dan pelajarilah dengan sungguh-sungguh, apa aja yang bisa mengundang ridha Allah dalam konteks pengasuhan anda kepada anak-anak Anda. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb. voice note klik disini

90 26 Q26. Bagaimana menghadapi anak yang terus berikhtiar supaya keinginannya terpenuhi sedangkan kita sudah bilang “Tidak”? Namun, anak tetap berikhtiar terus-menerus dengan caranya seperti berguling-guling ke lantai, menangis sampai tersedu, dan seterusnya. Kemudian ketika kita sudah berhasil mengatasi ikhtiar anak, perlu nggak kita sebagai orang tua menyampaikan maaf kepada anak serta menjelaskan kepadanya bahwa semua ini demi kebaikan dia? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Ya, biarkan saja. Namanya meminta itu kan ada adabnya. Emang adab meminta itu guling-guling di lantai? Kalau anak saya yang melakukan guling-guling di lantai, saya bakalan bilang dengan tegas, “Alhamdulillah. Makin yakin Yabi nggak bakalan menuhin permintaan kamu, Nak. Sekalipun kamu guling-gulingnya itu roll depan satu lantai mall ini, itu artinya makin nunjukin bahwa kamu GAK PANTES Yabi penuhin keinginan kamu, Nak.”. Nggak perlu meminta maaf kepada anak, karena yang salah kan anak. Hehehe voice note klik disini

91 Katakan pada anak, “Minta itu ada adabnya, ya.” Dan jangan lupa ajarkan mereka tentang adab itu. Anak pun perlu paham bahwa sekalipun dia meminta dengan penuh adab, bukan berarti keinginannya akan terpenuhi. Meminta itu tidak sama dengan memaksa. “Kakak emang suka kalau Yabi minta makanan kakak? Kakak nggak mau ngasih, tapi Yabi maksa buat dikasih, apa kakak suka?” Buatlah dia merasa tidak enak jika dipaksa. Dan yang namanya “meminta” itu perlu tahu diri, perlu sadar diri. Dia posisinya tidak berpunya, memohonlah sesuatu kepada yang lebih punya. Begitu ya Ayah Bunda. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

92 Media buku, bisa membantu orang tua menyampaikan value yang ingin diberikan pada anak. Tentunya keterbatasa pengetahuan yang dimiliki orang tua, insya Allah tetap bisa di-counter melalui media ini. Misal ketika orang tua mau mengenalkan bagaimana semestinya sikap anak dalam mengelola rasa marah, kecewa dan juga ketika bersalah. Supaya mereka bisa belajar pengalaman secara langsung (Pic from KECEWA, MARAH, BERSALAH - dari tokoh buku. Seri Perasaan Titipan Allah) ������ Apalagi untuk seri ini menggunakan tokoh “AKU”. Insya Allah.

93 27 Q27. Jujur saya sedih karena ngerasa anak bisa lebih nurut ketika saya marah. Apa benar memang ada anak yang harus dikasarin dulu, baru dia nurut? Saya juga pengen jadi ibu yang sabar kayak teh Fufu gitu. Saya juga lelah kalau marah terus. Jangankan marah 5 menit, saya teriak ke anak, “Apa atuh? Kamu tuh maunya apa?”, aja jujur capek ngos- ngosan. Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Anak-anak kita tidak membutuhkan orang tua yang sempurna, yang tampak keren seperti di luaran sana. Anak kita hanya membutuhkan kita orang tuanya yang terus menerus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Allah sebai-baik penutup aib, karena Allah masih memberikan kita kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah saja berprasangka baik pada kita, lantas kenapa kita sendiri mengutuk diri kita sebagai orang tua yang tidak baik untuk anak-anak kita? Ayah, Bunda, kami pun sama masih belajar. Masih terus belajar sampai saat ini dalam menemani anak-anak kami. Yang terlihat baik di sosial media, hanya karena Allah Al-Hafiz yang menjaga aib-aib kami. Insya Allah kita sama-sama belajar jadi orang tua yang lebih baik untuk anak kita masing- masing, ya! ��������������� voice note klik disini

94

95 28 Q28. Bagaimana agar anak biar tidak jedotin kepala ke tembok? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Jangan biarkan anak jedotin ke tembok. Hehehe. Kalaupun sudah menjedotkan kepala, SEGERA DIHENTIKAN. Banyak bertindak ya Ayah Bunda. Tidak perlu terlalu banyak teriak atau berucap. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb. Bisa pakai media ini, ya Bunda. Beri contoh real bagaimana sebaiknya anak- anak menyikapi ketika mereka kesal dan marah. Selain itu, boleh dicek dicari tahu, anak dapat value “jedot-jedotin kepala” darimana? Apakah pernah melihat anak tetangga? Ataukah pernah melihat tontonan di youtube? Atau Karena sejak dalam janin, bahkan pernah melihat anak-anak kita sudah orang tuanya sendiri? Atau merekam banyak hal sehingga bisa masuk ke pikiran bawah bisa juga pengalaman bunda sadarnya. Wallahu’alam. yang ketika hamil, pernah melakukan hal serupa? (Pic from MARAH - Seri Perasaan Titipan Allah)

96 29 Q29. Adakah tips untuk mengelola emosi anak kepada orang tua yang masih tinggal satu rumah dengan mertua/kerabat lain? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Kalau kita mau memperbesar peluang untuk mengendalikan emosi orang lain, termasuk anak-anak kita, maka kunci utamanya adalah kita yang terlebih dahulu mengendalikan emosi kita sendiri. Tujuannya agar kita tidak mudah terprovokasi sama emosi yg lain. Kalau kita nggak bisa mengendalikan emosi kita, maka anak akan mudah terprovokasi. So, kalau kita mau mengendalikan emosi anak kita, kita perlu ingat rumusan ini, sepanas apa pun kondisi di sekitar kita, hati kita harus tetap adem!. Karena ketika hati kita adem, kita bisa mengajak mertua atau kerabat untuk duduk bareng menciptakan solusi terbaik di dalam rumah. Dari hati yang adem, kita juga bisa mengajak diskusi santai mertua atau kerabat yang ada perbedaan pandangan. Kalau lingkungan adem dan penuh cinta sudah terbentuk (bukan lingkungan hambar karena masing-masing sibuk sendiri), pengolahan emosi ke depan akan lebih terkendali. Maka … pengasuhan yang melibatkan banyak pihak itu perlu kesepakatan dan satu bahasa. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

97 ”Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan” -Imam Syafi’i. Terima kasih kepada Ayah Bunda yang masih bertahan sejauh ini untuk terus mengikuti kata hati dan petunjuk Allah, agar stay di grup kulwapp ini. Insya Allah ada maksud baik Allah, membuat Ayah Bunda bertahan dalam menyerap setiap rangkaian kalimat yang kami sampaikan. Dan semoga kita juga bisa menjadi orang tua yang memfasilitasi anak-anak kita untuk senantiasa BELAJAR, mencintai ilmu dam sumber ilmu yaitu BUKU. Sebelum kelak mereka mengkaji kitab Al-Qur’an panduan kehidupan secara langsung. Insya Allah… ������������������������ Barakallah fikum… ������������������ Canun Kamil & Fufu Elmart

98 30 Q30. Akhir-akhir ini jika sedang marah saya sering mengatakan kepada anak saya yang berusia 4 tahun, \"Nanti mama tinggal.\". Bagaimana agar saya tidak mengatakan kalimat itu karena saya tahu kalimat itu bisa menyebabkan perasaan anak saya terluka? Bagaimana agar saya bisa mengatur emosi saya ketika marah kepada anak karena tidak ingin dia mengalami luka pengasuhan? Answer by Canun Kamil & Fufu Elmart Sebetulnya yang dikhawatirkan dari kalimat ini bukan tentang luka pengasuhan, tetapi tentang “integritas orang tuanya” yang sedang dipertaruhkan Maksudnya gimana sih, Kang? Penyebab anak tidak mau mendengarkan nasihat orang tua itu ada 2 faktor. Saya menyebutnya “2 kaki pengasuhan”. Tanpa kaki, kita tetap bisa maju meskipun itu sulit dan lama. Menggunakan satu kaki pun tetap bisa maju, tetapi tidak semudah menggunakan dua kaki. Kaki yang pertama itu adalah namanya KETELADANAN atau integritas. Inilah komponen apakah orang tua “walk the talk” atau nggak.

99 Misalnya, Anda mengancam “mama tinggal”, apakah itu sungguhan dilakukan atau hanya sekadar ancaman kosong? atau Anda mengancam “nanti mainan mama buang!”, apakah itu sungguhan dilakukan atau hanya sekadar ancaman kosong? Kalau hanya ancaman kosong, berhati- hatilah agar keteladanan atau integritas Anda dipertaruhkan. Di mata anak, Anda akan dianggap “Ah, Mama/Papa cuma bisa ngomong doang.” Ketika sudah di titik ini, setiap kata yang keluar dari mulut Anda berpotensi tidak terlalu dianggap, karena dianggap omong kosong dan hanya berbohong. Selain perilaku itu akan ditiru anak, hal tersebut juga berpotensi membuat anak tidak akan terlalu respect dengan kita. Kebayang nggak, kalau nasihat kita nggak masuk di kepala dan hati anak, kita akan kesulitan ketika kita mau mengenalkan Allah kepada anak. Karena dalam pandangan anak, kita itu orang yang tidak layak dia percaya. Nah … Kalau Anda mau mengancam anak, ancamlah dengan sesuatu (kalimat) yang berani Anda melakukannya. Ketika anak melanggar batas, jelaskan dulu batasannya apa dan sebesar besar batas yang dia langgar. Itulah alasan “batasan” itu perlu ada. Berikan konsekuensinya dan kalau melanggar batas. Penting untuk diingat, ancaman tidak boleh dilakukan dalam kondisi orangtua lagi tinggi ya intensitas emosinya. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook