Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore MODUL BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN: PALAGAN JOMERTO

MODUL BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN: PALAGAN JOMERTO

Published by ilva.safiroh, 2021-03-01 06:21:08

Description: MODUL BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN: PALAGAN JOMERTO

Search

Read the Text Version

pihak Belanda dan RI menyebutnya sebagai Perang Kemerdekaan I yang merupakan reaksi atas Agresi Militer Belanda I (Purniyawati,2006;20). Gambar 8 Belanda melakukan agresi militer Mulai tanggal 21 Juli 1947 di beberapa tempat, pertempuran dimulai oleh Belanda secara besar-besaran dan secara bebas. Serangan terdiri atas: 1. Serbuan ke arah pertahanan Indonesia 2. Pendaratan, terutama di sepanjang pantai di Jawa Timur 3. Serangan udara atas semua lapangan terbang di Jawa dan Sumatra, atas kereta api, dan beberapa tempat serta desa. Serangan-serangan sengaja dilancarkan secara mendadak, tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya kepada pihak Indonesia. Akibatnya, yang Kegiatan Pembelajaran 2 45

menjadi korban adalah beberapa anggota pertahanan dan puluhan penduduk yang tidak dapat menyelamatkan diri. Pada Agresi Militer Belanda I, serangannya menggunakan kapal perang dibantu dengan dua pesawat tempur milik Belanda sebagai serangan udara.. Pesawat-pesawat tersebut terbang seraya menyebarkan pamflet di atas kota, tidak lama kemudian mereka menyerang dari udara menggunakan mitraliur berat. Bengkel kereta api tidak luput dari serangan, sehingga menyebabkan satu korban tewas. Pamflet yang beredar tersebut kurang lebih berisi mengenai anjuran penduduk agar tidak lari, sebab “tentara kerajaan dapat menjamin keamanan dan keadaan damai selama-lamanya, jangan membumi- hangus, yang merusak akan dihukum, dan pasukan bersenjata supaya menyerah”. Seorang penduduk menyatakan bahwa, isi pamflet tersebut mengingatkannya pada pamflet yang pernah disebarkan tentara Jepang ketika dahulu hendak menyerbu (Nasution,1978;102). Pada tanggal 20 Juli, terlihat kapal perang Belanda berlayar di Selat Bali. Pada hari yang sama Kereta api dari Banyuwangi menuju Jember mendapat serangan dua pesawat tempur Belanda di 3 Kilometer dengan tembakan mitraliur. Kemudian di muka (Besuki), berlabuh beberapa kapal perang Belanda dan menembaki pantai Blitok, Besuki. Selain itu, beberapa pesawat Belanda menyebarkan pamflet di daerah Besuki yang isinya kurang lebih sama dengan pamflet yang telah disebarkan di Ketapang. Pada hari pertama agresi militer Belanda, Sutan Syahrir sempat lolos dan berangkat ke luar negeri untuk mengunjungi beberapa pusat kegiatan politik di luar negeri guna menjelaskan sikap dan kedudukan RI atas permintaan pemerintah. Sementara itu van Mook dan seorang wakil Jenderal 46 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Sumber: Nawiyanto, dkk. 2018:50Spoor berpidato di Jakarta, ia berkata bahwa sikap RI yang menyebabkan Belanda tidak merasa terikat lagi dengan hasil Perundingan Linggarjati. Belanda juga mengacaukan TNI dengan cara menyiarkan dinas rahasia menggunakan beberapa pemancar yang menyamar sebagai pemancar TNI (Nasution,1978;117). Namun, Sekretariat Panglima Besar RI menyadarinya dan mengeluarkan reaksi bahwa itu bukanlah perintah dari Pemerintah Indonesia. Belanda melakukan berbagai cara untuk dapat menguasai dan menjajah kembali Indonesia, disertai dengan ancaman kekerasan jika diplomasi atau perundingan tidak berjalan lancar. Belanda juga menyiapkan rencana agresi militer untuk dapat menaklukkan Republik Indonesia sepenuhnya. Belanda melancarkan serangan yang memiliki kekuatan besar di Semenanjung Timur Jawa Timur, yaitu melakukan pendaratan di Pasir Putih (Besuki) dan suatu penerobosan di front Porong. Pada tiap tempat, mereka menerobos dengan batalion infanteri pasukan pelopor yang berdiri sendiri, dilengkapi dengan senjata bantuan dan dilindungi oleh angkatan udara. Gambar 9 Pendaratan pasukan Belanda di Pasir putih (Koleksi KITLV, No. KLV001060457) Dalam penyerangan ini, Belanda menghadapi Divisi VII TNI, divisi TNI terkuat dan memiliki peralatan lengkap. Divisi ini terdiri atas tiga resimen, masing-masing menduduki Besuki, Probolinggo-Lumajang, dan Malang. Kegiatan Pembelajaran 2 47

Pertahanan terpusat di daerah demarkasi dan menghadap pangkalan pokok Surabaya. Perjalanan pasukan Belanda menuju Malang berjalan lancar, hal itu dikarekanan adanya pemusatan demarkasi, tetapi pihak Indonesia sudah menduga bahwa Belanda akan melakukan operasi pendaratan untuk menembus pertahanan Indonesia yang berada di garis demarkasi. Aktivitas Belanda di Selat Bali, sering terjadi baku tembak dengan artileri yang bertujuan untuk mencegah infiltrasi oleh pihak Indonesia, serta untuk melindungi Negara Indonesia Timur. Pihak Indonesia berusaha keras untuk mempertahankan Pantai Banyuwangi, membuat Belanda menggunakan seluruh artileri (di luar kebutuhan sektor Malang) di tempat ini. Belanda berusaha membuat Pasukan Indonesia untuk tidak bergerak, dan melakukan pendaratan kecil di Ketapang. Aktivitas mereka justru menarik pertahanan Resimen 40 “Damarwulan” ke tempat tersebut (Nasution,1978;261). Resimen Damarwulan merupakan resimen yang bertugas di wilayah Besuki. Memiliki tiga batalion yang ditempatkan masing-masing di Prajekan (di bawah pimpinan Mayor Rasadi), Bondowoso (di bawah pimpinan Mayor Magenda), dan Banyuwangi (di bawah pimpinan Mayor Abdul Rivai). Komandan Resimen ini adalah Letnan Kolonel Prayudi, berkedudukan di Kota Jember. Terdapat pula Resimen 39 “Menak Koncar”, berkedudukan di Lumajang yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Mohammad Sroedji, bertugas di wilayah Probolinggo-Lumajang. Pada hari pertama agresi militer Belanda, komando resimen dioper oleh Mayor Imam Sukarto. Letnan Sroedji dipanggil oleh Divisi untuk menggantikan Letnan Kolonel Hamid Rusdi, 48 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

komandan territorial Malang yang hilang bersama stafnya dalam tugas memimpin front Lawang ketika itu. Resimen 39 “Menak Koncar” memiliki tiga batalion yang masing-masing ditempatkan di Probolinggo (dipimpin oleh Mayor Abdussarif), Lumajang (Mayor Santoso), dan Jember (Mayor Safiudin). Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda mendaratkan pasukannya di Pasir Putih (yang terletak antara Situbondo dan Probolinggo, di pantai utara daerah Besuki). Di Banyuwangi, Belanda melakukan taktik yang membuat pasukan Indonesia tidak dapat bergerak ke mana-mana dikarenakan pasukan Belanda menggunakan tank dan dilindungi beberapa kapal perang, pasukan Belanda tersebut berangsur-angsur naik ke darat. Belanda kemudian bergerak dalam dua kolone besar. Satu Kolone bergerak kebarat untuk menyerang Probolinggo dan Lumajang dan Kolone lainya menyerang Kota Situbondo kemudian meneruskan perjalanan ke Kota Jember. Kedua kolone ini mengerahkan sebagian pasukan untuk mengejar TNI. Pasukan tersebut terbagi ke berbagai tempat yaitu satu menuju mahameru sampai pronojiwo di perbatasan Malang, satu pasukan lagi terbagi ke arah Klakah-Jember, jalan raya Situbondo-Banyuwangi, dan Jember-Banyuwangi (Nasution,1978;262). Menurut laporan itu didahului oleh kanonade dari kapal-kapal perang dan dipelopori oleh pasukan-pasukan tank, yang membawa bendera “Merah Putih” dan gambar-gambar Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta. Pada tanggal 21 Juli 1947, Mariners Brigade melakukan pendaratan di Pasir Putih, Situbondo. Kemudian pasukan Belanda berhasil menguasai Jalan Raya Pasir Putih, Kraksan, Probolinggo, Hingga ke selatan sampai Leces. Kegiatan Pembelajaran 2 49

Pasukan lainnya menyerbu Situbondo dan Bondowoso; pada hari yang sama kedua kota tersebut dapat dikuasai oleh Belanda. Pendaratan mereka di Ketapang juga membuat Banyuwangi dan Rogojampi berhasil diduduki. Penembakan dilakukan oleh Pasukan Indonesia terhadap artileri pasukan Belanda dari laut ke arah Muncar (Banyuwangi). Pada tanggal 22 Juli 1947, Belanda berasal dari Probolinggo-Leces melakukan perjalanan menuju Lumajang hingga Pasirian. Satu pasukan Belanda lainnya menuju Jember. Pasukan Belanda di Banyuwangi tidak terdengar kabarnya, kemungkinan besar mereka bergerak menuju Kota Jember dan bertemu dengan Pasukan Belanda lainnya yang berasal dari arah Bondowoso. Pada tanggal 23 Juli 1947 hubungan antara Resimen Infantri 39 Menak Koncar dengan Resimen Infantri 40 Damarwulan terputus (Nasution, 1978;262). Bahkan pasukan Indonesia tidak berhasil memperbaiki situasi. Rencana sabotase jembatan dari pasukan Indonesia tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya jembatan yang tidak berhasil dirusak oleh pasukan Indonesia. Tidak berjalannya rencana perusakan jembatan pasukan Indonesia berakibat pada berhasilnya pasukan Belanda mencapai tujuan, menguasai jalan, serta berhasil menguasai kota dan kabupaten dalam waktu 2 hari. Berawal dari ini, pasukan Belanda kemudian melakukan patroli-patroli yang bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pasukan Indonesia. Selain itu, Belanda juga menyebarkan detasemen- detasemen pengawal ke setiap distrik-distrik, persimpangan-persimpangan jalan dan pusat pusat perkebunan. Belanda telah berhasil menguasai wilayah yang dulunya dikuasai pasukan Indonesia. Akibatnya, membuat pasukan 50 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Indonesia harus memikirkan ulang strategi yang akan digunakan untuk melawan pasukan Belanda. Akhirnya, para komandan menghimpun pasukan dan membagi tugas pada bagian-bagian tertentu, sehingga pasukan Indonesia berhasil menyusun kantong-kantong pertahanan pasukan Indonesia yang bertumpu di daerah yang tidak terjangkau gerakan pembersihan yang dilakukan oleh pasukan Belanda. Daerah yang digunakan sebagai kantong pertahanan pasukan Indonesia yaitu wilayah Gunung Semeru, Gunung Bromo, Argopuro, Ijen, dan Raung Sejak awal, kedatangan Belanda telah berhasil menguasai jalan-jalan raya. Sebaliknya, pasukan Indonesia mengalami ketidakstabilan akibat serangan cepat yang dilakukan oleh pihak belanda. Serangan cepat itu berakibat pada moril pasukan Indonesia menjadi tidak beraturan. Namun, di tengah permasalahan-permasalahan yang dialami pasukan indonesia, mereka masih bisa melakukan serangan-serangan kecil yang nantinya meningkat menjadi serangan umum. Serangan yang dilakukan pasukan Indonesia tidak dilakukan sendiri, melainkan dibantu juga oleh rakyat sekitar. Serangan-serangan yang dilakukan pasukan Indonesia dilakukan pada saat malam hari. Pasukan Indonesia beranggapan bahwa menyerang pasukan Belanda pada malam hari mempermudah dan memperbesar peluang keberhasilan serangan. Agresi militer Belanda I di Jawa Timur memiliki tujuan yang sejalan dengan politik belanda di Indonesia. Berbagai serangan yang dilakukan Belanda telah berhasil memperoleh daerah pangkalan yang luas di sekeliling Surabaya yang jauh dari garis demarkasi. Penyerangan yang dilakukan Belanda tidak akan selesai hanya dengan perundingan. Selain itu, Agresi Kegiatan Pembelajaran 2 51

Militer yang dilakukan oleh Belanda juga bertujuan untuk memisahkan ujung timur Pulau Jawa dari Kepulauan Sunda Kecil (Bali), yang pada saat itu dapat ditembus sejak Pasukan Belanda berada di wilayah Besuki dan Madura. Gerakan Belanda di daerah ini menuju ke arah untuk menguasai suatu suku bangsa yang disiapkan untuk menjadi “negara” guna memperkuat posisi politiknya terhadap Republik Indonesia. Kini Belanda melihat Madura dan Oosthoek sudah matang menjadi suatu “negara” baru karena didiami oleh suku bangsa minoritas di wilayah yang suku mayoritasnya adalah Jawa. Ditambah lagi, Oosthoek merupakan daerah perkebunan terpenting di Jawa timur yang menghasilkan tembakau, kopi,dan hasil perkebunan lainnya, serta penghasil beras. Madura juga merupakan penghasil garam di Indonesia. Oosthoek merupakan suatu istilah yang digunakan zaman pemerintah Belanda untuk menyebut wilayah ujung timur Pulau Jawa, salah satu wilayah keresidenan di Jawa Timur, yaitu Keresidenan Besuki dengan Bondowoso yang menjadi ibukotanya pada saat itu (Ohorella dan Gunawan,2001;33) Penyerangan yang dilakukan oleh Belanda dibagi menjadi tiga, yaitu penyerbuan menuju Madura, Malang, dan Besuki-Probolinggo-Lumajang. Pada tiap penyerbuan yang dilancarkan, mereka mengerahkan beberapa batalion infanteri lengkap dengan senjata-senjata bantuan. Terjadinya pertempuran hebat antara Pasukan Belanda dengan Pasukan Indonesia dimenangkan oleh Belanda, dengan bantuan berbagai macam perlengkapan senjata yang memadai dibanding Pasukan Indonesia. Tank- tank milik Belanda berlalu lalang setelah dapat merebut Jember dari Pasukan 52 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Indonesia. Akibat kalahnya Pasukan Indonesia, membuat mereka memutuskan untuk mengundurkan diri dan menghindari pertempuran langsung dengan Belanda. 2. Agresi Militer Belanda II Belanda secara resmi mengumumkan pembatalan Lapangan Persetujuan Renville pada tanggal 18 Desember 1948, Terbang pukul 23.30. Namun, berita belum diterima oleh Indonesia (Nasution,1995;327). Agresi Militer yang Maguwo dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia terjadi untuk kedua kalinya. Serangan ini terjadi pada tanggal Lapangan udara 19 Desember 1948 terhadap ibukota RI, di Yogyakarta pada saat itu. Salah satu latar belakang terjadinya Maguwo (sekarang Agresi Militer Belanda II adalah ketidakpuasan Belanda atas Perundingan Renville yang dimulai sejak Bandara Adi tanggal 8 Desember 1947 sampai tanggal 17 Januari Soetjipto), 1948. Latar belakang terjadinya Agresi Militer Belanda II adalah pertentangan yang terjadi antara pihak dibangun 1938. Di Indonesia dengan Belanda akibat hasil dari masa kolonial Perundingan Renville. Pihak Belanda tetap dengan tuntutannya mengenai “Garis Van Mook” yang menjelang kekalahan Hindia Belanda oleh Jepang, telah dijadikan pangkalan pesawat-pesawat milik Militaire Luchtvaart (ML) (pangkalan udara dari KNIL) memperkecil wilayah kekuasaan Indonesia dan Pemerintahan ad Interim Negara Indonesia Serikat, sementara pihak RI tidak dapat menerima tuntutan tersebut (Lapian, dkk., 1996;5). Kegiatan Pembelajaran 2 53

Agresi Militer Belanda II melancarkan serangannya ke Kota Yogyakarta, Sumber: historia.id dan tidak lama kemudian mereka berhasil menguasai Lapangan Terbang Maguwo, hingga dalam waktu singkat Belanda telah berhasil menguasai seluruh Kota Yogyakarta. Bahkan, Belanda sempat menawan Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta bersama para menteri yang kemudian diasingkan di Pulau Bangka. Sebelum itu, sempat dilaksanakan sidang yang menghasilkan keputusan untuk memberikan mandat pada Menteri Kemakmuran Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang sedang berada di Sumatra untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Gambar 10 Serdadu Belanda tengah menjalankan aksi ofensif ke Yogyakarta Penyerangan yang dilancarkan terhadap Yogyakarta merupakan salah satu operasi terpenting dalam agresi militer Belanda II. Operasi ini mencakup seluruh tujuan Belanda, yaitu sekaligus ingin meniadakan ibukota perjuangan Indonesia. Terbukti dengan adanya Panglima Besar Spoor dan Panglima Divisi KNIL Meier dalam penyerangan ini. Pada tanggal 19 Desember, Yogyakarta resmi jatuh ke tangan Belanda. Panglima Besar Soedirman berangkat ke luar kota untuk memimpin perang 54 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

gerilya. Kemudian pada tanggal 22 Desember 1948, PTTD Kolonel Nasution mengumumkan berdirinya pemerintah militer di Jawa. Sesuai dengan rencana yang telah disepakati, Angkatan Perang memutuskan untuk mengundurkan diri ke luar kota melakukan perang gerilya. Pasukan yang pada awalnya “dihijrahkan” akibat Perundingan Renville, melakukan wingate ke daerah asal mereka. Salah satunya adalah Pasukan Siliwangi, yang melakukan long march dari Jawa Tengah ke Jawa Barat. Agresi Militer Belanda II juga dihadapi di Jawa Timur, Divisi A milik Belanda berada di bawah pimpinan Jenderal Mayor Baay dari KL, terdiri dari 3 brigade yaitu “Mariniersbrigade”, Brigade X, dan “Gardebrigade” IV KL. Mariniersbrigade berpusat di Surabaya, merupakan modal awal dalam merebut Jawa Timur, dengan kekuatan lebih kurang 4.500 orang, memiliki susuan dan formasi seperti tentara laut dalam Perang Pasifik (Nasution, 1995;235). Brigade X, di bawah pimpinan Kolonel Kraan, berkedudukan di Malang, dengan kekuatan lebih kurang 4.000 orang. Tersebar di beberapa tempat, diduga berjumlah 5 batalion infanteri. Garde Brigade IV KL, berpusat di Surabaya. Kesatuan lainnya tersebar di Madura, kekuatan seluruhnya diduga 3 sampai 4 batalion infanteri dengan senjata bantuan yang sepadan. Divisi I milik Indonesia melakukan pembahasan, yang menduga bahwa Belanda merencanakan untuk merebut seluruh Jawa Timur, sehingga mereka dapat mengadakan tekanan terhadap Pemerintah Pusat di Yogyakarta dari jurusan timur, seraya merebut sumber ekonomi, dan daerah-daerah Kegiatan Pembelajaran 2 55

perkebunan dalam keadaan utuh. Belajar dari agresi militer I, pihak Indonesia menduga akan adanya serangan dadakan yang terjadi. Divisi I pada saat itu adalah 5 brigade infanteri dan beberapa batalion yang berdiri sendiri, baru saja dilantik secara resmi. Brigade 1 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sudirman, bertugas di daerah Bojonegoro, memiliki 3 batalion infanteri, yaitu batalion-batalion 15 dipimpin oleh Mayor Sudono (Cepu), 16 dipimpin oleh Mayor Basuki Rakhmat (Bojonegoro), dan Mayor Abdullah (Tuban). Brigade 2 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Surakhmad, bermarkas di Kediri, memiliki kekuatan terbesar yaitu 8 batalion yaitu batalion 20, 21, 22, 131, 41, 38, 35, dan 119, berturut-turut di bawah pimpinan Mayor Mujayin, Sobiran, Banurejo, Sudarsono, Sunaryadi, Sabarudin, Bambang Yuwono, dan Sunandar. Seluruh pasukan ini menduduki daerah Kediri. Brigade 3 di bawah pimpinan Moh. Sroedji berada di sekitar Blitar, sambil menunggu waktu kembali ke daerah asalnya di Besuki. Terdiri atas 3 batalion yaitu batalion 25 dipimpin oleh Safiudin, 26 dipimpin oleh Magenda, dan 29 dipimpin oleh Kapten Sudarmin. Brigade 4 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sujono, berada di pojok Malang selatan sekitar Kepanjen-Turen menantikan saat untuk kembali ke kabupaten-kabupaten Malang. Terdiri atas 4 batalion yaitu batalion 30 dipimpin oleh Mayor Hamid Rusdi, 31 dipimpin oleh Suprapto, 32 dipimpin oleh Abd. Manan, dan 33 dipimpin oleh Syamsul Islam (Nasution,1995;237). Brigade “AS” di bawah pimpinan Mayor Suwido, berkedudukan di Kertosono, bertugas untuk menghambat penyerbuan musuh pada as Jombang-Madiun, mempunyai 2 batalion, yaitu batalion 36 di bawah pimpinan Mayor Sumarsono dan 37 di bawah pimpinan Mayor Budiono. 56 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Terdapat pula pasukan yang berasal dari Madura, dikumpulkan dalam kesatuan bernama “Jokotole” yang dipimpin oleh Mayor Abdul Jama. Kecuali itu, masih terdapat 10 batalion teritorial. Ada yang tersusun dalam bentuk batalion, maupun kompi yang berdiri sendiri. Divisi I telah mempersiapkan diri untuk melakukan perlawanan terhadap serangan Belanda. Markas Besar memberikan tugas yang telah diatur dalam suatu perintah operasi No. 1 untuk gerakan tingkat pertama (Nasution, 1995;240). Dengan mempertimbangkan musuh akan datang dari arah utara, Panglima Divisi I mengeluarkan dokumen yang menyatakan: “Memerhatikan tetap terpeliharanya jalan-jalan hubungan Kepanjen-Blitar-Ponorogo- buat seluruh Jawa Timur, dan jalan hubungan Ponorogo-Wonogiri buat hubungan antara daerah dengan pusat (pemerintahan) adalah syarat yang mutlak dalam menghadapi pertempuran yang akan datang” Rute di atas merupakan jalan yang akan ditempuh oleh Panglima Besar Sudirman dalam perjalanan gerilyanya dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur, jika Yogya direbut oleh Belanda. Dokumen di atas mengandung perintah dan cara menghadapi Belanda yaitu (Nasution,1995;240-214): a. Menghindari pertempuran bersifat frontal (secara langsung) b. Mensabotir segala alat kendaraan, perhubungan dengan maksud mendesentralisir (memecah-mecah) kekuatan musuh agar mudah dipukul mundur c. Menyiapkan kompi-kompi pionir untuk menghadapi perlawanan terhadap kesatuan-kesatuan musuh Kegiatan Pembelajaran 2 57

d. Dalam batas waktu tertentu dapat menahan gerakan musuh di tempat- tempat yang telah ditentukan e. Dalam waktu sesingkat-sesingkatnya dapat menguasai tempat-tempat strategis (perkantongan) (Nasution,1995;240) Di front Surabaya: 1. Daerah segitiga Gresik-Wonokromo-Lengkong 2. Daerah segitiga Mojosari-Pacet-Gempol Di front Malang: 1. Daerah segitiga Punten-Lawang-Nongkojajar 2. Daerah segitiga Prigen-Pandaan-Gempol 3. Daerah segitiga Sukopuro-Probolinggo-Pasuruan 4. Daerah segitiga Sinduro-Randuagung-Rannuyoso Di front Besuki: 1. Daerah segitiga Besuki-Bondowoso-Asembagus 2. Daerah segitiga Ambulu-Jember-Yosowilangun 3. Daerah segitiga Grajagan-Rogojampi-Gerahan Beberapa front di atas memiliki tugas spesifik sebagai berikut: 1. mendirikan daerah Republik otonom di daerah tempat mereka dan memperbesar semangat pertahanan rakyat terhadap Belanda 2. mencegah mengalirnya masuk dan keluarnya barang dari/menuju pelabuhan, termasuk bahan makanan, bibit tanaman, dan lain sebagainya 3. segala gerakan diatur dalam beberapa golongan, dengan cara sembunyi- sembunyi 58 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Persiapan pimpinan pada fase pertama adalah membagi Pimpinan Divisi I dalam 3 komando, yaitu: a. komando I terdiri dari Panglima Divisi, Sekretaris, dan Staf I. Memimpin langsung Brigade 1, Brigade 2, dan Brigade “AS” b. komando II terdiri dari Kepala Staf Divisi, Staf III, Staf IV, dan Pmt. Memimpin langsung Brigade 3 dan Brigade 4 c. komando III terdiri dari Kepala Staf II dan beberapa anggota Staf I. Memimpin langsung “Komando Wingate”, “Briwijoyo”, dan “Hayam Wuruk”, serta kesatuan “Jokotole” (Nasution,1995;241) Brigade 1 bersama batalionnya, sebagai sayap kiri, memerhatikan gerakan Beladan dari arah Surabaya dan Jawa Tengah, selanjutnya wehrkreise di Keresidenan Bojonegoro. Brigade 2 bersama kesatuan-kesatuannya menghadapi front Surabaya dengan memerhatikan segala kemungkinan dari arah Malang dan pendaratan di pantai selatan, selanjutnya wehrkreise di Keresidenan Kediri. Brigade 3 bersama kesatuan-kesatuannya “Wingate” menghadapi front Besuki dengan memerhatikan arah Lumajang-Klakah-Jember-Banyuwangi. Brigade 4 dengan kesatuan-kesatuannya menghadapi front Malang dengan memerhatikan arah Malang-Besuki-Pasuruan-Probolinggo-Turen- Lumajang (Nasution,1995;241). Setelah persiapan dilakukan, pada tanggal 20 November 1948 dikeluarkan sebuah “Perintah Operasi” No.1/HMDT/48 melalui RRI Kediri. Kepada seluruh kesatuan yang akan melakukan “Wingate”, sebagai berikut: INSTRUKSI No.1/gmdt/48 Kegiatan Pembelajaran 2 59

1. Seluruh anggota Angkatan Perang berkewajiban untuk melaksanakan Program Nasional 2. Mengenai sumber-sumber ekonomi adalah menjadi sasaran yang pertama, guna melanjutkan perjuangan pada hari berikutnya 3. Karena politik daerah Republik, dapat menggunakan alat-alat pemerintah (politik) yang berada di daerah tersebut adalah syarat mutlak, kecuali jika terdapat hal yang bertentangan dengan poin di atas. 4. Segera mengatur persiapan pertahanan total (tentara dan rakyat) ketika telah menduduki tempat demi tempat 5. Gerakan-gerakan pertempuran (gerilya) secara garis besar, hanya dapat dilakukan 1 kesatuan. Oleh karena itu kesatuan tersebut perlu dilengkapi dengan bagian lainnya seperti intelijen, perlengkapan, regu pioneer, dan sebagainya 6. Perawatan antara lain, jaminan, korban-korban, dan sebagainya, secara garis besar dapat diatur bersama dengan penduduk setempat (pertahanan rakyat) 7. Pos-pos untuk mengambil dan mengirimkan mesiu harus diatur bersama dengan kesatuan-kesatuan yang berada di belakangnya 8. Dan sebagainya (Nasution,1995;243) Bagi kesatuan yang melakukan gerakan pertahanan, diberikan perintah sebagai berikut: INSTRUKSI No. 2/GMDT/48 60 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

1. Jika daerahnya telah menjadi medan pertempuran, maka tiba saatnya bagi masing-masing anggota Angkatan Perang untuk melaksanakan tugasnya, melindungi nusa dan bangsanya terhadap Belanda 2. Menguasai sumber-sumber ekonomi merupakan syarat mutlak yang dilakukan agar dapat melanjutkan perjuangan pada tiap harinya 3. Gerakan-gerakan pertempuran (gerilya) secara garis besar, hanya dapat dilakukan 1 kesatuan. Oleh karena itu kesatuan tersebut perlu dilengkapi dengan bagian lainnya seperti, regu pioneer 4. Dapat memberikan peranan nyata di tempat yang dianggap penting merupakan salah satu taktik terbaik 5. Menurut pengalaman, pertempuran dalam kota sulit untuk dilakukan. Maka, taktik bumi hangus harus dilakukan 6. Memelihara dengan baik semua alat perhubungan yang ada (Nasution,1995;244) Divisi “A” Belanda, menyerang tempat-tempat yang pertahanannya lemah. Mulai dari Glondong di pantai utara Bojonegoro, kemudian Kepanjen, Malang Selatan. Beberapa hari kemudian di sektor Jombang-Madiun. Kolone yang mendarat di Glondong segera bergerak untuk menyelamatkan perusahaan minyak Cepu, tetapi TNI sudah terlanjur menghancurkannya sebelum “Marbrig” Belanda tiba. Kolone yang bergerak dari Malang menuju Kota Kediri bersama anak- kolone. Kota ini tidak sempat dibumihanguskan secara sempurna oleh TNI. Kolone yang dari Madiun menuju Jombang, bertemu dengan kolone-kolone lain, sehingga dalam satu minggu, mereka berhasil menduduki kota penting dana jalan raya utama. Kegiatan Pembelajaran 2 61

Terasa aneh jika dipikir, karena Belanda tidak berusaha untuk menghadang atau menghancurkan pasukan TNI, yang justru menyerbu wilayah Besuki, Malang, dan Surabaya. Tentara Belanda sudah mengetahui bahwa TNI sedang melakukan “wingate” dan sedikit banyak mengenai penempatan pasukan-pasukan tersebut. Belanda mengetahui bahwa TNI menempatkan pasukannya di garis demarkasi, sehingga pasukan Belanda dikerahkan secepat mungkin agar menguasai daerah Republik yang masih diakuinya dalam Perundingan Renville (Nasution,1995;246). Pihak Belanda merasa harus bergerak secepat mungkin untuk dapat mengacaukan dan mematahkan pasukan TNI, serta untuk menghindari politik bumi hangus secara besar-besaran. Mereka sudah menyusun rencananya dengan rapi. Berdasarkan pengalamannya dalam agresi militer I, tujuan pokok Belanda yaitu untuk menghancurkan batalion-batalion TNI yang banyak di wilayah Jombang dan Blitar. Karena sekali pasukan TNI bergerak dan berpisah, akan sangat sulit bagi Belanda untuk menemukannya kembali dan menghancurkannya. Pihak Indonesia menduga Belanda akan mengulangi rencana agresi militernya yang pertama, yaitu mengutamakan pendudukan kota-kota dan jalan-jalan raya dengan segera, kemudian menyatakan bahwa Republik telah runtuh dan pasukan TNI sudah pecah. Jadi, mereka tidak mengutamakan operasi-operasi untuk menghancurkan pasukan-pasukan TNI. Pihak pasukan Indonesia sejak awal berpikir bahwa Belanda akan mengubah siasat penyerbuannya, yaitu untuk menghindari terjadinya perang gerilya yang dahsyat, wujud dari setiap perang kemerdekaan yang bersifat perlawanan rakyat Indonesia. Untuk itu, syarat pertama adalah 62 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

menghancurkan TNI, bukan merebut kota-kota serta menawan pemimpin- pemimpin politik. Belanda memiliki dinas rahasia yang rapi, sehingga mengetahui keadaan dan kedudukan TNI dengan teliti, serta memiliki kolone ke-5 yang luas dan tersebar di kalangan Indonesia. Dapat dilihat dari hangatnya perang psikologis dan dari laporan-laporan mereka yang jatuh ke tangan Indonesia. Belanda memiliki kemampuan yang taktis dan teknis, serta memegang inisiatif sepenuhnya untuk menyerbu. Kesimpulannya adalah Belanda kurang mewaspadai perang gerilya, kurang menilai kemampuan perlawanan TNI. Berdasarkan pengalaman dari agresi militer Belanda I, Markas Besar mendesak supaya setiap kesatuan berusaha agar tidak sampai dihancurkan oleh musuh. Tujuan utamanya adalah segera mundur ke luar kota, menghindarkan diri dari pertempuran-pertempuran terbuka, dan sesegera mungkin membangun kantong-kantong (gerilya) (Nasution,1995;248). Kekuatan Indonesia terletak pada perang gerilya yang lama, yakni menghabiskan tenaga dan ketelitian musuh. Sedangkan kelemahan pihak Belanda, terletak pada keharusan mereka mendapatkan kemenangan sesegera mungkin, dan karena mereka tidak mampu menghadapi perang gerilya yang luas dalam pertahanannya. Perlawanan rakyat Indonesia dititikberatkan pada perang gerilya yang lama. Sebaliknya, Belanda berusaha menghindarinya, oleh karenanya mereka harus lebih menekankan pada penghancuran TNI. Cara penyerbuan Belanda dalam agresi militer II merupakan keuntungan bagi Indonesia. Dengan kelebihan yang dimilikinya, seharusnya Kegiatan Pembelajaran 2 63

Belanda mampu untuk menyerang dan menghancurkan pasukan TNI yang tengah berada pada pusat-pusat kota. Jika Belanda dapat memanfaatkannya dan melakukan serangan secara mendadak, maka usaha yang dilakukan pasukan Indonesia menjadi sia-sia (dengan memerintahkan “latihan umum” seluruh Jawa sebagai kamuflase untuk memindahkan pasukan-pasukan, peralihan ke tugas-tugas gerilya, dan mengatur perusakan di garis terdepan). Namun, terdapat kemungkinan bahwa justru karena itulah, Belanda mempercepat agresinya. Tetapi, kemungkinan tersebut dirasa tidak benar karena latihan-latihan yang diadakan oleh pasukan Indonesia dilakukan setelah perundingan selesai, dan di Jawa Timur belum lagi dimulai (agresinya). Kegagalan Belanda dalam fase pertama menjadi awal mula kegagalan seluruh aksi militernya, bahkan seluruh politiknya di Indonesia (Nasution,1995;248). Perang gerilya lama sangat ditakuti oleh para pemimpin Belanda, dan sangat diwaspadai oleh beberapa negara besar Blok Barat karena perang gerilya merupakan sumber kekacauan dan merupakan mangsa bagi aliran- aliran radikal seperti komunis dan Darul Islam. Untuk strategi perang dingin negara-negara Barat, perlu adanya keamanan dan adanya stabilitas di Asia Tenggara. Oleh karena itu, perang gerilya harus dihindari. Terlebih untuk Belanda, sebagai negara kecil yang tidak memiliki tenaga yang cukup dalam menghadapi perang gerilya yang lama dan luas. Perang gerilya inilah yang nantinya akan memusnahkan modal Belanda yang banyak tertanam di Indonesia. Kesimpulan Tulislah hasil dari diskusi bersama dengan teman-temanmu di bawah ini! 64 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………….……………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………...…………………… Kegiatan Pembelajaran 2 65

RANGKUMAN Rangkuman  Agresi atau serangan Militer Belanda I adalah serangan serentak yang dilakukan Belanda terhadap daerah-daerah Republik Indonesia. Pada tanggal 20 Juli 1947, pihak Belanda mengingkari persetujuan yang telah disepakati dalam Perundingan Linggarjati. Perundingan yang telah disepakati tersebut hanya digunakan tipuan, sementara Belanda tengah menghimpun kekuatan militer untuk menyerang dan menghancurkan Republik Indonesia.  Tujuan serangan yang dilakukan pertama oleh Belanda adalah agar dapat segera menduduki sejumlah kota di pedalaman, seperti kota kabupaten, tempat-tempat persimpangan jalan raya, dan pusat-pusat perkebunan.  Terjadi pertempuran hebat antara tentara Belanda dengan tentara Indonesia, yang dimenangkan oleh Belanda dengan bantuan berbagai macam perlengkapan senjata yang lebih memadai dibandingkan dengan tentara Indonesia. Tank-tank milik Belanda mondar-mandir setelah dapat merebut Jember dari tentara Indonesia. Tentara Indonesia yang tadinya bersama-sama berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan akhirnya mengundurkan diri dan menghindari pertempuran secara langsung dengan Belanda.  Agresi Militer Belanda II adalah peristiwa penyerangan yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia untuk kedua kalinya. Serangan ini terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap ibukota RI, di Yogyakarta pada saat itu. Salah satu latar belakang terjadinya Agresi Militer Belanda II adalah ketidakpuasan Belanda atas Perundingan Renville yang dimulai sejak tanggal 8 Desember 1947 sampai tanggal 17 Januari 1948.  Latar belakang terjadinya Agresi Militer Belanda II adalah pertentangan yang terjadi antara pihak Indonesia dengan Belanda akibat hasil dari Perundingan Renville. Pihak Belanda tetap dengan tuntutannya mengenai “Garis Van Mook” yang memperkecil wilayah kekuasaan Indonesia dan Pemerintahan ad Interim Negara Indonesia Serikat, 66 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

sementara pihak RI tidak dapat menerima tuntutan tersebut  Pasukan Indonesia menghindarkan diri dari pertempuran-pertempuran terbuka, dan sesegera mungkin membangun kantong-kantong (gerilya). Kekuatan Indonesia terletak pada perang gerilya yang lama, yakni menghabiskan tenaga dan ketelitian musuh. Sedangkan kelemahan pihak Belanda, terletak pada keharusan mereka mendapatkan kemenangan sesegera mungkin, dan karena mereka tidak mampu menghadapi perang gerilya yang luas dalam pertahanannya. Perlawanan rakyat Indonesia dititikberatkan pada perang gerilya yang lama. Kegiatan Pembelajaran 2 67

UJI KOMPETENSI 2 1) Bagaimana keterkaitan antara Agresi Militer Belanda I dengan Perundinngan Linggarjati? 2) Tujuan serangan yang dilakukan Belanda pertama kali adalah menduduki sejumlah kota di pedalaman, padahal akan lebih mudah jika Belanda menduduki pusat kota yang lebih strategis. Mengapa Belanda berpikir demikian? 3) Pada saat Agresi Militer Belanda I, pasukan Indonesia mengalami ketidakstabilan akibat serangan cepat yang dilakukan oleh Belanda. Bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi oleh pasukan Indonesia, sementara pasukan Belanda telah berhasil menguasai jalan-jalan raya? 4) Pasca Agresi Militer Belanda I, Belanda dan Indonesia berhasil melakukan gencatan senjata melalui Perundingan Renville. Namun, ternyata Belanda kembali melancarkan agresi militernya yang kedua. Bagaimana keterkaitan Agresi Militet Belanda II dengan Perundingan Renville? 5) Pada Agresi Militer Belanda II, Belanda tidak berusaha untuk menghadang atau menghancurkan pasukan TNI. Akan lebih mudah jika mereka langsung menyerang, karena Tentara Belanda sudah mengetahui bahwa TNI sedang melakukan “wingate” dan sedikit banyak mengenai penempatan pasukan- pasukan tersebut. Mengapa Belanda tidak langsung menyerang pasukan TNI? 68 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Umpan Balik Koreksi hasil jawaban kalian yang ada pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban benar yang kalian peroleh, kemudian gunakan Roemus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman materi yang telah kalian pelajari pada kegiatan 1. ������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ ������������������������������������ = ������������������������������ℎ ������������������������������������������ ������������������������������ ������ 100 = ⋯ ������������������������������ℎ ������������������������ Kriteria Penguasaan: 85%-100% = Sangat Baik 75%-84% = Baik 65%-74% = Cukup 55%-64% = Kurang 0-54% = Kurang sekali Kegiatan Pembelajaran 2 69

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 PETA KONSEP STRATEGI DAN BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN SEKUTU DAN BELANDA Strategi dan Bentuk Perjuangan Strategi dan Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dari Ancaman Belanda Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Perundingan Perang Konflik Daerah Palagan Jomerto

TUJUAN PEMBELAJARAN 1) Peserta didik dapat menganalisis penyebab terjadinya Palagan Jomerto 2) Peserta didik dapat menganalisis dampak terjadinya Palagan Jomerto AKTIVITAS PEMBELAJARAN 1) Stimulus Bacalah artikel di bawah ini! Pada tanggal 18 September 1948, PKI melakukan pemberontakan di Madiun, Jawa Timur. Mereka bersenjata, bergerak untuk menguasai kantor-kantor pemerintahan, bank, dan juga kantor telepon. Mereka menduduki markas Sub-Teritorial Comando (STC), markas Staf Pertahanan Djawa Timur (SPDT), markas Corps Polisi Militer (CPM), dan kantor polisi, serta menawan beberapa orang anggota TNI. Untuk menghadapi pemberontakan PKI di Madiun itu, Kabinet Hatta dalam sidangnya tanggal 19 September memutuskan untuk menghadapinya dengan kekuatan senjata. Markas Besar Tentara segera menyusun rencana operasi. Namun, tidak hanya TNI yang berperan sebagai alat untuk mengatasi pemberontakan PKI di Madiun, tetapi juga Mobrig (Mobile Brigade Polisi). Mobile Brigade Polisi merupakan pasukan khusus kepolisian yang diikutsertakan dalam tugas-tugas operasi militer. Pasukan Mobile Brigade Polisi memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, dengan persenjataan relatif lebih lengkap dibandingkan dengan kesatuan polisi lainnya. Kegiatan Pembelajaran 3 71

Mobile Brigade Polisi dapat disebut juga Polisi Istimewa. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda, Mobrig memiliki keterlibatan. Pasukan ini ditugaskan untuk ikut serta dalam tugas operasi menumpas Pemberontakan PKI Madiun. Untuk menumpasnya, pasukan yang ditugaskan adalah Mobile Brigade Keresidenan Surabaya dan Mobile Brigade Besar Jawa Timur. Dalam MBB Jawa Timur, di dalamnya terdapat Mobile Brigade Keresidenan Besuki yang hijrah akibat Perundingan Renville, dari Jawa Tengah tergabung juga Mobile Brigade yang memiliki persenjataan relatif lengkap, terlatih, serta mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap pemerintah RI Yogyakarta. Upaya yang dilakukan pertama kali adalah membentuk satuan tugas, yang terdiri dari Mobile Brigade Besar Jawa Timur. Seluruh pasukan terlibat pertempuran dengan pasukan komunis. Namun, karena kekuatan pemberontak yang tidak seimbang maka mereka memilih untuk mundur. Selang beberapa saat, Mobile Brigade mendapatkan perlawanan yang mampu memukul mundur pasukan komunis pemberontak, dan rangkaian pertempuran lainnya yang berhasil, akhirnya membuat Madiun kembali dikuasai oleh Mobile Brigade. Pada 2 Oktober 1948, Ponorogo yang dipertahankan oleh komunis diserang oleh Mobile Brigade. Selang waktu yang singkat, Ponorogo berhasil direbut kembali. Setelahnya, pasukan komunis yang merasa tidak terima jika dikalahkan, kembali menyerang Ponorogo, yang berakhir dengan kegagalan. Ponorogo kembali dapat dipertahankan 72 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

oleh Pasukan Mobile Brigade, hingga terjadilah Agresi Militer Belanda 2 pasca Perundingan Renville. 2) Identifikasi Masalah Kota Ponorogo merupakan kota yang berhasil direbut kembali (setelah Madiun), pasca Pemberontakan Komunis Madiun pada 18 September 1948. Pasukan Mobile Brigade kemudian ditugaskan untuk melakukan pencarian terhadap orang-orang yang dicurigai terlibat dalam pemberontakan, sambil mengumpulkan informasi. Mereka juga bertugas menjalankan penugasan operasi pasifikasi dan tinggal di Ponorogo selama beberapa waktu sampai Belanda melancarkan agresi militer, yang membuat Pasukan Mobile Brigade Polisi hijrah menuju Besuki. Bagaimana hijrah (long March) yang dilakukan oleh Pasukan Mobile Brigade? Apakah terdapat peristiwa yang terjadi selama menuju tujuan kantung gerilya? 3) Pengumpulan data Temukan informasi yang berasal dari mana pun, yang bisa kamu akses. Bisa internet, majalah, koran, jurnal, atau artikel terkait dengan identifikasi masalah yang telah kamu temukan 4) Analisis data Diskusikan hasil dari kumpulan data yang telah kamu temukan bersama dengan teman-temanmu 5) Pembuktian/verifikasi Kegiatan Pembelajaran 3 73

Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Belanda Dalam Bentuk Palagan Jomerto 1. Palagan Jomerto a. Situasi Umum Perundingan Renville yang berlangsung di Jakarta, menuai berbagai macam permasalahan. Salah satunya adalah kesalahan tafsir oleh kedua negara, Belanda beranggapan bahwa Indonesia telah melanggar gencatan senjata yang telah ditandatangani, sementara Indonesia juga menganggap Belanda yang telah melanggar kesepakatan gencatan senjata. Tidak terjadi titik temu di antara keduanya. Bersamaan dengan itu, mendekati persetujuan gencatan senjata, Belanda mencoba dengan sekuat tenaga menduduki hampir semua senjata kecamatan yang sebelumnya tidak pernah mereka kuasai dan pihak Belanda bermaksud memanfaatkan situasi dimana pemberontakan PKI. Musso, PKI Madiun telah menusuk pemerintah RI dari belakang, sehingga pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengerahkan seluruh kekuatan yang diperkirakan jumlah 15 kompi dengan seluruh kekuatannya untuk mengadakan agresi militer yang kedua. Serangan diawali di Kota Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan Ibukota Indonesia. Akhirnya menjadikan kota tersebut dikuasai oleh Belanda. Demikian pula Kota Ponorogo, yang dipertahankan oleh pasukan polisi termasuk Batalion 3 dan badan-badan perjuangan lainnya, telah jatuh ke tangan Belanda sehingga menyebabkan Batalion 3 mundur ke Desa Jarak. 74 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Berdasarkan perintah dari Mobile Brigade Besar Jawa Timur, pasukan diharuskan kembali ke daerah-daerah yang ditinggalkan termasuk Batalyon 3 yang berasal dari Besuki. Sejak itulah di pasukan polisi dengan seluruh keluarganya melakukan perjalanan jauh yang dikenal dengan istilah “Wingate” yang dimulai dari Desa Jarak (Ponorogo), dipimpin langsung oleh AIP TK. I Soekari menuju Daerah Maesan (Bondowoso) yang pernah ditinggal dengan jalan kaki tepatnya tanggal 10 Januari 1949, dengan AIP TK. I Soekari sebagai komandan Batalion 3 dengan pasukan ± 250-300 orang, bhayangkari 17 orang dan anak-anak 8 orang meninggalkan Desa Jarak dengan jalan kaki menelusuri rute gerilya (sekarang) dengan keadaan medan yang berat pasukan tak dapat bergerak dengan cepat sesuai dengan perintah, sehingga menghindari kontak senjata langsung agar segera sampai di tempat tujuan. Dengan anggota pasukan yang melibatkan ibu-ibu dan anak-anak, perjalanan long march yang dilakukan tidak dapat segera sampai di tempat tujuan. Pada tanggal 15 Januari 1949, rombongan pasukan tiba di Desa Sawo, Ponorogo. Keesokan harinya tiba di Desa Tugu. Selanjutnya memasuki Kabupaten Trenggalek, rombongan melewati Desa Gumblek dan Tumpak Palem. Akhirnya pada tanggal 20 Januari 1949, rombongan berhasil memasuki Kabupaten Blitar, melewati Desa Kalidawir, Wadung, Ngeni, dan Ringinrejo. Hingga pada tanggal 25 Januari, tiba di Malang. Mereka harus melewati Tempursari, Bantur, Klepu, Tretes, Sumberculeng, Sumberurip untuk bisa sampai ke Desa Penanggal, Lumajang. Perjalanan dilakukan pada siang hari. Dengan pertimbangan lebih memudahkan perjalanan, karena jika dilakukan malam hari diperlukan Kegiatan Pembelajaran 3 75

penerangan yang akan membutuhkan biaya lebih besar. Hal tersebut tidak memungkinkan, karena fasilitas yang kurang memadai. Perjalanan malam hari juga tidak menguntungkan, karena mereka nantinya akan mengurangi waktu istirahat. Apalagi di dalam rombongan ini terdapat para ibu dan anak- anak, yang sangat membutuhkan waktu untuk istirahat pada malam hari sebelum melakukan long march keesokan harinya (wawancara dengan bapak M. Soekari dalam Nawiyanto,dkk.,2018;86). Pada tanggal 3 Februari 1949, pasukan tiba di Desa Penanggal, Lumajang. Keesokan harinya tiba di Desa Tunjung Rejo. Ketika tiba di Desa Tunjung Rejo, Lumajang yang akan menyeberangi jembatan kereta api Keting, terpaksa para pasukan terhenti beberapa saat mengingat jembatan kereta api Keting sedang dijaga Tentara KNIL pada saat berorientasi medan untuk mencari jalan lain untuk dapat melintasi Sungai Keting yang jadi perbatasan Kabupaten Lumajang dan Jember, komandan batalion menyaksikan 7 (tujuh) gerbong kereta api yang memuat tentara Belanda lengkap dengan persenjataannya timbul firasat bahwa pasti tentara Belanda KNIL akan dihadapkan dengan kita. Demikianlah pendapat Bapak Soekari sebagai Komandan Batalion 3 yang memimpin long march. Agen Polisi III Mangkuhardjo yang kebetulan ada hubungan keluarga dengan petinggi (kades) Tunjung Rejo mendapat perintah dari Dan Yon untuk mengadakan pendekatan kepada petinggi agar tentara KNIL yang bertugas di Jembatan Keting untuk tidak menghalangi gerakan pasukan menyeberangi Jembatan Keting. Pihak petinggi menyadari bahwa seandainya pasukan polisi yang menyeberang mengadakan perlawanan kepada tentara KNIL pasti bisa dilumpuhkan tetapi akibatnya Desa Tunjungrejo menjadi 76 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

sasaran Tentara KNIL dalam membalas dendamnya. Sebagai kelanjutan dari pembicaraan petinggi Tunjungrejo dengan pihak Belanda, Komandan yang disertai Agen Polisi III Mangkuhardjo orang pertama yang memasuki Jembatan Keting dengan maksud akan menjumpai Komandan Pasukan Belanda tetapi pihak KNIL sudah meninggalkan pos penjagaan ke arah timur dan tidak berhasil ditemui oleh komandan pasukan polisi, selanjutnya rombongan mengikuti menyeberangi Jembatan Keting. Setelah komandan Batalion 3 pasukan polisi mengikuti perkembangan situasi selama long march sampai Desa Tunjungrejo mengubah taktik dengan gerakan taktis pada malam hari, dan secara mendadak pulalah mengubah arah timur melewati Kencong, diubah ke arah utara melewati Sariono menghindari pertempuran sebagai prinsip gerakan pasukan ini merupakan salah satu langkah perubahan arah dari rencana semula setelah melewati Jembatan Keting menelusuri bagian utara Kabupaten Jember yaitu melewati Desa Sariono-Darungan-Badehan dan Desa Jomerto Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Menurut rencana semula, rombongan tidak singgah di Desa Jomerto dan berusaha untuk menyeberangi dan menembus jalan raya Rembangan- Jember pemandian, tetapi karena medan yang sulit dan cukup melelahkan sehingga rombongan berhenti di Desa Jomerto. Pada tanggal 11 Februari 1949 dengan maksud dengan maksud untuk istirahat karena akan meneruskan perjalanan ke daerah Maesan (Bondowoso) (yang direncanakan akan tiba di Desa Sucolor pada tanggal 15 Februari 1949). Kegiatan Pembelajaran 3 77

b. Jalannya Peristiwa Di tengah kesunyian, terlihat orang berjalan sedang memasuki Desa Jomerto yang terkadang berhenti sejenak melihat keadaan seolah-olah ada yang diawasi dan diamati. Mereka terlihat berbincang tetapi tidak ada yang mengetahui isi dari perbincangan tersebut. Satu di antara mereka sudah mengenal Desa Jomerto, sehingga arah perjalanan mereka cukup lancar, Roemah mereka tujuan adalah Roemah Pak Yakup, yang didatangi sambil mengetuk pintu lalu mengatakan bahwa ini anaknya yang sudah sekian bulan berada di dalam hutan dan sudah lama tidak bertemu dengan bapak “ini putranya sangat kangen” kata-kata ini diulang sampai tiga kali, dan baru terdengar suara Pak Yakup dalam “mari-mari nak silakan masuk ke dalam”. Rupanya Pak Yakup sudah mengenal dengan kode yang digunakan oleh pejuang, yang setiap hari dengan maksud untuk istirahat selama dalam perjalanan. Dengan pertemuan yang menggembirakan Pak Yakup lupa bahwa di sebelah Rumahnya berdiam seorang kepala desa yang bernama Pak Sujak yang ditunjuk oleh NICA sebagai mata-mata. Dari pertemuan itu, Pak Yakup baru mengerti bahwa di antara kedua orang tersebut adalah Pak Basuki dari Caraka pasukan polisi pejuang yang akan memasuki Desa Jomerto. Dalam pertemuan itu telah terjadi dialog singkat yang di antara lain dikemukakan oleh Pak Basuki: “pasukan yang sedang memasuki perjalanan jauh ini, sebenarnya tidak bertujuan untuk menetap di Desa Jomerto karena ingin segera mencapai sasaran daerah kantong di sekitar Daerah Maesan Bondowoso. Namun, teman-teman cukup lelah maka atas nama komandan kami mohon berkenan atas kesediaan masyarakat Jomerto untuk menerima kami sekadar untuk istirahat sejenak”. 78 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Dan secara spontan Pak Yakup mengatakan sanggup setelah kedua caraka meninggalkan Roemah Pak Yakup menuju ke induk pasukan dengan penuh keyakinan Desa Jomerto merupakan desa yang sangat ketat dan aman untuk istirahat, hampir semua anggota rombongan menyambut gembira bahwa mereka akan memasuki Desa Jomerto dan akan beristirahat, kecuali Komandan Batalion yang sejenak tertegun seolah-olah ada suatu pikiran yang terlintas dalam benaknya, ada firasat yang kurang baik tetapi sebagai komandan pasukan yang konsekuen dan bertanggungjawab atas segala apa yang diucapkan sebagai perintah untuk memasuki Desa Jomerto (Kepolisian Resort Jember,1992;11). Sekali pun dukungan logistik sudah lama habis selama perjalanan, rupanya mereka sudah terbiasa di tempat keadaan selama mereka hidup di hutan-hutan dengan penuh tantangan. Sambutan rakyat Jomerto, ditandai dengan suguhan ala kadarnya berupa ubi rebus, kacang, ketela, dan hasil bumi lainnya. Demikian besar pengorbanan rakyat Jomerto untuk menjamin saudara-saudaranya yang dalam keadaan kesulitan ketika melakukan perjalanan jauh. Di tengah-tengah kesibukan pertemuan, komandan batalion memanggil komandan-komandan seksi lalu memerintahkan untuk mengatur penempatan tempat-tempat peristiwa yang disediakan oleh para penduduk Jomerto. Dan seksi senjata berat menempati wakaf (mushola) yang berada di antara Roemah yang ditempati oleh rombongan guna memberi perlindungan. Di luar dugaan, Kepala Desa Jomerto, Sudjak yang semula berada di tengah-tengah pertemuan bersama para anggota batalion, berusaha menyelinap meninggalkan Desa Jomerto menuju ke arah selatan ke Kota Kegiatan Pembelajaran 3 79

Jember yang tidak seberapa jauh dari Desa Jomerto. Sikap menjamin para tamunya yang dikatakakan olehnya memiliki niat untuk melaporkan kedatangan pasukan polisi yang berada di daerahnya. Namun, ternyata pihak Belanda telah memperkirakan bahwa pasukan-pasukan perjuangan yang akan kembali ke kantung daerah asal sebelum hijrah terutama pasukan yang berasal dari daerah Besuki. Desa Jomerto yang nampak tenang dengan dingin yang mencekam, 29 hari sudah tepatnya tanggal 11 Februari 1949 kesatuan long march setelah melakukan tugas berjalan jauh dengan melalui medan yang beraneka ragam kriteria kritisnya baik yang dilalui siang maupun malam hari dengan cuaca tidak menentu, bervariasi dingin dan panas. Di samping itu, komandan pasukan telah memberikan bekal kepada anggota seluruh perintahnya yaitu: a. Memegang teguh disiplin pasukan b. Memelihara terus keutuhan pasukan c. Sedapat mungkin menghindari pertempuran selama dalam perjalanan d. Harus selamat di basis gerilya dan siap melaksanakan gerilya untuk waktu yang panjang (Kepolisian Resort Jember,1992;13) Jadi, jelaslah Jomerto bukan tujuan long march melainkan daerah Maesan (Bondowoso) daerah asal kantung gerilya menjadi tujuan. Desa Jomerto yang semula nampak tenang, tiba-tiba dikagetkan oleh bunyi suara letusan senjata yang datang dari arah timur dan diikuti oleh rentetan letusan senjata sebagai tembakan balasan dan sejak itulah bertambah gencar tembakan yang berasal dari arah timur dan selatan. Tembakan yang berasal dari arah pemukiman penduduk yang ditempati oleh para pasukan polisi saat itu KNIL menjadi panik karena tidak menduga karena adanya 80 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

perlawanan gencar dan disusul korban berjatuhan dari pihak KNIL. Namun demikian, AIP TK.I Soekari selaku Komandan Batalion 3 pada saat terjadinya peristiwa, mencoba mencari kontak dengan baris depan tetapi cuaca tidak memungkinkan ditambah tembakan-tembakan yang tidak teratur arah datangnya. Pasukan yang dapat dihubungi hanya barisan belakang yang terdiri dari Ibu Bhayangkari bagian logistik dan anak-anak untuk segera mengubah ke arah barat. Kelompok komando memindahkan posisinya ke arah barat di luar kampung guna berhubungan dengan unsur yang masih terlibat pertempuran yang sengit. Makin siang keadaan pertempuran makin menjadi, tembakan-tembakan makin gencar dilancarkan tetapi tembakan pasukan sendiri makin terdengar menghilang ke utara. Dalam hal ini pasukan polisi berhasil melepaskan diri dari operasi dalam, sementara komando bergerak ke arah barat dan mengambil Kampung Durjo untuk lokasi konsolidasi kesatuan sementara konsolidasi berlangsung Dan Yon bersama beberapa anggota mendekati daerah bekas daerah pertempuran dengan tujuan untuk mengoper keadaan dan mencari kemungkinan korban belum sempat memasuki kampung Jomerto (bekas daerah pertempuran) telah mendapat tembakan dari arah depan. Ternyata Belanda masih menduduki Desa Jomerto. Komandan Batalion bersama beberapa orang anggota kembali ke Kampung Durjo dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan long march (Kepolisian Resort Jember,1992;14). Di tengah-tengah berkecamuknya pertempuran antara pasukan polisi dan tentara KNIL dengan tembakan yang tidak terarah, sehingga membingungkan pihak KNIL yang baru akan memasuki ajang pertempuran sebagai bala bantuan yang datang dari arah sebelah timur dan arah selatan Kegiatan Pembelajaran 3 81

hadir seorang penduduk Jomerto bernama Pak Soekarni yang digiring oleh tentara KNIL yang baru datang, dengan maksud untuk menunjukkan kedudukan pasukan Polri. Pak Soekarni adalah penduduk Jomerto yang menerima kedatangan pasukan polisi. Setelah Pak Soekarni mengetahui tentara KNIL melampiaskan amarahnya dengan penduduk dengan cara menyiksa banyak korban maka dengan cara paksa, Pak Soekarni diminta untuk menunjukkan kedudukan pasukan polisi dan dengan spontan Pak Soekarni menunjukkan tempat di mana para KNIL sedang mengamuk menyiksa dan membunuh penduduk Desa Jomerto. Kiranya kabut di Desa Jomerto belum hilang, sehingga mengaburkan pandangan maka ditunjukkan tempat itu. Oleh karena itu, tanpa pikir panjang Tentara KNIL yang baru datang langsung melancarkan tembakan dengan gencar dan dari posisi lain juga membalas tembakan sehingga terjadilah baku tembak antar tentara KNIL, sedangkan Pak Soekarni berhasil lolos dari pertempuran dan menuju ke arah timur ke Desa Klungkung. Pertempuran antara Tentara KNIL berlangsung cukup lama hingga sore hari dengan memakan banyak korban jiwa. Untuk sementara, pasukan polisi berkonsolidasi di Desa Dorjo dan malam harinya melanjutkan perjalanan menuju arah utara. Tahap konsolidasi berikutnya terjadi di Desa Langsat Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Sewaktu perjalanan terhambat gerakan operasi pihak Belanda di daerah Arjasa dan inilah, gerakan long march dilanjutkan hingga tempat tujuan daerah Maesan/Bondowoso, sedangkan para anggotanya dikembalikan ke pos masing-masing untuk melakukan aktivitas perjuangan (Kepolisian Resort Jember,1992;16). 82 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

c. Dampak adanya Peristiwa Jomerto Peristiwa Jomerto terjadi pada 11 Februari 1949, merupakan peristiwa perjuangan Mobrig (sekarang Brimob) bersama masyarakat Jomerto dalam mempertahankan kemerdekaan. Dalam peristiwa ini, menewaskan 13 anggota Mobrig dan 20 masyarakat sipil (Jupriono,dkk.,2018;509). Berikut merupakan rincian nama korban jiwa dalam peristiwa tersebut: No. Anggota Mobile Masyarakat Jomerto/Umur Brigade/Pangkat 1. S. Kusnadi/Pegawai P. Jakub/50 Tahun Negeri 2. Suradji/ A.P. TK. I P. Muati/37 Tahun 3. Surono/A.P. TK. II B. Muati/27 Tahun 4. Moedjasmedi/A.P. TK. III Abdura/18 Tahun 5. Achmad/A.P. TK. III Sarmo/28 Tahun 6. Wintjono/A.P. TK. III P. Munawar/37 Tahun 7. Asbari/A.P. TK III P. Durachman/45 Tahun 8. Soebari/A.P. TK. III Zainal/ 16 Tahun 9. Moh. Said/A.P. TK. III … 10. Basuki/A.P. TK. III P. Sarodan/50 Tahun 11. Sasono/A.P. TK. II P. Sanan/40 Tahun 12. Kasim/A.P. TK. III P. Biya/35 Tahun 13. Sarwono/Anggota TRIP P. Soemar/45 Tahun Bondowoso 14. P. Sarito/30 Tahun 15. P. Paritmo/35 Tahun Kegiatan Pembelajaran 3 83

No. Anggota Mobile Masyarakat Jomerto/Umur Brigade/Pangkat 16. P. Rip/30 Tahun 17. P. Mukti/45 Tahun 18. P. Dulla/25 Tahun 19. P. Salim/30 Tahun 20. P. Sanigwar/33 Tahun 21. Etti/7 bulan (korban cacat tubuh) Selain terdapat korban jiwa yang tidak sedikit, terdapat pula saksi yang terlibat langsung ketika Peristiwa Jomerto terjadi, sebagai berikut: No. Nama Saksi Para Ibu Nama Saksi Pelaku Bhayangkari yang Peristiwa Jomerto/Pangkat terlibat/Alamat 1. Ny. Basiran/Tanggul, M. Soekari/Brigjen Pol Jember 2. Ny. Ridwan/Tanggul, Mangkuharjo/Kolonel Pol Jember 3. Ny. Aspan Hp./Letkol Pol Soedharmo/Situbondo 4. Ny. Ngusman/Surabaya Moegiyono/Letkol Pol 5. Ny. MA. Soedir/Letkol Pol ARoeman/Bondowoso 6. Ny. Katidjo/ Bondowoso Soetono/Mayor Pol 84 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

No. Nama Saksi Para Ibu Nama Saksi Pelaku Bhayangkari yang Peristiwa Jomerto/Pangkat terlibat/Alamat 7. Ny. Sanidin/ Bondowoso Giran/Mayor Pol 8. Ny. Usman/ Bondowoso Slamet/Mayor Pol 9. Ny. Rachmad/ Sutikno/Mayor Pol Bondowoso 10. Umar Sidiq/Mayor Pol 11. Musian/Kapten Pol 12. Arsad/ Kapten Pol 13. Moenadji/ Kapten Pol 14. Aswadi Subagio/ Kapten Pol 15. M. Ridwan/Lettu Pol 16. Soekardi/Letda Pol 17. Soerman/Peltu 18. Kadis/Peltu 19. Haeruddin/Peltu 20. Soekarno/Peltu 21. Sasmito/Peltu 22. Sasmiddin/Peltu 23. Mabia/Peltu 24. Mohammad/Peltu 25. Sukardiman/Peltu 26. Saleh/Peltu Kegiatan Pembelajaran 3 85

No. Nama Saksi Para Ibu Nama Saksi Pelaku Bhayangkari yang Peristiwa Jomerto/Pangkat terlibat/Alamat 27. Abd. Basar/Peltu 28. Seniddin/Peltu 29. Soetopo/Peltu 30. Naaman/Peltu 31. Suprapto/Peltu 32. Djasmono/Peltu 33. ARoeman/Koptu 34. Katimin/Peltu 35. Gatot Mulyasin/Peltu “Palagan Jomerto” merupakan monumen yang dibangun untuk mengabadikan peristiwa yang pernah terjadi di desa tersebut, sebagai bentuk upaya untuk mengingat perjuangan Mobrig dan masyarakat Jomerto ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan. Maka, sebagai upaya untuk mengenang dan mengingat para korban jiwa dalam Peristiwa Jomerto. Sekitar 20 orang anggota yang gugur pada saat itu. Setiap tahun para anggota Kepolisian Resor Jember mengadakan upacara dan bersih-bersih di sekitar monumen Palagan Jomerto sebagai bentuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang dalam Peristiwa Jomerto. Dengan adanya monumen tersebut, diharapkan dapat memberikan edukasi bagi warga sekitar, dan bisa memberikan suri tauladan bagi generasi muda untuk tetap menghargai, mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur. Setiap tahunnya, dalam 86 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

rangka peringatan Hari Pahlawan, Polres Jember mengadakan upacara di Sumber: Jember.info Palagan Jomerto sekaligus memberikan santunan kepada keluarga yang telah ditinggalkan oleh pelaku sejarah Peristiwa Jomerto. Kegiatan Pembelajaran 3 87

Berikut merupakan gambar Palagan Jomerto: Sumber: Dokumentasi Pribadi 88 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Kegiatan Pembelajaran 3 89 Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi 90 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Kesimpulan Tulislah hasil dari diskusi bersama dengan teman-temanmu di bawah ini! ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. .................................................................................................................................... ..... ......................................................................................................................................... Kegiatan Pembelajaran 3 91

RANGKUMAN Rangkuman  Perundingan Renville yang berlangsung di Jakarta, menuai berbagai macam permasalahan. Salah satunya adalah kesalahan tafsir oleh kedua negara, Belanda beranggapan bahwa Indonesia telah melanggar gencatan senjata yang telah ditandatangani, sementara Indonesia juga menganggap Belanda yang telah melanggar kesepakatan gencatan senjata. Tidak terjadi titik temu di antara keduanya.  Bersamaan dengan itu, mendekati persetujuan gencatan senjata, Belanda mencoba dengan sekuat tenaga menduduki hampir semua senjata kecamatan yang sebelumnya tidak pernah mereka kuasai dan pihak Belanda bermaksud memanfaatkan situasi dimana pemberontakan PKI. Musso, PKI Madiun telah menusuk pemerintah RI dari belakang, sehingga pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengerahkan seluruh kekuatan yang diperkirakan jumlah 15 kompi dengan seluruh kekuatannya untuk mengadakan agresi militer yang kedua.  Serangan diawali di Kota Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan Ibukota Indonesia. Akhirnya menjadikan kota tersebut dikuasai oleh Belanda. Demikian pula Kota Ponorogo, yang dipertahankan oleh pasukan polisi termasuk Batalion 3 dan badan-badan perjuangan lainnya, telah jatuh ke tangan Belanda sehingga menyebabkan Batalion 3 mundur ke Desa Jarak.  Berdasarkan perintah dari Mobile Brigade Besar Jatim, pasukan diharuskan kembali ke daerah-daerah yang ditinggalkan termasuk Batalyon 3 yang berasal dari Besuki.  Batalion 3 dengan pasukan ± 250-300 orang, bhayangkari 17 orang dan anak-anak 8 orang meninggalkan Desa Jarak dengan jalan kaki menelusuri rute gerilya (sekarang) dengan keadaan medan yang berat pasukan tak dapat bergerak dengan cepat sesuai dengan perintah, sehingga menghindari kontak senjata langsung agar segera sampai di tempat tujuan.  Perjalanan dilakukan pada siang hari. Dengan pertimbangan lebih memudahkan perjalanan, karena jika dilakukan malam hari 92 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

diperlukan penerangan yang akan membutuhkan biaya lebih besar. Hal tersebut tidak memungkinkan, karena fasilitas yang kurang memadai. Perjalanan malam hari juga tidak menguntungkan, karena mereka nantinya akan mengurangi waktu istirahat. Apalagi di dalam rombongan ini terdapat para ibu dan anak-anak, yang sangat membutuhkan waktu untuk istirahat pada malam hari sebelum melakukan long march keesokan harinya  Menurut rencana semula, rombongan tidak singgah di Desa Jomerto dan berusaha untuk menyeberangi dan menembus jalan raya Rembangan-Jember pemandian, tetapi karena medan yang sulit dan cukup melelahkan sehingga rombongan berhenti di Desa Jomerto.  Pasukan Mobile Brigade langsung menuju Roemah P. Yakup, mengatakan kode yang sudah dimengerti oleh keduanya.  Pasukan Mobile Brigade memutuskan beristirahat karena menganggap bahwa Desa Jomerto merupakan desa yang aman.  Di luar dugaan, petinggi Sudjak yang semula berada di tengah- tengah mereka secara menyelinap meninggalkan Desa Jomerto untuk melaporkan kedatangan pasukan polisi yang berada di daerahnya, ternyata pihak Belanda telah memperkirakan bahwa pasukan- pasukan perjuangan yang akan kembali ke kantung daerah asal sebelum hijrah terutama pasukan yang berasal dari daerah Besuki.  Desa Jomerto yang awalnya tenang berubah menjadi tidak kondusif karena adanya rentetan letusan senjata.  Komandan pasukan yang telah diberikan perintah untuk menghindari kontak senjata dengan Belanda, memutuskan untuk mengubah rute jalan yang akan mereka lalui.  Pasukan bantuan dari pihak Belanda datang untuk membantu Pasukan KNIL menyerang Desa Jomerto, tetapi terjadi tembakan yang tidak terarah sehingga membingungkan pasukan Belanda yang baru datang, sehingga terjadi baku tembak yang tidak bisa dihindarkan lagi  Pasukan Mobile Brigade yang tadi sudah mengubah rute perjalanan, berhasil menghindari adanya pertempuran tersebut, dan menuju ke tempat tujuannya yaitu Bondowoso Kegiatan Pembelajaran 3 93

UJI KOMPETENSI 3 1) Pasca Perundingan Renville disepakati, terjadi Pemberontakan PKI Musso di Madiun yang dimanfaatkan Belanda untuk melancarkan agresi militernya yang kedua. Bagaimana keterkaitan kedua peristiwa tersebut dengan perintah hijrah dari Mobile Brigade Besar Jawa Timur? 2) Mobile Brigade Besar Jawa Timur memerintahkan Batalion 3 untuk kembali ke daerah asalnya yaitu Bondowoso. Dalam rombongan terdapat ibu-ibu dan anak-anak, sementara perjalanan yang dilakukan cukup panjang dan pasukan diminta untuk bergerak cepat seusai perintah agar cepat sampai di tempat tujuan. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut? 3) Dalam melakukan long march, rute yang ditempuh sangat panjang dengan medan yang tidak mudah dan melelahkan. Membawa ibu-ibu bhayangkari beserta anak-anak juga cukup sulit. Bagaimana solusi atas permasalahan tersebut? 4) Dalam perjalanan menuju Bondowoso, Batalion 3 sebisa mungkin menghindari kontak dengan Belanda. Namun, rute yang akan dilewati oleh mereka dijaga oleh Tentara KNIL. Bagaimana cara rombongan Batalion 3 dalam mematuhi perintah Mobile Brigade Besar Jawa Timur untuk menghindari kontak langsung dengan Belanda, sementara rute yang mereka lewati dijaga oleh Tentara KNIL? 5) Ketika tiba di Desa Jomerto, pasukan Mobrig langsung menuju rumah Pak Yakup. Bagaimana Pak Yakup dapat memastikan dan membedakan bahwa pasukan tersebut bukan merupakan pasukan KNIL yang menyamar, sementara pada saat itu keadaan sudah cukup malam? 94 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook