Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore MODUL BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN: PALAGAN JOMERTO

MODUL BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN: PALAGAN JOMERTO

Published by ilva.safiroh, 2021-03-01 06:21:08

Description: MODUL BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN: PALAGAN JOMERTO

Search

Read the Text Version

E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Kelas XI SMA Semester 2 i

Sejarah Lokal Indonesia : Palagan Jomerto E-Modul Berbasis Discovery Learning Untuk SMA dan MA Kelas XI Semester 2 Berdasarkan Kurikulum 2013 Penulis : Ilvatus Safiroh Validasi Ahli Desain : Priza Pandunata, S.Kom., M.Sc. Validasi Ahli Materi : Prof. Nawiyanto, M.A., P.hD. Validasi Ahli Bahasa : Bambang Edi Purnomo, S.Pd., M.Pd Dilarang keras mengutip, menjiplak, memperbanyak, memfotokopi sebagian maupun seluruh isi e-modul ini tanpa mendapat izin tertulis dari Penulis

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun E-modul berbasis discovery learning yang berjudul “Sejarah Lokal Indonesia Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan: Palagan Jumerto” untuk SMA kelas XI semester 2. E-modul ini disusun berdasarkan kurikulum 2013 agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan tujuan e-modul yaitu untuk membantu peserta didik memahami materi dengan proses belajar secara mandiri tetapi tetap mendapatkan bimbingan dari pendidik. E-modul berbasis discovery learning ini tidak hanya digunakan pada pembelajaran tetapi juga digunakan di luar pelajaran. Pembuatan e-modul berbasis discovery learning ini dibuat menjadi salah sati variasi penyampaian materi yang telah ada. E-modul ini dirancang sedemikian rupa agar peserta didik mampu mencapai kompetensi yang ditentukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara mandiri. KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 ....................................................................... 9 Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Belanda Dalam Bentuk Perundingan................................................................................... 13 1. Perundingan Hoge Veluwe ............................................................... 13 2. Perjanjian Linggarjati ......................................................................... 16 3. Perjanjian Renville.............................................................................. 23 4. Perundingan Roem Royen................................................................. 29 5. Konferensi Meja Bundar (KMB)........................................................ 31 Kesimpulan ................................................................................................. 34 Rangkuman.................................................................................................. 35 Uji Kompetensi 1 ......................................................................................... 39 Umpan Balik................................................................................................ 39 KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 ..................................................................... 40 iv E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Belanda Dalam Bentuk Perang ............................................................................................. 44 1. Agresi Militer Belanda I.......................................................................... 44 2. Agresi Militer Belanda II.......................................................................... 53 Kesimpulan ................................................................................................. 64 Rangkuman.................................................................................................. 66 Umpan Balik................................................................................................ 69 KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 ..................................................................... 70 Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Belanda Dalam Bentuk Palagan Jomerto ............................................................................. 74 1. Palagan Jomerto.................................................................................. 74 a. Situasi Umum..................................................................................... 74 b. Jalannya Peristiwa ............................................................................. 78 c. Dampak adanya Peristiwa Jomerto.................................................. 83 Kesimpulan ................................................................................................. 91 Rangkuman.................................................................................................. 92 Umpan Balik................................................................................................ 95 UJI KOMPETENSI AKHIR ............................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 98 GLOSARIUM............................................................................................. 115 BIODATA PENULIS ................................................................................. 123 v E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Hooge Veluwe, Belanda ...............................................................14 Gambar 2 Soekarno, Schermerhorn, Lord Killearn, Hatta, dan Van Mook dalam Perundingan Linggarjati ........................................20 Gambar 3 Suasana perundingan Indonesia-Belanda di atas kapal perang Renville. Foto: Arsip Nasional Belanda..........................25 Gambar 4 Di bawah kawalan militer Belanda, para prajurit Siliwangi bersiap melakukan hijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta (Arsip Nasional Belanda) .............................................................27 Gambar 5 Gambaran Perundingan Roem Royen Oleh ANRI ....................30 Gambar 6 Mohammad Hatta, ketua delegasi Republik Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, 1949...............................32 Gambar 7 Time Line Agresi Militer Belanda 1 dan 2...................................41 Gambar 8 Belanda melakukan agresi militer ...............................................44 Gambar 9 Pendaratan pasukan Belanda di Pasir putih...............................47 Gambar 10 Serdadu Belanda tengah menjalankan aksi ofensif ke Yogyakarta .....................................................................................54 vi E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Pada abad ke-21, keterampilan merupakan kunci dalam bidang pendidikan. Keterampilan kognitif, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan berpikir kreatif; metakognitif, ketekunan, kepercayaan diri, terampil menyelesaikan masalah, keterampilan bersosialisasi, kolaborasi, komunikasi, merupakan konsep di bawah kunci tersebut. Segala sesuatu yang berkaitan dengan keterampilan kognitif di latar belakangi oleh pengetahuan dan pengalaman peserta didik meningkat pada abad ini. Perubahan dan berbagai permasalahan yang sering terjadi baik di lingkungan sekitar, lingkungan masyarakat, dan lingkungan alam dapat meningkatkan kompetensi ini. Pendidikan di abad ke-21, menuntut peserta didik untuk dapat memiliki kemampuan dalam memanfaatkan pembelajaran mandiri untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan nyata mereka (Pellegrino, 1999; Greiff & Kyllonen, 2016; Kutlu & Kartal, 2018:71). Oleh karena itu, peserta didik di abad ke-21 dituntut untuk dapat belajar mandiri agar dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan teknologi informasi yang berkembang di pada saat ini. Kurikulum 2013 juga dikaitkan dengan adanya Revolusi 4.0 dan perkembangan abad ke-21 yang mengharuskan peserta didik memiliki keterampilan 4C. keterampilan tersebut antara lain, yaitu (1) berpikir kritis Pendahuluan 1

(critical thinking); (2) komunikasi (communication); (3) kerja sama (collaborative); dan kreativitas (creativity). Pada umumnya, berpikir kritis mengacu pada kemampuan individu untuk menggunakan sejumlah keterampilan pemrosesan kognitif, Bloom (1956) mengemukakan bahwa umumnya yang masuk dalam tingkat pemikiran tingkat tinggi dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengonstruksi ide baru atau membuat. Dalam mata pembelajaran sejarah, bahan ajar dan media pembelajaran perlu dikemas secara baik dan terintegrasi sehingga keduanya dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran sejarah yang baik yaitu dikemas secara kreatif, dapat berdiri sendiri, dapat membuat peserta didik tertarik untuk belajar, dan memberikan informasi yang dapat menunjang materi pembelajaran yang diajarkan. Mata pelajaran sejarah memiliki peran dalam membentuk karakter bangsa dan menumbuhkan sikap kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah yang ideal dapat memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sejarah yang optimal. Pembelajaran yang optimal berkaitan dengan aspek-aspek yang dapat mendorong dan memotivasi peserta didik. salah satu aspek tersebut adalah ketersediaan fasilitas pembelajaran seperti buku-buku penunjang (Sayono, 2013 dalam Umamah 2017). Fasilitas penunjang pembelajaran yaitu buku sekolah elektronik (BSE) yang dibuat oleh pemerintah dan buku LKS. Buku-buku tersebut diterbitkan dan didistribusikan secara menyeluruh di Indonesia, sehingga tidak memberikan materi secara detail mengenai sejarah lokal suatu daerah Pembelajaran sejarah lokal merupakan bagian dari kurikulum sejarah sejak abad ke-19. Sejarah lokal dalam arti pendidikan berarti mempelajari 2 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

suatu daerah dalam kurun waktu yang singkat menggunakan bahan belajar yang dapat diakses oleh peserta didik. Namun, materi pembelajaran sejarah lokal tidak disediakan pada tiap sekolah karena pembelajaran sejarah hanya memperkenalkan dan mempelajari peristiwa sejarah dalam lingkup nasional maupun internasional. Hal tersebut menjadikan pembelajaran sejarah lokal terabaikan dan tidak ada yang mengenalkan peristiwa dalam lingkup sejarah lokal. Pembelajaran sejarah membahas mengenai peninggalan sejarah yang jauh, tidak umum dari lingkungan peserta didik, dan kurangnya pengetahuan mengenai warisan sejarah yang terdapat pada daerah tersebut. B. KOMPETENSI 1. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan Pendahuluan 3

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan 2. Kompetensi Dasar 1.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari 1.2 Meneladani perilaku kerja sama, tanggung jawab, cinta damai para pemimpin dan tokoh agama dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari 3.10 Menganalisis strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia alam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda 4.10 Mengolah informasi tentang strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah 4 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

C. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Umum Peserta didik diharapkan mampu menganalisis tentang strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda 2. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah menggunakan E-Modul Pembelajaran Sejarah Lokal mengenai strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda: Peristiwa Jomerto (Palagan Jomerto), peserta didik diharapkan mampu: 1) Menganalisis bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda Pendahuluan 5

PETA KONSEP STRATEGI DAN BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN SEKUTU DAN BELANDA Strategi dan Bentuk Perjuangan Strategi dan Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalamUpaya Bangsa Indonesia dalamUpaya Mempertahankan Kemerdekaan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dari Ancaman Belanda Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalamUpaya Mempertahankan dalamUpaya Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Perundingan Perang Pertempuran Daerah Perundingan Hoge Veluwe Agresi Militer Belanda I Perundingan Linggarjati Agresi Militer Belanda II Perundingan Renville Perundingan Roem Royen Palagan Jomerto Konfrensi Meja Bundar 6 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

PETUNJUK PENGGUNAAN E-MODUL Bagi Pendidik Setiap kegiatan belajar, peserta didik dengan menggunakan Modul Elektronik ini, pendidik atau instruktur berperan untuk 1. Membantu peserta didik dalam merencanakan proses belajar 2. Membimbing peserta didik melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar 3. Membantu peserta didik dalam memahami uraian materi, dan menjawab pertanyaan peserta didik mengenai proses belajarnya 4. Membantu peserta didik untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar Bagi Peserta didik 1. Operasikan modul elektronik dengan tombol navigasi yang telah tersedia 2. Untuk mengoperasikan video, klik navigasi yang tersedia, audio dan layar dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik 3. Untuk mengoperasikan peta dengan kaca pembesar, sesuaikan singkat perbesaran pada ikon yang tersedia Baca dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-masing kegiatan belajar. Apabila ada materi yang kurang jelas, peserta didik dapat menanyakan kepada pendidik yang mengampu kegiatan pembelajaran Petunjuk Penggunaan E-Modul 7

E-MODUL SEJARAH LOKAL INDONESIA Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 2 2

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PETA KONSEP STRATEGI DAN BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN SEKUTU DAN BELANDA Strategi dan Bentuk Perjuangan Strategi dan Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dari Ancaman Belanda Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Perundingan Perang Pertempuran Daerah Perundingan Hoge Veluwe Perundingan Linggarjati Perundingan Renville Perundingan Roem Royen Konfrensi Meja Bundar Kegiatan Pembelajaran 1 9

TUJUAN PEMBELAJARAN 1) Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu menganalisis bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda dalam bentuk perundingan 2) Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu menyebutkan perundingan yang telah dilakukan oleh Indonesia sebagai upaya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia AKTIVITAS PEMBELAJARAN 1) Stimulus Bacalah artikel di bawah. Ketika Perang Pasifik berlangsung, Sekutu membagi Indonesia menjadi dua daerah operasi, yaitu Sumatra di dalam daerah operasi South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Moubattan dan Indonesia bagian timur di dalam daerah South West Pasific Command (SWPC) di bawah pimpinan Jenderal MacArthur. Daerah operasi tersebut berubah pasca Perang Dunia II, yang berakhir dengan menyerahnya Jerman pada Mei 1945. Dalam Konferensi Gabungan Kepala Staf Sekutu di Postdam bulan Juli, seluruh wilayah Indonesia dijadikan daerah operasi SEAC, karena MacArthur ingin mengerahkan seluruh kekuatan pasukannya untuk langsung menyerbu Kepulauan Jepang. Serah terima resmi kedua komando utama Sekutu baru dilaksanakan pada 15 Agustus 1945, setelah Jepang menyerah. 10 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Sesaat setelah mendengar berita menyerahnya Jepang, Golongan Muda menculik Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah melalui beberapa pembicaraan yang berlangsung, naskah proklamasi disusun, diketik, kemudian dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs., Moh. Hatta. Selang beberapa hari, Sekutu melakukan pendaratan di Indonesia yang disambut netral oleh pihak Indonesia. Mereka mengatakan bahwa memiliki tugas untuk membebaskan tawanan perang dan interniran, serta melucuti pasukan Jepang, bahkan sekutu mengatakan bahwa tidak akan mencampuri urusan politik dan menyingkirkan pemerintah RI. Namun, ketika mengetahui bahwa dalam Sekutu terdapat serdadu Belanda dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration), pemerintah RI langsung curiga karena terasa terang-terangan berusaha untuk menegakkan kembali pemerintah Hindia Belanda. 2) Identifikasi Masalah Situasi keamanan pada saat itu memburuk, karena NICA mempersenjatai anggota KNIL yang baru dibebaskan dari tawanan Jepang. Alhasil pemerintah harus dapat mempertahankan Republik Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan, dengan cara mengajukan kepada negara-negara asing untuk mengakui kedaulatannya. Sehingga banyak upaya yang dilakukan oleh RI untuk tetap mempertahankan kemerdekaannya, salah satunya adalah Kegiatan Pembelajaran 1 11

diplomasi atau perundingan, perundingan apa saja yang pernah dilakukan oleh RI sebagai upaya mempertahankan kemerdekaannya? 3) Pengumpulan data Temukan informasi yang berasal dari mana pun, yang bisa kamu akses. Bisa internet, majalah, koran, jurnal, atau artikel terkait dengan identifikasi masalah yang telah kamu temukan. 4) Analisis data Diskusikan hasil dari kumpulan data yang telah kamu temukan bersama dengan teman-temanmu 5) Pembuktian/verifikasi Baca dan pahamilah, apakah materi yang kamu temukan sebelumnya terdapat juga di bawah ini? 12 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Belanda Dalam Bentuk Perundingan 1. Perundingan Hoge Veluwe Pertentangan antara RI dengan Belanda berusaha diselesaikan melalui jalan perundingan. Inggris, untuk pertama kalinya bertindak sebagai penengah. Perundingan ini berlangsung di Jakarta pada tanggal 17 November 1945 yang dipimpin oleh Let Jed, Christison (kemudian diganti oleh Sir A.C. Kerr, seorang diplomat Inggris). Pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, sedangkan pihak Belanda diwakili oleh Van Mook. Pokok pendirian Indonesia adalah pengakuan kemerdekaan Indonesia sepenuhnya, tetapi Belanda menginginkan adanya Gemenebest Indonesia (Commonwealth) yang kelak menjadi Sekutu di dalam Kerajaan Belanda dengan Wakil Mahkota Belanda sebagai Kepala Pemerintah (usul Pemerintah Belanda lewat Van Mook pada 10 Februari 1946) (Dekker, 1980;43). Setelah kedatangan Kerr ke Indonesia, ia memimpin pertemuan antara Sutan Syahrir dan Van Mook. Kemudian baru dilaksanakan perundingan resminya pada tanggal 16 Maret 1946 yang dilakukan di kediamannya. Di tengah perundingan yang belum menemukan titik temu, pada tanggal 18 Maret 1946 Jenderal Mayor D.C. Howhthorn menyampaikan berita bahwa tentara Inggris tidak akan ditarik dari Indonesia, hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak mengherankan karena tentara Sekutu bertugas melindungi kepentingan Belanda di Indonesia. Kegiatan Pembelajaran 1 13

Selanjutnya pokok bahasan di dalam perundingan adalah mengenai Sumber: gurusekolah.co.id luas wilayah RI, karena pihak Belanda sudah setuju untuk mengakui adanya Republik Indonesia, yang juga dianggap pula kekalahan baginya. Bicara mengenai luas wilayah, RI tidak mau mundur dengan tuntutan meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra. Namun, Van Mook hanya mau mengakui atas Jawa dan Madura saja. Van Mook berpendapat pula bahwa ia tidak berhak untuk berpendapat, kemudian ia mengusulkan akan diadakannya perundingan kembali dengan Pemerintah Belanda di Negeri Belanda, diikuti Van Mook dan juga Kerr. Pada tanggal 4 April 1946, Sutan Syahrir mengutus Dr. Sudarsono, A.K. Pringgodigdo SH, dan Suwandi SH ke negeri Belanda. Tidak terkecuali Van Mook yang juga berangkat pada saat itu. Gambar 1 Hoge Veluwe, Belanda Di Hoge Veluwe, Belanda, diadakan perundingan antara Indonesia dengan Belanda, yang dihadiri pula dua orang anggota Parlemen Belanda yang berbangsa Indonesia yaitu N. St. Pamuncak dan R.M. Setiyajid, serta Maruto Darusman dari Perhimpunan Indonesia. Perundingan dilakukan, 14 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

dengan pokok pembicaraannya adalah untuk menuntaskan pembicaraan pendahuluan yang sebelumnya dilakukan di Jakarta. Beberapa unsur pokok “draf Jakarta” tersebut adalah 1) Pengakuan de facto atas kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa dan Sumatra 2) Kedua belah pihak sepakat untuk memandang masing-masing pihak sebagai “mitra sejajar” dalam perundingan-perundingan selanjutnya 3) Struktur federal bagi Indonesia masa datang 4) Adanya masa peralihan Perundingan tersebut sudah mengalami deadlock sejak awal, karena masing-masing pihak datang dengan harapan yang berbeda. Delegasi Indonesia berharap akan adanya pengakuan kemerdekaan Indonesia, sementara Belanda menganggap pertemuan yang terjadi tersebut merupakan pertemuan pendahuluan. Bagaimana pun, terdapat draf Jakarta yang data diterima dan tidak diterima. Belanda dapat menerima kekuasaan RI atas Jawa tetapi tidak atas Sumatra. Namun, tidak satu pun dari draf tersebut yang disetujui sehingga tidak terjadi penandatanganan. Alasan utama pemerintah Belanda adalah Kabinet Belanda belum siap mengakui kemerdekaan Indonesia, karena itu pemerintah menolak sifat atau bentuk perundingan yang diadakan di Hoge Veluwe merupakan perjanjian internasional antara kedua negara (Zed, 2013;220). Belanda juga masih menganggap dirinya sebagai negara pemegang kedaulatan atas Indonesia dan tidak mau mengakui keberadaan Republik Indonesia. Perundingan berakhir pada tanggal 24 April 1946, dengan kegagalan. Setelah berakhirnya perundingan tersebut, pada tanggal 29 April 1946 utusan Kegiatan Pembelajaran 1 15

Indonesia kembali ke tanah air, diikuti pula Setiyajid, Sugondo, dan Maruto Darusman. Namun, Perundingan Hoge Veluwe merupakan pengalaman berharga untuk memasuki foRoem perundingan internasional yang berguna dalam Perjanjian Linggarjati beberapa bulan kemudian. 2. Perjanjian Linggarjati Perjanjian Linggarjati merupakan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Republik Indonesia untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda. Sebelumnya, diplomat dari Inggris, Sir Archibald Clark Kerr mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hoge Veluwe dari tanggal 14-25 April 1946 untuk menyelesaikan konflik. Namun, perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera, dan Madura, tetapi Belanda hanya mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja. Akibatnya, perundingan yang berlangsung di Hoge Veluwe ini gagal, sehingga menyebabkan terjadinya perundingan kembali di Linggarjati, Jawa Barat (Tobing, 1996 dalam Kharisma dan Sumarno, 2016;946). Sebenarnya, perundingan di Hoge Veluwe tidak dapat dikatakan gagal, karena terdapat upaya perundingan lanjutan. Sampai pertengahan November 1946, perundingan diplomatik antara Belanda dam Indonesia dilanjutkan lagi dengan fokus pada masalah gencatan senjata dan perundingan politik. Pada tanggal 2 Mei 1946, van Mook kembali membawa usul pemerintahannya yang terdiri atas tiga butir pokok yaitu: 16 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

1) Pemerintah Belanda mengakui Republik Indonesia sebagai bagian dari persemakmuran (Gemenebest) Indonesia yang berbentuk federasi (serikat), yakni Indonesia Serikat 2) Negara Indonesia Serikat di satu pihak akan terdiri atas Nederland, Suriname, dan Curacao, tetapi di lain pihak akan merupakan bagian dari Kerajaan Belanda 3) Pemerintah Belanda akan mengakui de facto kekuasaan RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra, dikurangi dengan daerah yang diduduki oleh tentara Inggris dan Belanda. Usul Belanda tersebut ditolak oleh Pemerintah RI melalui usul balasan pada tanggal 17 Juni 1946, karena menganggap usul Belanda tidak pernah berubah sejak dulu. Pemerintah RI akhirnya mengajukan tiga butir pokok berikut: 1) Republik Indonesia berkuasa de facto atas Jawa, Madura, Sumatra, ditambah dengan daerah-daerah yang dikuasai oleh tentara Inggris dan Belanda 2) Republik Indonesia menolak ikatan kenegaraan (apa pun bentuknya, seperti persemakmuran, koloni, maupun federasi) 3) Pemerintah Republik Indonesia suatu periode peralihan di bawah kedaulatan Belanda Dikarenakan tidak terdapat titik temu untuk menyelesaikan permasalahan kedua belah pihak, Belanda membentuk Komisi Jenderal yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai wakil khusus pemerintah tertinggi dan diberi tugas mempersiapkan pembentukan “orde politik baru di Hindia Kegiatan Pembelajaran 1 17

Belanda”. Tugas utamanya adalah memulai perundingan dengan pihak Indonesia secepatnya. Pada tanggal 17 September 1946, delegasi Indonesia mengajukan nota yang terdiri atas 5 pasal yang meliputi: 1) Gencatan senjata secara total di darat, laut, dan udara 2) Penghentian pemasukan pasukan Belanda ke Indonesia 3) Jaminan dari Amerika Serikat bahwa Amerika Serikat tidak akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada pihak Indonesia 4) Pembukaan atau kebebasan memakai jalan di darat, laut, dan udara oleh pihak RI 5) Penarikan Jepang, baik sipil maupun militer dari seluruh Indonesia Sebelum perundingan resmi dimulai, terlebih dahulu dilakukan perundingan gencatan senjata pada tanggal 7-14 Oktober 1946 dengan unsur pokok sebagai berikut: 1) Delegasi Indonesia, Inggris, Belanda mengadakan gencatan senjata atas dasar kedudukan militer pada waktu kini dan atas dasar kekuatan militer 2) Disetujui pembentukan Komisi Gencatan Senjata yang bertugas untuk menimbang dan memutuskan pelaksanaan gencatan senjata dan pengaduan terhadap pelanggarnya 3) Komisi Gencatan Senjata bekerja sampai 30 November 1946. Susunan Komisi Gencatan Senjata adalah Mr. Wright, Mayor Jenderal A.C. Mansergh, Kolonel Laut Cooper, Komodor Udara Stevens, dan Mayor Jenderal Formann (Inggris); dr. Soedarsono, Jenderal Soedirman, Laksamana Muda M. Nazir, dan Komodor Surjadarma (Indonesia); 18 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

serta Dr. Idenburgh, Letnan Jenderal Spoor, Laksamana Pinke, dan Mayor Jenderal Kengen (Belanda) 4) Disetujui bersama membentuk subkomisi teknis yang terdiri atas para kepala militer Inggris, Indonesia, dan Belanda Tugas subkomisi tersebut adalah untuk segera memberi perintah penghentian baku tembak, menyusun instruksi untuk pedoman pelaksanaan gencatan senjata, dan membentuk badan peradilan. Kemudian perundingan politik dilanjutkan lagi sejak tanggal 7 November 1946 di Jakarta. Setelah kedua perundingan itu selesai, baru pada tanggal 10 November 1946 dimulailah Perundingan Linggarjati hingga tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan disetujui oleh kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil perundingan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947. Perundingan ini berisi pokok- pokok sebagai berikut: 1) Belanda mengakui Republik Indonesia de facto di seluruh Jawa-Madura dan Sumatra. Daerah-daerah pendudukan Inggris-Belanda di Jawa dan Sumatra akan diserahkan berangur-angsur kepada Republik 2) Pemerintah Belanda dan Republik Indonesia akan bersama-sama membentuk suatu negara Indonesia yang berdaulat dan berdemokrasi, serta bersifat perserikatan, dan bernama Negara Indonesia Serikat. NIS ini akan meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda. Negara-negara yang akan berfederasi dalam NIS adalah Republik Indonesia, Kalimantan, dan Timur Besar (Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian) Kegiatan Pembelajaran 1 19

3) NIS dan Kerajaan Belanda akan membentuk suatu Uni (persekutuan), yang dikepalai oleh Raja Belanda, dan akan bekerja sama di bidang luar negeri, pertahanan keuangan, ekonomi, dan kebudayaan. 4) NIS dan Uni harus terselenggara sebelum tanggal 1 Januari 1949 5) Segera seusai perundingan, kedua belah pihak akan mengurangi angkatan perangnya masing-masing Dalam bidang politik dan militer, Perundingan Linggarjati memiliki segi yang menyulitkan bagi Indonesia, yaitu pertama Republik Indonesia hanya menguasai wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura saja. Kemudian RI juga harus menjadi negara bagian dari Indonesia Serikat, yang akan tergabung pula dalam Uni Indonesia-Belanda yang dikepalai oleh Raja Belanda. Kedua, sangat menyulitkan Indonesia dalam persoalan peralihan, di mana hanya ditentukan tempo waktunya tetapi tidak diketahui isi dan bentuknya, sedangkan masa peralihan inilah yang akan menjadi langkah pertama penyelesaian sengketa. Gambar 2 Soekarno, Schermerhorn, Lord Killearn, Hatta, dan Van Mook dalam Perundingan Linggarjati 20 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Perundingan mengandung prinsip-prinsip pokok yang membutuhkan perundingan lanjutan. Dalam pasal 2, misalnya menentukan bahwa RI dan Belanda akan bekerja sama untuk membentuk Negara Indonesia Serikat sebagai pengganti Hindia Belanda. Namun, perundingan lanjutan tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya karena pihak Belanda dan Indonesia masing-masing menuduh tentaranya melanggar kesepakatan gencatan senjata. Pada akhirnya, setelah Perundingan Linggarjati diresmikan tidak lantas membuat hubungan antara Indonesia dan Belanda menjadi baik. Perbedaan tafsir dalam beberapa pasal di dalam perundingan menjadi awal mula perselisihan keduanya. Bahkan, pada tanggal 12 Februari 1947 pihak Belanda secara terang-terangan melanggar gencatan senjata. Segi positif dari Perjanjian Linggarjati adalah adanya pengakuan de facto atas RI yang meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra. Pada tanggal 31 Maret 1947, Indonesia mendapat pengakuan dari Inggris, kemudian diikuti oleh Amerika pada tanggal 23 April 1947. Di Australia “Komite Indonesia Merdeka” yang terdiri dari orang-orang Indonesia mengadakan hubungan dengan gerakan-gerakan buruh di satu agar Australia agar mengakui RI. Walaupun pengakuan belum tercapai tapi Pemerintah Australia bersimpati kepada RI (Dekker, 1980;46). Sisi negatif perjanjian ini adalah wilayah RI Sabang-Merauke, atau seluas Hindia Belanda dahulu tidak tercapai. Pada tanggal 27 Mei 1947, Komisi Jenderal menyampaikan nota kepada pemerintah RI melalui misi Idenburgh, yang harus dijawab oleh pemerintah RI dalam waktu dua minggu. Isi nota tersebut adalah: 1) Membentuk pemerintahan peralihan bersama Kegiatan Pembelajaran 1 21

2) Mengadakan garis demiliterisasi dan menghentikan pengacauan- pengacauan di daerah yang bergabung dalam Konferensi Malino, seperti NIT, Kalimantan, Bali, dan sebagainya. 3) Mengadakan pembicaraan bersama mengenai pertahanan negara. Untuk membangun pertahanan yang modern, sebagian Angkatan Darat, Laut, dan Udara Belanda akan tetap tinggal di Indonesia; 4) Membentuk alat kepolisian yang dapat melindungi kepentingan dalam dan luar negeri; 5) Mengawasi secara bersama hasil-hasil perkebunan dan devisa. Pada tanggal 8 Juni 1947, pemerintah RI menyampaikan nota balasan yang berkaitan dengan beberapa masalah. Dalam masalah politik, pemerintah bersedia untuk mengakui Negara Indonesia Timur walaupun pembentukannya tidak sesuai dengan Perundingan Linggarjati. Dalam bidang militer, pemerintah RI menyetujui demiliterisasi daerah demarkasi antara kedua pihak dengan menyerahkan penjagaan zona bebas-militer itu kepada polisi. Tentara kedua belah pihak harus diundurkan dari daerah demarkasi ke kota garnisun masing-masing (Poesponegoro dan Notosusanto, 2010;214). Terdapat dampak yang lebih terasa lagi dengan adanya Perundingan Linggarjati, yaitu adanya Agresi Militer Belanda I yang disebabkan karena Belanda menganggap Indonesia tidak patuh terhadap hasil perundingan. Dikarenakan Indonesia mengadakan hubungan diplomatik dengan negara lain, padahal itu bukan wewenangnya (Utami, 2018;55). Pada tanggal 20 Juli 1947, Belanda menyatakan tidak terikat lagi dengan Perundingan Linggarjati 22 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

dan Agresi Militer Belanda I kemudian terjadi pada keesokan harinya, yaitu pada 21 Juli 1947. 3. Perjanjian Renville Pada Perundingan diselenggarakan di atas kapal angkutan pasukan milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Renville, yang didatangkan ke Teluk Jakarta. Diselenggarakan sejak tanggal 8 Desember 1947 dan berakhir pada tanggal 17 Januari 1948. Perbedaan penafsiran mengenai isi Perundingan Linggarjati yang mengakibatkan Belanda melakukan agresi militer yang pertama, akhirnya Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Jasa-Jasa Baik (Komisi Tiga Negara (KTN)) yang akan membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda. Dalam KTN ini, terdapat tiga negara, masing-masing 2 negara dipilih oleh negara yang bersengketa dan satu lagi dipilih oleh kedua negara tersebut. Indonesia memilih Australia sebagai wakilnya yang diwakili oleh Richard Kirby, Belanda memilih Belgia oleh Paul Van Zeelard, dan Amerika Serikat yang diwakili oleh Dr. Frank Graham dipilih oleh Indonesia-Belanda (Lapian, dkk.,1996;92). KTN berupaya untuk mendekatkan kedua belah pihak dengan tujuan menyelesaikan permasalahan militer maupun politik, yang dapat dijadikan dasar untuk perundingan selanjutnya. Dalam hal ini, KTN hanya terbatas mengajukan usul saja. Perundingan ini dibuka secara resmi pada tanggal 8 Desember 1948 di bawah pimpinan Herremans wakil Belgia dalam KTN. Dalam perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin dengan Dr. Ali Sastroamidjojo sebagai wakil ketua dan dr. Tjoa Siek Ien, Sutan Syahrir, H.A. Kegiatan Pembelajaran 1 23

Salim, Mr. Nasrun, Ir. Djuanda beserta Setiadji sebagai anggota. Sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Widjojoatmodjo dengan Mr. H.A.L. Van Vredenbrug sebagai wakil ketua dan dr. P.J. Koets, Mr. Dr. Ch. R. Soumokil, Tengku Zulkarnain, Mr. A.H. Ophuysen beserta A.Th. Baud sebagai anggota. Perundingan Renville berlangsung panas, pasalnya persoalan yang menjadi masalah utama adalah mengenai Garis Van Mook. Pada sidang tanggal 9 Desember 1947, sebagai upaya pengaturan gencatan senjata, KTN mengusulkan supaya pihak militer Belanda mengosongkan daerah-daerah yang diduduki dan sebaliknya, TNI juga harus mengosongkan “daerah kantong” yang diduduki mereka (saat itu ruang lingkupnya bahkan sudah meluas melebihi garis demarkasi sebelum agresi militer Belanda I). Namun, Belanda menolak dan mengajukan usul lainnya yaitu garis demarkasi berdasarkan Garis Van Mook yang disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada September 1947. Tawaran yang diajukan Belanda ditolak oleh delegasi Republik Indonesia. Perundingan tidak mendapatkan titik temu. Hingga pada 9 Januari 1948, Belanda mengajukan ultimatum yang berbunyi dalam waktu tiga hari pihak Republik harus bisa menentukan sikap, menerima atau menolak Garis Van Mook. Jika pihak Indonesia memilih untuk menolak, maka Belanda menyatakan akan meneruskan agresi militernya sampai ke Yogyakarta (Jo, 2018). Pada awalnya, pemimpin Republik memutuskan untuk menyambut ancaman Belanda dengan kekuatan militer. Namun, terdapat beberapa komandan TNI kepada Soekarno perihal kurangnya amunisi jika Belanda 24 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

benar-benar melancarkan serangan secara besar-besaran terhadap Indonesia. Alhasil, para pemimpin Republik mengubah pendiriannya dan mau menerima syarat-syarat yang diajukan oleh Belanda. Meskipun, pihak Indonesia mengetahui bahwa akan ada kemungkinan Belanda untuk tidak mematuhi perjanjian yang telah disepakati, dan kemungkinan tersebut terbukti (karena ada agresi militer Belanda II). Sumber: historia.id Gambar 3 Suasana perundingan Indonesia-Belanda di atas kapal perang Renville. Foto: Arsip Nasional Belanda Setelah mengalami berbagai macam proses yang cukup panjang, dan ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, Persetujuan Renville terdiri atas 10 pasal persetujuan gencatan senjata, 12 pasal prinsip politik, dan 6 pasal tambahan dari KTN (Toer,dkk.,2003;3). Hasil Perundingan Renville secara garis besar, yaitu: 1) Pembentukan Negara Indonesia Serikat (NIS) dengan segera 2) Sebelum NIS terbentuk Belanda tetap berdaulat atas seluruh Indonesia Kegiatan Pembelajaran 1 25

3) Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada suatu pemerintah pro-federal 4) RI dalam NIS merupakan negara bagian 5) Akan dibentuk UU Indonesia-Belanda di mana keduanya mempunyai kedudukan yang sama 6) Akan diadakan plebisit untuk menentukan kedudukan politik rakyat Indonesia dalam NIS 7) Tentara Republik Indonesia (TRI) harus ditarik mundur dari daerah- daerah yang diduduki Belanda Hasil Perundingan Renville dinilai lebih merugikan Indonesia dibandingkan dengan Perundingan Linggarjati, karena mengakibatkan semakin sempitnya wilayah Indonesia dan ditambah dengan dikelilingi daerah-daerah pendudukan Belanda. Ibukota Indonesia yang awalnya berada di Jakarta, dipindahkan ke Yogyakarta karena Jakarta termasuk dalam wilayah pendudukan Belanda. Pada tanggal 18 Februari, menyesuaikan dengan hasil Perundingan Renville, prajurit TNI melaksanakan hijrah dari kantong-kantong (gerilya) di Jawa Barat dan Jawa Timur menuju Jawa Tengah. Pasukan gerilya diminta untuk menyerahkan senjatanya kepada pengawas gabungan Indonesia- Belanda, untuk kemudian diangkut menggunakan truk dan kereta api. 26 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Sumber: historia.id Gambar 4 Di bawah kawalan militer Belanda, para prajurit Siliwangi bersiap melakukan hijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta (Arsip Nasional Belanda) Perundingan Renville memiliki banyak tafsiran sehingga membuat Indonesia dan Belanda saling tuduh, Belanda menuduh Indonesia belum dapat menjalankan pasal yang berisi mengenai kedaulatan Belanda di Indonesia sebelum NIS dibentuk, sedangkan Indonesia menganggap Belanda telah melanggar persetujuan karena tengah membentuk negara-negara boneka tanpa mengadakan plebisit yang dipersiapkan Indonesia. Hasil perundingan telah ada, dan disepakati kedua negara tetapi Belanda tetap melanjutkan rencananya tanpa menunggu persetujuan dari Republik Indonesia. KTN bertugas untuk mengawasi Belanda dan Indonesia pasca Perundingan Renville. KTN menemukan beberapa masalah yang dibagi menjadi tiga bagian pokok, berdasarkan waktu timbulnya permasalahan tersebut (Nasution,1978;373), yaitu: 1) Masalah yang timbul dari persetujuan gencatan senjata Dengan adanya persetujuan gencatan senjata, KTN mengharapkan adanya kerja sama ekonomi, politik, dan sosial di Pulau Jawa, Sumatra, dan Madura, atau setidaknya pengembalian sebagian dari kehidupan normal. Namun, ternyata banyak laporan yang datang berkenaan dengan Kegiatan Pembelajaran 1 27

pelanggaran-pelanggaran, terutama dari Belanda mengenai infiltrasi spionage dengan tujuan melakukan intimidasi. 2) Masalah-masalah yang timbul dari pokok-pokok Persetujuan Renville Masalah timbul dari kedua belah pihak, Belanda yang menganggap bahwa kedaulatan Indonesia masih berada di tangan Kerajaan Belanda sampai terbentuknya NIS. Sementara Indonesia beranggapan bahwa Belanda telah melanggar salah satu pasal, dengan mengekang kebebasan pers, mengadakan rapat, dan menyatakan pendapat. 3) Masa peralihan Terdapat masa-masa peralihan sebelum penyerahan kedaulatan kepada NIS, Belanda dapat memberikan hak, kewajiban, dan tanggung jawab atas daerah-daerah NIS yang akan dibentuk kepada pemerintah federal sementara, dan semua negara-negara akan diberi perwakilan yang pantas. Beberapa masalah yang timbul berhubungan dengan kemungkinan- kemungkinan mengenai, bagaimana negara-negara tersebut akan diberi perwakilan secara pantas, sementara belum diketahui negara-negara mana yang akan masuk di dalamnya. apakah akan ada Jawa, Madura, dan Sumatra, yang terdapat 4/5 dari seluruh penduduk di Indonesia. Belum dapat diketahui, penduduk belum memberikan suaranya, karena belum diberikan kesempatan dengan jalan pemungutan suara secara demokratis, sesuai dengan pasal-pasal Renville. 4) Masa terakhir Masalah terpenting ketika selesai pembentukan NIS dan Uni Nederland Indonesia yaitu pembagian kekuasaan antara Uni Nederland-NIS sebagai anggota Uni tersebut. KTN berpendapat bahwa Delegasi Belanda akan 28 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

memberikan kekuasaan terhadap Uni terutama kekuasaan militer dan kehakiman, sementara Delegasi Republik menginginkan supaya hal tersebut disesuaikan dengan kedaulatan para anggotanya. 4. Perundingan Roem Royen Pada bulan Januari 1949, karena didesak oleh Dewan Keamanan PBB, Belanda kembali mengadakan pendekatan diplomatis, pasca agresi militernya yang kedua. Perdana Menteri Belanda Dr. Drees mengundang Prof. Dr. Supomo, untuk membuka kembali perundingan. Setelah Belanda melakukan aksi militer keduanya, atas prakarsa UNCI (dahulu KTN) kembali diadakan perundingan tidak resmi antara Belanda yang dipimpin Dr. Van Rojen dan delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad Roem pada tanggal 14 April 1949. Perundingan ini sempat terhambat karena kedua belah pihak memiliki pendirian yang teguh. Atas campur tangan Bung Hatta, pada tanggal 17 Mei 1949 diadakan pertemuan antara delegasi Indonesia di bawah pimpinan Mr. Mohammad Roem dengan delegasi Belanda yang dipimpin Dr. Van Rojen (Lapian, dkk., 1996;93). Kegiatan Pembelajaran 1 29

Gambar 5 Gambaran Perundingan Roem Royen Oleh ANRI 30 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Perundingan ini berguna untuk melancarkan jalan ke arah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, yang menghasilkan statement Roem Royen, sebagai berikut: 1) Tentara Belanda akan ditarik dari Yogyakarta dan Yogyakarta akan diserahkan kembali kepada RI 2) Pemimpin-pemimpin Republik akan dibebaskan dan dikembalikan ke Yogyakarta 3) Akan dinyatakan penghentian tembak-menebak antara kedua belah pihak 4) Akan diadakan KMB antara Belanda, Republik, dan negara-negara federal untuk membicarakan penyerahan kedaulatan dan pembentukan Uni Belanda-Indonesia (Toer dan Toer, 2014:xvi) 5. Konferensi Meja Bundar (KMB) Pada tanggal 21 Januari 1949, delegasi Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) atau musyawarah antara “negara-negara bagian” yang terdiri atas Mr. Djumhana dan dr. ateng, menemui Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta di Bangkok untuk menyampaikan pendirian BFO, mengenai cara penyelesaian konflik (Gonggong, dkk.,1993;103). Sehubungan dengan diplomasi tersebut, Mr. Moh. Roem bersedia melakukan perundingan dengan BFO dengan syarat harus diawasi oleh PBB apabila telah mencapai tingkatan formal. Moh. Hatta menyampaikan pendapat bahwa, perundingan dapat dimulai dengan syarat dikembalikannya Pemerintah RI ke Yogyakarta dan pemunduran pasukan Belanda dari wilayah RI sesuai dengan usul PBB. Pendapat yang diajukan oleh Moh. Hatta kemudian disetujui dan didukung Kegiatan Pembelajaran 1 31

oleh BFO. Hasil akhir dari pendekatan diplomasi RI, pada tanggal 26 Februari 1949, Pemerintah Belanda mengumumkan niatnya untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bunda yang membahas mengenai masalah Indonesia dan merundingkan syarat-syarat “penyerahan” kedaulatan serta pembentukan Uni Indonesia-Belanda. KMB dilaksanakan sebagai tindak lanjut dar isi Perjanjian Roem Royen di Den Haag pada tanggal 23 Agustus – 2 November 1949. Delegasi Indonesia di pimpin oleh Mohammad Hatta. Delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah negara-negara Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda di pimpin oleh Mr. van Maarseveen, sedangkan UNCI (United Nations Comission for Indonesia) sebagai Dewan Keamanan PBB dipimpin oleh Chritchley. Gambar 6 Mohammad Hatta, ketua delegasi Republik Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, 1949. 32 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Permasalahan KMB yang paling berat mengenai masalah Irian Barat yang sampai saat itu masih menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Belanda berusaha untuk memisahkan daerah ini dari Indonesia (Utami,2018;101). mengenai masalah tersebut, atas saran wakil Australia di dalam UNCI disepakati bahwa dalam setahun setelah penyerahan kedaulatan, Irian Barat akan dirundingkan kembali mengenai pengembalian secara de facto kepada Indonesia. kekuasaan Belanda atas Irian Barat belum sepenuhnya mutlak, Indonesia juga merasa kecewa karena belum dapat memiliki kedaulatan sepenuhnya atas seluruh Sabang hingga Merauke. Akhirnya proses panjang KMB dimulai dan adapun hasil Konferensi Meja Bundar adalah sebagai berikut: 1) Pengakuan kedaulatan dilaksanakan selambat-lambatnya 30 Desember 1949 2) Segera diadakan pembentukan negara Republik Indonesia Serikat (RIS) 3) Tentang Irian Barat akan diadakan perundingan tersendiri dalam 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan atas RIS 4) Segera dilakukan pembubaran tentara Hindia Belanda (HB), yaitu KL (Koninklijk Leger) dan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger), yang kemudian diintegrasikan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) 5) Segera dilakukan pembentukan Uni Indonesia-Belanda 6) RIS akan mengambil alih utang Hindia-Belanda, sebesar 4,3 miliar gulden (Toer dan Toer, 2014:xviii) Mr. Asaat dilantik sebagai Pemangku Jabatan Presiden RI pada 27 Desember 1949. Penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia dari Kegiatan Pembelajaran 1 33

Belanda dilakukan di dua tempat, yaitu di Belanda dan Jakarta. Di Istana Kerajaan Belanda, naskah pengakuan kedaulatan ditandatangani oleh Ratu Yuliana dan Drs. Mohammad Hatta. Sementara itu, di Istana Merdeka di Indonesia, naskah pengakuan kedaulatan ditandatangani oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink. Dengan pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia pada tanggal 1949, berakhir pula kekuasaan Belanda di Indonesia. Konferensi mencapai persetujuan bahwa kedaulatan atas bekas wilayah Hindia Belanda diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949, terkecuali Irian Barat yang statusnya akan ditentukan nantinya. Kesimpulan Tulislah hasil dari diskusi bersama dengan teman-temanmu di bawah ini! ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………….... 34 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

RANGKUMAN Rangkuman  Perundingan Hoge Veluwe merupakan perundingan yang dilakukan antara Indonesia dengan Belanda, dilaksanakan di Hoge Veluwe, Belanda. Dihadiri pula dua orang anggota Parlemen Belanda yang berbangsa Indonesia yaitu N. St. Pamuncak dan R.M. Setiyajid, serta Maruto Darusman dari Perhimpunan Indonesia. Perundingan dilakukan, dengan pokok pembicaraannya adalah untuk menuntaskan pembicaraan pendahuluan yang sebelumnya dilakukan di Jakarta. Beberapa unsur pokok “draf Jakarta” tersebut adalah a. Pengakuan de factoo atas kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa dan Sumatra b. Kedua belah pihak sepakat untuk memandang masing-masing pihak sebagai “mitra sejajar” dalam perundingan-perundingan selanjutnya c. Struktur federal bagi Indonesia masa datang d. Adanya masa peralihan  Perundingan berakhir pada tanggal 24 April 1946, dengan kegagalan karena masing-masing pihak datang dengan harapan yang berbeda. Delegasi Indonesia berharap akan adanya pengakuan kemerdekaan Indonesia, sementara Belanda menganggap pertemuan yang terjadi tersebut merupakan pertemuan pendahuluan. Bagaimana pun, terdapat draf Jakarta yang data diterima dan tidak diterima. Belanda dapat menerima kekuasaan RI atas Jawa tetapi tidak atas Sumatra. Namun, tidak satu pun dari draf tersebut yang disetujui sehingga tidak terjadi penandatanganan. Alasan utama pemerintah Belanda adalah Kabinet Belanda belum siap mengakui kemerdekaan Indonesia, karena itu pemerintah menolak sifat atau bentuk perundingan yang diadakan di Hoge Veluwe merupakan perjanjian internasional antara kedua negara Belanda juga masih menganggap dirinya sebagai negara pemegang kedaulatan atas Indonesia dan tidak mau mengakui keberadaan Republik Indonesia.  Perjanjian Linggarjati merupakan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Republik Indonesia untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda.  Secara resmi, naskah hasil perundingan ditandatangani oleh Kegiatan Pembelajaran 1 35

Pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947. Perundingan ini berisi pokok-pokok sebagai berikut: a. Belanda mengakui Republik Indonesia de facto di seluruh Jawa- Madura dan Sumatra. Daerah-daerah pendudukan Inggris-Belanda di Jawa dan Sumatra akan diserahkan berangsur-angsur kepada Republik b. Pemerintah Belanda dan Republik Indonesia akan bersama-sama membentuk suatu negara Indonesia yang berdaulat dan berdemokrasi, serta bersifat perserikatan, dan bernama Negara Indonesia Serikat. NIS ini akan meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda. Negara-negara yang akan berfederasi dalam NIS adalah Republik Indonesia, Kalimantan, dan Timur Besar (Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian) c. NIS dan Kerajaan Belanda akan membentuk suatu Uni (persekutuan), yang dikepalai oleh Raja Belanda, dan akan bekerja sama di bidang luar negeri, pertahanan keuangan, ekonomi, dan kebudayaan. d. NIS dan Uni harus terselenggara sebelum tanggal 1 Januari 1949 e. Segera seusai perundingan, kedua belah pihak akan mengurangi angkatan perangnya masing-masing  Dalam bidang politik dan militer, Perundingan Linggarjati memiliki segi yang menyulitkan bagi Indonesia, yaitu pertama Republik Indonesia hanya menguasai wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura saja. Kemudian RI juga harus menjadi negara bagian dari Indonesia Serikat, yang akan tergabung pula dalam Uni Indonesia-Belanda yang dikepalai oleh Raja Belanda. Kedua, sangat menyulitkan Indonesia dalam persoalan peralihan, di mana hanya ditentukan tempo waktunya tetapi tidak diketahui isi dan bentuknya, sedangkan masa peralihan inilah yang akan menjadi langkah pertama penyelesaian sengketa.  Terdapat dampak yang lebih terasa lagi dengan adanya Perundingan Linggarjati, yaitu adanya Agresi Militer Belanda I yang disebabkan karena Belanda menganggap Indonesia tidak patuh terhadap hasil perundingan. Dikarenakan Indonesia mengadakan hubungan diplomatik dengan negara lain, padahal itu bukan wewenangnya (Utami,2018;55). Pada tanggal 20 Juli 1947, Belanda menyatakan tidak terikat lagi dengan Perundingan Linggarjati dan Agresi Militer Belanda I kemudian terjadi pada keesokan harinya, yaitu pada 21 Juli 1947. 36 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

 Perundingan Renville diselenggarakan di atas kapal angkutan pasukan milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Renville, yang didatangkan ke Teluk Jakarta. Diselenggarakan sejak tanggal 8 Desember 1947 dan berakhir pada tanggal 17 Januari 1948.  Hasil Perundingan Renville secara garis besar, yaitu: 1. Pembentukan Negara Indonesia Serikat (NIS) dengan segera 2. Sebelum NIS terbentuk Belanda tetap berdaulat atas seluruh Indonesia 3. Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada suatu pemerintah pro-federal 4. RI dalam NIS merupakan negara bagian 5. Akan dibentuk UU Indonesia-Belanda di mana keduanya mempunyai kedudukan yang sama 6. Akan diadakan lit untuk menentukan kedudukan politik rakyat Indonesia dalam NIS 7. Tentara Republik Indonesia (TRI) harus ditarik mundur dari daerah- daerah yang diduduki Belanda  Hasil Perundingan Renville dinilai lebih merugikan Indonesia dibandingkan dengan Perundingan Linggarjati, karena mengakibatkan semakin sempitnya wilayah Indonesia dan ditambah dengan dikelilingi daerah-daerah pendudukan Belanda. Ibukota Indonesia yang awalnya berada di Jakarta, dipindahkan ke Yogyakarta karena Jakarta termasuk dalam wilayah pendudukan Belanda.  Pada bulan Januari 1949, karena didesak oleh Dewan Keamanan PBB, Belanda kembali mengadakan pendekatan diplomatis, pasca agresi militernya yang kedua. Perdana Menteri Belanda Dr. Drees mengundang Prof. Dr. Supomo, untuk membuka kembali perundingan  Perundingan tidak resmi antara Belanda yang dipimpin Dr. Van Rojen dan delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad Roem pada tanggal 14 April 1949.  Perundingan Roem Royen berguna untuk melancarkan jalan ke arah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, yang menghasilkan Statement Roem Royen, sebagai berikut: 1. Tentara Belanda akan ditarik dari Yogyakarta dan Yogyakarta akan diserahkan kembali kepada RI 2. Pemimpin-pemimpin Republik akan dibebaskan dan dikembalikan ke Yogyakarta Kegiatan Pembelajaran 1 37

3. Akan dinyatakan penghentian tembak-menebak antara kedua belah pihak 4. Akan diadakan KMB antara Belanda, Republik, dan negara-negara federal untuk membicarakan penyerahan kedaulatan dan pembentukan Uni Belanda-Indonesia  KMB dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari isi Perjanjian Roem Royen di Den Haag pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta. Delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah negara-negara Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen, sedangkan UNCI (United Nations Comission for Indonesia) sebagai Dewan Keamanan PBB dipimpin oleh Chritchley.  Permasalahan KMB yang paling berat mengenai masalah Irian Barat yang sampai saat itu masih menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Belanda berusaha untuk memisahkan daerah ini dari Indonesia  Adapun hasil Konferensi Meja Bundar adalah sebagai berikut: 1. Pengakuan kedaulatan dilaksanakan selambat-lambatnya 30 Desember 1949 2. Segera diadakan pembentukan negara Republik Indonesia Serikat (RIS) 3. Tentang Irian Barat akan diadakan perundingan tersendiri dalam 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan atas RIS 4. Segera dilakukan pembubaran tentara Hindia Belanda (HB), yaitu KL (Koninklijk Leger) dan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger), yang kemudian diintegrasikan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) 5. Segera dilakukan pembentukan Uni Indonesia-Belanda 6. RIS akan mengambil alih utang Hindia-Belanda, sebesar 4,3 miliar gulden 38 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

UJI KOMPETENSI 1 Uji Kompetensi 1 1. Bagaimana Perundingan Hoge Veluwe bisa terjadi? 2. Bagaimana Perundingan Hoge Veluwe memengaruhi Indonesia dalam perundingan yang terjadi selanjutnya antara Indonesia dengan Belanda? 3. Bagaimana keterkaitan antara Perundingan Hoge Veluwe dengan Perundingan Linggarjati? 4. Mengapa Perundingan Renville perlu dilaksanakan sementara telah dilakukan Perundingan Linggarjati yang dinilai lebih menguntungkan daripada Perundingan Renville? 5. Bagaimana Perundingan Roem Royen bisa terjadi? Umpan Balik Koreksi hasil jawaban kalian yang ada pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban benar yang kalian peroleh, kemudian gunakan Roemus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman materi yang telah kalian pelajari pada kegiatan 1. ������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ ������������������������������������ = ������������������������������ℎ ������������������������������������������ ������������������������������ ������ 100 = ⋯ ������������������������������ℎ ������������������������ Kriteria Penguasaan: 85%-100% = Sangat Baik 75%-84% = Baik 65%-74% = Cukup 55%-64% = Kurang 0-54% = Kurang sekali Kegiatan Pembelajaran 1 39

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 PETA KONSEP STRATEGI DAN BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN SEKUTU DAN BELANDA Strategi dan Bentuk Perjuangan Strategi dan Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dari Ancaman Belanda Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Perundingan Perang Konflik Daerah Agresi Militer Belanda I Agresi Militer Belanda II 40 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

TUJUAN PEMBELAJARAN 1) Peserta didik dapat menganalisis latar belakang Agresi Militer Belanda 2) Peserta didik dapat menganalisis upaya yang dilakukan oleh Pasukan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia AKTIVITAS PEMBELAJARAN 1) Stimulus Gambar 7 Time Line Agresi Militer Belanda 1 dan 2 Kegiatan Pembelajaran 2 41

2) Identifikasi Masalah Setelah Proklamasi dibacakan, pemerintah RI berusaha menjalin hubungan dengan dunia internasional. Secara formal, hubungan itu dilakukan secara bilateral antara RI dan Belanda, yang berkembang akibat campur tangan PBB. PBB diminta ikut campur karena tentara Inggris yang ditugaskan di Indonesia telah menggunakan tentara Jepang untuk menindas gerakan rakyat Indonesia. Dewan Keamanan diminta untuk membentuk panitia penyelidik, yang bertugas memlihara perdamaian dan keamanan internasional. Namun, usul tersebut belum dapat diputuskan oleh PBB. Setelah Perang Kemerdekaan, perjuangan mendapatkan pengakuan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia telah terlihat di mata dunia, termasuk foRoem PBB. Akhirnya, upaya diplomasi meningkat menjadi pengakuan de facto terhadap RI atas Jawa dan Sumatra oleh Belanda dalam Perundingan Linggarjati, 25 Maret 1947, RI mulai mendapatkan perhatian internasional. Ketegangan baru timbul ketika terjadi perbedaan penafsiran mengenai isi persetujuan tersebut. Pihak Belanda yang tidak dapat menahan diri, akhirnya melancarkan agresi militernya yang menjadi perhatian seluruh dunia saat itu. Apa yang melatarbelakangi terjadinya agresi militer Belanda, hingga terjadi dua kali di Indonesia? Bagaimana bentuk upaya RI dalam menangani situasi tersebut? 42 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

3) Pengumpulan Data Temukan informasi yang berasal dari mana pun, yang bisa kamu akses. Bisa internet, majalah, koran, jurnal, atau artikel terkait dengan identifikasi masalah yang telah kamu temukan. 4) Analisis Data Diskusikan hasil dari kumpulan data yang telah kamu temukan bersama teman-temanmu! 5) Pembuktian/verifikasi Kegiatan Pembelajaran 2 43

Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Belanda Dalam Bentuk Perang 1. Agresi Militer Belanda I Agresi atau serangan Militer Belanda I adalah serangan serentak yang dilakukan Belanda terhadap daerah-daerah Republik Indonesia. Pada tanggal 20 Juli 1947, pihak Belanda mengingkari persetujuan yang telah disepakati dalam Perundingan Linggarjati. Perundingan yang telah disepakati tersebut hanya digunakan tipuan, sementara Belanda tengah menghimpun kekuatan militer untuk menyerang dan menghancurkan Republik Indonesia. Serangan ini dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947, yang disebabkan oleh perbedaan penafsiran Perundingan Linggarjati yang telah dilakukan sebelumnya. Belanda menganggap bahwa Indonesia tidak patuh dengan hasil Perundingan Linggarjati sehingga melancarkan serangan. Tujuan serangan yang dilakukan pertama oleh Belanda adalah agar dapat segera menduduki sejumlah kota di pedalaman, seperti kota kabupaten, tempat- tempat persimpangan jalan raya, dan pusat-pusat perkebunan. Serangan yang dilancarkan masih bersifat terbatas akibat Belanda belum menyiapkan perang yang lebih besar, tetapi pihak RI berpendapat bahwa tindakan yang dilakukan Belanda tersebut merupakan sebuah pelanggaran atas perjanjian atau perundingan yang telah disepakati yaitu Linggarjati. Belanda telah mengadakan serangan politik, psikologis, militer, dan ekonomi sehingga pihak RI tidak dapat berdiam diri, sehingga terjadilah pertempuran melawan 44 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook